sintesis membran penyaring logam berat timbal (pb) di...

13
Sintesis Membran Penyaring Logam Berat Timbal (Pb) di Udara Berbasis Selulosa Asetat dari Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Aurista Miftahatul I, Dyah Hikmawati, Siswanto Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya e-mail: [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan sintesis membran selulosa asetat dari eceng gondok sebagai penyaring logam berat timbal (Pb) di udara. Metode yang digunakan adalah dengan pembuatan selulosa asetat dari eceng gondok kemudian dilanjutkan pembuatan membran dengan pelarut aseton dan formamida lalu mengkontaminasikan membran ke gas buangan kendaraan bermotor. Hasil untuk selulosa asetat dikarakterisasi menggunakan FT-IR, sedangkan hasil dari pembuatan membran dikarakterisasi dengan uji mikrostruktur dengan mikroskop cahaya binokuler dan uji emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil analisis data FT-IR membuktikan terbentuknya selulosa diasetat dengan pita serapan khas yaitu adanya gugus karbonil (C=O) pada bilangan gelombang 1749,12 cm -1 . Membran yang memiliki kemampuan dalam menyaring timbal yang paling baik adalah membran dengan perbandingan selulosa asetat 16%, formamida 8%, aseton 76% dengan persentase emisi PbCO 3 terabsorbsi 0,714%. Uji mikrostruktur juga memberikan hasil dengan perbandingan tersebut diperoleh kerapatan pori-pori dan ketebalan yang tinggi. Membran dengan selulosa asetat 16% dan aseton 76% berpotensi dalam menyaring timbal di udara. Kata kunci : selulosa asetat, membran, eceng gondok, timbal (Pb)

Upload: nguyenquynh

Post on 29-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sintesis Membran Penyaring Logam Berat Timbal (Pb) di Udara

Berbasis Selulosa Asetat dari Eceng Gondok (Eichhornia

crassipes)

Aurista Miftahatul I, Dyah Hikmawati, Siswanto

Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Airlangga, Surabaya

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan sintesis membran selulosa asetat dari eceng gondok sebagai

penyaring logam berat timbal (Pb) di udara. Metode yang digunakan adalah dengan

pembuatan selulosa asetat dari eceng gondok kemudian dilanjutkan pembuatan membran

dengan pelarut aseton dan formamida lalu mengkontaminasikan membran ke gas buangan

kendaraan bermotor. Hasil untuk selulosa asetat dikarakterisasi menggunakan FT-IR,

sedangkan hasil dari pembuatan membran dikarakterisasi dengan uji mikrostruktur

dengan mikroskop cahaya binokuler dan uji emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil

analisis data FT-IR membuktikan terbentuknya selulosa diasetat dengan pita serapan khas

yaitu adanya gugus karbonil (C=O) pada bilangan gelombang 1749,12 cm-1. Membran

yang memiliki kemampuan dalam menyaring timbal yang paling baik adalah membran

dengan perbandingan selulosa asetat 16%, formamida 8%, aseton 76% dengan persentase

emisi PbCO3 terabsorbsi 0,714%. Uji mikrostruktur juga memberikan hasil dengan

perbandingan tersebut diperoleh kerapatan pori-pori dan ketebalan yang tinggi. Membran

dengan selulosa asetat 16% dan aseton 76% berpotensi dalam menyaring timbal di udara.

Kata kunci : selulosa asetat, membran, eceng gondok, timbal (Pb)

ABSTRACT

It had been synthesized a cellulose acetate membrane made from Eichhornia

crassipes that will be used as a filter of heavy metal Pb in the air. The methods used was

making cellulose acetate from Eichhornia crassipes and continued by making a

membrane from acetone solvent and formamide, and then contaminating the membrane to

motor vehicle exhaust gas. The result from cellulose acetate is characterized by using FT-

IR, and the result from membran is characterized by microstructural test with binocular

light microscope and emission test of motor vehicle exhaust gas. Result of FT-IR data

showed existence of cellulose diacetate which was indicated by typical absorbance band

such as carbonyl group (C=O) at wave number 1749,12 cm-1

. Membrane that has the best

capability to filter Pb is membrane that has 16% composition of cellulose acetate, 8% of

formamide, and 76% of acetone with emission percentage of absorbance of PbCO3

0,714%. Microstructural test gives the same result and obtained high pores density and

high thickness. Membrane with 16% cellulose acetate and 76% acetone is potential to

filter Pb in the air.

Keyword: cellulose acetate, membrane, Eichhornia crassipes, Pb

PENDAHULUAN

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh di air

tawar dan beraliran tenang. Masyarakat banyak menggolongkan eceng gondok kedalam

tumbuhan air yang merugikan, eceng gondok umumnya dianggap sebagai gulma perairan,

sehingga perannya sebagai penyangga ekosistem perairan kurang diperhatikan.

Penelitian Suwondo, 2005 membuktikan bahwa eceng gondok memiliki potensi

sebagai tumbuhan air yang dapat menanggulangi pencemaran air dengan nilai

bioakumulasi yang tinggi, eceng gondok mempunyai potensi sebagai pembersih perairan

dari limbah logam dan menurunkan tingkat toksisitas bahan pencemar yang terdapat

dalam perairan yang tercemar oleh limbah. Komposisi kimia eceng gondok tergantung

pada kandungan unsur hara tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut.

Eceng gondok mempunyai sifat-sifat yang baik antara lain dapat menyerap logam-logam

berat, senyawa sulfida, selain itu mengandung protein lebih dari 11,5% dan mengandung

selulosa yang lebih besar dari non selulosanya seperti lignin, abu, lemak, dan zat-zat lain

(Kriswiyanti, 2009).

Eceng gondok termasuk salah satu tumbuhan yang mempunyai kadar selulosa tinggi

yakni mencapai 72,63% (Lowel, 1991) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

penyerap. Selulosa sendiri merupakan polimer sederhana, membentuk ikatan kimia yang

memiliki permukaan rantai selulosa seragam dan membentuk lapisan berpori. Material

padatan berpori inilah yang menyerap bahan bahan di sekelilingnya, sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai material penyerap bahan berbahaya bagi lingkungan.

Selulosa asetat merupakan polimer turunan dari selulosa yang mempunyai derajat

substitusi asetil yang tinggi dengan kelarutan yang rendah dalam pelarut tetapi

menghasilkan produk yang mempunyai karakter fisik yang sangat baik dan dapat

digunakan sebagai material industri makanan, filter rokok serta pemanfaatanya sebagai

membran logam berat dengan komposisi selulosa asetat, pelarut aseton, dan formamida.

Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa, ditinjau dari bahannya

membran terdiri dari bahan alami dan bahan sintesis. Bahan dari alam misalnya pulp dan

kapas, sedangkan bahan sintesis dibuat dari bahan kimia misalnya polimer. Membran

selama ini berfungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul,

menahan komponen dari umpan yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari pori-pori

membran dan melewatkan komponen yang mempunyai ukuran lebih kecil. Mekanisme

filtrasi membran adalah dengan mengumpulkan partikulat dari berbagai macam material

keuntungan dari jenis filter ini adalah efisiensi pengumpulan yang baik, partikulat

terkumpul pada permukaan filter.

Pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat telah menjadi masalah yang

perlu diperhatikan. Timbal (Pb) atau yang sering dikenal dengan timah hitam termasuk

salah satu jenis logam berat yang membuat udara tercemar. Manusia menghirup timbal

melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah

kegiatan transportasi darat yang juga menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2,

NOx, hidrokarbon, SO2, dan Tetraethyl lead. Pb merupakan logam timah hitam yang

ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan.

Pada saat ini cara mengatasi pencemaran udara bagi pengguna jalan raya adalah

cukup dengan penggunaan masker udara yang berbahan kain atau handuk. Masker untuk

melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk ke dalam pernafasan,

dapat terbuat dari kain atau bahan dengan ukuran pori-pori tertentu. Menurut Suryanta

(2009) perbedaan masker kain dengan handuk adalah handuk mempunyai pori yang besar

atau 100 dan masker kain mempunyai pori-pori kecil atau 10 sedangkan partikel debu

yang dapat masuk ke dalam pernafasan manusia adalah yang berukuran 0,1 m - 10 m

dan berada di udara sebagai suspenden particulate matter (partikulat melayang dengan

ukuran 10 m). Oleh sebab itu penelitian tentang membran selulosa asetat dengan

memanfaatkan eceng gondok sebagai alat penyaring Pb di udara merupakan kajian yang

menarik.

METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah batang eceng gondok, natrium asetat

(CH3COONa), asam asetat (CH3COOH), aquades, Ca(OH)2 , NaOH, asam asetat glacial

(CH3COOH), asetat anhidrida (CH3CO)2O, asam sulfat (H2SO4) pekat, Formamida,

aseton, NaOCl 5% (v/v).

1.1 Pembuatan Selulosa Asetat dari Eceng Gondok

Tahap pertama pada pembuatan pulp adalah eceng gondok dibersihkan dan

dikeringkan, proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air. Setelah eceng

gondok dikeringkan dan dipotong dalam ukuran ± 2 cm lalu direndam dalam akuades

selama 2 minggu sampai batang eceng gondok tersebut lunak dan serat-seratnya terpisah.

Serat eceng gondok tersebut dicuci sampai bersih dan dikeringkan di udara terbuka.

Tahap kedua adalah pembuatan larutan, NaOH ditimbang sebanyak 17,5 gram

kemudian dimasukkan dalam gelas beker 100 ml dan dilarutkan dengan akuades. Setelah

semua NaOH larut, dipindahkan ke labu ukur 100 ml secara kuantitatif, diencerkan

sampai tanda batas dengan akuades. Lalu 2,5 gram Ca(OH)2 ditimbang dan dimasukkan

dalam gelas beker 100 ml selanjutnya dilarutkan dengan akuades. Setelah semua

Ca(OH)2 larut, dipindahkan kelabu ukur 100 ml secara Serat eceng gondok sebanyak 20

gram ditambahkan Ca(OH)2 2,5% (b/v) 150 ml dan direndam selama 3 hari setelah itu

dicuci dengan akuades lalu dimasukkan kedalam labu alas bulat yang sebelumnya sudah

diisi dengan 300 ml larutan NaOH 17,5% (b/v), kemudian direfluks selama 4 jam

Hasil refluks yang berupa selulosa dicuci dengan air sampai bebas basa (netral)

Selanjutnya dihaluskan dan di cetak dalam lembaran tipis serta dikeringkan dengan oven

pada temperatur 60O

C, penghitungan kadar selulosa dari eceng gondok dapat dinyatakan

oleh persamaan 2.1.

%..(2.1)

10 gram pulp kering ditambahkan dengan 88 ml aquades dalam gelas beker yang

telah dipanaskan pada temperatur 600C, kemudian campuran diaduk sampai terbentuk

bubur. Bubur yang terbentuk didinginkan hingga mencapai suhu kamar, dan ditambahkan

sekitar 100 ml NaOCl 5 % (v/v) didiamkan selama 30 menit (pengadukan terus

dilakukan). Campuran dibilas dengan akuades, kemudian direndam dengan NaOH 2 %

(v/v) dan didiamkan selama 30 menit. Campuran dicuci dengan akuades sampai bebas

basa dan dikeringkan di udara terbuka seperti yang ditunjukkan pada (Denia, 2011).

Pulp serat eceng gondok sebanyak 10 g ditambahkan asam asetat glasial 24 ml dan

di-sheker pada suhu 40oC selama 1 jam. lalu ditambahkan campuran asam asetat glacial

60 ml dan asam sulfat pekat 0,5 ml lalu di-sheker lagi selama 45 menit pada suhu yang

sama. Kemudian campuran didinginkan sampai mencapai suhu 18oC. lalu ditambahkan

asetat anhidrida yang sudah didinginkan sebanyak 27 ml selama 2 jam pada suhu 40oC.

Tahap selanjutnya larutan asam asetat 67% (b/v), ditambahkan ke dalam campuran

sebanyak 30ml tetes demi tetes selama 3 jam pada suhu 40oC dan di-sheker. Selanjutnya

dihidrolisis 15 jam, Lalu campuran diendapkan dengan menambahkan akuades tetes

demi tetes dan diaduk sehingga diperoleh endapan yang berbentuk serbuk seperti yang

dapat dilihat pada Gambar 3.5. Endapan disaring dan dicuci sampai netral, endapan

dikeringkan dalam oven pada suhu 60–70oC kemudian diayak dengan menggunakan

saringan mikro (Denia, 2011).

1.2 Pembuatan Membran Selulosa Asetat Dari Eceng Gondok

Tahap pembuatan membran selulosa asetat dari eceng gondok adalah diawali

dengan melakukan beberapa variasi komposisi .

Tabel 2.1 Komposisi Membran

sampel Selulosa Asetat (% b/b) Formamida (% b/b) Aseton (%b/b)

A 8 8 84

B 10 8 82

C 12 8 80

D 14 8 78

E 16 8 76

Selulosa asetat dari eceng gondok setelah ditambah pelarut aseton kemudian

dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer bertutup. Campuran tersebut diaduk dengan stirrer

selama 1 jam hingga larut sempurna. Setelah itu, formamida ditambahkan kedalam

campuran sambil terus diaduk selama 6 jam hingga larutan menjadi homogen

(wirawardani, 2009).

Prinsip pembuatan membran dengan menuangkan larutan dope ke atas pelat kaca.

Selanjutnya silinder “stainless steel” digerakkan ke bawah untuk membentuk lapisan tipis

dari larutan dope tersebut dan didiamkan selama semalam. Setelah itu membran dicuci

dengan air mengalir untuk menghilangkan kelebihan pelarut dan dipotong sesuai ukuran

sel filtrasinya (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Sampel hasil sintesis membran selulosa asetat dari eceng gondok

2.3 Karakterisasi Membran Selulosa Asetat

2.3.1 Karakterisasi Spektrofotometer IR

Spektroskopi FT-IR adalah Alat yang digunakan untuk mengukur serapan Radiasi

daerah inframerah pada berbagai panjang gelombang spektroskopi FT-IR merupakan

salah satu teknik identifikasi penentuan struktur. Secara kualitatif, spectrometer FT-IR

dapat digunakan untuk mengindentifikasi gugus fungsi yang ada dalam struktur molekul

yakni berupa munculnya puncak-puncak baru atau hilangnya puncak-puncak tertentu.

Data yang dihasilkan dari uji spectrum FT-IR adalah puncak-puncak spektrum

karakteristik yang di gambarkan sebagai kurva transmitansi (%) dan bilangan gelombang

(cm -1

) pada sampel yang diujikan yang kemudian akan dianalisis.

2.3.2 Uji Mikrostruktur

Mikroskop berfungsi untuk melihat benda-benda atau organisme yang berukuran

sangat kecil, sampel yang akan diteliti diletakkan di meja preparat kemudian mengatur

roda penggeser dan revolver (bagian dari mikroskop untuk memindahkan perbesaran

lensa dan memutar lensa objektif) kemudian mengatur fokus mikroskop pada sampel.

2.3.3 Uji Emisi Kendaraan Bermotor

Pengukuran emisi gas buang dilakukan pada sepeda motor Yamaha Fiz R

dengan menggunakan alat tecnotester tipe MOD 488. Pengukuran kuantitas emisi gas

buang dilakukan dengan rnemasukkan pipa penghisap tecnotester kedalam saluran gas

buang lalu diserap oleh tecnotester dan dihitung secara digital (otomatis), kadar emisi

gas buang dilihat dengan membandingkan kadar ernisi sebelum dan sesudah ditambahkan

filter (Ronaldo Rici, 2008).

Ukuran efektivitas filter dapat dinyatakan dengan persamaan 2

% Emisi Teradsorpsi = C1- C2 / C1 x 100%..(2.2)

Dengan C1 dan C2 adalah kadar emisi gas awal (sebelum perlakuan) dan gas setelah

perlakuan dengan filter.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakterisasi Spektrofotometer IR

Spektrometri FT-IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi, hasil dari

penentuan gugus fungsi adalah dengan membandingkan spektrum FT-IR dari selulosa

eceng gondok pada Gambar 4.1 dengan selulosa asetat eceng gondok hasil sintesis pada

Gambar 4.2.

Gambar 3.1 Selulosa dari Batang Eceng gondok

Gambar 3.2 Selulosa asetat dari Batang Eceng gondok

Berdasarkan perbandingan FT-IR antara selulosa dengan selulosa asetat dari

eceng gondok dapat dilihat bahwa selulosa asetat hasil dari sintesis merupakan selulosa

diasetat. Pada spektrum selulosa diasetat muncul pita dengan panjang gelombang 1950-

1600 cm-1

yang merupakan gugus fungsi C=O ester. Sedangkan pada selulosa tidak

terdapat pita pada bilangan gelombang tersebut, Hal ini ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 3.1 Hasil uji FT-IR selulosa dan selulosa diasetat dari batang eceng gondok

Gugus fungsi Selulosa Seluloasa Diasetat dari eceng gondok V(cm-1

)

O-H 3444.24 3479,92

C-H 2903.31 2960,2

C=O - 1749,12

C-H tekuk 1374.03 1375

C-O asetil 1254,97 1238,08

C-O Ulur 1061.62 1046,19

3.2 Uji Mikrostruktur

Pengamatan struktur mikro umumnya yang diamati adalah bagian permukaan

sampel serta bentuk pori-pori sampel dan ketebalan sampel. Sampel yang diuji mikro

strukturnya dengan menggunakan mikroskop cahaya ini hanya dilakukan pada sampel A

dengan komposisi CA 8%, sampel C dengan komposisi CA 12%, dan sampel E dengan

komposisi CA 16%. Sampel tersebut diuji dengan perbesaran 10x10 menggunakan

mikroskop cahaya berjenis binokuler. Hasil pengamatan sangat bergantung pada cahaya

yang menembus sampel. Semakin tebal sampel yang diamati semakin sulit cahaya

menembus sampel.

Pada bagian (c) dari Gambar 3.3, sampel yang mempunyai pori-pori paling rapat

dan tebal adalah sampel E, yaitu pada komposisi CA 16%. Hal ini dibuktikan dengan

cahaya miroskop yang tidak dapat menembus bagian sampel karena terhalang oleh

kerapatan pori-pori sampel. Ketebalan dan kerapatan sampel E disebabkan CA (selulosa

asetat) berjenis selulosa diasetat yang digunakan lebih banyak, sehingga perbandingan

pelarutnya yaitu aseton semakin sedikit dan dapat mengakibatkan membran CA yang

dituangkan lebih tebal dan rapat.

a

b

c Gambar 3.3 Pori-pori permukaan membran selulosa diasetat (a) sampel A (b) Sampel C

(c) Sampel E

3.3 Hasil Uji Emisi Kendaraan Bermotor terhadap sampel

Uji emisi kendaraan bermotor dilakukan dengan meneliti sisa hasil pembakaran

bahan bakar di dalam mesin pembakaran kendaraan bermotor yang dikeluarkan melalui

sistem pembuangan mesin. Pengukuran kuantitas emisi gas buang dilakukan dengan

memasukkan pipa penghisap tecnotester ke dalam saluran gas buangan. Gas buang yang

berinteraksi diserap oleh tecnotester yang dapat menghitung secara otomatis.

Pb merupakan bahan pencemar yang ada pada gas buang, pada pembakaran

bensin Pb organik berubah bentuk menjadi Pb anorganik. Timbal (Pb) yang dikeluarkan

sebagai gas buang kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran

sekitar 0,01 µm. Partikel-partikel timbal ini akan bergabung satu sama lain membentuk

ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada knalpot.

Berdasarkan perhitungan persamaan (2.2) dapat diketahui bahwa pengukuran kadar

timbal (Pb) sebelum dan sesudah diberi membran selulosa asetat dapat dilihat pada Tabel

3.2 dan dibuat grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Tabel 3.2 Kadar timbal (Pb) sebelum dan sesudah diberi membran selulosa asetat

Gambar 3.4 Grafik persentase emisi Pb terabsorbsi

Timbal (Pb) telah lama digunakan sebagai tambahan bahan berupa TEL (Tetra

etil Lead) untuk meningkatkan nilai oktan bensin sehingga hanya ditemukan pada bahan

bakar bensin. Program pemerintah untuk mengunakan bensin tanpa timbal sudah

digalakkan, sehingga dalam mengukur konsentrasi kandungan timbal pada bahan bakar

mengalami sedikit kesulitan. Namun penggalakan tersebut belum seluruhnya dilakukan,

hal ini terbukti dengan masih adanya timbal pada bahan bakar meskipun konsentrasinya

sangat sedikit. Sampai tahun 2011,hasil pemantauan kadar Pb di kota Semarang

menunjukkan kadar tertinggi, yaitu sebesar 2,41 μg/Nm³. Di Indonesia, pada tahun 2005

ditargetkan bahwa bahan bakar tidak lagi menggunakan timbal, namun pada

kenyataannya sampai saat ini belum tuntas. Mundurnya program tersebut disebabkan oleh

adanya kolusi dari oknum dengan perusahaan Inggris, Innospec Ltd (produsen TEL) agar

Indonesia menunda penerapan bensin tanpa timbal (Gusnita, 2012).

Kerapatan pori-pori dari membran selulosa asetat berpengaruh terhadap hasil uji

emisi kendaraan bermotor. Sampel E yang mempunyai kerapatan paling tinggi mampu

menyaring Pb lebih banyak, sedangkan sampel A dengan kerapatan pori-pori paling

rendah mampu menyaring Pb lebih sedikit. Selain menggunakan membran selulosa

asetat, hasil uji emisi juga dilakukan tanpa filter dan dengan menggunakan filter masker

biasa. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Grafik Hasil Uji Emisi PbCO3

0

0.5

1

A B C D E% e

mis

i Pb

te

rab

sorb

siSAMPEL

% emisi Pb terabsorbsi

% emisi Pb …

0

0.002

TF DF A B C D E

% v

ol

sampel

Hasil uji Emisi PbCO3

Selain menyaring Pb dalam senyawa PbCO3, membran selulosa asetat mampu

menyaring unsur atau senyawa lain seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3. Pada tabel

tersebut juga ditampilkan emisi gas buang kendaraan bermotor tanpa filter dan dengan

menggunakan filter masker biasa.

Tabel 3.3 Hasil uji emisi gas buangan kendaraan bermotor

Berdasarkan hasil data-data tersebut dapat diketahui bahwa selulosa asetat tidak

hanya dapat menyaring logam berat berjenis timbal (Pb) di udara. Hal ini dibuktikan

dengan adanya unsur atau senyawa lain yang ikut tersaring dalam asap kendaraan

bermotor. Namun dari beberapa sampel yang dibuat, hanya konsentrasi tertentu yang

mampu mengurangi emisi lebih baik daripada filter masker biasa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

a. Membran selulosa asetat pada komposisi 16% Ca dan 76% aseton mempunyai pori-

pori yang paling rapat sehingga lebih efektif dalam menyerap Pb.

b. Sintesis membran selulosa asetat dari eceng gondok mampu mengurangi logam

berat Pb dalam senyawa PbCO3 pada uji emisi gas buangan kendaraan bermotor

dengan persentase emisi Pb terabsorbsi paling baik adalah 0,714% pada sampel

dengan komposisi selulosa asetat 16% dan 76% aseton.

DAFTAR PUSTAKA

Denia, Pradita, 2011, Pengaruh Penambahan Selulosa Diasetat Dari Serat Nanas

Terhadap Sifat Mekanik (Edible Plastic) Berbasis Pati Tapioka, Skripsi, Jurusan

Fisika FMIPA Universitas Airlangga, Surabaya

Gusnita, dessy, 2012, pencemaran Logam Berat TImbal (Pb) di Udara Dan Upaya

Penghapusan Bensin Bertimbal, Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3:95-101, Bidang

Komposisi atmosfer, LAPAN, Jakarta

Kriswiyanti, Enny, 2009, Kinetika Hidrolisis Selulosa Dari Eceng Gondok Dengan

Metode Arkenol Untuk Variable Perbandingan Berat Eceng Gondon dan Volume

Pemasakan, UNS, Solo

Lowel, 1991, Powder Surface and porosity. 3rd, London

Ronaldo, Rici., 2008, Zeolit Alam dan Chitosan sebagai Adsorben catalytzc converter

Monolitik untuk Pereduksi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Skripsi,

Jurusan Teknologi Perikanan Institut pertanian Bogor, Bogor

Suwondo, 2005, Akumulasi Logam Cuprum (Cu) Dan Zincum (Zn) Di Perairan Sungai

Siak Dengan Menggunakan Bioakumulator Eceng Gondok (Eichhornia

Crassipes), Universitas Riau, Pekanbaru

Wirawardani, Agnes Diah, 2009, Aplikasi Membran Selulosa Diasetat Dari Ampas Tebu

(Saccharum Officinorum) Untuk Penjernihan Nira Tebu, Skripsi, jurusan Kimia

Universitas Airlangga, Surabaya.