sinopsis dr. abdul mannan, mm

40
Analisis Kinerja Pajak Daerah DKI Jakarta ANALISIS KINERJA PAJAK DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA 1 Oleh : Abdul Mannan ABSTRACT The purpose of this research is to know how big the respons of the local tax in DKI Jakarta to the change of the tax basic, how far the effectivity of the taxation discretionary (intensivity and extensivity) policy in DKI Jakarta, which taxes have the high capacity – high effort (HC – HE), high capacity – low effort (HC – LE), low capacity – high effort (LC - HE), low capacity – low effort (LC – LE), and what strategy wil be used for increasing the income local tax in each different tax in DKI Jakarta. The research methodology which is used in this thesis are the teory of the tax elasticity, tax buoyancy, tax capacity, and tax effort developed by Yuyun Wirasasmita, Sudarsono, Mansfield, Prest and Bahl. Therefore, it can be identified which taxes contain HC-HE, HC-LE, LC-HE and LC-LE. The result of the research shows that the kinds of local tax which indicate the highest score of buoyancy and elasticity, as follows; (1) The tax of vehicle fuel (PBBKB/T3) is the highest of buoyancy and elasticity, (2) The tax of vehicle (PKB/T1) is the lowest score of buoyancy, and, (3) The tax of street – lights (PPJ/T7) is the lowest pure elasticity. There are six kinds of local tax which have a defisiency of buoyancy elasticity value and the positive pure elasticity and there are two local tax which have a deficiency of buoyancy score and the negative pure elasticity. The conclusion of the research is the difference between 1 Dipertahankan dihadapan Sidang Senat Universitas Borobudur Jakarta dalam Rangka Promosi Doktor Ilmu Ekonomi, 22 Juli 2004 1

Upload: ainuddinaja

Post on 12-Jun-2015

1.852 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Dipertahankan dihadapan Sidang Senat Universitas Borobudur Jakarta dalam rangka Promosi Doktor Ilmu Ekonomi, 22 Juli 2004. Saat ini beliau adalah Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah di Depok, Jawa Barat.Selain kesibukan tersebut, beliau juga sering di undang menjadi pembicara pada acara seminar-seminar nasional dan internasional yang membahas seputar ekonomi, sosial kemasyaratakan,dan juga kajian peradaban Islam.

TRANSCRIPT

Page 1: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Analisis Kinerja Pajak Daerah DKI Jakarta

ANALISIS KINERJA PAJAK DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA1

Oleh : Abdul Mannan ABSTRACT

The purpose of this research is to know how big the respons of the local tax in DKI Jakarta to the change of the tax basic, how far the effectivity of the taxation discretionary (intensivity and extensivity) policy in DKI Jakarta, which taxes have the high capacity – high effort (HC – HE), high capacity – low effort (HC – LE), low capacity – high effort (LC - HE), low capacity – low effort (LC – LE), and what strategy wil be used for increasing the income local tax in each different tax in DKI Jakarta.

The research methodology which is used in this thesis are the teory of the tax elasticity, tax buoyancy, tax capacity, and tax effort developed by Yuyun Wirasasmita, Sudarsono, Mansfield, Prest and Bahl. Therefore, it can be identified which taxes contain HC-HE, HC-LE, LC-HE and LC-LE.

The result of the research shows that the kinds of local tax which indicate the highest score of buoyancy and elasticity, as follows; (1) The tax of vehicle fuel (PBBKB/T3) is the highest of buoyancy and elasticity, (2) The tax of vehicle (PKB/T1) is the lowest score of buoyancy, and, (3) The tax of street – lights (PPJ/T7) is the lowest pure elasticity. There are six kinds of local tax which have a defisiency of buoyancy elasticity value and the positive pure elasticity and there are two local tax which have a deficiency of buoyancy score and the negative pure elasticity. The conclusion of the research is the difference between buoyancy and elasticity to indicate that the taxation discretionary policy in DKI Jakarta is not relativity effective.

PENDAHULUAN

Menyadari akan keterbatasan pemerintah pusat dalam memberikan pelayanan

terhadap masyarakat, maka dikeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Otonomi Daerah. Realisasi diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tersebut membawa dampak permasalahan multidimensional yaitu terdapat ketimpangan

fiskal vertikal dan horisontal bidang keuangan publik.

Selanjutnya pola hubungan keuangan pusat dan daerah dalam rangka otonomi

daerah dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada daerah untuk melaksanakan

fungsinya secara efektif. Untuk melaksanakan fungsi tersebut harus ada sumber – sumber

keuangan yang memadai yaitu bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, Pinjaman Daerah maupun penerimaan lain yang sah.

1 Dipertahankan dihadapan Sidang Senat Universitas Borobudur Jakarta dalam Rangka Promosi Doktor Ilmu Ekonomi, 22 Juli 2004

1

Page 2: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Tumpuan utama penerimaan daerah adalah berasal dari PAD, sementara secara

umum kontribusi PAD terhadap APBD tingkat Propinsi hanya sebesar 20 % - 30 %, dan

untuk daerah tingkat Kabupaten/Kota hanya sebesar 10 % - 20 %. Kondisi ini

menunjukkan bahwa ketergantungan daerah kepada pusat masih tetap sangat tinggi.

Indikator ketergantungan daerah kepada pusat bila ditinjau dari sisi penerimaan pada

APBD tingkat propinsi dan kabupaten/kota sebesar 94 % dari pusat dan dari daerah hanya

6 %, begitu pula dari sisi pengeluaran APBD tingkat propinsi dan kabupaten/kota sebesar

83 % berasal dari pusat dan hanya 17 % dari daerah.

Khusus untuk Propinsi DKI Jakarta, kontribusi PAD terhadap APBD DKI Jakarta

secara rata-rata sebesar 50 % yang mana kontribusi PAD tersebut didominasi oleh pajak

dengan rata-rata sebesar 82 %. Mengingat Pajak sebagai komponen utama Pendapatan

Asli Daerah maka fokus penelitian ini adalah jenis-jenis pajak daerah DKI Jakarta yang

terdiri dari 8 (delapan) jenis (U U No. 18 Tahun 1997).

KERANGKA PEMIKIRAN, MODEL DAN HIPOTESIS

1. KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian tentang perpajakan baik pajak nasional maupun regional dalam

hubungan untuk meningkatkan perolehan pajak adalah menggunakan rumus elastisitas,

kapasitas dan upaya. Elastisitas adalah menggambarkan derajat kepekaan fungsi pajak

terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang mempengaruhinya.

Sedangkan rumus kapasitas adalah untuk mengetahui jumlah pajak yang seharusnya

mampu dikumpulkan dari dasar pajak begitu pula upaya pajak adalah rasio antara

penerimaan pajak dengan kapasitas pajak. Mengingat dasar pajak adalah sangat

kompleks maka dalam kaitan penelitian ini sebagai proxy dasar pajak adalah Produk

Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Berdasarkan proxy dasar pajak tersebut maka kapasitas pajak daerah sangat

dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan regional (PDRB). Analisis perbandingan

kemampuan pajak atau kapasitas pajak antar negara atau antar daerah yang dikemukakan

oleh Bahl (1971.,h.571) dapat dilakukan dengan mengkaji varians dari rasio pajak (tax

ratio), kapasitas pajak (tax capacity) dan upaya pajak (tax effort).

Unit analisis dalam penelitian ini adalah pajak daerah Propinsi DKI Jakarta yang

terdiri dari 8 (delapan) jenis pajak yaitu (1) Pajak Kendaraan Bermotor/T1, (2) Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor/T2, (3) Pajak Bahan Bahar Kendaraan Bermotor/T3, (4) Pajak

2

Page 3: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Hotel dan rstoran/T4, (5) Pajak Hiburan/T5, (6) Pajak Reklame/T6, (7) Pajak Penerangan

Jalan/T7, (8) Pajak Air Bawah Tanah&Air Permukaan/T8.

Model yang sering digunakan untuk mengetahui kapasitas pajak sekaligus

mencerminkan dasar pajak (tax base) suatu negara atau daerah adalah melalui

pendekatan rasio pajak. Model ini menunjukkan pengaruh pendapatan (Y) terhadap rasio

penerimaan pajak daerah. Adapun model tersebut adalah sebagai berikut ;

T/Y = α + β Y

Dimana :

T = Penerimaan pajak daerah

Y = PDRB

T/Y = Rasio pajak

α, β = Parameter

Selanjutnya dijelaskan oleh Bahl bahwa rasio pajak merupakan hasil pajak (tax

yield) sebagai fungsi terhadap pendapatan, sedangkan upaya pajak yaitu rasio

penerimaan pajak aktual terhadap kapasitas pajak dengan asumsi bahwa rasio pajak

tersebut sebagai fungsi dari kapasitas pajak (T/Y) dan upaya pajak (E), yang dapat

dituliskan sebagai berikut : T/Y = f (T^/Y, E). Jika T/Y adalah kapasitas pajak dan upaya

pajak didefinisikan sebagai keleluasaan kapasitas pajak yang digunakan, maka rasio

upaya pajak (tax effort ratio) bagi suatu negara atau daerah adalah : E = (T/Y)/(T^/Y) atau

E = T/T^

Dimana :

E = Rasio upaya pajak

T = Penerimaan pajak aktual

T^ = Eestimasi Pajak

Y = PDB/PDRB

3

Page 4: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Berdasarkan metode Bahl, dapat dilakukan modifikasi model untuk memperoleh

kapasitas pajak daerah dengan mencari nilai nominal estimasi pajak kemudian meregres

pajak terhadap sektor jasa.

T^/Y= f (Y Jasa ) atau T^/Y = a + b Y Jasa ............................................................. ( 1)

Dimana :

T^ = Estimasi Pajak

Y Jasa = Sektor Jasa ( Sektor Listrik, Gas & Air Bersih, Sektor Perdagangan &

Hotel,Restoran, Sektor Pengangkutan & Komunikasi, Sektor Keuangan & Jasa, Sektor

Jasa - Jasa).

a, b = Konstanta

Setelah diperoleh nilai koefisien a dan b, kemudian memasukan nilai Sektor Jasa terhadap

nilai koefisiennya maka diperoleh sebuah persamaan kapasitas pajak estimasi/potensi

sebagai berikut :

T^/Y = f ( Y Jasa) atau T^/Y= a^ + b^ Y Jasa

Kemudian untuk mengetahui sejauhmana upaya pajak maka digunakan rumus

Bahl tentang tax effort yaitu ;

T/Y = f ( T^/Y, E ) .................................................................................................... (2)

T/Y Jasa = f (T^/Y Jasa, E ) .................................................................................... (3)

E = T/T^ ................................................................................................................... (4)

Dengan penggunaan model Bahl tersebut, ada beberapa hal yang harus dilakukan

yaitu : Pertama, dapat mengetahui kapasitas atau kemampuan serta upaya pajak yang

telah dilakukan. Kedua, pada penggunaan model tersebut dapat menentukan rangking

yang akan memberikan karakteristik bagi masing masing pajak daerah dalam empat

kategori yaitu :

1. High capacity – high effort

2. High capacity – low effort

3. Low capacity – high effort

4

Page 5: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

4. Low capacity – low effort

Kategori diatas adalah sangat penting untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam

mengoptimalkan pungutan dari berbagai jenis pajak didaerah.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap kerangka pemikiran penelitian ini

dilukiskan pada MODEL PENELITIAN sebagai berikut :

2. MODEL PENELITIAN

5

PAJAK DAERAH

Penerimaan Pusat

Jenis Jenis Pajak Daerah

Penerimaan Daerah

Jenis jenis Pajak Daerah

Sektor Ekonomi Publik

Page 6: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

3. HIPOTESIS

Berdasarkan analisis penelaahan sementara (adhoc) tentang kinerja pajak di DKI Jakarta,

maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

1. Pajak Daerah DKI Jakarta sebagian besar mempunyai tingkat elstisitas yang inelastis.

2. Tingkat efektivitas kebijakan diskresioneri perpajakan di DKI Jakarta masih rendah

(mayoritas selisih antara elastisitas buoyancy dan elastisitas murni kurang dari satu).

3. Jenis – jenis pajak daerah di DKI Jakarta sebagian besar berada pada tingkat

karakteristik LC (Low Capacity) – LE (Low Effort).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

1. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2002 - 2003 yang dimulai dari proses izin

wilayah penelitian, penentuan unit analisis, pengumpulan data hingga pengolahan

6

PPABT&AP PHRPBBKB

Strategi Peningkatan Pajak

Kapasitas dan Upaya

BBNKB

Tingkat Elastisitas

PKB PHi PRK PPJ

Page 7: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

data.

2. Tempat penelitian adalah Dipenda DKI Jakarta

Populasi, Sampel dan Sampling.

1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pajak Daerah DKI Jakarta

2. Sampel yang diperoleh sebanyak 10 tahun, yaitu Pajak Daerah Tahun 1992/1993 –

2001/2002.

3. Sampling yang dilakukan adalah sampling bertujuan, yaitu peneliti mengambil data

beberapa tahun terakhir untuk dianalisis.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini mempergunakan pendekatan kuantitatif, dan metode penelitian

yang digunakan adalah penelitian kepustakaan. Penelitian ini bersifat deskriptif

analitis yang artinya memberikan gambaran mengenai situasi yang terjadi

berdasarkan data yang tersedia dan disertai dengan rujukan teori serta perhitungan

kuantitatif.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah Pajak Daerah dengan notasi T sebagai dependent

variable dan PDRB Sektor Jasa (Y Jasa) sebagai independent variable. Fokus

pembahasan dalam penulisan ini adalah Pajak Daerah yang terdiri dari 8 jenis

(berdasarkan UU No. 18 Tahun 1997).

Instrumen Penelitian.

Jenis data yang dikumpulkan disesuaikan dengan pendekatan analisis yaitu data

kuantitatif. Periode pengukurannya digunakan data runtut waktu (time series) selama

10 tahun ( 1992/1993 – 2001/2002).

Disain Penelitian

Disain penelitian ini menggunakan disain explanatory yaitu penelitian ini berusaha

menjelaskan kinerja Pajak Daerah melalui teori yang sudah ada (elastisitas pajak,

kapasitas dan upaya pajak). Fokus dalam disain penelitian ini adalah mengukur

prosentase perubahan penerimaan pajak yang dipengaruhi oleh prosentase

perubahan PDRB sektor Jasa. Selain dari pada itu diuraikan juga bagaimana

menentukan klasifikasi jenis-jenis pajak daerah DKI Jakarta dengan kategori : HC-HE,

7

Page 8: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

HC-LE, LC-HE, LC-LE.

Teknis Analisis

Digunakan alat analisis regresi yang dapat menjelaskan bentuk ketergantungan suatu

variabel terikat (dependent variable) terhadap satu atau lebih variabel bebas

(independent variable). Untuk analisis regresi diperlukan sejumlah observasi yang

terdiri dari variabel dependen (T) dan variabel independen (Y Jasa). Analisis regresi

ini untuk melihat pola hubungan yang ditunjukkan oleh hasil observasi.

Model Pengukuran Pajak

1. Elastisitas pajak terhadap PDRB Jasa yaitu; E = d/T/dY x Y/T, dimana :

E (elastisitas), T (Pajak daerah), Y (PDRB Jasa).

2. Kapasitas Riil Pajak (T/Y)

3. Kapasitas Potensi Pajak (T^/Y)

4. Upaya Pajak ( T/T^)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

1. Jika dilihat dari sisi nilai rata – rata antara selisih elastisitas pajak buoyancy dan

elastisitas pajak murni terdapat nilai sebagai berikut ; (1) PKB/T1 = 0,89 %, (2)

BBNKB/T2 = 2 %, (3) PBBKB/T3 = 11 %, (4) PHR/T4 = 1,7 %, (5) Phi/T5 = 0,11 %, (6)

PRK/T6 = 0,30 %, (7) PPJ/T7 = 0,98 %, (8) PABT & AP = 0,47 %. Nilai prosentase rata-

rata dari selisih antara elastisitas pajak buoyancy dan elastisitas pajak murni tersebut

mengindikasikan bahwa kebijakan diskresioneri pajak masih belum efektif.

2. Trend selisih antara nilai elastisitas buoyancy dengan nilai elastisitas murni yang

diregres terhadap waktu masing-masing jenis pajak selama 10 tahun (1992/1993-

2001/2002), terdapat 6 (enam) jenis pajak yang mengalami penurunan adalah; PKB/T1

= 5,9 %, BBNKB/T2 = 4,93 %, PHR/T4 = 21,1 %, Phi/T5 = 0,5 %, PRK/T6 = 2,1 %,

PPJ/7 = 5,53 % yang mengindikasikan bahwa EB - EM < 1, dan sebanyak 2 (dua) jenis

pajak yang menunjukkan peningkatan yaitu EB – EM > 1 adalah ; PBBKB/T3 = 143,3

8

Page 9: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

%, dan PABT&AP/T8 = 0,90 %. Kondisi perpajakan ini mengindikasikan bahwa

kebijakan perpajakan selama 10 tahun (1992/1993 – 2001/2002) tidak efektif.

3. Terdapat karakteristik kapasitas dan upaya pajak daerah DKI Jakarta Tahun 1992/1993-2001/2002 yang menempati rangking sebagai berikut ;

HC-HE HC-LE LC-HE LC-LET2 T1 T3 T5 T4 T6 T7 T8

4. Strategi yang digunakan untuk upaya peningkatan pajak adalah strategi pertumbuhan

yang implementasinya sebagai berikut ; perluasan pajak, penyempurnaan tarif pajak,

melakukan pengawasan pajak, memberdayakan SDM & memberikan pelatihan intensif

petugas petugas pajak , meningkatkan administrasi dan manejemen pengelolaan pajak

daerah.

PEMBAHASAN

Kinerja Pajak atau pelaksanaan pajak adalah perbandingan antara penerimaan

pajak dengan rencana pajak. Oleh karena itu kapasitas pajak diukur dengan Tax Ratio

(T/Y) sebagai kapasitas pajak yang dapat diupayakan. Sebagai alat untuk mengukur

upaya pajak digunakan perbandingan antara Pajak Aktual (T) dengan Pajak Potensi (T^/Y)

yang diberi notasi T/T^. Kemudian untuk mengetahui kapasitas potensi pajak yang belum

tergali adalah dengan melihat selisih antara; kapasitas pajak potensi dengan pajak aktual

(T^ – T) yang kemungkinan hasilnya adalah T < T^ atau T > T^. Selanjutnya untuk

melihat peluang pajak yang belum tergali adalah dengan melihat selisih antara kapasitas

pajak riil dengan kapasitas pajak potensi (T/Y – T^/Y) yang kemungkinan hasilnya adalah

T/Y < T^/Y atau T/Y >T^/Y. Lebih jauh lagi untuk mengetahui berapa besar kapasitas riil

pajak yang belum tergali adalah dengan melihat selisih antara kapasitas riil pajak dengan

pajak aktual (T/Y – T) yang hasilnya kemungkinan T/Y < T atau T/Y > T. Dibawah ini

disajikan tabel yang dapat menjelaskan peluang pajak yang belum tergali.

9

Page 10: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Tabel : Kapasitas Pajak (T/Y) Daerah DKI Jakarta Periode Tahun 1992/1993 -2001/2002

(dalam persen)

Tahun T1/Y T2/Y T3/Y T4/Y T5/Y T6/Y T7/Y T8/Y

1992/1993 0.5095 0.5000 0.0083 0.3964 0.1717 0.2573 0.0890 0.0675

1993/1994 0.5689 0.7150 0.0233 0.4279 0.1482 0.2174 0.1049 0.0647

1994/1995 0.6379 1.3389 0.0556 0.4348 0.1358 0.1501 0.1124 0.0603

1995/1996 0.6100 1.1177 0.0512 0.4468 0.1234 0.1597 0.1298 0.0555

1996/1997 0.5704 1.0135 0.0466 0.4384 0.0743 0.1452 0.1154 0.0505

1997/1998 0.3687 0.2256 0.0154 0.2947 0.0430 0.0692 0.0799 0.0371

1998/1999 0.4254 0.4254 0.0070 0.2869 0.0458 0.0631 0.0891 0.0335

1999/2000 0.4214 0.8559 0.0577 0.2411 0.0378 0.0455 0.0628 0.0241

2000/2001 0.6213 0.9698 0.0436 0.3125 0.0468 0.0472 0.0966 0.0328

2001/2002 0.5246 0.8244 0.0600 0.2398 0.0360 0.0420 0.1049 0.0240Sumber Data : Dipenda DKI Jakarta, 2000., diolah

Tabel : Selisih Antara Kapasitas Pajak Riil (T/Y) Dengan Kapasitas Pajak Potensi (T^/Y)

DKI Jakarta periode tahun 1992/1993 – 2001/2002 (dalam persen)

Thn PKB/T1

%

BBNKB/T2

%

PBBKB/T3

%

PHR/T4

%

Phi/ T5

%

PRK/T6

%

PPJ/T7

%

PPABT&

AP/T8 %

92/93 -101% -100% -77% -100% -100% -10% -97% -94%

93/94 -100% -100% -102% -100% -100% -101% -104% -97%

94/95 -101% -101% -86% -99% -99% -99% -102% -99%

95/96 -100% -100% -101% -101% -101% -99% -100% -105%

10

Page 11: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

96/97 -100% -100% -114% -101% -101% -104% -98% -93%

97/98 -100% -100% -104% -98% -98% -96% -105% -88%

98/99 -100% -100% -108% -101% -101% -96% -104% -110%

99/00 -100% -100% -112% -100% -100% -94% -103% -101%

00/01 -100% -100% -93% -99% -99% -92% -102% -93%

01/02 -99% -100% -96% -98% -98% -90% -102% -85%

Rata 2 -100.1 -100.1 -99.3 -99.7 -99.7 -88.1 -101.7 -96.5

Sumber Data : Dipenda DKI Jakarta, 2000., diolah

Tabel tersebut menunjukkan bahwa selisih antara kapasitas riil pajak dengan

kapasitas pajak potensi mengindikasikan bahwa rencana pajak setiap jenis pajak adalah

sangat rendah. Maksudnya adalah Kapasitas Riil Pajak Daerah DKI Jakarta belum dapat

dicapai seratus persen sesuai dengan nilai kapasitas riil pajak daerah itu sendiri. Rata –

rata selisih kapasitas riil pajak dengan kapasitas pajak potensi seperti ; Pajak Kendaraan

Bermotor (T1), Bea Balik Nama Kendaraan Bermototr (T2) dan Pajak Penerangan Jalan

(T7) mencapai angka selisih minus diatas 100%. Begitu pula selisih antara kapasitas riil

pajak dengan kapasitas pajak potensi untuk Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (T3),

Pajak Hotel dan Restoran (T4), Pajak Hiburan (T5), Pajak Reklame (T6) dan Pajak Air

Bawah Tanah dan Air Permukaan (T8) mencapai angka minus dibawah 100 %. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa potensi pajak belum dapat didata dan diupayakan

pemungutannya secara maksimal.

Untuk mengetahui besarnya penerimaan pajak aktual sebagai upaya maksimal

pemungutan pajak dapat dilihat pada tabel selisih antara kapasitas pajak potensi dengan

pajak aktual sebagai berikut ;

Tabel : Selisih Antara Pajak Potensi (T^/Y) Dengan Pajak Aktual (T1- T4) DKI Jakarta

periode tahun 1992/1993 – 2001/2002 (dalam persen).

Tahun PKB/T1 (%) BBNKB/T2 (%) PBBKB/T3 (%) PHR/T4 (%)

1992/1993 4% 36% 43% 21%

1993/1994 -7% 9% -14% 9%

1994/1995 -21% -71% -114% -2%

1995/1996 17% -42% -67% -14%

1996/1997 -10% -30% -37% -21%

1997/1998 30% 78% 71% 4%

1998/1999 17% 45% 83% 2%

11

Page 12: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

1999/2000 17% -10% -29% 14%

2000/2001 -23% -25% 6% -17%

2001/2002 -4% -6% -24% 6%

Rat-Rata 2% -1.6% -8.2% 0.2%

Sumber Data : Dipenda DKI Jakarta, 2000., diolah

Selisih antara target pajak dan penerimaan pajak untuk jenis – jenis pajak PKB

(T1), BBNKB (T2), PBBKB (T3) PHR (T4) untuk periode tahun 1992/1993 menunjukkan

nilai lebih dari pada target pajak yang ditetapkan. Akan tetapi sebaliknya pengumpulan

pajak pada tahun 1993/1994 – 1995/1997, penerimaan pajak aktual dibawah target.

Kendati pada tahun 1997/1998 -1998/1999 penerimaan pajak melebihi target, akan tetapi

secara akumulasi kekurangan penerimaan tahun sebelumnya belum dapat ditutupi. Begitu

pula pada tahun 1999/2000 – 2001/2002, PKB (T1) dan PHR (T4) serta PBBKB (T3) tahun

2000/2001 dan PHR (T4) tahun 2001/2002 menunjukkan melampaui target, sedangkan

jenis pajak lainnya tetap menunjukkan negatif. Kondisi pemungutan pajak daerah DKI

Jakarta yang terjadi mengundang kerisauan dengan suatu pertanyaan apakah rencana

pajak DKI Jakarta yang sangat tinggi (ideal) atau petugas pajak daerah DKI Jakarta yang

kurang ofensif atau rencana pajak yang rendah. Kondisi ini dapat dilihat pada nilai rata-rata

dari pada Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB/T2) yang minus -1.6 % dan Pajak

Bahan Bakar Kendaran Bermotor (PBBKB/T3) juga minus – 0.8 %, pada hal dua jenis

sumber pajak ini merupakan pajak primadona.

Tabel : Selisih Antara Pajak Potensi (T^/Y) Dengan Pajak Aktual (T5 – T8) DKI Jakarta

Periode Tahun 1992/1993 – 2001/2002 (dalam persen).

Tahun Phi/T5 (%) PRK/T6 (%) PPJ/T7 (%) PABT/T8 (%)

1992/1993 -4% -5% 16% 10%

1993/1994 -3% -2% -1% 4%

1994/1995 -11% 15% -10% -2%

1995/1996 -19% -7% -30% -6%

1996/1997 16% -17% -18% -8%

1997/1998 26% 10% 17% -5%

1998/1999 12% 6% 5% -2%

1999/2000 16% 19% 33% 21%

12

Page 13: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

2000/2001 -21% -3% -5% -18%

2001/2002 -11% -17% -14% 6%

Rat-Rata 0.1% -0.1% -0.7% 0%

Sumber Data : Dipenda DKI Jakarta, 2000., diolah

Jenis-jenis pajak daerah Phi (T5), PRK (T6), PPJ (T7) dan PABT & AP (T8) adalah

jenis – jenis pajak daerah yang masih harus selalu ditingkatkan sistem pengelolaannya.

Selama periode 1992/1993 – 2001/2002, jenis – jenis pajak daerah tersebut menunjukkan

penerimaan yang sangat fluktuatif terhadap target/rencana pajak. Misalnya pada tahun

1992/1993 Phi (T5) dan PRK (T6) menunjukkan minus, sedangkan PPJ (T7) dan PABT &

AP (T8) menunjukkan penerimaan surplus terhadap target pajak. Pencapaian pajak pada

tahun 1993/1994 – 1996/1997, Phi (T5), PRK (T6), PPJ (T7) adalah minus terhadap

rencana pajak, sedangkan PABT & AP (T8) menunjukkan surplus terhadap rencana pajak.

Pada tahun 1994/1995 – 1996/1997 Phi (T5), PRK (T6), PPJ (T7) dan PABT & AP (T8)

juga menunjukkan minus terhadap rencana pajak kecuali PRK (T6) pada tahun 1995/1996

dan Phi (T5) menunjukkan surplus terhadap rencana pajak. Pada tahun 1997/1998 –

1999/2000 Phi (T5), PRK (T6), PPJ (7) PABT & AP (T8), upaya pajak menunjukkan

surplus kecuali PABT & AP (T8) mengalami minus pada tahun 1997/1998 – 1998/1999.

Adapun pada tahun 2000/2001 – 2001/2002 semua jenis pajak Phi (T5) hingga PABT &

AP (T8) mengalami minus terhadap rencana pajak kecuali PABT & AP (T8) pada tahun

2001/2002 menunjukkan prestasi upaya pajak surplus terhadap rencana pajak.

Penerimaan pajak daerah yang fluktuatif ini besar kemungkinan disebabkan oleh faktor

manajemen dan kebijakan perpajakan Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang kurang sigap

dan tanggap terhadap perkembangan ekonomi DKI Jakarta sebagai kota jasa. Selain dari

pada itu adalah faktor fiskus atau tenaga pemungut pajak yang besar kemungkinan belum

mematuhi segala kebijakan perpajakan, begitu pula para wajib pajak yang juga tidak

bersemangat untuk mematuhi kewajiban pajaknya.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kemampuan Pemerintah Daerah DKI Jakarta

dalam pemungutan pajak dapat dilihat pada besarnya selisih antara kapasitas riil pajak

dengan pajak aktual.

13

Page 14: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Tabel : Selisih Antara Kapasitas Pajak Riil (T/Y) Dengan Pajak Aktual (T) DKI Jakarta

Periode Tahun 1992/1993 – 2001/2002 (T1 – T4) (dalam persen).

Tahun PKB/T1(%) BBNKB/T2(%) PBBNKB/T3(%) PHR/T4(%)

1992/1993 -96% -63% -42% -78%

1993/1994 -107% -91% -116% -91%

1994/1995 -123% -172% -185% -101%

1995/1996 -117% -143% -171% -115%

1996/1997 -110% -130% -155% -122%

1997/1998 -72% -29% -39% -95%

1998/1999 -83% -55% -18% -99%

1999/2000 -83% -110% -144% -86%

2000/2001 -122% -124% -87% -116%

2001/2002 -103% -106% -120% -92%

Rata-Rata -101.6% -102.3% -107.7% -99.5%

Sumber Data : Dipenda DKI Jakarta, 2000., diolah

Secara rata-rata peluang pajak daerah yang belum dapat dihimpun sesuai dengan

kapasitas pajak riil adalah sebesar -101,6 % untuk Pajak kendaraan bermotor, 102.3 %

untuk Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, -107.7 % dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor dan Pajak Hotel dan Restoran sebesar -99,5 %. Empat jenis pajak daerah

teserbut merupakan pajak potensial yang kapasitasnya diatas 100 % belum tergali bila

dibandingkan dengan pajak aktual.

14

Page 15: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Tabel : Selisih Antara Kapasitas Pajak Riil (T/Y) Dengan Pajak Aktual (T) DKI Jakarta

Periode Tahun 1992/1993 – 2001/2002.(T5 – T8) (dalam persen).

Tahun Phi/T5(%) PRK/T6(%) PPJ/T7(100%) PPABT&AP/T8(%)

1992/1993 -107% -107% -81% -84%

1993/1994 -106% -104% -105% -92%

1994/1995 -113% -83% -112% -101%

1995/1996 -123% -106% -130% -111%

1996/1997 -83% -121% -115% -101%

1997/1998 -72% -87% -89% -93%

1998/1999 -92% -90% -99% -112%

1999/2000 -76% -76% -70% -80%

2000/2001 -117% -94% -107% -109%

2001/2002 -120% -105% -117% -80%

Rata-Rata -100.9% -97.3% -102.5% -96.3%

Sumber Data : Dipenda DKI Jakarta, 2000., diolah

Pajak Hiburan dan Pajak PeneranganJalan masing – masing -100.9 % dan -102.5

% merupakan peluang pajak yang hilang disebabkan karena selama ini pajak hiburan

belum teratur administrasinya sedangkan pajak penerangan jalan masih banyak

pelanggan yang melakukan pencurian arus listrik disamping adanya generator milik

swasta. Sedangkan peluang untuk Pajak Reklame dan Pajak Air Bawah Tanah & Air

Permukaan hilang sebesar – 97,3 % dan – 96,3 % juga disebabkan oleh faktor

administrasi yang belum diatur.

KESIMPULAN DAN SARAN

15

Page 16: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

KESIMPULAN

Berlandaskan metode analisis yang menggunakan pendekatan elastisitas pajak oleh

Yuyun Wirasasmita, Sudarsono, Mansfield, A.R. Prest dan upaya pajak oleh Bahl, maka

disusun suatu modifikasi model yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja pajak

daerah DKI Jakarta. Jenis – jenis pajak daerah DKI Jakarta sangat terkait dengan PDRB

sektor jasa sehingga tinggi rendahnya perubahan pajak daerah DKI Jakarta tergantung

pada perubahan PDRB sektor jasa.

Untuk mencari kapasitas riil pajak dilakukan dengan meregres rasio pajak terhadap

rasio pajak yang sudah diregres, kemudian untuk mendapatkan kapasitas potensi pajak

adalah dengan meregres rasio pajak estimasi yang diregres terhadap PDRB sektor jasa

dengan uraian bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi rasio pajak estimasi adalah

ekonomi sektor jasa.

Berdasarkan pendekatan elastisitas dan metode hasil modifikasi tersebut dapat

diperoleh hasil penelitian dan pembahasan seperti dibawah ini ;

1. Sebagian besar secara rata-rata (62,5 %) pajak daerah DKI Jakarta menempati tingkat

elastisitas yang inelastis

2. Tingkat efektivitas kebijakan diskresioneri perpajakan di DKI Jakarta masih rendah

karena terdapat selisih antara elastisitas pajak buoyancy dan elastisitas pajak murni

secara rata – rata sebagian besar (62,5 %) berada pada tingkat EB < 1.

3. Trend selisih antara nilai elastisitas buoyancy dengan nilai elastisitas murni yang

diregres terhadap waktu masing-masing jenis pajak mengindikasikan bahwa sebagian

besar (75 %) juga berada pada tingkat EB - EM < 1.

4. Terdapat karakteristik kapasitas dan upaya pajak daerah DKI Jakarta yang sebagian

besar (50 %) menempati rangking Low Capacity (LC) – Low Effort (LE).

16

Page 17: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

B. Saran – Saran.

Beberapa saran yang disampaikan adalah :

1. Untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah yang mendekati target kapasitas riil

pajak daerah, disarankan agar Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) secara khusus

terus meningkatkan pengelolaan pajak yang memiliki kapasitas tinggi dan upaya

rendah, dapat dilakukan upaya antara lain :

(a). Meningkatkan kemampuan administrasi dan menekan biaya pemungutan.

(b). Senantiasa melakukan up-date data yang berkaitan dengan data wajib pajak.

penetapan jumlah pajak, jumlah tagihan pajak.

(c). Meningkatkan pengawasan dan menerapkan sangsi terhadap penunggak pajak

dan pengelola pajak yang melanggar.

(d). Mengadakan koordinasi dengan dinas – dinas lain yang terkait.

2. Perhatian ditujukan pula pada jenis – jenis pajak yang memiliki nilai kapasitas dan

upaya rendah agar dilakukan upaya sebagai berikut ;

(a). Mengidentifikasi pembayar pajak baru, memperbaiki basis data objek,

memperbaiki penilaian dan perhitungan kapasitas penerimaan.

(b). Memperkuat proses pemungutan pajak berupa penyusunan Perda, dan

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola pajak.

(c). Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait untuk meningkatkan penerimaan

pajak.

3. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan jenis – jenis pajak daerah adalah

strategi pertumbuhan yang implementasinya sebagai berikut ; perluasan pajak,

17

Page 18: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

penyempurnaan tarif pajak, melakukan pengawasan pajak, memberdayakan SDM &

memberikan pelatihan intensif petugas petugas pajak, meningkatkan administrasi dan

manejemen pengelolaan pajak daerah.

4. Penulis mengharapkan penelitian ini sebagai dasar informasi bagi peneliti selanjutnya

yang berkaitan dengan keuangan daerah. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

mengkaji lebih luas dan mendalam, sehingga dapat memberikan kontribusi

pengembangan ilmu ekonomi, berkaitan dengan peranan keuangan daerah dalam

memajukan pembangunan ekonomi daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.

Arsyad, Nurdjaman, et.al. 1992. Keuangan Negara. Intermedia, Jakarta.

Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus, Dan Solusi. BPFE, Yogyakarta.

Aunuddin. 1989. Analisis Data. PAU-IPB, Bogor.

Armida,S. Alisyahbana. 2002. Daya Saing Daerah, Konsep Dan pengukurannya Di

Indonesia. BPFE, Yogyakarta.

Bahl, Roy W., 1971. A Regression Approach to Tax Effort and Tax Ratio Analysis. IMF Staff Papers. Vol. XVIII. No. 3 November 1971, Washington.

18

Page 19: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Barthos, Basir. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Suatu Pendekatan Makro. Bumi Aksara, Jakarta.

Baswir, Revrisond. 2000. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. BPFE, Yogyakarta.

Basalim, Umar. et.al. 2000. Perekonomian Indonesia Krisis dan Strategi Alternatif. Pustaka Cidesindo, Jakarta.

Basri, et.al. 2003. Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Bird, Richard M. et.al. 2000. Fiscal Decentralization In Developing Countries (Desentralisasi Fiskal Di Negara Negara Berkembang). PT. SUN, Jakarta.

Bowden, Elbert V., et.al. 1977. Modern Business. Economics. Grolier. Alexander Hamilton Institute. New York.

Boediono. 1999. Ekonomi Makro. BPFE, Yogyakarta.

------------- 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.

Boediono, B. 2001. Perpajakan Indonesia. Tarawang Press, Yogyakarta.

Booth, Anne et.al. 1990. Ekonomi Orde Baru. LP3ES, Jakarta.

Daud, Supendi. 2002. Masuko & Giatsi. Renbang Dispenda DKI, Jakarta.

Davey. KJ. 1988. Pembiayaan Pemerintahan Daerah. UI Press, Jakarta.

Devas, Nick. et.al. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. UI Press, Jakarta.

Draper, Norman. et.al. 1992. Analisis Regresi terapan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta.

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kibijakan Publik. Gajah University Press,

Yogyakarta.

Due, John F.,1985. Keuangan Negara. Perekonomian Sektor Publik. Universitas Indonesia, Jakarta.

Due dan Rriedlaender. 1984. Keuangan Negara, Perekonomian Sektor Publik, Erlanga. Jakarta.

Eko Hari Basuki, Tjuk. et.al. 1986. Pengantar Ekonometrika. BPFE, Yogyakarta.

Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia. UI-Press, Jakarta. Feldman, Allan M. 2000. Ekonomi Kesejahteraan. Universitas Atmajaya, Yogyakarta. Gujarati, Damondar N. 1995. Basic Econometrics. Singapore, McGraw-Hill Book co. Inc.

Hendrick, Rebecca. 2001. Revenue Diversification : Fiscal Illusion or Flexible Finacial

Management. University of Illinois at Chicacgo, Cicago.

19

Page 20: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat, Jakarta.

Hakim, Abdul. 2002. Ekonomi Pembangunan. Adipura, Yogyakarta.

Ismawan, Indra. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan 2000. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Jhingan ML. 2000. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Joseph, G Nellis. et.al. 2000. The Essence of The Economy. Andi, Yogyakarta.

Judisseno, Rimsky, K. 2001. Perpajakan. Gramedia. Jakarta.

Karim, et. al. 2003. Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kunarjo. 2002. Perencanaan Dan Pengendalian Program Pembangunan. Universitas Indonesia, Jakarta.

Makridakis, Spyros, et.al. 1983. Forcasting: Methodes And Applications, Singapore.

Mansury R. 1996. Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Indonesia. Bina Rena

Pariwara, Jakarta.

Mangkoesoebroto, Guritno. 2000. Ekonomi Publik. BPFE, Yogyakarta.

Maskur, Nur Rif’ah. 2001. Peluang & Tantangan Otonomi Daerah. Permata Artistika,

Depok.

Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Andi, Yogyakarta

--------------- 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta.

Masngudi. 2000. Kuliah Manajemen Strategik. Universitas Borobudur, Jakarta.

Mubyarto. 2001. Prospek Otonomi Daerah dan Perkonomian Indonesia, Pasca Krisis

Ekonomi. BPFE, Yogyakarta.

Muftiadi, Anang.R. 1999. Laporan Hasil Seminar. Tinjauan Perekonomian Indonesia Dari Aspek Fundamental Tahun 1985 – 1996. Program Pascasarjana UNPAD, Bandung.

Muqodim. 1999. Perpajakan. UII Press, Yogyakarta.

Munawir, HS. 2000. Perpajakan. Liberty, Yogyakarta.

Nazir, Mohamad. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nachrowi, Djalal Nachrowi. et.al. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Oates, 1968. Fiscal Federalism. Harcourt Brace Jovanovich, Inc. New York.

20

Page 21: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Prabowo, Yudianto. 2002. Akuntasi Perpajakan Terapan. Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Prakosa, 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. UII Press, Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, Sukanto. 1999. Ekonomika Publik. BPFE, Yogyakarta. Rahardja, Pratama. et al. 2001. Teori Ekonomi Makro. Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia Jakarta. Rosen, Harvey S. 1998. Public Finance. Mc Graw – Hill. New York.

Syamsi,Ibnu. 1998. Dasar Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara. Rineka Cipta, Jakarta.

Sidik, Machfud. et.al. 2002. Dana Alokasi Umum, Konsep, Hambatan, Dan Prospek Di Era Otonomi Daerah. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Soemitro, Rohmat. 1991. Asas Dan Dasar Perpajakan. Eresco, Bandung.

Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta.

Suandy, Erly. 2001. Perencanaan Pajak. Salemba Empat, Jakarta.

Sudjana, Nana. 1991. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru, Bandung.

Sudjana. 1984. Tehnik Analisis Regresi Dan Korelasi. Transito, Bandung.

Soediyono. 1989. Ekonomi Makro. Pengantar Analisis Pendapatan Nasional. Liberty, Yogyakarta.

Suparmoko. 1987. Keuangan Negara Dalam Teori Dan Praktek. BPFE, Yogyakarta.

----------------. 2002. Ekonomi Publik. Andi, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan. 2001. Responsi Terhadap Kesenjangan Ekonomi. Per Pod, Jakarta.

Tambunan, Tulus, T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi. Bumi Aksara, Jakarta.

Trianto Widodo, Suseno Hg. 1990. Indikator Ekonomi. Kanisius, Yogyakarta.

Usman, Husni. et.al. 1995. Pengantar Statistika. Bumi Aksara, Jakarta.

Utama, Prabawa. 1991. Pemerintahan Di Daerah. IND-HILL-CO, Jakarta.

Uppal.J.S. 2000. Taxation In Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Warsito, et. al . 2003. Otonomi Daerah, Capacity Building dan Penguatan Demokrasi Lokal. Puskodak UNDP, Semarang.

21

Page 22: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Wirasasmita, Yuyun. 1982. Elasticity of Tax System: A Model Applied to Indonesia for the period 1974/1975 – 1979/1980. Universitas Padjadjaran, Bandung.

--------------------------. 1994. Analisis Kelayakan Dan Dampak Makro RAPBN 1994/1995. Dalam Makalah Institut Manajemen Koperasi Indonesia, Bandung.

-------------------------. 2003. Ekonomi Publik. Universitas Padjadjaran, Bandung.Winoto, Joyo. 1998. Teori Perencanaan Pembangunan Dan Ekonomi. PWD ’98, Institut

Pertanian Bogor, Bogor. Waluyo. 2000. Perubahan Perundang-Undangan Perpajakan Era Reformasi. Salemba

Empat, Jakarta. Waluyo, et.al. 2002. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di

Indonesia. Raja Grafindo, Jakarta.

Zain, Mohammad, et.al. Pembaharuan Perpajakan Nasional. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Zainun, Buchari. 1996. Manajenmen Sumber Daya Manusia Indonesia. Toko Gunung

Agung, Jakarta.

Berita Pajak. 2002. Edisi No.1467/Tahun XXXIV/15 Mei/2002. Sumber – Sumber Penerimaan Daerah dalam Pelaksanaan otonomi.

Castells, Antoni. (2002). Tax Capacity Disparities and Fiscal Equalization : The Case of Spanish Local Goverments. [email protected], Barcelona (Spain) [Accessed 5 January 2004]

Ebrill, Liam P., 1997. International Monetary Fund. [email protected]; awoldemariam @imf.org. [Accessed 10 January 2004]

General Accounting Office Report On State and Local Finance.1993. Fiscal Capacity of texas Cities Background Group Assignment, United State.

IESP ’98, UNPAD. 2000. Ekonomi Indonesia Perjalanannya Dimasa Krisis. Program Pascasarjana UNPAD, Bandung.

Hendrick, Rebecca. 2001. Revenue Diversification : Fiscal Illusion or Flexible Financial

Management. Hendrick @uic.edu, Chicago.

Jurnal Perpajakan Indonesia. 2001. Edisi Nopember dan Desember.

Jurnal Perpajakan Indonesia. 2002. Edisi Januari, Pebruari, Maret, dan Mei.

Saez, Emmanuel. 2001. Using Elasticities to Derive Optimal Income Tax Rates. Harvard

University and NBER, America.

Sidik, Machfud. 2001. Kebijakan Fiskal Pemerintah Dalam Kaitannya Dengan Desain Dan Implementasi Desentralisasi Fiskal. Kuliah Perdana pada Program Pasca Sarjana Universitas Borobudur Jakarta.

22

Page 23: Sinopsis DR. Abdul Mannan, MM

Susetyo, Didik. et.al. 1997. Kinerja Ekonomi Indonesia Selama PJP I, Sebuah Refleksi Memasuki Abad XXI. Program Pascasarjana UNPAD, Bandung.

Badan Pusat Statistik Propinsi DKI Jakarta. 2000. Jakarta Dalam Angka.--------------------------------------------------------- 1996 dan 1999. Pendapatan Regional DKI

Jakarta.--------------------------------------------------------- 2001. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk DKI

Jakarta (Perluasan Susenas). --------------------------------------------------------- 1996 dan 1999. Incremental Capital Out Put

Ratio DKI Jakarta.--------------------------------------------------------- 1996 dan 1998. Laporan Eksekutif. Tinjauan

Ekonomi Regional DKI Jakarta.-------------------------------------------------------1998 dan 1999. Laporan Eksekutif. Tinjauan

Ekonomi Regional DKI Jakarta.-------------------------------------------------------1998 dan 2000. Laporan Eksekutif. Tinjauan

Ekonomi Regional DKI Jakarta. ---------------------------------------------- ------- 2002. Indikator Fundamental Ekonomi Indonesia.

23