sindroma bernard soulier
TRANSCRIPT
Sindroma Bernard Soulier merupakan
penyakit autosomal resesif berkaitan dengan
kecenderungan mengalami perdarahan,
ditemukan adanya giant platelets, dan jumlah
trombosit yang menurun. Kerusakan yang terjadi
hanya terbatas pada lini megakariosit/trombosit.
Sindroma ini jarang ditemukan dan diperkirakan
hanya sekitar 100 kasus yang terpublikasikan baik
di Jepang, Eropa, maupun Amerika Utara. 1,3
Sindroma ini pertama kali digambarkan oleh 2
orang hematolog Prancis yang bernama Jean
Bernard dan Jean-Pierre Soulier pada tahun 1948
pada seorang pasien lelaki muda yang mengalami
gangguan perdarahan berat dengan waktu
perdarahan (bleeding time/BT) yang memanjang,
jumlah trombosit yang rendah dan ukuran trom-
bosit yang besar (makrotrombositopenia). Ber-
dasarkan gangguan yang terjadi, maka mereka
menamakan sindroma ini mula-mula dengan
"Dystrophie thrombocytaire-hémorragipare congé-
nitale" (Hemorrhagiparous thrombocytic dystro-
phy)”yang ketika ditelusuri lebih lanjut berkaitan
dengan riwayat pada keluarga. Pada masa kini
penyakit ini dinamakan sebagai sindroma Bernard
Soulier.1,3
Penyebab dari sindroma ini adalah adanya
defek pada 3 gen yaitu GPIb, GPV dan GPIX
yang merupakan reseptor di permukaan trombosit
yang mana fungsi dari kompleks GPIb-V-IX ini
adalah memastikan bahwa proses hemostasis
primer dengan adhesi trombosit ke endotel yang
mengalami jejas dapat terjadi secara normal.
Proses adhesi trombosit terjadi karena adanya
ikatan kompleks ini dengan faktor von Willebrand
di permukaan endotel yang mengalami jejas. Ter-
dapat empat transmembran protein yang berbeda
yaitu GPIbα (MW 135 kDa), GPIbβ (MW 26 kDa),
GPIX (MW 20 kDa) dan GPV (MW 82 kDa) yang
disusun untuk membentuk reseptor fungsional
megakariosit yang nantinya akan berdiferensiasi
menjadi trombosit matang. Kelompok GPIbα,
GPIbβ, dan GPIX merupakan kelompok
glikoprotein yang terkait erat satu sama lain
dalam efisiensi biosintesis reseptor trombosit
sehingga kekurangan salah satu subunit tunggal
saja akan secara dramatis menurunkan ekspresi
reseptor seluruh kompleks tersebut. Berbeda
halnya dengan glikoprotein GPV karena
meskipun berkurang, namun tidak begitu
mempengaruhi ekspresi reseptor maupun ikatan
dengan faktor von Willebrand.1,2,3
Pada kebanyakan kasus, perdarahan yang
terjadi berkembang cepat sejak lahir dan kanak-
kanak. Manifestasi klinis yang ditemukan dapat
berupa purpura, epistaksis, perdarahan gusi,
menoragi, perdarahan saluran cerna (jarang),
dan hematuria. Episodik perdarahan juga
berkaitan dengan jejas yang terjadi dan
prosedur bedah yang dilakukan, misalnya ton-
silektomi, apendektomi, splenektomi, ataupun
ekstraksi gigi dan menstruasi. Berat ringannya
perdarahan yang terjadi pada penderitanya juga
bervariasi dan umumnya perdarahan superfisial
lebih sering ditemukan.1,2,3
Secara pemeriksaan laboratorium, sindroma
Bernard Soulier dapat didiagnosis secara
konvensional menggunakan teknik pemeriksaan
waktu perdarahan (bleeding time/BT) yang
memanjang, kemudian ditemukan adanya giant
thrombocyte dengan ukuran 11-16 fL
(sedangkan ukuran normal trombosit adalah
sekitar 8-12 fL), dengan jumlah trombosit
umumnya menurun mejadi sekitar 20.000
hingga 100.000/µL. Oleh sebab itu pemeriksaan
laboratorium untuk sindroma Bernard Soulier
tidak hanya mencakup pemeriksaan hemostasis
tapi juga melibatkan pemeriksaan hematologi
lengkap dengan gambaran darah tepi.
Sindroma Bernard Soulier
Maret 2015
Sysmex Updates Infinity
In this issue…
Sindroma Bernard
Soulier
Hematology Is A Closed
System
SYSMEX GATHERING
2015: Learn mOVie and Eat (LOVE) 4 February 2015, Blitz Megaplex Grand Indonesia, Jakarta
CA-104 Semi-automated coagulation analyzer
Turbodensitometric method
Automated adjusted light
intensity
Pre-warmed reagent and
cuvette holder at 37°C
Four Channel
15 programmable assay
Available for parameter:
PT (Innovin)
APTT (Actin FS, Actin FSL,
PathSL)
Fibrinogen (Multifibren U)
TT (Test Thrombin Time)
Intrinsic and Extrinsic Factor
Special Clotting (LA1/ LA2,
Prot C Reagent)
Reagent mixing position
Built in thermal printer
Pemeriksaan hemostasis yang khas pada
sindroma ini adalah pada pemeriksaan fungsi
agregasi trombosit menggunakan agonis
ristocetin, akan tampak bahwa ristocetin tidak
mampu menginduksi proses agregasi trombosit
sedangkan dengan agonis lain induksi agregasi
trombosit dapat berlangsung normal.
Konfirmasi adanya defek pada reseptor ini
dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan flowsitometri menggunakan anti-
body monoklonal spesifik yaitu CD42 b.1,4
Pada masa kini terdapat pemeriksaan yang
mampu mendeteksi fungsi trombosit yang lebih
baik dibandingkan hanya menggunakan
pemeriksaan konvensional (bleeding time/BT)
yaitu PFA-100. Pemakaian PFA-100 pada
diagnosis sindroma Bernard Soulier akan
menunjukkan hasil closure time yang meman-
jang. 4 Selain pemeriksaan koagulasi, adanya
giant platelet juga telah mampu dideteksi oleh
suatu alat hematologi otomatik modern baik dari
nilai MPV (mean platelet volume) maupun dari
hasil P-LCR (platelet large cell ratio) sehingga
dengan demikian, ke depan untuk pemeriksaan
pasien dengan sangkaan sindroma ini dapat
ditangani lebih baik dan akurat.
Berikut adalah algorithma diagnosis sindroma
Bernard Soulier (Gambar 1).3
Hematology Is A Closed System
Istilah” Sysmex hematology analyzer is a closed system”memiliki
pengertian bahwa reagensia hematologi Sysmex yang telah
divalidasi berdasarkan ISO 9002, ISO 14001 serta telah mem-
peroleh sertifikasi FDA, dibuat sedemikian rupa untuk
digunakan hanya pada analyzer hematologi Sysmex. Oleh sebab
itu analyzer hematologi bersama dengan reagensia Sysmex
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan .Secara garis
besar, konsep Hematology Analyzer is a Closed System ditinjau
berdasarkan dua aspek, yaitu: a. Metoda pemeriksaan, yang
terdiri dari teknologi, reagensia, dan algoritma, b. Pengaruh
reagensia terhadap perangkat keras (Hardware) suatu alat
hematologi.1
Berdasarkan konsep yang telah disebutkan, maka sangat
penting bagi suatu laboratorium untuk mengetahui apakah
suatu metoda maupun reagensianya telah terbukti memiliki
tingkat akurasi dan presisi yang baik. Oleh sebab itu sangat
diperlukan suatu standar yang mampu menelusuri ke metoda
rujukan maupun material rujukan sehingga dengan demikian
diperoleh suatu keyakinan dengan hasil yang dikeluarkan.2
Konsep penelusuran (traceability) bukanlah suatu hal yang
sederhana dalam menilai akurasi namun diperlukan suatu nilai
tertentu yang disetujui baik untuk material maupun prosedur
rujukan yang dinamakan sebagai assigned value. Sebagai contoh,
maka assigned value dari suatu kalibrator yang digunakan di suatu
laboratorium secara sistematis berasal dari protokol pembuatan
kalibrator yang berasal dari prosedur pembuatan dan material
yang mampu ditelusuri ke rujukan internasional melalui suatu
rantai/mekanisme yang berkesinambungan.2 Sebagai contoh
adalah kalibrator hematologi Sysmex yang mampu ditelusuri ke
metoda rujukan dan material rujukan yang mana kalibrator yang
digunakan mampu mengkalibrasi dan memverifikasi hitung
leukosit, eritrosit, kadar hemoglobin, nilai HCT/MCV, dan
hitung trombosit. 4
Dari kalibrator hematologi Sysmex, tampak bahwa terdapat
berbagai prosedur pemeriksaan parameter hematologi yang
dapat ditelusuri ke standar internasional, seperti pemeriksaan
jumlah leukosit, jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, hematokrit
dan jumlah trombosit.3,4
Rujukan:
1. Lanza F. Bernard Soulier Syn-drome (Hemorrhagiparous throm-bocytic dystrophy ). Orphanet Jour-nal of Rare Diseases 2006, 1: 46. Avail.at: http://www.ojrd.com/
content/pdf/1750-1172-1-46.pdf
2. Aubin N, Amesse C, Bailargeon L, Derome F, Meilleur C, Sabourin C . Bernard Soulier Syndrome-An inherited bleeding disorder. Canadi-an haemophilia Society booklet. Avail.at: http://www.hemophilia.ca/f i l e s / B e r n a r d % 2 0 S o u l i e r %
20Syndrome.pdf
3. Lopez JA, Andrews LK, Afshar-Kharghan V, Berndt MC. Bernard-Soulier Syndrome. Blood 1998; 91 (21) : 4397-418. At : h t tp : / /www.bloodjournal.org/content/bloodjournal/91/12/4397.full.pdf?
sso-checked=true
4. Pham A, Wang J. Bernard-Soulier Syndrome-An inherited platelet disorder. Arch Pathol Lab Med 2007; 131: 1834-6. Avail. at: http://www.archivesofpathology.org/doi/pdf/10.1043%2F1543-2165(2007)1 3 1 % 5 B 1 8 3 4 % 3 A B S A I P D %
5D2.0.CO%3B2
Berikut adalah tabel yang menunjukkan daftar prosedur rujukan
pemeriksaan parameter hematologi yang mampu ditelusuri ke rujukan
Rujukan: 1. Brochure Hematology is a closed system.
2nd Ed.2013
2. Kutzner M, Rowan RM. Traceability of
hematology results-An industry view.
Sysmex Journal International 2001;11
(1 ) :1 -7 . Ava i l a t . h t tp ://
www.sysmex.co.jp/me/scientific/en/sji/
pdf/2001/sum_vol11_1_01.pdf
3. Roos C, Shinkai E, Fujimoto K. Meas-
urement uncertainty of values assigned
to Sysmex haematology calibrator SCS-
1000. Sysmex Journal International
2008;18(2):31-7
4. Leaflet Sysmex Calibrator System (SCS-
1000). Sysmex Corporation 2010
SYSMEX GATHERING 2015: Learn mOVie and Eat (LOVE)
4 February 2015, Blitz Megaplex Grand Indonesia - Jakarta
Sysmex Gathering merupakan event yang diselenggarakan oleh PT Sysmex Indonesia setiap 2 tahun sekali, yang me-
madukan edukasi dan hiburan.
Sysmex Gathering tahun 2015 kali ini diselenggarakan di auditorium Blitz Megaplex Grand Indonesia– Jakarta pada
tanggal 14 Februari 2015 dengan tema: LOVE (Learn mOVie and Eat), Fun Way to Learn and Love QC dan dihadiri
oleh 223 peserta dari 200 institusi.
Pada sesi scientific pertama, Aplikasi Manager PT Sysmex Indonesia, Lilis Listiani membahas tentang bagaimana
peran Quality Control dalam alur kerja laboratorium memiliki peranan penting pada hasil pemeriksaan. Dilanjutkan
dengan sesi kedua yaitu diskusi dengan dr Juli Kumalawati SpPK yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh para peserta.
Setelah sesi scientific, acara dilanjutkan dengan games seru, nonton bareng, pembagian doorprize dan ditutup dengan
makan siang bersama.
Terima kasih atas partisipasi Anda, semoga event ini dapat bermanfaat untuk para peserta. Sampai jumpa pada event
Sysmex berikutnya!