sindrom parietal lobes

18
SINDROM LOBUS PARIETAL A. Pendahuluan Lobus parietal merupakan bagian dari cerebral korteks yang terletak dibawah tulang tengkorak parietal. Dalam lobus parietal terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu postcentral gyrus, superior parietal lobule, parietal operculum, supramarginal gyrus, dan angular gyrus. Hanya saja untuk angular dan supramarginal gyrus sering disebut sebagai inferior parietal lobe. Lobus parietal dapat dibagi menjadi dua zona fungsi, yaitu zona anterior yang terdiri dari postcentral gyrus dan parietal operculum, dan zona posterior yang terdiri dari superior parietal lobule dan inferior parietal lobe. Zona anterior dikenal sebagai somatosensory cortex, dan zona 1

Upload: mohamad-rifaie-ramli

Post on 02-Dec-2015

420 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

sindrom parietal

TRANSCRIPT

Page 1: Sindrom Parietal Lobes

SINDROM LOBUS PARIETAL

A. Pendahuluan

Lobus parietal merupakan bagian dari cerebral korteks yang terletak dibawah

tulang tengkorak parietal. Dalam lobus parietal terdiri atas beberapa bagian

penting, yaitu postcentral gyrus, superior parietal lobule, parietal operculum,

supramarginal gyrus, dan angular gyrus. Hanya saja untuk angular dan

supramarginal gyrus sering disebut sebagai inferior parietal lobe. Lobus parietal

dapat dibagi menjadi dua zona fungsi, yaitu zona anterior yang terdiri dari

postcentral gyrus dan parietal operculum, dan zona posterior yang terdiri dari

superior parietal lobule dan inferior parietal lobe. Zona anterior dikenal sebagai

somatosensory cortex, dan zona posterior dikenal sebagai posterior parietal cortex.

Lobus parietal, terutama dalam inferior parietal memiliki peranan yang besar

terhadap evolusi manusia. Lobus parietal memiliki dua fungsi, baik dari sisi anterior dan

posterior, yaitu fungsi yang pertama adalah untuk sensasi somatik dan persepsi, fungsi

yang kedua adalah masukan dari somatik dan daerah visual serta dari daerah indera

lainnya, kebanyakan untuk mengendalikan pergerakan.

Lobus parietal menerima sinyal dari area lain otak seperti penglihatan, pendengaran,

motorik, sensorik, dan memori. Disini memori dan informasi sensorik baru diterima, dan

diberi arti. Masalah apa saja yang akan timbul jika lobus ini rusak?

1

Page 2: Sindrom Parietal Lobes

1. Tidak mampu memberi nama pada obyek tertentu(Anomia).

2. Tidak mampu memberi perhatian pada lebih dari satu objek pada satu waktu.

3. Ketidakmampuan membaca(Alexia).

4. Kesulitan membedakan sisi kanan dan kiri.

5. Bermasalah dengan matematika (Dyscalculia)

6. Ketidakmampuan dalam koordinasi mata dan tangan.

Fungsi lobus parietal

Gyrus postcentral : merupakan kortek sensoris yang menerima jaras afferent dari

posisi, raba dan gerakan pasif.

Gyrus angularis dan supramarginal : hemisfer dominan merupakan bagian area bahwa

Wernic’s, dimana masukkan auditori dan visual di integrasikan. Lobus non dominan

penting untuk konsep " body image", dan sadar akan lingkungan luar.

Kemampuan untuk kontruksi bentuk, menghasilkan visual atau ketrampilan

proprioseptik. Lobus dominan berperan pada kemampuan menghitung atau kalkulasi.

Jaras visual radiatio optika melalui bagian dalam lobus parietal.

Gangguan lobus parietal

1) Gangguan korteks sensoris dominan /non-dominan menyebabkan kelainan sensori

kortikal berupa gangguan: sensasi postural, gerakan pasif, lokalisasi akurat raba

halus," two points discrimination", astereognosia," sensory inattention"

2) Gyrus angularis dan supramarginal : aphasia Wernicke's

3) lobus non-dominan : anosognosia (denies), dressing apraksia, geografikal agnosia,

konstruksional apraksia.

4) Lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right disorientasi, finger agnosia,

akalkuli dan agrafia.

5) Gangguan radiasio optika : homonim kuadrananopsi bawah.

B. Gangguan lobus parietal yang menyebabkan gangguan kejiwaan

2

Page 3: Sindrom Parietal Lobes

Balint’s Syndrome. Balint menerangkan seseorang yang menderita balint syndrome

memiliki kerusakan di bilateral parietal yang berasosiasi dengan symptom peculiar

visual. 3 symptom yang biasa muncul pada pasien ini adalah :

1) walaupun secara spontan dia melihat lurus ke depan ke arah stimulus yang

berada di depannya namun dia menatap 35-45 derajat ke arah kanan dan

mempersepsikan bahwa tatapannya sesuai dengan arah yang ia tuju.

2) ketika atensi telah tertuju pada satu objek maka tidak ada stimulus lain yang

dapat diterimanya.

3) pasien yang sudah parah mengalami penurunan dalam mencapai kendali atas

panduan visual.

Gerstmann syndrome :Pada tahun 1924, Joseph Gerstmann mendeskripsikan

seorang pasien dengan symptom yang tidak biasa mengikuti stroke parietal kiri:

finger agnosia, pasien tidak mampu untuk mengenali jari-jari pada tangan yang

lain. Penemuan ini sangat menarik perhatian dan dalam tahun-tahun berikutnya

symptom lain dilaporkan terkait dengan finger agnosia, termasuk right-left

confusion, agraphia (ketidakmampuan untuk menulis) dan acalculia

(ketidakmampuan untuk menampilkan operasi matematika). Keempat symptom

ini secara bersama dikenal dengan Gerstmann syndrome

C. BALINT SYNDROME

Sindroma Balint merupakan salah satu gangguan yang muncul akibat kerusakan

di lobus parietal. Gangguan-gangguan pada lobus parietal ini sangat banyak dan

biasanya mempengaruhi fungsi integrasi informasi sensori dan dalam mengkonstruk

sistem koordinasi spasial untuk merepresentasikan dunia.

Sindroma Balint merupakan sindroma yang timbul karena kerusakan kedua sisi lobus

parietal, yang pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Hungaria bernama Reszo

Balint pada tahun 1909. Saat itu ia menyadari bahwa pasiennya memiliki keterbatasan

dalam penglihatannya dimana pesien tidak dapat melihat lebih dari satu obyek pada

waktu yang bersamaan, disertai ataksia optik, dan ketidakmampuan pasien untuk

menjangkau obyek yang letaknya berhadapan dengan dirinya. (Mendez, 2000).

Syndrom Balint muncul karena adanya gangguan pada otak, tepatnya di lobus

parietal, dimana penderita akan mengalami perubahan dalam fungsi emosional-

3

Page 4: Sindrom Parietal Lobes

motivasional, body and visual-spatial neglect, juga kecerobohan, dan

diosorganisasi visual-spatial. Gangguan spasial atensi (simultanagnosia), tidak

berfungsinya tangan secara efektif tangan dan gerakan kaki di bawah kendali

visual (optic ataxia), dan memperoleh apraxia oculomotor yang konsisten dengan

sindrom Balint tersebut. Simultanagnosia yang terjadi pada pasien pasien tersebut

ternyata tidak terpengaruh terhadap lapang pandang yang dimilikinya ; karena pada

pemeriksaan lebih lanjut, tampak lapang pandang intak dengan pemeriksaan

menggunakan satu obyek ; dan dari penelitian lebih lanjut tampak bahwa

simultanagnosia juga tidak terpengaruh terhadap besar obyek yang dilihat ; jadi pasien

dapat saja melihat entah itu semut atau gajah selama hanya satu obyek tunggal

Efek Balint syndrome

Gangguan yang ditimbulkan Balint Sindrom tidak hanya berdampak pada fisik

penderita tetapi juga gangguan pada psikis seperti emosi-motivasi yang mana si anak

menjadi kurang percaya diri dan mengalami masalah dalam self-esteem karena

ketidakmampuannya melakukan fungsi-fungsi tertentu yang seharusnya bisa

dilakukan anak-anak seumurannya.

Seorang yang mengalami syndrom balint akan mengalami kesulitan tertentu ketika

membaca kata-kata yang panjang, mengikuti urutan teks bawah halaman,

menulis kata-kata dalam urutan yang benar, menulis kata-kata dalam baris, dan

menyalin dari papan tulis, kesulitan dalam bernegosiasi dalam lingkungan yang sibuk

seperti di pusat perbelanjaan, sering berjalan ke orang seolah-olah mereka tidak

ada. Ada pemindaian visual yang rusak dan membuatnya kesulitan mengikuti

benda bergerak (misalnya mobil atau pesawat) dan kesulitan membaca teks.

Optic ataxia menyebabkan kesulitan turun dari trotoar serta ketidakmampuan

untuk melangkah ke eskalator bergerak ke bawah. Dia tidak belajar membaca dengan

baik di sekolah dan telah mulai mengembangkan masalah dengan self esteem dan

kepercayaan diri.

Selain karena terkait dengan kerusakan pada bagian bagian otak. Kelainan lain yang

bisa terjadi diantaranya ialah agnosia asosiatif, prosopagnosia, alexia, gangguan

lapang pandang, dan beberapa gangguan kognitif. Dengan banyaknya kelainan

penyerta yang timbul, seringkali pemeriksan kesulitan menegakkan suatu diagnosa

sindroma Balint;namun Holmes dan Horax mengatakan bahwa, apabila sudah

dipenuhi 2 tanda utama dari keadaan ini yaitu gangguan konstriksi atensi pada visual (

4

Page 5: Sindrom Parietal Lobes

yang mencakup simultanagnosia dan ataksia optik ) serta disorientasi spasial ; maka

penegakkan diagnosa sindroma ini sudah sangat memadai. (Al-Khawaja. 2001)

Bila sindroma ini sudah masuk dalam stadium berat, penderita akan tampak seperti

orang buta, tidak ada reflek ancam, gaya berjalan tampak seperti orang sempoyongan,

dan tidak dapat mempertahankan posisi bila berhadapan dengan lawan bicaranya

secara frontal.(Moreaud O. 2003)

Gejala-gejala Balint syndrome

1) Gangguan konstriksi atensi pada visual : Simultanagnosia

Holmes dan Horax, memeriksa seorang veteran perang dunia I berumur 30 tahun,

dengan bekas luka tembak yang menembus gyrus parieto-oksipital, dan menulis

kesimpulannya bahwa pasien hanya dapat melihat satu objek pada satu waktu. Pasien

sindroma Balint tidak dapat membedakan besar-Kecil, panjang-pendeknya sebuah

benda, bukan karena tidak dapat memperbandingkannya,namun lebih karena tidak ada

obyek yang dapat dipergunakan sebagai obyek pembandingnya. (Rizzao, 2002)

Coslett dan Saffran, melukiskan bahwa pasien yang ia periksa tidak saja sangat

terganggu dengan pola penglihatannya sekarang dimana pasien hanya dapat melihat

satu orang pada acara televisi yang pasien tonton, tapi juga pasien sering kebingungan

apabila membaca rangkaian kata ; begitu juga pada saat menulis, karena seringkali

pasien melihat ujung pensilnya hilang berganti dengan corakan kertas, dan berganti

lagi dengan huruf yang ia tulis. (Moreaud O. 2003)

Simultanagnosia adalah suatu padanan yang digunakan untuk melukiskan adanya

kelainan dalam mengintegrasi suatu pola pandangan. Menurut Wolpert, suatu

simultanagnosia, tidak hanya terjadi pada sindroma balint, karena setiap lesi yang

terjadi pada kortek parieto-oksipital sebelah kiri, seringkali menyebabkan s

imultanagnosia. Farah mengatakan bahwa simultanagnosia pada sindroma Balint

merupakan suatu kelainan akibat lesi di parieto-oksipital kiri dan menyebar ke daerah

lobus oksipital. Pasien sindroma balint yang menderita simultanagnosia, tidak hanya

tidak dapat melihat lebih dari satu obyek pada saat yang bersamaan, tapi juga terdapat

suatu disorientasi spasial, dimana ia tidak tahu mengenai letak obyek tersebut atau

kemana harus mencari keberadaan obyek tersebut. (Moreaud O. 2003)

2) Disorientasi spasial

5

Page 6: Sindrom Parietal Lobes

Holmes dan Horax mengatakan bahwa disorientasi spasial merupakan tanda utama

dari sindroma Balint. Mereka melukiskan, bahwa pada pemeriksaan terhadap seorang

pasien yang menderita sindroma Balint, bahwa pasien itu sedang berada beberapa

meter dari tempat tidurnya, begitu disuruh kembali untuk merubah arahnya menuju

tempat tidurnya ; si pasien berbalik, dengan kebingungan mencari dimana tempat

tidurnya ; begitu menemukan tempat tidurnya, dan pada saat ia mulai melangkah ; isi

pasien berkata ; bahwa ia harus mencari kembali dimana posisi tempat tidurnya.

(Shah PA. 1999)

Tidak pelak lagi, bahwa kedua gangguan ini (simultanagnosia dan disorientasi

spasial) merupakan suatu masalah yang cukup serius bagi pasien dalam menjalani

kehidupannya sehari hari. ( Phan ML, dkk, 2000)

3) Pergerakan mata yang bermasalah

Pergerakan okulomotor yang bermasalah, juga kerapkali timbul dalam sindroma

Balint, seperti gangguan fiksasi, sakadik, pergerakan pursuit dan bola mata. Dengan

pasien yang tidak dapat mempertahankan fiksasi kedua bola matanya, maka

kemungkinan terjadinya sakadik cukup besar, sehingga akan membuat penghayatan

persepsi penglihatan yang kacau karena pergerakan bola mata yang kacau. (Al-

Khawaja. 2001)

Holmes dan Horax melukiskan, bahwa dalam pemeriksaan pasien mereka ; si pasien d

apat memfiksasi pandangannya terhadap satu obyek ; namun apabila tempat dari

obyek tersebut di gerakan / diubah / digeser dengan cepat ; maka si pasien akan

kehilangan pandangannya terhadap obyek yang bergerak itu, tidak masalah apakah

pergeseran itu hanya beberapa derajat. ( Phan ML, dkk, 2000)

4) Ataksia Optik

Pada penderita sindroma Balint, terdapat ketidakmampuan untuk menjangkau obyek.

Dalam salah satu tulisannya, Holmes dan Horax melukiskan, bahkan sesaat setelah

melihat sendok, pasien tidak dapat melihat lurus ke sendok tersebut, dan saat mencoba

menjangkaunya, gerakannya sangat tidak akurat, karena dilakukan dengan cara

tangannya meraba raba mencari sendok tersebut, hingga menyentuh sendok. (Rizzao,

2002)

Atau contoh lainnya ; berikan pasien penderita sindroma ini sebuah pensil ; lalu minta

kepadanya untuk menggambarkan sebuah titik pada lingkaran yang sudah tergambar

6

Page 7: Sindrom Parietal Lobes

diatas kertas. Pasien dengan sindroma Balint tidak akan bisa melakukan hal tersebut,

bukan karena ketidaktahuannya akan bentuk lingkaran atau fungsi dari pensil, namun

lebih karena ia tidak tahu atau tepatnya tidak dapat melihat bentuk lingkaran. ( Liu,

2003)

5) Kelemahan persepsi

Holmes dan Horax menemukan kelainan ini bersama dengan disorientasi spasial.

Dikarenakan pasien pasien dengan sindroma ini, tidak dapat melihat dua benda secara

bersamaan, maka iapun tidak dapat memperkirakan benda mana yang lebih besar dari

lainnya, benda mana yang paling dekat dengannya ; namun tidak demikian bila ada

satu benda yang diperlihatkan kepadanya. Misalnya kita memperlihatkan pensil, maka

pasien akan tahu bagian mana yang diatas atau yang dibawah. Ketidakmampuan

persepsi tersebut juga berlaku pada bidang warna.( Robertson L dkk,, 1997)

Kontribusi hemisfer kiri terhadap pergeseran atensi terhadap obyek yang dilihat Egly

dan kawan kawan melakukan penelitian ini terhadap pasien pasien penderita sindroma

Balint. Dari hasil eksperimen mereka didapat hasil bahwa terdapat pergeseran atensi

diantara obyek pada lesi lobus parietal khususnya sebelah kiri. Pada pasien pasien

dengan lesi unilateral didapatkan pergeseran atensi, dimana respon terhadap

kontraletaral terhadap lesi lebih besar daripada ipsilateral. Dari hasil penelitian lebih

jauh didapatkan hasil bahwa lobus parietal kanan mengurusi pergeseran atensi

berdasarkan lokasi, sementara lobus parietal kiri mengurusi pergeseran atensi

berdasarkan obyek. Kinerja yang sinergis diantara kedua lobus tersebut, disebabkan

adanya jaras jaras neocorteks yang menghubungkannya. Pada lapang pandang kanan

dalam penelitian ini, tidak didapatkan suatu kelainan. ( Phan ML, dkk, 2000

Terapi dan Prognosis

Terapi yang kita gunakan dalam penatalaksanaan sindroma ini adalah sangat tidak

spesifik, dan kesemuanya harus berawal dari penyakit yang mendasarinya. Sehingga

apabila underlying desease yang menyebabkannya sudah kita atasi, diharapkan

manifestasi klinis yang timbul dapat membaik.

(Mendez,2000)

Demikian pula dengan prognosis yang dimiliki, akan sangat tergantung dari

underlying desease yang menyebabkan sindroma ini terjadi, namun biasanya

7

Page 8: Sindrom Parietal Lobes

dikarenakan pasien sudah dalam stadium lanjut waktu memeriksakan penyakitnya ke

dokter, prognosis yang biasanya terjadi adalah buruk. (Moreaud O. 2003)

D. GERSTMANN'S SYNDROME

Gerstmann's syndrome adalah pelemahan yang dihasilkan dari kerusakan area

spesifik di otak sebelah kiri lobus parietal di dalam daerah gyrus angular.

Gerstmann's syndrome pertama kali ditemukan oleh Josef Gerstmann pada tahun

1924 yang memiliki seorang pasien stroke dengan gejala yang tidak biasa, dan

menyebabkan finger agnosia. Secara lebih lanjut, Gerstmann's syndrome ini

kemudian ditemukan pada orang-orang yang mengalami stroke yang

terasosiasikan dengan kerusakan terhadap lobus parietal.

Efek Gerstmann’s syndrome

Banyak kasus teridentifikasi ketika anak mencapai usia sekolah, yaitu waktu

dimana mereka berkesempatan untuk latihan menulis dan belajar matematika.

Pada umumnya, anak dengan gangguan ini menunjukkan tulisan tangan dan

mengeja yang buruk, dan kesulitan dengan fungsi-fungsi matematika, termasuk

menjumlah, mengurangi, mengkali, dan membagi. Ketidakmampuan untuk

membedakan kanan dengan kiri dan untuk membedakan beberapa jari individu

juga dapat terlihat. Selain empat gejala utama, banyak anak juga menderita dari

constructional apraxia, yaitu ketidak mampuan untuk meniru gambar sederhana.

yang juga seringkali ditandai dengan kelemahan anak dalam membaca.

Gejala-gejala Gerstmann’s syndrom

1) Agraphia atau dysgraphia

Agraphia atau dysgraphia merupakan gangguan berupa ketidakmampuan dalam

menulis. Ketidakmampuan menulis ini dikarakteristikkan dengan kesalahan dalam

mengeja dan menulis indah. Kesalahan mengeja yang paling umum ditemukan terkait

dengan keurutan huruf, seperti penghilangan kata,penggantian kata, dan

kesalahan perpindahan. Isu tulisan indah mendeskripsikan formasi huruf yang

buruk, orientasi huruf dan orientasi bagian huruf yang buruk. Menulis kurang

selaras dan menunjukkan jarak yang buruk.

2) Acalculia atau dyscalculia

8

Page 9: Sindrom Parietal Lobes

Acalculia atau dyscalculia adalah kekurangpahaman dalam perhitungan atau

aritmatika. Berdasarkan penelitian, anak dengan gangguan ini memahami konsep

bentuk dasar perhitungan matematika, tetapi memiliki kemampuan yang buruk

dalam menulis dan keurutan angka. Gejala ini dapat diuji dengan meminta pasien

untuk melakukan pengurangan seri 7 mulai dari angka 100. Hal ini berarti 100,

93, 86, 79, 72, dan seterusnya.

3) Finger agnosia (Finger aphasia)

Finger agnosia adalah hilangnya kemampuan untuk menyadari, mengidentifikasi,

menamai, memilih, mengidentifikasi, dan mengorientasikan jari sendiri atau orang

lain, membedakan kanan dan kiri, serta ketidakmampuan untuk mengidentifikasi

jari dirinya sendiri maupun orang lain. Hal ini dapat diuji dengan suatu permintaan

seperti “sentuh jari telunjuk saya dengan jari telunjuk anda” dan “sentuh hidung anda

dengan jari tengah”.

4) Left-right confussion

Merupakan ketidakmampuan untuk membedakan tangan kanan dan tangan kiri

diri sendiri atau tangan orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat

deskripsi variasi pada area ini dari kelambatan atau keraguan dalam berespon

sampai ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk instruksional selama aktivitas

sehari-hari. Gejala ini dapat diuji dengan permintaan seperti “Tunjukkan pada

saya tangan kiri anda. Sentuh kaki kanan anda” dan “Sentuh telinga kiri anda dengan

tangan kanan anda”.

Terapi dan Prognosis

Tidak ada penyembuhan untuk Gerstmann’s syndrome. Perawatannya bersifat

simptomatic dan suportif. Simptomatik berarti bahwa perawatan yang dilakukan

disesuaikan dengan simptom yang muncul pada pasien tersebut. Contohnya terapi

pekerjaan dan bicara dapat membantu mengurangi dysgraphia dan apraxia, dan

juga penggunaan kalkulator dan word processor untuk membantu anak sekolah

mengatasi dengan gejala gangguan Gertsmann’s syndrome. Sementara suportif

dapat dilakukan oleh keluarga terdekat dengan memberikan dukungan agar pasien

dapat terus melakukan aktivitasnya dengan baik, membantu memfasilitasi kebutuhan

9

Page 10: Sindrom Parietal Lobes

pasien, dan menunjang pasien untuk melakukan functioning (sebagai contoh: dengan

memberikan marka jalan/sign).

Prognosis Pada Gerstmann’s sukar ditebak kerna Gerstmann’s syndrome masih belum

diketahui penyebabnya, akan tetapi terdapat beberapa hipotesis untuk menjelaskan

timbulnya penyakit ini. Ada yang mengatakan bahwa terdapat area spesifik di otak

yang telah diimplikasikan, yaitu lobus parietal dan luka pada subangular. Luka

selanjutnya adalah luka pada focal ischemic, disituasikan subkortikal dalam bagian

inferior kiri gyrus angular dan mencapai daerah superior posterior. Sedangkan teori

lain bahwa terdapat implikasi lobus parietal yang terluka di sisi lain, gyrus angular

hemisphere kiri dan gyrus supra-marginal kanan bertanggung jawab pada gangguan

ini. Proses perkembangan yang abnormal menyebabkan abnormalitas keahlian neuro-

cognitive yang telah dipertimbangkan sebagai penyebab potensial dari Developmental

Gerstmann’s Syndrome dan belum mengembangkan “falisitas syaraf” atau trauma

prenatal disebabkan manifestasi halus dari cerebral palsy. Peneliti tidak melokasikan

area di otak yang bertanggung jawab untuk gejala-gejala yang terlihat pada

Developmental Gerstmann’s Syndrome. Penelitian untuk area spesifik sulit untuk

dibuktikan, karena multiple skills deficits terlihat dalam Developmental Gerstmann’s

Syndrome dikontrol dan dipengaruhi oleh multiple brain loci sehingga prognosis bagi

Gerstmann’s Syndrome bervariasi.

E. Kesimpulan dan kaitan Sindrom Lobus parietal dengan psikiatri

Gangguan pada lobus parietal boleh menyebabkan terjadinya gangguan pada dua fungsi,

baik dari sisi anterior dan posterior, yaitu fungsi yang pertama adalah untuk sensasi

somatik dan persepsi, fungsi yang kedua adalah masukan dari somatic dan daerah visual

serta dari daerah indera lainnya, kebanyakan untuk mengendalikan pergerakan.Hingga

pada pasien yang menderita kerusakan pada daerah parietalnya akhirnya menuju kearah

gangguan kejiwaan akibat dari respon adaptasi penderita terhadap tergangguan persepsi

dan motorik yang dapat berupa Balint Syndrome dan Gerstmann’s Syndrome.Pada aspek

psikiatri penderita syndrom balint mengalami penyempitan atensi visual terhadap satu

obyek dan Berkurangnya akses terhadap representasi topografik yang berasal dari

stimulus visual terhadap lapang pandang dunia luar maupun memori topografik yang

menyertainya.Pasien yang menderita sindroma Balint ini akan memiliki keengganan

untuk mengenali obyek dan lokasinya, proses persepsia yang tidak layak dan tidak

berlakunya representasi spasial dan atensi guna mengenali lingkungan luar yang

10

Page 11: Sindrom Parietal Lobes

berhubungan dengannya. Tidak ada suatu metode terapi yang khusus dapat

menyembuhkan sindroma ini kecuali memperbaiki penyakit yang mendasarinya. Pada

Gerstmann’s syndrome pula mempunyai peranan tersendiri dalam bidang kajian

psikologi. Jika dilihat dari penjelasan sebelumnya, bahwa tidak ada penyembuhan untuk

penyakit ini, maka secara psikologis yang dapat dilakukan ialah melalui support

dari keluarga dan lingkungan sekitar. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari proses

mental dan tingkah laku manusia tentunya dapat memperoleh banyak informasi

baru mengenai gerstmann’s syndrome sehingga dengan mempelajari materi ini,

psikolog dapat merancang terapi suportif dimana cara ini merupakan salah satu bentuk

perawatan yang dapat dilakukan kepada pasien. Hal inilah yang dapat membantu pasien

untuk dapat tetap menjalani kehidupannya dengan baik walaupun tidak dapat

berlangsung seperti orang normal lainnya.

11