sindrom ngotot di print

Upload: dessy-andiningtyas

Post on 12-Jul-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

sindrom ngotot adalah sekelompok kelainan genetik yang mempengaruhi jaringan ikat , khususnya kolagen . Ini pertama kali dipelajari dan ditandai dengan Stickler B. Gunnar pada tahun 1965. [1] sindrom Stickler adalah subtipe dari collagenopathy, tipe II dan XI . Sindrom ngotot ditandai oleh kelainan wajah yang khas, masalah mata, gangguan pendengaran, dan masalah sendi

[ sunting ]Jenis Perubahan genetik yang terkait dengan jenis berikut sindrom Stickler: Ngotot sindrom, COL2A1 (75% dari kasus Stickler) Ngotot sindrom, COL11A1 Ngotot sindrom, COL11A2 (non-okuler) Ngotot sindrom, COL9A1 (varian resesif)

Apakah ada dua atau tiga jenis sindrom Stickler adalah kontroversial. Setiap jenis yang disajikan di sini sesuai dengan gen yang terlibat. Klasifikasi kondisi ini berubah sebagai peneliti belajar lebih banyak tentang penyebab genetik. [ sunting ]Penyebab Sindrom ngotot diwariskan dalamautosomal dominan pola. Sindrom ini diperkirakan timbul dari mutasi gen kolagen selama beberapa perkembangan janin. Ini adalah seks yang independen dominan autosomal sifat artinya seseorang dengan sindrom memiliki kesempatan 50% lulus pada setiap anak. Ada tiga varian dari sindrom Stickler diidentifikasi, masing-masing terkait dengan gen biosintesis kolagen. Sebuah cacat metabolik mengenai hyaluronic acid dan kolagen tipe 2-d adalah diasumsikan menjadi penyebab sindrom ini. [ sunting ]Gejala Individu dengan sindrom Stickler mengalami berbagai tanda dan gejala. Beberapa orang tidak memiliki tanda dan gejala, yang lain memiliki beberapa atau semua fitur yang diuraikan di bawah ini. Selain itu, masing-masing fitur dari sindrom ini dapat bervariasi dari halus sampai parah. Sebuah fitur karakteristik sindrom Stickler adalah penampilan wajah agak pipih. Hal ini disebabkan oleh tulang berkembang di tengah-tengah wajah, termasuk tulang pipi dan jembatan hidung. Sebuah kelompok tertentu dari fitur fisik, yang disebut Pierre Robin urutan , adalah umum pada anak-anak dengan sindrom Stickler. Urutan robin termasuk berbentuk U atau kadang-kadang berbentuk V- langit sumbing (bukaan pada atap mulut) dengan lidah yang terlalu besar untuk ruang yang dibentuk oleh rahang bawah kecil. Anak-anak dengan langit-langit juga rentan terhadap infeksi telinga dan kesulitan sesekali menelan. Banyak orang dengan sindrom Stickler sangat rabun jauh (digambarkan memiliki tinggi miopia ) karena bentuk mata. Orang dengan keterlibatan mata yang rentan terhadap peningkatan tekanan dalam mata ( hipertensi okular ) yang dapat menyebabkan glaukoma dan merobek atau detasemen retina peka cahaya mata ( ablasi retina ). Katarak juga dapat hadir sebagai komplikasi mata terkait dengan Stickler s Sindrom. Substansi seperti jelly dalam mata (yang vitreous humor ) memiliki penampilan khas dalam jenis sindrom Stickler terkait dengan COL2A1 dan COL11A1 gen . Akibatnya janji biasa ke dokter mata spesialis disarankan. Jenis sindrom Stickler terkait dengan COL11A2 gen tidak mempengaruhi mata.

Orang dengan sindrom ini memiliki masalah yang mempengaruhi hal-hal lain selain mata dan telinga. Artritis, kelainan pada ujung tulang panjang, vertebra kelainan, kelengkungan tulang belakang, skoliosis, nyeri sendi, dan jointedness ganda semua masalah yang dapat terjadi di tulang dan sendi. Karakteristik fisik dari orang-orang dengan Stickler dapat termasuk pipi datar, jembatan hidung datar, rahang atas kecil, alur bibir diucapkan atas, rahang bawah kecil, dan kelainan langit-langit, ini cenderung untuk mengurangi dengan usia dan pertumbuhan normal dan kelainan langit-langit dapat diobati dengan operasi rutin . Tanda lain adalah sindrom Stickler ringan sampai parah gangguan pendengaran itu, bagi sebagian orang, mungkin progresif (lihat gangguan pendengaran dengan sindrom kraniofasial ). Sendi anak yang terkena dan orang dewasa muda mungkin sangat fleksibel ( hypermobile ). Arthritis sering muncul pada usia dini dan memburuk sebagai seseorang bertambah usia. Kesulitan belajar, tidak intelijen, juga dapat terjadi karena gangguan pendengaran dan penglihatan jika sekolah tidak diberitahu dan siswa tidak dibantu dalam lingkungan belajar. Sindrom ngotot dianggap berhubungan dengan peningkatan insiden prolaps katup mitral jantung, meskipun tidak ada penelitian pasti mendukung hal ini. [ sunting ]Genetika Mutasi di COL11A1 , COL11A2 dan COL2A1 gen menyebabkan sindrom Stickler. Gen ini terlibat dalam produksi tipe II dan tipe XI kolagen . Kolagen adalah molekul kompleks yang memberikan struktur dan kekuatan untuk jaringan ikat (jaringan yang mendukung tubuh sendi dan organ ). Mutasi dalam gen ini mengganggu produksi, pengolahan, atau perakitan tipe II atau kolagen tipe XI.Molekul kolagen rusak atau mengurangi jumlah kolagen mempengaruhi perkembangan tulang dan jaringan ikat lainnya, menyebabkan fitur karakteristik sindrom Stickler. Lainnya, belum diketahui, gen juga dapat menyebabkan sindrom Stickler karena tidak semua individu dengan kondisi memiliki mutasi pada salah satu dari tiga gen yang diidentifikasi [ sunting ]Pengobatan Banyak profesional yang mungkin terlibat dalam pengobatan mereka dengan Sindrom Stickler itu, termasuk ahli bedah kraniofasial, ahli bedah plastik, telinga / hidung / tenggorokan dan spesialis,dokter mata , audiolog dan rheumatologists . [ sunting ]Epidemiologi Secara keseluruhan, estimasi prevalensi sindrom Stickler adalah sekitar 1 dalam 10.000 orang. Sindrom ngotot mempengaruhi 1 dari 7.500 hingga 9.000 bayi yang baru lahir.

Pola penurunan Mendelian dan non-Mendelian Pola penurunan Mendelian merupakan suatu prinsip utama mengenai penurunan karakteristik sifat dari parental ke anakan yang dikemukakan oleh Gregor Mendel.[1] Penurunan ini mengikuti Hukum 1 dan Hukum 2 Mendel: 1. Hukum 1 Mendel (Hukum Segregasi) mengemukakan bahwa pada saat pembentukan gamet terjadi pemisahan alel secara bebas, sehingga setiap gamet yang akan terbentuk akan menerima salah satu dari alel yang terpisah tadi. Dasar pemikiran (bukti) dari hukum ini adalah bahwa pada saat peristiwa meiosis, terjadi pemisahan kromosom paternal dan maternal sehingga alel-alel dengan karakteristik tertentu didistribusikan kepada dua gemet yang berbeda. 2. Adapun Hukum 2 Mendel (Hukum Asortasi) yang merupakan kelanjutan dari Hukum Segregasi mengemukakan bahwa pada saat pembentuan gamet akan terjadi pemasangan alel secara bebas dari kedua parental.

Dalam hal ini, dikenal istilah genotip, fenotip, dominan dan resesif. 1. Genotip adalah alel yang terdapat pada satu atau lebih lokus spesifik. 2. Fenotip adalah sifat fisik, biokimiawi, dan fisiologis yang terdapat dalam diri seseorang sebagaimana ditentukan baik secara genetik maupun lingkungan. Dengan kata lain fenotip adalah manifestasi genotip yang dapat dilihat pada tingkat makroskopis. 3. Dominan adalah sifat yang mempunyai pengaruh yang bersifat mengendalikan 4. Resesif adalah sifat yang tidak dapat menampilkan dirinya kecuali alel yang bertanggung jawab membawa kedua anggota pasangan kromosom yang homolog[2] Sebagai contoh aplikasinya, pada persilangan dua individu dengan satu sifat beda Aa x Aa (A dominan, a resesif), maka didapat keturunan dengan menggunakan diagram sebagai berikut: A AA Aa a Aa aa

A a

Maka didapatkan keturunan dengan perbandingan fenotip 3:1. Apabila jumlah sifat beda diperbanyak, maka akan didapatkan variasi keturunan yang lebih banyak. Misalnya pada dua sifat beda diperoleh perbandingan fenotip anakan 9:3:3:1, atau tiga sifat beda 27:9:9:9:3:3:3:1, dst. Pola penurunan non-Mendelian adalah suatu pernyataan umum yang merujuk kepada pola penurunan sifat di mana sifat-sifat yang diwariskan tidak mengikuti aturan Mendel (pola penurunan Mendelian).[3] Pola-pola penurunan non-Mendelian yang diketahui sampai saat ini adalah: 1. Penurunan sifat ekstranukleus (Extranuclear inheritance). Penurunan ini meliputi penurunan DNA yang terdapat di klorofil dan mitokondria (keduanya berada di luar nukleus). Tahun 1908, Carl Correns menemukan bahwa warna daun pada Mirabilis jalapa diturunkan secara maternal. Ruth Sager kemudian mengidentifikasi bahwa DNA klorofil yang bertanggung jawab atas penurunan ini. Mary dan Hershel Mitchell juga menemukan sifat tertentu pada kapang Neurospora crassa yang dibawa secara maternal oleh DNA mitokondria. 2. Konversi gen. Konversi gen merupakan suatu proses perbaikan dalam rekombinasi DNA, di mana sepotong sekuens DNA ditransferkan dari satu heliks ke heliks lain sehingga mengubah keseluruhan DNA heliks tersebut. 3. Infectious heredity. Infectious heredity merupakan pola penurunan yang didasari atas infeksi partikel-partikel infeksius seperti virus dan bersifat melekat di sitoplasma sehingga mengubah fenotip individu dan dapat ditransmisikan hingga ke tahap progenik. 4. Kesalahan pengulangan trinukleotida, yaitu kesalahan yang terjadi akibat pengulangan tandem mikrosatelit yang terdiri atas trinukleotida dan dapat mempengaruhi bacaan asam amino. Contoh penyakit yang disebabkan oleh kesalahan pengulangan trinukleotida adalah penyakit Huntington dan sindrom fragile-X. 5. Genomic imprinting. Genomic imprinting merupakan suatu keadaan di mana sebelum gen diwariskan kepada anakan, terlebih dahulu gen tersebut ditandai sehingga mengubah bacaan fenotip gen tersebut. 6. Mosaikisme. Mosaikisme merupakan suatu keadaan di mana pada tubuh seseorang terdapat sel yang memiliki perbedaan genetik dari sel-sel tubuh lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena mutasi yang terjadi hanya di jaringan tertentu. Apabila mutasi terjadi pada sel-sel gamet, maka mutasi akan diturunkan. Pola penurunan non-Mendelian: penurunan maternal Penurunan non-Mendelian maternal mengacu pada konsep penurunan suatu sifat tertentu melalui garis keturunan ibu. Hingga sampai saat ini diketahui penyebab dari hal tersebut adalah DNA mitokondria dan DNA klorofil. Teori tertentu menyebutkan bahwa mitokondria dan klorofil adalah organisme mikroskopis purba yang menginvasi sel eukariotik dan tinggal di dalamnya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa mitokondria dan klorofil memiliki DNA sendiri, selain itu mitokondria memiliki kemampuan untuk menghasilkan energi.

Khusus pada organel mitokondria, pola pewarisannya secara maternal disebabkan oleh peristiwa pembuahan sel telur oleh sel sperma, di mana hanya kepala dari sel sperma yang sanggup memasuki sel telur sehingga mitokondria sperma yang melekat di ekor sperma menjadi ikut terlepas bersamaan dengan ekor sperma itu sendiri. Akibatnya satu-satunya sumber mitokondria untuk zigot yang kemudian terbentuk hanya sel telur. Itu sebabnya mitokondria yang terdapat pada makhluk hidup saat ini berasal dari mitokondria sel telur, dengan demikian DNA mitokondria yang terdapat pada sel makhluk hidup saat ini berasal dari DNA mitokondria maternal. Sehingga mutasi yang terjadi pada DNA mitokondria diwariskan secara maternal. Akibat dari mutasi DNA Mitokondria Mutasi pada DNA mitokondria dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti Lebers hereditary optic neuropathy (gangguan saraf neuropatik herediter Leber), kemerosotan fungsi jantung, penyakit muskular[4], ketulian[5], miopatik mitokondrial, sindrom Leigh, neuropathy/ataxia/retinitis pigmentosa/ptosis (NARP), myoneurogenic gastrointestinal encephalopathy (MNGIE), dan lain-lain. Sekilas mengenai Lebers Hereditary Optic Neuropathy (LHON) dan kaitannya dengan mutasi mtDNA LHON merupakan suatu kelainan yang diturunkan secara mitokondrial (mitochondrial inherited) yang mana terjadi degenerasi sel ganglion retinal dan akson-aksonnya sehingga berujung kepada kebutaan akut/subakut. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi DNA mitokondria pada posisi nukleotida 11778 G menjadi A (subunit gen ND4)[6], 3460 G menjadi A (subunit gen ND1), dan 14484 T menjadi C (subunit gen ND6) pada kompleks I rantai fosforilasi oksidatif mitokondria. Gen-gen yang terdapat pada subunit tersebut mengkodekan NADH dehidrogenase yang berfungsi pada proses fosforilasi oksidatif, di mana pada proses ini oksigen dan karbohidrat diproses menjadi energi, sehingga gangguan apapun yang terjadi dalam pengkodean dapat mengganggu proses yang kompleks tersebut. Namun sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana gangguan ini dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf optik dan berujung kepada penyakit LHON. [7] Karena mutasi terjadi di mtDNA, maka penyakit ini diturunkan secara maternal. Kebanyakan penderita berusia belasan hingga tiga puluh tahun.[8] Namun dilaporkan ada juga penderita yang pada saat ditemukan penyakit LHON berusia delapan hingga enam puluh tahun. Permulaan dari penyakit LHON adalah kehilangan pandangan di salah satu mata pada usia dewasa muda, disusul dengan kehilangan pandangan mata berikutnya. Hal ini dapat berkembang menjadi atropi optik dan terdapat permukaan basah (edematous) pada stage akut, diikuti dengan mikroangiopatik. Epidemiologi penyebaran mutasi salah satu dari tiga mtDNA di atas adalah sekitar 1:30.000 sampai 1:50.000 di Eropa, 70% orang Eropa dan 90% orang Asia penderita LHON mengalami mutasi pada mtDNA G1177A. Meskipun demikian, tidak semua orang yang mengalami mutasi mtDNA mengalami LHON; hanya 50% pria dan 15% wanita yang mengalami mutasi pada mtDNA menderita penyakit LHON.[9] Hal ini disebabkan oleh perbedaan penetrasi penyakit, beratnya penyakit, faktor lingkungan, serta peluang tubuh untuk menghambat (melawan) penyakit tersebut

Andreas Vesalius (1514-1564) Di masa lalu di Eropa, terdapat kepercayaan umum bahwa jumlah tulang rusuk laki-laki kurang satu dari perempuan. Kepercayaan berdasarkan kitab suci ini terus bertahan hingga seorang dokter bernama Andreas Vesalius, melalui sebuah demonstrasi yang sensasional, menunjukkan bahwa kepercayaan tersebut keliru. Jumlah tulang rusuk laki-laki dan perempuan adalah sama. Andreas Vesalius (disebut juga Andreas van Wesel, Andreas Vesal) lahir di Brussels, Belgia, 31 Desember 1514 dari keluarga dokter. Ayah dan kakeknya adalah dokter yang mengabdi pada Kekaisaran Romawi Suci. Dengan latar belakang keluarga seperti itu, Vesalius tumbuh sebagai anak dengan minat yang besar pada sains. Saat masih kecil ia sudah tertarik pada pembedahan binatang. Pendidikan Vesalius di perguruan tinggi dimulai tahun 1528 ketika ia masuk ke Universitas Louvain untuk belajar seni. Namun di tahun 1532, ia memutuskan pindah ke Universitas Paris untuk belajar kedokteran. Di sini ia belajar teori-teori Galen (seorang dokter Romawi terkenal yang ajarannya menjadi pegangan di berbagai universitas di masa itu). Di sini pula ia mengembangkan minatnya pada anatomi dan sering kali ditemukan sedang melakukan penelitian terhadap tulang-tulang di pekuburan dan tempat eksekusi hukuman. Peperangan antara Prancis dengan Romawi Suci memaksa Vesalius kembali ke Louvain tahun 1536. Tahun berikutnya, Vesalius menyelesaikan pendidikannya dengan tesis mengenai komentar terhadap risalah Almansor of Rhazes (ahli anatomi dari Arab). Setelah berselisih dengan seorang profesornya, Vesalius kemudian pindah ke Universitas Padua untuk mengambil gelar doktor yang diraihnya di tahun 1537. Di universitas tersebut Vesalius ditawari untuk mengajar ilmu bedah dan anatomi. Saat itu ilmu bedah dan anatomi dianggap kurang penting dibandingkan dengan cabang-cabang ilmu kedokteran lainnya. Di saat itu, ilmu bedah dan anatomi diajarkan dengan membaca karya-karya klasik, utamanya karya Galen, diikuti dengan pembedahan binatang oleh tukang bedah, sementara sang pengajar memberi penjelasan bagian demi bagian. Cara mengajar Vesalius berbeda. Ia sendiri yang membedah dan menerangkan bagian-bagian tubuh sambil disaksikan para mahasiswanya. Vesalius mencatat dan menggambarkan pengamatannya dengan teliti untuk dijadikan referensi bagi para mahasiswanya. Tahun 1539, seorang hakim di Padua yang tertarik pada kerja Vesalius membantunya untuk memperoleh lebih banyak mayat untuk dibedah dengan mengggunakan mayat para kriminal yang dieksekusi mati. Hal ini memungkinkan Vesalius membuat diagram anatomi yang detail dan akurat. Melalui penelitiannya pada anatomi mayat manusia, Vesalius menemukan berbagai kesalahan dalam karya Galen yang saat itu menjadi pegangan utama dunia kedokteran. Vesalius mengungkapkan bahwa penelitian Galen didasarkan pada anatomi binatang, khususnya monyet. Meski demikian, sebagian orang masih memercayai ajaran Galen. Mereka percaya Galen tidak melakukan kesalahan, hanya saja tubuh manusia mungkin telah berubah sejak Galen melakukan penelitian. Mereka mengecam Vesalius, menyebutnya sebagai orang gila, mencoba menghalangi penunjukan Vesalius menjadi dokter kekaisaran, dan menyebar fitnah. Vesalius juga mengungkap kesalahan Aristoteles mengenai struktur dan fungsi jantung. Karya monumental Vesalius di tahun 1547, On the Fabric of the Human Body, bertentangan dengan pikiran Aristoteles yang percaya bahwa jantung adalah pusat syaraf. Vesalius percaya bahwa otak dan sistem syaraf adalah pusat pikiran dan emosi, berbeda dengan para pengikut Aristoteles yang percaya bahwa jantung adalah pusat dari tubuh. Vesalius hidup di zaman ketika ide-ide baru yang bertentangan dengan opini umum dengan mudah bisa dianggap sebagai bidah. Di tahun 1536, Vesalius sempat berselisih dengan para teolog mengenai jantung sebagai pusat jiwa. Pembedahan mayat manusia yang dilakukan Vesalius juga mendapat kecaman dari gereja. Di tahun 1564, tanpa alasan yang jelas, Vesalius berziarah ke Tanah Suci, Jerusalem. Dalam perjalanan pulang, kapalnya karam. Vesalius meninggal di usia 50 tahun. Muncul rumor bahwa Vesalius berziarah sebagai hukuman dari Dewan Inkuisisi karena ia pernah melakukan autopsi pada seorang bangsawan Spanyol yang jantungnya masih berdetak. Dewan Inkuisisi menjatuhkan hukuman mati, tetapi berkat campur tangan Raja Philip II hukuman tersebut berubah menjadi keharusan melakukan ziarah ke Tanah Suci untuk penebusan dosa. Namun, para sejarawan modern menganggap rumor ini tidak berdasar. Awal kehidupan dan pendidikan

Vesalius lahir di Brussels, yang masih merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi, dalam sebuah keluarga dokter. Ayahnya, Andries van Wsel, merupakan anak dari dokter kerajaan pada Maximillian I, Everard van Wesel. Andries mengabdikan dirinya sebagai ahli obat kerajaan. Andries mendidik anaknya dalam tradisi keluarga, bahasa Yunani dan bahasa Latin, sesuai dengan standar masa itu. Pada 1528, Vesalius mengenyam pendidikan seni di Universitas Leuven (Pedagogium Castrensis). Namun pada 1532, ia memutuskan untuk mempelajari ilmu kedokteran di Universitas Paris. Di sinilah ia mempeljarai berbagai teori Galen di bawah bimbingan Jacques Dubois (Jacobus Sylvius) dan Jean Ferne. Masa inilah, ia gunakan untuk mengembangkan ketertarikannya pada ilmu anatomi. Tahun 1536, ia terpaksa harus meninggalkan Paris karena adanya permusuhan antara Kekaisaran Romawi dan Prancis, dan kembali ke Leuven. Di Leuven, ia teus melanjutkan pendidikannya dibawah asuhan Johannes Winter von Andernach dan lulus pada tahun berikutnya. Tesisnya berjudul Paraphrasis in nonum librum Rhazae medici arabis clariss ad regem Almansorum de affectum singularum corporis partium curatione. Pada 1536, ia pindah ke Universitas Padua (Universitas aristarum) untuk mengenyam pendidikan doktoral, yang berhasil ia selesaikan pada 1537. Setelah lulus, ia ditawarkan kedudukan pada bagian Pembedahan dan Anatomi (explicator chirurgiae) di Padua. Ia juga merupakan dosen tamu pada Universitas Bologna dan Universitas Pisa. Vesalius mengajarkan ilmu anatomi disertai dengan praktikum pembedahan. Ia trus mendokumentasikan ilmunya dengan membuat gambaran anatomis yang teliti. Ketika ia sadar bahwa karyanya telah banyak disalin, ia akhirnya menerbitkan karyanya pada 1538 dengan judulTabulae Anatomicae Sex. Pada tahun selanjutnya, ia memperbaharui buku anatomi Galen, Institutiones Anatomicae. Terdapat profesor yang pernah mengajarnya, menerbitkan buku lain yang menyerang idenya. Pada 1539, para hakim Padua tertarik pada karyanya, dan mengijinkan tubuh korban eksekusi untuk dibedah. Vesalius segera membuat suatu diagram detail mengenai anatomi tubuh. Beberapa bagian gambar dibuat oleh seniman yang dibayar, dan memang kualitasnya lebih baik dari sebelumnya. Pada 1541, di Bologna, Vesalius mengungkapkan fakta di balik penelitian Galen yang semuanya menggunakan tubuh hewan; sejak pembedahan dilarang oleh Roma kuno, Galen membedah kera dan menyatakan anatominya serupa dengan anatomi manusia. Oleh karena itu, Vesalius menerbitkan pembetulan dari Opera omnia Galen dan mulai menulis buku teksnya sendiri. Tak hanya itu, Vesalius juga memperbaiki pendapat dari pendahulunya seperti Mondino de Liuzzi, bahkan Aristoteles. Ahli-ahli tersebut salah berpendapat tentang fungsi dan struktur jantung. Vesalius menyatakan jantung memiliki empat ruangan, dua lobus hati, dan pembuluh darah berawal dari jantung, bukan hati. Vesalius juga mengoreksi bahwa tulang rahang bawah berjumlah satu, bukan dua seperti yang dikemukakan Galen. [sunting]De Corporis Fabrica Pada 1543, Vesalius menerbitkan tujuh jilid dari De humani corporis fabrica, sebuah buku yang dipersembahkan untuk Charles V. Beberapa minggu kemudian, ia menerbitkan edisi ikhtisar untuk mahasiswa, Andrea Vesalii suorum de humani corporis fabrica librorum epitome yang didedikasikan untukPhilip II dari Spanyol. Karya ini menekankan keutamaan pembedahan dan memperkenalkan isilah pandangan anatomis tubuh manusia; memandang fungsi dalam manusia sebagai satu struktur yang dipenuhi degan organ dalam ruangan tiga dimensi. Hal inilah yang membedakan karyanya dengan Galen atau Aristoteles yang menekankan elemen astrologi. Walaupun teks anatomi modern telah dipublikasikan oleh Mondino de Liuzzi dam Jacopo Berengario da Carpi, masih banyak unsur di dalamnya yang dipengaruhi oleh doktrin Galen dan ilmuwan Arab sebelumnya. Selain penggambaran yang baik mengenai tulang sphenoideus, Vesalius membuktikan bahwa tulang dada (sternum) terdiri dari tiga bagian. Ia jugalah yang pertama kali menggambarkan vena azygos, dan menemukan saluran yang melewati janin melalui pembuluh balik ari-ari (vena umbillical) dan vena cava, sehingga dinamakan duktus venosus. Ia memberikan gambaran mengenai omentum dan hubungannya dengan lambung, limpa dan usus besar, memberikan pandangan yang benar mengenai pylorus lambung. Ia banyak sekali memberikan kontribusi untuk ilmu anatomi. [sunting]Dokter kerajaan dan kematian Basis otak dari Fabrica. Segera setelah penerbitan Fabrica, Vesalius diundang sebagai dokter kerajaan untuk Charles V. Setelah duabelas tahun Vesalius bersama kerajaan, mengobati luka dan cedera dari perang atau turnamen, melakukan pembedahan, dan menulis berbagai surat pribadi mengenai masalah kedokteran. Ia pun menulis Radicis Chynae, sebuah teks pendek mengenai tumbuhan obat. Pada 1564, ia berziarah ke Tanah Suci. Ketika ia tiba di Yerusalem, ia mendapatkan pesan dari senat Venesia agar ia menerima tawaran profesor dari Padua, yang tengah kosong setelag kematian temannya Gabriele Fallopio. Saat berlayar, ia mengalami kecelakaan di pulau Zakynthos. Di sinilah ia meninggal dalam usia limapuluh tahun.