simki-techsain vol. 01 no. 12 tahun 2017 issn :...

14
ARTIKEL TINGKAT FERTILITAS DAN DAYA TETAS HASIL PERSILANGAN AYAM KAMPUNG DENGAN AYAM RAS MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN (IB) DALAM MESIN TETAS OTOMATIS (INKUBATOR) Oleh: LUSI RATNASARI 13.1.04.01.0020 Dibimbing oleh : 1. Dr. Fitriani, MP. 2. Drh. Dianita Dwi Sugiartanti M.Sc. PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2017 Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Upload: nguyenminh

Post on 27-May-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ARTIKEL

TINGKAT FERTILITAS DAN DAYA TETAS HASIL PERSILANGAN

AYAM KAMPUNG DENGAN AYAM RAS MENGGUNAKAN

TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN (IB) DALAM MESIN TETAS

OTOMATIS (INKUBATOR)

Oleh:

LUSI RATNASARI

13.1.04.01.0020

Dibimbing oleh :

1. Dr. Fitriani, MP.

2. Drh. Dianita Dwi Sugiartanti M.Sc.

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

TAHUN 2017

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 1||

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 2||

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 3||

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 4||

TINGKAT FERTILITAS DAN DAYA TETAS HASIL PERSILANGAN AYAM

KAMPUNG DENGAN AYAM RAS MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INSEMINASI

BUATAN (IB) DALAM MESIN TETAS OTOMATIS (INKUBATOR)

LUSI RATNASARI

13.1.04.01.0020

FAKULTAS PETERNAKAN

Email: [email protected]

Fitriani1

dan Dianita Dwi Sugiartanti2

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

ABSTRAK

LUSI RATNASARI : Tingkat Fertilitas Hasil Persilangan Ayam Kampung Dengan Ayam Ras Menggunakan

Teknologi IB (Inseminasi Buatan) Dalam Mesin Tetas Otomatis (Inkubator). Skripsi, Program Studi Peternakan,

Fakultas Peternakan UN PGRI Kediri, 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat fertilitas dan daya tetas hasil persilangan ayam

kampung dengan ayam ras menggunakan teknologi IB dalam mesin tetas otomatis (inkubator). Penelitian ini

dilaksanakan pada tanggal 17 April – 17 Mei 2017 di peternakan milik Bapak Saipul yang bergerak dibidang

pembibitan. Metode yang digunakan metode deskriptif menggunakan uji chi square yang berguna untuk

mengetahui pendugaan pengaruh harapan. Dilanjutkan dengan kontigensi (keadaan yang diliputi ketidakpastian

antara fertil/tidak, pengaruh harapan fertil, korelasi (hubungan antara 2 variabel yang bersifat kuantitatif), regresi

(pengaruh antara 2 variabel/lebih). Jumlah ayam kampung pejantan 20 ekor dengan ayam ras petelur betina 100

ekor masing-masing berumur 1 – 2 tahun dengan kondisi sehat dan dikandangkan secara individu. Pakan yang

digunakan campuran dedak, konsentrat, jagung dan mineral. IB di lakukan selang 2 hari sekali, penampungan

semen dengan massage (urut) di tampung dengan gelas kemudian di IB dengan teknik tembak. Pengambilan

sampel fertilitas dan daya tetas dengan 4 tahapan pemasukan telur dalam mesin tetas otomatis yang sudah

ditandai dengan pemassukan 2 tray (72 butir telur). Hasil penelitian yang di peroleh menunjukkan data sebagai

berikut: Perolehan persentase fertilitas telur pada tahapan 1 dan 4 dengan persentase (88,88%) lebih tinggi dari

tahapan 2 (86,11%) dengan korelasi (r = 0,018) dengan persamaan regresi yˆ= 87,49-0,14. Dan perolehan

persentase daya tetas telur pada tahapan 1 (90,62%) lebih tinggi dari tahapan 3 (79,36%) dengan korelasi (r =

0,102) dengan persamaan regresi yˆ = 89,63 + 1,24. Ayam ras petelur pada penelitian ini sebaiknya diperlakukan

tidak kasar setelah IB (Inseminasi Buatan). Penampungan semen ayam jantan sebaiknya alat yang digunakan

disterilkan dan kebersihan telur tetas perlu diperhatikan.

Kata Kunci : Ayam Kampung,Ayam Ras Petelur, Teknologi IB, Mesin Tetas Otomatis (Inkubator).

A. PENDAHULUAN

Ayam kampung merupakan hasil

persilangan dari ayam – ayam lokal yang

hidup di Indonesia yang dapat dikatakan

tidak terkontrol. Persilangan tanpa kontrol

menyebabkan penyebaran gen yang

mengontrol produksi menjadi sangat luas,

sehingga penampilan produksi ayam-ayam

tersebut relatif tidak seragam

(Abidin,2002). Ayam kampung memiliki

potensi yang tidak kalah hebat dengan

ayam jika dibandingkan dengan ayam ras

petelur, yaitu tingkat produktivitasnya

cukup tinggi, apalagi didukung oleh daya

tahan tubuhnya yang lebih tahan terhadap

berbagai ancaman penyakit dibandingkan

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 5||

dengan ayam ras (Anonimous,

2002).Ayam petelur adalah ayam ayam

betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Memiliki tubuh

yang langsing atau berukuran kecil,

timbangan badan ringan,

jengger dan pial terdapat pada yang jantan

dan betina. Serta tidak ada sifat yang

mengeram, produksi telur tinggi dan

besar-besar. Ayam ras petelur tidak dapat

mengerami telurnya dikarenakan mutasi

ilmiah sehingga diperlukan mesin tetas

untuk menetaskan telurnya. Mesin

tetasyang digunakan adalah mesin tetas

secara otomatis yang tidak harus

menggunakan tenaga secara berlebihan.

Salah satu program pemulian

dengan peningkatan produktivitas dapat

dilakukan melalui persilangan (cross

breeding). Dalam hal ini persilangan dapat

dilakukan melalui cara IB (Inseminasi

Buatan) yaitu adanya campur tangan

manusia dengan tujuan sebagai penghasil

daging. Dimana ayam kampung jantan

memiliki ketahanan terhadap penyakit dan

ayam ras sebagai petelur yang baik, namun

tidak memiliki sifat mengeram. Ayam ras

petelur tidak bisa mengeram, oleh karena

itu diperlukan mesin tetas otomatis untuk

menetaskan telurnya. Penetasan buatan

lebih praktis, dan efesien dibandingkan

dengan penetasan alami, kapasitas ratusan

butir. Penetasan dengan mesin tetas juga

dapat meningkatkan daya tetas telur karena

temperaturnya dapat diatur lebih stabil

tetapi memerlukan biaya dan perlakuan

lebih tinggi dan intensif (Jayasamudera dan

Cahyono , 2005). Keberhasilan dari IB

dipengaruhi beberapa faktor di antaranya

tingkat pengenceran dan waktu simpan,

pengenceran dengan maksud supaya

memperbanyak volume semen yang akan

dipakai IB sehingga seekor pejantan dapat

menggawani betina lebih banyak. Dengan

latar belakang tersebut saya melakukan

penelitian bagaimana tingkat fertilitas dan

daya tetas hasil dari persilangan ayam

kampung dengan ayam ras petelur

menggunakan teknologi IB dalam mesin

tetas otomatis.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada 17 April

sampai 17 Mei 2017 di rumah Bpk. Saipul

di Dsn. Nggrenjeng Ds. Tulungrejo

Kecamatan Karangrejo Kabupaten

Tulungagung.

Materi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Ternak ayam

kampung jantan berumur 1- 2 tahun

berjumlah 20 ekor dan ayam ras petelur

dengan usia produktif antara 1 - 1,5 tahun

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 6||

berjumlah 100 ekor. Kandang yang

digunakan panggung berbentuk bateray

tipe V. Pakan diberikan sehari sekali yakni

pada pagi hari dengan perbandingan 2:1:1

yaitu 2 untuk jagung kuning halus 1 untuk

konsentrat dan 1 untuk bekatul / dedak

halus pukul 07.00 WIB, serta konsentrat

pabrik produksi PT CHAROEN

POKPHAN INDONESIA CP 521 dengan

kandungan protein 19-20%, lemak 3%,

serat kasar 5%, kadar air 13%, ME 2950

Kcal/kg. Air di berikan secara adlibitum.

Metode yang digunakan dalam

peneltian ini adalah uji chi square yang

berguna untuk menguji hubungan atau

pengaruh dua buah variabel nominal dan

mengukur kuatnya hubungan antara

variabel nominal lainnya. Dilanjutkan

dengan kontigensi (keadaan yang diliputi

ketidakpastian antara fertil/tidak, korelasi

(hubungan antara 2 variabel yang bersifat

kuantitatif), regresi (pengaruh antara 2

variabel/lebih).

Rumus Chi Kuadrat = X2 = ∑ (f0 – fh)

2

fn

keterangan :

X2

= chi kuadrat

f0 = frekuensi yang diobservasi

fn = frekuensi yang diharapkan

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Fertilitas ( F )

Tabel 4.1 : persentase fertilitas telur

hasil persilngan ayam kampung dengan

ayam ras petelur menggunakan

teknologi IB dalam mesin tetas otomatis

Tahapan ∑ telur ∑ F (%)F

I 72 64 88,88

II 72 62 86,11

III 72 63 87,5

IV 72 64 88,88

Tabel diatas menunjukkan bahwa

tahapan ke 2 dan 3 lebih rendah

kemungkinan disebabkan oleh sperma

yang disuntikkan belum masuk sampai

kedalam saluran reproduksi betina

sehingga terjadi proses fertilitas, serta bisa

karena sperma yang disuntikkan

bercampur kotoran/cairan. Sedangkan

pada tahapan 1 dan ke 4 mengalami

kenaikan, disebabkan karena sperma yang

disuntikkan sudah benar – benar masuk ke

dalam saluran reproduksi betina.

Berdasarkan db=3 dan kesalahan

5%, maka diperoleh harga Chi Kuadrat

Tabel = 7,815. Ternyata harga Chi Kuadrat

hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat

Tabel (0,061 < 7,815), yang menunjukkan

pengaruh tidak berbeda nyata dengan

hipotesis yang diajukan bahwa

penggunaaan mesin tetas otomatis

(inkubator) yang menggunakan umur ayam

seragam, pemasukan telurnya dan beratnya

sama .Fertilitas dipengaruhi oleh faktor

diantaranya jenis ayam, umur pejantan dan

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 7||

betina, pakan, pengelolaan telur sebelum

dimasukkan dalam mesin tetas otomatis.

Perlakuan terhadap ayam ras petelur

setelah di IB, langsung dilepas kekandang

kembali dengan kasar (dilempar) sehingga

semen yang baru disuntikkan belum

sampai saluran reproduksi akan keluar

kembali. Selain itu harus memperhatikan

keadaan ayam, ayam di IB (Inseminasi

Buatan) harus keadaan sudah bertelur,

kalau dalam keadaan belum bertelur semen

tidak dapat masuk kedalam saluran

reproduksi karena terhalang oleh telur.

Semen yang diperoleh seringkali

bercampur dengan urin sehingga

menurunkan motilitas sperma pada saluran

reproduksi ayam yang kemudian

mempengaruhi fertilitas telur.

Dosis penyuntikan ±0,25 ml tanpa

pencampuran pengencer. Hal ini sesuai

dengan pendapat Toelihere (1993)

menyatakan bahwa sejauh ini IB pada

unggas hanya menggunakan semen segar

dengan atau tanpa bahan pengencer, hal ini

mempunyai kendala, karena semen sudah

ditampung pada suhu kamar harus dipakai

dalam waktu tidak lebih dari 2 jam.

Penundaan dalam beberapa jam dapat

menurunkan fertilitas telur. Penyuntikan

dilakukan pada waktu sore hari karena

ayam dalam keadaan sudah bertelur. Sesuai

dengan pernyataan Rasyaf ( 1993) bahwa

inseminasi yang dilakukan pada sore hari,

akan menghasilkan fertilitas yang tinggi,

karena pada saat itu induk ayam sudah

bertelur dan suhu lingkungan tidak terlalu

panas sehingga stres pada ayam berkurang.

Penelitian ini menghasilkan

persentase fertilitas tertinggi sebesar

88,88% dan terendah 86,11%.

Prawirodigdo dkk., (2001) menyatakan

bahwa fertilitas telur ayam hasil

persilangan antara ayam kampung jantan

dengan ayam petelur betina mencapai 85%,

sedangkan telur hasil persilangan sesama

ayam kampung hanya 70%. Hal ini

menunjukkan penelitian ini

memperlihatkan hasil persentase fertilitas

yang maksimal dengan persentase 88,88%.

Grafik 4.1 : jumlah persentase fertilitas

telur hasil persilangan ayam kampung

dengan ayam ras menggunakan

teknologi IB dalam inkubator

Tingginya fertilitas ditunjukkan

pada tahapan 1 dan 4 dengan persentase

88,88%. Dapat dilihat dari grafik di atas

hasil fertilitas menunjukkan semakin

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 8||

tingginya fertilitas dengan korelasi (r =

0,018) dan diikuti menurunnya fertil pada

tahapan 2 dengan persentase 86,11%. Hal

ini ditunjukkan dengan persamaan Regresi

yˆ = 87,49 - 0,14 yang berarti menurun

0,14%. Menurut Setioko (2005) Kematian

di awal penetasan umumnya disebabkan

kondisi dan lama penyimpanan telur,

sperma jantan dan umur induk betina.

2. Daya tetas (D.T)

Tabel 4.2 : persentase daya tetas

telur hasil persilangan ayam

kampung dengan ayam ras petelur

menggunakan teknologi IB dalam

mesin tetas otomatis

hapan % F

∑ tlr

menetas % D.T

I 64 58 90,62

II 62 54 87,09

III 63 50 79,36

IV 64 57 89,06

Terlihat pada tabel daya tetas hasil

persilangan ayam kampung dengan ayam

ras di peternakan pas Saiful pada tahapan 3

lebih rendah, hal ini kemungkinan

disebabkan karena ketidak sesuaian antara

suhu mesin dengan telur tetas. Menurut

(Djanah, 1984) faktor – faktor yang

memengaruhi daya tetas yaitu teknis

pada waktu memilih telur tetas atau

seleksi telur tetas (bentuk telur, bobot

telur, keadaan kerabang, ruang udara di

dalam telur, dan lama penyimpanan) dan

teknis operasional dari petugas yang

menjalankan mesin tetas (suhu,

kelembapan, sirkulasi udaran dan

pemutaran telur) serta faktor yang

terletak pada induk yang digunakan

sebagai bibit. Selanjutnya pada tahapan 1

dan 4 daya tetas lebih tinggi, ini

kemungkinan disebabkan sudah sesuainya

antara inkubator dengan telur tetas

sehingga daya tetas yang dihasilkan

meningkat. Ensminger (1980) dan Hafez

(1987) mengatakan bahwa daya tetas

dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan dan

penanganan penetasan, namun demikian

faktor yang sangat berperan adalah pakan

induk dan penanganan penetasan.

Persentase penurunan daya tetas

dapat disebabkan karena suhu pada mesin

tetas.Penetasan pada penelitian ini sesuai

dengan yang disarankan Mulyantini

(2010) yaitu antara 37.20 oC -38.20

oC

untuk periode setter (awal masuk telur)

tetapi lebih tinggi dari yang disarankan

untuk periode umur pertengahan telur

yaitu sekitar 37.00 oC -37.50

oC.

Menurut Kortlang (1985) secara umum

suhu terlalu tinggi memiliki efek buruk

pada daya tetas dari pada suhu yang terlalu

rendah. North dan Bell (1990)

menyatakan bahwa suhu di atas atau di

bawah optimum akan menurunkan daya

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 9||

tetas, menghasilkan embrio yang lemah

dan anak ayam yang kualitasnya

rendah, sedangkan kelembaban yang

terlalu tinggi menyebabkan anak ayam

menetas lebih lama, bobot lebih besar dan

lembek pada daerah abdomen.

Ditambahkan pula bahwa kelembaban

udara berfungsi mengontrol penguapan

cairan dari dalam telur (Kortlang 1985).

Kelembaban berfungsi untuk mengurangi

kehilangan cairan dari dalam telur selama

proses penetasan, membantu pelunakan

kulit telur pada saat akan menetas

sehingga anak unggas mudah memecahkan

kulit telur.

Berdasarkan db=3 dan kesalahan

5%, maka diperoleh harga Chi Kuadrat

Tabel = 7,815. Ternyata harga Chi Kuadrat

hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat

Tabel (0,873 < 7,815), yang menunjukkan

pengaruh tidak berbeda nyata dengan

hipotesis yang diajukan bahwa

penggunakan mesin tetas otomatis

(inkubator) dapat meningkatkan persentase

fertilitas pada telur hasil IB ayam kampung

dengan ayam ras. Mengalami penurunan

kemungkinan bisa juga seringnya frekuensi

buka tutup pada mesin tetas sehingga suhu

dapat berubah. Sesuai dengan pernyataan

Wulandari ( 2002) bahwa frekuensi buka

tutup pintu mesin tetas untuk

melakukan pemutaran telur yang terlalu

sering dapat menyebabkan penurunan suhu

mesin tetas karena terjadi transfer panas ke

lingkungan yang memiliki suhu lebih

rendah. Suhu yang terlalu tinggi akan

menyebabkan kematian embrio ataupun

abnormalitas embrio, sedangkan

kelembaban mempengaruhi pertumbuhan

normal dari embrio. Menurut Rahayu

(2005) bahwa daya tetas ayam kampung

minimal mencapai 60%. Hal ini diduga

karena kondisi telur yang digunakan dalam

penelitian ini bukan dari satu kelompok

budidaya yang di ambil dalam waktu yang

sama sehingga daya tetasnya belum bisa

maksimal. Dengan standart daya tetas

minimal mencapai 60% maka penelitian

hasil persilangan ayam kampung dengan

ayam ras dengan teknologi IB

menghasilkan persentase tertinggi 90,62%

dan terendah 79,36%, dengan ini dapat

dikatakan bahwa sudah diatas standart

daya tetas.

Grafik 4.2 : jumlah persentase daya

tetas telur hasil persilangan ayam

kampung dengan ayam ras

menggunakan teknologi IB dalam

inkubator

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 10||

Daya tetas mengalami penurunan

pada tahap 3 dengan persentase 69,44%,

sedangkan mengalami kenaikan pada

tahapan 1,2 dan 4 dengan masing – masing

persentase 80,56%, 75%, dan 79,17%.

Pada grafik di atas persentase daya tetas

menunjukkan semakin tingginya daya tetas

dengan korelasi (r = 0,063) dengan regresi

yˆ = 78,47 + 0,97 yang berarti semakin

tinggi daya tetas dan diikuti naiknya 0,97%

(1%).

3. Hubungan Fertilitas Dengan Daya

Tetas

Grafik 4.3 : hubungan fertilitas dengan

daya tetas hasil persilangan ayam

kampung dengan ayam ras

menggunakan teknologi ib dalam

inkubator

Pengertian fertilitas (kesuburan)

dari suatu kelompok telur tetas adalah

jumlah telur yang bertunas (fertile) dari

sekian banyaknya telur yang dierami atau

ditetaskan, dan dihitung dalam bentuk

persentase (Bell dan Weaver, 2002). Daya

tetas merupakan suatu persentase telur

yang menetas dari telur yang fertil atau

bertunas. Daya tetas adalah angka yang

menunjukkan tinggi rendahnya

kemampuan telur untuk menetas

(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Brata (1989) menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan fertilitas adalah

persentase telur-telur yang memperlihatkan

adanya perkembangan embrio, tanpa

memperhatikan apakah telur-telur tersebut

menetas atau tidak dari sejumlah telur yang

dieramkan. Selanjutnya dinyatakan bahwa

dengan mengetahui fertilitas maka dapat

dibedakan telur-telur yang bertunas atau

tidak. Kedaan ini menguntungkan

pembibit, tetapi fertilitas justru tidak dapat

ditentukan dulu sebelum telur-telur

ditetaskan.

Pada grafik diatas dapat dilihat

bahwa fertilitas tinggi tidak selalu diikuti

daya tetas yang tinggi pula, hal ini

ditunjukkan dengan korelasi r = 0,018

dengan regresi y = 87,49 – 0,14 yang

berarti semakin tinggi fertilitas dan diikuti

menurunnya fertil 0,14%. Daya tetas

mempunyai korelasi r = 0,102 dengan

persamaan regresi y = 89,63 + 1,24 yang

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 11||

berarti semakin tinggi daya tetas diikuti

meningkatnya daya tetas dengan kenaikan

1,24%. Dengan demikian hubungan

fertilitas dengan daya tetas adalah fertilitas

mempengaruhi daya tetas yang dihasilkan.

D. PENUTUP

1. Kesimpulan

Pesilangan antara ayam kampung

dengan ayam ras petelur dengan teknologi

IB (Inseminasi Buatan) menggunakan

mesin tetas otomatis menghasilkan

fertilitas tertinggi 88,88% dan terendah

86,11%. Persentase daya tetas tertinggi

sebesar 80,56% dan persentase terendah

69,44%.

2. Saran

1. Ayam ras petelur pada penelitian ini

sebaiknya diperlakukan tidak kasar

setelah IB (Inseminasi Buatan).

2. Penampungan semen ayam jantan

sebaiknya alat yang digunakan

disterilkan.

3. Kebersihan telur tetas perlu

diperhatikan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan

Produktivitas Ayam Ras Pedaging.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Agustina, L , S. Purwanti. 2012. Ilmu

Nutrisi Unggas. Rumah

Pengetahuan.Solo.

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam

Petelur. Lembaga Satu Gunung

Budi. Bogor.

Anggorodi. R . 1985. Ilmu Makanan

Ternak Unggas. Gramedia. Jakarta.

Anonimus. 1998. Inseminasi Buatan Pada

Ayam Buras. Badan Penelitian dan

Pengembangan.

Brata, B. 1989. Pengaruh frekwensi

selama penyimpanan telur tetas

puyuh (Coturnix-coturnix Japonica)

terhadap daya tetas. Laporan

penelitian. Universita Bengkulu.

Cerolini, S., K. A. Kelso, R. C. Noble, B.

K. Speake, F. Pizzi and L. G.

Cavalchini. 1997. Relationship

between spermatozoon lipid

composition and fertility during

aging of chickens. Biol. Reprod. 57:

976-980.

Darmana, W. , Sitanggang. 2002.

Meningkatkan Produktivitas Ayam

Arab Petelur. Cetakan I.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Djanah, D. 1984. Beternak Ayam dan

Itik.Cetakan Kesebelas. C.V

Yasaguna.Jakarta.

Elkabumaini, N., Ranuatmaja. T.S. 2008.

Yuk, beternak ayam pedaging dan

petelur. PT. Puri Pustaka. Bandung.

Ensminger, M.E., 1980. Poultry Science

(Animal Agricultural Series). 2 nd

edition. The Interstate Printers &

Publishers, Inc. Danville. Illinois.

Fadillah, dkk, R. A. Polana. S. Alam ., E.

Purwanto. 2007. Sukses Beternak

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 12||

Ayam Broiler. Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Hafez, E.S.E. 1987. Poultry. In : E.S.E.

Hafez. Reproduction in Farm

Animal. 6th Ed. Lea and Febiger,

Philadelphia.

Iskandar, S.S Sastrodihardjo , Dharsana,

1997. Reproduksi Ayam Buras

Menggunakan Teknologi

Inseminasi Buatan. Ringkasan

Hasil – hasil Penelitian Balai

Penelitian Ternak Ciawi-Bogor

Isnaini, N., Suyadi. 2000. KualitasSemen

Ayam Arab Dalam Berbagai Lama

Penyimpanan Suhu Kamar.Jurnal

Tropika volume 1 nomor 1.

Fakultas Peternakan. Universitas

Brawijaya Malang

Kartasudjana, R. 2006. Manajemen Ternak

Unggas. Pebebar Swadaya. Jakarta.

Kartasudjana, R., E. Suprijatna.

2006.Manajemen Ternak Unggas.

PenebarSwadaya. Jakarta.

Kurtini, T. 1988. Pengaruh Bentuk dan

Warna Kulit Telur terhadap Daya

Tetas dan Sex Ratio. Tesis. Fakultas

Pascasarjana Universitas Padjajaran.

Bandung.

Kortlang CFHF. 1985. The incubation of

duck egg. In : Duck Production

Science and World Practice. Farrel,

DJ dan Stapleton P. Editor. New

England (AU): University of New

England, pp. 168-177.

Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen

Ternak Unggas. Yogyakarta (ID) :

Gadjah Mada University Press.

Mansjoer, S.S. 1989. Pengkajian Sifat-sifat

Produksi Ayam Kampung serta

Persilangannya. Disertasi. Fakultas

Pascasarjana Institut Pertanain

Bogor, Bogor

Natalia, H., D. Nista, Sunarto ., D. S. Yuni.

2005. Pengembangan Ayam Arab.

Balai Pembibitan Ternak Unggul

Sembawa. Palembang.

North, M. O. 1984. Breeder

management. In commercial

chicken production manual. The

Avi. Publishing Company. Inc.

Westport, Connecticut. 240-243,

298-321 pp.

Nuryati, T. Sutarto., M. Khamim.,

P.S.Hardjosworo. 2002. Sukses

Menetaskan Telur. Cetakan keempat.

Penebar Swadaya. Jakarta

Jayasamudra, D.J dan B. Cahyono.

2005. Pembibitan Itik. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Partodihardjo, S, 1992. Ilmu Reproduksi

Hewan. Fakultas kedokteran

Veteriner. Jurusan Reproduksi. IPB.

Bogor

Priyatno. 2004. Membuat kandang ayam.

Cetakan ke-8. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Rahardian, P.P., Wahyuningsih, S.,

Ciptadi, G. 2012. The Test Quality

Of Boer Goat Semen Which Frozen

With Mr. Frosty Instrument by

Andromed ® Diluter at the storage

Temperature Of 450C. Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya.

Rahayu, H.S. 2005. Kualitas telur tetas

ayam kampung dengan waktu

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi

Universitas Nusantara PGRI Kediri

Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020

Fakultas Peternakan Prodi Peternakan

simki.unpkediri.ac.id

|| 13||

pengulangan inseminasi buatan yang

berbeda. [skripsi]. Fakultas

Kedokteran Hewan. Institut

Pertanian Bogor: Bogor.

Rasyaf, M. 1995. Memasarkan Hasil

Peternakan. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Sarwono, B. 1991. Beternak Ayam Buras.

Cetakan ke 3. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Setioko AR. 2005. Fertilitas dan kematian

embrio pada perkawinan silang

entog jantan dan itik betina.

Lokakarya Nasional Unggas Air II.

Di dalam: Merebut peluang

agribisnis melalui pengembangan

usaha kecil dan menengah unggas

air. Bogor (ID): 16-17 November

2005. Ciawi. 271-280.

Setioko. A. R. 2012. Teknologi Inseminasi

Buatan Untuk Meningkatkan

Produktifitas Itik Hibrida Serati

Sebagai Penghasil Daging. Balai

Penelitian Ternak. Bogor.

Simanjuntak, l,. 2002. Tiktok Unggas

Pedaging Hasil Persilangan itik dan

Entog. Penerbit PT Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Sinurat, A. P. 1991. Penyusunan

ransum ayam buras. P3t., badan

penelitian dan pengembangan

pertanian. Deptan. Majalah Ilmiah

Peternakan 2 (1-2): 1 – 4.

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas

Air. Cetakan ke-2. Trubus

Agriwidya. Ungaran.

Stromberg. J ., I. Stromberg. 1975. A

Guide to Better Hatching. Stromberg

Publishing Company. Pine River,

Minnescota.

Sudarmono, A.S., 2003. Pedoman

Pemeliharaan Ayam Ras Petelur.

Kanisius, Yogyakarta.

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan

R.Kartasudjana. 2005. Ilmu dasar

Ternak Unggas. Cetakan ke-2.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E. 2005. Pengaruh protein

ransum saat periode

pertumbuhanterhadap performans

produksi telur saat periode produksi

pada ayam ras petelur tipe medium.

J.Indon.Trop.Anim.Agric. Fakultas

Peternakan Universitas Diponegoro.

Semarang.

Surisdiarto. 2003. Pakan untuk Ayam

Buras. Fakultas Peternakan

Unibraw. Malang.

Syahrul d., Maloedyn, 2004. Beternak

Ayam Petelur Yang maju. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Udjianto, A ., Purnama, R.D. 2004.

Inseminasi Buatan Pada Ayam Buras

Dengan Metode Deposisi Intra

Uterina. Balai Penelitian Ternak.

Bogor.

Wulandari A. 2002. Pengaruh indeks dan

bobot telur itik tegal terhadap daya

tetas, kematian embrio dan hasil

tetas [skripsi]. Purwokerto (ID):

Fakultas Peternakan Universitas

Jenderal Soedirman.

Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX