silabus 9-lapisan sosial
DESCRIPTION
asdfghTRANSCRIPT
SOSIOLOGI
“LAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT”
Oleh :
Kelompok 1
D-IV Keperawatan
Putu Yeni Yunitasari (P07120214004)
Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya (P07120214005)
Ni Putu Erna Libya (P07120214014)
Ni Kadek Dian Inlam Sari (P07120214018)
Made Wahyu Riantini (P07120214024)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
1. Pengertian Lapisan Sosial Dalam Masyarakat (Stratifikasi Sosial)
Stratifikasi Sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti sistem
berlapis-lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum
(jamaknya : strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis)
(Moeis, 2008).
Berikut adalah pengertian stratifikasi sosial menurut Anonimous (2010) dari
beberapa ahli:
N0 AHLI DEFINISI
1 Pitrim A. Sorokin Pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat, yang diwujudkan
dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan
kelas rendah dengan ditandai oleh
adanya ketidakseimbangan dalam
pembagian antara hak dan kewajiban
serta tanggung jawab individu dan
kelompok di dalam suatu sistem
sosial.
2 Soerjono Soekanto Pembedaan posisi seseorang atau
kelompok dalam kedudukan
berbeda-beda secara vertical baik
pada masyarakat tradisional maupun
masyarakat modern yang heterogen
atas dasar kedudukan yang diperoleh
melalui perjuangannya untuk
melangsungkan interaksinya dalam
masyarakat.
3 Paul B. Horton dan Chester L.Hunt Sistem perbedaan status yang
berlaku dalam suatu masyarakat
4 Robert M.Z Lawang Penggolongan orang-orang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu
kedalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi
kekuasaan,privilise,dan prestise
5 Bruce J. Cohen Sistem yang menempatkan
seseorang sesuai dengan kualitas
yang dimiliki dan menempatkan
mereka pada kelas sosial yang sesuai
6 Astrid S. Susanto Hasil kebiasaan hubungan antar
manusia dan tersusun sehingga
setiap orang, setiap saat mempunyai
situasi yang menentukan
hubungannya dengan orang secara
vertical maupun mendatar dalam
masyarakatnya.
7 Horton dan Horton Sistem Pembedaan status yang
berlaku dalam suatu masyarakat.
Dari beberapa pengertian/definisi stratifikasi sosial di atas, dapat
disimpulkan 3 hal, yaitu:
1) Adanya penggolong-penggolongan manusia secara bertingkat
(hierarchis)
2) Dasar penggolongannya adalah kedudukan atau status sosial yang
dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang
3) Akibat penggolong-penggolongan tersebut adalah perbedaan antara
hak, kesempatan dan kewajiban
2. Dasar Terjadinya Lapisan Sosial Dalam Masyarakat
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam
proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun
untuk mengejar suatu tujuan bersama.Yang biasa menjadi alasan terbentuknya
lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur
(yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan
mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.Alasan-alasan yang dipakai
berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu
hewan alasan utama adalah kepandaian berburu.Sedangkan pada masyarakat yang
telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggap
asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat
dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang
pertama-tama membuka tanah , dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.
Demikian pula golongan pembuka tanah di kalangan orang Jawa di desa, dianggap
mempunyai kedudukan tinggi, karena mereka dianggap sebagai pembuka tanah dan
pendiri desa yang bersangkutan.Lain masyarakat menganggap bahwa kerabat
kepala masyarakatlah yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat,
misalnya pada masyarakat Ngaju di Kalimantan Selatan.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat.Akan tetapi sesuai
dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah
demikian.Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan
bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses
lapisan masyarakat, dapatlah pokok-pokok sebagai berikut dijadikan pedomsn:
1) Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam
masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti yang khusus
bagi masyarakat-mayarakat tertentu yang menjadi obyek
penyelidikan.
2) Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya
penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju angka
kejahatan), wewenang dan sebagainya,
b. Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat
(prestise dan penghargaan),
c. Kriteria sistempertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan
kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu,
milik,wewenang atau kekuasaan,
d. Lambing-lambang kedudukan, seperti tingkah-laku hidup, cara
berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan
selanjutnya,
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan,
f. Solidaritas di antara individu-individu atau kelompok-kelompok
yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial
masyarakat;
i. Pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik, keanggotaan
organisasi,perkawinan dan sebagainya),
ii. Kesamaan atau ketidaksamaan system kepercayaan, sikap
dan nilai-nilai,
iii. Kesadaran akan kedudukan masing-masing,
iv. Aktivitas sebagai organ kolektif
Seperti telah diuraikan ada pula sistem lapisan yang dengan sengaja disusun
untuk mengajar suatu tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan
pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal,
seperti pemerintahan, perusahaan,partai politik, angkatan bersenjata atau
perkumpulan. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam system
lapisan. Unsur mana mempunyai sifat yang lain dari uang, tanah, benda-benda
ekonomis, ilmu pengetahuan atau kehormatan. Uang, tanah dan sebagainya dapat
terbagi secara bebas di antara para anggota suatu masyarakat tanpa merusak
keutuhan masyarakat itu.
Akan tetapi, apabila suatu masyarakat hendak hidup dengan teratur, maka
kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi dengan teratur pula.Sehingga
jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenag dalam
organisasi, secara vertical dan horizontal. Apabila kekuasaan dan wewenang tidak
dibagi secara teratur, maka kemungkinan besar sekali akan terjadi pertentangan-
pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan-keutuhan masyarakat. Perihal
sistem lapisan yang sengaja disusun,akan dibicarakan kemudian sekaligus dengan
membahas unsur-unsur dan kegunaannya.
3. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Sifat sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed
social stratification) dan terbuka (open social stratification). Yang bersifat
tertutup, membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke
lapisan yang lain. Baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah.Di dalam
sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan
dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaiknya di dalam sistem terbuka, setiap
anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan
sendiri untuk naik pelapisan, Atau , bagi mereka yang tidak beruntung, untuk
jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka
ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk
dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari ada sistem yang tertutup.
Sistem tertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang berkasta.Atau di
dalam masyarakat yang feudal, atau masyarakat di mana lapisannya tergantung
pada perbedaan-perbedaan rasial. Apabila ditelaah pada masyarakat India, sistem
lapisan di sana sangat kaku dan menjelma dalam diri kasta-kasta. Kasta di India
mempunyai ciri-ciri tertentu,yaitu:
1) Keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan/kelahiran. Anak yang
lahir memperoleh kedudukann orang tuanya.
2) Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena
seorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan
dari kastanya.
3) Perkawinan bersifat endogamy, artinya harus dipilih dari orang yang
sekasta.
4) Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
5) Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari
nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang
ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
6) Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah
ditetapkan.
7) Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Sistem kasta di India telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Istilah untuk
kasta dalam bahasa India adalah yati, sedangkan sistemnya disebut varna.
Menurut kitab Rig-Veda dan kitab-kitab Brahmana, dalam masyarakat India Kuno
dijumpai empat varna yang tersusun dari atas ke bawah. Masing-masingadalah
kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya dan Sudra.Kasta Brahmana merupakan kasta
para pendeta, yang dipandang sebagai lapisan tertinggi.Ksatria merupakan kasta
orang-orang bangsawan dan tentara, dipandang sebagai lapisan kedua.Kasta
Vaicya meupakan kasta para pedagang yang dianggap sebagai lapisan menengah
(ketiga) dan Sudra adalah kasta orang-orang biasa (rakyat jelata).Mereka yang tak
berkasta, adalah golongan Paria. Susunan kasta tersebut sangat kompleks dan
hingga kini masih dipertahankan dengan kuat,walaupun orang-orang India sendiri
kadangkala tidak mengakuinya.
Sistem kasta semacam di India, juga dijumpai di Amerika Serikat, di mana
terdapat pemisahan yang tajam antara golongan kulit putih dengan golongan kulit
berwarna terutama orang-orang Negro.Sistem tersebut dikenal dengan
segregationyang sebenarnya tak berbeda jauh dengan sistem apartheid yang
memisahkan golongan kulit putih dengan golongan asli (pribumi) di Uni Afrika
Selatan.
Sistem lapisan yang tertutup, dalam batas-batas tertentu, juga dijumpai pada
masyarakat Bali.Menurut kitab-kitab suci orang Bali, masyarakat terbagi dalam
empat lapisan, yaitu Brahmana, Satria, Vesia dan Sudra. Ketiga lapisan pertama
biasa disebut triwangsa sedangkan lapisan terakhir disebut jabayang merupakan
lapisan dengan jumlah warga terbanyak. Keempat lapisan tersebut terbagi lagi
dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui dari gelar
seseorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut diwariskan
menurut garis keturunan laki-laki yang sepihak pratrilineal adalah Ida Bagus,
Tjokorda, Dewa, Ngakan, Bagus, I Gusti, Gusti. Gelar pertama adalah gelar orang
Brahmana, gelar kedua sampai dengan keempat bagi orang-orang Satria,
sedangkan yang kelima dan keenam berlaku bagi orang-orang Vaicya.Orang-
orang Sudra juga memakai gelar-gelar seperti Pande, Kbon, Pasek dan
selanjutnya.Dahulu kala gelar tersebut berhubungan erat dengan pekerjaan orang-
orang yang bersangkutan.Walaupun gelar tersebut tidak memisahkan golongan-
golongan secara ketat, tetapi sangat penting bagi sopan santun
pergaulan.Disamping itu hokum adat juga menetapkan hak-hak bagi si pemakai
gelar, misalnya, dalam memakai tanda-tanda, perhiasan-perhiasan, pakaian
tertentu dan lain-lain.Kehidupan sistem kasta di Bali umumnya terlihat jelas
dalam hubungan perkawinan.Seorang gadis suatu kasta tertentu, umumnya
dilarang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih rendah. Secara visual sifat-
sifat lapisan adalah sebagai berikut :
1. Tertutup: mobilitas sangat terbatas, atau bahkan mungkin tak ada.
2. Terbuka: kemungkinan mengadakan mobilitas sangat besar.
3. Campuran
4. Bentuk/Macam Pelapisan Sosial
Bentuk konkret dari Stratifikasi dalam masyarakat banyak, akan tetapi
secara prinsipal bentuk-bentuk tersebut dapat di klasifikasikan kedalam tiga
macam Stratifikasi yaitu :
1. Stratifikasi ekonomi,
2. Stratifikasi budaya, dan
3. Stratifikasi politik.
a. Stratifikasi Ekonomi
Kalau berbicara tentang ekonomi dalam Stratifikasi sosial, itu berarti kita
membedakan diri kita sendiri aatau orang lain menurut kesempatan yang
dimilikinya dalam bidang ekonomi. Kesempatan-kesempatan itu antara lain dapat
dilihat dalam pendapatan yang diperolehnya setahun atau sebulan, kekayaan yang
dimilikinya sekarang yang dapat digunakannya sewaktu-waktu untuk
meningkatkan kehidupan ekonominya, pekerjaan yang dimiliki seseorang yang
memberikan kesempatan untuk naik atau turun dalam bidang ekonomi, dan
penkdidikan yang dimiliki seseorang yang mungkin dapat naik turun dalam
bidang ekonomi. Akibat perbedaan kesempatan dan hak-hak yang dimiliki dalam
bidang ekonomi, terdapat kelas ekonomi atas, menengah dan rendah. Ekonomi
atas dapat melakukan apa saja yang diinginkan tanpa mengalami hambatan.
Dengan kata lain kelas ini memiliki Privilise tinggi. Sedangkan kelas ekonomi
menengah berkesempatan untuk meraih sesuatu dalam bidang ekonomi namun
masih berada dibawah kelas ekonomi atas. Adan akan sangat berbeda dengan
kelas ekonomi rendah, karena pendapatannya rendah dan tidak dapat menabung,
bahkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sangat sulit.
Kriteria ekonomi mengelompokkan masyarakat menurut kekayaan.
Berdasarkan kriteria ini, warga masyarakat yang paling kaya menduduki lapisan
sosial teratas. Lapisan sosial dibawahnya ditempati warga masyarakat yang
kurang kayadibandingkan lapisan sosial diatasnya. Kekeyaan tersebut antara lain
terungkap dari jumlah dan rupa harta yang dimiliki, seperti rumah beserta isinya,
kendaraan pribadi dan harta milik lainnya.
Kekayaan berkaitan erat dengan jumlah pendapatan. Semakin besar
pendapatan seseorang, semakin terbuka baginya untuk memiliki sebanyak
mungkin harta benda. Berdasarkan kriteria ekonomi, jumlah pendapatan
menentukan posisi warga masyarakat dalam Stratifikasi tertentu. Dengan
demikian dapat dipastikan bahwa urutan Stratifikasi sosial dari atas kebawah
berasal dari kelompok warga berpendapatan banyak sampai kepada kelompok
warga berpendapatan sedikit.
Bagi masyarakat indonesia untuk menentukan dalam strata mana
seseorang warga berada, dapat digunakan patokan yang disepakati bersama,
misalnya digunakan patokan pemakaiaan kebutuhan hidup minimun. Atas dasar
itu penduduk makmur, penduduk cukup makmur dan penduduk miskin. Bank
dunia juga menggunakan patokan besarnya pendapatan untuk mengetahui tingkat
pembagian pendapatan suatu negara. Berdasarklan patokan itu, misalnya
ditentukan 20 % jumlah penduduk termasuk strata atas, 40 % termasuk strata
menengah dan 40 % lagi termamsuk strata bawah.
Berdasarkan ukuran kemampuan ekonomi yang dimiliki seseorang, warga
masyarakat dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu :
a. Lapisan masyarakat ekonomi atas (golongan orang kaya)
Lapisan ini pada umumnya ditempati oleh orang-orang kaya, kaum
hartawan, pengusaha besar, para pemimpin negara, pejabat tinggi, guru
besar, dan sebagainya.
b. Lapisan masyarakat ekonomi menengah (golongan berkecukupan)
Lapisan ini pada umumnya ditempati oleh para pejabat tinggi menengah,
pengusaha menengah, dosen, TNI, pengrajin, dan pegawai negeri lainnya
yang hidupnya telah berkecukupan.
c. Lapisan masyarakat ekonomi bawah (golongan ekonomi lemah)
Lapisan ini ditempati oleh warga msyarakat yang hidupnya masih
kekurangan seperti buruh tani, pedagang kecil, nelayan tradisional, buruh
bangunan, dan sebagainya.
b. Stratifikasi budaya / sosial
Berdasarkan kriteria sosial, warga masyarakat dapat dibagi atas tingkatan-
tingkatan atau kasta. Pembagian golongan masyarakat atas kasta-kasta ini
biasanya berlaku pada masyarakat feodal yang berdasarkan pada perbedaan status
sosial. Misalnya, pada masyarakat yang beragama hindu (menganut sistem kasta)
masyarakat dikelompokkan menjasi :
a. Kasta Brahmana, yang merupakan kasta golongan pendeta, merupakan
kasta tertinggi.
b. Kasta Ksatria, merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang
dipandang sebagai lapisan kedua.
c. Kasta Waisya, merupakan kastadari golongan pedagang yang dipandang
sebagai kelas menengah dan merupakan lapisan ketiga.
d. Kasta sudra, merupakan kasta terendah dari rakyat jelata dan kaum buruh /
pekerja kasar.
e. Kasta paria, adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta,
yang termasuk golongan ini misalnya kaum gelandangan, tuna wisma dan
kaum pendatang.
Suatu sifat Stratifikasi sosial yang tertutup dalam batas-batas tertentu di
Indonesia dapat dijumpai dimasyarakat Bali. Menurut kitab suci orang Bali
masyarkat dibagi empat lapisan, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.
Ketiga lapisan pertama dinamakan Triwangsa dan yang lainnya disebut Jaba
Wangsa. Sesuai dengan era globalisasi dewasa ini sistem kasta tidak harus
dipertahankan secara mutlak dan ini berarti akan melancarkan pembangunan
bangsa karena semua orang sederajat, sehingga tidak tyerjadi diskriminasi dalam
mengisi pembangunan bangsa indonesia.
Selain kasta didalam masyarakat yang merupakan kriteria sosial adalah
status. Status adalah posisi yang dimiliki seseorang dalam suatu kelompok. Status
sosial menunjukkan kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakatnya.
Menurut sifatnya, status dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Status yang bersifat obyektif yaitu status yang dimiliki seseorang secara
hierarki menurut struktur organisasi.
b. Status subyektif, yaitu status yang dimiliki seseorang yang merupakan
hasil dari penilaian orang lain terhdap diri seseorang dengan siapa ia
berhubungan.
Kriteria yang bisa dipakai untuk menentukan tinggi rendahnya status
seseorang secara subyektif menurut Nursal dan Daniel (1995 : 138) adalah :
a. Kelahiran
Status seseorang dapat tinggi/rendah karena dia lahir dari suatu keluarga
tertentu. Misalnya kalau orang tua bangsawan, maka secara otoritas dia
juga menjadi bangsawan, dengan demikian pula kalau orang tuanya petani
secara otomatis ia menjadi petani.
b. Mutu Pribadi
Seseorang memperoleh penilaian yang baik dari orang lain karena ia
memiliki kearifan, usia lanjut kelakuan baik.
c. Prestasi
Seseorang yang sukses dalam kariernya statusnya akan naik
d. Pemilihan
Seseorang yang memperoleh penilaian dari orang karena orang yang
menilai tersebut mengharapkan sesuatu dari orang yang dinilai.
e. Otoritas
Seseorang memiliki status yang tinggi karena ia memiliki otoritas yang
tinggi.
Ada enam macam cara untuk memperoleh status yang terdapat dalam
masyarakat (menurut Ralph Linton) yaitu :
a. Ascribed status, yaitu status yang diperoleh seseorang secara otomatis
karena kelahiran, misalnya : jenis kelamin, umur, kasta, Ras.
b. Achieved status, yaitu status yang diperoleh seseorang karena berusaha /
berjuang. Misalnya : guru, dosen, pengacara dan sebagainya.
c. Assigned status, yaitu status seseorang yang diraihnya melalui jasa
pengorbanan atau status yang diberikan kepadanya karena jasa.
d. Active status, yaitu status yang ia kerjakan atau dilakukan sesuai dengan
spesialisasinya.
e. Letent status, yaitu status yang tidak ia lakukan karena banyaknya status
yang ia miliki.
f. Symboll status, yaitu status seseorang sesuai dengan identitas yang
dimilikiya.
Stratifikasi sosial dalam pendidikan dapat dijumpai dalam setiap
masyarakat. Secara sederhana kita dapat mengelompokkan orang pda kelompok
orang pandai yang sedang dan yang bodoh. Secara rinci dapat dijumpai
Stratifikasi sebagai berikut :
a. Pendidikan tertinggi (Doktor)
b. Pendidikan sangat tinggi (Magester)
c. Pendidikan tinggi (Sarjana)
d. Pendidikan sama tinggi (Diploma 1-3)
e. Pendidikan menengah (SMU, SMK)
f. Pendidikan dasar lanjutan (SLTP)
g. Pendidikan dasar / rendah (SD)
h. Tak berpendidikan (buta aksara, huruf, berbahasa)
Stratifikasi dibidang pendidikan sifatnya terbuka, artinya seseorang dapat
naik lapisan pendidikan yang lebih tinggi jika dia mampun berprestasi dan tidak
ditentukan berdasarkan faktor keturunan.
Stratifikasi sosial dalam bidang pekerjaan dalam ditemukan disetiap
lapisan masyarakat. Hal ini dapat terjadi apabila dalam suatu masyarakat atau
negara yang demokratis ada ukuran terhadap keahlian, kecakapan dan
keterampilan. Menurut Astrid S. Susanto (1978 : 110) menentukan Stratifikasi
sosial berdasarkan ukuran keahlian sebagai berikut :
a. Elite, orang-orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan atau
pekerjaan yang oleh masyarakat sangat dihargai
b. Profesional, orang-orang yang berijazah serta bergelar dan dari dunia
perdagangan yang berhasil.
c. Semi profesional, pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan
menengah, mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, pemegang buku.
d. Tenaga terampil, orang-orang yang memilki keterampilan mekanik –
teknik, pekerja pabrik yang terampil.
e. Tenaga semi terampil, pekerja pabrik tanpa keterampilan, pengemudi truk,
pelayan restoran.
f. Tenaga tak terampil dan tak berpendidikan, mereka yang tidak bersekolah
dan para pengangguran.
c. Stratifikasi politik
Pelapisan sosial berdasarkan kriteria politik adalah pembagian penduduk
atau warga masyarakat berdasarkan pembagian kekuasaan. Misalnya, pada masa
penjajahan Belanda, pembagian kekuasaan sebagai berikut :
a. Kelas I, golongan masyarakat penjajah Belanda dan orang-orang
Eropa
b. Kelas II, golongan masyarakat timur asing
c. Kelas III, golongan masyarakat pribumi.
Sedangkan menurut Mac Iver, ada tiga pola umum sistem pelapisan
kekuasaan yaitu tipe kasta, oligarkhis, dan demokratis.
Tipe kasta
Tipe kasta adalah sistem pelapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang
tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta
yang hampir tidak dijumpai dalam gerak vertikal. Garis pemisah antara masing-
masing lapisan hampir tidak bisa ditembus. Pada puncak piramida kekuasaan
duduk penguasa tertinggi. Misalnya, raja atau maharaja dengan lingkungannya
yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara dan para pendeta. Lapisan kedua
dihuni oleh para petani dan buruh tani dan lapisan terendah terdiri atas para
budak.
Tipe oligarkhis
Tipe ini adalah tipe pelapisan kekuasaan yang menggambarkan garis
pemisah yang tegas diantara lapisan yang satu dengan lapisan yang lain.
Perbedaan antara lapisan yang satu dengan lapisan yang lainnya tidak begitu
mencolok. Walaupun kedudukan warga masyarakat masih banyak didasarkan
pada aspek kelahiran, para individu masih diberi kesempatan untuk naik kelapisan
yang paling atas.
Tipe Demokratis.
Tipe demokratis adalah tipe yang tampak adanya garis pemisah antar
lapisan yang sifatnya mobil (gerak) faktor kelahiran tigak menentukan kedudukan
seseorang yang terpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang faktor
keberuntungan. Tipe ini sifatnya terbuka artinya siapa saja bisa pindah lapisan.
PERHATIKAN GAMBAR / PIRAMIDA STRATAFIKASI KEKUASAAN
BERIKUT INI !
5. Fungsi Pelapisan Sosial
Dalam kenyataannya Stratifikasi sosial mempunyai beberapa fungsi,
yaitu :
1. Pelapisan sosial merupakan alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa
tugas utama, dengan jalan mendistribusikan prestasi atau ahak-hak dalam
jumlah yang berbeda bagi setiap statum yang ada. Contoh : dalam kesatuan
ABRI , Stratifikasi dirumuskan dalam strata yang hierarki, dimana setiap
stratum ditandai dengan pangkat taua simbol yang menunjukkan rangking
(peringkat) peranan-peranan khusus dan standar tingkah laku dalam saling
berhubungan.
2. Stratifikasi sosial menyusun dan mengatur serta mengawasi saling hubungan
diantara anggota masyarakat. Ketidaksaam kesempatan dalam menggunakan
fasilitas yang ada cenderung memberikan keuntungan bagi mereka dari stratum
yang lebih tinggi dan seringkali mereka lah yang mengatur partisipasi masing-
masing stratum dalam masyrakat secar keseluruhan. “terlepas dari tinggi
rendahnya stratum yang dimiliki seseorang, Stratifikasi sosial berfungsi untuk
mengatur partisipasinya ditempat-tempat tertentu dari kehidupan sosial
bersama.
3. Stratifikasi sosial mempunyai fungsi pemersatu dengan mengkoordinasikan
unit – unit yang ada dalam Struktur sosial.
4. Stratifikasi sosial mengkategorikan manusia dalam stratum yang berbeda,
sehingga memudahkan manusia dalam saling berhunbungan diantara mereka.
6. Unsur-Unsur Penting dalam Pelapisan Sosial
Selo Soemardjan (1964), seorang tokoh sosiologi Indonesia, menyatakan
bahwa hal yang mewujudkan unsur-unsur dalam teorisosiologi tentang sistem
berlapis lapis dalam masyarakat, adalah kedudukan (status) dan peranan (role) ;
kedudukan dan peranan ini kecuali merupakan unsur-unsur baku dalam sistem
berlapis-lapis, juga mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial masyarakat;
Ralph Linton (1967) mengartikan sistem sosial itu sebagai pola-pola yang
mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarakat dan antar
individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut.
Dalam hubungan-hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan
individu mempunyai arti yang penting, karena keberlangsungan hidup masyarakat
tergantung daripada keseimbangan kepentingan kepentingan individu –individu
termaksud. Untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang kedudukan dan
peranan ini akan dibicarakan tersendiri di bawah ini.
Kedudukan (status)
Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.
Kedudukan sosial tidaklah semata-mata berarti kumpulan kedudukan-kedudukan
seseorang dalam kelompok-kelompok yang berbeda, akan tetapi kedudukan-
kedudukan sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok-
kelompok sosial yang berbeda. Untuk lebih mudah mendapatkan pengertian,
kedua istilah tersebut di atas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan
digambarkan dengan istilah ‘kedudukan’ (status) saja.
Kedudukan, sebagaimana lazim dipergunakan, mempunyai dua arti :
Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola
tertentu; dengan demikian seseroang dikatakan memiliki beberapa
kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai
pola-pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya
sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.
Apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, kedudukan hanya
merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban-kewajiban termaksud
hanya dapat terlaksana melalui perantaraan individu-individu, maka agak
sukar untuk memisahkannya secara tegas dan kaku. Hubungan antara
individu dengan kedudukan, dapat diibaratkan sebagai hubungan
pengemudi mobil dengan tempat atau kedudukan si pengemudi dengan
mesin mobil tersebut; tempat mengemudi dengan mesin mobil tersebut;
tempat mengemudi dengan segala alat untuk menjalankan mobil adalah
alat-alat tetap yang penting untuk menjalankan serta mengendalikan
mobil tersebut, pengemudi dapat berganti-ganti, yang mungkin akan
dapat menjalankannya dengan lebih baik, atau bahkan lebih buruk.
Dalam masyarakat, sekurangnya ada tiga macam kedudukan, yaitu :
1. Ascribe status,
Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan; kedudukan tersebut diperoleh
karena kelahiran. Pada umumnya ascribe status dijumpai pada masyarakat-
masyarakat dengan sistem pelapisan yang tertutup, atau masyarakat dimana sistem
pelapisannya tergantung pada perbedaan rasil. Namun demikian, ascribe status
juga ditemukan pada bentuk-bentuk masyarakat dengan sistem pelapisan yang
terbuka; misalnya kedudukan laki-laki dalam satu keluarga, kedudukannya
berbeda dengan kedudukan istri atau anak-anaknya; ascribe status disini walaupun
tidak diperoleh atasdasar kelahiran, akan tetapi pada umumnya sang ayah atau
suami adalah kepala keluarga batihnya. Untuk menjadi kepala keluarga batih
tersebut, laki-laki tidak perlu mempunyai darah bangsawan atau kasta tertentu,
sosok seorang ayah tetap saja sebagi kepala rumah tangga.
2. Achieved Status
Adalah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang disengaja;
kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka
bagi siapa saja hal mana tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam
mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya; seseorang yang ingin menjadi pemain
bulu tangkis yang handal, tentunya harus berlatih bulu tangkis dengan tekun,
seseroang yang ingin menjadi dokter, tentunya harus belajar kedokteran.
Kecenderungan tercapainya achieved status ini bisanya ditemukan dalam bentuk-
bentuk masyarakat dengan sistem pelapisan yang terbuka, hal ini bisa terjadi
karena nilai-nilai dalam masyarakat memungkinkan untuk berlakunya tindakan-
tindakan seperti itu. Anak seorang Rudy Hartono belum tentu akan menjadi
pemain bulu tangkis yang handal, walaupun kalau hanya untuk sekedar menjadi
juara RT mungkin bisa, sedangkan orang tua Rudi Hartono mungkin seorang
pebulu tangkis tetapi prestasinya tidak sehebat anaknya.
3. Assigned Status
Satu bentuk kedudukan yang mempunyai hubungan erat dengan achieved
status,yaitu kedudukan yang diberikan karena alasan-alasan tertentu; dalam arti
bahwa suatu kelompok, golongan, atau masyarakat memberikan kedudukan yang
lebih tinggi kepada seseorang yang dianggap berjasa, yang telah memperjuangkan
sesuatuuntuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi
kadang-kadang kedudukan tersebut diberikan, karena seseorang telah lama
menduduki suatu jabatan tertentu, seperti di pedesaan ada istilah ‘lurah hormat’
adalah satu gelar yang diberikan kepada seorang mantan pemuka desa yang
dianggap sangat berjasa atas kemajuan desanya. Kedudukan yang diberikan ini
diwujudkan dalam bentuk penghormatan gelar tertentu seperti ‘datuk’ pada
masyarakat Sumatera Barat, ‘sir’ pada masyarakat Inggris, atau ‘andi’ pada
masyarakat Makasar; Individu-individu yang mendapatkan kedudukan ini tidak
dibebankan atas kewajiban-kewajiban menurut kedudukannya, namun mereka
sedikitnya mendapakan fasilitas-fasilitas khusus yang tidak diberikan pada orang
kebanyakan, di samping itu kedudukan ini tidak terbatas diberikan kepada
anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan, tetapi bisa juga kepada orang
luar masyarakat tersebut.
Telah kita pahami bahwa manusia itu hidup berkelompok, kalau mengacu
pada teori Van der Zanden (1979), seorang individu bisa diidentifikasikan sebagai
anggota ketegori statistik, kategori sosial, kelompok sosial, asosiasi, dan
kerumunan, belum lagi bila dilihat dari aspek kepentingan maka seorang manusia
itu bisa termasuk dalam beberapa kelompok kepentingan. Berkenaan dengan
keberadaannya dalam kelompok-kelompok, maka tentu setiap orang tidak akan
luput dari kedudukan-kedudukannya baik dalam lingkup persekutuan hidup yang
kecil maupun dalam lingkup masyarakat yang lebih besar. Seorang bapak guru
misalnya, selain kedudukannya sebagai guru dia juga termasuk kategori laki-laki
dewasa, dia juga adalah anak dari kedua orang tuanya, mungkin juga selain guru
dia dipercaya untuk mengelola urusan koperasi sekolah, atau mungkin juga dia
aktif sebagai pengurus PGRI, atau mungkin juga dia sebagai ayah bagi anak-
anaknya sekaligus sebagai suami dari istrinya dan sebagainya.
Ada kalanya dari seperangkat kedudukan seseorang dalam masyarakat
terjadi pertentangan-pertentangan berkaitan dengan kedudukannya itu, keadaan
mana dalam istilah sosiologi disebut sebagai status konflik . misalnya bapak guru
seperti di atas tadi, yang pada suatu saat harus menghukum seorang siswa yang
melanggar aturan sekolah, dimana siswa tersebut adalah puteranya sendiri, atau
seorang jaksa yagng harus menuntut anaknya sendiri karena melakukan tindak
pidana, atau seorang petugas pajak yang harus memungut pajak penghasilannya
sendiri. Konflik antar kedudukan-kedudukan tersebut tidak bisa dihindari
berhubung kepentingan-kepentingan individu tidak selalu sesuai atau sejalan
dengan kepentingan-kepentingan masyarakatnya, sehinggasering kali sulit bagi
individu tersebut untuk mengatasinya dengan benar.
Kedudukan macam mana yang dimiliki seseorang atau kedudukan apa
yang melekat padanya, dapat terlihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-
ciri tertentu, yang dalam ilmu sosiologi dinamakan status symbol; ciri-ciri tersebut
seolah-olah sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ada beberapa ciri tertentu yang
dianggap sebagai status symbol, misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara-cara
mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal, berkendaraan, rekreasi, serta
kebiasaan-kebiasaan lain yang membedakannya dengan orang-orang kebanyakan.
Status symbol ini tidak hanya melekat pada golongan atau lapisan tertentu saja,
namun setiap lapisan biasanya mempunyai ciri-ciri tersendiri.
Satu bentuk penghargaan yang ada dalam masyarakat modern, khususnya pada
masyarakat perkotaan di Indonesia, adalah tingkat penguasaan ilmu yaitu dalam
bentuk gelar-gelar intelektual; seseorang yang memiliki gelar kesarjanaan tertentu
setidaknya telah membuktikan bahwa yang memperolehnya telah memenuhi
beberapa persyaratan tertentu dalam bidang-bidanang ilmu pengetahuan yang
khusus. Hal ini menyebabkan terjadinya beberapa akibat yang negatif, antara lain
bahwa, yang dikejar bukanlah ilmu pengetahuannya, akan tetapi gelar
kesarjanaannya. Gelar tersebut kemudian menjadi status symbol tanpa
menghiraukan bagaimana isi yang sesungguhnya; banyak dari mereka yang
merasa malu karena tidak memiliki gelar kesarjanaan, padahal kedudukan mereka
di dalam masyarakat telah terpandang; segala cara diupayakan untuk mendapatkan
gelar itu tanpa memperdulikan lagi apakah kemudian mereka dapat
mempertanggung jawabkan terhadap apa yang telah mereka upayakan itu.
Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila
seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka orang itu telah menjalankan suatu peran. Peranan dan
kedudukan itu saling melengkapi, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan, oleh
karena yang satu tergantung pada yang lain dan demikian sebaliknya. Yang
membedakan dari keduanya adalah menyangkut proses, harus ada kedudukan
terlebih dahulu baru kemudian ada peranan, keadaan ini tidak bisa terbalik.
Sekurangnya suatu peranan itu mencakup tiga hal :
Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungakan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat; peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan kemasyarakatan.
Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting
bagi struktur sosial.
Pembahasan tentang berbagai macam peranan yang melekat pada
individu-individu dalam masyarakat dianggap penting karena didalamnya memuat
beberapa hal, yaitu :
Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur
masyarakat hendak dipertahankan keberlangsungannya
Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh
masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya, mereka harus
terlebih dahulu dilatih dan mempunyai motivasi tinggi untuk
melaksanakannya.
Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-individu yang tidak
mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh
masyarakat, oleh karena mungkin pelaksanaannya memerlukan
pengorbanan yang dianggap terlalu besar berkaitan dengan kepentingan-
kepentingan pribadinya
Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,
belum tentu masyarakat akan dapat meberikan peluang-peluang yang
seimbang, bahkan sering kali terlihat bertapa masyarakat terpaksa
membatasi peluang-peluang tersebut.
7. Konsep-Konsep Pelapisan Sosial
Konsep-konsep tersebut antara lain :
a. Penggolongan
b. Sistem sosial
c. Lapisan hierarkis
d. Kekuasaan
e. Privilese
f. Prestise
a. Penggolongan
Penggolongan disini harus dilihat sebagai suatu proses dan sebagai proses
kegiatan itu.
Sebagai proses : berarti setiap orang (individu) menggolongkan dirinya sebagai
orang yang termasuk dalam suatu lapisan tertentu akan mengganggap dirinya
berada pada lapisan atas, karena merasa mempunyai sesuatu yang banyak, entah
itu kekayaan, entah itu kekuasaan, atau kehormatan ataupun ilmu pengetahuan,
atau pula mengganggap dirinya lebih rendah dari orang lain karena merasa bahwa
dirinya tidak memiliki sesuatu yang berharga misalnya seperti yang disebut di
atas. Oleh sebab itu sosial stratifikasi harus dilihat sebagai proses menempatkan
diri dalam suatu lapisan tertentu.
Contoh : bila kita sebagai mahasiswa bertemu dengan seorang Profesor, maka
akan menempatkan diri lebih rendah dari Profesor itu dalam bidang ilmu
pengetahuan misalnya. Bisa saja bukan dalam bidang itu saja, boleh jadi dalam
bidang kekayaan, pengalaman dan lain-lain.
Dari kasus tersebut dapat dikatakan bahwa stratifikasi itu erat kaitannya
dengan diri seorang secara subjektif. Dalam arti bahwa stratifikasi tersebut
menyatu dengan diri individu dan bukan berada di luar individu.
b. Sistem social
Sistem sosial dalam hubungannya dengan sistem stratifikasi harus dilihat
sebagai sesuatu yang membatasi dimana penggolongan itu berlaku. Dalam
Penggolongan
Hasil Objektif : terlepas dari individu
Subjektif : definisi diri dalam hubungan interaksi dengan orang lain
Proses
keluarga, sang suami scara objektif maupun secara subjektif digolongkan atai
menggolongkan dirinya sebagai yang lebih tinggi dari pada istri dan anak-anak.
Tetapi dalam ampung sebagai kesatuan sistem yang lebih luas, sang suami bisa
saja lebih rendah dari yang lain. Misalnya : dengan kepala kampung.
c. Lapisan hierarkis
Kata hierarkis berarti lapisan yang lebih tinggi itu lebih bernilai atau lebih
besar dari pada yang dibawahnya. Contoh : si A berada pada lapisan atas menurut
dimensi kekuasaan, privilase dan prestise. Ini berarti si A lebih berkuasa, lebih
berprivilas, dan lebih berprestise dari pada mereka yang berada pada lapisan
bawah.
d. Kekusaan
Menurut Max Weber: Kekuasaan adalah “Kesepakatan yang ada pula
seseorang atau sejumlah orang untuk melaksanakan kamauannya sendiri dalam
suatu tindak sosial meskipun mendapat tantangan dari orang lain yang terlibat
dalam tindakan itu”.Kesempatan (Change probably) merupakan suatu konsep
yang sangat inti dalam sosiologi. Defnisi di atas, kesempatan dapat dihubungkan
dengan ekonomi, dengan kehormatan partai politik atau apa saja yang merupakan
sumber kekuasaan bagi seseorang.
Seorang Gubernur contohnya, beliau memiliki kesempatan untuk
melaksanakan kemauannya pada orang lain. Kesempatan yang ada pada seorang
Gubernur jauh lebih besar dari pada yang dimiliki oleh seorang lurah misalkan.
Kesempatan yang dimiliki oleh seseorang Gubernur dapat lkita lihat antara lain
bahwa: Beliau adalah orang yang dihormati dalam masyarakat, disegani, punya
uang yang lebih banyak dari pada petani di desa.
Kalaupun seseorang itu memiliki kesempatan untuk melaksanakan
kemampuan pada orang lain, maka itu tidak berarti bahwa orang lain tidak
memberikan perlawanan terhadapnya. Seseorang yang ingin dikuasai tidak
selamanya tunduk begitu saj. Kalau kemauan orang yang menguasai itu tidak
sesuai dengan penilaiannya, maka dia akan memberi perlawanan atau tantangan
juga. Perlawanan atau tantangan itupun merupakan cerminan kekuasaan yang ada
pada seseorang. Kekuasaan merupakan gejala sosial yang biasa. Dan kekuasaan
itu tampak dalam setiap hubungan atau interaksi sosial. Begitu kita mulai
berrinteraksi dengan orang lain, maka gejala kekuasaan dapat kita lihat.
Ada beberapa tokoh sosiologi modern, antara lain : Marvin E. Olsen,
Robert Biersted,Robert Dubin, Ralf. Dahrenhort dan Amitai Etzioni. Mereka
mulai mengembangkan dan membahas kekuasaan itu dalam satu bentuk yang
lebih khusus lagi.
Kekuasaan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Kekuasaan Utilitarian
Utilitarian berasal dari bahasa latin yang artinya berguna. Jadi, utilitarian adalah
sifat yang menekankan pada kegunaan dari suatu. Dari istilah ini kita dapat
melihat misalnya ideologi utilitarisme, yakni suatu ajaran yang mengatakan
bahwa tindakan itu baik kalau berguna (useful). Ilmu yang banyak berbicara
tentang kegunaan dari suatu adalah ilmu ekonomi. Contoh: Penyuapan, mereka
yang mempunyai uang dpat menyuap pejabat yang berwewenang sehingga
mereka bisa lolos dari pengawasan yang ketat. Hal ini berarti yang punya uang
mempunyai kekuasaan utilitarian.
2. Kekuasaan Koersif (Coercive=memaksa)
Assetnya adalah senjata, tenaga manusia atau badan lainnya yang digunakan oleh
tentara, polisi atau badan keamanan lainnya. Polisi mempunyai kekuasaan koersif,
kalau mereka menggunakan senjatanya dengan kekerasan untuk mengubah orang
lain, atau untuk menghukum mereka yang menghalanginya.
3. Kekuasaan Persuasif
Kekuasaan persuasif tidak menggunakan paksaan. Assetnya antara lain : Nilai,
perasaan atau kepercayaan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Orang yang
memiliki kekuasaan persuasif ini adalah ia yang menggunakan nilai-nilai yang
terdapat dalam masyarakat atau yang ada pada orang lain yang ingin dikuasainya
itu sedemikian rupa sehingga apa yang diinginkannya dapat terpenuhi tanpa
perlawanan. Kalaupun ada perlawanan maka akan dapat diatasi dengan mudah.
e. Privilese
Privilese artinya hak istimewa, hak mendahului, hak untuk memperoleh
perlakuan khusus. Dalam studi stratifikasi sosial, minimal privilese ini
dihubungkan dalam dua hal yaitu: Ekonomi dan Kebudayaan.
Dalam bidang pendidikan:
Orang yang mempunyai uang, tentunya sanggup menyekolahkan anaknya
pada sekolah yang bergengsi dan punya mutu. Dengan mutu pendidikan yang
tinggi pula maka seseorang mempunyai kemungkinan besar untuk mendapatkan
pekerjaan yang baik daripada mereka uyang tidak mempunyai keahlian. Hasil dari
pekerjaan yang baik adalah gaji yang tinggi yang juga memunginkan mereka
berada dalam posisi lebih dari sebelumnya.
Dalam bidang kesehatan
Mereka yang punya uang dapat menyewa tempat di Rumah Ssakit yang
bermutu kalau mereka sakit. Dalam arti bahwa orang yang punya uang
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mempertahankan hidupnya
daripada mereka yang mempunyai uang sedikit. Mereka yang mempuyai uang
mempunyai kesempatan untuk hidup lebih lama daripada mereka yang tdak
mempunyai uang.
Dalam bidang pekerjaan.
Agar maju dalam usaha perlu uang sebagai modal. Orang yang punya uang
banyak dapat memperlebar usahanya dengan meanisasi sehingga biaya produk
dapat ditekan. Sebagai hasilnya mereka dapat menjual hasil produksinya dengan
harga murah, sehingga pembeli lebih banyak tertarik pada produksi mereka.
Akibatnya perputaran uang jauh lebih lancar dibandingkan dengan perusahaan
yang sebagian proses produksinya lambat karena menggunakan tenaga manusia.
Privilese Budaya.
Kebudayaan dapat memberi hak istimewa secara tidak langsung yang
memungkinkan mereka yang memilikinya dapat memperoleh privilese dalam
bidang ekonomi. Itu berarti bahwa tekanan privilese yang kita maksudkan disini
adalah bidang ekonomi. Salah satu alasannya adalah bahwa Ekonomi itu sangat
penting dalam kehidupan manusia.`PADA Masyarakat tertentu di Indonesia, pria
atau anak laki-laki memperoleh hak istimewa dalam hukum pewarisan hak milik.
Oleh karena itu pria lebih bes kemungkinan untuk memperoleh privilese dalam
bidang ekonomi dari pada wanita. Contoh lain misalnya: Anak laki-laki diberi
kesempatan yang lebih besar untuk mengikuti pendidikan di perguruan Tinggi
dari pada wanita, Jadi secara tidak langsung kebudayaan pada daerah tertentu ikut
menentukan tinggi rendahnya previlese dalam bidang ekonomi.
f. Prestise (Kehormatan)
Masalah kehormatan sifatnya relatif. Dalam arti bahwa kehormatan harus
kita kaitkan dengan suatu kebudayaan atau sistem sosial tertentu. Contoh: Seorang
Raja dari belahan Timur Indonesia yang pernah menjunjung negeri kincir angin.
Raja tersebut hanya mengharapkan kehormatan diri mereka yang berada dalam
suatu sistem sosial yang sama dengan dia. Kita tahu bahwa seorang raja dan
keluarganya, jelas bedara pada lapisan yang paling dihormati dalam masyarakat,
sedang yang lain bukan, kurang dihormati.
Kata sosial dibelakang konsep stratifikasi mempunyai arti yang ada
hubungannya dengan pandangan Peter L Berger, dalam arti bahwa stratifikasi atau
perbedaan yang dibicarakan dalam sosiologi tidak dihubungkan dengan Teologi,
Biologi atau apapun yang ini. Titik tolak pembicaraan sosiologis mengenai
perbedaan atau stratifikasi adalah pandangan bahwa, mansialah yang membuatnya
dan hasil dari ciptaanya itu kembali mempengaruhinya.
8. Perlunya Sistem Pelapisan Sosial Dalam Masyarakat
Manusia pada umumnya bercita-citakan agar ada perbedaaan kedudukan
danperanan dalam masyarakat, akantetapi cita-cita itu akan selalu terbentur
dengan suatu kenyataan yag berlainan. Setiap masyarakat harus menempatkan
individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan
mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai akibat
penempatan tersebut. Dengan demikian, masyarakat menghadapi dua persoalan,
yaitu masalah penempatan individu-individu dan mendorong mereka agar
melaksanakan kewajibannya.
Apabila misalnya semua kewajiban tersebut selalu sesuai dengan
keinginan-keinginan si individu-individu, sesuai dengan kemampuan-kemampuan
individu-individu tersbut dan seterusnya makapersoalannya tidak akan terlalu sulit
untuk dilaksanakan. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian, kedudukan-
kedudukan dan peranan-peranan tertentu sering memerlukan kemampuannya dan
latihan-latihan tertentu, dan pentinganya kedudukan-kedudukan dan peranan-
peranan tersebut juga tidak selalu sama. Maka tidak akan dapat dihindarkan lagi
bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa
sebagai pendorong agar si individu mau melaksanakan kewajiban-kewajibannya
yang sesuai dengan posisinya dalam masyarakat.
Dengan demikian, maka mau tidak mau ada sistem berlapis-lapis dalam
masyarakat, oleh karena gejala tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang
dihadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat
yangtersedia dalam dalamstruktursosial dan mendorong agar melaksanakan
kewajiban yang sesuai dengan kedudukan dan peranannya. Pengisisan tempat-
tempat tersebut, merupakan daya pendorong agar masyarakat bergerak sesuai
adengan fungsinya. Akan tetapi wujudnya dalam setiap masyarakat juga
berlainan, karena hal itu tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing
masyarakat. Jelas bahwa kedudukan dan peranan yang dianggap tinggi oleh setiap
masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting serta
memerlukan kemampuan dan latihan-latihan yang maksimal.
9. Pengaruh Stratifikasi Sosial
Gejala yang tampak akibat perbedaan lapisan sosial adalah timbulnya
perbedaan harga diri / prestiseyang tercermin dalam perbedaan gaya hidup,
penggunaan simbol-simbol prestise. Kekuasaan atau previlese (keistimewaan
yang diberikan kepada seseorang baik bersifat positif ataupun negatif) . Perbedaan
tersebut diklasifikasikan dalam tindakan sosial dan interaksi sosial.
Tindakan sosial
Setiap kelas atau lapisan menunjukkan perilaku khas yang
menggambarkan lapisn atas, menengah dan bawah. Masing-masing kelas
mempunyai selera yang berbeda dalam setiap aspek kehidupannya seperti
pakaian, perlengkapan rumah tangga, hiburan, makanan dan lain sebagainya.
Perbedaan tersebut menunjukkan simbol status sosialnya berda pada lapisan mna
dia berada.
Interaksi sosial
Simbol status merupakan salah satu aspek yang menunjukkan perbedan
kelas dalam interaksi sosial. Simbol status adalah tanda yang menunjukkan status
seseorang dalam masyarakat. Simbol status berfungsi untuk memberitahukan
status yang dimiliki seseorang kepada orang lain. Simbol-simbol status yang dapat
ditemui dalam kehidupan sehari-hari antara lain cara menyapa, gaya berbicara,
bahasa, dan sebagainya.
10. Konsekuensi Adanya Stratifikasi Sosial
Adanya konsekuensi atau dampak dari adanya stratifikasi sosial dalam
masyarakat, yaitu:
1. Timbulnya Kelas Sosial
Kelas sosial adalah semua orang atau keluarga yang sadar akan kedudukan
di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui
oleh masyarakat. Kelas sosial yang ada dimasyarakat adalah bervariasi dan dapat
didasarkan oleh banyak faktor seperti ekonomi, budaya, pemilikan tanah, dan
lainnya. Hal ini kemudian menimbulkan perbedaan kelas dimasyarakat yang dapat
menyebabkan terjadinya konflik antar kelas.
2. Kesenjangan Sosial
Adanya berbagai macam jenis lapisan masyarakat (stratifikasi)
dimasyarakat membedakan masyarakat menjadi lapisan-lapisan berbeda yang
memiliki posisi yang berbeda yaitu ada yang diatas dan ada yang berada pada
posisi yang lebih dibawah, dimana yang diatas akan cenderung mengeksploitasi
yang dibawah dan dibawah harus tetap tergantung akan yang diatas, sehingga
kesejahteraan semua masyarakat yang diharapkan dapat merata tidak dapat
terwujud.
3. Polarisasi Power
Terbentuknya dua kutub yang berbeda yang memiliki power (kekuatan)
yang menentang satu sama lain sehingga dapat menimbulkan terjadinya perang,
konflik ataupun perpecahan dalam masyarakat.
11. Mobilitas sosial
Mobilitas berarti gerak, dalam hubungannya dengan konsep stratifikasi
sosial mobilitas berarti gerak yang menghasilkan perpindahan tempat. Mobilitas
sosial adalah perpindahan posisi dari satu lapisan ke lapisan yang lainnya atau dari
satu dimensi kedimensi lainnya (Lawang,1985).
Mobilitas sosial menunjuk pada gejala naik atau turunnya seseorang,
keluarga, atau kelas dalam hierarkhi kelas, status, dan kekuasaan. Mobilitas
seseorang atau keluarga akan tampak dalam masyarakat karena beberapa hal,
antara lain berdasarkan kecakapan dan kesempatan yang dibuka secara luas
seperti dalam masyarakat demokratis. Dalam suatu kelas, mobilitas naik karena
fungsinga yang semakin mendapat pengakuan umum, seperti para pemimpin
pergerakan kemerdekaan di Indonesia menjadi kelompok elite pada saat Indonesia
merdeka. Pada dasarnya, secara umum mobilitas dalam stratifikasi sosial
masyarakat yang sering terjadi adalah:
1. Mobilitas sosial secara vertikal
2. Mobilitas sosial secara horizontal.
Vertikal berati dapat ke atas atau ke bawah, gerak vertikal dapat dari
bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Mobilitas sosial vertikal adalah
perpindahan posisi seseorang dari bawah ke posisi yang lebih tinggi, atau dari
posisi yang tinggi ke yang lebih rendah ( Lawang,1985). Dalam mobilitas vertikal
juga dikenal apa yang dinamakan :
1. Mobilitas vertikal intra generasi, yaitu mobilitas vertikal yang terjadi dalam
generasi itu sendiri atau yang terjadi dalam diri sendiri, contoh kenaikkan atau
penurunan pangkat seseorang.
2. Mobilitas vertikal inter generasi, yaitu mobilitas vertikal yang terjadi dalam dua
generasi atau tidak terjadi dalam diri seserang, contoh bapaknya kaya anaknya
menjadi miskin, atau bapaknya miskin anaknya menjadi kaya. Horizontal berati
mendatar, gerak horizontal bergerak ke kanan atau ke kiri, ke depan atau ke
belakang secara mendatar. Mobilitas sosial horizontal adalah perpindahan posisi
seseorang antar bidang-bidang suatu dimensi (kekuasaan, privilase, dan prestise)
atau antar dimensi dalam lapisan yang sama ( Lawang,1985). Mobilitas
horizontal juga terjadi dalam bentuk:
1. Mobilitas horizontal intra generasi, yaitu gerak mendatar yang terjadi dalam diri
sendiri, contohnya dari petani menjadi pedagang yang tetap dalam lapisan bawah.
2. Mobilitas horizontal antar generasi, yaitu gerak mendatar yang terjadi dalam
dua generasi, contoh anak raja yang bergerak di bidang perekonomian, dimana
kekuasaan raja sudah dihapus tetapi privilase anak raja tetap tinggi di mata
masyarakatnya. Selain mobilitas vertikal dan horizontal, juga dalam mobilitas
dikenal konsep askripsi dan prestasi. Askripsi berhubungan dengan mobilitas
sosial yang sulit atau tidak mungkin tercapai karena berkaitan dengan keturunan.
Mobilitas ini terjadi dalam masyarakat yang bersifat stratifikasi sosial tertutup
dengan mobilitas horizontal, misalnya ras. negara yang menggunakan sistem
feodal, dan sebagainya. Prestasi berhubungan dengan mobilitas sosial yang
mungkin dapat dicapai. Prestasi ada hubungannya dengan usaha untuk
memperoleh sesuatu dengan sengaja. Mobilitas ini terjadi dalam masyarakat yang
bersifat stratifikasi sosial terbuka dengan mobilitas vertikal, misalnya dalam
negara demokrasi dimana pendidikan merupakan salah satu alat untuk
mengadakan mobilitas vertikal ke atas.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada
Sinaga,Agnesia.2010. Makalah ISBD Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat.
(Online).Available
:
http://www.academia.edu/8433656/Makalah_ISBD_Stratifikasi_Sosial_dalam_M
asyarakat_ (diakses pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 21.10 WITA)