silabus 9-lapisan sosial

50
SOSIOLOGI “LAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT” Oleh : Kelompok 1 D-IV Keperawatan Putu Yeni Yunitasari (P07120214004) Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya (P07120214005) Ni Putu Erna Libya (P07120214014) Ni Kadek Dian Inlam Sari (P07120214018) Made Wahyu Riantini (P07120214024) KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Upload: ayu-lisna-pratiwie

Post on 14-Apr-2016

245 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

asdfgh

TRANSCRIPT

Page 1: Silabus 9-Lapisan Sosial

SOSIOLOGI

“LAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT”

Oleh :

Kelompok 1

D-IV Keperawatan

Putu Yeni Yunitasari (P07120214004)

Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya (P07120214005)

Ni Putu Erna Libya (P07120214014)

Ni Kadek Dian Inlam Sari (P07120214018)

Made Wahyu Riantini (P07120214024)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Page 2: Silabus 9-Lapisan Sosial

1. Pengertian Lapisan Sosial Dalam Masyarakat (Stratifikasi Sosial)

Stratifikasi Sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti sistem

berlapis-lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum

(jamaknya : strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis)

(Moeis, 2008).

Berikut adalah pengertian stratifikasi sosial menurut Anonimous (2010) dari

beberapa ahli:

N0 AHLI DEFINISI

1 Pitrim A. Sorokin Pembedaan penduduk atau

masyarakat ke dalam kelas-kelas

secara bertingkat, yang diwujudkan

dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan

kelas rendah dengan ditandai oleh

adanya ketidakseimbangan dalam

pembagian antara hak dan kewajiban

serta tanggung jawab individu dan

kelompok di dalam suatu sistem

sosial.

2 Soerjono Soekanto Pembedaan posisi seseorang atau

kelompok dalam kedudukan

berbeda-beda secara vertical baik

pada masyarakat tradisional maupun

masyarakat modern yang heterogen

atas dasar kedudukan yang diperoleh

melalui perjuangannya untuk

melangsungkan interaksinya dalam

masyarakat.

3 Paul B. Horton dan Chester L.Hunt Sistem perbedaan status yang

berlaku dalam suatu masyarakat

4 Robert M.Z Lawang Penggolongan orang-orang termasuk

Page 3: Silabus 9-Lapisan Sosial

dalam suatu sistem sosial tertentu

kedalam lapisan-lapisan hirarkis

menurut dimensi

kekuasaan,privilise,dan prestise

5 Bruce J. Cohen Sistem yang menempatkan

seseorang sesuai dengan kualitas

yang dimiliki dan menempatkan

mereka pada kelas sosial yang sesuai

6 Astrid S. Susanto Hasil kebiasaan hubungan antar

manusia dan tersusun sehingga

setiap orang, setiap saat mempunyai

situasi yang menentukan

hubungannya dengan orang secara

vertical maupun mendatar dalam

masyarakatnya.

7 Horton dan Horton Sistem Pembedaan status yang

berlaku dalam suatu masyarakat.

Dari beberapa pengertian/definisi stratifikasi sosial di atas, dapat

disimpulkan 3 hal, yaitu:

1) Adanya penggolong-penggolongan manusia secara bertingkat

(hierarchis)

2) Dasar penggolongannya adalah kedudukan atau status sosial yang

dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang

3) Akibat penggolong-penggolongan tersebut adalah perbedaan antara

hak, kesempatan dan kewajiban

2. Dasar Terjadinya Lapisan Sosial Dalam Masyarakat

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam

proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun

untuk mengejar suatu tujuan bersama.Yang biasa menjadi alasan terbentuknya

Page 4: Silabus 9-Lapisan Sosial

lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur

(yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan

mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.Alasan-alasan yang dipakai

berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu

hewan alasan utama adalah kepandaian berburu.Sedangkan pada masyarakat yang

telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggap

asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat

dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang

pertama-tama membuka tanah , dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.

Demikian pula golongan pembuka tanah di kalangan orang Jawa di desa, dianggap

mempunyai kedudukan tinggi, karena mereka dianggap sebagai pembuka tanah dan

pendiri desa yang bersangkutan.Lain masyarakat menganggap bahwa kerabat

kepala masyarakatlah yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat,

misalnya pada masyarakat Ngaju di Kalimantan Selatan.

Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat.Akan tetapi sesuai

dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah

demikian.Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan

bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses

lapisan masyarakat, dapatlah pokok-pokok sebagai berikut dijadikan pedomsn:

1) Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam

masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti yang khusus

bagi masyarakat-mayarakat tertentu yang menjadi obyek

penyelidikan.

2) Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur

sebagai berikut:

a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya

penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju angka

kejahatan), wewenang dan sebagainya,

b. Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat

(prestise dan penghargaan),

Page 5: Silabus 9-Lapisan Sosial

c. Kriteria sistempertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan

kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu,

milik,wewenang atau kekuasaan,

d. Lambing-lambang kedudukan, seperti tingkah-laku hidup, cara

berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan

selanjutnya,

e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan,

f. Solidaritas di antara individu-individu atau kelompok-kelompok

yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial

masyarakat;

i. Pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik, keanggotaan

organisasi,perkawinan dan sebagainya),

ii. Kesamaan atau ketidaksamaan system kepercayaan, sikap

dan nilai-nilai,

iii. Kesadaran akan kedudukan masing-masing,

iv. Aktivitas sebagai organ kolektif

Seperti telah diuraikan ada pula sistem lapisan yang dengan sengaja disusun

untuk mengajar suatu tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan

pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal,

seperti pemerintahan, perusahaan,partai politik, angkatan bersenjata atau

perkumpulan. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam system

lapisan. Unsur mana mempunyai sifat yang lain dari uang, tanah, benda-benda

ekonomis, ilmu pengetahuan atau kehormatan. Uang, tanah dan sebagainya dapat

terbagi secara bebas di antara para anggota suatu masyarakat tanpa merusak

keutuhan masyarakat itu.

Akan tetapi, apabila suatu masyarakat hendak hidup dengan teratur, maka

kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi dengan teratur pula.Sehingga

jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenag dalam

organisasi, secara vertical dan horizontal. Apabila kekuasaan dan wewenang tidak

dibagi secara teratur, maka kemungkinan besar sekali akan terjadi pertentangan-

pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan-keutuhan masyarakat. Perihal

Page 6: Silabus 9-Lapisan Sosial

sistem lapisan yang sengaja disusun,akan dibicarakan kemudian sekaligus dengan

membahas unsur-unsur dan kegunaannya.

3. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Sifat sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed

social stratification) dan terbuka (open social stratification). Yang bersifat

tertutup, membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke

lapisan yang lain. Baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah.Di dalam

sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan

dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaiknya di dalam sistem terbuka, setiap

anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan

sendiri untuk naik pelapisan, Atau , bagi mereka yang tidak beruntung, untuk

jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka

ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk

dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari ada sistem yang tertutup.

Sistem tertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang berkasta.Atau di

dalam masyarakat yang feudal, atau masyarakat di mana lapisannya tergantung

pada perbedaan-perbedaan rasial. Apabila ditelaah pada masyarakat India, sistem

lapisan di sana sangat kaku dan menjelma dalam diri kasta-kasta. Kasta di India

mempunyai ciri-ciri tertentu,yaitu:

1) Keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan/kelahiran. Anak yang

lahir memperoleh kedudukann orang tuanya.

2) Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena

seorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan

dari kastanya.

3) Perkawinan bersifat endogamy, artinya harus dipilih dari orang yang

sekasta.

4) Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.

Page 7: Silabus 9-Lapisan Sosial

5) Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari

nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang

ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.

6) Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah

ditetapkan.

7) Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

Sistem kasta di India telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Istilah untuk

kasta dalam bahasa India adalah yati, sedangkan sistemnya disebut varna.

Menurut kitab Rig-Veda dan kitab-kitab Brahmana, dalam masyarakat India Kuno

dijumpai empat varna yang tersusun dari atas ke bawah. Masing-masingadalah

kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya dan Sudra.Kasta Brahmana merupakan kasta

para pendeta, yang dipandang sebagai lapisan tertinggi.Ksatria merupakan kasta

orang-orang bangsawan dan tentara, dipandang sebagai lapisan kedua.Kasta

Vaicya meupakan kasta para pedagang yang dianggap sebagai lapisan menengah

(ketiga) dan Sudra adalah kasta orang-orang biasa (rakyat jelata).Mereka yang tak

berkasta, adalah golongan Paria. Susunan kasta tersebut sangat kompleks dan

hingga kini masih dipertahankan dengan kuat,walaupun orang-orang India sendiri

kadangkala tidak mengakuinya.

Sistem kasta semacam di India, juga dijumpai di Amerika Serikat, di mana

terdapat pemisahan yang tajam antara golongan kulit putih dengan golongan kulit

berwarna terutama orang-orang Negro.Sistem tersebut dikenal dengan

segregationyang sebenarnya tak berbeda jauh dengan sistem apartheid yang

memisahkan golongan kulit putih dengan golongan asli (pribumi) di Uni Afrika

Selatan.

Sistem lapisan yang tertutup, dalam batas-batas tertentu, juga dijumpai pada

masyarakat Bali.Menurut kitab-kitab suci orang Bali, masyarakat terbagi dalam

empat lapisan, yaitu Brahmana, Satria, Vesia dan Sudra. Ketiga lapisan pertama

biasa disebut triwangsa sedangkan lapisan terakhir disebut jabayang merupakan

lapisan dengan jumlah warga terbanyak. Keempat lapisan tersebut terbagi lagi

dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui dari gelar

seseorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut diwariskan

Page 8: Silabus 9-Lapisan Sosial

menurut garis keturunan laki-laki yang sepihak pratrilineal adalah Ida Bagus,

Tjokorda, Dewa, Ngakan, Bagus, I Gusti, Gusti. Gelar pertama adalah gelar orang

Brahmana, gelar kedua sampai dengan keempat bagi orang-orang Satria,

sedangkan yang kelima dan keenam berlaku bagi orang-orang Vaicya.Orang-

orang Sudra juga memakai gelar-gelar seperti Pande, Kbon, Pasek dan

selanjutnya.Dahulu kala gelar tersebut berhubungan erat dengan pekerjaan orang-

orang yang bersangkutan.Walaupun gelar tersebut tidak memisahkan golongan-

golongan secara ketat, tetapi sangat penting bagi sopan santun

pergaulan.Disamping itu hokum adat juga menetapkan hak-hak bagi si pemakai

gelar, misalnya, dalam memakai tanda-tanda, perhiasan-perhiasan, pakaian

tertentu dan lain-lain.Kehidupan sistem kasta di Bali umumnya terlihat jelas

dalam hubungan perkawinan.Seorang gadis suatu kasta tertentu, umumnya

dilarang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih rendah. Secara visual sifat-

sifat lapisan adalah sebagai berikut :

1. Tertutup: mobilitas sangat terbatas, atau bahkan mungkin tak ada.

2. Terbuka: kemungkinan mengadakan mobilitas sangat besar.

Page 9: Silabus 9-Lapisan Sosial

3. Campuran

4. Bentuk/Macam Pelapisan Sosial

Bentuk konkret dari Stratifikasi dalam masyarakat banyak, akan tetapi

secara prinsipal bentuk-bentuk tersebut dapat di klasifikasikan kedalam tiga

macam Stratifikasi yaitu :

1. Stratifikasi ekonomi,

2. Stratifikasi budaya, dan

3. Stratifikasi politik.

a. Stratifikasi Ekonomi

Kalau berbicara tentang ekonomi dalam Stratifikasi sosial, itu berarti kita

membedakan diri kita sendiri aatau orang lain menurut kesempatan yang

dimilikinya dalam bidang ekonomi. Kesempatan-kesempatan itu antara lain dapat

dilihat dalam pendapatan yang diperolehnya setahun atau sebulan, kekayaan yang

dimilikinya sekarang yang dapat digunakannya sewaktu-waktu untuk

Page 10: Silabus 9-Lapisan Sosial

meningkatkan kehidupan ekonominya, pekerjaan yang dimiliki seseorang yang

memberikan kesempatan untuk naik atau turun dalam bidang ekonomi, dan

penkdidikan yang dimiliki seseorang yang mungkin dapat naik turun dalam

bidang ekonomi. Akibat perbedaan kesempatan dan hak-hak yang dimiliki dalam

bidang ekonomi, terdapat kelas ekonomi atas, menengah dan rendah. Ekonomi

atas dapat melakukan apa saja yang diinginkan tanpa mengalami hambatan.

Dengan kata lain kelas ini memiliki Privilise tinggi. Sedangkan kelas ekonomi

menengah berkesempatan untuk meraih sesuatu dalam bidang ekonomi namun

masih berada dibawah kelas ekonomi atas. Adan akan sangat berbeda dengan

kelas ekonomi rendah, karena pendapatannya rendah dan tidak dapat menabung,

bahkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sangat sulit.

Kriteria ekonomi mengelompokkan masyarakat menurut kekayaan.

Berdasarkan kriteria ini, warga masyarakat yang paling kaya menduduki lapisan

sosial teratas. Lapisan sosial dibawahnya ditempati warga masyarakat yang

kurang kayadibandingkan lapisan sosial diatasnya. Kekeyaan tersebut antara lain

terungkap dari jumlah dan rupa harta yang dimiliki, seperti rumah beserta isinya,

kendaraan pribadi dan harta milik lainnya.

Kekayaan berkaitan erat dengan jumlah pendapatan. Semakin besar

pendapatan seseorang, semakin terbuka baginya untuk memiliki sebanyak

mungkin harta benda. Berdasarkan kriteria ekonomi, jumlah pendapatan

menentukan posisi warga masyarakat dalam Stratifikasi tertentu. Dengan

demikian dapat dipastikan bahwa urutan Stratifikasi sosial dari atas kebawah

berasal dari kelompok warga berpendapatan banyak sampai kepada kelompok

warga berpendapatan sedikit.

Bagi masyarakat indonesia untuk menentukan dalam strata mana

seseorang warga berada, dapat digunakan patokan yang disepakati bersama,

misalnya digunakan patokan pemakaiaan kebutuhan hidup minimun. Atas dasar

itu penduduk makmur, penduduk cukup makmur dan penduduk miskin. Bank

dunia juga menggunakan patokan besarnya pendapatan untuk mengetahui tingkat

pembagian pendapatan suatu negara. Berdasarklan patokan itu, misalnya

ditentukan 20 % jumlah penduduk termasuk strata atas, 40 % termasuk strata

menengah dan 40 % lagi termamsuk strata bawah.

Page 11: Silabus 9-Lapisan Sosial

Berdasarkan ukuran kemampuan ekonomi yang dimiliki seseorang, warga

masyarakat dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu :

a. Lapisan masyarakat ekonomi atas (golongan orang kaya)

Lapisan ini pada umumnya ditempati oleh orang-orang kaya, kaum

hartawan, pengusaha besar, para pemimpin negara, pejabat tinggi, guru

besar, dan sebagainya.

b. Lapisan masyarakat ekonomi menengah (golongan berkecukupan)

Lapisan ini pada umumnya ditempati oleh para pejabat tinggi menengah,

pengusaha menengah, dosen, TNI, pengrajin, dan pegawai negeri lainnya

yang hidupnya telah berkecukupan.

c. Lapisan masyarakat ekonomi bawah (golongan ekonomi lemah)

Lapisan ini ditempati oleh warga msyarakat yang hidupnya masih

kekurangan seperti buruh tani, pedagang kecil, nelayan tradisional, buruh

bangunan, dan sebagainya.

b. Stratifikasi budaya / sosial

Berdasarkan kriteria sosial, warga masyarakat dapat dibagi atas tingkatan-

tingkatan atau kasta. Pembagian golongan masyarakat atas kasta-kasta ini

biasanya berlaku pada masyarakat feodal yang berdasarkan pada perbedaan status

sosial. Misalnya, pada masyarakat yang beragama hindu (menganut sistem kasta)

masyarakat dikelompokkan menjasi :

a. Kasta Brahmana, yang merupakan kasta golongan pendeta, merupakan

kasta tertinggi.

b. Kasta Ksatria, merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang

dipandang sebagai lapisan kedua.

c. Kasta Waisya, merupakan kastadari golongan pedagang yang dipandang

sebagai kelas menengah dan merupakan lapisan ketiga.

d. Kasta sudra, merupakan kasta terendah dari rakyat jelata dan kaum buruh /

pekerja kasar.

e. Kasta paria, adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta,

yang termasuk golongan ini misalnya kaum gelandangan, tuna wisma dan

kaum pendatang.

Page 12: Silabus 9-Lapisan Sosial

Suatu sifat Stratifikasi sosial yang tertutup dalam batas-batas tertentu di

Indonesia dapat dijumpai dimasyarakat Bali. Menurut kitab suci orang Bali

masyarkat dibagi empat lapisan, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.

Ketiga lapisan pertama dinamakan Triwangsa dan yang lainnya disebut Jaba

Wangsa. Sesuai dengan era globalisasi dewasa ini sistem kasta tidak harus

dipertahankan secara mutlak dan ini berarti akan melancarkan pembangunan

bangsa karena semua orang sederajat, sehingga tidak tyerjadi diskriminasi dalam

mengisi pembangunan bangsa indonesia.

Selain kasta didalam masyarakat yang merupakan kriteria sosial adalah

status. Status adalah posisi yang dimiliki seseorang dalam suatu kelompok. Status

sosial menunjukkan kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakatnya.

Menurut sifatnya, status dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Status yang bersifat obyektif yaitu status yang dimiliki seseorang secara

hierarki menurut struktur organisasi.

b. Status subyektif, yaitu status yang dimiliki seseorang yang merupakan

hasil dari penilaian orang lain terhdap diri seseorang dengan siapa ia

berhubungan.

Kriteria yang bisa dipakai untuk menentukan tinggi rendahnya status

seseorang secara subyektif menurut Nursal dan Daniel (1995 : 138) adalah :

a. Kelahiran

Status seseorang dapat tinggi/rendah karena dia lahir dari suatu keluarga

tertentu. Misalnya kalau orang tua bangsawan, maka secara otoritas dia

juga menjadi bangsawan, dengan demikian pula kalau orang tuanya petani

secara otomatis ia menjadi petani.

b. Mutu Pribadi

Seseorang memperoleh penilaian yang baik dari orang lain karena ia

memiliki kearifan, usia lanjut kelakuan baik.

c. Prestasi

Seseorang yang sukses dalam kariernya statusnya akan naik

Page 13: Silabus 9-Lapisan Sosial

d. Pemilihan

Seseorang yang memperoleh penilaian dari orang karena orang yang

menilai tersebut mengharapkan sesuatu dari orang yang dinilai.

e. Otoritas

Seseorang memiliki status yang tinggi karena ia memiliki otoritas yang

tinggi.

Ada enam macam cara untuk memperoleh status yang terdapat dalam

masyarakat (menurut Ralph Linton) yaitu :

a. Ascribed status, yaitu status yang diperoleh seseorang secara otomatis

karena kelahiran, misalnya : jenis kelamin, umur, kasta, Ras.

b. Achieved status, yaitu status yang diperoleh seseorang karena berusaha /

berjuang. Misalnya : guru, dosen, pengacara dan sebagainya.

c. Assigned status, yaitu status seseorang yang diraihnya melalui jasa

pengorbanan atau status yang diberikan kepadanya karena jasa.

d. Active status, yaitu status yang ia kerjakan atau dilakukan sesuai dengan

spesialisasinya.

e. Letent status, yaitu status yang tidak ia lakukan karena banyaknya status

yang ia miliki.

f. Symboll status, yaitu status seseorang sesuai dengan identitas yang

dimilikiya.

Stratifikasi sosial dalam pendidikan dapat dijumpai dalam setiap

masyarakat. Secara sederhana kita dapat mengelompokkan orang pda kelompok

orang pandai yang sedang dan yang bodoh. Secara rinci dapat dijumpai

Stratifikasi sebagai berikut :

a. Pendidikan tertinggi (Doktor)

b. Pendidikan sangat tinggi (Magester)

c. Pendidikan tinggi (Sarjana)

d. Pendidikan sama tinggi (Diploma 1-3)

e. Pendidikan menengah (SMU, SMK)

f. Pendidikan dasar lanjutan (SLTP)

g. Pendidikan dasar / rendah (SD)

h. Tak berpendidikan (buta aksara, huruf, berbahasa)

Page 14: Silabus 9-Lapisan Sosial

Stratifikasi dibidang pendidikan sifatnya terbuka, artinya seseorang dapat

naik lapisan pendidikan yang lebih tinggi jika dia mampun berprestasi dan tidak

ditentukan berdasarkan faktor keturunan.

Stratifikasi sosial dalam bidang pekerjaan dalam ditemukan disetiap

lapisan masyarakat. Hal ini dapat terjadi apabila dalam suatu masyarakat atau

negara yang demokratis ada ukuran terhadap keahlian, kecakapan dan

keterampilan. Menurut Astrid S. Susanto (1978 : 110) menentukan Stratifikasi

sosial berdasarkan ukuran keahlian sebagai berikut :

a. Elite, orang-orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan atau

pekerjaan yang oleh masyarakat sangat dihargai

b. Profesional, orang-orang yang berijazah serta bergelar dan dari dunia

perdagangan yang berhasil.

c. Semi profesional, pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan

menengah, mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, pemegang buku.

d. Tenaga terampil, orang-orang yang memilki keterampilan mekanik –

teknik, pekerja pabrik yang terampil.

e. Tenaga semi terampil, pekerja pabrik tanpa keterampilan, pengemudi truk,

pelayan restoran.

f. Tenaga tak terampil dan tak berpendidikan, mereka yang tidak bersekolah

dan para pengangguran.

c. Stratifikasi politik

Pelapisan sosial berdasarkan kriteria politik adalah pembagian penduduk

atau warga masyarakat berdasarkan pembagian kekuasaan. Misalnya, pada masa

penjajahan Belanda, pembagian kekuasaan sebagai berikut :

a. Kelas I, golongan masyarakat penjajah Belanda dan orang-orang

Eropa

b. Kelas II, golongan masyarakat timur asing

c. Kelas III, golongan masyarakat pribumi.

Sedangkan menurut Mac Iver, ada tiga pola umum sistem pelapisan

kekuasaan yaitu tipe kasta, oligarkhis, dan demokratis.

Page 15: Silabus 9-Lapisan Sosial

Tipe kasta

Tipe kasta adalah sistem pelapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang

tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta

yang hampir tidak dijumpai dalam gerak vertikal. Garis pemisah antara masing-

masing lapisan hampir tidak bisa ditembus. Pada puncak piramida kekuasaan

duduk penguasa tertinggi. Misalnya, raja atau maharaja dengan lingkungannya

yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara dan para pendeta. Lapisan kedua

dihuni oleh para petani dan buruh tani dan lapisan terendah terdiri atas para

budak.

Tipe oligarkhis

Tipe ini adalah tipe pelapisan kekuasaan yang menggambarkan garis

pemisah yang tegas diantara lapisan yang satu dengan lapisan yang lain.

Perbedaan antara lapisan yang satu dengan lapisan yang lainnya tidak begitu

mencolok. Walaupun kedudukan warga masyarakat masih banyak didasarkan

pada aspek kelahiran, para individu masih diberi kesempatan untuk naik kelapisan

yang paling atas.

Tipe Demokratis.

Tipe demokratis adalah tipe yang tampak adanya garis pemisah antar

lapisan yang sifatnya mobil (gerak) faktor kelahiran tigak menentukan kedudukan

seseorang yang terpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang faktor

keberuntungan. Tipe ini sifatnya terbuka artinya siapa saja bisa pindah lapisan.

Page 16: Silabus 9-Lapisan Sosial

PERHATIKAN GAMBAR / PIRAMIDA STRATAFIKASI KEKUASAAN

BERIKUT INI !

5. Fungsi Pelapisan Sosial

Dalam kenyataannya Stratifikasi sosial mempunyai beberapa fungsi,

yaitu :

1. Pelapisan sosial merupakan alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa

tugas utama, dengan jalan mendistribusikan prestasi atau ahak-hak dalam

jumlah yang berbeda bagi setiap statum yang ada. Contoh : dalam kesatuan

ABRI , Stratifikasi dirumuskan dalam strata yang hierarki, dimana setiap

stratum ditandai dengan pangkat taua simbol yang menunjukkan rangking

(peringkat) peranan-peranan khusus dan standar tingkah laku dalam saling

berhubungan.

Page 17: Silabus 9-Lapisan Sosial

2. Stratifikasi sosial menyusun dan mengatur serta mengawasi saling hubungan

diantara anggota masyarakat. Ketidaksaam kesempatan dalam menggunakan

fasilitas yang ada cenderung memberikan keuntungan bagi mereka dari stratum

yang lebih tinggi dan seringkali mereka lah yang mengatur partisipasi masing-

masing stratum dalam masyrakat secar keseluruhan. “terlepas dari tinggi

rendahnya stratum yang dimiliki seseorang, Stratifikasi sosial berfungsi untuk

mengatur partisipasinya ditempat-tempat tertentu dari kehidupan sosial

bersama.

3. Stratifikasi sosial mempunyai fungsi pemersatu dengan mengkoordinasikan

unit – unit yang ada dalam Struktur sosial.

4. Stratifikasi sosial mengkategorikan manusia dalam stratum yang berbeda,

sehingga memudahkan manusia dalam saling berhunbungan diantara mereka.

6. Unsur-Unsur Penting dalam Pelapisan Sosial

Selo Soemardjan (1964), seorang tokoh sosiologi Indonesia, menyatakan

bahwa hal yang mewujudkan unsur-unsur dalam teorisosiologi tentang sistem

berlapis lapis dalam masyarakat, adalah kedudukan (status) dan peranan (role) ;

kedudukan dan peranan ini kecuali merupakan unsur-unsur baku dalam sistem

berlapis-lapis, juga mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial masyarakat;

Ralph Linton (1967) mengartikan sistem sosial itu sebagai pola-pola yang

mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarakat dan antar

individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut.

Dalam hubungan-hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan

individu mempunyai arti yang penting, karena keberlangsungan hidup masyarakat

tergantung daripada keseimbangan kepentingan kepentingan individu –individu

termaksud. Untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang kedudukan dan

peranan ini akan dibicarakan tersendiri di bawah ini.

Kedudukan (status)

Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam

masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan

pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Kedudukan sosial tidaklah semata-mata berarti kumpulan kedudukan-kedudukan

seseorang dalam kelompok-kelompok yang berbeda, akan tetapi kedudukan-

Page 18: Silabus 9-Lapisan Sosial

kedudukan sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok-

kelompok sosial yang berbeda. Untuk lebih mudah mendapatkan pengertian,

kedua istilah tersebut di atas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan

digambarkan dengan istilah ‘kedudukan’ (status) saja.

Kedudukan, sebagaimana lazim dipergunakan, mempunyai dua arti :

Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola

tertentu; dengan demikian seseroang dikatakan memiliki beberapa

kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai

pola-pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya

sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.

Apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, kedudukan hanya

merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban-kewajiban termaksud

hanya dapat terlaksana melalui perantaraan individu-individu, maka agak

sukar untuk memisahkannya secara tegas dan kaku. Hubungan antara

individu dengan kedudukan, dapat diibaratkan sebagai hubungan

pengemudi mobil dengan tempat atau kedudukan si pengemudi dengan

mesin mobil tersebut; tempat mengemudi dengan mesin mobil tersebut;

tempat mengemudi dengan segala alat untuk menjalankan mobil adalah

alat-alat tetap yang penting untuk menjalankan serta mengendalikan

mobil tersebut, pengemudi dapat berganti-ganti, yang mungkin akan

dapat menjalankannya dengan lebih baik, atau bahkan lebih buruk.

Dalam masyarakat, sekurangnya ada tiga macam kedudukan, yaitu :

1. Ascribe status,

Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan

perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan; kedudukan tersebut diperoleh

karena kelahiran. Pada umumnya ascribe status dijumpai pada masyarakat-

masyarakat dengan sistem pelapisan yang tertutup, atau masyarakat dimana sistem

pelapisannya tergantung pada perbedaan rasil. Namun demikian, ascribe status

juga ditemukan pada bentuk-bentuk masyarakat dengan sistem pelapisan yang

terbuka; misalnya kedudukan laki-laki dalam satu keluarga, kedudukannya

berbeda dengan kedudukan istri atau anak-anaknya; ascribe status disini walaupun

tidak diperoleh atasdasar kelahiran, akan tetapi pada umumnya sang ayah atau

Page 19: Silabus 9-Lapisan Sosial

suami adalah kepala keluarga batihnya. Untuk menjadi kepala keluarga batih

tersebut, laki-laki tidak perlu mempunyai darah bangsawan atau kasta tertentu,

sosok seorang ayah tetap saja sebagi kepala rumah tangga.

2. Achieved Status

Adalah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang disengaja;

kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka

bagi siapa saja hal mana tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam

mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya; seseorang yang ingin menjadi pemain

bulu tangkis yang handal, tentunya harus berlatih bulu tangkis dengan tekun,

seseroang yang ingin menjadi dokter, tentunya harus belajar kedokteran.

Kecenderungan tercapainya achieved status ini bisanya ditemukan dalam bentuk-

bentuk masyarakat dengan sistem pelapisan yang terbuka, hal ini bisa terjadi

karena nilai-nilai dalam masyarakat memungkinkan untuk berlakunya tindakan-

tindakan seperti itu. Anak seorang Rudy Hartono belum tentu akan menjadi

pemain bulu tangkis yang handal, walaupun kalau hanya untuk sekedar menjadi

juara RT mungkin bisa, sedangkan orang tua Rudi Hartono mungkin seorang

pebulu tangkis tetapi prestasinya tidak sehebat anaknya.

3. Assigned Status

Satu bentuk kedudukan yang mempunyai hubungan erat dengan achieved

status,yaitu kedudukan yang diberikan karena alasan-alasan tertentu; dalam arti

bahwa suatu kelompok, golongan, atau masyarakat memberikan kedudukan yang

lebih tinggi kepada seseorang yang dianggap berjasa, yang telah memperjuangkan

sesuatuuntuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi

kadang-kadang kedudukan tersebut diberikan, karena seseorang telah lama

menduduki suatu jabatan tertentu, seperti di pedesaan ada istilah ‘lurah hormat’

adalah satu gelar yang diberikan kepada seorang mantan pemuka desa yang

dianggap sangat berjasa atas kemajuan desanya. Kedudukan yang diberikan ini

diwujudkan dalam bentuk penghormatan gelar tertentu seperti ‘datuk’ pada

masyarakat Sumatera Barat, ‘sir’ pada masyarakat Inggris, atau ‘andi’ pada

masyarakat Makasar; Individu-individu yang mendapatkan kedudukan ini tidak

dibebankan atas kewajiban-kewajiban menurut kedudukannya, namun mereka

sedikitnya mendapakan fasilitas-fasilitas khusus yang tidak diberikan pada orang

Page 20: Silabus 9-Lapisan Sosial

kebanyakan, di samping itu kedudukan ini tidak terbatas diberikan kepada

anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan, tetapi bisa juga kepada orang

luar masyarakat tersebut.

Telah kita pahami bahwa manusia itu hidup berkelompok, kalau mengacu

pada teori Van der Zanden (1979), seorang individu bisa diidentifikasikan sebagai

anggota ketegori statistik, kategori sosial, kelompok sosial, asosiasi, dan

kerumunan, belum lagi bila dilihat dari aspek kepentingan maka seorang manusia

itu bisa termasuk dalam beberapa kelompok kepentingan. Berkenaan dengan

keberadaannya dalam kelompok-kelompok, maka tentu setiap orang tidak akan

luput dari kedudukan-kedudukannya baik dalam lingkup persekutuan hidup yang

kecil maupun dalam lingkup masyarakat yang lebih besar. Seorang bapak guru

misalnya, selain kedudukannya sebagai guru dia juga termasuk kategori laki-laki

dewasa, dia juga adalah anak dari kedua orang tuanya, mungkin juga selain guru

dia dipercaya untuk mengelola urusan koperasi sekolah, atau mungkin juga dia

aktif sebagai pengurus PGRI, atau mungkin juga dia sebagai ayah bagi anak-

anaknya sekaligus sebagai suami dari istrinya dan sebagainya.

Ada kalanya dari seperangkat kedudukan seseorang dalam masyarakat

terjadi pertentangan-pertentangan berkaitan dengan kedudukannya itu, keadaan

mana dalam istilah sosiologi disebut sebagai status konflik . misalnya bapak guru

seperti di atas tadi, yang pada suatu saat harus menghukum seorang siswa yang

melanggar aturan sekolah, dimana siswa tersebut adalah puteranya sendiri, atau

seorang jaksa yagng harus menuntut anaknya sendiri karena melakukan tindak

pidana, atau seorang petugas pajak yang harus memungut pajak penghasilannya

sendiri. Konflik antar kedudukan-kedudukan tersebut tidak bisa dihindari

berhubung kepentingan-kepentingan individu tidak selalu sesuai atau sejalan

dengan kepentingan-kepentingan masyarakatnya, sehinggasering kali sulit bagi

individu tersebut untuk mengatasinya dengan benar.

Kedudukan macam mana yang dimiliki seseorang atau kedudukan apa

yang melekat padanya, dapat terlihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-

ciri tertentu, yang dalam ilmu sosiologi dinamakan status symbol; ciri-ciri tersebut

seolah-olah sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ada beberapa ciri tertentu yang

dianggap sebagai status symbol, misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara-cara

Page 21: Silabus 9-Lapisan Sosial

mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal, berkendaraan, rekreasi, serta

kebiasaan-kebiasaan lain yang membedakannya dengan orang-orang kebanyakan.

Status symbol ini tidak hanya melekat pada golongan atau lapisan tertentu saja,

namun setiap lapisan biasanya mempunyai ciri-ciri tersendiri.

Satu bentuk penghargaan yang ada dalam masyarakat modern, khususnya pada

masyarakat perkotaan di Indonesia, adalah tingkat penguasaan ilmu yaitu dalam

bentuk gelar-gelar intelektual; seseorang yang memiliki gelar kesarjanaan tertentu

setidaknya telah membuktikan bahwa yang memperolehnya telah memenuhi

beberapa persyaratan tertentu dalam bidang-bidanang ilmu pengetahuan yang

khusus. Hal ini menyebabkan terjadinya beberapa akibat yang negatif, antara lain

bahwa, yang dikejar bukanlah ilmu pengetahuannya, akan tetapi gelar

kesarjanaannya. Gelar tersebut kemudian menjadi status symbol tanpa

menghiraukan bagaimana isi yang sesungguhnya; banyak dari mereka yang

merasa malu karena tidak memiliki gelar kesarjanaan, padahal kedudukan mereka

di dalam masyarakat telah terpandang; segala cara diupayakan untuk mendapatkan

gelar itu tanpa memperdulikan lagi apakah kemudian mereka dapat

mempertanggung jawabkan terhadap apa yang telah mereka upayakan itu.

Peranan (Role)

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila

seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka orang itu telah menjalankan suatu peran. Peranan dan

kedudukan itu saling melengkapi, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan, oleh

karena yang satu tergantung pada yang lain dan demikian sebaliknya. Yang

membedakan dari keduanya adalah menyangkut proses, harus ada kedudukan

terlebih dahulu baru kemudian ada peranan, keadaan ini tidak bisa terbalik.

Sekurangnya suatu peranan itu mencakup tiga hal :

Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungakan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat; peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang

dalam kehidupan kemasyarakatan.

Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

Page 22: Silabus 9-Lapisan Sosial

Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting

bagi struktur sosial.

Pembahasan tentang berbagai macam peranan yang melekat pada

individu-individu dalam masyarakat dianggap penting karena didalamnya memuat

beberapa hal, yaitu :

Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur

masyarakat hendak dipertahankan keberlangsungannya

Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh

masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya, mereka harus

terlebih dahulu dilatih dan mempunyai motivasi tinggi untuk

melaksanakannya.

Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-individu yang tidak

mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh

masyarakat, oleh karena mungkin pelaksanaannya memerlukan

pengorbanan yang dianggap terlalu besar berkaitan dengan kepentingan-

kepentingan pribadinya

Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,

belum tentu masyarakat akan dapat meberikan peluang-peluang yang

seimbang, bahkan sering kali terlihat bertapa masyarakat terpaksa

membatasi peluang-peluang tersebut.

7. Konsep-Konsep Pelapisan Sosial

Konsep-konsep tersebut antara lain :

a. Penggolongan

b. Sistem sosial

c. Lapisan hierarkis

d. Kekuasaan

e. Privilese

f. Prestise

Page 23: Silabus 9-Lapisan Sosial

a. Penggolongan

Penggolongan disini harus dilihat sebagai suatu proses dan sebagai proses

kegiatan itu.

Sebagai proses : berarti setiap orang (individu) menggolongkan dirinya sebagai

orang yang termasuk dalam suatu lapisan tertentu akan mengganggap dirinya

berada pada lapisan atas, karena merasa mempunyai sesuatu yang banyak, entah

itu kekayaan, entah itu kekuasaan, atau kehormatan ataupun ilmu pengetahuan,

atau pula mengganggap dirinya lebih rendah dari orang lain karena merasa bahwa

dirinya tidak memiliki sesuatu yang berharga misalnya seperti yang disebut di

atas. Oleh sebab itu sosial stratifikasi harus dilihat sebagai proses menempatkan

diri dalam suatu lapisan tertentu.

Contoh : bila kita sebagai mahasiswa bertemu dengan seorang Profesor, maka

akan menempatkan diri lebih rendah dari Profesor itu dalam bidang ilmu

pengetahuan misalnya. Bisa saja bukan dalam bidang itu saja, boleh jadi dalam

bidang kekayaan, pengalaman dan lain-lain.

Dari kasus tersebut dapat dikatakan bahwa stratifikasi itu erat kaitannya

dengan diri seorang secara subjektif. Dalam arti bahwa stratifikasi tersebut

menyatu dengan diri individu dan bukan berada di luar individu.

b. Sistem social

Sistem sosial dalam hubungannya dengan sistem stratifikasi harus dilihat

sebagai sesuatu yang membatasi dimana penggolongan itu berlaku. Dalam

Penggolongan

Hasil Objektif : terlepas dari individu

Subjektif : definisi diri dalam hubungan interaksi dengan orang lain

Proses

Page 24: Silabus 9-Lapisan Sosial

keluarga, sang suami scara objektif maupun secara subjektif digolongkan atai

menggolongkan dirinya sebagai yang lebih tinggi dari pada istri dan anak-anak.

Tetapi dalam ampung sebagai kesatuan sistem yang lebih luas, sang suami bisa

saja lebih rendah dari yang lain. Misalnya : dengan kepala kampung.

c. Lapisan hierarkis

Kata hierarkis berarti lapisan yang lebih tinggi itu lebih bernilai atau lebih

besar dari pada yang dibawahnya. Contoh : si A berada pada lapisan atas menurut

dimensi kekuasaan, privilase dan prestise. Ini berarti si A lebih berkuasa, lebih

berprivilas, dan lebih berprestise dari pada mereka yang berada pada lapisan

bawah.

d. Kekusaan

Menurut Max Weber: Kekuasaan adalah “Kesepakatan yang ada pula

seseorang atau sejumlah orang untuk melaksanakan kamauannya sendiri dalam

suatu tindak sosial meskipun mendapat tantangan dari orang lain yang terlibat

dalam tindakan itu”.Kesempatan (Change probably) merupakan suatu konsep

yang sangat inti dalam sosiologi. Defnisi di atas, kesempatan dapat dihubungkan

dengan ekonomi, dengan kehormatan partai politik atau apa saja yang merupakan

sumber kekuasaan bagi seseorang.

Seorang Gubernur contohnya, beliau memiliki kesempatan untuk

melaksanakan kemauannya pada orang lain. Kesempatan yang ada pada seorang

Gubernur jauh lebih besar dari pada yang dimiliki oleh seorang lurah misalkan.

Kesempatan yang dimiliki oleh seseorang Gubernur dapat lkita lihat antara lain

bahwa: Beliau adalah orang yang dihormati dalam masyarakat, disegani, punya

uang yang lebih banyak dari pada petani di desa.

Kalaupun seseorang itu memiliki kesempatan untuk melaksanakan

kemampuan pada orang lain, maka itu tidak berarti bahwa orang lain tidak

memberikan perlawanan terhadapnya. Seseorang yang ingin dikuasai tidak

selamanya tunduk begitu saj. Kalau kemauan orang yang menguasai itu tidak

sesuai dengan penilaiannya, maka dia akan memberi perlawanan atau tantangan

Page 25: Silabus 9-Lapisan Sosial

juga. Perlawanan atau tantangan itupun merupakan cerminan kekuasaan yang ada

pada seseorang. Kekuasaan merupakan gejala sosial yang biasa. Dan kekuasaan

itu tampak dalam setiap hubungan atau interaksi sosial. Begitu kita mulai

berrinteraksi dengan orang lain, maka gejala kekuasaan dapat kita lihat.

Ada beberapa tokoh sosiologi modern, antara lain : Marvin E. Olsen,

Robert Biersted,Robert Dubin, Ralf. Dahrenhort dan Amitai Etzioni. Mereka

mulai mengembangkan dan membahas kekuasaan itu dalam satu bentuk yang

lebih khusus lagi.

Kekuasaan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Kekuasaan Utilitarian

Utilitarian berasal dari bahasa latin yang artinya berguna. Jadi, utilitarian adalah

sifat yang menekankan pada kegunaan dari suatu. Dari istilah ini kita dapat

melihat misalnya ideologi utilitarisme, yakni suatu ajaran yang mengatakan

bahwa tindakan itu baik kalau berguna (useful). Ilmu yang banyak berbicara

tentang kegunaan dari suatu adalah ilmu ekonomi. Contoh: Penyuapan, mereka

yang mempunyai uang dpat menyuap pejabat yang berwewenang sehingga

mereka bisa lolos dari pengawasan yang ketat. Hal ini berarti yang punya uang

mempunyai kekuasaan utilitarian.

2. Kekuasaan Koersif (Coercive=memaksa)

Assetnya adalah senjata, tenaga manusia atau badan lainnya yang digunakan oleh

tentara, polisi atau badan keamanan lainnya. Polisi mempunyai kekuasaan koersif,

kalau mereka menggunakan senjatanya dengan kekerasan untuk mengubah orang

lain, atau untuk menghukum mereka yang menghalanginya.

3. Kekuasaan Persuasif

Kekuasaan persuasif tidak menggunakan paksaan. Assetnya antara lain : Nilai,

perasaan atau kepercayaan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Orang yang

memiliki kekuasaan persuasif ini adalah ia yang menggunakan nilai-nilai yang

terdapat dalam masyarakat atau yang ada pada orang lain yang ingin dikuasainya

Page 26: Silabus 9-Lapisan Sosial

itu sedemikian rupa sehingga apa yang diinginkannya dapat terpenuhi tanpa

perlawanan. Kalaupun ada perlawanan maka akan dapat diatasi dengan mudah.

e. Privilese

Privilese artinya hak istimewa, hak mendahului, hak untuk memperoleh

perlakuan khusus. Dalam studi stratifikasi sosial, minimal privilese ini

dihubungkan dalam dua hal yaitu: Ekonomi dan Kebudayaan.

Dalam bidang pendidikan:

Orang yang mempunyai uang, tentunya sanggup menyekolahkan anaknya

pada sekolah yang bergengsi dan punya mutu. Dengan mutu pendidikan yang

tinggi pula maka seseorang mempunyai kemungkinan besar untuk mendapatkan

pekerjaan yang baik daripada mereka uyang tidak mempunyai keahlian. Hasil dari

pekerjaan yang baik adalah gaji yang tinggi yang juga memunginkan mereka

berada dalam posisi lebih dari sebelumnya.

Dalam bidang kesehatan

Mereka yang punya uang dapat menyewa tempat di Rumah Ssakit yang

bermutu kalau mereka sakit. Dalam arti bahwa orang yang punya uang

mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mempertahankan hidupnya

daripada mereka yang mempunyai uang sedikit. Mereka yang mempuyai uang

mempunyai kesempatan untuk hidup lebih lama daripada mereka yang tdak

mempunyai uang.

Dalam bidang pekerjaan.

Agar maju dalam usaha perlu uang sebagai modal. Orang yang punya uang

banyak dapat memperlebar usahanya dengan meanisasi sehingga biaya produk

dapat ditekan. Sebagai hasilnya mereka dapat menjual hasil produksinya dengan

harga murah, sehingga pembeli lebih banyak tertarik pada produksi mereka.

Akibatnya perputaran uang jauh lebih lancar dibandingkan dengan perusahaan

yang sebagian proses produksinya lambat karena menggunakan tenaga manusia.

Privilese Budaya.

Kebudayaan dapat memberi hak istimewa secara tidak langsung yang

memungkinkan mereka yang memilikinya dapat memperoleh privilese dalam

Page 27: Silabus 9-Lapisan Sosial

bidang ekonomi. Itu berarti bahwa tekanan privilese yang kita maksudkan disini

adalah bidang ekonomi. Salah satu alasannya adalah bahwa Ekonomi itu sangat

penting dalam kehidupan manusia.`PADA Masyarakat tertentu di Indonesia, pria

atau anak laki-laki memperoleh hak istimewa dalam hukum pewarisan hak milik.

Oleh karena itu pria lebih bes kemungkinan untuk memperoleh privilese dalam

bidang ekonomi dari pada wanita. Contoh lain misalnya: Anak laki-laki diberi

kesempatan yang lebih besar untuk mengikuti pendidikan di perguruan Tinggi

dari pada wanita, Jadi secara tidak langsung kebudayaan pada daerah tertentu ikut

menentukan tinggi rendahnya previlese dalam bidang ekonomi.

f. Prestise (Kehormatan)

Masalah kehormatan sifatnya relatif. Dalam arti bahwa kehormatan harus

kita kaitkan dengan suatu kebudayaan atau sistem sosial tertentu. Contoh: Seorang

Raja dari belahan Timur Indonesia yang pernah menjunjung negeri kincir angin.

Raja tersebut hanya mengharapkan kehormatan diri mereka yang berada dalam

suatu sistem sosial yang sama dengan dia. Kita tahu bahwa seorang raja dan

keluarganya, jelas bedara pada lapisan yang paling dihormati dalam masyarakat,

sedang yang lain bukan, kurang dihormati.

Kata sosial dibelakang konsep stratifikasi mempunyai arti yang ada

hubungannya dengan pandangan Peter L Berger, dalam arti bahwa stratifikasi atau

perbedaan yang dibicarakan dalam sosiologi tidak dihubungkan dengan Teologi,

Biologi atau apapun yang ini. Titik tolak pembicaraan sosiologis mengenai

perbedaan atau stratifikasi adalah pandangan bahwa, mansialah yang membuatnya

dan hasil dari ciptaanya itu kembali mempengaruhinya.

8. Perlunya Sistem Pelapisan Sosial Dalam Masyarakat

Manusia pada umumnya bercita-citakan agar ada perbedaaan kedudukan

danperanan dalam masyarakat, akantetapi cita-cita itu akan selalu terbentur

dengan suatu kenyataan yag berlainan. Setiap masyarakat harus menempatkan

individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan

mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai akibat

penempatan tersebut. Dengan demikian, masyarakat menghadapi dua persoalan,

Page 28: Silabus 9-Lapisan Sosial

yaitu masalah penempatan individu-individu dan mendorong mereka agar

melaksanakan kewajibannya.

Apabila misalnya semua kewajiban tersebut selalu sesuai dengan

keinginan-keinginan si individu-individu, sesuai dengan kemampuan-kemampuan

individu-individu tersbut dan seterusnya makapersoalannya tidak akan terlalu sulit

untuk dilaksanakan. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian, kedudukan-

kedudukan dan peranan-peranan tertentu sering memerlukan kemampuannya dan

latihan-latihan tertentu, dan pentinganya kedudukan-kedudukan dan peranan-

peranan tersebut juga tidak selalu sama. Maka tidak akan dapat dihindarkan lagi

bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa

sebagai pendorong agar si individu mau melaksanakan kewajiban-kewajibannya

yang sesuai dengan posisinya dalam masyarakat.

Dengan demikian, maka mau tidak mau ada sistem berlapis-lapis dalam

masyarakat, oleh karena gejala tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang

dihadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat

yangtersedia dalam dalamstruktursosial dan mendorong agar melaksanakan

kewajiban yang sesuai dengan kedudukan dan peranannya. Pengisisan tempat-

tempat tersebut, merupakan daya pendorong agar masyarakat bergerak sesuai

adengan fungsinya. Akan tetapi wujudnya dalam setiap masyarakat juga

berlainan, karena hal itu tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing

masyarakat. Jelas bahwa kedudukan dan peranan yang dianggap tinggi oleh setiap

masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting serta

memerlukan kemampuan dan latihan-latihan yang maksimal.

9. Pengaruh Stratifikasi Sosial

Gejala yang tampak akibat perbedaan lapisan sosial adalah timbulnya

perbedaan harga diri / prestiseyang tercermin dalam perbedaan gaya hidup,

penggunaan simbol-simbol prestise. Kekuasaan atau previlese (keistimewaan

yang diberikan kepada seseorang baik bersifat positif ataupun negatif) . Perbedaan

tersebut diklasifikasikan dalam tindakan sosial dan interaksi sosial.

Page 29: Silabus 9-Lapisan Sosial

Tindakan sosial

Setiap kelas atau lapisan menunjukkan perilaku khas yang

menggambarkan lapisn atas, menengah dan bawah. Masing-masing kelas

mempunyai selera yang berbeda dalam setiap aspek kehidupannya seperti

pakaian, perlengkapan rumah tangga, hiburan, makanan dan lain sebagainya.

Perbedaan tersebut menunjukkan simbol status sosialnya berda pada lapisan mna

dia berada.

Interaksi sosial

Simbol status merupakan salah satu aspek yang menunjukkan perbedan

kelas dalam interaksi sosial. Simbol status adalah tanda yang menunjukkan status

seseorang dalam masyarakat. Simbol status berfungsi untuk memberitahukan

status yang dimiliki seseorang kepada orang lain. Simbol-simbol status yang dapat

ditemui dalam kehidupan sehari-hari antara lain cara menyapa, gaya berbicara,

bahasa, dan sebagainya.

10. Konsekuensi Adanya Stratifikasi Sosial

Adanya konsekuensi atau dampak dari adanya stratifikasi sosial dalam

masyarakat, yaitu:

1. Timbulnya Kelas Sosial

Kelas sosial adalah semua orang atau keluarga yang sadar akan kedudukan

di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui

oleh masyarakat. Kelas sosial yang ada dimasyarakat adalah bervariasi dan dapat

didasarkan oleh banyak faktor seperti ekonomi, budaya, pemilikan tanah, dan

lainnya. Hal ini kemudian menimbulkan perbedaan kelas dimasyarakat yang dapat

menyebabkan terjadinya konflik antar kelas.

Page 30: Silabus 9-Lapisan Sosial

2. Kesenjangan Sosial

Adanya berbagai macam jenis lapisan masyarakat (stratifikasi)

dimasyarakat membedakan masyarakat menjadi lapisan-lapisan berbeda yang

memiliki posisi yang berbeda yaitu ada yang diatas dan ada yang berada pada

posisi yang lebih dibawah, dimana yang diatas akan cenderung mengeksploitasi

yang dibawah dan dibawah harus tetap tergantung akan yang diatas, sehingga

kesejahteraan semua masyarakat yang diharapkan dapat merata tidak dapat

terwujud.

3. Polarisasi Power

Terbentuknya dua kutub yang berbeda yang memiliki power (kekuatan)

yang menentang satu sama lain sehingga dapat menimbulkan terjadinya perang,

konflik ataupun perpecahan dalam masyarakat.

11. Mobilitas sosial

Mobilitas berarti gerak, dalam hubungannya dengan konsep stratifikasi

sosial mobilitas berarti gerak yang menghasilkan perpindahan tempat. Mobilitas

sosial adalah perpindahan posisi dari satu lapisan ke lapisan yang lainnya atau dari

satu dimensi kedimensi lainnya (Lawang,1985).

Mobilitas sosial menunjuk pada gejala naik atau turunnya seseorang,

keluarga, atau kelas dalam hierarkhi kelas, status, dan kekuasaan. Mobilitas

seseorang atau keluarga akan tampak dalam masyarakat karena beberapa hal,

antara lain berdasarkan kecakapan dan kesempatan yang dibuka secara luas

seperti dalam masyarakat demokratis. Dalam suatu kelas, mobilitas naik karena

fungsinga yang semakin mendapat pengakuan umum, seperti para pemimpin

pergerakan kemerdekaan di Indonesia menjadi kelompok elite pada saat Indonesia

merdeka. Pada dasarnya, secara umum mobilitas dalam stratifikasi sosial

masyarakat yang sering terjadi adalah:

Page 31: Silabus 9-Lapisan Sosial

1. Mobilitas sosial secara vertikal

2. Mobilitas sosial secara horizontal.

Vertikal berati dapat ke atas atau ke bawah, gerak vertikal dapat dari

bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Mobilitas sosial vertikal adalah

perpindahan posisi seseorang dari bawah ke posisi yang lebih tinggi, atau dari

posisi yang tinggi ke yang lebih rendah ( Lawang,1985). Dalam mobilitas vertikal

juga dikenal apa yang dinamakan :

1. Mobilitas vertikal intra generasi, yaitu mobilitas vertikal yang terjadi dalam

generasi itu sendiri atau yang terjadi dalam diri sendiri, contoh kenaikkan atau

penurunan pangkat seseorang.

2. Mobilitas vertikal inter generasi, yaitu mobilitas vertikal yang terjadi dalam dua

generasi atau tidak terjadi dalam diri seserang, contoh bapaknya kaya anaknya

menjadi miskin, atau bapaknya miskin anaknya menjadi kaya. Horizontal berati

mendatar, gerak horizontal bergerak ke kanan atau ke kiri, ke depan atau ke

belakang secara mendatar. Mobilitas sosial horizontal adalah perpindahan posisi

seseorang antar bidang-bidang suatu dimensi (kekuasaan, privilase, dan prestise)

atau antar dimensi dalam lapisan yang sama ( Lawang,1985). Mobilitas

horizontal juga terjadi dalam bentuk:

1. Mobilitas horizontal intra generasi, yaitu gerak mendatar yang terjadi dalam diri

sendiri, contohnya dari petani menjadi pedagang yang tetap dalam lapisan bawah.

2. Mobilitas horizontal antar generasi, yaitu gerak mendatar yang terjadi dalam

dua generasi, contoh anak raja yang bergerak di bidang perekonomian, dimana

kekuasaan raja sudah dihapus tetapi privilase anak raja tetap tinggi di mata

masyarakatnya. Selain mobilitas vertikal dan horizontal, juga dalam mobilitas

dikenal konsep askripsi dan prestasi. Askripsi berhubungan dengan mobilitas

sosial yang sulit atau tidak mungkin tercapai karena berkaitan dengan keturunan.

Mobilitas ini terjadi dalam masyarakat yang bersifat stratifikasi sosial tertutup

dengan mobilitas horizontal, misalnya ras. negara yang menggunakan sistem

feodal, dan sebagainya. Prestasi berhubungan dengan mobilitas sosial yang

Page 32: Silabus 9-Lapisan Sosial

mungkin dapat dicapai. Prestasi ada hubungannya dengan usaha untuk

memperoleh sesuatu dengan sengaja. Mobilitas ini terjadi dalam masyarakat yang

bersifat stratifikasi sosial terbuka dengan mobilitas vertikal, misalnya dalam

negara demokrasi dimana pendidikan merupakan salah satu alat untuk

mengadakan mobilitas vertikal ke atas.

Page 33: Silabus 9-Lapisan Sosial

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada

Sinaga,Agnesia.2010. Makalah ISBD Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat.

(Online).Available

:

http://www.academia.edu/8433656/Makalah_ISBD_Stratifikasi_Sosial_dalam_M

asyarakat_ (diakses pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 21.10 WITA)