sifat material komposit berpenguat serat pinang … · mengetahui sifat fisik dilakukan eksperimen...

108
SIFAT MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT PINANG DENGAN FRAKSI BERAT 3%, 5%, 7% DAN 9% SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Sarjana Teknik Mesin Oleh : EDWARDO MCCAIN YUNFEI LAMALO NIM: 135214010 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • SIFAT MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT

    PINANG DENGAN FRAKSI BERAT 3%, 5%, 7% DAN 9%

    SKRIPSI

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan

    mencapai Sarjana Teknik Mesin

    Oleh :

    EDWARDO MCCAIN YUNFEI LAMALO

    NIM: 135214010

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    JURUSAN TEKNIK MESIN

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    SIFAT MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT

    PINANG DENGAN FRAKSI BERAT 3%, 5%, 7% DAN 9%

    SKRIPSI

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan

    mencapai Sarjana Teknik Mesin

    Oleh :

    EDWARDO MCCAIN YUNFEI LAMALO

    NIM: 135214010

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    JURUSAN TEKNIK MESIN

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PROPERTIES OF BETEL NUT FIBER-REINFORCED

    COMPOSITE WITH 3%, 5%, 7% AND 9% OF WEIGHT

    FRACTION

    FINAL PROJECT

    As partial fulfillment of the requirement

    to obtain the Sarjana Teknik degree

    in Mechanical Engineering

    By :

    EDWARDO MCCAIN YUNFEI LAMALO

    Student Number: 135214010

    MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

    MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

    FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    INTISARI

    Indonesia merupakan negara yang cukup luas serta memiliki tumbuh-tumbuhan

    yang beranekaragam. Salah satunya adalah pohon pinang yang serat dari buahnya

    dapat dimanfaatkan sebagai penguat material komposit. Dalam penelitian ini

    dipaparkan sifat mekanik dan fisik dari material komposit dengan serat pinang

    sebagai penguatnya. Sedangkan variasi penelitian adalah fraksi berat serat yaitu

    3%, 5%, 7% dan 9%. Fraksi berat tersebut berturut-turut setara dengan 9,06%,

    15,10%, 21,15% dan 32,49% fraksi volume.

    Metode pembuatan material komposit ini menggunakan teknik hand laminating

    (hand lay-up) dengan bantuan cetakan kaca berukuran 15 x 20 x 0,5 cm. Jenis

    matriks yang digunakan adalah polimer epoxy yang perbandingan epoxy resin dan

    epoxy hardener sebesar 2:1. Serat pinang yang digunakan sebelumnya diberlakukan

    alkalisasi selama 2 jam dengan konsentrasi 5% NaOH dalam air mineral. Untuk

    mengetahui sifat mekanik dilakukan pengujian tarik dengan mengacu pada standar

    ASTM D638-14 namun dengan sedikit perbedaan pada tebal benda uji. Untuk

    mengetahui sifat fisik dilakukan eksperimen perhitungan densitas. Pengujian

    dilakukan sebanyak enam kali untuk tiap variasi.

    Dari penelitian ini didapatkan bahwa material komposit serat pinang mengalami

    penurunan kekuatan dan nilai densitas seiring bertambahnya fraksi berat serat.

    Spesimen matriks memiliki kekuatan terbaik, sebesar 57,750 MPa dengan 3,611%

    regangan serta nilai densitas sebesar 1,119 g/cm3. Sedangkan, diantara variasi

    komposit, nilai kekuatan terbaik dimiliki oleh variasi 3% yaitu 33,125 MPa untuk

    kekuatan tarik dan 1,764% untuk nilai regangan serta nilai densitas sebesar 1,109

    g/cm3. Untuk kekuatan dan densitas terkecil dimiliki oleh variasi 9% dengan

    kekuatan tarik sebesar 27,352 MPa, sedangkan nilai regangan 1,444% serta nilai

    densitas sebesar 1,082 g/cm3. Dengan melihat bentuk patahan yang cenderung

    patah getas dan terjadi fenomena fiber pull out menandakan material komposit serat

    pinang yang dibuat pada penelitian ini mengalami debonding.

    Kata kunci : komposit, serat pinang, alkalisasi, epoxy, hand lay-up

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    ABSTRACT

    Indonesia is a county appreciable and has a variety of plants. One of them is a

    betel nut whose fiber can be utilized as a reinforcement of composite material. In

    this research, presented the physical and mechanical properties of the composite

    material with betel nut fiber as the reinforcement. Meanwhile, the research variation

    is fiber fractions that are 3%, 5%, 7% and 9%. The weight fraction is equal to

    9.06%, 15.10%, 21.15% and 32.49% of volume fraction.

    The method, used hand lamination technique (hand lay-up) with measure of

    glass molds is 15 x 20 x 0.5 cm. The type of matrix used an epoxy polymer which

    is epoxy resin and epoxy hardener ratios of 2:1. The areca nut previously applied

    alkalization for 2 hours of a concentration of 5% NaOH in mineral water. To find

    out the mechanical properties, used tensile testing with reference to ASTM D638-

    14 standard but with little difference in thickness of specimen. To know the physical

    properties, author used a density determination experiments. Testing is done six

    times for each variation.

    From this research it was found, composite material with betel nut reinforced

    decreased strength and density as the weight fraction increases. The matrix

    specimen has the best strength with 57,750 MPa for tensile strength, 3.611% strain

    and 1,119 g/cm3 of density value. Meanwhile, among the composite variations, the

    best strength value is owned by 3% variation with 33,125 MPa for tensile strength

    value, 1,764% for strain and 1,109 g/cm3 of density. For the lowest strength and

    density is owned by a variation on 9% with a tensile strength of 27.352 MPa, strain

    value of 1.444% and the density value of 1.082 g /cm3. By looking at the fracture,

    brittle fracture and fiber pull out phenomenon indicates on this composite. Can be

    concluded, this composite has interfacial debonding.

    Keywords : Composite, betel nut fiber (areca), alkalization, epoxy, hand lay-up

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala

    rahmat, berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Skripsi merupakan salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik di

    Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

    Dharma. Skripsi ini membahas tentang sifat material komposit berpenguat serat

    pinang dengan fraksi berat 3%, 5%, 7% dan 9%.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pihak.

    Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math,Sc., Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Sains dan

    Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin

    Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    3. Budi Setyahandana, S.T., M.T., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.

    4. Raden Benedictus Dwiseno Wihadi, S.T, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing

    Akademik.

    5. Jhony Stewardxy Lamalo dan Nova Donya Voerman selaku kedua orang tua

    saya, yang telah memberikan motivasi, kasih sayang dan dukungan baik berupa

    materi dan spiritual.

    6. Novera Wisda Dewi Astuty yang selalu mendukung dalam doa dan semangat

    serta pengertiannya kepada penulis.

    7. Eric Siagian, Emanuel Roberto, Junior Kamagi, Hendrike Sumaraw, selaku

    teman-teman seperjuangan dalam perkuliahan.

    8. Seluruh staf pengajar dan laboran Program Studi Teknik Mesin Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu

    pengetahuan kepada penulis.

    9. Semua teman-teman Teknik Mesin angkatan 2013 yang telah berproses

    bersama dalam perkuliahan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR ISI

    Hal

    HALAMAN JUDUL .......................................................................... i

    TITLE PAGE ...................................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. iii

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ iv

    HALAMAN PERNYATAAN ............................................................. v

    INTISARI ........................................................................................... vi

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................ ix

    DAFTAR ISI ...................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .............................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... 3

    1.4 Batasan Masalah ........................................................... 3

    1.5 Manfaat Penelitian ........................................................ 4

    BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA .................. 5

    2.1 Dasar Teori ................................................................... 5

    2.1.1 Komposit .............................................................. 5

    2.1.1.1 Definisi Matrial Komposit ........................ 6

    2.1.1.2 Komposisi dan Klasifikasi Material

    Komposit .................................................. 6

    2.1.1.3 Bahan Matriks Yang Digunakan .............. 15

    2.1.1.4 Teknik Pembuatan Material Komposit ...... 18

    2.1.1.5 Hal-Hal Yang Mempengaruhi ...................

    Kekuatan Komposit .................................. 21

    2.1.2 Serat Pinang ......................................................... 22

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    2.1.3 Perlakuan Alkalisasi (NaOH) Pada Serat .............. 26

    2.1.4 Pengujian Tarik .................................................... 27

    2.1.5 Rumus-Rumus Yang Digunakan ........................... 29

    2.2 Tinjauan Pustaka ........................................................... 31

    BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 34

    3.1 Skema Penelitian .......................................................... 34

    3.2 Persiapan Penelitian ....................................................... 35

    3.3 Alat-Alat yang Digunakan ............................................ 35

    3.4 Bahan-Bahan Yang Digunakan ...................................... 37

    3.5 Perhitungan Densitas Serat Pinang ................................ 39

    3.6 Perhitungan Fraksi Komposit ....................................... 41

    3.7 Proses Pembuatan Komposit ......................................... 41

    3.8 Proses Perhitungan Densitas Komposit. .......................... 47

    3.9 Standar Uji Dan Ukuran Benda Uji ................................ 50

    3.10 Proses Pengujian Tarik ................................................. 50

    3.11 Proses Pengujian Tarik Serat Pinang............................. 51

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 53

    4.1 Hasil Pengujian Pengujian Tarik..................................... 53

    4.1.1 Hasil Pengujian Tarik Penguat Atau Variasi....... 54

    0% Berat Serat

    4.1.2 Hasil Pengujian Tarik Serat Pinang .................... 57

    4.1.3 Hasil Pengujian Tarik Komposit Dengan ........... 58

    Variasi 3%, 5%, 7% dan 9%

    4.2 Hasil Pengukuran Densitas Komposit ............................ 68

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 73

    5.1 Kesimpulan ................................................................... 73

    5.2 Saran ............................................................................. 74

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 76

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Matrix materials commonly used in advanced composite ... 8

    (Composite Engginering Handbook.,1997)

    Tabel 2.2 Jenis-jenis penyusunan komposit serat ................................ 11

    (Composite Engginering Handbook., 1997)

    Tabel 2.3 Komposisi Kimia Serat Pinang (Hassan et aI., 2010) ........ 24

    Tabel 4.1 Dimensi spesimen uji tarik dengan variasi 0% serat ........... 55

    Tabel 4.2 Tegangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi .............. 56

    0% serat

    Tabel 4.3 Regangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi ............. 56

    0% serat

    Tabel 4.4 Modulus elastisitas spesimen uji tarik dengan variasi ......... 56

    0% serat

    Tabel 4.5 Data hasil pengujian tarik serat pinang ............................... 57

    Tabel 4.6 Dimensi spesimen uji tarik dengan variasi 3% ................... 58

    Tabel 4.7 Regangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi 3% ....... 59

    Tabel 4.8 Tegangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi 3% ....... 59

    Tabel 4.9 Modulus elastisitas spesimen uji tarik dengan .................... 59

    variasi 3%

    Tabel 4.10 Dimensi spesimen uji tarik dengan variasi 5% ................... 60

    Tabel 4.11 Tegangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi 5% ....... 60

    Tabel 4.12 Regangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi 5% ....... 60

    Tabel 4.13 Modulus elastisitas spesimen uji tarik dengan variasi......... 61

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    5%

    Tabel 4.14 Dimensi spesimen uji tarik dengan variasi 7% ................... 61

    Tabel 4.15 Tegangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi 7% ....... 61

    Tabel 4.16 Regangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi 7% ....... 62

    Tabel 4.17 Modulus elastisitas spesimen uji tarik dengan variasi ......... 62

    7%

    Tabel 4.18 Dimensi spesimen uji tarik dengan variasi 9% ................... 62

    Tabel 4.19 Tegangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi 9% ....... 63

    Tabel 4.20 Regangan teknis spesimen uji tarik dengan variasi 9% ....... 63

    Tabel 4.21 Modulus elastisitas spesimen uji tarik dengan variasi ......... 63

    9%

    Tabel 4.22 Nilai sifat mekanis rata-rata dari spesimen uji tarik .......... 64

    komposit

    Tabel 4.23 Data pengujian densitas spesimen komposit variasi 0%...... 69

    Tabel 4.24 Data pengujian densitas spesimen komposit variasi 3%...... 70

    Tabel 4.25 Data pengujian densitas spesimen komposit variasi 5%...... 70

    Tabel 4.26 Data pengujian densitas spesimen kompoasit variasi 7% .... 71

    Tabel 4.27 Data pengujian densitas spesimen komposit variasi 9%...... 71

    Tabel 4.28 Nilai rata-rata densitas material komposit serat pinang ....... 72

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Jenis-jenis penyusunan serat dua dimensi .................... 12

    Gambar 2.2 Particulate Reinforcement Composite ........................... 14

    (Materials Science And Engineering., 2009)

    Gambar 2.3 Flake Reinforcement Composite .................................... 15

    (Materials Science And Engineering., 2009)

    Gambar 2.4 Grafik contoh proses curing polimer epoxy dengan ........ 16

    suhu konstan (NM Epoxy Handbook., 2014)

    Gambar 2.5 Grafik presentasi pengaplikasian plastik epoxy ............... 18

    (NM Epoxy Handbook., 2014)

    Gambar 2.6 Metode Hand Laminating (Principles Of The ................ 19

    Manufacturing Of Composite Materials., 2009)

    Gambar 2.7 Metode Filament winding (Principles Of The ................. 20

    Manufacturing Of Composite Materials., 2009)

    Gambar 2.8 Metode Fiber Placement (Principles Of The .................. 20

    Manufacturing Of Composite Materials., 2009)

    Gambar 2.9 Buah Pinang .................................................................. 23

    Gambar 2.10 Struktur Buah Pinang (Jarimopas et aI., 2009) ............. 24

    Gambar 2.11 Grafik kadar air serat pinang dengan kondisi mentah ..... 25

    (raw), matang (ripe) dan kering (dried) (Yusriah et al.,

    2012)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Gambar 2.12 Grafik kemampuan serap air serat pinang dengan .......... 26

    kondisi mentah (raw), matang (ripe), dan kering (dried)

    (Yusriah et al., 2012)

    Gambar 2.13 Permukaan serat pinang (a) sebelum perlakuan alkali .... 27

    (b) setelah perlakuan alkali (Nirmal et al., 2010)

    Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian ................................................ 34

    Gambar 3.2a-j Alat-alat yang digunakan ............................................... 36

    Gambar 3.3 Serat Pinang .................................................................. 38

    Gambar 3.4 Epoxy Hardener (Kiri) dan Epoxy Resin (Kanan) .......... 38

    Gambar 3.5 Molding release (mirror glaze) ...................................... 39

    Gambar 3.6 NaOH Kristal ................................................................ 39

    Gambar 3.7 Proses penimbangan serat beserta wadah ....................... 40

    Gambar 3.8 Proses perhitungan densitas serat pinang ....................... 41

    Gambar 3.9 Proses penataan serat dengan menggunakan bantuan ..... 43

    cetakan cebagai penentu ukuran

    Gambar 3.10 Proses pelapisan mirror glaze pada cetakan ................... 43

    Gambar 3.11 Proses pencampuran dengan cara mengaduk secara....... 44

    perlahan

    Gambar 3.12 Proses penimbangan epoxy resin dan epoxy ................... 44

    hardener dengan perbandingan 2:1

    Gambar 3.13 Proses penuangan pertama campuran epoxy pada .......... 44

    cetakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    Gambar 3.14 Proses peletakan serat keatas campuran epoxy ................ 45

    pertama

    Gambar 3.15 Proses penuangan campuran epoxy kedua ...................... 45

    Gambar 3.16 Proses menghingkan void dan penekanan serat ............. 46

    Gambar 3.17 Proses penutupan........................................................... 46

    Gambar 3.18 Bentuk komposit saat kering ......................................... 47

    Gambar 3.19 Proses pembentukan benda uji sesuai standar yang ....... 47

    telah ditentukan

    Gambar 3.20 Proses pengujian tarik ................................................... 48

    Gambar 3.21 Proses pembentukan spesimen uji densitas komposit ..... 49

    Gambar 3.22 Proses pengukuran dimensi spesimen uji densitas ......... 49

    komposit

    Gambar 3.23 Proses pengukuran massa spesimen uji densitas ............ 50

    komposit

    Gambar 3.24 Standar ASTM D638-14 ............................................... 50

    Gambar 3.25 Standar spesimen uji tarik komposit yang digunakan.... 51

    Gambar 4.1 Grafik tegangan teknis rata-rata spesimen uji Tarik ....... 64

    Gambar 4.2 ..Grafik regangan teknis rata-tata spesimen uji Tarik ....... 65

    komposit

    Gambar 4.3 Grafik modulus elastisitas spesimen uji Tarik ................ 65

    Gambar 4.4 Contoh patahan getas (variasi 5%)................................. 67

    Gambar 4.5 Contoh patahan fiber pull out (variasi 5%) .................... 67

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    Gambar 4.6 ..Grafik densitas spesimen uji meliputi serat, variasi ........ 72

    0% (matriks epoxy), 3%, 5%, 7% dan 9%

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas sekitar 9 juta km2

    dan terletak diapit oleh dua samudera dan dua benua. Indonesia memiliki sekitar

    17.500 buah pulau yang terbentang sepanjang 95.181 km garis pantai, oleh karena

    itu Indonesia menjadi negara megabiodiversitas walaupun hanya memiliki luas

    1,3% dari luas bumi (Kusmana dan Hikmat, 2015).

    Daratan Indonesia yang sangat luas menjadi tempat yang baik untuk

    bertumbuhnya flora yang beraneka ragam. Salah satu yang masuk pada daftar

    keanekaragaman flora Indonesia yaitu arecaceae atau yang biasa dikenal dengan

    pohon palem. Arecaceae memiliki beragam jenis, salah satunya adalah Areca

    Catechu L atau Areca Nut dan sering disebut pinang di Indonesia. Pohon pinang

    sering digunakan sebagai ornamen pada pekarangan rumah sedangkan biji dari

    buah pinang dapat menjadi obat yang berkhasiat mengurangi anemia, fits, lepra,

    serta cacingan (Orwa et al., 2009 : 3).

    Untuk membuat buah pinang menjadi obat, yang digunakan hanya biji

    pinangnya saja. Biji pinang dikeringkan lalu diekspor ke berbagai negara seperti

    Thailand, Pakistan, Tiongkong dan India. Biji pinang kering menjadi komoditi

    ekspor yang menjanjikan. Diberitakan menurut web resmi Kementrian Badan

    Usaha Milik Negara (BUMN) bahwa komoditi ekspor biji pinang meningkat tiap

    tahunnya. Melalui data 2012 hingga 2014, ekspor biji pinang dari provinsi Sumatera

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Utara melalui jasa peti kemas BICT tercatat mencapai 9.061 ton pada tahun 2014,

    naik dibandingkan tahun 2013 sebanyak 2.427 ton (“ekspor pinang”, 22 september,

    2014).

    Selain dapat diolah menjadi obat-obatan, bagian lain dari buah pinang yaitu

    serabut, mengandung beragam jenis senyawa kimia, diantaranya cellulose, hemi-

    cellulose, lignin, pectin dan protopectin. Sebagian senyawa tersebut merupakan

    bahan pembentuk serat yang baik dan memiliki peluang untuk digunakan sebagai

    bahan penyusun material komposit (Orwa et al., 2009 : 3).

    Material komposit merupakan material yang tersusun dari dua atau lebih bahan

    dengan tanpa terlarut satu sama lain dan tanpa mengubah sifat–sifat mekaniknya.

    Dengan teknologi pencetakan tertentu, penggabungan bahan tersebut dapat

    menciptakan material komposit dengan sifat mekanik yang baru.

    Pada teknologi pembuatan komposit, terdapat beragam jenis cara pembuatan

    atau pencetakan diantaranya adalah dengan metode-metode mutakhir seperti

    vacuum bag, vacuum injection, oven curing, dan pressure molding. Kelebihan dari

    metode-metode tersebut adalah pada hasil cetakan yang minim cacat (contohnya

    void), akan tetapi memiliki kekurangan pada biaya pembuatan alat yang masih

    terlampau mahal. Sehingga pada penelitian ini penulis mencoba menggunakan

    metode sederhana yang mudah serta murah untuk dilakukan yaitu teknik hand

    laminating (hand lay-up).

    Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memanfaatkan keanekaragaman

    flora Indonesia, khususnya buah pinang yang masih jarang diketahui potensinya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    untuk dijadikan material komposit yang berkekuatan baik, densitas rendah, dan

    dengan biaya pembuatan rendah.

    1.2 Rumusan Masalah

    Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat material komposit adalah

    fraksi serat atau reinforcement yang digunakan. Sifat suatu material dapat berupa

    sifat mekanik dan sifat fisik. Salah satu indikator sifat mekanik yaitu kekuatan tarik,

    sedangkan sifat fisik adalah densitas. Dalam Penelitian kali ini akan diteliti,

    bagaimana sifat meterial komposit jika diperkuat serat pinang dan dibuat dengan

    menggunakan metode hand laminating (hand lay-up)?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berikut dipaparkan tujuan dari penelitian ini, antara lain :

    a. Untuk mengetahui pengaruh fraksi berat serat terhadap kekuatan tarik rata-rata

    komposit berpenguat serat pinang dengan variasi 3%, 5%, 7% dan 9%.

    b. Untuk mengetahui pengaruh fraksi berat serat terhadap regangan rata-rata

    komposit berpenguat serat pinang dengan variasi 3%, 5%, 7% dan 9%.

    c. Untuk mengetahui nilai modulus elastisitas pada komposit berpenguat serat

    pinang dengan fraksi berat serat 3%, 5%, 7% dan 9%.

    d. Untuk mengetahui pengaruh fraksi berat serat terhadap nilai densitas material

    komposit serat pinang dengan komposisi 3%, 5%, 7% dan 9%.

    1.4 Batasan Masalah

    Berikut dipaparkan batasan-batasan masalah pada penelitian ini :

    a. Bahan pengikat (matrik) digunakan polymer berjenis epoxy dengan nama dagang

    Eposchon.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    b. Perbandingan epoxy resin dan epoxy hardener adalah 2:1.

    c. Bentuk Penguat (reinforcement) yang digunakan berbentuk serat pendek

    (discontinues fiber).

    d. Serat yang digunakan adalah serat alam (organic) dan diambil dari serabut buah

    pinang.

    e. Orientasi penyusunan serat adalah dengan bentuk acak (random

    discontinuoues).

    f. Serat pinang diberi perlakuan alkalisasi (NaOH) selama 2 jam dengan

    konsentrasi sebanyak 5% dalam air mineral dan dengan pengeringan pada suhu

    ruangan.

    g. Untuk mengetahui kekuatan material, dilakukan pengujian tarik.

    h. Pengujian densitas serat dan komposit dilakukan dengan cara eksperimental

    sederhana dengan berdasar rumus densitas atau massa jenis.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi ilmu pada penelitian-

    penelitian selanjutnya yang bersifat lebih komprehensif.

    b. Menambah koleksi ilmu pengetahuan terlebih khusus pengetahuan akan material

    komposit serat pada perpustakaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    BAB II

    DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Dasar Teori

    2.1.1 Komposit

    Dalam subbab komposit ini akan dijelaskan secara singkat mulai dari definisi

    material komposit, komposisi dan klasifikasi, teknik pembuatan material komposit,

    hingga hal-hal yang mempengaruhi kekuatan material komposit.

    Pengertian dari material komposit secara harafiah melalui arti katanya hingga

    pengertian menurut alhi dijelaskan secara singkat pada bagian 2.1.1.1. Sedangkan

    pada bagian 2.1.1.2 berisi pembahasan mengenai komposisi komposit dan

    klasifikasinya. Secara garis besar, komposit terdiri dari matriks dan reinforcement.

    Pada bagian 2.1.1.2 dijelaskan peran matriks dan reinforcement, serta dijelaskan

    juga klasifikasi komposit berdasarkan matriks penyusun dan juga bentuk

    reinforcement.

    Setelah pengertian, komposisi, serta klasifikasi material komposit telah

    disajikan pada bagian 2.1.1.1 hingga 2.1.1.2, maka pada bagian selanjutnya yaitu

    2.1.1.3 dijabarkan tentang bahan matriks yang digunakan dalam penelitian kali ini.

    Selanjutnya, teknik atau metode dasar pembuatan material komposit dijabarkan

    secara singkat dalam bagian 2.1.1.4. Terdapat dua jenis metode dasar yaitu hand

    laminating dan filament winding.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Bagian terakhir dalam subbab komposit ini yaitu 2.1.1.5 menjabarkan hal-hal

    yang dapat mempengaruhi kekuatan komposit mulai dari hal internal yaitu sifat

    material penyusunnya yang meliputi sifat mekanik maupun kimia, hingga hal-hal

    eksternal seperti bentuk orientasi serat, banyaknya void (rongga udara) dan bahkan

    pengaruh paparan sinar ultra violet.

    2.1.1.1 Definisi Material Komposit

    Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata komposit memiliki arti “gabungan”

    sedangkan dalam bahasa inggris, komposit disebut dengan composite yang berasal

    dari kata dasar composition yang artinya komposisi. Dengan mengacu pada arti

    katanya maka material komposit secara harafiah dapat disebut sebagai material

    yang terdiri dari gabungan beberapa material penyusun.

    Menurut Mallick (1997) dalam buku Composite Engginering Handbook,

    definisi dari material komposit ialah gabungan material yang terdiri atas kombinasi

    dua atau lebih material yang secara kimia serta bentuk permukaannya berbeda satu

    sama lain. Unsur-unsur penyusun tersebut tetap dipertahankan bentuknya agar sifat

    serta sifatnya tidak berubah dan tetap berbeda satu sama lain.

    2.1.1.2 Komposisi Dan Klasifikasi Material Komposit

    Sesuai dengan defisini diatas bahwa komposit adalah gabungan dari beberapa

    material. Disini akan dijabarkan material-material penyusun tersebut. Secara

    umum, material komposit tersusun dari dua fase material yang diklasifikasi sesuai

    dengan fungsinya yaitu matriks dan reinforcement (penguat). Keduanya dijelaskan

    secara singkat dibawah ini :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    1. Matriks

    Matriks merupakan bagian utama dari material komposit. Terdapat tiga peran

    penting matriks bagi komposit. Peran pertama adalah sebagai penahan material agar

    tetap pada tempatnya, kedua sebagai jalan untuk mentransfer tegangan yang

    diterima komposit pada penguat dan yang terakhir sebagai pelindung penguat dari

    faktor lingkungan yang dapat merugikan.

    Dengan berdasar pada fase penyusunnya, material komposit dapat diklasifikasi

    sesuai jenis matriksnya ataupun reinforcement-nya. Sesuai jenis matriksnya,

    kalsifikasi komposit secara umum terbagi atas tiga bagian yaitu polymer matrix

    composite (PMC), metal matrix composite (MMC) dan cheramic matrix composite

    (CMC). Ketiganya dijelaskan secara singkat dibawah :

    a. Polymer Matrix Composite (PMC)

    PMC merupakan komposit yang bahan matriksnya berjenis polimer resin.

    Polimer merupakan kata lain dari plastik dan diklasifikasi dalam dua jenis yaitu

    Thermoplastic dan Thermosetting. Contoh-contohnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Secara umum, thermoplastic merupakan jenis polimer resin yang sifatnya dapat

    dilelehkan kembali setelah melalui proses curing (proses kimia resin, perubahan

    dari sifat cair ke padat), sedangkan thermosetting tidak. Thermosetting tidak dapat

    mengikuti perubahan suhu setelah melewati proses curing dan akan berubah bentuk

    serta terurai menjadi arang jika berada pada suhu yang tinggi. Contoh-contohnya

    dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    PMC merupakan material komposit yang telah dikembangkan dari tahun 1950

    dan masih dipergunakan teknologinya hingga sekarang. Alasan untuk tetap

    mempertahankan PMC adalah kemudahan pembuatan yang cenderung tidak

    menggunakan temperatur tinggi dan tekanan tinggi saat pencetakan.

    Terdapat kelebihan lain dari PMC menurut Mallick (1997). Dibanding jenis

    material lain, PMC merupakan material yang ringan dengan nilai densitas berkisar

    antara 1,2 hingga 2 (g/cm3), sedangkan densitas baja bahkan aluminium berada

    diatas PMC (baja 7,87 g/cm3 dan aluminium 2,7 g/cm3).

    Selain kelebihan-kelebihan diatas, PMC juga punya beragam kelemahan

    dibanding material lain. Kelemahan utama dari PMC adalah sifat fisik maupun

    mekaniknya mudah terpengaruhi oleh faktor lingkungan, contohnya temperatur

    yang tinggi, kelembaban, paparan zat kimia, dan bahkan paparan sinar ultraviolet.

    Poin penting juga yang harus diperhatikan bahwa PMC merupakan material

    yang sensitif terhadap kerusakan mikroskopis. Pada beberapa kasus pengujian tarik

    Tabel 2.1 Matrix materials commonly used in advanced composite (Composite Engginering Handbook., 1997)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    material komposit menghasilkan diagram tegangan-regangan yang tidak linear

    seperti halnya metal pada umumnya. Hal tersebut disebabkan oleh kerusakan

    microskopis seperti kerusakan serat penguat, kerusakan matriks (matrix cracking),

    kurangnya ikatan antara matriks dan serat penguat (interfacial debonding) dan

    terjadinya delaminasi (delamination).

    Kerusakan mikroskopis pada PMC dapat terjadi pada tegangan yang rendah.

    Walaupun begitu, kegagalan material komposit tidak akan terjadi segera setelah

    PMC menerima tegangan, tapi dapat menyebabkan tingkat kekakuannya cepat

    menurun.

    b. Metal Matrix Composite (MMC)

    MMC merupakan jenis komposit yang menggunakan metal sebagai matriksnya.

    Komposit jenis ini menawarkan beragam kelebihan dibanding PMC. Salah satu

    kelebihan dari matriks berjenis metal dibanding polimer adalah dapat digunakan

    pada temperatur yang lebih tinggi, namun kelemahan utama MMC adalah pada

    biaya pembuatan yang relatif lebih mahal daripada PMC. Metal yang sering

    digunakan sebagai matriks pada MMC dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Terdapat dua contoh metal yang paling populer digunakan pada pembuatan

    MMC yaitu aluminium dan titanium. Keduanya memiliki kelebihan dan

    kekurangannya masing-masing. Aluminium memiliki kelebihan pada biaya karena

    harga aluminium yang rendah, akan tetapi kekuatan aluminium masih kalah

    dibandingkan titanium. Kekuatan titanium terhitung berbanding lurus dengan

    beratnya dan juga lebih mampu menahan tegangan dari pada aluminium.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    c. Ceramic Matrix Composite (CMC)

    Komposit jenis ini adalah komposit yang material matriksnya berupa keramik.

    Jenis ini merupakan komposit yang peruntukannya lebih digunakan pada

    lingkungan yang bersuhu tinggi, karena material keramik memiliki ketahanan panas

    hingga suhu diatas 1500ºC. Jenis bahan keramik yang biasa digunakan dapat dilihat

    pada Tabel 2.1.

    CMC menjadi jenis komposit terbaik dalam hal ketahanan terhadap lingkungan

    karena material keramik memiliki titik leleh yang tinggi dan ketahanan korosi yang

    baik. Akan tetapi CMC memiliki kelemahan dalam menahan tegangan, oleh karena

    itu CMC harus didukung dengan material penguat yang memiliki modulus

    elastisitas yang rendah agar dapat menutupi kelemahan tersebut.

    2. Reinforcement (penguat)

    Seperti arti dari katanya, reinforcement merupakan material pendukung utama

    yang memiliki fungsi sebagai penguat komposit dengan cara menerima tegangan

    yang diterima oleh komposit, oleh karena itu, sifatnya harus lebih kuat menerima

    tegangan daripada matriks penyusunnya. Tegangan yang diterima material

    komposit akan diterima terlebih dahulu oleh matriks lalu disalurkan ke material

    penguat.

    Jenis komposit selain dapat diklasifikasi berdasarkan matriks penyusunnya,

    dapat pula berdasarkan bentuk material penguatnya. Klasifikasinya terbagi menjadi

    tiga yaitu : Fiber Reinforcement Composite, Flake Reinforcement Composite dan

    Particulate Reinforcement Composite.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    a. Fiber Reinforcement Composite

    Fiber reinforcement composite merupakan material komposit yang penguatnya

    berupa serat (fiber) dan sering disingkat penyebutannya dengan nama komposit

    serat.

    Berdasarkan jenis penyusunan, komposit serat dibagi menjadi tiga macam yaitu

    bentuk linear dengan continues fiber (serat panjang) dan discontinues/whiskers

    fiber (serat pendek), bentuk dua dimensi penyusunan (orientasi x, y) serta tiga

    dimensi penyusunan (orientasi x, y dan z). Jenis-jenis penyusunan ini dapat dilihat

    pembagiannya dalam Tabel 2.2.

    Bentuk penyusunan serat dua dimensi dapat dibedakan menjadi 4 yaitu

    penyusunan searah (unidirectional), dua arah (bidirectional), banyak arah

    (multidirectional) dan acak (random). Keempat jenis penyusunan tersebut memiliki

    kelebihanya masing-masing. Skema penyusunan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

    Tabel 2.2 Jenis-jenis penyusunan komposit serat (Composite Engginering Handbook., 1997)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    Komposit dengan bentuk penyusunan searah (unidirectional) menguntungkan

    jika tegangan yang diterima searah dengan arah seratnya. Hal ini berlaku juga pada

    bentuk penyusunan bidirectional, multidirectional dan random. Namun khusus

    pada penyusunan random, kekuatannya dapat menjadi lebih seimbang dari berbagai

    arah, tapi kekuatanya dalam menerima tegangan berkemungkinan menjadi lebih

    lemah dibandingkan dengan bentuk penyusunan unidirectional.

    Salah satu parameter kontrol pada pembuatan komposit adalah fraksi serat

    terhadap matriksnya. Fraksi serat pada teorinya menggunakan nilai volume sebagai

    pembandingnya, akan tetapi pada praktiknya perhitungan serat tetap menggunkan

    nilai berat. Untuk alasan tersebut maka pada penelitian kali ini menggunakan nilai

    berat sebagai perhitungan fraksi seratnya.

    Gambar 2.1 Jenis-jenis penyusunan serat dua dimensi (Composite Engginering Handbook., 1997)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Untuk secara teoritik, mencari nilai fraksi serat dengan menggunakan nilai

    volume (fraksi volume serat 𝑉𝑓) dapat menggunakan persamaan (2.1)

    𝑉𝑓 =𝑤𝑓 𝜌𝑓⁄

    𝑤𝑓 𝜌𝑓⁄ + 𝑤𝑚 𝜌𝑚⁄ (2.1)

    Dengan 𝑤𝑓 adalah berat serat, 𝜌𝑓 adalah densitas serat, 𝑤𝑚 adalah berat matriks dan

    𝜌𝑚 adalah densitas matriks.

    Untuk mencari nilai densitas kompositnya secara utuh 𝜌𝑐 dapat menggunkan

    persamaan (2.2).

    𝜌𝑐 = 𝜌𝑓𝑉𝑓 + 𝜌𝑚(1 − 𝑉𝑓) (2.2)

    b. Particulate Reinforcement Composite

    Komposit dengan bentuk penguat berupa particlate atau partikel dapat

    dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu “large particel” dan “dispersion

    strengthened”. Jenis “large” menggunakan ukuran partikel lebih dari 0,1 mm.

    Sedangkan “dispersion strengthened” adalah jenis komposit partikel yang

    menggunakan mekanisme penguatan melalui penyebaran (dispersi) partikel yang

    lebih terukur dan merata, dengan ukuran diameter partikel antara 0,02-0,05 mm.

    Penggunaan penguat berbentuk partikel dapat memberikan berbagai pengaruh pada

    material komposit.

    Penggunaan partikel dengan sifat mekanik yang ulet pada matriks yang bersifat

    getas dapat menaikkan nilai kekerasan pada hasil kompositnya. Sedangkan jika

    partikel yang digunakan bersifat keras dan kaku serta digunakan pada matriks yang

    bersifat ulet dapat menaikkan kekuatan dan kekakuan. Akan tetapi, kekurangan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    penggunaan partikel yang bersifat keras dapat menurunkan ketangguhan dari

    matriks yang ulet, sehingga jenis ini terbatas penggunannya hanya pada keadaan-

    keadaan tertentu. Contoh skema komposit partikel dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    c. Flake Reinforcement Composite

    Komposit dengan jenis ini secara umum mirip dengan komposit berpenguat

    partikel, namun dengan bentuk yang menyerupai piringan (planar). Salah satu

    contoh bahan penguat yang paling sering digunakan dalam komposit flake adalah

    mika.

    Terlebih khusus komposit flake dengan penguat mika telah banyak menjadi

    bahan diskusi penelitian. Salah satu peneliti yaitu S.T. Peters Menurut buku

    “Handbook Of Composites” menyebutkan bahwa kekuatan composit flake mika

    ditentukan oleh aspek rasio flake yang digunakan. Aspek rasio didapat dari

    perbandingan ukuran diameter dengan ketebalan. Aspek rasio flake yang besar akan

    semakin efektif dibandingkan aspek rasio yang kecil dalam menyalurkan tegangan

    yang diterima matriks. Contoh skema komposit flake dapat dilihat pada Gambar

    2.3.

    Gambar 2.2 Particulate Reinforcement Composite (Materials Science And Engineering., 2009)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    2.1.1.3 Bahan Matriks Yang Digunakan

    Pada penelitian ini penulis menganalisis sifat komposit berpenguat serat pinang

    dengan fraksi berat 3%, 5%, 7% dan 9%. Komposit dibuat menggunakan matriks

    berjenis polimer. Polimer yang digunakan adalah epoxy resin. Dalam

    pembeliannya, epoxy resin dipaketkan dengan epoxy hardener.

    Bentuk awal dari epoxy resin adalah cair dengan viskositas yang tinggi.

    Sedangkan, bentuk plastik sebagai matriks adalah padat. Maka, untuk

    mengkonversi dari bentuk cair ke padat (proses curing) memerlukan bahan

    tambahan yaitu epoxy hardener. Contoh zat kimia yang sering digunakan sebagai

    epoxy hardener yaitu : amines, amides, acid anhydrides, imidazoles, boron

    trifluoride complexes, phenols, mercaptans dan metal oxides.

    Proses konversi dari cair ke padat atau curing dapat berlangsung pada suhu

    tinggi yaitu diatas 150ºC ataupun pada suhu kamar +20 ºC. Terlebih khusus pada

    suhu kamar, dengan mengacu pada contoh diatas maka zat kimia epoxy hardener

    yang dapat digunakan adalah amines dan amides.

    Menurut Curt Augustsson dalam bukunya NM Epoxy Handbook (2014)

    menyebutkan bahwa, secara umum campuran epoxy resin dengan epoxy hardener

    Gambar 2.3 Flake Reinforcement Composite (Materials Science And Engineering., 2009)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    memerlukan waktu 7 hari dengan suhu ruang diatas 20ºC untuk mencapai sifat

    padat yang sempurna, tapi dalam waktu 24 jam, perubahan sifat tersebut dapat

    mencapai 80 – 90% dari sempurna (final properties). Contoh grafik perubahannya

    dapat dilihat pada Gambar 2.4. Namun, pada grafik tersebut menunjukkan proses

    curing pada temperatur yang konstan 20ºC.

    Proses curing merupakan salah satu penentu sifat akhir plastik yang dibentuk.

    Sedangkan, jika dibentuk secara sempurna, plastik epoxy dapat memiliki sifat-sifat

    yang beragam. Adapun sifat-sifat plastik epoxy Menurut Curt Augustsson akan

    dijabarkan secara singat dibawah (a-f):

    a. Kekuatan Mekanik

    Jika dilakukan proses pencetakan hingga proses curing yang baik, tidak ada

    jenis plastik lain yang lebih kuat dari plastik epoxy. Kekuatan mekanik plastik epoxy

    dapat melebihi 80 MPa.

    Gambar 2.4 Grafik contoh proses curing polimer epoxy dengan suhu konstan (NM Epoxy Handbook., 2014)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    b. Daya Tahan Kimia

    Sifat kimia dari epoxy dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan, oleh karena itu

    plastik jenis ini dapat dibentuk untuk tahan terhadap beberapa jenis zat kimia.

    Namun, secara umum plastik epoxy sangat tahan terhadap alkali.

    c. Daya Tahan Air

    Secara umum plastik epoxy dianggap sebagai material yang kedap air karena

    daya serap airnya sangat kecil, oleh karena itu plastik jenis ini sering digunakan

    sebagai zat pelapis untuk menahan air.

    d. Kapasitas Isolasi Listrik

    Plastik epoxy merupakan material yang sangat baik menahan listrik (isulator).

    Secara umum normalnya resistivitas plastik epoxy adalah 1015 𝛺𝑐𝑚. Kombinasi

    antara ketahanan kimia dan ketahanan listrik ini menyebabkan plastik epoxy

    menjadi material yang sangat baik untuk keperluan elektronika.

    e. Penyusutan

    Proses penyusutan biasanya terjadi pada saat curing. Akan tetapi, polimer epoxy

    sangat sedikit mengalami penyusutan. Hal ini disebabkan karena molekul epoxy

    sangat sedikit mengalami orientasi (perpindahan molekul). Berbeda dengan jenis

    polimer lain contohnya polyester.

    f. Daya tahan panas

    Daya tahan panas plastik epoxy yang melalui proses curing pada suhu kamar

    berbeda dengan yang melalui proses curing menggunakan panas tinggi. Daya tahan

    panas suatu material dapat dituliskan dengan standar nilai HDT (Heat Deflection

    Temperature) atau TG (Glass Transition Temperature). Dengan mengacu standar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    HDT, plastik epoxy yang melalui proses curing pada suhu kamar jarang bisa

    melebihi HDT diatas 70ºC, sementara yang melalui proses curing menggunkaan

    panas tinggi dapat mencapai HDT 250ºC.

    Dengan pertimbangan kelebihan serta kekurangan sifat-sifat plastik epoxy

    diatas maka plastik jenis ini sering digunakan dalam berbagai pengaplikasian. Besar

    presentasi pengaplikasian plastik epoxy dapat dilihat pada Gambar 2.5.

    2.1.1.4 Teknik Pembuatan Material Komposit

    Terdapat beragam metode pembuatan komposit menurut Suong V. Hoa. dalam

    bukunya Principles Of The Manufacturing Of Composite Materials (2009). Metode

    pembuatan komposit adalah Hand Laminating (wet hand lay-up) dan Autoclave

    (vacum bag), Filament winding dan Fiber Placement, Pultrusion, dan Liquid

    Composite Molding.

    Gambar 2.5 Grafik presentasi pengaplikasian plastik epoxy (NM Epoxy Handbook., 2014)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Walaupun terdapat beragam metode pembuatan komposit seperti yang

    dijabarkan diatas. Secara umum, metode dasarnya hanyalah Hand Laminating (wet

    hand lay-up) dan Autoclave (vacum bag) serta Filament winding dan Fiber

    Placement. Sedangkan, metode lainnya merupakan gabungan serta penyempurnaan

    dari metode dasar tersebut.

    Pada metode hand laminating , prosesnya sangat konvensional dengan hanya

    menggunakan tangan dan alat bantu sederhana. Oleh karena itu, metode ini

    merupakan yang paling murah. Akan tetapi, metode ini memiliki kelemahan dalam

    mendapatkan kualitas material komposit yang sempurna tanpa adanya cacat seperti

    void (rongga udara). Kualitas hasil akhir ditentukan seluruhnya dari keterampilan

    pembuat. Sedangkan metode Autoclave merupakan metode penyempurnaan dari

    Hand Laminating dengan menggunakan bantuan vacum bag (kantong kedap udara),

    maka hasil akhir bisa menjadi lebih sempurna (minim void). Skema pembuatan

    hand laminating tersaji pada Gambar 2.6.

    Gambar 2.6 Metode Hand Laminating (Principles Of The Manufacturing Of Composite Materials., 2009)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Metode Filament winding dan Fiber Placement merupakan metode pembuatan

    yang lebih kompleks dan biasanya digunakan untuk membuat material dengan

    bentuk tabung, salah satunya adalah tabung bertekanan (pressure vesel). Metode

    filament winding menggunakan gerakan penggulungan dalam proses

    pencetakannya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.7. Untuk Fiber

    Placement mirip dengan filament winding akan tetapi menggunakan perangkat

    tambahan dalam proses penggulungannya (Gambar 2.8).

    Gambar 2.7 Metode Filament Winding (Principles Of The Manufacturing Of

    Composite Materials., 2009)

    Gambar 2.8 Metode Fiber Placement (Principles Of The Manufacturing Of

    Composite Materials., 2009)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    2.1.1.5 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Kekuatan Komposit Polimer

    Material komposit merupakan material yang sama dengan material-material

    lainnya (metal dan keramik), yaitu mempunyai kerentanan terhadap suatu keadaan

    yang dapat mempengaruhi sifat-sifat mekaniknya dan pada akhirnya berdampak

    pada penurunan kekuatan.

    Hal penting yang dapat mempengaruhi kekuatan komposit adalah sifat material

    penyusunnya. Selain penyusunnya, hal-hal eksternal dapat juga mempengaruhi

    kekuatan komposit. Hal-hal tersebut diantaranya adalah : void (rongga udara),

    interfacial debonding, paparan sinar ultra violet dan orientasi penyusunan serat.

    Void atau rongga udara merupakan salah satu kecacatan komposit yang

    terbentuk oleh karena proses pembuatan yang kurang sempurna. Void ini dapat

    menggangu proses transfer tegangan. Tegangan yang diterima oleh komposit

    harusnya diterima terlebih dahulu oleh matriks lalu disalurkan pada material

    penguat. Namun oleh karena adanya void, tegangan itu tidak dapat disalurkan dan

    mengakibatkan kegagalan pada material komposit tersebut.

    Selain void, kekuatan material komposit dapat dipengaruhi oleh adanya

    interfacial debonding. Untuk mentransfer tegangan yang diterima matriks ke

    penguat diperlukan ikatan yang baik antar permukaan serat dengan matriks, hal ini

    disebut bonded. Sedangkan, debonding adalah keadaan saat ikatan tersebut tidak

    terjadi dengan baik. Faktor utama terjadinya debonding adalah sifat kimia serat,

    seperti lignin, fat maupun wax yang masih dimiliki serat hingga proses pencetakan

    dilakukan. Selain itu, penumpukkan serat juga dapat menjadi penyebab debonding.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Selain void dan debonding, orientasi penyusunan serat juga dapat menjadi

    faktor penentu kekuatan komposit. Namun, orientasi serat dapat diatur sesuai

    dengan kebutuhan dan fungsi benda yang dibuat. Oleh karena itu, faktor ini harus

    diperhitungkan sebelum dilakukan pencetakan.

    Sedikit berbeda dengan void dan debonding, paparan sinar ultraviolet pada

    komposit polimer mengakibatkan degradasi pada matriksnya (tidak pada penguat).

    Menurut Mahmood M (2007), paparan sinar ultraviolet (UV) pada polimer resin

    polyester mengakibatkan penurunan kekuatan tarik rata-rata hingga 30% dan

    menurunkan hingga 18% modulus elastisitas dalam waktu 100 jam. Akan tetapi,

    pengaruh sinar UV dapat diatasi dengan penggunaan pelapis berupa ultraviolet

    absorber (UVA).

    2.1.2 Serat Pinang

    Serat pinang merupakan salah satu bagian yang terdapat pada buah dari pohon

    pinang, dengan presentase 60-80% dari seluruh bagian buahnya. Pinang memiliki

    nama latin Areca Palm (Areca catechu L), dan masih termasuk dalam spesies palem

    (palm).

    Bentuk buah pinang cenderung oval dengan warna yang beragam sesuai dengan

    jenis dan tingkat kematangannya, namun secara umum warna dari buah pinang

    adalah hijau saat masih belum matang (mentah), kuning keemasan setelah matang

    dan akan menjadi kecoklatan setelah mulai memasuki proses pembusukan. Pada

    penelitian kali ini, serat yang digunakan sebagai penguat komposit diambil dari

    buah pinang yang masih berwarna hijau (mentah) dengan melalui berbagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    perlakuan agar serat pinang terhindar dari zat pengotor. Contoh bentuk buah pinang

    yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.9.

    Tahap-tahap perlakuan pada serat pinang hingga siap digunakan adalah sebagai

    berikut:

    1. Tahap pertama, pinang direndam pada air bersih selama 7 hari agar serat terlepas

    dari biji.

    2. Tahap kedua, pencucian dengan air bersih dan pengeringan selama kurang lebih

    14 hari.

    3. Tahap ketiga, perlakuan alkalisasi dan pengeringan selama kurang lebih 2 hari

    pada suhu ruang (± 27ºC).

    Serat pada buah pinang secara umum merupakan bagian terluar dari buah

    pinang akan tetapi secara khusus buah pinang dapat diklasfikasi menjadi tiga

    bagian. Bagian terluar adalah kutikula, lapisan kedua adalah serat, sedangkan

    bagian terdalam merupakan bagian biji. Struktur buah pinang tersaji pada Gambar

    2.10.

    Gambar 2.9 Buah Pinang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Biji buah pinang mengandung 8-12% lemak yang karakteristiknya mirip dengan

    minyak kelapa terhidrogenasi. Kandungan minyak ini dapat mempengaruhi

    komposisi kimia bagian buah pinang yang lain. Sehingga terdapat pula minyak

    yang sama pada bagian seratnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3. Namun

    selain lemak terdapat juga komposisi yang lainnya seperti a-cellulose,

    hemmicellulose, lignin, pectin, protopectin, ash serta material lainnya (Hassan et

    al., 2010 : 7). Kandungan-kandungan tersebut sangat berperan penting terhadap

    sifat fisik serta mekanik dari serat buah pinang itu sendiri.

    Salah satu sifat fisik dari serat buah pinang yaitu densitas atau massa jenis dapat

    dihitung dengan cara sederhana mengikuti rumus dari massa jenis yang adalah

    Gambar 2.10 Struktur Buah Pinang (L Yusriah et aI., 2012)

    Tabel 2.3 Komposisi Kimia Serat Pinang (Hassan et al., 2010)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    massa dibagi dengan volume. Serat buah pinang pada penelitian kali ini diperoleh

    nilai densitasnya adalah 0,373 g/cm3. Massa jenis dapat dipengaruhi oleh beragam

    factor salah satunya adalah kandungan air.

    Kandungan air serat dipengaruhi oleh kemampuan serat dalam menyerap air.

    Hal terebut dapat dihitung dengan rumus yang sama dengan perhitungan massa

    jenis namun dengan metode eksperimen yang sedikit berbeda. Kandungan air dan

    kemampuan serap air dari betel nut husk (BNH) dengan bentuk raw (mentah/hijau),

    ripe (matang/kuning), dried (kering) telah diteliti oleh Yusriah et al., (2012).

    Ditunjukkan pada Gambar 2.11 dan 2.12.

    Gambar 2.11 Grafik kadar air serat pinang dengan kondisi mentah (raw),

    matang (ripe) dan kering (dried) (L Yusriah et al., 2012)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    2.1.3 Perlakuan Alkalisasi (NaOH) Pada Serat

    Perlakuan alkalisasi (NaOH) merupakan salah satu cara yang dilakukan pada

    serat terlebih khusus serat alam sebelum digunakan sebagai penguat untuk material

    komposit dengan fungsi agar serat terhidar dari zat-zat pengotor yang tidak perlu.

    Fungsi alkalisasi pada serat adalah memutus ikatan kimia lignin dengan

    cellulose, lignin merupakan kandungan kimia yang menyerupai lilin dan dapat

    menggangu ikatan serat dengan matriks pada material komposit, oleh sebab itu

    digunakannya NaOH sebagai pemutus ikatan tersebut.

    Menurut Nirmal et al (2010) perlakuan alkali pada serat pinang mengakibatkan

    daya rekat permukaan atara serat dan matriks poliester menjadi lebih baik daripada

    serat yang tidak diberi perlakuan alkali. Perlakuan alkali yang tepat dapat mencegah

    terjadinya kerusakan fiber pull out pada komposit. Hasil dari perlakuan alkali dapat

    dilihat pada Gambar 2.13.

    Gambar 2.12 Grafik kemampuan serap air serat pinang dengan kondisi mentah

    (raw), matang (ripe), dan kering (dried) (L Yusriah et al., 2012)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Proses pengerjaan alkalisasi dilakukan dengan menggunakan air bersih sebagai

    media pelarut, lalu serat direndam dalam larutan terebut dalam waktu tertentu.

    Terlebih khusus pada penelitian kali ini, perlakuan alkalisasi serat pinang dilakukan

    dengan presentase sebesar 5% dalam waktu perendaman 2 jam dan proses

    pengeringan pada suhu kamar (± 27ºC) tanpa paparan sinar matahari langsung.

    2.1.4 Pengujian Tarik

    Pengujian tarik merupakan metode eksperimental dengan jenis destructive test

    (pengujian yang merusak) untuk mengetahui sifat mekanik suatu bahan material.

    Proses pengujian tarik dilakukan dengan memberi pembebanan tarik pada material

    secara bertahap terus menerus hingga titik maksimum yang menyebabkan

    (bertambah panjang) benda hingga putus atau rusak.

    Dalam proses pembebanan terus menerus yang diberikan pada spesimen uji,

    menghasilkan data pertambahan panjang benda uji dan pertambahan gaya

    Gambar 2.13 Permukaan serat pinang (a) sebelum perlakuan alkali

    (b) setelah perlakuan alkali (Nirmal et al., 2010)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    pembebanan. Dengan menggunakan data tersebut ditambah data-data teknis

    spesimen, maka dapat dianalisa tegangan dan regangan teknis serta kekuatan tarik

    dari spesimen uji tesebut.

    Untuk mendapatkan data uji tarik seperti tegangan, regangan dan kekuatan

    tarik, dibutuhkan spesimen uji yang dibentuk sesuai dengan standar yang ada.

    Bentuk spesmen uji berbeda sesuai dengan jenis material yang akan diuji. Standar

    yang digunakan dapat mengacu pada standar JIS, ASTM ataupun SNI. Walaupun

    standar-standar tersebut memiliki nama, ukuran dan bentuk yang beragam, namun

    standar-standar tesebut dapat diaplikasikan pada beragam jenis alat uji tarik.

    Jenis alat uji tarik memiliki banyak ragam bentuk dan ukuran, namun pada

    umumnya jenis yang digunakan adalah alat uji tarik satu arah (uniaxial). Secara

    umum, bagian-bagian utama alat uji tarik terbagi sesuai dengan fungsinya yaitu

    rangka, mekanisme pencengkram spesimen, sistem penarik dan sistem pengukur.

    Prosedur pengujian tarik pun secara umum sama, hanya saja pada cara

    pengoperasian alat uji tarik yang mungkin sedikit berbeda.

    Adapun prosedur pengambilan data pada pengujian tarik terbagi dalam berbagai

    tahap yaitu:

    1. Tahap yang pertama adalah pembuatan benda uji, khusus pada penelitian ini

    digunakan mesin milling untuk membentuk spesimen sesuai dengan standar uji

    tarik yang digunakan (ASTM D638-14 sebagai acuan).

    2. Tahap yang kedua adalah pengambilan data pada mesin uji tarik, dimulai dengan

    pengukuran panjang ukur (gage length) pada benda uji, pemasangan spesimen

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    pada mekanisme pencengkram, penentuan skala untuk diagram beban vs

    pertambahan panjang pada sistem pengukur, penentuan kecepatan penarik,

    selanjutnya pengambilan data siap dilakukan.

    3. Tahap terakhir adalah tahap pengolahan data menggunakan persamaan-

    persamaan matematika yang ada.

    2.1.5 Rumus-Rumus Yang Digunakan

    Dalam proses awal pembuatan komposit hingga pengujian tarik terdapat

    beragam rumus kajian matematik yang digunakan. Rumus atau persamaan-

    persamaan tersebut akan dijabarkan dibawah ini:

    1. Perhitungan Densitas Serat (𝜌)

    Perhitungan densitas merujuk pada persamaan (2.3). Persamaan tersebut

    menunjukkan pembagian massa terhadap volume. Volume serat didapat dengan

    mengisi serat kedalam wadah, lalu serat beserta wadah ditimbang menggunkan

    timbangan analitik.

    𝜌 (𝑔 𝑐𝑚3⁄ ) =𝑀1 − 𝑀0

    𝑉 (2.3)

    Dengan 𝑀0 adalah berat wadah, 𝑀1 adalah berat serat beserta wadah, 𝑉 adalah

    volume isi wadah.

    Jika tidak menggunakan wadah, persamaan dapat disederhanakan menjadi

    seperti persamaan (2.4).

    𝜌 (𝑔 𝑐𝑚3⁄ ) =𝑀

    𝑉 (2.4)

    Dengan 𝑀 adalah massa benda yang ditimbang tanpa wadah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    2. Perhitungan Tegangan Teknis

    Tegangan teknis merupakan nilai rata-rata tegangan yang diberikan pada benda

    uji selama proses pengujian Tarik berlangsung. Tegangan teknis diperoleh

    dengan membagi beban maksimum dengan luas penampang awal specimen uji.

    Persamaan tegangan teknis tersaji pada persamaan (2.5).

    𝜎 (𝑁 𝑚𝑚2⁄ ) =𝐹

    𝐴0 (2.5)

    Dengan 𝐹 adalah gaya yang diberikan pada benda uji, 𝐴0 adalah luas penampang

    awal benda uji.

    3. Perhitungan Regangan Teknis

    Regangan teknis merupakan nilai regangan linear rata-rata yang diterima oleh

    benda uji. Nilai tersebut diperoleh dari hasil pembagian antara perpanjangan

    benda uji dengan panjang awal dan sering dinyatakan dengan nilai persen.

    Perpanjangan benda uji (gage length) didapat dari pengurangan panjang akhir

    setelah putus dengan panjang awal sebelum dilakukan pengujian. Persamaan

    regangan teknis tersaji pada persamaan (2.6).

    𝜀 (𝑚𝑚) =∆𝐿

    𝐿0=

    𝐿 − 𝐿0𝐿0

    (100%) (2.6)

    Dengan ∆𝐿 adalah perpanjangan benda uji, 𝐿0 adalah panjang awal, 𝐿 adalah

    panjang akhir.

    4. Perhitungan modulus elastisitas

    Modulus elastisitas secara ekperimental dapat dihitung dengan membagi nilai

    tegangan dengan regangan. Persamaan modulus elastisitas tersaji pada

    persamaan (2.7).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝐸𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝜎

    𝜀 (2.7)

    5. Standar Deviasi

    Standar deviasi atau biasa disebut simpangan baku, dapat dijadikan sebagai

    ukuran keragaman suatu kelompok nilai. Terdapat 2 metode perhitungan standar

    deviasi, yang pertama adalah metode “n” dan yang kedua adalah “n-1”. Yang

    digunakan pada penelitian ini adalah metode “n”. Persamaan deviasi tersaji pada

    persamaan (2.8).

    𝑠 = √ Σ (𝑥−�̅�)2

    𝑛 (2.8)

    Dengan 𝑥 adalah nilai dari data pertama, �̅� nilai rata-rata data yang dihitung

    standar deviasinya dan 𝑛 adalah banyaknya data.

    2.2 Tinjauan Pustaka

    Yusriah Lazim et al., (2014) dalam jurnalnya “Effect of Alkali Treatment on the

    Physical, Mechanical, Morphological Properties of Waste Betel Nut (Areca

    catechu) Husk Fibre” meneliti efek NaOH pada serat pinang tanpa matriks dan

    memperoleh bahwa perlakuan NaOH atau alkalisasi sebanyak 5% dalam waktu 30

    menit menghasilkan penurunan kekuatan tarik dari 166,63±55,1 MPa sebelum

    perlakuan menjadi 44,73±9.5 MPa. Akan tetapi, gaya yang bisa diterima pada

    ikatan antara serat dengan matriks (debonding force) menjadi meningkat dari

    5,22±0,06 N sebelum perlakuan menjadi 14,16±0.39 N. Hal ini menjadi keuntungan

    bagi material komposit agar bisa menyalurkan tegangan dari matriks ke serat

    dengan baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Sementara itu, A Keerthi et al., (2015) pada jurnalnya “Processing and

    Characterization of Epoxy Composite with Arecanut and Casuarina Fibers”

    meneliti dua bentuk komposit, yang pertama dengan fraksi volume serat pinang

    10% dan yang kedua yaitu komposit yang diperkuat fraksi volume serat pinang 5%

    ditambah 5% serat casuarina. Kedua serat terlebih dahulu diberlakukan alkalisasi

    dengan kadar NaOH 15% serta menggunakan resin epoxy sebagai matriksnya,

    penelitian tersebut memperoleh hasil sebagai berikut :

    Spesimen epoxy memiliki kekuatan tarik sebesar 11,99348 MPa dengan

    pertambahan panjang (∆L) 1,02397 mm dan densitas 1,22 g/cm³. Spesimen

    komposit (serat pinang + epoxy) memiliki kekuatan tarik sebesar 17,57645 MPa

    dengan ∆L sebesar 1,3167 mm dan densitas 1,092 g/cm³. Sedangkan, kekuatan

    tarik komposit (serat pinang + serat casuarina + epoxy) sebesar 18,65802 MPa

    dengan ∆L sebesar 1,22377 mm dan densitas 1,196 g/cm³. Penambahan serat pinang

    menyebabkan penambahan kekuatan tarik sebesar 46% sedangkan penambahan

    serat pinang dan casuarina menyebabkan penambahan kekuatan tarik sebesar 56%.

    Pengujian tarik dilakukan berdasar pada standar ASTM D3039 untuk uji tarik dan

    ASTM D792 untuk uji densitas.

    Penelitian terbaru dilakukan oleh Mastur dan Azizul (2016) dengan judul jurnal

    “Pengaruh Fraksi Volume Serat Buah Pinang pada Komposit Terhadap Kekuatan

    Mekanik”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan komposit serat

    pinang dengan variasi fraksi volume 40%, 50% dan 60%. Hasil yang didapat

    menunjukkan kekuatan tarik sebesar 7,09 - 9,78 MPa dengan regangan tarik sebesar

    2,0 – 4,0%. Sedangkan, kekuatan tarik terbesar terjadi pada variasi volume serat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    60% yaitu 9,78 MPa. Namun, pada penelitian ini tidak disebutkan tentang

    perlakuan alkalisasi ataupun perlakuan yang lainnya. Pengujian tarik dilakukan

    berdasar pada standar JIS K 7113:1995.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Skema Penelitian

    Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    3.2 Persiapan Penelitian

    Tahap awal dalam memulai penelitian adalah persiapan alat dan bahan. Proses

    persiapan meliputi pembelian dan/atau pembuatan alat perkakas penunjang seperti

    media cetak komposit, spatula, sarung tangan karet sebagai pelindung, gelas ukur

    dan lain sebagainya.

    Setelah alat dan bahan telah siap, selanjutnya adalah pemrosesan buah pinang

    hingga diperoleh serat yang siap digunakan. Pemrosesan dimulai dengan

    perendaman buah pinang kedalam air bersih selama ±4 minggu, dengan tujuan agar

    terlepasnya serat dari lapisan keras pada bagian inti buah, selanjutnya pinang

    dibelah, dicuci dan dikeringkan dengan estimasi waktu ±1 minggu, setelah pinang

    telah benar-benar kering maka selanjutnya dapat dilakukan alkalisasi.

    Proses alkalisai dilakukan dengan konsentrasi NaOH sebanayak 5% dari

    volume air mineral. Setelah proses alkalisasi maka serat pinang dikeringkan pada

    ruangan tanpa terpapar sinar matahari langsung, proses pengeringan berlangsung

    ±3 hari.

    3.3 Alat-Alat Yang Digunakan

    Alat yang digunakan dalam penelitian kali ini meliputi cetakan yang terbuat dari

    kaca dengan ukuran area cetak adalah 15 cm x 20 cm dengan tebal 0,5 cm. Alat

    ukur berupa timbangan, penggaris, jangka sorong dan gelas ukur. Alat untuk

    membentuk spesimen uji berupa mesin milling serta alat uji tarik menggunakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Universal Tensile Testing Machine . Serta alat-alat penunjang lain seperti suntikan

    dan spatula.

    Alat-alat yang disebutkan diatas terlampir pada gambar 3.2 a-h dibawah ini :

    d. Timbangan Analitik c. Sarung Tangan Karet

    a. Cetakan Kaca b. Spatula

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Gambar 3.2 a-j Alat-alat yang digunkan

    h. Suntikan 50cc g. Vernier Caliper

    i. Mesin Milling j. Mesin Uji Tarik

    e. Gelas Ukur f. Penggaris

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    3.4 Bahan-Bahan Yang Digunakan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat buah pinang,

    bahan polimer epoxy resin dan epoxy hardener, dan menggunakan molding release

    khusus yaitu miror glaze. Molding release ini berfungsi untuk mencegah terjadinya

    perekatan antara bahan komposit yang telah jadi dengan cetakan kaca.

    Bahan-bahan yang disebutkan diatas terlampir dalam Gambar 3.3 – 3.6:

    1. Serat Pinang

    2. Epoxy resin + epoxy hardener

    Gambar 3.3 Serat Pinang

    Gambar 3.4 Epoxy Hardener (Kiri) dan Epoxy Resin (Kanan)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    3. Molding release (miror glaze)

    4. NaOH

    3.5 Perhitungan Densitas Serat Pinang

    Salah satu faktor penting dalam pembuatan komposit adalah serat. Serat yang

    digunakan harus memiliki sifat fisik, sifat kimia maupun sifat mekanik yang baik.

    Pada penelitian tentang sifat komposit ini, tidak luput juga penulis melakukan

    perhitungan terhadap densitas serat pinang yang digunakan. Proses perhitungan

    Gambar 3.6 NaOH Kristal

    Gambar 3.5 Molding release (mirror glaze)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    densitas berdasar pada persamaan (2.3). Perhitungan densitas serat pinang

    dilakukan menurut tahap-tahap berikut.

    1. Serat yang digunakan terlebih dahulu telah melalui proses alkalisasi.

    2. Dilakukan penimbangan wadah yang digunakan untuk menghitung volume

    serat. Wadah yang digunakan adalah suntikan 50cc.

    3. Setelah massa suntikan didapatkan, selanjutnya serat dimasukkan ke dalam

    suntikan dengan keadaan yang padat hingga volume tertentu, khusus pada

    penelitian ini digunakan volume 20 mL. Foto terlampir pada Gambar 3.7.

    4. Setelah massa serat beserta wadah telah didapat, selanjutnya dilakukan

    perhitungan dengan mangacu pada persamaan (3.2). Foto terlampir pada

    Gambar 3.8.

    Gambar 3.7 Proses penimbangan serat beserta wadah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    3.6 Perhitungan Fraksi Komposit

    Fraksi dari komposit dibuat dengan menggunakan nilai berat serat sebagai

    variasinya yaitu 3%, 5%, 7% dan 9% sedangkan nilai berat resin mengikuti volume

    cetakan yang digunakan dengan ketetapan campuran antara epoxy resin dan epoxy

    hardener sebesar 2:1. Dibawah ini adalah tahap-tahap perhitungan yang dilakukan:

    a. Menghitung volume cetakan.

    b. Menghitung massa resin (epoxy resin + epoxy hardener) berdasarkan volume

    cetakan (150 cm3).

    c. Menghitung massa serat (tiap variasi : 3%, 5%, 7% dan 9%) berdasarkan massa

    resin untuk satu cetakan (epoxy resin + epoxy hardener).

    Fraksi berat yang digunakan yaitu 3%, 5%, 7% dan 9% adalah setara berturut-

    turut dengan 9,06%, 15,10%, 21,15% dan 32,49% faraksi volume.

    Gambar 3.8 Proses perhitungan densitas serat pinang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    3.7 Proses Pembuatan Komposit

    Proses awal pembuatan komposit ini adalah persiapan cetakan serta pemrosesan

    serat hingga perlakuaan NaOH. Setelah proses persiapan tersebut telah terlaksana

    maka dapat dilanjutkan pada proses pencetakan material komposit.

    Pencetakan dilakukan dengan menggunakan metode hand laminating (hand

    lay-up). Setelah komposit jadi maka siap untuk diuji kekuatan mekaniknya.

    Pengujian dilakukan dengan mesin uji tarik universal dengan mengacu pada standar

    ASTM D638-14. Lokasi pengujian dilakukan pada Laboratorium Logam Teknik

    Mesin Universitas Sanata Dharma. Untuk lebih jelas proses pembuatan komposit

    ini, berikut djabarkan langkah-langkah yang dilakukan:

    1. Dilakukan percobaan untuk menentukan massa resin yang akan digunakan

    sebagai acuan perhitungan 100%. Dihitung massa resin (epoxy resin + epoxy

    hardener) dengan volume sesuai cetakan (15 x 20 x 0,5 cm = 150 cm3 ). Hasil

    perhitungan diperoleh massa resin 169 gr.

    2. Dengan berdasar acuan massa 100% = 169 gr maka dilakukan perhitungan

    massa serat yang akan digunakan (3%, 5%, 7% dan 9%).

    3. Serat yang sudah diproses dan telah siap digunakan lalu disusun berukuran 15

    cm x 20 cm dengan berat sesuai variasi yang ditetapkan (3%, 5%, 7% dan 9%).

    Terlampir dalam Gambar 3.9.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    4. Cetakan dibersihkan, lalu dilapisi mirror glaze sebagai molding release agar

    hasil benda uji tidak melekat pada cetakan. Proses ini terlampir dalam Gambar

    3.10.

    5. Diambil campuran 2:1 epoxy resin dan epoxy hardener dengan berdasar massa

    total 169 gr. Pencapuran dilakukan dengan mengaduk campuran epoxy dengan

    perlahan lahan. Proses ini terlampir dalam Gambar 3.11 dan 3.12.

    Gambar 3.9 Proses penataan serat dengan menggunakan bantuan

    cetakan cebagai penentu ukuran

    Gambar 3.10 Proses pelapisan mirror glaze pada cetakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    6. Campuran epoxy resin dan epoxy hardener dituang ke dalam cetakan.

    Penuangan dibagi menjadi dua bagian. Penuangan pertama dilakuakn sebelum

    meletakan serat dan yang kedua setelah diletakan serat. Proses ini terlampir

    dalam Gambar 3.13.

    Gambar 3.13 Proses penuangan pertama campuran epoxy

    pada cetakan

    Gambar 3.11 Proses penimbangan epoxy resin dan epoxy hardener

    dengan perbandingan 2:1

    Gambar 3.12 Proses pencampuran dengan cara mengaduk secara perlahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    7. Setelah lapisan pertama resin dituang kedalam cetakan, selanjutnya lapisan

    serat diletakkan dan ditekan-tekan menggunakan spatula agar campuran resin

    dapat memenuhi seluruh bagian celah serat. Proses peletakan serat dan

    penuangan dapat dilihat masing-masing dalam Gambar 3.14 dan 3.16.

    8. Kemudian, sisa campuran epoxy dapat dituang kedalam cetakan. Proses ini

    terlampir dalam Gambar 3.15.

    9. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan penataan serat menggunakan spatula

    agar void yang masih terperangkap dapat terlepas dari celah-celah serat dan

    epoxy. Proses ini dapat dilihat dalam Gambar 3.16.

    Gambar 3.14 Proses peletakan serat keatas campuran epoxy pertama

    Gambar 3.15 Proses penuangan campuran epoxy kedua

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    10. Dilakukan penutuppan dan penekanan pada permukaan komposit dengan

    menggunakan kaca agar diperoleh hasil akhir permukaan yang rata. Kaca yang

    digunakan berukuran 4 cm x 20 cm. Foto pengerjaan dapat dilihat pada Gambar

    3.17.

    11. Komposit dibiarkan mengalami proses curing hingga benar-benar kering.

    Estimasi waktu curing komposit ± 24 jam.

    12. Setelah komposit kering dan berubah menjadi padat, lalu komposit dilepas dari

    cetakan. Foto komposit setelah kering dapat dilihat pada Gambar 3.18

    Gambar 3.16 Proses menghilangkan void dan penekanan serat

    Gambar 3.17 Proses penutupan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    13. Setelah komposit telah selesai dicetak menurut varasi yang telah ditentukan,

    lalu komposit siap diukur, dipotong, dan dibentuk menjadi spesimen uji tarik

    dengan menggunakan mesin milling. Proses ini terlampir dalam Gambar 3.19.

    14. Setelah semua spesimen telah terbentuk dengan sempurna, lalu komposit diuji

    tarik. Pengujian dilakukan menggunakan mesin uji tarik universal di

    Laboratorium Logam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses ini

    terlampir dalam Gambar 3.20.

    Gambar 3.18 Bentuk komposit saat kering

    Gambar 3.19 Proses pembentukan benda uji sesuai standar

    yang telah ditentukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    3.8 Proses Perhitungan Densitas Komposit

    Tujuan penelitian tentang komposit ini adalah untuk mendapatkan sifat

    komposit yang dibuat. Sifat komposit yang menjadi fokus penelitian ini adalah sifat

    mekanik dan sifat fisik. Untuk mengetahui sifat mekanik, penulis memberlakukan

    pengujian tarik pada komposit yang dibuat dengan hasil akhir merupakan data

    kekuatan tarik dan regangan. Sedangkan untuk sifat fisik penulis hanya melakukan

    perhitungan densitas dengan metode eksperimen sederhana.

    Perhitungan densitas dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata spesimen.

    Banyak data yang digunakan adalah 6 spesimen tiap variasi. Perhitungan densitas

    dilakuakan dengan membagi nilai massa komposit dengan nilai volume komposit.

    Perhitungan ini berdasar pada persamaan (2.3).

    Dibawah ini akan dijelaskan secara singkat proses perhitungan nilai densitas

    komposit serat pinang yang dilakukan.

    1. Dilakukan proses pemotongan benda uji densitas dengan bentuk persegi panjang

    namun dengan ukuran yang beragam. Proses pengerjaan dilakukan dengan

    Gambar 3.20 Proses pengujian tarik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    menggunakan gerinda serta mesin milling. Foto pengerjaan terlampir pada

    Gambar 3.21.

    2. Proses kedua, dilakukan perhitngan volume dengan menggunakan nilai dimensi

    panjang, lebar serta tebal. Nilai dimensi yang didapat lalu diolah menjadi nilai

    volme dengan persamaan matematika sederhana (volume bangun ruang persegi

    panjang). Volume void tidak diperhitungkan dalam perhitungan ini. Foto

    pengerjaan terlampir pada Gambar 3.22.

    Gambar 3.21 Proses pembentukan spesimen uji densitas komposit

    Gambar 3.22 Proses pengukuran dimensi spesimen uji densitas

    komposit

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    3. Proses selanjutnya dilakukan penimbangan spesimen uji untuk mengetahui nilai

    massa komposit. Foto pengerjaan terlampir pada Gambar 3.23.

    4. Setelah diperoleh nilai volume serta massa dari komposit yang diteliti maka

    dilakukan perhitungan nilai densitas menggunakan persaman densitas.

    Persamaan densitas terlampir pada persamaan (2.3).

    3.9 Standar Uji Dan Ukuran Benda Uji

    Dibawah ini dilampirkan sketsa beserta dimensi spesimen uji tarik

    berdarkan standar ASTM D638-14. Sket dapat dilihat pada Gambar 3.24 dan 3.25.

    Gambar 3.23 Proses pengukuran massa spesimen uji densitas

    komposit

    Gambar 3.24 Standar ASTM D638-14

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    3.10 Proses Pengujian Tarik

    Dalam pengujian kali ini penulis menggunakan metode uji tarik untuk

    mengetahui sifat mekanik dari komposit yang dibuat.

    Berikut langkah-langkah kerja pengujian tarik yang dilakukan:

    1. Benda uji dipersiapkan, dan diberi tanda pada daerah perhitungan pertambahan

    panjang.

    2. Dilakukan perhitungann dimensi benda uji yang meliputi tebal, lebar dan

    panjang awal. Semua perhitungan dilakukan pada daerah perhitungan

    pertambahan panjang.

    3. Kertas millimeter blok diletakkan pada printer yang terdapat pada mesin uji

    tarik.

    4. Mesin kemudian dinyalakan, lalu benda uji dipasang pada penahan (grip).

    5. Penahan dikencangkan, namun kekencangan penahanan diatur dengan kekuatan

    yang secukupnya agar tidak merusak benda uji.

    6. Extensiometer dipasang pada benda uji lalu nilai pertambahan panjang dan nilai

    beban diatur ulang menjadi nol.

    Gambar 3.25 Standar spesimen uji tarik komposit yang digunakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    7. Kecepatan uji diatur menjadi 10 mm/menit dan tombol “area start” ditekan

    sebanyak dua kali kemudian tombol “down” ditekan untuk memulai proses uji.

    8. Setelah data dari pengujian tarik didapatkan, proses pengujian tarik diulang

    untuk benda uji komposit selanjutnya sampai selesai.

    3.11 Proses Pengujian Tarik Serat Pinang

    Serat yang digunakan untuk diuji tarik adalah yang sudah diberlakukan

    alkalisasi. Akan tetapi, pada pengujian tarik ini hanya diperoleh data kekuatan

    tariknya saja tanpa nilai regangan.

    Berikut langkah-langkah kerja pengujian tarik serat pinang yang dilakukan:

    1. Serat dipilih dan diambil satu helai

    2. Serat diukur diameternya menggunakan mikroskop.

    3. Pada kedua ujung serat diberi resin pengikat (hanya pada bagian ujungnya saja).

    4. Pada ujung serat yang sudah diberi pengikat, dipasang pada grip mesin uji tarik.

    5. Kecepatan penujian diatur menjadi 10 mm/menit.

    6. Data beban maksimal pada mesin uji tarik dicatat setelah serat putus.

    7. Proses pengambilan data kekuatan tarik serat dilakukan sebanyak enam kali.

    Foto skema serta serat pinang yang digunakan pada pengujian tarik ini

    terlampor pada Gambar 3.26 dan 3.27.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    Gambar 3.26 Skema bentuk spesimen uji tarik serat pinang

    Serat

    Karton

    Resin

    Gambar 3.27 Serat pinang yang digunakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 54

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Setelah semua tahap pembuatan hingga pengujian telah dilakukan, selanjutnya

    adalah tahap akhir yaitu publikasi hasil serta pembahasan. Data pengujian yang

    didapat meliputi data uji tarik dan data pengujian densitas komposit. Hasil data uji

    tarik terbagi menjadi tegangan dan regangan sedangkan pengujian densitas

    komposit hanya diperoleh data akhir densitas atau kerapatan komposit. Semua data

    yang diperoleh merupakan data untuk tiap-tiap spesimen dan telah melalui proses

    perhitungan matematika yang berlaku.

    4.1 Hasil Pengujian Tarik

    Proses pengujian tarik dilakukan pada semua variasi spesimen yaitu 0%, 3%,

    7%, 5%, 9% dan juga pada serat pinang yang telah melalui proses alkalisasi. Dari

    pengujian tarik diperoleh data beban maksimum, pertambahan panjang maksimum,

    serta print out diagram hubungan antara beban dan pertambahan panjang. Dari

    semua data tersebut, dapat kita olah menjadi nilai Kekuatan Tarik dan regangan

    teknis. Pengolahan data menggunakan persamaan matematika yang berlaku.

    Adapun langkah-langkah perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Sebelum pengujian tarik dilakukan, terlebih dahulu dihitung dimensi benda uji.

    Dimensinya meliputi tebal, panjang awal, dan lebar. Semuanya dihitung pada

    area uji dan dilakukan beberapa kali pada posisi yang berbeda-beda hingga

    diproleh ukuran dimensi terkecil.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 55

    2. Setelah dimensi telah diperoleh, selanjutnya nilai dimensi diolah menjadi nilai

    luas. Contoh perhitungan luas spesimen uji tarik adalah sebagai berikut :

    𝐴 = Panjang x Lebar

    = 14,3 x 4,12

    = 58,92 mm2

    𝐴 adalah luas penampang komposit yang diukur pada area uji spesimen. Contoh

    diatas merupakan perhitungan luas spesimen uji tarik matriks atau variasi 0%.

    3. Nilai luas penampang dan beban yang telah diperoleh selanjutnya digunakan

    untuk memperoleh nilai Kekuatan Tarik dari komposit yang diuji tarik. Contoh

    perhitungan adalah sebagai berikut :

    𝜎 = Beban x Percepatan Grafitasi

    𝐴

    = 341,0 x 9,81

    58,92

    = 56,779 kgf mm2⁄

    = 56,779 N mm2⁄

    = 56,779 MPa

    𝜎 adalah nilai Kekuatan Tarik, yang juga merupakan nilai kekuatan tarik

    spesimen. Contoh diatas merupakan perhitungan Kekuatan Tarik spesimen uji

    tarik variasi 0%.

    4. Sama halnya dengan Kekuatan Tarik, nilai regangan teknis dapat dihitung

    dengan bantuan data dari dimensi spesimen dan hasil uji tarik. Salah satu contoh

    perhitungan regangan teknis yang diambil dari data variasi 0% adalah sebagai

    berikut :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 56

    ε = pertambahan panjang

    panjang awal

    = 3,10

    90 x 100%

    = 3,444 %

    5. Untuk mengetahui besar area elastis yang dapat terjadi pada suatu material, dapat

    menggunakan perbandingan antara tegangan dan regangan. Nilai perbandingan

    itu disebut dengan modulus elastisitas (E). Dibawah ini dipaparkan contoh

    perhitungan yang diambil dari data hasil spesimen 0%.

    E = 𝜎

    𝜀

    = 56,779

    3,444

    = 16,006 MPa

    Seluruh data hasil pengujian mulai dari spesimen uji tarik matriks atau variasi

    0%, serat tanpa matrik, hingga komposit dengan variasi 3%, 5%, 7% dan 9% tersaji

    berturut-turut pada subbab 4.1.1 – 4.1.3.

    4.1.1 Hasil Pengujian Tarik Penguat Atau 0% Berat Serat

    Berikut disajikan data dimensi, Kekuatan Tarik serta regangan teknis dari

    spesimen uji tarik dengan fraksi serat 0%. Data tersaji berturut-turut pada Tabel 4.1

    - 4.3.

    Tabel 4.1 Dimensi spesimen uji tarik dengan 0% serat

    Kode Spesimen Lebar (mm) Tebal (mm) L0 (mm)

    0I 12 5,3 90

    0II 12,5 5,4 90

    0III 14,3 4,12 90

    DIMENSI

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 57

    Pada pengujian tarik spesimen dengan presentase berat serat 0% menunjukkan

    Kekuatan Tarik rata-rata sebesar 57,740 MPa serta regangan teknis sebesar 3,611%.

    Jika dilihat pada Tabel 4.2 dan 4.3, Kekuatan Tarik yang dapat diterima oleh

    matriks berbanding lurus dengan regangan yang terjadi. Akan tetapi hasil regangan

    yang tidak besar dan bentuk patahan yang cenderung tegak lurus dengan arah

    pembebanan serta tidak ada pengecilan penampang pada bekas patahan maka

    matriks ini adalah matrik yang bersifat cukup kaku.

    Tabel 4.2 Kekuatan Tarik spesimen uji tarik dengan 0% serat

    Kode Spesimen Luas Penampang (mm2) Beban Max (kg) Kekuatan Tarik (N/mm2) = (MPa)

    0I 63,60 381,6 58,860

    0II 67,50 396,4 57,610

    0III 58,92 341,0 56,779

    57,750

    KEKUATAN TARIK

    Rata-rata

    Tabel 4.3 Regangan teknis spesimen uji tarik dengan 0% serat

    Kode Spesimen ΔL (mm) L0 (mm) Regangan (%)

    0I 3,40 90 3,778

    0II 3,25 90 3,611

    0III 3,10 90 3,444

    3,611

    REGANGAN

    Rata-rata

    Tabel 4.4 Modulus elastisitas spesimen uji tarik dengan 0% serat

    Kode Spesimen Modulus Elastisitas (MPa)

    0I 15,581

    0II 15,954

    0III 16,484

    Rata-rata 16,006

    PLAGIAT MERUPAKAN