sifat koligatif larutan
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
PERCOBAAN III
KESETIMBANGAN HASIL KALI KELARUTAN
NAMA : SITI ROHANI
NIM : J1D110026
KELOMPOK : 3
ASISTEN : RANDY SAPUTRA
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2010
PERCOBAAN III
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Melalui percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami pengaruh
keberadaan suatu zat terlarut dalam sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan
titik didih suatu larutan untuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kata koligatif berasal dari bahasa latin (colligare) yang berarti berkumpul
bersama. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan hanya oleh kebersamaan
(jumlah partikel) - 7,6.10-5 dan bukan oleh ukurannya. Zat terlarut mempengaruhi
sifat larutan, dan besarnya pengaruh itu bergantung pada jumlah partikel tersebut
(Syukri,1999).
Pada penurunan titik beku, air murni membeku pada temperatur 0 oC air
belum membeku. Pada temperatur itu tekanan uap jenuh larutan lebih dari 1 atm.
Agar larutan membeku temperatur larutan harus diturunkan sampai tekanan uap jenuh
larutan menjadi 1 atm. dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Syukri.
1999).
Selisih antara titik beku dengan titik beku larutan disebut penurunan titik
beku.
.........(1)
Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat
pelarut murni berubah dengan adanya zat terlarut. Sufat-sifat fisika seperti titik didih,
titik beku, tekanan uap berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan ini
tergantung pada jumlah partikel-partikel pelarut yang terdapat di dalam larutan.
Makin berat larutan, makin rendah titik beku, makin tinggi titik didih. Perubahan
ΔTf = titik beku pelarut - titik beku larutan
hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi. Karena fraksi molar zat pelarut x
merupakan fungsi linier fraksi zat terlarut X1 maka X + X1 = 1, sehingga ΔTf dapat
dinyatakan sebagai fungsi X1, yaitu :
………(2)
dimana : ΔTf = panas pencairan pelarut (Brady. 1999)
Apabila melarutkan 1 mol zat terlarut ke dalam 1000 gr air, titik beku turun
sebesar 1,86 oC. Apabila 2 mol zat terlarut di dalam 100 gram air. Titik beku air
turun 2 x 1,86 oC. penurunan titik ini tidak bergantung pada jumlah partikel zat
terlarut di dalam larutan. Tiap pelarut mempunyai tetapan penurunan titik beku molal
(Kf) yang tertentu :
……………….(3)Untuk m mol zat terlarut ditambhakan ke dalam 1000 gram zat terlarut, maka
larutan mempunyai fraksi molar zat terlarut sebsar :
…………….(4)
dimana
M = BM Zat terlarut
Untuk larutan yang sangat encer m ≈ 0, maka :
…………..(5)
R (To)2 . X1
RTf =ΔTf
Mo R To2
Kf =1000 ΔTf
mX1 =
1000/(M + m)
Mm X1 =
1000
Sehingga penurunan titik beku larutan
…..……(6)
Apabila didistribusikan nilai :
…………(7)
Ke dalam persamaan di atas maka didapatkan :
… …………(8)
……………(9)
……………(10)
…………..(11)
dimana : W1 = berat zat terlarut
M1 = BM zat terlarut
W2 = berat pelarut
M2 = MB Pelarut
Untuk larutan encer, maka W1/M1 <<< W/M dapat dijabarkan terhadap
W/M, sehingga :
R (To)2 MmΔTf =
ΔHf 1000
Mo R To
Kf = 1000 ΔHf
ΔTf = Kf . m
MmX1 =
1000
1000 X1
m = M
W1 / M1
X1 =W1 / M1+ W/m
……………(12)
…………..(13)
………….(14)
(Brady. 1999)
Tabel tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9
(Oxtoby. 2001)
Penurunan titik beku, ΔTf . bila kebanyakan larutan encer didinginkan,
pelarut murni terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang
mengkristalisasi suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan
larutan disebut titik bekularutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari
titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (atau molnya) di
dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik beku ΔTf = (titik beku pelarut –
W1 . MX1 =
W . M1
1000 . Kf . W1
ΔTf =M1 W
1000 Kf x W1
M1 = ΔTf W
titik beku larutan) = Kf . m dimana m ialah molaritas larutan. Jika persamaan ini
berlaku sampai konsentrasi 1 molal, penurunan titik beku larutan 1 molal setiap non
elektrolit yang tersebut di dalam pelarut itu ialah Kf yang karena itu dinamakan
tetapan titik beku molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu. Nilai numerik Kf
adalah khas pelarut itu masing-masing (Petrucci 1987).
III.ALAT DAN BAHAN
A. Alat-alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi : tabung reaksi besar ; gelas
beker besar ( 500 atau 1000 ml) ; pengaduk gelas ; gelas ukur ; neraca analitik ;
termometer.
B. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi : sikloheksana,
larutan contoh ; es batu.
IV. PROSEDUR KERJA
Dalam percobaaan ini larutan contoh menggunakan sikloheksana sebagai
pelarutnya. Untuk itu pertama-tama ditetapkan titik beku dari sikloheksana sebagai
zat pelarut, kemudian dilakukan pengukuran titik beku larutan contoh.
I. Penentuan Titik Beku Pelarut
a. Keringkan semua peralatan gelas yang akan digunakan menggunakan kain
atau kertas tisu.
b. Timbang dan catat berat tabung reaksi dalam keadaan kosong dengan
menggunakan neraca analitik.
c. Isi tabung reaksi dengan 20 ml sikloheksana. Timbang kembali berat
tabung reaksi yang telah berisi sikloheksana. Tutup tabung reaksi dengan
mengunakan sumbat.
d. Isi gelas beker besar dengan es batu, hingga ketinggian es abut kira-kira
lebih tinggi dibandingkan tinggi larutan dalam tabung reaksi.
e. Masukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam tabung reaksi berisi
sikloheksana. Jika memungkinkan, tutup tabung reaksi dengan sumbat
yang memiliki lubang.
f. Masukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. Catat suhu awal larutan
sebelum tabung reaksi dimasukkan.
g. Aduk perlahan sikloheksana dalam tabung dengan mengunakan pengaduk
gelas.
h. Amati perubahan suhu yang terjadi dan catat suhu setiap 10 detik.
i. Lakukan pengamatan selama 8 menit.
II. Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
a. Keringkan semua peralatan gelas yang akan digunakan menggunakan
kain atau kertas tisu.
b. Timbang dan catat berat tabung reaksi dalam keadaan kosong dengan
menggunakan neraca analitik.
c. Isi tabung reaksi dengan 20 ml larutan contoh. Timbang kembali berat
tabung reaksi yang telah berisi larutan contoh. Tutup tabung reaksi
dengan mengunakan sumbat.
d. Isi gelas beker besar dengan es batu, hingga ketinggian es abut kira-
kira lebih tinggi dibandingkan tinggi larutan dalam tabung reaksi.
e. Masukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam tabung reaksi
berisi larutan contoh. Jika memungkinkan, tutup tabung reaksi dengan
sumbat yang memiliki lubang.
f. Masukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. Catat suhu awal larutan
sebelum tabung reaksi dimasukkan.
g. Aduk perlahan larutan contoh dalam tabung dengan mengunakan
pengaduk gelas.
h. Amati perubahan suhu yang terjadi dan catat suhu setiap 10 detik.
i. Lakukan pengamatan selama 8 menit.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
I. Penentuan Titik Beku Pelarut
Massa tabung reaksi kosong : 55,34 gram
Volume pelarut murni : 10 ml
Massa tabung reksi + larutan : 62,87 gram
Massa pelarut murni : 7,53 gram
t (de-tik) T(º C)
t (de-tik) T(º C)
t (de-tik) T(º C)
t (de-tik) T(º C)
0 30 130 5 250 4,8 370 3,910 11 140 5 260 4,8 380 3,920 9 150 5 270 4,8 390 3,930 8 160 5 280 4,7 400 3,940 7 170 5 290 4,7 410 3,850 6 180 5 300 4,6 420 3,860 6 190 4,9 310 4,5 430 3,570 6 200 4,9 320 4,4 440 380 5,9 210 4,9 330 4,2 450 390 5,5 220 4,9 340 4,2 460 2,8100 5,3 230 4,9 350 4 470 2,5120 5 240 4,8 360 4 480 2,5
II. Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
Massa tabung reaksi kosong : 55,34 gram
Volume pelarut murni : 10 ml
Massa tabung reksi + larutan : 63,03 gram
Massa pelarut murni : 7,69 gram
t (de-tik) T(º C)
t (de-tik) T(º C)
t (de-tik) T(º C)
t (de-tik) T(º C)
0 27 130 3 250 0,5 370 010 26 140 2,5 260 0 380 020 23 150 2 270 0 390 030 19 160 2 280 0 400 040 16 170 1,5 290 0 410 050 13 180 1 300 0 420 060 11 190 1 310 0 430 070 9 200 1 320 0 440 -180 7 210 1 330 0 450 -190 6 220 1 340 0 460 -1100 5 230 0,5 350 0 470 -1120 3,9 240 0,5 360 0 480 -1
2. Perhitungan
Berdasarkan grafik
Sikloheksana
y1 = -0,037x + 11,29
y2 = -0,009x + 7,495 -
0 = -0,028x + 3,795
0,028x = 3,795
x = 135,535
y = 6,275 tf1
larutan contoh :
y3 = -0,101x + 19,87
y4 = -0,004x + 1,502 -
0 = -0,097x + 18,368
0,097x = 18,368
x = 189,361
y= 0,745 tf2
Jadi, ∆tf = tf1-tf2=6,275-0,745=5,53 0C
Penentuan massa molekul relatif (Mr)
Dik: Massa larutan sikloheksana = (g tabung reaksi + sikloheksana) –
(g tabung reaksi kosong)
= 62,87 – 55,34
= 7,53
Massa Larutan contoh = (g tabung reaksi + larutan contoh) –
(g tabung reaksi kosong)
= 63,03 – 55,34 g
=7,69 g
Kf sikloheksana = 20,0 0C/molal
Tf sikloheksana = 6,2750C
Tf larutan contoh = 0,7450C
Δ Tf = 5,53 0C
g solute = g larutan contoh - g sikloheksana
= 7,69 g – 7,53 g
= 0,16 g
Ditanya : Mr zat terlarut dalam larutan contoh?
Jawab :
∆Tf =
5,53 =
5,53x7,53=
Mrsolute = 3200/41,64 = 76,84 gram/mol
B. PEMBAHASAN
Penurunan titik beku diukur berdasarkan selisih dari titik beku pelarut dengan
titik beku larutan. Untuk menentukan titik beku pelarut dalam percobaan ini, pertama-
tama menimbang tabung reaksi kosong selanjutnya menimbang tabung reaksi yang
telah dimasukkan 10 ml pelarut. Pelarut yang digunakan pada percobaan ini adalah
sikloheksana. Setelah itu pelarut dimasukkan ke dalam gelas beker yang telah diisi
dengan es batu. Sambil mengaduk perlahan-lahan mencatat perubahan suhu setiap 10
detik selama 8 menit dari pelarut. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan,
terdapat 23 perubahan suhu selama 8 menit. Perubahan suhu tersebut digunakan
sebagai data untuk membuat kurva antara waktu dan suhu.
Untuk menentukan bobot molekul senyawa pada percobaan ini penurunan titik
beku larutan diperlukan dalam perhitungan. Penurunan titik beku larutan diperoleh
dari perbedaan titik beku pelarut dan titik beku larutannya. Penurunan titik beku dari
suatu larutan (∆Tf) berbanding lurus dengan konsentrasi molal dari larutan (m), hal
ini berarti ∆Tf berbanding terbalik dengan BM. Semakin besar nilai dari ∆Tf maka
semakin kecil nilai BM. Penurunan titik beku analog dengan peningkatan tiitik didih.
Pelarut dalam larutan berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut akan
turun dan titik beku juga akan turun.Penurunan titik beku berbanding lurus dengan
perubahan tekanan uap. Untuk konsentrasi zat terlarut yang cukup rendah, penurunan
titik beku berkaitan dengan molalitas. Pengukurannya dapat digunakan untuk
menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Besarnya massa molekul yamg didapatkan dari hasil percobaan berbeda dengan
massa molekul relatif larutan contoh berdasarkan dari buku referensi yaitu 120
gram/mol, hal ini karenakan es yang digunakan dalam percobaan untuk
mendinginkan larutan sudah mencair. Sehingga titik beku yang didapatkan tidak
sesuai dengan literatur. Hal ini juga disebabkan oleh ketidakcermatan praktikan
dalam melakukan percobaan, terutama dalam proses pengadukkan dan pembacaan
skala temperatur pada termometer yang digunakan dalam percobaan.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa
molekul relatif dari zat terlarut dengan menggunakan metode
penurunan titik beku larutan.
2. Sifat koligatif larutan dipengaruhi oleh jumlah zat terlarut dan jumlah
zat pelarutnya.
3. Seiring pertambahan waktu, suhu akan mengalami penurunan dari
suhu awal dan jika mencapai penurunan maksimum akan mengalami
pembekuan
4. Mr sikloheksana berdasarkan percobaan sebesar 76,84 gr/mol, Tf
berdasarkan grafik sebesar 5,3C, dan massa sikloheksana sebesar 7,53
gr.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, E. James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara :
Jakarta.
Oxtoby, David W dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Erlangga: Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, jilid 2. Penerbit
Erlangga: Jakarta.
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. ITB : Bandung.
LAMPIRAN
GRAFIK LAPORAN KIMIA DASAR I
KELOMPOK 3