sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya
TRANSCRIPT
Sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Misalnya, penicillin G
bersifat aktif terutama terhadap bakteri gram-positif , sedangkan bakteri gram-negatif
pada umumnya tidak peka (resisten) terhadap penisilin G; streptomisin memiliki sifat
yang sebaliknya; tetrasiklin aktif terhadap beberapa bakteri gram-positif maupun bakteri
gram-negatif, dan juga terhadap Rickettsiadan Chlamydia. Berdasarkan perbedaan sifat
ini, antimikroba dibagi menjadi dua kelompok yaitu berspektrum sempit ( misalnya
benzyl penisilin dan streptomisin) dan berspektrum luas (umpamanya tetrasiklin dan
kloramfenikol). 2
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi ke dalam empat kelompok
yaitu : 2, 12
(1) yang menghambat sintesis dinding sel mikroba, termasuk di sini adalah
basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, ristosetin dan lain-lain.
(2) yang menghambat fungsi membran sel atau mekanisme transport aktif sel
mikroba.Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin, imidazol, nistatin dan
polimiksin
(3) yang menghambat sintesis protein sel mikroba, yaitu hambatan translasi dan
transkripsi bahan genetik. Contohnya kloramfenikol, eritromisin (makrolida), linkomisin,
tetrasiklin dan aminogliosida
(4) yang menghambat sintesis atau yang merusak asam nukleat mikroba,
contohnya yakni asam nalidiksat, novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida dan
trimetoprim
III.2 Antibiotika yang Biasa Digunakan dalam Bidang Kedokteran Gigi
Penggunaan antibiotika oleh dokter gigi dibagi menjadi beberapa
kelompok khusus. Akibatnya, peresepan antibiotika menjadi sesuatu yang empiris.
Seorang dokter harus mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, karena
kultur pus atau eksudat tidak umum dilakukan.
Banyak mikroorganisme yang dapat diisolasi dari rongga mulut, walaupun tidak
semuanya termasuk patogen potensial, daftar bakteri yang berhubungan dengan infeksi
oral masih banyak (cocci, bacilli, organisme gram positif dan gram negatif, aerob dan
anaerob). Untuk menangani infeksi tersebut, digunakan antibiotik dengan jenis yang
terbatas- biasanya dua sampai tiga jenis antibiotik.13
Terdapat beberapa jenis klasifikasi antibiotika, ada yang berdasarkan spektrum
bakteri (luas dan sempit) atau rute administrasi (suntikan, oral, dan topikal), atau tipe
aktivitas (bakterisida dan bakteriostatik). Yang paling efektif digunakan yaitu klasifikasi
berdasarkan struktur kimianya. Antibiotika yang memiliki kemiripan struktur akan
memiliki pola efektivitas, toksisitas, dan potensi alergi yang juga mirip. 11
III.2.1 Penicillin
Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu
sintesis dinding sel. Antibiotika penisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya
nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam.
Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan penisilin
ini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. 12
Gambar 3. Struktur inti penicillin
(sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Penicillin-core.png)
Penicillin adalah salah satu jenis antibiotik b-Lactam yang memiliki spektrum
yang berbeda-beda. Pada regio maksilofasial didominasi oleh flora aerob dan anaerob
sehingga hanya beberapa jenis penicillin yang bermanfaat, antara lain penicillin natural,
aminopenicillin, dan penicillin-resistant yaitu oxacillin dan methicillin. Kelompok utama
penicillin disebut penicillin berspektrum luas dan termasuk di antaranya ialah ticarcillin,
mezlocillin, dan piperacillin. Spektrum obat ini meluas hingga dapat digunakan
untuk Pseudomonas aeroginosa, tapi yang efektifitasnya terbatas untuk bakteri aerob
rongga mulut. 4
Meskipun penicillin didistribusi secara keseluruhan setelah dikonsumsi, tapi
penicillin tidak mampu masuk ke dalam cairan cerebrospinal (CSF) dengan baik.
Konsentrasi dalam CSF umumnya kurang dari 1% nilai serum. Bila ada inflamasi,
konsentrasi hanya dapat meningkat 5%. Kontra indikasi utama pengggunaan penicillin
perawatan terhadap bakteri yang rentan adalah hipersensivitas. Insiden alergi terhadap
penicillin sekitar 1% dari jumlah populasi. Pada banyak kasus hipersensivitas terbatas
pada reaksi dermatologis (kulit) yaitu 2% hingga 3% dan respon anafilaktik terhadap
penicillin adalah kasus yang tidak biasa atau tidak umum dan terjadi sekitar
0,004% hingga 0,015% dari pasien. Cephalosporin dan antibiotik b-Lactam lainnya
dapat digunakan secara aman pada pasien yang alergi terhadap penicillin, meskipun
reaktivitas silang dapat terjadi kurang lebih 10%. Ketentuan pemberian antibiotik b-
Lactams pada pasien yang memiliki riwayat anafilaktik atau reaksi serius lainnya akibat
penggunaan obat antibiotik jenis ini. 4
Terdapat empat jenis penicillin, antara lain : 11
- Penicillin alami yang berdasarkan struktur asli penicillin-G. jenis
penicillin-G efektif melawan bakteri gram-positif strain streptococci, staphylococci, dan
beberapa bakteri gram-negatif seperti meningococcus.
- Penicillin resisten-penicillinase merupakan jenis yang aktif walaupun
terdapat enzim bakteri yang dapat menginaktivasi sebagian besar penicillin alami.
- Penicillin spektrum luas yang efektif melawan bakteri dengan spektrum
yang lebih luas.
- Aminopenicillin, contohnya ampicillin dan amoxicillin yang memiliki
spektrum aksi yang lebih luas jika dibandingkan dengan penicillin alami.
Jenis penicillin alami yang utama adalah penicillin G dan penicillin V. Penicillin
G adalah garam yang terdiri dari sodium atau potassium. Garam K+mengandung 1,7
mEg potassium per unit. Karena bersifat garam labil, maka pemberian penicillin G
biasanya dengan cara parenteral. Dosis orang dewasa adalah 2 hingga 5 juta unit dengan
pemberian secara intramuskular. Procain penicillin G adalah formulasi penicillin yang
memiliki masa kerja yang lama dan digunakan untuk mencapai level dalam serum selama
8 hingga 12 jam. Dalam level tersebut, obat tetap efektif untuk satu hingga dua hari bila
diberikan secara intramuskular. Penicillin G benzathine menghasilkan durasi yang lebih
panjang dalam level serum dan obat masih dapat dideteksi dalam serum selama 1 minggu
hingga 3 minggu. Penicillin V adalah garam stabil dan diberikan secara oral. Dosis
dewasa adalah 500 mg dengan empat kali pemakaian dalam sehari. Level puncak
penicillin V diperoleh dalam waktu 30 sampai 45 menit dengan rata-rata obat yang hilang
dalam serum adalah 6 jam setelah pemberian. Spectrum penicillin alami adalah bakteri
gram positif aerob dan anaerob. Jenis bakteri yang paling resisten terhadap penicillin
adalah Staphylococcus aureus , Bacteroides fragilis, dan Haemophilus influenza. 4
Apabila penyebab infeksi pada wajah atau rongga mulut adalah bakteri
gram negatif maka penggunaan ampicillin dan amoxicillin dapat diandalkan. Ampicillin
kurang diabsorpsi dalam traktus gastrointestinal dan oleh karena itu cara pemberiannya
dianjurkan secara parenteral. Sebaliknya , pada amoxicillin, diabsorpsi dengan baik pada
rute enteral. Kedua jenis obat ini sangat rentan terhadap b-Lactamase. Amoxicillin dan
ampicillin tersedia dalam formulasi yang mengandung inhibitor b-Lactamase yaitu
dengan menggunakan sulbactam (untuk ampicillin = Unasyn) dan asam clavulanat (untuk
amoxicillin = Augmentin), untuk mengatasi b-Lactamase, sehingga obat ini mampu
mengatasi jenis bakteri seperti Streptococcus aureus dan H.influensa. 4
Meskipun terdapat jenis penicillin berspktrum luas seperti mezlocillin
(mezlin), nafcillin (nafcil), piperacillin (pipracil), dan ticarcillin (timentin), namun obat
ini tidak efektif melawan organisme gram positif dan gram negatif. Manfaat obat ini
terbatas untuk infeksi leher dan daerah kepala. 4
III.2.2 Cephalosporin
Gambar 4. Struktur inti cephalosporin
(sumber : [email protected])
Cephalosporin adalah jenis antibiotik yang penting lainnya dari b-Lactam.
Keunggulan obat ini adalah tidak terlalu rentan terhadap b-Lactamase dibandingkan
dengan penicillin alami. Sama seperti penicillin, generasi pertama cephalosporin dan
generasi kedua atau generasi berikutnya jauh lebih baik. Oleh karena itu cephalosporin
memiliki kekuatan yang luas dalam melawan flora rongga mulut. 4
Secara umum aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, tetapi
spektrum anti bakteri dari masing-masing antibiotika sangat beragam, terbagi menjadi 3
kelompok, yakni : 12
- Generasi pertama yang paling aktif terhadap bakteri Gram positif secarain
vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi
pertama kurang aktif terhadap bakteri Gram negatif.
- Generasi kedua agak kurang aktif terhadap bakteri Gram positif tetapi lebih
aktif terhadap bakteri Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor.
- Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap bakteri Gram negatif,
termasukEnterobacteriaceae dan kadang-kadang pseudomonas. Termasuk di sini adalah
sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan moksalatam.
Hal tersebut juga berlaku untuk bakteri anaerob yaitu generasi pertama memiliki
kekuatan yang lebih baik untuk melawan bakteri anaerob. Sesuai dengan peningkatan
generasi, resistensi terhadap b-Lactamase meningkat. Penghambat aktivitas B.
fragilis pada generasi kedua sangat bermanfaat untuk infeksi kepala dan leher yang
disebabkan oleh bakteri tersebut. 4
Sediaan cephalosporin seharusnya hanya digunakan untuk pengobatan
infeksi bakteri berat atau tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan
spektrum antibakterinya. Anjuran ini diberikan selain karena harganya yang mahal ,
potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan hanya untuk hal tertentu
seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Perlu diingat bahwa cephalosporin generasi
pertama dan kedua bukan merupakan obat terpilih untuk kebanyakan infeksi karena
tersedia obat lain yang efektivitasnya sama dan harganya lebih murah. Cephalosporin
mensensitisasi dan dapat menimbulkan berbagai reaksi hipersensitivitas yang identik
dengan reaksi-reaksi pada golongan penicillin, termasuk anafilaksis, demam, ruam kulit,
nefritis, granulositopenia, dan anemia hemolitik. 14, 15
Cephalosporin generasi pertama yang biasa digunakan untuk pencegahan
dan pada kasus infeksi maksilofasial adalah cephalexin (ceflex) dan cephradine (cefacyl)
untuk penggunaan secara oral, cefazolin (ancef, kersol) untuk pemberian secara
parenteral. Generasi kedua sangat bermanfaat untuk sinusitis, namun secara klinis
menunjukkan tidak ada perbedaan dengan generasi pertama. Generasi terbaru yaitu
generasi ketiga tersedia dalam bentuk oral seperti cefditorin (spectracef) yang cukup
efektif untuk infeksi yang parah pada sinus dan kulit. 4
Cephalosporin secara umum menyebabkan beberapa efek samping. Efek
samping yang umum sehubungan dengan obat ini antara lain : diare, nausea, nyeri perut
ringan, maupun gangguan lainnya. Kurang lebih 10% pasien dnegan alergi hipersensitif
terhadap penicillin memiliki reaktifitas-silang terhadap cephalosporin. Oleh sebab itu,
antibiotika cephalosporin dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat reaksi alergi
penicillin maupun cephalosporin (urtikaria, anafilaktik, nefritis interstisial, dan lain-
lain). 11
III.2.3 Monobactams
Monobactam adalah salah satu jenis antibiotik b-Lactam yang memiliki sifat
bakterisid yang sama dengan jenis lainnya. Hanya terdapat satu monobactam yang
tersedia yaitu aztreonam (azactam) yang disetujui penggunaannya di Amerika. Sama
halnya dengan monobactam lainnya, aztreonam tidak memiliki aktifitas yang melawan
organisme gram positif. Sehingga penggunaanya terbatas dalam mengatasi infeksi kepala
dan leher. 4
Aztreonam tidak memiliki reaksi silang terhadap antibiotik b-Lactam lainnya dan
insiden terjadinya toksisitas sangat rendah. Dosis umumnya adalah 1 sampai 2 gram
setiap 8 jam. 4
Gambar 5. Struktur inti Monobactam
(sumber : www.freebase.com/view/en/beta-lactam)
III.2.4 Carbanepems
Kelompok antibiotik b-Lactam lainnya adalah carbanepems. Agen ini
memiliki fungsi yang sama dengan antibiotik lainnya yaitu membentuk ikatan dengan
penicillin – dinding protein dan menghambat protein dinding sel. Aktivitas spektrumnya
sangat luas, hal ini disebabkan oleh stabilitasnya terhadap b-lactamase. Carbanepems
juga digunakan untuk infeksi P. aeruginosa yang resisten terhadap antibiotik lainnya.
Contoh carbanepems yang tersedia di Amerika Serikat yaitu imipenem dan meropenem.
Kedua obat ini tidak diabsorpsi dalam rute enteral sehingga pemberiannya secara
parenteral. 4
Gambar 6 .Struktur inti Carbanepems
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:carbanepem-core.png)
Imipenem bersifat toksik dan tidak diaktifkan oleh ginjal. Namun bila obat ini
dikombinasikan dengan cilastatin, yaitu inhibitor dari dehidropeptidase, maka sifat
nefrotoksisitas dan inaktivasi dari ginjal dapat dihambat. Kombinasi imipenem- cilastatin
1:1 dapat digunakan jika obat antibiotik berspektrum sempit tidak efektif, atau tidak
dapat digunakan. Dosis yang umum digunakan adalah 0,5 sampai 1 gram setiap 6 sampai
8 jam. Meropenem adalah carbanepem jenis lain yang digunakan dengan dosis 0,5
sampai 1 gram setiap 8 jam. 4
Carbanepems aktif terhadap berbagai strain pneumokokkus yang sangat
resisten terhadap penisilin. Carbanepems merupakan antibiotik b-Lactam pilihan untuk
terapi infeksi-infeksi enterobacter, karena kekebalannya terhadap penghancuran oleh b-
Lactamase yang diproduksi oleh organisme-organisme ini.14
Efek-efek yang tidak diinginkan paling umum dari iminepem adalah
mual, muntah, diare, ruam kulit, dan reaksi pada tempat penyuntikan. Kadar yang
berlebihan pada pasien-pasien dengan gagal ginjal dapat mengakibatkanseizure.14
III.2.5 Tetracycline
Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk bakteri
Gram positif dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh
karena masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan
utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma.
Mungkin juga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae,
termasuk di sini adalah tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin,
metasiklin dan demeklosiklin. 12
Gambar 7. Struktur inti tetracycline
(sumber : http://wikimedia.org/wiki/tetracyline-core.png)
Tetracycline bekerja sebagai antibakteri yang adekuat, tetapi memperlihatkan
resistensi yang cepat sehingga penggunaannya dibatasi. Fungsi obat-obatan ini mengikat
secara reversibel pada 30S sub unit ribosomal yang menghambat peningkatan aminoacyl-
transfer ribonucleic acid, kemudian menghambat sintesis protein bakteri. Walaupun
tetracycline digunakan secara klinis, yang lainnya untuk pencegahan osteitis sicca (dry
socket) dan penanganan penyakit periodontal, obat-obatan ini jarang digunakan untuk
infeksi regio maksilofasial. 4
Efek samping dari tetracycline termasuk gangguan gastrointestinal.
diskolorisasi tulang dan gigi, dan gangguan pertumbuhan gigi. Efek-efek kontraindikasi
pada pasien yang hamil dan pada anak-anak. Tetracycline seharusnya digunakan
berhubungan dengan phenytoin, carbamazepine, dan antikoagulan oral dan pada pasien
dengan gangguan ginjal. 4
III.2.6 Vancomycin
Vancomycin (vancocin) dihubungkan dengan antibiotik toksik yang
digunakan awal untuk perawatan pada methicillin-resisten terhadapstaphylococci,
walaupun resistensi pada vancomycin oleh organisme yang resisten terhadap methycillin
dilaporkan terjadi di beberapa rumah sakit. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat
sintesis peptidoglikan. Vancomycin dapat mempenetrasi berbagai jaringan dan rongga
cairan tetapi tidak dapat memasuki cairan vitreous dan CSF dalam jumlah yang adekuat
untuk keperluan terapeutik. 4
Gambar 8. Struktur vancomycin
(sumber : [email protected] )
Vancomycin diadministrasikan secara intravena tetapi memerlukan metode infus
yang sangat lambat. Jika tidak, pasien dapat mengalami gejala-gejala yang tidak
menyenangkan termasuk pruritus, dyspnea, spasme otot, dan nyeri dada. Tekanan darah
juga dapat menurun. 4
Efek-efek toksik lain akibat vancomycin termasuk nefrotoksisitas,
khususnya jika obat digunakan bersamaan dengan obat-obatan lain yang berpotensi
nefrotoksik. Dosis vancomycin pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal adalah 2
gram per hari, yang diberikan dalam bentuk 1 gram / infus atau 500 mg / infus setiap
enam jam. Dosis pada pasien dengan gangguan ginjal bervariasi dan berhubungan dengan
nilai clearance-creatinin. 4
III.2.7 Chloramphenicol
Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-
derivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika
ini aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia,
spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama
anemia aplastik, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H.
influenza. 12
Gambar 9. Struktur inti chloramphenicol.
(sumber : [email protected] )
Chloramphenicol (chloromycetin) pada masa sekarang ini jarang digunakan
sebagai antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein bakteri, melalui proses
pengikatan 50S sub unit ribosomal, sebagai salah satu agen bakteriostatik. Karena
spektrumnya yang luas sehingga obat ini berpotensi dalam perawatan
untuk H.influenza dan bakteri anaerobik yang resisten terhadap ampicillin. Obat ini dapat
melakukan penetrasi hingga sistem syaraf pusat dengan baik sehingga menjadi agen yang
baik untuk menangani kasus abses otak dan meningitis. Meski demikian, terdapat efek
yang jarang terjadi akibat obat ini yaitu anemia aplastik, yang menyebabkan pembatasan
penggunaannya. Dosis kloramfenikol yang biasa diberikan untuk anak-anak dan orang
dewasa adalah 50 mg/kg setiap harinya sebanyak 4 dosis. Tingkat serum dan jumlah sel
darah secara lengkap harus tetap diawasi. 4
III.2.8 Makrolida
Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum
antibakteri, sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi penisilin.
Bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Aktif secara in vitro terhadap
bakteri gram-positif, gram-negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes.
Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk
infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit
Legionnaires (disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida
selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin, oleandomisin
dan trioleandomisin. 12
Gambar 10. Struktur erythromycin
(sumber : [email protected])
Erytrhomycin merupakan salah satu makrolida terbaik yang perlu diketahui.
Antibakteri gram positif yang serupa dengan penicillin , akan tetapi erythromycin tidak
seefektif penicillin terhadap bakteri anaerob. Gugus ester pada erythromycin membantu
mengatasi bioavailabilitas obat yang buruk dan kecenderungannya untuk menyebabkan
masalah gastrointestinal. Untuk infeksi oral dan maksilofasial yang parah, agen-agen lain
yang serupa dengan erythromycin lebih baik digunakan, terutama jika pasien alergi
terhadap penicillin.4
Clindamycin (cleocin) merupakan salah satu antibiotik linkoamida yang
muncul kembali sebagai obat yang umum digunakan untuk infeksi odontogenik yang
parah, termasuk osteomyelitis. Kekurangan dalam hal pseudomembraneous colitis
menyebabkan terbatasnya penggunaan obat ini selama bertahun-tahun., tetapi pengujian
yang lebih ilmiah terhadap antibiotik yang berhubungan dengan colitis tidak menemukan
adanya bahaya khusus akibat clindamycin jika dibandingkan dengan antibiotik jenis
lainnya pada individu dengan kemampuan imun rendah (immunokompeten). 4
Clindamycin diserap dengan baik secara oral dan juga tersedia dalam
bentuk parenteral. Obat ini dapat dimasukkan ke dalam jaringan keras maupun lunak
karena ukuran molekulnya yang relatif kecil meskipun tetap tidak dapat menembus
selaput otak yang terinflamasi. Spektrumnya termasuk bakteri aerob gram positif dan
fakultatif dan bakteri anaerobik. Dosis untuk orang dewasa yang umum diberikan yaitu
150 sampai 450 mg setiap 6 jam per oral atau 300 sampai 900 mg setiap 8 jam
parenteral. Dosis untuk anak-anak adalah 10 hingga 20 mg / kg per hari dalam tiga
sampai empat dosis terpisah. 4
III.2.9 Nitromydazole
Metronidazole tergolong antibiotik kelas nitromidazol. Agen-agen ini
merangsang produksi metabolis toksik yang dapat membunuh bakteri yang dicurigai.
Metronidazole hanya efektif pada bakteri anaerobik termasuk yang terdapat
dalam kavitas rongga mulut. Obat ini dapat digunakan bersamaan dengan obat spektrum
aerobik pada perawatan infeksi campuran aerobik dan anaerobik atau pada perawatan
empirikal pada kasus infeksi odontogenik. Metronidazole diberikan per oral (500 mg
setiap 8 jam). Sebagian besar efeknya berlawanan reaksi dengan tipe disulfiram yang
disebabkan oleh pemilihan asetaldehid dengan konsumsi etanol oleh pasien yang
menggunakan metronidazole. Juga dapat meningkatkan kerja anti koagulan. Obat ini
sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang sedang hamil. 4
Gambar 11. Struktur kimia metronidazole, tinidazole, dan nimorazole
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:metronidazole-core.png)
III.2.10 Quinolon
Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer
dengan spektrum antibakteri yang luas terutama untuk bakteri gram negatif dan gram
positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi
nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin,
pefloksasin dan lain-lain. 12
Quinolon umumnya efektif untuk bakteri aerob gram positif dan gram
negatif, termasuk P. aeruginosa tetapi tidak bermanfaat untuk anaerob tertentu. Agen-
agen ini bercampur dengan enzim bacterial selama transkripsi DNA. Quinolon digunakan
pada saat bakteri yang dicurigai seperti Streptococcus pneumoniae yang diketahui
sebagai penyebab infeksi, tetapi seharusnya obat ini tidak dipertimbangkan sebagai obat
tunggal untuk perawatan empirikal ketika terdapat bakteri anaerob. Ciprofloxacin (Cipro)
merupakan obat golongan quinolon yang paling umum digunakan pada infeksi oral dan
maksilofasial. Absorpsi oral berkisar 50% sampai 90%. Efek sampingnya termasuk
gangguan gastrointestinal, fotosensitivitas, xerostomia, dan gejala-gejala sistem syaraf
pusat seperti insomnia, sakit kepala, dan pusing. Dosis dewasa yang umum adalah 500-
750 mg per oral setiap 12 jam. 4
Gambar 12. Struktur inti Quinolon
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:quinolon-core.png)
Moxifloxacin (Avelox), yang merupakan quinolon generasi ketiga, dapat
memberikan perlindungan yang baik melawan streptococci dan mikroorganisme
anaerobik lainnya, dan memiliki efektivitas terhadap sinusitis. Obat ini diserap dengan
baik secara oral dan tidak terpengaruh oleh asupan makanan. Level jaringan pada
umumnya meningkat; kandungan obat dapat ditemukan dalam saliva dan sekret nasal.
Efek samping jarang terjadi, dan biasanya ditandai dengan gangguan gastrointestinal.
Dosis yang umum digunakan yaitu satu tablet 400 mg per hari. 4
III.2.11 Antibiotika Lokal
Selama bertahun-tahun penggunaan antibiotika, beberapa jenis bakteri
telah mengalami resistensi terhadap beberapa tipe antibiotika (termasuk golongan
penicillin). Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dikembangkan metode baru
pengaplikasian antibiotika hanya pada jaringan yang terinfeksi, dengan mekanisme
menghindari aktifitas bakteri yang diinginkan, tanpa membunuh bakteri tersebut.
Menekan beberapa spesies bakteri dengan antibiotika dapat menyebabkan jenis bakteri
lainnya berkembang dengan cepat, mengganggu keseimbangan flora normal
dalam rongga mulut, perut, dan saluran pencernaan. Hal ini juga dapat menyebabkan
bakteri sasaran bermutasi menjadi bentuk yang resisten terhadap antibiotika. 16
Contoh dari teknologi baru ini yaitu penggunaan doxicycline dosis rendah
(20 mg) untuk mencegah bakteri agar tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan
enzim penghancur jaringan yang dapat menghancurkan jaringan periodontal (gingival
dan tulang). Pada dosis ini, bakteri tidak dihancurkan atau pun dihambat reproduksinya,
tetapi aktifitasnya yang berbahaya dihindari. Karena keseimbangan flora normal tidak
diganggu, diyakini bahwa obat ini lebih mana diaplikasikan dalam bentuk pil tanpa resiko
terjadi perkembangan resistensi strain bakteri. 16
Metode lain yang sering digunakan untuk mencegah aktifitas
penghancuran jaringan di sekitar gigi oleh bakteri yaitu dengan cara menempatkan
antibiotik dalam poket gingival sekitar gigi dalam jangka waktu tertentu. Hal ini umum
dilakukan sebagai prosedur tambahan dalam perawatan periodontal, seperti scaling dan
root planing. 16
Penggunaan antibiotika lokal mungkin tidak dapat membantu individu
dengan periodontitis agresif, dan telah terbukti bahwa metode ini paling efektif pada
orang dewasa dengan periodontitis localized yang kronis. 16
Pemakaian agen antimikrobial lokal memungkinkan penggunaan
konsentrasi obat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan obat secara
sistemik. Agar antibiotika lokal efektif dan bermanfaat secara klinis, maka harus
diaplikasikan hingga mencapai dasar poket, dalam konsentrasi tertentu dan
konsentrasi ini dipastikan dapat bertahan cukup lama untuk menekan mikroorganisme
target. Karena aliran gingival crevicular fluid (GCF) yang cepat, maka antibiotika
ditempatkan subgingival dan harus memiliki kemampuan membunuh bakteri dalam
waktu singkat setelah aplikasi, atau dapat bertahan dan dilepaskan secara perlahan dalam
poket periodontal dengan mekanisme pengontrolan yang tepat. Bentuk sediaan
antibiotika yang digunakan untuk periodontal antara lain pasta, salep, gel, fiber, strip,
cakram, dan chip. Tetracycline, minocycline, doxixycline, dan metronidazole telah
digunakan dalam metode ini. sebagian besar sistem aplikasi antibotika lokal telah
dievaluasi sebagai perawatan tambahan untuk scaling dan root planing, meski demikian
hal ini masih membutuhkan penelitian yang lebih lanjut. Antibiotika yang diaplikasikan
secara lokal memiliki efek yang kecil terhadap A. actnomycetemcomitans dan patogen
periodontal lainnya yang menginvasi jaringan konektif gingival. 17
Antibiotik Dengan makanan
Dosis dewasa Dosis untuk anak Gram+ aerob
Gram+ anaerob
Gram- anaerob
Penicillin ya 250/500 mg qid 25-50 mg/kg/hrDibagi 3 dosis
Ya Ya ya/tidak
Amoxicillin ya 250/600 mg tid 25-5- mg/kg/hrDibagi 3 dosis
Ya Ya Ya/tidak
Augmentin ya 875mg bid/ 500 tid
90 mg/kg/hrDibagi 2 dosis
Ya Ya ya
Cefaclor ya 250 mg tid 20-40 mg/kg/hrDibagi 3 dosis
Ya Tidak Ya/tidak
Cefuroxime ya 250-500 mg bid 20-30 mg/kg/hrDibagi 2 dosis
Ya Ya ya
Erythromycin stearate
tidak 400 mg qid 20-4- mg/kg/hrDibagi 2 dosis
Ya Tidak tidak
Azithromycin ya 500 mg diikuti 250 mg pada hari
ke 2-5
10 mg/kg/hr diikuti 5 mg/kg/hr pada hari
ke 2-5
Ya Ya/tidak Tidak
Clindamycin ya 150-450 mg q 6h 10-30 mg/kg/hr Ya Ya Ya
Dibagi 3-4 dosisMetronidazole ya 250-500 mg tid 34-50 mg/kg/hr Tidak Ya YaDoxycyline ya 200 mg dibagi 2
dosis pada hari pertama
kemudian 100 mg/hr
> 8 th, 4 mg/kg/hr dibagi 2 dosis
diberikan per oral pada hari pertama
kemudian 2mg/kg/hr
Tidak Ya Ya
Antibiotik Dengan makanan
Dosis dewasa Dosis untuk anak Gram+ aerob
Gram+ anaerob
Gram- anaerob
Minocycline tidak 200 mg diikuti 100 mg q 12 h
> 8th, 4 mg/kg/hr per oral/ IV kemudian 2
mg/kg/hr q 12 h
Tidak Ya Ya
Vancomycin ya 125 mg q 6h 40mg/kg/hr dibagi 4 dosis
Ya Ya Ya
Clarythomycin ya 250-500 mg q 8-12 hr
7,5 mg/kg/ 12 jam Ya Ya/tidak Ya/tidak
Cefalexin ya 250-500 mg qid - Ya tidak tidakSumber : Infections and antibiotic administration.Thales RT, In: Koerner KR. Manual of
minor oral surgery. . p. 273.
Obat Rute penggunaan
Dosis dewasa
Gambaran khusus
(hr) Level serum (µg) dan
dosis
Efek samping utama
Penicillin G IM/IV 600.000-1.200.000 U
q 4h
- 0,5 7,0 Alergi
Penicillin V PO 500 mg q l d - 3,0 2,0(250 mg PO)
Alergi
Oxacillin IM/IV 500-1000 mg q4-6 h
Resistensi penicillin
0,5 11,0(500 mg PO)
Alergi
Dicloxacillin PO 250-500 mg q6h
Resistensi penicillin
0,5 14,0(500 mg PO)
Alergi
Ampicillin PO,IM 250-500 mg q6h
Penggunaan yang berlawanan proteus (indole
negatif)
0,7 2,4(250 mg PO)
Alergi
Amoxicillin PO 250-500 mg q6-8h
- 1,0 4,7 (250 mg PO)
Alergi
Cefazoline IM,IV 250-1000 mg q8h
Farmakokinetik baik
1,8 38(500 mg IM)
Alergi
Cefalexine PO 500-1000 mg q6h
Sefalosforin oral 0,7 8(250 mg PO)
Alergi
Cefoxitin IM/IV 500-2000 mg q6h
Penggunaan untuk anaerob
0,7 24(1000 mg IM)
Alergi
Cefaclor PO 250-1000 mg q6h
Sefalosforin oral 0,7 18(500mgPO)
Alergi
Obat Rute penggunaan
Dosis dewasa
Gambaran khusus
(hr) Level serum (µg) dan
dosis
Efek samping utama
Erythromycin PO/IV 500 mg q6h Infeksi positif 5 1,0 GI
gram+ ringan 250 mg PO)Clindamycin PO.IM/
IV150-450 mg
q6hAntibiotika
anaerob4 2,5
(150 mg PO)Diare (20%)
Metronidazol PO 1000mg ,250-500 mg tid
Antibiotika anaerob
8 11,5 (500 mg PO)
Nausea
Vancomycin IV (PO) 500 mg q6h Infeksi gram + yang berat (PO
untukClostridium difficile)
6 30(500 mg IV)
Plebitis
Tetracycline PO,IV 500 mg q6h - - 3(250 mg PO)
GI
Doxycycline PO,IV 100 mg q12h x2, 50
mg bid
- 18,5 2,4(100 mg PO)
GI
Chloramphenicol PO,IV 250-750 mg q6h PO
- 2,5 4(500 mg PO)
Anemia aplastik
Trimethoprim PO 400 mg SMX
Spektrum luas 1,0 TMP 2 Alergi
Sulfamethoxazole
1 tab bid BakterisidalAntibiotik oral
SMX 60(1 tab)
Ciprofloxacin PO 250 mg q12h
Spektrum luasBakterisidal
3,3 1,5(250 mg PO)
Infeksi sekunder
Sumber : Oral and maxillofacial infections. 4, R.G, Goldberg M.H, Hupp J.R . 4th ed.
Philadelphia: W.B Saunders Company;p.114.