sieving jamal laporan kumpul

17
SIEVING I. TUJUAN Untuk memisahkan partikel batu merah berdasarkan prinsip pengayakan. Menentukan nilai dpf dan dpm dari partikel batu merah berdasarkan prinsip pengayakan. II. PERINCIAN KERJA Menghaluskan batu bata dengan cara ditumbuk Melakukan pengayakan awal dengan ayakan biasa Melakukan pengayakan lanjutan dengan alat ayakan Menimbang partikel batu bata merah berdasarkan masing-masing lubang ayakan. III. ALAT Gelas kimia 500 ml Ayakan biasa Sendok plastic Baskom plastic, 5 L Compressor untuk membersihkan ayakan Timbangan Alat ayakan bertenaga listrik. Alat penghancur. IV. BAHAN

Upload: jamaluddin

Post on 08-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

SIEVINGI. TUJUAN Untuk memisahkan partikel batu merah berdasarkan prinsip pengayakan. Menentukan nilai dpf dan dpm dari partikel batu merah berdasarkan prinsip pengayakan.

II. PERINCIAN KERJA Menghaluskan batu bata dengan cara ditumbuk Melakukan pengayakan awal dengan ayakan biasa Melakukan pengayakan lanjutan dengan alat ayakan Menimbang partikel batu bata merah berdasarkan masing-masing lubang ayakan.

III. ALAT Gelas kimia 500 ml Ayakan biasa Sendok plastic Baskom plastic, 5 L Compressor untuk membersihkan ayakan Timbangan Alat ayakan bertenaga listrik. Alat penghancur.

IV. BAHAN Batu bata merah

V. DASAR TEORISieving atau pengayakan merupakan suatu cara untuk mendapatkan partikel bahan padat yang berukuran seragam. Partikel-partikel padat dari hasil penggerusan menggunakan peralatan seperti Crusher, Ball Mill dan lain-lain biasanya memiliki ukuran partikel yang tidak seragam. Peralatan ini banyak diterapkan pada berbagai bidang seperti Teknik Sipil, Metalurgi, Pertambangan dan lain-lain. Untuk industri kimia, peralatan ini biasanya yang digunakan pada unit pengeringan, kristalisasi, reaksi padat cair pada reaktor, dust collector dan lain-lain.Probability Percentage, P% Supaya nilai oversize product diperoleh, OP pada setiap bidang ayak tidak tergantung dari massa sampel, M maka didefinisikan suatu oversize product percentage (OP%) yaitu hasil bagi antara OP dengan M. Hasil perhitungan kemudian digambarkan dalam suatu histogram, dimana selisih lebar dp dari dua lubang bidang ayak yang bertetangga disebut size inteval. Untuk mendapat kurva frekuensi ukuran partikel dari setiap size interval yang tidak tergantung dari pemilihan mesh bidang ayak (jumlah lubang ayak tiap inci, maka OP% dibagi dengan dp. Sehingga didapatkan suatu probability percentage (P%) dari setiap size interval ke-i sebagai berikut :

.(1)P%i tersebut berlaku untuk setiap size interval, sehingga kurang dapat mempersentasekan sehingga semua kemungkinan ukuran partikel yang ada pada sampel. Jika diiginkan, suatu probability percentage, P% yang berlaku untuk sembarang size interval, dp logikanya harus digunakan bidang ayak yang berbeda secara infinitesimal. Dengan demikian pada setiap bidang ayak akan terdapat oversoze product infinitesimal d (DP). Dengan demikian pada setiap bidang ayak akan terdapat oversize product. Infinitesimal d (OP) sehingga persamaan berubah :

.(2)Tentu saja tidak ada suatu sieve analisis yang menggunakan bidang ayak dengan jumlah tak terhingga. Karena itu harus ditemukan satu cara untuk menentukan probability percentage P% dengan menggunakan bidang ayak yang lebih sedikit. Dengan alasan tersebut, maka dapat didefinisikan cumulative percentage, C%OP atau C%UP yang dihitung mulai dari bidang ayak paling atas (bawah) hingga bidang ayak yang dibicarakan, yang mana berarti jumlah percentage partikel berukuran lebih besar (lebih kecil) daripada lebar kawat pada bidang ayak yang dibicarakan. Dengan n adalah nomor bidang ayak yang dihitung dari atas, maka secara umum cumulative percentage, C%OP ditentukan dengan rumus :

.(3)Untuk undersize product, cumulative percentage, C%UP ditentukan dengan rumus :

.(4)

Analisis Ayak Ayak standar digunakan untuk mengukur besarnya partikel dan distribusinya dalam jangkauan ukuran antara 3 sampai 0,0015 in (76 sampai 38 ). Ayak-ayak uji itu terbuat dari anyaman kawat, sedang rapat anyaman ( mesh ) dan ukuran kawatnya dibakukan dengan teliti. Bukaan ayakan itu berbentuk bujur sangkar. Setiap ayak itu diidentifikasi menurut mesh (rapat ayak) perinci. Bukaan sebenarnya tentulah lebih kecil dari angka meshnya, karena tebal kawat tertentu harus juga diperhitungkan. Mesin Pemecah

Mesin pemecah atau penghancur adalah mesin berkecepatan lambat yang digunakan untuk membuat pecahan kasar zat padat dalam jumlah besar. Jenis-jenis yang utama adalah :1. Mesin pemecah rahang2. Mesin pemecah giratori3. Mesin pemecah roll licin4. Mesin pemecah roll bergigiMesin pemecah rahang, mesin pemecah giratori dan mesin pemecah roll licin bekerja dengan kompresi dan mampu memecahkan bahan yang sangat keras. Mesin pemecah roll bergigi merobek bahan disamping mengempa, alat ini dapat menangani umpan-umpan yang lunak seperti batubara, tulang, dan serpihan lunak.

Mesin GilingIstilah penggiling atau mesin giling memberikan berbagai jenis mesin pemecah-penghalus dengan tugas menengah. Hasil dari mesin pemecah biasanya dimasukkan ke dalam mesin giling, dimana umpan itu digiling sampai menjadi serbuk. Jenis utama mesin giling antara lain :1. Mesin tumbuk palu dan impaktor 2. Mesin kompresi-roll3. Mesin giling atrisi4. Mesin giling guling

Mesin Giling UltrahalusPenggiling yang dapat memperkecil zat padat sampai sangat halus disebut mesin giling ultra halus. Penggiling ultra halus serbuk kering dilaksanakan dengan penggiling.1. Mesin tumbuk palu kecepatan tinggi yang dilengkapi dengan klasifikasi dalam atau luar.2. Mesin giling energi fluida3. Mesin giling aduk Mesin PotongDalam beberapa masalah pengecilan, bahan yang terlalu liat atau terlalu sulit pecah dengan kompresi, impak dan atrisi dimana umpan tersebut harus dipotong menjadi partikel-partikel dengan dimensi tertentu. Bahan-bahan tersebut hanya dapat ditangani dengan menggunakan mesin potong meliputi, mesin potong putar dan glanulator.

VI. CARA KERJA Membersihkan ayakan yang akan digunakan dengan menggunakan udara bertekanan. Timbang kosong masing-masing ayakan dan panci. Batu bata dihaluskan dengan cara ditumbuk dengan alat penghancur. Batu bata halus diayak dengan menggunakan ayakan biasa. Batu bata yang telah diayak ditimbang dengan timbangan sebanyak 500 g. Batu bat yang telah ditimbang dimasukkan dalam alat pengayak. Alat pengayak dihubungkan dengan listrik dengan menghubungkan kabel kontak pada sumber tegangan. Kecepatan putaran ayakan diatur sebesar 10 Lama waktu pengayakan diatur dengar memutar control waktu sampai pada angka 5 min. Tombol on/off ditekan dan alat pengayak akan melakukan pengayakan selama waktu yang ditentukan(5 menit) Setelah alat berhentiayakan dikeluarkan tampa mengeluarkan batu batanya. Batu bata dan ayakan ditimbang untuk masing masing ayakan dengan timbangan biasa. Nilai berat dari batu bata dan ayakan untuk tiap ayakan dicatat. Dilakukan langkah yang sama untuk mengayak partikel batu bata sebanyak 500 g, pada kecepatan sama(10 rpm) untuk waktu pengayakan selama 10 menit.

VII. DATA PENGAMATAN Kecepatan putar = 10 Waktu = 5 menit

BERAT BATU BATA PADA TIAP AYAKAN PADA WAKTU PENGAYAKAN 5 MENIT

no.dp(mm)berat kosong ayakan (gram)berat kosong + batu bata (gram)

10.63256.71257.69

20.355230.54502.78

30.2211.76359.38

40.112201.28263.34

50282.12298.8

Kecepatan putar = 10 Waktu = 10 menit

BERAT BATU BATA PADA TIAP AYAKAN PADA WAKTU PENGAYAKAN 10 MENIT

no.dp(mm)berat kosong ayakan (gram)berat kosong + batu bata (gram)

10.63256.72257.49

20.355230.6319.33

30.2211.77432.44

40.112201.27346.41

50282.13326.87

VIII. PERHITUNGAN

Dpf adalah nilai yang sering muncul atau ayan dengan partikel terbanyakDpm adalah nilai tengah dari ayakan yaitu perteman kurva C%OP dan C%UP Menentuken nilai OP(Overzise Produk) untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Menentuken nilai OP%( Persent Overzise Produk) untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Menentuken nilai P% untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Menentuken nilai C%OP untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Menentuken nilai C%UP untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Catatan untuk menentukan nilai C%OP dari ayakan berikutnya(2,3,4 dan 5) gunaan persamaan di atas sehingga diperoleh data seperti yang tertera dalam table

5 MENITno.Dp (mm)berat kosong ayakan (gram)berat kosong + batu bata (gram)Op (kg)OP %P %C %OPC %UP

10.63256.71257.690.000980.0019620.0019620.998038

20.355230.54502.780.272240.5449381.9815920.5468990.453101

30.2211.76359.380.147620.2954881.9063760.8423880.157612

40.112201.28263.340.062060.1242241.411640.9666120.033388

50282.12298.80.016680.0333880.29810810

0.499581

Untuk mencari nilai partikel batu bata yang sering muncul (dpf) dapat kita ketahui dengan membuaat grafik hubungan antara P% Vs dp(mm) dan grafik dapat dilihat sebagai berikut:

ntuk mencari nilai partikel batu bata yang sering muncul (dpm) dapat kita ketahui dengan membuaat grafik hubungan antara C%OP/C%UP Vs dp(mm) dan grafik dapat dilihat sebagai berikut:

PERCOBAAN 10 MENIT

Menentuken nilai OP(Overzise Produk) untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Menentuken nilai OP%( Persent Overzise Produk) untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Menentuken nilai P% untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Menentuken nilai C%OP untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Menentuken nilai C%UP untuk ayakan 1 (0,63 mm)

Catatan untuk menentukan nilai C%OP dari ayakan berikutnya(2,3,4 dan 5) gunaan persamaan di atas sehingga diperoleh data seperti yang tertera dalam table berikut.

no.Dp (mm)berat kosongayakan (gram)berat kosong +batu bata (gram)op(kg)OP %P %C %OPC %UP

10.63256.72257.490.000770.001540.001540.99846

20.355230.6319.330.088730.1774420.6458520.1789820.821018

30.2211.77432.440.220670.4412962.8497490.6202780.379722

40.112201.27346.410.145140.2902513.301410.9105290.089471

50282.13326.870.044740.0894710.799610

0.500051

ntuk mencari nilai partikel batu bata yang sering muncul (dpf) dapat kita ketahui dengan membuaat grafik hubungan antara P% Vs dp(mm) dan grafik dapat dilihat sebagai berikut:

ntuk mencari nilai partikel batu bata yang sering muncul (dpm) dapat kita ketahui dengan membuaat grafik hubungan antara C%OP/C%UP Vs dp(mm) dan grafik dapat dilihat sebagai berikut:

IX. PEMBAHASAN Pada praktikun yang kami lakukan ukuran partikel menjadi tolak ukur atau menjadi objek dan untuk memperoleh ukuran partikel tertentu maka alat yang digunakan adalah ayakan. Dimana pengayakan kami lakukan dengan menggunakan ayakan yang bersusun dari ayakan dengan lubang ukuran lubang yang besar ke ayakan dengan lubang terkecil. Penyusunan ayakan yang tidak sesuai akan mengakibatkan kesalahan yang fatal dan ukuran partikel yang diinginkan tidak akan tercapai. Penggunaan ayakan ini sangat luas terkhusus untuk benda-benda berbentuk serbuk seperti terigu,semen, pasir kuarsa dll.

Pada praktikun yang kami lakukan ada dua ukuran partikel batu bata yang diinginkan yakni dpf (ukuran partikel yang sering muncul) dan dpm( ukuran partikel yang berada dtengah). Nilai dari dpf dapat diperole dngan cara membuat grafik hubungan antara P% dan dp dimana niali dpf adalah puncak tertinggi dari grafik. Nilai dari dpm diperoleh dengan cara membuat grafik hubungan antar C%OP/C%UP Vs dp. Dimana dpm adalah hasil plot terhadap dp(mm) dari titi perpotongan antara C%OP &C%UP.Pada praktikun yang kami lakukan dua kali ercobaan yakni dengan waktu 5 menit dan waktu 10 menit

X. KESIMPULANBerdasarkan percobaan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: Pengayakan adalah suatu proses untuk memisahkan atau memperoleh ukuran partikel tertentu dengan menggunakn ayakan. Nilai dpf untuk kecepatan putar 10 dan waktu 5 menit adalah:0.385 mm Nilai dpm untuk kecepatan putar 10 dan waktu 5 menit adalah: 0,364 mm Nilai dpf untuk kecepatan putar 10 dan waktu 10 menit adalah : 0,159 mm Nilai dpm untuk kecepatan putar 10 dan waktu 10 menit adalah: 0,24 mm

XI. DAFTAR PUSTAKA Buku penuntun praktikum satuan operasi 1 Jurusan Teknik Kimia politeknik Negeri jng Pandang, Makassar