sex diferensiasi

13
DIFERENSIASI SEKS Jenis Kelamin Individu Ditentukan oleh Kombinasi Kromosom Seks Sperma dan ovum memiliki jumlah kromosom yang haploid. Sewaktu terjadi pembuahan, sperma dan ovum menyatu untuk memulai individu baru dengan empat puluh enam kromosom , satu anggota dari setiap pasangan kromosom berasal dari ibu dan anggota yang lain dari ayah. (Gbr. 1)

Upload: muhammadbahori

Post on 24-Jul-2015

759 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sex Diferensiasi

DIFERENSIASI SEKS

Jenis Kelamin Individu Ditentukan oleh Kombinasi Kromosom Seks

Sperma dan ovum memiliki jumlah kromosom yang haploid. Sewaktu terjadi

pembuahan, sperma dan ovum menyatu untuk memulai individu baru dengan empat puluh

enam kromosom , satu anggota dari setiap pasangan kromosom berasal dari ibu dan anggota

yang lain dari ayah. (Gbr. 1)

Gambar 1. Distribusi kromosom pada reproduksi seksual

Page 2: Sex Diferensiasi

Apakah individu ditakdirkan menjadi pria atau wanita adalah fenomena genetik yang

ditentukan oleh kromosom-kromosom seks. Sewaktu 23 pasang kromosom memisah selama

meiosis, setiap sperma atau ovum menerima hanya satu anggota dari tiap-tiap pasangan

kromosom. 22 pasangan kromosom adalah kromosom otosom yang mengkode karakteristik

manusia umum serta sifat-sifat spesifik, misalnya warna mata. Pasangan kromosom yang

tersisa adalah kromosom seks, yang terdiri dari dua jenis yang berbeda secara genetis –

kromosom X yang lebih besar dan kromosom Y yang lebih kecil. Penentuan jenis kelamin

(sex determination) bergantung pada kombinasi kromosom-kromosom seks. Pria genetik

memiliki satu kromosom X dan satu Y; wanita genetik memiliki dua kromosom X. Dengan

demikian perbedaan genetik yang bertanggung jawab untuk semua perbedaan anatomis dan

fungsional antara pria dan wanita adalah kromosom Y. Pria memilikinya; wanita tidak.

Akibat meiosis selama gametosis, semua pasangan kromosom terpisah sehingga

setiap sel anak hanya memiliki satu anggota dari setiap pasangan, termasuk pasangan

kromosom seks. Apabila pasangan kromosom seks XY berpisah selama pembentukan sperma

akan menerima kromosom X dan separuh lainnya kromosom Y. Sebaliknya, selama

oogenesis, setiap ovum menerima sebuah kromosom X karena pemisahan kromosom XX

hanya menghasilkan kromosom X. Selama pembuahan, kombinasi sperma yang

mengandung X dengan ovum yang mengandung X yang menghasilkan wanita genetik, XX,

sementara penyatuan sperma yang membawa kromosom Y dengan ovum pembawa

kromosom X menghasilkan pria genetik, XY. Dengan demikian jenis kelamin genetik

ditentukan pada saat konsepsi dan bergantung pada jenis kromosom seks apa yang

terkandung di dalam sperma yang membuahi.

Page 3: Sex Diferensiasi

Differensiasi seks pada garis pria dan wanita bergantung pada ada tidaknya

determinan maskulinisasi selama periode kritis perkembangan embrio.

Perbedaan antara pria dan wanita terdapat dalam tiga tingkatan: jenis kelamin genetik,

gonad, dan fenotipe (anatomis) (Gbr 2).

Gambar 2. Diferensiasi Jenis Kelamin

Page 4: Sex Diferensiasi

Jenis kelamin genetik, yang bergantung pada kombinasi kromosom seks pada saat

konsepsi, pada gilirannya menentukan jenis kelamin gonad, yaitu apakah yang berkembang

adalah testis atau ovarium. Ada tidaknya kromosom Y menen tukan differensiasi gonad. Pada

bulan pertama dan separuh dari masa gestasi, semua embrio memiliki potensi untuk

berdifferensiasi mengikuti jalur pria atau wanita, karena jaringan reproduktif kedua jenis

kelamin yang sedang berkembang identik dan tidak dibeda-bedakan (indifferen).

Spesisifisitas gonad muncul selama minggu ketujuh masa kehidupan intrauterus sewaktu

jaringan gonad indiferen pada pria genetik mulai berdifferensiansi menjadi testis di bawah

pengaruh regio penentu jenis kelamin di kromosom Y (sex determining region of the

Chromosome, SRY), sebuah gen penentu jenis kelamin. Gen ini memicu serangkaian reaksi

yang menimbulkan perkembangan fisik pria. Regio penentu jenis kelamin di kromosom Y “

memaskulinisasikan” gonad (menginduksi perkembangan gonad tersebut menjadi testis)

dengan merangsang pembentukan antigen H-Y oleh sel-sel gonad primitif. Antigen H-Y,

yaitu protein membran plasma spesifik yang hanya dijumpai pada pria, mengarahkan

diferensiasi gonad menjadi testis. Karena wanita genetik tidak memiliki gen SRY sehingga

tidak menghasilkan antigen H-Y, jaringan gonad yang belum berdiferensiasi mulai

berkembang menjadi ovarium pada minggu kesembilan.

Jenis kelamin fenotipe, jenis kelamin anatomik yang tampak pada seseorang,

bergantung pada jenis kelamin gonad yang ditentukan secara genetis. Diferensiasi seks

mengacu pada perkembangan genetalia eksterna dan saluran reproduksi pada masa embrio

yang mengikuti jalur pria atau wanita. Seperti gonad yang belum berdiferensiasi, embrio dari

kedua jenis kelamin memiliki potensi untuk memiliki saluran reproduksi dan genetalia

eksterna pria atau wanita. Diferensiasi menjadi sistem reproduksi pria di pengaruhi hormon

maskulinisasi yang disekresikan oleh testis yang sedang berkembang. Testosteron adalah

androgen yang paling kuat. Tidak adanya hormon-hormon testis ini pada janin wanita

menyebabkan berkembangnya sistem reproduksi tipe wanita. Pada usia kehamilan sepuluh

sampai dua belas minggu, kedua jenis kelamin dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan

gambaran anatomis genetalia eksterna.

Genetalia eksterna pria dan wanita berkembang dari jaringan embrionik yang sama.

Pada kedua jenis kelamin, genetalia eksterna yang belum berdiferensiasi terdiri dari sebuah

tuberkel genital, sepasang lipatan urera yang mengelilingi sebuah alur uretra, dan lebih ke

lateral, pembengkakan genital (labioskrotum) (Gbr.3).

Page 5: Sex Diferensiasi

Gambar 3. Diferensiasi Seks Genetalia Eksterna. (a) Stadium belum berdiferensiasi (7

Minggu). (b)Perkembangan pria. (c) Perkembangan wanita

Tuberkel genital menghasilkan jaringan erotik yang sangat peka—pada pria glans

penis (tutup di ujung distal penis) dan pada wanita klitoris. Perbedaan utama antara glans

penis dan klitoris adalah ukuran klitoris yang lebih kecil dan ditembusnya glas penis oleh

muara uretra. Uretra adalah saluran (tabung) tempat keluarnya urin dari kandung kemih dan

pada pria juga berfungsi untuk penyaluran keluar semen melalui penis. Pada pria, lipatan

uretra yang mengelilingi uretra. Pembengkakan genital juga berfusi untuk membentuk

skrotum dan prepusium, lipatan kulit yang melebihi ujung penis dan sedikit banyak menutupi

glans penis. Pada wanita, lipatan uretra dan pembengkakan genital tidak menyatu di garis

tengah tetapi masing-masing berkembang menjadi labia minora dan mayora. Alur uretra tetap

terbuka, menjadi akses ke inferior melalui muara uretra dan orifisium (mulut ) vagina.

Page 6: Sex Diferensiasi

Walaupun genetalia eksterna pria dan wanita berkembang dari jaringan embriotik

tidak berdiferensiasi yang sama, hal ini tidak berlaku untuk saluran reproduksi. Dua sistem

duktus primitif –duktus Wolfii dan duktus Mulleri- berkembang di kedua embrio. Pada pria,

saluran reproduksi berkembang dari duktus Wolfii dan duktus Mulleri berdegenerasi,

sedangkan pada wanita, duktus Mulleri berkembang menjadi saluran reproduksi dan duktus

Wolfii mengalami regresi. Karena kedua sistem duktus sudah ada sebelum diferensiasi jenis

kelamin terjadi, embrio muda memiliki potensi untuk berkembang mengikuti baik jalur

saluran reproduksi pria dan wanita. Perkembangan saluran reproduksi mengikuti jalur pria

atau wanita ditentukan oleh ada tidaknya dua hormon yang disekresikan oleh testis janin-

testosteron dan Mullerian inhibiting factor (Gbr. 2). Suatu hormon yang dikeluarkan oleh

plasenta, human chorionic gonadotropin, tampaknya merupakan stimulus bagi sekresi testis

awal ini. Testesteron memicu perkembangan duktus Wolfii menjadi saluran reproduksi pria

(epididimis, duktus deferens, duktus ejakulatorius, dan vesika seminalis). Hormon ini, setelah

diubah menjadi Dihidrotestosteron (DHT), juga bertanggung jawab dalam diferensiasi

genetalia eksterna menjadi penis dan skrotum. Sementara itu, Mullerian –inhibiting factor

menyebabkan regersi duktus Mulleri. Tanpa adanya testosteron dan Mullerian –inhibiting

factor pada wanita, duktus mengalami regresi, sedangkan duktus Mulleri berkembang

menjadi saluran reproduksi wanita (oviduktus dan uterus), dan genetalia eksterna

berdiferensiasi menjadi klitoris dan labia.

Perhatikan bahwa jaringan reproduksi embrionik yang belum berdiferensiasi secara

pasif berkembang menjadi struktur wanita, kecuali jika mendapat pengaruh aktif dari faktor-

faktor maskulinisasi. Tanpa adanya hormon pria testesteron, akan berkembang saluran

reproduksi dan genetalia eksterna wanita apapun jenis kelamin individu yang bersangkutan.

Bahkan ovarium tidak diperlukan untuk feminimisasi jaringan genetalia wanita. Pola kontrol

untuk menentukan diferensiasi jenis kelamin seperti ini memang merupakan hal yang sesuai

mengingat bahwa janin dari kedua jenis kelamin terpajan ke hormon-hormon seks wanita

dalam konsentrasi tinggi selama masa gestasi. Apabila hormon-hormon seks wanita memiliki

pengaruh pada perkembangan saluran reproduksi dan genetalia eksterna, semua janin akan

mengalami feminisasi.

Pada kasus yang lazim, jenis kelamin genetik dan diferensiasi jenis kelamin cocok

satu sama lain; yaitu pria genetik tampak sebagai pria secara anatomis dan berfungsi sebagai

pria, dan kesesuaian yang sama juga berlaku bagi wanita. Namun, kadang-kadang terjadi

Page 7: Sex Diferensiasi

ketidakcocokan antara jenis kelamin genetik dan anatomik karena kesalahan pada diferensiasi

jenis kelamin, seperti yang digambarkan oleh contoh berikut:

Apabila testis pada pria genetik gagal berdiferensiasi dengan benar dan tidak

mengeluarkan hormon, hasilnya adalah berkembangnya individu dengan anatomi

wanita tetapi gen pria yang tentu saja, akan steril.

Karena testosteron bekerja pada duktus wolfii untuk mengubahnya menjadi saluran

reproduksi pria, sedangkan DHT (turunan testosteron) bertanggung jawab untuk

maskulinisasi genitalis eksterna, defisiensi genetik enzim mengubah testosteron

menjadi DHT akan menghasilkan pria genetik dengan testis dan saluran reproduksi

pria tetapi genetalia eksternya wanita.

Kelenjar adrenal dalam keadaan normal mengeluarkan suatu androgen lemah,

dehidroepiandrosteron, dalam jumlah yang tidak mencukupi untuk menyebabkan

maskulinisasi wanita. Namun, sekresi berlebihan dan patologis hormon ini pada janin

yang secara genetis wanita selama tahap-tahap kritis berkembangan menyebabkan

saluran reproduksi dan genetalia eksterna berkembang mengikuti jalur pria

Kadang-kadang ketidaksesuaian antara jenis kelamin genetik dan jenis kelamin yang

tampak ini belum diketahui sampai masa pubertas, saat temuan tersebut menyebabkan krisis

identitas gender yang menimbulkan trauma psikologis. Sebagai contoh; individu dengan gen

wanita yang mengalami maskulinisasi memiliki ovarium tetapi dengan genetalia eksterna

jenis pria, sehingga dibesarkan sebagai anak laki-laki. Ketika terjadi pembesaran payudara

(disebabkan oleh ovarium yang mulai aktif mensekresikan estrogen) dan tidak timbul

janggut (karena tidak ada testoseron yang disebabkan oleh tidak adanya testis), akan timbul

masalah. Dengan demikian setiap masalah diferensiasi jenis kelamin harus didiagnosis sejak

masa bayi. Jika jenis kelamin sudah ditentukan; hal tersebut dapat diperkuat, jika

diperlukan,dengan terapi bedah atau hormon sehingga perkembangan psikoseksual dapat

berlangsung senormal mungkin. Kasus-kasus ketidaksesuain diferensiasi jenis kelamin yang

lebih ringan sering muncul sebagai masalah sterilitas.

Page 8: Sex Diferensiasi

Bahan bacaan:

1. Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem, Ed:2. Jakarta:

EGC

2. Tortora, Graboswki. (1996). Principles of anatomy and physiology. Philadelpia :

Harper Collins Pub. Inc

Page 9: Sex Diferensiasi

Tugas Diskusi

DIFERENSIASI SEKS

Oleh :

Nama: Muhammad Bahori

NIM: 20112508044

Dosen Pembimbing:

dr. Swany, M. Biomed

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012