sesun!ffflllwva .'c.-udah kl'.'ullfan ifu ada kemll,hlh,ln. · 01 oaerah irigasi...

119
SeSUn!ffflllwva .'c.-udah kl'.'ullfan Ifu ada kemll,hlh,ln. },1aka apablla kamu re"lh .-drsaifdarl.'iuaru urUS<lIl). kerjakanlah dell!/'In ,lllluuuh';,llnlj(juh (uru;;an) v,m!f "lill. (;t"lIn }l/asvrah : 7 d,m 8) Safll b<lljlan ked/ paja/anan hidup te/ah berlabuh }l/dmlln alllnan lanflkah m,I.,11t Jault ruk sampal Xasa haru. baha(!/a dan .,vukllr van(! mcndalam }Cusadar ;;I'InII<! ini k,lrena kl"'-',1-fi111 .. Vt1 .. ;tlklh l ),llIln!lln kUl'rr.,rmbahkali ha.-II karva inl krl'ada ;tv,lh,llId,l. /bunda. kdkak dan adlkku rere/nta serta kekaslhku Sandra

Upload: lamkiet

Post on 10-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SeSUn!ffflllwva .'c.-udah kl'.'ullfan Ifu ada kemll,hlh,ln. },1aka apablla kamu re"lh .-drsaifdarl.'iuaru urUS<lIl).

kerjakanlah dell!/'In ,lllluuuh';,llnlj(juh (uru;;an) v,m!f "lill. (;t"lIn }l/asvrah : 7 d,m 8)

Safll b<lljlan ked/ paja/anan hidup te/ah berlabuh }l/dmlln alllnan lanflkah m,I.,11t Jault ruk sampal Xasa haru. baha(!/a dan .,vukllr van(! mcndalam }Cusadar ;;I'InII<! ini k,lrena kl"'-',1-fi111 .. Vt1 .. ;tlklh

l ),llIln!lln kUl'rr.,rmbahkali ha.-II karva inl krl'ada ;tv,lh,llId,l. /bunda. kdkak dan adlkku rere/nta

serta kekaslhku Sandra

OPTIMASI POLA TANAM OENGAN SISTEM GOLONGAN

DAN KAITANNYA OENGAN KETERSEOIAAN TENAGA KERJA

01 OAERAH IRIGASI LEUWINANGKA, DlVISI TARUM TIMUR,

KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

Oleh:

RIO ROSSVICHYANTO

F 29.0943

1997

FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Rio Rossvichyanto. F 29.0943. Optimasi Pola Tanarn dengan Sistem Golongan dan Kaitannya dengan Ketersediaan Tenaga Kerja di Daerah Irigasi Leuwinangka, Divisi Tarurn Timur, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Di bawah birnbingan : Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA.

RINGKASAN

Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian

Indonesia. Untuk meningkatkan produksi pertanian maka perlu adanya

peningkatan unsur-unsur penunjangnya, yang salah satunya adalah

air.

Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan di dalam pengaturan

air irigasi yaitu dengan sistem golongan, dimana areal yang

terletak pada golongan yang sarna dituntut untuk menyelesaikan

setiap tahap kegiatan produksi dalam waktu yang bersamaan.

Surnberdaya lain untuk mendukung peningkatan produksi

pertanian adalah tenaga kerja, baik tenaga kerja biologis maupun

tenaga kerja mekanis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pola tanam

optimum berdasarkan ketersediaan alr pada suatu daerah irigasi

sehingga diperoleh luas areal tanam yang maksimum dengan kendala

jumlah tenaga kerja manusia dan traktor tanganyang tersedia.

Pelaksanaan penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan

observasi daerah penelitian, penentuan parameter, pengumpulan

data, perhitungan dan pengolahan data dengan program komputer

serta penulisan laporan.

Dari hasil optimasi dengan faktor kendala ketersediaan air

dan efisiensi irigasi untuk padi sawah 65% diperoleh pola tanarn

padi-padi-palawija dan padi-padi-bera dengan lima golongan

pernberian air. Luas tanam keseluruhan mencapai 10649.2 Ha dengan

intensitas tanarn untuk padi sebesar 200% dan untuk palawija

sebesar 37.4%.

Pada optirnasi tahap berikutnya dengan faktor pernbatas jumlah

tenaga kerja tersedia, ternyata tenaga kerja yang tersedia

mencukupi apabi1a pola tanam terpilih diterapkan.

Dari hasil

tidak mencukupi

optimasi

apabila

diketahui jumlah traktor yang tersedia

pola tanam terpilih diterapkan. Untuk

efisiensi irigasi padi sawah 65% kekurangan unit traktor terj adi

pada Februari-2 sebanyak 177 unit, Maret-1 sebanyak 315 unit,

Maret-2 sebanyak 23 unit, April-2 sebanyak 112 unit, Agustus-1

sebanyak 32 unit, Agustus-2 sebanyak 72 unit, Oktober-2 sebanyak

177 unit, pada bulan November-1 sebanyak 315 unit, pada bulan

November-2 sebanyak 23 unit dan pada bulan Desember-2 sebanyak

12 unit. Besarnya intensitas tanam untuk padi adalah 82.00~ dan

untuk palawija adalah 22.72% dengan luas tanam keseluruhan

mencapai 4698.6 Ha.

Sedangkan

diperoleh pola

untuk efisiensi irigasi padi sawah sebesar 40%

tanam padi-padi-palawija, padi-palawija-palawija

dan padi-padi-bera dengan empat golongan pemberian air. Luas tanam

keseluruhan mencapai 10632.3 Ha dengan intensitas tanam untuk padi

sebesar 182.5% dan untuk palawija sebesar 54.6%.

Dari hasil optimasi dengan faktor pembatas tenaga kerja,

ternyata ketersediaan tenaga kerja mencukupi apabila pola tanam

terpilih diterapkan.

Sedangkan untuk optimasi dengan faktor pembatas jumlah

traktor tangan tersedia ternyata terdapat kekurangan unit traktor

yang terjadi pada Maret-1 sebanyak 378 unit, Maret-2 sebanyak

257 unit, April-2 sebanyak 161 unit, Agustus-1 sebanyak 240 unit,

November-1 sebanyak 378 unit, November-2 sebanyak 257 unit dan

Desember-2 sebanyak 108 unit. Besarnya intensitas tanam untuk padi

adalah 60.97% dan untuk palawija adalah 15.06% dengan total luas

lahan yang dapat diolah sebesar 3409.6 Ha.

OPTIMASI POLA TANAM OENGAN SISTEM GOLONGAN

OAN KAITANNYA OENGAN KETERSEDIAAN TENAGA KERJA

01 OAERAH IRIGASI LEUWINANGKA, DlVISI TARUM TIMUR,

KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

Oleh

RIO ROSSVICHYANTO

F 29.0943

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Jurusan Mekanisasi Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

1997

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

OPTIMASI POLA TANAM DENGAN SISTEM GOLONGAN

DAN KAITANNYA DENGAN KETERSEDIAAN TENAGA KERJA

DI DAERAH IRIGASI LEUWINANGKA, DIVISI TARUM TIMUR,

KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Jurusan Mekanisasi Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

I nstitut Pertanian Bogor

Oleh

RIO ROSSVICHYANTO

F 29.0943

Dilahirkan pada tanggal18 Juni 1974

di Bogor

Tanggallulus: 21 Januari 1997

/ .. ~~-.~ .... • <' " ,'Disetujui

,

J, f.,' Bogor,.501 Januari 1997

r, ~' r;;.,iJt~~ \" ./~-- . 'Qr.~lr. Nora Herdiana Pandjaitan. DEA

'\ Dosen Pembimbing

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

berkah, rahmat, dan ridho-Nya hingga Penulis dapat menyelesaikan

skripsi inl.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam penyelesaian studi/kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian,

yang didasarkan atas pengamatan dan analisis mengenai pola tanam

di Daerah Irigasi Leuwinangka, Divisi Tarum Timur Perum otorita

Jatiluhur, Seksi Pengairan Subang, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terirna

kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1. Dr. Ir. Nora H. pandjaitan, DEA.,

yang telah memberikan petunjuk

selaku Dosen Pembimbing utama

dan bimbingan, mulai dari

persiapan sampai tersusunnya skripsi ini.

2. Ir. Yanuar Jarwadi P, MS dan Ir. Arief Sabdo Yuwono,MSc selaku

dosen penguji.

3. Pimpinan, staf dan karyawan Divisi Pengairan Timur Perum otorita

Jatiluhur dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang

yang telah membantu baik dalam pelaksanaan maupun penyusunan

skripsi ini.

4. Ayahanda, Ibunda, serta kakak dan adik yang selama ini telah

memberikan bantuan moril maupun materi serta mendoakan penulis.

5. Vientini Candra Dewi yang selama ini memberikan bantuan rnoril

dan mendoakan penulis, serta rekan-rekan dan semua pihak yang

telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Bogor, Desember 1996

Penulis

DAFTAR lSI

Halarnan

KATA PENGANTAR ..••.•..••.............•..........• i

DAFTAR TABEL •••.•...••...••...••.•..•.....•••..... i v

DAFT AR GAMBAR •.....••......•.........••••......... vii

DAFTAR LAMPlRAN ••.....•..........•••......•...•... ix

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 1

B. TUJUAN .••.•....••......................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KEBUTUHAN AIR TAN"~ 3

B. KETERSEDlAAN AIR BAGI TANAMAN ...••......•• 11

c. KEBUTUHAN AIR IRIGASI 16

D. KEBUTUHAN TENAGA PENGOLAH TANAH ........... 16

E. PROGRAM LINIER ...•..•.........•........... 19

III. METODOLOGI

A. TEMPAT DAN WAKTU .••....................... 20

B. ALAT .....••.............•..•....•......... 20

C. ME TODE .•............•...••.•...••......... 20

IV. KEADAAN UMUM DAERAH IRIGASI

A. KEADAAN UMUM .•....•....................... 28

B. PERTANIAN ••••...••.••...•••••.••••.......• 30

C. TENAGA KERJA .••..•••••.•.•.•.....••••••••. 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KEBUTUHAN AIR IRIGASI BAGI TANAMAN .•...••• 33

B. OPTIMAS I POLA TANAM •.••••.......••••••••.. 43

ii

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMP IRAN

iii

\ "

65

69

71

73

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

DAFTAR TABEL

Halaman

Nilai (kc) untuk tanaman padi ..... ... ............ 7

Nilai koefisien tanaman (kc) palawija 7

Hubungan tekstur, kemiringan dan perkolasi ....... 10

Kelas fisiografik lahan .......................... 10

Harga efisiensi untuk tanaman palawija ...... ..... 15

Kebutuhan tenaga kerja untuk proses produksi padi

hingga panen ..................................... 17

Kebutuhan tenaga kerja untuk proses produksi

palawija hingga panen ............................ 18

Angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja traktor

tangan dengan faktor koreksi ± 10"

Nilai evapotranspirasi acuan (ETo)bulanan ....... .

19

34

Tabel 10. Nilai ETc (mm/hari) tanaman padi varietas umur

pendek (SMV) berdasarkan saat tanam 35

Tabel 11. Nilai ETc (mm/hari) tanaman palawija berdasarkan

saat tanam 36

Tabel 12. Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan untuk

setiap bulan (mm/hari) 37

Tabel13. Nilai perkolasi pada Daerah Irigasi Leuwinagka ... 38

Tabel 14. Curah hujan efektif periode 1/2 bulanan untuk

tanaman padi dan palawija ........................ 41

Tabel 15. Debit air irigasi andalan dengan peluang tersedia

80% (Q80,) 42

iv

Tabel 16. Pola tanam terpilih dan luas optimum pada opti­

masi pertama berdasarkan ketersediaan air bila

efisiensi irigasi padi sawah 65%

Tabel17. Debit air sisa (Q,i,,1 dan debit air yang terpakai

(Qpakai 1 pada pola tanam terpilih setelah dilakukan

optirnasi pertama dengan efisiensi irigasi padi

sawah 65%

Tabel 18. Pola tanam terpilih dan luas optimum setelah dua

kali optimasi berdasarkan ketersediaan air bila

efisiensi irigasi padi sawah 65%

Tabel 19. Debit air sisa (Q'i" 1 dan debit air yang terpakai

(Qpak"j 1 pada pola tanam terpilih setelah dilakukan

dua kali optimasi dengan efisiensi irigasi padi

sawah 65%

Tabel 20. Pola tanam terpilih dengan ketersediaan tenaga

kerja sebagai faktor pembatas bila efisiensi

irigasi padi sawah 65~

Tabel 21. Pola tanam terpilih berdasarkan optimasi dengan

ketersediaan traktor tangan sebagai faktor pemba-

44

45

46

48

49

tas dan efisiensi irigasi padi sawah 65% ......... 51

Tabel 22. Kekurangan tenaga traktor tangan yang terjadi bila

ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola

tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 65%1 53

Tabel 23. Kebutuhan jumlah tenaga kerja manusia untuk

menutupi kekurangan unit traktor 54

v

Tabel 24. Pola tanam terpilih dan luas optimasi pada opti­

masi pertarna berdasarkan ketersediaan air bila

efisiensi irigasi padi sawah 40%

Tabel 25. Debit air sisa (Q'i") dan debit air yang terpakai

(Qp'kad pada pola tanam terpilih setelah dilakukan

optimasi pertama dengan efisiensi irigasi padi

sawah 40%

Tabel 26. Pola tanam terpilih dan luas optimum setelah dua

kali optimasi berdasarkan ketersediaan air bila

efisiensi irigasi padi sawah 40%

Tabel 27. Debit air sisa (Q'i") dan debit air yang terpakai

(Qpak,d pad a pola tanam terpilih setelah dilakukan

dua kali optimasi dengan efisiensi irigasi padi

sawah 40%

Tabel 28. Pola tanam terpilih dengan ketersediaan tenaga

kerja sebagai faktor pernbatas dan efisiensi

55

56

57

58

irigasi padi sawah 40" ........................... 59

Tabel 29. Pola tanam terpilih berdasarkan optirnasi dengan

ketersediaan traktor tangan sebagai faktor pernba-

tas dan efisiensi irigasi padi sawah 40't:, ••.•••••• 61

Tabel 30. Kekurangan tenaga traktor tangan yang terjadi bila

ingin dicapai luas tanam rnaksimal dengan pola

tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 40%) 62

Tabel 31. Kebutuhan jumlah tenaga kerja manusia untuk

menutupi kekurangan unit traktor ... .............. 63

vi

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

DAFTAR GAMBAR

Ha1aman

Bagan a1ir optimasi pola tanam dengan

sistem golongan dan kaitannya dengan

ketersediaan tenaga kerja ...... ......... 27

Bendung Leuwinangka

Grafik debit air lrlgasl andalan dengan

peluang tersedia 80%

Grafik keseimbangan debit tersedia dan

debit terpakai setelah dilakukan optimasi

pertama dengan efisiensi irigasi padi sa-

wah 65%

Grafik keseimbangan debit alr sisa yang

tersedia dan debit terpakai setelah dua

kali optimasi dengan efisiensi irigasi

padi sawah 65%

Grafik kebutuhan tenaga kerja pada model

optimasi dengan tenaga kerja sebagai fak­

tor pembatas dan efisiensi irigasi padi

29

42

45

47

sawah 65% ............................... 50

Grafik tenaga traktor yang tersedia dan

yang terpakai setelah dilakukan optimasi

(efisiensi irigasi padi sawah 65%)

vii

52

Gambar 8.

Gambar 9.

Grafik tenaga traktor yang tersedia dan

yang terpakai bila ingin dicapai luas

tanam maksimal dengan pola tanam terpilih

(efisiensi irigasi padi sawah 65%) ..... .

Grafik keseimbangan debit tersedia dan

debit terpakai setelah dilakukan optimasi

pertama dengan efisiensi irigasi padi sa-

wah 40 96

Gambar 10. Grafik keseimbangan debit air sisa yang

tersedia dan debit terpakai setelah dila­

kukan dua kali optimasi dengan efisiensi

54

56

irigasi padi sawah 40% .......... ........ 58

Gambar 11. Grafik kebutuhan tenaga kerja pada model

optimasi dengan tenaga kerja sebagai fak-

tor pembatas dengan efisiensi irigasi pa-

di sawah 40%

Gambar 12. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan

yang terpakai bila ingin dicapai luas

tanam maksimal dengan pola tanam terpilih

60

(efisiensi irigasi padi sawah 40%) ...... 62

Gambar 13. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan

yang terpakai setelah dilakukan optimasi

(efisiensi irigasi padi sawah 40%) 63

viii

Lampiran l.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Larnpiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Peta situasi Daerah Irigasi Leuwinangka ...... 74

Skema Daerah Irigasi Leuwinangka ............. 75

Jaringan irigasi di daerah pengamat Pagaden .. 76

Peta fisiografik dan jenis tanah Daerah

Irigasi Leuwinangka

Peta Poligon Thiessen ....................... .

Data curah hujan (mm/hari) selama 10 tahun

(1986-1995) dan curah hujan rata-rata

(mm/hari) pada setiap stasiun penakar hujan di

Daerah Irigasi Leuwinangka

Total curah hujan rata-rata (mm/hari) di Dae-

77

78

79

ah Irigasi Leuwinangka ....................... 83

Tipe iklim di Daerah Irigasi Leuwinangka

menurut Oldeman

Data lama waktu penyinaran matahari (jam/hari)

Data kecepatan angin rata-rata (km/jarn) selama

84

85

10 tahun (1984-1993).......................... 85

Data suhu rata-rata ("C) selama 10 tahun

(1984-1993) 86

Data kelembaban relatif (%) selama 10 tahun

(1984-1993) 86

Lampiran 13. Debit bendung Leuwinangka (ltr/detik) selama

10 tahun (1986-1995).......................... 87

ix

Lampiran 14.

Lampiran 15.

Lampiran 16.

Lampiran 17.

Larnpiran 18.

Lampiran 19.

Kebutuhan air irigasi (liter/detik/Ha) untuk

pola tanarn padi-padi-palawija dan padi-

palawija-palawija masa tanam Oktober-l hingga

Desember-2, dengan efisiensi irigasi padi

sawah 65% 88

Kebutuhan air irigasi (liter/detik/Ha) untuk

pola tanam padi-padi-bera masa tanam Oktober-2

hingga Januari-l, dengan efisiensi irigasi

padi sawah 65% 89

Kebutuhan air irigasi (liter/detik!Ha) untuk

pola tanarn padi-padi-palawija dan padi-

palawija-palawija masa tanam Oktober-l hingga

Desember-2, dengan efisiensi lrigasi padi

sawah 40, 90

Kebutuhan air irigasi (liter/detik/Ha) untuk

pola tanam padi-padi-bera masa tanam Oktober-2

hingga Januari-l, dengan efisiensi irigasi

padi sawah 40 9, 91

Hasil optirnasi pada model optirnasi pertarna

dengan pola tanam padi-padi-palawija dan padi-

palawija-palawija dengan efisiensi irigasi

padi sawah 65% ............................... 92

Hasil optimasi pada model , optimasi

dengan pola tanam padi-padi-bera

kedua

dengan

efisiensi irigasi padi sawah 65% ............. 94

x

Lampiran 20.

Lampiran 21.

Lampiran 22.

Lampiran 23.

Lampiran 24.

Lampiran 25.

Lampiran 26.

Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih

dengan faktor pembatas jumlah tenaga kerja

tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah

65% .......................................... 95

Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih

dengan faktor pembatas jumlah traktor tangan

tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah

65% .......................................... 96

Hasil optimasi pad a model optimasi pertama

dengan pola tanam padi-padi-palawija dan padi-

palawija-palawija dengan efisiensi irigasi

padi sawah 40% ............................... 97

Hasil optimasi pada model optimasi

dengan pola tanam padi-padi-bera

kedua

dengan

efisiensi irigasi padi sawah 40% ............ , 99

Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih

dengan faktor perrbatas jumlah tenaga kerja

tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah

40% .......................................... 100

Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih

dengan faktor pembatas jumlah traktor tangan

tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah

40% .......................................... 101

Data jum1ah petani, buruh tani dan jum1ah

traktor tangan di Daerah Irigasi Leuwinangka. 102

xi

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian

Indonesia. Untuk meningkatkan produksi pertanian maka perlu

adanya peningkatan unsur-unsur penunjangnya, yang salah

satunya adalah air. Dengan meningkatnya kebutuhan air yang

nantinya akan melebihi ketersediaan air, maka perlu adanya

usaha meningkatkan penggunaan air secara lebih efisien dan

efektif.

Upaya pendayagunaan air melalui irigasi memerlukan

suatu sistem pengembangan yang baik, agar kehilangan air

yang terjadi dapat dicegah seminirnal mungkin sehingga debit

yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksirnal.

Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan di dalam

pengaturan air irigasi yaitu dengan pergiliran pembagian air

yang lebih dikenal dengan sistern golongan. Di dalam satu

daerah irigasi dapat dibagi rnenjadi beberapa golongan

pembagian air. Areal yang terdapat dalarn satu golongan yang

sama, akan memperoleh jumlah air yang sama dalarn jangka

waktu yang sama, sesuai dengan komponen kegiatan produksi.

Oleh karena itu dalam sistem golongan, areal yang terletak

dalam golongan yang sarna dituntut untuk rnenyelesaikan setiap

komponen kegiatan produksi dalam waktu yang bersarnaan.

2

Sumberdaya lain untuk mendukung peningkatan produksi

pangan adalah tenaga kerj a serta alat dan mesin budidaya

pertanian, misalnya traktor tangan. Jika dalam satu golongan

terdapat kekurangan tenaga kerja dan traktor tangan, hal ini

dapat mengakibatkan keterlambatan tanam atau mengakibatkan

pemanfaatan lahan dan sistem irigasi yang kurang efektif.

Penyempurnaan cara pembagian air irigasi dan

peningkatan efisiensi pada jaringan utama maupun pada .

jaringan tersier perlu diperhatikan. Salah satu upaya

penyempurnaan tersebut aoalah melalui us aha mengoptimumkan

sumberdaya yang terbatas, dalam hal ini adalah ketersediaan

air, luas lahan, jumlah tenaga kerja dan jumlah traktor

tang an sehingga dapat ditentukan pola tanam dengan luas

areal yang optimum.

B. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pola

tanam optimum berdasarkan ketersediaan air di Daerah Irigasi

Leuwinangka sehingga diperoleh luas areal tanam yang

maksimum dengan kendala jumlah tenaga kerja dan jumlah

traktor tangan yang tersedia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KEBUTUHAN AIR TANAMAN

Jumlah air yang diperlukan tanaman selama masa

pertumbuhannya meliputi kebutuhan air untuk evapotranspirasi,

perkolasi dan pengolahan tanah, sedangkan untuk tanaman semi

aquatik seperti padi, air diperlukan juga untuk penggenangan.

1. Evapotranspirasi

Israelsen dan Hansen (1962 ) mendefinisikan bahwa

pemakaian konsumtif ("consumpti ve use") meliputi

transpirasi dan evaporasi dari daun tanaman, ditambah dengan

evaporasi dari air permukaan.

Untuk menentukan besarnya evapotranspirasi acuan dapat

digunakan metode atau rumus empiris antara lain metode

Blaney-Criddle, metode Thornthwaite, metode Radiasi, metode

Penman, metode Panci Evaporasi dan menggunakan tangki

lisimeter (Doorenbos dan Pruitt, 1977).

a. Metode Blaney-Criddle

Pendugaan evapotranspirasi dengan metode ini

dilakukan jika hanya data suhu yang diketahui :

ETa C X P X (0.4 6T + 8) ...... (1)

4

dimana

ETo Evapotranspirasi potensial tanaman (rom/hari)

c Faktor penyesuaian berdasarkan kelembaban relatif

dan kecepatan angin pada siang hari.

p Persentase rata-rata jam siang hari tahunan

berdasarkan latitude (%)

T Suhu udara rata-rata harian ("C)

b. Metode Thornthwaite

a e ~ 1.6 X (10 t/I) ..... (2)

dimana

e Evapotranspirasi buliman yang belum disesuaikan

(rom/hari )

t Suhu udara rata-rata harian (C)

I Indeks panas tahunan, yang merupakan indeks panas

bulanan (i) setahun

l (tiS) I,' H

a 6.75 x 10- r" + 0.01792 1 + 0.49239

c. Metode Radiasi

Pendugaan evapotranspirasi dengan metode ini

digunakan apabila data suhu udara dan penyinaran matahari

diketahui

ETa C X W X (0.25 + O.SniN) X Ra ... (3)

dimana

c

w

5

Faktor penyesuaian berdasarkan kelembaban relatif

dan kecepatan angin pada siang hari.

Faktor pembobot berdasarkan suhu udara dan

latitude

n/N Perbandingan lama penyinaran matahari sebenarnya

dengan lama penyinaran potensial

Ra Radiasi matahari yang diterima atmosfir (mm/hari)

d. Metode Penman

Pendugaan dengan menggunakan metode ini member ikan

pengukuran terintegrasi pengaruh radiasi, keeepatan

angin, suhu udara, kelembaban udara, dan tekanan uap

air :

ETu ex [wxRn+ (l-w) xf(u) x (ea-ed)] .... (4)

dimana

Rn Radiasi netto nilainya setara dengan evaporasi

(mm/hari)

f(u) Fungsi keeepatan angin

ea-ed Perbedaan antara tekanan uap air jenuh pada

suhu udara rata-rata dengan tekanan uap air

rata-rata di udara (mbar).

6

e. Metode Panci Evaporasi

Pendugaan evapotranspirasi menggunakan metode ini

diperoleh dari pengukuran hasil evaporasi pada panci

ETo Kp x ET"ao ..... (5)

dimana :

Kp Koefisien panci

Evaporasi dari panci (mm/hari)

Kebutuhan air tanaman atau evapotranspirasi tanaman

(ET" ) dirumuskan sebagai perkalian evapotranspirasi acuan

(ET,,) dengan koefisien tanaman (kc) yang besarnya tergantung

dari jenis dan umur tanaman (Doorenbos dan Pruitt, 1977)

atau

ET kc x ET" ...... (6)

dimana :

ET Evapotranspirasi tanaman (lfu<l/hari)

Kc Koefisien tanaman

ETo Evapotranspirasi acuan (mm/hari)

Selain dengan menggunakan ke lima metode tersebut di

atas besarnya evapotranspirasi dapat ditentukan berdasarkan

pengukuran langsung dengan menggunakan tangki lisimeter,

dimana nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) diperoleh dari

tinggi penurunan muka air di dalam tangki yang beralas dan

ditanami pada bagian atasnya.

7

Ni1ai koefisien tanaman (kc) untuk tanaman padi di

Asia dapat di1ihat pada Tabel 1.

Tabe1 1. Nilai kc untuk tanaman padi

Tahap Varietas umur pendek Varietas umur panjang Pertumbuhan Kc Lama Kc Lama

Tanaman (hari) (hari) Vegetatif-l 1. 10 15 1.10 15 Vegetatif-2 1. 10 15 1. 10 30 Reproduksi-1 1. OS 15 1.10 30 Reproduksi-2 1. OS 15 1. OS 15 Pematangan-1 0.95 15 0.95 15 Pematangan-2 0.00 IS 0.00 15 Sumber Doorenbos dan PrUltt (1977)

Tabel 2. Nilai koefisien tanaman (kc) palawija

Jangka 1/2 bu1anan setelah tanam

Tanaman tumbuh

(hari) 1 2 3 4 5 6 7 8

Kede1ai 85 0.5 0.75 1. 00 1. 00 0.82 0.45

Jagung 80 0.5 0.59 0.96 1. 05 1. 02 0.95

K.tanah 130 0.5 0.51 0.66 0.85 0.95 0.95 0.55 0.55

Bawang 70 0.5 0.51 0.69 0.90 0.95

Buncis 75 0.5 0.64 0.89 0.95 0.88

Sumber Doorenbos dan Prultt (1977)

Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), nilai koefisien

untuk palawij a rata-rata setiap setengah bulannya adalah :

0.50; 0.70; 0.95; 1.00; 0.95; 0.90.

2. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan

Cara penyiapan lahan yang digunakan akan menentukan

besarnya kebutuhan air irigasi. Besarnya kebutuhan air untuk

8

penyiapan lahan meliputi kebutuhan air untuk penjenuhan,

pengolahan tanah dan penggenangan setelah transplantasi.

Kebutuhan air untuk tanah bertekstur be rat tanpa

retak-retak adalah 200 rum. Jumlah tersebut termasuk air

untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan

transplantasi tidak akan ada lapisan air yang tersisa di

sawah. Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah

akan ditambah sebanyak 50 rum. Secarakeseluruhan, ini

berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjadi 250 rum

untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah

transplantasi selesai. Bila lahan telah dibiarkan bera

selama jangka waktu 2.5 bulan atau lebih, maka lapisan air

yang diperlukan untuk penyiapan

(Departemen Pekerjaan Umum, 1986).

lahan adalah 300 rum

Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan

lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor

dan Zijlstra (Departemen Pekerjaan Umum, 1986). Metode

tersebut berdasarkan laju air konstan (liter/detik) selama

periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :

IR Me k/ (e k -1) • . • • • • (7)

dimana :

IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (rum/hari)

9

M kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi kehilangan

air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah

dijenuhkan (mm/hari)

M Eo + P

Eo Evaporasi air terbuka, yai tu sebesar 1.1 x ETo selama

penyiapan lahan (mm/hari)

P Perkolasi (mm/hari)

k MT/S

T Jangka waktu penyiapan lahan (hari)

S Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan genangan

setinggi 50 mm, yakni 200 mm + 50 mm ~ 250 mm

e Bilangan dasar logaritma natural yang besarnya 2.718218

3. Perkolasi

Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah.

Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan

yang baik, laju perkolasi berkisar antara 1 3 mm/hari.

Pada tanah yang lebih ringan, laju perkolasi dapat lebih

besar dari 3 mm/hari (Fukuda dan Tsutsui, 1973).

Tabel 3 menunjukkan besarnya kehilangan air akibat

perkolasi yang dipengaruhi tekstur dan kemiringan lahan.

Kelas kemiringan 1 adalah untuk kelas fisiografik 1 dan 2

dan kelas kemiringan 2 adalah untuk kelas fisiografik 3, 4,

dan 5 (Tabel 4).

10

Tabel 3. Hubungan tekstur, kemiringan dan perkolasi

Tekstur kelas kelas kehilangan tekstur kemiringan (% ) (rom/hari)

Halus 3 1 1.5-2.0 2 2.5-3.0

Sedang 2 1 3.0 2 4.0

Kasar 1 5.0

Sumber: Puslltbang Pengalran dan Deft Hydraullcs (1991)

Tabel 4. Kelas fisiografik lahan

Kelas Kondisi Lahan fisiografik

1 Datar

2 Berombak

3 Berombak-bergelombang

4 Bergelombang/bergelombang berbukit

5 Berbukit/berbukit bergunungan

Sumber: Puslltbang Pengalran dan Deft Hydraullcs (1991)

4. Penggantian Lapisan Air

Penggantian lapisan air berdasarkan kebutuhan air

tanaman dilakukan setelah pemupukan. Jika tidak ada

penjadwalan penggantian lapisan air setelah pemupukan maka

dilakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 rom

(3.3 rom/hari) selama 1/2 bulan dalam j angka waktu 1-2 bulan

setelah masa transplantasi (Departemen Pekerjaan Umum,

1986) .

II

B. KETERSEDIAAN AIR BAGI TANAMAN

Ketersediaan air bagi tanaman diharapkan sebagian besar

dapat dipenuhi oleh curah hujan efektif. Namun mengingat

besarnya curah hUjan efektif tidak tetap sepanjang tahun, maka

ada suatu periode dimana kebutuhan air bagi tanarnan harus

dipenuhi oleh surnber air yang berasal dari suatu jaringan

irigasi.

1. Curah Hujan Efektif

Menurut Oldernan dan Syarifuddin (1977), curar. hujan

yang jatuh dan efektif untuk perturnbuhan tanarnan, tergantung

pada intensitas curah hujan, topografi, sistern penanarnan dan

fase perturnbuhan. Curah hujan efektif dapat dihitung dengan

rurnus ernpiris dan berlaku untuk tanarnan padi sawah dengan

peluang 100% sedangkan untuk tanaman palawija dengan peluang

75%. Hal tersebut dirurnuskan sebagai

Rc 1. 00 (0.82X 30 ) - ..... (8 )

Rep 0.75 (0.82X 30 ) ...... ( 9)

dimana :

Re curah hujan efektif untuk tanaman padi (rum/bulan)

Rep curah hujan efektif untuk tanarnan palawija (rum/bulan)

X curah hujan rata-rata (rum/bulan)

12

2. Air Irigasi

Air irigasi yang berasa1 dari suatu jaringan irigasi

permukaan mempunyai ketersediaan yang berubah-ubah menurut

waktu. Oleh karena itu biasanya dalam perencanaan digunakan

debit terandalkan 80 ~ sebagai standar Departemen Pekerjaan

Umum.

Untuk menduga besarnya debit yang terandalkan sebesar

80% lnl dapat digunakan analisa sebaran frekuensi

berdasarkan sebaran Log Pearson Type III (Linsley et a1.,

1982), dengan formulasi sebagai berikut :

x = Log Q ; X L log Q / n ..... (10)

Y L (X - X)"

a . . . . • . . . • . . . . • • . . . (11) n - 1

n Y L (X - X)'

G ••...•....••..••• (12)

(n-l) (n-2) a

La g Q = X + ka ..................... (1 3 )

dimana :

Q data debit rata-rata 15 harian untuk waktu tertentu

a simpangan baku

n jumlah tahun pengamatan

13

G koefisien kemencengan ("skew coefficient")

k nilai dari tabel koefisien kemencengan pada tingkat

peluang tertentu

3. Efisiensi Irigasi

Pengertian efisiensi irigasi timbul karena terjadinya

kehilangan air selama proses penyaluran dan selama proses

pemakaian air irigasi di petakan sawah. Sehingga secara umum

efisiensi irigasi didefinisikan sebagai jumlah alr yang

diberikan dikurangi kehilangan air (Kalsim, 1995).

Hansen

menjadi :

et al. (1980) ,

a. Bfisiensi penyaluran air

Ec ~ (Wf/Wr) x 100 %

dimana :

membagi efisiensi

......... (14)

Ec Efisiensi penyaluran air (%)

Wf Penyalllran alr ke lahan/sawah (Iiter/detik)

irigasi

Wr Penyaluran air dari sungai atau waduk (liter/detik)

b. Efisiensi pemberian air

Ea ~ (Ws/Wf) x 100 % ••••• (15)

dimana :

Ea Efisiensi pemberian air (%)

Ws Air yang tersimpan di daerah perakaran selama iri­

gasi (Iiter/detik)

Wf Air yang dialirkan ke Iahan (liter/detik)

c. Efisiensi penggunaan air

Eu - (Wu/wdl x 100 % ..... (161

dimana :

Eu Efisiensi penggunaan air (%1

Wu Penggunaan air (liter/detikl

Wd Pengaliran air (liter/detikl

d. Efisiensi penyimpanan air

Es - (Ws/Wrl x 100 '1, ••••• (171

dimana :

Es Efisiensi penyimpanan air (%1

14

Ws Penyimpanan air pada daerah perakaran selama iri­

gasi (liter/detikl

Wr Kebutuhan air pada daerah perakaran sebelum irigasi

(liter/detikl

e. Efisiensi distribusi air

Ed (1 - y/dl x 100 % ..... (181

dimana :

Ed Efisiensi pendistribusian air (%1

y Rata-rata angka deviasi kedalaman air yang tersimpan

terhadap rata-rata kedalaman penyimpanan selama

irigasi (rom 1

d Rata-rata kedalaman simpanan air selama irigasi (rom 1

IS

f. Efisiensi pemakaian

Eeu = (Weu/Wd) x 100 % ...... (19)

dimana :

Eeu Efisiensi pemakaian (%)

Weu Kebutuhan pemakaian alr (mm/hari)

Wd Jumlah bersih pengosongan air dari daerah perakaran

(mm/hari)

Nilai efisiensi irigasi untuk tanaman padi dan palawija

yang digunakan adalah berdasarkan standar efisiensi irigasi

untuk tanaman padi menurut Departemen Pekerjaan Umum sebesar

65%. Menurut Kalsim (1995) , jumlah air irigasi yang

diberikan di petakan sawah at au besarnya efisiensi irigasi

untuk tanaman padi merupakan perbandingan kebutuhan air

tanaman dengan jumlah air di petakan sawah. Dibanyak negara

seperti Muangthai, Filipina, Malaysia dan Indonesia jumlah

air aktual yang dipakai untuk tanaman padi sekitar

1500-2000 mm, sehingga besarnya efisiensi irigasi untuk

tanaman padi sekitar 40%. Sedangkan efisiensi irigasi untuk

tanaman palawija menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), adalah

sebesar 60%, sebagaimana tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Harga efisiensi untuk tanaman palawija

Sa luran Irigasi Awal Peningkatan yang (%) dapat dicapai ( %)

Jaringan irigasi utarna 75 80 Petak tersier 65 75 Keseluruhan 50 60

Sumber Doorenbos dan Prultt (1977)

16

c. KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Penentuan kebutuhan air irigasi untuk tanaman dapat

dirumuskan sebagai berikut (Departemen Pekerjaan Umum, 1986)

Untuk tanaman padi sawah :

NFR ~ (ETc + P + IR + WLR - Re)/e ..................... (20)

Untuk tanaman palawija

NFR ~ (ETc - Re) /e .......... (21)

dimana :

NFR kebutuhan air irigasi (mm/hari)

ETc evapotranpirasi tanaman (mm/hari)

P perkolasi (mm/hari)

IR kebutuhan air selama penyiapan lahan (mm/hari)

WLR air untuk penggantian lapisan air (mm/hari)

Re curah hujan efektif (mm/hari)

e efisiensi total

D. KEBUTUHAN TENAGA PENGOLAHAN TANAH

Tenaga yang digunakan dalam pengolahan tanah dapat

digolongkan ke dalam (Irwanto, 1984)

1. Tenaga Biologis

2. Tenaga Motor Bakar

manusia, kerbau, sapi

motor bensin, diesel

Kebutuhan tenaga suatu alat atau mesin pertanian

dinyatakan dalam kapasitas kerja. Menurut Irwanto (1984),

kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinisikan sebagai

17

kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk

(misalnya : Ha, kg, Itr) per satuan waktu (jam). Dari satuan

kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk

per kW per jam, bila alat atau mesin itu menggunakan tenaga

penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi

Ha/kW.jam, kg/kW.jam atau Itr/kW.jam

1. Tenaga Biologis

Tenaga kerj a yang digunakan dalam proses produksi

padi mulai dari penyemaian benih, pengolahan tanah,

penanaman, penyiangan, pemakaian sarana produksi seperti

pupuk, obat-obatan, perawatan tanaman, pengaturan alr,

pemanenan dan pemrosesan hasil sampai dengan pengangkutan

terakhir dalam rangka pemasaran hasil.

Adapun kebutuhan tenaga kerja manusia berdasarkan

jenis kegiatan untuk tanaman padi dan palawija dapat

dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Kebutuhan tenaga kerja untuk proses produksi padi hingga panen

Kebutuhan1 ) Periode?) Kebutuhan Tenaga

Jenis Tenaga kerja (Hari) Kerja (org/ha/hari) Kegiatan (HOK)

SMV LMV SMV* LMV**

Penyiapan Lahan 54.3 30 30 2.3 2.3 Penanaman 27.7 15 15 2.3 2.3 Pemeliharaan 45.4 60 90 1.0 0.6 Panen 44.3 15 15 3.7 3.7

Surnber:l)Departemen Pertanlan (1989) dalam Aprlantl (1994) 2)Puslitbang Pengairan (1989)

* SMV varietas umur pendek ** LMV : varietas umur panjang

18

Tabel 7. Kebutuhan tenaga kerja untuk proses produksi palawija hingga panen

Jenis Kebutuhan' ! Periode2! Kebutuhan

Kegiatan Tenaga Kerja (hari) Tenaga Kerja

(HOK) (org/ha/hari)

Penyiapan Lahan 27.3 15 2.3 Penanaman 15.3 15 1.0 Pemeliharaan 42.3 75 0.7 Panen 23.7 15 2.0

Sumber:1)Sub.Dlnas Blna Us aha Tanl (1988) dalam Aprlantl (1994) 2)puslibang Pengairan (1989)

Tenaga manusia yang digunakan untuk proses produksi

padi dan palawija memiliki efisiensi 80% (Priyanto,

1993 )

2. Traktor Tangan

Sedangkan traktor tangan ("hand tractor") merupakan

traktor roda dua yang digerakkan oleh motor penggerak

(" engine") dengan menggunakan bahan bakar bensin, solar

atau kerosin yang dapat dipakai untuk mengolah tanah

sawah atau tegalan, memiliki tenaga 2-10 Hp serta

operatornya berjalan kaki.

Menurut Daywin et a1. (1993), dari banyak hasil

penelitian dan pengujian traktor tangan dalam pengolahan

tanah, telah dikumpulkan kurang lebih 15 j enis traktor

tangan dan data kapasitas pengolahan tanah yang meliputi

tanah sawah dan tanah kering, baik menggunakan bajak

singkal maupun pisau berputar seperti tertera pada Tabel

berikut.

19

Tabel 8. Angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja traktor tangan dengan faktor koreksi ± 10%

Jenis pengolahan Kapasitas Periode Kebutuhan

tanah (ha/kw. jam) (hari) (Hp/ha/hari)

- Tanah sawah Dengan bajak singkal 2x 0.0073 15 1. 24 Dengan bajak pisau berputar 2x 0.0093 15 0.98

- Tanah kering siap tanarn Dengan bajak singkal 2x 0.0053 15 1. 71 Dengan bajak pisau berputar 2x 0.0080 15 1.13

E. PROGRAM LINIER

Program linier merupakan suatu model umum yang dapat

digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-

sumber terbatas secara optimal. Dalam model program linier

dikenal dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan fungsi

pembatas. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan

tujuan atau sasaran dalam permasalahan program linier yang

berkaitan dengan pengaturan optimal sumberdaya yang

terbatas. Sedangkan fungsi pembatas adalah bentuk penyajian

secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia

(Subagio et al., 1984).

Salah satu metode dalam program linier adalah Metode

Simplex, dimana lazim digunakan untuk menentukan kombinasi

optimal dari tiga variabel atau lebih (Subagio et al.,

1984) .

III. METODOLOGI

A. TEMPAT DAN WAKTU

Pengamatan dilakukan di Daerah Irigasi Leuwinangka

yang termasuk Wilayah Pengairan Timur Perum Otorita

Subang, Jatiluhur, Seksi Pengairan Subang, Kabupatcn

Propinsi Jawa Barat.

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September 1996

hingga Oktobcr 1996 dan dilanjutkan dengan pcngolahan data

hingga bulan Desember 1996.

B. ALAT

Alat yang digunakan pada penclitian ini antara lain :

planimeter, kalkulator dan perangkat komputer dengan

menggunakan program Turbo Basic dan TORA Optimization

System-Version 1.03.

c. METODE

Metode yang digunakan dalam pene1itian ini adalah

dengan menggunakan metode pendugaan. Pelaksanaan penelitian

meliputi kegiatan-kegiatan observasi daerah penelitian,

penentuan parameter, pengumpulan data, perhitungan,

pemecahan masalah dan pengolahan

komputer.

1. Observasi Daerah Penelitian

data

21

dengan program

Kegiatan ini meliputi pengamatan fasilitas irigasi,

sumber dan penyaluran air, sistem saluran, pengelolaan

dan operaSl sistem lrigasi, dasar pemberian air setiap

musim, pengumpulan data hidroklimatologi serta pengamatan

pola tanam yang berlaku.

2. Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pengambilan dan pengumpulan data diperoleh melalui

wawancara dan pencatatan data-data yang dibutuhkan, serta

studi pustaka dari hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan mengenai masalah optimasi irigasi lnl.

Data-data yang diperlukan antara lain

a. Peta jaringan irigasi

b. Luas areal yang harus diairi

c. Data-data untuk menghitung evapotranspirasi, meliputi:

- temperatur rata-rata harian

- kelembaban relatif

- kecepatan angin

- lama penyinaran matahari

d. Jenis tanah dan peta kemampuan tanah

e. Curah huj an

f. Debit irigasi yang tersedia

g. Jumlah tenaga kerja yang tersedia

22

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk menentukan nilai­

nilai parameter yang diperlukan dengan perhitungan

pendahuluan dari hasil pengumpulan data. Pengolahan data

yang dilakukan antara lain :

a. Perhitungan evapotranspirasi tanaman

Untuk menghi tung evapotranspirasi tanaman pada

setiap fase pertumbuhan diperlukan data klimatologi,

koefisien tanaman dan umur tanaman.

Untuk penelitian ini evapotranspirasi dihitung

dengan menggunakan Metode Radiasi yang disesuaikan

dengan ketersediaan data pada stasiun klimatologi.

b. Perhitungan laju perkolasi

Nilai laju perkolasi dapat diketahui berdasarkan

peta jenis tanah dan kelas kemiringan lahan yang

diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

c. Perhitungan curah hujan efektif

Penentuan curah hujan efektif untuk tanaman padi

dan palawija dilakukan dengan mempergunakan persamaan

(8) dan persamaan (9).

d. Perhitungan debit yang tersedia

Air irigasi bersumber dari air permukaan

dihitung berdasarkan data debit untuk tingkat peluang

kejadian 80%. Analisa frekuensi debit rata-rata pada

23

tingkat peluang kejadian 80 % menggunakan metode Log

Pearson Tipe III.

e. Perhitungan kebutuhan air irigasi

Kebutuhan air irigasi dapat dihitung setelah

diketahui nilai evapotranspirasi tanaman, perkolasi,

curah hujan efektif dan efisiensi total irigasi.

Kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi

dihitung dengan persamaan (20), sedangkan kebutuhan

air untuk tanaman palawija yang tidak membutuhkan

penggenangan dihitung dengan persamaan (21).

4. Pemecahan Masalah

Untuk mendapatkan luas areal yang maksimal maka

optimasi dilakukan untuk seluruh luas areal yang ada,

sedangkan sumber air yang akan mengairi luasan tersebut

berasal dari curah hujan dan air irigasi.

Dengan diketahuinya kebutuhan air untuk setiap pola

tanam dan debit yang tersedia sebagai fungsi kendala,

maka dapat dicari luasan maksimal yang dapat ditanami dan

pola tanam terpilih sesuai dengan ketersediaan air yang

ada dengan menggunakan Metode Simplex seperti terdapat

pada persamaan berikut :

a. Fungsi tujuan, adalah memaksimumkan luas areal yang

dapat ditanami untuk berbagai pola tanam yang

diajukan.

24

Maksimisasi

m n z L: L: Xij ... (22)

i=l j =1

b. Fungsi Pembatas terdiri dari

Jumlah air yang tersedia

m n L: L: Aij x Xij ~ Bt ..... (23) i=l j=l

Luas lahan

m n Xij ~ L ........... (24)

Periode yang digunakan adalah dua mingguan.

Optimasi dilakukan pula pada pola tanam terpilih

dengan memperhi tungkan tenaga kerj a (tenaga manusia dan

traktor tangan) sebagai fungsi kendala, untuk mengetahui

ketersediaan tenaga kerja pada pola tanam terscbut,

dengan menggunakan persamaan berikut :

Tenaga kerja manusia

m n L: L: Xij x Mijt ~ Tk ..... (25)

i=l j =1

Traktor tangan

m n L: L: Xij x Nijt ~ Tt ..... (26)

i=l j=l

Non negativity :

Xij, Aijt, Bt, L, Mijt, Tk, Tt ~ 0 .......... (27)

dimana :

Xij

Aijt

Bt

L

Mijt

Tk

Nijt

Tt

25

luas daerah i dengan pola tanam j (Ha)

kebutuhan air irigasi daerah i dengan pola tanam

j pada periode t (ltr/det/Ha)

jumlah air tersedia pada periode t dengan

"dependable flow· 80% (ltr/det)

luas areal total yang dapat diairi atau

luas fungsional (Ha)

kebutuhan tenaga kerja manusia daerah i dengan

pola tanam j pada periode t (org/Ha/hari)

tenaga kerja manusia tersedia pada bulan t

(org/hari)

kebutuhan tenaga traktor tangan daerah i dengan

pola tanam j pada periode t (Hp/Ha/hari)

tenaga traktor tangan tersedia pada bulan t

(Hp/hari)

Dalam perencanaan model linier ini digunakan

asumsi-asumsi sebagai berikut

a. Semua fungsi linier.

b. Efisiensi irigasi untuk padi diperhitungkan sebesar

65% dan 40%, sedangkan untuk palawija menggunakan

nilai sebesar 60%. Hal tersebut berlaku umum untuk

semua daerah irigasi.

26

c. Besar debit air yang tersedia tetap sebesar hasil

pendugaan.

d. Curah hujan menyebar merata di seluruh daerah

pertanian.

e. Jumlah tenaga kerj a tersebar merata setiap bulannya

dengan efisiensi 80%.

f. Jumlah traktor tangan tersebar merata setiap awal

musim tanam

:', . \ ", '::;

\'\::.<~.:,~.,~Jl

Data iklim Peta luas daerah irigasi

Petajenis tanah dan kemampuan tanah Jenis tanaman

1 Kebutuhan air

tanaman

I

IKetersediaan l tenaga kerja

manusia !

Data

L:hhuJan I

I---c:a~--hujan

L~ !---~---. "-" I

I

Kebutuhan al~

___ ~1 __ ,Ia tanam terpilih berdas

Data debit

tersedia

----*-~ I Debit I tersedia I dengan

peluang 80% :

~

ketersediaan air efisiensi irigasi traktor padi 65% & 40% tangan

I --~~~-"-------"-"-------I~----~--"---~----~~

I

L

Luas maksimal yang dapat ditanam/diolah pad a masing-masing pol a tanam terpilih

'----------- "----------. -----------------

Luas daerah irigasi

Gambar 1. Bagan alir optimasi pola tanam dengan sistem golongan dan kaitannya dengan ketersediaan tenaga kerja N ...,

IV. KEADAAN UMUM DAERAH IRIGASI

A. KEADAAN UMUM

Daerah Irigasi Leuwinangka meliputi 3 desa di Kecamatan

Subang dan 11 desa di Kecamatan Pagaden yang termasuk daerah

pengamat Pagaden, Seksi Pengairan Subang, Divisi Tarum

Timur, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat.

Secara geografis Daerah Irigasi Leuwinangka terletak

pada 6.24°-6.36° Lintang Selatan, 54.57°-58.06° Bujur Timur.

Macam dan jenis tanahnya ant3.ra lain Kompleks latosol

merah kekuningan dan latosol coklat kemerahan, tanah ini

terdapat di bagian selatan daerah irigasi dengan elevasi

150 m dari permukaan laut (dpl) dan memiliki topografi yang

bergelombang. Dibagian tengah daerah irigasi didominasi oleh

asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan, dengan

elevasi 100 m dpl dan topografinya berombak. Sedangkan

dibagian utara didominasi oleh podsolik kuning dan hidromorf

kelabu, dimana datarannya terletak pada elevasi

dengan topografi yang datar (Lampiran 4) .

55 m dpl,

Tanah latosol merah kekuningan bertekstur liat,

strukturnya remah dan berkonsistensi gembur. Tanah latosol

merah memiliki tekstur liat, strukturnya remah sampai gumpal

dan berkonsistensi gembur agak teguh. Tanah podsolik kuning

memiliki tekstur liat, struktur gumpal dan berkonsistensi

29

teguh. Sedangkan tanah hidromorf kelabu memiliki ciri yang

sama dengan tanah podsolik kuning.

Menurut Oldeman iklim di Daerah Irigasi Leuwinangka

memiliki bulan basah berkisar antara 7 - 9 dan bulan kering

berkisar 2 - 3, maka termasuk tipe iklim B2. Pada tipe iklim

ini dapat di tanami padi dua kali setahun dengan varietas

umur pendek dan pada musim kering yang pendek dapat ditanami

palawija (Lampiran 8) .

Gambar 2. Bendung Leuwinangka

Sumber air daerah irigasi ini didapat dari Bendung

Leuwinangka yang berasal dari sungai Ciasem. Bendung

Leuwinangka memiliki kapasi tas bendung 60 m3 / detik dengan

maksimum intake sebesar 4 Panjang saluran

30

sekundernya adalah 25.193 km (Lampiran 2 dan Lampiran 3) dan

sampai saat ini masih berfungsi dengan baik.

Kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan air pada saluran

tersier hingga petakan sawah di Daerah Irigasi Leuwinangka

dilaksanakan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di

bawah bimbingan Pengamat Pengairan.

Daerah Irigasi Leuwinangka termasuk bagian Perum

otori ta Jatiluhur yang pengelolaannya semenj ak tahun 1970,

namun seluruh proyek jaringan irigasinya baru terselesaikan

pada tahun 1985.

B. PERTANIAN

Luas areal pertanian di kabupaten Subang yang

berpengairan teknis adalah 62765 Ha dan dikelola oleh lima

seksi pengairan antara lain Seksi Pengairan Induk Tarum

Timur hanya mengelola saluran induk Tarum Timur, Seksi

Pcngairan Jatisari mengelola areal seluas 34308.99 Ha

(mencakup sebagian areal di Kab. Karawang dan Kab.

Purwakarta), Seksi Pengairan Binong mengelola areal seluas

25487.47 Ha (mencakup sebagian areal di Kab. Indramayu),

Seksi Pengairan Patrol mengelola areal seluas 44842.00 Ha

(mencakup sebagian areal di Kab. Indramayu) dan Seksi

Pengairan Subang mengelola areal seluas 12263.00 Ha.

31

Sedangkan pola tanam yang diterapkan adalah padi-padi­

palawija seluas 4067 Ha, padi-padi-sayuran seluas 1215 Ha,

padi-padi-bera seluas 47148 Ha dan ada pula petani yang

menerapkan pola tanam yang kurang baik yaitu pola tanam

padi-padi-padi seluas 7503 Ha dan pola tanam padi-minapadi­

padi seluas 2832 Ha. Hal tersebut akan mengakibatkan pH

tanah menjadi rendah karena terus ditanami padi.

Varietas padi yang digunakan di kabupaten Subang

antara lain IR 64, IR 42, Membrano dan Cibodas. Sedangkan

jenis palawija yang bias a ditanam oleh petani yaitu kedelai,

kacang tanah, jagung dan kacang hijau. Adapun jenis sayuran

yang biasa ditanam petani yaitu kacang panjang, terong, sawi

dan kangkung.

Jenis tanaman yang bias a di tanam di Daerah Irigasi

Leuwinangka adalah padi dan palawija. Adapun jenis padi yang

digunakan petani di Daerah Irigasi Leuwinangka adalah IR 64

yang termasuk varietas yang berumur pendek. Sedangkan jenis

palawija yang ditanam pada umurnnya sarna dengan jenis

palawija yang ditanam oleh petani di kabupaten Subang.

Penj adwalan waktu tanam untuk rnasing-masing golongan

adalah Oktober-1 untuk golongan I, Oktober-2 untuk golongan

II dan November-1 untuk golongan III.

Daerah Irigasi Leuwinangka memi1iki lahan seluas

4485 Ha. Luas lahan sekarang yang ditanami padi pada musim

hujan adalah 4417 Ha dan pada mus.im kemarau 3138 Ha,

32

sedangkan luas total palawija yang ditanam adalah 1111 Ha

sehingga intensi tas tanam padi sebesar 168% dan palawij a

sebesar 25%.

C. TENAGA KERJA

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Daerah

Irigasi Leuwinangka adalah petani pemilik/penggarap dan

buruh tani, adapun jumlah ketersediaan tenaga kerja seperti

ditunjukan pada Lampiran 26.

Disamping menggunakan tenaga manusia adapula petani

yang mengolah tanahnya dengan menggunakan traktor tangan.

Daya rata-rata yang dimiliki oleh traktor tangan diperoleh

sebesar 7 Hp/uni t, dimana j umlah traktor tangan yang

tersebar di Daerah Irigasi Leuwinangka sebagaimana tertera

pada Lampiran 26.

Pengolahan tanah pada lahan sawah dengan traktor tangan

terbagi menj adi dua tahap. Pada pengolahan tanah pertama

digunakan bajak singkal dua kali selama 15 hari, kemudian

dilanjutkan pengolahan tanah kedua dengan menggunakan bajak

pisau berputar dua kali selama 15 hari.

Sedangkan pengolahan tanah pada lahan kering yang siap

untuk ditanami digunakan traktor tangan dengan implemen

bajak singkal dua kali selama 15 hari.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KEBUTUHAN AIR IRIGASI BAGI TANAMAN

Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air irigasi bagi

tanaman diperlukan data-data antara lain faktor-faktor

klimatologi, curah hujan, debit air irigasi yang tersedia,

efisiensi tanaman padi dan palawija, perkolasi dan jenls

pola tanam yang diterapkan. Berdasarkan data tersebut dapat

dilakukan perhitungan untuk mengetahui evapotranspirasi, alr

untuk penyiapan lahan, curah hujan efektif, debit air

irigasi yang tersedia dengan peluang terlampaui 80% dan

kebutuhan air irigasi dengan periode setengah bulanan untuk

pola tanam yang dikehendaki.

1. Evapotranspirasi

Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya

evapotranspirasi acuan adalah Metode Radiasi, hal ini

ditentukan berdasarkan data iklim yang tersedia

(Lampiran 8 hingga Lampiran 11) .

Leuwinangka diwakili oleh Biro Daerah

Meteorologi,

Irigasi

Dinas Navigasi Udara, TNI-AU, Stasiun

Klimatologi Kalijati yang terletak pada 6.33° Lintang

Se1atan, 107.41° Bujur Timur dan 110 meter di atas

permukaan 1aut.

34

Tabel 9. Nilai evapotranspirasi acuan (ETa) bulanan

Bulan ETa (mm/hari)

Januari 3.53

Februari 4.04

Maret 4.52

April 4.39

Mei 4.27

Juni 4.18

Juli 4.43

Agustus 4.97

september 4.99

Oktober 5.05

November 4.67

Desember 4.11

Besarnya evapotranspirasi tanaman (ETc) untuk

tanaman padi dan palawija dihitung dengan menggunakan

persamaan (6), dimana nilai koefisien tanaman (kc) untuk

tanaman padi dan palawija sebagaimana tertera pada

Tabel 1 dan Tabel 2.

Nilai evapotranspirasi tanaman padi varietas umur

pendek dan palawija pada setiap periode pertumbuhan

setengah bulanan dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 10 dan

Tabel 10. Nilai ETc (rnm/hari) tanaman padi varietas umur

pendek(SMV)berdasarkan saat tanam

saat Umur (bulan) Tanam 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Jan-1 3.9 3.9 3.7 3.7 3.4 0.0 Jan-2 3.9 3.9 3.7 3.7 3.4 0.0

Feb-1 4 . 4 4.4 4.2 4.2 3.8 0.0 Feb-2 4.4 4.4 4.2 4.2 3.8 0.0

Mar-1 5.0 5.0 4.7 4.7 4.3 0.0 Mar-2 5.0 5.0 4.7 4.7 4.3 0.0

Apr-1 4 . 8 4.8 4.6 4.6 4.2 0.0 Apr-2 4.8 4.8 4. 6 4.6 4.2 0.0

Mei-1 4.7 4.7 4.5 4.5 4.1 0.0 Mei-2 4.7 4.7 4.5 4.5 4 . 1 0.0

Jun-1 4.6 4.6 4. 4 4.4 4.0 0.0 Jun-2 4.6 4.6 4.4 4.4 4.0 0.0

Jul-1 4.9 4.9 4.7 4.7 4.2 0.0 Jul-2 4.9 4.9 4.7 4.7 4.2 0.0

Agt-1 5.5 5.5 5.2 5.2 4.7 0.0 Agt-2 5.5 5.5 5.2 5.2 4.7 0.0

Sep-1 5.5 5.5 5.2 5.2 4.7 0.0 Sep-2 5.5 5.5 5.2 5.2 4.7 0.0

Okt-1 5.6 5.6 5.3 5.3 4.8 0.0 Okt-2 5.6 5.6 5.3 5.3 4.8 0.0

Nov-1 5.1 5.1 4.9 4.9 4 . 4 0.0 Nov-2 5.1 5.1 4.9 4.9 4.4 0.0

Des-l 4.5 4.5 4.3 4.3 3.9 0.0 Des-2 4.5 4.5 4.3 4.3 3.9 0.0

35

36

Tabel 11. Nilai ETc (mm/hari) tanaman palawija berdasar­kan saat tanam

Saat Umur (bulan) Tanam 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Jan-l 1.8 2.5 3.4 3.5 3.4 3.2 Jan-2 1.8 2.5 3.4 3.5 3.4 3.2 Feb-1 2.0 2.8 3.8 4.0 3.8 3.6 Feb-2 2.0 2.8 3.8 4.0 3.8 3.6 Mar-1 2.3 3.2 4.3 4.5 4.3 4 . 1 Mar-2 2.3 3.2 4.3 4.5 4.3 4 . 1 Apr-1 2.2 3.1 4.2 4.4 4.2 3.9 Apr-2 2.2 3.1 4.2 4.4 4.2 3.9 Mei-1 2.1 3.0 4.1 4.3 4.1 3.8 Mei-2 2.1 3.0 4.1 4.3 4.1 3.8 Jun-1 2.1 2.9 4.0 4.2 4.0 3.8 Jun-2 2.1 2.9 4.0 4.2 4.0 3.8 Ju1-1 2.2 3.1 4.2 4.4 4.2 4.0 Jul-2 2.2 3.1 4.2 4.4 4.2 4.0 Agt-1 2.5 3.5 4.7 5.0 4.7 4.5 Agt-2 2.5 3.5 4.7 5.0 4.7 4.5 Sep-1 2.5 3.5 4.7 5.0 4.7 4.5 Sep-2 2.5 3.5 4.7 5.0 4.7 4.5 Okt-1 2.5 3.5 4.8 5.0 4.8 4.5 Okt-2 2.5 3.5 4.8 5.0 4.8 4.5 Nov-l 2.3 3.3 4. 4 4.7 4.4 4.2 Nov-2 2.3 3.3 4.4 4.7 4.4 4.2 Des-1 2.1 2.9 3.9 4 . 1 3.9 3.7 Des-2 2.1 2.9 3.9 4.1 3.9 3.7

2. Air untuk Penyiapan Lahan

Besarnya kebutuhan air se1ama penyiapan lahan dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan (7), dan diperoleh

hasil perhitungan sebagaimana tertera pada Tabel 12.

37

Tabel 12. Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan untuk setiap bulan (rom/hari)

Bulan Eo + P T = 30 hari (rom/hari) S = 250 rom S = 300 rom

Jan 6.743 12.153 13.748 Feb 7.304 12.512 14.092 Mar 7.832 12.854 14.422 Apr 7.689 12.761 14.332 Mei 7.557 12.675 14.250 Jun 7.458 12.611 14.188 Jul 7.733 12.789 14.360 Agt 8.327 13.179 14.735 Sep 8.349 13.194 14.749 Okt 8.415 13.237 14.791 Nov 7.997 12.962 14.526 Des 7.381 12.562 14.140

3. Perkolasi

Nilai perkolasi di Daerah Irigasi Leuwinangka

diperoleh dengan cara mencocokan peta keadaan fisiografik

dan jenis tanah dengan peta luas daerah irigasi, sehingga

dapat diketahui kelas fisiografik dan jenis tanah serta

luasannya (Lampiran 4)

Berdasarkan hal tersebut di atas maka jenis tanah di

Daerah Irigasi Leuwinangka terdiri dari asosiasi latosol

merah, latosol coklat kemerahan dan laterit air tanah

seluas 80%; kompleks latosol merah kekuningan, latosol

coklat kemerahan dan litosol seluas 69.· 0, dan asosiasi

podsolik kuning dan hidromorf kelabu seluas 14%. Dengan

diketahui kelas tekstur dan kelas fisiografik ketiga

jenis tanah tersebut dari peta fisiografik dan jenis

tanah maka dapat diketahui nilai perkolasi masing-masing

38

j enis tanah. Luasan masing-masing j enis tanah merupakan

faktor pembobot, dimana untuk memperoleh nilai perkolasi

keseluruhan daerah dilakukan dengan cara mengalikan

faktor pembobot dengan nilai perkolasi masing-masing

jenis tanah dan menjumlahkannya, sehingga diperoleh nilai

perkolasi Daerah Irigasi Leuwinangka sebesar 2.86 mm/hari

(Tabel 13).

Tabel 13. Ni1ai perkolasi pada Daerah Irigasi Leuwinangka

Jenis tanah Luas Kelas Kelas Kelas Kehilangan

( %) Tekstur fisiografik Kerniringan (mm/hari)

Asosiasi latosol 80% 3 5 2 3.0 merah, latosol coklat kernerahan &

laterit air tanah

Kompleks latosol 6% 3 5 2 3.0 merah kekuningan, latosol coklat kemerahan & litosol

Asosiasi podsolik lH 3 1 1 2.0 kuning & hidromorf kelabu

Nilai perKolasi keseluruhan : 2.86

4. Curah Hujan Efektif

Curah hujan di Daerah Irigasi Leuwinangka diwakili

oleh empat stasiun pengamat hujan disekitarnya, yaitu

stasiun pengamat Dangdeur, stasiun pengamat Pagaden,

stasiun pengamat Cibandung dan stasiun pengamat Subang.

39

Data curah hujan masing-masing stasiun pengamatan

yang diperoleh merupakan data curah hujan selama 10 tahun

yaitu dari tahun 1986 hingga 1995.

Karena titik-titik pengamatan di dalam daerah itu

tidak tersebar merata, maka cara perhitungan curah hujan

rata-rata itu dilakukan dengan memperhitungkan pengaruh

daerah tiap titik pengamatan, sehingga metode yang

digunakan adalah Metode Poligon Thiessen (Sosrodarsono

dan Takeda, 1993).

Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993), curah hujan

rata-rata menggunakan Metode Poligon Thiessen dilakukan

dengan cara mencantumkan titik-titik pengamatan di dalam

dan di sekitar daerah itu pada peta topografi 1 50000,

kemudian menghubungkan tiap titik yang berdekatan dengan

sebuah garis lurus sehingga terlukis jaringan segitiga,

selanjutnya daerah tersebllt dibagi dalam poligon-poligon

yang didapat dengan menggambar garis bagi tegak lurus

pada setiap poligon itu (Lampiran 5). Luas tiap poligon

tersebut diukur dengan menggunakan planimeter atau dengan

cara lain.

Luasan tersebut merupakan faktor pembobot

("weighting factor") untuk mengimbangi tidak meratanya

distribusi alat ukur pada masing-masing stasiun (Linsley

et al., 1982).

40

Dengan cara tersebut di atas maka dipero1eh besar

faktor pembobot (fp) untuk masing-masing stasiun yaitu :

pada stasiun pengamat Dangdeur sebesar 38%, pada stasiun

pengamat Pagaden sebesar 31%, pada stasiun pengamat

Cibandung sebesar 21% dan pada stasiun pengamat Subang

sebesar 10%.

Besarnya curah hujan rata-rata di Daerah Irigasi

Leuwinangka dipero1eh dengan menga1ikan faktor pembobot

dengan curah hujan rata-rata pada masing-masing stasiun

dan menjumlahkannya (Lampiran 6). Setelah diperoleh curah

hujan rata-rata pada daerah irigasi maka dihitung curah

hujan efektif dengan menggunakan persamaan (8) untuk

tanaman padi dan persamaan (9) untuk tanaman palawija.

Nilai curah hujan efektif pada setiap periode

1/2 bulanan untuk tanaman padi dan palawija seperti

tertera pada Tabel 14.

41

Tabel 14. Curah hujan efektif periode 1/2 bulanan untuk tanaman padi dan pa1awija

Curah hujan efektif (mm/hari)

Periode Padi Pa1awija Periode Padi Palawija

Jan-1 13.87 10.40 Jul-1 6.20 4.65

Jan-2 20.44 15.33 Jul-2 1. 31 0.98

Feb-1 14.80 11.10 Agt-1 3.44 2.58

Feb-2 14.58 10.94 Agt-2 1. 32 0.99

Mar-1 15.74 11.81 Sep-1 4.21 3.16

Mar-2 15.66 11. 75 Sep-2 9.30 6.97

Apr-l 15.56 11.67 Okt-l 7.34 5.50

Apr-2 14.35 10.76 Okt-2 11.88 8.91

Mej-l 18.26 13.70 Nov-l 14.08 10.56

Mei-2 11.05 8.28 Nov-2 17.57 13 .18

Jun-l 11.51 8.63 Des-1 18.52 13.89

Jun-2 9.11 6.83 Des-2 12.59 12.59

5. Debit Tersedia

Data debit alr irigasi yang tersedia diperoleh dari

Perum Otorita Jatiluhur Divisi Tarum Timur, Kabupaten

Subang. Dengan menggunakan ana1isa frekuensi Log Pearson

Tipe III diperoleh debit air andalan dengan peluang

tersedia 80%, seperti yang tertera pada Tabel 15.

Tabel 15. Debit air irigasi andalan dengan peluang tersedia 80% (Q80')

Bulan Qso. (l/det) Bulan Qao. (l/det)

Jan-l 4445.8 Jul-l 2020.6 Jan-2 5058.3 Jul-2 994.9

Feb-l 5148.5 Agt-l 1155.5 Feb-2 4303.4 Agt-2 1087.5

Mar-1 4940.1 Sep-1 889.9 Mar-2 6320.0 Sep-2 818.5

Apr-l 5856.3 Okt-1 673.5 Apr-2 4053.8 Okt-2 924.1

Mei-l 4127.9 Nov-l 1358.6 Mei-2 3864.8 Nov-2 2371.6

Jun-l 2811.8 Des-l 2889.7 Jun-2 2462.7 Des-2 3101.3

42

Data secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3.

berikut ini.

7000

6000

2000

1000

n nnnnn o ~ "! ~ N ~ N ~ '::! ~ N ~ N ~ "! ~ N ~ '.l ii N ~

~ ~ N

C " .ci .ci ..: ..: ..: ;i ;i .: c :; :; : ~ ci si ,; oj oj ~ .. .. .. .. .. Q. Q.

" " .. .. 0 .. .. .., .., u.. u.. ::E ::E c( c( ::E ::E .., .., .., .., <II <II 0 0 z Z Q Q

Bulan

Gambar 3. Grafik debit air irigasi andalan dengan peluang tersedia 80%

43

B. OPTlMASI POLA TANAM

Optimasi pola tanam bertujuan untuk memperoleh luas

lahan maksimum dengan menerapkan pola tanam yang diinginkan.

Optimasi ini dilakukan dengan metode simplex dengan

bantuan program TORA Optimization System-Version 1.03 yang

dirancang oleh Hamdy A.Taha (Taha, 1993)

Optimasi pola tanam lni terbagi menjadi dua bagian

berdasarkan efisiensi irigasi padi sawah yang digunakan,

yaitu 65% merupakan standar Departemen PU dan 40% merupakan

hasil penelitian terbaru (Kalsim, 1995) . Tahap pertama

pengolahan data dilakukan berdasarkan ketersediaan air,

selanj utnya dikai tkan dengan ketersediaan tenaga kerj a dan

tahap terakhir dikaitkan dengan ketersediaan traktor tangan.

1. Optimasi Untuk Efisiensi Irigasi Padi Sawah 65%

Optimasi awal dilakukan berdasarkan ketersediaan air

di Daerah Irigasi Leuwinangka.

Alternatif pola tanam yang diajukan untuk Daerah

Irigasi Leuwinangka pada optimasi pertama ada 12, yaitu

pola tanam padi-padi-palawija dan padi-palawija-palawija

dengan masa tanam pada bulan Oktober-l hingga Desember-2.

Kebutuhan air irigasi pola tanam ini dapat dilihat pada

Lampiran 14. Hasil dari optimasi pertama ini diperoleh

tiga pola tanam terpilih dengan luas optimum seperti

44

tertera pada Tabel 16 dan hasil optimasinya disajikan

pada Lampiran 18.

Tabel 16. Pola tanam terpilih dan luas optimasi pertama berdasarkan air bila efisiensi irigasi padi

Pola Tanam Saat Tanam

padi-padi-palawija Oktober-2

padi-padi-palawija Desember-1

padi-padi-pa1awija Desember-2

optimum pada ketersediaan

sawah 65%

Luas (Ha)

121.5

696.7

861.0

Luas optimum yang dihasilkan adalah 1679.2 Ha, dari

hasil optimasi pertama terdapat sisa luas lahan yang

belum ditanami sebesar 2805.8 Ha, sehingga perlu

dilakukan optimasi lagi terhadap sisa luas yang ada

dengan faktor pembatas ketersediaan air pada bulan

Juli-2, September-1 dan Oktober-1 seperti terlihat pada

Gambar 4.

Gambar 4 menunjUkkan total penggunaan air pada pola

tanam terpilih dan banyaknya air yang tersedia.

Dengan diketahui total penggunaan air pada pola

tanam terpilih maka dapat diketahui pula besarnya debit

air sisa seperti tertera pada Tabel 17.

7

6

g 5 C> ~

~

><4 ';i :g ~3

ai 2 w c

45

1 ,,\.......---- ____

" /-,,/,\ o .-.-~.--.---.. --.-./, , , , " , .-.-.-.-

0:: .. ..., .c .. u..

-+-Debit tersedia

:; ...,

BULAN

- - Debit terpakai

:S< o 1; Z

Gambar 4. Grafik keseimbangan debit tersedia dan debit terpakai setelah dilakukan optimasi pertama dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%

Tabel 17. Debit air sisa (Qsisa) dan debit air yang terpakai (QP3K n i) pada pola tanam terpilih setelah dilakukan optimasi pertama dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%

Bulan Q"O" Qp~Loi Bulan Q"o" Qpabi

(l/det) (l/det) (l/det) (l/det)

Jan-l 4445.8 0.0 Jul-1 1441.4 579.2 Jan-2 5058.3 0.0 Jul-2 0.0 994.9

Feb-1 5148.5 0.0 Agt-1 1038.8 116.7 Feb-2 4303.4 0.0 Agt-2 341.9 745.6

Mar-1 4940.1 0.0 Sep-1 0.0 889.9 Mar-2 6320.0 0.0 Sep-2 726.4 92.1

Apr-l 5856.3 0.0 Okt-1 0.0 673.5 Apr-2 4053.8 0.0 Okt-2 860.9 63.2

Mei-l 4127.9 0.0 Nov-1 1348.9 9.7 Mei-2 3864.8 0.0 Nov-2 2371.6 0.0

Jun-1 2811.8 0.0 Des-l 2889.7 0.0 Jun-2 2462.7 0.0 Des-2 3101. 3 0.0

46

Sisa luas lahan yang belum ditanami dan debit air

yang tersisa dioptimasi kembali dengan mengajukan enam

al ternatif pola tanam, yai tu padi -padi -bera dengan masa

tanam pada bulan Oktober-2 hingga Januari-l. Kebutuhan

air irigasi untuk pola tanam ini dapat dilihat pada

Lampiran 15.

Optimasi kedua menghasilkan dua pola tanam terpilih,

yaitu padi-padi-bera seluas 1655.6 Ha dengan masa tanam

Oktober-2 dan padi-padi-bera seluas 1150.2 Ha dengan masa

tanam November-1. Untuk lebih j elasnya hasil dua kali

optimasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Pola tanam terpilih dan luas optimum setelah dua kali optimasi berdasarkan ketersediaan air bila efisiensi irigasi padi sawah 65%

Pola Tanam Saat Tanam Luas (Hal

padi-padi-palawija Oktober-2 121. 5

padi-padi-palawija Desember-1 696.7

padi-padi-palawija Desember-2 861. 0

padi-padi-bera Oktober-2 1655.6

padi-padi-bera November-1 1150.2

Luas lahan hasil dua kali optimasi berdasarkan

ketersediaan air adalah 4485.0 Ha, sehingga tidak ada

sisa luas lahan yang dapat ditanmni lagi. Luas lahan yang

ditanami padi rendeng adalah 4485 Ha dan padi gadu adalah

4485 Ha, sedangkan luas lahan yang ditanami palawija

47

adalah 1679.2 Ha. Berdasarkan hal tersebut diperoleh

besarnya intensitas tanam untuk padi adalah 200% dan

untuk palawija adalah 37.4%.

~ 2 UJ o

--+- Debit tersedia

Bulan

Q. .. <I)

- - Debit terpakai

:!;i o

> o z

Gambar 5. Grafik keseimbangan debit air sisa yang tersedia dan debit terpakai setelah dua kali optimasi dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%

Adapun besarnya debit tersedia yang masih tersisa

dan debit yang terpakai setelah dilakukan dua kali

optimasi seperti terlihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Debit air terpakai setelah

sisa (Qsisa) (Qpakai) pada

dilakukan dua

dan pola kali

48

efisiensi irigasi padi sawah

debit air yang tanarn terpilih

optirnasi dengan 65%

Bulan Qsisa Qpakai Bulan Qsisa Qpakai

(l/det) (l/det) (l/det) (l/det)

Jan-1 4445.8 0.0 Jul-1 1441.4 579.2 Jan-2 5058.3 0.0 Jul-2 0.0 994.9

Feb-1 5148.5 0.0 Agt-1 1038.8 116.7 Feb-2 4303.4 0.0 Agt-2 341. 9 745.6

Mar-1 4940.1 0.0 Sep-1 0.0 889.9 Mar-2 6320.0 0.0 Sep-2 726.4 92.1

Apr-1 5856.3 0.0 Okt-1 0.0 673.5 Apr-2 4053.8 0.0 Okt-2 0.0 924.1

Mei-1 4127.9 0.0 Nov-1 1216.5 234.2 Mei-2 3864.8 0.0 Nov-2 237l.6 0.0

Jun-1 2811.8 0.0 Des-1 2889.7 0.0 Jun-2 2462.7 0.0 Des-2 3101.3 0.0

Dari hasil optirnasi pola tanarn berdasarkan

ketersediaan air dengan efisiensi padi sawah 65%, rnaka

diperoleh lima pola tanarn yang dapat dianggap lima sistern

golongan peffiberian air irigasi.

Areal yang tercakup dalarn golongan yang sarna

dijadwalkan rnernperoleh air yang sarna pada waktu yang

bersarnaan, sehingga areal tersebut dituntut untuk

rnenyelesaikan sernua kegiatan produksi pada waktu yang

sarna (Priyanto, 1993). Kegiatan tersebut tentu rnernerlukan

tenaga kerja yang besar, terutarna untuk kegiatan

pengolahan tanah dan panen. Oleh karena itu pola tanarn

terpi1ih harus diana1isa 1agi rnengenai ketersediaan

tenaga kerjanya.

49

Dengan menggunakan program TORA version 1. 03

dilakukan optimasi untuk memperoleh luas tanam terpilih

dengan faktor perobatas ketersediaan tenaga kerja dan luas

lahan setiap golongan. Adapun luas optimumnya dapat

dilihat pada Tabel 20 dan hasil optimasinya disajikan

pada Lampiran 20.

Tabel 20. Pola tanam terpilih dengan ketersediaan tenaga kerja sebagai faktor perobatas lJila efisiensi irigasi padi sawah 65%

Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)

padi-padi-palawija Oktober-2 121. 5

padi-padi-palawija Desember-1 696.7

padi-padi-palawija Desember-2 861. 0

padi-padi-bera Oktober-2 1655.6

padi-padi-bera November-1 1150.2

Dari Tabel 20 terlihat bahwa luas lahan untuk setiap

pola tanam terpilih sama dengan luas lahan hasil optimasi

pola tanam berdasarkan ketersediaan air, hal ini

menunjUkkan bahwa jumlah tenaga kerja yang tersedia

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada pola

tanam terpilih hasil optimasi berdasarkan ketersediaan

air.

Pada Gambar 6 dapat dilihat jumlah tenaga kerja yang

tersedia dan besarnya kebutuhan tenaga kerja berdasarkan

hasil optimasi untuk periode setengah bulanan.

50

20

18

16

<> 14 <> <> ~

><

~ 12

~ 10 .s. .. . ~ ~ 8 ""

/ ........ .. '" .. ~ 6 ~ I-

/ " .

4

2 / :.-'

BULAN

..........- Tenaga tersedia -: - T enaga terpakai

Gambar 6. Grafik kebutuhan tenaga kerja pada model optimasi dengan tenaga kerj a sebagai faktor pembatas dan efisiensi irigasi padi sawah 65%

Pada kenyataannya tidak semua petani mau mengolah

tanahnya secara manual walaupun tenaga kerja tersedia

cukup banyak namun dengan alasan efisiensi waktu dan

tenaga sebagian petani mengolah tanahnya dengan

menggunakan bantuan traktor tangan, sehingga perlu

dilakukan analisa mengenai ketersediaan traktor tangan.

Jumlah traktor tangan yang tersedia di Daerah

Irigasi Leuwinangka sebanyak 138 unit dengan daya rata-

rata sebesar 7 Hp/uni t, maka total daya yang tersedia

51

adalah 966 Hp. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan

optimasi untuk mengetahui apakah total daya tersedia

mencukupi untuk diterapkan pada pola tanam terpilih.

Adapun luas optimumnya seperti tertera pada Tabel 21 dan

hasil optimasinya dapat dilihat pada Lampiran 21.

Tabel 21. Pola tanam terpilih berdasarkan optimasi dengan ketersediaan traktor tangan sebagai faktor pembatas dan efisiensi irigasi padi sawah 65%

Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)

padi-padi-palawija Oktober-2 121. 5

padi-padi-palawija Desember-1 564.9

padi-padi-palawija Desember-2 332.6

padi-padi-bera Oktober-2 657.5

padi-padi-bera November-1 163.3

Dari Tabel 21 luas lahan yang dapat diolah dengan

menggunakan traktor pada saat tanam padi rendeng adalah

1839.8 Ha, pada saat tanam padi gadu adalah 1839.8 Ha dan

pada saat tanam palawija adalah 1019 Ha dengan intensitas

tanam untuk padi adalah 82.00% dan untuk palawija adalah

22.72%, sedangkan luas keseluruhan yang dapat ditanam

hasil optimasi dengan faktor pembatas ketersediaan air

diperoleh sebesar 10649.2 Ha. Hal ini menunjukkan adanya

kekurangan jumlah traktor tangan bila luas optimum pada

optimasi pola tanam dengan faktor pembatas ketersediaan

air diterapkan, terutama pada pola tanam padi-padi-

pa1awija dengan masa tanam Desember-1, padi-padi-palawija

52

dengan masa tanam Desember-2, padi-padi-bera dengan masa

tanam Oktober-2 dan padi-padi-bera dengan masa tanam

November-I.

Adapun penyebaran traktor tangan berdasarkan hasil

optimasi untuk periode setengah bulanan dapat dilihat

pada Gambar 7.

1000 c: :!:. .. 900 '" .. " ~ 800 t-

700

/ • • • • • • ~: . • • • • - •

I ~ •. 600

500

400

300

200

100

0 >:-:., , , " .0 .. ~ .., u.

, , , .. 0. " " .., :; ..,

BULAN

, , .-

-'-Tenaga tersedia -j:'-Tenaga terpakai

, , > o z

, , " ~ o

Gambar 7. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan yang terpakai setelah dilakukan optimasi (efisiensi irigasi padi sawah 65%)

,

53

Adapun jumlah tenaga yang tersedia dan jumlah tenaga

yang digunakan apabila pola tanam terpilih hasil optimasi

berdasarkan ketersediaan air tetap diterapkan dapat

dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Kekurangan tenaga traktor tangan yang terjadi bila ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 65%)

Tenaga tersedia Tenaga Kekurangan Bulan (Hp) terpakai tenaga

(Hp) (Hp)

Jan-1 966 843.8 -

Feb-2 966 2203.6 1237.6 Mar-l 966 3167.8 2201.8 Mar-2 966 1127.2 161. 2 Apr-1 966 863.9 -Apr-2 966 1750.4 784.4 Mei-1 966 843.8 -

Jun-2 966 207.8 -

Agt-1 966 1191.3 225.3 Agt-2 966 1472.4 506.4 Okt-2 966 2203.6 1237.6 Nov-1 966 3167.8 2201.8 Nov-2 966 1127.2 161. 2 Des-1 966 863.9 -

Des-2 966 1750.4 784.4

Untuk menutupi kekurangan jumlah traktor tangan

dapat digunakan tenaga kerja manusia, dimana jum1ah

tenaga kerja manusia yang dibutuhkan dihitung berdasarkan

sisa 1uas lahan yang tidak dapat diolah oleh traktor

tangan. Adapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

mengolah tanah pada produksi padi dan palawija seperti

yang dapat dilihat pada Tabel 23.

54

Tabel 23. Kebutuhan jumlah tenaga kerja manusia untuk menutupi kekurangan unit traktor

Kekurangan Kebutuhan Kekurangan Kebutuhan Bulan traktor tenaga Bulan traktor tenaga

tangan manusia tangan manusia (unit) (orang) (unit) (orang)

Jan-1 - - Agt-1 32 303 Feb-2 177 2296 Agt-2 72 1215 Mar-1 315 4565 Okt-2 177 2296 Mar-2 23 2270 Nov-1 315 4565 Apr-1 - - Nov-2 23 2270 Apr-2 112 1519 Des-l - -

Mei-1 - - Des-2 12 1519 Jun-2 - -

Berdasarkan Tabel 22 dapat pula dibuat grafik

keseimbangan tenaga tersedia dan tenaga terpakai apabila

pola tanam terpilih diterapkan, seperti tertera pada

Gambar 8.

2500

'-, 2000

a: 1500 ~ ~

'" ~ I::

" I-

/ 1000

500

0 \ I:: .J:l ~

~ " .. -, u. ::;;

BULAN

-+-Tenaga tersedla -ft-;r- T enaga terpakai

Gambar 8. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan yang terpakai bila ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 65%)

55

2. Optimasi untuk Efisiensi Irigasi Fadi Sawah 40%

Dengan mereferensi hasil penelitian terbaru, bahwa

efisiensi irigasi untuk tanaman padi adalah 40% maka

kebutuhan air tanaman padi akan meningkat. Berdasarkan

hal tersebut maka perlu dilakukan optimasi kembali

sebagai pembanding dari optimasi yang menggunakan

efisiensi berdasarkan standar Departemen Pekerjaan Umum.

Tahap-tahap pengolahan data pada optimasi ini sama

dengan optimasi sebelumnya. Dengan mengajukan alternatif

pola tanam padi-padi-palawija dan padi-palawija-palawija

dengan masa tanam pada Oktober-1 hingga Desember-2, maka

diperoleh pola tanam terpilih dari hasil optimasi pertama

seperti pada Tabel 24. Kebutuhan air irigasi untuk pola

tanam ini dapat dilihat pada Lampiran 16 dan hasil

optimasinya dapat dilihat pada Lampiran 22.

Tabel 24. Pola tanam terpilih dan luas optimum pada optimasi pertama berdasarkan ketersediaan air bila efisiensi irigasi padi sawah 40%

Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)

padi-padi-palawija Oktober-2 110.7

padi-padi-palawija Desember-1 763.2

padi-palawija-palawija Desember-2 786.4

Dari Tabel 24 luas optimum yang dihasilkan

seluruhnya adalah 1660.3 Ha dan masih terdapat sisa luas

lahan yang be1um ditanami sebesar 2824.7 Ha, sehingga

56

perlu dilakukan optimasi lagi terhadap sisa luas yang ada

dengan faktor pembatas ketersediaan air pada bulan

Juli-2, bulan September-l dan bulan Oktober-l seperti

terlihat pada Gambar 9.

7

6

0 0 0 5 ~

" :;<

'" C1l 4

g 3

f-ill 2 UJ C

//Vv,,-0_,-_- -.-_-.-.-.-:'-'-.-.. I , C' , • , I ,--.-_-'.-.

.c ~ u.

-+-Debit tersedia

Bulan

'5 ..,

- '-Debit terpakai

:t! o

Gambar 9. Grafik keseimbangan debit tersedia dan debit terpakai setelah dilakukan optimasi pertama dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%

Tabel 25. Debit air sisa (Q'i") dan debit air yang terpakai (Qp,',i) pada pola tanam terpilih setelah dilakukan optimasi pertarna dengan e£isiensi irigasi padi sawah 40%

Bulan Qsis<' Qpakai Bulan Qsisa Qpakaj

(l/det) (l/det) (l/det) (l/det) Jan 1 4445.8 0.0 Jul-1 1451. 3 569.3 Jan-2 5058.3 0.0 Jul-2 0.0 994.9 Feb-1 5148.5 0.0 Agt-1 1049.3 106.2 Feb-2 4303.4 0.0 Agt-2 300.4 787.1 Mar-1 4940.1 0.0 Sep-1 0.0 889.9 Mar-2 6320.0 0.0 Sep-2 719.2 99.3 Apr-1 5856.3 0.0 Okt-1 0.0 673.5 Apr-2 4053.8 0.0 Okt-2 831.1 93.0 Mei-1 4127.9 0.0 Nov-1 1344.2 14 .4 Mei-2 3864.8 0.0 Nov-2 2371. 6 0.0 Jun-1 2811.8 0.0 Des-1 2889.7 0.0 Jun-2 2431. 2 31. 5 Des-2 3101. 3 0.0

57

Sisa luas lahan yang belum ditanami dan debit air

yang tersisa dioptimasi kembali dengan mengajukan enam

alternatif pola tanam, yaitu padi-padi-bera dengan masa

tanam pada Oktober-2 hingga Januari-l. Kebutuhan air

irigasi untuk pola tanam ini dapat dilihat pada

Lampiran 17.

Optimasi kedua berdasarkan ketersediaan air

menghasi1kan satu po1a tanam terpi1ih, yaitu padi-padi-

bera seluas 2824.7 Ha dengan masa tanam November-1. Untuk

1ebih j e lasnya hasil dua kali optimasi tersebut dapat

dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Pola tanam terpilih dan luas optimum setelah dua kali optimasi berdasarkan ketersediaan air bila efisiensi irigasi padi sawah 40%

Pola Tanam Sa at Tanam Luas (Ha)

padi-padi-palawija Oktober-2 110.7

padi-padi-palawija Desember-l 763.2

padi-palawija-palawija Desember-2 786.4

I padi-padi-bera November-1 2824.7

Luas lahan berdasarkan hasil dua kali optimasi

adalah 4485.0 Ha, sehingga tidak ada sisa luas lahan yang

dapat ditanami lagi.

7

0 6 o o ~

>< 5 :;< -~4 .... 3 i1i w 02

~ ~ .., ~

" ..., Bulan

--+- Debit tersedia

a. ~

'"

- - Debit terpakai

:l< o

air sisa setelah

> o Z

58

yang ter­dilakukan

Gambar 10. Grafik keseimbangan debit sedia dan debit terpakai dua kali optirnasi dengan padi sawah 40%

efisiensi irigasi

Tabel 27. Debit air sisa (Q3isa) dan debit air yang terpakai (Qpakai) pada pola tanarn terpilih setelah dilakukan dua kali optirnasi dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%

Bulan Q.'Jisa QG3kai Bulan QCi30 Qpar.ai

(l/det) (l/det) (l/det) (l/det)

Jan-1 4445.8 0.0 Jul-l 1441.4 569.3 Jan-2 5058.3 0.0 Jul-2 0.0 994.9

Feb-1 5148.5 0.0 Agt-1 1038.8 106.2 Feb-2 4303.4 0.0 Agt-2 341. 9 787.1

Mar-1 4940.1 0.0 Sep-l 0.0 889.9 Mar-2 6320.0 0.0 Sep-2 726.4 99.3

Apr-l 5856.3 0.0 Okt-l 0.0 673.5 Apr-2 4053.8 0.0 Okt-2 860.9 93.0

Mei-1 4127.9 0.0 Nov-1 980.0 381. 6 Mei-2 3864.8 0.0 Nov-2 2371.6 0.0

Jun-1 2811.8 0.0 Des-1 2889.7 0.0 Jun-2 2431.2 31. 5 Des-2 3101. 3 0.0

59

Dari hasil dua kali optimasi berdasarkan

ketersediaan air apabila efisiensi irigasi padi sawah 40%

didapat luas lahan optimum yang dapat ditanami padi

rendeng adalah 4485 Ha dan padi gadu adalah 3698.6 Ha,

sedangkan luas lahan optimum yang dapat ditanami palawija

adalah 2446.7 Ha. Berdasarkan hal tersebut diperoleh

besarnya intensi tas tanam untuk padi adalah 182.5% dan

untuk palawija adalah 54.6%.

Dari hasil optimasi pola tanam berdasarkan

ketersediaan air dengan efisiensi padi sawah 40%,

diperoleh empat pola tanam terpilih, kemudian dilakukan

optimasi kembali dengan faktor pembatas tenaga kerja yang

tersedia dan luas lahan dari empat pola tanam terpilih.

Luas optimumnya dapat dilihat pada Tabel 28 dan hasil

optimasinya pada Lampiran 24.

Tabel 28. Pola tanam terpilih dengan ketersediaan tenaga kerja sebagai faktor pembatas dan efisiensi irigasi padi sawah 40%

Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)

padi-padi-palawija Oktober-2 1l0.7

padi-padi-palawija Desember-1 763.2

padi-palawija-palawija Desember-2 786.4

padi-padi-bera November-1 2824.7

60

c 20 c c ~ 18 >< '2 16 .. ~ 14 £. .. 'l:" 12 "

\/\ '" .. '" 10 .. " " l- S

6 " "-'," ,. 4 ,~

2

j\ ./

.F', I . --: -.-,

BULAN

--+--Tenaga tersedia --; - Tenaga terpakal

Gambar 11. Grafik kebutuhan tenaga kerja pada model optimasi dengan tenaga kerja sebagai faktor pembatas dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%

Berdasarkan Gambar 11, terlihat bahwa ketersediaan

tenaga kerja di Daerah Irigasi Leuwinangka memenuhi

kebutuhan tenaga apabila pola tanam terpilih diterapkan.

Tahap terakhir dari optimasi ini adalah menganalisa

ketersediaan traktor tangan di Daerah Irigasi

Leuwinangka, karena ternyata tidak semua petani mengolah

tanahnya secara manual.

Optimasi berdasarkan ketersediaan traktor tangan

sebagai faktor pembatas dilakukan pula terhadap pola

tanam terpilih dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%,

61

dimana hasil optimasinya dapat dilihat pada Lampiran 25

dan luas optimumnya seperti tertera pada Tabel 29.

Tabel 29. Pola tanam terpilih berdasarkan optimasi dengan ketersediaan traktor tangan sebagai faktor pembatas dan efisiensi irigasi padi sawah 40%

Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)

padi-padi-palawija Oktober-2 110.7

padi-padi-palawija Desember-1 564.9

padi-palawija-palawija Desember-2 0.0

padi-padi-bera November-l 691.6

Dari Tabel 29 ternyata luas lahan yang dapat diolah

dengan menggur,akan traktor pada saat tanam padi rendeng

adalah 1367.2 Ha, pada saat tanam padi gadu adalah

1367.2 Ha dan pada saat tanam palawija adalah 675.6 Ha,

hal ini menunjukkan ketersediaan traktor di Daerah

Irigasi Leuwinangka tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan tenaga bila pola tanam terpilih hasil optimasi

berdasarkan ketersediaan air diterapkan.

Agar pola tanam terpilih dapat diterapkan maka perlu

diketahui jumlah tenaga tersedia dan jumlah tenaga

terpakai (Tabel 30), sehingga dapat diketahui kekurangan

jumlah unit traktor tangan untuk periode setengah bu1anan

dan jum1ah tenaga kerj a manusia yang dibutuhkan apabila

akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut

(Tabel 31).

62

Tabel 30. Kekurangan tenaga traktor tangan yang terjadi bila ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 40%)

Bulan Tenaga tersedia Tenaga terpakai Kekurangan tenaga

(Hp) (Hp) (Hp) Jan 1 966 195.3 Feb-2 966 137.2 -

Mar-1 966 3611.1 2645.1 Mar-2 966 2768.2 1802.2 Apr-1 966 946.3 -Apr-2 966 2092.7 1126.7 Jun-2 966 189.2 -

Agt-1 966 264 ~. 8 1683.8 Okt-2 966 137.2 -Nov-1 966 3611.1 2645.1 Nov-2 966 2768.2 1802.2 Des-1 966 946.3 -

Des-2 966 1723.1 757.1

Berdasarkan Tabel 30 maka dapat dibuat grafik

keseimbangan tenaga tersedia dengan tenaga yang digunakan

apabila pola tanam terpilih diterapkan, seperti tertera

pada Gambar 12.

c: 4000

:s .. 3500

'" .. I:

3000 " >-2500

2000

1500

1000

500 '\~.~ 0 , I: .c .. " .., ...

, , ~ ~ .. Q. :; «

, I:

" .., :; .., BULAI<

Q.

" U)

-+-Tenaga tersedia __ Tenaga terpakal

~J/<> , , :!< ~ M

0 " z a

Gambar 12. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan yang terpakai bila ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola tanam terpilih (efisiensi irigasi pani sawah 40%)

63

1000 Ci: e- 900 .. '" .. 800 r: ~ I-

700

600

600

h""· .. " I \~\ ".

\

.. ".~~

400

300

200

100 /

o 1:·--<~-· -:, , r: .c .. ~ .., u.

BULAN

--+-Tenaga tersedia -;:'-Tenaga terpakai

Gambar 13. Grafik tenaga traktor yang terpakai sete1ah (efisiensi irigasi padi

yang tersedia dan dilakukan optimasi sawah 40%)

Intensitas tanam yang dicapai untuk tanaman padi

sebesar 60.97% dan untuk palawija sebesar 15.06%.

Tabel 31. Kebutuhan jumlah tenaga kerja manusia untuk menutupi kekurangan unit traktor

Kekurangan Kebutuhan Kekurangan Kebutuhan Bulan traktor tenaga Bulan traktor tenaga

tangan manusia tangan manusia (unit) (orang) (unit) (orang)

Jan-l - - Agt-l 240 2265 Feb-2 - - Okt-2 - -Mar-l 378 4906 Nov-1 378 4906 Mar-2 257 4906 Nov-2 257 4906 Apr-1 - - Des-1 - -

Apr-2 161 2265 Des-2 108 2265 Jun-2 - -

Berdasarkan hasil optimasi diperoleh pola tanam terpi-

lih, dimana jumlah tenaga kerja yang tersedia di Daerah

Irigasi Leuwinangka mencukupi, sedangkan ketersediaan trak-

64

tor tangan terj adi kekurangan apabila pola tanam terpilih

diterapkan.

Untuk menghindari pembuangan air yang berlebih pada

periode tertentu, sebaiknya kelebihan air ini dialihkan oleh

pihak Di visi Timur ke daerah lain yang membutuhkan, atau

pihak Divisi

bekerjasama

memanfaatkan

Timur POJ dengan Departemen Pertanian

untuk menambah areal pertanian dengan

untuk lahan tidur (lahan yang potensial

pertanian namun tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya) sehingga

intensitas tanam dapat ditingkatkan.

Pada kenyataannya di Daerah Irigasi Leuwinangka tidak

semua tenaga kerja mau mengerjakan kegiatan pengolahan tanah

secara manual, mereka lebih tertarik untuk mengerjakan

sawahnya secara mekanis, yaitu menggunakan traktor tangan,

dengan alasan efisiensi tenaga dan waktu. Namun bila hal

tersebut diterapkan untuk luas lahan pada pola tanam

terpilih, tentunya hal ini dapat mengakibatkan terjadinya

pengangguran terselubung dan urbanisasi yang berlebihan,

karena jumlah ketersediaan tenaga kerja melebihi jumlah

tenaga kerja yang terpakai pada periode tertentu.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Daerah Irigasi Leuwinangka merupakan daerah irigasi Perum

Otorita Jatiluhur, divisi Tarum Timur kabupaten Subang.

Sumber airnya berasal dari sungai Ciasem dengan kapasitas

brndung 60 m3 /detik dan panjang saluran sekundernya adalah

25.193 km dan sampai saat ini masih berfungsi dengan

baik. Lahan yang saat ini ditanami padi pada musim hujan

seluas 4417 Ha sedangkan pada musim kemarau seluas

3138 Ha dan palawija seluas 1111 Ha. Maka dapat diketahui

besarnya intensitas tanam padi adalah 168% dan palawija

adalah 25%.

2. Dari hasil dua kali optimasi dengan faktor pembatas

ketersediaan air, maka diperoleh dua pola tanam dengan

lima golongan pemberian air untuk efisiensi irigasi padi

sawah sebesar 65%, yaitu padi-padi-palawija dengan masa

tanam Oktober-2 seluas 121.5 Ha, padi-padi-palawija

dengan masa tanam Desember-1 se1uas 696.7 Ha, padi-padi­

palawija dengan masa tanam Desember-2 seluas 861.0 Ha,

padi-padi-bera dengan masa tanam Oktober-2 seluas

1655.6 Ha dan padi-padi-bera dengan masa tanam November-1

seluas 1150.2 Ha. Sehingga total lahan yang dapat

ditanami padi pada musim hujan seluas 4485 Ha, pada musim

kemarau se-luas 4485 Ha dan palawija yang ditanam seluas

66

1655.6 Ha. Dengan demikian intensitas tanam padi sebesar

200% dan pa1awija sebesar 37%.

3. Optimasi tahap se1anjutnya di1akukan dengan faktor

kenda1a tenaga kerj a yang tersedia. Jum1ah tenaga kerj a

yang tersedia di Daerah Irigasi Leuwinangka ada1ah

18912 orang dengan efisiensi 80%, yang terdiri dari

petani penggarap dan buruh tani. Dari hasi1 optimasi

ternyata jum1ah tenaga kerja mencukupi untuk semua po1a

tanam terpi1ih.

4. Optimasi terakhir di1akukan dengan mempertimbangkan

ketersediaan traktor tangan, dimana jum1ah traktor tangan

yang tersedia di Daerah Irigasi Leuwinangka sebanyak

138 unit dengan daya rata-rata tiap unit traktornya

sebesar 7 Hp. Hasi1 optimasi terhadap po1a tanam terpi1ih

dengan faktor kenda1a ketersediaan traktor tangan,

yai tu padi-padi-pa1awij a dengan masa tanam Oktober-2

se1uas 121.5 Ha, padi-padi-pa1awija dengan masa tanam

Desember-1 se1uas 564.9 Ha, padi-padi-pa1awija dengan

masa tanam Desember-2 se1uas 332.6 Ha, padi-padi-bera

dengan masa tanam Oktober-2 se1uas 657.5 Ha dan padi­

padi-bera dengan masa tanam November-1 se1uas 163.3 Ha.

Sehingga 1uas 1ahan yang dapat ditanami padi pada musim

hujan ada1ah 1839.9 Ha, padi pada musim kemarau seluas

1839.9 Ha dan palawija seluas 1019 Ha dengan intensitas

tanam untuk padi sebesar 82.00% dan palawija 22.72%.

67

diperoleh sebesar 4698.6 Ha, hal tersebut menunjukkan

adanya kekurangan traktor tangan yang tersedia.

5. Sedangkan optimasi berdasarkan ketersediaan air bila

efisiensi irigasi padi sawah sebesar 40% diperoleh tiga

pola tanam dengan empat golongan pemberian air, yaitu

padi-padi-palawija dengan masa tanam Oktober-2 seluas

110.7 Ha, padi-padi-palawija dengan masa tanam Desember-l

seluas 763.2 Ha, padi-palawija-palawija dengan masa tanam

Desember-2 seluas 786.4 Ha dan padi-padi-bera dengan masa

tanam November-1 seluas 2824.7 Ha. Sehingga total lahan

yang dapat ditanami padi pada musim hUjan seluas 4485 Ha,

pada musim kemarau seluas 3698.6 Ha dan palawija yang

ditanam seluas 2446.7 Ha. Dengan begitu intensitas tanam

padi mencapai 183% dan palawija sebesar 55%.

6.0ptimasi berdasarkan ketersediaan tenaga kerja bila

efisiensi irigasi padi sawah sebesar 40%, diperoleh bahwa

semua pola tanam terpilih dapat diterapkan karena tenaga

kerja mencukupi.

7.0ptimasi berdasarkan ketersediaan traktor tangan bila

efisiensi irigasi padi sawah sebesar 40% diperoleh hasil

optimasi antara lain padi-padi-palawija dengan masa

tanam Oktober-2 seluas 110.7 Ha, padi-padi-palawija

dengan masa tanam Desember-l seluas 564.9 Ha, padi­

palawija-palawija dengan masa tanam Desember-2 seluas

o Ha dan padi-padi-bera dengan masa tanam November-1

68

o Ha dan padi-padi-bera dengan masa tanam November-l

seluas 691.6 Ha, maka total luas optimumnya sebesar

1367.2 Ha dengan luas lahan yang dapat ditanami padi pada

musim huj an adalah 1367.2 Ha, padi pada musim kemarau

seluas 1367.2

Pengurangan luas

Ha dan palawija

tersebut terj adi

seluas

karena

675.6 Ha.

kekurangan

jumlah traktor tangan yang tersedia. Sehingga intensi tas

padi menurun menj adi 60.97% sedangkan palawij a menj adi

15.06% dan total luas lahan berkurang menjadi 3409.6 Ha.

S. Berdasarkan hasil optimasi dengan pola tanam terpilih,

ketersediaan tenaga kerj a di Daerah Irigasi Leuwinangka

ternyata mencukupi, namun terjadi kekurangan jumlah

traktor tangan yang tersedia apabila pola tanam terpilih

diterapkan. Pada kenyataannya di Daerah Irigasi

Leuwinangka tidak semua tenaga kerja yang ada mau

mengerjakan sawahnya secara manual, mereka lebih tertarik

untuk mengerjakan sawahnya secara mekanis dengan bantu an

traktor tangan.

9. Dengan dilakukan optimasi pola tanam berdasarkan

ketersediaan air dan kaitannya dengan tenaga kerja di

Daerah Irigasi Leuwinangka diperoleh peningkatan luas

areal tanam dan intensitas tanam bila dibandingkan dengan

pola tanam yang diterapkan saat ini, sehingga diharapkan

produksi pertanian di daerah tersebut dapat meningkat.

69

B. SARAN

1. Optimasi po1a tanam perlu dilakukan agar diperoleh luas

maksimal dari suatu areal pertanian dengan mempertimbang­

kan faktor kendala ketersediaan air, jumlah tenaga kerj a

dan jumlah traktor tangan yang tersedia.

2. Setelah dilakukan optimasi ternyata ketersediaan air pada

periode tertentu di Daerah Irigasi Leuwinangka masih

cukup banyak, air yang berlebih ini sebaiknya dialihkan

oleh pihak POJ Divisi Timur ke daerah lain yang

membutuhkan. Selain itu agar pemanfaatan air lebih

optimal sebaiknya perlu adanya ekstensifikasi pertanian

dan pemanfaatan lahan tidur, dalam hal ini perlu adanya

kerja sarna antara POJ Divisi Timur dengan Departemen

Pertanian.

3. Luas lahan pada pola tanam terpilih dari hasil optimasi

dapat di terapkan apabila j umlah tenaga kerj a yang

tersedia benar-benar mau memanfaatkan lahannya secara

optimal dengan menggunakan tenaga manual, karena

ketersediaan tenaga kerja cukup banyak. Penggunaan

traktor tangan sebaiknya dibatasi, karena dapat

menimbulkan terj adinya pengangguran terselubung ataupun

urbanisasi yang berlebihan.

70

4. Jika memang dibutuhkan pengerjaan sawah dengan

menggunakan tenaga traktor tangan, maka untuk menutupi

kekurangan traktor tangan dapat ditempuh dengan jalan

menyewa dari pihak swasta atau mendatangkan dari desa

lain yang berdekatan dengan desa-desa pada Daerah Irigasi

Leuwinangka.

5. Untuk menerapkan pola tanam terpilih ini perlu adanya

kerjasama dari pihak-pihak terkait, yaitu Dinas

Pengairan dan Dinas Pertanian dengan para petani pemakai

air.

6. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk meneliti pola

tanam terpilih ini secara finansial.

71

DAFTAR PUSTAKA

Aprianti, D.A. 1994. Optimasi Pola Tanam dengan Sistem Golongan dan Kaitannya dengan Ketersediaan Traktor Tangan di Daerah Pengamat Karawang, Daerah Irigasi Tarum Utara, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Daywin, F.J., R.G. Sitompul dan 1. Hidayat. 1993. Mesin­mesin Budidaya Pertanian. JICA-DGHE/IPB PROJECT /ADAET. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Direktorat Jendral Pengairan (KP-01, KP-02, KP-03, KP-05). C.V. Galang Persada. Bandung.

Doorenbos, J. dan w.O. Pruitt. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water Requirements. Irrigation and Drainage Paper vol 24. Food and Agriculture Organization of The united Nation. Rome.

Hansen, V.E., Irrigation John Wiley

O.W. Israelsen dan G.E. Principles and Practices

and Sons. New York.

Stringham. 1980. (Fourth Edition).

Fukuda, H. dan H. Tsutsui. 1973. Rice Irrigation in Japan. Overseas Technical Cooperation Agency (OTCA), Tokyo, Japan.

Irwanto, A.K. Pertanian.

1984. Ekonomi Enjiniring. Jurusan Mekanisasi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Israelsen, O.W. dan V.E. Principles and Practices. York.

Hansen. 1962. Irrigation John Wiley and Sons, Inc. New

Kalsim, D.K. 1995. Hemat Air Irigasi (Prosiding). Efisiensi Air Irigasi di Saluran dan Petak Tersier. Pusat Dinamika Pembangunan. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Linsley, R.K., M.A. Kohler dan J.L.H. Paulus. 1982. Hydrology for Engineers. Mc Graw-Hill Book Company, inc. New York.

72

Oldeman, L.R. dan Syarifuddin. 1977. An Agroclimates Map of Sulawesi. contribution Central Research Institute for Agriculture Bogor Number 33. Bogor.

Priyanto, H.A., F.Y. Daywin, Prastowo dan A.M. Syarief. 1993 Program Pendidikan Diploma Pengelola Alat dan Mesin Pertanian (Makalah). Lokakarya Pengembangan Program Diploma Fateta IPB. 24 April 1993. Bogor.

Pusat Litbang Pengairan manual version 2.1. Umum. Bandung.

dan Deft Hydraulics. 1989. Hymos Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan

Pusat Litbang Integrated Planning. Bandung.

Sosrodarsono, Pengairan Jakarta.

Pengairan dan Deft Hydraulics. 1991. River Basin Water Resources Development

Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

S. dan (cetakan

K. Takeda. ketuj uh) .

1993. Hidrologi untuk PT Pradnya Parami ta.

Subagio, P., M. Asri dan T.H. Handoko. 1984. Dasar-dasar Operation Research. BPFE. Yogyakarta.

Taha, H.A. 1993. Operations Department of Industrial Arkansas. Fayetteville.

Research (fifth edition). Engineering. University of

Lampiran

79

Lampiran 6. Data curah hujan (mmlhari) selarna 10 tahun (1986-1995) dan curah hujan rata-rata (mmlhari) pada setiap stasiun penakar hujan di Daerah lrigasi Leuwinangka

a. St . D d aSlUn ang( eur

Tahun Rata-Bulan

1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 rata

Jan-I 23.88 29.00 34.11 25.60 20.14 19.40 17.80 20.02 30.15 2320 24.33

Jan-2 39 .. 92 35.21 014.82 40.00 36.24 29.40 34.25 30.28 44.35 33.33 36.78

Feb-I 16.67 20.67 15.28 32.56 21.18 15.86 11.38 19.21 9.33 10.86 17.30

Feb-2 19.40 31.60 37.33 23.62 48.71 28.57 12.54 15.11 8.86 10.86 23.66

Mar-I 14.25 18.83 29.62 24.30 31.17 29.28 38.34 18.30 15.85 23.82 24.38

Mar-2 14.54 33.50 27.67 28.00 36.12 14.88 13.55 18.90 24.58 16.08 22.78

Apr-I 11.67 23.00 23.67 52.30 43.88 18.38 20.00 13.75 15.89 11.73 23.43

Apr-2 18.28 17.71 20.75 23.60 23.71 24.09 12.75 15.56 16.27 9.50 18.22

Mci-I 25.00 25.33 41.00 20.44 64.00 22.50 8.60 5.80 19.88 28.80 26.14

Mei-2 37.00 24.00 5.67 29.36 12.00 20.00 17.67 2.00 20.00 27.00 19.47

Jun-l 24.00 2700 14.25 21.62 63.00 - 15.17 13.17 9.00 11.00 19.82

Jun-2 2771 - 14.00 43.33 42.75 - - 4.33 - 16.00 14.81

Jul-l - 24.00 - 37.28 48.00 - 367 - - 22.17 13.51

Jul-2 21.80 - - 22.17 - - - - - - 4.40

Agt-I 22.50 15.00 18.00 2700 44.43 - 2204 15.33 - 10.00 17.43

Agt-2 - - - - 10.33 - 30.00 - - - 403

Scp-I 25.40 - - - 4.67 - 15.00 - 15.00 22.50 8.26

Scp-2 43.00 58.00 40.00 5.00 5.50 - 2.50 - - 51.00 20.50

Okt-I 8.00 24.67 29.83 - - - 19.40 1.00 26.00 11.00 11.99

Okl-2 16.50 - 15.91 46.40 8.50 20.00 15.25 5.40 17.00 32.33 17.73

Nov-l 26.44 27.60 6.50 22.50 16.25 19.25 11.83 10.44 4.97 50.62 19.64

Nop-2 36.71 12.60 32.83 35.14 20.44 17.00 6.43 20.89 27.67 39.33 24.90

Des-I 39.57 22.33 15.83 27.75 21.00 12.33 9.70 25.25 50.62 20.82 24.52

Des-2 20.67 18.00 31.86 10.50 25.00 18.67 9.50 11.93 39.33 27.34 21.28

Keterangan : tidak ada hujan

80

Lampiran 6. (lanjutan)

b. Stasiun Pagaden

Tahun Rata-

Bulan 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995

rata

Jan-I 12.44 13.80 17.11 9.40 13.71 10.11 5.90 16.30 10.50 20.41 12.97

Jan-2 17.00 24.83 18.62 6.11 17.85 26.67 7.50 31.56 14.45 31.36 19.60

Feb-I 36.17 11.75 21.83 24.64 25.60 20.40 19.60 16.80 10.00 27.27 21.41

Feb-2 27.00 11.71 - 17.12 14.12 22.00 7.80 7.13 7.20 27.63 14.17

Mar-I 5.67 - IS.OO 19.33 6.70 24.50 18.50 17.25 20.27 42.50 17.27

Mar-2 9.00 35.75 16.88 33.75 16.25 lI.lO 7.40 16.00 19.00 18.38 18.35

Apr-I 29.90 7.00 3.00 25.78 26.60 16.33 18.71 9.29 13.00 25.29 17.49

Apr-2 12.67 19.75 29.33 23.25 14.67 24.50 22.25 4.40 32.50 30.50 21.38

Mci-I 17.33 9.75 19.33 55.00 25.00 47.00 9.13 22.00 8.00 30.80 24.33

Mei-2 - - 12.00 34.00 20.67 - 9.00 14.00 - 34.67 12.43

Jun-I 1.00 5.00 6.80 5.00 9.00 - 21.50 68.50 - 9.00 12.58

Jun-2 23.00 42.00 7.00 4.00 26.50 - - 2.00 - 19.00 12.35

Jul-I 1.00 - - 27.33 1100 - - - - 16.00 5.53

Jul-2 6.00 - - 6.00 - - - - - - 1.20

Agt-I - - 38.00 - 2.67 - - - - - 4.07

Agt-2 - - - - 3.50 - 20.50 - - - 2.40

Scp-I 20.50 - - - - - 7.50 - 4.00 - 3.20

Sep-2 19.75 - 24.00 - 23.50 - 4.50 - - 20.00 9.18

Okt-I - 33.50 10.50 - - - 12.75 - 14.0() 17.45 8.82

Olct-2 15.75 - 26.00 53.00 - - 12.50 13.00 - 65.33 18.56

Nov-I 17.47 12.00 36.50 21.33 2200 15.00 - 3.33 4.94 50.63 18.32

Nop-2 29.20 19.75 15.67 7.20 25.17 32.67 17.60 10.00 19.20 49.00 22.55

Des-I 44.33 26.36 16.00 25.50 9.90 18.67 19.22 19.17 21.83 40.00 24.10

Des-2 18.80 18.50 42.38 2Ll7 12.09 19.75 30.00 18.29 18.00 35.25 23.42

Keterangan : tidak ada hujan

81

Lampiran 6. (lanjutan)

c. S Cb d taslUn 1 an ung

Tahun Rata-

Bulan 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995

rata

Jan-I 10.20 7.00 16.80 2.75 20.20 11.51 11.40 13.20 12.92 20.26 12.68

Jal1-2 8.25 30.83 22.22 9.57 20.09 14.00 16.25 21.44 14.58 23.89 18.11

Feb-I 9.30 9.40 16.86 31.89 27.80 10.88 19.83 15.50 10.63 18.17 17.02

Feb-2 14.50 4.60 - 23.40 24.12 17.00 24.27 7.78 10.22 14.33 14.02

Mar-I - 21.67 21.00 21.50 8.00 26.14 21.13 19.20 '15.40 14.75 16.88

Mar-2 16.33 14.60 33.86 15.43 36.67 8.42 13.67 14.29 17.30 9.18 17.98

Apr-I 15.33 - - 18.33 27.50 26.40 18.98 21.00 14.80 21.67 16.39

Apr-2 6.86 3.40 32.50 20.60 18.33 28.25 20.00 24.50 17.57 13.50 18.55

Mei-I 16.00 34.00 12.00 14.50 25.50 - 2300 17.00 13.25 22.00 17.72

Mei-2 - 2.00 10.00 13.56 8.67 - - 20.00 - 22.50 7.67

Jun-I - 7.50 24.50 13.70 7.00 - 10.00 23.67 4.00 4.00 9.43

Jun-2 5.40 - 25.00 9.00 28.00 - - 21.00 - 9.00 9.74

Jul-I 2.00 2.00 - 19.20 1600 - - - - 4.50 4.17

Jul-2 5.25 - - 15.25 - - - - - - 2.05

Agt-I 4.00 - - - - - - 1.50 - - 0.55

Agt-2 - - - - 7.00 - 8.00 - - - 1.50

Scp-I 5.00 - - - 3.00 - 54.00 - 8.00 5.00 7.50

Sep-2 5.50 - - - 12.00 - 8.00 2.00 - 12.50 4.00

Okt-I 6.20 18.50 11.00 - - - 2700 - - 12.50 7.52

Okt-2 2300 - 17.75 - - - 11.00 3.00 2.00 14.14 7.09

Nov-I 17.82 3.00 29.00 15.20 - 14.00 21.00 10.60 15.00 17.63 14.32

Nov-2 18.40 12.00 11.00 17.57 38.00 29.80 1000 11.70 16.14 32.38 19.70

Des-1 55.67 25.27 6.67 28.33 7.50 18.92 12.62 25.63 24.11 17.43 22.22

Des-2 6.57 22.17 42.12 18.88 14.50 25.80 22.17 15.22 4.00 4.00 17.54

Keterangan : - : tidak ada hujan

82

Lampiran 6. (lanjutan)

d S S b taslUn u ang

Tahun Rata-Bulan

1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 rata

Jan-I 32.70 30.20 32.33 13.30 28.33 3.40 18.17 22.20 20.00 20.70 22.13

Jan-2 40.33 25.33 23.00 15.57 16.12 13.67 5.67 5175 18.91 19.50 22.99

Feb-I 26.92 23.57 23.50 40.83 46.60 13.00 17.78 24.00 17.50 15.10 24.88

Feb-2 21.67 31.60 40.00 48.00 12.43 52.20 16.27 23.20 10.40 12.60 26.84

Mar-l 10.50 11.83 30.62 16.86 17.25 37.50 40.86 21.36 2178 18.78 22.73

Mar-2 11.17 33.50 28.33 16.62 29.40 26.00 17.86 17.00 25.77 13.71 21.94

Apr-I 31.40 17.50 28.67 38.12 37.50 23.00 17.82 21.22 18.50 9.50 24.32

Apr-2 17.17 17.71 5.50 20.00 7.00 13.43 15.89 12.33 11.29 8.00 12.83

Mci-I 27.00 24.00 36.60 24.12 36.50 14.33 12.75 15.00 16.13 24.00 23.04

Mei-2 31.00 25.33 34.67 28.00 27.50 - 27.75 15.85 - 39.00 22.91

Jun-I 24.00 27.00 18.00 14.43 20.00 15.00 23.40 30.00 3.77 18.50 19.41

Jun-2 22.57 - 17.00 9.67 29.50 15.00 15.00 9.00 5.00 9.57 13.71

Jul-1 5.00 9.20 - 11.00 22.50 - - - - 35.50 7.25

Jul-2 6.30 - - 7.00 - - - - - - 1.33

Agt-I 20.00 - 16.00 12.00 26.00 - 8.00 11.00 - 7.00 10.20

Agt-2 - - 10.00 - 9.00 - 10.33 - - - 3.46

Scp-I 14.40 - - - - - 28.25 - 11.00 10.25 6.39

Scp-2 17.00 48.00 - - - - 14.00 - - 29.75 10.88

Okl-I 13.67 28.33 12.40 - - - 34.00 - 26.00 15.00 12.94

Okt-2 19.80 - 15.62 46.60 - 20.00 22.40 6.33 17.00 25.05 17.28

Nov-I 15.62 27.60 19.30 25.12 18.J3 38.83 24.33 5.14 9.00 40.43 22.37

NOY-2 12.60 20.22 17.80 25.00 26.14 2178 12.20 25.71 21.57 22.63 20.56

Des-I 41.67 22.33 21.60 9.00 26.14 17.50 22.09 25.43 31.91 11.67 22.93

Des-2 37.00 18.00 52.14 34.89 29.56 18.60 19.00 16.22 9.16 31.33 26.59

Keterangan : - : tidak ada hujan

83

Lampiran 7. Total curah hujan rata-rata (mm/hari) di Daerah Irigasi Leuwinangka

Bulan Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Total Dangdeur Pagaden Cibandung Subang CurahHujan (fjJ • 38%) (fjJ:31%) (fjJ; 21%) (fjJ: 10%) Rata-rata

Jan-I 9.24 402 2.66 2.21 18.13 Jan-2 13.97 608 3.80 2.30 26.15

Feb-I 6.57 6.64 3.57 2.49 19.27 Feb-2 8.99 4.39 2.94 2.68 19.00

Mar-I 9.26 5.35 3.54 2.27' 20.42 Mar-2 8.66 5.69 3.78 2.19 20.32

Apr-I 8.90 5.42 3.44 2.43 20.19 Apr-2 6.92 6.63 3.89 1.28 18.72

Mei-I 9.93 7.54 3.72 2.30 23.49 Mei-2 7.40 3.85 1.61 1.83 14.69

Jun-I 7.53 3.90 1.98 1.85 15.26 Jun-2 5.63 3.83 2.05 0.82 12.33

Jul-I 5.13 1.71 0.92 1.02 8.78 Jul-2 1.67 0.37 0.43 0.35 2.82

Agt-I 3.32 1.26 0.12 072 5.42 Agt-2 1.64 0.74 0.32 0.13 2.83

Sep-I 3.14 0.99 1.58 0.64 6.35 Sep-2 7.79 2.85 0.84 1.08 12.56

Okt-I 4.56 2.74 1.58 1.29 10.17 Okt-2 6.74 5.75 1.49 1.73 15.17

Nov-I 7.46 5.68 301 2.24 18.39 Nov-2 9.46 6.99 4.14 2.06 22.65

Des-I 9.32 7.47 4.67 2.29 23.80 Des-2 8.09 7.26 3.68 2.66 21.69

84

Lampiran 8. Tipe iklim di Daerah Irigasi Leuwinangka menurut Oldeman

Jumlah Bulan Basah Jumlah Bulan Kering

T ST ASIUN PENGAMAT R STASIUN PENGAMAT R

0 P C S A

0 P C S A

a A A I U

T A A I U

T A A

h N G B B I N G B B I G A A A G A A A 0 0 N N

R 0 0 N N

R u

E E 0 G A E E 0 G A

U N U T

U N U T

n R N

A R N

A

G G

1986 11 10 8 II 10.0 0 I 2 0 0.75

1987 II 8 7 10 9.00 1 3 4 I 2.25

1988 10 11 9 9 9.75 I I 3 2 175

1989 10 9 8 10 9.25 1 2 3 I 175

1990 10 9 10 10 9.75 0 2 I 2 1.25

1991 8 7 6 8 7.25 4 5 6 3 4.50

1992 10 10 9 9 9.50 1 I 1 I 1.00

1993 7 8 8 8 7.75 4 3 4 4 3.75

1994 9 7 6 7 7.25 2 4 4 3 3.25

1995 10 11 9 II 10.25 1 I 2 I 1.25

Rata-9.6

rata 9.0 8.0 9.3 8.98 1.5 2.3 3.0 1.8 2.15

Tipe Bulan Sub Bulan Utama Basah Divisi Kering

A >9 I <2 B 7-9 2 2-3 C 5-6 3 4-6 D 3-4 4 >6 E <3

Daerah frigasi Leuwinangka termasuk tipe iklim B2 dengan rata-rata bulan basah 8.98 dan rata­rata bulan kering 2.15

85

Lampiran 9. Data lama waktu penyinaran matahari Gamlhari)

Bulan

Tabuu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Ok! Nov Des

1977 4.05 2.27 5.03 7.37 9.04 7.05 10.8 10.06 9.06 9.35 7.32 606

1978 4.27 5.45 6.48 7.34 7.5G G.l1 6.45 7.47 6.31 7.17 7.21 4.39

1979 4.44 5.49 5.03 G06 8.06 8.01 9.14 8.58 8.40 8.04 609 531

1980 3.15 4.32 7.45 6.31 8.29 8.42 8.31 8.50 8.29 6.25 6.59 4.34

1981 3.24 5.2 I 7.13 8A5 708 8.12 7.23 S.53 7.23 7.55 4.49 5.30

1982 2.59 5.59 6.24 6.29 8.18 8.15 8.51 9.16 9.17 8.49 8.53 6.25

1983 5.29 7.08 70S 5.42 6.03 8.02 8.30 10.02 9.17 6.20 5.04 6.35

1984 3.26 4.13 6.06 553 5.33 S.18 7.37 8.40 5.53 6.09 6.42 4.45

Ratal : 3.79 4.94 G.31 6.60 7.45 7.76 8.26 8.84 7.90 7.40 6.46 5.31

Lampiran 10. Data kecepatan angin rata-rata (kmljam) selama 10 tahun (1984 - 1993).

Bulan

Tabun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1984 5 5 3 2 2 2 2 3 3 2 2 4

1985 4 3 3 2 2 2 3 2 3 4 5 7

1986 7 5 3 2 2 4 2 2 5 4 5 5

1987 6 10 4 2 2 2 3 4 5 4 4 5

1988 5 3 4 3 2 2 2 3 4 , .' 3 5

1989 5 9 5 2 2 2 3 2 3 3 2 4

1990 6 5 5 3 3 2 3 3 4 4 3 4

1991 5 6 3 2 2 2 3 3 3 4 4 2

1992 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3

1993 4 3 2 3 3 2 3 4 4 3 3 3

Ratal : 5.1 5.3 3.5 2.4 2.3 2.3 2.8 2.9 3.7 3.4 3.3 4.2

86

Lampiran 11. Data suhu rata-rata ('C) selama 10 tahun (1984 - 1993)

Bulan

rabun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep 01'1 Nov Des

1984 24.3 24.7 25.4 25.8 25.3 25.3 25.4 25.9 25.5 26.5 26.3 25.5

1985 25.3 25.7 25.8 25.8 26.1 25.8 24.2 25.6 26.3 26.7 26.5 26.0

1986 25.3 25.3 24.7 26.0 26.4 25.8 25.5 25.6 25.6 26.5 25.9 26.1

1987 25.2 25.2 25.7 26.5 26.1 26.1 26.0 26.0 27.4 26.4 28.0 26.5

1988 25.2 26.0 270 26.9 26.6 25.7 25.6 26.3 26.0 26.5 27.0 24.5

1989 25.3 24.5 27.0 26.2 26.0 24.7 25.4 25.6 26.9 27.0 26.0 25.0

1990 25.2 25.5 26.2 26.4 26.5 25.8 25.8 26.5 26.0 30.0 295 25.3

1991 25.7 25.1 25.1 24.4 26.2 26.1 25.8 27.0 26.2 25.0 26.8 25.6

1992 25.5 25.1 25.0 26.2 26.5 25.8 25.4 25.4 26.1 26.0 259 25.5

1993 200 24.8 25.3 25.5 26.5 25.0 25.5 25.8 26.5 27.1 26.3 25.8

RaW: 24.80 25.19 25.72 25.96 25.61 25.61 25.46 25.97 26.25 27.00 26.82 25.58

Lampiran 12. Data keJembaban relatif (%) selama 10 tahun (1984 - 1993)

Bulan

Ta1,W, Jan Feb Mar Apr Mci JWl Ju1 Agt Sep Ok, Nov Des

1984 94 88 87 87 87 81 82 80 82 82 83 85

1985 88 86 86 86 86 85 84 78 77 71 84 83

1986 88 86 87 86 78 84 82 78 81 79 84 84

1987 88 88 86 84 83 83 78 72 70 70 70 76

1988 88 88 85 85 80 90 90 74 70 79 83 86

1989 88 89 85 84 86 86 81 90 72 74 82 87

1990 89 88 87 84 84 82 79 80 79 68 78 86

1991 85 90 83 87 82 79 75 72 72 76 81 88

1992 87 89 86 87 86 82 79 79 81 84 85 86

1993 91 89 87 87 85 83 80 75 74 75 84 76

RaW: 88.7 88.1 85.9 85.7 83.7 83.5 81.1 77.8 75.8 75.8 81.4 83.7

87

Lampiran 13. Debit bendung Leuwinangka (ltr/detik) selama 10 tahun (1986 - 1995)

Tahun

Bulan 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995

Jan-l 6218 11562 4673 4927 5697 4906 3470 10230 8630 5610

Jan-2 6264 8893 5834 5368 6791 11534 3900 20700 12590 5610

Feb-I 7871 11152 4525 6000 8049 6576 5540 44010 37240 7780

Feb-2 6026 7031 3782 10170 3647 11715 5320 27590 10370 4350

Mar-l 7808 8401 5350 2700 9187 17224 5640 22390 26820 6770

Mar-2 8674 8254 5388 7186 9397 13299 5740 14950 32330 8700

Apr-I 16246 4670 4323 9461 8047 13098 5520 17780 12240 8040

Apr-2 13802 1114 4128 6919 7018 16024 5820 17750 9640 7320

Mei-I 5586 4765 4006 7679 3849 8858 5440 3180 10230 8000

Mei-2 4262 3970 4483 10288 4004 4256 5730 10890 4230 4940

JlUI-l 4088 3112 3130 9418 4112 2717 10490 2020 3480 4330

Jun-2 4218 2451 2699 4929 4493 1995 5570 2670 3050 5010

Jul-I 4003 2033 1939 3391 3780 1657 2360 4700 1930 4170

Jul-2 7855 2021 1579 2574 2398 1281 330 4790 1090 2800

Agt-I 7658 1614 1811 1709 2678 1023 1150 2260 1050 1830

Agt-2 5306 1411 987 1592 1779 1150 2250 1930 1010 1280

Sep-I 5620 1106 2127 1592 2339 490 3560 1430 1110 920

Sep-2 5460 2173 1998 1015 2123 940 4640 380 930 1380

Okt-l 5777 1339 832 951 1354 543 6830 730 700 2140

Okt-2 5310 953 1690 1440 1045 762 9010 1820 980 2520

Nov-I 8793 660 2456 3303 2068 1900 11040 2000 1470 4400

Nop-2 7670 2135 2865 3868 2570 3144 11860 2850 2380 8450

Des-l 6377 4872 2043 3132 3986 3525 13770 3780 3670 6010

Des-2 12036 3605 3136 3147 5599 4072 11080 5370 2920 3730

88

Lampiran 14. Kebutuhan air irigasi (liter/detiklHa) untuk pola tanam padi-padi-palawija dan padi-palawija-palawija masa tanam Oktober-l hingga Desember-2, dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%

Pol. tanam

Bulan ITA ITA ITA ITA ITA ITA lAA lAA lAA lAA lAA lAA Okt-I Okt-2 Nov-I Nov-2 Des-I Des-2 Okt-I 0I.:t-2 Nov-I Nov-2 Des-I Des-2

J.n-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jan-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Feb-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Fcb-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mar-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mar-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-I 000 0.00 0.00 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mei-l 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 O.<XJ 0.00 0.00 0.00 Mei-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jun-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jun-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 Jul-I 0.25 0.08 0.00 0.00 0.15 0.54 0.25 0.08 0.00 0.00 0.42 0.47 Jul-2 1.17 0.96 0.79 0.00 0.00 1.02 1.17 0.96 0.79 0.00 0.00 1.13 Agt-I 1.01 0.96 0.72 053 0.00 000 1.01 0.96 0.72 053 0.00 0.00 Agt-2 1.27 1.32 1.27 1.03 OS4 0.00 1.27 1.32 1.27 1.03 0.S4 0.00 Sep-I 0.81 0.85 0.90 0.85 061 0.42 0.81 0.85 0.90 0.85 0.61 0.42 Sep-2 0.00 0.07 0.12 0.17 0.12 0.00 0.00 0.07 0.12 0.17 0.12 0.00 Oki-I 1.32 0.00 0.36 0.41 OA6 OAI 1.32 0.00 0.36 0.41 0.46 OAI Oki-2 0.52 0.52 0.00 000 0.00 0.00 0.52 0.52 0.00 0.00 0.00 0.00 Nov-l 000 0.08 O.OS 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.08 0.00 0.00 0.00 Nov-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Dcs-I 0.00 000 0.00 0.00 (l 00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 000 Des-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Keterangan : IIA Pola tanam padi-padi-palawija IAA Pola tanam padi-palawija-palawija

89

Lampiran 15. Kebutuhan air irigasi (liter/detikfHa) untuk poIa tanam padi-padi-bera masa tanam Oktober-2 hingga Januari-l, dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%

Pola tanam

Bulan 1lB lIB lIB lIB lIB lIB Okt-2 Nov-l Nov-2 Des-l Des-2 Jan-l

Jan-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 000 Jan-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 Feb-I 0.00 000 0.00 0.00 0.00 000 Feb-2 0.00 000 000 0.00 0.00 0.00 Mar-l 0.00 000 0.00 000 000 000 Mar-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 Apr-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 Mei-l 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mei-2 000 000 000 0.00 000 0.29 Jun-I 000 0.00 000 0.00 0.00 0.00 100-2 000 0.00 000 0.00 0.00 0.01 Jul-l 0.00 000 0.00 0.15 0.54 0.54 Jul-2 000 000 000 0.00 1.02 140 Agt-I 000 0.00 0.00 000 0.00 0.73 A,,>t-2 000 0.00 000 000 0.00 000 Sep-I 000 0.00 000 0.00 000 000 Sep-2 0.00 000 000 000 000 0.00 Okt-I 000 000 000 0.00 000 000 Okt-2 0.52 0.00 000 0.00 0.00 000 Nov-I 0.08 0.08 000 000 0.00 000 Nov-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 000 Des-I 0.00 000 000 000 0.00 0.00 Des-2 000 000 000 0.00 000 0.00

Keterangan :

lIB: poIa tanam padi-padi-bera

90

Lampiran 16. Kebutuhan air irigasi (liter/detikIHa) untuk pola tanam padi-padi-palawija dan padi-palawija-palawija masa tanam Oktober-1 hingga Desember-2, dengan efisiensi irigasi padi sawab 40 %

Pola tanam

Bulan IlA ITA IlA IlA IlA IlA IAA IAA IAA IAA IAA IAA

OIct-\ Okt-2 Nov-\ Nov-2 Des-\ Des-2 Okt-\ Okt-2 Nov-\ Nov-2 Des-[ Des-2

Jan-l 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jan-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Feb-\ 0 .. 00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Fcb-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mar-[ 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mar-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-I 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mei-I 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mci-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jun-l 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jun-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 Jul-I 0.25 0.08 0.00 0.00 0.25 0.87 0.25 0.08 0.00 0.00 0.42 0.47 Ju[-2 1.17 0.96 0.79 0.00 0.00 1.66 1.17 0.96 0.79 0.00 0.00 1.13 Agt-I 1.01 0.96 0.72 0.53 0.00 0.00 1.01 096 0.72 0.53 0.00 000 Agt-2 1.27 IJ2 1.27 1.03 0.84 0.00 1.27 132 1.27 1.03 0.84 0.00 Sep-I 0.81 0.85 0.90 0.85 0.61 0.42 0.8\ 0.85 0.90 0.85 0.61 0.42 Scp-2 0.00 0.Q7 0.12 0.17 0.12 000 0.00 007 0.\2 0.17 0.12 0.00 Okt-I 2.15 (100 0.36 0.41 0.46 OAI 2.15 0.00 0.36 0.41 0.46 0.41 Okt-2 0.84 0.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.84 0.84 000 0.00 0.00 0.00 Nov-l 0.00 0.13 0.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13 0.13 0.00 0.00 0.00 Nov-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Des-l 000 0.00 000 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Des-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

91

Lampiran 17. Kebutuhan air irigasi (Iiter/detikfHa) untuk pola tanam padi-padi-bera masa tanam Oktober -2 hingga Januari-I, dengan efisiensi irigasi padi sawab 40%

Pola tanam

Bulan lIB lIB lIB lIB lIB lIB Okt-2 Nov-I Nov-2 Des-I Des-2 Jan-I

Jan-I 0.00 0.00 0.00 000 000 0.00 Jan-2 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 Feb-I 000 000 0.00 000 000 0.00 Feb-2 000 0.00 0.00 0.00 0.00 000 Mar-I 0.00 0.00 0.00 0.00 000 0.00 Mar-2 0.00 0.00 0.00 000 0.00 0.00 Apr-I 000 0.00 0.00 000 0.00 0.00 Apr-2 000 0.00 000 0.00 000 000 Mei-I 0.00 000 0.00 000 0.00 0.00 Mei-2 000 0.00 0.00 000 000 0.47 Jun-I 0.00 0.00 0.00 000 0.00 000 Jun-2 0.00 000 0.00 000 0.00 0.01 Jul-I 000 0.00 000 0.25 0.87 0.87 Jul-2 000 0.00 0.00 000 1.66 2.28 Agt-I 000 0.00 000 000 0.00 1.19 Ab>t-2 000 0.00 000 000 000 000 Sep-I 0.00 000 000 0.00 000 0.00 Sep-2 000 0.00 0.00 000 0.00 000 Okt-I 0.00 000 0.00 000 0.00 0.00 Okt-2 0.84 000 000 0.00 000 000 Nov-I 0.13 0.13 000 0.00 000 0.00 Nov-2 000 000 0.00 000 0.00 000 Des-I 0.00 0.00 0.00 000 0.00 000 Des-2 0.00 0.00 0.00 000 0.00 000

92

Lampiran 18. Hasil optimasi pada model optimasi pertama dengan pola tanam padi-padi­palawija dan padi-palawija-palawija dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%

- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY-

Title: Optimasi 1, efisiensi padi 65% Final iteration No : 6 Objective value (max) = 1679.2330 ==> AL TERNA TIVE solution detected at x8

Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib Reduced Cost

xl Oktl 0.0000 1.0000 0 .. 0000 1.2525 x2 Okt2 121.5127 1.0000 121.5127 0.0000 x3 Napl 0.0000 1.0000 0.0000 0.3483 x4 Nap2 0.0000 1.0000 0.0000 0.1758 x5 Desl 696.6931 1.0000 696.6931 0.0000 x6 Des2 861.0273 1.0000 861.0273 0.0000 x7 Oktl 0.0000 1.0000 0.0000 1.2525 x8 Okt2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x9 Napl 0.0000 1.0000 0.0000 0.3483 xl0 Nap2 0.0000 1.0000 0.0000 0.1758 xll Desl 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x12 Des2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0241

. _ .. _ .. _ .. _."-"-"-"-"_'"_"- .. _ .. _ .. _ .. _ .. - .. _ .. _ .. _ .... _ .. _ .. _._ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .... _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. -.. _ .. _ .. _._ .. - ... _ .. _ .. _"._ .. _"._.-_ .. _ .. _ .. _ .. _ ..

Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price

1 «) 4445.7998 4.4458 - 0.0000 2 «) 5058.2998 5.0583 - 0.0000 3 «) 5148.5000 5.1485 - 0.0000 4 «) 4303.3999 4.3034 - 0.0000 5 «) 4940.1001 4.9401 - 0.0000 6 «) 6320.0000 6.3200 - 0.0000 7 «) 5856.2998 5.8563 - 00000 8 «) 4053.8000 4.0538 - 0.0000 9 «) 4127.8999 4.1279- 0.0000

10 «) 3864.8000 3.8648 - 0.0000 11 «) 2811.8000 2.8118 - 0.0000 12 «) 2462.7000 2462.7000 - 0.0000 13 «) 2020.6000 1441.4203 - 0.0000 14 «) 994.9000 0.0000 - 0.2192 15 «) 1155.5000 1038.8478 - 0.0000 16 «) 1087.5000 341.8810 - 0.0000 17 «) 889.9000 0.0000 - 0.9289 18 «) 818.5000 726.3909 - 0.0000 19 «) 673.5000 0.0000 - 0.9421 20 «) 924.1000 860.9133 - 0.0000 21 «) 1358.6000 1348.8789 - 0.0000 22 «) 2371.6001 2.3716 - 0.0000 23 «) 2889.7000 2.8897 - 0.0000

93

Lampiran 18. lanjutan

Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price

24 «) 3101.3000 3.1013- 0.0000 25 «) 4485.0000 2805.7668 - 0.0000

UB-x1 Okt1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x2 Okt2 4485.0000 4363.4873 - 0.0000 UB-x3 Nop1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x4 Nop2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x5 Des1 4485.0000 3788.3069 - 0.0000 UB-x6 Des2 4485.0000 3623.9727 - 0.0000 UB-x7 Okt1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x8 Okt2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x9 Nop1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000

UB-x10 Nop2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x11 Des1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x12 Des2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000

94

Lampiran 19. Hasil optimasi pada model optimasi kedua dengan pola tanam padi-padi­bera dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%

- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -

Title: Optimasi liB Okt2-Jan1, ef 65% Final iteration No : 3 Objective value (max) = 2805.7700 ==> ALTERNATIVE solution detected at x3

Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib

x1 Okt2 1655.5770 1.0000 1655.5770 x2 Nop1 1150.1930 1.0000 1150.1930 x3 Nop2 0.0000 1.0000 0.0000 x4 Des1 0.0000 1.0000 0.0000 x5 Des2 0.0000 1.0000 0.0000 x6 Jan1 0.0000 1.0000 0.0000

==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique

Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+)

1 «) 4445.7998 4.4458 -2 «) 5058.2998 5.0583 -3 «) 5148.5000 5.1485 -4 «) 4303.3999 4.3034 -5 «) 4940.1001 4.9401 -6 «) 6320.0000 6.3200 -7 «) 5856.2998 5.8563 -8 «) 4053.8000 4.0538 -9 «) 4127.8999 4.1279-

10 «) 3864.8000 3864.8000 -11 «) 2811.8000 2.8118-12 «) 2462.7000 2462.7000 -13 «) 1441.4200 1441.4200 -14 «) 0.0000 0.0000 -15 «) 1038.8000 1038.8000 -16 «) 341.9000 3.4190 -17 «) 0.0000 0.0000 -18 «) 726.4000 7.2640 -19 «) 0.0000 0.0000 -20 «) 860.9000 0.0000 -21 «) 1348.9000 1124.4385 -22 «) 2371.6001 2.3716 -23 «) 2889.7000 2.8897 -24 «) 3101.3000 3.1013 -25 «) 2805.7700 0.0000 -

UB-x1 Okt2 2805.7700 1150.1930 -UB-x2 Nop1 2805.7700 1655.5770 -UB-x3 Nop2 2805.7700 2805.7700 -UB-x4 Des1 2805.7700 2805.7700 -UB-x5 Des2 2805.7700 2805.7700 -UB-x6 Jan1 2805.7700 2805.7700 -

Reduced Cost

0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

Dual Price

0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

95

Lampiran 20. Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih dengan faktor pembatas jumlah tenaga keIja tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%

- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -

Title: tenaga 1 Final iteration No : 6 Objective value (max) = 4485.0029

Variable Value ObjCoeff Obj Val Contrib Reduced Cost

xl Okt2 121.5130 1.0000 121.5130 0.0000 x2 Desl 696.6930 1.0000 696.6930 0.0000 x3 Des2 861.0270 1.0000 861.0270 0.0000 x4 Okt2 1655.5800 1.0000 1655.5800 0.0000 x5 Nopl 1150.1899 1.0000 1150.1899 0.0000

==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique ._-._ .. _ .. _ .. _--_ .. _ .. _.-_. __ .. - "'-"-"-"-"-"-'._ .. _ .. _ .. _ .. _-. __ .-_ .. _ .. _ .. _ .. _-.- .. -------.. - .. - .. -.. --'--._ .. _ .. - .. - .. -.. - ... - ... _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _---"._"

Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price

1 «) 18912.0000 12401.9590 - 0.0000 2 «) 18912.0000 13307.6602 - 0.0000 3 «) 18912.0000 9628.8457 - 0.0000 4 «) 18912.0000 9011.2617 - 0.0000 5 «) 18912.0000 1 0621.5283 - 0.0000 6 «) 18912.0000 8740.4580 - 0.0000 7 «) 18912.0000 9701.2754 - 0.0000 8 «) 18912.0000 12401.9590 - 0.0000 9 «) 18912.0000 12401.9590 - 0.0000

10 «) 18912.0000 13307.6602 - 0.0000 11 «) 18912.0000 9628.8457 - 0.0000 12 «) 18912.0000 12819.0957 - 0.0000 13 «) 18912.0000 17232.7656 - 0.0000 14 «) 18912.0000 15388.1504 - 0.0000 15 «) 18912.0000 14038.7471 - 0.0000 16 «) 18912.0000 16149.8857 - 0.0000 17 «) 18912.0000 17478.2285 - 0.0000 18 «) 18912.0000 17736.5371 - 0.0000 19 «) 18912.0000 17578.5703 - 0.0000 20 «) 18912.0000 13734.2812 - 0.0000 21 «) 18912.0000 11088.8447 - 0.0000 22 «) 18912.0000 10183.1436 - 0.0000 23 «) 18912.0000 11165.0215 - 0.0000 24 «) 18912.0000 12401.9590 - 0.0000 25 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000

U8-xl Okt2 121.5130 0.0000 - 1.0000 U8-x2 Desl 696.6930 0.0000 - 1.0000 U8-x3 Des2 861.0270 0.0000 - 1.0000 U8-x4 Okt2 1655.5800 0.0000 - 1.0000 U8-x5 Nopl 1150.1899 0.0000 - 1.0000

96

Lampiran 21. HasiI optimasi terhadap pola tanam terpilih dengan faktor pembatas jUmlah traktor tangan tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%

- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -

Title: traktor tangan 1 Final iteration No : 6 Objective value (max) = 1839.8594 ==> ALTERNATIVE solution detected at xi

Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib

xl Okt2 121.5130 1.0000 121.5130 x2 Desl 564.9123 1.0000 564.9123 x3 Des2 332.5693 1.0000 332.5693 x4 Okt2 657.5192 1.0000 657.5192 x5 Nopl 163.3455 1.0000 163.3455

==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique

Constraint

1 «) 2 «) 3 «) 4 «) 5 «) 6 «) 7 «) 8 «) 9 «)

10 «) 11 «) 12 «) 13 «) 14 «) 15 «) 16 «) 17 «) 18 «) 19 «) 20 «) 21 «) 22 «) 23 «) 24 «)

US-x1 Okt2 US-x2 Des1 US-x3 Des2 US-x4 Okt2 US-x5 Nop1

RHS

966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 696.6930 966.0000 121.5130 696.6930 861.0270

1655.5800 1150.1899

Slack (-) I Surplus (+)

640.0821 -9.6600 -9.6600 -0.0000 -0.0000 -

805.9214 -265.5088 -

0.0000 -640.0821 -

9.6600 -9.6600 -

758.2128 -9.6600 -9.6600 -0.0000 -

397.3065 -9.6600 -9.6600 -9.6600 -0.0000 -0.0000 -

805.9214 -265.5088 -

0.0000 -0.0000 -

131.7807 -528.4576 -998.0607 -986.8445 -

Reduced Cost

0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

Dual Price

0.0000 0.0000 0.0000 0.1691 0.8065 0.0000 0.0000 0.8065 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 O.OOCO 0.1226 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

97

Lampiran 22. Hasil optimasi pada model optimasi pertama dengan pola tanam padi-padi­palawija dan padi-palawija-palawija dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%

- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY-

Title: Optimasi 1, efisiensi padi 40% Final iteration No : 7 Objective value (max) = 1660.2697 ==> AL TERNA TIVE solution detected at x8

Variable Value ObjCoeff Obj Val Contrib Reduced Cost

xl Oktl 0.0000 1.0000 0.0000 1.9684 x2 Okt2 110.6573 1.0000 110.6573 0.0000 x3 Nopl 0.0000 1.0000 0.0000 0.3424 x4 Nop2 0.0000 1.0000 0.0000 0.1824 x5 Oesl 763.1796 1.0000 763.1796 0.0000 x6 Oes2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x7 Oktl 0.0000 1.0000 0.0000 1.9684 x8 Okt2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x9 Nopl 0.0000 1.0000 0.0000 0.3424 xl0 Nop2 0.0000 1.0000 0.0000 0.1824 xll Oesl 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x12 Oes2 786.4327 1.0000 786.4327 0.0000

Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price

1 «) 4445.7998 4.4458 - 0.0000 2 «) 5058.2998 5.0583 - 0.0000 3 «) 5148.5000 5.1485- 0.0000 4 «) 4303.3999 4.3034 - 0.0000 5 «) 4940.1001 4.9401 - 0.0000 6 «) 6320.0000 6.3200 - 0.0000 7 «) 5856.2998 5.8563 - 0.0000 8 «) 4053.8000 4.0538 - 0.0000 9 «) 4127.8999 4.1279- 0.0000

10 «) 3864.8000 3.8648 - 0.0000 11 «) 2811.8000 2.8118- 0.0000 12 «) 2462.7000 2431.2427 - 0.0000 13 «) 2020.6000 1451.3292 - 0.0000 14 «) 994.9000 0.0000 - 0.2002 15 «) 1155.5000 1049.2690 - 0.0000 16 «) 1087.5000 300.3614 - 0.0000 17 «) 889.9000 0.0000 - 0.9503 18 «) 818.5000 719.1724 - 0.0000 19 «) 673.5000 0.0000 - 0.9137 20 «) 924.1000 831.1478 - 0.0000 21 «) 1358.6000 1344.2146 - 0.0000 22 «) 2371.6001 2.3716 - 0.0000 23 «) 2889.7000 2.8897 - 0.0000

98

Lampiran 22. lanjutan

Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price

24 «) 3101.3000 3.1013- 0.0000 25 «) 4485.0000 2824.7302 - 0.0000

UB-x1 Okt1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x2 Okt2 4485.0000 4374.3428 - 0.0000 UB-x3 Nop1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x4 Nop2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x5 Des1 4485.0000 3721.8203 - 0.0000 UB-x6 Des2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x7 Okt1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x8 Okt2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x9 Nop1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000

UB-x10 Nop2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x11 Des1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x12 Des2 4485.0000 3698.5674 - 0.0000

99

Lampiran 23. Hasil optimasi pada model optimasi kedua dengan pola tanam padi-padi­bera dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%

- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -

Title: Optimasi liB Okt2-Jan1, ef 40% Final iteration No : 4 Objective value (max) = 2824.7300 ==> AL TERNA TIVE solution detected at x2

Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib Reduced Cost

x1 Okt2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x2 Nop1 2824.7300 1.0000 2824.7300 0.0000 x3 Nop2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x4 Des1 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x5 Des2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x6 Jan1 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000

==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique

Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price

1 «) 4445.7998 4.4458 - 0.0000 2 «) 5058.2998 5.0583 - 0.0000 3 «) 5148.5000 5.1485- 0.0000 4 «) 4303.3999 4.3034 - 0.0000 5 «) 4940.1001 4.9401 - 0.0000 6 «) 6320.0000 6.3200 - 0.0000 7 «) 5856.2998 5.8563 - 0.0000 8 «) 4053.8000 4.0538 - 0.0000 9 «) 4127.8999 4.1279- 0.0000

10 «) 3864.8000 3864.8000 - 0.0000 11 «) 2811.8000 2.8118 - 0.0000 12 «) 2431.2400 2431.2400 - 0.0000 13 «) 1451.3300 1451.3300 - 0.0000 14 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000 15 «) 1049.2700 1049.2700 - 0.0000 16 «) 300.3600 3.0036 - 0.0000 17 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000 18 «) 719.1700 7.1917- 0.0000 19 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000 20 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000 21 «) 1344.2200 977.0051 - 0.0000 22 «) 2371.6001 2.3716 - 0.0000 23 «) 2889.7000 2.8897 - 0.0000 24 «) 3101.3000 3.1013- 0.0000 25 «) 2824.7300 0.0000 - 1.0000

UB-x1 Okt2 2824.7300 2824.7300 - 0.0000 UB-x2 Nop1 2824.7300 0.0000 - 0.0000 UB-x3 Nop2 2824.7300 2824.7300 - 0.0000 UB-x4 Des1 2824.7300 2824.7300 - 0.0000 UB-x5 Des2 2824.7300 2824.7300 - 0.0000 UB-x6 Jan1 2824.7300 2824.7300 - 0.0000

100

Lampiran 24. Hasil optimasi terhadap poJa tanam terpilih dengan faktor pembatas jumiah tenaga kelja tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%.

- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -

Title: tenaga2 Final iteration No : 5 Objective value (max) = 4485.0000

Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib Reduced Cost

x1 Okt2 110.6570 1.0000 110.6570 0.0000 x2 Des1 763.1800 1.0000 763.1800 0.0000 x3 Des2 786.4330 1.0000 786.4330 0.0000 x4 Nop1 2824.7300 1.0000 2824.7300 0.0000

Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price

1 «) 18912.0000 12412.5039 - 0.0000 2 «) 18912.0000 13404.6387 - 0.0000 3 «) 18912.0000 14128.2246 - 0.0000 4 «) 18912.0000 6656.3740 - 0.0000 5 «) 18912.0000 1 061 0.9961 - 0.0000 6 «) 18912.0000 8550.4111 - 0.0000 7 «) 18912.0000 7639.3486 - 0.0000 8 «) 18912.0000 12412.5039 - 0.0000 9 «) 18912.0000 13434.8672 - 0.0000

10 «) 18912.0000 14662.9297 - 0.0000 11 «) 18912.0000 14364.1543 - 0.0000 12 «) 18912.0000 6892.3037 - 0.0000 13 «) 18912.0000 17487.6602 - 0.0000 14 «) 18912.0000 15460.2725 - 0.0000 15 «) 18912.0000 15506.3604 - 0.0000 16 «) 18912.0000 16262.5654 - 0.0000 17 «) 18912.0000 17513.8809 - 0.0000 18 «) 18912.0000 17749.8105 - 0.0000 19 «) 18912.0000 17605.9551 - 0.0000 20 «) 18912.0000 17572.7578 - 0.0000 21 «) 18912.0000 11075.8789 - 0.0000 22 «) 18912.0000 10083.7461 - 0.0000 23 «) 18912.0000 8976.2842 - 0.0000 24 «) 18912.0000 12412.5039 - 0.0000

UB-x1 Okt2 110.6570 0.0000 - 1.0000 UB-x2 Des1 763.1800 0.0000 - 1.0000 UB-x3 Des2 786.4330 0.0000 - 1.0000 UB-x4 Nop1 2824.7300 0.0000 - 1.0000

101

Lampiran 25. Hasil optirnasi terhadap pola tanam terpilih dengan faktor pembatas jumlah traktor tangan tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%.

- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -

Title: traktor tangan 2 Final iteration No : 4 Objective value (max) = 1367.1501 ==> ALTERNATIVE solution detected at x3

Variable Value Obj Coeff

x1 Okt2 110.6730 1.0000 x2 Des1 564.9123 1.0000 x3 Des2 0.0000 1.0000 x4 Nop1 691.5649 1.0000

==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique

Obj Val Contrib

110.6730 564.9123

0.0000 691.5649

Reduced Cost

0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

._ .. _ .. --._ .. _ .. _"-_.--.. _ .. _ .. - ... -.. -,,-.. -.. ---- .. --.-.. -.--.. _ ... - .. - .. _ .. -.-_ .. _ .. --'-"-'--"-"-"-"-'---'-"-'--"-"-"---'-""'-"_ .. _"._ .. - .. _"_ .. - .. _"-'---

Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price

1 «) 966.0000 966.0000 - 0.0000 2 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 3 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 4 «) 966.0000 828.7655 - 0.0000 5 «) 966.0000 0.0000 - 0.8065 6 «) 966.0000 288.7655 - 0.0000 7 «) 966.0000 265.5088 - 0.0000 8 «) 966.0000 412.3860 - 0.0000 9 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000

10 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 11 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 12 «) 966.0000 776.7491 - 0.0000 13 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 14 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 15 «) 966.0000 0.0000 - 0.5848 16 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 17 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 18 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 19 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 20 «) 966.0000 828.2664 - 0.0000 21 «) 966.0000 0.0000 - 0.0000 22 «) 966.0000 288.2664 - 0.0000 23 «) 696.6930 265.5088 - 0.0000 24 «) 966.0000 412.3860 - 0.0000

US-x1 Okt2 110.6730 0.0000 - 0.2097 US-x2 Des1 763.1800 198.2677 - 0.0000 US-x3 Des2 786.4330 786.4330 - 0.0000 US-x4 Nop1 2824.7300 2133.1650 - 0.0000

Lampiran 26. Data jumlah petani, buruh tani dan jumlah traktor tangan di Daerah lrigasi Leuwinangka.

Kecamatan Subang

No. Desa Jumlah Jumlah Jumlah Traktor Total Daya Petani Buruh Tani Tangan Traktor (Hp)

1. Dangdeur 2407 1216 5 35

2. Cidahu 841 156 12 84

3. Jabong 976 181 11 77

Kecamatan Pagaden

4. Pagaden 417 17 4 28

5. Neglasari 407 196 8 56

6. Pangsor 1023 289 23 161

7. Sumurgintung 1141 263 21 147

8. Balingbing 1516 888 14 98

9. Bendungan 1120 432 8 56

10. Cidadap 1005 798 7 49

11. Margahayu 1137 193 7 49

12. Munjul 604 229 7 49

13. Mekarwangi 711 231 9 63

14. Gambarsari 334 184 2 14

Total 13639 5273 138 966

102

Lampiran i. "

,',

"

li..~_~~3_N G A N __ JAlAN NEGAIl~'~

-' pnOPINSI KA8UPATEN

_._._ KEnE1A APi BA!~S KECAMATAN

++- ,. ......

.. -c-

=

~ KA8UPATEN DESA

18U KOlA KECAMATAN

SUNGAI

SNG. BEtJOUNG • BAGI

SAL.INDUK • SEKUNDEO

SITU

Peta S't . .'-;'" . ' .. 1 uaSl Daerah I' . .' '. '. ngasl Leuwinangka

'.-~ .;. ,

Skala 1

" U . ..

100,000

74

/'. ~-;' '-._ .............. \ ( : 1" JMlltkY.I. I ~. \.1\ I I '\~ ill ! ,~.

~. \. /"'''''":' It ) \.' / .

).i / " /' , /' \ I JATII1EJA

~ ..

.,-

".

....

,. s .

. ,.<!"

PPA

. . '. :!'\',

. :,"" .,. .

. ' '.:.: ;-~ > .," .

. " ·:~S~;\}~~:' . . ;--, ',"-

'---!if-'. :

:-f­I .

o

Lampiran 2. Skema Daerah lrigasi Leuwinangka

.'

Skala

."-'

)EIoI"",r.414 OItAHtl .;:_ _ }

<~: ~' .• - '.~'-'; ;~<I

. ,.

" ~:': . ·~··~:t·

: . '~'-.' .

D D

. , ~.; ~'::

.,-:~\~>

P?A"

PPA

~: .

1 20.000

.~' .

75

I' <,

.49 =

/.

.:~.

";',

Lampiran 3. Jaringan irigasi di daerah pengamat Pagaden

- :

8

I<ETERANC!\H ....,.--.- .. _._-----_._. -

1 , K 0 D E 8 A N (,lJl-IA I~ l) i\ N L U ASS I\Vi A H ...... l! lJ.

2. NAMA P. 3 . A. II ;\ i'l

NAMA I<'ETU/\

3 NAMA S E I( RET II f: I S

I, . NAMA BEND.AHA 11.\

76

') . l~ ·c: [J.lf.~ K/" s); ~l .Z .. W.A1.1WIS·V .j

.=_. R A 5 TAl. III! I

F~~'NU,,~., '.," m·1

.,'

i' I E.

1 / I

'/ , II " :i ,,',

INO

~

~ ~~\~",;;.;'

0

77

Lampiran 4. Peta Fisiografik dan Jenis Tanah Daerah lrigasi Leuwinangka

.-

m.1BOL I MACAM TANAH

Lr.Lr.h.GWL· V i Asosiasi lalosol mctah. lato-T i sol coklat kemerahan dan

laterit air !anah

LyrlLrb/Li -Y- Kompleks lalosol merah ke-R a knningan, lalosol cokIat ke-

mcrahan dan lilosol

Pey, GH -_P- Asosiasi podsolik kilning Ac.s dan hidromorf kelabu

r PETA TANAH TINJAU

KABUPATEN SUBANG

BAHl\4"'\T IND(JI~

Tufvolkan intennedier

Batuan volkan masam dan intermedier

Endapan liat dan pasir

SKALA 1;250000

1966

LEMBAGA PENH ITIAN TANAH

0.",,,,,, .,/h-' p)t. .... " 1'" ....... ;, r:.,.;~ JdW.;I .'w\;ldvr<\ 1YV':'

Pf""':-UIV" ,,",.S"' .. r~,..tol,d(djo, I. S~w.rdj"., Of. R. Oyd <11 (FAO),l-Id(.;IJ"'I'IO A$ S..,i"lardjo . '.

PC."ScHW'4S .. Pf'Qf. O".H,GQ e,,J., Ho"!

PtTA S!"TU,&.s!"

3k .. l .. I:tOootl.Oclo

',7ISIOGPuC IK

Volkandan bukit Iipatan

Volkan

Dalaran

.,-

/.

~. CiDC\f"\dung

Lamplfan . ")

I: 50.000 SKALA

_~~~. ~5~p~e:ta~~PO~1~ig~o;-n_T_hi_es_s_en ___ r~~ ,,/ }Cl', .....

C.I{AUJATI

--- _.---. ------_.

78

/

.. -l\lTCflANGAN

--" I\ecornoton... •.•. ..... Botos I ~'--~':-: 80105 De SCI /lIe..

I =r=: Jolot'""L-- RaiD . "rL !<..J .... I .. '::,:",,,:";;'-...:r.. JOIU

'k Kali I sungo! ~i~"

Y,'J 1'rnur =Cl==: bong. T. I

/,

q!=-. 13endung . . I-o~·- ~;cng. bcyi/sodop

I 6 Situ-situ