sesun!ffflllwva .'c.-udah kl'.'ullfan ifu ada kemll,hlh,ln. · 01 oaerah irigasi...
TRANSCRIPT
SeSUn!ffflllwva .'c.-udah kl'.'ullfan Ifu ada kemll,hlh,ln. },1aka apablla kamu re"lh .-drsaifdarl.'iuaru urUS<lIl).
kerjakanlah dell!/'In ,lllluuuh';,llnlj(juh (uru;;an) v,m!f "lill. (;t"lIn }l/asvrah : 7 d,m 8)
Safll b<lljlan ked/ paja/anan hidup te/ah berlabuh }l/dmlln alllnan lanflkah m,I.,11t Jault ruk sampal Xasa haru. baha(!/a dan .,vukllr van(! mcndalam }Cusadar ;;I'InII<! ini k,lrena kl"'-',1-fi111 .. Vt1 .. ;tlklh
l ),llIln!lln kUl'rr.,rmbahkali ha.-II karva inl krl'ada ;tv,lh,llId,l. /bunda. kdkak dan adlkku rere/nta
serta kekaslhku Sandra
OPTIMASI POLA TANAM OENGAN SISTEM GOLONGAN
DAN KAITANNYA OENGAN KETERSEOIAAN TENAGA KERJA
01 OAERAH IRIGASI LEUWINANGKA, DlVISI TARUM TIMUR,
KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
Oleh:
RIO ROSSVICHYANTO
F 29.0943
1997
FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Rio Rossvichyanto. F 29.0943. Optimasi Pola Tanarn dengan Sistem Golongan dan Kaitannya dengan Ketersediaan Tenaga Kerja di Daerah Irigasi Leuwinangka, Divisi Tarurn Timur, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Di bawah birnbingan : Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA.
RINGKASAN
Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian
Indonesia. Untuk meningkatkan produksi pertanian maka perlu adanya
peningkatan unsur-unsur penunjangnya, yang salah satunya adalah
air.
Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan di dalam pengaturan
air irigasi yaitu dengan sistem golongan, dimana areal yang
terletak pada golongan yang sarna dituntut untuk menyelesaikan
setiap tahap kegiatan produksi dalam waktu yang bersamaan.
Surnberdaya lain untuk mendukung peningkatan produksi
pertanian adalah tenaga kerja, baik tenaga kerja biologis maupun
tenaga kerja mekanis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pola tanam
optimum berdasarkan ketersediaan alr pada suatu daerah irigasi
sehingga diperoleh luas areal tanam yang maksimum dengan kendala
jumlah tenaga kerja manusia dan traktor tanganyang tersedia.
Pelaksanaan penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan
observasi daerah penelitian, penentuan parameter, pengumpulan
data, perhitungan dan pengolahan data dengan program komputer
serta penulisan laporan.
Dari hasil optimasi dengan faktor kendala ketersediaan air
dan efisiensi irigasi untuk padi sawah 65% diperoleh pola tanarn
padi-padi-palawija dan padi-padi-bera dengan lima golongan
pernberian air. Luas tanam keseluruhan mencapai 10649.2 Ha dengan
intensitas tanarn untuk padi sebesar 200% dan untuk palawija
sebesar 37.4%.
Pada optirnasi tahap berikutnya dengan faktor pernbatas jumlah
tenaga kerja tersedia, ternyata tenaga kerja yang tersedia
mencukupi apabi1a pola tanam terpilih diterapkan.
Dari hasil
tidak mencukupi
optimasi
apabila
diketahui jumlah traktor yang tersedia
pola tanam terpilih diterapkan. Untuk
efisiensi irigasi padi sawah 65% kekurangan unit traktor terj adi
pada Februari-2 sebanyak 177 unit, Maret-1 sebanyak 315 unit,
Maret-2 sebanyak 23 unit, April-2 sebanyak 112 unit, Agustus-1
sebanyak 32 unit, Agustus-2 sebanyak 72 unit, Oktober-2 sebanyak
177 unit, pada bulan November-1 sebanyak 315 unit, pada bulan
November-2 sebanyak 23 unit dan pada bulan Desember-2 sebanyak
12 unit. Besarnya intensitas tanam untuk padi adalah 82.00~ dan
untuk palawija adalah 22.72% dengan luas tanam keseluruhan
mencapai 4698.6 Ha.
Sedangkan
diperoleh pola
untuk efisiensi irigasi padi sawah sebesar 40%
tanam padi-padi-palawija, padi-palawija-palawija
dan padi-padi-bera dengan empat golongan pemberian air. Luas tanam
keseluruhan mencapai 10632.3 Ha dengan intensitas tanam untuk padi
sebesar 182.5% dan untuk palawija sebesar 54.6%.
Dari hasil optimasi dengan faktor pembatas tenaga kerja,
ternyata ketersediaan tenaga kerja mencukupi apabila pola tanam
terpilih diterapkan.
Sedangkan untuk optimasi dengan faktor pembatas jumlah
traktor tangan tersedia ternyata terdapat kekurangan unit traktor
yang terjadi pada Maret-1 sebanyak 378 unit, Maret-2 sebanyak
257 unit, April-2 sebanyak 161 unit, Agustus-1 sebanyak 240 unit,
November-1 sebanyak 378 unit, November-2 sebanyak 257 unit dan
Desember-2 sebanyak 108 unit. Besarnya intensitas tanam untuk padi
adalah 60.97% dan untuk palawija adalah 15.06% dengan total luas
lahan yang dapat diolah sebesar 3409.6 Ha.
OPTIMASI POLA TANAM OENGAN SISTEM GOLONGAN
OAN KAITANNYA OENGAN KETERSEDIAAN TENAGA KERJA
01 OAERAH IRIGASI LEUWINANGKA, DlVISI TARUM TIMUR,
KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
Oleh
RIO ROSSVICHYANTO
F 29.0943
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1997
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
OPTIMASI POLA TANAM DENGAN SISTEM GOLONGAN
DAN KAITANNYA DENGAN KETERSEDIAAN TENAGA KERJA
DI DAERAH IRIGASI LEUWINANGKA, DIVISI TARUM TIMUR,
KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
I nstitut Pertanian Bogor
Oleh
RIO ROSSVICHYANTO
F 29.0943
Dilahirkan pada tanggal18 Juni 1974
di Bogor
Tanggallulus: 21 Januari 1997
/ .. ~~-.~ .... • <' " ,'Disetujui
,
J, f.,' Bogor,.501 Januari 1997
r, ~' r;;.,iJt~~ \" ./~-- . 'Qr.~lr. Nora Herdiana Pandjaitan. DEA
'\ Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkah, rahmat, dan ridho-Nya hingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi inl.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam penyelesaian studi/kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian,
yang didasarkan atas pengamatan dan analisis mengenai pola tanam
di Daerah Irigasi Leuwinangka, Divisi Tarum Timur Perum otorita
Jatiluhur, Seksi Pengairan Subang, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terirna
kasih yang sedalam-dalamnya kepada
1. Dr. Ir. Nora H. pandjaitan, DEA.,
yang telah memberikan petunjuk
selaku Dosen Pembimbing utama
dan bimbingan, mulai dari
persiapan sampai tersusunnya skripsi ini.
2. Ir. Yanuar Jarwadi P, MS dan Ir. Arief Sabdo Yuwono,MSc selaku
dosen penguji.
3. Pimpinan, staf dan karyawan Divisi Pengairan Timur Perum otorita
Jatiluhur dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang
yang telah membantu baik dalam pelaksanaan maupun penyusunan
skripsi ini.
4. Ayahanda, Ibunda, serta kakak dan adik yang selama ini telah
memberikan bantuan moril maupun materi serta mendoakan penulis.
5. Vientini Candra Dewi yang selama ini memberikan bantuan rnoril
dan mendoakan penulis, serta rekan-rekan dan semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Bogor, Desember 1996
Penulis
DAFTAR lSI
Halarnan
KATA PENGANTAR ..••.•..••.............•..........• i
DAFTAR TABEL •••.•...••...••...••.•..•.....•••..... i v
DAFT AR GAMBAR •.....••......•.........••••......... vii
DAFTAR LAMPlRAN ••.....•..........•••......•...•... ix
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN .••.•....••......................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KEBUTUHAN AIR TAN"~ 3
B. KETERSEDlAAN AIR BAGI TANAMAN ...••......•• 11
c. KEBUTUHAN AIR IRIGASI 16
D. KEBUTUHAN TENAGA PENGOLAH TANAH ........... 16
E. PROGRAM LINIER ...•..•.........•........... 19
III. METODOLOGI
A. TEMPAT DAN WAKTU .••....................... 20
B. ALAT .....••.............•..•....•......... 20
C. ME TODE .•............•...••.•...••......... 20
IV. KEADAAN UMUM DAERAH IRIGASI
A. KEADAAN UMUM .•....•....................... 28
B. PERTANIAN ••••...••.••...•••••.••••.......• 30
C. TENAGA KERJA .••..•••••.•.•.•.....••••••••. 32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEBUTUHAN AIR IRIGASI BAGI TANAMAN .•...••• 33
B. OPTIMAS I POLA TANAM •.••••.......••••••••.. 43
ii
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
DAFTAR TABEL
Halaman
Nilai (kc) untuk tanaman padi ..... ... ............ 7
Nilai koefisien tanaman (kc) palawija 7
Hubungan tekstur, kemiringan dan perkolasi ....... 10
Kelas fisiografik lahan .......................... 10
Harga efisiensi untuk tanaman palawija ...... ..... 15
Kebutuhan tenaga kerja untuk proses produksi padi
hingga panen ..................................... 17
Kebutuhan tenaga kerja untuk proses produksi
palawija hingga panen ............................ 18
Angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja traktor
tangan dengan faktor koreksi ± 10"
Nilai evapotranspirasi acuan (ETo)bulanan ....... .
19
34
Tabel 10. Nilai ETc (mm/hari) tanaman padi varietas umur
pendek (SMV) berdasarkan saat tanam 35
Tabel 11. Nilai ETc (mm/hari) tanaman palawija berdasarkan
saat tanam 36
Tabel 12. Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan untuk
setiap bulan (mm/hari) 37
Tabel13. Nilai perkolasi pada Daerah Irigasi Leuwinagka ... 38
Tabel 14. Curah hujan efektif periode 1/2 bulanan untuk
tanaman padi dan palawija ........................ 41
Tabel 15. Debit air irigasi andalan dengan peluang tersedia
80% (Q80,) 42
iv
Tabel 16. Pola tanam terpilih dan luas optimum pada opti
masi pertama berdasarkan ketersediaan air bila
efisiensi irigasi padi sawah 65%
Tabel17. Debit air sisa (Q,i,,1 dan debit air yang terpakai
(Qpakai 1 pada pola tanam terpilih setelah dilakukan
optirnasi pertama dengan efisiensi irigasi padi
sawah 65%
Tabel 18. Pola tanam terpilih dan luas optimum setelah dua
kali optimasi berdasarkan ketersediaan air bila
efisiensi irigasi padi sawah 65%
Tabel 19. Debit air sisa (Q'i" 1 dan debit air yang terpakai
(Qpak"j 1 pada pola tanam terpilih setelah dilakukan
dua kali optimasi dengan efisiensi irigasi padi
sawah 65%
Tabel 20. Pola tanam terpilih dengan ketersediaan tenaga
kerja sebagai faktor pembatas bila efisiensi
irigasi padi sawah 65~
Tabel 21. Pola tanam terpilih berdasarkan optimasi dengan
ketersediaan traktor tangan sebagai faktor pemba-
44
45
46
48
49
tas dan efisiensi irigasi padi sawah 65% ......... 51
Tabel 22. Kekurangan tenaga traktor tangan yang terjadi bila
ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola
tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 65%1 53
Tabel 23. Kebutuhan jumlah tenaga kerja manusia untuk
menutupi kekurangan unit traktor 54
v
Tabel 24. Pola tanam terpilih dan luas optimasi pada opti
masi pertarna berdasarkan ketersediaan air bila
efisiensi irigasi padi sawah 40%
Tabel 25. Debit air sisa (Q'i") dan debit air yang terpakai
(Qp'kad pada pola tanam terpilih setelah dilakukan
optimasi pertama dengan efisiensi irigasi padi
sawah 40%
Tabel 26. Pola tanam terpilih dan luas optimum setelah dua
kali optimasi berdasarkan ketersediaan air bila
efisiensi irigasi padi sawah 40%
Tabel 27. Debit air sisa (Q'i") dan debit air yang terpakai
(Qpak,d pad a pola tanam terpilih setelah dilakukan
dua kali optimasi dengan efisiensi irigasi padi
sawah 40%
Tabel 28. Pola tanam terpilih dengan ketersediaan tenaga
kerja sebagai faktor pernbatas dan efisiensi
55
56
57
58
irigasi padi sawah 40" ........................... 59
Tabel 29. Pola tanam terpilih berdasarkan optirnasi dengan
ketersediaan traktor tangan sebagai faktor pernba-
tas dan efisiensi irigasi padi sawah 40't:, ••.•••••• 61
Tabel 30. Kekurangan tenaga traktor tangan yang terjadi bila
ingin dicapai luas tanam rnaksimal dengan pola
tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 40%) 62
Tabel 31. Kebutuhan jumlah tenaga kerja manusia untuk
menutupi kekurangan unit traktor ... .............. 63
vi
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
DAFTAR GAMBAR
Ha1aman
Bagan a1ir optimasi pola tanam dengan
sistem golongan dan kaitannya dengan
ketersediaan tenaga kerja ...... ......... 27
Bendung Leuwinangka
Grafik debit air lrlgasl andalan dengan
peluang tersedia 80%
Grafik keseimbangan debit tersedia dan
debit terpakai setelah dilakukan optimasi
pertama dengan efisiensi irigasi padi sa-
wah 65%
Grafik keseimbangan debit alr sisa yang
tersedia dan debit terpakai setelah dua
kali optimasi dengan efisiensi irigasi
padi sawah 65%
Grafik kebutuhan tenaga kerja pada model
optimasi dengan tenaga kerja sebagai fak
tor pembatas dan efisiensi irigasi padi
29
42
45
47
sawah 65% ............................... 50
Grafik tenaga traktor yang tersedia dan
yang terpakai setelah dilakukan optimasi
(efisiensi irigasi padi sawah 65%)
vii
52
Gambar 8.
Gambar 9.
Grafik tenaga traktor yang tersedia dan
yang terpakai bila ingin dicapai luas
tanam maksimal dengan pola tanam terpilih
(efisiensi irigasi padi sawah 65%) ..... .
Grafik keseimbangan debit tersedia dan
debit terpakai setelah dilakukan optimasi
pertama dengan efisiensi irigasi padi sa-
wah 40 96
Gambar 10. Grafik keseimbangan debit air sisa yang
tersedia dan debit terpakai setelah dila
kukan dua kali optimasi dengan efisiensi
54
56
irigasi padi sawah 40% .......... ........ 58
Gambar 11. Grafik kebutuhan tenaga kerja pada model
optimasi dengan tenaga kerja sebagai fak-
tor pembatas dengan efisiensi irigasi pa-
di sawah 40%
Gambar 12. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan
yang terpakai bila ingin dicapai luas
tanam maksimal dengan pola tanam terpilih
60
(efisiensi irigasi padi sawah 40%) ...... 62
Gambar 13. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan
yang terpakai setelah dilakukan optimasi
(efisiensi irigasi padi sawah 40%) 63
viii
Lampiran l.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Larnpiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Peta situasi Daerah Irigasi Leuwinangka ...... 74
Skema Daerah Irigasi Leuwinangka ............. 75
Jaringan irigasi di daerah pengamat Pagaden .. 76
Peta fisiografik dan jenis tanah Daerah
Irigasi Leuwinangka
Peta Poligon Thiessen ....................... .
Data curah hujan (mm/hari) selama 10 tahun
(1986-1995) dan curah hujan rata-rata
(mm/hari) pada setiap stasiun penakar hujan di
Daerah Irigasi Leuwinangka
Total curah hujan rata-rata (mm/hari) di Dae-
77
78
79
ah Irigasi Leuwinangka ....................... 83
Tipe iklim di Daerah Irigasi Leuwinangka
menurut Oldeman
Data lama waktu penyinaran matahari (jam/hari)
Data kecepatan angin rata-rata (km/jarn) selama
84
85
10 tahun (1984-1993).......................... 85
Data suhu rata-rata ("C) selama 10 tahun
(1984-1993) 86
Data kelembaban relatif (%) selama 10 tahun
(1984-1993) 86
Lampiran 13. Debit bendung Leuwinangka (ltr/detik) selama
10 tahun (1986-1995).......................... 87
ix
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Larnpiran 18.
Lampiran 19.
Kebutuhan air irigasi (liter/detik/Ha) untuk
pola tanarn padi-padi-palawija dan padi-
palawija-palawija masa tanam Oktober-l hingga
Desember-2, dengan efisiensi irigasi padi
sawah 65% 88
Kebutuhan air irigasi (liter/detik/Ha) untuk
pola tanam padi-padi-bera masa tanam Oktober-2
hingga Januari-l, dengan efisiensi irigasi
padi sawah 65% 89
Kebutuhan air irigasi (liter/detik!Ha) untuk
pola tanarn padi-padi-palawija dan padi-
palawija-palawija masa tanam Oktober-l hingga
Desember-2, dengan efisiensi lrigasi padi
sawah 40, 90
Kebutuhan air irigasi (liter/detik/Ha) untuk
pola tanam padi-padi-bera masa tanam Oktober-2
hingga Januari-l, dengan efisiensi irigasi
padi sawah 40 9, 91
Hasil optirnasi pada model optirnasi pertarna
dengan pola tanam padi-padi-palawija dan padi-
palawija-palawija dengan efisiensi irigasi
padi sawah 65% ............................... 92
Hasil optimasi pada model , optimasi
dengan pola tanam padi-padi-bera
kedua
dengan
efisiensi irigasi padi sawah 65% ............. 94
x
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Lampiran 25.
Lampiran 26.
Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih
dengan faktor pembatas jumlah tenaga kerja
tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah
65% .......................................... 95
Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih
dengan faktor pembatas jumlah traktor tangan
tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah
65% .......................................... 96
Hasil optimasi pad a model optimasi pertama
dengan pola tanam padi-padi-palawija dan padi-
palawija-palawija dengan efisiensi irigasi
padi sawah 40% ............................... 97
Hasil optimasi pada model optimasi
dengan pola tanam padi-padi-bera
kedua
dengan
efisiensi irigasi padi sawah 40% ............ , 99
Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih
dengan faktor perrbatas jumlah tenaga kerja
tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah
40% .......................................... 100
Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih
dengan faktor pembatas jumlah traktor tangan
tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah
40% .......................................... 101
Data jum1ah petani, buruh tani dan jum1ah
traktor tangan di Daerah Irigasi Leuwinangka. 102
xi
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian
Indonesia. Untuk meningkatkan produksi pertanian maka perlu
adanya peningkatan unsur-unsur penunjangnya, yang salah
satunya adalah air. Dengan meningkatnya kebutuhan air yang
nantinya akan melebihi ketersediaan air, maka perlu adanya
usaha meningkatkan penggunaan air secara lebih efisien dan
efektif.
Upaya pendayagunaan air melalui irigasi memerlukan
suatu sistem pengembangan yang baik, agar kehilangan air
yang terjadi dapat dicegah seminirnal mungkin sehingga debit
yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksirnal.
Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan di dalam
pengaturan air irigasi yaitu dengan pergiliran pembagian air
yang lebih dikenal dengan sistern golongan. Di dalam satu
daerah irigasi dapat dibagi rnenjadi beberapa golongan
pembagian air. Areal yang terdapat dalarn satu golongan yang
sama, akan memperoleh jumlah air yang sama dalarn jangka
waktu yang sama, sesuai dengan komponen kegiatan produksi.
Oleh karena itu dalam sistem golongan, areal yang terletak
dalam golongan yang sarna dituntut untuk rnenyelesaikan setiap
komponen kegiatan produksi dalam waktu yang bersarnaan.
2
Sumberdaya lain untuk mendukung peningkatan produksi
pangan adalah tenaga kerj a serta alat dan mesin budidaya
pertanian, misalnya traktor tangan. Jika dalam satu golongan
terdapat kekurangan tenaga kerja dan traktor tangan, hal ini
dapat mengakibatkan keterlambatan tanam atau mengakibatkan
pemanfaatan lahan dan sistem irigasi yang kurang efektif.
Penyempurnaan cara pembagian air irigasi dan
peningkatan efisiensi pada jaringan utama maupun pada .
jaringan tersier perlu diperhatikan. Salah satu upaya
penyempurnaan tersebut aoalah melalui us aha mengoptimumkan
sumberdaya yang terbatas, dalam hal ini adalah ketersediaan
air, luas lahan, jumlah tenaga kerja dan jumlah traktor
tang an sehingga dapat ditentukan pola tanam dengan luas
areal yang optimum.
B. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pola
tanam optimum berdasarkan ketersediaan air di Daerah Irigasi
Leuwinangka sehingga diperoleh luas areal tanam yang
maksimum dengan kendala jumlah tenaga kerja dan jumlah
traktor tangan yang tersedia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KEBUTUHAN AIR TANAMAN
Jumlah air yang diperlukan tanaman selama masa
pertumbuhannya meliputi kebutuhan air untuk evapotranspirasi,
perkolasi dan pengolahan tanah, sedangkan untuk tanaman semi
aquatik seperti padi, air diperlukan juga untuk penggenangan.
1. Evapotranspirasi
Israelsen dan Hansen (1962 ) mendefinisikan bahwa
pemakaian konsumtif ("consumpti ve use") meliputi
transpirasi dan evaporasi dari daun tanaman, ditambah dengan
evaporasi dari air permukaan.
Untuk menentukan besarnya evapotranspirasi acuan dapat
digunakan metode atau rumus empiris antara lain metode
Blaney-Criddle, metode Thornthwaite, metode Radiasi, metode
Penman, metode Panci Evaporasi dan menggunakan tangki
lisimeter (Doorenbos dan Pruitt, 1977).
a. Metode Blaney-Criddle
Pendugaan evapotranspirasi dengan metode ini
dilakukan jika hanya data suhu yang diketahui :
ETa C X P X (0.4 6T + 8) ...... (1)
4
dimana
ETo Evapotranspirasi potensial tanaman (rom/hari)
c Faktor penyesuaian berdasarkan kelembaban relatif
dan kecepatan angin pada siang hari.
p Persentase rata-rata jam siang hari tahunan
berdasarkan latitude (%)
T Suhu udara rata-rata harian ("C)
b. Metode Thornthwaite
a e ~ 1.6 X (10 t/I) ..... (2)
dimana
e Evapotranspirasi buliman yang belum disesuaikan
(rom/hari )
t Suhu udara rata-rata harian (C)
I Indeks panas tahunan, yang merupakan indeks panas
bulanan (i) setahun
l (tiS) I,' H
a 6.75 x 10- r" + 0.01792 1 + 0.49239
c. Metode Radiasi
Pendugaan evapotranspirasi dengan metode ini
digunakan apabila data suhu udara dan penyinaran matahari
diketahui
ETa C X W X (0.25 + O.SniN) X Ra ... (3)
dimana
c
w
5
Faktor penyesuaian berdasarkan kelembaban relatif
dan kecepatan angin pada siang hari.
Faktor pembobot berdasarkan suhu udara dan
latitude
n/N Perbandingan lama penyinaran matahari sebenarnya
dengan lama penyinaran potensial
Ra Radiasi matahari yang diterima atmosfir (mm/hari)
d. Metode Penman
Pendugaan dengan menggunakan metode ini member ikan
pengukuran terintegrasi pengaruh radiasi, keeepatan
angin, suhu udara, kelembaban udara, dan tekanan uap
air :
ETu ex [wxRn+ (l-w) xf(u) x (ea-ed)] .... (4)
dimana
Rn Radiasi netto nilainya setara dengan evaporasi
(mm/hari)
f(u) Fungsi keeepatan angin
ea-ed Perbedaan antara tekanan uap air jenuh pada
suhu udara rata-rata dengan tekanan uap air
rata-rata di udara (mbar).
6
e. Metode Panci Evaporasi
Pendugaan evapotranspirasi menggunakan metode ini
diperoleh dari pengukuran hasil evaporasi pada panci
ETo Kp x ET"ao ..... (5)
dimana :
Kp Koefisien panci
Evaporasi dari panci (mm/hari)
Kebutuhan air tanaman atau evapotranspirasi tanaman
(ET" ) dirumuskan sebagai perkalian evapotranspirasi acuan
(ET,,) dengan koefisien tanaman (kc) yang besarnya tergantung
dari jenis dan umur tanaman (Doorenbos dan Pruitt, 1977)
atau
ET kc x ET" ...... (6)
dimana :
ET Evapotranspirasi tanaman (lfu<l/hari)
Kc Koefisien tanaman
ETo Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
Selain dengan menggunakan ke lima metode tersebut di
atas besarnya evapotranspirasi dapat ditentukan berdasarkan
pengukuran langsung dengan menggunakan tangki lisimeter,
dimana nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) diperoleh dari
tinggi penurunan muka air di dalam tangki yang beralas dan
ditanami pada bagian atasnya.
7
Ni1ai koefisien tanaman (kc) untuk tanaman padi di
Asia dapat di1ihat pada Tabel 1.
Tabe1 1. Nilai kc untuk tanaman padi
Tahap Varietas umur pendek Varietas umur panjang Pertumbuhan Kc Lama Kc Lama
Tanaman (hari) (hari) Vegetatif-l 1. 10 15 1.10 15 Vegetatif-2 1. 10 15 1. 10 30 Reproduksi-1 1. OS 15 1.10 30 Reproduksi-2 1. OS 15 1. OS 15 Pematangan-1 0.95 15 0.95 15 Pematangan-2 0.00 IS 0.00 15 Sumber Doorenbos dan PrUltt (1977)
Tabel 2. Nilai koefisien tanaman (kc) palawija
Jangka 1/2 bu1anan setelah tanam
Tanaman tumbuh
(hari) 1 2 3 4 5 6 7 8
Kede1ai 85 0.5 0.75 1. 00 1. 00 0.82 0.45
Jagung 80 0.5 0.59 0.96 1. 05 1. 02 0.95
K.tanah 130 0.5 0.51 0.66 0.85 0.95 0.95 0.55 0.55
Bawang 70 0.5 0.51 0.69 0.90 0.95
Buncis 75 0.5 0.64 0.89 0.95 0.88
Sumber Doorenbos dan Prultt (1977)
Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), nilai koefisien
untuk palawij a rata-rata setiap setengah bulannya adalah :
0.50; 0.70; 0.95; 1.00; 0.95; 0.90.
2. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan
Cara penyiapan lahan yang digunakan akan menentukan
besarnya kebutuhan air irigasi. Besarnya kebutuhan air untuk
8
penyiapan lahan meliputi kebutuhan air untuk penjenuhan,
pengolahan tanah dan penggenangan setelah transplantasi.
Kebutuhan air untuk tanah bertekstur be rat tanpa
retak-retak adalah 200 rum. Jumlah tersebut termasuk air
untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan
transplantasi tidak akan ada lapisan air yang tersisa di
sawah. Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah
akan ditambah sebanyak 50 rum. Secarakeseluruhan, ini
berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjadi 250 rum
untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah
transplantasi selesai. Bila lahan telah dibiarkan bera
selama jangka waktu 2.5 bulan atau lebih, maka lapisan air
yang diperlukan untuk penyiapan
(Departemen Pekerjaan Umum, 1986).
lahan adalah 300 rum
Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan
lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor
dan Zijlstra (Departemen Pekerjaan Umum, 1986). Metode
tersebut berdasarkan laju air konstan (liter/detik) selama
periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :
IR Me k/ (e k -1) • . • • • • (7)
dimana :
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (rum/hari)
9
M kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi kehilangan
air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah
dijenuhkan (mm/hari)
M Eo + P
Eo Evaporasi air terbuka, yai tu sebesar 1.1 x ETo selama
penyiapan lahan (mm/hari)
P Perkolasi (mm/hari)
k MT/S
T Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan genangan
setinggi 50 mm, yakni 200 mm + 50 mm ~ 250 mm
e Bilangan dasar logaritma natural yang besarnya 2.718218
3. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah.
Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan
yang baik, laju perkolasi berkisar antara 1 3 mm/hari.
Pada tanah yang lebih ringan, laju perkolasi dapat lebih
besar dari 3 mm/hari (Fukuda dan Tsutsui, 1973).
Tabel 3 menunjukkan besarnya kehilangan air akibat
perkolasi yang dipengaruhi tekstur dan kemiringan lahan.
Kelas kemiringan 1 adalah untuk kelas fisiografik 1 dan 2
dan kelas kemiringan 2 adalah untuk kelas fisiografik 3, 4,
dan 5 (Tabel 4).
10
Tabel 3. Hubungan tekstur, kemiringan dan perkolasi
Tekstur kelas kelas kehilangan tekstur kemiringan (% ) (rom/hari)
Halus 3 1 1.5-2.0 2 2.5-3.0
Sedang 2 1 3.0 2 4.0
Kasar 1 5.0
Sumber: Puslltbang Pengalran dan Deft Hydraullcs (1991)
Tabel 4. Kelas fisiografik lahan
Kelas Kondisi Lahan fisiografik
1 Datar
2 Berombak
3 Berombak-bergelombang
4 Bergelombang/bergelombang berbukit
5 Berbukit/berbukit bergunungan
Sumber: Puslltbang Pengalran dan Deft Hydraullcs (1991)
4. Penggantian Lapisan Air
Penggantian lapisan air berdasarkan kebutuhan air
tanaman dilakukan setelah pemupukan. Jika tidak ada
penjadwalan penggantian lapisan air setelah pemupukan maka
dilakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 rom
(3.3 rom/hari) selama 1/2 bulan dalam j angka waktu 1-2 bulan
setelah masa transplantasi (Departemen Pekerjaan Umum,
1986) .
II
B. KETERSEDIAAN AIR BAGI TANAMAN
Ketersediaan air bagi tanaman diharapkan sebagian besar
dapat dipenuhi oleh curah hujan efektif. Namun mengingat
besarnya curah hUjan efektif tidak tetap sepanjang tahun, maka
ada suatu periode dimana kebutuhan air bagi tanarnan harus
dipenuhi oleh surnber air yang berasal dari suatu jaringan
irigasi.
1. Curah Hujan Efektif
Menurut Oldernan dan Syarifuddin (1977), curar. hujan
yang jatuh dan efektif untuk perturnbuhan tanarnan, tergantung
pada intensitas curah hujan, topografi, sistern penanarnan dan
fase perturnbuhan. Curah hujan efektif dapat dihitung dengan
rurnus ernpiris dan berlaku untuk tanarnan padi sawah dengan
peluang 100% sedangkan untuk tanaman palawija dengan peluang
75%. Hal tersebut dirurnuskan sebagai
Rc 1. 00 (0.82X 30 ) - ..... (8 )
Rep 0.75 (0.82X 30 ) ...... ( 9)
dimana :
Re curah hujan efektif untuk tanaman padi (rum/bulan)
Rep curah hujan efektif untuk tanarnan palawija (rum/bulan)
X curah hujan rata-rata (rum/bulan)
12
2. Air Irigasi
Air irigasi yang berasa1 dari suatu jaringan irigasi
permukaan mempunyai ketersediaan yang berubah-ubah menurut
waktu. Oleh karena itu biasanya dalam perencanaan digunakan
debit terandalkan 80 ~ sebagai standar Departemen Pekerjaan
Umum.
Untuk menduga besarnya debit yang terandalkan sebesar
80% lnl dapat digunakan analisa sebaran frekuensi
berdasarkan sebaran Log Pearson Type III (Linsley et a1.,
1982), dengan formulasi sebagai berikut :
x = Log Q ; X L log Q / n ..... (10)
Y L (X - X)"
a . . . . • . . . • . . . . • • . . . (11) n - 1
n Y L (X - X)'
G ••...•....••..••• (12)
(n-l) (n-2) a
La g Q = X + ka ..................... (1 3 )
dimana :
Q data debit rata-rata 15 harian untuk waktu tertentu
a simpangan baku
n jumlah tahun pengamatan
13
G koefisien kemencengan ("skew coefficient")
k nilai dari tabel koefisien kemencengan pada tingkat
peluang tertentu
3. Efisiensi Irigasi
Pengertian efisiensi irigasi timbul karena terjadinya
kehilangan air selama proses penyaluran dan selama proses
pemakaian air irigasi di petakan sawah. Sehingga secara umum
efisiensi irigasi didefinisikan sebagai jumlah alr yang
diberikan dikurangi kehilangan air (Kalsim, 1995).
Hansen
menjadi :
et al. (1980) ,
a. Bfisiensi penyaluran air
Ec ~ (Wf/Wr) x 100 %
dimana :
membagi efisiensi
......... (14)
Ec Efisiensi penyaluran air (%)
Wf Penyalllran alr ke lahan/sawah (Iiter/detik)
irigasi
Wr Penyaluran air dari sungai atau waduk (liter/detik)
b. Efisiensi pemberian air
Ea ~ (Ws/Wf) x 100 % ••••• (15)
dimana :
Ea Efisiensi pemberian air (%)
Ws Air yang tersimpan di daerah perakaran selama iri
gasi (Iiter/detik)
Wf Air yang dialirkan ke Iahan (liter/detik)
c. Efisiensi penggunaan air
Eu - (Wu/wdl x 100 % ..... (161
dimana :
Eu Efisiensi penggunaan air (%1
Wu Penggunaan air (liter/detikl
Wd Pengaliran air (liter/detikl
d. Efisiensi penyimpanan air
Es - (Ws/Wrl x 100 '1, ••••• (171
dimana :
Es Efisiensi penyimpanan air (%1
14
Ws Penyimpanan air pada daerah perakaran selama iri
gasi (liter/detikl
Wr Kebutuhan air pada daerah perakaran sebelum irigasi
(liter/detikl
e. Efisiensi distribusi air
Ed (1 - y/dl x 100 % ..... (181
dimana :
Ed Efisiensi pendistribusian air (%1
y Rata-rata angka deviasi kedalaman air yang tersimpan
terhadap rata-rata kedalaman penyimpanan selama
irigasi (rom 1
d Rata-rata kedalaman simpanan air selama irigasi (rom 1
IS
f. Efisiensi pemakaian
Eeu = (Weu/Wd) x 100 % ...... (19)
dimana :
Eeu Efisiensi pemakaian (%)
Weu Kebutuhan pemakaian alr (mm/hari)
Wd Jumlah bersih pengosongan air dari daerah perakaran
(mm/hari)
Nilai efisiensi irigasi untuk tanaman padi dan palawija
yang digunakan adalah berdasarkan standar efisiensi irigasi
untuk tanaman padi menurut Departemen Pekerjaan Umum sebesar
65%. Menurut Kalsim (1995) , jumlah air irigasi yang
diberikan di petakan sawah at au besarnya efisiensi irigasi
untuk tanaman padi merupakan perbandingan kebutuhan air
tanaman dengan jumlah air di petakan sawah. Dibanyak negara
seperti Muangthai, Filipina, Malaysia dan Indonesia jumlah
air aktual yang dipakai untuk tanaman padi sekitar
1500-2000 mm, sehingga besarnya efisiensi irigasi untuk
tanaman padi sekitar 40%. Sedangkan efisiensi irigasi untuk
tanaman palawija menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), adalah
sebesar 60%, sebagaimana tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Harga efisiensi untuk tanaman palawija
Sa luran Irigasi Awal Peningkatan yang (%) dapat dicapai ( %)
Jaringan irigasi utarna 75 80 Petak tersier 65 75 Keseluruhan 50 60
Sumber Doorenbos dan Prultt (1977)
16
c. KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Penentuan kebutuhan air irigasi untuk tanaman dapat
dirumuskan sebagai berikut (Departemen Pekerjaan Umum, 1986)
Untuk tanaman padi sawah :
NFR ~ (ETc + P + IR + WLR - Re)/e ..................... (20)
Untuk tanaman palawija
NFR ~ (ETc - Re) /e .......... (21)
dimana :
NFR kebutuhan air irigasi (mm/hari)
ETc evapotranpirasi tanaman (mm/hari)
P perkolasi (mm/hari)
IR kebutuhan air selama penyiapan lahan (mm/hari)
WLR air untuk penggantian lapisan air (mm/hari)
Re curah hujan efektif (mm/hari)
e efisiensi total
D. KEBUTUHAN TENAGA PENGOLAHAN TANAH
Tenaga yang digunakan dalam pengolahan tanah dapat
digolongkan ke dalam (Irwanto, 1984)
1. Tenaga Biologis
2. Tenaga Motor Bakar
manusia, kerbau, sapi
motor bensin, diesel
Kebutuhan tenaga suatu alat atau mesin pertanian
dinyatakan dalam kapasitas kerja. Menurut Irwanto (1984),
kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinisikan sebagai
17
kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk
(misalnya : Ha, kg, Itr) per satuan waktu (jam). Dari satuan
kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk
per kW per jam, bila alat atau mesin itu menggunakan tenaga
penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi
Ha/kW.jam, kg/kW.jam atau Itr/kW.jam
1. Tenaga Biologis
Tenaga kerj a yang digunakan dalam proses produksi
padi mulai dari penyemaian benih, pengolahan tanah,
penanaman, penyiangan, pemakaian sarana produksi seperti
pupuk, obat-obatan, perawatan tanaman, pengaturan alr,
pemanenan dan pemrosesan hasil sampai dengan pengangkutan
terakhir dalam rangka pemasaran hasil.
Adapun kebutuhan tenaga kerja manusia berdasarkan
jenis kegiatan untuk tanaman padi dan palawija dapat
dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6. Kebutuhan tenaga kerja untuk proses produksi padi hingga panen
Kebutuhan1 ) Periode?) Kebutuhan Tenaga
Jenis Tenaga kerja (Hari) Kerja (org/ha/hari) Kegiatan (HOK)
SMV LMV SMV* LMV**
Penyiapan Lahan 54.3 30 30 2.3 2.3 Penanaman 27.7 15 15 2.3 2.3 Pemeliharaan 45.4 60 90 1.0 0.6 Panen 44.3 15 15 3.7 3.7
Surnber:l)Departemen Pertanlan (1989) dalam Aprlantl (1994) 2)Puslitbang Pengairan (1989)
* SMV varietas umur pendek ** LMV : varietas umur panjang
18
Tabel 7. Kebutuhan tenaga kerja untuk proses produksi palawija hingga panen
Jenis Kebutuhan' ! Periode2! Kebutuhan
Kegiatan Tenaga Kerja (hari) Tenaga Kerja
(HOK) (org/ha/hari)
Penyiapan Lahan 27.3 15 2.3 Penanaman 15.3 15 1.0 Pemeliharaan 42.3 75 0.7 Panen 23.7 15 2.0
Sumber:1)Sub.Dlnas Blna Us aha Tanl (1988) dalam Aprlantl (1994) 2)puslibang Pengairan (1989)
Tenaga manusia yang digunakan untuk proses produksi
padi dan palawija memiliki efisiensi 80% (Priyanto,
1993 )
2. Traktor Tangan
Sedangkan traktor tangan ("hand tractor") merupakan
traktor roda dua yang digerakkan oleh motor penggerak
(" engine") dengan menggunakan bahan bakar bensin, solar
atau kerosin yang dapat dipakai untuk mengolah tanah
sawah atau tegalan, memiliki tenaga 2-10 Hp serta
operatornya berjalan kaki.
Menurut Daywin et a1. (1993), dari banyak hasil
penelitian dan pengujian traktor tangan dalam pengolahan
tanah, telah dikumpulkan kurang lebih 15 j enis traktor
tangan dan data kapasitas pengolahan tanah yang meliputi
tanah sawah dan tanah kering, baik menggunakan bajak
singkal maupun pisau berputar seperti tertera pada Tabel
berikut.
19
Tabel 8. Angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja traktor tangan dengan faktor koreksi ± 10%
Jenis pengolahan Kapasitas Periode Kebutuhan
tanah (ha/kw. jam) (hari) (Hp/ha/hari)
- Tanah sawah Dengan bajak singkal 2x 0.0073 15 1. 24 Dengan bajak pisau berputar 2x 0.0093 15 0.98
- Tanah kering siap tanarn Dengan bajak singkal 2x 0.0053 15 1. 71 Dengan bajak pisau berputar 2x 0.0080 15 1.13
E. PROGRAM LINIER
Program linier merupakan suatu model umum yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-
sumber terbatas secara optimal. Dalam model program linier
dikenal dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan fungsi
pembatas. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan
tujuan atau sasaran dalam permasalahan program linier yang
berkaitan dengan pengaturan optimal sumberdaya yang
terbatas. Sedangkan fungsi pembatas adalah bentuk penyajian
secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia
(Subagio et al., 1984).
Salah satu metode dalam program linier adalah Metode
Simplex, dimana lazim digunakan untuk menentukan kombinasi
optimal dari tiga variabel atau lebih (Subagio et al.,
1984) .
III. METODOLOGI
A. TEMPAT DAN WAKTU
Pengamatan dilakukan di Daerah Irigasi Leuwinangka
yang termasuk Wilayah Pengairan Timur Perum Otorita
Subang, Jatiluhur, Seksi Pengairan Subang, Kabupatcn
Propinsi Jawa Barat.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September 1996
hingga Oktobcr 1996 dan dilanjutkan dengan pcngolahan data
hingga bulan Desember 1996.
B. ALAT
Alat yang digunakan pada penclitian ini antara lain :
planimeter, kalkulator dan perangkat komputer dengan
menggunakan program Turbo Basic dan TORA Optimization
System-Version 1.03.
c. METODE
Metode yang digunakan dalam pene1itian ini adalah
dengan menggunakan metode pendugaan. Pelaksanaan penelitian
meliputi kegiatan-kegiatan observasi daerah penelitian,
penentuan parameter, pengumpulan data, perhitungan,
pemecahan masalah dan pengolahan
komputer.
1. Observasi Daerah Penelitian
data
21
dengan program
Kegiatan ini meliputi pengamatan fasilitas irigasi,
sumber dan penyaluran air, sistem saluran, pengelolaan
dan operaSl sistem lrigasi, dasar pemberian air setiap
musim, pengumpulan data hidroklimatologi serta pengamatan
pola tanam yang berlaku.
2. Pengambilan dan Pengumpulan Data
Pengambilan dan pengumpulan data diperoleh melalui
wawancara dan pencatatan data-data yang dibutuhkan, serta
studi pustaka dari hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan mengenai masalah optimasi irigasi lnl.
Data-data yang diperlukan antara lain
a. Peta jaringan irigasi
b. Luas areal yang harus diairi
c. Data-data untuk menghitung evapotranspirasi, meliputi:
- temperatur rata-rata harian
- kelembaban relatif
- kecepatan angin
- lama penyinaran matahari
d. Jenis tanah dan peta kemampuan tanah
e. Curah huj an
f. Debit irigasi yang tersedia
g. Jumlah tenaga kerja yang tersedia
22
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk menentukan nilai
nilai parameter yang diperlukan dengan perhitungan
pendahuluan dari hasil pengumpulan data. Pengolahan data
yang dilakukan antara lain :
a. Perhitungan evapotranspirasi tanaman
Untuk menghi tung evapotranspirasi tanaman pada
setiap fase pertumbuhan diperlukan data klimatologi,
koefisien tanaman dan umur tanaman.
Untuk penelitian ini evapotranspirasi dihitung
dengan menggunakan Metode Radiasi yang disesuaikan
dengan ketersediaan data pada stasiun klimatologi.
b. Perhitungan laju perkolasi
Nilai laju perkolasi dapat diketahui berdasarkan
peta jenis tanah dan kelas kemiringan lahan yang
diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
c. Perhitungan curah hujan efektif
Penentuan curah hujan efektif untuk tanaman padi
dan palawija dilakukan dengan mempergunakan persamaan
(8) dan persamaan (9).
d. Perhitungan debit yang tersedia
Air irigasi bersumber dari air permukaan
dihitung berdasarkan data debit untuk tingkat peluang
kejadian 80%. Analisa frekuensi debit rata-rata pada
23
tingkat peluang kejadian 80 % menggunakan metode Log
Pearson Tipe III.
e. Perhitungan kebutuhan air irigasi
Kebutuhan air irigasi dapat dihitung setelah
diketahui nilai evapotranspirasi tanaman, perkolasi,
curah hujan efektif dan efisiensi total irigasi.
Kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi
dihitung dengan persamaan (20), sedangkan kebutuhan
air untuk tanaman palawija yang tidak membutuhkan
penggenangan dihitung dengan persamaan (21).
4. Pemecahan Masalah
Untuk mendapatkan luas areal yang maksimal maka
optimasi dilakukan untuk seluruh luas areal yang ada,
sedangkan sumber air yang akan mengairi luasan tersebut
berasal dari curah hujan dan air irigasi.
Dengan diketahuinya kebutuhan air untuk setiap pola
tanam dan debit yang tersedia sebagai fungsi kendala,
maka dapat dicari luasan maksimal yang dapat ditanami dan
pola tanam terpilih sesuai dengan ketersediaan air yang
ada dengan menggunakan Metode Simplex seperti terdapat
pada persamaan berikut :
a. Fungsi tujuan, adalah memaksimumkan luas areal yang
dapat ditanami untuk berbagai pola tanam yang
diajukan.
24
Maksimisasi
m n z L: L: Xij ... (22)
i=l j =1
b. Fungsi Pembatas terdiri dari
Jumlah air yang tersedia
m n L: L: Aij x Xij ~ Bt ..... (23) i=l j=l
Luas lahan
m n Xij ~ L ........... (24)
Periode yang digunakan adalah dua mingguan.
Optimasi dilakukan pula pada pola tanam terpilih
dengan memperhi tungkan tenaga kerj a (tenaga manusia dan
traktor tangan) sebagai fungsi kendala, untuk mengetahui
ketersediaan tenaga kerja pada pola tanam terscbut,
dengan menggunakan persamaan berikut :
Tenaga kerja manusia
m n L: L: Xij x Mijt ~ Tk ..... (25)
i=l j =1
Traktor tangan
m n L: L: Xij x Nijt ~ Tt ..... (26)
i=l j=l
Non negativity :
Xij, Aijt, Bt, L, Mijt, Tk, Tt ~ 0 .......... (27)
dimana :
Xij
Aijt
Bt
L
Mijt
Tk
Nijt
Tt
25
luas daerah i dengan pola tanam j (Ha)
kebutuhan air irigasi daerah i dengan pola tanam
j pada periode t (ltr/det/Ha)
jumlah air tersedia pada periode t dengan
"dependable flow· 80% (ltr/det)
luas areal total yang dapat diairi atau
luas fungsional (Ha)
kebutuhan tenaga kerja manusia daerah i dengan
pola tanam j pada periode t (org/Ha/hari)
tenaga kerja manusia tersedia pada bulan t
(org/hari)
kebutuhan tenaga traktor tangan daerah i dengan
pola tanam j pada periode t (Hp/Ha/hari)
tenaga traktor tangan tersedia pada bulan t
(Hp/hari)
Dalam perencanaan model linier ini digunakan
asumsi-asumsi sebagai berikut
a. Semua fungsi linier.
b. Efisiensi irigasi untuk padi diperhitungkan sebesar
65% dan 40%, sedangkan untuk palawija menggunakan
nilai sebesar 60%. Hal tersebut berlaku umum untuk
semua daerah irigasi.
26
c. Besar debit air yang tersedia tetap sebesar hasil
pendugaan.
d. Curah hujan menyebar merata di seluruh daerah
pertanian.
e. Jumlah tenaga kerj a tersebar merata setiap bulannya
dengan efisiensi 80%.
f. Jumlah traktor tangan tersebar merata setiap awal
musim tanam
:', . \ ", '::;
\'\::.<~.:,~.,~Jl
Data iklim Peta luas daerah irigasi
Petajenis tanah dan kemampuan tanah Jenis tanaman
1 Kebutuhan air
tanaman
I
IKetersediaan l tenaga kerja
manusia !
Data
L:hhuJan I
I---c:a~--hujan
L~ !---~---. "-" I
I
Kebutuhan al~
___ ~1 __ ,Ia tanam terpilih berdas
Data debit
tersedia
----*-~ I Debit I tersedia I dengan
peluang 80% :
~
ketersediaan air efisiensi irigasi traktor padi 65% & 40% tangan
I --~~~-"-------"-"-------I~----~--"---~----~~
I
L
Luas maksimal yang dapat ditanam/diolah pad a masing-masing pol a tanam terpilih
'----------- "----------. -----------------
Luas daerah irigasi
Gambar 1. Bagan alir optimasi pola tanam dengan sistem golongan dan kaitannya dengan ketersediaan tenaga kerja N ...,
IV. KEADAAN UMUM DAERAH IRIGASI
A. KEADAAN UMUM
Daerah Irigasi Leuwinangka meliputi 3 desa di Kecamatan
Subang dan 11 desa di Kecamatan Pagaden yang termasuk daerah
pengamat Pagaden, Seksi Pengairan Subang, Divisi Tarum
Timur, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat.
Secara geografis Daerah Irigasi Leuwinangka terletak
pada 6.24°-6.36° Lintang Selatan, 54.57°-58.06° Bujur Timur.
Macam dan jenis tanahnya ant3.ra lain Kompleks latosol
merah kekuningan dan latosol coklat kemerahan, tanah ini
terdapat di bagian selatan daerah irigasi dengan elevasi
150 m dari permukaan laut (dpl) dan memiliki topografi yang
bergelombang. Dibagian tengah daerah irigasi didominasi oleh
asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan, dengan
elevasi 100 m dpl dan topografinya berombak. Sedangkan
dibagian utara didominasi oleh podsolik kuning dan hidromorf
kelabu, dimana datarannya terletak pada elevasi
dengan topografi yang datar (Lampiran 4) .
55 m dpl,
Tanah latosol merah kekuningan bertekstur liat,
strukturnya remah dan berkonsistensi gembur. Tanah latosol
merah memiliki tekstur liat, strukturnya remah sampai gumpal
dan berkonsistensi gembur agak teguh. Tanah podsolik kuning
memiliki tekstur liat, struktur gumpal dan berkonsistensi
29
teguh. Sedangkan tanah hidromorf kelabu memiliki ciri yang
sama dengan tanah podsolik kuning.
Menurut Oldeman iklim di Daerah Irigasi Leuwinangka
memiliki bulan basah berkisar antara 7 - 9 dan bulan kering
berkisar 2 - 3, maka termasuk tipe iklim B2. Pada tipe iklim
ini dapat di tanami padi dua kali setahun dengan varietas
umur pendek dan pada musim kering yang pendek dapat ditanami
palawija (Lampiran 8) .
Gambar 2. Bendung Leuwinangka
Sumber air daerah irigasi ini didapat dari Bendung
Leuwinangka yang berasal dari sungai Ciasem. Bendung
Leuwinangka memiliki kapasi tas bendung 60 m3 / detik dengan
maksimum intake sebesar 4 Panjang saluran
30
sekundernya adalah 25.193 km (Lampiran 2 dan Lampiran 3) dan
sampai saat ini masih berfungsi dengan baik.
Kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan air pada saluran
tersier hingga petakan sawah di Daerah Irigasi Leuwinangka
dilaksanakan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
bawah bimbingan Pengamat Pengairan.
Daerah Irigasi Leuwinangka termasuk bagian Perum
otori ta Jatiluhur yang pengelolaannya semenj ak tahun 1970,
namun seluruh proyek jaringan irigasinya baru terselesaikan
pada tahun 1985.
B. PERTANIAN
Luas areal pertanian di kabupaten Subang yang
berpengairan teknis adalah 62765 Ha dan dikelola oleh lima
seksi pengairan antara lain Seksi Pengairan Induk Tarum
Timur hanya mengelola saluran induk Tarum Timur, Seksi
Pcngairan Jatisari mengelola areal seluas 34308.99 Ha
(mencakup sebagian areal di Kab. Karawang dan Kab.
Purwakarta), Seksi Pengairan Binong mengelola areal seluas
25487.47 Ha (mencakup sebagian areal di Kab. Indramayu),
Seksi Pengairan Patrol mengelola areal seluas 44842.00 Ha
(mencakup sebagian areal di Kab. Indramayu) dan Seksi
Pengairan Subang mengelola areal seluas 12263.00 Ha.
31
Sedangkan pola tanam yang diterapkan adalah padi-padi
palawija seluas 4067 Ha, padi-padi-sayuran seluas 1215 Ha,
padi-padi-bera seluas 47148 Ha dan ada pula petani yang
menerapkan pola tanam yang kurang baik yaitu pola tanam
padi-padi-padi seluas 7503 Ha dan pola tanam padi-minapadi
padi seluas 2832 Ha. Hal tersebut akan mengakibatkan pH
tanah menjadi rendah karena terus ditanami padi.
Varietas padi yang digunakan di kabupaten Subang
antara lain IR 64, IR 42, Membrano dan Cibodas. Sedangkan
jenis palawija yang bias a ditanam oleh petani yaitu kedelai,
kacang tanah, jagung dan kacang hijau. Adapun jenis sayuran
yang biasa ditanam petani yaitu kacang panjang, terong, sawi
dan kangkung.
Jenis tanaman yang bias a di tanam di Daerah Irigasi
Leuwinangka adalah padi dan palawija. Adapun jenis padi yang
digunakan petani di Daerah Irigasi Leuwinangka adalah IR 64
yang termasuk varietas yang berumur pendek. Sedangkan jenis
palawija yang ditanam pada umurnnya sarna dengan jenis
palawija yang ditanam oleh petani di kabupaten Subang.
Penj adwalan waktu tanam untuk rnasing-masing golongan
adalah Oktober-1 untuk golongan I, Oktober-2 untuk golongan
II dan November-1 untuk golongan III.
Daerah Irigasi Leuwinangka memi1iki lahan seluas
4485 Ha. Luas lahan sekarang yang ditanami padi pada musim
hujan adalah 4417 Ha dan pada mus.im kemarau 3138 Ha,
32
sedangkan luas total palawija yang ditanam adalah 1111 Ha
sehingga intensi tas tanam padi sebesar 168% dan palawij a
sebesar 25%.
C. TENAGA KERJA
Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Daerah
Irigasi Leuwinangka adalah petani pemilik/penggarap dan
buruh tani, adapun jumlah ketersediaan tenaga kerja seperti
ditunjukan pada Lampiran 26.
Disamping menggunakan tenaga manusia adapula petani
yang mengolah tanahnya dengan menggunakan traktor tangan.
Daya rata-rata yang dimiliki oleh traktor tangan diperoleh
sebesar 7 Hp/uni t, dimana j umlah traktor tangan yang
tersebar di Daerah Irigasi Leuwinangka sebagaimana tertera
pada Lampiran 26.
Pengolahan tanah pada lahan sawah dengan traktor tangan
terbagi menj adi dua tahap. Pada pengolahan tanah pertama
digunakan bajak singkal dua kali selama 15 hari, kemudian
dilanjutkan pengolahan tanah kedua dengan menggunakan bajak
pisau berputar dua kali selama 15 hari.
Sedangkan pengolahan tanah pada lahan kering yang siap
untuk ditanami digunakan traktor tangan dengan implemen
bajak singkal dua kali selama 15 hari.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEBUTUHAN AIR IRIGASI BAGI TANAMAN
Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air irigasi bagi
tanaman diperlukan data-data antara lain faktor-faktor
klimatologi, curah hujan, debit air irigasi yang tersedia,
efisiensi tanaman padi dan palawija, perkolasi dan jenls
pola tanam yang diterapkan. Berdasarkan data tersebut dapat
dilakukan perhitungan untuk mengetahui evapotranspirasi, alr
untuk penyiapan lahan, curah hujan efektif, debit air
irigasi yang tersedia dengan peluang terlampaui 80% dan
kebutuhan air irigasi dengan periode setengah bulanan untuk
pola tanam yang dikehendaki.
1. Evapotranspirasi
Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya
evapotranspirasi acuan adalah Metode Radiasi, hal ini
ditentukan berdasarkan data iklim yang tersedia
(Lampiran 8 hingga Lampiran 11) .
Leuwinangka diwakili oleh Biro Daerah
Meteorologi,
Irigasi
Dinas Navigasi Udara, TNI-AU, Stasiun
Klimatologi Kalijati yang terletak pada 6.33° Lintang
Se1atan, 107.41° Bujur Timur dan 110 meter di atas
permukaan 1aut.
34
Tabel 9. Nilai evapotranspirasi acuan (ETa) bulanan
Bulan ETa (mm/hari)
Januari 3.53
Februari 4.04
Maret 4.52
April 4.39
Mei 4.27
Juni 4.18
Juli 4.43
Agustus 4.97
september 4.99
Oktober 5.05
November 4.67
Desember 4.11
Besarnya evapotranspirasi tanaman (ETc) untuk
tanaman padi dan palawija dihitung dengan menggunakan
persamaan (6), dimana nilai koefisien tanaman (kc) untuk
tanaman padi dan palawija sebagaimana tertera pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Nilai evapotranspirasi tanaman padi varietas umur
pendek dan palawija pada setiap periode pertumbuhan
setengah bulanan dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 10 dan
Tabel 10. Nilai ETc (rnm/hari) tanaman padi varietas umur
pendek(SMV)berdasarkan saat tanam
saat Umur (bulan) Tanam 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Jan-1 3.9 3.9 3.7 3.7 3.4 0.0 Jan-2 3.9 3.9 3.7 3.7 3.4 0.0
Feb-1 4 . 4 4.4 4.2 4.2 3.8 0.0 Feb-2 4.4 4.4 4.2 4.2 3.8 0.0
Mar-1 5.0 5.0 4.7 4.7 4.3 0.0 Mar-2 5.0 5.0 4.7 4.7 4.3 0.0
Apr-1 4 . 8 4.8 4.6 4.6 4.2 0.0 Apr-2 4.8 4.8 4. 6 4.6 4.2 0.0
Mei-1 4.7 4.7 4.5 4.5 4.1 0.0 Mei-2 4.7 4.7 4.5 4.5 4 . 1 0.0
Jun-1 4.6 4.6 4. 4 4.4 4.0 0.0 Jun-2 4.6 4.6 4.4 4.4 4.0 0.0
Jul-1 4.9 4.9 4.7 4.7 4.2 0.0 Jul-2 4.9 4.9 4.7 4.7 4.2 0.0
Agt-1 5.5 5.5 5.2 5.2 4.7 0.0 Agt-2 5.5 5.5 5.2 5.2 4.7 0.0
Sep-1 5.5 5.5 5.2 5.2 4.7 0.0 Sep-2 5.5 5.5 5.2 5.2 4.7 0.0
Okt-1 5.6 5.6 5.3 5.3 4.8 0.0 Okt-2 5.6 5.6 5.3 5.3 4.8 0.0
Nov-1 5.1 5.1 4.9 4.9 4 . 4 0.0 Nov-2 5.1 5.1 4.9 4.9 4.4 0.0
Des-l 4.5 4.5 4.3 4.3 3.9 0.0 Des-2 4.5 4.5 4.3 4.3 3.9 0.0
35
36
Tabel 11. Nilai ETc (mm/hari) tanaman palawija berdasarkan saat tanam
Saat Umur (bulan) Tanam 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Jan-l 1.8 2.5 3.4 3.5 3.4 3.2 Jan-2 1.8 2.5 3.4 3.5 3.4 3.2 Feb-1 2.0 2.8 3.8 4.0 3.8 3.6 Feb-2 2.0 2.8 3.8 4.0 3.8 3.6 Mar-1 2.3 3.2 4.3 4.5 4.3 4 . 1 Mar-2 2.3 3.2 4.3 4.5 4.3 4 . 1 Apr-1 2.2 3.1 4.2 4.4 4.2 3.9 Apr-2 2.2 3.1 4.2 4.4 4.2 3.9 Mei-1 2.1 3.0 4.1 4.3 4.1 3.8 Mei-2 2.1 3.0 4.1 4.3 4.1 3.8 Jun-1 2.1 2.9 4.0 4.2 4.0 3.8 Jun-2 2.1 2.9 4.0 4.2 4.0 3.8 Ju1-1 2.2 3.1 4.2 4.4 4.2 4.0 Jul-2 2.2 3.1 4.2 4.4 4.2 4.0 Agt-1 2.5 3.5 4.7 5.0 4.7 4.5 Agt-2 2.5 3.5 4.7 5.0 4.7 4.5 Sep-1 2.5 3.5 4.7 5.0 4.7 4.5 Sep-2 2.5 3.5 4.7 5.0 4.7 4.5 Okt-1 2.5 3.5 4.8 5.0 4.8 4.5 Okt-2 2.5 3.5 4.8 5.0 4.8 4.5 Nov-l 2.3 3.3 4. 4 4.7 4.4 4.2 Nov-2 2.3 3.3 4.4 4.7 4.4 4.2 Des-1 2.1 2.9 3.9 4 . 1 3.9 3.7 Des-2 2.1 2.9 3.9 4.1 3.9 3.7
2. Air untuk Penyiapan Lahan
Besarnya kebutuhan air se1ama penyiapan lahan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (7), dan diperoleh
hasil perhitungan sebagaimana tertera pada Tabel 12.
37
Tabel 12. Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan untuk setiap bulan (rom/hari)
Bulan Eo + P T = 30 hari (rom/hari) S = 250 rom S = 300 rom
Jan 6.743 12.153 13.748 Feb 7.304 12.512 14.092 Mar 7.832 12.854 14.422 Apr 7.689 12.761 14.332 Mei 7.557 12.675 14.250 Jun 7.458 12.611 14.188 Jul 7.733 12.789 14.360 Agt 8.327 13.179 14.735 Sep 8.349 13.194 14.749 Okt 8.415 13.237 14.791 Nov 7.997 12.962 14.526 Des 7.381 12.562 14.140
3. Perkolasi
Nilai perkolasi di Daerah Irigasi Leuwinangka
diperoleh dengan cara mencocokan peta keadaan fisiografik
dan jenis tanah dengan peta luas daerah irigasi, sehingga
dapat diketahui kelas fisiografik dan jenis tanah serta
luasannya (Lampiran 4)
Berdasarkan hal tersebut di atas maka jenis tanah di
Daerah Irigasi Leuwinangka terdiri dari asosiasi latosol
merah, latosol coklat kemerahan dan laterit air tanah
seluas 80%; kompleks latosol merah kekuningan, latosol
coklat kemerahan dan litosol seluas 69.· 0, dan asosiasi
podsolik kuning dan hidromorf kelabu seluas 14%. Dengan
diketahui kelas tekstur dan kelas fisiografik ketiga
jenis tanah tersebut dari peta fisiografik dan jenis
tanah maka dapat diketahui nilai perkolasi masing-masing
38
j enis tanah. Luasan masing-masing j enis tanah merupakan
faktor pembobot, dimana untuk memperoleh nilai perkolasi
keseluruhan daerah dilakukan dengan cara mengalikan
faktor pembobot dengan nilai perkolasi masing-masing
jenis tanah dan menjumlahkannya, sehingga diperoleh nilai
perkolasi Daerah Irigasi Leuwinangka sebesar 2.86 mm/hari
(Tabel 13).
Tabel 13. Ni1ai perkolasi pada Daerah Irigasi Leuwinangka
Jenis tanah Luas Kelas Kelas Kelas Kehilangan
( %) Tekstur fisiografik Kerniringan (mm/hari)
Asosiasi latosol 80% 3 5 2 3.0 merah, latosol coklat kernerahan &
laterit air tanah
Kompleks latosol 6% 3 5 2 3.0 merah kekuningan, latosol coklat kemerahan & litosol
Asosiasi podsolik lH 3 1 1 2.0 kuning & hidromorf kelabu
Nilai perKolasi keseluruhan : 2.86
4. Curah Hujan Efektif
Curah hujan di Daerah Irigasi Leuwinangka diwakili
oleh empat stasiun pengamat hujan disekitarnya, yaitu
stasiun pengamat Dangdeur, stasiun pengamat Pagaden,
stasiun pengamat Cibandung dan stasiun pengamat Subang.
39
Data curah hujan masing-masing stasiun pengamatan
yang diperoleh merupakan data curah hujan selama 10 tahun
yaitu dari tahun 1986 hingga 1995.
Karena titik-titik pengamatan di dalam daerah itu
tidak tersebar merata, maka cara perhitungan curah hujan
rata-rata itu dilakukan dengan memperhitungkan pengaruh
daerah tiap titik pengamatan, sehingga metode yang
digunakan adalah Metode Poligon Thiessen (Sosrodarsono
dan Takeda, 1993).
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993), curah hujan
rata-rata menggunakan Metode Poligon Thiessen dilakukan
dengan cara mencantumkan titik-titik pengamatan di dalam
dan di sekitar daerah itu pada peta topografi 1 50000,
kemudian menghubungkan tiap titik yang berdekatan dengan
sebuah garis lurus sehingga terlukis jaringan segitiga,
selanjutnya daerah tersebllt dibagi dalam poligon-poligon
yang didapat dengan menggambar garis bagi tegak lurus
pada setiap poligon itu (Lampiran 5). Luas tiap poligon
tersebut diukur dengan menggunakan planimeter atau dengan
cara lain.
Luasan tersebut merupakan faktor pembobot
("weighting factor") untuk mengimbangi tidak meratanya
distribusi alat ukur pada masing-masing stasiun (Linsley
et al., 1982).
40
Dengan cara tersebut di atas maka dipero1eh besar
faktor pembobot (fp) untuk masing-masing stasiun yaitu :
pada stasiun pengamat Dangdeur sebesar 38%, pada stasiun
pengamat Pagaden sebesar 31%, pada stasiun pengamat
Cibandung sebesar 21% dan pada stasiun pengamat Subang
sebesar 10%.
Besarnya curah hujan rata-rata di Daerah Irigasi
Leuwinangka dipero1eh dengan menga1ikan faktor pembobot
dengan curah hujan rata-rata pada masing-masing stasiun
dan menjumlahkannya (Lampiran 6). Setelah diperoleh curah
hujan rata-rata pada daerah irigasi maka dihitung curah
hujan efektif dengan menggunakan persamaan (8) untuk
tanaman padi dan persamaan (9) untuk tanaman palawija.
Nilai curah hujan efektif pada setiap periode
1/2 bulanan untuk tanaman padi dan palawija seperti
tertera pada Tabel 14.
41
Tabel 14. Curah hujan efektif periode 1/2 bulanan untuk tanaman padi dan pa1awija
Curah hujan efektif (mm/hari)
Periode Padi Pa1awija Periode Padi Palawija
Jan-1 13.87 10.40 Jul-1 6.20 4.65
Jan-2 20.44 15.33 Jul-2 1. 31 0.98
Feb-1 14.80 11.10 Agt-1 3.44 2.58
Feb-2 14.58 10.94 Agt-2 1. 32 0.99
Mar-1 15.74 11.81 Sep-1 4.21 3.16
Mar-2 15.66 11. 75 Sep-2 9.30 6.97
Apr-l 15.56 11.67 Okt-l 7.34 5.50
Apr-2 14.35 10.76 Okt-2 11.88 8.91
Mej-l 18.26 13.70 Nov-l 14.08 10.56
Mei-2 11.05 8.28 Nov-2 17.57 13 .18
Jun-l 11.51 8.63 Des-1 18.52 13.89
Jun-2 9.11 6.83 Des-2 12.59 12.59
5. Debit Tersedia
Data debit alr irigasi yang tersedia diperoleh dari
Perum Otorita Jatiluhur Divisi Tarum Timur, Kabupaten
Subang. Dengan menggunakan ana1isa frekuensi Log Pearson
Tipe III diperoleh debit air andalan dengan peluang
tersedia 80%, seperti yang tertera pada Tabel 15.
Tabel 15. Debit air irigasi andalan dengan peluang tersedia 80% (Q80')
Bulan Qso. (l/det) Bulan Qao. (l/det)
Jan-l 4445.8 Jul-l 2020.6 Jan-2 5058.3 Jul-2 994.9
Feb-l 5148.5 Agt-l 1155.5 Feb-2 4303.4 Agt-2 1087.5
Mar-1 4940.1 Sep-1 889.9 Mar-2 6320.0 Sep-2 818.5
Apr-l 5856.3 Okt-1 673.5 Apr-2 4053.8 Okt-2 924.1
Mei-l 4127.9 Nov-l 1358.6 Mei-2 3864.8 Nov-2 2371.6
Jun-l 2811.8 Des-l 2889.7 Jun-2 2462.7 Des-2 3101.3
42
Data secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3.
berikut ini.
7000
6000
2000
1000
n nnnnn o ~ "! ~ N ~ N ~ '::! ~ N ~ N ~ "! ~ N ~ '.l ii N ~
~ ~ N
C " .ci .ci ..: ..: ..: ;i ;i .: c :; :; : ~ ci si ,; oj oj ~ .. .. .. .. .. Q. Q.
" " .. .. 0 .. .. .., .., u.. u.. ::E ::E c( c( ::E ::E .., .., .., .., <II <II 0 0 z Z Q Q
Bulan
Gambar 3. Grafik debit air irigasi andalan dengan peluang tersedia 80%
43
B. OPTlMASI POLA TANAM
Optimasi pola tanam bertujuan untuk memperoleh luas
lahan maksimum dengan menerapkan pola tanam yang diinginkan.
Optimasi ini dilakukan dengan metode simplex dengan
bantuan program TORA Optimization System-Version 1.03 yang
dirancang oleh Hamdy A.Taha (Taha, 1993)
Optimasi pola tanam lni terbagi menjadi dua bagian
berdasarkan efisiensi irigasi padi sawah yang digunakan,
yaitu 65% merupakan standar Departemen PU dan 40% merupakan
hasil penelitian terbaru (Kalsim, 1995) . Tahap pertama
pengolahan data dilakukan berdasarkan ketersediaan air,
selanj utnya dikai tkan dengan ketersediaan tenaga kerj a dan
tahap terakhir dikaitkan dengan ketersediaan traktor tangan.
1. Optimasi Untuk Efisiensi Irigasi Padi Sawah 65%
Optimasi awal dilakukan berdasarkan ketersediaan air
di Daerah Irigasi Leuwinangka.
Alternatif pola tanam yang diajukan untuk Daerah
Irigasi Leuwinangka pada optimasi pertama ada 12, yaitu
pola tanam padi-padi-palawija dan padi-palawija-palawija
dengan masa tanam pada bulan Oktober-l hingga Desember-2.
Kebutuhan air irigasi pola tanam ini dapat dilihat pada
Lampiran 14. Hasil dari optimasi pertama ini diperoleh
tiga pola tanam terpilih dengan luas optimum seperti
44
tertera pada Tabel 16 dan hasil optimasinya disajikan
pada Lampiran 18.
Tabel 16. Pola tanam terpilih dan luas optimasi pertama berdasarkan air bila efisiensi irigasi padi
Pola Tanam Saat Tanam
padi-padi-palawija Oktober-2
padi-padi-palawija Desember-1
padi-padi-pa1awija Desember-2
optimum pada ketersediaan
sawah 65%
Luas (Ha)
121.5
696.7
861.0
Luas optimum yang dihasilkan adalah 1679.2 Ha, dari
hasil optimasi pertama terdapat sisa luas lahan yang
belum ditanami sebesar 2805.8 Ha, sehingga perlu
dilakukan optimasi lagi terhadap sisa luas yang ada
dengan faktor pembatas ketersediaan air pada bulan
Juli-2, September-1 dan Oktober-1 seperti terlihat pada
Gambar 4.
Gambar 4 menunjUkkan total penggunaan air pada pola
tanam terpilih dan banyaknya air yang tersedia.
Dengan diketahui total penggunaan air pada pola
tanam terpilih maka dapat diketahui pula besarnya debit
air sisa seperti tertera pada Tabel 17.
7
6
g 5 C> ~
~
><4 ';i :g ~3
ai 2 w c
45
1 ,,\.......---- ____
" /-,,/,\ o .-.-~.--.---.. --.-./, , , , " , .-.-.-.-
0:: .. ..., .c .. u..
-+-Debit tersedia
:; ...,
BULAN
- - Debit terpakai
:S< o 1; Z
Gambar 4. Grafik keseimbangan debit tersedia dan debit terpakai setelah dilakukan optimasi pertama dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%
Tabel 17. Debit air sisa (Qsisa) dan debit air yang terpakai (QP3K n i) pada pola tanam terpilih setelah dilakukan optimasi pertama dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%
Bulan Q"O" Qp~Loi Bulan Q"o" Qpabi
(l/det) (l/det) (l/det) (l/det)
Jan-l 4445.8 0.0 Jul-1 1441.4 579.2 Jan-2 5058.3 0.0 Jul-2 0.0 994.9
Feb-1 5148.5 0.0 Agt-1 1038.8 116.7 Feb-2 4303.4 0.0 Agt-2 341.9 745.6
Mar-1 4940.1 0.0 Sep-1 0.0 889.9 Mar-2 6320.0 0.0 Sep-2 726.4 92.1
Apr-l 5856.3 0.0 Okt-1 0.0 673.5 Apr-2 4053.8 0.0 Okt-2 860.9 63.2
Mei-l 4127.9 0.0 Nov-1 1348.9 9.7 Mei-2 3864.8 0.0 Nov-2 2371.6 0.0
Jun-1 2811.8 0.0 Des-l 2889.7 0.0 Jun-2 2462.7 0.0 Des-2 3101. 3 0.0
46
Sisa luas lahan yang belum ditanami dan debit air
yang tersisa dioptimasi kembali dengan mengajukan enam
al ternatif pola tanam, yai tu padi -padi -bera dengan masa
tanam pada bulan Oktober-2 hingga Januari-l. Kebutuhan
air irigasi untuk pola tanam ini dapat dilihat pada
Lampiran 15.
Optimasi kedua menghasilkan dua pola tanam terpilih,
yaitu padi-padi-bera seluas 1655.6 Ha dengan masa tanam
Oktober-2 dan padi-padi-bera seluas 1150.2 Ha dengan masa
tanam November-1. Untuk lebih j elasnya hasil dua kali
optimasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Pola tanam terpilih dan luas optimum setelah dua kali optimasi berdasarkan ketersediaan air bila efisiensi irigasi padi sawah 65%
Pola Tanam Saat Tanam Luas (Hal
padi-padi-palawija Oktober-2 121. 5
padi-padi-palawija Desember-1 696.7
padi-padi-palawija Desember-2 861. 0
padi-padi-bera Oktober-2 1655.6
padi-padi-bera November-1 1150.2
Luas lahan hasil dua kali optimasi berdasarkan
ketersediaan air adalah 4485.0 Ha, sehingga tidak ada
sisa luas lahan yang dapat ditanmni lagi. Luas lahan yang
ditanami padi rendeng adalah 4485 Ha dan padi gadu adalah
4485 Ha, sedangkan luas lahan yang ditanami palawija
47
adalah 1679.2 Ha. Berdasarkan hal tersebut diperoleh
besarnya intensitas tanam untuk padi adalah 200% dan
untuk palawija adalah 37.4%.
~ 2 UJ o
--+- Debit tersedia
Bulan
Q. .. <I)
- - Debit terpakai
:!;i o
> o z
Gambar 5. Grafik keseimbangan debit air sisa yang tersedia dan debit terpakai setelah dua kali optimasi dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%
Adapun besarnya debit tersedia yang masih tersisa
dan debit yang terpakai setelah dilakukan dua kali
optimasi seperti terlihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Debit air terpakai setelah
sisa (Qsisa) (Qpakai) pada
dilakukan dua
dan pola kali
48
efisiensi irigasi padi sawah
debit air yang tanarn terpilih
optirnasi dengan 65%
Bulan Qsisa Qpakai Bulan Qsisa Qpakai
(l/det) (l/det) (l/det) (l/det)
Jan-1 4445.8 0.0 Jul-1 1441.4 579.2 Jan-2 5058.3 0.0 Jul-2 0.0 994.9
Feb-1 5148.5 0.0 Agt-1 1038.8 116.7 Feb-2 4303.4 0.0 Agt-2 341. 9 745.6
Mar-1 4940.1 0.0 Sep-1 0.0 889.9 Mar-2 6320.0 0.0 Sep-2 726.4 92.1
Apr-1 5856.3 0.0 Okt-1 0.0 673.5 Apr-2 4053.8 0.0 Okt-2 0.0 924.1
Mei-1 4127.9 0.0 Nov-1 1216.5 234.2 Mei-2 3864.8 0.0 Nov-2 237l.6 0.0
Jun-1 2811.8 0.0 Des-1 2889.7 0.0 Jun-2 2462.7 0.0 Des-2 3101.3 0.0
Dari hasil optirnasi pola tanarn berdasarkan
ketersediaan air dengan efisiensi padi sawah 65%, rnaka
diperoleh lima pola tanarn yang dapat dianggap lima sistern
golongan peffiberian air irigasi.
Areal yang tercakup dalarn golongan yang sarna
dijadwalkan rnernperoleh air yang sarna pada waktu yang
bersarnaan, sehingga areal tersebut dituntut untuk
rnenyelesaikan sernua kegiatan produksi pada waktu yang
sarna (Priyanto, 1993). Kegiatan tersebut tentu rnernerlukan
tenaga kerja yang besar, terutarna untuk kegiatan
pengolahan tanah dan panen. Oleh karena itu pola tanarn
terpi1ih harus diana1isa 1agi rnengenai ketersediaan
tenaga kerjanya.
49
Dengan menggunakan program TORA version 1. 03
dilakukan optimasi untuk memperoleh luas tanam terpilih
dengan faktor perobatas ketersediaan tenaga kerja dan luas
lahan setiap golongan. Adapun luas optimumnya dapat
dilihat pada Tabel 20 dan hasil optimasinya disajikan
pada Lampiran 20.
Tabel 20. Pola tanam terpilih dengan ketersediaan tenaga kerja sebagai faktor perobatas lJila efisiensi irigasi padi sawah 65%
Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)
padi-padi-palawija Oktober-2 121. 5
padi-padi-palawija Desember-1 696.7
padi-padi-palawija Desember-2 861. 0
padi-padi-bera Oktober-2 1655.6
padi-padi-bera November-1 1150.2
Dari Tabel 20 terlihat bahwa luas lahan untuk setiap
pola tanam terpilih sama dengan luas lahan hasil optimasi
pola tanam berdasarkan ketersediaan air, hal ini
menunjUkkan bahwa jumlah tenaga kerja yang tersedia
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada pola
tanam terpilih hasil optimasi berdasarkan ketersediaan
air.
Pada Gambar 6 dapat dilihat jumlah tenaga kerja yang
tersedia dan besarnya kebutuhan tenaga kerja berdasarkan
hasil optimasi untuk periode setengah bulanan.
50
20
18
16
<> 14 <> <> ~
><
~ 12
~ 10 .s. .. . ~ ~ 8 ""
/ ........ .. '" .. ~ 6 ~ I-
/ " .
4
2 / :.-'
BULAN
..........- Tenaga tersedia -: - T enaga terpakai
Gambar 6. Grafik kebutuhan tenaga kerja pada model optimasi dengan tenaga kerj a sebagai faktor pembatas dan efisiensi irigasi padi sawah 65%
Pada kenyataannya tidak semua petani mau mengolah
tanahnya secara manual walaupun tenaga kerja tersedia
cukup banyak namun dengan alasan efisiensi waktu dan
tenaga sebagian petani mengolah tanahnya dengan
menggunakan bantuan traktor tangan, sehingga perlu
dilakukan analisa mengenai ketersediaan traktor tangan.
Jumlah traktor tangan yang tersedia di Daerah
Irigasi Leuwinangka sebanyak 138 unit dengan daya rata-
rata sebesar 7 Hp/uni t, maka total daya yang tersedia
51
adalah 966 Hp. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
optimasi untuk mengetahui apakah total daya tersedia
mencukupi untuk diterapkan pada pola tanam terpilih.
Adapun luas optimumnya seperti tertera pada Tabel 21 dan
hasil optimasinya dapat dilihat pada Lampiran 21.
Tabel 21. Pola tanam terpilih berdasarkan optimasi dengan ketersediaan traktor tangan sebagai faktor pembatas dan efisiensi irigasi padi sawah 65%
Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)
padi-padi-palawija Oktober-2 121. 5
padi-padi-palawija Desember-1 564.9
padi-padi-palawija Desember-2 332.6
padi-padi-bera Oktober-2 657.5
padi-padi-bera November-1 163.3
Dari Tabel 21 luas lahan yang dapat diolah dengan
menggunakan traktor pada saat tanam padi rendeng adalah
1839.8 Ha, pada saat tanam padi gadu adalah 1839.8 Ha dan
pada saat tanam palawija adalah 1019 Ha dengan intensitas
tanam untuk padi adalah 82.00% dan untuk palawija adalah
22.72%, sedangkan luas keseluruhan yang dapat ditanam
hasil optimasi dengan faktor pembatas ketersediaan air
diperoleh sebesar 10649.2 Ha. Hal ini menunjukkan adanya
kekurangan jumlah traktor tangan bila luas optimum pada
optimasi pola tanam dengan faktor pembatas ketersediaan
air diterapkan, terutama pada pola tanam padi-padi-
pa1awija dengan masa tanam Desember-1, padi-padi-palawija
52
dengan masa tanam Desember-2, padi-padi-bera dengan masa
tanam Oktober-2 dan padi-padi-bera dengan masa tanam
November-I.
Adapun penyebaran traktor tangan berdasarkan hasil
optimasi untuk periode setengah bulanan dapat dilihat
pada Gambar 7.
1000 c: :!:. .. 900 '" .. " ~ 800 t-
700
•
/ • • • • • • ~: . • • • • - •
I ~ •. 600
500
400
300
200
100
0 >:-:., , , " .0 .. ~ .., u.
, , , .. 0. " " .., :; ..,
BULAN
, , .-
-'-Tenaga tersedia -j:'-Tenaga terpakai
, , > o z
, , " ~ o
Gambar 7. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan yang terpakai setelah dilakukan optimasi (efisiensi irigasi padi sawah 65%)
,
53
Adapun jumlah tenaga yang tersedia dan jumlah tenaga
yang digunakan apabila pola tanam terpilih hasil optimasi
berdasarkan ketersediaan air tetap diterapkan dapat
dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Kekurangan tenaga traktor tangan yang terjadi bila ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 65%)
Tenaga tersedia Tenaga Kekurangan Bulan (Hp) terpakai tenaga
(Hp) (Hp)
Jan-1 966 843.8 -
Feb-2 966 2203.6 1237.6 Mar-l 966 3167.8 2201.8 Mar-2 966 1127.2 161. 2 Apr-1 966 863.9 -Apr-2 966 1750.4 784.4 Mei-1 966 843.8 -
Jun-2 966 207.8 -
Agt-1 966 1191.3 225.3 Agt-2 966 1472.4 506.4 Okt-2 966 2203.6 1237.6 Nov-1 966 3167.8 2201.8 Nov-2 966 1127.2 161. 2 Des-1 966 863.9 -
Des-2 966 1750.4 784.4
Untuk menutupi kekurangan jumlah traktor tangan
dapat digunakan tenaga kerja manusia, dimana jum1ah
tenaga kerja manusia yang dibutuhkan dihitung berdasarkan
sisa 1uas lahan yang tidak dapat diolah oleh traktor
tangan. Adapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
mengolah tanah pada produksi padi dan palawija seperti
yang dapat dilihat pada Tabel 23.
54
Tabel 23. Kebutuhan jumlah tenaga kerja manusia untuk menutupi kekurangan unit traktor
Kekurangan Kebutuhan Kekurangan Kebutuhan Bulan traktor tenaga Bulan traktor tenaga
tangan manusia tangan manusia (unit) (orang) (unit) (orang)
Jan-1 - - Agt-1 32 303 Feb-2 177 2296 Agt-2 72 1215 Mar-1 315 4565 Okt-2 177 2296 Mar-2 23 2270 Nov-1 315 4565 Apr-1 - - Nov-2 23 2270 Apr-2 112 1519 Des-l - -
Mei-1 - - Des-2 12 1519 Jun-2 - -
Berdasarkan Tabel 22 dapat pula dibuat grafik
keseimbangan tenaga tersedia dan tenaga terpakai apabila
pola tanam terpilih diterapkan, seperti tertera pada
Gambar 8.
2500
'-, 2000
a: 1500 ~ ~
'" ~ I::
" I-
/ 1000
500
0 \ I:: .J:l ~
~ " .. -, u. ::;;
BULAN
-+-Tenaga tersedla -ft-;r- T enaga terpakai
Gambar 8. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan yang terpakai bila ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 65%)
55
2. Optimasi untuk Efisiensi Irigasi Fadi Sawah 40%
Dengan mereferensi hasil penelitian terbaru, bahwa
efisiensi irigasi untuk tanaman padi adalah 40% maka
kebutuhan air tanaman padi akan meningkat. Berdasarkan
hal tersebut maka perlu dilakukan optimasi kembali
sebagai pembanding dari optimasi yang menggunakan
efisiensi berdasarkan standar Departemen Pekerjaan Umum.
Tahap-tahap pengolahan data pada optimasi ini sama
dengan optimasi sebelumnya. Dengan mengajukan alternatif
pola tanam padi-padi-palawija dan padi-palawija-palawija
dengan masa tanam pada Oktober-1 hingga Desember-2, maka
diperoleh pola tanam terpilih dari hasil optimasi pertama
seperti pada Tabel 24. Kebutuhan air irigasi untuk pola
tanam ini dapat dilihat pada Lampiran 16 dan hasil
optimasinya dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 24. Pola tanam terpilih dan luas optimum pada optimasi pertama berdasarkan ketersediaan air bila efisiensi irigasi padi sawah 40%
Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)
padi-padi-palawija Oktober-2 110.7
padi-padi-palawija Desember-1 763.2
padi-palawija-palawija Desember-2 786.4
Dari Tabel 24 luas optimum yang dihasilkan
seluruhnya adalah 1660.3 Ha dan masih terdapat sisa luas
lahan yang be1um ditanami sebesar 2824.7 Ha, sehingga
56
perlu dilakukan optimasi lagi terhadap sisa luas yang ada
dengan faktor pembatas ketersediaan air pada bulan
Juli-2, bulan September-l dan bulan Oktober-l seperti
terlihat pada Gambar 9.
7
6
0 0 0 5 ~
" :;<
'" C1l 4
g 3
f-ill 2 UJ C
//Vv,,-0_,-_- -.-_-.-.-.-:'-'-.-.. I , C' , • , I ,--.-_-'.-.
.c ~ u.
-+-Debit tersedia
Bulan
'5 ..,
- '-Debit terpakai
:t! o
Gambar 9. Grafik keseimbangan debit tersedia dan debit terpakai setelah dilakukan optimasi pertama dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%
Tabel 25. Debit air sisa (Q'i") dan debit air yang terpakai (Qp,',i) pada pola tanam terpilih setelah dilakukan optimasi pertarna dengan e£isiensi irigasi padi sawah 40%
Bulan Qsis<' Qpakai Bulan Qsisa Qpakaj
(l/det) (l/det) (l/det) (l/det) Jan 1 4445.8 0.0 Jul-1 1451. 3 569.3 Jan-2 5058.3 0.0 Jul-2 0.0 994.9 Feb-1 5148.5 0.0 Agt-1 1049.3 106.2 Feb-2 4303.4 0.0 Agt-2 300.4 787.1 Mar-1 4940.1 0.0 Sep-1 0.0 889.9 Mar-2 6320.0 0.0 Sep-2 719.2 99.3 Apr-1 5856.3 0.0 Okt-1 0.0 673.5 Apr-2 4053.8 0.0 Okt-2 831.1 93.0 Mei-1 4127.9 0.0 Nov-1 1344.2 14 .4 Mei-2 3864.8 0.0 Nov-2 2371. 6 0.0 Jun-1 2811.8 0.0 Des-1 2889.7 0.0 Jun-2 2431. 2 31. 5 Des-2 3101. 3 0.0
57
Sisa luas lahan yang belum ditanami dan debit air
yang tersisa dioptimasi kembali dengan mengajukan enam
alternatif pola tanam, yaitu padi-padi-bera dengan masa
tanam pada Oktober-2 hingga Januari-l. Kebutuhan air
irigasi untuk pola tanam ini dapat dilihat pada
Lampiran 17.
Optimasi kedua berdasarkan ketersediaan air
menghasi1kan satu po1a tanam terpi1ih, yaitu padi-padi-
bera seluas 2824.7 Ha dengan masa tanam November-1. Untuk
1ebih j e lasnya hasil dua kali optimasi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Pola tanam terpilih dan luas optimum setelah dua kali optimasi berdasarkan ketersediaan air bila efisiensi irigasi padi sawah 40%
Pola Tanam Sa at Tanam Luas (Ha)
padi-padi-palawija Oktober-2 110.7
padi-padi-palawija Desember-l 763.2
padi-palawija-palawija Desember-2 786.4
I padi-padi-bera November-1 2824.7
Luas lahan berdasarkan hasil dua kali optimasi
adalah 4485.0 Ha, sehingga tidak ada sisa luas lahan yang
dapat ditanami lagi.
7
0 6 o o ~
>< 5 :;< -~4 .... 3 i1i w 02
~ ~ .., ~
" ..., Bulan
--+- Debit tersedia
a. ~
'"
- - Debit terpakai
:l< o
air sisa setelah
> o Z
58
yang terdilakukan
Gambar 10. Grafik keseimbangan debit sedia dan debit terpakai dua kali optirnasi dengan padi sawah 40%
efisiensi irigasi
Tabel 27. Debit air sisa (Q3isa) dan debit air yang terpakai (Qpakai) pada pola tanarn terpilih setelah dilakukan dua kali optirnasi dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%
Bulan Q.'Jisa QG3kai Bulan QCi30 Qpar.ai
(l/det) (l/det) (l/det) (l/det)
Jan-1 4445.8 0.0 Jul-l 1441.4 569.3 Jan-2 5058.3 0.0 Jul-2 0.0 994.9
Feb-1 5148.5 0.0 Agt-1 1038.8 106.2 Feb-2 4303.4 0.0 Agt-2 341. 9 787.1
Mar-1 4940.1 0.0 Sep-l 0.0 889.9 Mar-2 6320.0 0.0 Sep-2 726.4 99.3
Apr-l 5856.3 0.0 Okt-l 0.0 673.5 Apr-2 4053.8 0.0 Okt-2 860.9 93.0
Mei-1 4127.9 0.0 Nov-1 980.0 381. 6 Mei-2 3864.8 0.0 Nov-2 2371.6 0.0
Jun-1 2811.8 0.0 Des-1 2889.7 0.0 Jun-2 2431.2 31. 5 Des-2 3101. 3 0.0
59
Dari hasil dua kali optimasi berdasarkan
ketersediaan air apabila efisiensi irigasi padi sawah 40%
didapat luas lahan optimum yang dapat ditanami padi
rendeng adalah 4485 Ha dan padi gadu adalah 3698.6 Ha,
sedangkan luas lahan optimum yang dapat ditanami palawija
adalah 2446.7 Ha. Berdasarkan hal tersebut diperoleh
besarnya intensi tas tanam untuk padi adalah 182.5% dan
untuk palawija adalah 54.6%.
Dari hasil optimasi pola tanam berdasarkan
ketersediaan air dengan efisiensi padi sawah 40%,
diperoleh empat pola tanam terpilih, kemudian dilakukan
optimasi kembali dengan faktor pembatas tenaga kerja yang
tersedia dan luas lahan dari empat pola tanam terpilih.
Luas optimumnya dapat dilihat pada Tabel 28 dan hasil
optimasinya pada Lampiran 24.
Tabel 28. Pola tanam terpilih dengan ketersediaan tenaga kerja sebagai faktor pembatas dan efisiensi irigasi padi sawah 40%
Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)
padi-padi-palawija Oktober-2 1l0.7
padi-padi-palawija Desember-1 763.2
padi-palawija-palawija Desember-2 786.4
padi-padi-bera November-1 2824.7
60
c 20 c c ~ 18 >< '2 16 .. ~ 14 £. .. 'l:" 12 "
\/\ '" .. '" 10 .. " " l- S
6 " "-'," ,. 4 ,~
2
j\ ./
.F', I . --: -.-,
BULAN
--+--Tenaga tersedia --; - Tenaga terpakal
Gambar 11. Grafik kebutuhan tenaga kerja pada model optimasi dengan tenaga kerja sebagai faktor pembatas dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%
Berdasarkan Gambar 11, terlihat bahwa ketersediaan
tenaga kerja di Daerah Irigasi Leuwinangka memenuhi
kebutuhan tenaga apabila pola tanam terpilih diterapkan.
Tahap terakhir dari optimasi ini adalah menganalisa
ketersediaan traktor tangan di Daerah Irigasi
Leuwinangka, karena ternyata tidak semua petani mengolah
tanahnya secara manual.
Optimasi berdasarkan ketersediaan traktor tangan
sebagai faktor pembatas dilakukan pula terhadap pola
tanam terpilih dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%,
61
dimana hasil optimasinya dapat dilihat pada Lampiran 25
dan luas optimumnya seperti tertera pada Tabel 29.
Tabel 29. Pola tanam terpilih berdasarkan optimasi dengan ketersediaan traktor tangan sebagai faktor pembatas dan efisiensi irigasi padi sawah 40%
Pola Tanam Saat Tanam Luas (Ha)
padi-padi-palawija Oktober-2 110.7
padi-padi-palawija Desember-1 564.9
padi-palawija-palawija Desember-2 0.0
padi-padi-bera November-l 691.6
Dari Tabel 29 ternyata luas lahan yang dapat diolah
dengan menggur,akan traktor pada saat tanam padi rendeng
adalah 1367.2 Ha, pada saat tanam padi gadu adalah
1367.2 Ha dan pada saat tanam palawija adalah 675.6 Ha,
hal ini menunjukkan ketersediaan traktor di Daerah
Irigasi Leuwinangka tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan tenaga bila pola tanam terpilih hasil optimasi
berdasarkan ketersediaan air diterapkan.
Agar pola tanam terpilih dapat diterapkan maka perlu
diketahui jumlah tenaga tersedia dan jumlah tenaga
terpakai (Tabel 30), sehingga dapat diketahui kekurangan
jumlah unit traktor tangan untuk periode setengah bu1anan
dan jum1ah tenaga kerj a manusia yang dibutuhkan apabila
akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut
(Tabel 31).
62
Tabel 30. Kekurangan tenaga traktor tangan yang terjadi bila ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola tanam terpilih (efisiensi irigasi padi sawah 40%)
Bulan Tenaga tersedia Tenaga terpakai Kekurangan tenaga
(Hp) (Hp) (Hp) Jan 1 966 195.3 Feb-2 966 137.2 -
Mar-1 966 3611.1 2645.1 Mar-2 966 2768.2 1802.2 Apr-1 966 946.3 -Apr-2 966 2092.7 1126.7 Jun-2 966 189.2 -
Agt-1 966 264 ~. 8 1683.8 Okt-2 966 137.2 -Nov-1 966 3611.1 2645.1 Nov-2 966 2768.2 1802.2 Des-1 966 946.3 -
Des-2 966 1723.1 757.1
Berdasarkan Tabel 30 maka dapat dibuat grafik
keseimbangan tenaga tersedia dengan tenaga yang digunakan
apabila pola tanam terpilih diterapkan, seperti tertera
pada Gambar 12.
c: 4000
:s .. 3500
'" .. I:
3000 " >-2500
2000
1500
1000
500 '\~.~ 0 , I: .c .. " .., ...
, , ~ ~ .. Q. :; «
, I:
" .., :; .., BULAI<
Q.
" U)
-+-Tenaga tersedia __ Tenaga terpakal
~J/<> , , :!< ~ M
0 " z a
Gambar 12. Grafik tenaga traktor yang tersedia dan yang terpakai bila ingin dicapai luas tanam maksimal dengan pola tanam terpilih (efisiensi irigasi pani sawah 40%)
63
1000 Ci: e- 900 .. '" .. 800 r: ~ I-
700
600
600
h""· .. " I \~\ ".
\
.. ".~~
400
300
200
100 /
o 1:·--<~-· -:, , r: .c .. ~ .., u.
BULAN
--+-Tenaga tersedia -;:'-Tenaga terpakai
Gambar 13. Grafik tenaga traktor yang terpakai sete1ah (efisiensi irigasi padi
yang tersedia dan dilakukan optimasi sawah 40%)
Intensitas tanam yang dicapai untuk tanaman padi
sebesar 60.97% dan untuk palawija sebesar 15.06%.
Tabel 31. Kebutuhan jumlah tenaga kerja manusia untuk menutupi kekurangan unit traktor
Kekurangan Kebutuhan Kekurangan Kebutuhan Bulan traktor tenaga Bulan traktor tenaga
tangan manusia tangan manusia (unit) (orang) (unit) (orang)
Jan-l - - Agt-l 240 2265 Feb-2 - - Okt-2 - -Mar-l 378 4906 Nov-1 378 4906 Mar-2 257 4906 Nov-2 257 4906 Apr-1 - - Des-1 - -
Apr-2 161 2265 Des-2 108 2265 Jun-2 - -
Berdasarkan hasil optimasi diperoleh pola tanam terpi-
lih, dimana jumlah tenaga kerja yang tersedia di Daerah
Irigasi Leuwinangka mencukupi, sedangkan ketersediaan trak-
64
tor tangan terj adi kekurangan apabila pola tanam terpilih
diterapkan.
Untuk menghindari pembuangan air yang berlebih pada
periode tertentu, sebaiknya kelebihan air ini dialihkan oleh
pihak Di visi Timur ke daerah lain yang membutuhkan, atau
pihak Divisi
bekerjasama
memanfaatkan
Timur POJ dengan Departemen Pertanian
untuk menambah areal pertanian dengan
untuk lahan tidur (lahan yang potensial
pertanian namun tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya) sehingga
intensitas tanam dapat ditingkatkan.
Pada kenyataannya di Daerah Irigasi Leuwinangka tidak
semua tenaga kerja mau mengerjakan kegiatan pengolahan tanah
secara manual, mereka lebih tertarik untuk mengerjakan
sawahnya secara mekanis, yaitu menggunakan traktor tangan,
dengan alasan efisiensi tenaga dan waktu. Namun bila hal
tersebut diterapkan untuk luas lahan pada pola tanam
terpilih, tentunya hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
pengangguran terselubung dan urbanisasi yang berlebihan,
karena jumlah ketersediaan tenaga kerja melebihi jumlah
tenaga kerja yang terpakai pada periode tertentu.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Daerah Irigasi Leuwinangka merupakan daerah irigasi Perum
Otorita Jatiluhur, divisi Tarum Timur kabupaten Subang.
Sumber airnya berasal dari sungai Ciasem dengan kapasitas
brndung 60 m3 /detik dan panjang saluran sekundernya adalah
25.193 km dan sampai saat ini masih berfungsi dengan
baik. Lahan yang saat ini ditanami padi pada musim hujan
seluas 4417 Ha sedangkan pada musim kemarau seluas
3138 Ha dan palawija seluas 1111 Ha. Maka dapat diketahui
besarnya intensitas tanam padi adalah 168% dan palawija
adalah 25%.
2. Dari hasil dua kali optimasi dengan faktor pembatas
ketersediaan air, maka diperoleh dua pola tanam dengan
lima golongan pemberian air untuk efisiensi irigasi padi
sawah sebesar 65%, yaitu padi-padi-palawija dengan masa
tanam Oktober-2 seluas 121.5 Ha, padi-padi-palawija
dengan masa tanam Desember-1 se1uas 696.7 Ha, padi-padi
palawija dengan masa tanam Desember-2 seluas 861.0 Ha,
padi-padi-bera dengan masa tanam Oktober-2 seluas
1655.6 Ha dan padi-padi-bera dengan masa tanam November-1
seluas 1150.2 Ha. Sehingga total lahan yang dapat
ditanami padi pada musim hujan seluas 4485 Ha, pada musim
kemarau se-luas 4485 Ha dan palawija yang ditanam seluas
66
1655.6 Ha. Dengan demikian intensitas tanam padi sebesar
200% dan pa1awija sebesar 37%.
3. Optimasi tahap se1anjutnya di1akukan dengan faktor
kenda1a tenaga kerj a yang tersedia. Jum1ah tenaga kerj a
yang tersedia di Daerah Irigasi Leuwinangka ada1ah
18912 orang dengan efisiensi 80%, yang terdiri dari
petani penggarap dan buruh tani. Dari hasi1 optimasi
ternyata jum1ah tenaga kerja mencukupi untuk semua po1a
tanam terpi1ih.
4. Optimasi terakhir di1akukan dengan mempertimbangkan
ketersediaan traktor tangan, dimana jum1ah traktor tangan
yang tersedia di Daerah Irigasi Leuwinangka sebanyak
138 unit dengan daya rata-rata tiap unit traktornya
sebesar 7 Hp. Hasi1 optimasi terhadap po1a tanam terpi1ih
dengan faktor kenda1a ketersediaan traktor tangan,
yai tu padi-padi-pa1awij a dengan masa tanam Oktober-2
se1uas 121.5 Ha, padi-padi-pa1awija dengan masa tanam
Desember-1 se1uas 564.9 Ha, padi-padi-pa1awija dengan
masa tanam Desember-2 se1uas 332.6 Ha, padi-padi-bera
dengan masa tanam Oktober-2 se1uas 657.5 Ha dan padi
padi-bera dengan masa tanam November-1 se1uas 163.3 Ha.
Sehingga 1uas 1ahan yang dapat ditanami padi pada musim
hujan ada1ah 1839.9 Ha, padi pada musim kemarau seluas
1839.9 Ha dan palawija seluas 1019 Ha dengan intensitas
tanam untuk padi sebesar 82.00% dan palawija 22.72%.
67
diperoleh sebesar 4698.6 Ha, hal tersebut menunjukkan
adanya kekurangan traktor tangan yang tersedia.
5. Sedangkan optimasi berdasarkan ketersediaan air bila
efisiensi irigasi padi sawah sebesar 40% diperoleh tiga
pola tanam dengan empat golongan pemberian air, yaitu
padi-padi-palawija dengan masa tanam Oktober-2 seluas
110.7 Ha, padi-padi-palawija dengan masa tanam Desember-l
seluas 763.2 Ha, padi-palawija-palawija dengan masa tanam
Desember-2 seluas 786.4 Ha dan padi-padi-bera dengan masa
tanam November-1 seluas 2824.7 Ha. Sehingga total lahan
yang dapat ditanami padi pada musim hUjan seluas 4485 Ha,
pada musim kemarau seluas 3698.6 Ha dan palawija yang
ditanam seluas 2446.7 Ha. Dengan begitu intensitas tanam
padi mencapai 183% dan palawija sebesar 55%.
6.0ptimasi berdasarkan ketersediaan tenaga kerja bila
efisiensi irigasi padi sawah sebesar 40%, diperoleh bahwa
semua pola tanam terpilih dapat diterapkan karena tenaga
kerja mencukupi.
7.0ptimasi berdasarkan ketersediaan traktor tangan bila
efisiensi irigasi padi sawah sebesar 40% diperoleh hasil
optimasi antara lain padi-padi-palawija dengan masa
tanam Oktober-2 seluas 110.7 Ha, padi-padi-palawija
dengan masa tanam Desember-l seluas 564.9 Ha, padi
palawija-palawija dengan masa tanam Desember-2 seluas
o Ha dan padi-padi-bera dengan masa tanam November-1
68
o Ha dan padi-padi-bera dengan masa tanam November-l
seluas 691.6 Ha, maka total luas optimumnya sebesar
1367.2 Ha dengan luas lahan yang dapat ditanami padi pada
musim huj an adalah 1367.2 Ha, padi pada musim kemarau
seluas 1367.2
Pengurangan luas
Ha dan palawija
tersebut terj adi
seluas
karena
675.6 Ha.
kekurangan
jumlah traktor tangan yang tersedia. Sehingga intensi tas
padi menurun menj adi 60.97% sedangkan palawij a menj adi
15.06% dan total luas lahan berkurang menjadi 3409.6 Ha.
S. Berdasarkan hasil optimasi dengan pola tanam terpilih,
ketersediaan tenaga kerj a di Daerah Irigasi Leuwinangka
ternyata mencukupi, namun terjadi kekurangan jumlah
traktor tangan yang tersedia apabila pola tanam terpilih
diterapkan. Pada kenyataannya di Daerah Irigasi
Leuwinangka tidak semua tenaga kerja yang ada mau
mengerjakan sawahnya secara manual, mereka lebih tertarik
untuk mengerjakan sawahnya secara mekanis dengan bantu an
traktor tangan.
9. Dengan dilakukan optimasi pola tanam berdasarkan
ketersediaan air dan kaitannya dengan tenaga kerja di
Daerah Irigasi Leuwinangka diperoleh peningkatan luas
areal tanam dan intensitas tanam bila dibandingkan dengan
pola tanam yang diterapkan saat ini, sehingga diharapkan
produksi pertanian di daerah tersebut dapat meningkat.
69
B. SARAN
1. Optimasi po1a tanam perlu dilakukan agar diperoleh luas
maksimal dari suatu areal pertanian dengan mempertimbang
kan faktor kendala ketersediaan air, jumlah tenaga kerj a
dan jumlah traktor tangan yang tersedia.
2. Setelah dilakukan optimasi ternyata ketersediaan air pada
periode tertentu di Daerah Irigasi Leuwinangka masih
cukup banyak, air yang berlebih ini sebaiknya dialihkan
oleh pihak POJ Divisi Timur ke daerah lain yang
membutuhkan. Selain itu agar pemanfaatan air lebih
optimal sebaiknya perlu adanya ekstensifikasi pertanian
dan pemanfaatan lahan tidur, dalam hal ini perlu adanya
kerja sarna antara POJ Divisi Timur dengan Departemen
Pertanian.
3. Luas lahan pada pola tanam terpilih dari hasil optimasi
dapat di terapkan apabila j umlah tenaga kerj a yang
tersedia benar-benar mau memanfaatkan lahannya secara
optimal dengan menggunakan tenaga manual, karena
ketersediaan tenaga kerja cukup banyak. Penggunaan
traktor tangan sebaiknya dibatasi, karena dapat
menimbulkan terj adinya pengangguran terselubung ataupun
urbanisasi yang berlebihan.
70
4. Jika memang dibutuhkan pengerjaan sawah dengan
menggunakan tenaga traktor tangan, maka untuk menutupi
kekurangan traktor tangan dapat ditempuh dengan jalan
menyewa dari pihak swasta atau mendatangkan dari desa
lain yang berdekatan dengan desa-desa pada Daerah Irigasi
Leuwinangka.
5. Untuk menerapkan pola tanam terpilih ini perlu adanya
kerjasama dari pihak-pihak terkait, yaitu Dinas
Pengairan dan Dinas Pertanian dengan para petani pemakai
air.
6. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk meneliti pola
tanam terpilih ini secara finansial.
71
DAFTAR PUSTAKA
Aprianti, D.A. 1994. Optimasi Pola Tanam dengan Sistem Golongan dan Kaitannya dengan Ketersediaan Traktor Tangan di Daerah Pengamat Karawang, Daerah Irigasi Tarum Utara, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Daywin, F.J., R.G. Sitompul dan 1. Hidayat. 1993. Mesinmesin Budidaya Pertanian. JICA-DGHE/IPB PROJECT /ADAET. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Direktorat Jendral Pengairan (KP-01, KP-02, KP-03, KP-05). C.V. Galang Persada. Bandung.
Doorenbos, J. dan w.O. Pruitt. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water Requirements. Irrigation and Drainage Paper vol 24. Food and Agriculture Organization of The united Nation. Rome.
Hansen, V.E., Irrigation John Wiley
O.W. Israelsen dan G.E. Principles and Practices
and Sons. New York.
Stringham. 1980. (Fourth Edition).
Fukuda, H. dan H. Tsutsui. 1973. Rice Irrigation in Japan. Overseas Technical Cooperation Agency (OTCA), Tokyo, Japan.
Irwanto, A.K. Pertanian.
1984. Ekonomi Enjiniring. Jurusan Mekanisasi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Israelsen, O.W. dan V.E. Principles and Practices. York.
Hansen. 1962. Irrigation John Wiley and Sons, Inc. New
Kalsim, D.K. 1995. Hemat Air Irigasi (Prosiding). Efisiensi Air Irigasi di Saluran dan Petak Tersier. Pusat Dinamika Pembangunan. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Linsley, R.K., M.A. Kohler dan J.L.H. Paulus. 1982. Hydrology for Engineers. Mc Graw-Hill Book Company, inc. New York.
72
Oldeman, L.R. dan Syarifuddin. 1977. An Agroclimates Map of Sulawesi. contribution Central Research Institute for Agriculture Bogor Number 33. Bogor.
Priyanto, H.A., F.Y. Daywin, Prastowo dan A.M. Syarief. 1993 Program Pendidikan Diploma Pengelola Alat dan Mesin Pertanian (Makalah). Lokakarya Pengembangan Program Diploma Fateta IPB. 24 April 1993. Bogor.
Pusat Litbang Pengairan manual version 2.1. Umum. Bandung.
dan Deft Hydraulics. 1989. Hymos Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan
Pusat Litbang Integrated Planning. Bandung.
Sosrodarsono, Pengairan Jakarta.
Pengairan dan Deft Hydraulics. 1991. River Basin Water Resources Development
Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
S. dan (cetakan
K. Takeda. ketuj uh) .
1993. Hidrologi untuk PT Pradnya Parami ta.
Subagio, P., M. Asri dan T.H. Handoko. 1984. Dasar-dasar Operation Research. BPFE. Yogyakarta.
Taha, H.A. 1993. Operations Department of Industrial Arkansas. Fayetteville.
Research (fifth edition). Engineering. University of
79
Lampiran 6. Data curah hujan (mmlhari) selarna 10 tahun (1986-1995) dan curah hujan rata-rata (mmlhari) pada setiap stasiun penakar hujan di Daerah lrigasi Leuwinangka
a. St . D d aSlUn ang( eur
Tahun Rata-Bulan
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 rata
Jan-I 23.88 29.00 34.11 25.60 20.14 19.40 17.80 20.02 30.15 2320 24.33
Jan-2 39 .. 92 35.21 014.82 40.00 36.24 29.40 34.25 30.28 44.35 33.33 36.78
Feb-I 16.67 20.67 15.28 32.56 21.18 15.86 11.38 19.21 9.33 10.86 17.30
Feb-2 19.40 31.60 37.33 23.62 48.71 28.57 12.54 15.11 8.86 10.86 23.66
Mar-I 14.25 18.83 29.62 24.30 31.17 29.28 38.34 18.30 15.85 23.82 24.38
Mar-2 14.54 33.50 27.67 28.00 36.12 14.88 13.55 18.90 24.58 16.08 22.78
Apr-I 11.67 23.00 23.67 52.30 43.88 18.38 20.00 13.75 15.89 11.73 23.43
Apr-2 18.28 17.71 20.75 23.60 23.71 24.09 12.75 15.56 16.27 9.50 18.22
Mci-I 25.00 25.33 41.00 20.44 64.00 22.50 8.60 5.80 19.88 28.80 26.14
Mei-2 37.00 24.00 5.67 29.36 12.00 20.00 17.67 2.00 20.00 27.00 19.47
Jun-l 24.00 2700 14.25 21.62 63.00 - 15.17 13.17 9.00 11.00 19.82
Jun-2 2771 - 14.00 43.33 42.75 - - 4.33 - 16.00 14.81
Jul-l - 24.00 - 37.28 48.00 - 367 - - 22.17 13.51
Jul-2 21.80 - - 22.17 - - - - - - 4.40
Agt-I 22.50 15.00 18.00 2700 44.43 - 2204 15.33 - 10.00 17.43
Agt-2 - - - - 10.33 - 30.00 - - - 403
Scp-I 25.40 - - - 4.67 - 15.00 - 15.00 22.50 8.26
Scp-2 43.00 58.00 40.00 5.00 5.50 - 2.50 - - 51.00 20.50
Okt-I 8.00 24.67 29.83 - - - 19.40 1.00 26.00 11.00 11.99
Okl-2 16.50 - 15.91 46.40 8.50 20.00 15.25 5.40 17.00 32.33 17.73
Nov-l 26.44 27.60 6.50 22.50 16.25 19.25 11.83 10.44 4.97 50.62 19.64
Nop-2 36.71 12.60 32.83 35.14 20.44 17.00 6.43 20.89 27.67 39.33 24.90
Des-I 39.57 22.33 15.83 27.75 21.00 12.33 9.70 25.25 50.62 20.82 24.52
Des-2 20.67 18.00 31.86 10.50 25.00 18.67 9.50 11.93 39.33 27.34 21.28
Keterangan : tidak ada hujan
80
Lampiran 6. (lanjutan)
b. Stasiun Pagaden
Tahun Rata-
Bulan 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
rata
Jan-I 12.44 13.80 17.11 9.40 13.71 10.11 5.90 16.30 10.50 20.41 12.97
Jan-2 17.00 24.83 18.62 6.11 17.85 26.67 7.50 31.56 14.45 31.36 19.60
Feb-I 36.17 11.75 21.83 24.64 25.60 20.40 19.60 16.80 10.00 27.27 21.41
Feb-2 27.00 11.71 - 17.12 14.12 22.00 7.80 7.13 7.20 27.63 14.17
Mar-I 5.67 - IS.OO 19.33 6.70 24.50 18.50 17.25 20.27 42.50 17.27
Mar-2 9.00 35.75 16.88 33.75 16.25 lI.lO 7.40 16.00 19.00 18.38 18.35
Apr-I 29.90 7.00 3.00 25.78 26.60 16.33 18.71 9.29 13.00 25.29 17.49
Apr-2 12.67 19.75 29.33 23.25 14.67 24.50 22.25 4.40 32.50 30.50 21.38
Mci-I 17.33 9.75 19.33 55.00 25.00 47.00 9.13 22.00 8.00 30.80 24.33
Mei-2 - - 12.00 34.00 20.67 - 9.00 14.00 - 34.67 12.43
Jun-I 1.00 5.00 6.80 5.00 9.00 - 21.50 68.50 - 9.00 12.58
Jun-2 23.00 42.00 7.00 4.00 26.50 - - 2.00 - 19.00 12.35
Jul-I 1.00 - - 27.33 1100 - - - - 16.00 5.53
Jul-2 6.00 - - 6.00 - - - - - - 1.20
Agt-I - - 38.00 - 2.67 - - - - - 4.07
Agt-2 - - - - 3.50 - 20.50 - - - 2.40
Scp-I 20.50 - - - - - 7.50 - 4.00 - 3.20
Sep-2 19.75 - 24.00 - 23.50 - 4.50 - - 20.00 9.18
Okt-I - 33.50 10.50 - - - 12.75 - 14.0() 17.45 8.82
Olct-2 15.75 - 26.00 53.00 - - 12.50 13.00 - 65.33 18.56
Nov-I 17.47 12.00 36.50 21.33 2200 15.00 - 3.33 4.94 50.63 18.32
Nop-2 29.20 19.75 15.67 7.20 25.17 32.67 17.60 10.00 19.20 49.00 22.55
Des-I 44.33 26.36 16.00 25.50 9.90 18.67 19.22 19.17 21.83 40.00 24.10
Des-2 18.80 18.50 42.38 2Ll7 12.09 19.75 30.00 18.29 18.00 35.25 23.42
Keterangan : tidak ada hujan
81
Lampiran 6. (lanjutan)
c. S Cb d taslUn 1 an ung
Tahun Rata-
Bulan 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
rata
Jan-I 10.20 7.00 16.80 2.75 20.20 11.51 11.40 13.20 12.92 20.26 12.68
Jal1-2 8.25 30.83 22.22 9.57 20.09 14.00 16.25 21.44 14.58 23.89 18.11
Feb-I 9.30 9.40 16.86 31.89 27.80 10.88 19.83 15.50 10.63 18.17 17.02
Feb-2 14.50 4.60 - 23.40 24.12 17.00 24.27 7.78 10.22 14.33 14.02
Mar-I - 21.67 21.00 21.50 8.00 26.14 21.13 19.20 '15.40 14.75 16.88
Mar-2 16.33 14.60 33.86 15.43 36.67 8.42 13.67 14.29 17.30 9.18 17.98
Apr-I 15.33 - - 18.33 27.50 26.40 18.98 21.00 14.80 21.67 16.39
Apr-2 6.86 3.40 32.50 20.60 18.33 28.25 20.00 24.50 17.57 13.50 18.55
Mei-I 16.00 34.00 12.00 14.50 25.50 - 2300 17.00 13.25 22.00 17.72
Mei-2 - 2.00 10.00 13.56 8.67 - - 20.00 - 22.50 7.67
Jun-I - 7.50 24.50 13.70 7.00 - 10.00 23.67 4.00 4.00 9.43
Jun-2 5.40 - 25.00 9.00 28.00 - - 21.00 - 9.00 9.74
Jul-I 2.00 2.00 - 19.20 1600 - - - - 4.50 4.17
Jul-2 5.25 - - 15.25 - - - - - - 2.05
Agt-I 4.00 - - - - - - 1.50 - - 0.55
Agt-2 - - - - 7.00 - 8.00 - - - 1.50
Scp-I 5.00 - - - 3.00 - 54.00 - 8.00 5.00 7.50
Sep-2 5.50 - - - 12.00 - 8.00 2.00 - 12.50 4.00
Okt-I 6.20 18.50 11.00 - - - 2700 - - 12.50 7.52
Okt-2 2300 - 17.75 - - - 11.00 3.00 2.00 14.14 7.09
Nov-I 17.82 3.00 29.00 15.20 - 14.00 21.00 10.60 15.00 17.63 14.32
Nov-2 18.40 12.00 11.00 17.57 38.00 29.80 1000 11.70 16.14 32.38 19.70
Des-1 55.67 25.27 6.67 28.33 7.50 18.92 12.62 25.63 24.11 17.43 22.22
Des-2 6.57 22.17 42.12 18.88 14.50 25.80 22.17 15.22 4.00 4.00 17.54
Keterangan : - : tidak ada hujan
82
Lampiran 6. (lanjutan)
d S S b taslUn u ang
Tahun Rata-Bulan
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 rata
Jan-I 32.70 30.20 32.33 13.30 28.33 3.40 18.17 22.20 20.00 20.70 22.13
Jan-2 40.33 25.33 23.00 15.57 16.12 13.67 5.67 5175 18.91 19.50 22.99
Feb-I 26.92 23.57 23.50 40.83 46.60 13.00 17.78 24.00 17.50 15.10 24.88
Feb-2 21.67 31.60 40.00 48.00 12.43 52.20 16.27 23.20 10.40 12.60 26.84
Mar-l 10.50 11.83 30.62 16.86 17.25 37.50 40.86 21.36 2178 18.78 22.73
Mar-2 11.17 33.50 28.33 16.62 29.40 26.00 17.86 17.00 25.77 13.71 21.94
Apr-I 31.40 17.50 28.67 38.12 37.50 23.00 17.82 21.22 18.50 9.50 24.32
Apr-2 17.17 17.71 5.50 20.00 7.00 13.43 15.89 12.33 11.29 8.00 12.83
Mci-I 27.00 24.00 36.60 24.12 36.50 14.33 12.75 15.00 16.13 24.00 23.04
Mei-2 31.00 25.33 34.67 28.00 27.50 - 27.75 15.85 - 39.00 22.91
Jun-I 24.00 27.00 18.00 14.43 20.00 15.00 23.40 30.00 3.77 18.50 19.41
Jun-2 22.57 - 17.00 9.67 29.50 15.00 15.00 9.00 5.00 9.57 13.71
Jul-1 5.00 9.20 - 11.00 22.50 - - - - 35.50 7.25
Jul-2 6.30 - - 7.00 - - - - - - 1.33
Agt-I 20.00 - 16.00 12.00 26.00 - 8.00 11.00 - 7.00 10.20
Agt-2 - - 10.00 - 9.00 - 10.33 - - - 3.46
Scp-I 14.40 - - - - - 28.25 - 11.00 10.25 6.39
Scp-2 17.00 48.00 - - - - 14.00 - - 29.75 10.88
Okl-I 13.67 28.33 12.40 - - - 34.00 - 26.00 15.00 12.94
Okt-2 19.80 - 15.62 46.60 - 20.00 22.40 6.33 17.00 25.05 17.28
Nov-I 15.62 27.60 19.30 25.12 18.J3 38.83 24.33 5.14 9.00 40.43 22.37
NOY-2 12.60 20.22 17.80 25.00 26.14 2178 12.20 25.71 21.57 22.63 20.56
Des-I 41.67 22.33 21.60 9.00 26.14 17.50 22.09 25.43 31.91 11.67 22.93
Des-2 37.00 18.00 52.14 34.89 29.56 18.60 19.00 16.22 9.16 31.33 26.59
Keterangan : - : tidak ada hujan
83
Lampiran 7. Total curah hujan rata-rata (mm/hari) di Daerah Irigasi Leuwinangka
Bulan Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Total Dangdeur Pagaden Cibandung Subang CurahHujan (fjJ • 38%) (fjJ:31%) (fjJ; 21%) (fjJ: 10%) Rata-rata
Jan-I 9.24 402 2.66 2.21 18.13 Jan-2 13.97 608 3.80 2.30 26.15
Feb-I 6.57 6.64 3.57 2.49 19.27 Feb-2 8.99 4.39 2.94 2.68 19.00
Mar-I 9.26 5.35 3.54 2.27' 20.42 Mar-2 8.66 5.69 3.78 2.19 20.32
Apr-I 8.90 5.42 3.44 2.43 20.19 Apr-2 6.92 6.63 3.89 1.28 18.72
Mei-I 9.93 7.54 3.72 2.30 23.49 Mei-2 7.40 3.85 1.61 1.83 14.69
Jun-I 7.53 3.90 1.98 1.85 15.26 Jun-2 5.63 3.83 2.05 0.82 12.33
Jul-I 5.13 1.71 0.92 1.02 8.78 Jul-2 1.67 0.37 0.43 0.35 2.82
Agt-I 3.32 1.26 0.12 072 5.42 Agt-2 1.64 0.74 0.32 0.13 2.83
Sep-I 3.14 0.99 1.58 0.64 6.35 Sep-2 7.79 2.85 0.84 1.08 12.56
Okt-I 4.56 2.74 1.58 1.29 10.17 Okt-2 6.74 5.75 1.49 1.73 15.17
Nov-I 7.46 5.68 301 2.24 18.39 Nov-2 9.46 6.99 4.14 2.06 22.65
Des-I 9.32 7.47 4.67 2.29 23.80 Des-2 8.09 7.26 3.68 2.66 21.69
84
Lampiran 8. Tipe iklim di Daerah Irigasi Leuwinangka menurut Oldeman
Jumlah Bulan Basah Jumlah Bulan Kering
T ST ASIUN PENGAMAT R STASIUN PENGAMAT R
0 P C S A
0 P C S A
a A A I U
T A A I U
T A A
h N G B B I N G B B I G A A A G A A A 0 0 N N
R 0 0 N N
R u
E E 0 G A E E 0 G A
U N U T
U N U T
n R N
A R N
A
G G
1986 11 10 8 II 10.0 0 I 2 0 0.75
1987 II 8 7 10 9.00 1 3 4 I 2.25
1988 10 11 9 9 9.75 I I 3 2 175
1989 10 9 8 10 9.25 1 2 3 I 175
1990 10 9 10 10 9.75 0 2 I 2 1.25
1991 8 7 6 8 7.25 4 5 6 3 4.50
1992 10 10 9 9 9.50 1 I 1 I 1.00
1993 7 8 8 8 7.75 4 3 4 4 3.75
1994 9 7 6 7 7.25 2 4 4 3 3.25
1995 10 11 9 II 10.25 1 I 2 I 1.25
Rata-9.6
rata 9.0 8.0 9.3 8.98 1.5 2.3 3.0 1.8 2.15
Tipe Bulan Sub Bulan Utama Basah Divisi Kering
A >9 I <2 B 7-9 2 2-3 C 5-6 3 4-6 D 3-4 4 >6 E <3
Daerah frigasi Leuwinangka termasuk tipe iklim B2 dengan rata-rata bulan basah 8.98 dan ratarata bulan kering 2.15
85
Lampiran 9. Data lama waktu penyinaran matahari Gamlhari)
Bulan
Tabuu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Ok! Nov Des
1977 4.05 2.27 5.03 7.37 9.04 7.05 10.8 10.06 9.06 9.35 7.32 606
1978 4.27 5.45 6.48 7.34 7.5G G.l1 6.45 7.47 6.31 7.17 7.21 4.39
1979 4.44 5.49 5.03 G06 8.06 8.01 9.14 8.58 8.40 8.04 609 531
1980 3.15 4.32 7.45 6.31 8.29 8.42 8.31 8.50 8.29 6.25 6.59 4.34
1981 3.24 5.2 I 7.13 8A5 708 8.12 7.23 S.53 7.23 7.55 4.49 5.30
1982 2.59 5.59 6.24 6.29 8.18 8.15 8.51 9.16 9.17 8.49 8.53 6.25
1983 5.29 7.08 70S 5.42 6.03 8.02 8.30 10.02 9.17 6.20 5.04 6.35
1984 3.26 4.13 6.06 553 5.33 S.18 7.37 8.40 5.53 6.09 6.42 4.45
Ratal : 3.79 4.94 G.31 6.60 7.45 7.76 8.26 8.84 7.90 7.40 6.46 5.31
Lampiran 10. Data kecepatan angin rata-rata (kmljam) selama 10 tahun (1984 - 1993).
Bulan
Tabun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1984 5 5 3 2 2 2 2 3 3 2 2 4
1985 4 3 3 2 2 2 3 2 3 4 5 7
1986 7 5 3 2 2 4 2 2 5 4 5 5
1987 6 10 4 2 2 2 3 4 5 4 4 5
1988 5 3 4 3 2 2 2 3 4 , .' 3 5
1989 5 9 5 2 2 2 3 2 3 3 2 4
1990 6 5 5 3 3 2 3 3 4 4 3 4
1991 5 6 3 2 2 2 3 3 3 4 4 2
1992 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3
1993 4 3 2 3 3 2 3 4 4 3 3 3
Ratal : 5.1 5.3 3.5 2.4 2.3 2.3 2.8 2.9 3.7 3.4 3.3 4.2
86
Lampiran 11. Data suhu rata-rata ('C) selama 10 tahun (1984 - 1993)
Bulan
rabun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep 01'1 Nov Des
1984 24.3 24.7 25.4 25.8 25.3 25.3 25.4 25.9 25.5 26.5 26.3 25.5
1985 25.3 25.7 25.8 25.8 26.1 25.8 24.2 25.6 26.3 26.7 26.5 26.0
1986 25.3 25.3 24.7 26.0 26.4 25.8 25.5 25.6 25.6 26.5 25.9 26.1
1987 25.2 25.2 25.7 26.5 26.1 26.1 26.0 26.0 27.4 26.4 28.0 26.5
1988 25.2 26.0 270 26.9 26.6 25.7 25.6 26.3 26.0 26.5 27.0 24.5
1989 25.3 24.5 27.0 26.2 26.0 24.7 25.4 25.6 26.9 27.0 26.0 25.0
1990 25.2 25.5 26.2 26.4 26.5 25.8 25.8 26.5 26.0 30.0 295 25.3
1991 25.7 25.1 25.1 24.4 26.2 26.1 25.8 27.0 26.2 25.0 26.8 25.6
1992 25.5 25.1 25.0 26.2 26.5 25.8 25.4 25.4 26.1 26.0 259 25.5
1993 200 24.8 25.3 25.5 26.5 25.0 25.5 25.8 26.5 27.1 26.3 25.8
RaW: 24.80 25.19 25.72 25.96 25.61 25.61 25.46 25.97 26.25 27.00 26.82 25.58
Lampiran 12. Data keJembaban relatif (%) selama 10 tahun (1984 - 1993)
Bulan
Ta1,W, Jan Feb Mar Apr Mci JWl Ju1 Agt Sep Ok, Nov Des
1984 94 88 87 87 87 81 82 80 82 82 83 85
1985 88 86 86 86 86 85 84 78 77 71 84 83
1986 88 86 87 86 78 84 82 78 81 79 84 84
1987 88 88 86 84 83 83 78 72 70 70 70 76
1988 88 88 85 85 80 90 90 74 70 79 83 86
1989 88 89 85 84 86 86 81 90 72 74 82 87
1990 89 88 87 84 84 82 79 80 79 68 78 86
1991 85 90 83 87 82 79 75 72 72 76 81 88
1992 87 89 86 87 86 82 79 79 81 84 85 86
1993 91 89 87 87 85 83 80 75 74 75 84 76
RaW: 88.7 88.1 85.9 85.7 83.7 83.5 81.1 77.8 75.8 75.8 81.4 83.7
87
Lampiran 13. Debit bendung Leuwinangka (ltr/detik) selama 10 tahun (1986 - 1995)
Tahun
Bulan 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
Jan-l 6218 11562 4673 4927 5697 4906 3470 10230 8630 5610
Jan-2 6264 8893 5834 5368 6791 11534 3900 20700 12590 5610
Feb-I 7871 11152 4525 6000 8049 6576 5540 44010 37240 7780
Feb-2 6026 7031 3782 10170 3647 11715 5320 27590 10370 4350
Mar-l 7808 8401 5350 2700 9187 17224 5640 22390 26820 6770
Mar-2 8674 8254 5388 7186 9397 13299 5740 14950 32330 8700
Apr-I 16246 4670 4323 9461 8047 13098 5520 17780 12240 8040
Apr-2 13802 1114 4128 6919 7018 16024 5820 17750 9640 7320
Mei-I 5586 4765 4006 7679 3849 8858 5440 3180 10230 8000
Mei-2 4262 3970 4483 10288 4004 4256 5730 10890 4230 4940
JlUI-l 4088 3112 3130 9418 4112 2717 10490 2020 3480 4330
Jun-2 4218 2451 2699 4929 4493 1995 5570 2670 3050 5010
Jul-I 4003 2033 1939 3391 3780 1657 2360 4700 1930 4170
Jul-2 7855 2021 1579 2574 2398 1281 330 4790 1090 2800
Agt-I 7658 1614 1811 1709 2678 1023 1150 2260 1050 1830
Agt-2 5306 1411 987 1592 1779 1150 2250 1930 1010 1280
Sep-I 5620 1106 2127 1592 2339 490 3560 1430 1110 920
Sep-2 5460 2173 1998 1015 2123 940 4640 380 930 1380
Okt-l 5777 1339 832 951 1354 543 6830 730 700 2140
Okt-2 5310 953 1690 1440 1045 762 9010 1820 980 2520
Nov-I 8793 660 2456 3303 2068 1900 11040 2000 1470 4400
Nop-2 7670 2135 2865 3868 2570 3144 11860 2850 2380 8450
Des-l 6377 4872 2043 3132 3986 3525 13770 3780 3670 6010
Des-2 12036 3605 3136 3147 5599 4072 11080 5370 2920 3730
88
Lampiran 14. Kebutuhan air irigasi (liter/detiklHa) untuk pola tanam padi-padi-palawija dan padi-palawija-palawija masa tanam Oktober-l hingga Desember-2, dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%
Pol. tanam
Bulan ITA ITA ITA ITA ITA ITA lAA lAA lAA lAA lAA lAA Okt-I Okt-2 Nov-I Nov-2 Des-I Des-2 Okt-I 0I.:t-2 Nov-I Nov-2 Des-I Des-2
J.n-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jan-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Feb-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Fcb-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mar-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mar-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-I 000 0.00 0.00 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mei-l 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 O.<XJ 0.00 0.00 0.00 Mei-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jun-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jun-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 Jul-I 0.25 0.08 0.00 0.00 0.15 0.54 0.25 0.08 0.00 0.00 0.42 0.47 Jul-2 1.17 0.96 0.79 0.00 0.00 1.02 1.17 0.96 0.79 0.00 0.00 1.13 Agt-I 1.01 0.96 0.72 053 0.00 000 1.01 0.96 0.72 053 0.00 0.00 Agt-2 1.27 1.32 1.27 1.03 OS4 0.00 1.27 1.32 1.27 1.03 0.S4 0.00 Sep-I 0.81 0.85 0.90 0.85 061 0.42 0.81 0.85 0.90 0.85 0.61 0.42 Sep-2 0.00 0.07 0.12 0.17 0.12 0.00 0.00 0.07 0.12 0.17 0.12 0.00 Oki-I 1.32 0.00 0.36 0.41 OA6 OAI 1.32 0.00 0.36 0.41 0.46 OAI Oki-2 0.52 0.52 0.00 000 0.00 0.00 0.52 0.52 0.00 0.00 0.00 0.00 Nov-l 000 0.08 O.OS 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.08 0.00 0.00 0.00 Nov-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Dcs-I 0.00 000 0.00 0.00 (l 00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 000 Des-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Keterangan : IIA Pola tanam padi-padi-palawija IAA Pola tanam padi-palawija-palawija
89
Lampiran 15. Kebutuhan air irigasi (liter/detikfHa) untuk poIa tanam padi-padi-bera masa tanam Oktober-2 hingga Januari-l, dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%
Pola tanam
Bulan 1lB lIB lIB lIB lIB lIB Okt-2 Nov-l Nov-2 Des-l Des-2 Jan-l
Jan-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 000 Jan-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 Feb-I 0.00 000 0.00 0.00 0.00 000 Feb-2 0.00 000 000 0.00 0.00 0.00 Mar-l 0.00 000 0.00 000 000 000 Mar-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 Apr-I 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 Mei-l 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mei-2 000 000 000 0.00 000 0.29 Jun-I 000 0.00 000 0.00 0.00 0.00 100-2 000 0.00 000 0.00 0.00 0.01 Jul-l 0.00 000 0.00 0.15 0.54 0.54 Jul-2 000 000 000 0.00 1.02 140 Agt-I 000 0.00 0.00 000 0.00 0.73 A,,>t-2 000 0.00 000 000 0.00 000 Sep-I 000 0.00 000 0.00 000 000 Sep-2 0.00 000 000 000 000 0.00 Okt-I 000 000 000 0.00 000 000 Okt-2 0.52 0.00 000 0.00 0.00 000 Nov-I 0.08 0.08 000 000 0.00 000 Nov-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 000 Des-I 0.00 000 000 000 0.00 0.00 Des-2 000 000 000 0.00 000 0.00
Keterangan :
lIB: poIa tanam padi-padi-bera
90
Lampiran 16. Kebutuhan air irigasi (liter/detikIHa) untuk pola tanam padi-padi-palawija dan padi-palawija-palawija masa tanam Oktober-1 hingga Desember-2, dengan efisiensi irigasi padi sawab 40 %
Pola tanam
Bulan IlA ITA IlA IlA IlA IlA IAA IAA IAA IAA IAA IAA
OIct-\ Okt-2 Nov-\ Nov-2 Des-\ Des-2 Okt-\ Okt-2 Nov-\ Nov-2 Des-[ Des-2
Jan-l 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jan-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Feb-\ 0 .. 00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Fcb-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mar-[ 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mar-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-I 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Apr-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mei-I 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Mci-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jun-l 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jun-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 Jul-I 0.25 0.08 0.00 0.00 0.25 0.87 0.25 0.08 0.00 0.00 0.42 0.47 Ju[-2 1.17 0.96 0.79 0.00 0.00 1.66 1.17 0.96 0.79 0.00 0.00 1.13 Agt-I 1.01 0.96 0.72 0.53 0.00 0.00 1.01 096 0.72 0.53 0.00 000 Agt-2 1.27 IJ2 1.27 1.03 0.84 0.00 1.27 132 1.27 1.03 0.84 0.00 Sep-I 0.81 0.85 0.90 0.85 0.61 0.42 0.8\ 0.85 0.90 0.85 0.61 0.42 Scp-2 0.00 0.Q7 0.12 0.17 0.12 000 0.00 007 0.\2 0.17 0.12 0.00 Okt-I 2.15 (100 0.36 0.41 0.46 OAI 2.15 0.00 0.36 0.41 0.46 0.41 Okt-2 0.84 0.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.84 0.84 000 0.00 0.00 0.00 Nov-l 0.00 0.13 0.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13 0.13 0.00 0.00 0.00 Nov-2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Des-l 000 0.00 000 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Des-2 0.00 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
91
Lampiran 17. Kebutuhan air irigasi (Iiter/detikfHa) untuk pola tanam padi-padi-bera masa tanam Oktober -2 hingga Januari-I, dengan efisiensi irigasi padi sawab 40%
Pola tanam
Bulan lIB lIB lIB lIB lIB lIB Okt-2 Nov-I Nov-2 Des-I Des-2 Jan-I
Jan-I 0.00 0.00 0.00 000 000 0.00 Jan-2 0.00 000 0.00 0.00 0.00 0.00 Feb-I 000 000 0.00 000 000 0.00 Feb-2 000 0.00 0.00 0.00 0.00 000 Mar-I 0.00 0.00 0.00 0.00 000 0.00 Mar-2 0.00 0.00 0.00 000 0.00 0.00 Apr-I 000 0.00 0.00 000 0.00 0.00 Apr-2 000 0.00 000 0.00 000 000 Mei-I 0.00 000 0.00 000 0.00 0.00 Mei-2 000 0.00 0.00 000 000 0.47 Jun-I 0.00 0.00 0.00 000 0.00 000 Jun-2 0.00 000 0.00 000 0.00 0.01 Jul-I 000 0.00 000 0.25 0.87 0.87 Jul-2 000 0.00 0.00 000 1.66 2.28 Agt-I 000 0.00 000 000 0.00 1.19 Ab>t-2 000 0.00 000 000 000 000 Sep-I 0.00 000 000 0.00 000 0.00 Sep-2 000 0.00 0.00 000 0.00 000 Okt-I 0.00 000 0.00 000 0.00 0.00 Okt-2 0.84 000 000 0.00 000 000 Nov-I 0.13 0.13 000 0.00 000 0.00 Nov-2 000 000 0.00 000 0.00 000 Des-I 0.00 0.00 0.00 000 0.00 000 Des-2 0.00 0.00 0.00 000 0.00 000
92
Lampiran 18. Hasil optimasi pada model optimasi pertama dengan pola tanam padi-padipalawija dan padi-palawija-palawija dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%
- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY-
Title: Optimasi 1, efisiensi padi 65% Final iteration No : 6 Objective value (max) = 1679.2330 ==> AL TERNA TIVE solution detected at x8
Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib Reduced Cost
xl Oktl 0.0000 1.0000 0 .. 0000 1.2525 x2 Okt2 121.5127 1.0000 121.5127 0.0000 x3 Napl 0.0000 1.0000 0.0000 0.3483 x4 Nap2 0.0000 1.0000 0.0000 0.1758 x5 Desl 696.6931 1.0000 696.6931 0.0000 x6 Des2 861.0273 1.0000 861.0273 0.0000 x7 Oktl 0.0000 1.0000 0.0000 1.2525 x8 Okt2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x9 Napl 0.0000 1.0000 0.0000 0.3483 xl0 Nap2 0.0000 1.0000 0.0000 0.1758 xll Desl 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x12 Des2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0241
. _ .. _ .. _ .. _."-"-"-"-"_'"_"- .. _ .. _ .. _ .. _ .. - .. _ .. _ .. _ .... _ .. _ .. _._ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .... _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. -.. _ .. _ .. _._ .. - ... _ .. _ .. _"._ .. _"._.-_ .. _ .. _ .. _ .. _ ..
Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price
1 «) 4445.7998 4.4458 - 0.0000 2 «) 5058.2998 5.0583 - 0.0000 3 «) 5148.5000 5.1485 - 0.0000 4 «) 4303.3999 4.3034 - 0.0000 5 «) 4940.1001 4.9401 - 0.0000 6 «) 6320.0000 6.3200 - 0.0000 7 «) 5856.2998 5.8563 - 00000 8 «) 4053.8000 4.0538 - 0.0000 9 «) 4127.8999 4.1279- 0.0000
10 «) 3864.8000 3.8648 - 0.0000 11 «) 2811.8000 2.8118 - 0.0000 12 «) 2462.7000 2462.7000 - 0.0000 13 «) 2020.6000 1441.4203 - 0.0000 14 «) 994.9000 0.0000 - 0.2192 15 «) 1155.5000 1038.8478 - 0.0000 16 «) 1087.5000 341.8810 - 0.0000 17 «) 889.9000 0.0000 - 0.9289 18 «) 818.5000 726.3909 - 0.0000 19 «) 673.5000 0.0000 - 0.9421 20 «) 924.1000 860.9133 - 0.0000 21 «) 1358.6000 1348.8789 - 0.0000 22 «) 2371.6001 2.3716 - 0.0000 23 «) 2889.7000 2.8897 - 0.0000
93
Lampiran 18. lanjutan
Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price
24 «) 3101.3000 3.1013- 0.0000 25 «) 4485.0000 2805.7668 - 0.0000
UB-x1 Okt1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x2 Okt2 4485.0000 4363.4873 - 0.0000 UB-x3 Nop1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x4 Nop2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x5 Des1 4485.0000 3788.3069 - 0.0000 UB-x6 Des2 4485.0000 3623.9727 - 0.0000 UB-x7 Okt1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x8 Okt2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x9 Nop1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000
UB-x10 Nop2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x11 Des1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x12 Des2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000
94
Lampiran 19. Hasil optimasi pada model optimasi kedua dengan pola tanam padi-padibera dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%
- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -
Title: Optimasi liB Okt2-Jan1, ef 65% Final iteration No : 3 Objective value (max) = 2805.7700 ==> ALTERNATIVE solution detected at x3
Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib
x1 Okt2 1655.5770 1.0000 1655.5770 x2 Nop1 1150.1930 1.0000 1150.1930 x3 Nop2 0.0000 1.0000 0.0000 x4 Des1 0.0000 1.0000 0.0000 x5 Des2 0.0000 1.0000 0.0000 x6 Jan1 0.0000 1.0000 0.0000
==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique
Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+)
1 «) 4445.7998 4.4458 -2 «) 5058.2998 5.0583 -3 «) 5148.5000 5.1485 -4 «) 4303.3999 4.3034 -5 «) 4940.1001 4.9401 -6 «) 6320.0000 6.3200 -7 «) 5856.2998 5.8563 -8 «) 4053.8000 4.0538 -9 «) 4127.8999 4.1279-
10 «) 3864.8000 3864.8000 -11 «) 2811.8000 2.8118-12 «) 2462.7000 2462.7000 -13 «) 1441.4200 1441.4200 -14 «) 0.0000 0.0000 -15 «) 1038.8000 1038.8000 -16 «) 341.9000 3.4190 -17 «) 0.0000 0.0000 -18 «) 726.4000 7.2640 -19 «) 0.0000 0.0000 -20 «) 860.9000 0.0000 -21 «) 1348.9000 1124.4385 -22 «) 2371.6001 2.3716 -23 «) 2889.7000 2.8897 -24 «) 3101.3000 3.1013 -25 «) 2805.7700 0.0000 -
UB-x1 Okt2 2805.7700 1150.1930 -UB-x2 Nop1 2805.7700 1655.5770 -UB-x3 Nop2 2805.7700 2805.7700 -UB-x4 Des1 2805.7700 2805.7700 -UB-x5 Des2 2805.7700 2805.7700 -UB-x6 Jan1 2805.7700 2805.7700 -
Reduced Cost
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Dual Price
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
95
Lampiran 20. Hasil optimasi terhadap pola tanam terpilih dengan faktor pembatas jumlah tenaga keIja tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%
- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -
Title: tenaga 1 Final iteration No : 6 Objective value (max) = 4485.0029
Variable Value ObjCoeff Obj Val Contrib Reduced Cost
xl Okt2 121.5130 1.0000 121.5130 0.0000 x2 Desl 696.6930 1.0000 696.6930 0.0000 x3 Des2 861.0270 1.0000 861.0270 0.0000 x4 Okt2 1655.5800 1.0000 1655.5800 0.0000 x5 Nopl 1150.1899 1.0000 1150.1899 0.0000
==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique ._-._ .. _ .. _ .. _--_ .. _ .. _.-_. __ .. - "'-"-"-"-"-"-'._ .. _ .. _ .. _ .. _-. __ .-_ .. _ .. _ .. _ .. _-.- .. -------.. - .. - .. -.. --'--._ .. _ .. - .. - .. -.. - ... - ... _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _ .. _---"._"
Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price
1 «) 18912.0000 12401.9590 - 0.0000 2 «) 18912.0000 13307.6602 - 0.0000 3 «) 18912.0000 9628.8457 - 0.0000 4 «) 18912.0000 9011.2617 - 0.0000 5 «) 18912.0000 1 0621.5283 - 0.0000 6 «) 18912.0000 8740.4580 - 0.0000 7 «) 18912.0000 9701.2754 - 0.0000 8 «) 18912.0000 12401.9590 - 0.0000 9 «) 18912.0000 12401.9590 - 0.0000
10 «) 18912.0000 13307.6602 - 0.0000 11 «) 18912.0000 9628.8457 - 0.0000 12 «) 18912.0000 12819.0957 - 0.0000 13 «) 18912.0000 17232.7656 - 0.0000 14 «) 18912.0000 15388.1504 - 0.0000 15 «) 18912.0000 14038.7471 - 0.0000 16 «) 18912.0000 16149.8857 - 0.0000 17 «) 18912.0000 17478.2285 - 0.0000 18 «) 18912.0000 17736.5371 - 0.0000 19 «) 18912.0000 17578.5703 - 0.0000 20 «) 18912.0000 13734.2812 - 0.0000 21 «) 18912.0000 11088.8447 - 0.0000 22 «) 18912.0000 10183.1436 - 0.0000 23 «) 18912.0000 11165.0215 - 0.0000 24 «) 18912.0000 12401.9590 - 0.0000 25 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000
U8-xl Okt2 121.5130 0.0000 - 1.0000 U8-x2 Desl 696.6930 0.0000 - 1.0000 U8-x3 Des2 861.0270 0.0000 - 1.0000 U8-x4 Okt2 1655.5800 0.0000 - 1.0000 U8-x5 Nopl 1150.1899 0.0000 - 1.0000
96
Lampiran 21. HasiI optimasi terhadap pola tanam terpilih dengan faktor pembatas jUmlah traktor tangan tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah 65%
- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -
Title: traktor tangan 1 Final iteration No : 6 Objective value (max) = 1839.8594 ==> ALTERNATIVE solution detected at xi
Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib
xl Okt2 121.5130 1.0000 121.5130 x2 Desl 564.9123 1.0000 564.9123 x3 Des2 332.5693 1.0000 332.5693 x4 Okt2 657.5192 1.0000 657.5192 x5 Nopl 163.3455 1.0000 163.3455
==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique
Constraint
1 «) 2 «) 3 «) 4 «) 5 «) 6 «) 7 «) 8 «) 9 «)
10 «) 11 «) 12 «) 13 «) 14 «) 15 «) 16 «) 17 «) 18 «) 19 «) 20 «) 21 «) 22 «) 23 «) 24 «)
US-x1 Okt2 US-x2 Des1 US-x3 Des2 US-x4 Okt2 US-x5 Nop1
RHS
966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 966.0000 696.6930 966.0000 121.5130 696.6930 861.0270
1655.5800 1150.1899
Slack (-) I Surplus (+)
640.0821 -9.6600 -9.6600 -0.0000 -0.0000 -
805.9214 -265.5088 -
0.0000 -640.0821 -
9.6600 -9.6600 -
758.2128 -9.6600 -9.6600 -0.0000 -
397.3065 -9.6600 -9.6600 -9.6600 -0.0000 -0.0000 -
805.9214 -265.5088 -
0.0000 -0.0000 -
131.7807 -528.4576 -998.0607 -986.8445 -
Reduced Cost
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Dual Price
0.0000 0.0000 0.0000 0.1691 0.8065 0.0000 0.0000 0.8065 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 O.OOCO 0.1226 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
97
Lampiran 22. Hasil optimasi pada model optimasi pertama dengan pola tanam padi-padipalawija dan padi-palawija-palawija dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%
- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY-
Title: Optimasi 1, efisiensi padi 40% Final iteration No : 7 Objective value (max) = 1660.2697 ==> AL TERNA TIVE solution detected at x8
Variable Value ObjCoeff Obj Val Contrib Reduced Cost
xl Oktl 0.0000 1.0000 0.0000 1.9684 x2 Okt2 110.6573 1.0000 110.6573 0.0000 x3 Nopl 0.0000 1.0000 0.0000 0.3424 x4 Nop2 0.0000 1.0000 0.0000 0.1824 x5 Oesl 763.1796 1.0000 763.1796 0.0000 x6 Oes2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x7 Oktl 0.0000 1.0000 0.0000 1.9684 x8 Okt2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x9 Nopl 0.0000 1.0000 0.0000 0.3424 xl0 Nop2 0.0000 1.0000 0.0000 0.1824 xll Oesl 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x12 Oes2 786.4327 1.0000 786.4327 0.0000
Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price
1 «) 4445.7998 4.4458 - 0.0000 2 «) 5058.2998 5.0583 - 0.0000 3 «) 5148.5000 5.1485- 0.0000 4 «) 4303.3999 4.3034 - 0.0000 5 «) 4940.1001 4.9401 - 0.0000 6 «) 6320.0000 6.3200 - 0.0000 7 «) 5856.2998 5.8563 - 0.0000 8 «) 4053.8000 4.0538 - 0.0000 9 «) 4127.8999 4.1279- 0.0000
10 «) 3864.8000 3.8648 - 0.0000 11 «) 2811.8000 2.8118- 0.0000 12 «) 2462.7000 2431.2427 - 0.0000 13 «) 2020.6000 1451.3292 - 0.0000 14 «) 994.9000 0.0000 - 0.2002 15 «) 1155.5000 1049.2690 - 0.0000 16 «) 1087.5000 300.3614 - 0.0000 17 «) 889.9000 0.0000 - 0.9503 18 «) 818.5000 719.1724 - 0.0000 19 «) 673.5000 0.0000 - 0.9137 20 «) 924.1000 831.1478 - 0.0000 21 «) 1358.6000 1344.2146 - 0.0000 22 «) 2371.6001 2.3716 - 0.0000 23 «) 2889.7000 2.8897 - 0.0000
98
Lampiran 22. lanjutan
Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price
24 «) 3101.3000 3.1013- 0.0000 25 «) 4485.0000 2824.7302 - 0.0000
UB-x1 Okt1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x2 Okt2 4485.0000 4374.3428 - 0.0000 UB-x3 Nop1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x4 Nop2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x5 Des1 4485.0000 3721.8203 - 0.0000 UB-x6 Des2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x7 Okt1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x8 Okt2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x9 Nop1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000
UB-x10 Nop2 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x11 Des1 4485.0000 4485.0000 - 0.0000 UB-x12 Des2 4485.0000 3698.5674 - 0.0000
99
Lampiran 23. Hasil optimasi pada model optimasi kedua dengan pola tanam padi-padibera dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%
- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -
Title: Optimasi liB Okt2-Jan1, ef 40% Final iteration No : 4 Objective value (max) = 2824.7300 ==> AL TERNA TIVE solution detected at x2
Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib Reduced Cost
x1 Okt2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x2 Nop1 2824.7300 1.0000 2824.7300 0.0000 x3 Nop2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x4 Des1 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x5 Des2 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 x6 Jan1 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000
==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique
Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price
1 «) 4445.7998 4.4458 - 0.0000 2 «) 5058.2998 5.0583 - 0.0000 3 «) 5148.5000 5.1485- 0.0000 4 «) 4303.3999 4.3034 - 0.0000 5 «) 4940.1001 4.9401 - 0.0000 6 «) 6320.0000 6.3200 - 0.0000 7 «) 5856.2998 5.8563 - 0.0000 8 «) 4053.8000 4.0538 - 0.0000 9 «) 4127.8999 4.1279- 0.0000
10 «) 3864.8000 3864.8000 - 0.0000 11 «) 2811.8000 2.8118 - 0.0000 12 «) 2431.2400 2431.2400 - 0.0000 13 «) 1451.3300 1451.3300 - 0.0000 14 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000 15 «) 1049.2700 1049.2700 - 0.0000 16 «) 300.3600 3.0036 - 0.0000 17 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000 18 «) 719.1700 7.1917- 0.0000 19 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000 20 «) 0.0000 0.0000 - 0.0000 21 «) 1344.2200 977.0051 - 0.0000 22 «) 2371.6001 2.3716 - 0.0000 23 «) 2889.7000 2.8897 - 0.0000 24 «) 3101.3000 3.1013- 0.0000 25 «) 2824.7300 0.0000 - 1.0000
UB-x1 Okt2 2824.7300 2824.7300 - 0.0000 UB-x2 Nop1 2824.7300 0.0000 - 0.0000 UB-x3 Nop2 2824.7300 2824.7300 - 0.0000 UB-x4 Des1 2824.7300 2824.7300 - 0.0000 UB-x5 Des2 2824.7300 2824.7300 - 0.0000 UB-x6 Jan1 2824.7300 2824.7300 - 0.0000
100
Lampiran 24. Hasil optimasi terhadap poJa tanam terpilih dengan faktor pembatas jumiah tenaga kelja tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%.
- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -
Title: tenaga2 Final iteration No : 5 Objective value (max) = 4485.0000
Variable Value Obj Coeff Obj Val Contrib Reduced Cost
x1 Okt2 110.6570 1.0000 110.6570 0.0000 x2 Des1 763.1800 1.0000 763.1800 0.0000 x3 Des2 786.4330 1.0000 786.4330 0.0000 x4 Nop1 2824.7300 1.0000 2824.7300 0.0000
Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price
1 «) 18912.0000 12412.5039 - 0.0000 2 «) 18912.0000 13404.6387 - 0.0000 3 «) 18912.0000 14128.2246 - 0.0000 4 «) 18912.0000 6656.3740 - 0.0000 5 «) 18912.0000 1 061 0.9961 - 0.0000 6 «) 18912.0000 8550.4111 - 0.0000 7 «) 18912.0000 7639.3486 - 0.0000 8 «) 18912.0000 12412.5039 - 0.0000 9 «) 18912.0000 13434.8672 - 0.0000
10 «) 18912.0000 14662.9297 - 0.0000 11 «) 18912.0000 14364.1543 - 0.0000 12 «) 18912.0000 6892.3037 - 0.0000 13 «) 18912.0000 17487.6602 - 0.0000 14 «) 18912.0000 15460.2725 - 0.0000 15 «) 18912.0000 15506.3604 - 0.0000 16 «) 18912.0000 16262.5654 - 0.0000 17 «) 18912.0000 17513.8809 - 0.0000 18 «) 18912.0000 17749.8105 - 0.0000 19 «) 18912.0000 17605.9551 - 0.0000 20 «) 18912.0000 17572.7578 - 0.0000 21 «) 18912.0000 11075.8789 - 0.0000 22 «) 18912.0000 10083.7461 - 0.0000 23 «) 18912.0000 8976.2842 - 0.0000 24 «) 18912.0000 12412.5039 - 0.0000
UB-x1 Okt2 110.6570 0.0000 - 1.0000 UB-x2 Des1 763.1800 0.0000 - 1.0000 UB-x3 Des2 786.4330 0.0000 - 1.0000 UB-x4 Nop1 2824.7300 0.0000 - 1.0000
101
Lampiran 25. Hasil optirnasi terhadap pola tanam terpilih dengan faktor pembatas jumlah traktor tangan tersedia dengan efisiensi irigasi padi sawah 40%.
- OPTIMUM SOLUTION SUMMARY -
Title: traktor tangan 2 Final iteration No : 4 Objective value (max) = 1367.1501 ==> ALTERNATIVE solution detected at x3
Variable Value Obj Coeff
x1 Okt2 110.6730 1.0000 x2 Des1 564.9123 1.0000 x3 Des2 0.0000 1.0000 x4 Nop1 691.5649 1.0000
==> DEGENERATE optimum. Ranges may not be unique
Obj Val Contrib
110.6730 564.9123
0.0000 691.5649
Reduced Cost
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
._ .. _ .. --._ .. _ .. _"-_.--.. _ .. _ .. - ... -.. -,,-.. -.. ---- .. --.-.. -.--.. _ ... - .. - .. _ .. -.-_ .. _ .. --'-"-'--"-"-"-"-'---'-"-'--"-"-"---'-""'-"_ .. _"._ .. - .. _"_ .. - .. _"-'---
Constraint RHS Slack (-) I Surplus (+) Dual Price
1 «) 966.0000 966.0000 - 0.0000 2 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 3 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 4 «) 966.0000 828.7655 - 0.0000 5 «) 966.0000 0.0000 - 0.8065 6 «) 966.0000 288.7655 - 0.0000 7 «) 966.0000 265.5088 - 0.0000 8 «) 966.0000 412.3860 - 0.0000 9 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000
10 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 11 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 12 «) 966.0000 776.7491 - 0.0000 13 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 14 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 15 «) 966.0000 0.0000 - 0.5848 16 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 17 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 18 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 19 «) 966.0000 9.6600 - 0.0000 20 «) 966.0000 828.2664 - 0.0000 21 «) 966.0000 0.0000 - 0.0000 22 «) 966.0000 288.2664 - 0.0000 23 «) 696.6930 265.5088 - 0.0000 24 «) 966.0000 412.3860 - 0.0000
US-x1 Okt2 110.6730 0.0000 - 0.2097 US-x2 Des1 763.1800 198.2677 - 0.0000 US-x3 Des2 786.4330 786.4330 - 0.0000 US-x4 Nop1 2824.7300 2133.1650 - 0.0000
Lampiran 26. Data jumlah petani, buruh tani dan jumlah traktor tangan di Daerah lrigasi Leuwinangka.
Kecamatan Subang
No. Desa Jumlah Jumlah Jumlah Traktor Total Daya Petani Buruh Tani Tangan Traktor (Hp)
1. Dangdeur 2407 1216 5 35
2. Cidahu 841 156 12 84
3. Jabong 976 181 11 77
Kecamatan Pagaden
4. Pagaden 417 17 4 28
5. Neglasari 407 196 8 56
6. Pangsor 1023 289 23 161
7. Sumurgintung 1141 263 21 147
8. Balingbing 1516 888 14 98
9. Bendungan 1120 432 8 56
10. Cidadap 1005 798 7 49
11. Margahayu 1137 193 7 49
12. Munjul 604 229 7 49
13. Mekarwangi 711 231 9 63
14. Gambarsari 334 184 2 14
Total 13639 5273 138 966
102
Lampiran i. "
,',
"
li..~_~~3_N G A N __ JAlAN NEGAIl~'~
-' pnOPINSI KA8UPATEN
_._._ KEnE1A APi BA!~S KECAMATAN
++- ,. ......
.. -c-
=
~ KA8UPATEN DESA
18U KOlA KECAMATAN
SUNGAI
SNG. BEtJOUNG • BAGI
SAL.INDUK • SEKUNDEO
SITU
Peta S't . .'-;'" . ' .. 1 uaSl Daerah I' . .' '. '. ngasl Leuwinangka
'.-~ .;. ,
Skala 1
" U . ..
100,000
74
/'. ~-;' '-._ .............. \ ( : 1" JMlltkY.I. I ~. \.1\ I I '\~ ill ! ,~.
~. \. /"'''''":' It ) \.' / .
).i / " /' , /' \ I JATII1EJA
~ ..
.,-
".
....
,. s .
. ,.<!"
PPA
. . '. :!'\',
. :,"" .,. .
. ' '.:.: ;-~ > .," .
. " ·:~S~;\}~~:' . . ;--, ',"-
'---!if-'. :
:-fI .
o
Lampiran 2. Skema Daerah lrigasi Leuwinangka
.'
Skala
."-'
)EIoI"",r.414 OItAHtl .;:_ _ }
<~: ~' .• - '.~'-'; ;~<I
. ,.
" ~:': . ·~··~:t·
: . '~'-.' .
D D
. , ~.; ~'::
.,-:~\~>
P?A"
PPA
~: .
1 20.000
.~' .
75
I' <,
.49 =
/.
.:~.
";',
Lampiran 3. Jaringan irigasi di daerah pengamat Pagaden
- :
8
I<ETERANC!\H ....,.--.- .. _._-----_._. -
1 , K 0 D E 8 A N (,lJl-IA I~ l) i\ N L U ASS I\Vi A H ...... l! lJ.
2. NAMA P. 3 . A. II ;\ i'l
NAMA I<'ETU/\
3 NAMA S E I( RET II f: I S
I, . NAMA BEND.AHA 11.\
76
') . l~ ·c: [J.lf.~ K/" s); ~l .Z .. W.A1.1WIS·V .j
.=_. R A 5 TAl. III! I
F~~'NU,,~., '.," m·1
.,'
i' I E.
1 / I
'/ , II " :i ,,',
INO
~
~ ~~\~",;;.;'
0
77
Lampiran 4. Peta Fisiografik dan Jenis Tanah Daerah lrigasi Leuwinangka
.-
m.1BOL I MACAM TANAH
Lr.Lr.h.GWL· V i Asosiasi lalosol mctah. lato-T i sol coklat kemerahan dan
laterit air !anah
LyrlLrb/Li -Y- Kompleks lalosol merah ke-R a knningan, lalosol cokIat ke-
mcrahan dan lilosol
Pey, GH -_P- Asosiasi podsolik kilning Ac.s dan hidromorf kelabu
r PETA TANAH TINJAU
KABUPATEN SUBANG
BAHl\4"'\T IND(JI~
Tufvolkan intennedier
Batuan volkan masam dan intermedier
Endapan liat dan pasir
SKALA 1;250000
1966
LEMBAGA PENH ITIAN TANAH
0.",,,,,, .,/h-' p)t. .... " 1'" ....... ;, r:.,.;~ JdW.;I .'w\;ldvr<\ 1YV':'
Pf""':-UIV" ,,",.S"' .. r~,..tol,d(djo, I. S~w.rdj"., Of. R. Oyd <11 (FAO),l-Id(.;IJ"'I'IO A$ S..,i"lardjo . '.
PC."ScHW'4S .. Pf'Qf. O".H,GQ e,,J., Ho"!
PtTA S!"TU,&.s!"
3k .. l .. I:tOootl.Oclo
',7ISIOGPuC IK
Volkandan bukit Iipatan
Volkan
Dalaran
.,-
/.
~. CiDC\f"\dung
Lamplfan . ")
I: 50.000 SKALA
_~~~. ~5~p~e:ta~~PO~1~ig~o;-n_T_hi_es_s_en ___ r~~ ,,/ }Cl', .....
C.I{AUJATI
--- _.---. ------_.
78
/
.. -l\lTCflANGAN
--" I\ecornoton... •.•. ..... Botos I ~'--~':-: 80105 De SCI /lIe..
I =r=: Jolot'""L-- RaiD . "rL !<..J .... I .. '::,:",,,:";;'-...:r.. JOIU
'k Kali I sungo! ~i~"
Y,'J 1'rnur =Cl==: bong. T. I
/,
q!=-. 13endung . . I-o~·- ~;cng. bcyi/sodop
I 6 Situ-situ