seri buku brr - buku 6a - studi kasus - utama

Upload: nur-ul

Post on 05-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    1/322

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    2/322

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    3/322

    STUDI KASUSManik-Manik Terserak

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    4/322

    BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NADNIAS(BRR NADNIAS)

    16 April 2005 - 16 April 2009

    Kantor Pusat

    Jl. Ir. Muhammad Thaher No. 20

    Lueng Bata, Banda Aceh

    Indonesia, 23247

    Telp. +62-651-636666

    Fax. +62-651-637777

    Kantor Perwakilan Nias

    Jl. Pelud Binaka KM. 6,6

    Ds. Fodo, Kec. Gunungsitoli

    Nias , Indonesia, 22815

    Telp. +62-639-22848

    Fax. +62-639-22035

    www.e-aceh-nias.org

    know.brr.go.id

    Kantor Perwakilan Jakarta

    Jl. Galuh ll No. 4, Kabayoran Baru

    Jakarta Selatan

    Indonesia, 12110

    Telp. +62-21-7254750

    Fax. +62-21-7221570

    ISBN 978-602-8199-37-7

    Penyusunan Seri Buku BRR ini didukung oleh Multi Donor Fund (MDF)

    melalui United Nations Development Programme (UNDP) Technical Assistance to BRR Project

    Pengarah : Kuntoro Mangkusubroto

    Penyusun : John PatersonRatna Pawitra Trihadji

    Editor : Cendrawati Suhar tono (Koordinator)

    Harumi Supit

    Linda Hollands

    Margaret Agusta (Kepala)

    Melinda Hewitt

    Tim Tsunami Disaster Mitigation

    Research Center (TDMRC)

    Tim Fakultas Ekonomi

    Universitas Brawijaya

    Tim Lembaga Ilmu Pengetahuan

    Indonesian (LIPI)

    Alih bahasa ke Indonesia

    Edito r : Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo

    Ratna Pawitra Trihadji

    Zuhaira Mahar

    Editor Bahasa : Ihsan Abdul Salam

    Suhardi Soedjono

    Penerjemah : Bianca Timmerman

    Harry Bhaskara

    Prima Rusdi

    Editor Bahasa : Linda Hollands

    Margaret AgustaFotografi : Arif Ariadi

    Bodi Chandra

    Desain Grafis : Amel Santoso

    Bobby Haryanto (Kepala)

    Priscilla Astrini

    Surya Mediana

    Wasito

    Penyelaras Akhir : Aichida UlAflaha

    Ricky Sugiarto (Kepala)

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    5/322

    Melalui Seri Buku BRR ini, Pemerintah beserta seluruh rakyat Indnesia dan BRR hendak

    menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas uluran tangan yang datang dari

    seluruh dunia sesaat setelah gempa bertsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember

    2004 serta gempa yang melanda Kepulauan Nias pada 28 Maret 2005.

    Empat tahun berlalu, tanah yang dulu prakpranda kini ramai kembali seiring dengan

    berglaknya ritme kehidupan masyarakat. Capaian ini merupakan buah kmitmen yang

    teguh dari segenap masyarakat lkal serta kmunitas nasinal dan internasinal yang

    menyatu dengan ketangguhan dan semangat para krban yang selamat meski telah

    kehilangan hampir segalanya.

    Berbagai dinamika dan tantangan yang dilalui dalam upaya keras membangun kembali

    permukiman, rumah sakit, seklah, dan inrastruktur lain, seraya memberdayakan para

    penyintas untuk menyusun kembali masa depan dan mengembangkan penghidupan

    mereka, akan memberikan pemahaman penting terhadap prses pemulihan di Aceh dan

    Nias.

    Berdasarkan hal tersebut, melalui halamanhalaman yang ada di dalam buku ini,

    BRR ingin berbagi pengalaman dan hikmah ajar yang telah diperleh sebagai sebuah

    sumbangan kecil dalam mengembalikan budi baik dunia yang telah memberikan

    dukungan sangat berharga dalam membangun kembali Aceh dan Nias yang lebih baik

    dan lebih aman; sebagai catatan sejarah tentang sebuah perjalanan kemanusiaan yang

    menyatukan dunia.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    6/322

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    7/322

    Saya bangga,kita dapat berbagi pengalaman, pengetahuan, dan pelajaran

    dengan negaranegara sahabat. Semoga apa yang telah kita lakukandapat menjadi sebuah standar dan benchmark bagi upayaupaya serupa,

    baik di dalam maupun di luar negeri.

    Sambutan Presiden Susil Bambang Yudhynpada Upacara Pembubaran BRR di Istana Negara, 17 April 2009

    tentang keberangkatan tim BRR untuk Knerensi Tsunami Glbal Lessns Learneddi Markas Besar PBB di New Yrk, 24 April 2009

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    8/322

    Dalam periode tanggap darurat maupun rekonstruksi, truk M6 milik Federasi Internasional Perhimpunan

    Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memainkan peran sangat penting dalam mendistribusikan

    logistik ke daerah terpencil maupun yang sulit dijangkau. Foto: BRR/Arif Ariadi

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    9/322

    Daftar IsiPendahuluan x

    Prakata xv

    Bagian 1. Perumahan dan Pemukiman 1Canadian Red Cross (CRC)

    Menginvestasikan Waktu untuk Memahami Keunikan Para Penerima Manfaat 2

    Government Information Technology Executive Council (GITEC)

    Membangun Kembali Masyarakat 7

    Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD)

    Mengatasi Permasalahan Batas Tanah yang Hilang 14

    Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit (GTZ)

    Menggunakan Model Rapat Tradisional Desa 18

    Yayasan Masyarakat Makmur Mitra Adil (Mamamia)

    Membangun Rumah dan Lahan Pertanian Sekitarnya 22

    United Nations Human Settlements Programme (UN-HABITAT)

    Dari Membangun Rumah Hingga Mendampingi Pemerintahan Kota 29

    Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia

    Mengoordinasi Pembangunan Rumah 35

    Muslim AidMembangun Rumah Kayu Tradisional 38

    Yayasan Leuser Internasional (YLI)

    Merencanakan Tata Ruang Desa 43

    Bagian 2. Infrastruktur dan Pemeliharaan 49Pemerintah Jepang

    Membangun Masyarakat Tahan Bencana 50

    United Nations Development Fund for Women (UNIFEM)

    Menerapkan Pembangunan Ruang Publik Perempuan yang Dipimpin oleh Perempuan 55

    International Organization for Migration (IOM)

    Membuka Akses Melalui Keterlibatan Masyarakat 61

    Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)

    Menerapkan Sistem Peringatan Dini Tsunami 66

    Norwegian Red Cross (Norcross)

    Memperkenalkan Sumur Bor sebagai Sumber Air yang Aman dan Andal 70

    Asian Development Bank (ADB)

    Memperkenalkan Jalur Kanal Beton Melalui Konstruksi Partisipasi 77

    Perumahan dan

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    10/322

    Bagian 3. Ekonomi dan Usaha 81Australia-Indonesia Par tnership for Reconstruction and Development (AIPRD)Local Governance andInfrastructure for Communities in Aceh (LOGICA)

    Menyederhanakan Perizinan Usaha di Kabupaten Aceh Barat 82

    Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit (GTZ)

    Memperkuat Usaha Kecil yang Memainkan Peran Besar 87Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit (GTZ)Bergeser Dari Perkebunan Kakao Konvensional ke Organik Suatu Resep Untuk Sukses 93

    Forum Bangun Aceh (FBA)

    Menjalankan Program Kredit Mikro dengan Motivator Lokal 99

    Grameen Foundation (GF)

    Memberdayakan Perempuan Melalui Keuangan Mikro 103

    Swisscontact

    Memberikan Napas Baru pada Usaha Menengah dan Kecil 108

    United Nations Development Fund for Women (UNIFEM)

    Mendukung Perempuan Pengusaha Kecil untuk Membuat Langkah Besar 115

    Bagian 4. Pendidikan, Kesehatan, dan Pemberdayaan Perempuan 121Save the ChildrenMerevitalisasi Posyandu Melalui Kemitraan dan Partisipasi 122

    Save the Children

    Bergerak Sepanjang Perjalanan Menyimak 128

    Australia-Indonesia Par tnership (AIP) Communities and Education Program in Aceh (CEPA)

    Menerapkan Program Asistensi Peka Konflik yang Membuat Perbedaan 132

    World Vision Indonesia

    Mendirikan Ruang Ramah Anak 135

    Yakkum Emergency Unit (YEU)

    Memprakarsai Program Outreach Klinik Sahabat 138

    Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit (GTZ)

    Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan di Aceh 142

    United Nations Childrens Fund (UNICEF)

    Menyediakan Dukungan Psikologis bagi Anak-anak yang Mengalami Trauma 148

    Plan International

    Rolling a Community-Based Early Childhood Care and Development 152

    United Nations Office for Project Service (UNOPS)

    Meninjau Ulang Konsep Desain Sekolah 156

    Bagian 5. Pembangunan Sosial 161Pemerintah Jepang

    Mengudarakan Suara Aceh: Suara Nyata Aceh 162

    Canada/Aceh Local Government Assistance Program (CALGAP)Memperbaiki Pusat Pelayanan Perpustakaan dan Kesempatan Belajar 166

    Canada/Aceh Local Government Assistance Program (CALGAP)

    Melibatkan Masyarakat Setempat Menggunakan Sarana Pendukung 173

    Caritas Germany and Save Emergency for Aceh (SEFA)

    Mendukung Transisi dari Kelompok Aktivis Menjadi LSM Bagian Masyarakat Sipil 178

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    11/322

    United Nations Childrens Fund (UNICEF)

    Mendirikan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak-Anak di Kepolisian Daerah NAD 182

    United Nations Office of the Recovery Coordinator (UNORC) for Aceh and Nias

    Memanfaatkan Aceh Recovery Newsletter dan Pendekatan Terkoordinasi untukKomunikasi dan Advokasi 187

    Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit (GTZ)

    Memformalkan Hak-hak Perempuan Aceh 191

    Humanistisch Instituut voor Ontwikkelingssamenwerking (Hivos)

    Membuat Perubahan Sosial Melalui Trajektori Gender 197

    Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC)

    Mengembangkan Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana 204

    World Food Programme (WFP)

    Membuka Jalan untuk Upaya Rekonstruksi Lebih Baik dan Singkat 209

    Bagian 6. Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia 225Australia-Indonesia Par tnership for Reconstruction and Development (AIPRD) Local Governance andInfrastructure for Communities in Aceh (LOGICA)

    Membangun Desa Blang Krueng Melalui Perencanaan

    dan Anggaran Belanja Partisipatif 226

    United Nations Development Programme (UNDP)

    Mendukung Transformasi Pemerintahan Daerah 230

    United Nations Development Programme (UNDP)

    Memperkuat Kapasitas Teknis dan Operasional Badan Koordinasi 234

    United Nations Childrens Fund (UNICEF)

    Menghadirkan Pelayanan Sosial ke Daerah Pedesaan 240

    Bagian 7. Pendanaan dan Pengawasan 247Multi Donor Fund (MDF)

    Mengumpulkan Dana Bantuan untuk Dampak Lebih Luas 248

    Asian Development Bank (ADB)Menangani Keluhan Secara Efisien 254

    Australia-Indonesia Par tnership for Reconstruction and Development (AIPRD) Local Governance andInfrastructure for Communities in Aceh (LOGICA), in collaboration

    Membangun Sistem Akuntansi untuk Pemerintahan Desa 262

    Muslim Aid

    Menerapkan Manajemen Pengaduan dalam Pembangunan Rumah 266

    Catatan 268

    Daftar Singkatan 270

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    12/322

    x

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    SELAMA tiga kali dua puluh empat jam, terhitung sejak 27 Desember 2004, SangSaka Merah Putih berkibar setengah tiang: bencana nasinal dimaklumatkan. Aceh dan

    sekitarnya diguncang gempa bertsunami dahsyat. Seluruh Indnesia berkabung. Warga

    dunia tercengang, pilu.

    Tsunami menghantam bagian barat Indnesia dan menyebabkan kehilangan berupa

    jiwa dan saranaprasarana dalam jumlah yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

    Bagi yang selamat (penyintas), rumah, kehidupan, dan masa depan mereka pun turut raib

    terseret mbak.

    Besaran 9,1 skala Richter menjadikan gempa tersebut sebagai salah satu yang terkuat

    sepanjang sejarah mdern. Peristiwa alam itu terjadi akibat tumbukan dua lempeng

    tektnik di dasar laut yang sebelumnya telah jinak selama lebih dari seribu tahun.

    Namun, dengan adanya tambahan tekanan sebanyak 50 milimeter per tahun secara

    perlahan, dua lempeng tersebut akhirnya mengentakkan 1.600an kilmeter patahan

    dengan keras. Patahan itu dikenal sebagai patahan megathrustSunda.

    Episentrumnya terletak di 250 kilmeter barat daya Prvinsi Nanggre Aceh

    Darussalam. Retakan yang terjadi, yakni berupa lngsran sepanjang 10 meter, telah

    melentingkan dasar laut dan kemudian mengambrukkannya. Ambrukan ini mendrng

    dan mengguncang klm air ke atas dan ke bawah. Inilah yang mengakibatkan

    serangkaian mbak dahsyat.

    Hanya dalam waktu kurang dari setengah jam setelah gempa, tsunami langsung

    menyusul, menghumbalang pesisir Aceh dan pulaupulau sekitarnya hingga 6 kilmeter

    Pendahuluan

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    13/322

    ke arah daratan. Sebanyak 126.741 jiwa melayang dan, setelah tragedi tersebut, 93.285

    rang dinyatakan hilang. Sekitar 500.000 rang kehilangan hunian, sementara 750.000an

    rang mendadak berstatus tunakarya.

    Pada sektr privat, yang mengalami 78 persen dari keseluruhan kerusakan, 139.195

    rumah hancur atau rusak parah, serta 73.869 lahan kehilangan prduktivitasnya.Sebanyak 13.828 unit kapal nelayan raib bersama 27.593 hektare klam air payau

    dan 104.500 usaha kecilmenengah. Pada sektr publik, sedikitnya 669 unit gedung

    pemerintahan, 517 pusat kesehatan, serta ratusan sarana pendidikan hancur atau mandek

    berungsi. Selain itu, pada subsektr lingkungan hidup, sebanyak 16.775 hektare hutan

    pesisir dan bakau serta 29.175 hektare terumbu karang rusak atau musnah.

    Kerusakan dan kehilangan tak berhenti di situ. Pada 28 Maret 2005, gempa 8,7 skala

    Richter mengguncang Kepulauan Nias, Prvinsi Sumatera Utara. Sebanyak 979 jiwa

    melayang dan 47.055 penyintas kehilangan hunian. Dekatnya episentrum gempa

    yang sebenarnya merupakan susulan dari gempa 26 Desember 2004 itu semakin

    meningkatkan derajat kerusakan bagi Kepulauan Nias dan Pulau Simeulue.

    Dunia semakin tercengang. Tangantangan dari segala penjuru dunia terulur untuk

    membantu perasi penyelamatan. Manusia dari pelbagai suku, agama, budaya, ailiasi

    plitik, benua, pemerintahan, swasta, lembaga swadaya masyarakat, serta badan nasinal

    dan internasinal mengucurkan perhatian dan empati kemanusiaan yang luar biasa besar.

    Dari skala kerusakan yang diakibatkan kedua bencana tersebut, tampak bahwa sekadar

    membangun kembali permukiman, seklah, rumah sakit, dan prasarana lainnya belumlah

    cukup. Prgram pemulihan (rehabilitasi dan reknstruksi) harus mencakup pula upaya

    membangun kembali struktur ssial di Aceh dan Nias. Trauma kehilangan handaitaulan

    dan cara untuk menghidupi keluarga yang selamat mengandung arti bahwa prgrampemulihan yang ditempuh tidak bleh hanya berkus pada aspek isik, tapi juga nnisik.

    Pembangunan eknmi pun harus bisa menjadi ndasi bagi perkembangan dan

    pertumbuhan daerah pada masa depan.

    Pada 16 April 2005, Pemerintah Republik Indnesia, melalui penerbitan Peraturan

    Pemerintah Pengganti UndangUndang Nmr 2 Tahun 2005, mendirikan Badan

    Rehabilitasi dan Reknstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Prvinsi Nanggre

    Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias, Sumatera Utara (BRR). BRR diamanahi tugas untuk

    mengrdinasi dan menjalankan prgram pemulihan AcehNias yang dilandaskan pada

    partisipasi akti masyarakat setempat. Dalam rangka membangun AcehNias secara

    lebih baik dan lebih aman, BRR merancang kebijakan dan strategi dengan semangattransparansi, untuk kemudian mengimplementasikannya dengan pla kepemimpinan

    dan krdinasi eekti melalui kerja sama lkal dan internasinal.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    14/322

    xii

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    Pemulihan AcehNias telah memberikan tantangan bukan hanya bagi Pemerintah

    dan rakyat Indnesia, melainkan juga bagi masyarakat internasinal. Kenyataan bahwa

    tantangan tersebut telah dihadapi secara baik tecermin dalam berbagai evaluasi terhadap

    prgram pemulihan.

    Pada awal 2009, Bank Dunia, di antara beberapa lembaga lain yang mengungkapkanhal serupa, menyatakan bahwa prgram tersebut merupakan kisah sukses yang belum

    pernah terjadi sebelumnya dan teladan bagi kerja sama internasinal. Bank Dunia

    juga menyatakan bahwa kedua hasil tersebut dicapai berkat kepemimpinan eekti dari

    Pemerintah.

    Upaya pengellaan yang ditempuh Indnesia, tak terkecuali dalam hal kebijakan

    dan mekanisme antikrupsi yang diterapkan BRR, telah menggugah kepercayaan para

    dnr, baik individu maupun lembaga, serta kmunitas internasinal. Tanpa kerja sama

    masyarakat internasinal, kndisi Aceh dan Nias yang prakpranda itu mustahil berbalik

    menjadi lebih baik seperti saat ini.

    Guna mengabadikan capaian kerja kemanusiaan tersebut, BRR menyusun Seri Buku BRR.

    Kelimabelas buku yang terkandung di dalamnya memerikan prses, tantangan, kendala,

    slusi, keberhasilan, dan pelajaran yang dituai pada sepanjang pelaksanaan prgram

    pemulihan AcehNias. Upaya menerbitkannya diikhtiarkan untuk menangkap dan

    melestarikan inti pengalaman yang ada serta mengajukan diri sebagai salah satu reerensi

    bagi prgram penanganan dan penanggulangan bencana di seluruh dunia.

    Terlebih lagi di medan Pemulihan, muncul banyak sekali kasus khas yang, karena ptensi

    kemanaatan dan kandungan hikmahajarnya, menunggu untuk dipelajari lebih dalam

    dan disebarluaskan. Kasus demi kasus, laksana manikmanik kalung yang terserakterburai

    dari ikatannya. Manikmanik itu perlu dipunguti dan, meski tidak harus seperti kalungdalam wujudnya semula (tergantung kebutuhan), penting untuk dirangkai kembali.

    Penyusunan antlgi studi kasus ini, dengan demikian, setidaknya bisa dibaca sebagai

    tawaran untuk memunguti manikmanik tersebut dan kemudian merangkainya.

    Memuat 90 studi kasus (50 dibukukan dan sisanya tersimpan di kepingcakram Seri Buku

    BRR), buku ManikManik Terserakini menguak enmenaenmena khas dan menarik di

    lapangan selama, serta bersangkutpaut dengan, pekerjaan Pemulihan AcehNias.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    15/322

    Capaian 4 TahunRehabilitasi dan Rekonstruksi

    104.500usaha kecil menengah (UKM) lumpuh

    155.182tenaga kerja dilatih

    195.726

    UKM menerima bantuan

    635.384orang kehilangan tempat tinggal

    127.720orang meninggal dan 93.285 orang hilang

    139.195rumah rusak atau hancur

    73.869hektare lahan pertanian hancur

    1.927guru meninggal

    13.828kapal nelayan hancur

    1.089

    sarana ibadah rusak2.618

    kilometer jalan rusak

    3.415sekolah rusak

    517sarana kesehatan rusak

    669bangunan pemerintah rusak

    119jembatan rusak

    22pelabuhan rusak

    8bandara atau airstrip rusak

    140.304rumah permanen dibangun

    69.979hektare lahan pertanian direhabilitasi

    39.663guru dilatih

    7.109kapal nelayan dibangun atau dibagikan

    3.781

    sarana ibadah dibangun atau diperbaiki3.696kilometer jalan dibangun

    1.759sekolah dibangun

    1.115sarana kesehatan dibangun

    996bangunan pemerintah dibangun

    363jembatan dibangun

    23pelabuhan dibangun

    13bandara atau airstrip dibangun

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    16/322

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    17/322

    BENCANA adalah suatu tragedi. Pemulihan adalah kemenangan. Jarak di antarakeduanya menyediakan suatu ruang bagaikan labratrium untuk memahami aktr

    aktr yang saling terkait dan memengaruhi, baik isik maupun ssial. Tsunami Aceh

    2004, dan gempa Nias 2005, menguakkan pintu kesempatan bagi semua rganisasi,

    baik pemerintah maupun nnpemerintah, untuk menganalisis segala yang ada di

    balik terenggutnya kehidupan manusia dan bangunan isik yang tiada terbayangkan

    sebelumnya. Lebih lanjut, dan yang telah umum terjadi, prgram rehabilitasi dan

    reknstruksi membuahkan evaluasi terhadap kebijakan dan praktikterkait dengan

    implementasi dan pencapaian bantuan kemanusiaanyang telah berjalan. Prses

    pembelajaran, evaluasi, serta buah pengetahuan yang dipetik itulah yang dicba

    diabadikan dalam berlembarlembar kumpulan studi kasus ini.

    Ambil batu, lalu lemparkan ke arah mana pun, itulah tanggapan Kepala Badan

    Pelaksana BRR Kuntr Mangkusubrt saat pertama menginjak Aceh dan ditanya

    mengenai rencana pemulihan yang akan ia laksanakan. Di titik mana pun batu itu

    jatuh, dari situlah kita mulai (bekerja)! ujarnya saat pertama kali menyaksikan tingkatkehancuran yang ada. Begitu luluhlantaknya, hingga bisa dikatakan, kapan pun, apa pun,

    di mana pun, atau dari siapa pun bantuan diulurkan tentu merupakan dukungan yang

    bermakna. Pada kndisi semacam itulah salah satu prgram pemulihan kemanusiaan

    terbesar menjejakkan langkah perdananya. Juga di dalam knteks inilah lembaga

    Prakata

    Presiden Susilo Bambang Yudh

    membuka Forum Koordinasi u

    Aceh dan Nias ke4 (CFAN 4) di

    Jakarta, 13 Februari 2009. Foru

    merupakan perhelatan akbar B

    bersama ratusan Mitra Pemuliyang terakhir sebelum BRR

    menyelesaikan mandat 4 tahu

    Presiden secara khusus meneg

    bahwa tujuan besar CFAN 4 ad

    konsolidasi hikmah ajar para

    pelaku pemulihan untuk diseb

    ke seluruh penjuru dunia demi

    kemanusiaan. Foto : BRR/Arif A

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    18/322

    xvi

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    lembaga kemanusiaan sedunia mulai mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman

    mereka ke dalam suatu kerja sama membangun kembali AcehNias menjadi lebih baik

    dan lebih sentsa.

    Empat tahun berlalu sudah. Lebih dari US$ 7,2 miliar telah dimanaatkan leh 1.000

    an badan rganisasi serta ribuan pekerja kemanusiaan nasinal dan internasinal.Kehidupan masyarakat AcehNias pun telah kembali berputar. Kendati memri kelabu

    masih terendap, mdal berupa capaian bergelimang keberhasilan telah memperkkh

    masyarakat dengan harapan dan, secara knkret, pemahaman yang lebih memadai

    mengenai mitigasi bencana serta pembangunan berbasis masyarakat. Senapas

    dengannya, hal tersebut juga telah membekali sejumlah lembaga dengan pemahaman

    yang lebih mumpuni. Pemahaman itu terkait dengan kmpleksitas membangun

    masyarakat seutuhnya, sejak perencanaan desa (village planning) hingga pemantapan

    struktur pendukung ssial dan administrati.

    Guna mengabadikan semua itu, kumpulan studi kasus ini memercikkan sekilas gambaran

    mengenai pengalaman, tantangan, dan pembelajaran yang dihadapi lembagalembagabeserta penerima manaat bantuan mereka. Studi ini disiapkan leh lembaga partisipan

    dan BRR. Kendati tak semua lembaga berkesempatan terlibat, studi ini dirasa cukup

    merepresentasikan luasnya jangkauan lembaga yang telah turut ambil bagian melalui

    pelbagai cara, dengan memanaatkan berbagai keahlian, di segenap medan pemulihan.

    Kumpulan studi kasus ini juga menjangkau keluasan rentang pelbagai pengalaman,

    tantangan, serta pembelajaran dari segenap lembaga yang terlibat dalam sebuah

    prgram pemulihan kemanusiaan terbesar yang pernah ada. Tujuan untuk

    mempersembahkan catatan mengenai tantangan dan capaian yang ada dalam bentuk

    studi kasus ini didasarkan pada pemahaman tertentu. Pemahaman itu adalah bahwa

    kisahkisah dari lapangandisiapkan leh lembaga setempatdipandang mampu

    menyediakan suatu landasan bagi para pembaca untuk menganalisis, mengembangkan,

    ataupun sekadar menyerap berbagai keluaran dari banyak dan beragamnya pryek.

    Lebihlebih, ini merupakan suatu kesempatan untuk menggali hikmah ajar yang ada demi

    memastikan agar jika sewaktuwaktu bencana serupa terjadi, lembagalembaga beserta

    penerima manaatnya dapat menyiagakan diri lebih siap lagi.

    Demi memudahkan pembacaan, kleksi studi kasus ini telah dibagi ke dalam tujuh

    sektrkendati, pada beberapa tempat, studi kasus individual juga termasuk lintas

    sektr. Agar suatu struktur dapat digariskan pada 90 studi kasus yang disajikan, sektr

    sektr tersebut telah dipilah dalam juduljudul bab. Mengingat terbatasnya halaman

    buku yang ada, diputuskan hanya 50 studi kasus yang dicetak. Sisanya dilampirkan ke

    dalam CD Seri Buku BRR.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    19/322

    Menelusuri likuliku studi kasus yang diimplementasikan rganisasirganisasi

    pemerintah dan nnpemerintah sedunia ini, sungguh, kmpleksitas kerja kemanusiaan

    dalam skala sebesar itu jelas terlihat. Kebutuhan para penerima manaat bisa jadi berbeda

    tajam, bergantung pada aktr lingkungan, ssial, budaya, serta dampak bencana yang

    dirasakan. Bertlak dari hal itulah kumpulan studi kasus ini disajikan, yakni sebagai

    suatu penggambaran yang langka (nirsunting) mengenai implementasi dan penyaluran

    bantuan kemanusiaan.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    20/322

    viii

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    21/322

    REKoNSTRUKSI perumahan dan permukiman telah menjadibatu tumpuan bagi prgram pemulihan. Selain capaian dalam sektr ini,pembangunan rumah dan perencanaan tata ruang untuk masyarakatmerupakan suatu tantangan terbesar bagi semua pelaku pemulihan. Ttal

    terdapat 15 studi kasus dalam sektr ini9 tercetak dan sisanya di dalamCD Seri Buku BRR. Studistudi ini menydrkan sudut pandang yangpenting tentang tantangan dan capaian yang terkait dengan pengadaan,reknstruksi berbasis masyarakat, serta isu standardisasi tipe rumah.

    Perumahan danPermukiman

    Rumahrumah di Alue Naga,

    Kecamatan Syiah Kuala, Banda

    terlihat telah terbangun sejala

    dengan beroperasinya kembal

    tambaktambak, 3 April 2009.

    139.195 unit rumah yang haru

    direkonstruksi sesuai sasaran P

    47/2008, kini telah berhasil dib

    140.304 unit. Foto: BRR/Arif Ari

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    22/322

    2

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    PENGALAMAN Palang Merah Kanada (Canadian Red Crss, CRC) di DesaBabah Nipah, Aceh Jaya, menunjukkan pentingnya bagi rganisasi pemberi bantuan

    kemanusiaan untuk dapat melihat keunikan tiap masyarakat dalam hal keahlian,

    kecakapan, permasalahan, kebutuhan, dan karakteristik secara keseluruhan. Tekanan

    yang berat dari aktr besar seperti pemerintah lkal, pusatpusat penyumbang dana, dan

    masyarakat untuk mempercepat pembangunan rumahrumah, serta kebutuhan untuk

    menginvestasikan waktu dan sumber yang memadai untuk menjamin bahwa kebutuhan

    yang unik dari tiap kmunitas sedapat mungkin tercapai dalam knteks pemenuhan

    kebutuhan penyediaan ribuan rumah, membutuhkan tindakan penyeimbang yang

    penting bagi keberhasilan.

    Pengalaman CRC di Babah Nipah dapat menjadi cnth bagi rganisasi lain yang

    juga menyediakan bantuan bagi masyarakat dalam bentuk perumahan yang terdiri atas

    lusinan, ratusan, ataupada kasus CRCribuan rumah permanen.

    Sementara yang sesungguhnya terjadi di Babah Nipah hanya merupakan mikrksms

    dari sebuah perasi berskala lebih besar, sejumlah kepentingan dan kedudukan di tingkat

    makr harus seimbang dalam hal pengambilan keputusan. Kepentingan utama yang

    menjadi tnggak ada pada masyarakat Babah Nipah; Badan Pembangunan Internasinal

    Kanada (Canadian Internatinal Develpment Agency, CIDA), yang cemas akan kemajuan

    Menginvestasikan Waktuuntuk Memahami KeunikanPara Penerima Manfaat

    Canadian Red Cross (CRC)

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    23/322

    CRC dalam hal knstruksi rumah yang didanainya; BRR sebagai rganisasi pemimpin

    di Indnesia; dan CRC sendiri, yang sedang berada pada tahap awal perasi knstruksi

    terintegrasi dan pengembangan masyarakat. Ada pula kepentingan masyarakat Kanada

    yang memerlukan inrmasi serta keyakinan bahwa sebanyak mungkin rang di Aceh

    dan Nias merasakan manaat dari sumbangan yang mereka berikan untuk para krban

    tsunami.

    Pengembangan dan PelaksanaanPada musim panas 2006, dengan tujuan memicu kecepatan knstruksi dan memastikan

    tersedianya kapasitas dan keahlian yang memadai demi menjamin kualitas material dan

    kinerjanya, CRC memutuskan mengubah strategi yang dipakai dalam pembangunan

    rumah permanen. Awalnya, pengerjaannya dilakukan dengan memecahmecah kntrak

    kepada beberapa kntraktr, tetapi selanjutnya hanya dikella leh satu perusahaan jasa

    knstruksi berskala internasinal.

    Pada Mei 2006, satuan CRC yang baru terbentuk, yaitu Satuan Manajemen Prgram

    Tempat Tinggal (Shelter Prgram Management Unit), mengunjungi Aceh Jaya untuk

    memulai upaya pembangunan rumah di kabupaten itu. Palang Merah Kanada telah setuju

    membangun rumah di 17 desa di wilayah antara Lamn dan Calang. Target awal berjumlah

    antara 1.800 dan 3.000 rumah. Knstruksi terlambat akibat adanya kendala dalam hal

    akses menuju wilayah yang terislasi. Gempa mengakibatkan psisi daratan daerah pesisir

    menurun sehingga sering terjadi banjir permanen di banyak desa di wilayah pesisir. Banyak

    desa di kabupaten tersebut harus sepenuhnya direlkasi. The Internatinal Federatin

    Red Crss and Red Crescent Scieties (IFRC) bersama dengan Red Crss Scieties dari

    berbagai negara berupaya menyediakan penampungan transisi bagi para penduduksehingga mereka dapat pindah dari tenda darurat selama prses knstruksi rumah

    permanen. Kebanyakan penduduk pada saat itu tinggal di tenda atau pndk sederhana.

    Satuan Manajemen Pryek (Prject Management Unit, PMU) CRC tiba di Calang dan

    dipertemukan dengan tim lapangan CRC yang berbasis di Calang, yang bekerja paralel

    dengan tim knstruksi untuk melaksanakan pendekatan terintegrasi CRC ke dalam prses

    reknstruksi. Tim lapangan, yang berknsentrasi pada pembangunan kembali seluruh

    masyarakat, merupakan tim penghubung yang penting. Tim lapangan bekerja dengan

    para pemimpin lkal dan penerima bantuan rumah dalam perencanaan dan pelaksanaan

    prgrammemastikan rumahrumah dibangun di atas tanah yang status kepemilikannya

    jelasserta perencanaan terintegrasi untuk prasarana masyarakat, asilitas jalan, air,dan sanitasi. Pendekatan terintegrasi ini memastikan masyarakat akan mendapatkan

    pembekalan yang lebih baik untuk bisa bertahan dari bencana di masa mendatang, dengan

    menjamin bahwa permukiman kembali dilakukan pada area yang tidak rentan terhadap

    banjir atau bencana lain, rumah yang dibangun lebih kuat terhadap dampak bencana, dan

    masyarakat dituntun untuk bisa mengembangkan metdemetde penanganan bencana.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    24/322

    4

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    Tim lapangan CRC dan PMU dikirim untuk mengamati lingkungan sekitar. Banyak

    rumah yang hilang akibat tsunami dan desa tenggelam ke dalam laut. Karena itu, untuk

    menyediakan tempat tinggal bagi sekian banyak krban, seluruh desa harus dipindahkan.

    Hal ini memerlukan kepastian bahwa tanah tersebut telah disumbangkan atau dibeli

    leh pemerintah dan ketika rumah dibangun di sana harus ada jaminan kepemilikan bagi

    semua penerima bantuan.

    Penilaian kebutuhan untuk relkasi dan pemilihan tempat relkasi ditambah dengan

    masalah dalam menyatukan sejumlah kepentingan yang berbeda. Garis pantai telah rusak

    sama sekali sehingga perlu waktu bertahuntahun untuk membuatnya stabil kembali.

    Namun penilaian harus dibuat untuk menentukan bagaimana atau akankah daerah pesisir

    itu hidup kembali di masa mendatang. Hal ini tidak selalu bisa diselesaikan tanpa adanya

    perdebatan, dan tiap pendapat yang berbeda harus tetap dipertimbangkan. Para penerima

    bantuan juga memiliki kepentingan dan kebutuhan masingmasing: beberapa dari mereka

    ingin tinggal jauh dari laut, sedangkan yang lain, meskipun berisik tinggi, ingin berada

    dekat dengan laut agar dapat terus menangkap ikan. Hal ini menimbulkan perselisihan

    dalam kesatuan masyarakat, yang juga telah menghadapi banyak masalah lain.

    Kunjungan tim CRC dan PMU mencakup sejumlah desa. Pada dasarnya, lahan tersebut

    telah matitidak ada panen, ternak, dan ikan untuk dipancing. Masa pemulihan yang sulit

    dan berkepanjangan menjadi bukti. Dan di sejumlah desa yang dipenuhi tenda, tenda

    tenda tersebut mulai rusak. Tanpa rumah dan pemasukan, bergantung pada bantuan

    makanan, dan rustrasi karena prses pemulihan yang lambat, kebanyakan penduduk

    desa menjadi putus asa dan sedih.

    Tim penilai CRC bergerak menuju Babah Nipah, sebuah desa yang terletak di daerah

    rawan yang berubah menjadi wilayah lahan basah yang hanya dapat dijangkau dengan

    perahu. Lkasinya terletak di dataran rendah sehingga rentan terhadap banjir. Bila kelak

    terjadi tsunami lagi, tidak akan ada jalur penyelamatan menuju dataran yang lebih tinggi.

    Jelas bagi CRC bahwa Babah Nipah perlu direlkasi.

    Namun ada sesuatu yang berbeda dari Babah Nipah. Tiap rumah memiliki sebuah

    kebun sayur dan desa tersebut memiliki atmser yang dinamis dan gembira. Di bawah

    naungan satusatunya phn yang ada di sana, tim CRC bertemu dengan kepala dan

    para tetua desa. CRC menjelaskan bahwa area tersebut tidak cck untuk kegiatan

    knstruksi sebuah desa karena tidak akan ada jalur penyelamatan bila nantinya tsunami

    menyerang lagi, bahwa tidaklah mungkin mengeringkan wilayah yang tergenang, dan

    bahwa akan jauh lebih baik bila desa dipindahkan ke daerah yang lebih aman. Penduduk

    menyatakan bahwa mereka mengerti akan risik yang ada, tetapi mereka ingin tetap

    tinggal di sana. CRC menyadari bahwa memaksakan pendapat dan persyaratan, meskipun

    didasari kriteria penilaian yang slid, adalah hal yang siasia. Maka yang dianggap sebagai

    langkah tepat adalah mundur selangkah dan menyadari bahwa sebagian besar rganisasi

    kemanusiaan akan meninggalkan Aceh Jaya dalam beberapa tahun, sementara sebagian

    besar desa akan tetap berada di sana. Semangat di Babah Nipah ptimistis dan teguh

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    25/322

    dengan argumen lebih jauh lagi bahwa perpindahan tidak akan menyelesaikan apa pun.

    Karena itu, CRC setuju terus bekerja dengan masyarakat untuk mencari slusi.

    Pada Januari 2007, CRC mengajukan pekerjaan knstruksi untuk 2.100 rumah di

    Aceh Jaya, dengan ketetapan 65 rumah untuk Babah Nipah. Seperti yang diperkirakan,

    knstruksi rumah di Babah Nipah merupakan sebuah tantangan, khususnya karenadaerah tersebut terletak di dataran rendah dan rawan banjir. Pada kasus nrmal, slusi

    untuk masalah ini adalah menambah ketinggian daratan dengan menimbun daerah

    itu. Namun di Babah Nipah tidak ada sumber tanah penimbun yang tepat tanpa harus

    menyeberangi air. Tak ada jembatan dan biaya pembangunan jembatan sangat mahal

    serta akan menunda pengerjaan knstruksi selama enam bulan. Penggunaan perahu

    pntn juga ditlak karena tidak praktis dalam menghadapi jumlah material yang banyak.

    Satusatunya kemungkinan adalah meninggikan letak rumah di atas air dan mengubah

    desainnya menjadi rumah panggung. Hal ini akan menghindarkan rumah dari air, tetapi

    tanah di sekitar rumah akan tetap tergenang selama banjir. Hal ini telah dijelaskan kepada

    masyarakat, yang sadar akan tantangan ini tetapi tetap menerima risiknya. Tidak ada

    alternati lain atas pendirian mereka untuk tetap mendiami lkasi tersebut.

    Sementara slusi menggunakan desain rumah panggung tampak masuk akal, tidak

    demikian dalam praktiknya. Ini berarti sebuah adaptasi yang signiikan terhadap desain

    yang dikembangkan sebelumnya melalui sebuah knsultasi dari dan demi masyarakat,

    dan peningkatan biaya sekitar 40 persen per unit.

    Hasil Tak TerdugaFakta bahwa masyarakat berkukuh ingin tetap tinggal di area yang berbahaya dan

    berisik merupakan hasil yang tak terduga. Persepsi mereka akan keuntungan untuktetap tinggal merupakan hasil sekaligus hikmah ajar yang tak terduga.

    Hasil tak terduga lainnya adalah slusi pertama CRC untuk merelkasi masyarakat,

    walaupun didasarkan pada kriteria dan lgika yang telah diterapkan dengan berhasil di

    daerah lain, secara keseluruhan tidak tepat bagi kasus ini. Mengubah desain bangunan

    menjadi rumah panggung juga merupakan hasil yang tak terduga. Mengganti desain

    rumah yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar rumah bagi

    sejumlah besar masyarakat bukan merupakan bagian dari pilihan awal sebagai jalan

    keluar yang diajukan kepada masyarakat ini.

    Hikmah AjarBabah Nipah adalah sebuah kmunitas yang tetap berungsi semampu mereka dalam

    situasi yang sulit ini. Relkasi mungkin dapat mematikan atau mengurangi vitalitas

    masyarakat tersebut. Hal ini dipahami leh anggta masyarakat yang menlak relkasi,

    tetapi tidak demikian dengan rangrang luar yang menykng slusi relkasi. Halhal

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    26/322

    6

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    berikut ini adalah cnth dari pengalaman yang dipelajari leh CRC dari Babah Nipah. Hal

    ini dapat dianggap signiikan pada beberapa tingkatan, dapat diaplikasikan pada asesmen

    dan reknstruksi berskala kecil/besar dalam knteks pemulihan di masa mendatang.

    1. Penting bagi tim penilai dan prgram/pryek untuk mengambil waktu demi mengenal

    rganisasi, struktur, dan budaya sebuah desa serta mengidentiikasi kebutuhanpenduduknya. Melibatkan anggta desa, termasuk perempuan, adalah hal yang penting

    dalam pryek. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kmite, pertemuan masyarakat,

    serta kesempatan bagi anggta masyarakat untuk memberikan masukan dan, bila

    sesuai, ikut serta dalam kegiatan knstruksi, seperti membersihkan tanah dan membantu

    knstruksi rumahdan mendapatkan upah. Membangun kntak awal dengan para

    pemimpin desa dan struktur lkal yang ada adalah hal yang penting untuk membuat

    keputusan dan mengatasi perselisihan menyangkut pryek ini. Dengan demikian,

    struktur yang telah ada menjadi lebih kuat dan penerapan metde partisipasi leh

    pemimpin desa diperkenalkan dan diperkuat. Dalam banyak kasus, pemimpin desa

    terdahulu meninggal akibat tsunami. Dalam rangka menguatkan sistem pemerintahan

    lkal, metdemetde yang diterapkan dalam pryek menekankan pelaksanaan leh

    para pemimpin baru yang relati belum berpengalaman.

    2. Hasil yang kuat hanya mungkin terjadi bila seluruh masyarakat turut serta dalam

    prses pengambilan keputusan. Tiap slusi yang diajukan harus ditimbang

    berdasarkan risik dan sumbersumber yang tersedia. Dialg yang panjang di antara

    para pemegang kepentingan utama (penerima bantuan, pemerintah lkal, dnr)

    sangatlah penting.

    3. Tiap pemangku kepentingan harus menyadari bahwa pemangku kepentingan lain akan

    memiliki kriteria berbeda yang tidak dapat dinegsiasikan. Dan sangatlah penting bagi tim

    asesmen untuk memiliki kemampuan membuat hal ini menjadi lebih jelas dengan segera.

    Dengan demikian, semua kepentingan esensial dimasukkan ke dalam pemecahan masalah

    dan pengambilan keputusan, sehingga slusi akhir akan dapat diterima.

    4. Perkiraan anggaran dan alkasinya mesti dijamin cukup untuk berbagai pilihan dan

    leksibilitas. Lebih baik membangun 1.500 rumah yang diminati penduduk daripada

    2.000 rumah yang tidak diminati.

    5. Sangatlah penting untuk memasukkan aset seperti kekuatan masyarakat,

    kesatuan, dan kepemimpinan dalam asesmen. Dalam pendekatan pemecahan

    masalah, pastikan semua aset dan kapasitas dari semua pemangku kepentingan

    dipertimbangkan. Dalam cnth ini, Babah Nipah merupakan masyarakat yang kkhdan CRC memiliki keahlian knstruksi yang kuat. Kedua aset ini dapat digabungkan

    untuk mendapatkan slusi.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    27/322

    6. Ketika menjalankan asesmen, leksibilitas dan keterbukaan pada berbagai slusi, hasil,

    dan keputusan sangat diperlukan.

    7. Membangun kembali mata pencarian dan harga diri merupakan aspek yang penting

    pada masa pemulihan. Beberapa penduduk miskin di Aceh Jaya secara langsung

    menjadi lumpuh dalam mengusahakan kebutuhan bagi diri sendiri. Walaupunprgram gabungan CRC dirancang agar prgram mata pencarian dapat berjalan

    bersamaan dengan knstruksi dan kepemilikan rumah baru, dukungan segera bahkan

    dalam ase darurat dan ase transisi akan sangat membantu. Cnthnya menyediakan

    kapal es untuk mengangkut ikan. Dengan demikian, para nelayan dapat mulai

    memperleh pemasukan meskipun masih tinggal di tenda penyintas.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    28/322

    8

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    PERAN Gvernment Inrmatin Technlgy Executive Cuncil (GITEC) dalamRehabilitasi dan Reknstruksi Perumahan dan Permukiman di Prvinsi Aceh (RRHS

    Aceh) adalah sebagai knsultan pelaksana bekerja sama dengan PT Darena dan Yayasan

    Mamamiakeduanya dari Indnesia.

    Isu seperti perencanaan permukiman terintegrasi, perumahan, prasarana, dan mata

    pencarian membentuk dasar bagi prgram berkesinambungan RRHS dan menempel

    pada setiap ukuran yang dipakai demi mencapai mt prgram RRHS, yaitu Membangun

    Kembali Masyarakat. Mengurangi luas lingkup dari satu kmpnen bisa menimbulkan

    pertanyaan terhadap hasil akhir dan kesinambungan dari keseluruhan prgram. Mt

    Membangun Kembali Masyarakat tampak pada kerja sama intensi dan berkelanjutan

    dengan desadesa penerima manaat. Strategi jangka panjang yang diterapkan adalah

    untuk membangun kembali masyarakat dan eknmi yang berkesinambungan. Setiap

    masyarakat dipandang unik, dengan kerangka kerja ssial masingmasing, juga kndisi

    eknmi dan dasar keahlian masingmasing.

    Membangun kembali masyarakat diawali dengan perencanaan di tingkat akar rumput.

    RRHS mendiskusikan secara rinci intervensi yang terencana dengan wakilwakil dari

    masyarakat di lapangan dan memasukkan pengetahuan mereka mengenai lingkungan

    setempat ke dalam prses perencanaan dan pelaksanaan tlk ukur perumahan,

    prasarana, serta mata pencarian.

    Government Information Technology ExecutiveCouncil (GITEC)

    MembangunKembali Masyarakat

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    29/322

    Partisipasi dan PenilaianPertemuan berkala diadakan di semua desa untuk mendiskusikan prses asesmen

    dan penerapan. Pertukaran pendapat yang terbuka adalah kunci keberhasilan

    pendekatan RRHS. Setelah semua pihak memahami kegiatan prgram dan berjanji untuk

    mendukungnya secara penuh, nta kesepahaman berbasis desa yang menjabarkan

    dengan rinci peraturan dan kndisi bantuan ditandatangani leh masyarakat, pemerintah

    setempat, BRR, dan RRHS. Rincian dari intervensi ditetapkan dalam sejumlah diskusi

    dengan masyarakat pada tahap berikutnya, yaitu perencanaan dan pelaksanaan.

    Kegiatankegiatan dipriritaskan dan targettarget dirinci dalam interaksi antara

    masyarakat dan RRHS sepanjang seluruh prses perencanaan dan penerapan.

    Seleksi keluarga penerima bantuan memerlukan diskusi masyarakat bekerja sama

    dengan para mitra kerja prgram RRHS untuk mencegah kesalahpahaman, rasa iri, dan

    perdebatan di masa mendatang. Datar penerima bantuan diperiksa ulang dengan datar

    dari rganisasirganisasi lain untuk menghindari penerima bantuan ganda, kemudian

    diteruskan kepada BRR untuk pencatatan. RRHS menandatangani sebuah kntrak dengan

    setiap penerima bantuan. Kntrak itu merinci kegiatankegiatan yang akan dilakukan leh

    RRHS, tanggung jawab dari para pihak, jangka waktu kegiatan, dan jadwal pembayaran.

    Setiap penerima bantuan harus menyediakan bukti sertiikat kepemilikan tanah.

    Memecah kegiatan knstruksi RRHS berskala besar menjadi kntrak kecil dengan

    masingmasing keluarga merupakan milestone sebagai hasil dari partisipasi di tingkat

    akar rumput. Cara ini menghrmati psisi penerima bantuan sebagai mitra, bukan

    sebagai penerima derma. Selain itu, cara ini memberdayakan para penerima manaat

    sebagai penggagas reknstruksi atas rumah mereka sendiri. Penerima manaat harus

    memeriksa dan menandatangani semua materi serta masukan yang diterima dari RRHS.Prgram ini memasilitasi prses melalui arahan dan pelatihan. Menjelang tuntasnya

    prgram, selembar sertiikat ditandatangani kedua pihak untuk mendkumentasikan

    keberhasilan penerapan kerja.

    Perencanaan PartisipatrisPerencanaan pembangunan masyarakat disiapkan leh semua desa RRHS dengan dasar

    rekmendasi dan survei lkasi. Penerapan ini dilakukan bekerja sama dengan inisiati

    Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang didukung leh SLGSR/GTZ. Prses RKM dilakukan

    dengan pelaksanaan rangkaian lkakarya yang diadakan di desa masingmasing. Anggtamasyarakat dilatih melalui asesmen kebutuhan dan prses perencanaan. Hasilnya

    disatukan dalam sebuah dkumen yang kmprehensi sebagai dasar pembangunan desa.

    Perencanaan masyarakat terbuka untuk revisi sepanjang prses pelaksanaan.

    RRHS mendukung prses pembelian tanah di dalam masyarakat tanpa intervensi atau

    bantuan keuangan dari pejabat pemerintah yang berwenang. Sejumlah pemilik tanah

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    30/322

    10

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    setempat mencba menarik keuntungan dari lahan relkasi dan meminta harga yang

    tidak terjangkau. Hal itu kemudian menjadi tugas masyarakat untuk bernegsiasi karenamereka baru berhak memperleh dukungan setelah isu tanah terselesaikan.

    Memperkuat Struktur Demkratis dan MdalSsial Setempat

    RRHS bergantung pada penggunaan adat setempatmusyawarah, kelmpk kus

    masyarakat, dan lainlainyang melibatkan perempuan dan remaja dalam seleksi

    penerima manaat, perencanaan penggunaan tanah, dan knsultasi mengenai penerapan

    prgram. Para penduduk desa ditantang untuk membuat keputusan penting terkaitdengan reintegrasi individu, seperti penyintas tsunami/knlik atau eks kmbatan,

    untuk kembali ke masyarakat dan menata kembali struktur kepemilikan tanah guna

    memungkinkan permukiman baru atau akses setara atas tanah prdukti.

    Program ini menjalin kerjasama

    yang baik dengan para produsentiang pancang lokal. Keahlian

    mereka dalam pembuatan

    pengecoran merupakan hal utama

    untuk dapat menghasilkan tiang

    pancang yang memiliki standar

    kualitas cukup. Tempat produksi

    mereka mengikuti lokasilokasi

    pembangunan rumah berikutnya

    sehingga biaya transportasi dan

    bongkar muat dapat diminimalisasi.

    Foto: Dokumentasi GITEC

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    31/322

    Stimulasi EknmiStimulasi terhadap eknmi setempat adalah bagian integral dari pendekatan

    reknstruksi RRHS. Tujuan dari prgram inilah untuk menggunakan sebanyak mungkin

    dana reknstruksi di tingkat desa buat mengatasi keruntuhan eknmi, perputaran uang

    tunai, dan masalah prduksi di wilayahwilayah landaan tsunami.

    Prgram ini membangun kerja sama yang baik dengan prdusen rumpn betn

    setempat. Keahlian mereka dalam memprduksi batu betn amatlah penting dalam

    mencapai kualitas standar layak pakai dari rumpn betn. Mereka membuka lkasi

    prduksi tak jauh dari lkasi knstruksi untuk meminimalisasi biaya transprtasi dan

    pemecahan batu. Setiap penerima manaat menerima bahanbahan knstruksi dan uang

    tunai sejumlah Rp 8,7 juta untuk biaya pengerjaan knstruksi rumah yang menerapkan

    pendekatan membantu diri sendiri dari Mamamia. Penerima manaat bebas menentukan

    apakah mereka ingin mengerjakannya sendiri atau menyewa tenaga tukang.

    Pemulihan perkebunan agrrestri milik pengusaha kecil mengikuti metdependekatan uang tunai untuk bekerja. Jenis pekerjaan ini selalu dilakukan leh keluarga

    dari penerima manaat. Suntikan dana tunai di desadesa amatlah penting bagi

    pengusaha kecil serta penyedia jasa guna membangun kembali usaha mereka.

    Kepada keluarga penerima manaat dianjurkan membuka rekening bank saat prgram

    berpindah ke daerah pedalaman untuk mengurangi risik pembayaran transprtasi

    dalam jumlah besar. Mamamia membina hubungan dengan bank setempat dan

    mengatur agar mereka bisa mengunjungi markas Mamamia seminggu dua kali guna

    memasilitasi pembukaan rekening sehingga mengurangi biaya bepergian para penerima

    manaat. Pembukaan rekening bank adalah langkah lain dari pemberdayaan masyarakat

    dengan mengajak mereka mengenal struktur eknmi rmal serta memiliki akses atas

    asilitas pinjaman yang rmal.

    Kepada para kntraktr RRHS dianjurkan bekerja sama erat dengan masyarakat

    dalam pencarian bahanbahan dasar dan tenaga kerja, serta memanaatkan perusahaan

    setempat. Mereka kebanyakan percaya kepada kelmpkkelmpk kerja yang

    berpengalaman dan melengkapi kelmpk itu dengan tenaga kerja setempat. Masyarakat

    membuat perjanjian dengan para kntraktr dalam pengadaan bahanbahan lkal dan

    tenaga yang dipekerjakan di satu wilayah. Sistem ini menguntungkan kedua belah pihak

    dan memastikan terbentuknya lingkungan kerja yang aman dan bebas gangguan.

    Sejumlah kecil prdusen batu betn setempat dan perusahaanperusahaan knstruksididukung dengan pelatihan, pembayaran di muka, serta kntrak paskan untuk membeli

    peralatan prduksi dan membuka lkasi prduksi rumpn betn. Prdusen batu

    menerima pesanan dari pihakpihak swasta dan perusahaan knstruksi. Pembangunan

    inrastruktur memberikan akses yang andal dan penyediaan jasa kepada masyarakat.

    Mereka adalah ndasi dari lingkungan yang kmpetiti bagi pemrsesan dan prduksi

    dalam eknmi berbasis agrikultur.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    32/322

    12

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    Kepemilikan tanah yang sah bagi para penerima manaat adalah milestone lain bagi

    pembangunan eknmi masyarakat di masa mendatang. RRHS menyediakan sertiikat

    kepemilikan tanah tradisinal atas denah sebagai salah satu persyaratan yang sah demi

    meningkatkan keamanan tanah. Sertiikat kepemilikan tradisinal tersebut lalu diubah

    menjadi dkumen hukum sah yang diakui pemerintah setempat.

    Pasir untuk knstruksi biasanya dicari dari sungai terdekat menggunakan pekerja

    setempat yang dibayar per meter kubik. Masyarakat setempat yang memiliki tepian

    sungai juga diuntungkan melalui perlehan pembayaran dari penggalian. Pembayaran

    dilakukan leh kntraktr berdasarkan jumlah pasir dan tanah.

    operasi dan PemeliharaanTlk ukur rehabilitasi dan reknstruksi prgram dikuskan pada dua kelmpk

    sasaran: penerima manaat perrangan untuk perumahan dan mata pencarian, serta desa

    secara keseluruhan bagi kmpnen prasarana.

    Sejak tahap perencanaan hingga penyelesaian, RRHS memberikan pelatihan

    dan arahan kepada para penerima manaat. Setelah inspeksi akhir, penerima

    manaat mengambil alih tanggung jawab bagi pembangunan rumahnya serta

    ikut menandatangani sertiikat penyelesaian rumah mereka dengan pemerintah

    setempat dan RRHS. Dari hasil pemeriksaan lkasi yang berkala, survei pascaknstruksi

    menunjukkan 96 persen rumah ditempati dan dipelihara dengan baik. Sekitar 30 persen

    pemilik rumah menambahkan bangunan tambahan pada rumah mereka.

    operasi perkebunan jangka panjang didukung melalui rganisasi petani setempat,

    kperasi, dan Mamamia.

    Intervensi prasarana dasar direncanakan dan dilaksanakan bersama masyarakat. Slusi

    pemeliharaan sederhana diterapkan. Anggta masyarakat selalu dilibatkan secara akti

    dalam kegiatan knstruksi. Inspeksi bersama dilakukan sebelum serahterima prasarana

    kepada pemerintah setempat. Dkumen pengalihan secara rinci menguraikan pekerjaan

    yang sudah dilakukan, perasi, dan tugastugas pemeliharaan.

    Sistem pengadaan air bersih pipa besar diserahterimakan kepada Perusahaan Daerah

    Air Minum (PDAM).

    Sistem pengadaan air bersih berskala kecil diserahterimakan kepada kelmpk

    pengguna air yang akan mengumpulkan bayaran bulanan dari rumahkerumah serta

    mempekerjakan serang petugas yang menjalankan sistem itu.

    GTZ mengembangkan standar perasi dan sistem pemeliharaan bagi pekerjaan

    prasarana kecil serta mengadakan sejumlah pelatihan di desadesa RRHS di Banda Aceh,

    Aceh Besar, dan Pidie. RRHS menyerahterimakan semua pelaksanaan prgram kepada

    tim manajemen aset BRR, yang bertanggung jawab dalam menyediakan pangkalan

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    33/322

    data yang kmprehensi bagi semua pekerjaan reknstruksi, yang pada akhirnya

    akan diserahterimakan kepada pemerintah setempat. Pemerintah setempat akan

    menggunakan pangkalan data untuk membuat perencanaan serta mengalkasikan

    perasi dan anggaran mereka sendiri. Sistem yang dikembangkan RRHS digunakan leh

    BRR sebagai cnth yang bisa ditiru rganisasirganisasi lain.

    KesinambunganTransparansi dari seluruh prses pelaksanaan membangun kepercayaan di masyarakat.

    Kepemilikan dianggap penting bagi keberlangsungan. Pendekatan membantu diri sendiri

    menyediakan perangkat dan keahlian untuk membangun dan memelihara rumahrumah

    yang baru dibangun. Sejumlah pemilik rumah menghias dan mengecat rumah baru

    mereka, yang mengungkapkan keunikan, rasa bangga, dan kepuasan masingmasing.

    Penggunaan keahlian dan sumbersumber setempat adalah pin utama dari RRHS.

    Kerja sama antara tim RRHS dan para penerima manaat, masyarakat, serta lembagapemerintah setempat dalam prses pelaksanaan dari hari ke hari memastikan ukuran

    prgram bisa dijaga kesinambungannya secara lkal.

    Kerja sama dengan Mamamia sebagai mitra utama memastikan bahwa keahlian lkal

    akan tetap ada di Aceh dan bisa diterapkan di wilayah lain. Mamamia juga berencana

    mengubah sejumlah markas mereka menjadi pusat pembangunan desa untuk

    menyediakan pedman jangka panjang dalam sektr mata pencarian bagi masyarakat.

    Rancangan RumahRRHS membangun sejumlah 7.625 rumah bagi sekitar 38.000 penerima manaat di

    145 desa di sembilan kabupaten. Dari jumlah ini, 5.642 rumah didanai leh Pemerintah

    Jerman dan 1.533 leh Pemerintah RI.

    Desain utama rumah dari papan gypsum atau Kalsiplank (KP) dibangun Mamamia

    dengan campuran keahlian tradisinal dan teknlgi bangunan mdern.

    Rumah seluas 42 meter persegi ini memiliki satu kamar mandi, dapur, dan teras kecil.

    Fndasi dibuat dari batu, sementara elemen struktur terbuat dari kayu yang diisi dengan

    bata berplester setinggi 1,2 meter. Papan gypsum digunakan pada bagian atas tembk

    dan langitlangit. Sedangkan atap menggunakan lembaran besi bergelmbang dan

    lantai menggunakan semen. Pintupintu dan jendela dibuat dari kayu. Setiap rumahmemiliki kamar mandi berlantai, septictank, dan instalasi listrik. Universitas Syiah Kuala,

    Banda Aceh, menguji dan memberikan sertiikat pada rumah tersebut sebagai rumah

    tahan gempa. Sekitar 44 persen rumah yang dibiayai Bank Pembangunan Jerman (KW)

    menggunakan Kalsiplank, terutama di Kabupaten Bireuen.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    34/322

    14

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    Foto: Dokumentasi GITEC Rumah rumpn betn dirancang sebagai alternati atas rumah KP, tetapi dengan

    tembk yang lebih tebal, sehingga penggunaan kayu bisa dikurangi. Rumpn betn lebih

    ramah lingkungan daripada batu bata karena tidak memerlukan prses pembakaran.

    Rumah berukuran 42 meter persegi itu memiliki kamar mandi, area dapur, dan teras

    kecil. Fndasi rumah dibuat dari batu. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, menguji

    dan memberikan sertiikat pada rumah tersebut sebagai rumah tahan gempa. Sekitar

    44 persen rumah yang dibangun KW menggunakan rumpn betn, terutama di Banda

    Aceh, Aceh Besar, Pidie, Aceh Jaya, dan Bener Meriah.

    Ratarata ngks per rumah RRHS pada 2006 adalah Rp 53 juta, pada 2007 Rp 65 juta,

    dan pada 2008 Rp 75 juta. ongks ratarata knstruksi satu rumah RRHS meningkat

    menjadi Rp 57.238.296 atau 4.800 eur.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    35/322

    TSUNAMI menyebabkan hilangnya jiwa manusia, juga permukiman tempatterdapatnya batasan isik tanah, dkumen kepemilikan tanah, dan dkumentasi batasan

    tanah.

    Ketidakjelasan batas tanah menjadi halangan besar pada masa rehabilitasi dan

    reknstruksi pascatsunami, terutama dalam membangun rumah yang didanai dnr.

    Tanpa mengetahui batas tanah, tidak mungkin menetapkan luas dan kepemilikan rumah.

    Pada Februari 2005, Yayasan Invasi Pemerintahan Daerah (YIPD) membuka

    sebuah kantr dan menunjuk krdinatr di Banda Aceh. Menaruh priritas pada

    pengidentiikasian batasbatas tanah untuk pemetaan desa bersama masyarakat, YIPD

    adalah rganisasi pertama yang melakukan pemetaan desa bersama masyarakat dengan

    tujuan menghindari pertikaian di antara penduduk berkaitan dengan tanah di masa

    depan, serta membantu pemerintah daerah, BRR, dan rganisasi lain dalam perencanaan

    desa dan reknstruksi daerah permukiman dan asilitas umum.

    Priritas lkasi ditentukan berdasarkan tingkat kerusakan dan krdinasi dengan

    kecamatan, kelurahan, desa, dan BRR.

    Mengatasi PermasalahanBatas Tanah yang Hilang

    Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD)

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    36/322

    16

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    Pengembangan dan PelaksanaanYIPD ditunjuk sebagai badan pelaksana Prgram Pembangunan Pemerintah Aceh

    (AGDP) dari USAID (FebruariSeptember 2005), Bessemer Trust Assistance Prgram (Juni

    Desember 2005), BushClintn Tsunami Assistance Prgram (September 2005Agustus

    2006), dan AcehNias Gvernance Enhancement Prgram (ANGEP) dari ATARPUSAID

    (April 2006September 2007).

    Pemetaan desa berbasis masyarakat adalah bagian dari prgram AGDP dan ANGEP.

    Untuk AGDP, YIPD memberikan bantuan dalam mengembangkan pemetaan tanah

    masyarakat di desadesa Meuraxa, Kutaraja, Jaya Baru, Baiturrahman, dan Kuta Alam,

    Kelurahan Syiah Kuala di Banda Aceh, serta Lhk Nga dan desadesa di Leupung di

    Kabupaten Aceh Besar. Untuk ANGEP, YIPD membantu pemetaan bersama masyarakat

    di desadesa dan kelurahankelurahan di Kabupaten Aceh Besar, Aceh Barat Daya, dan

    Aceh Utara. Penyuntingan teknis peta tersebut dikerjakan leh para pakar di studi digital

    pemetaan YIPD di Jakarta.

    Pada tahap awal, dilakukan pengukuran sederhana dengan kmpas, alat manual

    Gegraphic Psitining System, dan meteran.

    Tindakan yang DiambilInvasi ini bertujuan membuat petapeta yang lebih baik dan kredibel yang bisa

    digunakan sebagai rujukan untuk aktivitas di masa mendatang. Metde yang dipakai dan

    langkah yang akan diambil didiskusikan leh semua pakar di YIPD, termasuk pakar studi

    pemetaan digital.

    Inisiati ini dimulai dengan menyiapkan asilitatr pemetaan leh masyarakat dan

    memberi mereka peralatan sederhana untuk membuat peta, baru kemudian menemui

    kepala desa dan pejabat lain. Pejabat daerah di kabupaten, kecamatan, dan desa

    diberi tahu kemudian. Setelah mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah,

    YIPD mengrganisasi pertemuan desa dengan melibatkan kepala desa dan camat

    untuk menyebarkan inrmasi tentang pemetaan. Dalam pertemuanpertemuan ini,

    dibicarakan prsedurprsedur yang akan diikuti dalam menentukan batasbatas tanah

    dan didatarkan juga klaimklaim setiap penduduk tentang batas tanah mereka dengan

    melibatkan penduduk dan pemimpin masyarakat sebagai saksi.

    YIPD bekerja sama dengan masyarakat setempat menentukan batasbatas tanah danmemasukkan data ini ke skala peta beserta inrmasi tentang kepemilikannya. Peta

    peta awal dibuat berdasarkan pantauan satelit dari IKoNoS dan pemtretan udara leh

    NoRAD yang disediakan BRR. Pada ase lanjut, petapeta yang dibuat disesuaikan dengan

    sistem gedetik nasinal.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    37/322

    Agar inisiati ini berhasil, YIPD pertamatama membangun kepercayaan penduduk,

    mengleksi data jumlah penduduk di desadesa selamat (termasuk mereka yang

    mendiami tempat hunian sementara), mengadakan rapatrapat penduduk untuk

    menyamakan persepsi terhadap peta udara (terutama menentukan bentuk kaveling

    tanah dan kepemilikannya), menyetujui kegiatanberikutnya, seperti mengisi rmulir dan

    menentukan batasbatas tanah serta panjang dan lebar kaveling tanah.

    Bila mungkin, penentuan batas tanah dilakukan rang per rang leh para pemilik

    tanah di desa tersebut. Mereka juga menentukan batas tanah untuk tanah yang dimiliki

    secara klekti serta tanah yang pemiliknya tinggal di luar desa dan tidak hadir dalam

    pendataan ini.

    Pemilik tanah kemudian mengisi surat pernyataan pemasangan tanda batas dan

    penguasaan fisik. Tetangga pemilik tanah menyaksikan kegiatan itu dan pernyataan

    tersebut dilegalisasi leh kepala desa.

    Apabila ditemukan ketidakcckan antara peta yang dibuat leh masyarakat dan peta

    awal yang dibuat dari udara, dilakukan pengukuran tanah dan hasilnya digambarkan di

    peta awal tersebut disertai dengan nama pemilik tanah.

    Inrmasi yang diperleh di lapangan dipakai untuk memles peta batas tanah.

    Pemlesan ini dilakukan di studi digital pemetaan di Jakarta. Hasilnya adalah peta

    pryeksi yang dilengkapi dengan krdinat sesuai dengan sistem nasinal.

    Setiap peta yang sudah diples dipamerkan di tempat umum (biasanya di pusat

    kmunitas meunasah atau di masjid) setidaknya 10 hari, paling tidak sampai hari salat

    Jumatan. Setiap keluhan atau keberatan diselesaikan dalam rapatrapat yang dihadiri

    para kepala desa dan pihakpihak terkait. Setelah semua setuju, keputusan/persetujuan

    tersebut dibuat secara tertulis dan setiap tambahan inrmasi yang relevan dimasukkanke dalam peta.

    Selanjutnya, semua revisi didkumentasikan dan dikirim kembali ke studi digital peta

    YIPD bersama petanya.

    Revisi inal diselesaikan dan peta kaveling tanah desa yang sudah direvisi dikirim

    kembali ke desa untuk ditandatangani kepada desa dan pejabat lain yang berwenang.

    Setiap peta bisa dipakai untuk menengahi perselisihan sal tanah di hari esk dan juga

    untuk perencanaan pengembangan dan pembangunan desa.

    Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah lkal dan BRR sebagai badan

    yang bertanggung jawab untuk rehabilitasi dan reknstruksi.

    TantanganTantanganMasalah yang ditemukan pada waktu pelaksanaan antara lain kesulitan mengumpulkan

    pemilik tanah, yang sebagian besar telah mengungsi dan tinggal di hunian yang

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    38/322

    18

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    terpencar. Kesulitan juga dialami ketika mencba memtivasi penduduk desa, karena

    hampir semuanya sibuk bekerja untuk sekadar hidup.

    Karena keberhasilan prgram bergantung pada jumlah peserta yang cukup untuk

    menentukan batas tanah dan kepemilikan, masalah ini diatasi dengan menjadwal ulang

    rapatrapat untuk menyesuaikan waktunya dengan penduduk desa, kepala desa, danpemimpin masyarakat.

    Memberikan tanda pada batas tanah sulit tidak hanya karena perubahan kndisi

    tanah akibat bencana, tetapi juga karena data awal yang dikumpulkan masyarakat untuk

    pemetaan banyak yang kurang akurat. Untuk mengatasi ketidakakuratan, dilakukan

    penelitian ulang buat menentukan lkasi yang tepat.

    Hikmah AjarKegiatan ini membawa hasil yang ditargetkan. Semua peta diserahkan kepada kepala

    desa dan BRR, dan dipakai untuk perencanaan desa dan knstruksi tempat hunian.

    Inisiati YIPD secara tak langsung membentuk cara berpikir masyarakat dan

    kemampuannya untuk menandai kembali batasbatas tanah yang hilang. Langkah

    langkah yang dilakukan melalui inisiati ini adalah suatu hal baru bagi masyarakat.

    Pemakaian teknlgi digital, pencitraan satelit dan udara, dan pemetaan bersama adalah

    keahlian penting bagi penduduk desa yang harus diajarkan secara luas.

    Secara garis besar, prgram ini melaksanakan prinsip tata kella pemerintahan yang

    baik, seperti pengikutsertaan masyarakat dan visi yang strategis.

    Masyarakat sekarang tahu dan mengerti bagaimana mengidentiikasi dan

    mereknstruksi batas tanah yang rusak, juga bahwa semua usaha yang berhubungan

    atau memakai metde ilmiah (misalnya teknik sipil) harus memenuhi tingkat kinerja

    minimum sesuai dengan ilmunya dan pemanaatan selanjutnya. Salah satu tujuan invasi

    adalah memenuhi standar dengan cara yang eisien dan lebih baik atau lebih sederhana.

    Secara tidak langsung, kegiatan ini membantu penduduk desa yang menderita trauma

    karena tsunami untuk bekerja sama serta mengangkat semangat hidup dan slidaritas

    mereka. Hasil langsungnya adalah peta desa di mana batasbatas tanah ditentukan

    kembali melalui kesepakatan bersama, yang mengurangi risik perselisihan.

    Replikasi PrgramBekerja sama dengan BRR, YIPD telah membuat Manual Kesepakatan Warga tentang

    Batas Bidang Tanah, Kepemilikan, dan Penandaan Bidang Tanah dalam Peta. Manual ini

    diadpsi leh berbagai rganisasi yang menerapkan kegiatan serupa di daerahdaerah

    lain.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    39/322

    RENCANA Aksi Masyarakat yang berhasil di Aceh: Menggunakan mdelrapat tradisinal desa, sebuah tim dari pryek Supprt r Lcal Gvernance and

    Sustainable Recnstructin (SLGSR) yang didukung Kerja Sama Teknis Indnesia Jerman

    (Gesellschat r Technische Zusammenarbeit, GTZ) mengella reknstruksi seluruh desa,

    bekerja sama dengan penduduk.

    PendahuluanBeginilah tampak desa kita nantinya! kata Baharuddin, kepala desa Lamtutui, di

    pesisir barat Prvinsi NAD. Di hadapannya terdapat sebuah mdel kayu sederhana yang

    menunjukkan desa Lamtutui yang baru. Desa yang lama sudah tidak ada lagi. Tsunami yang

    menghantam pada 26 Desember 2004, tidak menyisakan satu rumah pun di desa nelayan

    ini. Sekitar 1.000 dari 1.300 penduduk meninggal. Baharuddin kehilangan isteri dan dua

    anaknya, dan dia sendiri menghabiskan waktu tinggal satu bulan di tenda pengungsian.

    Tapi, kemudian dia kembali untuk membangun desanya. Dia dan warga yang selamat di

    desanya menerima bantuan yang diperlukan untuk tugas sulit ini dari tim ahli Rencana Aksi

    Masyarakat (CAP)bagian dari SLGRS Dukungan GTZ, pryek SLGRS, yang didanai leh

    Kementerian Kerja Sama Eknmi dan Pembangunan Republik Federal Jerman .

    Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit (GTZ)

    MenggunakanModel RapatTradisional Desa

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    40/322

    20

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    CAP adalah metde kerja yang partisipati, yang mengrganisasikan kerja sama pada

    suatu masyarakat. Tujuan tim SLGRS adalah secara akti mempekerjakan warga dari sekitar40 desa yang hancur untuk mereknstruksi rumahrumah mereka. Indnesia memiliki

    tradisi lama di masyarakat desa, yang memutuskan hal yang memengaruhi banyak rang

    secara bersama, dan secara bersama pula menjalankan keputusan itu. Dengan cara ini,

    setiap rang dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya. Prses ini disebut

    musyawarah, yang sering berlangsung beberapa hari, tapi menjamin bahwa semua

    rang berada di belakang keputusan itu. Tim CAP mengadaptasi metde kerja prses ini.

    Para pakar juga menyampaikan pendapatnya guna membantu para nelayan agar dapat

    menlng dirinya sendirimeskipun para warga desalah yang ada akhirnya memutuskan

    masa depan mereka sendiri.

    Ini terjadi di Lamtutui. Seluruh warga desa menghabiskan waktu dua hari untuk duduk

    bersama dan membicarakan reknstruksi desa tersebut. Inti dari pembicaraan terpusat

    pada jalur penyelamatan yang terdapat di bukit belakang desa, sekiranya terjadi lagi

    tsunami. Namun warga desa juga membicarakan mengenai letak bangunanbangunan

    dan jalur yang digunakan untuk jalan utama yang baru. Haruskah terletak lebih jauh dari

    pantai? Pertanyaan inilah yang kemudian mengarah kepada suatu mdel yang dapat

    diterima baik leh seluruh warga.

    Rencana partipasif dari desa

    Pasi Lhok di Aceh Besar, sepertiditunjukkan oleh sebuah model

    kayu. Foto: GTZ/Volker Kess

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    41/322

    Pembangunan dan PenerapanIde dari tim CAP muncul pada April 2005, ketika GTZ, bekerja sama dengan bank

    pembangunan (KW) milik pemerintah Jerman, mencari cara agar para krban tsunami di

    Aceh lebih terlibat dalam mereknstruksi desadesa mereka. Tantangan pertama adalah

    menemukan sebuah tim yang dapat memberikan nasihat teknis kepada masyarakat yang

    telah dipilih, yang juga mampu memberikan bantuan presinal dalam prses ssial untuk

    mencapai suatu keputusan. Pada akhirnya, dua belas pakar lkal terpilih, masingmasing

    memiliki sebuah kualiikasi penting yang mungkin berguna dalam prses perencanaan desa

    yang praktis, meliputi arsitek, gelg, perencana penggunaan lahan , eknm,dan ssilg.

    Tim pertama berbicara dengan kepala desa dan imam setempat untuk

    memperkenalkan diri dan mengumpulkan semua inrmasi yang diperlukan. Berapa

    banyak rang yang selamat, berapa banyak bangunan yang hancur, di mana sumber air

    tawar? Selanjutnya, tempat tersebut disurvei dan hasilnya disampaikan kepada seluruh

    warga. Dengan menggunakan mdel tiga dimensi, terdapat sesi tukar pikiran bersama

    untuk menjajaki berbagai kemungkinan reknstruksi desa. Rumah mdel ditempatkan

    pertama di sini, kemudian di tempat lain. Segera setelah warga desa mencapai sebuah

    keputusan, tim CAP menyatukan sebuah rencana reknstruksi. Rencana ini merinci

    susunan kavlingkavling tanah dan bangunan dan juga kepemilikannya. Rencana tersebut

    juga menyimpan inrmasi mengenai persediaan air dan rute penyelamatan yang

    mungkin, bila terjadi bencana alam. Kemudian kepala desa diberi rencana lengkap yang

    dapat ia sampaikan ke rganisasi yang akan mengerjakan pekerjaan knstruksi.

    Masyarakat desa pada awalnya sering kali meragukan para pakar CAP. Ketika tim

    pertama kali mengunjungi Lamtutui, misalnya, sejumlah rganisasi bantuan sudah ada.

    organisasirganisasi tersebut telah memberi janjijanji tanpa berbicara dulu secaraintensi dengan masyarakat tentang kebutuhan mereka. Warga desa merasa curiga dan

    bertanyatanya apa yang dilakukan para rang asing ini dengan semua pertanyaan yang

    diajukannya. Namun, sikap tersebut berubah dengan cepat ketika tim CAP meminta

    warga desa untuk berperan akti. Dengan bantuan para pakar, warga desa mampu

    mensurvei desa mereka dan memutuskan siapa yang diperkenankan untuk membangun

    di mana, Kumpulan rang yang berpartisipasi bahkan tidak cukup berada di dalam ruang

    rapat sementara, ujar perencana penggunaan lahan Zamharira, dari tim CAP, sehingga

    kami membagi mereka ke dalam kelmpk kerja. Para lelaki membicarakan tentang di

    mana membangun jalan, sementara para perempuan membicarakan tentang struktur

    rumah, dan bahkan anakanak menggambar apa yang mereka inginkan di atas kertas.Hal itu segera menjadi jelas bahwa setiap rang mendapat manaat dari pendekataan

    partisipati ini. Warga desa mampu menggabungkan pemikiranpemikirannya. Kepala

    desa mampu membuat sebuah keputusan yang didukung setiap rang. Dan rganisasi

    yang akan kembali membangun desa mampu mendasari pekerjaannya pada rencana

    yang sudah ada, yang sesuai dengan harapan warga desa.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    42/322

    22

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    Sejak akhir tahun 2005, tim mulai menerima permintaan dari pryekpryek lain yang

    berminat pada metde CAP. Tim mulai sering bekerja untuk rganisasirganisasi lain,

    seperti Palang Merah Jerman dan Caritas Jerman. Akibat permintaan yang meningkat,

    prgram SLGRSR akhirnya memutuskan untuk memisahkan tim CAP secara keseluruhan

    dan membentuknya menjadi sebuah LSM dengan kewenangannya sendiri dengan

    nama Yayasan Cipta Aksi Cepatsehingga dapat menawarkan layanan kepada siapa

    saja. Yayasan Cipta Aksi Partisipati telah menjadi rganisasi bantuan Indnesia yang

    independen sejak 13 Nvember 2006.

    Meskipun telah menjadi LSM, yayasan tersebut tetap mempertahankan hubungan

    eratnya dengan GTZ. Para pegawai SLGSR membantu dalam mengrganisasikan LSM

    baru di beberapa bidang seperti pelatihan bidang akuntansi, penganggaran, dan

    manajemen. Selain itu, anggta yayasan CAP harus belajar cara membuat knsep sebuah

    prpsal pryek dan cara berpartisipasi dalam memenuhi undangan publik untuk

    pelaksanaan tender, sehingga mampu bersaing di pasaran. Pada tahun 2008, untuk

    pertama kalinya rganisasi ini memenangi undangan publik untuk pelaksanaan tender.

    Tim tersebut ditugaskan leh UNDP untuk bekerja sama dengan penduduk setempat

    guna merencanakan sebuah sistem pembuangan limbah yang eekti di kabupaten

    Bireuen dan Pidie. Dan sejak Januari 2009, para pakar CAP bekerja atas nama Palang

    Merah Jerman untuk memastikan bahwa desadesa yang telah direknstruksi mampu

    memelihara sistem air tawar dan sanitasi mereka yang baru.

    AnalisisKami sendiri terkejut dengan betapa baiknya metde kami dapat diterima, kata

    Zamharira, yang merupakan bagian dari tim CAP sejak awal. Satu alasan utamakeberhasilannya adalah kenyataan bahwa para pakar Indnesia mengrientasikan

    pendekatan mereka sejalan dengan rapatrapat tradisinal desa, seperti yang telah

    dilaksanakan di Indnesia selama ratusan tahun. Tentu saja, keadaaan yang luar biasa

    juga membantu penerimaan terhadap tim CAP. Setelah tsunami, ratusan rganisasi

    bantuan internasinal datang ke Aceh, tapi mereka tidak mengenali budaya Aceh. Mereka

    bergantung pada pengetahuan para pakar lkal untuk benarbenar dapat sepaham

    dengan warga desa yang telah terpengaruh leh prses reknstruksi. Pada September

    2008, tim pryek yang didukung GTZ telah bekerja sama dengan sekitar 4.500 rang.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    43/322

    Ketika sebagian besar reknstruksi di Aceh mulai selesai, Yayasan CAP kemudian

    memusatkan perhatiannya pada rganisasi dan kmunikasi tentang metde klekti

    perencanaan termasuk prses perencanaan di kantr pemerintahan, atau sekadar

    menentukan siapa yang bertanggung jawab atas pemeliharaan pipa air desa. Tim juga

    telah mengumpulkan analisis tpgrai di mana lahan tidak hanya disurvei tapi juga

    dikelmpkkan sesuai dengan karakteristiknya. Analisis ini jelas penting ketika berkenaan

    dengan pryekpryek besar seperti tempat pembuangan limbah atau bandara. Dalam

    jangka panjang, Yayasan CAP ingin terlibat di pryekpryek di bagian lain Indnesia.

    Bagi GTZ, metde CAP merupakan sebuah alat yang sangat penting, sehingga

    rganisasi lain dapat memperleh manaat dari sumber pengalaman ini dan dapat

    membangun tim mereka sendiri. Pakar CAP telah merangkum pengalaman yang mereka

    kumpulkan di Aceh dalam sebuah buku pegangan. Baharuddin, Kepala Desa Lamtutui,

    mencatat pengalamannya dengan cara yang berbeda sebuah puisi ucapan terima kasih

    kepada tim CAP yang telah memberikan desanya sebuah masa depan.

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    44/322

    24

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    Membantu Kaum MiskinYAYASAN Masyarakat Makmur Mitra Adil (Mamamia) didirikan di Aceh pada

    awal 2003 untuk mendrng kepentingan kaum miskin di prvinsi tersebut, khususnyadi daerah pedesaan. Mamamia adalah singkatan dari Masyarakat Makmur Mitra Adil.

    Kegiatankegiatan awal Mamamia berlangsung di empat desa yang ada di Kecamatan

    Mntasik, Aceh Besar, pada awal 2003, melalui kerja sama dengan Klat Limbang (KUB).

    Pryek Mntasik menangani prduksi dan penjualan cabai rawit.

    Mamamia memulai kegiatan pemulihan segera pada hari terjadinya tsunami dengan

    mendistribusikan air minum dalam kemasan, mi instan, dan sejenisnya. Pada minggu

    dan bulan berikutnya, Mamamia membantu ribuan penyintas dengan membilisasi tim

    tim yang terdiri atas rangrang muda Aceh untuk mendistribusikan keperluan dalam

    kndisi darurat yang dipask leh LSM CWS.

    Bersama dengan lembagalembaga dnr, Caritas Austria dan Jerman menggerakkan

    dana bantuan yang dibutuhkan leh Mamamia untuk membangun 1.057 rumah

    di Kecamatan Lhng sejak Maret 2005. Lhng Huse Rehabilitatin Prgram

    (Prgram Rehabilitasi Rumah Lhng, PRRL) selama ini menjadi cerita sukses tentang

    Yayasan Masyarakat Makmur Mitra Adil (Mamamia)

    Membangun Rumah danLahan Pertanian Sekitarnya

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    45/322

    pembangunan kembali rumah bagi para krban tsunami. Ini merupakan prgram

    pertama yang dijalankan dengan berhasil leh MamamiaCaritas dengan strategi

    pemberdayaan.

    Keberhasilan PRRL membuat Caritas (Jerman dan Austria) menaruh kepercayaan yang

    lebih besar pada Mamamia dalam prgram reknstruksi. Lembaga dnr internasinallain, seperti KW dan GITEC, bersedia bekerja sama dalam reknstruksi. Melalui kegiatan

    kegiatan di bawah Rehabilitasi dan Reknstruksi Rumah dan Perkampungan di Aceh,

    dirintis kerja sama untuk membangun 4.051 rumah di berbagai wilayah landaan tsunami

    dan 462 rumah di wilayah Bener Meriah.

    Selain menjalankan prgram reknstruksi, Mamamia melakukan kegiatankegiatan di

    wilayah miskin serta merehabilitasi lahan pertanian yang hancur di wilayah Bener Meriah

    dan Pidie Jaya.

    Prgram Reknstruksi RumahPRRL adalah prgram reknstruksi rumah bagi para krban tsunami di Lhng, Aceh

    Besar, yang melibatkan partisipasi mereka yang terkena dampak bencana. Ini adalah

    prgram reknstruksi pertama yang dijalankan Mamamia bekerja sama dengan lembaga

    dnr Caritas (Jerman dan Austria) dan Pemerintah Indnesia melalui BRR.

    PRRL bertujuan mengatasi kebutuhan reknstruksi seisi desa. Warga desa yang terkait

    menjadi mitra Mamamia dalam pelaksanaan reknstruksi. Negsiasi dan knsultasi

    berlangsung dalam pertemuanpertemuan desa. Pertemuan ini menjawab masalah

    seperti (1) isi kntrak hibah (grant contract) yang ditawarkan kepada penerima manaat

    apabila ia menjadi pemilik rumah dan membangun rumahnya sendiri, (2) para penerima

    manaat yang memenuhi syarat, (3) persyaratan status hukum tanah yang dipakai leh

    penerima manaat untuk membangun rumah, (4) tipe aspekaspek teknis rumah yang

    dibangun, (5) penyediaan material bangunan yang diperlukan tiap penerima manaat

    yang dilakukan leh Mamamia, (6) bantuan teknis leh sta teknis Mamamia kepada tiap

    penerima manaat, (7) persalan lgistik, (8) masalah relkasi berdasarkan Cetak Biru

    Reknstruksi (Blueprint for Reconstruction) Pemerintah Indnesia.

    Terkait dengan kntrak hibah, berdasarkan pengajuan kebijakan pemberdayaan leh

    Mamamia, tiap penerima bantuan yang telah disetujui ditawari kntrak hibah, di mana

    ia akan menjadi pemilik rumah dan membangun rumahnya sendiri. Seluruh paketyang

    terdiri atas peralatan kerja yang dibutuhkan, material bangunan yang diperlukan, danbiaya pembangunanditawarkan kepada para penerima bantuan sebagai hibah.

    Isi kntrak hibah dijelaskan, diusulkan, dan dinegsiasikan dalam serangkaian

    pertemuan desa sejak terjadinya kntak awal dengan desa sasaran dan Mamamia sebagai

    berikut: (a) setelah menandatangani dan mengajukan kntrak hibah, (b) penerima

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    46/322

    26

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    manaat siap untuk membangun rumah, (c) tim teknis Mamamia akan menjalankan

    spesiikasi bangunan di lkasi dengan arahan yang diberikan leh penerima manaat,

    (d) penerima manaat menggali tempat untuk mendirikan ndasi, (e) dalam waktu

    yang bersamaan, Mamamia akan menyediakan batu, pasir/kerikil, dan baja, () tiang

    tiang ndasi, (g) pembangunan ndasi dikerjakan leh penerima manaat di bawah

    bimbingan dan pengawasan tim teknis Mamamia, (h) prsedur ini berlanjut sampai

    rumah selesai dibangun, (i) ttal biaya pembangunan mencapai Rp 7,5 juta per rumah;

    demikian seterusnya.

    Walaupun tiap penerima manaat didrng untuk mengerjakan pembangunan ini

    sendiri, ia diperblehkan menyewa jasa dari rang yang lebih memenuhi syarat untuk

    melakukan semua atau sebagian pekerjaan tersebut. Dalam kasus seperti ini, penerima

    manaat harus menegsiasikan ketentuan kntrak dengan para tukang dan melunasinya

    setelah menerima cicilan biaya pembangunan. Dalam banyak kasus, penerima bantuan

    akan menunjuk serang pekerja yang akan membebaninya dengan pembayaran per hari.

    Dengan begini, dana mengalir antara penerima bantuan dan pekerja. Sistem mengizinkan

    penerima bantuan mengawasi pekerja dan memberikan inrmasi ke sta teknis

    Mamamia bila ia curiga akan adanya kejanggalan, seperti hilangnya material bangunan.

    Setelah rincian kntrak disepakati, datar penerima manaat harus dipastikan sebelum

    prgram dilaksanakan. Mamamia menerapkan ketelitian dan kerahasiaan dalam

    menyusun datar penerima manaat di tiap desa. Identiikasi penerima manaat dilakukan

    berdasarkan datar yang disusun pada tingkat desa dan kecamatan. Tim identiikasi

    penerima manaat dari Mamamia menilai kelayakan tiap rang berdasarkan kriteria yang

    ketat, seperti (1) penerima manaat adalah anggta kmunitas desa pada saat tsunami

    terjadi, (2) rumahnya hancur akibat tsunami, (3) hanya kepala rumah tangga yang selamat

    yang akan dipertimbangkan, bukan kerabat tambahan yang ikut tinggal di rumahtersebut, (4) semua keperluan reknstruksi rumah di masingmasing desa sasaran akan

    dipenuhi, (5) tidak ada pembedaan atas dasar usia dan/atau gender, juga agama dan/atau

    ailiasi plitik, (6) caln penerima manaat harus memegang kendali atas lahan tempat

    membangun rumah.

    Untuk melaksanakan PRRL, Mamamia mengakui kepemilikan akta tanah (land

    deed) sebagai dasar pemberian bantuan. Kepemilikan tanah berdasarkan hukum adat

    dianggap sebagai bukti hukum yang cukup kuat sehingga penerima manaat dapat mulai

    membangun/bekerja pada tanah tersebut. Ada tiga pin dalam kebijakan ini. Pertama,

    caln penerima manaat berhak atas bantuan dalam membangun/membangun kembali

    rumahnya di bawah prgram PRRL jika dapat membuktikan kepemilikan tanah dalambentuk akta atau surat yang menyatakan bahwa dirinya berhak atas tanah tersebut. Surat

    tersebut harus ditandatangani leh pemilik tanah dan kepala desa, juga serang saksi dari

    desa. Surat tersebut harus dilengkapi dengan gambar tanah yang menunjukkan dimensi,

    ukuran ttal, dan batasbatasnya. Ukuran tanah diperiksa leh tim teknis Mamamia

    sebelum perjanjian dibuat. Kedua, akta tanah harus diprses leh kantr wilayah untuk

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    47/322

    membuat sertiikat tanah (land certificate) yang ditandatangani kepala wilayah. Terakhir,

    sertiikat tanah tersebut harus diubah menjadi akta tanah leh kantr urusan tanah.

    Pemerintah telah menyediakan sejumlah besar sertiikat tanah gratis untuk para krban

    bencana. Karena akta dan sertiikat tanah mewakili hak dari tanah terkait, Mamamia

    menerima akta sebagai bukti yang memadai untuk memulai kegiatan knstruksi.

    Pada April 2006, sebanyak 985 rumah dibangun di 11 desa di Lhng. Harga umum tiap

    rumah per 31 Maret 2006 adalah Rp 30.312.583, termasuk ngks antar yang diberikan

    Mamamia. Selanjutnya, Caritas Austria setuju mendanai 73 rumah seharga Rp 44.801.677

    per unit (termasuk ngks kirim dan beberapa layanan tambahan), memperbarui 985

    rumah pertama dengan lapisan dinding eternit, serta memasang listrik di semua rumah

    dan menghubungkan rumah dengan pipa air, yaitu sistem utama yang dibangun CWS.

    Ketika PRRL secara resmi ditutup pada 29 Nvember 2006, sebanyak 1.057 rumah telah

    terdatar dalam Tugu Memrial yang diresmikan di Desa Krueng Kala, Lhng.

    Rehabilitasi dan Reknstruksi Rumah danPerkampungan di Aceh (RRHS)

    Kisah sukses PRRL yang dijalankan MamamiaCaritas meningkatkan kepercayaan

    para dnr asing kepada Mamamia, dan Bank Pengembangan KW Jerman (German KW

    Develpment Bank) menunjukkan ketertarikan untuk mendanai prgram serupa.

    Pada awal Juli 2005, Mamamia didekati leh irma knsultasi Jerman, GITEC Cnsult

    GmbH, yang menawarkan kerja sama dalam KWRRHS Aceh Tender, dengan pemahaman

    bahwa GITEC akan menjadi pihak utama dan Mamamia menjadi krdinatr reknstruksi

    rumah. Mamamia menerapkan mdel pemberdayaannya, sementara GITEC akan

    mengawasi aktivitas teknis dan keuangan Mamamia. Sebagai pihak utama, GITEC

    mengurus semua persetujuan dengan KW, BRR, dan lembagalembaga terkait serta

    memberikan lapran.

    Setelah RRHS diserahkan ke Mamamia leh GITEC dan kleganya, kesepakatan

    kerja sama yang rinci dinegsiasikan dan ditandatangani leh GITEC dan Mamamia

    pada 1 oktber 2005. Mamamia menyatakan, jika mdel Mamamia tidak cukup cepat

    membuahkan hasil, GITEC dapat menggunakan mdelmdel reknstruksi alternati demi

    memastikan target tercapai dalam jangka waktu yang telah ditentukan di dalam prgram.

    Walau demikian, Mamamia memilih tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan alternati

    apa pun.

    Menurut kesepakatan, Mamamia mengadministrasikan keuangannya sendiri dan

    menerima dana dalam Eur dari kantr pusat GITEC di Jerman. Mamamia setuju

    untuk melapr kepada manajer umum RRHSAceh di Banda Aceh. Ketika GITEC dan

    Mamamia menandatangani kesepakatan, jumlah rumah yang harus dibangun Mamamia

    diperkirakan 5.000 unit. Pada akhir 2008, sebanyak 4.513 rumah telah selesai dibangun,

  • 8/2/2019 Seri Buku BRR - Buku 6a - Studi Kasus - Utama

    48/322

    28

    STUDIKASUS:Manik-manikTerserak

    yang terdiri atas 555 unit di Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, 250 di Punge Blang

    Cut, Banda Aceh, 2.420 di Kabupaten Bireuen, 826 di Kabupaten Aceh Jaya, dan 462 di

    Kabupaten Bener Meriah.

    Di bawah prgram RRHS, Mamamia membangun dua jenis rumah: tipeplasterboarddan

    tipe rumpn betn. Rumahrumah papan plester memiliki dimensi dan susunan sepertirumahrumah serupa di Lhng (42 meter persegi, termasuk 6 meter persegi kamar mandi

    dalam). Walau demikian, beberapa itur diganti dan/atau diperkuat, seperti teras yang

    lebih kecil, atap yang lebih tebal, dan jangkar besi ditanam di antara ndasi dan tiang

    kayu vertikal. Rumahrumah rumpn betn dirancang GITEC pada akhir 2005 dan juga

    berukuran 42 meter persegi dengan 6 meter persegi kamar mandi dalam. Dinding dibuat

    dari batu betn selebar 15 meter dengan dua lubang di dalam. Selama knstruksi dinding,

    balkbalk besi dimasukkan ke dalam lubang pada jarak teratur dan lubanglubang diisi

    dengan betn sehingga menghasilkan knstruksi yang lebih kuat. Dari 4.513 rumah yang

    telah selesai, 2.574 adalah rumah papan plester dan 1.939 rumah hollow block.

    Prgram RRHSDAPrgram RRHSDA dirancang khusus untuk pembangunan dan rehabilitasi tanah yang

    semula prdukti. Ada dua prgram utama, yakni reknstruksi rumah dan pengembangan

    daerah agreknmi.

    Pada prgram pengembangan perumahan, 462 rumah di Bener Meriah dibangun

    menggunakan strategi pemberdayaan serupa dengan intervensi Mamamia sebelumnya

    di bawah prgram RRHSAceh. Versi yang sudah disesuaikan dari rumah hollow block

    dikembangkan dalam bentuk rumah berukuran 36 meter persegi dengan sambungan

    kamar mandi luar. Harga tiap rumah adalah Rp 58.650.000 dengan tambahan Rp12.190.000 untuk kamar mandi. Harga sud