seri 8 tekhnik fasilitasi

49

Upload: silvany-dianita-sitorus

Post on 30-Dec-2014

97 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi
Page 2: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

i

KATA SAMBUTAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengamanatkan bahwa salah satu

pembangunan sumber daya manusia Indonesia adalah melalui pengendalian jumlah

penduduk.

Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 berjumlah 237,6

juta jiwa. Jumlah yang besar ini terdiri dari lapisan penduduk balita, anak, dewasa, dan

lansia. Khusus lansia, menurut Pendataan Keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ternyata jumlah penduduk lansia

di Indonesia berjumlah 15,5 juta jiwa. Jumlah ini semakin tahun akan semakin besar. Hal ini

karena adanya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang diselenggarakan di

Indonesia.

Jumlah penduduk lansia yang besar ini membutuhkan penanganan yang serius, sebab mau

tidak mau penduduk lansia akan menjadi salah satu lapisan penduduk yang jika tidak

diberdayakan dengan maksimal akan menjadi lapisan penduduk yang dianggap beban

pembangunan. Agar penduduk lansia tidak menjadi beban pembangunan diperlukan adanya

pemberdayaan penduduk lansia. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.13 tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lansia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa penduduk

lansia di Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu penduduk lansia potensial dan

penduduk lansia tidak potensial.

BKKBN yang merupakan instansi pemerintah yang berwenang menyelenggerakan Program

Kependudukan dan Keluarga Berencana memiliki Program Pembangunan Ketahanan dan

Kesejahteraan Keluarga (PK3). Khusus untuk keluarga lansia, BKKBN melalui Direktorat Bina

Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan membina dan memberdayakan kelompok-kelompok

kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang ada di seluruh kelurahan dan desa yang ada di

Indonesia.

Kelompok kegiatan BKL merupakan wadah kegiatan bagi keluarga lansia dan keluarga yang

memiliki lansia yang berusaha meningkatkan kegiatan dan keterampilan keluarga dalam

memberikan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak sebagai orang tua bagi lansia

tidak potensial dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lansia melalui kegiatan

pemberdayaan, pembinaan, serta pengembangan potensi bagi lansia.

Tujuan utama adanya kelompok BKL adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga

lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan

keluarga. Dengan demikian, kelompok BKL menjadi sangat penting dan strategis

keberadannya. Agar pengelolaan dan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan

Keluarga Lansia semakin optimal, maka diperlukan Pedoman Pembinaan Ketahanan

Keluarga Lansia.

Page 3: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

ii

Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia merupakan Buku untuk

penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan adanya buku ini,

yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri yaitu 1. Program Kependudukan dan KB Nasional ; 2.

Pembinaan Kesehatan Fisik Bagi Lansia; 3. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia; 4.

Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia; 5. Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia; 6.

Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia; 7. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi

Lansia; 8. Teknik Fasilitasi; 9. Teknik Dinamika Kelompok; dan 10. Teknik Advokasi dan KIE.

Diharapkan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia di setiap

tingkatan wilayah dapat bergairah dan berjalan dengan baik.

Semoga Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang terdiri dari

10 (sepuluh) seri ini dapat menjadi acuan dan pegangan bagi para pengelola dan pembina

pelaksana program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan demikian, akan

terwujud penduduk Lansia yang sehat, sejahtera, mandiri, dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Jakarta, Mei 2012

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera

dan Pemberdayaan Keluarga,

Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.

Page 4: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, Seri Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat diselesesaikan.

Ketahanan Keluarga Lansia yang dilembagakan melalui wadah kelompok kegiatan (poktan)yang bernama Bina Keluarga Lansia (BKL). Kelompok BKL diharapkan dapat meningkatkanPengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) keluarga lansia dan lansia itu sendiri. PembinaanKetahanan Keluarga Lansia adalah bagian integral dari Program Pembangunan Ketahanandan Kesejahteraan Keluarga (PK3).

Sekaitan dengan hal tersebut diatas, diperlukan adanya kumpulan Media PembelajaranPembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok BKL danmengakselerasi tujuan pembinaan ketahanan keluarga lansia, yaitu peningkatan PSPkeluarga lansia dan lansia itu sendiri yang pada akhirnya dapat mendukung peningkatanketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat digunakan juga dalamkegiatan peningkatan kapasitas tenaga pelatih dan pengelola BKL. Selain itu kami harapkanseri media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan.

Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia terdiri dari 10 (sepuluh) seri,dan pada seri kedelapan akan dibahas mengenai Teknik Fasilitasi.

Apabila Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang kami susunmemiliki banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami sangat terbuka terhadap sarandan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya kepada semua pihak yang senantiasa membantu kami menyelesaikan MediaPembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, kami sampaikan terimakasih danpenghargaan yang setinggi-tingginya

Jakarta, Mei 2011Direktorat Bina Ketahanan KeluargaLansia dan RentanDirektur,

Drs. Furqan Ia Faried,MA

Page 5: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

iv

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1

B. Sasaran ................................................................................................................... 1

C. Tujuan Pembelajaran ............................................................................................. 2

D. Batasan dan Pengertian ........................................................................................ 2

BAB II KONSEP DASAR FASILITASI ............................................................................... 3

A. Pengertian .............................................................................................................. 3

B. Tujuan Fasilitasi ..................................................................................................... 3

C. Peran Fasilitator ..................................................................................................... 4

D. Sikap Fasilitator ...................................................................................................... 5

BAB III PENDIDIKAN ORANG DEWASA ....................................................................... 8

A. Pengertian .............................................................................................................. 8

B. Prinsip Belajar Orang Dewasa................................................................................ 9

C. Gaya Belajar Orang Dewasa .................................................................................. 11

D. Proses Belajar Orang Dewasa................................................................................ 11

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Orang Dewasa ................... 14

BAB IV KEMAMPUAN YANG HARUS DIMILIKI FASILITATOR .................................... 17

A. Penguasaan Materi ................................................................................................ 17

B. Keterampilan Mengelola PBM............................................................................... 17

C. Memahami Pendidikan Orang Dewasa ................................................................ 29

D. Keterampilan Komunikasi ...................................................................................... 29

E. Penampilan ............................................................................................................ 33

F. Ciri-Ciri Fasilitator Yang Baik ................................................................................. 34

Page 6: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

v

BAB V TEKNIK FASILITASI DENGAN TEAM TEACHING .............................................. 35

A. Konsep Dasar Team Teaching................................................................................ 35

B. Keterampilan Mengelola PBM............................................................................... 36

C. Tahapan Pembelajaran Dengan Strategi Team Teaching .................................. 37

BAB VI PENUTUP .......................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 40

LAMPIRAN ..................................................................................................................... 41

Page 7: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

1

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan perkembangan program dan perkembangan di bidang teknologipembelajaran, peran fasilitator dalam mengimplementasikan kurikulum yang telahdisusun semakin penting. Fasilitator dituntut untuk dapat memenuhi sejumlahprinsip pembelajaran tertentu, di antaranya harus memperhatikan kebutuhan danperbedaan individual dari peserta, mengembangkan strategi pembelajaran yangmemungkinkan peserta aktif, kreatif dan suasana belajar yang menyenangkan, sertamenilai proses dan hasil pembelajaran peserta secara akurat dan komperhensif.

Untuk dapat mengimplementasikan kurikulum dengan baik tampaknya masihditemukan berbagai kendala, antara lain motivasi dan kemampuan fasilitator sertaketerbatasan sarana/media pembelajaran. Dengan demiian, seorang fasilitatordituntut untuk dapat mengelola pembelajaran dan mengembangkan bentuk-bentukstrategi pembelajaran yang lebih tepat dan sesuai.

Pada umumnya strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam pelatihan selamaini cenderung dilakukan secara soliter yakni pengelolaan pembelajaran menjaditanggung jawab fasilitator yang bersangkutan secara individual, baik dalammerencanakan, melaksanakan, maupun menilai hasil belajar peserta. Namun, tatkaladihadapkan pada tuntutan kurikulum yang sangat kompleks dan kondisi nyata yangkurang kondusif, fasilitator memiliki keterbatasan untuk dapatmengimplementasikan kurikulum sesuai dengan apa yang diharapkan dan digariskandalam ketentuan yang ada. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah denganmenggunakan strategi Team Teaching. Strategi ini kiranya tepat digunakan dalampelaksanaan TOT Bina Keluarga Lanjut Usia (Lansia) dan Rentan yang dalamrancangan kurikulumnya menetapkan pejabat fungsional dan struktural sebagaifasilitator. Untuk memenuhi hal tersebut, perlu disusun bahan ajar mengenaiteknik fasilitasi yang sekaligus menguraikan tentang cara memfasilitasi denganmenggunakan strategi Team Teaching.

B. SASARAN

Sasaran pengguna bahan ajar ini adalah Tim Fasilitator yang akan memfasilitasiproses belajar mengajar dalam Pelatihan Bina Keluarga Lanjut Usia (Lansia) danRentan.

Page 8: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

2

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Kompetensi dasarSetelah mempelajari bahan ajar ini diharapkan peserta mampu menerapkanteknik fasilitasi dengan menggunakan strategi Team Teaching.

2. Indikator kebehasilanSetelah mempelajari bahan ajar ini peserta diharapkan dapat :a. menjelaskan konsep dasar fasilitasib. menjelaskan pendidikan orang dewasa.c. menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki fasilitatord. menjelaskan teknik fasilitasi dengan team teachinge. menyusun satuan acara pembelajaran (SAP).

D. BATASAN DAN PENGERTIAN

1. PARAPHRASINGAdalah mengulangi kembali kata-kata/kalimat panjang yang baru diucapkan olehlawan bicara dengan cara meringkas dan menggunakan kata-kata sendiri.

2. PENYAKIT DEGENERATIFAdalah penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit ini terjadi seiringbertambahnya usia antara lain: penyakit jantung, diabetes, stroke, danosteoporosis.

3. MIRRORINGAdalah memantulkan kata demi kata yang diucapkan oleh lawan bicara setepat-tepatnya tanpa ditambah dan dikurangi.

4. STAGNANAdalah berarti dalam keadaan terhenti.

Page 9: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

3

BAB IIKONSEP DASAR FASILITASI

A. PENGERTIAN

Kata fasilitator berasal dari bahasa latin fasilis yang artinya: mempermudah. Fasilitasiatau teknik fasilitasi dalam pelatihan adalah cara/upaya untuk membantumempermudah peserta pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap danketerampilannya. Cara yang dilakukan mencakup penerapan metode pembelajarandan penguasaan kelas. Menurut Peter Oliver : “Fasilitator adalah orang yangmenyediakan berbagai lingkungan untuk belajar dan melengkapi berbagai sumberyang membantu peserta untuk belajar”.

Fasilitator berbeda dengan public speaker, advisor, konsultan atau orator. Seorangfasilitator bukanlah penyuluh atau juru penerang (Jupen) yang merupakan petugaspenyampai informasi dari lembaga formal (pemerintah). Fasilitator adalah orangyang bertugas mengelola proses dialog. untuk mendukung kegiatan belajar mengajaragar peserta dapat mencapai tujuan belajarnya, mendorong peserta untuk percayadiri dalam menyampaikan pengalaman dan pikirannya, mengajak peserta untukmendengarkan. Selain itu, fasilitator juga memperkenalkan teknik-teknik komunikasiuntuk mendorong partisipasi, menggunakan media yang cocok dengan kebutuhanpeserta dan membantu proses komunikasi menjadi lebih efektif.

B. TUJUAN FASILITASI

1. Menyiapkan peserta untuk mengikuti pembelajaran PBM2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta dalam suasana

belajar kondusif.3. Mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran

Page 10: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

4

C. PERAN FASILITATOR

Seorang fasilitator dalam melaksanakan tugasnya mempunyai beberapa peran untukdapat menunjang tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar secara efektif.Peran yang harus dilakukannya adalah sebagai komunikator, motivator, moderator,inisiator, konselor, supervisor dan evaluator sebagaimana uraian di bawah ini.

1. KomunikatorSebagai komunikator, seorang fasilitator hendaknya mampu dan terampil dalammenyampaikan topik/materi dengan menggunakan bahasa yang mudahdipahami peserta dalam mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas denganmateri pembelajaran lainnya. Dengan demikian, fasilitator hendaknyamenguasai keterampilan berkomunikasi secara efektif.

2. MotivatorFasilitator juga perperan sebagai motivator dengan cara memberikan dorongandan semangat kepada peserta untuk mau terus belajar secara terarah dalamrangka meningkatkan kemampuannya.

3. ModeratorFasilitator dapat berperan sebagai moderator dengan cara mengatur lalu lintasjalannya diskusi dalam proses pembelajaran di kelas sehingga pembahasanlebih terfokus, terstruktur dengan baik sehingga tercipta suasana yang dinamis.Diskusi harus tetap terjaga dengan saling menghargai dan moderator tidakmendominasi diskusi tetapi berperan sebagai penengah diskusi serta beradapada posisi netral.

4. InisiatorPeran yang tak kalah pentingnya dari fasilitator adalah sebagai inisiator yangharus mampu mengambil inisiatif dalam menghadapi berbagai permasalahan,baik pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar maupun selama prosespelatihan

5. KonselorPada hakikatnya fasilitator juga dituntut untuk dapat membantu kelancaranproses belajar mengajar di luar kelas dengan berperan sebagai konselor. Sebagaikonselor, fasilitator diharapkan dapat membantu upaya pemecahan masalahyang dialami peserta baik yang berkaitan dengan proses belajar mengajarmaupun permasalahan pribadi yang mungkin dapat mempengaruhi prestasibelajar peserta

Page 11: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

5

6. SupervisorPeran sebagai supervisor mengharuskan fasilitator mampu mengawasi danmembina sikap dan perilaku peserta sehingga mereka dapat belajar dengan baiksesuai dengan tujuan pelatihan yang diikutinya.

7. EvaluatorSebagai evaluator, seorang fasilitator harus menilai kemampuan peserta baikkemampuan awal maupun kemampuan akhir setelah mengikuti proses belajarmengajar, termasuk menilai kemampuan dalam melaksanakan tugasperseorangan ataupun kelompok.

D. SIKAP FASILITATORFasilitator selaku pembimbing bagi orang dewasa belajar mempunyai arti danpengaruh yang besar dalam keberhasilan proses belajar mengajar . Sikap yang perludimiliki oleh fasilitator untuk menciptakan proses belajar yang efektif adalah sebagaiberikut .1. Empati

Sikap empati berarti fasilitator menyetel pada gelombang pemancar yang samadengan peserta, yakni mencoba melihat situasi sebagaimana peserta jugamenyatu dengan pengalaman peserta, merenungkan pengalaman tersebutsambil menekan penilaian sendiri, lalu mengomunikasikan pengertian itu kepadamereka, bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahamimasalah peserta hanya secara intelektual, ikut merasakan apa arti manusia danbenda bagi mereka.

2. WajarFasilitator bersikap jujur, apa adanya, terus terang, konsisten, mencerminkanperasaan yang sebenarnya, mengatakan apa adanya, secara sadar menghindariperan sebagai pengajar, mengungkapkan perasaan secara konkrit, danmerespon secara tulus.

3. RespekBerpandangan positif terhadap peserta, mengomunikasikan kehangatan,perhatian, pengertian, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuanpeserta.

4. KomitmenMenghadirkan diri secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segalakeadaan, mengakui secara jujur kalau merasa bosan atau pikiran melayang jauh,melibatkan diri dalam suka duka.

Page 12: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

6

5. Mengakui kehadiran orang lainMengakui adanya orang lain, tidak menonjolkan diri sehingga orang lainberkesempatan mengungkapkan diri, bergaul dengan peserta, menunjukkankepada peserta bahwa ‘saya sadar akan kehadirannya’, mengakui tiap pesertasebagai makhluk bebas yang berhak ada di sana dan bertanggungjawab ataskehadirannya.

6. Membuka diriPerihal keterbukaan ini dapat dilihat dari dua sisi : pertama; menerimaketerbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran konsep dan pengalamandiri sendiri, setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat serta konsepsendiri, tidak bersikap kaku/keras kepala dalam mempertahankan pendapatsehingga dapat bermunculan kemungkinan– kemungkinan/ide-ide baru; kedua;secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepadakelompok, apa yang ‘saya rasakan’, apa ‘harapan saya’, bagaimana ‘pandangansaya’, ‘suka dan duka saya’, mau mengambil risiko apabila melakukankekeliruan.

7. Tidak mengguruiMengingat bahwa peserta adalah orang dewasa yang mempunyai keahliansendiri, pengalaman sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalamlingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta sebagaimeremehkan.

8. Tidak menjadi ahliFasilitator hendaknya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan,seakan– akan fasilitator harus ahli dalam segala bidang. Jika memang adapertanyaan peserta yang tidak bisa dijawab, alangkah lebih baik mengakuidengan jujur dari pada memaksakan jawaban yang belum tentu tepat.

9. Tidak memutus pembicaraanPada waktu peserta bertanya atau mengemukakan pendapatnya, fasilitatorjangan memutus pembicaraan hanya karena merasa tidak sabar.

10. Tidak berdebatSikap fasilitator yang bersoal jawab dengan satu orang peserta saja di tengah –tengah sekian banyak peserta dapat menimbulkan kebosanan.

11. Tidak diskriminatifFasilitator yang sekaligus juga merupakan pembimbing dalam proses belajarmengajar harus berusaha untuk memberi perhatian secara merata, bukan hanyakepada satu atau dua orang peserta saja yang disukai secara pribadi.

Page 13: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

7

12. Ramah, bersahabat, dan komunikatifFasilitator yang baik bersikap ramah pada peserta. Jangan sungkan menatapmata peserta, menghampiri tempat duduk peserta, dan murah senyum. Jalinankeakraban akan terbina melalui kontak verbal maupun nonverbal. Hindari berdiriatau hanya duduk di tempat yang sama dalam waktu yang lama karena akanmenimbulkan kejenuhan peserta. Buatlah peserta merasa diperhatikan.

Page 14: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

8

BAB IIIPENDIDIKAN ORANG DEWASA

A. PENGERTIAN

Keberhasilan pencapaian tujuan pelatihan sangat ditentukan oleh penggunaanmetode pembelajaran. Untuk maksud tersebut, maka metode pembelajaran yangdipakai dalam pelaksanaan teknik fasilitasi adalah participatory andragogy yaitusuatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses dialog antarapeserta pelatihan dan fasilitator atau yang dikenal dengan pendidikan orang dewasa.Menurut Malcom Knowles, pelopor andragogi, model pendekatan pendidikan dapatdiklasifikasikan menjadi dua bentuk pendekatan yang kontradiktif yakni antarapedagogi dan andragogi. Perbedaan antara kedua pendidikan tersebut,sesungguhnya tidak semata pada perbedaan ‘obyek’nya. Pedagogi sebagai ‘senimendidik anak’ mempunyai pengertian yang lebih luas yakni suatu prosespendidikan yang menempatkan obyek pendidikannya sebagai ‘anak – anak’walaupun secara biologis mereka sudah termasuk ‘dewasa’. Konsekuensi logis daripendekatan ini adalah menempatkan peserta didik sebagai ‘murid’ yang pasif.Kegiatan belajar mengajar model ini menempatkan guru sebagai inti terpenting,sementara murid menjadi bagian pinggiran.

Sebaliknya, andragogi atau pendekatan pendidikan orang dewasa merupakanpendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. Pesertasebagai orang dewasa diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakanarah, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat, memikirkan cara terbaikuntuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaatpelatihan. Fungsi fasilitator bukan menggurui sehingga relasi antara fasilitator danpeserta bersifat multicommunication.

Andragogi berasal dari bahasa Yunani yakni andra yang berarti “orang dewasa” danagogos yang berarti “memimpin atau membimbing”. Orang dewasa sendiri dapatdidefenisikan dalam tiga aspek yaitu :

1. Biologis, seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukanreproduksi;

2. Psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawabterhadap kehidupan dan keputusan yang diambil;

3. Sosiologis, seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepadanya

Menurut Alexander Kapp andragogi lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruhorang dewasa cacat maupun tidak cacat secara berkelanjutan.

Page 15: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

9

B. PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA

1. Orang Dewasa Mempunyai Konsep Diri

Orang dewasa menganggap dirinya mampu untuk membuat keputusan danmampu menghadapi segala risiko atas keputusannya, serta mengatur hidupnyaagar mandiri. Harga diri sangat penting bagi orang dewasa. Seorang dewasamenuntut dihargai terutama dalam hal pengambilan keputusan yangmenyangkut diri dan kehidupannya. Sikap yang terkesan menggurui cenderungditanggapi negatif. Mereka cenderung menghindar, menolak dan merasatersinggung apabila diperlakukan seperti anak – anak. Mereka akan menolaksituasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep dirinya sebagaiindividu yang mandiri. Sehingga mereka perlu dilibatkan secara penuh dalammenentukan kebutuhan belajar dan merancang belajar secara partisipatif.Sumber belajar berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator serta narasumber.

2. Orang Dewasa Kaya Akan Pengalaman

Makin lanjut usia seseorang, makin banyak pengalaman yang ia miliki.Pengalaman orang dewasa diperoleh dari :

a. Peristiwa yang dialami pada masa lalu dan masa kini;b. Hubungan dengan lingkungan di sekitarnya;c. Pengalaman dengan dirinya sendiri pada masa kini dan masa lampau.

Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki orang dewasa dapat dijadikan sebagaisumber belajar oleh fasilitator dan dapat digunakan untuk memperkaya materipembelajaran yang disampaikan.

3. Orang Dewasa Mempunyai Kesiapan Belajar

Masa kesiapan belajar orang dewasa berubah sejalan dengan usia dan perantahapan yang relevan dengan peran mereka menjadi penting untuk diutamakan.

4. Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar

Hal ini dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuanmereka lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari haruslah dapatdiaplikasikan.

5. Orang Dewasa Telah Memiliki Banyak Peran dan Tanggung Jawab

Banyaknya peran dan tanggung jawab menyebabkan waktu belajar orang dewasaterbatas. Oleh karena itu, pendidik orang dewasa penting untuk dapatmemahami persaingan penggunaan waktu ini.

Page 16: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

10

6. Orang Dewasa Kurang Percaya Pada Kemampuan Diri untuk Belajar Kembali

Terkadang orang dewasa enggan untuk melibatkan diri dalam aktivitaspendidikan dalam pendidikan orang dewasa mungkin disebabkan oleh faktor fisikatau kepercayaan masyarakat yang keliru.

7. Orang Dewasa Berpandangan Untuk Segera Menerapkan Hasil Belajarnya

Orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan. Oleh karena itu, kegiatanbelajar bagi orang dewasa sebaiknya diarahkan pada kemampuan memecahkanmasalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

8. Orang Dewasa Dapat Belajar

Sesungguhnya orang dewasa dapat melakukan kegiatan belajar. Apabila orangdewasa tidak menampilkan kemampuan belajar yang sebenarnya, kemungkinanhal ini disebabkan oleh adanya perubahan faktor fisiologis seperti menurunnyapendengaran, penglihatan, atau tenaga sehingga mempengaruhi kecepatanbelajarnya. Fasilitator perlu mendorong dan membantu peserta untuk belajarsesuai dengan langkah yang mereka inginkan dan terapkan sendiri.

9. Belajar Merupakan Proses yang Terjadi Pada Diri Orang Dewasa

Setiap warga belajar akan mengontrol langsung proses belajarnya, termasukpotensi intelektual, emosi serta fisik. Ia merasa adanya kebutuhan untuk belajardan melihat tujuan pribadinya yang akan tercapai melalui belajar. Proses belajarakan terpusatkan pada pengalaman sendiri melaluI interaksi dirinya denganlingkungannya, dengan demikian seni pembelajaran orang dewasa merupakanupaya mengelola lingkungan dan proses belajar itu sendiri. Untuk itu, digunakanmetode dan teknik yang melibatkan peserta secara intensif dalam mendiagnosiskebutuhan belajar serta menilai proses belajar. Orang dewasa tidak sukadiperintah untuk melakukan sesuatu, kecuali jika mereka diberi kesempatanuntuk bertanya ‘mengapa ?’ dan mengambil keputusannya sendiri.

10. Orang Dewasa Menyukai Suasana Belajar yang Bersifat Nonformal

Setiap bentuk pembelajaran dengan pendekatan POD, harus ditunjang denganinteraksi dan kegiatan pembelajaran yang mampu mengimbanginya. Untukmembentuk interaksi yang mampu menunjang pencapaian tujuan pembelajaran,maka fasilitator harus dapat merancang dan membentuk suasana belajar yangdapat diikuti oleh peserta yakni suasana yang penuh keakraban dan tidakmenegangkan.

Page 17: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

11

C. GAYA BELAJAR ORANG DEWASA

Untuk keberhasilan pelaksanaan fasilitasi dan mempermudah peserta dalam prosesbelajar mengajar, fasilitator perlu pula memahami gaya belajar orang dewasasebagai berikut.

1. Orang dewasa ingin dianggap layak atau bernilai sehubungan dengan kebutuhanakan dirinya.

2. Orang dewasa memandang suatu keadaan tertentu dengan caranya sendiri.3. Orang dewasa selalu ingin tahu arti dari setiap hal yang akan dilakukannya dan

menyukai belajar mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan realitaskehidupan.

4. Orang dewasa cenderung belajar dalam situasi dan suasana yang rileks, tenangsehingga dapat mengembangkan kreativitas mereka.

D. PROSES BELAJAR ORANG DEWASA

Proses belajar bagi orang dewasa mempunyai dua tujuan, yaitu pada perkembanganindividual dan pada peningkatan partisipasi sosial dari individu. Pendidikan orangdewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh orangdewasa, pria maupun wanita sesuai dengan bidang perhatian dan kemampuannya.Hasil belajar orang dewasa akan tampak pada perubahan perilakunya. Perilakuseseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya sertadalam hal tertentu oleh sarana yang mendukungnya. Perubahan perilaku seseorangakan terjadi jika isi dan cara pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan yangdirasakannya. Pada prinsipnya, proses belajar bagi orang dewasa adalah suatu‘proses belajar dari pengalaman’. Proses belajar bagi orang dewasa berlangsungmelalui 5 tahap, yakni mengalami/pengalaman nyata, mengungkapkan,menganalisis, menggeneralisasi/menarik kesimpulan dan menerapkan. Kegiatanyang dilakukan fasilitator sesuai dengan tahapan tersebut sebagaimana uraian dibawah ini.

1. MengalamiFasilitator mendorong peserta untuk menyampaikan pengalamannya dengancara menceritakan/menguraikan kembali rincian fakta, unsur-unsur, urutankejadian, dan sebagainya dari kenyataan yang dialami tersebut. Rincian faktaatau urutan kejadian yang diceritakan dapat digali oleh fasilitator denganmengajukan pertanyaan yang bersifat menceritakan hal lain, misalnya kapan halitu terjadi ? Dimana hal itu terjadi? Siapa yang telibat? Kemudian faslitatormenggali tanggapan dan kesan peserta atas kenyataan tersebut. Pengalamanawal ini dapat merupakan dasar untuk proses belajar selanjutnya.

Page 18: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

12

2. MengungkapkanFasilitator mengemukakan tanggapan berdasarkan pengalaman peserta tersebutdan mengungkapkan bersama peserta lain dalam kegiatan yang dilakukanbersama.

3. MenganalisisFasilitator mendorong peserta untuk mengolah apa yang telah diungkapkan/mendiskusikan dan menemukan pola dengan mengkaji sebab–sebab dankaitan–kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut antara lainberkaitan dengan: tatanan; aturan–aturan; system; sikap dan perilaku yangmenjadi akar persoalan. Apabila diskusi mulai hidup dengan cerita-ceritapeserta, fasilitator bisa melontarkan pertanyaan tentang proses: BAGAIMANAkejadian itu terjadi? Minta peserta menceritakan prosesnya secara runtut.Setelah itu dilanjutkan dengan pertanyaan analitis: MENGAPA hal itu terjadi?Apakah peserta yang lain setuju tentang penyebab itu? Apakah akibatnya?Ceritakan alur sebab akibatnya secara jelas.

4. Menggeneralisasi/Menarik KesimpulanFasilitator mengajak peserta mempersempit pembahasan pada beberapa halpaling penting/menarik dari topik/cerita tersebut dengan melontarkanpertanyaan: APA HAL-HAL PENTING/MENARIK yang muncul dariperistiwa/kejadian tersebut? Pertanyaan itu akan membantu peserta membuatkesimpulan mengenai suatu hal yang baginya penting/menarik dari suatu topikbahasan. Kemudian fasilitator minta agar peserta merumuskan makna realitastersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengetahuan baru yanglebih utuh, berupa kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian ataspengalaman tersebut. Tahapan ini dapat membantu peserta dalammerumuskan, merinci, dan memperjelas hal-hal yang telah dipelajari. Atau dapatpula fasilitator menanyakan APA PELAJARAN atau HIKMAH kejadian/ceritaitu yang dapat diterapkan dalam kehidupan peserta ke depan?

5. MenerapkanFasilitator mengajak peserta merumuskan dan merencanakan tindakan–tindakan baru yang lebih baik dan dapat dilakukan berdasarkan hasilpemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat dimungkinkanuntuk menciptakan kenyataan–kenyataan baru yang lebih baik. Fasilitator dapatmenanyakan pula kepada peserta BAGAIMANA cara melakukannya? Prosespengalaman belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru dan penemuan barutersebut dilaksanakan serta diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahapinilah bagian yang bersifat ’eksperimental’ dan keseluruhan tahapan tesebutdisebut juga dengan Experiment Learning Cycle (ELC).

Page 19: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

13

Hal lain yang dapat mempengaruhi proses belajar orang dewasa adalahlingkungan dan suasana belajar. Fasilitator hendaknya dapat mengupayakanterciptanya lingkungan yang kondusif dan suasana belajar yang rileks meliputihal-hal berikut.

1. Lingkungan yang Kondusifa. Lingkungan fisik/belajar yang memberikan rasa nyaman bagi peserta dan

dapat meningkatkan konsentrasi belajar.b. Lingkungan psikologis yang dapat diciptakan melalui hubungan yang

harmonis, baik antar peserta, antar fasilitator maupun antara peserta danpenyelenggara pelatihan.

c. Mengembangkan iklim organisasi dalam penyelenggaraan pelatihan yanglebih mengedepankan pelayanan prima antara lain dalam bentukkelengkapan materi dan media pembelajaran yang lengkap dan menarikserta akomodasi yang memadai.

2. Suasana Belajar yang RileksSuasana belajar yang dikembangkan dalam pendidikan orang dewasa adalahdengan menciptakan suasana rileks yang dapat dilakukan dengan menciptakanantara lain : .a. kumpulan manusia aktif (semua peserta berpartisipasi aktif);b. suasana hormat menghormati;c. suasana harga menghargai;.d. saling percaya;e. suasana penemuan diri;f. suasana keterbukaan;g. suasana mengakui kekhasan pribadi;.h. suasana membenarkan perbedaan;i. suasana mengakui hak untuk berbuat salah;.j. suasana membolehkan keraguan;k. evaluasi bersama dan evalusi diri.

Page 20: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

14

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR ORANG DEWASA

Proses belajar orang dewasa adakalanya tidak terlaksana sesuai dengan yangdiharapkan/tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan adanya beberapafaktor yang mempengaruhinya, baik yang bersifat psikis maupun fisik sebagaimanapenjelasan berikut ini.

1. Faktor Psikis

a. Harapan masa depan

Semangat belajar peserta dapat dipengaruhi oleh harapan masa depanmereka. Penugasan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang terkaitdengan pengembangan karir peserta di masa depan akan memacu motivasidan semangat belajar peserta, demikian pula sebaliknya.

b. Latar belakang social

Peserta yang mempunyai/berada pada lingkungan sosial yang terbiasa belajar,cenderung akan merasa mendapat kesempatan yang berharga untuk dapatmeningkatkan kemampuan dan kepercayaan dirinya dengan diikutkan dalampendidikan dan pelatihan.

c. Latar belakang keluarga

Keluarga merupakan salah satu faktor yang cukup dominan dalammempengaruhi proses belajar peserta. Peserta dengan latar belakang keluargayang harmonis akan memberikan pengaruh positif kepada peserta, begitu jugakeadaan sebaliknya. Semakin banyak permasalahan yang dihadapi dalamkeluarga, semakin rendah pula minat dan motivasi belajar peserta.

d. Pendidikan

Perbedaan latar belakang pendidikan antar peserta yang terlalu jauh dapatmempengaruhi tercapainya kesamaan persepsi dan pemahaman terhadapmateri yang diajarkan. Di samping itu dapat pula mempengaruhi terbentuknyakesepakatan terhadap pembelajaran yang diikuti dalam kelompok, sehinggafasilitator perlu melakukan pendampingan yang tentu saja pada akhirnyabermuara pada ketidakefektifan proses belajar mengajar.

Page 21: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

15

e. Jabatan

Jabatan yang sedang diduduki peserta khususnya jabatan struktural secarapsikis dapat mempengaruhi sikap belajar peserta terutama bila terdapatperbedaan jenjang jabatan dalam satu kelompok belajar (atasan danbawahan). Hal ini perlu dicermati oleh fasilitator dan diantisipasi olehpenyelenggara diklat mulai dari awal pemanggilan peserta.

2. Faktor Fisik

Beberapa faktor fisik juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar orangdewasa, baik yang berkaitan dengan panca indera maupun penyakit sebagaiberikut.

a. Penglihatan

Ketajaman penglihatan seseorang mulai berkurang pada usia di atas 40 tahun,dan titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas semakin jauh. Pada usia 20tahun seseorang dapat melihat secara jelas suatu benda pada jarak 10 cm,sedangkan usia di atas 40 tahun titik terdekat penglihatan menjadi 23 cm dantitik terjauh yang dapat dilihat dengan jelas semakin pendek. Keadaan ini perludiakomodasi oleh penyelenggara diklat antara lain dengan mengatur letaktempat duduk peserta yang tidak terlalu jauh dari sumber belajar dan alatbantu pembelajaran, sehingga peserta tetap dapat mengikuti proses belajarmengajar dengan nyaman.

b. Pendengaran

Kondisi menurunnya fungsi pendengaran pada peserta dengan usia lanjut jugaperlu diperhatikan oleh fasilitator dan penyelenggara diklat. Penggunaan alatbantu pengeras suara (mikropon) oleh fasilitator merupakan suatu hal yangmutlak diperlukan.

c. Artikulasi

Bertambahnya usia selain berkaitan dengan menurunnya penglihatan danpendengaran, juga timbulnya gangguan yang berkaitan dengan alat ucap didalam rongga mulut. Gangguan tersebut antara lain tanggalnya gigi, pipi yangcekung, tenggorokan yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap artikulasi(kejelasan pengucapan) dalam berkomunikasi sehingga dapat berakibat padaketidaktepatan pengungkapan pesan atau informasi yang ingin disampaikan.Hal tersebut tentu dapat menimbulkan kesalahpahaman. Menghadapi pesertadengan kondisi ini dapat diatasi oleh fasilitator dengan mengajak berbicaradengan tempo lambat atau dengan teknik paraphrasing.

Page 22: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

16

d. Daya ingat

Menurunnya daya ingat merupakan salah satu hal yang pasti dialami olehmereka yang berusia lanjut. Kondisi ini tentunya dapat menimbulkan kesulitandalam mengingat materi pembelajaran untuk waktu yang lama dan membawakonsekuensi pada lambatnya pemahaman terhadap materi. Rangkuman atauringkasan materi dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi pesertaseperti ini.

e. Penyakit

Penyakit degeneratif umumnya merupakan penyakit yang hampir pasti dialamioleh tiap orang berusia lanjut dikarenakan menurunnya fungsi dari beberapaorgan tubuh. Jenis penyakit yang dialami para Lansia antara lain gangguanjantung, kolesterol, diabetes, darah tinggi yang dapat mempengaruhiketahanan fisik serta semangat dan konsentrasi belajar peserta dalammengikuti seluruh proses pendidikan dan pelatihan. Fasilitator danpenyelenggara diklat dapat membantu meminimalisasi kesulitan yang dihadapipeserta melalui pengaturan jadwal pelatihan yang tidak dilakukan sampaimalam hari. Jika memungkinkan dapat juga dengan menyediakan menu dietbagi peserta yang sedang mengalami gangguan kesehatan tertentu.

Page 23: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

17

BAB IVKEMAMPUAN YANG HARUS DIMILIKI FASILITATOR

Pencapaian tujuan pembelajaran akan terwujud secara optimal jika didukung olehfasilitator yang memiliki kemampuan yang berkaitan dengan hal-hal berikut.

A. PENGUASAAN MATERI

Modal utama dan merupakan hal yang mutlak dimiliki seorang fasilitator dalammengelola PBM adalah kemampuannya dalam menguasai materi pembelajaran yangakan disampaikan. Penguasaan materi yang prima dengan sendirinya dapatmenumbuhkan rasa percaya diri sekaligus membangkitkan kepercayaan dari pesertapelatihan. Oleh karena itu, sebelum memasuki proses belajar mengajar seyogyanyafasilitator telah mempersiapkan diri sedemikian rupa dengan menguasaikeseluruhan materi yang akan diberikan. Selain itu, fasilitator juga hendaknyamemperkaya wawasannya dengan membaca berbagai referensi yang terkait denganmateri pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar fasilitator dapat memberikanpenjelasan dalam menghadapi respon peserta yang mungkin negatif terhadap materipembelajaran yang disampaikan. Mengingat peserta adalah orang dewasa yangmemiliki berbagai latar belakang dan pengetahuan, maka peserta dapat merupakansumber belajar dan pengalamannya serta pengalaman fasilitator dapatdimanfaatkan untuk memperdalam pemahaman materi.

B. KETERAMPILAN MENGELOLA PBM

Pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) yang efektif sangat tergantung padakemampuan fasilitator sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.Beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator dalam mengelolaPBM secara baik adalah dalam hal : menyusun rencana pembelajaran; memilihmetode pembelajaran; memilih media pembelajaran; dan memahami dasar-dasarPBM sebagaimana uraian berikut ini.

1. Menyusun Rencana Pembelajaran

Untuk melaksanakan fasilitasi, seorang fasilitator harus menyusun rencanapembelajaran dari setiap materi yang akan disampaikan dan dituangkan dalambentuk Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Pembuatan SAP bertujuan agar prosesfasilitasi dapat terlaksana secara sistematis dan terarah, serta tidak keluar dariruang lingkup materi. Di samping itu, SAP berfungsi sebagai panduan, baik bagifasilitator yang bersangkutan maupun fasilitator pengganti dalam melaksanakanPBM. Oleh karena itu, SAP harus dibuat secara lengkap dan jelas. Berikut ini caramenyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

Page 24: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

18

a. Pengertian SAPSatuan Acara Pembelajaran (SAP) adalah rumusan pokok-pokok dan sub pokokbahasan menjadi lebih rinci, yang disusun untuk kegiatan belajar mengajar per– pertemuan (Alwi Suparman ,1993)

b. Komponen-komponen SAPPenyusunan SAP menurut LAN RI terdiri dari komponen sebagai berikut.1) Nama diklat (diisi dengan nama pelatihan)2) Mata diklat (diisi dengan judul materi yang disampaikan)3) Waktu (diisi alokasi waktu dalam penyampaian materi)4) Nama widyaiswara/fasilitator5) Kompetensi dasar6) Indikator keberhasilan7) Pokok bahasan8) Sub pokok bahasan9) Kegiatan belajar mengajar (dibuat dalam bentuk matrik) memuat item :

a) tahapan kegiatanb) kegiatan widyaiswara/fasilitatorc) kegiatan pesertad) metodee) media

10) Evaluasi11) Referensi/Daftar pustaka

c. Cara Menyusun SAPPada hakikatnya SAP disusun berdasarkan Garis-garis Besar ProgramPembelajaran (GBPP) yang merupakan bagian dari kurikulum pelatihan yangakan dilaksanakan. Penyusunan SAP dilakukan dengan cara menuliskandata/informasi dari komponen-komponen seperti tersebut di atas, mulai dainama diklat sampai dengan referensi. Khusus untuk komponen kegiatanbelajar mengajar pengisian dilakukan dalam matrik dengan penjelasan sebagaiberikut.

1) Kolom tahapan kegiatan diisi dengan 3 kegiatan dalam PBM dari setiapmateri pembelajaran yaitu :

a) pendahuluan, diisi dengan uraian yang menggambarkan kegiatanawal yang dilakukan dalam PBM berisi perkenalan, penyampaiankompetensi dasar dan indikator keberhasilan. Tahapan iniumumnya menggunakan alokasi waktu 5%.

b) penyajian, merupakan tahap inti dalam PBM mengenai materi yangdisampaikan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikatorkeberhasilan. Alokasi waktu untuk kegiatan ini adalah 80% - 90%.

c) penutup, merupakan tahap akhir PBM dari materi yangdisampaikan dan memuat tentang penyampaian kesimpulan danpemantapan akhir dari keseluruhan materi. Alokasi waktu padatahap ini sekitar 10%.

Page 25: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

19

2) Kolom kegiatan fasilitator diisi dengan rincian rencana kegiatan yangdilakukan oleh fasilitator dalam menyampaikan materi menurut pokokbahasan dan sub pokok bahasan, berikut teknis penggunaan metode danmedia dari masing-masing sub pokok bahasan.

3) Kolom kegiatan peserta diisi dengan rincian kegiatan yang harus dilakukanoleh peserta sebagai respon terhadap fasilitator sesuai dengan pokokbahasan dan sub pokok bahasan yang disampaikan.

4) Kolom metode diisi dengan metode pembelajaran yang digunakan olehfasilitator dari setiap sub pokok bahasan, misalnya ceramah, ceramahtanya jawab, curah pendapat, dan seterusnya.

5) Kolom media diisi dengan media pembelajaran yang digunakan olehfasilitator menurut sub pokok bahasan, misalnya tayangan power point,slide, flipchart dan lain-lain.

2. Memilih Metode Pembelajaran

a. PengertianMetode pembelajaran terdiri dari kata metode dan pembelajaran. Beberapareferensi memberikan pengertian metode sebagai berikut .a. Poerwadarminta: metode berarti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai sesuatu maksud.b. Kamus Besar Bahasa Indonesia : metode adalah cara kerja yang bersistem

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuanyang ditentukan.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa : metodeartinya melalui, melewati jalan atau cara memperoleh sesuatu. Metodemengandung unsur prosedur yang disusun secara teratur dan logis sertadituangkan dalam suatu rencana mencakup prosedur, sistematika, logisterencana, dan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Pembelajaran berarti setiap upaya yang sistematik dan disengaja olehpengajar, untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta belajar melakukankegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antara duapihak, yaitu peserta pelatihan yang melakukan kegiatan belajar denganfasilitator yang melakukan kegiatan membelajarkan.

b. Jenis-jenis metode pembelajaranMetode yang tepat dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajarsecara efektif. Oleh karena itu, metode yang dipilih oleh fasilitator seyogyanyaharus berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :1) kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai;.2) fasilitator mampu menjalankan metode tersebut;3) peserta mampu melibatkan diri dalam metode tersebut;

Page 26: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

20

4) murah, artinya tidak terlalu menggunakan alat bantu yang banyak;5) besarnya/jumlah anggota kelompok yang difasilitasi;6) ketersediaan waktu.

Terdapat berbagai jenis metode pembelajaran yang dapat dipilih olehfasilitator. Berikut ini dikemukakan antara lain metode ceramah, curahpendapat, diskusi, studi kasus, penugasan, demonstrasi, simulasi, dan bermainperan (roleplay).

1) CeramahCeramah adalah penyampaian materi dari faslitator dengan menggunakanbahasa lisan yang didukung dengan bahasa tubuh, alat bantu visual danberbagai macam teknik lain dengan sasaran sebanyak mungkin peserta..Untuk tercapainya PBM secara efektif maka penggunaan metode ceramahini hendaknya dikombnasikan dengan metode lain misalnya curahpendapat atau tanyajawab.

Jenis ceramah dibagi dua yaitu ceramah langsung (tatap muka denganpeserta).dan ceramah tidak langsung (melalui media komunikasi, misalnyaaudio conference, tele conference, video conference). Berikut kelebihandan kekurangan dari metode ceamah

a) Kelebihan metode ceramah1) Relatif lebih efisien dan sederhana2) Ketuntasan materi dapat dicapai dengan lebih mudah3) Dapat menjangkau banyak audience dalam waktu singkat dan

banyak memberikan informasi.4) Dapat dilakukan secara sistematis dengan bantuan kartu-kartu/

catatan kecil.5) Tidak memerlukan banyak fasilitas dan sumber belajar sehingga

sangat hemat.6) Dapat menggunakan macam-macam alat bantu (slide projector,

over head projector/OHP, LCD).7) Dapat mempengaruhi suasana/emosi peserta (pada ceramah

langsung ).8) Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.

b) Kekurangan metode ceramah1) Apabila fasilitator kurang memiliki kepercayaan diri dan atau

kurang menguasai materi yang disampaikan, kelas tidak dapatdikendalikan dengan baik.

2) Fasilitator sulit mengukur pemahaman peserta terhadap materiyang disampaikan.

3) Membosankan, apabila penyajian fasilitator monoton, kurangmenarik dan terlalu lama.

4) Pengetahuan lebih cepat terlupakan.

Page 27: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

21

5) Peserta lebih banyak dicekoki sehingga bila terlalu padat banyakhal yang tidak dikuasai.

6) Partisipasi peserta terbatas/pasif dalam pembelajaran.

2) Curah pendapat ( CP)Curah pendapat adalah suatu cara untuk menggali pendapat tentang suatutopik bahasan dari materi yang disampaikan. Model ini terdiri dari 2 tahap,yaitu tahap identifikasi gagasan (curah pendapat) dan tahap evaluasigagasan. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untukmenyampaikan pendapat/.ide/gagasan dan setiap peserta bebasmengemukakan pendapat/gagasan yang muncul dibenaknya. Kemudianfasilitator mencatat di papan tulis setiap pendapat/gagasan yangdisampaikan tanpa dikomentari/disalahkan/dinilai, begitu juga peserta laintidak diperbolehkan memberikan komentar/tanggapan. Selanjutnyafasilitator mendiskusikan dan mengevaluasi semua pendapat/gagasanyang sudah ditulis, membuang yang duplikasi, memperjelas redaksional,dan mengelompokkan pendapat/gagasan menurut kriteria tertentu.

Beberapa kelebihan dan kekurangan metode curah pendapat.

a) Kelebihan metode curah pendapat1) Merangsang semua peserta untuk mengemukakan pendapat dan

gagasan baru.2) Menghasilkan beberapa pendapat/gagasan melalui reaksi

berantai.3) Penggunaan waktu dapat dikontrol dan teknik ini dapat digunakan

dalam kelompok besar maupun kecil.4) Tidak memerlukan tenaga profesional.

b) Kekurangan metode curah pendapat1) Memerlukan kemampuan fasilitator untuk merangkum seluruh

pendapat/gagasan peserta tanpa menyinggung perasaan2) Kadang-kadang ada peserta yang merasa kurang nyaman karena

terpaksa harus menyampaikan pendapat/gagasannya.3) Memerlukan evaluasi lanjutan dan kesimpulan untuk menentukan

3) DiskusiDiskusi adalah proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih,tentang suatu topik dari materi yang disajikan agar tujuan pembelajarandan pemahaman dari setiap materi dapat lebih mudah dicapai. Untukproses belajar mengajar dapat digunakan dua jenis diskusi seperti berikut.a) Diskusi kelompok

Peserta terdiri dari 6-10 orang, salah seorang peserta ditunjuk sebagaiketua. Masalah yang dibahas tidak terlalu kompleks dan dipakai untukmemperdalam pemahaman peserta.

Page 28: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

22

b) Diskusi panelDiskusi panel merupakan salah satu bentuk diskusi yang melibatkanbeberapa pembicara kunci (panelis) dan dipandu oleh seorangmoderator. Agar kegiatan berjalan lancar, sebaiknya moderator danpara peserta mempersiapkan diri lebih dahulu untuk menguasaipermasalahan yang akan didiskusikan.

Sebagaimana halnya dengan metode ceramah dan curah pendapat,metode diskudi juga memiliki kelebihan dan kekurangan seperti uraian dibawah ini.

a) Kelebihan metode diskusi1) Mendorong partisipasi aktif peserta2) Mendapatkan tambahan pengetahuan dari pengalaman peserta

lain.3) Memperdalam pemahaman materi dengan mendiskusikan

masalah yang berkaitan dengan materi, mengetahui sebab-sebabmasalah dan upaya pemecahannya

4) Meningkatkan rasa percaya diri tisp peserta dalammengemukakan pendapat

5) Mendapatkan gagasan lain sebagai pemikiran bersama

b) Kekurangan metode diskusi1) Proses diskusi sangat tergantung dari keaktifan setiap peserta.2) Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.3) Membutuhkan ruangan yang memadai dan nyaman.4) Fasilitator harus menguasai materi sehingga mampu menjadi

penengah diskusi/moderator

4) Studi kasusMetode ini digunakan untuk menggambarkan penerapan konsep danteknik analisis dalam pemecahan masalah. Di samping tiu, dimaksudkanjuga untuk menyajikan penjelasan berbagai prinsip dan apliasi prinsiptersebut ke dalam situasi tertentu, sehingga peserta akan mampumemecahkan masalah dalam situasi yang sama secara lebih baik. Ahli lainberpendapat bahwa studi/pembahasan kasus bertujuan untukmengembangkan pengetahuan dan sikap, sebagai landasan diskusi analisisdan pengembangan persoalan (Wahyu Suprapti, 2002).

a) Kelebihan metode studi kasus1) Memberikan wawasan yang luas mengenai prinsip-prinsip tertentu2) Pertukaran pendapat dan penilaian bersama3) Membuka kemungkinan untuk mengadakan perubahan

pemikiran/mindset

Page 29: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

23

4) Memungkinkan beberapa alternative pemecahan masalah

b) Kelemahan metode studi kasus1) Memerlukan banyak waktu; keterbatasan waktu merupakan

hambatan untuk berdiskusi secara tuntas.2) Dapat menimbulkan ketidakpuasan apabila tidak tercapai

pemecahan masalah.

5) PenugasanPenugasan adalah metode pembelajaran yang bertujuan untukmemperdalam pemahaman materi, khususnya berkaitan denganpeningkatan keterampilan. Penugasan dapat diberikan untuk keseluruhanmateri atau bagian tertentu dari suatu materi. Bentuk penugasan dapatberupa penugasan individual atau kelompok.

a) Kelebihan metode penugasan1) Menumbuhkan motivasi untuk mendalami materi yang diajarkan.2) Memantapkan kegiatan pembelajaran3) Memudahkan pemahaman materi

b) Kelemahan metode penugasan1) Membutuhkan lebih banyak pemikiran dan waktu2) Membutuhkan dukungan fasilitas yang lebih memadai (antara lain

lembar penugasan)3) Membutuhkan fasilitator yang mampu mengelola (antara lain

membuat soal dan mengoreksi hasil penugasan).

6) DemonstrasiMetode ini bertujuan untuk memperagakan suatu proses tertentu,misalnya cara pembuatan oralit. Melalui penggunaan metode ini pesertadapat melihat langsung dan mengamati serta mempraktikkan pokokbahasan/materi yang disampaikan. Pada umumnya metode demonstrasidigunakan untuk materi yang bertujuan meningkatkan keterampilanpeserta. Berikut beberapa kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi.

a) Kelebihan metode demonstrasi1) Dapat lebih mendorong minat dan keingintahuan peserta.2) Dapat memperjelas penyampaian materi yang bersifat prosedural.3) Dapat merupakan cara terbaik untuk mengajarkan katerampilan

tertentu.

b) Kekurangan metode demonstrasi1) Membutuhkan waktu yang cukup2) Membutuhkan penyediaan peralatan yang memadai3) Hanya dapat digunakan pada kelompok terbatas/kecil

Page 30: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

24

7) SimulasiMetode simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untukmengembangkan keterampilan peserta (keterampilan mental maupunfisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalamkegiatan atau ruang belajar/kelas dikarenakan adanya kesulitan untukmelakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya. Contoh: dalampelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metodepembelajaran seakan-akan tengah melakukannya bersama pesertapelatihan. Peserta pelatihan lainnya berperan sebagai sasaran pelatihanMetode ini memang mirip dengan bermain peran (role play). Akan tetapidalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saatmelakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.

a) Kelebihan metode simulasi1) Menumbuhkan cara berpikir kritis2) Mengeliminasi/mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak3) Membangkitkan motivasi belajar peserta4) Membantu memperkuat kepercayaan diri dengan proses

penemuan sendiri5) Membangkitkan kebersamaan/gotong royong dan keutuhan

peserta

b) Kekurangan metode simulasi1) Perlu adaptasi antara peserta dan fasilitator2) Kemungkinan simulasi tidak berhasil apabila peserta tidak3) mampu memahami dengan tepat keadaan sebenarnya

8) Bermain peran (role play)Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukanperan’ di dalam kelas, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agarpeserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulanmaupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudianmemberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-perantersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkatdalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalammelakukan permainan peran. Peserta meleburkan diri dalam penoohandan mengekspresikan sikap dan tindakan pada situasi tertentu.

a) Kelebihan metode bermain peran1) Mendorong keterlibatan peserta yang mendalam2) Membangkitkan pengertian, prasangka dan persepsi3) Memusatkan perhatian peserta pada aspek-aspek tertentu yang

dikehendaki (sesuai dengan scenario dari fasilitator

Page 31: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

25

b) Kekurangan metode simulasi1) Sulit dilakukan apabila peserta tidak dapat menghayati peran2) Kurang realistis3) Peserta sering menganggap sebagai dialog biasa

3. Memilih Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yangsecara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara ataupengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikandefinisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwamedia pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkanuntuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwamedia pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materipembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. National EducationAssociaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah saranakomunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologiperangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa mediapembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapatmerangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta sehingga dapat mendorongterciptanya proses belajar pada diri peserta.

Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalamkegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran,selain.membantu untuk penambahan indera penglihatan. Proses belajar mengajarakan berhasil dengan baik jika digunakan lebih dari satu indera. Dari kelimaindera, yang paling banyak memberikan konstribusi pada proses belajar adalahindera penglihatan (83%), kemudian indera pendengaran (11%) dan selebihnyamelalui indera perabaan serta indera pengecapan visual.

Berbagai jenis media pembelajaran, adalah :

a. media visual : papan tulis (white board),grafik, diagram, chart, bagan, poster,kartun, komik. beberan, celemek/apron, kartu lembar kasus dan puzzle

b. media audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.c. projected still media : slide; over head projector (OHP), infocus dan

sejenisnya.d. projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan

sejenisnya. Media ini dapat berfungsi sebagai penggerak diskusi. Penggunaanmedia dengan komputer pada umumnya berupa sajian yang dibuat denganmenggunakan perangkat lunak (soft ware) power point.

Page 32: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

26

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh fasilitator dalam membuatmedia dengan power point atau transparansi.

a. Singkat dan sederhana (keep it short and simple/KISS)b. Maksimum 10 baris, huruf jelas, besar, tebal dan tidak terlalu padat agar

mudah dilihat oleh peserta.c. Hanya kata kunci yang ditampilkan, karena media ini hanya berfungsi untuk

memperjelas ucapan/vokal.d. Sebaiknya satu transparansi memuat satu gagasan.e. Penulisan rapi dan rata/horisontal.f. Pergunakan warna untuk butir-butir pentingg. Warna huruf agar kontras dengan latar belakangh. Cantumkan data dan informasi akurat serta mudah dilihati. Spasi 75 % dari tinggi huruf

Beberapa fungsi media pembelajaran, antara lain :

a. mempermudah proses belajar-mengajar karena dapat memperjelaspenyajian materi

b. meningkatkan efisiensi belajar-mengajarc. menjaga relevansi dengan tujuan belajard. membantu konsentrasi belajar pesertae. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti:

1) obyek yang terlalu besar, dapat digantikan dengan realita, gambar, filmbingkai, film, gambar video, atau model;

2) obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film slide, gambarvideo;

3) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengantimelapse, highspeed photografi atau slow motion playback video;

4) kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat ditampilkan lagimelalui rekaman film, video, atau foto;

5) obyek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram, anlain-lain;

6) konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk film,slide, gambaratau video

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh fasilitator dalam pemilihanmedia pembelajaran adalah :1) tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan

atau kompetensi peserta bersifat menghafalkan kata-kata tentunya mediaaudio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapaibersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan.Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka mediafilm dan video dapat digunakan.

Page 33: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

27

2) karakteristik peserta pelatihan, antara lain jumlah dan latar belakangpendidikan

3) kriteria lain yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya;ketepatgunaan; ketersediaan; dan mutu teknis.

4. Memahami Dasar-dasar Proses Belajar Mengajara. Dasar-dasar proses belajar mengajar

Pengelolaan PBM akan tercapai secara optimal apabila fasilitator memilikipemahaman tentang dasar-dasar PBM yaitu :1) setiap peserta mempunyai keunikan, baik karena perbedaan pendidikan,

latar belakang sosial budaya maupun pengalaman;2) belajar pada orang dewasa bukanlah merupakan sesuatu yang dipaksakan

melainkan dikembangkan sendiri oleh peserta melalui diskusi dan curahpendapat;

3) tujuan belajar yang dianggap berarti dan bermanfaat bagi peserta akanmenjamin efektivitas proses belajar;

4) belajar akan menjadi lebih efektif apabila proses belajar dapat memberikankemudahan pada peserta;

5) belajar harus mencakup suatu pengertian dan memberikan pemahamanmengapa informasi penting diketahui oleh peserta.

b. Keterampilan dasar memfasilitasi/mengajar efektifDi samping memahami tentang dasar-dasar PBM, terdapat 8 keterampilandasar yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator dalam memfasilitasi/mengajar secara efektif di kelas yaitu :1) keterampilan bertanya2) keterampilan memberi penguatan/pembulatan materi3) keterampilan mengadakan variasi4) keterampilan menjelaskan5) keterampilan membuka dan menutup pembelajaran6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil7) keterampilan mengelola kelas8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

c. Kegiatan yang dilakukan oleh pesertaMenurut penelitian, inti materi pembelajaran yang dapat diserap . secara rata-rata berhubungan sangat erat dengan kegiatan yang dilakukan oleh pesertadalam mengikuti proses belajar mengajar. Seseorang mampu mengingatsejumlah hal dengan membaca, mendengar atau melihat, setrta dari yangdiucapkan sampai yang dilakukan. Inti materi atau pelajaran dapat diserapdengan sangat baik oleh peserta, apabila fasilitator dapat menggabungkanbeberapa metode dan media pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktifpeserta. Sebagai gambaran dapat dilihat data pada matrik di bawah ini.

Page 34: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

28

KEGIATAN DALAM DIKLAT INTI PELAJARAN YANGDISERAP

1. Membaca 10%

2. Mendengar 20%

3. Melihat 30%

4. Melihat dan mendengar 50%

5. Apa yang diucapkan 80%

6. Apa yang diucapkan dan dilakukan 90%

Sumber: Edy Santosa, hal. 31 dan Marpaung, hal. 12.

5. Perbedaan Fungsi Guru dan Fasilitator

Walaupun guru dan fasilitator mempunyai tujuan yang sama yaitu untukmeningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa/peserta, namunmemiliki fungsi yang berbeda. Selain sasarannya yang berbeda, juga adaperbedaan yang mendasar dari beberapa aspek yang perlu dipahami olehfasilitator sebagaimana terlihat pada matrik di bawah ini.

GURU FASILITATOR

1. Memberikan informasi 1. Membimbing diskusi

2. Menyediakan pernyataan yang benar 2. Mengajukan pertanyaan yang benar

3. Komunikasi cenderung satu arah 3. Komunikasi dua arah

4. Memberikan tugas 4. Mengkoordinasikan kegiatan belajar

5. Pusat kegiatan pada guru 5. Pusat kegiatan pada peserta

Page 35: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

29

C. MEMAHAMI PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Uraian mengenai pendidikan orang dewasa telah dikemukakan secara lengkap padaBAB III.

D. KETERAMPILAN KOMUNIKASI

Tugas fasilitator di dalam meningkatkan kompetensi peserta pelatihan melaluipemberian pemahaman harus ditunjang oleh keterampilannya dalammengkomunikasikan materi pembelajaran. Walaupun seorang fasilitator telahmemiliki sikap yang baik, memahami cara belajar orang dewasa dan menguasaipengelolaan PBM, namun tanpa memiliki keterampilan berkomunikasi mustahilkeberhaslan dan efektifitas dalam pembelajaran dapat dicapai. Keterampilankomunikasi yang harus dimiliki oeh fasilitator mencakup keterampilan n dalammenyampaikan materi, mendengar aktif, bertanya efektif, menerapkan komunikasinon verbal dan keterampilan menggunakan suara. Penjelasan secara rinci adalahsebagaimana uraian berikut ini.

1. Keterampilan Menyampaikan MateriPenyampaian pesan, informasi, ide atau gagasan kepada peserta dengan fasihdan jelas merupakan syarat mutlak seorang fasilitator dalam menjalankanproses fasilitasi. Oleh karena, dengan kemampuan itulah fasilitator akan dapatmenjelaskan dan memberikan kontribusi kepada peserta mengenai materipembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Usahakan sebelummelaksanakan fasilitasi pelatihan, fasilitator mempersiapkan sebaik-baiknyagaris-garis besar atau butir-butir penting yang akan disampaikan.. Di sampingitu, fasilitator harus pandai mengatur waktu. Bedakan antara apayang seharusnya dan apa yang sebaiknya disampaikan. Dengan demikian,fasilitator mempunyai prioritas, bagian mana saja yang terlebih dahuludisampaikan kepada peserta. Jangan sekali-kali menghapal karena akibatnyadapat mengacaukan pikiran ketika terjadi lupa, kemudian gugup bahkan tidakmustahil dapat mengalami stagnasi dalam menyampaikan materi.

2. Keterampilan Mendengar AktifMendengar aktif atau mendengarkan berbeda dengan mendengar saja.Keterampilan komunikasi dalam mendengarkan adalah medengarkan pendapatpeserta pelatihan. Biarkan peserta mengeluarkan apa yang mereka dapatsebelumnya baik berupa tanggapan, sanggahan, pertanyaan, ataupunpernyataan. Hal itu semua justeru menjadi tambahan pengetahuan fasilitatoryang berguna untuk mengembangkan materi yang disampaikan. Jika seorangfasilitator mampu menjadi pendengar aktif maka sangat mungkin akanmengetahui apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan serta emosi dibalikungkapan kata yang disampaikan oleh peserta. Dengan mengetahui apa yangterjadi dan peka terhadap perasaan/emosi dibalik ungkapan kata yang

Page 36: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

30

disampaikan oleh peserta, dapat menjadi dasar untuk mengambil sikap dantindakan apa yang seharusnya dilakukan. Untuk menjadi pendengar yang baikdan aktif diperlukan suatu pengendalian terhadap perasaan atau emosi sendiriserta mau menghargai setiap pendapat dan gagasan yang disampaikan peserta.

Cara menjadi pendengar aktif antara lain dengan melakukan refleksi(paraphrasing) dan memantulkan (mirroring). Paraphrasing adalah mengulangikembali kata-kata/kalimat panjang yang baru diucapkan oleh peserta dengancara meringkas dan menggunakan kata-kata sendiri. Sedangkan mirroringadalah memantulkan kata demi kata yang diucapkan oleh peserta setepattepatnya tidak ditambah dan dikurangi. Baik paraphrasing maupun mirroringdimaksudkan agar apa yang dikatakan oleh peserta diterima sama olehfasilitator sehingga akan tercipta komuniasi yang efektif.

3. Keterampilan Bertanya EfektifTeknik bertanya dalam proses fasilitasi sebenarnya sederhana, yang palingpenting harus tetap mencerminkan komunikasi yang dialogis dan multi arahsehingga proses diskusi bukan hanya milik fasilitator akan tetapi milik parapeserta. Artinya fasilitator harus memberikan ruang kepada peserta untukmengungkapkan pendapat dan pengalamannya. Secara teknis sebaiknyadiperhatikan agar :a. Setiap pertanyaan yang diajukan singkat dan jelas, jika perlu ulangi sampai

peserta merasa jelas, terutama jika pertanyaan tersebut hanya ditujukanpada peserta tertentu;

b. Usahakan jangan sampai peserta “gelagapan” atau malah gugup dalammenjawab, hindari pertanyaan–pertanyaan yang bersifat tendensius apalagidengan gaya bertanya yang menghakimi;

c. Tidak terjadi debat kusir apabila ada pertanyaan dari peserta yang dilemparkepada peserta lainnya.

Dengan bertanya secara efektif akan memudahkan seorang fasilitator untukbelajar dan mengerti apa yang terjadi serta sekaligus dapat memberipemahaman untuk dapat memilih dan menemukan alternatif tindakan. Untukdapat bertanya efektif dan terarah, fasilitator harus menguasai dan memahamimateri yang disampaikan. Di samping terampil bertanya, seorang fasilitator jugaharus terampil dalam menanggapi pertanyaan peserta. Untuk tercapainyamaksud tersebut fasilitator dapat dapat melakukan hal-hal berikut.

a. Ucapkan terima asih atas pertanyaan peserta.b. Ulangi pertanyaan.c. Tanggapi setiap pertanyaan dengan seksama.d. Hormati setiap pertanyaan.e. Tanyakan kepada peserta apakah sudah puas atau belum atas jawaban dari

fasilutator.f. Hindari kontak mata dengan penanya.g. Jangan berdiskusi terlalu lama dengan satu orang peserta.

Page 37: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

31

4. Keterampilan Menerapkan Komunikasi Non VerbalProporsi terbesar (93%) dari keberhasilan penyajian lisan ditentukan olehpenggunaan komunikasi non verbal (Menrabian dalam Marpaung, 2002).Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan penyajian lisanditentukan oleh :a. Kemampuan bahasa verbal penyaji : 7 %b. Vokal dan lafal pengucapan penyaji : 38 %c. Ekspresi serta gerak tubuh penyaji : 55 %

Bahasa/gerak tubuh yang natural dan tidak dibuat-buat, tidak meniru gaya oranglain serta dilakukan dengan bervariasi dapat memperjelas materi pembelajaranyang disampaikan. Namun apabila dilakukan sebaliknya dapat mempengaruhiefektifitas dari keseluruhan penyajian. Komunikasi non verbal yang dapatmempengaruhi keberhasilan pembelajaran dapat dilihat juga dari berbagaibahasa tubuh peserta sebagai berikut.

a. Rejection gestures yaitu gerakan peserta yang menunjukkan ketidaksetujuanatau penolakan terhadap apa yang disajikan oleh fasilitator. Gerakan dapatberupa gerakan tangan, kaki bersilang, tubuh bersandar ke meja ataumenggosok-gosok hidung, mata dan telinga.

b. Cooperation gestures yakni gerakan yang menandakan peserta tertarik/menyenangi penyajian fasilitator antara lain dengan cara duduk di sisi kursiatau membuka kancing jaket/blazer.

c. Interruption gestures yaitu gerakan mengangkat tangan di dekat telinga, bibiratau arah depan tubuh yang menunjukkan bahwa peserta bermaksudmenginterupsi karena ada yang ingin dipertanyakan, meminta klarifikasi,menyatakan ketidaksetujuan atau menolak apa yang disampaikan olehfasilitator.

d. Confidence gestures adalah gerakan yang menandakan keyakinan pesertaterhadap penyajian fasilitator dengan cara berdiri tegak, mengurangi kedipanmata, atau menatap fasilitator. Peserta sependapat dengan fasilitator danmungkin bersedia memberikan kontribusi untuk memperjelas ataumelengkapi penyajian fasilitator.

e. Frustration gestures gerakan yang ditunjukkan dengan cara membunyikanjari, nafas tersendat/berdesah, atau menggaruk bagian belakang leher yangmenandakan tingkat frustrasi peserta terhadap fasilitator. Hal itu dapatmerupakan penolakan terhadap isi materi karena bertentangan dengan apayang diketahui oleh peserta atau kekurang-akuratan data yang disajikan.

Page 38: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

32

f. Nervous gestures yaitu gerakan yang menunjukkan kegugupan/grogi misalnyadengan meremas-remas tangan dikarenakan peserta merasa rendah diri,kurang menguasai permasalahan, atau berada di tempat/pada posisi yangkurang sesuai.

g. Boredom gestures yaitu gerakan yang menandakan kebosanan pesertaterhadap penyajian fasilitator dan ditunjukkan dengan cara mengetukkan kakike lantai, memainkan pena atau tangan, dan menyangga kepala. Hal tersebutdikarenakan isi materi/penyajian yang tidak menarik, tidak ada hal baru yangperlu diketahui, atau merasa telah menguasai materi yang disampaikansehingga merasa jenuh.

5. Keterampilan Menggunakan Suara

Penyampaian materi pembelajaran oleh fasilitator melalui suara, baik secaralangsung (tanpa media) maupun dengan menggunakan alat pengeras suara.Penggunaan suara inipun merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan olehfasilitator, karena dapat mempengaruhi keberhasilan tujuan pembelajaran.Keterampilan menggunakan suara yang harus dikuasai aalah berkaitan denganhal-hal berikut ini.a. Suara enak didengar khususnya apabila menggunakan alat pengeras suara.

Fasilitator harus dapat mengatur jarak alat tersebut untuk tidak terlaludekat sehingga dapat menimbulkan suara yang terlalu keras.

b. Perhatikan nada suarac. Hindari suara monotond. Hindari penggunaan ungkapan yang bukan merupakan kata ( misal em, e, ya

, dan seterusnya)e. Hindari menggunakan ucapan-ucapan seperti : Ok, dan, jadi, seperti yang

saya katakan, mengerti , paham ?f. Suara terdengar jelas oleh pesertag. Gaya percakapan yang baik .h. Jangan membaca teks bacaan yang panjangi. Ulangi kata-kata dan frasa-frasa utamaj. Hindari jargon-jargon atau terminologi teknikal yang berlebihank. Minimalkan penggunaan suara rendah

Page 39: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

33

E. PENAMPILAN

Uraian pada butir A sampai D merupakan kemampuan yang seyogyanya dimiliki olehseorang fasilitator untuk dapat mendukung tercapainya keberhasilan dalam prosesbelajar mengajar. Namun demikian, karena fasilitator adalah figur yang menjadi pusatperhatian peserta pelatihan perlu pula diperhatikan hal-hal yang berkaitan denganpenampilan antara lain sikap tubuh dan cara berpakaian.

1. Sikap Tubuh.

a. Sikap positif1) Pertahankan cara berdiri seimbang2) Usahakan bergerak ke segala arah dengan cara berpindah dari satu

tempat/posisi ke tempat/posisi lain secara baik3) Menjaga tangan tetap di samping4) Tersenyum, sikap tidak kaku5) Suara tidak monoton dan juga tidak terlalu cepat6) Kontak mata/pandangan secara bergantian kepada peserta

b. Hal-hal yang harus dihindari1) Melenggang dalam ruangan2) Memainkan pena, spidol sambil berbicara3) Menyilangkan tangan di depan/belakang4) Menjilat bibir serta mengusap kepala berulang kali5) Meremas-remas tangan (gugup)6) Bersedakep /memasukkan tangan ke dalam saku7) Menggunakan suatu benda sebagai penghalang yang tidak wajar antara

fasilitator dengan peserta8) Membelakangi peserta

2. Pakaiana. Pakailah pakaian yang nyamanb. Hindari pemakaian baju yang mencolok dan warna warni, karena akan

mengurangi konsentrasi peserta pada materi pelajaran yang diberikan.c. Gunakan pakaian dengan corak yang tidak ramai.d. Gunakan asesori yang tidak berlebihan

Page 40: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

34

F. CIRI-CIRI FASILITATOR YANG BAIK

Selain berbagai hal yang perlu diperhatikan, berikut ini perlu pula dipahami mengenaiciri-ciri fasilitator yang baik.1. Menjaga kelompok tetap fokus pada tujuan dan proses pembelajaran2. Tetap obyektif3. Membantu kelompok menentukan arah yang akan ditempuh dan mencapai

tujuan mereka4. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara5. Dapat menyesuaikan dengan gaya belajar yang berbeda-beda6. Sensitif terhadap gender dan budaya7. Mendorong semua orang berpartisipasi; setiap orang berpartisipasi dengan cara

yang berlainan. Ada yang hanya berbicara dalam kelompok kecil tetapi tetapberpartisipasi, ada pula yang banyak bicara tetapi sedikit kontribusi.

8. Membantu kelompok mentaati waktu9. Memberi semangat atau membuat kelompok rileks sesuai kebutuhan10. Sewaktu-waktu menyimpulkan yang terjadi dalam PBM, dan membantu

kelompok mengaitkan satu sesi dengan sesi lainnya.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dan perlu diperhatikan oleh fasilitator adalahsebagaimana uraian di bawah ini.1. Waspada terhadap tanda-tanda kebingungan peserta (saling bertanya pada orang

di sebelahnya, wajah bingung atau frustasi, sikap menolak, dsb).2. Jangan melakukan pekerjaan kelompok. Biarkan kelompok bekerja sendiri.3. Berkeliling dari kelompok ke kelompok; tetapi jangan menjadi bagian dari satu

kelompok saja karena anda akan mempengaruhi kelompok itu.4. Berikan waktu pada setiap kelompok memahami tugas yang diberikan dan

konsep-konsep pendukungnya.5. Bahas kembali bagian-bagian lokakarya atau pertemuan yang membingungkan

kalau ada peserta yang kelihatannya mengalami kesulitan.6. Jangan menganggap diri anda seorang ahli. Ingatkan kelompok dan diri sendiri

bahwa anda adalah fasilitator. Ingatkan MEREKA (dan juga diri anda) akankeahlian dan pengalaman yang MEREKA miliki. Caranya dengan melemparpertanyaan pada peserta lain, misalnya : “Pertanyaan bagus, Ida. Bagaimanamenurut anda, Erna?”; “Pertanyaan yang bagus. Apa ada yang mau menanggapi?”

7. Sering-seringlah bertanya : “Apakah ada pertanyaan?”8. Bersikap fleksibel dan gunakan penilaian anda sendiri tentang perhatian, energi

dan pemahaman kelompok kemudian sesuaikan dengan waktu seperlunya.Perubahan tidak berarti rencana yang buruk, tetapi anda mendengar, menyimakdan menyesuaikan rencana dengan situasi.

9. Jangan lupa waktu istirahat 15-20 menit, paling sedikit dua kali pada pagi dan sorehari.

Page 41: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

35

BAB VTEKNIK FASILITASI DENGAN TEAM TEACHING

Team Teaching merupakan salah satu bentuk strategi pembelajaran yang melibatkan duaorang fasilitator atau lebih dalam proses pembelajaran, dengan pembagian peran dantanggung jawab secara jelas dan seimbang. Melalui strategi Team Teaching, diharapkanantar fasilitator dapat bekerja sama dan saling melengkapi dalam mengelola prosespembelajaran. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dapatdiatasi secara bersama-sama. Berikut diuraikan tentang pelaksanaan teknik fasilitasidengan Team Teaching

A. KONSEP DASAR TEAM TEACHINGKurikulum pendidikan dan pelatihan yang semakin berkembang menuntut fasilitatoruntuk lebih inovatif dan kreatif dalam menentukan/memilih metode pembelajaranyang digunakan, yang tentunya harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yangakan disampaikan kepada peserta pelatihan.. Fasilitator bukanlah orang yang tahuakan segala hal, tetapi juga tentu memiliki kekurangan pengetahuan. Hal inimenunjukkan bahwa fasilitator pun membutuhkan sosok lain yang dapat diajakbekerjasama dalam menghadapi segala kesulitan yang ada pada saat melaksanakanproses pembelajaran. Pelaksanaan fasilitasi dengan strategi Team Teaching adalahmerupakan cara tepat.

Team Teaching merupakan strategi pembelajaran yang dalam prosespembelajarannya dilakukan oleh lebih dari satu fasilitator dengan pembagian perandan tanggung jawab masing-masing. Menurut Martiningsih (2007) :“Metodepembelajaran team teaching adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknyalebih dari satu orang yang mempunyai tugas masing-masing”. Lebih lanjut Ahmadidan Prasetya (2005) menyatakan bahwa Team Teaching (pengajaran beregu) adalahsuatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang. Tim pengajaratau fasilitator yang menyajikan materi pembelajaran dengan metode mengajarberegu ini menyajikan materi pembelajaran yang sama dalam waktu dan dengantujuan yang sama pula. Para fasilitator tersebut bersama-sama mempersiapkan,melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar peserta pelatihan. Proses belajarmengajar dapat dilakukan secara bergilir dengan metode ceramah atau bersama-sama dengan metode diskusi panel.

Page 42: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

36

B. JENIS TEAM TEACHINGTerdapat beberapa jenis Team Teaching sebagaimana yang dijelaskan olehSoewalni S (2007) berikut ini

1. Semi Team TeachingPada jenis team teaching ini dapat dilakukan 3 tipe dalam proses belajarmengajar yaitu tipe satu, dua dan tipe tiga sebagai berikut.

1. Tipe 1 :sejumlah fasilitator mengajar/menyampaikan materi pembelajaran yang samadi kelas yang berbeda. Perencanaan materi dan metode disepakati bersama.

2. Tipe 2a :satu materi pembelajaran disajikan oleh sejumlah fasilitator secara bergantiandengan pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh masing-masing fasilitator.

3. Tipe 2b :satu materi pembelajaran disajikan oleh sejumlah fasilitator denganmendesain peserta pelatihan secara berkelompok.

2. Team Teaching PenuhJenis berikutnya adalah dengan team teaching penuh atau Tipe 3. Pada jenis ini,satu tim terdiri dari dua orang fasilitator atau lebih, waktu kelas sama,pembelajaran mata pelajaran/materi tertentu. Perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi disepakati dan dilakukan secara bersama.

Variasi pelaksanaan Team Teaching penuh dapat dilaksanakan sebagai berikut.

a. Pelaksanaan bersama : seorang fasilitator sebagai penyaji atau menyampaikaninformasi, fasilitator lain membimbing diskusi kelompok atau membimbinglatihan individual.

b. Anggota tim secara bergantian menyajikan topik/materi. Diskusi/tanya jawabdibimbing secara bersama dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim.

c. Seorang fasilitator (senior) menyajikan langkah latihan, observasi, praktik daninformasi seperlunya. Kelas dibagi dalam kelompok, setiap kelompok dipanduoleh seorang fasilitator. Pada akhir pembelajaran masing-masing kelompokmenyajikan laporan (lisan/tertulis) dan ditanggapi bersama serta disimpulkanbersama.

Dari beberapa jenis Team Teaching yang dikemukakan oleh Soewalni S, tampaknyajenis Team Teaching penuh lebih baik, karena disana lebih terlihat nyata strategiTeam Teaching-nya. Fasilitator yang mengajar lebih dari satu orang, mereka mengajardi kelas yang sama dengan materi yang sama dan pada waktu yang sama, serta setiapperencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya pun dilakukan atas kesepakatan bersama.Hal ini sangat sesuai dengan prinsip pembentukan tim dalam sebuah pelaksanaantugas, bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan misi pencapaian tujuan dilakukansecara bersama-sama, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasiterhadap apa yang telah dilaksanakan.

Page 43: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

37

C. TAHAPAN PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI TEAM TEACHING

1. Tahap Awal

a. Perencanaan pembelajaran disusun secara bersama

Perencanaan pembelajaran atau dikenal dengan istilah Satuan AcaraPembelajaran (SAP) harus disusun secara bersama-sama oleh setiap fasilitatoryang tergabung dalam Team Teaching. Hal ini dimaksudkan agar setiapfasilitator yang tergabung dalam team teaching memahami tentang apa-apayang tercantum dalam SAP tersebut, mulai dari kompetensi dasar dan indikatorkeberhasilan yang harus dicapai oleh peserta dari proses pembelajaran sampaikepada sistem penilaian hasil evaluasi peserta..

b. Metode pembelajaran disusun bersama

Selain SAP yang harus disusun bersama oleh tim, metode yang akan digunakanoleh mereka dalam proses pembelajaran Team Teaching pun harusdirencanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching. Perencanaanmetode secara bersama ini dilakukan agar setiap fasilitator Team Teachingmengetahui alur proses pembelajaran dan tidak kehilangan arah pembelajaran.

c. Partner team teaching memahami materi dan isi pembelajaran

Fasilitator sebagai partner dalam Team Teaching bukan hanya harusmengetahui tema dari materi yang akan disampaikan kepada peserta saja,tetapi mereka juga harus sama-sama mengetahui dan memahami isi darimateri tersebut. Hal ini agar keduanya bisa saling melengkapi kekuranganpengetahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Terutama ini dapatdirasakan manfaatnya pada saat menyampaikan materi kepada peserta danmenjawab pertanyaan-pertanyaan peserta terhadap penjelasan fasilitator.

d. Pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas

Pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing fasilitator dalam TeamTeaching harus dibicarakan secara jelas ketika merencanakan prosespembelajaran yang akan dilaksanakan, agar ketika proses pembelajaranberlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing.Dalam hal ini masing-masing fasilitator tidak lagi memilikiketidakjelasan peran dan tanggungjawab.

Page 44: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

38

2. Tahap Inti

a. Satu fasilitator sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dansatu orang sebagai pengawas dan pembantu tim.

b. Dua orang fasilitator bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran,dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jampelajaran yang ada.

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi fasilitator

Evaluasi fasilitator selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner timsetelah jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partnerdengan cara memberi kritikan-kritikan dan saran yang membangun untukperbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Setiap fasilitator yang diberi saranharus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulahkelebihan dari team teaching. Setiap faslitator harus merasa bahwa merekabanyak mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri palingbenar dan paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, hal inidilakukan untuk menjaga image masing-masing fasilitator dihadapan peserta.

b. Evaluasi peserta

Evaluasi peserta dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi danmerencanakan metode evaluasi, yang kesemuanya dilakukan secara bersama-sama oleh fasilitator Team Teaching. Atas kesepakatan bersama fasilitatorharus membuat soal-soal evaluasi yang akan diberikan kepada peserta. Dengandemikian, fasilitator Team Teaching harus secara bersama-sama menentukanbentuk soal evaluasi, baik lisan ataupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, ataukombinasi antara keduanya.

Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah dalam evaluasi peserta, fasilitatorjuga diharuskan merencanakan metode evaluasi. Perencanaan metodeevaluasi peserta ini di dalamnya mencakup pembagian peran dan tanggungjawab setiap fasilitator Team Teaching dalam pelaksanaan evaluasi, sertapembagian tugas dalam pengawasan.

Page 45: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

39

BAB VIPENUTUP

Teknik fasilitasi merupakan materi dasar bagi widyaiswara maupun fasilitator.Bahan ajar ini hanya memuat garis besar dari manajemen kelas yang harusdikuasai oleh fasilitator apabila hendak mengajar.

Untuk menyajikan bahan ajar ini hendaknya fasilitator menambah referensi laintentang kediklatan dan penyajian dilakukan secara tim sehingga dapat salingmengisi.

Dengan diterbitkannya bahan ajar ini semoga membawa manfaat, baik bagiwidyaiswara maupun fasilitator yang akan melaksanakan pelatihan.

Page 46: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

40

DAFTAR PUSTAKA

LAN RI, GBPP dan SAP Bahan Ajar Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang Tingkat Pertama,Jakarta, 2002.

PULAP, Dinamika Kelompok, Modul Belajar Mandiri Bagi Widyaiswara, Jakarta, 2004

PUSJA, Desain dan Kurikulum Pelatihan Program KKB bagi Fasilitator, Pengelola, danPelaksana Program KB, Jakarta, 2004

Suparman Atwi, Desain Instruksional Pusat Antar Universitas untuk peningkatan danpengembangan aktivitas instruksional Ditjen Pendidikan Tinggi – DepartemenKebudayaan, Jakarta, 1995.

Marpaung, PM dan Giri Saptoadji,Komunikasi dan Presentasi Efektif dalam Pengajaran.Lembaga Administrasi Negara RI. 2002.

Edy Santosa dkk. Terampil Presentasi, Teknik Memberikan Pelatihan dan Mengajar BagiPara Trainer, Fasilitator dan Guru. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 2005.

Wahyu Suprapti dan Sudariman.Ragam Metode Belajar. Lembaga Administrasi Negara RI.2002.

Ahmadi, A. dan Prasetya. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia.

Martiningsih. (2007). Team Teaching. (http://martiningsih.blogspot.com).(Diakses tgl 17Mei 2012).

Soewalni, S. (2007). Team Teaching. Makalah Program Pelatihan Applied Approach 2007di Lembaga Pengembangan Pendidikan UNAS. (Diakses tgl 17 Mei 2012).

Page 47: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

41

Lampiran

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

1. NAMA DIKLAT : Orientasi Regional DDRC Indonesia Timur

2. MATA DIKLAT : Pelaksanaan/Penyelenggaraan Orientasi DDRC diKabupaten/Kota

3. WAKTU : 2 JP (2 x 45 menit)

4. NAMA WIDYAISWARA : Aminah

5. KOMPETENSI DASARSetelah mengikuti pembelajaran ini peserta memahami Pelaksanaan/Penyelenggaraan Orientasi DDRC di Kabupaten/Kota

6. INDIKATOR KEBERHASILANSetelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan :a. Konsep dasar pelaksanaan/penyelenggaraan orientasi DDRC di kabupaten/kotab. Proses belajar mengajar (PBM) orientasi DDRC di kabupaten/kotac. Cara membuat satuan pembelajarand. Cara membangun kesepakatan untuk pelaksanaan orientasi

7. POKOK BAHASANa. Konsep dasar pelaksanaan orientasib. Proses PBM orientasi DDRCc. Satuan pembelajarand. Membangun kesepakatan

8. KEGIATAN

No Tahapan Kegiatan KegiatanWidyaiswara/Fasilitator

Kegiatan Peserta MetodeM Media

1 2 3 4 5 6I. PENDAHULUAN

1. Perkenalan2. Penjelasan Hasil

Belajar danIndikator HasilBelajar

a. Widyaiswara memulai sesi inidengan mengucapkan salamdan memperkenalkan diri

b. Widyaiswara memberikanpenjelasan kompetensi dasardan indikator keberhasilandari materi pelaksanaan/penyelenggaraan orientasiDDRC di kabupaten/kota.

a. Peserta mende-ngarkan danmencatat

Ceramah LCDBahanAjar

Page 48: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

42

II. PENYAJIANPenyajian materimenurut pokokbahasan:1. Konsep dasar

pelaksanaan/pe-nyelenggaraanorientasi DDRC

2. Proses PBM da-lam orientasiDDRC.

3. Satuanpembelajaran

a. Widyaswara menjelaskanlatar belakang, tujuan dansasaran pelaksanaan orientasiDDRC di kab/kota.

b. Widyaiswara menanyakankepada peserta hal-hal apasaja yang harus dipersiapkandan dilaksanakan dlm PBMpada kegiatan orientasi.

c. Widyaiswara mem-berikanpenjelasan ttg kegiatan yangharus dilakukan dalam tahappersiapan dan pelaksanaanorientasi DDRC (fasilitator,materi, media, SAP) sertamemberikan kesempatanuntuk bertanya.

d. Widyaiswara menjelaskankepada peserta mengenaicara membuat satuanpembelajaran (SAP) danmembagikan contoh

e. Widyaiswara membagipeserta ke dalam beberapakelompok menurut kab./kota

f. Widyaiswara menugaskansetiap kelompok utkmembuat SAP dari salah satumata Diklat.

g. Widyaiswara meminta tiapklp menyajikan SAP

a. Pesertamendengarkandan mencatat.

b. Peserta men-jawab dan fasi-litator menulis-kan jawaban dipapan tulis.

c. Peserta mem-perhatikan danmencatat

d. Peserta mem-perhatikan danmencatatsambilmengamaticontoh SAP

e. Pesertamemba- gi dirike dalam kelpkkab/kota

f. Setiapkelompokmembuat SAP

g. Wakil klpmenyaji kanhasil Disko

Ceramah

Curahpendapat

Ceramahtanyajawab

Ceramahtanyajawab

-

Diskusikelompok & penu-gasan

Diskusipleno

LCDBahanAjar

Papantulis

LCDBahanAjar

LCDBahanAjarContohSAP

-

Flipchart/LCD

Flipchart/LCD

Page 49: Seri 8 Tekhnik Fasilitasi

43

No Tahapan Kegiatan Kegiatan Widyaiswara/Fasilitator

Kegiatan Peserta MetodeM Media

1 2 3 4 5 6

III.

4. Membangunkesepakatan

PENUTUP

1. Penyampaiankesimpuanseluruh materi

2. Salam penutup

h. Widyaiswara mena-nyakankepada peserta mengenaimanfaat membangun kesepa-katan

i. Widyaiswara menjelas- kanpentingnya mem-bangunkesepakan untukpelaksanaan/penyeleng-garaan orientasi DDRC .

j. Widyaiswara memfasili-ta-sipermainan (games) utkmembangun kesepakatan

Widyaiswara menyampai-kankesimpulan dengan merangkumatau memberi-kan stressingakhir dari keseluruhan materiyang telah diberikan denganmenayangkan kembali hasilbelajar dan indicator hasilbelajar, dilanjutkan denganmenyampaikan salam penutup.

h. Peserta menja-wab.

i. Pesertamende-ngarkan danmencatat.

j. Pesertaterlibat aktifdalam games

Peserta mende-ngarkan danmemperhatikan

Curahpendapat

Ceramah

Permain-an/games

Ceramahsingkat

LCDBahanAjar

LCD

9. EVALUASISetelah menjelaskan materi ini, minimal 85% peserta memahami materiPelaksanaan/Penyelenggaraan Orientasi DDRC di Kabupaten/Kota.

10. REFERENSIBahan ajar Pelaksanaan/Penyelenggaraan Orientasi DDRC di Kabupaten/ Kota.

Widyaiswara,Aminah