serangga dan lingkungannya.docx

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga merupakan salah satu makhluk hidup yang paling banyak di dunia serta merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling dominan di antara spesies hewan lainnya dalam filum Arthropoda. Jumlah spesies dan jenisnya saja merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Menurut Hadi, dkk (2009), menyatakan bahwa terdapat 713.500 jenis arthropoda atau sekitar 80% dari jenis hewan yang telah dikenal. Arthropoda yang berarti hewan yang kakinya bersendi- sendi atau beruas. Ruas di antara dua sendi disebut dengan segmen. Adapun ciri-ciri umum Arthropoda adalah mempunyai appendage atau alat tambahan yang beruas, tubuhnya bilateral simetri yang terdiri dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus oleh zat khitin sehingga merupakan eksoskeleton. Mula-mula perkembangan arthropoda dimulai dari bentuk tubuhnya, yaitu dimulai dengan terbentuknya alat-alat tambahan di bagian ventral tubuh, terbentuknya sepasang mata dan antena pada bagian prostomium, terjadinya ruas-ruas pada pasangan kaki, serta terjadinya persatuan antara prostomium dan segmen postoral membentuk struktur caput yang disebut procephalon, kemudian tiga pasang alat tubuh berikutnya (segmen ke 4, 5, dan 6) mengalami modifikasi dimana

Upload: crystal-knight

Post on 26-Dec-2015

109 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: serangga dan lingkungannya.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serangga merupakan salah satu makhluk hidup yang paling banyak di

dunia serta merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling dominan di antara

spesies hewan lainnya dalam filum Arthropoda. Jumlah spesies dan jenisnya saja

merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya.

Menurut Hadi, dkk (2009), menyatakan bahwa terdapat 713.500 jenis arthropoda

atau sekitar 80% dari jenis hewan yang telah dikenal. Arthropoda yang berarti

hewan yang kakinya bersendi-sendi atau beruas. Ruas di antara dua sendi disebut

dengan segmen. Adapun ciri-ciri umum Arthropoda adalah mempunyai

appendage atau alat tambahan yang beruas, tubuhnya bilateral simetri yang terdiri

dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus oleh zat khitin sehingga merupakan

eksoskeleton.

Mula-mula perkembangan arthropoda dimulai dari bentuk tubuhnya, yaitu

dimulai dengan terbentuknya alat-alat tambahan di bagian ventral tubuh,

terbentuknya sepasang mata dan antena pada bagian prostomium, terjadinya ruas-

ruas pada pasangan kaki, serta terjadinya persatuan antara prostomium dan

segmen postoral membentuk struktur caput yang disebut procephalon, kemudian

tiga pasang alat tubuh berikutnya (segmen ke 4, 5, dan 6) mengalami modifikasi

dimana bentuknya memendek dan hanya berfungsi untuk mendorong makanan ke

mulut.

Keberadaan serangga di muka bumi ini tidak luput dari cerita sejarahnya

yang menarik. Beberapa fakta menarik tentang serangga secara langssung atau

tidak memiliki hubungan dengan ekologi serangga itu sendiri. Seperti:

- Jenis serangga yang beraneka ragam sudah ditemukan sejak 300 juta

tahun lalu.

- Pada masa itu, bentuk serangga berbeda dengan bentuk serangga yang

ditemui sekarang. Baru 30 juta tahun kemudian bentuk serangga

berubah dan sudah menyerupai bentuknya sekarang. Hal ini dibuktikan

dengan beberapa penemuan fosil dari puluhan juta tahun lalu yang

bentuknya sama dengan serangga yang ditemukan sekarang ini.

Page 2: serangga dan lingkungannya.docx

- Pada umumnya, serangga memiliki metamorfosis yang sempurna.

Hewan ini tumbuh dengan tahapan yang berbeda, mulai dari telur

hingga imago. Contohnya dapat dilihat dari kupu-kupu.

B. Tujuan

Menjelaskan macam-macam interaksi serangga dengan lingkungannya.

BAB II

ISI

A. Kelakuan Mengelompok dan Sosial

Banyak serangga yang terdapat dalam kelompok-kelompok, dan kelompok

ini berbeda dalam faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk membawa

individu-individu bersama dan dalam sifat interaksi-interaksi antara individu-

individu. Beberapa kelompok serangga secarasederhana adalah hasil reaksi positif

oleh banyak individu terhadap stimulus yang sama. Pengelompokkan lain

berdasarkan daya tarik yang saling menguntungkan dalam hal menjaga

kebersamaan kelompok (Borror, 1996).

1. Masyarakat Serangga

Golongan serangga yang hidup secara berkelompok seperti semut, rayap,

beberapa jenis lebah, dan tawon yang lebih terpadu disebut masyarakat, dan

kelompok-kelompok serangga ini memiliki beberapa sifat khusus yang menarik.

Masyarakat-masyarakat serangga yang paling kompleks terdapat pada ordo –ordo

Isoptera (rayap) dan Hymenoptera (semut, lebah, tawon). Koloni eusosial ditandai

oleh (1) kerja sama diantara anggota dalam memelihara anggota muda, (2) adanya

kasta-kasta mandul, dan (3) generasi yang tumpang tindih. Semua rayap dan

semut adalah eusosial. Sifat yang nyata dari satu masyarakat serangga adalah

polimorfisme (perbedaan kasta) dari anggota-anggotanya, yang disertai oleh

perbedaan-perbedaan kelakuan. Hanya beberapa individu yang bersangkutan

dalam proses reproduksi, hanya kasta raja dan ratu. Individu dalam kasta

nonproduktif (pekerja) melakukan semua fungsi yang penting bagi pengelolahan

Page 3: serangga dan lingkungannya.docx

koloni dan memelihara kelangsugan hidup individu dalam sarang, dalam beberapa

hal terdapat spesialisasi morfologi pada setiap kasta (Borror,1996).

Semut dikenal dengan koloni dan sarangnya yang teratur, dan terdiri dari

ribuan semut per koloni. Kasta semut dibagi menjadi semut pekerja, semut

pejantan, dan semut ratu. Satu koloni dapat menguasai dan memakai

sebuahdaerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala

disebut super organisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk

sebuah kesatuan. Sama halnya dengan semut, lebah madu merupakan serangga

sosial yang hidup dalam suatu koloni, yang biasanya mendiami suatu sarang. Jenis

lebah dibagi menjadi lebah ratu, lebah jantan dan lebah pekerja.

Rayap adalah seragga sosial yang hidup dalam suatu komonitas

yang  disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama

bila tidak berada dalam koloninya. Komunitas tersebut bertumbuh

efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing-masing kasta

mempunyai bentuk dan peran yang berbeda sesuaidengan fungsinya masing-

masing yaitu kasta prajurit,kasta pekerja dankasta reproduktif (Supriana, 1984).

Aktivitas khas dalam masyarakat serangga adalah saling bertukar bahan

(makanan, sekresi, dan sebagainya) antara individu-individu, dengan peranan

feromon yang diberikan dari satu individu ke individu yang lainnya. Sifat umum

lainnya dari masyarakat serangga adalah kemampuan untuk mengendalikan

anggota-anggota dari kelompoknya sendiri dan kelompok anggota lain (Borror,

1996).

2. Migrasi

Pergerakan acak atau mengarah dari serangga bervariasi berdasarkanspecies.

Mobilitas adalah penting untuk makan dan bertahannya serangga-serangga hutan

dan pohon pelindung dalam Iingkungan baru. Gerakan/perpindahan serangga

dapat dipisahkan dalam 3 kategori, yaitu memencar,menyebar dan migrasi.

Memencar adalah perpindahan lokal di dalam area yang cocok (favorable).

Menyebar adalah gerakan/ perpindahaan individual menjauh. dan area yang secara

normal cocok ke lain areal, yang mungkin atau tidak cocokuntuk bertahan.

Page 4: serangga dan lingkungannya.docx

Migrasi adalah perpindahan searah dan satu areal yang cocok keareal yang

lainnya. Pergerakan merupakan suatu bagian reguler dan penyesuaiandiri dan

biologi untuk sebagian besar individu di dalam suatu species individual.Semua

serangga bergerak dengan memencar dan menyebar kadang-kadang selama siklus

hidupnya, tetapi migrasi terjadi pada lebih sedikit species serangga. Beberapa

contoh serangga yang bermigrasi adalah kupu-kupu Monarch Danaus piexippus

(Linneaus), locust padang pasir, nyamuk betina, kumbang buas Convergen

Hippoderinis convergens Guerin - Meneville. Selama bulan Mei dan Juni dewasa

muda kumbang buas konvergen migrasi dan tempatmakannya di Central Valley

California untuk melewati musim dingin di pegununganSierra Nevada. Kumbang

ini kembali pada bulan Februari - Maret berikutnya untuk berbiak dan makan di

Central Valley (Coulson and Witter, 1984).

B. Lingkungan Serangga Air

Ada dua lingkungan air yang berbeda yaitu lingkungan lotik (air mengalir)

dan lentik (air diam/tidak mengalir). Dalam lingkungan lotik kecepatan dari aliran

air memengaruhi:

1. Tipe substrat, dengan bongkahan batu pada aliran air yang deras, dan

sedimen pasir pada aliran yang lambat.

2. Transpor partikel, yang salah satunya sebagai sumber makanan

3. Pengelolaan oksigen terlarut (DO)

Karakteristik serangga yang hidup di dalam substrat yang bermacam-

macam tersebut, banyak menampakkan modifikasi morfologi. Contohnya yaitu

serangga yang hidup di aliran air yang deras cenderung memiliki dorsoventral

yang pipih. Kebanyakan serangga lotik memilki ukuran lebih kecil daripada

serangga sejenis yang berada pada air diam. Ukuran dan desain tubuh mereka

disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang penuh dengan batuan besar, kerikil

dan bahkan sedimen pasir (Gullan and Cranston, 2010).

Pada lingkungan lentik, dengan pengecualian tanpa adanya pergerakan

gelombang air pada tepinya, pergerakan air sama sekali tidak menyulitkan bagi

serangga air yang hidup di dalamnya. Hanya saja yang menjadi masalah adalah

Page 5: serangga dan lingkungannya.docx

keberadaan oksigen akan tetapi spesies serangga lentik menunjukkan

keanekaragaman yang lebih besar dalam mekanisme untuk meningkatkan

pengambilan oksigen dibandingkan dengan serangga lotik (Gullan and Cranston,

2010).

Permukaan air lentik digunakan oleh banyak spesies daripada permukaan

air lotik. Karena keadaan fisik dari tegangan air diam yang dapat mendukung

serangga dari gangguan goncangan air. Water Strider golongan Hemiptera

memiliki hidrofuge (penangkal air) berupa rambut fili pada kakinya sehingga

dapat bergerak di atas permukaan air tanpa tenggelam (Gullan and Cranston,

2010).

C. Serangga dan Lingkungan Tanah

Tanah menyediakan tempat hidup bagi serangga (pemukiman ataupun

sarang) serta juga menyediakan makanan dan sekaligus sebagai fungsi pertahanan.

Banyak jenis serangga yang sebagian ataupun seluruh hidupnya berada di dalam

tanah. Tanah yang ditempati serangga menjadi bertambah subur karena terjadi

proses timbal balik antara serangga dan lingkungannya. Serangga mendapatkan

nutrisi berupa sisa-sisa bahan organic yang terdapat di dalam tanah, selain itu juga

mendapatkan tempat bernaung, bersarang, dan berkoloni. Tanah ternyata juga

diuntungkan dalam hal tersebut yakni dengan adanya serangga, maka tanah akan

semakin berongga sehingga udara dapat masuk ke dalam tanah. Hal tersebut

menyebabkan tanah semakin gembur. Berikutnya, sisa-sisa serangga seperti

ekskresi misalnya akan menyebabkan kandungan bahan organic di dalam tanah

juga bertambah sehingga tanahpun menjadi bertambah subur. Dengan demikian

serangga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan juga menyuburkan tanah

(Borror, 1996).

D. Serangga dan Tumbuhan

Sebagian besar serangga makan tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sedikit

yang digolongkan sebagai hama. Serangga juga mungkin bermanfaat bagi

tumbuhan karena menghancurkan gulma-gulma pengganggu, maupun tumbuh-

tumbuhan tertentu yang tidak dikehendaki. Borror (1996) menyebutkan bahwa

Page 6: serangga dan lingkungannya.docx

sangat sedikit sekali tumbuhan yang tidak dimakan oleh serangga. Serangga akan

memakan tumbuhan air maupun darat yang segar, namun setiap jenis serangga

memiliki cara makan yang berbeda-beda dan bagian tumbuhan yang dimakan pun

juga berbeda-beda. Selain memakan bagian tumbuhan, ada juga serangga yang

menghisap cairan tumbuhan baik itu dari daerah daun, cabang, maupun

batangnya.

Tumbuhan selain berperan sebagai penyedia makanan bagi serangga, juga

berperan sebagai sarang tempat peletakan telur dari serangga. Borror (1996)

menyebutkan bahwa banyak serangga terutama larva ngengat tertentu dan

kumbang mengebor masuk ke dalam batang. Cicada betina yang hendak bertelur

juga akan mengebor batang pohon tertentu lalu meletakkan telur-telurnya.

Banyak serangga pemakan tumbuh-tumbuhan menginjeksikan suatu zat

kimiawi ke dalam tumbuhan sehingga tumbuhan tersebut tumbuh secara

abnormal. Beberapa jenis serangga memakan bagian tumbuhan yang berada di

dalam tanah. Biasanya serangga yang berlaku demikian adalah yang masih

bertahap larva atau nimfa.

E. Pertahanan Serangga

Setiap jenis hewan dapat diserang oleh berbagai musuh, dan untuk

mempertahankan hidup hewan tersebut harus mempunyai sejumlah sarana

pertahanan. Banyak tipe pertahanan yang terdapat pada serangga, beberapa

menggantungkan pada penampilan (bentuk fisik) atau lokasi untuk menghindari

serangan, beberapa berusaha melarikan diri, beberapa menyerang pemangsa dan

beberapa menggantungkan sejumlah pertahanan kimiawi. Pertahanan diri pada

serangga merupakan respon yang muncul akibat ancaman musuh alami terhadap

kelangsungan hidupnya (Borror, 1996).

1. Sarana-sarana pertahanan yang pasif

Kebanyakan serangga akan berusaha lari saat diserang atau terancam, hal

tersebut dilakukan dengan terbang, lari, meloncat, berenang, atau menyelam.

Salah satu cara yang dilakukan serangga untuk menghindar dari predatornya

Page 7: serangga dan lingkungannya.docx

adalah pura-pura mati, cara ini biasanya dilakukan oleh serangga air raksasa

(Giant Water Bug), serangga ini merupakan predator yang paling tangkas,

menangkap dan makan ikan dan juga katak. Mereka sering berbaring tak bergerak

di bagian permukaan air, sambil menunggu mangsa datang mendekat. Gigitan

mereka dianggap salah satu yang paling menyakitkan yang dapat ditimbulkan oleh

serangga. Kadang-kadang ketika menghadapi pemangsa yang lebih besar, seperti

manusia, mereka akan "berpura-pura mati" dan memancarkan cairan dari anus

mereka untuk membuatnya menjijikan (Australianmuseum, 2012).

Banyak serangga “pura-pura mati” saat diganggu oleh predatornya. Beberapa

kumbang melipat tungkai-tungkai mereka, menjatuhkan diri ke tanah dan tidak

bergerak, seringkali menyerupai kotoran kecil. Pada ulat-ulat seringkali

melakukan posisi yang aneh seperti “kaku” sebagai bentuk perlindungan diri

mereka. Pada beberapa ulat jengkal perlindungan dilakukan dengan

menjungkirkan tubuhnya menyerupai sebuah ranting, berpegangan dengan kaki-

kaki palsu pada ujung posterior tubuh. Sangat banyak serangga hidup dalam

kondisi dimana musuh-musuh mempunyai kesulitan untuk menyerang mereka.

banyak serangga yang membenamkan diri kedalam tumbuh-tumbuhan, jaringan-

jaringan hewa, di bawah karang, atau di dalam tanah (Borror, 1996).

Gambar 1. Giant Water Bug(sumber: Australianmuseum, 2012)

Page 8: serangga dan lingkungannya.docx

Banyak larva serangga yang membuat selubung-selubung khusus yang

akan melindungi mereka dari serangan predator. Banyak larva Lepidoptera dan

sejumlah kecil serangga dari ordo yang lain (misal: belalang penggulung daun dan

serangga gergaji) hidup dalam sebuah perlindungan yang terbuat dari daun-daun

yang dihubungkan bersama atau digulung dan berfungsi sebagai tempat

berlindung. Beberapa ulat-ulat yang bergerombol, seperti ulat pembuat jaring akan

membuat suatu tempat perlindungan besar dengan menggunakan daun-daun,

ataupun ranting (Borror, 1996).

Selain predator, kondisi lingkungan juga mempengaruhi serangga untuh

dapat melakukan pertahanan dalam lingkungannya. Serangga akan tetap bertahan

hidup dengan cara menyesuaikan diri sesuai dengan cara dan kemampuan sendiri.

Biasanya terjadi seleksi alam dimana serangga yang mampu bertahan akan tetap

hidup dan bereproduksi. Serangga juga akan berusaha untuk melanjutkan

keturunannya dengan cara memperbanyak kawin dengan harapan dapat

menghasilkan keturunan yang lebih banyak, dan menghasilkan individu-individu

yang memiliki daya tahan yang lebih kuat dari induknya, sehingga pada kondisi

yang ekstrim masih mampu bertahan. Dalam jangka waktu yang lama dengan

adanya kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan tersebut akan terjadi

seleksi alam dan serangga juga akan mengalami evolusi, dimana terdapat jenis-

jenis serangga baru yang memiliki daya tahan lebih kuat terhadap kondisi yang

kurang menguntungkan. Salah satu faktor adaptasi yang menyebabkan serangga

mampu hidup pada lingkungan dengan cuaca yang ekstrim adalah sifat

poikilotherm atau berdarah dingin yang mengalir di dalam tubuhnya. Pada

serangga darah disebut dengan hemolimfa yang akan menjadi dingin jika kondisi

suhu di luar dingin, dan sebaliknya. Dengan demikian, tubuh serangga tidak akan

menghadapi perbedaan suhu yang mencolok dengan suhu di luar tubuhnya.

Ukuran tubuh serangga yang relatif kecil menyebabkan kebutuhan makannya

relatif sedikit dan lebih mudah memperoleh perlindungan terhadap serangan

musuhnya. Kemampuan reproduksi serangga juga lebih besar dan cepat, serta

keragaman genetik yang lebih besar. Dengan kemampuannya untuk beradaptasi

ini, banyak serangga hama pada tanaman budidaya mampu dengan cepat

mengembangkan sifat resistensi terhadap insektisida (BBPPTP Ambon, 2013).

Page 9: serangga dan lingkungannya.docx

Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan serangga akan

beristirahat dengan membentuk fase pertahanan tertentu, sehingga serangga akan

tetap hidup. Fenomena ini sering terjadi karena faktor pakan maupun iklim.

Sebagai contoh adalah pembentukan kokon pada Ordo Lepidoptera, dimana ia

akan mempercepat pembentukan kokon apabila kondisi suhu rendah dan pakan

kurang tersedia. Dormansi atau juga disebut dengan diapause adalah pelambatan

perkembangan sebagai tanggapan terhadap kondisi lingkungan yang tidak

menguntungkan, misalnya suhu yang ekstrim atau ketersediaan pakan yang

minim. Pada kondisi ekstrim, serangga mampu bertahan hidup dengan

mengurangi proses fisiologis dalam tubuhnya, sehingga kebutuhan pakan dapat

dikurangi. Diapause merupakan fase ketika organisme berhenti berkembang dan

terjadi pada siklus tahunan. Serangga melakukan adaptasi untuk menyelesaikan

siklus hidupnya. Faktor-faktor yang mengakibatkan diapause antara lain

fotoperiodisme, temperatur, dan kualitas makanan. Serangga mempunyai waktu

diapause yang bervariasi dan bergantung pada spesiesnya. Ada juga jenis serangga

yang mengalamiquiescene, yang merupakan respon sementara terhadap kondisi

yang kurang menguntungkan seperti kekeringan atau temperatur rendah. Ketika

cuaca menjadi dingin, serangga akan pasif dengan bertahan hidup sebagai telur

atau larva. Ketika cuaca telah normal kembali, telur atau larva itu akan menetas

dan memakan tumbuhan yang tumbuh (BBPPTP Ambon, 2013).

2. Penyamaran

Salah satu taktik atau cara yang digunakan oleh serangga untuk

perlindungan dan menyesuaikan diri dengan alam adalah dengan melakukan

pengelabuan atau penyamaran (mimikri). Pada beberapa kasus, serangga

menyamarkan diri dengan lingkungannya untuk menghindari pemangsaan,

sedangkan pada kasus lain, penyamaran dilakukan oleh pemangsa untuk

mendapatkan mangsa. Kupu-kupu adalah salah satu serangga yang menggunakan

penyamaran untuk menghindari pemangsaan, sedangkan beberapa spesies lalat

Syrphid predator genus Microdon mampu menirukan bentuk maupun bau dari

semut Camponotus dan Formica calon mangsanya. Beberapa jenis mimikri pada

serangga yang sudah dipelajari oleh para entomolog adalah mimikri Batesian,

Page 10: serangga dan lingkungannya.docx

mimikri Mullerian, mimikri Browerian, dan Pechamian. Masing-masing jenis

mimikri tersebut unik ditemukan pada jenis serangga tertentu (Putra, 2011).

Bentuk penyamaran lain dari serangga adalah Cryptic, serangga yang

memiliki kemiripan warna atau bentuk dengan benda disekitarnya (yang

dihinggapi). Banyak belalang yang memiliki warna tubuh menyerupai tanah di

tempat mereka hinggap, banyak ngengat berwarna seperti kulit kayu pohon,

banyak kumbang, kepik, lalat dan lebah yang berwarna seperti bunga-bunga yang

dikunjunginya. Banyak serangga yang menyerupai objek-objek pada lingkungan

mereka, baik warna maupun bentuk. Belalang ranting dan ulat jingkat menyerupai

ranting-ranting, sedemikian rupa hingga kadang-kadang membutuhkan

pengamatan yang cermat untuk menemukan mereka dalam kondisi tidak bergerak.

Serangga-serangga peloncat pohon tertentu menyerupai duri. Beberapa kupu-kupu

menyerupai daun-daun, dan beberapa kumbang menyerupai potongan-potongan

kulit kayu (Borror, 1996).

Beberapa serangga berpenampilan tidak mencolok dengan menutupi diri

sendiri dengan reruntuhan dan kotoran. Larva kumbang kura-kura menempelkan

potongan-potongan reruntuhan dan kotoran pada sepasang duri di ujung posterior

tubuh dan membawa bahan ini diatas tubuh mereka seperti sebuah payung.

Banyak nimfa capung yang tertutupi oleh reruntuhan ketika mereka tinggal di atas

permukaan kolam (Borror, 1996).

Gambar 2. Contoh mimikri Mullerian: Viceroy (Limenitis archippus) (kiri) dan Monarch (Danaus plexippus) (kanan). Keduanya sama-sama beracun, meskipun Viceroy diketahui lebih beracun daripada Monarch (sumber: wikipedia.org)

Page 11: serangga dan lingkungannya.docx

3. Pertahanan-Pertahanan Kimiawi

Pertahanan kimiawi sering dikelompokkan ke dalam sekresi penolak

(repellent) dan bisanya tidak beracun yang disuntikkan ke dalam tubuh

penyerangnya. Serangga-serangga menggunakan strategi pertahanan kimiawi,

secara normal bertumpu pada: (a) Pengalaman yang tidak enak sebelumnya dan

musuh alaminya dengan berniat menipu; (b) Mekanisme misalnya bahan kimia

yang tidak enak (distaseful) di dalam tubuhnya, pelepasan bau jijik, atau

penyuntikan suatu racun ke dalam tubuh musuh alami dengan alat penyengat, duri

atau rambut; (c) Musuh alami mengenal serangga di masa lalu sehingga karena

itupengalaman yang tidak menyenangkan dihindari; (d) Warna cerah yang

dengan mudah dikenal oleh musuh alaminya. Kebanyakan kumbang buas dan kupu

Monarch jarang diserang oleh musuh alami karena cairan tubuhnya adalah tidak

enak. Suatu contoh klasik yang melibatkan kupu Monarch yang menghasilkan

glikosida penderita jantung (cardiac) dan makanan pada tumbuhan gulma susu

(milkweed). Glikosida cardiac dikonsentrasikan dalam sayap-sayap dewasa.

Burung-burung yang makan kupu Monarch tidak mati, tetapi muntah karena

bahan kimia yang tidak enak. Mereka dengan segera belajar untuk menjauhi kupu

Monarch dan kupu-kupu lain seperti raja muda Basilarchia archipus  (Chapman)

yang menyerupainya. Kumbang tertentu dan kepik penyengat memancarkan bau

yang menjijikkan apabila diganggu. Serangga-serangga lain melepaskan cairan

Gambar 3. Belalang Ranting(sumber: wikipedia.org)

Page 12: serangga dan lingkungannya.docx

iritasi atau melepas sekresi berminyak yang menjerakan banyak musuh alam

(Coulson and Witter, 1984).

Pertahanan-pertahanan kimiawi dapat mencakup cairan tubuh yang tidak

enak bagi pemangsa, penggunaan sekresi zat penolak, ataupun injeksi langsung

pada seekor penyerang. Kebanyakan serangga yang menggunaka pertahanan-

pertahanan semacam ini memiliki warna tubuh yang sangat cemerlang dan

menakjubkan. Sejumlah kecil serangga, seperti kupu-kupu raja dan kumbang

ladybird, jarang terserang oleh pemangsa karena mereka mempunyai cairan tubuh

yang tidak sedap. Beberapa serangga mengeluarkan zat-zat yang berbau busuk

bila diganggu. Kepik bau busuk, kepik kepala lebar, seranngga sayap renda dan

lain-lainnya dapat dikatakan sebagai musang busuk dari dunia serangga, karena

beberapa dari mereka mempunyai bau yang sangat tidak enak. Sejumlah kecil

serangga yang memnggunakan mekanisme pertahanan tersebut mampu

mengeluarkan zat-zat seperti suatu semprotan pada hewan pengganggunya

(Borror, 1996).

Rayap Prorhinotermes yang hidup di Florida diciptakan mempunyai teknik

pengolesan racun. Mereka menggunakan bahan kimia bernama “nitroalkana”

sebagai racun. Banyak rayap lain yang juga menggunakan cara ini, yang meliputi

penggunaan racun, tetapi yang mengejutkan adalah bentuk kimiawi berbeda dari

seluruh racun ini. Pada bagian kepala rayap Nasutitermitinae terdapat tonjolan

menyerupai moncong pipa yang memiliki kantong khusus di dalamnya. Dalam

keadaan bahaya, rayap membidikkan moncong pipa ini ke arah musuh dan

menyemprotkan cairan beracun. Senjata ini bekerja layaknya sebuah meriam

kimia.

F. Serangga Parasitisme dan Predator

Masyarakat menderita kerugian akibat aktivitas makan dan lainnya dari

serangga. Banyak serangga makan tumbuh-tumbuhan yang ditanam. Serangga-

serangga lain makan bahan-bahan yang disimpan, pakaian, atau kayu yang

bermanfaat bagi manusia. Masih ada serangga-serangga lain makan manusia dan

hewan-hewan lain secara langsung.

Page 13: serangga dan lingkungannya.docx

1. Serangga yang menyerang tumbuh-tumbuhan yang ditanam

Kebanyakan tipe-tipe tumbuhan, termasuk segala jenis hasil-hasil tanaman

yang sedang tumbuh, diserang dan dirusah oleh serangga. Kerusakan disebabkan

karena dimakan serangga atau bertelurnya pada tumbuhan atau bertindak sebagai

agen dalam penularan penyakit-penyakit tumbuhan. Kebanyakan kerusakan

tanaman karena dimakan serangga, cara makan serangga menimbulkan kerusakan

berbagai tipe, dan keparahan kerusakan dapat bervariasi sangat luas dari hanya

sedikit kerusakan sampai matinya tumbuh-tumbuhan (Borror, 1996).

Beberapa serangga merusak tumbuh-tumbuhan bila mereka bertelur,

terutama bila mereka bertelur di cabang-cabang atau buah. Cicada periodik, pada

waktu bertelur pada ranting-ranting, biasanya merusak banyak ranting

sehinggabagian ujungnya mati atau melemah sehingga mudah patah pada tempat

perteluran. Serangga yang meletakkan telur-telur mereka di dalam buah seringkali

menyebabkan buah-buahan tersebut menjadi salah bentuk (Borror, 1996).

Serangga juga berperan dalam penularan penyait pada tumbuhan. Ada 3

jalan dimana serangga menyebabkan patogen-patogen masuk ke tumbuhan

tersebut.

a) Patogen secara kebetulan dapat masuk melalui lubang-lubang untuk telur

atau lubang-lubang untuk makanan. Melalui lubang-lubang itu serangga

memasuki lubang tumbuhan. Jamur tertentu dan bakteri pembusuk juga

masuk dengan cara ini.

b) Patogen dapat ditularkan pada atau dalam tubuh serangga dari satu

tumbuhan ke tumbuhan lainnya. Contohnya lalat-lalat dan lebah-lebah

mengambil dan menyebarkan basil yang menyebabkan barah api pada apel

dan pir.

c) Patogen dapat tetap tinggal di dalam tubuh serangga tersebut dalam jangka

waktu yang pendek atau untuk jangka waktu panjang dan dapat

dimasukkan ke dalam tumbuhan melalui cara makan serangga.

2. Hama kayu

Page 14: serangga dan lingkungannya.docx

Segala macam struktur kayu seperti bangunan, meja kursi, tiang-tiang

pagar, patok bangunan dan bahan seperti kertas cenderung diserang oleh serangga.

Salah satu hama yang paling meluas dan merusak kayu dan produk kayu yaitu

rayap. Rayap makan bagian-bagian dalam balok-balok rumah, ambang pintu, dan

palang kayu dan sering kali membuat terowongan-terowongan sehingga kayu

yang diserang rayap akan mudah roboh (Borror, 1996).

3. Hama kain dan pakaian

Kebanyakan bahan-bahan yang dibuat dari serabut-serabut hewan, seperti

baju bulu, selimut, permadani, dan kain penutup dapat diserang dan dirusak oleh

serangga. Jumlah bahan yang dimakan sebenarnya mungkin kecil, tetapi nilai

bahan yang diserang sangat berkurang banyak. Hama yang paling penting yaitu

kumbang-kumbang dermistid danngengat pakaian (Borror, 1996).

4. Hama-hama makanan yang disimpan

Banyak jenis makanan yang disimpan terutama daging, keju, produk susu,

tepung, makanan gandum, padi-padian yang disimpan, kacang dan buah-buahan

mungkin diserang oleh serangga. Kerusakan yang besar dapat sebagai akibat

dimakan atau pembuatan terowongan serangga, atau kerusakan lainnya akibat

pencemaran serangga. Hama-hama yang penting dari dari tipe ini yaitu ngengat

butiran Angoumois, ngengat makanan India, ngengat Mediteran dan lain-lain

(Borror, 1996).

5. Serangga yang menyerang manusia dan hewan

Ada empat pokok cara serangga menyerang hewan dan manusia secara

langsung: (1) mereka mungkin hanya mengganggu, (2) mereka mungkin

memasukkan racun dengan gigitan atau sengatan, (3) mereka dapat hidup di

dalam manusia atau hewan sebagai parasit, atau (4) mereka sebagai agen dalam

menularkan penyakit (Borror, 1996).

6. Serangga- serangga beracun

Page 15: serangga dan lingkungannya.docx

Banyak Arthropoda menginjeksikan racun ke dalam tubuh orang dan

hewan yang menyebabkan rangsangan, pembengkakan, sakit, dan kadang-kadang

kelumpuhan. Serangga-serangga yang menginjeksikan racun dengan gigitan

mencakup berbagai lalat-lalat penggigit, kutu busuk, tungau, dan caplak.

Serangga-serangga yang menginjeksikan racun dengan sengat mereka mencakup

lebah-lebah, tabuhan dan lain-lain. Banyak orang yang terutama peka terhadap

sengat lebah atau tabuhan dapat mengalami syok anafilaktik atau bahkan

mengakibatkan kematian. Sejumlah kecil ulat, yang mempunyai punggung seperti

pelana (saddle-back), larva ngengat nanah, dan larva ngengat io, mempunyai

rambut-rambut sengat yang mengakibatkan suatu bentuk dermatis. Beberapa

kumbang lepuh mempunyai cairan-cairan tubuh yang merangsang terhadap kulit.

Beberapa serangga, seperti kumbang bunga ros beracun bila tertelan (Borror,

1996).

7. Serangga-serangga parasit

Banyak serangga dan Arthropoda lain hidup dalam atau pada tubuh

manusia atau hewan sebagai parasitdan menyebabkab rangsangan, kerusakan

jaringan dan dalam beberapa kasus bahkan kematian. Kutu penggigit yaitu

ektoparasit burung dan mamalia, makan rambut, bulu, sisik kulit, dan struktur luar

lainnya. Mereka menyebabkan rangsangan yang hebat dan satu penurunan kondisi

umum hewan yang diserang. Kutu penghisap yaitu ektoparasit mamalia yang

menghisap darah, mereka menyebabkan rangsangan, dan luka-luka yang buruk

seringkali akibat penggosokan atau garukan yang dilakukan karena gigitan

mereka. Pinjal, kutu busuk, dan bentuk-bentuk penggigit lainnya menyebabkan

rangsangan yang serupa. Tungau kudis dan tungau busuk, yang menggali lubang

di dalam kulit orang dan hewan seringkali menyebabkan rangsangan yang hebat.

Banyak lalat-lalat stadium larvanyahidup sebagai endoparasit pada orang

dan hewan, menyebabkan keadaan yang disebut miiasis. Larva lalat Hypoderma

hidup di bawah kulit induk semang, menyebabkan turunnya kondisi umum pada

sapi, mengurangi produksi air susu, dan menurunkan nilai kulit untuk kulit bahan

mentah (Borror, 1996).

Page 16: serangga dan lingkungannya.docx

8. Serangga dan penularan penyakit

Serangga yang menyerang manusia dan hewan melakukan kerusakan yang

terbesar bila mereka bertindak sebagai vektor penyakit. Serangga bertindak

sebagai agen dalam penularan penyakit dengan dua jalan yang umum, mereka

dapat bertindak sebagai vektor-vektor mekanis patogen atau mereka bertindak

sebagai vektor biologik (Borror, 1996).

Serangga-serangga yang terpenting dalam penularan secara mekanis

organisme patogen yaitu lalat-lalat yang menghuni tempat-tempat kotor seperti

lalat-lalat rumah dan lalat hijau. Serangga-serangga ini mengambil patogen

dengan kaki-kai mereka atau pada bagian lain pada tubuh mereka ketika makan

bahan tinja atau limbah-limbah lain, dan mereka dapat makan patogen. Kemudian

mereka mencemari makanan manusia. Lalat mempunyai kebiasaan memuntahkan

bahan yang dimakan sebelumnya, terutama makanan padat atau setengah padat,

dan untahan itu dapat mencemari makanan manusia. Demam tifus, kolera, dan

disentri dapat ditularkan oleh lalat-lalat dengan jalan ini (Borror, 1996).

9. Serangga predator

Predator yaitu binatang atau serangga yang memangsa binatang atau

serangga lain. Istilah predatisme adalah suatu bentuk simbiosis dari dua individu

yang salah satu diantara individu tersebut menyerang atau memakan individu

lainnya satu atau lebih spesies, untuk kepentingan hidupnya yang dapat dilakukan

dengan berulang-ulang. Individu yang diserang disebut mangsa.

Serangga-serangga mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi dan

potensial membuat populasi yang dahsyat, tetapi mereka jarang melakukan hal

yang demikian. Karena sebagian besar dari banyak hewan memakan mereka. Satu

perbandingan yang cukup besar dari hewan entomofagus ini, atau hewan-hewan

pemakan serangga, terdiri dari serangga. Pengontrolan yang dilakukan terhadap

hama-hama serangga oleh serangga-serangga entomofagus adalah satu faktor

yang penting dalam menurunkan populasi jenis hama (Borror,1996).

G. Pengaruh Iklim dan Persebaran Serangga

Page 17: serangga dan lingkungannya.docx

Serangga merupakan hewan yang tubuhnya mengandung 80-90 % air, dan

harus dijaga agar tidak mengalami banyak kehilangan air yang dapat mengganggu

proses fisiologinya. Ketahanan serangga terhadap kelembaban bervariasi. Ada

serangga yang mampu hidup dalam suasana kering tetapi adapula yang hidupnya

di dalam air. Biasanya serangga tidak tahan mengalami kehilangan air yang terlalu

banyak, namun ada beberapa serangga yang mempunyai ketahanan karena

dilengkapi dengan berbagai alat pelindung untuk mencegah kehilangan air

tersebut, misalnya kutikula yang dilapisi lilin. Serangga darat (terestrial insect),

khususnya serangga fitofagus akan mendapatkan air dari makanannya. Serangga

yang hidup pada bahan-bahan sangat kering seperti hama-hama gudang, akan

mendapatkan air dan proses metabolismenya, contohnya bubuk kayu dan famili

Lyctidae, Bostrychidae, Anobiidae dan Kalotermitidae. Adanya curah hujan akan

menambah kelembaban dan mempengaruhi vegetasi tanaman yang

dibudidayakan. Hal ini mendorong keadaan yang cocok untuk perkembangan

serangga, karena ketersediaan makanan yang

cukup. Tidak semua jenis serangga mengalami perkembangan pada musim hujan,

dan sebaliknya serangga-serangga tertentu pada musim hujan mengalami

kematian. Serangga-serangga yang berkembang biak pada musim kemarau,

misalnya jenis kutu tanaman (ordo Homoptera) karena pengaruh hujan yang

berupa butiran-butiran air merupakan tenaga mekanis dapat mematikan serangga

ini. Pada bulan-bulan kering dalam musim hujan atau bulan-bulan basah pada

musim kemarau, ulat tanah (ulat grayak ulat tentara = army worm

Spodoptera litura) menyerang secara mendadak dan dapat menyebabkan

kerusakan berat dalam waktu yang singkat, terutama pada tanaman pertanian

pangan.

Walaupun suhu memungkinkan species serangga tersebut dapat

berkembang dengan baik, tetapi kalau kelembabannya tidak memenuhi

persyaratan hidupnya, maka species serangga tersebut akan mati atau mengalami

hambatan di dalam perkembangannya. Sebaliknya jika kelembaban serasi tetapi

suhunya terletak di luar batas suhu efektif maka perkembangan hidupnya akan

terhambat pula. Pengertian ini penting dalam praktek, agar cara melaksanakan

pengendaliannya dapat diterapkan sebaik-baiknya dan dicapai hasil yang efisien.

Page 18: serangga dan lingkungannya.docx

Telah dikemukakan bahwa suhu di Indonesia secara geografis tidak begitu besar

variasinya dan amplitudonya kecil, sehingga faktor suhu tidak begitu menentukan.

Tetapi hendaknya diingat bahwa faktor topografi mempunyai hubungan yang erat

dengan suhu, hingga banyak dijumpai species serangga yang bersifat lokal. Jika

faktor topografi tidak menyebabkan lokalisasi penyebaran serangga, maka

biasanya intensitas serangannya tidak sama. Faktor kelembaban di daerah tropis

berhubungan erat dengan adanya musim hujan dan kemarau, walaupun

sebenarnya berpengaruh pula terhadap suhu.

Di Indonesia dijumpai serangga yang berkembang pada musim kemarau,

sedang pada musim hujan populasinya sangat menurun atau sebaliknya. Sebagai

contoh, belalang kayu (Valanga nigricornis) bertelur pada akhir musim hujan atau

awal musim kemarau, kemudian menetas dan berkembang menjadi dewasa pada

musim hujan. Sebelum musim hujan berakhir, belalang betina dewasa bertelur

lagi di dalam tanah dan telur tersebut akan tetap dorman (diapause) selama musim

kemarau. Dengan demikian dijumpai adanya belalang kayu pada musim hujan

sampai permulaan musim kemarau. Contoh lain merupakan serangga Xyleborus

destruens menyerang pohon Jati yang tumbuh di daerah-daerah yang selalu basah

(curah hujan > 2000 mm) misalnya di Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian Barat

atau di daerahdaerah dengan ketinggian di atas 500 mdpl. Beberapa faktor-faktor

fisik berikut yang berpengaruh terhadap distribusi serangga, yaitu:

a. Suhu / Temperatur

Setiap spesies serangga mempunyai jangkauan suhu masing-masing

dimana ia dapat hidup, dan pada umunya jangkauan suhu yang efektif adalah suhu

minimum. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk kehidupannya. Diluar

kisaran suhu tersebut serangga dapat mengalami kematian. Efek ini terlihat pada

proses fisiologis serangga, dimana pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi

dan akan berkurang (menurun) pada suhu yang lain. Umumnya kisaran suhu yang

efektif adalah 15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum dan 45ºC (suhu

maksimum). Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan

keturunan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit (Ode

dalam Natawigena, 2011).

Page 19: serangga dan lingkungannya.docx

b. Kelembaban Hujan

Air merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan bagi mahluk hidup

termasuk serangga. Namun kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat

merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis serangga, termasuk juga

berbagai jenis kupu-kupu yang sedang beterbangan, serta dapat menghanyutkan

larva yang baru menetas (Ode dalam Natawigena, 2011). Umumnya serangga

memperoleh air melalui makanan yang mengandung air. Secara langsung

biasanya serangga tidak terpengaruh oleh curah hujan normal, namun hujan yang

lebat secara fisik akan menekan populasi serangga. Curah hujan juga memberikan

efek secara tidak langsung terhadap kelembaban suatu lahan, , kelembaban di

udara, dan tersedianya tanaman sebagai makanan serangga. Seperti halnya suhu,

serangga membutuhkan kelembaban tertentu/sesuai bagi perkembangannya. Pada

umumnya serangga membutuhkan kelembaban tinggi bagi tubuhnya yang dapat

diperoleh langsung melalui udara dan tanaman yang mengandung air (Ode dalam

Krebs, 2011).

c. Cahaya, Warna dan Bau

Cahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga,

diantaranya lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak

jenis serangga yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh

sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga

diantaranya mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau,

misalnya terhadap warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai

bau tertentu (Ode dalam Natawigena, 2011).

d. Angin

Angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembaban dan proses

penguapan badan serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu

serangga dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap

besar maupun yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan

ribuan kilometer (Ode dalam Natawigena, 2011).

Page 20: serangga dan lingkungannya.docx

e. Makanan

Tersedianya makanan baik kualitas yang cocok maupun kualitas yang cukup bagi

serangga, akan menyebabkan meningkatnya populasi serangga dengan cepat.

Sebaliknya apabila keadaan kekurangan makanan, maka populasi serangga dapat

menurun.

Page 21: serangga dan lingkungannya.docx

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Serangga atau insekta merupakan spesies yang jumlahnya paling banyak

ditenmukan di permukaan bumi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

persebaran serangga di bum beragam, yaitu faktor fisik yang meliputi suhu, angin,

kelembaban, dll. Selain itu, faktor biologis seperti ada atau tidaknya predator,

parasit, dan lain-lain juga berpengaruh terhadap distribusi serangga tersebut.