serambi engineering, volume iii, edisi khusus, februari...

14
Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561 330 hal 330-343 Analisis Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau Di Kota Serang Frebhika Sri Puji Pangesti 1* , Fitri Dwirani 2 1,2, Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Banten Jaya Jalan Ciwaru II No.73 Kota Serang *Koresponden email: [email protected] Masuk : 15 Februari 2018 Diterima: 1 Maret 2018 Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Kota Serang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas RTH Kota Serang masih belum mencukupi ketentuan Undang-Undang. Total luas RTH pada tahun 2016 adalah sebesar 7361,7 Ha atau sekitar 27,6% luas wilayah Pemerintahan Kota Serang sebesar 2.518,9 Ha dipenuhi oleh RTH publik sedangkan sisanya, 4.842,2 Ha, diisi oleh RTH privat. Hanya RTH di dua kecamatan yang memenuhi Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 dan Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008 yakni kecamatan Kasemen dan Cipocok Jaya. Kecamatan Serang masih kurang 63,22 ha RTH sedangkan Kecamatan Taktakan kurang 284,53 ha. Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Curug juga masih kurang masing- masing sebesar 965,44 ha dan 1.192,74 ha. Ruang Terbuka Hijau paling luas di Kota Serang berada di Kecamatan Kasemen dengan total 3.333,594 Ha atau sekitar 45,28% dari luas wilayah Kota Serang. Berdasarkan proyeksi, luas RTH yang harus tersedia di Kota Serang berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 1.311 ha, 1.336 ha pada tahun 2017, 1.362 ha pada tahun 2018, 1.388 ha pada tahun 2019 dan 1.415 ha pada tahun 2020. Kata Kunci: Ruang Terbuka Hijau, Kesesuaian, Kebutuhan, Serang Abstract. The purpose of this research is to figure out the availability of the green space existing in Serang city. The result shows that the extend of the green space in Serang city still has not yet meet the criteria stated on Acts Number 26 Year 2007. The total area of the green space in 2016 is 7.361,7 ha or around 27,65% of its authonomic area. About 2.518,9 ha is fulfilled by Public Green Space while the rest, 4.842 ha, is contained by Private Green Space. (2) There are only two districst meeting the stipulation stated on Permendagri Number 1 Year 2007 and Permen PU Number 05/PRT.M/2008, Those are Kasemen and Cipcok Jaya. The district of Serang is still less 63,22 ha while Taktakan is less about 284,53 ha. Walantaka and Curug still need 965,44 and 1.192,74 ha respectively. The most extensive green space ever there in Serang city is locating in Kasemen district which has 3.333,594 ha in total or about 45,28% of Serang city authonomic area. According to the projection, the extend of the green space which must be available in Serang city based on the amount of inhabitants in 2016 is 1.311 ha, 1.336 ha in 2017, 1.362 ha in 2018,1.388 ha in 2019, and 1.4115 ha in 2020. Keywords: Green Space, Conformity, Needs, Serang 1. Pendahuluan Perubahan penggunaan lahan di Kota semakin mempercepat penyempitan ruang terbuka hijau yang tersedia, hal ini akan mengurangi kemampuan lingkungan dalam mendukung kehidupan baik itu manusia, hewan dan tumbuhan karena akan mengganggu fungsi ekologis yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk serta kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat banyak terjadi alih fungsi lahan. Perkembangan perkotaan diiringi dengan pembangunan infrastruktur atau bertambahnya sarana dan prasarana perkotaan akan menurunkan kualitas lingkungan. Permasalahan lingkungan yang semakin kompleks di perkotaan seperti pencemaran udara, peningkatan suhu, penurunan air tanah menyebabkan terganggunya keseimbangan

Upload: doantu

Post on 04-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

330 331

hal 330-343

Analisis Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau Di Kota Serang

Frebhika Sri Puji Pangesti1*, Fitri Dwirani2

1,2, Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Banten JayaJalan Ciwaru II No.73 Kota Serang

*Koresponden email: [email protected]

Masuk : 15 Februari 2018 Diterima: 1 Maret 2018

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Kota Serang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas RTH Kota Serang masih belum mencukupi ketentuan Undang-Undang. Total luas RTH pada tahun 2016 adalah sebesar 7361,7 Ha atau sekitar 27,6% luas wilayah Pemerintahan Kota Serang sebesar 2.518,9 Ha dipenuhi oleh RTH publik sedangkan sisanya, 4.842,2 Ha, diisi oleh RTH privat. Hanya RTH di dua kecamatan yang memenuhi Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 dan Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008 yakni kecamatan Kasemen dan Cipocok Jaya. Kecamatan Serang masih kurang 63,22 ha RTH sedangkan Kecamatan Taktakan kurang 284,53 ha. Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Curug juga masih kurang masing-masing sebesar 965,44 ha dan 1.192,74 ha. Ruang Terbuka Hijau paling luas di Kota Serang berada di Kecamatan Kasemen dengan total 3.333,594 Ha atau sekitar 45,28% dari luas wilayah Kota Serang. Berdasarkan proyeksi, luas RTH yang harus tersedia di Kota Serang berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 1.311 ha, 1.336 ha pada tahun 2017, 1.362 ha pada tahun 2018, 1.388 ha pada tahun 2019 dan 1.415 ha pada tahun 2020.Kata Kunci: Ruang Terbuka Hijau, Kesesuaian, Kebutuhan, Serang

Abstract. The purpose of this research is to figure out the availability of the green space existing in Serang city. The result shows that the extend of the green space in Serang city still has not yet meet the criteria stated on Acts Number 26 Year 2007. The total area of the green space in 2016 is 7.361,7 ha or around 27,65% of its authonomic area. About 2.518,9 ha is fulfilled by Public Green Space while the rest, 4.842 ha, is contained by Private Green Space. (2) There are only two districst meeting the stipulation stated on Permendagri Number 1 Year 2007 and Permen PU Number 05/PRT.M/2008, Those are Kasemen and Cipcok Jaya. The district of Serang is still less 63,22 ha while Taktakan is less about 284,53 ha. Walantaka and Curug still need 965,44 and 1.192,74 ha respectively. The most extensive green space ever there in Serang city is locating in Kasemen district which has 3.333,594 ha in total or about 45,28% of Serang city authonomic area. According to the projection, the extend of the green space which must be available in Serang city based on the amount of inhabitants in 2016 is 1.311 ha, 1.336 ha in 2017, 1.362 ha in 2018,1.388 ha in 2019, and 1.4115 ha in 2020.Keywords: Green Space, Conformity, Needs, Serang

1. PendahuluanPerubahan penggunaan lahan di Kota

semakin mempercepat penyempitan ruang terbuka hijau yang tersedia, hal ini akan mengurangi kemampuan lingkungan dalam mendukung kehidupan baik itu manusia, hewan dan tumbuhan karena akan mengganggu fungsi ekologis yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Seiring dengan semakin meningkatnya

jumlah penduduk serta kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat banyak terjadi alih fungsi lahan. Perkembangan perkotaan diiringi dengan pembangunan infrastruktur atau bertambahnya sarana dan prasarana perkotaan akan menurunkan kualitas lingkungan. Permasalahan lingkungan yang semakin kompleks di perkotaan seperti pencemaran udara, peningkatan suhu, penurunan air tanah menyebabkan terganggunya keseimbangan

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

330 331

hal 330-343

Analisis Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau Di Kota Serang

Frebhika Sri Puji Pangesti1*, Fitri Dwirani2

1,2, Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Banten JayaJalan Ciwaru II No.73 Kota Serang

*Koresponden email: [email protected]

Masuk : 15 Februari 2018 Diterima: 1 Maret 2018

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Kota Serang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas RTH Kota Serang masih belum mencukupi ketentuan Undang-Undang. Total luas RTH pada tahun 2016 adalah sebesar 7361,7 Ha atau sekitar 27,6% luas wilayah Pemerintahan Kota Serang sebesar 2.518,9 Ha dipenuhi oleh RTH publik sedangkan sisanya, 4.842,2 Ha, diisi oleh RTH privat. Hanya RTH di dua kecamatan yang memenuhi Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 dan Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008 yakni kecamatan Kasemen dan Cipocok Jaya. Kecamatan Serang masih kurang 63,22 ha RTH sedangkan Kecamatan Taktakan kurang 284,53 ha. Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Curug juga masih kurang masing-masing sebesar 965,44 ha dan 1.192,74 ha. Ruang Terbuka Hijau paling luas di Kota Serang berada di Kecamatan Kasemen dengan total 3.333,594 Ha atau sekitar 45,28% dari luas wilayah Kota Serang. Berdasarkan proyeksi, luas RTH yang harus tersedia di Kota Serang berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 1.311 ha, 1.336 ha pada tahun 2017, 1.362 ha pada tahun 2018, 1.388 ha pada tahun 2019 dan 1.415 ha pada tahun 2020.Kata Kunci: Ruang Terbuka Hijau, Kesesuaian, Kebutuhan, Serang

Abstract. The purpose of this research is to figure out the availability of the green space existing in Serang city. The result shows that the extend of the green space in Serang city still has not yet meet the criteria stated on Acts Number 26 Year 2007. The total area of the green space in 2016 is 7.361,7 ha or around 27,65% of its authonomic area. About 2.518,9 ha is fulfilled by Public Green Space while the rest, 4.842 ha, is contained by Private Green Space. (2) There are only two districst meeting the stipulation stated on Permendagri Number 1 Year 2007 and Permen PU Number 05/PRT.M/2008, Those are Kasemen and Cipcok Jaya. The district of Serang is still less 63,22 ha while Taktakan is less about 284,53 ha. Walantaka and Curug still need 965,44 and 1.192,74 ha respectively. The most extensive green space ever there in Serang city is locating in Kasemen district which has 3.333,594 ha in total or about 45,28% of Serang city authonomic area. According to the projection, the extend of the green space which must be available in Serang city based on the amount of inhabitants in 2016 is 1.311 ha, 1.336 ha in 2017, 1.362 ha in 2018,1.388 ha in 2019, and 1.4115 ha in 2020.Keywords: Green Space, Conformity, Needs, Serang

1. PendahuluanPerubahan penggunaan lahan di Kota

semakin mempercepat penyempitan ruang terbuka hijau yang tersedia, hal ini akan mengurangi kemampuan lingkungan dalam mendukung kehidupan baik itu manusia, hewan dan tumbuhan karena akan mengganggu fungsi ekologis yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Seiring dengan semakin meningkatnya

jumlah penduduk serta kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat banyak terjadi alih fungsi lahan. Perkembangan perkotaan diiringi dengan pembangunan infrastruktur atau bertambahnya sarana dan prasarana perkotaan akan menurunkan kualitas lingkungan. Permasalahan lingkungan yang semakin kompleks di perkotaan seperti pencemaran udara, peningkatan suhu, penurunan air tanah menyebabkan terganggunya keseimbangan

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

330 331

ekologi. Fungsi RTH dapat berbentuk hutan kota, taman kota, taman pemakaman umum, lapangan olahraga, jalur hijau jalan raya, bantaran rel kereta api, bantaran sungai dan kawasan pertanian. RTH disebut sebagai paru-paru kota karena merupakan produsen oksigen (O2) yang belum tergantikan fungsinya (Muis, 2005)

Kota Serang merupakan ibukota dari Provinsi Banten memiliki total luas wilayah sebesar 266,74 Km2 dengan jumlah penduduk sebesar 643.205 jiwa pada tahun 2015 (BPS Kota Serang, 2016). Tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kota Serang sebesar 2.411 jiwa/km² dimana sebagian besar penduduknya mendiami daerah perkotaan. Bertambahnya penduduk di kota Serang yang dipicu oleh meningkatnya tuntutan kehidupan masyarakat telah mengakibatkan meningkatnya volume dan frekwensi kegiatan penduduk. Konsekuensi keruanganya sangat jelas yaitu meningkatnya tuntutan akan ruang untuk mengakomodasikan sarana atau struktur fisik yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan tersebut. Persoalan yang dihadapi pemerintah kota dimana- mana sama, yaitu terbatasnya persediaan ruang terbuka di kota yang dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasikan prasarana-prasarana kegiatan baru. Sementara itu sebagian besar kebutuhan akan ruang yang tidak dapat dibangun di bagian dalam kota baik oleh karena kelangkaan ruang maupun karena tingginya harga lahan yang tidak terjangkau, mengalihkan perhatianya di bagian daerah pinggiran kota Serang yang ketersediaan lahan terbukanya masih banyak. Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah minimal 30% luas wilayah (Undang-undang No. 26 tahun 2007). Selain itu, kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau pada suatu wilayah juga dapat ditentukan melalui berbagai indikator seperti jumlah penduduk, kebutuhan oksigen, dan kebutuhan air bersih.

Dari sekian banyaknya dampak lingkungan yang muncul, berkurangnya lahan vegetasi merupakan permasalahan yang patut diwaspadai dan ditanggapi sedini mungkin guna mencegah

Tabel 1. Luas RTH Masing-masing Kecamatan di Kota Serang

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2016

Tabel 2. Luas RTH Ideal Kota Serang

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

332 333

terjadinya permasalahan baik secara ekologis, sosial, maupun ekonomis dan berpotensi membawa dampak buruk bagi keseluruhan sistem di kota Serang. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk dan fokus pada analisa mengenai kesesuaian Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang dengan memberikan gambaran mengenai kondisi RTH kota yang sebenarnya dan membandingkan luas RTH yang tersedia dengan regulasi pemerintah terkait baik secara keseluruhan maupun per kecamatan.

2. Metode PenelitianPenelitian dilaksanakan di Kota Serang

menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan kebutuhan akan

ruang terbuka hijau pada Kota Serang melalui perhitungan proyeksi jumlah penduduk. Hasil analisis tersebut akan menjadi dasar kajian dalam menentukan luas area yang dibutuhkan untuk penyediaan Ruang Terbuka Hijau pada lokasi penelitian dengan membandingkan pada luas RTH yang telah tersedia. Analisis kesesuaian RTH mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu 30% dari luas kawasan perkotaan. Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta

Tabel 3. Perbandingan Luas RTH Kecamatan Dengan RTH Berdasarkan Permen PU

Sumber : Analisis Data

Tabel 4. Luas RTH setiap Kecamatan di Kota Serang

Sumber : Analisis Data, 2017

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

332 333

terjadinya permasalahan baik secara ekologis, sosial, maupun ekonomis dan berpotensi membawa dampak buruk bagi keseluruhan sistem di kota Serang. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk dan fokus pada analisa mengenai kesesuaian Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang dengan memberikan gambaran mengenai kondisi RTH kota yang sebenarnya dan membandingkan luas RTH yang tersedia dengan regulasi pemerintah terkait baik secara keseluruhan maupun per kecamatan.

2. Metode PenelitianPenelitian dilaksanakan di Kota Serang

menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan kebutuhan akan

ruang terbuka hijau pada Kota Serang melalui perhitungan proyeksi jumlah penduduk. Hasil analisis tersebut akan menjadi dasar kajian dalam menentukan luas area yang dibutuhkan untuk penyediaan Ruang Terbuka Hijau pada lokasi penelitian dengan membandingkan pada luas RTH yang telah tersedia. Analisis kesesuaian RTH mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu 30% dari luas kawasan perkotaan. Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta

Tabel 3. Perbandingan Luas RTH Kecamatan Dengan RTH Berdasarkan Permen PU

Sumber : Analisis Data

Tabel 4. Luas RTH setiap Kecamatan di Kota Serang

Sumber : Analisis Data, 2017

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

332 333

sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota (Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007). Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung miliknya. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan bersumber dari data primer dan sekunder.Dimana peneliti berupaya menganalisa tingkat ketersediaan RTH kota Serang. Hubungan sebab-akibat dari setiap bahasan ditelaah secara berurutan, sehingga pada akhirnya diperoleh

suatu pemahaman secara umum maupun khusus tentang masalah yang sedang dibahas. Studi tentang ketersediaan RTH di Kota Serang secara lebih rinci dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menggambarkan luas wilayah, kondisi alam, dan jumlah penduduk kota Serang pada tahun yang bersangkutan serta proyeksi jumlah penduduk di kota Serang yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan eksponensial. Pertumbuhan penduduk secara eksponensial adalah

Tabel 5. Kontribusi Masing-masing Kecamatan Terhadap RTH Kota Serang

Gambar 1. Peta lokasi RTH di Wilayah Kota Serang

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

334 335

hal 248-254

pertumbuhan penduduk secara terus menerus (kontinyu) setiap hari dengan rate pertumbuhan yang konstan. Rumus pertumbuhan eksponensial adalah sebagai berikut.

Pt = Po x ert

Dimana:Pt : Pertumbuhan penduduk pada tahun tPo : Pertumbuhan penduduk tahun awale : Bilangan pokok dari sistem algoritma natural yang besarnya adalah 2,718281828

r : Rate pertumbuhan pendudukt : periode waktu dalam tahun

2. Melakukan penjabaran atas kondisi RTH kota Serang berdasarkan data yang tersedia.

3. Melakukan analisa deskriptif atas data kuantitatif yang berhubungan dengan RTH kota Serang.

4. Melakukan pembobotan dan penentuan urgensi terhadap pernyataan responden terkait dengan faktor internal dan eketernal yang dapat berpengaruh terhadap penentuan strategi perluasan RTH Kota Serang melalui matrik kombinasi strategi SWOT

5. Menganalisa kondisi RTH masing-masing

kecamatan yang ada di kota Serang.

3. Hasil Dan Pembahasana.1. Identifikasi RTH Kota Serang

Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang menyebar di beberapa wilayah kecamatan. Di bawah ini disajikan Tabel 1. yang menggambarkan luas RTH setiap kecamatan di Kota Serang pada Tahun 2016.

Dari Tabel 1. terlihat bahwa RTH terluas berada di kecamatan Kasemen dengan total luas 3.333,594 ha atau sekitar 52,61% luas wilayah kecamatan tersebut sedangkan tersempit berada di kecamatan Curug dengan luas 295,256 ha atau sekitar 5,95% luas wilayah kecamatan tersebut.

3.2. Analisis Kesesuaian Ketersediaan RTH Kota Serang

Mengacu pada Undang-undang Penataan Ruang Tahun 2007 luas ideal RTH adalah minimal 30% dari luas kawasan perkotaan. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang

Tabel 6. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Serang Tahun 2016-2020

Sumber : Analisis Data, 2017

Tabel 7. Proyeksi Luas RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Tahun 2016-2020

Sumber : Analisis Data, 2017

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

334 335

hal 248-254

pertumbuhan penduduk secara terus menerus (kontinyu) setiap hari dengan rate pertumbuhan yang konstan. Rumus pertumbuhan eksponensial adalah sebagai berikut.

Pt = Po x ert

Dimana:Pt : Pertumbuhan penduduk pada tahun tPo : Pertumbuhan penduduk tahun awale : Bilangan pokok dari sistem algoritma natural yang besarnya adalah 2,718281828

r : Rate pertumbuhan pendudukt : periode waktu dalam tahun

2. Melakukan penjabaran atas kondisi RTH kota Serang berdasarkan data yang tersedia.

3. Melakukan analisa deskriptif atas data kuantitatif yang berhubungan dengan RTH kota Serang.

4. Melakukan pembobotan dan penentuan urgensi terhadap pernyataan responden terkait dengan faktor internal dan eketernal yang dapat berpengaruh terhadap penentuan strategi perluasan RTH Kota Serang melalui matrik kombinasi strategi SWOT

5. Menganalisa kondisi RTH masing-masing

kecamatan yang ada di kota Serang.

3. Hasil Dan Pembahasana.1. Identifikasi RTH Kota Serang

Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang menyebar di beberapa wilayah kecamatan. Di bawah ini disajikan Tabel 1. yang menggambarkan luas RTH setiap kecamatan di Kota Serang pada Tahun 2016.

Dari Tabel 1. terlihat bahwa RTH terluas berada di kecamatan Kasemen dengan total luas 3.333,594 ha atau sekitar 52,61% luas wilayah kecamatan tersebut sedangkan tersempit berada di kecamatan Curug dengan luas 295,256 ha atau sekitar 5,95% luas wilayah kecamatan tersebut.

3.2. Analisis Kesesuaian Ketersediaan RTH Kota Serang

Mengacu pada Undang-undang Penataan Ruang Tahun 2007 luas ideal RTH adalah minimal 30% dari luas kawasan perkotaan. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang

Tabel 6. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Serang Tahun 2016-2020

Sumber : Analisis Data, 2017

Tabel 7. Proyeksi Luas RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Tahun 2016-2020

Sumber : Analisis Data, 2017

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

334 335

Tabel 8. Analisis Faktor Lingkungan Internal

Tabel 8. Analisis Faktor Lingkungan Internal Faktor

Lingkungan

Kekuatan Total Responden (A)

Jumlah Responden (B)

Bobot (B/A) Urgent BxU

Kota Serang merupakan Ibukota Provinsi Banten,sehingga dalam hal infrastruktur tata ruang lebih baik

113

12

0.11

2

0.22

Total penerimaan APBD Kota Serang tahun 2015 sebesar Rp.1,106 triliun

113

14

0.12

3

0.36

Wilayah Kota cukup besar 26,674 Ha

113

17

0.15

4

0.6

Pengelolaan RTH tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang

113

8

0.07

1

0.07

Total 0,45 1,25

Kelemahan Total Responden (A)

Jumlah Responden (B)

Bobot (B/A) Urgent BxU

Pada saat melakukan pelebaran dan perbaikan jalan,dinas/instansi terkait terkait dengan tidak memperhatikan keadaan lahan yang hendak digusur sehingga mengorbankan tanaman yang tumbuh dilahan tersebut

113

8

0.08

1

0.08

Penggantian/penanaman kembali pohon yang ditebang guna pelebaran dan perbaikan jalan sering kali tidak segera dilaksanakan

113

14

0.12

3

0.36

Kota Serang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Serang dan terbilang pemerintahan yang baru sehingga proses transisi wilayah dan wewenang dapat mempengaruhi pengelolaan dan pemeliharaan RTH di Kota tersebut

113

11

0.1

2

0.2

Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mengelola dan

113

19

0.25

4

1

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

336 337

memelihara RTH di Kota Serang masih kurang baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini karena pemekaran wilayah kabupaten dan kota menyebabkan Badan dan Dinas yang bertugas untuk mengelola RTH sebelumnya telah terbagi

Total 0.55 1.64 Dari hasil analisis faktor lingkungan internal diperoleh (1.25) dan kelemahan (1.64)

Tabel 9. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Faktor Lingkungan Peluang Total

Responden (A)

Jumlah Responden (B)

Bobot (B/A) Urgent BxU

Lahan kosong yang luas dan masih tersedia yang dapat dikonversi menjadi hutan kota dan taman kota

113

20

0.18

6

1.08

Masyarakat yang mulai sadar mengenai pentimgnya lingkungan hijau

113

15

0.13

5

0.65

Terdapat peran sekolah dalam mendorong siswa untuk mencintai lingkungan dan menanam serta memelihara pohon dan tanaman lainnya di halaman kelas

113

14

0.12

4

0.48

Dinas terkait aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai lingkungan dan penghijauan lahan

113

11

0.1

2

0.2

Terdapat program adiwiyata yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai penting terhadap siswa-siswi sekolah mengenai lingkungan dan pemeliharaan pohon

113

12

0.11

3

0.33

Pemerintah Kota Serang yang sigap dengan kondisi yang mungkin muncul dan dapat menjadi ancaman terhadap eksistensi RTH di Kota Serang melalui

113

8

0.07

1

0.07

memelihara RTH di Kota Serang masih kurang baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini karena pemekaran wilayah kabupaten dan kota menyebabkan Badan dan Dinas yang bertugas untuk mengelola RTH sebelumnya telah terbagi

Total 0.55 1.64 Dari hasil analisis faktor lingkungan internal diperoleh (1.25) dan kelemahan (1.64)

Tabel 9. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Faktor Lingkungan Peluang Total

Responden (A)

Jumlah Responden (B)

Bobot (B/A) Urgent BxU

Lahan kosong yang luas dan masih tersedia yang dapat dikonversi menjadi hutan kota dan taman kota

113

20

0.18

6

1.08

Masyarakat yang mulai sadar mengenai pentimgnya lingkungan hijau

113

15

0.13

5

0.65

Terdapat peran sekolah dalam mendorong siswa untuk mencintai lingkungan dan menanam serta memelihara pohon dan tanaman lainnya di halaman kelas

113

14

0.12

4

0.48

Dinas terkait aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai lingkungan dan penghijauan lahan

113

11

0.1

2

0.2

Terdapat program adiwiyata yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai penting terhadap siswa-siswi sekolah mengenai lingkungan dan pemeliharaan pohon

113

12

0.11

3

0.33

Pemerintah Kota Serang yang sigap dengan kondisi yang mungkin muncul dan dapat menjadi ancaman terhadap eksistensi RTH di Kota Serang melalui

113

8

0.07

1

0.07

Tabel 9. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

336 337

memelihara RTH di Kota Serang masih kurang baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini karena pemekaran wilayah kabupaten dan kota menyebabkan Badan dan Dinas yang bertugas untuk mengelola RTH sebelumnya telah terbagi

Total 0.55 1.64 Dari hasil analisis faktor lingkungan internal diperoleh (1.25) dan kelemahan (1.64)

Tabel 9. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Faktor Lingkungan Peluang Total

Responden (A)

Jumlah Responden (B)

Bobot (B/A) Urgent BxU

Lahan kosong yang luas dan masih tersedia yang dapat dikonversi menjadi hutan kota dan taman kota

113

20

0.18

6

1.08

Masyarakat yang mulai sadar mengenai pentimgnya lingkungan hijau

113

15

0.13

5

0.65

Terdapat peran sekolah dalam mendorong siswa untuk mencintai lingkungan dan menanam serta memelihara pohon dan tanaman lainnya di halaman kelas

113

14

0.12

4

0.48

Dinas terkait aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai lingkungan dan penghijauan lahan

113

11

0.1

2

0.2

Terdapat program adiwiyata yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai penting terhadap siswa-siswi sekolah mengenai lingkungan dan pemeliharaan pohon

113

12

0.11

3

0.33

Pemerintah Kota Serang yang sigap dengan kondisi yang mungkin muncul dan dapat menjadi ancaman terhadap eksistensi RTH di Kota Serang melalui

113

8

0.07

1

0.07

memelihara RTH di Kota Serang masih kurang baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini karena pemekaran wilayah kabupaten dan kota menyebabkan Badan dan Dinas yang bertugas untuk mengelola RTH sebelumnya telah terbagi

Total 0.55 1.64 Dari hasil analisis faktor lingkungan internal diperoleh (1.25) dan kelemahan (1.64)

Tabel 9. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Faktor Lingkungan Peluang Total

Responden (A)

Jumlah Responden (B)

Bobot (B/A) Urgent BxU

Lahan kosong yang luas dan masih tersedia yang dapat dikonversi menjadi hutan kota dan taman kota

113

20

0.18

6

1.08

Masyarakat yang mulai sadar mengenai pentimgnya lingkungan hijau

113

15

0.13

5

0.65

Terdapat peran sekolah dalam mendorong siswa untuk mencintai lingkungan dan menanam serta memelihara pohon dan tanaman lainnya di halaman kelas

113

14

0.12

4

0.48

Dinas terkait aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai lingkungan dan penghijauan lahan

113

11

0.1

2

0.2

Terdapat program adiwiyata yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai penting terhadap siswa-siswi sekolah mengenai lingkungan dan pemeliharaan pohon

113

12

0.11

3

0.33

Pemerintah Kota Serang yang sigap dengan kondisi yang mungkin muncul dan dapat menjadi ancaman terhadap eksistensi RTH di Kota Serang melalui

113

8

0.07

1

0.07

Tabel 9. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

337

Tabel 10. Matriks Penentuan Strategi

penyusunan masterplan pembangunan dan pemeliharaan RTH di Kota Serang Total 0.71 2.81

Ancaman Total Responden

(A)

Jumlah Responden (B)

Bobot (B/A)

Urgent BxU

Jumlah penduduk di Kota Serang pada tahun 2015 mencapai 643.205 jiwa dengan tingkat kepadatan sebesar 2.411 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,9%.Kondisi ini diperkirakan akan mempengaruhi kebutuhan RTH Kota Serang pada tahun-tahun mendatang

113

9

0.08

3

0.24

Pengembangan sarana dan infrastruktur yang menunjang kehidupan perkotaan seperti mall. Gedung perkantoran, hotel,pelebaran jalan, dan lain sebagainya dan tidak memperhatikan estetika lingkungan

113

10

0.09

4

0.36

Pembangunan perumahan dan kompleks dalam memenuhi kebutuhan papan penduduk di Kota Serang yang semakin meningkat

113

8

0.07

2

0.14

Iklim bisnis yang sehat dan prospektif di Kota Serang yang berpotensi menghadirkan developer yang mementingkan bisnis semata dan tidak menghiraukan lingkungan

113

6

0.05

1

0.05

Total 0.29 0.79 Dari hasil tabel 9. analisis faktor lingkungan eksternal diperoleh peluang (2.81) dan ancaman (0.29).

Tabel 10. Matriks Penentuan Strategi Internal/Eksternal Kekuatan (1.25) Kelemahan (1.64)

Peluang (2.81) S+O=1.25+2.81 =4.06 W+O = 1.64+2.81 = 4.45 Ancaman (0.79) S+T = 1.25+0.79=2.04 W+T=1.64+0.79 = 2.43

penyusunan masterplan pembangunan dan pemeliharaan RTH di Kota Serang Total 0.71 2.81

Ancaman Total Responden

(A)

Jumlah Responden (B)

Bobot (B/A)

Urgent BxU

Jumlah penduduk di Kota Serang pada tahun 2015 mencapai 643.205 jiwa dengan tingkat kepadatan sebesar 2.411 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,9%.Kondisi ini diperkirakan akan mempengaruhi kebutuhan RTH Kota Serang pada tahun-tahun mendatang

113

9

0.08

3

0.24

Pengembangan sarana dan infrastruktur yang menunjang kehidupan perkotaan seperti mall. Gedung perkantoran, hotel,pelebaran jalan, dan lain sebagainya dan tidak memperhatikan estetika lingkungan

113

10

0.09

4

0.36

Pembangunan perumahan dan kompleks dalam memenuhi kebutuhan papan penduduk di Kota Serang yang semakin meningkat

113

8

0.07

2

0.14

Iklim bisnis yang sehat dan prospektif di Kota Serang yang berpotensi menghadirkan developer yang mementingkan bisnis semata dan tidak menghiraukan lingkungan

113

6

0.05

1

0.05

Total 0.29 0.79 Dari hasil tabel 9. analisis faktor lingkungan eksternal diperoleh peluang (2.81) dan ancaman (0.29).

Tabel 10. Matriks Penentuan Strategi Internal/Eksternal Kekuatan (1.25) Kelemahan (1.64)

Peluang (2.81) S+O=1.25+2.81 =4.06 W+O = 1.64+2.81 = 4.45 Ancaman (0.79) S+T = 1.25+0.79=2.04 W+T=1.64+0.79 = 2.43

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

338 339

Dari hasil perhitungan matrik dapat diperoleh ada pada kuadran II (W-O) dan kuadran I

(S-O) dengan memperkuat/mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang dan memanfaatkan peluang yang ada, serta mengupayakan untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan dengan cara meningkatkan kualitas SDM yang mengelola ruang terbuka hijau Kota Serang. Setelah mengidentifikasi faktor eksternal dan internal serta menghitung pembobotannya, tahap selanjutnya adalah membuat kerangka/matriks SWOT dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi SO), bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi WO), selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi ST),dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi WT).Berikut adalah tabel yang menggambarkan matriks kombinasi strategi perluasan RTH di Kota Serang.

Tabel 11. Matriks Kombinasi Strategi Perluasan RTH Kota Serang Strenght Weakness Opportunity Strategi SO

1. Optimalisasi lahan yang masih kosong agar dapat dikonversi menjadi hutan atau taman kota

2. Menggunakan pendekatan persuasif untuk mengajak masyarakat agar lebih mencintai lingkungan dan menanam pohon

3. Optimalisasi kinerja Dinas/Badan terkait

4. Penetrasi program-program lingkungan ke sekolah-sekolah agar siswa siswi dapat lebih memahami arti penting lingkungan dan penanaman pohon

Strategi WO 1. Meningkatkan, baik

secara kualitas maupun kuantitas, SDM yang mengelola dan memelihara RTH

2. Mempercepat pembenahan tatanan pemerintahan selama masa transisi wilayah dan wewenang

3. Cepat dan tanggap dalam menanam kembali pohon yang ditebang saat pelebaran jalan.

Threat Strategi ST 1. Menyusun peraturan

yang dapat meminimalisir atau bahkan mencegah bisnis yang merugikan lingkungan dan berorientasi profit semata namun secara bersamaan tidak merugikan pebisnis yang hendak berinvestasi di Kota

Strategi WT 1. Mengerahkan SDM

yangada semaksimal mungkin untuk memelihara, merawat, menjaga, dan mengelola RTH yang telah ada.

Tabel 11. Matriks Kombinasi Strategi Perluasan RTH Kota Serang

Serang (win-win solution)

2. Membuat peraturan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap developer yang melakukan pembangunan di Kota Serang harus menyediakan taman dan pepohonan di halaman gedung yang dibangun dengan proporsi yang memadai

3. Alokasi penerimaan daerah ke dalam pembangunan taman kota dan penanaman pohon guna mengantisipasi kebutuhan RTH dimasa yang akan datan sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk

Matriks kombinasi yang ada pada Tabel 11. diatas menghasilkan sebelas strategi yang dapat digunakan dalam rangka perluasan RTH di Kota Serang. Hasil dari matriks kombinasi strategi yang digambarkan pada tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan fungsi lahan yang masih kosong agar dapat dikonversi menjadi hutan atau taman kota.

2. Menggunakan pendekatan persuasif untuk mengajak masyarakat agar lebih mencintai lingkungan dan menanam pohon.

3. Optimalisasi kinerja Dinas/Badan Terkait 4. Penetrasi program-program lingkungan ke sekolah-sekolah agar siswa-siswi dapat lebih

memahami arti penting lingkungan dan penanaman pohon 5. Meningkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas, SDM yang mengelola dan

memelihara RTH 6. Mempercepat pembenahan tatanan pemerintahan selama masa transisi wilayah dan

wewenang 7. Cepat dan tanggap dalam menanam kembali pohon yang ditebang saat pelebaran jalan. 8. Menyusun peraturan yang dapat meminimalisir atau bahkan mencegah bisnis yang

merugikan lingkungan dan berorientasi profit semata namun secara bersamaan tidak merugikan pebisnis yang hendak berinvestasi di Kota Serang (win-win solution).

9. Membuat peraturan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap developer yang melakukan pembangunan di Kota Serang harus menyediakan tamandan pepohonan di halaman gedung yang dibangun dengan proporsi yang memadai.

10. Alokasi penerimaan daerah ke dalam pembangunan taman kota dan penanaman pohon guna mengantisipasi kebutuhan RTH di masa yang akan datang sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk.

11. Mengerahkan SDM yang ada semaksimal mungkin untuk memelihara, merawat, menjaga, dan mengelola RTH yang telah ada.

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

338 339

Dari hasil perhitungan matrik dapat diperoleh ada pada kuadran II (W-O) dan kuadran I

(S-O) dengan memperkuat/mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang dan memanfaatkan peluang yang ada, serta mengupayakan untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan dengan cara meningkatkan kualitas SDM yang mengelola ruang terbuka hijau Kota Serang. Setelah mengidentifikasi faktor eksternal dan internal serta menghitung pembobotannya, tahap selanjutnya adalah membuat kerangka/matriks SWOT dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi SO), bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi WO), selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi ST),dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi WT).Berikut adalah tabel yang menggambarkan matriks kombinasi strategi perluasan RTH di Kota Serang.

Tabel 11. Matriks Kombinasi Strategi Perluasan RTH Kota Serang Strenght Weakness Opportunity Strategi SO

1. Optimalisasi lahan yang masih kosong agar dapat dikonversi menjadi hutan atau taman kota

2. Menggunakan pendekatan persuasif untuk mengajak masyarakat agar lebih mencintai lingkungan dan menanam pohon

3. Optimalisasi kinerja Dinas/Badan terkait

4. Penetrasi program-program lingkungan ke sekolah-sekolah agar siswa siswi dapat lebih memahami arti penting lingkungan dan penanaman pohon

Strategi WO 1. Meningkatkan, baik

secara kualitas maupun kuantitas, SDM yang mengelola dan memelihara RTH

2. Mempercepat pembenahan tatanan pemerintahan selama masa transisi wilayah dan wewenang

3. Cepat dan tanggap dalam menanam kembali pohon yang ditebang saat pelebaran jalan.

Threat Strategi ST 1. Menyusun peraturan

yang dapat meminimalisir atau bahkan mencegah bisnis yang merugikan lingkungan dan berorientasi profit semata namun secara bersamaan tidak merugikan pebisnis yang hendak berinvestasi di Kota

Strategi WT 1. Mengerahkan SDM

yangada semaksimal mungkin untuk memelihara, merawat, menjaga, dan mengelola RTH yang telah ada.

Tabel 11. Matriks Kombinasi Strategi Perluasan RTH Kota Serang

Serang (win-win solution)

2. Membuat peraturan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap developer yang melakukan pembangunan di Kota Serang harus menyediakan taman dan pepohonan di halaman gedung yang dibangun dengan proporsi yang memadai

3. Alokasi penerimaan daerah ke dalam pembangunan taman kota dan penanaman pohon guna mengantisipasi kebutuhan RTH dimasa yang akan datan sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk

Matriks kombinasi yang ada pada Tabel 11. diatas menghasilkan sebelas strategi yang dapat digunakan dalam rangka perluasan RTH di Kota Serang. Hasil dari matriks kombinasi strategi yang digambarkan pada tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan fungsi lahan yang masih kosong agar dapat dikonversi menjadi hutan atau taman kota.

2. Menggunakan pendekatan persuasif untuk mengajak masyarakat agar lebih mencintai lingkungan dan menanam pohon.

3. Optimalisasi kinerja Dinas/Badan Terkait 4. Penetrasi program-program lingkungan ke sekolah-sekolah agar siswa-siswi dapat lebih

memahami arti penting lingkungan dan penanaman pohon 5. Meningkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas, SDM yang mengelola dan

memelihara RTH 6. Mempercepat pembenahan tatanan pemerintahan selama masa transisi wilayah dan

wewenang 7. Cepat dan tanggap dalam menanam kembali pohon yang ditebang saat pelebaran jalan. 8. Menyusun peraturan yang dapat meminimalisir atau bahkan mencegah bisnis yang

merugikan lingkungan dan berorientasi profit semata namun secara bersamaan tidak merugikan pebisnis yang hendak berinvestasi di Kota Serang (win-win solution).

9. Membuat peraturan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap developer yang melakukan pembangunan di Kota Serang harus menyediakan tamandan pepohonan di halaman gedung yang dibangun dengan proporsi yang memadai.

10. Alokasi penerimaan daerah ke dalam pembangunan taman kota dan penanaman pohon guna mengantisipasi kebutuhan RTH di masa yang akan datang sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk.

11. Mengerahkan SDM yang ada semaksimal mungkin untuk memelihara, merawat, menjaga, dan mengelola RTH yang telah ada.

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

338 339

hal 339-344

Serang (win-win solution)

2. Membuat peraturan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap developer yang melakukan pembangunan di Kota Serang harus menyediakan taman dan pepohonan di halaman gedung yang dibangun dengan proporsi yang memadai

3. Alokasi penerimaan daerah ke dalam pembangunan taman kota dan penanaman pohon guna mengantisipasi kebutuhan RTH dimasa yang akan datan sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk

Matriks kombinasi yang ada pada Tabel 11. diatas menghasilkan sebelas strategi yang dapat digunakan dalam rangka perluasan RTH di Kota Serang. Hasil dari matriks kombinasi strategi yang digambarkan pada tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan fungsi lahan yang masih kosong agar dapat dikonversi menjadi hutan atau taman kota.

2. Menggunakan pendekatan persuasif untuk mengajak masyarakat agar lebih mencintai lingkungan dan menanam pohon.

3. Optimalisasi kinerja Dinas/Badan Terkait 4. Penetrasi program-program lingkungan ke sekolah-sekolah agar siswa-siswi dapat lebih

memahami arti penting lingkungan dan penanaman pohon 5. Meningkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas, SDM yang mengelola dan

memelihara RTH 6. Mempercepat pembenahan tatanan pemerintahan selama masa transisi wilayah dan

wewenang 7. Cepat dan tanggap dalam menanam kembali pohon yang ditebang saat pelebaran jalan. 8. Menyusun peraturan yang dapat meminimalisir atau bahkan mencegah bisnis yang

merugikan lingkungan dan berorientasi profit semata namun secara bersamaan tidak merugikan pebisnis yang hendak berinvestasi di Kota Serang (win-win solution).

9. Membuat peraturan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap developer yang melakukan pembangunan di Kota Serang harus menyediakan tamandan pepohonan di halaman gedung yang dibangun dengan proporsi yang memadai.

10. Alokasi penerimaan daerah ke dalam pembangunan taman kota dan penanaman pohon guna mengantisipasi kebutuhan RTH di masa yang akan datang sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk.

11. Mengerahkan SDM yang ada semaksimal mungkin untuk memelihara, merawat, menjaga, dan mengelola RTH yang telah ada.

Serang (win-win solution)

2. Membuat peraturan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap developer yang melakukan pembangunan di Kota Serang harus menyediakan taman dan pepohonan di halaman gedung yang dibangun dengan proporsi yang memadai

3. Alokasi penerimaan daerah ke dalam pembangunan taman kota dan penanaman pohon guna mengantisipasi kebutuhan RTH dimasa yang akan datan sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk

Matriks kombinasi yang ada pada Tabel 11. diatas menghasilkan sebelas strategi yang dapat digunakan dalam rangka perluasan RTH di Kota Serang. Hasil dari matriks kombinasi strategi yang digambarkan pada tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan fungsi lahan yang masih kosong agar dapat dikonversi menjadi hutan atau taman kota.

2. Menggunakan pendekatan persuasif untuk mengajak masyarakat agar lebih mencintai lingkungan dan menanam pohon.

3. Optimalisasi kinerja Dinas/Badan Terkait 4. Penetrasi program-program lingkungan ke sekolah-sekolah agar siswa-siswi dapat lebih

memahami arti penting lingkungan dan penanaman pohon 5. Meningkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas, SDM yang mengelola dan

memelihara RTH 6. Mempercepat pembenahan tatanan pemerintahan selama masa transisi wilayah dan

wewenang 7. Cepat dan tanggap dalam menanam kembali pohon yang ditebang saat pelebaran jalan. 8. Menyusun peraturan yang dapat meminimalisir atau bahkan mencegah bisnis yang

merugikan lingkungan dan berorientasi profit semata namun secara bersamaan tidak merugikan pebisnis yang hendak berinvestasi di Kota Serang (win-win solution).

9. Membuat peraturan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap developer yang melakukan pembangunan di Kota Serang harus menyediakan tamandan pepohonan di halaman gedung yang dibangun dengan proporsi yang memadai.

10. Alokasi penerimaan daerah ke dalam pembangunan taman kota dan penanaman pohon guna mengantisipasi kebutuhan RTH di masa yang akan datang sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk.

11. Mengerahkan SDM yang ada semaksimal mungkin untuk memelihara, merawat, menjaga, dan mengelola RTH yang telah ada.

dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Luas RTH masing-masing kecamatan di kota Serang apabila mengacu pada peraturan di atas idealnya adalah sebagai berikut.

Berdasarkan data di atas dapat dibandingkan luas RTH yang ada dengan Undang-Undang Penataan Ruang Tahun 2007 untuk mengetahui apakah RTH tersebut sudah memenuhi ketentuan pemerintah ataukah belum dan untuk mengetahui berapa persen luas RTH yang diperlukan pemerintah guna memenuhi Undang-undang

Penataan Ruang Tahun 2007.Berikut merupakan hasil perbandingan RTH yang ada dengan RTH berdasarkan ketentuan Undang-undang.

Berdasarkan Tabel 3., hanya RTH di dua kecamatan yang memenuhi UU Penataan Ruang Tahun 2007 yakni kecamatan Kasemen dan Cipocok Jaya. Adapun RTH kecamatan lainnya masih belum mencapai 30% luas wilayah kecamatan. Kecamatan Serang masih kurang 63,22 ha RTH sedangkan Kecamatan Taktakan kurang 284,53 ha. Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Curug juga masih kurang masing-masing sebesar 965,44 ha dan 1.192,74 ha

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

340 341

3.3. Analisis Kontribusi RTH terhadap Kecamatan Total luas RTH pada tahun 2016 adalah

sebesar 7361,7 Ha atau sekitar 27,6% luas wilayah Pemerintahan Kota Serang. Sebesar 2.518,9 Ha dipenuhi oleh RTH publik sedangkan sisanya, 4.842,2 Ha, diisi oleh RTH privat. Jumlah ini masih kurang dari yang seharusnya. Angka ini sangat jauh dari ketentuan Undang-undang nomor 26 tahun 2007 yang mensyaratkan luas RTH publik dan RTH privat masing-masing sebesar 20% dan 10% dari luas wilayah suatu daerah. Luas RTH yang ada di Kota Serang juga belum mencapai target pemerintah kota Serang yang tertuang dalam Perda No. 6 Tahun 2011 tentang RT RW Serang Tahun 2010 – 2030 dimana dalam Perda tersebut pemerintah menargetkan RTH seluas 32,56%. Apabila mengacu pada UU No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, luas RTH Kota Serang idealnya adalah sebesar 8002,2 Ha terbagi menjadi 5.334, Ha RTH publik dan 2.667,4 Ha RTH privat. Dengan demikian, RTH Kota Serang masih memerlukan perluasan hingga 640,4 Ha agar dapat memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah.

Berikut merupakan Tabel 4. yang menggambarkan luas RTH di enam kecamatan yang ada di kota Serang pada tahun 2016.

Apabila dibuat perbandingan antara luas RTH kecamatan dengan total RTH kota Serang maka dapat kita ketahui persentase kontribusi masing-masing kecamatan terhadap RTH yang ada di kota Serang dan berikut merupakan Tabel 5. yang memberikan gambaran mengenai persentase tersebut.

Terlihat pada tabel 5 di atas, kecamatan Kasemen memberikan kontribusi terbesar bagi ketersediaan RTH yang ada di kota Serang, menyumbang sekitar 45,28% dari total RTH. Kecamatan Cipocok Jaya menjadi penyumbang RTH terbesar kedua setelah kecamatan Kasemen diikuti oleh kecamatan Taktakan dan kecamatan Serang. Sementara itu, kecamatan Curug dan kecamatan Walantaka hanya memberikan masing-masing sekitar 4,01% dan 6,64% dari RTH yang ada di kota Serang.

Kecamatan Kasemen memberikan kontribusi terbesar terhadap ketersediaan RTH di Kota Serang karena Kecamatan Kasemen merupakan

wilayah pembangunan bagian utara dari kota Serang. Wilayah Pembangunan Bagian Utara ini diarahkan dengan fungsi utama pariwisata cagar budaya dan cagar alam, pelabuhan, perdagangan dan jasa, perumahan dan berbagai fasilitas umum. Dengan salah satu fungsi utama sebagai Cagar Alam tersebut luasannya relatif tetap sepanjang tahun dan sangat kecil kemungkinan terjadinya alih fungsi lahan karena kekuatan status hukum dan fungsi cagar alam itu sendiri yang merupakan tempat berbagai jenis burung migran dan jenis lokal yang dikategorikan sebagai ekosistem bernilai penting karena dilindungi oleh undang-undang, terancam punah, endemik dan langka, dimana keberadaan jenis-jenis burung pada kawasan Cagar Alam tersebut di atas (Cagar Alam Pulau Dua) berkaitan erat dengan ekosistem yang ada, dalam hal ini hutan mangrove sebagai habitatnya.

Kecamatan Curug memberikan kontribusi terkecil terhadap ketersediaan RTH di Kota Serang karena Kecamatan Curug merupakan Wilayah Pembangunan yang diarahkan dengan fungsi utama Pemerintahan/perkantoran, perumahan, perdagangan dan jasa serta berbagai fasilitas umum.

Di bawah ini merupakan gambaran RTH yang berada di wilayah kota Serang.

3.4. Kebutuhan RTH Kota Serang Tahun 2016-2020

Berdasarkan pendekatan eksponensial, proyeksi pertumbuhan penduduk di Kota Serang tahun 2016 sampai 2020 adalah sebagai berikut:

Luas RTH yang diperlukan berdasarkan jumlah penduduk adalah 20 m2 per kapita (Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008). Dengan menggunakan data proyeksi jumlah penduduk di atas, luas RTH minimum yang diperlukan kota Serang di masa yang akan datang dapat diketahui. Apabila setiap orang memerlukan setidaknya RTH seluas 20 m2 maka luas RTH yang diperlukan kota Serang tahun 2016 – 2020 adalah sebagai berikut:

Dengan demikian, luas RTH yang harus tersedia di kota Serang berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 1.311 ha, 1.336 ha pada tahun 2017, 1.362 ha pada tahun 2018, 1.388 ha pada tahun 2019, dan 1.415 ha pada tahun 2020.

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

340 341

3.3. Analisis Kontribusi RTH terhadap Kecamatan Total luas RTH pada tahun 2016 adalah

sebesar 7361,7 Ha atau sekitar 27,6% luas wilayah Pemerintahan Kota Serang. Sebesar 2.518,9 Ha dipenuhi oleh RTH publik sedangkan sisanya, 4.842,2 Ha, diisi oleh RTH privat. Jumlah ini masih kurang dari yang seharusnya. Angka ini sangat jauh dari ketentuan Undang-undang nomor 26 tahun 2007 yang mensyaratkan luas RTH publik dan RTH privat masing-masing sebesar 20% dan 10% dari luas wilayah suatu daerah. Luas RTH yang ada di Kota Serang juga belum mencapai target pemerintah kota Serang yang tertuang dalam Perda No. 6 Tahun 2011 tentang RT RW Serang Tahun 2010 – 2030 dimana dalam Perda tersebut pemerintah menargetkan RTH seluas 32,56%. Apabila mengacu pada UU No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, luas RTH Kota Serang idealnya adalah sebesar 8002,2 Ha terbagi menjadi 5.334, Ha RTH publik dan 2.667,4 Ha RTH privat. Dengan demikian, RTH Kota Serang masih memerlukan perluasan hingga 640,4 Ha agar dapat memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah.

Berikut merupakan Tabel 4. yang menggambarkan luas RTH di enam kecamatan yang ada di kota Serang pada tahun 2016.

Apabila dibuat perbandingan antara luas RTH kecamatan dengan total RTH kota Serang maka dapat kita ketahui persentase kontribusi masing-masing kecamatan terhadap RTH yang ada di kota Serang dan berikut merupakan Tabel 5. yang memberikan gambaran mengenai persentase tersebut.

Terlihat pada tabel 5 di atas, kecamatan Kasemen memberikan kontribusi terbesar bagi ketersediaan RTH yang ada di kota Serang, menyumbang sekitar 45,28% dari total RTH. Kecamatan Cipocok Jaya menjadi penyumbang RTH terbesar kedua setelah kecamatan Kasemen diikuti oleh kecamatan Taktakan dan kecamatan Serang. Sementara itu, kecamatan Curug dan kecamatan Walantaka hanya memberikan masing-masing sekitar 4,01% dan 6,64% dari RTH yang ada di kota Serang.

Kecamatan Kasemen memberikan kontribusi terbesar terhadap ketersediaan RTH di Kota Serang karena Kecamatan Kasemen merupakan

wilayah pembangunan bagian utara dari kota Serang. Wilayah Pembangunan Bagian Utara ini diarahkan dengan fungsi utama pariwisata cagar budaya dan cagar alam, pelabuhan, perdagangan dan jasa, perumahan dan berbagai fasilitas umum. Dengan salah satu fungsi utama sebagai Cagar Alam tersebut luasannya relatif tetap sepanjang tahun dan sangat kecil kemungkinan terjadinya alih fungsi lahan karena kekuatan status hukum dan fungsi cagar alam itu sendiri yang merupakan tempat berbagai jenis burung migran dan jenis lokal yang dikategorikan sebagai ekosistem bernilai penting karena dilindungi oleh undang-undang, terancam punah, endemik dan langka, dimana keberadaan jenis-jenis burung pada kawasan Cagar Alam tersebut di atas (Cagar Alam Pulau Dua) berkaitan erat dengan ekosistem yang ada, dalam hal ini hutan mangrove sebagai habitatnya.

Kecamatan Curug memberikan kontribusi terkecil terhadap ketersediaan RTH di Kota Serang karena Kecamatan Curug merupakan Wilayah Pembangunan yang diarahkan dengan fungsi utama Pemerintahan/perkantoran, perumahan, perdagangan dan jasa serta berbagai fasilitas umum.

Di bawah ini merupakan gambaran RTH yang berada di wilayah kota Serang.

3.4. Kebutuhan RTH Kota Serang Tahun 2016-2020

Berdasarkan pendekatan eksponensial, proyeksi pertumbuhan penduduk di Kota Serang tahun 2016 sampai 2020 adalah sebagai berikut:

Luas RTH yang diperlukan berdasarkan jumlah penduduk adalah 20 m2 per kapita (Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008). Dengan menggunakan data proyeksi jumlah penduduk di atas, luas RTH minimum yang diperlukan kota Serang di masa yang akan datang dapat diketahui. Apabila setiap orang memerlukan setidaknya RTH seluas 20 m2 maka luas RTH yang diperlukan kota Serang tahun 2016 – 2020 adalah sebagai berikut:

Dengan demikian, luas RTH yang harus tersedia di kota Serang berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 1.311 ha, 1.336 ha pada tahun 2017, 1.362 ha pada tahun 2018, 1.388 ha pada tahun 2019, dan 1.415 ha pada tahun 2020.

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

340 341

hal 255-261

3.5.Analisis SWOT Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang

Berkaitan dengan RTH di Kota Serang, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa Kota Serang perlu memperluas area RTH terutama RTH publik mengingat luas RTH di Kota Serang masih berada dibawah angka yang seharusnya. Masterplan RTH tersebut tentu harus melalui berbagai pertimbangan dan persiapan yang matang sehingga eksekusi dari masterplan tersebut tepat sasaran dan berjalan dengan sangat efisien. Untuk itu, analisis SWOT diperlukan dalam perencanaan perluasan RTH di Kota Serang. Menurut Rangkuti (2006) analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Analisis ini dimulai dengan mengidentifikasi faktor internal dan ekternal yang dapat membantu proses menjadi lebih lancar dan yang dapat menjadi hambatan dalam perencanaan tersebut yang hasilnya kemudian dibuat menjadi matrik SWOT. Identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) perluasan RTH Kota Serang adalah sebagai berikut:1. Strenght (Kekuatan)

• Kota Serang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten sehingga dalam hal infrastruktur dan tata ruang, Kota Serang seharusnya bisa menjadi lebih baik dibandingkan daerah-daerah lainnya di Provinsi Banten.

• Total penerimaan Kota Serang dalam realisasi APBD tahun 2015 mencapai Rp.1,106 triliun (BPS Kota Serang, 2016), dengan total penerimaan yang sebesar itu, kas dan permodalan Kota Serang dapat mendukung pembangunan dan pemeliharaan RTH terutama RTH publik.

• Sebagai ibu kota Provinsi, Kota Serang memiliki wilayah yang cukup besar mencapai 26.674 Ha dengan karakteristik lahan yang mayoritas subur.

• Terdapat pembagian tugas yang jelas dalam pengelolaan RTH di Kota Serang sehingga tugas dan tanggung jawab diantara Badan/Dinas jelas dan tidak saling tumpang tindih.

• Mahasiswa dan akademisi yang turut serta berperan dan peduli dengan ruang terbuka hijau terutama yang berada di lingkungan

kampus.• Pemerintah Kota Serang memiliki

perencanaan yang matang bagi peningkatan kondisi Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang.

• Pemerintah selalu melakukan kajian ulang terhadap RTH kota sehingga kondisi RTH dapat terpantau dengan baik.

2. Weakness (Kelemahan)• Pada saat melakukan pelebaran dan

perbaikan jalan, dinas/instansi terkait terkadang tidak memperhatikan keadaan lahan yang hendak digusur sehingga mengorbankan pepohonan dan tanaman yang tumbuh di lahan tersebut.

• Penggantian/penanaman kembali pohon yang ditebang guna pelebaran dan perbaikan jalan sering kali tidak segera dilaksanakan.

• Kota Serang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Serang dan terbilang pemerintahan yang baru sehingga proses transisi wilayah dan wewenang dapat mempengaruhi pengelolaan dan pemeliharaan RTH di kota tersebut.

• Sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola dan memelihara RTH di Kota Serang masih kurang baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini karena pemekaran wilayah kabupaten dan kota menyebabkan Badan dan Dinas yang bertugas untuk mengelola RTH sebelumnya telah terbagi.

3. Opportunity (Peluang)• Lahan kosong yang luas dan masih tersedia

yang dapat dikonversi menjadi hutan kota dan taman kota

• Masyarakat yang mulai sadar mengenai pentingnya lingkungan hijau

• Terdapat peran sekolah dalam mendorong siswa untuk mencintai lingkungan dan menanam serta memelihara pohon dan tanaman lainnya di halaman kelas.

• Dinas terkait aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai lingkungan dan penghijauan lahan.

• Melalui pendidikan, pemerintah Kota Serang dapat menjalin kerja sama dengan universitas-universitas yang ada di Kota Serang dalam bentuk penyuluhan bersama

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

342 343

atau berupa himbauan kepada mahasiswa agar turut serta aktif dalam menanam pohon dan menjaga lingkungan tetap bersih.

• Terdapat program sekolah adiwiyata yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai penting terhadap siswa siswi sekolah mengenai lingkungan dan pemeliharaan pohon.

• Pemerintah Kota Serang yang sigap dengan kondisi yang mungkin muncul dan dapat menjadi ancaman terhadap eksistensi RTH di Kota Serang melalui penyusunan masterplan pembangunan dan pemeliharaan RTH di Kota Serang.

4. Threat (Ancaman)• Jumlah penduduk di Kota Serang pada

tahun 2015 mencapai 643.205 jiwa dengan tingkat kepadatan sebesar 2.411 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,9%.Kondisi ini diperkirakan akan mempengaruhi kebutuhan RTH Kota Serang pada tahun-tahun mendatang.

• Pengembangan sarana dan infrastruktur yang menunjang kehidupan perkotaan seperti mall,gedung perkantoran, hotel, pelebaran jalan, dan lain sebagainya dan tidak memperhatikan estetika lingkungan.

• Pembangunan perumahan dan kompleks dalam memenuhi kebutuhan papan penduduk di Kota Serang yang semakin meningkat.

• Iklim bisnis yang sehat dan prospektif di Kota Serang yang berpotensi menghadirkan developer yang mementingkan bisnis semata dan tidak menghiraukan lingkungan.

Setelah mengidentifikasi faktor eksternal dan internal, tahap selanjutnya adalah membuat perhitungan Bobot dan Skala Urgensi dengan perhitungan sebagai berikut :

Dari hasil analisis faktor lingkungan internal diperoleh (1.25) dan kelemahan (1.64)

Dari hasil tabel 9. analisis faktor lingkungan eksternal diperoleh peluang (2.81) dan ancaman (0.29).

Dari hasil perhitungan matrik dapat diperoleh ada pada kuadran II (W-O) dan kuadran I (S-O) dengan memperkuat/mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang dan memanfaatkan peluang yang ada, serta

mengupayakan untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan dengan cara meningkatkan kualitas SDM yang mengelola ruang terbuka hijau Kota Serang. Setelah mengidentifikasi faktor eksternal dan internal serta menghitung pembobotannya, tahap selanjutnya adalah membuat kerangka/matriks SWOT dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi SO), bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi WO), selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi ST),dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi WT).Berikut adalah tabel yang menggambarkan matriks kombinasi strategi perluasan RTH di Kota Serang.

Matriks kombinasi yang ada pada Tabel 11. diatas menghasilkan sebelas strategi yang dapat digunakan dalam rangka perluasan RTH di Kota Serang. Hasil dari matriks kombinasi strategi yang digambarkan pada tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan fungsi lahan yang masih kosong agar dapat dikonversi menjadi hutan atau taman kota.

2. Menggunakan pendekatan persuasif untuk mengajak masyarakat agar lebih mencintai lingkungan dan menanam pohon.

3. Optimalisasi kinerja Dinas/Badan Terkait4. Penetrasi program-program lingkungan

ke sekolah-sekolah agar siswa-siswi dapat lebih memahami arti penting lingkungan dan penanaman pohon

5. Meningkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas, SDM yang mengelola dan memelihara RTH

6. Mempercepat pembenahan tatanan pemerin-tahan selama masa transisi wilayah dan wewenang

7. Cepat dan tanggap dalam menanam kem-bali pohon yang ditebang saat pelebaran jalan.

8. Menyusun peraturan yang dapat memini-malisir atau bahkan mencegah bisnis yang merugikan lingkungan dan berorientasi profit semata namun secara bersamaan

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

342 343

atau berupa himbauan kepada mahasiswa agar turut serta aktif dalam menanam pohon dan menjaga lingkungan tetap bersih.

• Terdapat program sekolah adiwiyata yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai penting terhadap siswa siswi sekolah mengenai lingkungan dan pemeliharaan pohon.

• Pemerintah Kota Serang yang sigap dengan kondisi yang mungkin muncul dan dapat menjadi ancaman terhadap eksistensi RTH di Kota Serang melalui penyusunan masterplan pembangunan dan pemeliharaan RTH di Kota Serang.

4. Threat (Ancaman)• Jumlah penduduk di Kota Serang pada

tahun 2015 mencapai 643.205 jiwa dengan tingkat kepadatan sebesar 2.411 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,9%.Kondisi ini diperkirakan akan mempengaruhi kebutuhan RTH Kota Serang pada tahun-tahun mendatang.

• Pengembangan sarana dan infrastruktur yang menunjang kehidupan perkotaan seperti mall,gedung perkantoran, hotel, pelebaran jalan, dan lain sebagainya dan tidak memperhatikan estetika lingkungan.

• Pembangunan perumahan dan kompleks dalam memenuhi kebutuhan papan penduduk di Kota Serang yang semakin meningkat.

• Iklim bisnis yang sehat dan prospektif di Kota Serang yang berpotensi menghadirkan developer yang mementingkan bisnis semata dan tidak menghiraukan lingkungan.

Setelah mengidentifikasi faktor eksternal dan internal, tahap selanjutnya adalah membuat perhitungan Bobot dan Skala Urgensi dengan perhitungan sebagai berikut :

Dari hasil analisis faktor lingkungan internal diperoleh (1.25) dan kelemahan (1.64)

Dari hasil tabel 9. analisis faktor lingkungan eksternal diperoleh peluang (2.81) dan ancaman (0.29).

Dari hasil perhitungan matrik dapat diperoleh ada pada kuadran II (W-O) dan kuadran I (S-O) dengan memperkuat/mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang dan memanfaatkan peluang yang ada, serta

mengupayakan untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan dengan cara meningkatkan kualitas SDM yang mengelola ruang terbuka hijau Kota Serang. Setelah mengidentifikasi faktor eksternal dan internal serta menghitung pembobotannya, tahap selanjutnya adalah membuat kerangka/matriks SWOT dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi SO), bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi WO), selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi ST),dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi WT).Berikut adalah tabel yang menggambarkan matriks kombinasi strategi perluasan RTH di Kota Serang.

Matriks kombinasi yang ada pada Tabel 11. diatas menghasilkan sebelas strategi yang dapat digunakan dalam rangka perluasan RTH di Kota Serang. Hasil dari matriks kombinasi strategi yang digambarkan pada tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan fungsi lahan yang masih kosong agar dapat dikonversi menjadi hutan atau taman kota.

2. Menggunakan pendekatan persuasif untuk mengajak masyarakat agar lebih mencintai lingkungan dan menanam pohon.

3. Optimalisasi kinerja Dinas/Badan Terkait4. Penetrasi program-program lingkungan

ke sekolah-sekolah agar siswa-siswi dapat lebih memahami arti penting lingkungan dan penanaman pohon

5. Meningkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas, SDM yang mengelola dan memelihara RTH

6. Mempercepat pembenahan tatanan pemerin-tahan selama masa transisi wilayah dan wewenang

7. Cepat dan tanggap dalam menanam kem-bali pohon yang ditebang saat pelebaran jalan.

8. Menyusun peraturan yang dapat memini-malisir atau bahkan mencegah bisnis yang merugikan lingkungan dan berorientasi profit semata namun secara bersamaan

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

342 343

tidak merugikan pebisnis yang hendak berinvestasi di Kota Serang (win-win solution).

9. Membuat peraturan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap developer yang melakukan pembangunan di Kota Serang harus menyediakan tamandan pepohonan di halaman gedung yang dibangun dengan proporsi yang memadai.

10. Alokasi penerimaan daerah ke dalam pembangunan taman kota dan penanaman pohon guna mengantisipasi kebutuhan RTH di masa yang akan datang sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk.

11. Mengerahkan SDM yang ada semaksimal mungkin untuk memelihara, merawat, menjaga, dan mengelola RTH yang telah ada.

4. KesimpulanBerdasarkan analisis yang dilakukan maka

kesimpulan yang dapat diperoleh dan merupakan hasil dari peneilitan ini adalah sebagai berikut.

1. Luas RTH kota Serang masih belum mencukupi ketentuan Undang-undang. Total luas RTH pada tahun 2016 adalah sebesar 7361,7 Ha atau sekitar 27,6% luas wilayah Pemerintahan Kota Serang. Sebesar 2.518,9 Ha dipenuhi oleh RTH publik sedangkan sisanya, 4.842,2 Ha, diisi oleh RTH privat.

2. Luas RTH yang harus tersedia di kota Serang berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 1.311 ha, 1.336 ha pada tahun 2017, 1.362 ha pada tahun 2018, 1.388 ha pada tahun 2019, dan 1.415 ha pada tahun 2020.

5. Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik, 2016. Kota Serang dalam

Angka 2016. Serang. Badan Pusat Statistik.Bappeda Kota Serang, 2016. Analisis Kota Serang

Dalam Angka 2016. Kota SerangBos, Ariadi Muis, 2005. Analisis Kebutuhan

Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen dan Air di Kota Depok. Tesis Sekolah Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor.Bogor

Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Jakarta

Permen PU Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta

Perda Nomor 6 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Serang Tahun 2013-2030. Serang

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Membelah Kasus Bisnis. Jakarta. Gramedia

Undang-Undang Republik Indonesia.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang