separuh darah & jiwaku

4
Nama : Hanif Restian Pratikno Kelas : 7.3 Tema : Perjuangan Hidup Separuh Darah & Jiwaku Sendirian. Yaa, sendirian. Mungkin itu hal yang menjadi separuh dari hidupku. Aku tidak sanggup mengingat apa yang terjadi pada kedua orang tuaku dulu. Disaat aku mulai membayangkannya, tiba- tiba saja jemariku seakan-akan tidak berdaya olehnya. Semenjak umurku 5 tahun, aku mulai bisa mengartikan satu kata.” Kehidupan”. Aku merasa kesepian, sepi, sangat sepi sekali. Teman- temanku menjauhiku karena aku memiliki identitas keluarga yang tidak jelas sama sekali. Inilah hidupku, nenek yang menjadi satu-satunya keluargakupun tidak menerimaku, sampai-sampai tidak menganggapku sebagai cucunya. Selama hayat yang kujalani ini, aku hanya tinggal bersama malaikat yang menjagaku, guruku. Guruku, dialah yang merawatku selama ini. Setiap malam, aku selalu merenungkan apa yang telah terjadi padaku. Mengapa aku berbeda daripada yang lainnya?. Aku men.angis, terus menangis, seakan badan ku tenggelam dalam lautan kesedihan. “Kenapa kau menangis?”,tanya guruku sambil menepuk pundakku. “Tidak, tidak apa- apa Pak,” kataku terisak. “Katakan saja, tidak apa-apa, mana tau aku bisa mencari jalan keluarnya”, kata guruku. “Tidak ada apa-apa guru!”, mulutku terus saja berbohong. “Baiklah, sebenarnya aku juga menyimpan rasa sedih terpendam didalam hatiku”, “Mengapa guru?!”, tanyaku ingin tahu. “Saat aku masih SMP, aku kehilangan orang yang berharga dalam hidupku”.

Upload: nurulumami

Post on 16-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

separuh darah dan jiwakufragmen cerita

TRANSCRIPT

Page 1: Separuh Darah & Jiwaku

Nama : Hanif Restian Pratikno

Kelas : 7.3

Tema : Perjuangan Hidup

Separuh Darah & Jiwaku

Sendirian. Yaa, sendirian. Mungkin itu hal yang menjadi separuh dari hidupku. Aku tidak sanggup mengingat apa yang terjadi pada kedua orang tuaku dulu. Disaat aku mulai membayangkannya, tiba- tiba saja jemariku seakan-akan tidak berdaya olehnya.

Semenjak umurku 5 tahun, aku mulai bisa mengartikan satu kata.” Kehidupan”. Aku merasa kesepian, sepi, sangat sepi sekali. Teman-temanku menjauhiku karena aku memiliki identitas keluarga yang tidak jelas sama sekali.

Inilah hidupku, nenek yang menjadi satu-satunya keluargakupun tidak menerimaku, sampai-sampai tidak menganggapku sebagai cucunya. Selama hayat yang kujalani ini, aku hanya tinggal bersama malaikat yang menjagaku, guruku. Guruku, dialah yang merawatku selama ini.

Setiap malam, aku selalu merenungkan apa yang telah terjadi padaku. Mengapa aku berbeda daripada yang lainnya?. Aku men.angis, terus menangis, seakan badan ku tenggelam dalam lautan kesedihan.

“Kenapa kau menangis?”,tanya guruku sambil menepuk pundakku.

“Tidak, tidak apa- apa Pak,” kataku terisak.

“Katakan saja, tidak apa-apa, mana tau aku bisa mencari jalan keluarnya”, kata guruku.

“Tidak ada apa-apa guru!”, mulutku terus saja berbohong.

“Baiklah, sebenarnya aku juga menyimpan rasa sedih terpendam didalam hatiku”, “Mengapa guru?!”, tanyaku ingin tahu.

“Saat aku masih SMP, aku kehilangan orang yang berharga dalam hidupku”.

“Siapa guru?” aku terus saja bertanya.

“Ayahku. Dimalam yang kelam itu, saat aku terlelap dengan pulasnya, tiba-tiba saja datang segerombolan orang menggunakan kendaraan beroda empat dengan membawa senjata tajam. Para bandit itu membuka pintu dengan paksa. Dan tiba-tiba saja, BRAAKK!!!, pinturumahku hancur.”.

“Selanjutnya apa yang terjadi guru?”, tanyaku lagi.

Page 2: Separuh Darah & Jiwaku

“Para penjahat itu menyodorkan senapan mereka ke leher ayahku.Aku bisa mengetahui haltersebut karna aku melihat langsung dari lantai 2 rumahku.”

“Apa yang selanjutnya terjadi pada ayahmu guru?”. Guruku terus melanjutkan ceritanya

“Mereka berdialog dengan ayahku dan tiba-tiba saja, DOORR!!!, ayahku berlumuran darah.”

“Aku turut berduka cita guru.”maklumku sambil menundukkan kepalaku.

“Tidak apa-apa, masa lalu hanya akan membuat kita terjurumus kedalam jurang kebencian. Sekarang kita harus mempersiapkan diri untuk masa depan.”

“Baik, guru!”, hatiku termotivasi.

Hari-hariku, bulan, bahkan tahunpun terlewati. Saat ini aku sudah berumur 20 tahun. Yaa, mungkin umurku ini sangat matang untuk mencari pekerjaan. Saat mescroll layar computer guuruku, tiba-tiba saja aku melihat tawaran pekerjaan yang dibayar lumayan untuk hidupku, “Akhirnya, memang rezeki nggak akan kemana!” Kataku senang.

Esok hari, aku langsung menuju tempat pendaftarannya. Hamper seharian aku mencari alamat perusahaan itu, tapi nggak ketemu-ketemu juga. Udahlah malam ini dingin lagi, nggak pake jaket”,keluhku.

“Sepi banget nih harinya”. Tiba-tiba saja aku melihat sekumpulan orang bertopeng melalui kaca spionku. Awalnya aku merasa biasa saja, tapi aku tersadar ternyata mereka mengikutiku. “Apa!!, mereka mengikutiku?!!, apakah nasibku akan sama dengan nasib ayah guruku?” . Aku harus segera mencari pos keamanan yang paling dekat. “Dimanaaaaa”, aku terus mencari. “Itu dia, akhirnya kutemukan!”.

“Hampir aja, istirahat sebentar ahhh!”kataku. Hampir setengah jam aku istirahat. “Kayaknya udah cukup, orang-orang itu udah nggak ada lagi”. Aku masuk ke jalanan dengan motor reotku, tiba-tiba saja aku dihantam truk container “BRAAKKK!!!!”.

“Dimana aku?, dimana ini? Apakah aku mati?” batinku dengan khawatir. Aku mulai berusaha membuka mataku walaupun masih kabur. “Dimana ini?”. “Kamu sedang ada dirumah sakit” terus guruku. “Kenapa ini bisa terjadi guru”tanyaku lagi. “Kata para pengaman itu, kau tertabrak sebuah truk besar.” “Astaga, aku bersyukur aku masih hidup”

Aku spontan memeluk guruku, “Terima kasih guru”isakku sambil menangis. “tidak apa-apa”kata guruku sambil mengusap pundakku.

“Apa berangkas yang kau bawa itu guru?”. “Itu surat penerimaan pekerjaanmu dan pakaian kantor yang kuberikan untukmu”

Page 3: Separuh Darah & Jiwaku

“Terima kasih guruku”tangisku semakin menjadi-jadi. “Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu guru, ayahku”.

THE ENDPada bahagian yang ditandai. dapat dikembangkan lagi dengan cara :

1. Ungkapkan bahwa tokoh Aku mulai mencari pekerjaan dengan mengirimkan surat lamaran kerja ke berbagai kantor dan perusahaan. Tapi belum ada ynng menerima.

2. Sampai akhirnya tokoh menemukan lagi sebuah iklan lowngan kerja.

3. Pada bahagian akhir, guru mengatakan bahwa tokoh aku sudah diterima di sebuah perusahaan besar.