sensori modulasi modulation of movement affecting activity level
DESCRIPTION
aktivitas fisik mempengaruhi gerakan pada perkembangan motorikTRANSCRIPT
Modulasi Tingkat Aktivitas yang Mempengaruhi Gerakan
Sensori modulasi
Sensori modulasi adalah kemampuan untuk mengatur secara independen
sensorik masukan dari dalam lingkungan dan dari tubuh kita sendiri. Hal ini
memerlukan kemampuan untuk fokus pada masukan penting/relevan dan untuk
menyaring latar belakang yang relevan dan tidak relevan. (Centre for Autism.
2013)
Sensorik modulasi adalah kemampuan untuk mengatur tingkat, intensitas, dan
sifat stimulasi sensorik, dan kemampuan untuk memproses informasi sensorik
sedemikian rupa sehingga seorang individu menghasilkan respon yang tepat
dinilai dalam kaitannya dengan sensasi masuk (Janet K. Kern et al. 2008)
Sensorik modulasi adalah kemampuan untuk mengatur dan mengelola satu
respon terhadap masukan sensorik secara bergradasi dan adaptif. Pola modulasi
sensorik pada anak perlu dipelajari karena pola ekstrem dapat mengganggu
pembelajaran yang efektif, fungsi sehari-hari, dan interaksi. Mengusulkan model
di mana modulasi sensorik ditandai dengan empat pola : a) sensory sensitivity:
distress dan gangguan dari sensasi, b) sensation avoiding: mengendalikan atau
membatasi jumlah dan jenis sensasi, c) low registration: kurangnya atau
rendahnya kesadaran sensasi, dan d) sensation seeking: kenikmatan dan bunga
dalam meningkatkan sensasi. Kedua sensory sensitivity dan sensation avoiding
mewakili sensorik yang hiper responsif, sedangkan low registration dan
sensation seeking mewakili sensorik yang hypo responsif. (Ben-Sasson et al.
2005)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah ada hubungan yang
signifikan antara disfungsi dalam modulasi sensorik, gejala gangguan afektif, dan
perilaku adaptif pada anak-anak. Gangguan sensorik modulasi dimana ada
sebuah pola diatas atau dibawah satu indera tanggapan kepada masukan dari
tubuh atau lingkungan (Beth Pfeiffer et al. 2005)
Pada tingkat perilaku, modulasi sensorik menjelaskan proses kompleks
memahami informasi sensorik dan menghasilkan respon yang tepat dinilai atau
kongruen dengan situasi. Individu dengan gangguan sensorik modulasi memiliki
perilaku hiper responsif dan perilaku hypo responsif dalam menanggapi
rangsangan sensorik. (Daniel N McIntosh et al. 1999)
Gangguan sensorik modulasi terjadi ketika seorang individu mengalami kesulitan
menanggapi masukan sensorik dengan perilaku yang dinilai relatif terhadap
tingkatan, alam, atau intesitas dari informasi sensorik. Ada 3 tipe gangguan
sensorik modulasi yaitu sensorik over responsivity, sensorik under responsivity,
sensorik seeking. (Rosa L. Roman-Oyola. 2011)
Dalam analisis ada 9 faktor yang berhubungan dengan gangguan sensori
modulasi: sensori seeking, reaksi emosional, daya tahan lemah, sensitivitas oral,
kurangnya perhatian, sensori sensitivitas, duduk diam/tanpa aktivitas, persepsi
dan low registration. Salah satu faktor paling menarik dari temuan ini adalah
adanya faktor-faktor yang mewakili dari pola sensorik modulasi pada anak-anak
yang memilik berbagai cacat tetapi data tersebut tidak berasal dari anak-anak
cacat, contohnya terdapat pada sensori seeking. (Winnie Dunn, Catana Brown.
1997)
Sensory Processing, cara otak menerima, mengintegrasikan dan mengatur
informasi yang diterima dari semua tujuh indera untuk menghasilkan respon.
Dalam hal untuk memahami lingkungan sekitar kita, merasa aman, terhubung
dan dapat belajar agar kita mampu mengolah informasi dari semua indera
secara bersamaan (Temple Grandin. 2000) :
Proprioception, sebuah komponen penting yang dapat mengendalikan aktivitas
dari dinamika pembatasan dan control motorik (Bryan L. Riemann et al. 2002)
Vestibular, Sistem vestibular, yang merupakan bagian dari sistem saraf pusat,
memainkan peran kunci dalam keseimbangan (Wen Ching Su et al. 2014)
Touch, Sistem taktil adalah sentuhan rasa melalui reseptor sensorik yang
berbeda dalam kulit kita. Ini adalah melalui sistem taktil yang pertama kita
menerima informasi tentang dunia ketika kita keluar dari rahim. Kemampuan
untuk memproses informasi taktil secara efektif memungkinkan kita untuk
merasa aman dan membentuk ikatan dengan orang-orang yang mencintai kita.
Ini memberikan kontribusi untuk perkembangan sosial dan emosional kita.
(Sidney Chu. 1999)
Auditory, didefinisikan sebagai interpretasi bukti sensorik, yang diproduksi oleh
telinga dalam suatu respon suara, dalam hal objek dan peristiwa yang
menyebabkan adanya suara. Ini tidak hanya melibatkan bukti sensorik tetapi
juga bukti kontekstual, pengetahuan, dan keterampilan. (Arthur Boothroyd. 1997)
Visual,
Taste
Smell
Aktivitas yang Mempengaruhi Gerakan
Gerakan aktif sangat penting untuk bayi yang baru lahir dan untuk anak-anak.
Dapat membantu anak anda bergerak aktif, membantu mereka mengembangkan
tubuh, membantu mereka untuk belajar dan untuk merasa aman. (Sport New
Zealand. 2012)
Gerakan aktif membantu anak Anda untuk:
a. Mengembangkan intelektual, emosional, sosial dan spiritual, serta
fisik
b. Membangun fondasi untuk belajar, bergerak dan berkomunikasi
c. Jadilah sehat dan bahagia, percaya diri dan merasa dicintai
Aktivitas fisik penting pada aspek kesehatan anak-anak. Pada anak-anak
kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko masalah pada kesehatan
seperti tekanan darah tinggi, berat badan, kelebihan lemak, kolesterol buruk,
gangguan pernapasan, kardiovaskular dan masalah anggota gerak. Selain itu,
manfaat kesehatan dari aktivitas fisik memiliki dampak positif pada keterampilan
motorik, keseimbangan psikologi, perkembangan kognitif, kompetensi sosial dan
perkembangan emosional. (Centre of Excellence for Early Childhood
Development . 2011)
Kegiatan dasar seperti berjalan, melompat, melompat-lompat, geser,
menangkap, menendang, dan mencolok adalah komponen dasar dari
permainan, olahraga, dan tarian dari masyarakat kita. Anak-anak yang memiliki
keterampilan motorik yang tidak memadai sering diturunkan ke kehidupan
pengecualian dari terorganisir dan bebas bermain pengalaman rekan-rekan
mereka, dan kemudian, untuk seumur hidup tanpa aktivitas karena frustrasi
mereka dalam perilaku gerakan awal. (Vern seefeldt et al. 2011)
Sensory Over Responsivity
Sensorik over responsivity adalah salah satu jenis gangguan sensorik modulasi
yang ditandai oleh respon terhadap rangsangan sensorik yang lebih cepat,
panjang, atau lebih intens daripada apa yang akan diharapkan dengan tipe
sensorik responsivity. Seseorang dapat menunjukan over responsivity untuk
setiap jenis rangsangan sensorik (misalnya, suara, perilaku, sentuhan). Respon
yang termasuk ialah agresif, rasa takut, menghindari, penarikan diri, mudah
marah dan murung. (Shelly J. Lane et al. 2010)
Hasil berkontribusi muncul tentang pengetahuan sensorik resposivitas pada
kondisi anak usia dini. Setiap perbedaan individu dalam sensorik over
resposivity yang diturunkan dan tidak menonjolkan diri terkait dengan rasa takut
yang emosional dan pengaruh negatif. Masalah kehamilan adalah suatu
predictor independen pada sensorik over responsivity sentuhan. Beberapa bukti
mendukung adanya perbedaan dari pendengaran dibandingkan sensorik over
responsivity sentuhan. (Megan M. Keuler et al. 2011)
Sensorik over responsivity merupakan variable dasar penting untuk dipelajari.
Berdasarkan hipotesis bahwa anak-anak yang hipersensitif akan lebih mungkin
punya pilihan makanan yang terbatas. Skala pada sensorik over responsivity
dibagi menjadi dua kelompok: taktil dan lainnya. Kelompok ini dipilih berdasarkan
literature dijelaskan bahwa menunjukan sebuah hubungan antara reaksi
sentuhan dan disfungsi makanan. (Michelle A, Nickola W. 2012)
Faktor-faktor
Perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul
tanggung jawab sosial menurut ukuran norma sosial tertentu yang bersifat
relatif, sejalan dengan perkembangan usia.
Perilaku adaptif meliputi dua hal pokok:
a) (personal living skills) menyangkut keterampilan menolong diri,
seperti: ketrampilan makan, berpakaian, dan ketrampilan sensori
motor
b) (social living skills) menyangkut keterampilan sosial, seperti:
keterampilan dalam menilai lingkungan secara cepat dan
keterampilan menyesuaikan diri (Tjutju Soendari)
Stimulasi psikososial adalah rangsangan pendidikan membantu
mengembangkan kemampuan kognitif, fisik, motorik, dan sosial-emosional
anak (Khomsan A et al. 2013)
“Sensasi seeking” merupakan sifat biologis yang telah terbukti menjadi
prediktor utama dari perilaku manusia. (Jakob D. Jensen et al. 2011) Anak-
anak yang mempunyai sensasi seeking memiliki ambang neurologis tinggi
dan aktif dalam respon perilaku mereka dengan lingkungan mereka. Seorang
anak dengan pola sensori seeking selalu ingin bergerak, mencari
pengalaman untuk merangsang rasa tertentu (Stacy D. Thompson and Jill M.
Raisor. 2013)
Respon emosional, mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memahami perasaan sendiri, untuk secara akurat membaca dan memahami
emosi orang lain, untuk mengelola emosi yang kuat dan ekspresi mereka
dengan cara yang konstruktif, untuk mengatur perilaku seseorang, untuk
mengembangkan empati terhadap orang lain dan untuk membangun dan
mempertahankan hubungan. Respon emosional anak juga erat hubungannya
dengan orang-orang di sekitar mereka, seperti orang tua, guru, pengasuh dan
teman sebaya. (NIEER. 2005)
Low Registration
Daftar Pustaka
1. Ayelet Ben-Sasson et al. (2005). Extreme Sensory Modulation Behaviors in
Todlers With Autism Spectrum Disorders.
2. Beth Pfeiffer et al. (2005). Sensory Modulation and Affective Disorders in
Children and Adolescents With Asperger’s Disorder.
3. Daniel N McIntosh et al. (1999). Sensory modulation disruption, electrodermal
responses, and functional behaviors
4. Rosa L. Roman-Oyola. (2011). Sensory Modulation Disorder in Puerto Rican
Preschoolers: Associated Risk Factors
5. Winnie Dunn, Catana Brown. (1997). Factor Analysis on the Sensory Profile
From a National Sample of Children Without Disabilities
6. Shelly J. Lane et al. (2010). Sensory over-responsivity and ADHD: differentiating
using electrodermal responses, cortisol, and anxiety
7. Megan M. Keuler et al. (2011). Sensory Over-Responsivity: Prenatal Risk
Factors and Temperamental Contributions
8. Michelle A. Suarez et al. (2012). Associations of Physiological Factors, Age, and
Sensory Over-Responsivity with Food Selectivity in Children with Autism
Spectrum Disorders
9. Tjutju Soendari. PENGEMBANGAN PERILAKU ADAPTIF ANAK AUTIS DALAM
PERSPEKTIF PSIKOLOGI INDIVIDUAL
10. Khomsan A et al. (2013). Growth, Cognitive Development and Psychosocial
Stimulation of Preschool Children in Poor Farmer and Non-Farmer Households.
Mal J Nutr 19(3): 325-337, 2013