sensor
DESCRIPTION
sensor, jenis sensorTRANSCRIPT
SENSOR
A. Tranduser
Tranduser : piranti (device) yang mengkonversi energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya
Contoh :
- Termometer air raksa : mengkonversi energi termal/panas yang diterimanya menjadi
perubahan ketinggian kolom air raksa yang terdapat di dalam tabung kaca termometer
tersebut.
Berdasarkan fungsinya dalam suatu sistem elektronik, transduser dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu: sensor dan aktuator.
B. Sensor
Sensor (kadang disebut juga detektor) : transduser masukan yang berfungsi menerima
suatu bentuk energi (biasanya berupa besaran fisis) dan mengonversinya menjadi sinyal
elektris.
Disebut sensor karena piranti ini berfungsi mengindera (sense) atau mendeteksi (detect)
suatu bentuk energi atau fenomena/besaran fisis.
Contoh : Mikrofon : mengkonversi gelombang bunyi menjadi sinyal elektris
Karakteristik dasar sensor merupakan karakteristik yang digunakan untuk mengetahui
performansi suatu sensor jika digunakan untuk pengukuran. Performansi suatu sensor
dinyatakan dengan :
Spesifikasi statis : menyatakan seberapa baik korelasi antara input fisik dan output
listrik. Spesifikasi statis sensor meliputi sensitifitas, akurasi , linearitas, hysterisis,
repeability (presisi).
- Sensitivitas : perubahan pada output instrumen untuk setiap perubahan input
terkecil.
Sensitivitas yang tinggi sangat diinginkan karena jika perubahan output yang besar
terjadi saat dikenai input yang kecil, maka pengukuran akan semakin mudah
dilakukan. Sensitivitas juga dapat dinyatakan sebagai kemiringan grafik masukan-
keluaran.
Contoh :
1) Jika sensitivitas sensor temperatur sebesar 5mV/oC berarti setiap perubahan
input 1oC akan muncul output sebesar 5 mV.
2) Sebuah pegas mempunyai defleksi atau penyimpangan yang diukur pada
sejumlah pembebanan dan memberikan hasil sebagai
berikut :
Beban (kg) 0 1 2 3 4
Defleksi (mm) 0 10 20 30 40
Grafik di samping memperlihatkan pemetaan keluaran
terhadap masukan. Grafik ini memiliki kemiringan
sebesar 10 mm/Kg yang berarti inilah nilai sensitivitasnya.
- Akurasi
Digunakan untuk menentukan error keseluruhan maksimum yang diharapkan dari
suatu alat dalam pengukuran. Biasanya diekspresikan dalam inaccuracy. Beberapa
jenis accuracy terhadap :
o Variabel yang diukur
Misal : akurasi dalam pengukuran suhu ialah 2oC, berarti ketidak akuratan
(uncertainty) sebesar 2oC pada setiap nilai suhu yang diukur.
o Presentase dari pembacaan Full Scale instrumen.
Misal : akurasi sebesar 0.5% FS pada meter dengan 5 V Full Scale, berarti
ketidakakuratan pada sebesar 0.025 volt.
o Presentase span (range kemampuan pengukuran instrumen).
Misal : jika sebuah alat mengukur 3% dari span untuk pengukuran tekanan
dengan range 20-50 psi, maka akurasinya menjadi sebesar (0.03) (50 – 20) =
0.9 psi.
- Linearitas : hubungan antara output dan input dapat diwujudkan dalam persamaan
garis lurus.
Linearitas sangat diinginkan karena segala perhitungan dapat dilakukan dengan
mudah jika sensor dapat diwujudkan dalam persamaan garis lurus.
- Hysteresis : perbedaan output yang terjadi antara pemberian input menaik dan
pemberian input menurun dengan besar nilai input sama.
Hysteresis merupakan salah satu indikator repeatability.
- Repeability (presisi) : pengukuran terhadap seberapa baik output yang dihasilkan
ketika diberikan input yang sama beberapa kali.
Persamaan : repeatibility = max − 𝑚𝑖𝑛
𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒 𝑥 100%
Spesifikasi dinamis : menyatakan seberapa cepat perubahan output (respon) yang
terjadi terhadap perubahan input.
Berikut beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan karakteristik
dinamik suatu sistem :
- Rise Time : waktu yang diperlukan agar output mencapai 10 – 90% dari respon
penuh saat diberikan input step.
- Time Constant : waktu yang diperlukan output untuk mencapai 63.2% dari nilai
maksimal yang mungkin.
- Dead time : waktu yang diperlukan output untuk mulai berubah.
Klasifikasi sensor :
a. Berdasarkan fenomena alam atau besaran fisis yang diinderanya, sensor dibedakan
menjadi :
Sensor cahaya (optik)
Jenis sensor cahaya adalah :
- Fotovoltaic (sel solar), merupakan sensor sinar yang mengubah intensitas cahaya
yang diterima secara langsung menjadi tegangan.
Sel solar silikon yang modern pada dasarnya adalah sambungan PN dengan
lapisan P yang transparan. Jika ada cahaya pada lapisan transparan P akan
menyebabkan gerakan elektron antara bagian P dan N, jadi menghasilkan
tegangan DC yang kecil sekitar 0,5 volt per sel pada sinar matahari penuh.
- Fotokonduktif
Energi yang jatuh pada sel fotokonduktif akan menyebabkan perubahan tahanan
sel. Apabila permukaan alat ini gelap maka tahanan alat menjadi tinggi. Ketika
menyala dengan terang tahanan turun pada tingkat harga yang rendah.
Sensor temperatur (suhu)
Jenis sensor temperatur adalah :
- Termokopel
Sensor ini terdiri dari dua jenis logam yang salah satu ujungnya saling terhubung
satu sama lain. Perubahan temperatur pada bagian ujung yang terhubung akan
menimbulkan tegangan (beda potensial) pada kedua ujung yang terbuka (tak
terhubung).
- Detektor suhu tahanan / RTD (Resistant Temperature Detector)
Konsep utama yang mendasari pengukuran suhu dengan detektor suhu tahanan
(resistant temperature detector) adalah tahanan listrik dari logam yang
bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dan
dapat diulang lagi sehingga memungkinkan pengukuran suhu yang konsisten
melalui pendeteksian tahanan. Bahan yang sering digunakan RTD adalah
platina karena kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas.
- Termistor
Merupakan resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai
koefisien suhu negatif. Karena suhu meningkat, tahanan menurun dan
sebaliknya. Thermistor sangat peka (perubahan tahanan sebesar 5% per ºC) oleh
karena itu mampu mendeteksi perubahan kecil di dalam suhu.
- Sensor suhu rangkaian terpadu (IC)
Sensor suhu dengan IC ini menggunakan chip silikon sebagai elemen sensor.
Memiliki konfigurasi output tegangan dan arus. Meskipun terbatas dalam
rentang suhu (di bawah 200 ºC), tetapi menghasilkan output yang sangat linear
di atas rentang kerja.
Sensor bunyi
Sensor magnetik
Sensor gerakan (posisi dan kecepatan)
Sensor posisi digunakan unutk mengentahui kondisi nyata dari posisi suatu objek.
Jenis sensor posisi antara lain :
- Potensiometer
Potensiometer terdiri atas elemen resistansi dengan sebuah kontak geser (slider)
yang dapat digerakkan sepanjang elemen. Dapat digunakan untuk gerakan linier
atau gerakan rotary. Keluaran dari potensiometer berupa perubahan tahanan
yang sebanding dengan perubahan posisi gerakan slider.
- Encoder
Encoder adalah alat yang dapat menghasilkan keluaran digital sebagai akibat
dari pergeseran sudut atau linier.
Encoder posisi dikelompokkan menjadi :
1. Encoder incremental : mendeteksi perubahan pergeseran dari beberapa
posisi data.
Encoder incremental untuk pengukuran pergeseran sudut batang :
Terdiri atas sebuah piringan yang berputar bersama batang, piringan
tetap, sumber cahaya dan detektor cahaya.
Piringan putar memiliki sejumlah jendela dimana berkas cahaya dapat
lewat dan dideteksi oleh sensor cahaya.
Ketika batang berputar bersama piringannya, sensor akan
menghasilkan keluaran berupa pulsa yang sebanding dengan sudut
yang dilewati putaran piringan. Pergeseran sudut batang ditentukan
berdasarkan banyaknya pulsa yang dihasilkan.
2. Encoder absolut : memberikan posisi aktual.
Menghasilkan keluaran dalam bentuk biner yang terdiri atas beberapa
digit, dimana tiap bilangan merepresentasikan posisi sudut tertentu.
Pada gambar, piringan putar memiliki 4 lingkaran slot konsentris dan
4 sensor untuk mendeteksi pulsa-pulsa cahaya. Keluaran sekuensial
sensor merupakan sebuah bilangan kode biner yang bersesuaian
dengan posisi sudut tertentu.
Encoder incremental dan encoder absolut juga dapat mendeteksi pergeseran
linier apabila pergeseran liniernya dikonversi terlebih dahulu menjadi
pergerakan rotasi dengan menggunakan roda lintasan (tracking wheel).
- Sonar
Sensor sonar bekerja berdasarkan prinsip pemantulan gelombang ultrasonic.
Prinsip kerjanya sebagai berikut :
Sensor memancarkan sinyal ultrasound dengan frekuensi sekitar 50 KHz.
Kecepatan sinyal suara V = 344 m/s.
Sensor mendeteksi waktu pantulan lewat receiver sejak sinyal tersebut
dipancarkan (Δt).
Sensor menghitung jarak objek yang terdeteksi : 𝑆 = 𝑉 × ∆𝑡
2
- LVDT
Prinsip kerja :
LVDT terdiri atas 1 kumparan primer (terletak di tengah) dan 2 kumparan
sekunder yang identik dan dihubungkan secara seri sehingga menghasilkan
keluaran yang saling berlawanan. Ketiga kumparan diletakkan pada tabung
isolasi. Sebuah inti magnetik akan bergerak pada bagian tengah tabung .
Apabila tegangan AC diberikan pada kumparan primer maka akan
menginduksi kedua kumparan sekunder dan menghasilkan ggl induksi yang
sama. Karena keluarannya saling berlawanan, maka resultan tegangan
keluaran adalah nol.
Jika inti magnetik digeser, maka ggl induksi pada salah satu kumparan
sekunder akan lebih besar. Semakin besar pergeseran, maka selisih ggl
induksi kedua kumparan sekunder pun semakin besar.
- Sensor proximity
Sensor proximity mendeteksi keberadaan suatu objek ketika objek tersebut
berada dalam jarak tertentu dari sensor tanpa bersentuhan.
Jenis sensor proximity :
Sensor proximity optik
Sensor induktif
Sensor kapasitif
Sensor proximity optik :
Tipe sensor proximity optik :
a) Tipe transmisif : objek yang dideteksi akan memotong cahaya (umumnya
berupa cahaya infrared) dan mencegahnya mencapai detektor.
b) Tipe reflektif :
Objek yang dideteksi akan memantulkan seberkas cahaya ke detektor.
Emiter umumnya berupa LED. Detektor radiasinya dapat berupa
fototransistor, seringkali merupakan pasangan yang dikenal sebagai
pasangan Darlington. Penggunaan pasangan meningkatkan sensitivitas
deteksi. Alternatif lain adalah fotodioda. Keluaran dapat diubah ke nilai
tinggi atau rendah bila suatu berkas cahaya menumbuk dioda.
Selain itu dapat digunakan sel fotokonduktif (biasanya kadmium sulfida).
Resistansinya bergantung pada intensitas cahaya yang menumbuknya.
Sensor proximity induktif :
Sensor induktif menggunakan induksi elektromagnatik untuk mendeteksi benda
logam, khususnya besi dan baja, dengan menginduksi sebuah arus di dalam
benda tersebut.
Sensor proximity kapasitif :
Sensor kapasitif mendeteksi benda bukan logam, cairan, pupur, material granula,
dan material melalui dinding kaca atau plastik.
Kekurangan sensor kapasitif :
Jarak yang pendek, karena pengaruh dielektris dari benda akan hilang
pada jarak yang jauh.
Dapat gagal jika terlalu kotor karena kotoran dapat terdeteksi.
Dapat menimbulkan persoalan bagi material yang memiliki konstanta
dialektrik yang sama dengan udara.
Sangat sensitif, terkadang dapat tertriger oleh kondisi kelembaban yang
tinggi.
Sensor gaya/tekanan
Jenis sensor tekanan adalah :
- Bourdon tubes
Prinsip kerja :
Bourdon tubes merupakan sejenis pipa pendek lengkung dimana salah satu
ujungnya tertutup. Jika bourdon tubes diberikan tekanan maka ia akan
cenderung untuk “menegang”. Perubahan yang dihasilkan sebanding dengan
besarnya tekanan yang diberikan.
- Sensor diafragma
Prinsip kerja : diafragma akan terdefleksi karena terdapat tekanan yang lebih
besar pada satu sisi dibandingkan dengan sisi lainnya.
- Semiconductor Pressure Sensors
Sensor aliran
Sensor kimia
b. Berdasarkan kebutuhan energi untuk membangkitkan sinyal elektris pada keluarannya,
sensor dibedakan menjadi sensor aktif dan sensor pasif
Sensor aktif : sensor yang membutuhkan sumber listrik (ac atau dc) untuk
mengoperasikannya.
Contoh :
- Strain gauge
Sensor regangan yang bersifat resistif : perubahan regangan pada elemen sensor
akan menyebabkan perubahan resistansi elemen sensor tersebut. Perubahan
resistansi ini dimanfaatkan untuk menghasilkan perubahan tegangan dengan cara
menempatkan sensor tersebut pada rangkaian jembatan Wheatstone yang kedua
ujungnya diberi catu daya (sumber tegangan eksternal), yaitu tegangan dc +7,5
V.
- LDR (Light Dependent Resistor)
Sensor peka cahaya ini bersifat resistif : perubahan intensitas cahaya
menyebabkan perubahan resistansi sensor. Perubahan resistansi ini dimanfaatkan
untuk menghasilkan perubahan tegangan dengan cara menempatkan sensor
tersebut pada rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) yang kedua
ujungnya diberi catu daya (sumber tegangan eksternal), yaitu tegangan dc +5 V.
- Termistor : Merupakan sensor temperatur yang juga bersifat resistif dan
biasanya ditempatkan dalam rangkaian pembagi tegangan dengan catu daya
+5V.
- Piezoresistif : Tekanan yang diterima sensor ini diubah menjadi perubahan
resistansi.
Sensor pasif : sensor yang membutuhkan sumber listrik (ac atau dc) untuk
mengoperasikannya.
Sensor ini langsung menghasilkan tegangan pada keluarannya tanpa harus diberi
catu daya sama sekali.
Contoh :
- Termokopel
- Piezoelektrik : tekanan yang diterima sensor ini diubah langsung menjadi
tegangan.
- Fotovoltaik
c. Berdasarkan tipe energi yang dideteksinya, sensor dapat dibedakan atas 6 jenis seperti
ditunjukkan pada table di bawah.
Jenis sensor Contoh sensor Keterangan
Mekanik Strain gauge Regangan sebanding dengan perubahan resistansi
Magnetik Sensor efek
Hall
Arus yang mengalir di dalam konduktor piranti
Efek Hall menghasilkan tegangan
Radiasi
elektromagnetik
Antena
penerima
Mengubah energi elektromagnetik gelombang radio
menjadi energi listrik
Radiasi nuklir Kamar
ionisasi
Arus listrik di antara elektroda-elektrodanya
sebanding dengan radiasi pengionan (ionizing
radiation)
Panas Termokopel Tegangan keluarannya sebanding dengan selisih
temperatur kedua kawat logam yang digabungkan
pada salah satu ujungnya
Kimia Sensor pH Ukuran konsentrasi ion hidrogen di dalam suatu
larutan
d. Berdasarkan efek kelistrikan pada elemen sensornya, sensor dapat dibedakan menjadi
sensor resistif, sensor induktif dan sensor kapasitif.
Sensor resistif : sensor yang resistansinya berubah ketika menerima
pengaruh/perubahan kondisi eksternal tertentu.
Contoh :
- Termistor : resistansinya berubah dengan berubahnya temperatur.
- Piezoresistif : resistansinya berubah dengan berubahnya tekanan.
- GMR (Giant Magneto Resistif) : resistansinya berubah denganberubahnya
medan magnetik eksternal.
Sensor induktif : sensor yang induktansinya berubah ketika menerima
pengaruh/perubahan kondisi eksternal tertentu.
Contoh :
- LVDT ( Linear Variable Differential Transformer) : induktansinya berubah
dengan berubahnya posisi inti besi di dalam transformator/trafo.
Sensor kapasitif : sensor yang kapasitansinya berubah ketika menerima
pengaruh/perubahan kondisi eksternal tertentu.
Contoh :
- Mikrofon kapasitor (condenser microphone) : kapasitansinya berubah dengan
berubahnya jarak antara kedua plat kapasitor didalam mikrofon akibat
tekanan gelombang akustik/bunyi yangditerimanya.
- Sensor kelembaban udara : kapasitansinya berubah dengan berubahnya
konstanta dielektrik kapasitor akibat perubahan jumlah material (uap air)
yang mengisi celah antara kedua plat kapasitor itu.
e. Berdasarkan bentuk sinyal keluarannya, sensor dibagi menjadi sensor analog dan
sensor digital.
Sensor analog : menghasilkan sinyal/tegangan keluaran kontinyu dan umumnya
sebanding dengan besaran yang sedang diukur.
Contoh : termokopel
Sensor digital : menghasilkan sinyal/tegangan keluaran diskrit (tidak kontinyu,
melainkan dalam bentuk biner).
Contoh : sistem sensor kecepatan putaran (terdiri atas LED sebagai pemancar dan
fototransistor sebagai penerima).