senin, 7 maret 2011 | media indonesia konfl ik pantai ... · wawancara dengan surat kabar...

1
JEROME E WIRAWAN P ERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan untuk menambah jumlah pasukan penjaga perdamaian di Pantai Gading mengingat krisis politik negara penghasil kakao terbesar di dunia itu me- manjang dan masuk kategori tidak berperikemanusiaan. Berdasarkan keterangan Choi Young-jin selaku perwakilan khusus PBB untuk Pantai Ga- ding, jumlah personel ‘helm biru’--julukan untuk pasukan penjaga perdamaian PBB-- akan ditambah sebanyak 2.000 orang. Dengan demikian, pasu- kan PBB akan berjumlah 8.000 personel secara keseluruhan. Mereka juga akan diperkuat oleh kehadiran dua helikopter tempur. “Apa yang kita saksikan saat ini jelas merupakan eskalasi aksi kekerasan. Sejak 19 Febru- ari, berbagai insiden bertambah serius,” kata Young-jin dalam wawancara dengan surat kabar Liberation. Penembakan brutal Konflik antara pemenang pemilihan presiden pada No- vember lalu, Alassane Ouat- tara, dan Laurent Gbagbo yang tidak rela melepaskan jabatan sebagai presiden incumbent kian melebar. Bahkan, pada Kamis (3/3) lalu, pasukan kubu Gbagbo melepaskan tembakan ke arah ribuan perempuan yang se- dang berdemonstrasi menen- tang Gbagbo di Abobo, suatu distrik di pinggiran bekas ibu kota Pantai Gading, Abidjan. Sebuah rekaman video yang ditayangkan stasiun televisi Itele menunjukkan teriakan sejumlah perempuan dan dua jenazah yang bergelimpangan di jalan. Kemudian, tampak di latar belakang, sebuah ken- daraan lapis baja bertuliskan ‘polisi’. Sirah Drane, 41, mengaku sedang memegang megaphone untuk mengatur massa di bun- daran Distrik Abobo tatkala dia melihat gerombolan pria bersenjata datang mendekat. “Saat itu kami juga melihat be- berapa tank. Di tempat tersebut ada ribuan perempuan. Kami pun berkata pada diri kami sendiri, ‘Mereka tidak akan me- nembaki perempuan.’ ...Saya mendengar suara letusan dan mereka mulai menembaki kami. Saya mencoba berlari lalu terjatuh sehingga diinjak-injak. Melepaskan tembakan ke arah perempuan tidak bersenjata? Itu sama sekali tidak masuk akal.” Serangan itu mengundang kecaman langsung dari Ameri- ka Serikat, yang seperti negara- negara lainnya turut mendesak Gbagbo untuk mundur. Secara konkret, Young-jin mengaku telah mengirim pa- sukan penjaga perdamaian untuk berpatroli secara rutin di Abobo. “Kami perlu melaku- kan apa pun yang kami mampu untuk menghentikan seseorang yang ingin membantai warga sipil.” Ketika ditanya pendapat pribadinya mengenai kemung- kinan penyelesaian krisis poli- tik di Pantai Gading yang berada di ambang perang sau- dara, Young-jin mengaku pesi- mistis. “Sejak permulaan, kami mencatat perbedaan mendalam di antara kedua pihak. Sangat sulit menemukan kesamaan dari dua kubu rival.” Sementara itu, para pemimpin negara-negara Af- rika belum meraih titik temu terkait solusi diplomatis di Pantai Gading. Semula mereka berencana datang ke Abidjan, namun membatalkannya pada Jumat (4/3). Kini mereka meng- undang Ouattara dan Gbagbo untuk menghadiri pertemuan Uni Afrika selanjutnya untuk mencapai penuntasan masalah. (AP/Reuters/I-3) [email protected] PENGADILAN tinggi di Bang- ladesh akan membahas kesa- hihan keputusan Bank Sentral Bangladesh yang mendepak posisi pemenang Nobel Mu- hammad Yunus selaku direktur Grameen Bank, hari ini. Kasus ini bermula setelah Bank Sentral memecat Yunus dari Grameen Bank, Rabu (3/3). Menurut Bank Sentral, Yunus yang berusia 70 tahun telah melanggar aturan pen- siun di negara itu. Yunus, yang selalu terang- terangan mengkritik pemerin- tah, akhir-akhir ini mendapat tekanan terutama dari Perdana Menteri Sheikh Hasina. Hasina menuduh Grameen Bank dan institusi peminjaman mikro lainnya telah mengenakan bunga tinggi dan ‘mengisap darah peminjam’ yang sangat miskin. Hasina diduga berseberang- an dengan Yunus setelah Yunus diketahui berusaha memben- tuk partai politik dengan du- kungan militer. Gerakan untuk menying- kirkan Yunus dari Grameen Bank itu mengundang kritik di Bangladesh dan luar negeri. Menurut media setempat, para peminjam dan pendukung Yunus, pada Sabtu (5/3), ber- gandeng tangan membentuk ‘rantai manusia’ mendesak pemerintah mencabut peme- catan Yunus. Di Washington DC, Amerika Serikat, Senator John Kerry se- laku Ketua Urusan Luar Negeri pada Senat AS menyatakan kekhawatirannya terkait upaya penyingkiran Yunus itu. “Ko- munitas internasional harus melihat situasi di Bangladesh dengan saksama. Semoga dua pihak dapat berkompromi un- tuk mempertahankan Grameen Bank,” kata Kerry. Kerry juga menilai pekerjaan Yunus dalam memberantas kemiskinan dan memberdayakan perempuan di Bangladesh patut dicontoh dan mendapat perhatian dunia. Sebanyak 25% saham Bank Grameen dimiliki pemerintah. Sementara sisanya dimiliki para nasabah. Bank itu didi- rikan pada 1983. Mengurangi jumlah rakyat miskin menjadi misi pendirian bank itu. Kon- sep mengurangi kemiskinan itu sendiri dilakukan dengan memberikan pinjaman-pin- jaman ringan kepada kaum miskin. (Yan/AP/I-5) S UARA mesin pesawat jet itu nyaris tidak terdengar oleh sekelompok pemberontak yang sedang duduk menyebar di sepanjang Pantai Brega, 200 kilometer arah selatan Kota Benghazi, Libia. Namun, ketika deru pesawat buatan Rusia itu kian kencang, para pemuda itu seketika lari lintang pukang mencari perlindungan di balik bukit pasir. Suara dar der dor dari moncong senapan seketika bisu saat ‘burung besi’ itu muncul di horizon dan menukik ke arah mereka. Paras mereka pun berubah pucat. Sementara di angkasa, pesawat MiG tanpa kesulitan memuntahkan isi perutnya disusul bunyi menggelegar dan kepulan asap. Di kota sepanjang pesisir sebelah timur Libia, seperti Benghazi, kecurigaan bahwa Kolonel Moamar Khadaakan mengerahkan armada pesawat tempur tidak datang serta-merta. Sejak kericuhan pecah 20 hari lalu, warga mempersenjatai diri mereka dengan senjata antipesawat, roket, hingga peluncur rudal darat ke udara guna menangkis serangan pesawat. Hasilnya cukup menggembirakan. Walau dibombardir pesawat tempur, mereka berhasil merebut kembali Ras Lanouf dan Brega dari tangan pasukan pro- Khada. Dua kota itu sangat penting karena menyuplai cadangan minyak ke sejumlah pembangkit listrik Libia. Kisah sukses pemberontakan di Benghazi dan wilayah sekitarnya tetap menjadi misteri. Pasukan anti-Khadahanya berkekuatan 6.000 prajurit terlatih yang desersi. Sisanya, montir, penjaga toko, pelayan, hingga tukang las. Mereka membentuk milisi sipil tanpa pengalaman yang dikomandoi segelintir perwira militer. Dengan mengendarai minivan, mobil yang dimakan karat, dan truk pikap, mereka mengokang senjata antipesawat saat ancaman menghampiri Benghazi dan wilayah sekitarnya. Salah satunya, Osama Hamad al-Hasi, pria yang terpaksa duduk di kursi roda setelah kedua kakinya diamputasi akibat kecelakaan 10 tahun lalu. “Saya sudah kehilangan kedua kaki, apa lagi di diri saya yang bisa hilang?” katanya. “Nyawa kamu, mungkin,” celetuk seorang rekannya. Namun, tidak semua pemberontak punya senjata api. Bagi mereka yang tidak kebagian senapan atau pistol, pepatah ‘tiada rotan akar pun jadi’ benar-benar berlaku. Mereka pulang ke rumah dan membawa serta parang. “Senjata api kami kurang banyak, tapi kami harus melakukan sesuatu. Kami akan berjuang dengan apa yang kami miliki atau kami mati,” jelas Ali Muftah Mughrabi sembari menenteng palu. Pasukan pemberontak di Libia timur membuka mata dunia bahwa seseorang hanya perlu nyali dan semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan. Di bawah bukit pasir di Pantai Brega, seorang milisi menyahut setengah berteriak, “Saya belum pernah menerima pelatihan militer. Tapi saya sering menonton lm action.” (Jer/ The Telegraph/I-4) I NTERNASIONAL Pasukan pendukung Laurent Gbagbo menembak enam perempuan tidak bersenjata. Konflik Pantai Gading kian Membara Warga Bersatu Melawan Khadafi SENIN, 7 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA 19 SEJUMLAH media massa yang dibekingi pemerintah China mengkritik demonstrasi anti- pemerintah. Menurut mereka, stabilitas adalah kunci di te- ngah kekhawatiran menjalarnya kerusuhan di Timur Tengah ke Asia. Sikap media massa itu mengemuka sehari setelah ko- mentar serupa dipublikasikan pemerintah saat munculnya ajakan bagi warga untuk ber- kumpul di tengah kota untuk berdemonstrasi. “Pertama-tama kita harus menyadari bahwa beberapa orang dengan motif tersembu- nyi di dalam dan luar negeri menggunakan berbagai cara untuk menghasut ‘politikus jalanan’,” kata Beijing Youth Daily di halaman depannya. “Mereka menggunakan inter- net untuk menciptakan dan menyebarkan informasi palsu, mengadakan pertemuan ilegal sebagai upaya membawa keka- cauan di Timur Tengah dan Afrika Utara ke China, untuk mengacaukan China.” Sebuah artikel Jiefang Dai- ly, corong Partai Komunis di Shanghai, juga mengeluarkan komentar serupa yang men- desak rakyat China memper- tahankan ‘harmonisasi dan stabilitas sosial’. “Rakyat harus menghargai dan menjaga sta- bilitas seperti mereka menjaga mata mereka sendiri,” tulis harian itu. Panggilan anonim untuk berdemo setiap Minggu, terin- spirasi oleh gerakan revolusi populer di Arab. Ajakan itu telah meningkatkan kewas- padaan pemerintah China di tengah-tengah melebarnya kesenjangan sosial. Kemarin, kampanye yang dinamakan ‘Aksi Melati’ meng- ajak rakyat China untuk ber- kumpul di pusat kota. Namun, tidak ada warga yang datang baik di Beijing maupun Shang- hai. Namun, beberapa wartawan asing yang berada di Beijing di- kumpulkan dan diperingatkan akan kehilangan izin bekerja jika tidak mengikuti aturan. Di Shanghai, Peace Cinema-- tempat yang dijadikan sebagai lokasi berkumpulnya warga-- juga tidak didatangi pengun- juk rasa. Setidaknya ada 15 wartawan asing ditahan polisi dan belum diketahui sampai kapan mereka ditahan. (Yan/ Xinhua/I-5) Media Pemerintah China Kutuk Demonstrasi Pemecatan Yunus Dibahas Pengadilan DIUSUT : Penerima piagam Hadiah Nobel Muhammad Yunus memperhatikan pertanyaan wartawan saat jumpa pers di Dhaka, Bangladesh, beberapa waktu lalu. AP PHOTO/KEVIN FRAYER REUTERS/ANDREW BIRAJ GIGIH : Pemberontak Libia memegang peluncur roket saat bertempur melawan pasukan Moamar Kadhafi di Desa Bin Jawwad, dekat Kota Ras Lanuf, Libia, Minggu (6/3). Mereka menggunakan internet untuk menciptakan dan menyebarkan informasi palsu.”

Upload: lamhuong

Post on 12-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JEROME E WIRAWAN

PE R S E R I K A T A N Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan untuk menambah jumlah

pasukan penjaga perdamaian di Pantai Gading mengingat krisis politik negara penghasil kakao terbesar di dunia itu me-manjang dan masuk kategori tidak berperikemanusiaan.

Berdasarkan keterangan Choi Young-jin selaku perwakilan khusus PBB untuk Pantai Ga-ding, jumlah personel ‘helm biru’--julukan untuk pasukan penjaga perdamaian PBB--akan ditambah sebanyak 2.000 orang. Dengan demikian, pasu-kan PBB akan berjumlah 8.000 personel secara keseluruhan. Mereka juga akan diperkuat oleh kehadiran dua helikopter tempur.

“Apa yang kita saksikan saat ini jelas merupakan eskalasi aksi kekerasan. Sejak 19 Febru-ari, berbagai insiden bertambah serius,” kata Young-jin dalam wawancara dengan surat kabar Liberation.

Penembakan brutalKonflik antara pemenang

pemilihan presiden pada No-vember lalu, Alassane Ouat-tara, dan Laurent Gbagbo yang tidak rela melepaskan jabatan sebagai presiden incumbent kian melebar.

Bahkan, pada Kamis (3/3) lalu, pasukan kubu Gbagbo melepaskan tembakan ke arah ribuan perempuan yang se-dang berdemonstrasi menen-tang Gbagbo di Abobo, suatu distrik di pinggiran bekas ibu kota Pantai Gading, Abidjan. Sebuah rekaman video yang

ditayangkan stasiun televisi Itele menunjukkan teriakan sejumlah perempuan dan dua jenazah yang bergelimpangan di jalan. Kemudian, tampak di latar belakang, sebuah ken-daraan lapis baja bertuliskan ‘polisi’.

Sirah Drane, 41, mengaku

sedang memegang megaphone untuk mengatur massa di bun-daran Distrik Abobo tatkala dia melihat gerombolan pria bersenjata datang mendekat. “Saat itu kami juga melihat be-berapa tank. Di tempat tersebut ada ribuan perempuan. Kami pun berkata pada diri kami

sendiri, ‘Mereka tidak akan me-nembaki perempuan.’ ...Saya mendengar suara letusan dan mereka mulai menembaki kami. Saya mencoba berlari lalu terjatuh sehingga diinjak-injak. Melepaskan tembakan ke arah perempuan tidak bersenjata? Itu sama sekali tidak masuk akal.”

Serangan itu mengundang kecaman langsung dari Ameri-ka Serikat, yang seperti negara-negara lainnya turut mendesak Gbagbo untuk mundur.

Secara konkret, Young-jin mengaku telah mengirim pa-sukan penjaga perdamaian untuk berpatroli secara rutin di Abobo. “Kami perlu melaku-kan apa pun yang kami mampu untuk menghentikan seseorang yang ingin membantai warga sipil.”

Ketika ditanya pendapat pribadinya mengenai kemung-kinan penyelesaian krisis poli-tik di Pantai Gading yang berada di ambang perang sau-dara, Young-jin mengaku pesi-mistis. “Sejak permulaan, kami mencatat perbedaan mendalam di antara kedua pihak. Sangat sulit menemukan kesamaan dari dua kubu rival.”

S e m e n t a r a i t u , p a r a pemimpin negara-negara Af-rika belum meraih titik temu terkait solusi diplomatis di Pantai Gading. Semula mereka berencana datang ke Abidjan, namun membatalkannya pada Jumat (4/3). Kini mereka meng-undang Ouattara dan Gbagbo untuk menghadiri pertemuan Uni Afrika selanjutnya untuk mencapai penuntasan masalah. (AP/Reuters/I-3)

[email protected]

PENGADILAN tinggi di Bang-ladesh akan membahas kesa-hihan keputusan Bank Sentral Bangladesh yang mendepak posisi pemenang Nobel Mu-hammad Yunus selaku direktur Grameen Bank, hari ini.

Kasus ini bermula setelah Bank Sentral memecat Yunus dari Grameen Bank, Rabu (3/3). Menurut Bank Sentral, Yunus yang berusia 70 tahun telah melanggar aturan pen-siun di negara itu.

Yunus, yang selalu terang-terangan mengkritik pemerin-tah, akhir-akhir ini mendapat tekanan terutama dari Perdana Menteri Sheikh Hasina. Hasina menuduh Grameen Bank dan institusi peminjaman mikro lainnya telah mengenakan bunga tinggi dan ‘mengisap darah peminjam’ yang sangat miskin.

Hasina diduga berseberang-an dengan Yunus setelah Yunus diketahui berusaha memben-tuk partai politik dengan du-kungan militer.

Gerakan untuk menying-kirkan Yunus dari Grameen Bank itu mengundang kritik di Bangladesh dan luar negeri. Menurut media setempat, para

peminjam dan pendukung Yunus, pada Sabtu (5/3), ber-gandeng tangan membentuk ‘rantai manusia’ mendesak pemerintah mencabut peme-catan Yunus.

Di Washington DC, Amerika Serikat, Senator John Kerry se-laku Ketua Urusan Luar Negeri pada Senat AS menyatakan kekhawatirannya terkait upaya penyingkiran Yunus itu. “Ko-munitas internasional harus melihat situasi di Bangladesh dengan saksama. Semoga dua pihak dapat berkompromi un-tuk mempertahankan Grameen Bank,” kata Kerry. Kerry juga menilai pekerjaan Yunus dalam memberantas kemiskinan dan memberdayakan perempuan di Bangladesh patut dicontoh dan mendapat perhatian dunia.

Sebanyak 25% saham Bank Grameen dimiliki pemerintah. Sementara sisanya dimiliki para nasabah. Bank itu didi-rikan pada 1983. Mengurangi jumlah rakyat miskin menjadi misi pendirian bank itu. Kon-sep mengurangi kemiskinan itu sendiri dilakukan dengan memberikan pinjaman-pin-jaman ringan kepada kaum miskin. (Yan/AP/I-5)

SUARA mesin pesawat jet itu nyaris tidak terdengar oleh

sekelompok pemberontak yang sedang duduk menyebar di sepanjang Pantai Brega, 200 kilometer arah selatan Kota Benghazi, Libia. Namun, ketika deru pesawat buatan Rusia itu kian kencang, para pemuda itu seketika lari lintang pukang mencari perlindungan di balik bukit pasir.

Suara dar der dor dari moncong senapan seketika bisu saat ‘burung besi’ itu muncul di horizon dan menukik ke arah mereka. Paras mereka pun berubah pucat. Sementara di angkasa, pesawat MiG tanpa kesulitan memuntahkan isi perutnya disusul bunyi menggelegar dan kepulan asap.

Di kota sepanjang pesisir sebelah timur Libia, seperti

Benghazi, kecurigaan bahwa Kolonel Moamar Khadafi akan mengerahkan armada pesawat tempur tidak datang serta-merta. Sejak kericuhan pecah 20 hari lalu, warga mempersenjatai diri mereka dengan senjata antipesawat, roket, hingga peluncur rudal darat ke udara guna menangkis serangan pesawat.

Hasilnya cukup menggembirakan. Walau dibombardir pesawat tempur, mereka berhasil merebut kembali Ras Lanouf dan Brega dari tangan pasukan pro-Khadafi . Dua kota itu sangat penting karena menyuplai cadangan minyak ke sejumlah pembangkit listrik Libia.

Kisah sukses pemberontakan di Benghazi dan wilayah sekitarnya tetap menjadi misteri. Pasukan anti-Khadafi hanya berkekuatan 6.000 prajurit

terlatih yang desersi. Sisanya, montir, penjaga toko, pelayan, hingga tukang las. Mereka membentuk milisi sipil tanpa pengalaman yang dikomandoi segelintir perwira militer.

Dengan mengendarai minivan, mobil yang dimakan karat, dan truk pikap, mereka mengokang senjata antipesawat saat ancaman menghampiri Benghazi dan wilayah sekitarnya.

Salah satunya, Osama Hamad al-Hasi, pria yang terpaksa duduk di kursi roda setelah kedua kakinya diamputasi akibat kecelakaan 10 tahun lalu. “Saya sudah kehilangan kedua kaki, apa lagi di diri saya yang bisa hilang?” katanya. “Nyawa kamu, mungkin,” celetuk seorang rekannya.

Namun, tidak semua pemberontak punya senjata

api. Bagi mereka yang tidak kebagian senapan atau pistol, pepatah ‘tiada rotan akar pun jadi’ benar-benar berlaku. Mereka pulang ke rumah dan membawa serta parang.

“Senjata api kami kurang banyak, tapi kami harus melakukan sesuatu. Kami akan berjuang dengan apa yang kami miliki atau kami mati,” jelas Ali Muftah Mughrabi sembari menenteng palu.

Pasukan pemberontak di Libia timur membuka mata dunia bahwa seseorang hanya perlu nyali dan semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan. Di bawah bukit pasir di Pantai Brega, seorang milisi menyahut setengah berteriak, “Saya belum pernah menerima pelatihan militer. Tapi saya sering menonton fi lm action.” (Jer/The Telegraph/I-4)

INTERNASIONAL

Pasukan pendukung Laurent Gbagbo menembak enam perempuan tidak bersenjata.

Konfl ik Pantai Gading kian Membara

Warga Bersatu Melawan Khadafi

SENIN, 7 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA 19

SEJUMLAH media massa yang dibekingi pemerintah China mengkritik demonstrasi anti-pemerintah. Menurut mereka, stabilitas adalah kunci di te-ngah kekhawatiran menjalarnya kerusuhan di Timur Tengah ke Asia.

Sikap media massa i tu mengemuka sehari setelah ko-mentar serupa dipublikasikan pemerintah saat munculnya ajakan bagi warga untuk ber-kumpul di tengah kota untuk berdemonstrasi.

“Pertama-tama kita harus menyadari bahwa beberapa orang dengan motif tersembu-nyi di dalam dan luar negeri menggunakan berbagai cara untuk menghasut ‘politikus jalanan’,” kata Beijing Youth Daily di halaman depannya. “Mereka menggunakan inter-net untuk menciptakan dan menyebarkan informasi palsu, mengadakan pertemuan ilegal

sebagai upaya membawa keka-cauan di Timur Tengah dan Afrika Utara ke China, untuk mengacaukan China.”

Sebuah artikel Jiefang Dai-ly, corong Partai Komunis di Shanghai, juga mengeluarkan komentar serupa yang men-desak rakyat China memper-

tahankan ‘harmonisasi dan stabilitas sosial’. “Rakyat harus menghargai dan menjaga sta-bilitas seperti mereka menjaga mata mereka sendiri,” tulis harian itu.

Panggilan anonim untuk berdemo setiap Minggu, terin-

spirasi oleh gerakan revolusi populer di Arab. Ajakan itu telah meningkatkan kewas-padaan pemerintah China di tengah-tengah melebarnya kesenjangan sosial.

Kemarin, kampanye yang dinamakan ‘Aksi Melati’ meng-ajak rakyat China untuk ber-kumpul di pusat kota. Namun, tidak ada warga yang datang baik di Beijing maupun Shang-hai.

Namun, beberapa wartawan asing yang berada di Beijing di-kumpulkan dan diperingatkan akan kehilangan izin bekerja jika tidak mengikuti aturan.

Di Shanghai, Peace Cinema--tempat yang dijadikan sebagai lokasi berkumpulnya warga--juga tidak didatangi pengun-juk rasa. Setidaknya ada 15 wartawan asing ditahan polisi dan belum diketahui sampai kapan mereka ditahan. (Yan/Xinhua/I-5)

Media Pemerintah China Kutuk Demonstrasi

Pemecatan Yunus Dibahas Pengadilan

DIUSUT : Penerima piagam Hadiah Nobel Muhammad Yunus memperhatikan pertanyaan wartawan saat jumpa pers di Dhaka, Bangladesh, beberapa waktu lalu.

AP PHOTO/KEVIN FRAYER

REUTERS/ANDREW BIRAJ

GIGIH : Pemberontak Libia memegang peluncur roket saat bertempur melawan pasukan Moamar Kadhafi di Desa Bin Jawwad, dekat Kota Ras Lanuf, Libia, Minggu (6/3).

Mereka menggunakan

internet untuk menciptakan dan menyebarkan informasi palsu.”