senin, 13 desember 2010 | media indonesia memenangi ... file18 botol coca-cola ... hal unik yang...

1
CEO Talks | 19 SENIN, 13 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Kepercayaan terhadap produk harus terlebih dahulu melekat pada setiap individu di perusahaan. Jajang Sumantri Memenangi Persaingan dengan Diri Sendiri Saya tidak pernah merasa risau kalaupun ada isu-isu yang menyebut produk Coca-Cola memiliki dampak terhadap kesehatan atau apa pun itu. Buktinya saya merasa sehat- sehat saja walaupun rata-rata meminum 18 botol Coca-Cola sehari.” MI/SUMARYANTO S UATU merek dagang ( brand ) dari sebuah produk akan bertahan tidak semata bergan- tung pada nama besar, reputasi, dan langkah ekspansif untuk memperbesar pangsa pasar. Konsistensi untuk menyesuai- kan diri dengan dinamika masyarakat dan menciptakan produk sesuai kebutuhan kon- sumen turut menjadi kunci. “Bila hanya mengandalkan nama besar, kami akan terpaku memperluas pangsa pasar dari produk minuman ringan bersoda yang sudah identik dengan brand Coca-Cola. Itu bukan tantangan yang terlalu sulit karena produk ini sudah sangat terkenal dan bisa masuk ke semua segmen masyarakat, melintasi batas-batas negara, suku, maupun agama,” ujar Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) Peter N Kelly kepada Media Indonesia di Jakarta, belum lama ini. Menurut Kelly, negara ber- kembang seperti Indonesia de- ngan komposisi penduduk usia muda di atas 30% merupakan pasar potensial yang dinamis. Target pasar seperti itu tidak bisa dimonopoli suatu produk. Peluang pasar bagi beragam produk yang bisa mengikuti dinamika kelompok muda itu akan terus terbuka. Tantangan terbesar bukanlah upaya untuk menyingkirkan pesaing atau kompetitor, me- lainkan justru berkompetisi de- ngan diri sendiri. Selalu berino- vasi, jeli melihat peluang, tidak cepat puas terhadap pencapaian prestasi, evaluasi setiap saat ter- hadap keberhasilan dan kega- galan, serta memahami dina- mika karakter konsumen adalah bagian dari tantangan itu. “Kalau hanya untuk me- menangi persaingan atau me- nyingkirkan kompetitor, tidak akan ada ujungnya. Mungkin hanya akan fokus pada pe- ngembangan sebuah produk atau layanan. Padahal, di saat yang bersamaan dinamika konsumen terus berjalan dan perlahan terjadi perubahan komposisi konsumen di pasar,” tutur Kelly yang memimpin CCAI sejak awal tahun ini. Hal unik yang dimiliki pria berusia 45 tahun ini adalah kebiasannya mengonsumsi 18 botol Coca-Cola sehari. Kelly menyatakan itu bukan semata bagian dari loyalitas terha- dap korporasi, melainkan su- dah menjadi bagian dari gaya hidupnya. Ia berpendapat, kepercayaan terhadap produk harus terlebih dahulu melekat pada setiap individu di perusahaan un- tuk memastikan semua orang di setiap tingkatan adalah tenaga pemasar yang andal. Kepercayaan terhadap produk sendiri akan menumbuhkan kecintaan dan kepercayaan diri ketika berhadapan dengan konsumen dan kompetitor. “Karena itu, saya tidak per- nah merasa risau kalaupun ada isu-isu yang menyebut produk Coca-Cola memiliki dampak terhadap kesehatan atau apa pun itu. Buktinya saya merasa sehat-sehat saja walaupun rata-rata meminum 18 botol Coca-Cola sehari,” ujar Kelly sambil tertawa. Sejak menduduki posisi pun- cak di CCAI, Peter melakukan pendekatan dari atas ke bawah untuk memaksimalkan peran dari semua tingkatan pegawai di perusahaan minuman yang hadir di Indonesia sejak 1927 ini. Meski demikian, menurut pecinta olahraga golf itu, un- tuk membuat organisasi yang kuat, bukan struktur hierarki yang kaku yang akan menja- min loyalitas dan munculnya semua potensi karyawan. Iklim organisasi yang dinamis mem- butuhkan komunikasi tanpa jarak di antara semua struktur anggotanya. “Kami juga langsung mem- buka jalur komunikasi antara tim manajemen dengan rekan- rekan tenaga pemasar di semua pasar. Road show manajemen di- adakan sebagai upaya melihat dan mendengarkan langsung masukan mereka serta isu-isu terkini yang ada di pasar,” ujarnya. Pasar penting Bagi Coca-Cola Amatil (CCA) Group yang bermarkas besar di Australia, Indonesia merupa- kan pasar yang sangat penting karena masih bisa berkem- bang dari kontribusi CCAI saat ini di kisaran US$600 juta per tahun atau sekitar 10% dari total omzet CCA Group. Pertumbuhan produksi enam produk utama yang dihasil- kan perusahaan dalam lima tahun terakhir mencapai 78% dengan kapasitas produksi 700 juta liter. Untuk itulah, CCA berkomit- men mengucurkan investasi hingga US$500 juta dengan minimum US$100 juta per tahun selama tiga tahun ber- turut-turut mulai awal 2011 mendatang. Dengan tambahan investasi itu, CCAI menargetkan me- nambah perluasan pangsa pasar seluruh kategori produk minuman nasional hingga di atas 40%. Saat ini, capaian di kisaran tersebut baru diperoleh dalam tiga kategori produk, yakni minuman bersoda, jus, dan teh dalam kemasan. “Kami akan berupaya un- tuk mencapai pangsa pasar minimum 40% itu untuk semua kategori produk, tidak hanya dari tiga jenis produk tersebut. Karena itu, tambahan investasi tersebut akan diprioritaskan untuk pengembangan produk, penambahan infrastruktur di sektor ritel, dan penambahan kapasitas produksi,” tutur Pe- ter yang bergabung dengan Coca-Cola sejak 1988. Pengembangan produk di- lakukan dengan mengganti se- mua kemasan minuman botol beling menjadi botol plastik, penambahan mesin pendingin (kulkas) di konsumen, dan penambahan jenis produk dari delapan pabrik yang ada di In- donesia. Saat ini, CCAI sudah memiliki 450.000 distributor. Tidak hanya itu, CCAI berkomitmen turut mengem- bangkan masyarakat dan men- jaga lingkungan hidup. Karena tidak sekadar mengandalkan program tanggung jawab so- sial perusahaan (corporate so- cial responsibility/CSR), CCAI melibatkan diri untuk bekerja sama dan berkembang bersama masyarakat. “Menjaga dan melestari- kan lingkungan tidak sekadar memberi donasi, tetapi juga menjadi bagian dari prinsip operasional perusahaan. Misal- nya, perubahan kemasan botol beling menjadi botol plastik (PET) adalah upaya untuk me- ngurangi sampah botol beling,” tandas Kelly. Perubahan kemasan itu juga mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan. Pasalnya, perusa- haan tidak lagi perlu menge- rahkan tim pemasaran dan distribusi untuk mengambil kembali botol beling di pe- langgan. Meski sebenarnya botol plas- tik yang digunakan bisa didaur ulang, Kelly menyatakan per- usahaan yang dipimpinnya terus berupaya menciptakan kemasan botol yang ekonomis dengan penggunaan bahan baku plastik seminimal mung- kin. (E-1) jajang@ mediaindonesia.com Peter N Kelly Umur: 45 tahun Kewarganegaraan: Australia Pendidikan: University of New South Wales, Australia, bachelor of commerce in marketing Harvard Business School, Amerika Serikat, Advanced Management Program Karier: 1988 Bergabung dengan The Coca-Cola Company 1993 Bergabung dengan CCA Group sebagai key accounts national manager, general manager foodstores, dan operations and logistics director 2001 Direktur Pengembangan Bisnis CCA Group 2005 Direktur Regional Unit Asia, Indonesia, dan Papua Nugini 2010 Presiden Direktur Coca- Cola Amatil Indonesia (CCAI)

Upload: hoangthuan

Post on 05-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SENIN, 13 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Memenangi ... file18 botol Coca-Cola ... Hal unik yang dimiliki pria ... mua kemasan minuman botol beling menjadi botol plastik, penambahan

CEO Talks | 19 SENIN, 13 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Kepercayaan terhadap produk harus terlebih dahulu melekat pada setiap individu di perusahaan.

Jajang Sumantri

Memenangi Persaingandengan Diri Sendiri

Saya tidak pernah merasa risau kalaupun ada isu-isu yang menyebut produk Coca-Cola memiliki dampak terhadap kesehatan atau apa pun itu. Buktinya saya merasa sehat-sehat saja walaupun rata-rata meminum 18 botol Coca-Cola sehari.”

MI/SUMARYANTO

SUATU merek dagang (brand) dari sebuah produk akan bertahan tidak semata bergan-

tung pada nama besar, reputasi, dan langkah ekspansif untuk memperbesar pangsa pasar. Konsistensi untuk menyesuai-kan diri dengan dinamika masyarakat dan menciptakan produk sesuai kebutuhan kon-sumen turut menjadi kunci.

“Bila hanya mengandalkan nama besar, kami akan terpaku memperluas pangsa pasar dari produk minuman ringan bersoda yang sudah identik dengan brand Coca-Cola. Itu bukan tantangan yang terlalu sulit karena produk ini sudah sangat terkenal dan bisa masuk ke semua segmen masyarakat, melintasi batas-batas negara, suku, maupun agama,” ujar Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) Peter N Kelly kepada Media Indonesia di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Kelly, negara ber-kembang seperti Indonesia de-ngan komposisi penduduk usia muda di atas 30% merupakan pasar potensial yang dinamis. Target pasar seperti itu tidak bisa dimonopoli suatu produk. Peluang pasar bagi beragam produk yang bisa mengikuti dinamika kelompok muda itu akan terus terbuka.

Tantangan terbesar bukanlah upaya untuk menyingkirkan pesaing atau kompetitor, me-lainkan justru berkompetisi de-ngan diri sendiri. Selalu berino-vasi, jeli melihat peluang, tidak cepat puas terhadap pencapaian prestasi, evaluasi setiap saat ter-hadap keberhasilan dan kega-galan, serta memahami dina-mika karakter konsumen adalah bagian dari tantangan itu.

“Kalau hanya untuk me-menangi persaingan atau me-nyingkirkan kompetitor, tidak akan ada ujungnya. Mungkin hanya akan fokus pada pe-ngembangan sebuah produk atau layanan. Padahal, di saat yang bersamaan dinamika konsumen terus berjalan dan perlahan terjadi perubahan komposisi konsumen di pasar,” tutur Kelly yang memimpin CCAI sejak awal tahun ini.

Hal unik yang dimiliki pria berusia 45 tahun ini adalah kebiasannya mengonsumsi 18 botol Coca-Cola sehari. Kelly menyatakan itu bukan semata bagian dari loyalitas terha-dap korporasi, melainkan su-dah menjadi bagian dari gaya hidupnya.

Ia berpendapat, kepercayaan terhadap produk harus terlebih dahulu melekat pada setiap individu di perusahaan un-tuk memastikan semua orang di setiap tingkatan adalah

tenaga pemasar yang andal. Kepercayaan terhadap produk sendiri akan menumbuhkan kecintaan dan kepercayaan diri ketika berhadapan dengan konsumen dan kompetitor.

“Karena itu, saya tidak per-nah merasa risau kalaupun ada isu-isu yang menyebut produk Coca-Cola memiliki dampak terhadap kesehatan atau apa pun itu. Buktinya saya merasa sehat-sehat saja walaupun rata-rata meminum 18 botol Coca-Cola sehari,” ujar Kelly sambil tertawa.

Sejak menduduki posisi pun-cak di CCAI, Peter melakukan pendekatan dari atas ke bawah untuk memaksimalkan peran dari semua tingkatan pegawai di perusahaan minuman yang hadir di Indonesia sejak 1927 ini.

Meski demikian, menurut pecinta olahraga golf itu, un-tuk membuat organisasi yang kuat, bukan struktur hierarki yang kaku yang akan menja-min loyalitas dan munculnya semua potensi karyawan. Iklim organisasi yang dinamis mem-butuhkan komunikasi tanpa jarak di antara semua struktur anggotanya.

“Kami juga langsung mem-

buka jalur komunikasi antara tim manajemen dengan rekan-rekan tenaga pemasar di semua pasar. Road show manajemen di-adakan sebagai upaya melihat dan mendengarkan langsung masukan mereka serta isu-isu terkini yang ada di pasar,” ujarnya.

Pasar pentingBagi Coca-Cola Amatil (CCA)

Group yang bermarkas besar di Australia, Indonesia merupa-kan pasar yang sangat penting karena masih bisa berkem-bang dari kontribusi CCAI saat ini di kisaran US$600 juta per tahun atau sekitar 10% dari total omzet CCA Group. Pertumbuhan produksi enam produk utama yang dihasil-kan perusahaan dalam lima tahun terakhir mencapai 78% dengan kapasitas produksi 700 juta liter.

Untuk itulah, CCA berkomit-men mengucurkan investasi hingga US$500 juta dengan minimum US$100 juta per tahun selama tiga tahun ber-turut-turut mulai awal 2011 mendatang.

Dengan tambahan investasi itu, CCAI menargetkan me-nambah perluasan pangsa

pasar seluruh kategori produk minuman nasional hingga di atas 40%. Saat ini, capaian di kisaran tersebut baru diperoleh dalam tiga kategori produk, yakni minuman bersoda, jus, dan teh dalam kemasan.

“Kami akan berupaya un-tuk mencapai pangsa pasar minimum 40% itu untuk semua kategori produk, tidak hanya dari tiga jenis produk tersebut. Karena itu, tambahan investasi tersebut akan diprioritaskan untuk pengembangan produk, penambahan infrastruktur di sektor ritel, dan penambahan kapasitas produksi,” tutur Pe-ter yang bergabung dengan Coca-Cola sejak 1988.

Pengembangan produk di-lakukan dengan mengganti se-mua kemasan minuman botol beling menjadi botol plastik, penambahan mesin pendingin (kulkas) di konsumen, dan penambahan jenis produk dari delapan pabrik yang ada di In-donesia. Saat ini, CCAI sudah memiliki 450.000 distributor.

Tidak hanya itu, CCAI berkomitmen turut mengem-bangkan masyarakat dan men-jaga lingkungan hidup. Karena tidak sekadar mengandalkan program tanggung jawab so-

sial perusahaan (corporate so-cial responsibility/CSR), CCAI melibatkan diri untuk bekerja sama dan berkembang bersama masyarakat.

“Menjaga dan melestari-kan lingkungan tidak sekadar memberi donasi, tetapi juga menjadi bagian dari prinsip operasional perusahaan. Misal-nya, perubahan kemasan botol beling menjadi botol plastik (PET) adalah upaya untuk me-ngurangi sampah botol beling,” tandas Kelly.

Perubahan kemasan itu juga mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan. Pasalnya, perusa-haan tidak lagi perlu menge-rahkan tim pemasaran dan distribusi untuk mengambil kembali botol beling di pe-langgan.

Meski sebenarnya botol plas-tik yang digunakan bisa didaur ulang, Kelly menyatakan per-usahaan yang dipimpinnya terus berupaya menciptakan kemasan botol yang ekonomis dengan penggunaan bahan baku plastik seminimal mung-kin. (E-1)

[email protected]

Peter N KellyUmur: 45 tahunKewarganegaraan: Australia

Pendidikan: University of New South Wales, Australia, bachelor of commerce in marketingHarvard Business School, Amerika Serikat, Advanced Management Program

Karier: 1988 Bergabung dengan The Coca-Cola Company

1993 Bergabung dengan CCA Group sebagai key accounts national manager, general manager foodstores, dan operations and logistics director

2001 Direktur Pengembangan Bisnis CCA Group

2005 Direktur Regional Unit Asia, Indonesia, dan Papua Nugini

2010 Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI)