senin, 11 oktober 2010 | media indonesia membidik mimpi ... · saja, ber arti kami mem-beri...

1
“K AMI ingin menjadi yang terbesar da- lam lima ta- hun ke depan.” Pernyataan itu dilontarkan CEO AXA Mandiri Financial Services Albertus Wiroyo saat berbincang dengan Media Indonesia di kantornya di bilangan Jakarta Pusat, be- berapa waktu lalu. Optimisme Albertus yang telah menekuni bisnis asuransi di Tanah Air sejak 1995 itu bukan sekadar pepesan ko- song. Meskipun baru berusia tujuh tahun, AXA Mandiri yang merupakan joint venture Bank Mandiri dan AXA Group telah menorehkan sejumlah presta- si dan pertumbuhan kinerja ±nansial yang signikan. Per Agustus 2010, perusahaan tersebut membukukan laba (un- audited) Rp275 miliar. Dengan capaian itu, AXA Mandiri yang menyabet tiga penghargaan di Top Agent Award 2010 telah melampaui kinerja 2009. Itu berarti mereka tumbuh di atas 100%. Pada akhir 2010, laba perusahaan, ujar Albertus, di- harapkan mencapai Rp365 mi- liar. Adapun aset AXA Mandiri kini mencapai Rp7 triliun. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), AXA Mandiri kini merupakan salah satu pemain papan atas bancassurance Indonesia dengan pangsa 29%. Bancassurance adalah asuransi yang mendis- tribusikan produk finansial melalui jaringan perbankan. Pesatnya pertumbuhan AXA Mandiri juga menjadikan perusahaan tersebut sebagai salah satu motor pendapatan bagi AXA Group, perusahaan asuransi skala global yang ber- basis di Prancis. “Saat ini, untuk wilayah Asia, kami nomor dua di bawah Hong Kong. Kami menargetkan bisa melampui Hong Kong dalam tiga tahun mendatang,” tutur Albertus. Menurut CEO yang me- ngomandoi AXA Mandiri sejak 2007 itu, pencapaian kinerja erat kaitannya dengan kom- petensi sumber daya manusia (SDM) dan business model yang dimiliki perusahaan. Sejumlah penghargaan rutin diterima beberapa tahun belakangan. Itu membuktikan nancial advisor (FA), ujung tom- bak pemasaran yang dimiliki AXA Mandiri, punya kompetensi tinggi. “Kami rekrut dan didik mereka. Ada yang bertahan, ada yang tidak. Ada yang bagus lalu dibajak oleh bank atau asuransi lain. Tapi dilihat positifnya saja, berarti kami mem- beri kontribusi kepada industri ini.” Namun, SDM yang mum- puni tentu belum cukup untuk menghasilkan kinerja peru- sahaan yang optimal tanpa didukung model bisnis yang tepat. Model bancassurance yang dianut AXA Mandiri adalah dengan menempatkan 1.400 FA di cabang-cabang Bank Mandiri dan Bank Sya- riah Mandiri (BSM). Frontliners Bank Mandiri, seperti customer service atau teller, yang bertemu dengan nasabah, akan mere- ferensikan mereka kepada FA. Kemudian FA AXA Mandiri- lah yang memberi penjelasan tentang produk asuransi. Menurut Albertus, pemisah- an staf akan membuat kerja mereka lebih fokus. Apalagi, produk asuransi yang seka- rang ditawarkan relatif lebih kompleks daripada produk zaman dulu sehingga nasabah perlu penyampaian lebih detail dari FA. Two to tango Jika berbicara soal pros- pek bisnis asuransi, khususnya bancassu- rance, Albertus yakin bisnis itu akan kian meningkat dari tahun ke tahun. Buktinya, kata dia, makin banyak perusahaan asuransi yang mencari mitra perbankan. Bahkan, ada bank BUMN yang sudah siap joint venture dengan perusahaan asuransi layaknya kon- sep AXA Mandiri. Na- mun, it takes two to tango. Seperti diingatkan Al- bertus, sukses tidaknya suatu kemitraan bisnis bancassurance tidak lepas dari komitmen perusa- haan asuransi dan perbankan bersangkutan. Ia mencontohkan, di Bank Mandiri, mulai direksi hingga petugas sekuriti sangat menunjukkan dukungan ter- hadap penjualan produk AXA Mandiri. “Sekuriti di cabang pun, kalau lihat nasabah sedang menunggu, dia sapa, dita- nya ada tabungan pendidikan untuk anak, enggak? Atau tabungan jangka panjang de- ngan return menarik? Lalu dia kenalkan nasabah ke FA.” Pemahaman staf bank untuk mendukung produk bancassurance sangatlah penting. Penjualan produk bancassurance bukan hanya akan mendatang- kan pendapatan komisi bagi bank. Benet terpenting, menu- rut jebolan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB itu, adalah loyalitas nasa- bah. Tidak ada produk asuransi dengan jangka waktu satu-dua bulan. Yang ada tahunan. Saat ini, pihaknya telah menghimpun sekitar 400 ribu nasabah. Adapun potensi yang bisa digarap sangatlah besar mengingat Bank Mandiri mem- punyai kurang lebih 10 juta nasabah. Ke depan, Albertus tidak menutup kemungkinan untuk menggarap pasar di luar Grup Mandiri. “Kalau mau menjadi nomor satu di Indonesia, kita memang tidak bisa hanya melihat di Grup Mandiri. Harus lebih dari itu. Saya belum bisa share karena ini masih dalam proses strategi jangka panjang,” ucap Albertus sebelum melepas tawa. Eksistensi AXA Mandiri se- bagai perusahaan pun menurut ayah tiga anak ini sudah sangat kuat. Bagaimana tidak? AXA Mandiri merupakan sinergi antara perusahaan asuransi no- mor satu dunia dengan dana kelolaan mencapai 1 triliun euro dan bank beraset terbesar di Indonesia saat ini. Masing- masing memiliki nilai dan kultur perusahaan mumpuni yang bila digabungkan akan menghasilkan sesuatu yang patut diunggulkan. Lebih jauh, pria yang menga- ku terlambat mengawali karier sebagai profesional di bidang keuangan ini berharap, dunia perasuransian Indonesia akan berkembang lebih cepat di masa depan, sesuai laju per- tumbuhan ekonomi nasional. Salah satu stimulus yang dapat membuat industri ini tumbuh lebih cepat adalah insentif bagi nasabah berupa keringanan pajak berdasarkan premi. Sebagai perbandingan, lanjut Albertus, dana masyarakat In- donesia yang dikelola industri asuransi saat ini baru sekitar Rp145 triliun. Padahal, dana masyarakat di perbankan telah melebihi Rp2.000 triliun. “Asuransi sangat positif kare- na memaksa orang membuat persiapan ke depan, supaya ka- lau ada musibah, ekonomi tidak hancur. Insentif pajak seperti di negara maju bisa mendorong ini,” pungkasnya. (E-3) [email protected] Kinerja bagus yang dicatat AXA Mandiri erat kaitannya dengan kompetensi SDM dan business model yang dimiliki perusahaan. Irana Shalindra MI/ROMMY P CEO Talks | 19 SENIN, 11 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Membidik Mimpi Jadi Penguasa Bancassurance ALBERTUS WIROYO Lahir: Pematang Siantar, Sumatra Utara, 21 November 1966 Pendidikan: 1999 Institut Pengembangan Wirausaha Indonesia (IPWI), S-2 Administrasi Bisnis 1985-1990 Institut Teknologi Bandung (ITB), S-1 Teknik Sipil Karier 2007-sekarang Presiden Direktur AXA Mandiri 2006-2007 Direktur AXA Indonesia 2000-2006 Direktur Wealth Management and Alternate Distribution MLC Indonesia 1995-2000 General Manager Bancassurance Simas Lend Lease Life

Upload: others

Post on 01-Sep-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

“KAMI ingin menjadi yang terbesar da-lam lima ta-

hun ke depan.” Pernyataan itu dilontarkan CEO AXA Mandiri Financial Services Albertus Wiroyo saat berbincang dengan Media Indonesia di kantornya di bi langan Jakarta Pusat, be-berapa waktu lalu.

Optimisme Albertus yang telah menekuni bisnis asuransi di Tanah Air sejak 1995 itu bukan sekadar pepesan ko-song. Meskipun baru berusia tujuh tahun, AXA Mandiri yang merupakan joint venture Bank Mandiri dan AXA Group telah menorehkan sejumlah presta-si dan pertumbuhan kinerja fi ±nansial yang signifi kan.

Per Agustus 2010, perusahaan

tersebut membukukan laba (un-audited) Rp275 mi liar. Dengan capaian itu, AXA Mandiri yang menyabet tiga penghargaan di Top Agent Award 2010 telah melampaui kinerja 2009. Itu berarti mereka tumbuh di atas 100%. Pada akhir 2010, laba perusahaan, ujar Albertus, di-harapkan mencapai Rp365 mi-liar. Adapun aset AXA Mandiri kini mencapai Rp7 triliun.

Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), AXA Mandiri kini merupakan salah satu pemain papan atas bancassurance Indonesia de ngan pangsa 29%. Bancassurance adalah asuransi yang mendis-tribusikan produk finansial melalui jaringan perbankan.

Pesatnya pertumbuhan AXA Mandiri juga menjadikan perusahaan tersebut sebagai salah satu motor pendapatan bagi AXA Group, perusahaan asuran si skala global yang ber-basis di Prancis. “Saat ini, untuk wilayah Asia, kami nomor dua di bawah Hong Kong. Kami menargetkan bisa melampui Hong Kong dalam tiga tahun mendatang,” tutur Albertus.

Menurut CEO yang me-ngomandoi AXA Mandiri sejak 2007 itu, pencapaian kinerja erat kaitannya dengan kom-

petensi sumber daya manusia (SDM) dan business model yang dimiliki perusahaan. Sejumlah penghargaan rutin diterima beberapa tahun belakangan. Itu membuktikan fi nancial advisor (FA), ujung tom-bak pemasaran yang dimiliki AXA Mandiri, punya kompetensi tinggi.

“Kami rekrut dan didik mereka. Ada yang bertahan, ada yang tidak. Ada yang bagus lalu dibajak oleh bank atau asu ran si lain. Tapi dilihat positifnya saja, ber arti kami mem-beri kontribusi kepada industri ini.”

Namun, SDM yang mum-puni tentu belum cukup untuk menghasilkan kinerja peru-sahaan yang optimal tanpa didukung model bisnis yang tepat. Model bancassurance yang dianut AXA Mandiri adalah dengan menempatkan 1.400 FA di cabang-cabang Bank Mandiri dan Bank Sya-riah Mandiri (BSM). Frontliners Bank Mandiri, seperti customer service atau teller, yang bertemu dengan nasabah, akan mere-

ferensikan mereka kepada FA. Kemudian FA AXA Mandiri-lah yang memberi penjelasan tentang produk asuransi.

Menurut Albertus, pemisah-an staf akan membuat kerja mereka lebih fokus. Apalagi, produk asuransi yang seka-rang ditawarkan relatif lebih kompleks daripada produk zaman dulu sehingga nasabah perlu penyampaian lebih detail dari FA.

Two to tango Jika berbicara soal pros-

pek bisnis asuransi, khususnya bancassu-rance, Albertus yakin bisnis itu akan kian meningkat dari tahun ke tahun. Buktinya, kata dia, makin banyak perusahaan asuransi yang mencari mitra perbankan. Bahkan, ada bank BUMN yang sudah siap joint venture dengan perusahaan asuransi layaknya kon-sep AXA Mandiri. Na-mun, it takes two to tango. Seperti di ingatkan Al-bertus, sukses tidaknya suatu kemitraan bisnis bancassurance tidak lepas dari komitmen perusa-

haan asuransi dan perbankan bersangkutan. Ia mencontohkan, di Bank Mandiri, mulai direksi hingga petugas sekuriti sangat menunjukkan dukungan ter-hadap penjualan produk AXA Mandiri.

“Sekuriti di cabang pun, kalau lihat nasabah sedang menunggu, dia sapa, dita-nya ada tabungan pendidikan untuk anak, enggak? Atau tabungan jangka panjang de-ngan return menarik? Lalu dia kenalkan nasabah ke FA.”

P e m a h a m a n s t a f b a n k

untuk mendukung produk bancassuran ce sangatlah pen ting. Penjualan produk bancas surance bukan hanya akan mendatang-kan pendapatan komisi bagi bank. Benefi t terpenting, menu-rut jebol an Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB itu, adalah loyalitas nasa-bah. Tidak ada produk asuransi dengan jangka waktu satu-dua bulan. Yang ada tahunan.

Saat ini, pihaknya telah menghimpun sekitar 400 ribu nasabah. Adapun potensi yang bisa digarap sangatlah besar mengingat Bank Mandiri mem-punyai kurang lebih 10 juta nasabah. Ke depan, Albertus tidak menutup kemungkin an untuk menggarap pasar di luar Grup Mandiri.

“Kalau mau menjadi nomor satu di Indonesia, kita memang tidak bisa hanya melihat di Grup Mandiri. Harus lebih dari itu. Saya belum bisa share karena ini masih dalam proses strategi jangka panjang,” ucap Albertus sebelum melepas tawa.

Eksistensi AXA Mandiri se-bagai perusahaan pun menurut ayah tiga anak ini sudah sangat kuat. Bagaimana tidak? AXA Mandiri merupakan sinergi antara perusahaan asuransi no-mor satu dunia dengan dana

kelolaan mencapai 1 triliun euro dan bank beraset terbesar di Indonesia saat ini. Masing-masing memiliki nilai dan kultur perusahaan mumpuni yang bila digabungkan akan menghasilkan sesuatu yang patut diunggulkan.

Lebih jauh, pria yang menga-ku terlambat mengawali karier sebagai profesional di bidang keuangan ini berharap, dunia perasuransian Indonesia akan berkembang lebih cepat di masa depan, sesuai laju per-tumbuhan ekonomi nasional. Salah satu stimulus yang dapat membuat industri ini tumbuh lebih cepat adalah insentif bagi nasabah berupa keringanan pajak berdasarkan premi.

Sebagai perbandingan, lanjut Albertus, dana masyarakat In-donesia yang dikelola industri asuransi saat ini baru sekitar Rp145 triliun. Padahal, dana masyarakat di perbankan telah melebihi Rp2.000 triliun.

“Asuransi sangat positif kare-na memaksa orang membuat persiapan ke depan, supaya ka-lau ada musibah, ekonomi tidak hancur. Insentif pajak seperti di negara maju bisa mendorong ini,” pungkasnya. (E-3)

[email protected]

Kinerja bagus yang dicatat AXA Mandiri erat kaitannya dengan kompetensi SDM dan business model yang dimiliki perusahaan.

Irana Shalindra

MI/ROMMY P

CEO Talks | 19SENIN, 11 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Membidik Mimpi Jadi Penguasa Bancassurance

ALBERTUS WIROYO● Lahir: Pematang Siantar, Sumatra Utara, 21 November 1966

● Pendidikan: 1999 Institut Pengembangan Wirausaha Indonesia (IPWI), S-2 Administrasi Bisnis 1985-1990 Institut Teknologi Bandung (ITB), S-1 Teknik Sipil

● Karier 2007-sekarang Presiden Direktur AXA Mandiri 2006-2007 Direktur AXA Indonesia 2000-2006 Direktur Wealth Management and Alternate Distribution MLC Indonesia 1995-2000 General Manager Bancassurance Simas Lend Lease Life