seni tari dalam islam

Upload: h-masoed-abidin-bin-zainal-abidin-jabbar

Post on 30-May-2018

275 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    1/30

    Mukaddimah

    Masyarakat kaum Muslimn dewasa ini umumnya menghadapi kesenian

    sebagai suatu masalah hingga timbul berbagai pertanyaan, bagaimanahukum tentang bidang yang satu ini, boleh, makrh atau harm? Disamping itu dalam praktek kehidupan sehari-hari, sadar atau tidak,mereka juga telah terlibat dengan masalah seni. Bahkan sekarang inibidang tersebut telah menjadi bagian dari gaya hidup mereka dan bukanhanya bagi yang berdomisilli (bertempat kediaman tetap; bertempatkediaman resmi) di kota. Umat kita yang berada di desa dan di kampungpun telah terasuki.(penetrate, possess).

    Media elektronika seperti radio, radiokaset, televisi, dan video telahmenyerbu pedesaan. Media ini telah lama mempengaruhi kehidupananak-anak mudanya. Kehidupan di kota bahkan lebih buruk lagi. Tempat-tempat hiburan (mashiat) seperti "night club", bioskop dan panggungpertunjukkan jumlahnya sangat banyak dan telah mewarnai kehidupanpemuda-pemudanya.

    Sering kita melihat anak-anak muda berkumpul di rumah teman-temannya. Mereka mencari kesenangan dengan bernyanyi, menaribersama sambil berjoget tanpa mempedulikan lagi hukum hall-harm.Banyak di antara mereka yang berpikir bahwa hidup itu hanya untukbersenang-senang, jatuh cinta, pacaran, dan lain-lain.

    Semua keadaan yang kami tuturkan di atas terjadi dan berawal darikejatuhan seni budaya dan peradaban Islam. Kita dapat menyaksikansendiri, seni dan budaya kita telah digantikan dan tergeser (shifted,moved, removed) oleh seni budaya dan peradaban produk Barat yangnota-benenya (perhatiannya) menekankan kehidupan yang bebas tanpaikatan agama apapun.

    Cabang seni yang paling dipermasalahkan adalah nyanyian, musik dantarian. Ketiga bidang itu telah menjadi bagian yang penting dalamkehidupan modern sekarang ini karena semua cabang seni ini dirasakan

    langsung telah merusak akhlaq dan nilai-nilai keislman.

    Adanya dampak negatif dari bidang kesenian menyebabkan banyak orangbertanya-tanya, khususnya dari kalangan pemuda yang masih memilikighirah (cemburu terhadap musuh agama) Islam. Mereka bertanya:bagaimana pandangan Islam terhadap seni budaya? Bolehkah kitabermain gitar, piano, organ, drum band, seruling, bermain musik blues,klasik, keroncong (popular Indineisan music originating from Portuguesesongs), musik lembut, musik rock, dan lain-lain? Bagaimana pula denganlirik lagu bernada asmara, porno, perjuangan, qashdah, kritik sosial, dan

    sejenisnya? Di samping itu, bagaimana pandangan hukum Islam dalamseni tari. Apakah tarian Barat seperti Twist, Togo, Soul, Disko dan

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    2/30

    sebagainya? Kalau tidak boleh dengan tarian Barat, bagaimana dengantari tradisional? Juga, bolehkan wanita atau lelaki menari di kalanganmereka masing-masing?

    Dalam buku ini akan dipaparkan pembahasan semua permasalahan para

    fuqah, khususnya dari kalangan empat madzhab. Harapan penulissemoga karya ini dapat menutupi kekurangan buku-buku bacaan tentanghukum di bidang seni. Dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasamenghargai setiap kritik dan saran dari semua pihak demimenyempurnakan rislah kecil ini.

    Seni Musik dan Tari pada Bangsa Arab

    Pada umumnya orang Arab berbakat musik sehingga seni suara telahmenjadi suatu keharusan bagi mereka semenjak zamn jhilliyah. Di Hijzkita dapati orang menggunakan musik mensural yang mereka namakandengan IQA (irama yang berasal dari semacam gendang, berbentukrithm). Mereka menggunakan berbagai intrusmen (alat musik), antara lainseruling, rebana, gambus, tambur, dan lain-lain.

    Setelah bangsa Arab masuk Islam, bakat musiknya berkembang denganmendapat jiwa dan semangat baru. Pada masa Raslullh, ketika Hijzmenjadi pusat politik, perkembangan musik tidak menjadi berkurang.

    Dalam buku-buku Hadts terdapat nash-nash yang membolehkanseseorang menyanyi, menari, dan memainkan alat-alat musik. Tetapikebolehan itu disebutkan pada nash-nash tersebut hanya ada pada acarapesta-pesta perkawinan, khitanan, dan ketika menyambut tamu yangbaru datang atau memuji-muji orang yang mati syahd dalam peperangan,atau pula menyambut kedatangan hari raya dan yang sejenisnya.

    Dalam tulisan ini kami kutipkan beberapa riwyat saja, antara lain riwyatBukhr dan Muslim dari isyah r.a. ia berkata (Lihat SHAHH BUKHR,Hadts No. 949, 925. Lihat juga SHAHH MUSLIM, Hadts No. 829 dengantambahan lafazh:(( "Kedua-duanya (perempuan itu) bukanlah

    penyannyi"):

    "Pada suatu hari Raslullh masuk ke tempatku. Di sampingku ada duagadis perempuan budak yang sedang mendendangkan nyanyian (tentanghari) Buats (Buats adalah nama salah satu benteng untuk Al-AWS yang

    jaraknya kira-kira dua hari perjalanan dari Madnah. Di sana pernah terjadiperang dahsyat antara kabilah Aus dan Khazraj tepat 3 tahun sebelumhijrah).(di dalam riwyat Muslim ditambah dengan menggunakan rebana).(Kulihat) Raslullh s.a.w. berbaring tetapi dengan memalingkanmukanya. Pada sat itulah Ab Bakar masuk dan ia marah kepada saya.

    Katanya: "Di tempat Nabi ada seruling setan?" Mendengar seruan itu,Nabi lalu menghadapkan mukanya kepada Ab Bakar seraya bersabda:

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    3/30

    "Biarkanlah keduanya, hai Ab Bakar!". Tatkala Ab Bakar tidakmemperhatikan lagi maka saya suruh kedua budak perempuan itu keluar.Waktu itu adalah hari raya di mana orang-orang Sudan sedang (menaridengan) memainkan alat-alat penangkis dan senjata perangnya (di dalammasjid)....."

    Dalam riwyat lain Imm Bukhr menambahkan lafazh (Lihat SHAHHBUKHR, Hadts No. 509, 511):

    "Wahai Ab Bakar, sesungguhnya tiap bangsa punya hari raya. Sekarangini adalah hari raya kita (umat Islam)."

    Hadts Imm Ahmad dan Bukhr dari isyah r.a. (Lihat SHAHH BUKHRHadts No. 5162, TARTB MUSNAD IMM AHMAD, Jilid XVI, hlm. 213. Lihat

    juga: Asy-Syaukn, NAIL-UL-AUTHR Jilid VI, hlm. 187):

    ( (

    "Bahwa dia pernah mengawinkan seorang wanita dengan seorang laki-lakidari kalangan Anshr. Maka Nabi s.a.w. bersabda: "Hai 'isyah, tidakadakah padamu hiburan (nyanyian) karena sesungguhnya orang-orangAnshr senang dengan hiburan (nyanyian)."

    Juga ada lafaz Hadts riwyat Imm Ahamd berbunyi (Lihat Asy-Syaukn,ibidem jilid VI, hlm. 187):

    :

    "Bagaimana kalau diikuti pengantin itu oleh (oran-orang) wanita untukbernayanyi sambil berkata dengan senada: "Kami datang kepadamu.Hormatilah kami dan kami pun menghormati kamu. Sebab kaum Anshrsenang menyanyikan (lagu) tentang wanita."

    Abd-ul-Hayy Al-Kaththn(Lihat Abd-ul-Hayy Al-Kaththi, AT-TARTIB-UL-

    IDRIYYAH, Jilid II, hlm. 121-126). mencatat nama-nama penyanyi wanitadi masa Raslullh. Mereka ini suka menyanyi di ruang tertutup (rumah)kalangan wanita saja pada pesta perkawinan dan sebagainya. Diantaranya bernama Hammah (Lihat juga Ibnu Al-Asqalany, AN-NIS,

    AL-'ASHBAH F TAMYZ ASH-SHAHBAH, Jilid IV, hlm. 274 dan 275) danArnab (Lihat Ibnu Hajar Al-Asqalany, ibidem, hlm. 226).

    Kaum lelaki masa Rasulullah dan sesudahnya suka memanggil penyanyibudak (jawr) ke rumah mereka jika ada pesta pernikahan. Buktinya Amirbin Saad (seorang dari Tbin) pernah meriwayatkan tentang apa yang

    terjadi dalam suatu pesta pernikahan. Ia berkata (Lihat SUNAN AN-NASI,Jilid VI, hlm. 135):

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    4/30

    : : ) )

    "Saya masuk ke rumah Qurazhah bin Kaab dan Ab Masd Al-Anshr.

    Ketika itu sedang berlangsung pesta perkawinan. Tiba-tiba beberapaperempuan budak (jawr) mulai menyanyi-nyanyi. Maka saya bertanya::Kalian berdua adalah sahabat Raslullh s.a.w. dan pejuang di perangBadar. Kenapa hal yang begini kalian lakukan pula? Quraizhah menjawb:"Duduklah, kalau engkau mau. Mari kita dengar bersama. Kalau tidak,silakan pergi. Sesungguhnya telah diperbolehkan bagi kita untukmengadakan hiburan (nyanyian) apabila ada pesta perkawinan." (H.R. An-Nasai, lihat Bab Hiburan dan Nyanyian Pada Pesta Pernikahan).

    Imm An-Nasi meriwayatkan dalam bb Mengumumkan PernikahanDengan Suara (Nyanyian) dan Rebana yang diriwayatkannya dari M. binHathib bahwa Nabi s.a.w. bersabda (Lihat SUNAN AN-NASI, Jilid VI, hlm.127):

    :

    "Tanda pemisah (pembeda) antara yang hall dengan yang harm (dalamsuatu pernikahan) adalah (mengumumkanmua dengan) memainkanrebana dan menyanyi."

    1. KEHIDUPAN MASYARAKAT ISLAM PADA MASA RASLULLH S.A.W.

    Walaupun demikian perlu juga diperhatikan, kehidupan masyarakat Islamdi masa Raslullh s.a.w. ditandai oleh dua karakteristik, yaitu (1).sederhana; (2). banyak berbuat untuk jihd f sablillh.

    Membela Islam dan meluaskannya menghendaki seluruh pemikiran danusaha sehingga tidak ada sisa waktu lagi untuk bersenang-senangmenciptakan bentuk-bentuk keindahan (seni musik, lagu) apalagimenikmatinya. Orang-orang Islam dengan lagu dan musik. Inimembuktikan bahwa masyarakat Islam di masa Raslullh bukan tanahyang subur untuk kesenian. Tetapi ketika wilayah Islam meluas, kaum

    Muslimn berbaur dengan berbagai bangsa yang masing-masingmempunyai kebudayaan dan kesenian sehingga terbukalah mata merekakepada kesenian suara baru dengan mengambil musik-musik Persia danRomawi.

    2. PENGARANG TEORI MUSIK DARI KALANGAN KAUM MUSLIMN.

    Pada waktu itu muncullah seorang ahli musik bernama Ibnu Misjah(wafat tahun 705 M.). Setelah itu kaum Muslimin banyak yangmempelajari buku-buku musik yang diterjemahkan dari bahasa Yunani dan

    Hindia. Mereka mengarang kitab-kitab musik baru dengan mengadakan

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    5/30

    penambahan, penyempurnaan, dan pembaharuan, baik dari segi alat-alatinstrumen maupun dengan sistem dan teknisnya.

    Di antara pengarang teori musik Islam yang terkenal ialah:

    1. Yunus bin Sulaimn Al-Khatb (wafat tahun 785 M.). Beliau adalahpengarang musik pertama dalam Islam. Kitb-kitb karangannya dalammusik sangat bernilai tinggi sehingga penggarang-penggarang teori musikEropa banyak yang merujuk ke ahli musik ini.

    2. Khall bin Ahmad(wafat tahun 791 M.). Beliau telah mengarang bukuteori musik mengenai not dan irama.

    3. Ishk bin Ibrhm Al-Mausully(wafat tahun 850 M.) telah berhasilmemperbaiki musik Arab jhilliyah dengan sistem baru. Buku musiknyayang terkenal adalah KITB-UL-ALHAN WAL-ANGHM (Buku Not danIrama). Beliau sangat terkenal dalam musik sehingga mendapat julukanIMM-UL-MUGHANNIYN (Raja Penyanyi).

    3. PENDIDIKAN MUSIK DI NEGERI-NEGERI ISLAM.

    Selain dari penyusunan kitb musik yang dicurahkan pada akhir masaDaulah Umayyah. Pada masa itu para khalfah dan para pejabat lainnyamemberikan perhatian yang sangat besar dalam pengembanganpendidikan musik. (Lihat Prof. A.Hasmy, Sejarah kebudayaan Islam, hlm.320-321).

    Banyak sekolah musik didirikan oleh negara Islam di berbagai kota dandaerah, baik sekolah tingkat menengah maupun sekolah tingkat tinggi.Sekolah musik yang paling sempurna dan teratur adalah yang didirikanoleh Said Abd-ul-Mumn (wafat tahun 1294 M.).

    Salah satu sebab mengapa dalam Daulah Abbsiyyah didirikan banyaksekolah musik adalah karena keahlian menyanyi dan bermusik menjadisalah satu syarat bagi pelayan (budak), pengasuh, dayang-dayang diistana dan di rumah pejabat negara atau pun di rumah para hartawanuntuk mendapatkan pekerjaan. Karena itu telah menjadi suatu keharusan

    bagi para pemuda dan pemudi untuk mempelajari musik. (Lihat Prof. A.Hasjmy , ibidem, hlm. 322).

    Di antara pelayan (jawr) atau biduan dan biduanita yang menjadipenyannyi di istana negara tercatat nama-namanya sebagai berikut (LihatProf. A. Hasjmy, ibidem, hlm. 324-326):

    Yang menjadi biduan antara lain: 1. Mabad, 2.Al-Khard, 3. Duabersaudara Hakam dan Umar Al-Wady, 4. Fulaih bin Ab Aur, 5. Siyth,6. Nasyth, 7. Ibrhm al-Mausullydan puteranya Ishk al-Mausully.

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    6/30

    Adapun biduanitanya anatara lain: 1. Neam (biduanita istana KhalfahMakmun), 2. Bazel danZat-ul-Khal (biduanita istana di masa KhalfahHrn Ar-Rasyd), 3. Basbas (biduanita istana di masa Khalfah Al-Mahdi),4. Habhabah (biduanita kesenangan Khalfah Yazd I), dan 5. Sallamah(biduanita istana Khlfah Yazd II).

    HALAL ATAU HARAM NYANYIAN DAN MEMAINKAN ALAT MUSIK?

    Nyanyian yang bersifat vokal (suara manusia tanpa instrumen musik)tidak diperselisihkan oleh para fuqaha. Mereka mengatakan bahwanyanyian semacam ini halal atau dibolehkan, sebagaimana yang dikutipoleh Imam Asy-Syaukani dari berbagai kalangan ulama (Lihat Asy-Syaukani , NAIL-UL-AUTHAR, Jilid VIII,hlm. 114-115):

    "Nyanyian tanpa instrumen musik, Al-Adhfawi dalam kitabnya AL-IMTAmenyebutkan bahwa Imam Al-Ghazali dalam berbagai karangan fiqihnyamenegaskan kesepakatan ulama tentang halalnya nyanyian jenis ini.Begitu juga Ibnu Thahir berpendapat ada ijma' sahabat dan tabi'in tentanghalalnya nyanyian vokal ini. At-Taj-ul-Fazari dan Ibnu Qutaibahmenyebutkan adanya ijma' penduduk Mekah dan Madinah. Ibnu Thahirdan Ibnu Qutaibah juga menyebutkan adanya ijma' penduduk Madinahdalam hal tersebut. Sedangkan Imam Al-Mawardi mengatakan bahwapenduduk Hijaz sejak dulu sampai sekarang (abad 5 H) membolehkannyanyian jenis ini pada hari-hari yang mulia dalam setahun yang (kaumMuslimin) diperintahkan untuk melakukan nazam-nazam zikir dan ibadah."

    Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Umdah berkata:

    "Telah diriwayatkan tentang halalnya nyanyian dan mendengarkannyadari sekelompok sahabat dan tabi'in, di antaranya adalah Imam yangempat, Ibnu "Uyainah, dan jumhur Syafi'yah."

    Ini mengenai nyanyian vokal tanpa instrumen musik. Adapun nyanyianyang disertai dengan alat musik maka ulama yang menghalalkannyamengatakan bahwa semua Hadits yang membahas masalah ini nilainyatidak sampai ke tingkat shahih maupun hasan. Inilah yang dikatakan olehAl-Qadhi Abu Bakar Ibn-ul-'Arabi (Lihat Abu Bakar Ibn-ul-'Arabi, AHKAM-UL-

    QURAN, Jilid III, hlm. 1053-1054):

    "Tidak terdapat satu dalil pun di dalam Al-Quran maupun Sunnah Rasulyang mengharamkan nyanyian. Bahkan ada Hadits yang menunjukkanbolehnya nyanyian. Hadits shahih itu mengatakan bahwa Abu Bakarpernah masuk ke tempat Aisyah yang disampingnya ada dua jariyahpenyanyi dari kalangan Anshar yang sedang menyanyikan tentang hariBu'ats. Kemudian Abu Bakar berkata: "Di rumah Nabi s.a.w. ada serulingsyaitan?" Mendengar perkataan itu, Rasulullah s.a.w. bersabda:

    "Biarkanlah keduanya, wahai Abu Bakar, sebab sesungguhnya hari iniadalah hari raya."

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    7/30

    Ibn-ul-'Arabi berkata: "Jika nyanyian itu haram, tentu di rumah Rasulullahs.a.w. tidak akan ada sama sekali hal tersebut. Tetapi alasan yangdiberikan beliau (Nabi s.a.w.) untuk membolehkannya adalah karenanyanyian itu dilakukan pada hari raya, yang hal tersebut menunjukkanbahwa bila nyanyian itu dilakukan secara terus-menerus, maka hukumnya

    makruh. Sedangkan rukhshah (keringanan) untuk melakukannya terbataspada saat-saat tertentu seperti hari raya, perkawinan, pulangnyaseseorang kekampung halamannya, dan sebagainya. Berkumpulnyaorang-orang (dalam acara tersebut) biasanya untuk menyenangkan hatiorang-orang yang sejak lama tidak bertemu atau berkumpul, baikberkumpulnya kalangan kaum wanita maupun pria. Jadi, setiap Haditsyang diriwayatkan maupun ayat dipergunakan untuk menunjukkankeharaman nyanyian merupakan pendapat yang bathil atau tidak benardari segi sanad dan ijtihad, baik bertolak dari nash maupun suatutakwilan."

    Imam Ibnu Hazm juga memberikan komentar yang melemahkan semuaHadits riwayat tentang nyanyian. Bahkan menurut beliau, sebagian diantaranya adalah maudhu' (palsu). Inilah komentarnya. (Lihat Ibnu Hazm,AL-MUHALLA, Jilid VI, hlm. 59):

    "Jika belum ada perincian dari Allah s.w.t. maupun RasulNya tentangharamnya sesuatu yang kita bincangkan di sini (dalam hal ini adalahnyanyian dan menggunakan alat-alat musik), maka telah terbukti bahwaia adalah halal atau boleh secara mutlak."

    Adapun orang yang bertolak dari pendapat Ibnu Mas'ud dan Ibnu 'Abbastentang firman Allah s.w.t. surat Luqman, ayat 6 tentang arti Lahw-ul-hadits dalam ayat tersebut adalah 'nyanyian". Begitu juga pendapat Ibnu'Abbas yang mengatakan bahwa memainkan alat musik rebana dan setiapalat musik termasuk seruling, tambur, adalah haram. Maka Ibnu Hazmmembantah pendapat ini dengan mengatakan (Lihat Ibnu Hazm, AL-MUHALLA, Jilid VI, hlm. 60). bahwa semua pendapat yang semacam initidak dapat dijadikan sebagai hujjah atau bukti dengan sebab-sebabsebagai berikut:

    1. Tidak ada hujjah dalam ucapan manusia manapun selain ucapan

    Rasulullah s.a.w.

    2. Pendapat Ibnu 'Abbas dan Ibnu Mas'ud, Ibrahim, Mujahid, dan Ikrimahtentang firman Allah s.w.t. dalam surat Luqman, ayat 6 yang menyatakanbahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah nyanyian, maka pendapatini bertentangan senga pendapat yang lainnya dari kalangan sahabat dantabi'in.

    3. Teks ayat tersebut cukup untuk membatalkan hujjah mereka. Orang-orang yang bertindak demikian, sebagaimana yang diterangkan dalam

    ayat tersebut adalah orang-orang yang bila mengajarkannya telahtermasuk kafir tanpa ada selisih pendapat (khilaf). Mereka telah

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    8/30

    menjadikan Sabil (Agama Allah s.w.t.) sebagai senda gurau. Andaikan Al-Quran dibeli untuk menyesatkan orang-orang dari jalan Allah s.w.t. dandijadikannya sebagai bahan ejekan maka tentu orang-orang yangmelakukan hal tersebut telah menjadi kafir. Inilah yang dicela oleh Allahs.w.t. melalui ayat tersebut. Arti ayat itu bukan ditujukan kepada orang-

    orang yang menyibukkan dirinya dengan sesuatu untuk menghibur diritanpa bermaksud menyesatkan orang lain dari jalan Allah s.w.t. Dengandemikian, hujjah mereka telah gugur. Begitu pula dengan orang-orangyang sengaja menyibukkan diri dengan maksud tidak melakukan solatwalaupun apa yang dilakukannya adalah dengan membaca Al-Quran,buku-buku Hadits, mencari bahan untuk pengajian, sibuk memandangbanyaknya uang, atau menyibukkan diri dengan nyanyian dan yangserupa dengannya, maka orang tersebut adalah fasiq dan telah berbuatmaksiat. Adapun yang tidak meninggalkan sesuatu dari apa yang telahdiwajibkan walaupun ia sibuk dengan apa yang telah diuraikan di atas,maka orang tersebut adalah muhsin (orang yang tidak salah melangkah).

    Kemudian beliau melanjutkan bantahannya terhadap pendapat dari pihakyang menanyakan, apakah nyanyian itu tergolong dalam Al-Haq (sesuatuyang dibenarkan oleh agama) atau tidak? Ini disebabkan karena Allahs.w.t. telah berfirman:

    "...maka tidak ada sesuatu kebenaran itu melainkan kesesatan." (10:32),dengan mengatakan (Lihat Ibnu Hazm, AL-MUHALLA, Jilid VI, hlm. 60).

    Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

    ) ( ) (

    "Sesungguhnya amal perbuatan (manusia) itu tergantungniatnya. Bahwasanya apa yang diperoleh oleh seseorang adalahsesuai dengan apa yang diniatkannya...."

    Oleh karena itu siapa saja yang niatnya mendengar nyanyian untukmelakukan suatu kemaksiatan kepada Allah, maka ia adalah seorang

    fasiq.

    Begitu pula halnya tiap sesuatu (hiburan) selain nyanyian. Sedangkanorang yang berekreasi di kebun atau duduk-duduk di depan pintu rumahsambil melihat orang-orang yang sedang berjalan, mencelup bajunyadengan warna biru atau hijau, dan warna lainnya, atau ingin meluruskankaki atau menekuknya (fold s.t., bend s.t. over), begitu pula denganseluruh perbuatan yang serupa dengannya.

    Bertolak dari keterangan di atas maka terbukti dengan pasti bathilnya

    pendapat orang-orang yang meributkan masalah tersebut (yangmengharamkan nyanyian).

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    9/30

    Berdasarkan uraian-uraian di atas, ditambah dengan berbagaiketerangan sebelumnya maka dapat kita simpulkan bahwa paraulama memang telah berselisih pendapat terhadap masalahnyanyian.

    Sebagian dari mereka tidak menganggap Hadits-Hadits yangmengharamkan nyanyian adalah shahih.

    Sedangkan yang lain telah menjadikan Hadits-Hadits tersebutsebagai hujjah atau bukti untuk mengharamkan nyanyian.

    Masing-masing mengikuti apa yang mereka tentukan sebagaidasar pengambilan hukum sesuai dengan ijtihadnya.

    Karenanya, siapa saja yang ijtihadnya telah menghasilkan suatudugaan yang kuat bahwa bernyanyi dan mendengarkannyaadalah haram, maka itulah hukum Allah terhadapnya, jugaterhadap setiap orang yang mengikutinya.

    Sedangkan bagi orang-orang yang belum terbukti baginya keshahihanHadits-Hadits yang mengharamkan nyanyian yang disertai dengandugaan kuat dan dengan ijtihad yang benar, maka itulah hukum Allahterhadapnya. Juga terhadap setiap orang yang mengikutinya sebabmasalah ini adalah masalah khilafiyah sebagaimana yang telah kamiuraikan pada bab-bab sebelumnya.

    PANDANGAN ISLAM TERHADAP SENI TARI.

    Seni tari dilakukan dengan menggerakkan tubuh secara berirama dandiiringi dengan musik. Gerakannya bisa dinikmati sendiri, merupakanekspresi gagasan, emosi atau kisah. Pada tarian sufi (darwish), gerakandipakai untuk mencapai ekskatase (semacam mabuk atau tak sadar diri).Sejak dahulu, seni tari telah memainkan peranan penting dalam upacarakerajaan dan masyarakat maupun pribadi. Seni tari adalah akar tarianBarat populer masa kini. Bangsa-bangsa primitif percaya pada daya magisdari tari. Dari tarian ini dikenal tari Kesuburan dan Hujan, tari Eksorsisme,dan Kebangkitan, tari Perburuan dan Perang. Tarian Asia Timur hampir

    seluruhnya bersifat keagamaan, walaupun ada yang bersifat sosial. Selainitu ada tarian rakyat yang komunal (folk dance). Tarian ini dijadikanlambang kekuatan kerjasama kelompok dan perwujdan salingmenghormati, sesuai dengan tradisi masyarakat.

    Tarian tradisional seringkali mendapat sentuhan penata tari yangkemudian menjadi tarian kreasi baru. Kita lantas mengenal adanya senitari modern yang umumnya digali dari tarian traditional. Tarian ini lebihmengutamakan keindahan, irama gerak dan memfokuskan pada hiburan.Seni sekarang berada halnya dengan tarian abad-abad sebelumnya.Orang mengenal ada tari balet, tapdans, ketoprak atau sendratari Gayatarian abad XX berkembang dengan irama-irama musik pop singkopik,

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    10/30

    misalnya dansa cha-cha-cha, togo, soul, twist, dan terakhir adalah diskodan breakdance. Kedua tarian ini gerakannya menggila dan digandrungianak muda.

    1. SENI TARI DALAM LINTASAN SEJARAH ISLAM.Dalam sejarah Islam terdapat perbedaan pendapat antara yang prodengan yang kontra tentang seni tari. Seni tari pada permulaan Islamberbentuk sederhana dan hanya dilakukan oleh orang-orang yang datangdari luar jazrah Arab, seperti orang-orang Sudan, Ethiopia, dan lain-lain.Menari biasa dilakukan pada hari-hari gembira, seperti hari raya dan hari-hari gembira lainnya.Salah satu contoh tentang hal ini adalah seperti yang diriwayatkan olehAb Dwd dari Anas r.a. yang berkata (Lihat SUNAN AB DWD, Jilid IV,hlm. 281):

    ( ( ( )

    "Tatkala Raslullh datang ke Madnah, orang-orang Habsyah (Ethiopiasekarang) menari dengan gembira menyambut kedatangan beliau sambilmemainkan senjata mereka."Imm Ahmad dan Ibnu Hibbn juga meriwayatkan dengan sanad yang

    shahih dari Anas r.a. Beliau berkata (Lihat MUSNAD IMM AHMAD, Jilid III,hlm. 152; lihat juga Al-Qastallan, IRSYD-US-SARI, SYARH-SHAHHBUKHR, Jilid II, hlm. 204-205):

    ( )( ) :

    "Orang-orang Habsyah (pada hari raya d-ul-Adhh) menari (denganmemainkan senjata mereka) di hadapan Raslullh s.a.w. Banyak anak-anak berkumpul di sekitarnya karena ingin menonton tarian mereka.

    Orang-orang Habsyah bernyanyi (dengan syair): "MUHAMMAD ADALAHHAMBA YANG SHALEH...." (secara berulang-ulang).Sesudah jaman Raslullh s.a.w., khususnya di jaman Daulah Abbsiyyah,seni tari berkembang dengan pesat. Kehidupan mewah yang dicapai kaumMuslimn pada waktu itu telah mengantarkan mereka kedalam suatudunia hiburan yang seakan-akan telah menjadi keharusan dalammasyarakat yang mamr (Hukum mendengarkan alunan lagu adalahmubah, tetapi ketika itu orang-orang telah melakukannya). Namun banyakulam yang tidak setuju dengan tarian semacam itu, tercatat diantaranya ialah Imm Syaikh-ul-Islam, Ahmad Ibnu Taimiyah (wafat tahun

    1328 M). Beliau menentang keras seni tari dalam kitabnya yang berjudulRislah f Simi war-Raqs was-Surkh (Rislah tentang Mendengar Musik,

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    11/30

    Tarian-Tarian dan Nyanyian). Namun ada juga kalangan ulam yangmembolehkan seni tari selama tidak melanggar norma-norma Islam. Yangberpendapat begini di antaranya Ibrhm Muhammad Al-Halab (wafattahun 1545 M.). Beliau mengarang kitb yang berjudul Ar-Rahs Wal-WaqsLimustahill-ir-Raqs (Benteng yang Kokoh bagi Orang yang Membolehkan

    Tari-Tarian).

    Pengarang kitb ilmu seni tari yang pertama di dalam Islam adalah Al-Farb (wafat tahun 950 M.), yang mengarang kitb AR-RAQSU WAZ-ZAFNU (Kitb tentang Tari dan Gerak Kaki) (Lihat Prof. A. Hasjmy, Ibidem,hlm. 326). Pengaruh kitb ini masih dapat kita ketahui, Riau adalah pusatkerajaan Melayu dan pernah memperoleh masa kejayaannya di sana.Berbagai guru serta pelatih tari dan nyanyian dipelihara sultan di istana.Begitu juga dengan perkembangan syair. Bentuk seni inipun berkembangdengan baik dan mendapatkan perhatian sultan. Tari Zapin sampaisekarang masih hidup subur di kepulauan Riau (Melayu). Bahkan banyaktradisi yang sekarang berkembang di nusantara adalah hasilperkembangan tari rakyat Riau yang diperagakan mulai dari lingkupistana sampai kedai-kedai kopi. Serampang dua belas, misalnya, adalahtarian populer peninggalan karya tersebut. Kata-kata pengiring tarian inimasih menggunakan bahasa Arab yang bercampur dengan bahasaMelayu (Lihat Dr. Oemar A. Hoesin, KULTUR ISLAM, hlm. 466-467).Dahulu, pada jaman khilafah Abbsiyah, seni tari telah mendapatkantempat yang istimewa di tengah masyarakat, baik di kalangan istana,gedung-gedung khusus (rumah pejabat dan hartawan), maupun di

    tempat-tempat hiburan lainnya (taman ria dan sebagainya). Pada akhirmasa khilafah Abbsiyah, kesenian tari mulai mundur ketika tentarabangsa Mongol menguasai pusat peradaban Islam di Baghdd. Semuahasil karya seni dirusak oleh tentara keji itu karena memang bangsa initidak menyukai tarian. Kemudian pada masa khilafah Utsmniahberikutnya, seni tari berkembang lebih pesat lagi, khususnya tarian sufiyang biasa dilakukan oleh kaum pria saja. Sedangkan penari wanitamenarikan tarian di istana dan rumah-rumah para pejabat. Mereka iniadalah penari "berkaliber tinggi".Namun perlu diperhatikan di sini, dalam sejarah umat Islam yang panjang,

    tari-tarian itu tidak pernah dilakukan di tempat-tempat terbuka yangpenontonnya bercampur-baur antara lelaki dengan wanita. Ini berbedahalnya dengan nyanyian. Pada masa pemerintahan khilafah Abbsiyah,para penyanyi diijinkan menyanyi menyanyi sambil menari di jalanan ataudi atas jembatan serta di tempat-tempat umum lainnya. Rumah-rumah lesprivat menyanyi dan menari dibuka untuk umum, baik di rumah-rumahorang kaya maupun miskin. (Lihat Ab Al-Farj Al-Ishfahn, AL-AGHN,

    Jilid XVIII, hlm. 128, dan Jilid XIII, hlm. 127). Tetapi tidak pernah dilakukandi tempat-tempat khusus, seperti yang dilakukan sekarang ini (khususnyaanak-anak muda), misalnya di night club, panggung pertunjukan, dan

    sebagainya.

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    12/30

    Perlu diingat, tari-tarian pada masa lalu hanya dilakukan oleh wanita-wanita budak saja yang bekerja di istana, di rumah para pejabat, atau dirumah-rumah rakyat biasa. Namun ada juga penari dari kalangan pria,misalnya Ibrhm Al-Maushili (wafat 235 H.), dan sekelompok penarikawakan yang tercatat di dalam kitb Al-Aghn. (Lihat Ab Al-Farj Al-

    Ishfahn, ibidem, Jilid V (Riwayat hidup Ibrhm Al-Maushili)).Sebagaimana kami sebutkan di atas, tari-tarian dimasa permulaan Islamtidak pernah dilakukan dalam keadaan kaum lelaki menari bercampurdengan kaum wanita, kecuali sesudah kebudayaan Barat mulai mewarnaidan mempengaruhi kebudayaan Islam. Sesudah itu baru munculkebiasaan menari dengan mengikuti para penari Barat dengan gayamerangsang syahwat dan membangkitkan birahi, seperti tari balet, dansa,

    joget, dangdut, atau tarian yang menimbulkan histeria seperti disko danbreak dance.

    2. TANGGAPAN UTAMA ISLAM TERHADAP TARIAN.Imm Al-Ghazl dalam kitb IHY-ULULM-ID-DN, (Lihat Imam Al-Ghazali, IHY-UL-ULM-ID-DN, Jilid VI, hlm. 1141, 1142 dan 1187)beranggapan bahwa mendengar nyanyian dan musik sambil menarihukumnya mubh. Sebab, kata beliau: "Para sahabat Raslullh s.a.w.pernah melakukan "hajal" (berjinjit) pada saat mereka merasa bahagia.Imm Al-Ghazl kemudian menyebutkan bahwa Al bin Ab Thlib pernahberjinjit atau menari tatkala ia mendengar Raslullh s.a.w. bersabda:

    ()

    "Engkau tergolong ke dalam golonganku, dan aku tergolong ke dalamgolonganmu."Begitu juga Jafar bin Ab Thlib. Kata Imm Al-Ghazl, dia pernahmelakukan hal yang sama (berjinjit) ketika mendengar sabda Raslullhs.a.w. :

    ( (

    "Engkau adalah orang yang paling mirip dengan corak dan tabiatku".

    Juga Zaid bin Hritsah pernah berjinjit tatkala mendengar sabdaRaslullh s.a.w.:

    (

    )

    "Engkau adalah saudara dan penolong kami."

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    13/30

    Dalam kesempatan lain isyah diijinkan Raslullh s.a.w. untukmenyaksikan penari-penari Habsyah. Kemudian Imm Al-Ghazlmenyimpulkan bahwa menari bahwa menari itu hukumnya boleh padasaat-saat bahagia, seperti hari raya, pesta pernikahan, pulangnya

    seseorang ke kampung halamannya, saat walmahan pernikhan,aqqahan, lahirnya seorang bayi, atau pada waktu khitanan, dan setelahseseorang hafal Al-Qurn. Semua ini hukumnya mubh yang tujuannyauntuk menampakkan rasa gembira. Tetapi tari-tarian itu maupun jenis-

    jenis hiburan lainnya tidak layak dilakukan para pejabat dan pepimpinyang menjadi panutan masyarakat. Ini bertujuan agar mereka tidakdikecilkan rakyat, tidak dijatuhkan martabatnya, atau tidak dijauhi olehrakyatnya.

    Tentang riwyat Imm Bukhr dan Imm Ahmad yang berkaitan denganmenarinya orang-orang Habsyah di hadapan Raslullh s.a.w., Al-QdhIydh berkata: "Ini merupakan dall yang paling kuat tentang bolehnyatarian sebab Raslullh s.a.w. membiarkan mereka melakukannya, bahkanmendorong mereka untuk melanjutkan tariannya."Akan tetapi Imm Ibnu Hajar menentang pengertian Hadts yangmembolehkan tarian. Beliau berkata: "Sekelompok sufi telah berdallkepada Hadts tersebut untuk membolehkan tari-tarian danmendengarkan alat-alat musik. Padahal jumhur ulama telah menegurpendapat ini dalam hal perbedaan maksud dan tujuan. Tujuan orang-orang Habsyah yang bermain-main dengan perisai dan tombak

    merupakan bagian dari latihan yang biasa mereka lakukan untukberperang. Oleh karenanya, hal ini tidak bisa dijadikan sebagai hujjahuntuk membolehkan tari-tarian yang tujuannya untuk menghibur diri."(Lihat Ibnu Hajar Al-Asqalani, FATH-UL-BRI, Jilid VI, hlm. 553).Adapun mengenai nukilan Imm Al-Ghazl tentang "hajal" (berjinjitnya)Al, Jafar, dan Zaid, maka ditentang keras oleh Imm Ibn-ul-Jauzi (LihatImm Ibn-ul-Jauzi TALBS IBLS, hlm. 258-260). Katanya, hajal tidak lebihdari semacam cara dalam gerak kaki berjalan yang dilakukan pada saatseseorang merasa gembira. Sedangkan tarian tidak demikian! GerakanZafarnya orang-orang Habsyah adalah mendorong keras dan menyepak

    dengan kaki. Maka inipun merupakan salah satu cara dalam berjalan padasaat berhadapan dalam peperangan.

    Kemudian Imm Ibn-ul-Jauzi berkata: "Menurut Ab Al Waf Ibn-ul-Aql, Al-Qurn telah mencantumkan keharaman tarian dengan nash yang tegasseperti firman Allah s.w.t.:

    (:( ) 18)

    "Dan janganlah kamu berjalan di bumi ini dengan angkuh." (31:18)

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    14/30

    Allah s.w.t. juga mencela orang-orang yang sombong dengan firmanNya:

    (( )18(:

    "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagimembanggakan diri." (31:18).Karena itulah menurut Ab Waf Ibnul Aql, menari merupakan caraberjalan paling angkuh dan penuh dengan kesombongan. Kemudian ImamIbn-ul-Jauzi melanjutkan dengan mengomentari tarian orang sufi. Katanya,dapatkah kita membayangkan suatu perbuatan keji yang dapatmenjatuhkan nilai akal dan kewibawaan bagi seseorang sertamenyebabkan ia terjatuh dari sifat kesopanan dan rendah hati, sepertiyang dilakukan oleh seorang (sufi yang ) berjanggot. Apalagi yang

    melakukannya adalah kakek-kakek yang berjenggot, bertepuk tangan danmengikuti irama yang dinyanyikan para wanita dan anak-anak muda yangbelum tumbuh jenggotnya. Apakah layak bagi seseorang membanggakandiri dengan menari seperti binatang dan menepuk dada seperti wanita(sambil menari), yang sudah gaek dan hampir masuk liang kubur yangnantinya akan diminta pertanggungjawabannya di Padang Mahsyar?

    3. MENENTUKAN SIKAP DAN PENDIRIAN.Keinginan untuk menari sama dengan keinginan manusia untuk berjalan,

    bermain, dan seterusnya. Semua merupakan perbuatan yang biasadilakukan secara alami (fitri) dalam rangka menghibur diri atau mencarikesenangan dan kebahagiaan.Syara tidak mengharmkan seseorang untuk menggerakkan badan,tangan, kaki, perut, dan sebagainya. Bahkan semua perbuatan itu akanmuncul secara alami.Hukum asal untuk menari adalah mubh selama dall-dall syara tidakmengharmkan tari-tarian tertentu, baik yang berirama maupun yangtidak diiringi musik.

    Telah cukup banyak jenis tarian yang ada di tengah masyarakat saat ini.Ada tarian dari masyarakat primitif yang berbentuk tarian upacara ritual.

    Tarian ini tetap dilestarikan keberadaannya.Ada tarian modern (tradisional daerah, tari Minang, Tari piring, tari rantak)yang ditarikan oleh masyarakat setempat pada berbagai upacaraperayaan atau ketika menyambut tamu luar negeri.Biasanya tari-tarian ini tidak terlepas dari iringan musik dan nyanyiankhas serta ciptaan daerah tertentu.

    Tarian rakyat itu akhirnya tidak terlepas dari promosi atau pengenalannegeri tempat asalnya. Tujuannya adalah untuk menarik pengunjung

    (wisatawan mancanegara atau domestic) untuk atau yang sedangberkunjung ke negeri-negeri tertentu.

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    15/30

    Bahkan terkadang, tarian dari negara tertentu dapat kita temukan dinegeri lain karena perwakilan konsulat bidang kebudayaan negaratersebut dangan senanghati menggelar pertunjukannya (seperti telah kitalihat adanya tarian-tarian Fandago dari Spanyol, Polka dari Bohemia,Czardas dari Hongaria, Jig dari Irlandia, atau Fling dari Skotlandia).

    Di kepulauan-kepulauan sekitar Pasifik dan negeri-negeri Timur lainnya,terdapat tarian-tarian yang seluruhnya dilakukan dengan sikap duduk.Ada tari perut di Timur Tengah, yang biasanya dilakukan denganpenekanan gerak pada bagian perut, berputar atau menggelepar. Tarianini adalah jenis tarian hiburan semata. Ada juga tarian yang dilakukanoleh wanita-wanita.

    Tarian Barat juga banyak macamnya. Ada tari Balet yang merupakantarian drama tunggal yang diiringi musik. Tarian ini biasanya dilakukanoleh sepasang manusia (lelaki-perempuan). Ini sama saja dengan dansaAgogo, cha-cha-cha, twist, dan disko. Semua tarian ini sudah lazimdilakukan oleh pasangan penari lelaki dan wanita. Lalu, bagaimana statushukum syara terhadap tari-tarian yang telah disebutkan di atas? Dibawah ini akan di rinci pandangan syara terhadap tarian sebagai berikut:1. Syara melarang kaum Muslimn menyerupai orang kafir dalam hal-halyang menyangkut urusan agama. Dalam hal ini termasuk semua jenistarian upacara keagamaan dan primitif.Raslullh s.a.w. bersabda (Lihat SHAHH BUKHR, Hadts No. 7319):

    : :

    "Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengambil apa-apa yangdilakukan oleh bangsa-bangsa terdahulu (abad-abad silam) sejengkaldemi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai ketika merekamasuk ke liang biawak, kalian pun mengikutinya." Para sahabatbertanya: "Ya Raslullh, apakah yang (engkau) maksudkan di siniadalah (seperti) bangsa-bangsa Persia dan Romawi?" Raslullh

    menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka." (HR. BUKHR).

    Dalam riwyat lain disebutkan bahwa yang di ikuti oleh kaun Muslimnadalah (budaya) orang-orang Nasrn dan Yahd.(Lihat SHAHH BUKHR,Hadts No. 7320).2. Setiap tarian yang berpasangan lelaki wanita yang bercampur-baurdan diiringi dengan instrumen musik, maka harm hukumnya, karenaRaslullh s.a.w. bersabda (Lihat Abd-ur-Raf Al-Manw, FAIDH-UL-QDIR, Hadts No. 5824):

    (

    )

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    16/30

    "Ghrah (cemburu) itu adalah bagian dari mn, sedangkan Miz adalah

    bagian dari nifq." (HR AL-BAZZR, BAIHAQ, dari Ab Sad Al-Khudr).Imm Ibnu Atsr menafsirkan Miz dengan makna sebagai berikut:

    a. Lelaki yang membawa sejumlah pria ke rumahnya untuk mencampuriistrinya;

    b. Ada yang mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari "AMDZAIT-UL-FARAS" yang artinya: "Aku telah melepaskan kudaku untukmerumput."(Lihat Ibnul Atsr, AN-NIHYAH, Jilid IV, hlm. 312-313).

    Dalam kitb MUKHTASHAR-USY-SYUAB-IL-MN, Imm Al-Qazwn menukilpendapat Imm Al-Halm tentang arti Hadts tersebut, yaitu (Lihat ImmAl-Halm, MUKHTASHAR-USY-SYUAB-IL-MN, hlm. 238). mengumpulkanlelaki-perempuan agar masing-masing pasangan mencampuri pasanganlainnya, atau membiarkan lelaki pergi bersama kaum wanita.

    Berdasarkan keterangan di atas, maka bercampurnya kaum lelakidengan wanita yang bukan muhrim dalam bentuk apapun adalahharm, baik mereka pergi bertamasya bersama-sama maupun barmain-main seperti layaknya suami-istri. Termasuk dalam hal ini adalahmenari bersama dengan lelaki-perempuan dan mengikuti iramamusik.Menurut ketentuan syara', setiap sesuatu yang menghantarkan kepadaperbuatan harm maka ia harm pula, sebagaimana kaidah syara yang

    berbunyi:

    () "Sesuatu yang menghantarkan kepada yang harm maka ia harm pula(dikerjakan)."

    Tari-tarian masa sekarang sering dilakukan bersama-sama lelaki-wanita.Bahkan acara tersebut tidak terlepas dari perbuatan-perbuatan harmlainnya. Di samping itu, ditambah dengan menenggak minuman keras

    sampai teler. Tidak jarang acara seperti itu akan menghantarkan kepadaperbuatan dosa besar, yaitu zina.Ada dall lain yang mengharmkan semua jenis tarian dari semua bangsa-bangsa, yaitu (Lihat Abd-ur-Raf Al-Manw, FAIDH-UL-QDIR, Hadts No.8593):

    ( ( "Siapa saja yang menyerupai suatu kaum (dalam pola hidup dan adat

    istiadat), maka ia (telah) tergolong ke dalam golongan mereka."(HR.AB DWD, THABRAN, dari Ibnu Umar, dan Hudzaifah bin Al-Yaman).

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    17/30

    Inilah larangan atau tegah menyerupai bangsa manapun dengan apa sajasecara mutlak, baik dalam urusan aqdah, ibdah, nikh, adat kebiasaan,hidup bebas, dan sebagainya. Termasuk di sini hal-hal yang menyangkutmasalah tari-tarian.

    3. Seorang wanita atau lelaki boleh bernyanyi dan menari di rumahnyasendiri untuk anggota keluarga atau kerabat yang muhrim. Seorang istriboleh bernyanyi dan menari untuk suami atau sebaliknya, khususnyapada hari gembira, misalnya pesta pernikahan, lahirnya seorang bayi, hariraya, dan sebagainya.4. Bertolak dari umumnya nash-nash yang membolehkan menggerakankaki, seperti :

    ( ( ): 15 )"Berjalanlah di segala penjuru (bumi)...." (67:15).atau:

    ( 42 ( ): )"Hentakkanlah kakimu...." (38:42).atau Hadts-Hadts yang membolehkan seorang lelaki berjinjit, memainkantombak dan perisai dan senjata tajam lainnya sambil menarikannya.Maka, hukum asal menari adalah mubh selama tidak melampauibatas-batas syara. Walaupun demikian, tidak boleh kaum lelaki muhrim

    atau suami menari dengan tarian yang biasanya dilakukan oleh kaumwanita, misalnya tari perut dan sejenisnya. Sebaliknya, kaum wanita tidakboleh menarikan tarian lelaki, sebab Raslullh s.a.w. melarang kaumlelaki menyerupai wanita atau sebaliknya:

    ( )"Tidak termasuk golonganku wanita yang menyerupai lelaki, dan lelaki

    yang menyerupai wanita." (HR. IMM AHMAD, dari Ibnu Amru binAl-sh).

    Hukum Menyanyi Dan Musik Dalam Fiqih Islam

    Keprihatinan yang dalam akan kita rasakan, kalau kita melihat ulah generasi

    muda Islam saat ini yang cenderung liar dalam bermain musik atau bernyanyi.Mungkin mereka berkiblat kepada penyanyi atau kelompok musik terkenal yang

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    18/30

    umumnya memang bermental bejat dan bobrok serta tidak berpegang dengannilai-nilai Islam. Atau mungkin juga, mereka cukup sulit atau jarangmendapatkan teladan permainan musik dan nyanyian yang Islami di tengahsuasana hedonistik yang mendominasi kehidupan saat ini. Walhasil, generasimuda Islam akhirnya cenderung membebek kepada para pemusik atau penyanyi

    sekuler yang sering mereka saksikan atau dengar di TV, radio, kaset, VCD, danberbagai media lainnya.

    Tak dapat diingkari, kondisi memprihatinkan tersebut tercipta karena sistemkehidupan kita telah menganut paham sekularisme yang sangat bertentangandengan Islam. Muhammad Quthb mengatakan sekularisme adalah iqamatulhayati ala ghayri asasin minad dn, artinya, mengatur kehidupan dengan tidakberasaskan agama (Islam). Atau dalam bahasa yang lebih tajam, sekularismemenurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah memisahkan agama dari segalaurusan kehidupan (fashl ad-din an al-hayah) (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani,

    Nizhm Al-Islm, hal. 25). Dengan demikian, sekularisme sebenarnya tidaksekedar terwujud dalam pemisahan agama dari dunia politik, tetapi juga nampakdalam pemisahan agama dari urusan seni budaya, termasuk seni musik dan senivokal (nyanyian).

    Kondisi ini harus segera diakhiri dengan jalan mendobrak dan merobohkansistem kehidupan sekuler yang ada, lalu di atas reruntuhannya kita bangunsistem kehidupan Islam, yaitu sebuah sistem kehidupan yang berasaskan sematapada Aqidah Islamiyah sebagaimana dicontohkan Rasulullah Saw dan parashahabatnya. Inilah solusi fundamental dan radikal terhadap kondisi kehidupan

    yang sangat rusak dan buruk sekarang ini, sebagai akibat penerapan pahamsekulerisme yang kufur. Namun demikian, di tengah perjuangan kitamewujudkan kembali masyarakat Islami tersebut, bukan berarti kita saat initidak berbuat apa-apa dan hanya berpangku tangan menunggu perubahan.

    Tidak demikian. Kita tetap wajib melakukan Islamisasi pada hal-hal yang dapatkita jangkau dan dapat kita lakukan, seperti halnya bermain musik dan bernyanyisesuai ketentuan Islam dalam ruang lingkup kampus kita atau lingkungan kita.

    Tulisan ini bertujuan menjelaskan secara ringkas hukum musik dan menyanyidalam pandangan fiqih Islam. Diharapkan, norma-norma Islami yang

    disampaikan dalam makalah ini tidak hanya menjadi bahan perdebatanakademis atau menjadi wacana semata, tetapi juga menjadi acuan dasar untukmerumuskan bagaimana bermusik dan bernyanyi dalam perspektif Islam. Selainitu, tentu saja perumusan tersebut diharapkan akan bermuara pada pengamalankonkret di lapangan, berupa perilaku Islami yang nyata dalam aktivitas bermainmusik atau melantunkan lagu. Minimal di kampus atau lingkungan kita.

    2. Definisi Seni

    Karena bernyanyi dan bermain musik adalah bagian dari seni, maka kita akan

    meninjau lebih dahulu definisi seni, sebagai proses pendahuluan untukmemahami fakta (fahmul waqi) yang menjadi objek penerapan hukum. Dalam

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    19/30

    Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa indah yangterkandung dalam jiwa manusia, yang dilahirkan dengan perantaraan alatkomunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (senisuara), indera pendengar (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak(seni tari, drama) (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam,

    hal. 13).

    Adapun seni musik (instrumental art) adalah seni yang berhubungan denganalat-alat musik dan irama yang keluar dari alat-alat musik tersebut. Seni musikmembahas antara lain cara memainkan instrumen musik, cara membuat not,dan studi bermacam-macam aliran musik. Seni musik ini bentuknya dapat berdirisendiri sebagai seni instrumentalia (tanpa vokal) dan dapat juga disatukandengan seni vokal. Seni instrumentalia, seperti telah dijelaskan di muka, adalahseni yang diperdengarkan melalui media alat-alat musik. Sedang seni vokal,adalah seni yang diungkapkan dengan cara melagukan syair melalui perantaraan

    oral (suara saja) tanpa iringan instrumen musik. Seni vokal tersebut dapatdigabungkan dengan alat-alat musik tunggal (gitar, biola, piano, dan lain-lain)atau dengan alat-alat musik majemuk seperti band, orkes simfoni, karawitan,dan sebagainya (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam,hal. 13-14). Inilah sekilas penjelasan fakta seni musik dan seni vokal yangmenjadi topik pembahasan.

    3. Tinjauan Fiqih Islam

    Dalam pembahasan hukum musik dan menyanyi ini, penulis melakukan

    pemilahan hukum berdasarkan variasi dan kompleksitas fakta yang ada dalamaktivitas bermusik dan menyanyi. Menurut penulis, terlalu sederhana jikahukumnya hanya digolongkan menjadi dua, yaitu hukum memainkan musik danhukum menyanyi. Sebab fakta yang ada, lebih beranekaragam dari dua aktivitastersebut. Maka dari itu, paling tidak, ada 4 (empat) hukum fiqih yang berkaitandengan aktivitas bermain musik dan menyanyi, yaitu:

    Pertama, hukum melantunkan nyanyian (ghina).

    Kedua, hukum mendengarkan nyanyian.

    Ketiga, hukum memainkan alat musik.

    Keempat, hukum mendengarkan musik.

    Di samping pembahasan ini, akan disajikan juga tinjauan fiqih Islam berupakaidah-kaidah atau patokan-patokan umum, agar aktivitas bermain musik danbernyanyi tidak tercampur dengan kemaksiatan atau keharaman.

    Ada baiknya penulis sampaikan, bahwa hukum menyanyi dan bermain musik

    bukan hukum yang disepakati oleh para fuqaha, melainkan hukum yangtermasuk dalam masalah khilafiyah. Jadi para ulama mempunyai pendapat

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    20/30

    berbeda-beda dalam masalah ini (Syaikh Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh Alaal-Madzahib al-Arbaah, hal. 41-42; Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki, Al-Khalashwa Ikhtilaf an-Nas, hal. 96; Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam PandanganIslam, hal. 21-25; Toha Yahya Omar, Hukum Seni Musik, Seni Suara, Dan Seni TariDalam Islam, hal. 3). Karena itu, boleh jadi pendirian penulis dalam tulisan ini

    akan berbeda dengan pendapat sebagian fuqaha atau ulama lainnya. Pendapat-pendapat Islami seputar musik dan menyanyi yang berbeda dengan pendapatpenulis, tetap penulis hormati.

    3.1. Hukum Melantunkan Nyanyian (al-Ghina / at-Taghanni)

    Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum menyanyi (al-ghina / at-taghanni). Sebagian mengharamkan nyanyian dan sebagian lainnyamenghalalkan. Masing-masing mempunyai dalilnya sendiri-sendiri. Berikutsebagian dalil masing-masing, seperti diuraikan oleh al-Ustadz Muhammad al-

    Marzuq Bin Abdul Mumin al-Fallaty mengemukakan dalam kitabnya Saiful Qathiilin-Niza bab Fi Bayani Tahrimi al-Ghina wa Tahrim Istima Lahu (Musik.http://www.ashifnet.tripod.com),/ juga oleh Dr. Abdurrahman al-Baghdadi dalam

    bukunya Seni dalam Pandangan Islam (hal. 27-3 , dan Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki dalam Al-Khalash wa Ikhtilaf an-Nas (hal. 97-101):

    A. Dalil-Dalil Yang Mengharamkan Nyanyian:

    a. Berdasarkan firman Allah:

    Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidakberguna (lahwal hadits) untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpapengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu ejekan. Mereka itu akanmemperoleh adzab yang menghinakan. (Qs. Luqmn [31]: 6)

    Beberapa ulama menafsirkan maksud lahwal hadits ini sebagai nyanyian, musikatau lagu, di antaranya al-Hasan, al-Qurthubi, Ibnu Abbas dan Ibnu Masud.

    Ayat-ayat lain yang dijadikan dalil pengharaman nyanyian adalah Qs. an-Najm[53]: 59-61; dan Qs. al-Isr [17]: 64 (Abi Bakar Jabir al-Jazairi, Haramkah Musik

    Dan Lagu? (al-Ilam bi Anna al-Azif wa al-Ghina Haram), hal. 20-22).

    b. Hadits Abu Malik Al-Asyari ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:

    Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina,sutera, arak, dan alat-alat musik (al-maazif). [HR. Bukhari, Shahih Bukhari,hadits no. 5590].

    c. Hadits Aisyah ra Rasulullah Saw bersabda:

    Sesungguhnya Allah mengharamkan nyanyian-nyanyian (qoynah) danmenjualbelikannya, mempelajarinya atau mendengar-kannya. Kemudian beliau

    http://www.ashifnet.tripod.com/http://www.ashifnet.tripod.com/
  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    21/30

    membacakan ayat di atas. [HR. Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Mardawaih].

    d. Hadits dari Ibnu Masud ra, Rasulullah Saw bersabda:

    Nyanyian itu bisa menimbulkan nifaq, seperti air menumbuhkan kembang. [HR.

    Ibnu Abi Dunya dan al-Baihaqi, hadits mauquf].

    e. Hadits dari Abu Umamah ra, Rasulullah Saw bersabda:

    Orang yang bernyanyi, maka Allah SWT mengutus padanya dua syaitan yangmenunggangi dua pundaknya dan memukul-mukul tumitnya pada dada sipenyanyi sampai dia berhenti. [HR. Ibnu Abid Dunya.].

    f. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Auf ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:

    Sesungguhnya aku dilarang dari suara yang hina dan sesat, yaitu: 1. Alunansuara nyanyian yang melalaikan dengan iringan seruling syaitan (mazamirussyaithan). 2. Ratapan seorang ketika mendapat musibah sehingga menamparwajahnya sendiri dan merobek pakaiannya dengan ratapan syetan (rannatussyaithan).

    B. Dalil-Dalil Yang Menghalalkan Nyanyian:

    a. Firman Allah SWT:

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baikyang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui batas,sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas. (Qs. al-Midah [5]: 87).

    b. Hadits dari Nafi ra, katanya:

    Aku berjalan bersama Abdullah Bin Umar ra. Dalam perjalanan kami mendengarsuara seruling, maka dia menutup telinganya dengan telunjuknya terus berjalansambil berkata; Hai Nafi, masihkah kau dengar suara itu? sampai aku

    menjawab tidak. Kemudian dia lepaskan jarinya dan berkata; Demikianlah yangdilakukan Rasulullah Saw. [HR. Ibnu Abid Dunya dan al-Baihaqi].

    c. Rubai Binti Muawwidz Bin Afra berkata:

    Nabi Saw mendatangi pesta perkawinanku, lalu beliau duduk di atas dipanseperti dudukmu denganku, lalu mulailah beberapa orang hamba perempuankami memukul gendang dan mereka menyanyi dengan memuji orang yang matisyahid pada perang Badar. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata: Diantara kita ada Nabi Saw yang mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.

    Maka Nabi Saw bersabda:

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    22/30

    Tinggalkan omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu (nyanyikan) tadi. [HR.Bukhari, dalam Fth al-Br, juz. III, hal. 113, dari Aisyah ra].

    d. Dari Aisyah ra; dia pernah menikahkan seorang wanita kepada pemudaAnshar. Tiba-tiba Rasulullah Saw bersabda:

    Mengapa tidak kalian adakan permainan karena orang Anshar itu suka padapermainan. [HR. Bukhari].

    e. Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Umar melewati shahabat Hasansedangkan ia sedang melantunkan syiir di masjid. Maka Umar memicingkanmata tidak setuju. Lalu Hasan berkata:

    Aku pernah bersyiir di masjid dan di sana ada orang yang lebih muliadaripadamu (yaitu Rasulullah Saw) [HR. Muslim, juz II, hal. 485].

    C. Pandangan Penulis

    Dengan menelaah dalil-dalil tersebut di atas (dan dalil-dalil lainnya), akannampak adanya kontradiksi (taarudh) satu dalil dengan dalil lainnya. Karena itukita perlu melihat kaidah-kaidah ushul fiqih yang sudah masyhur di kalanganulama untuk menyikapi secara bijaksana berbagai dalil yang nampakbertentangan itu.

    Imam asy-Syafii mengatakan bahwa tidak dibenarkan dari Nabi Saw ada dua

    hadits shahih yang saling bertentangan, di mana salah satunya menafikan apayang ditetapkan yang lainnya, kecuali dua hadits ini dapat dipahami salahsatunya berupa hukum khusus sedang lainnya hukum umum, atau salah satunyaglobal (ijmal) sedang lainnya adalah penjelasan (tafsir). Pertentangan hanyaterjadi jika terjadi nasakh (penghapusan hukum), meskipun mujtahid belummenjumpai nasakh itu (Imam asy-Syaukani, Irsyadul Fuhul Ila Tahqiq al-Haq minIlm al-Ushul, hal. 275).

    Karena itu, jika ada dua kelompok dalil hadits yang nampak bertentangan, makasikap yang lebih tepat adalah melakukan kompromi (jama) di antara keduanya,

    bukan menolak salah satunya. Jadi kedua dalil yang nampak bertentangan itusemuanya diamalkan dan diberi pengertian yang memungkinkan sesuaiproporsinya. Itu lebih baik daripada melakukan tarjih, yakni menguatkan salahsatunya dengan menolak yang lainnya. Dalam hal ini Syaikh Dr. MuhammadHusain Abdullah menetapkan kaidah ushul fiqih:

    Al-amal bi ad-dalilaini walaw min wajhin awl min ihmali ahadihimaMengamalkan dua dalil walau pun hanya dari satu segi pengertian lebihutama daripada meninggalkan salah satunya. (Syaikh Dr. Muhammad HusainAbdullah, Al-Wadhih fi Ushul Al-Fiqh, hal. 390).

    Prinsip yang demikian itu dikarenakan pada dasarnya suatu dalil itu adalah untuk

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    23/30

    diamalkan, bukan untuk ditanggalkan (tak diamalkan). Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menyatakan:

    Al-ashlu fi ad-dalil al-imal l al-ihmal Pada dasarnya dalil itu adalah untukdiamalkan, bukan untuk ditanggalkan. (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Asy-

    Syakhshiyah al-Islamiyah, juz 1, hal. 239).

    Atas dasar itu, kedua dalil yang seolah bertentangan di atas dapat dipahamisebagai berikut : bahwa dalil yang mengharamkan menunjukkan hukum umumnyanyian. Sedang dalil yang membolehkan, menunjukkan hukum khusus, atauperkecualian (takhsis), yaitu bolehnya nyanyian pada tempat, kondisi, atauperistiwa tertentu yang dibolehkan syara, seperti pada hari raya. Atau dapatpula dipahami bahwa dalil yang mengharamkan menunjukkan keharamannyanyian secara mutlak. Sedang dalil yang menghalalkan, menunjukkanbolehnya nyanyian secara muqayyad (ada batasan atau kriterianya) (Dr.

    Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 63-64; SyaikhMuhammad asy-Syuwaiki, Al-Khalash wa Ikhtilaf an-Nas, hal. 102-103).

    Dari sini kita dapat memahami bahwa nyanyian ada yang diharamkan, dan adayang dihalalkan. Nyanyian haram didasarkan pada dalil-dalil yangmengharamkan nyanyian, yaitu nyanyian yang disertai dengan kemaksiatanatau kemunkaran, baik berupa perkataan (qaul), perbuatan (fiil), atau sarana(asy-y), misalnya disertai khamr, zina, penampakan aurat, ikhtilath (campurbaur priawanita), atau syairnya yang bertentangan dengan syara, misalnyamengajak pacaran, mendukung pergaulan bebas, mempropagandakan

    sekularisme, liberalisme, nasionalisme, dan sebagainya. Nyanyian halaldidasarkan pada dalil-dalil yang menghalalkan, yaitu nyanyian yang kriterianyaadalah bersih dari unsur kemaksiatan atau kemunkaran. Misalnya nyanyian yangsyairnya memuji sifat-sifat Allah SWT, mendorong orang meneladani Rasul,mengajak taubat dari judi, mengajak menuntut ilmu, menceritakan keindahanalam semesta, dan semisalnya (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni DalamPandangan Islam, hal. 64-65; Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki, Al-Khalash waIkhtilaf an-Nas, hal. 103).

    3.2. Hukum Mendengarkan Nyanyian

    a. Hukum Mendengarkan Nyanyian (Sama al-Ghina)

    Hukum menyanyi tidak dapat disamakan dengan hukum mendengarkannyanyian. Sebab memang ada perbedaan antara melantunkan lagu (at-taghannibi al-ghina) dengan mendengar lagu (sama al-ghina). Hukum melantunkan lagutermasuk dalam hukum af-l (perbuatan) yang hukum asalnya wajib terikatdengan hukum syara (at-taqayyud bi al-hukm asy-syari). Sedangkanmendengarkan lagu, termasuk dalam hukum af-l jibiliyah, yang hukum asalnyamubah. Af-l jibiliyyah adalah perbuatan-perbuatan alamiah manusia, yang

    muncul dari penciptaan manusia, seperti berjalan, duduk, tidur, menggerakkankaki, menggerakkan tangan, makan, minum, melihat, membaui, mendengar, dan

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    24/30

    sebagainya. Perbuatan-perbuatan yang tergolong kepada af-l jibiliyyah inihukum asalnya adalah mubah, kecuali adfa dalil yang mengharamkan. Kaidahsyariah menetapkan:

    Al-ashlu fi al-afl al-jibiliyah al-ibahah Hukum asal perbuatan-perbuatan

    jibiliyyah, adalah mubah. (Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki, Al-Khalash waIkhtilaf an-Nas, hal. 96).

    Maka dari itu, melihat sebagai perbuatan jibiliyyah hukum asalnya adalahboleh (ibahah). Jadi, melihat apa saja adalah boleh, apakah melihat gunung,pohon, batu, kerikil, mobil, dan seterusnya. Masing-masing ini tidak memerlukandalil khusus untuk membolehkannya, sebab melihat itu sendiri adalah bolehmenurut syara. Hanya saja jika ada dalil khusus yang mengaramkan melihatsesuatu, misalnya melihat aurat wanita, maka pada saat itu melihat hukumnyaharam.

    Demikian pula mendengar. Perbuatan mendengar termasuk perbuatan jibiliyyah,sehingga hukum asalnya adalah boleh. Mendengar suara apa saja boleh, apakahsuara gemericik air, suara halilintar, suara binatang, juga suara manusiatermasuk di dalamnya nyanyian. Hanya saja di sini ada sedikit catatan. Jika suarayang terdengar berisi suatu aktivitas maksiat, maka meskipun mendengarnyamubah, ada kewajiban amar maruf nahi munkar, dan tidak bolehmendiamkannya. Misalnya kita mendengar seseorang mengatakan, Saya akanmembunuh si Fulan! Membunuh memang haram. Tapi perbuatan kitamendengar perkataan orang tadi, sebenarnya adalah mubah, tidak haram.

    Hanya saja kita berkewajiban melakukan amar maruf nahi munkar terhadaporang tersebut dan kita diharamkan mendiamkannya.

    Demikian pula hukum mendengar nyanyian. Sekedar mendengarkan nyanyianadalah mubah, bagaimanapun juga nyanyian itu. Sebab mendengar adalahperbuatan jibiliyyah yang hukum asalnya mubah. Tetapi jika isi atau syairnyanyian itu mengandung kemungkaran, kita tidak dibolehkan berdiam diri danwajib melakukan amar maruf nahi munkar. Nabi Saw bersabda:

    Siapa saja di antara kalian melihat kemungkaran, ubahlah kemungkaran itu

    dengan tangannya (kekuatan fisik). Jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya(ucapannya). Jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya (dengan tidakmeridhai). Dan itu adalah selemah-lemah iman. [HR. Imam Muslim, an-Nasai,Abu Dawud dan Ibnu Majah].

    b. Hukum Mendengar Nyanyian Secara Interaktif (Istima al-Ghina)

    Penjelasan sebelumnya adalah hukum mendengar nyanyian (sama al-ghina).Ada hukum lain, yaitu mendengarkan nyanyian secara interaktif (istima li al-ghina). Dalam bahasa Arab, ada perbedaan antara mendengar (as-sama)

    dengan mendengar-interaktif (istima). Mendengar nyanyian (sama al-ghina)adalah sekedar mendengar, tanpa ada interaksi misalnya ikut hadir dalam proses

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    25/30

    menyanyinya seseorang. Sedangkan istima li al-ghina, adalah lebih darisekedar mendengar, yaitu ada tambahannya berupa interaksi dengan penyanyi,yaitu duduk bersama sang penyanyi, berada dalam satu forum, berdiam di sana,dan kemudian mendengarkan nyanyian sang penyanyi (Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki, Al-Khalash wa Ikhtilaf an-Nas, hal. 104). Jadi kalau mendengar

    nyanyian (sama al-ghina) adalah perbuatan jibiliyyah, sedang mendengar-menghadiri nyanyian (istima al-ghina) bukan perbuatan jibiliyyah.

    Jika seseorang mendengarkan nyanyian secara interaktif, dan nyanyian sertakondisi yang melingkupinya sama sekali tidak mengandung unsur kemaksiatanatau kemungkaran, maka orang itu boleh mendengarkan nyanyian tersebut.

    Adapun jika seseorang mendengar nyanyian secara interaktif (istima al-ghina)dan nyanyiannya adalah nyanyian haram, atau kondisi yang melingkupinyaharam (misalnya ada ikhthilat) karena disertai dengan kemaksiatan atau

    kemunkaran, maka aktivitasnya itu adalah haram (Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki, Al-Khalash wa Ikhtilaf an-Nas, hal. 104). Allah SWT berfirman:

    Maka janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka beralih padapembicaraan yang lainnya. (Qs. an-Nis [4]: 140).

    Maka janganlah kamu duduk bersama kaum yang zhalim setelah (mereka)

    diberi peringatan. (Qs. al-Anm [6]: 6 .

    3.3. Hukum Memainkan Alat Musik

    Bagaimanakah hukum memainkan alat musik, seperti gitar, piano, rebana, dansebagainya? Jawabannya adalah, secara tekstual (nash), ada satu jenis alatmusik yang dengan jelas diterangkan kebolehannya dalam hadits, yaitu ad-duffatau al-ghirbal, atau rebana. Sabda Nabi Saw:

    Umumkanlah pernikahan dan tabuhkanlah untuknya rebana (ghirbal). [HR.Ibnu Majah] ( Abi Bakar Jabir al-Jazairi, Haramkah Musik Dan Lagu? (Al-Ilam biAnna al-Azif wa al-Ghina Haram), hal. 52; Toha Yahya Omar, Hukum Seni Musik,Seni Suara, Dan Seni Tari Dalam Islam, hal. 24).

    Adapun selain alat musik ad-duff / al-ghirbal, maka ulama berbeda pendapat.Ada yang mengharamkan dan ada pula yang menghalalkan. Dalam hal inipenulis cenderung kepada pendapat Syaikh Nashiruddin al-Albani. MenurutSyaikh Nashiruddin al-Albani hadits-hadits yang mengharamkan alat-alat musikseperti seruling, gendang, dan sejenisnya, seluruhnya dhaif. Memang adabeberapa ahli hadits yang memandang shahih, seperti Ibnu Shalah dalamMuqaddimah Ulumul Hadits, Imam an-Nawawi dalam Al-Irsyad, Imam Ibnu Katsirdalam Ikhtishar Ulumul Hadits, Imam Ibnu Hajar dalam Taghliqul Taliq, as-Sakhawy dalam Fathul Mugits, ash-Shanani dalam Tanqihul Afkar dan Taudlihul

    Afkar juga Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim dan masihbanyak lagi. Akan tetapi Syaikh Nashiruddin al-Albani dalam kitabnya Dhaif al-

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    26/30

    Adab al-Mufrad setuju dengan pendapat Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla bahwahadits yang mengharamkan alat-alat musik adalah Munqathi (SyaikhNashiruddin Al-Albani, Dhaif al-Adab al-Mufrad, hal. 14-16).

    Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya Al-Muhalla, juz VI, hal. 59 mengatakan:

    Jika belum ada perincian dari Allah SWT maupun Rasul-Nya tentang sesuatuyang kita perbincangkan di sini [dalam hal ini adalah nyanyian dan memainkanalat-alat musik], maka telah terbukti bahwa ia halal atau boleh secara mutlak.(Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 57).

    Kesimpulannya, memainkan alat musik apa pun, adalah mubah. Inilah hukumdasarnya. Kecuali jika ada dalil tertentu yang mengharamkan, maka pada saatitu suatu alat musik tertentu adalah haram. Jika tidak ada dalil yangmengharamkan, kembali kepada hukum asalnya, yaitu mubah.

    3.4. Hukum Mendengarkan Musik

    a. Mendengarkan Musik Secara Langsung (Live)

    Pada dasarnya mendengarkan musik (atau dapat juga digabung dengan vokal)secara langsung, seperti show di panggung pertunjukkan, di GOR, lapangan, dansemisalnya, hukumnya sama dengan mendengarkan nyanyian secara interaktif.Patokannya adalah tergantung ada tidaknya unsur kemaksiatan ataukemungkaran dalam pelaksanaannya.

    Jika terdapat unsur kemaksiatan atau kemungkaran, misalnya syairnya tidakIslami, atau terjadi ikhthilat, atau terjadi penampakan aurat, maka hukumnyaharam.

    Jika tidak terdapat unsur kemaksiatan atau kemungkaran, maka hukumnyaadalah mubah (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal.74).

    b. Mendengarkan Musik Di Radio, TV, Dan Semisalnya

    Menurut Dr. Abdurrahman al-Baghdadi (Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 74-76)dan Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki (Al-Khalash wa Ikhtilaf an-Nas, hal. 107-108) hukum mendengarkan musik melalui media TV, radio, dan semisalnya,tidak sama dengan hukum mendengarkan musik secara langsung sepereti showdi panggung pertunjukkan. Hukum asalnya adalah mubah (ibahah), bagaimanapun juga bentuk musik atau nyanyian yang ada dalam media tersebut.

    Kemubahannya didasarkan pada hukum asal pemanfaatan benda (asy-y) dalam hal ini TV, kaset, VCD, dan semisalnya yaitu mubah. Kaidah syariyah

    mengenai hukum asal pemanfaatan benda menyebutkan:

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    27/30

    Al-ashlu fi al-asy-y al-ibahah ma lam yarid dalilu at-tahrim Hukum asal benda-benda, adalah boleh, selama tidak terdapat dalil yang mengharamkannya. (Dr.Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 76).

    Namun demikian, meskipun asalnya adalah mubah, hukumnya dapat menjadi

    haram, bila diduga kuat akan mengantarkan pada perbuatan haram, ataumengakibatkan dilalaikannya kewajiban. Kaidah syariyah menetapkan:

    Al-wasilah ila al-haram haram Segala sesuatu perantaraan kepada yang haram,hukumnya haram juga. (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustur,hal. 86).

    4. Pedoman Umum Nyanyian Dan Musik Islami

    Setelah menerangkan berbagai hukum di atas, penulis ingin membuat suatu

    pedoman umum tentang nyanyian dan musik yang Islami, dalam bentuk yanglebih rinci dan operasional. Pedoman ini disusun atas di prinsip dasar, bahwanyanyian dan musik Islami wajib bersih dari segala unsur kemaksiatan ataukemungkaran, seperti diuraikan di atas. Setidaknya ada 4 (empat) komponenpokok yang harus diislamisasikan, hingga tersuguh sebuah nyanyian atau alunanmusik yang indah (Islami):

    1. Musisi/Penyanyi.

    2. Instrumen (alat musik).

    3. Syair dalam bait lagu.

    4. Waktu dan Tempat.

    Berikut sekilas uraiannya:

    1). Musisi/Penyanyi

    a) Bertujuan menghibur dan menggairahkan perbuatan baik (khayr / maruf) dan

    menghapus kemaksiatan, kemungkaran, dan kezhaliman. Misalnya, mengajakjihad fi sabilillah, mengajak mendirikan masyarakat Islam. Atau menentang judi,menentang pergaulan bebas, menentang pacaran, menentang kezalimanpenguasa sekuler.

    b) Tidak ada unsur tasyabuh bil-kuffar (meniru orang kafir dalam masalah yangbersangkutpaut dengan sifat khas kekufurannya) baik dalam penampilanmaupun dalam berpakaian. Misalnya, mengenakan kalung salib, berpakaian alapastor atau bhiksu, dan sejenisnya.

    c) Tidak menyalahi ketentuan syara, seperti wanita tampil menampakkan aurat,berpakaian ketat dan transparan, bergoyang pinggul, dan sejenisnya. Atau yang

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    28/30

    laki-laki memakai pakaian dan/atau asesoris wanita, atau sebaliknya, yangwanita memakai pakaian dan/atau asesoris pria. Ini semua haram.

    2). Instrumen/Alat Musik

    Dengan memperhatikan instrumen atau alat musik yang digunakan parashahabat, maka di antara yang mendekati kesamaan bentuk dan sifat adalah:

    a) Memberi kemaslahatan bagi pemain ataupun pendengarnya. Salah satubentuknya seperti genderang untuk membangkitkan semangat.

    b) Tidak ada unsur tasyabuh bil-kuffar dengan alat musik atau bunyi instrumenyang biasa dijadikan sarana upacara non muslim.

    Dalam hal ini, instrumen yang digunakan sangat relatif tergantung maksud si

    pemakainya. Dan perlu diingat, hukum asal alat musik adalah mubah, kecualiada dalil yang mengharamkannya.

    3). Syair

    Berisi:

    a) Amar maruf (menuntut keadilan, perdamaian, kebenaran dan sebagainya)dan nahi munkar (menghujat kedzaliman, memberantas kemaksiatan, dansebagainya)

    b) Memuji Allah, Rasul-Nya dan ciptaan-Nya.

    c) Berisi ibrah dan menggugah kesadaran manusia.

    d) Tidak menggunakan ungkapan yang dicela oleh agama.

    e) Hal-hal mubah yang tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam.

    Tidak berisi:

    a) Amar munkar (mengajak pacaran, dan sebagainya) dan nahi maruf (mencelajilbab,dsb).

    b) Mencela Allah, Rasul-Nya, al-Quran.

    c) Berisi bius yang menghilangkan kesadaran manusia sebagai hamba Allah.

    d) Ungkapan yang tercela menurut syara (porno, tak tahu malu, dansebagainya).

    e) Segala hal yang bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam.

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    29/30

    4). Waktu Dan Tempat

    a) Waktu mendapatkan kebahagiaan (waqtu sururin) seperti pesta pernikahan,hari raya, kedatangan saudara, mendapatkan rizki, dan sebagainya.

    b) Tidak melalaikan atau menyita waktu beribadah (yang wajib).

    c) Tidak mengganggu orang lain (baik dari segi waktu maupun tempat).

    d) Pria dan wanita wajib ditempatkan terpisah (infishal) tidak boleh ikhtilat(campur baur).

    5. Penutup

    Demikianlah kiranya apa yang dapat penulis sampaikan mengenai hukummenyanyi dan bermusik dalam pandangan Islam. Tentu saja tulisan ini terlalusederhana jika dikatakan sempurna. Maka dari itu, dialog dan kritik konstruktifsangat diperlukan guna penyempurnaan dan koreksi.

    Penulis sadari bahwa permasalahan yang dibahas ini adalah permasalahankhilafiyah. Mungkin sebagian pembaca ada yang berbeda pandangan dalammenentukan status hukum menyanyi dan musik ini, dan perbedaan itu sangatpenulis hormati.

    Semua ini mudah-mudahan dapat menjadi kontribusi walau pun cuma secuildalam upaya melepaskan diri dari masyarakat sekuler yang bobrok, yangmenjadi pendahuluan untuk membangun peradaban dan masyarakat Islam yangkita idam-idamkan bersama, yaitu masyarakat Islam di bawah naungan Laailaaha illallah Muhammadur Rasulullah. Amin. [M. Shiddiq al-Jawi]

    Wallahu alam bi ash-showab.

    Daftar Bacaan

    * Abdullah, Muhammad Husain. 1995. Al-Wadhih fi Ushul Al-Fiqh. Cetakan II.(Beirut : Darul Bayariq).

    * Al-Amidi, Saifuddin. 1996. Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam. Juz I. Cetakan I. (Beirut :Darul Fikr).

    * Al-Baghdadi, Abdurrahman. 1991. Seni Dalam Pandangan Islam. Cetakan I.(Jakarta : Gema Insani Press).

    * Al-Jazairi, Abi Bakar Jabir. 1992. Haramkah Musik dan Lagu ? (Al-Ilam bi Anna

    Al-Azif wa Al-Ghina Haram). Alih Bahasa oleh Awfal Ahdi. Cetakan I. (Jakarta :Wala` Press).

  • 8/14/2019 Seni Tari Dalam Islam

    30/30

    * Al-Jaziri, Abdurrahman. 1999. Kitab Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al-Arbaah. Juz II.Qism Al-Muamalat. Cetakan I. (Beirut : Darul Fikr).

    * Asy-Syaukani. Tanpa Tahun. Irsyadul Fuhul Ila Tahqiq Al-Haq min Ilm Al-

    Ushul.(Beirut : Darul Fikr).

    * Asy-Syuwaiki, Muhammad. Tanpa Tahun. Al-Khalash wa Ikhtilaf An-Nas. (Al-Quds : Mu`assasah Al-Qudsiyah Al-Islamiyyah).

    * An-Nabhani, Taqiyuddin. 1953. Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah. Juz III (Ushul Al-Fiqh). Cetakan II. (Al-Quds : Min Mansyurat Hizb Al-Tahrir).

    * -. 1963. Muqaddimah Ad-Dustur.(t.t.p. : t.p.).

    * -. 1994. Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah. Juz I. Cetakan IV. (Beirut : DarulUmmah).

    * -.2001. Nizham Al-Islam. (t.t.p. : t.p.).

    * Ath-Thahhan, Mahmud. Tanpa Tahun. Taysir Musthalah Al-Hadits. (Surabaya :Syirkah Bungkul Indah).

    * Bulletin An-Nur. Hukum Musik dan Lagu. http://www.alsofwah.or.id/

    * Bulletin Istinbat. Mendengarkan Musik, Haram ? http://www.sidogiri.com/

    * Fatwa Pusat Konsultasi Syariah. Lagu dan Musik. http://www.syariahonline.com/

    * Kusuma, Juanda. 2001. Tentang Musik. http://www.pesantrenvirtual.com/

    * Norma Islam untuk Musisi, Instrumen, Syair, dan Waktu. Musik.http://www.ashifnet.tripod.com/

    * Omar, Toha Yahya. 1983. Hukum Seni Musik, Seni Suara, dan Seni Tari Dalam

    Islam. Cetakan II. (Jakarta : Penerbit Widjaya).

    * Santoso, Iman. Hukum Nyanyian dan Musik. http://www.ummigroup.co.id/

    * Wafaa, Muhammad. 2001. Metode Tarjih Atas Kontradiksi Dalil-Dalil Syara(Taarudh Al-Adillah min Al-Kitab wa As-Sunnah wa At-Tarjih Baynaha). AlihBahasa oleh Muslich. Cetakan I. (Bangil : Al-Izzah).

    http://www.alsofwah.or.id/http://www.sidogiri.com/http://www.syariahonline.com/http://www.pesantrenvirtual.com/http://www.ashifnet.tripod.com/http://www.ummigroup.co.id/http://www.alsofwah.or.id/http://www.sidogiri.com/http://www.syariahonline.com/http://www.pesantrenvirtual.com/http://www.ashifnet.tripod.com/http://www.ummigroup.co.id/