sengketa tanah dengan kepemilikan ganda (studi...

97
SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI KASUS DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAKARTA) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi salah satu Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Zakiyah Arwani 11150430000051 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA

(STUDI KASUS DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi salah satu

Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Zakiyah Arwani

11150430000051

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/1441 H

Page 2: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH
Page 3: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH
Page 4: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH
Page 5: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

iv

ABSTRAK

Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH DENGAN

KEPEMILIKAN GANDA (STUDI KASUS DI PENGADILAN TATA

USAHA NEGARA JAKARTA), Jurusan Perbandingan Mazhab, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun

2020 M/ 1441 H.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi penyebab

adanya sengketa tanah dengan kepemilikan ganda, dan untuk memahami

bagaimana proses penyelesaian sengketa tanah dengan kepemilikan ganda.

Dengan rumusan masalah Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan adanya

sengketa tanah dengan kepemilikan ganda di Pengadilan Tata Usaha Negara dan

Bagaimana proses penyelesaian sengketa tanah dengan kepemilikan ganda.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yuridis. Data

primer pada penelitian ini adalah wawancara langsung di Pengadilan Tata Usaha

Jakarta dan data sekunder penelitian ini adalah data yang diperoleh dari buku-

buku, jurnal, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini

kemudian dirangkai dengan metode kualitatif.

Penelitian memberikan kesimpulan bahwa Faktor-faktor yang

menyebabkan sengketa tanah dengan kepemilikan ganda yang ada di Pengadilan

Tata Usaha Negara Jakarta ialah sebagai berikut: Struktur Hukum, Kekuatan

pembuktiannya yang terletak pada aslinya yaitu sertifikat. Yang dimana apabila

seseorang memiliki sebidang tanah maka ia harus membuatkan tanah tersebut

sertifikat dengan memakai sistem pendaftaran (kadesteral). Struktur sarana dan

pra sarana, Sistem hukum pertanahan masih memakai sistem administrasi manual,

walaupun sekarang sudah mulai proses perbaikan data-data seperti sertifikat-

sertifikat yang sudah ada barkodenya. SDM yang masih korup, dengan adanya

pejabat atau aparat pemerintah yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk

kepentingan pribadinya. Tanah tersebut sudah bersertifikat akan tetapi adanya

oknum yang berkuasa dengan sengaja melakukan pembuatan sertifikat lagi

dengan objek tanah yang sama. Budaya Hukum, masyarakat itu sendiri yang tidak

memiliki kesadaran atau, dengan artian pemilik tanah itu sendiri yang tidak

memperhatikan tanah miliknya dan tidak memanfaatkanya dengan baik sehingga

di ambil alih oleh orang lain dan kemudian di manfaatkan karna merasa bahwa

tanah tersebut tidak bertuan atau tidak ada pemiliknya.

Kata Kunci : Pertanahan, Sengketa, Ganda, PTUN Jakarta.

Pembimbing : 1. Mustolih Siradj, M.H., C.L.A.

2. Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H.

Daftar Pustaka: 1962 – 2018

Page 6: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi

mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab

yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih

penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te خ

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z zet س

s es س

Page 7: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

vi

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

y ya ي

Page 8: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

vii

b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya

sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

â a dengan topi diatas اـــــ

î i dengan topi atas ىـــــ

û u dengan topi diatas وـــــ

Page 9: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

viii

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال), dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf

syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: الإجثهاد =al-ijtihâd

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah = الزخصح

e. Tasydîd (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: الشفعة = al-syuî

‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi

huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

syarî ‘ah شزعح 1

al- syarî ‘ah al-islâmiyyah الشزعح الإسلامح 2

Muqâranat al-madzâhib مقارنح المذاهة 3

g. Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam

transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa

jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan

Page 10: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

ix

huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata

sandangnya. Misalnya, البخاري= al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara

ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama

tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis

Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan

berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu almahzûrât الضزورج تثح المحظىراخ 1

الإقتصاد الإسلام 2 al-iqtisâd al-islâmî

أصىل الفقه 3 usûl al-fiqh

al-‘asl fi al-asyyâ’ alibâhah الأصل فى الأشاء الإتاحح 4

المصلحح المزسلح 5 al-maslahah al-mursalah

Page 11: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

x

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

syarat menyelesaikan studi. Shalawat beriring salam penulis curahkan kepada

Nabi kita Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman

jahiliyyah hingga zaman keilmuan seperti sekarang ini. Dan tak lupa pula kepada

keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya

hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Sengketa Tanah Dengan Kepemilikan Ganda

(Studi Kasus Di Pengadilan Tata Usaha Negara)” merupakan karya tulis

penutup di tingkatan Strata 1 dari semua pembelajaran yang sudah penulis

dapatkan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga

lahirnya karya tulis ini dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi

penulis umumnya bagi para akademisi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat menyadari akan pentingnya

keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara

keilmuan, pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril

maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dukungan

mereka sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan

yang ada dapat teratasi dengan mudah dan terarah. Untuk itu penulis

mengucapkan rasa terima kasih yang amat dalam kepada yang terhormat :

1. Bapak KH. Dr. Ahmad Thalabi Karlie, S.Ag., S.H., M.H., Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Hj Siti Hanna, M.A, Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Bapak Hidayatullah, S.H. M.H, Sekretaris Prodi yang telah membantu segala

Page 12: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

xi

hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Mustolih Siradj, M.H., C.L.A dan Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H.

selaku dosen Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing, mengarahkan

dan meluangkan waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan

menjadi lebih baik.

4. Bapak Drs. Ahmad Sudirman Abbas, M.A selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan

ilmu yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam

dunia pekerjaan maupun akademik ditingkat lebih tinggi.

6. Pimpinan beserta staf jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk

mengadakan studi kepustakaan ini berupa buku dan literatur lainnya seingga

penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

7. Teruntuk Kedua Orang Tua, Abuyah dan Umi yang sangat penulis cintai dan

terimakasih yang telah mencurahkan segalanya baik itu yang bersifat

dukungan moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu memberikan

keberkahan, kesehatan dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala

kebaikan yang telah diberikan kepada penulis atas segalanya semoga dapat

membahagiakan, membanggakan, dan menjadi anak yang berbakti kelak.

8. Teruntuk My Kost Kece Nakia Hana Sakova dan Euis Laelatussa’adah,

terimakasih untuk kisah kasihnya selama 4 tahun terakhir ini. Terimakasih

untuk coretan warna warni kehidupan yang luarbiasa ini. Terimakasih sudah

menjadi temen sahabat sekaligus keluarga disetiap season kehidupan ini.

Terimakasih untuk semua cerita hitam dan putihnya selama di ciputat, i will

never forget that guys and I love you more.

9. Teruntuk Nabilah Al Haramain, Siti Nur Aini dan Ratna Dwi Cahyani temen

yang selalu setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa

dan raga hingga saat ini. Terimakasih sudah mau berbagi kesedihan kesusahan

dan kesenangan selama hidup di ciputat ini.

Page 13: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

xii

10. Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus kalian 2015 yang

tak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih telah hadir dan memberikan

semua pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan

selama ini.

11. Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab 2015 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, yang telah saling membantu disegala keadaan dan

menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras.

12. Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebut satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis atas

bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Karena proses tidak akan mendustakan hasil, semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan

dicatat oleh malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti. Amin.

Wallahul Muwafiq Ila Aqwamith Thoriiq

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Ciputat, 20 Januari 2020

Penulis

Zakiyah Arwani

NIM. 11150430000051

Page 14: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

xiii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

PEDOMAN LITERASI ..................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

DAFTAR ISI .....................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Permasalahan ................................................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7

D. Review Pustaka Terdahulu ............................................................ 8

E. Metode Penelitian .......................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 11

BAB II LANDASAN TEORI HUKUM PERTANAHAN

A. Pengertian dan Teori Pertanahan ................................................... 13

B. Hak Atas Tanah ............................................................................. 15

C. Pendaftaran Tanah ......................................................................... 18

D. Sertifikat Hak Atas Tanah ............................................................. 22

E. Kedudukan Tanah dalam Islam .................................................... 30

BAB III KETENTUAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

JAKARTA DAN MASALAH PERTANAHAN

A. Profil Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta ............................... 35

B. Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta ......................... 43

C. Sengketa Tanah dan Kepemilikan Ganda ...................................... 47

D. Konsep Kepemilikan Menurut Hukum Islam ................................ 49

Page 15: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

xiv

BAB IV SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA

A. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kepemilikan ganda ... 56

B. Bentuk penyelesaian sengketa tanah dengan kepemilikan ganda di

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta ......................................... 61

C. Analisis Sengketa Tanah Dengan Kepemilikan Ganda .................. 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 67

B. Rekomendasi ................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 74

Page 16: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah atau wilayah merupakan sumber daya alam dari suatu negara, bagi

Bangsa Indonesia yang merupakan suatu negara yang disebut sebagai bangsa

agraris atau pun kepulauan, tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting

dalam rangka penyelenggaraan hidup dan kehidupan manusia.1 Disisi lain, bagi

negara dan pembangunan, tanah juga menjadi modal dasar bagi penyelenggaraan

kehidupan bernegara dalam rangka integritas Negara Kesatuan Republik

Indonesia ( NKRI ) dan untuk mewujudkan sebesar besarnya kemakmuran rakyat.

Oleh karena yang kedudukannya yang demikian itulah penguasaan, pemilikan,

penggunaan maupun pemanfaatan tanah memperoleh jaminan perlindungan

hukum dari pemerintah.

Bertambah majunya perekonomian rakyat dan perekonomian nasional,

maka bertambah pula keperluan akan kepastian hukum di bidang Pertanahan.

Tanah makin lama, makin banyak yang tersangkut masalah perekonomian. Di

dalam kehidupan sehari-hari sertifikat tanah seringkali menjadi persengketaan

bahkan sampai ke sidang pengadilan. Hal ini timbul karena tanah mempunyai

fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, yang membuat

masyarakat berusaha untuk memperoleh tanah dengan berbagai cara bahkan

dengan menyerobot tanah milik orang lain. Rasa ingin menguasai ini sering

mengakibatkan timbulnya masalah-masalah pertanahan dan perselisihan di dalam

kehidupan bermasyarakat.

Hukum pertanahan dalam islam dapat di definisikan sebagai hukum-

hukum islam mengenai tanah dalam kaitannya dengan hak kepemilikan

(milkiyah), pengelolaan (tasharruf), dan pendistribusian (tauzi‟) tanah. Islam

1 Maria S.W. Sumardjono, Tanah Dalam Prespektif Hak Ekonomi, Sosial,dan Budaya

Jakarta: Kompas, 2009, h.41

Page 17: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

2

mengajarkan kepada umatnya agar meletakkan dan memposisikan persoalan harta

(kekayaan duniawi) dalam tinjauan relatif, yaitu perlunya kesadaran bahwa harta

kekayaan yang bersifat duniawi hakikatnya adalah milik Allah dan sifat

kepemilikannya bersifat semu. Artinya, bahwa kepemilikan manusia terhadap

hartanya dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Kepemilikan manusia atas harta

benda tidak lebih sebuah amanah.

Akibat adanya persengketaan di bidang pertanahan dapat menimbulkan

konflik-konflik yang berkepanjangan antar warga masyarakat yang bersengketa,

bahkan sampai kepada ahli warisnya, yang dapat menimbulkan banyak korban.

Kesemuanya bermula dari pertanyaan-pertanyaan tentang siapakah yang lebih

berhak atas tanah tersebut, sehingga para pihak berlomba-lomba membuktikan

bahwa merekalah yang lebih berhak atas tanah tersebut.2

Sengketa hak atas tanah di atas timbul karena beberapa alasan yang

dijadikan dasar gugatan ke pengadilan. Gugatan yang berupa tuntutan hak atas

suatu tanah bertujuan untuk memperoleh perlindungan hukum yang diberikan oleh

pengdilan untuk mencegah eigenrichting3. Sengketa tanah ini dapat digugat ke

Pengadilan Tata Usaha Negara atau Pengadilan Negeri hingga ke tingkat

Mahkamah Agung, bahkan perkara ini melibatkan pihak ketiga dengan adanya

derdenverzet (perlawanan pihak ketiga).

Penyelesaian terhadap sengketa tersebut menjadi kunci penting untuk

menutup terjadinya kegoncangan dalam kehidupan bermasyarakat. Sengketa

perdata adalah suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan antara individu

dengan individu mengenai kepentingan pribadi. Status tanah hak milik yang akan

diperjualbelikan memiliki potensi konsekuensi dengan para pemiliknya yakni

setiap semua pemilik berhak atas kepemilikan tanah. Timbulnya sengketa hukum

yang bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang/badan hukum) yang berisi

2 Tika Nurjannah, Penyelesaian Sengketa Sertifikat Ganda Hak Atas Tanah, Jurnal,

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar, 2016, h.16 3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 2002,

h.3

Page 18: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

3

keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah,

prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh

penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.4

Definisi Pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun

1997 merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah

berdasarkan Pasal 19 ayat (2) PP No. 10 Tahun 1961 yang hanya meliputi:

Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah, pendaftaran dan peralihan hak atas

tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembukuan yang kuat.5

Jaminan kepastian hukum yang hendak diwujudkan dalam pendaftaran tanah ini,

meliputi kepastian status hak yang didaftar, kepastian subjek hak, dan kepastian

objek hak. Pendaftaran tanah ini menghasilkan Sertifikat Tanah atau sertifikat

hak-hak atas tanah sebagai tanda bukti yang sah.

Salah satu alat bukti hak atas tanah adalah Sertifikat, Sertifikat merupakan

alat bukti yang kuat dan autentik kekuatan sertifikat Merupakan jaminan kepastian

hukum bagi pemegang Sertifikat sebagai alat bukti yang sempurna sepanjang

tidak ada pihak lawan yang membuktikan sebaliknya. Seorang atau badan hukum

akan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas suatu bidang tanah

serta keadaan dari tanah itu, misalnya luas, batas-batas, bangunan yang ada, jenis

haknya beserta beban-beban yang ada pada hak atas tanah itu, dan sebagainya.6

Pada faktanya walaupun pendaftaran tanah sudah dilakukan, namun masih

terjadinya sengketa hak-hak atas tanah di tengah-tengah masyarakat yang bahkan

sampai pada gugatan-gugatan ke Pengadilan, yang mengakibatkan terjadinya

pemblokiran sertifikat hak atas tanah tersebut oleh Kantor Pertanahan.

Permohonan pemblokiran terhadap sertifikat hak atas tanah tersebut dapat

dilakukan pihak pengadilan karena adanya gugatan, di antaranya karena terjadinya

sertifikat ganda, hutang piutang atau karena pailit dan lain-lain.

4 Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia, Jakarta : Rajawali, 1986, h. 13.

5 Muhammad Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, “Hukum Pendaftaran Tanah”,

Bandung: Mandar Maju, 2008, h.138 6 Andrian Sutedi, Sertifikat Hak Atas Tanah, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h.57

Page 19: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

4

Pengaduan-pengaduan masalah pertanahan pada dasarnya merupakan

suatu fenomena yang mempersoalkan kebenaran suatu hukum yang berkaitan

dengan pertanahan. Hal ini dapat berupa produk-produk pertanahan tersebut,

riwayat perolehan tanah, penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan

tanah, pembebasan tanah dan sebagainya. Hampir semua aspek pertanahan dapat

mencuat menjadi sumber sengketa pertanahan, seperti halnya keliru akan batas-

batas tanah maupun keliru akan pemberian warisan. Oleh karenanya tanah perlu

ada pengaturannya serta lembaga negara yang secara khusus berkecimpung dan

berwenang dalam pertanahan ataupun masalah penanganan pertanahan. 7

Akan tetapi, seiring dengan tingginya nilai dan manfaat tanah, banyak

orang yang berupaya memperoleh bukti kepemilikan tanah dengan memiliki

sertifikat palsu, dimana data yang ada pada sertifikat tidak sesuai dengan yang ada

pada buku tanah. Jumlah sertifikat palsu cukup banyak, sehingga menimbulkan

kerawanan. Umumnya sertifikat palsu dibuat pada tanah yang masih kosong dan

mempunyai nilai tinggi yang menggunakan blangko sertifikat lama. Pemalsuan

sertifikat terjadi karna tidak didasarkan pada alas hak yang benar, seperti

penerbitan sertifikat yang tidak didasarkan pada alas hak yang benar, Seperti

penerbitan sertifikat yang didasarkan pada surat keterangan pemilikan yang

dipalsukan. bentuk lainnya berupa stempel BPN dan pemalsuan data pertanahan.

Hal tersebut menimbulkan banyak masalah sehingga terkadang terdapat sertifikat

dimana objek yang tertera di dalam sertifikat tersebut bukanlah yang seharusnya

akan tetapi tanah milik orang lain yang dibuatkan surat oleh oknum yang tidak

bertanggung jawab atau terdapat kelalaian di dalam penerbitan surat tersebut,

kemudian juga terdapat bukti kepemilikan yang sama terhadap dua setifikat

dengan satu objek yang sering disebut dengan sertifikat ganda.8

7 Astri Isnaini, Tinjauan Hukum Terhadap Sengketa Hak Atas Tanah Di Kota Makassar,

Skripsi (Makassar: Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

2017) h. 3 8 Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Cet. I, Jakarta:Prestasi Pustaka, 2002, h.

137

Page 20: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

5

Dari salah satu permasalahan diatas, Sertifikat ganda atas tanah secara

singkat dapat diartikan sebagai sertifikat-sertifikat yang menguraikan satu bidang

tanah yang sama atau secara luas sertifikat ganda adalah surat keterangan

kepemilikan (dokumen) dobel yang diterbitkan oleh badan hukum yang

mengakibatkan adanya pendudukan hak yang saling bertindihan antara satu

bagian dengan bagian lain, sehingga terbitlah sertifikat ganda yang berdampak

pada pendudukan tanah secara keseluruhan ataupun sebagaian tanah milik orang

lain. Pada kenyataannya Sertifikat ganda merupakan salah satu permasalahan

yang ditemukan dalam masyarakat. Tingginya masalah pertanahan tidak hanya

meresahkan masyarakat tetapi juga sangat mempengaruhi kinerja BPN sebagai

institusi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan administrasi pertanahan.9

Adapun sertifikat ganda yaitu sebidang tanah mempunyai lebih dari satu

sertifikat,10

karna itu membawa akibat ketidakpastian hukum bagi pemegang hak-

hak atas tanah yang sangat tidak diharapkan dalam pendaftaran tanah di

Indonesia. Sertifikat ganda kerap terjadi di Jatiasih yang mengakibatkan sengketa

para pemegang sertifkat yang saling menuding bahwa apa yang mereka miliki itu

benar adanya walaupun kemudian salah satu diantara sertifikat itu ada yang palsu

dimana objek yang tertera pada sertifikat tersebut bukan yang sebenarnya,

sehingga untuk mendapatkan kepastian hukum mengenai sertifikat hak atas tanah,

salah satu diantara pemengang sertifikat tersebut melakukan gugatan kepada

Pengadilan Negeri yang dianggap memiliki kompetensi untuk memberikan

kepastian hukum terhadap pemegang hak tersebut dan membatalkan salah satu

diantara sertifikat yang timbul sehingga hanya satu sertifikat yang sah yang

memiliki objek dan yang lainnya tidak atau bukan objek yang tertera didalam

sertifikat tersebut.

9 Aprilia Wulandari, Penyelesaian sengketa tanah terhadap sertifikat ganda di badan

pertahanan nasional sukoharjo, Skripsi (Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Surakarta 2018)

h. 3 10

Soni Harsono, Kegunaan Sertifikat dan Permasalahannya, Yogyakarta: Seminar

nasional 9 Juli 1992, h. 6

Page 21: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

6

Sengketa sertifikat ganda timbul karena adanya keberatan dari pihak yang

dirugikan berupa tuntutan atas keputusan Tata Usaha Negara yang di tetapkan

oleh Pejabat Tata Usaha Negara dilingkungan Badan Pertanahan Nasional,

pengajuan keberatan bertujuan pemilik sertifikat dapat menyelesaikan secara

administrasi untuk mendapat koreksi dari Pejabat Tata Usaha Negara. Akibat

sengketa sertifikat ganda kekuatan hukum sertifikat akan hilang. Untuk

menyelesaikan sengketa sertifikat ganda ditempuh jalan musyawarah bila tidak

ada kesepakatan dapat diselesaikan sepihak oleh Kepala Kantor Badan Pertanahan

Nasional, jika para pihak masih tidak dapat menerima keputusan tersebut dapat

mengajukan gugatan pada putusan Peradilan Tata Usaha Negara.

Melihat dari beberapa persoalan yang krusial dalam permasalahan ini

menjadi menarik umtuk dikaji dan dengan adanya fakta tersebut penulis

memandang bahwa perlu adanya penelitian mengenai lebih lanjut mengenai

penyelesaian sengketa tanah kepemilikan ganda dan menuangkan dalam karya

tulis ilmia (skripsi) yang berjudul : SENGKETA TANAH DENGAN

KEPEMILIKAN GANDA (STUDI KASUS DI PENGADILAN TATA USAHA

NEGARA JAKARTA)

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut :

a. Hak hak kepemilikan atas tanah

b. Proses pendaftaran tanah

c. Sertifikat sebagai bukti kepemilikan

d. Faktor yang menjadi penyebab adanya kepemilikan ganda

e. Konsep Kepemilikan menurut hukum Islam

f. Akibat hukum sengketa tanah dengan kepemilikan ganda

g. Bentuk penyelesaian sengketa tanah dengan kepemilikan ganda

Page 22: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

7

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, fokus

masalah pada studi ini yaitu pada sengketa tanah dengan kepemilikan ganda studi

kasus di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dengan data pada priode tahun

2019 untuk menghindari adanya perluasan masalah yang akan dibahas.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang diteliti

dirumuskan sebagai berikut:

a. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan adanya sengketa tanah dengan

kepemilikan ganda?

b. Bagaimana proses penyelesaian sengketa tanah dengan kepemilikan ganda

di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi penyebab adanya sengketa tanah

dengan kepemilikan ganda.

b. Untuk memahami bagaimana proses tinjauan hukum terhadap

penyelesaian sengketa tanah dengan kepemilikan ganda.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat,

diantaranya :

a. Menjadikan bahan pertimbangan untuk berhati-hati dalam jual beli tanah

di masa yang akan datang.

b. Memberikan sebuah gambaran terhadap proses penyelesaian sengketa

tanah kepemilikan ganda.

Page 23: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

8

D. Review Pustaka Terdahulu

Dalam pembuatan skripsi ini sebelumnya penulis melakukan kajian

terhadap tulisan-tulisan terdahulu. Akan tetapi sayangnya tulisan-tulisan tersebut

hanya berupa judulnya saja, namun bentuk nyata dari tulisan-tulisan tersebut

sudah tidak ditemukan. Adapun tulisan-tulisan tersebut memiliki tema sebagai

berikut :

1. Skripsi karya Riki Dendih Saputra, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Program

Studi Ilmu Hukum dan Konsentrasi Hukum Bisnis, Universitas Islam Negeri

Hidayatullah Jakarta, 2017 yang berjudul “Penyelesaian Sengketa

Kepemilikan Tanah Yang Bersertifikat Ganda Menurut Aturan Badan

Pertanahan Nasional Di Wilayah Tangerang Selatan”, yang memiliki

rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apa faktor-faktor sertofikat ganda dapat

diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional? (2) Mengapa masyarakat di

wilayah Tangerang Selatan tidak memiliki sertifikat kepemilikan tanah?.

Skripsi ini menyimpulkan bahwa Masyarakat Tangerang Selatan yang tidak

terlalu peduli terhadap pentingnya menjaga aset tanah yang dia miliki,

masyarakat berfikir untuk memiliki sertifikat tanah sangatlah sulit dan terlalu

banyak aturan-aturan yang harus diselesaikan, masyarakat pun berfikir

memiliki sertifikat tanah harus mengeluarkan biaya cukup mahal dan

memerlukan waktu yang cukup lama. Faktor yang menimbulkan sertifikat

ganda karena kesalahan dari pihakBadan Pertanahan Nasional. Faktor tersebut

timbul karena pihak Badan Pertanahan Nasional tidak melakukan pemetaan

ulang di setiap daerah dan seharusnya sebelum membuat sertifikat tanah, dia

harus melakukan pengecekan ulang atas tanah yang di daftarkanoleh

masyarakat tersebut agar tidak adanya tumpah tindih atas kepemilikan tanah

tersebut.

2. Skripsi karya Havidz Farizky, Fakultas Hukum, Program Studi Hukum,

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018 yang berjudul “Faktor-Faktor

Terjadinya Tumpeng Tindih Sertipikat Hak Atas Tanah Dalam Pendaftaran Tanah Di

Kabupaten Sukoharjo”, yang memiliki rumusan masalah sebagai berikut: (1)

Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terbitnya sertipikat yang tumpang

Page 24: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

9

tindih/Overlapping di Kantor Pertanahan Sukoharjo? (2) Bagaimanakah

proses penyelesaian sengketa tanaha terhadap sertipikat tumpan

tindih/Overlapping?. Skripsi ini menyimpulkan bahwa dalam penyelesaian

sertipikat tumpeng tindih di Kantor Pertanahan Di Kabupaten Sukoharjo

dilakukan melalui jalur non litigasi terlebih dahulu, baru setelah tidak adanya

kesepakatan antara para pihak maka penyelesaian sengketa melalui jalur

litigasi. Dan bahwa faktor-faktor terjadinya tumpang tindih sertipikat hak atas

tanah di Kabupaten Sukoharjo cenderung disebabkan oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Sukoharjo sendiri yang kurang optimal dalam kegiatan pngukuran

serta data administrasi yang kurang lengkap dan adanya pemohon yang tidak

mempunyai itikad baik dalam melakukan pendaftaran sertifikat hak atas tanah.

E. Metode Penelitian

Untuk mencapai hal yang positif dalam sebuah tujuan, maka metode ini

merupakan salah satu sarana untuk mencapai sebuah target, karena salah satunya

metode berfungsi sebagai cara mengerjakan suatu hasil yang memuaskan.

Disamping itu, metode merupakan bertindak terhadap sesuatu dari hasil yang

maksimal.

Metode penulisan skripsi yang dipergunakan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah penelitian normatif

yuridis yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan bahan hokum utama dengan

cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini. Serta

menggunakan penelitian deskriptif yang menggambarkan data informasi

berdasarkan pada data yang diperoleh di lapangan.11

11

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. ke-2, 1993,

h.309.

Page 25: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

10

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu jenis data

yang digunakan bersifat naratif dalam bentuk pernyataan yang menggunakan

penalaran.12

Bertujuan untuk memahami lebih jelas permasalahan-permasalahan

yang terjadi di tempat penelitian dan mengungkap fakta-fakta yang ada untuk di

paparkan kedalam skripsi.

2. Sumber Data

a. Data primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya.13

Data primer yang

digunakan dalam skripsi ini yaitu Peraturan Perundang-undangan terkait dengan

pembahasan pertanahan.

b. Data Sekunder

Yaitu semua yang berhubungan langsung dengan objek penelitian. Dalam

hal ini yang menjadi bahan hukum sekunder yaitu dengan penelitian lapangan

melalui observasi dan melakukan wawancara secara langsung kepada informan

yang terkait dengan penelitian ini serta buku-buku mengenai pertanahan.

c. Data Tersier

Yaitu data penunjang yang dapat memberi petunjuk dan penjelasan

terhadap sumber data primer dan sekunder, diantaranya kamus-kamus dan

esiklopedia.14

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan studi kepustakaan (library research) dan studi lapangan, maka

metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu dengan

bahan-bahan pustaka dan hasil penelitian lainya mengenai sengketa tanah dengan

kepemilikan ganda, serta studi lapangan yaitu metode pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung kelapangan terhadap objek yang akan diteliti.

12

Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, Ciputat: Buku Ajar Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010, h.26. 13

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h.106 14

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2005, h.144

Page 26: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

11

4. Analisis data

Metode analisis data yaitu dengan mengumpulkan data yang telah ada

dikumpulkan dianalisis secara kualitatif yaitu suatu pembahasan yang dilakukan

dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan

serta menafsirkan dan mendiskusikan data-data primer yang telah diperoleh dan

diolah sebagai satu yang utuh.

5. Teknik penulisan

Dalam penulisan penelitian ini penulis merujuk pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan penyusunan proposal skripsi ini dan untuk

memberikan gambaran secara rinci mengenai pokok pembahasan maka penulis

menyusun proposal skripsi ini dalam beberapa bab-bab terdiri dari sub-sub dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I Merupakan bab pendahuluan, bab ini meliputi terkait latar belakang

masalah, identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, riview kajian terdahulu, metode dan teknik

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tentang landasan teori tentang pengertian dan teori pertanahan, hak atas

tanah, pendaftaran tanah, sertifikat hak atas tanah, serta kedudukan tanah

dalam Islam.

BAB III Membahas tentang ketetntuan pengadilan tata usaha negara jakarta dan

masalah pertanahan mengenai profil pengadilan tata usaha negara

jakarta, kewenangan pengadilan tata usaha negara jakarta, sengketa tanah

dan kepemilikan ganda, serta konsep kepemilikan menurut hukum

Islam.

BAB IV Tentang sengketa tanah dengan kepemilikan ganda mengenai faktor-

faktor yang menyebabkan terjadinya kepemilikan ganda di pengadilan

Page 27: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

12

tata usaha negara jakarta dan bentuk penyelesaian sengketa tanah

dengan kepemilikan ganda di pengadilan tata usaha negara jakarta

BAB V Merupakan penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan yang menjawab

hasil penelitian dari rumusan masalah dan rekomendasi berdasarkan

hasil penelitian.

Page 28: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

13

BAB II

LANDASAN TEORI HUKUM PERTANAHAN

A. Pengertian dan Teori Pertanahan

1. Pengertian Tanah

Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi yang

disebut permukaan bumi. Tanah yang dimaksud disini bukan mengatur tanah

dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu

tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Tanah sebagai bagian dari bumi

disebutkan dalam Pasal ayat (1) UUPA, yaitu “Atas dasar hak menguasai dari

negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam

hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan

dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-

orang lain serta badan-badan hukum.

Adapun bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi,

sedangkan ha katas tanah adalah ha katas sebagian tertentu permukaan bumi, yang

berharga, berdimensi dua dengan ukuran Panjang dan lebar. Sedangkan ruang

dalam pengertian yuridis, yang terbatas, berdimensi tiga, yaitu Panjang, lebar dan

tinggi yang dipelajari dalam Hukum Penataan Ruang.15

Tanah adalah permukaan bumi, yang dalam penggunaannya meliputi juga

sebahagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan sebahagian dari ruang yang

diatasnya, dengan pembatasan dalam pasal 4, yaitu: sekedar diperlukan untuk

kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah yang

bersangkutan, dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan lain

yang lebih tinggi.16

Pengertian tanah ditinjau dari segi geologis-agronomis, Tanah

adalah lapisan lepas permukaan bumi yang paling atas. Dimanfaatkan untuk

menanam tumbuh-tumbuhan disebut tanah garapan, tanah pekarangan, tanah

pertanian dan tanah perkebunan. Sedangkan yang digunakan untuk mendirikan

bangunan disebut tanah bangunan.

15

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak atas tanah, Jakarta: Kencana, 2005, h.10 16

Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia, Jakarta: Djambatan 2008, h.262.

Page 29: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

14

Tanah yang dalam arti hukum memiliki peranan yang sangat penting

dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan dan

kelangsungan hubungan dan perbuatan hukum, baik dari segi individu maupun

dampak bagi orang lain. Untuk mencegah masalah tanah tidak sampai

menimbulkan konflik kepentingan dalam masyarakat, diperlukan pengaturan,

penguasan dan penggunaan tanah atau dengan kata lain dengan hukum tanah.17

2. Teori Pertanahan

Teori Pertanahan yang akan digunakan ialah teori Lawrence M. Friedman

mengenai sistem hukum. Sistem hukum yang terdiri dari tiga elemen, yaitu

elemen struktur (structure), substansi (substance), dan budaya hukum (legal

culture). Tiga unsur dari sistem hukum ini diteorikan Lawrence M. Friedman

sebagai Three Elements of Legal System (tiga elemen dari sistem hukum).

Lawrence M. Friedman membagi sistem hukum menjadi tiga jenis elemen yaitu:18

1. Struktur Sistem Hukum (legal structure), yaitu tingkatan atau susunan hukum,

pelaksana hukum, peradilan, lembaga-lembaga (pranata-pranata) hukum dan

pembuat hukum, antara lain kepolisian dengan para polisinya, kejaksaan

dengan jaksanya, pengadilan dengan hakimnya dan lain-lainnya.

2. Substansi Sistem Hukum (legal substance), yaitu hakikat dari isi yang

dikandung dalam perunddang-undangan. Substansi mencangkup semua aturan

hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis, seperti hukum materil , hukum

formal dan hukum adat.

Jadi, substansi sistem hukum yang mencangkup segala apa saja yang

merupakan hasil dari struktur, yang didalamnya termasuk dalam norma-

norma, maupun keputusan-keputusan. Budaya Sistem Hukum (legal culture),

yang merupakan bagian dari kultur-kultur pada umumnya, kebiasaan-

kebiasaan, opini warga masyarakat dan pelaksana hukum, cara-cara bertindak

dan berfikir atau bersikap, baik yang berdimensi untuk membelokkan

kekuatan-kekuatan sosial menuju hukum atau menjauhi hukum.

17

Wantijk Saleh, Hak anda Atas Tanah, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, h.7 18

Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, h.105

Page 30: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

15

3. Budaya Sistem Hukum (legal culture), yang merupakan bagian dari kultur-

kultur pada umumnya, kebiasaan-kebiasaan, opini warga masyarakat dan

pelaksana hukum, cara-cara bertindak dan berfikir atau bersikap, baik yang

berdimensi untuk membelokkan kekuatan-kekuatan sosial menuju hukum atau

menjauhi hukum.

B. Hak Atas Tanah

“Hak” pada hakekatnya adalah kekuasaan yang diberikan oleh hukum

kepada seseorang terhadap sesuatu (benda/prestasi), sehingga menimbulkan

hubungan hukum antara keduanya (hubungan subjek objek). Jadi apabila

seseorang memperoleh sesuatu hak atas tanah, maka pada orang tersebut telah

melekat kekuasaan atas tanah yang disertai pula dengan kewajiban yang

diperintahkan oleh hukum.

Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang

yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah

tersebut. Hak atas tanah berbeda dengan hak penggunaan atas tanah.19

Hak-hak atas tanah di dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA adalah sebagai

berikut:

a. Hak Milik

Ialah hak tutun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai atas

tanah dengan mengingat fungsi sosial, yang dapat beralih dan dialihkan kepada

pihak lain. (pasal 20 UUPA)

b. Hak Guna Usaha

Ialah Hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara

dalam jangka 25 atau 30 tahun dan dapat diperpanjang 25 tahun, guna perusahaan

pertanian, perikanan atau peternakan yang luasnya paling sedikit 25 Ha atau lebih,

harus memakai investasi modal yang layak dan tehnik perusahaan yang baik,

19

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Jilid I Hukum Tanah Nasional, Jakarta:

Djambatan, 1962 h.330

Page 31: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

16

dapat beralih dan dialihkan pada pihak serta dapat dijadikan jaminan hutang

dengan dibebani Hak Tanggungan. 20

c. Hak Guna Bangunan

Ialah Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas

tanah yang bukan milikya sendiri, dalam jangka waktu paling lama 30 tahun dan

dapat diperpanjang dengan waktu 20 tahun lagi, dapat beralih dan dialihkan

kepada pihak lain, dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak

Tanggungan.21

d. Hak Pakai

Ialah Hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang

dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain yang memberi

wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh

pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian pengolahan tanah,

segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan

undang-undang ini :

Hak pakai ini dapat diberikan:

1) Selama jangka waktu yang tertentu atau selama tanahnya dipergunakan

untuk keperluan tertentu.

2) Dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau jasa berupa apapun.

Pemberian Hak Pakai ini tidak boleh disertai syarat-syarat yang

mengandung unsur-unsur pemerasan.22

20

Undang-undang N0.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

Pasal 28 dan Pasal 33 21

Undang-undang N0.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

Pasal 35 22

Undang-undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

Pasal 41 Ayat (3)

Page 32: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

17

e. Hak Sewa

Yaitu seseorang atau badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah,

apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan

bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.23

f. Hak Membuka Tanah dan Memungut Hasil Hutan

Yaitu hak yang berasal dari hukum adat sehubungan dengan adanya hak

ulayat. Hak ini hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia dan diatur

dengan Peraturan Pemerintah. Meskipun bisa memungut hasil hutan secara sah,

bukan berarti pemilik hak membuka tanah dan memungut hasil hutan memperoleh

hak milih atas tanah tersebut.

Apabila melihat ketentuan Pasal 16 jo. Pasal 53 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1960 (UUPA), maka macam-macam hak atas tanah dikelompokkan

menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Hak atas tanah yang bersifat tetap, yaitu hak-hak atas tanah yang akan

tetap ada selama UUPA masih berlaku. Macam-macam hak atas tanah

yang masuk dalam kelompok ini yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak Membuka

Tanah, dan Hak Memungut Hasil Hutan.

2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang, maksudnya

adalah hak atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan ditetapkan

dengan undang-undang. Hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16

jo. Pasal 53 UUPA tidak bersifat limitatif, artinya, di samping hak-hak atas

tanah yang disebutkan dalam UUPA, kelak masih dimungkinkan lahirnya

hak atas tanah baru yang diatur secara khusus dengan undang-undang.

3. Hak atas tanah yang bersifat sementara, yaitu Hak atas tanah yang sifatnya

sementara, dalam waktu singkat diusahakan akan dihapus sebab

23

Undang-undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

Pasal 44 Ayat (1)

Page 33: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

18

mengandung sifat-sifat pemerasan, feodal, dan yang tidak sesuai dengan

jiwa atau asas-asas UUPA. Macam-macam hak atas tanah yang bersifat

sementara ini adalah Hak Gadai (Gadai Tanah), Hak Usaha Bagi Hasil

(Perjanjian Bagi Hasil), Hak Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian.

Jadi yang dimaksud dengan hak atas tanah adalah tanah yang memberi

wewenang kepada pemegang haknya untuk mempergunakan atau mengambil

manfaat dari tanah yang dihakinya. Perkataan “mempergunakan” mengandung

pengertian bahwa hak atas tanah itu dipergunakan untuk kepentingan mendirikan

bangunan, sedangkan perkataan “mengambil manfaat” mengandung pengertian

bahwa hak atas tanah itu dipergunakan untuk kepentingan bukan mendirikan

bangunan, misalnya pertanian, perikanan, pertemakan, dan perkebunan.24

C. Pendaftaran Tanah

1. Pengertian Pendaftaran Tanah

Pendaftaran berasal dari kata cadastre (bahasa belanda Kadaster) suatu

istilah teknis untuk suatu record (rekaman), menunjukan kepada luas, nilai dan

kepemilikan terhaadap suatu bidang tanah. Kata ini berasal dari bahasa latin

“capitastrum” yang berarti suatu register atau capita atau unit yang diperbuat

untuk pajak tanah romawi (Copotatio Tarrens). Dalam artian yang tegas cadaster

adalah record (rekaman dari lahan-lahan, nilai dari tanah dan pemegang haknya

dan unuk kepentingan perpajakan). Dengan demikian, cadaster merupakan alat

yang tepat yang memberikan uraian dan identifikasi dari tersebut dan juga sebagai

continuous recording (rekaman yang bersikenambungan) hak atas tanah.25

Sebutan pendaftaran tanah atau land registration: menimbulkan kesan,

seakan-akan objek utama pendaftaran atau satu-satunya objek pendaftaran adalah

tanah. Memang mengenai pengimpulan sampai penyajian data fisik, tanah yang

merupakan objek pendaftaran, yaitu untuk dipastikan letaknya, batas-batasnya,

luasnya dalam peta pendaftaran dan disajikan juga dalam “daftar tanah”. Kata

24

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak atas tanah, Jakarta: Kencana, 2005, h.10 25

A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Bandung: Mandar Maju 1999,

h.18-19

Page 34: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

19

“Kadaster” yang menunjukan pada kegiatan bidang fisik tersebut berasal dari

istilah latin “Capistratum” yang merupakan daftar yang berisikan data mengenai

tanah.

Pengertian pendaftaran tanah baru dimuat dalam Pasal 1 Angka 1

Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997, yaitu26

serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur,

meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta

pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam peta dan daftar, mengenai bidang-

bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian tanda bukti

haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas

satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Definisi pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997

merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah

berdasarkan Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 yang

hanya meliputi: pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah, pendaftaran dan

peralihan hak katas tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembuktian

yang kuat.

2. Asas dan Tujuan Pendaftaran Tanah

Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 dinyatakan

bahwa pendaftaran tanah dilakukan berdasarkan asas:27

a. Asas Sederhana

Asas ini dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun

prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah.

26

Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal 1 Ayat (1) 27

Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana, 2010,

h.17

Page 35: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

20

b. Asas Aman

Asas ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu

diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan

jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

c. Asas Terjangkau

Asas ini dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan,

khususnya dengan memerhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi

lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran

tanah harus bisa terjangkau oleh pihak yang memerlukan.

d. Asas Mutakhir

Asas ini dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya

dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus

menunjukan keadaan yang mutakhir. Untuk itu diikuti kewajiban mendaftar dan

pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian akhir.

Asas ini menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus-

menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor

Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan.

e. Asas Terbuka

Asas ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui atau

memperoleh keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar setiap

saat di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

Tujuan pendaftaran dimuat dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan

Pemerintah No. 24 Tahun 1997, adalah:28

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak

28

Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana, 2010,

h.18

Page 36: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

21

lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan.

Tujuan memberikan jaminan kepastian hukum merupakan tujuan utama

dalama pendaftaran tanah sebagaimana yang di tetapkan oleh Pasal 19

UUPA. Maka memperoleh sertifikat, bukan hanya sekedar fasilitas,

melainkan merupakan hak pemegang hak atas tanah yang dijamin oleh

Undang-undang.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan rumah susun yang terdaftar.

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pemerintahan.

Untuk mewujudkan tertib administrasi pertanahan, setiap bidang tanah dan

satuan susun termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak atas

bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah susun wajib di daftar.

3. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah di Indonesia

Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran yang

dilakukan terhadap objek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun

1997. Objek dari pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah negara dan tanah

bekas milik adat.29

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya meliputi:

a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik

b. Pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan haknya

c. Penerbitan sertifikat

d. Penyimpanan daftar umum dan dokumen

29

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Jilid I Hukum Tanah Nasional, Jakarta:

Djambatan, 1962 h.460

Page 37: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

22

Untuk keperluan dan pengumpulan data fisik pertama-tama dilakukan

kegiatan pengukuran dan pemetaan, yang meliputi:30

a. Pembuatan data dasar pendaftaran

b. Penetapan dasar-dasar batas bidang tanah

c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta

pendaftaran

d. Pembuatan daftar tanah dan

e. Pembuatan surat ukur

Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran

tanah secara sismatik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran secara

sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan

secara serentak yang meliput semua objek pendaftaran yang belum didaftar dalam

wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara

sistematik diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan pada suatu

rencana kerja jangka Panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah

yang ditetapkan oleh Menteri negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan

Nasional.31

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk

pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah

suatu desa/kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran tanah secara

sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak

yng berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atas kuasanya.

D. Sertifikat Hak Atas Tanah

1. Pengertian Sertifikat

Menurut Boedi Harsono dalam bukunya Hukum Agraria Indonesia,

sertifikat hak atas tanah terdiri atas salinan buku tanah dan surat ukur yang dijilid

30

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan UndangUndang

Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaanya, Jakarta: Djambatan, 2003, h.491 31

Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar Grafika,

2014, h.136

Page 38: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

23

menjadi satu dalam sampul dokumen.32

Sehubung dengan hal tersebut diatas

dapat diketahui bahwa sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang kuat

mengenai data fisik dan data yuridis termuat di dalamnya, sehingga data fisik dan

data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah

yang bersangkutan.

Sertifikat hak atas tanah merupakan surat tanda bukti kepemilikan sah hak

atas tanah yang ditentukan oleh Undang-undang. Dengan melihat ketentuan Pasal

19 UUPA diketahui bahwa hasil dari pendaftaran tanah yaitu dengan

diterbitkannya sertifikat hak atas tanah yang berfungsi sebagai alat bukti

kepemilikan hak yang kuat.

Sertifikat sebagai tanda bukti yang kuat mengandung arti bahwa selama

tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di

dalamnya harus diterima sebagai data yang benar, sebagaimana juga dapat

dibuktikan dari data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukurnya.

Kata “kuat” dalam hubungannya dengan sistem negatif adalah berarti

“tidak mutlak” yang berarti bahwa sertifikat tanah tersebut masih mungkin di

gugurkan sepanjang ada pembuktian sebaliknya yang menyatakan ketidak

absahan sertifikat tanah tersebut. Dengan demikian sertifikat tanah bukanlah satu-

satunya surat bukti pemegangan hak atas tanah dan oleh karena itu masih ada lagi

bukti-bukti lain tentang pemegang hak atas tanah antara lain surat bukti jual beli

tanah adat atau surat keterangan hak milik adat.33

Sesuai dengan sistem negatif yang dianut dalam pendaftaran tanah di

Indonesia, maka berarti bahwa sertifikat tanah yang diterbitkan itu bukanlah alat

bukti yang mutlak yang tidak bisa diganggu gugat, justru berarti bahwa sertifikat

tanah itu bisa dicabut atau dibatalkan. Oleh karena itu adalah tidak benar bila ada

anggapan bahwa dengan memegang sertipikat tanah berarti pemegang sertifikat

32

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum

Tanah, Jakarta: Penerbit Jambatan, 2008, h.78 33

Bahtiar Effendie, Pendaftaran Tanah Di Indonesia dan Peraturan peraturan

Pelaksanaannya. Bandung: Alumni 1993, h.77

Page 39: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

24

tersebut adalah mutlah pemilik tanah dan ia pasti akan menang dalam suatu

perkara, karena sertifikat tanah adalah alat bukti satu-satunya yang tidak

tergoyahkan.

2. Fungsi dan Macam-macam Sertifikat

Adapun fungsi dari sertifikat tanah yaitu berguna sebagai alat bukti, alat

bukti yang menyatakan tanah ini telah diadministrasi oleh Negara. Dengan

dilakukannya administrasinya lalu diberikan buktinya kepada orang yang

mengadministrasi tersebut. Ketentuan perundang-undangan dan kebijakan

Pemerintah dalam penerbitan sertifikat ini, pada hakekatnya dimaksudnya untuk:34

a. Memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah baik oleh

manusia secara perseorangan maupun oleh suatu badan hukum.

b. Memberikan bukti autentik bahwa orang yang tercantum namanya dalam

sertifikat tersebut adalah pemegang hak sesungguhnya.

c. Memberikan kepastian mengenai subjek dan objek hak atas tanah serta

status hak atas tanah tersebut.

Singkatnya dengan adanya sertifikat tersebut akan memberikan kekuatan

pembuktian bagi orang yang tercantum namanya dalam sertifikat tersebut

manakala suatu ketika terjadi sengketa pertanahan dipersidangkan. Adanya

sertifikat tersebut juga akan menambah kepercayaan masyarakat di dalam lalu

lintas hukum misalnya jual-beli tukar-menukar dan lain-lainnya. Disamping itu

akan menambah nilai jual suatu hak atas tanah.

Demikian pentingnya peranan sertifikat sehingga kekuatan pembuktiannya

memberikan rasa aman bagi para pemegang/pemiliknya serta para ahli warisnya

agar ahli warisnya di kemudian hari tidak mengalami kesulitan, dalam arti tidak

perlu bersusah-payah untuk mengurusnya.

34

Benny Bosu, Perkembangan Terbaru Sertipikat (Tanah, Tanggungan, dan

Condominium), Jakarta: Mediatama Saptakarya, 1997, h.3

Page 40: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

25

Adapun Macam-macam Sertifikat berdasarkan objek pendaftaran tanah

yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996 dan Peraturan

Pemerintah No. 24 Tahun 1997, yaitu:35

a. Sertifikat Hak Milik

b. Sertifikat Hak Guna Usaha

c. Sertifikat Hak Guna Bangun Atas Tanah Negara

d. Sertifikat Hak Guna Bangun Atas Tanah Hak Pengelolaan

e. Sertifikat Hak Pakai Atas Tanah Negara

f. Sertifikat Hak Pakai Atas Tanah Hak Pengelolaan

g. Sertifikat Tanah Hak Pengelolaan

h. Sertifikat Wakaf Tanah Hak Milik

i. Sertifikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun

j. Sertifikat Hak Milik Atas Satuan Non Rumah Susun

k. Sertifikat Hak Tanggungan

Hak-hak atas tanah yang tidak diterbitkan sertifikat sebagai berilkut:

a. Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Milik

b. Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik

c. Hak Sewa Untuk Bangunan

3. Sertifikat Cacat Hukum

Sertifikat cacat Hukum adalah penerbitan sertifikat yang keliru pada saat

penerbitannya. Keliru pada saat penerbitannya dapat terjadi karena cacat hukum

administrasi dan cacat kepemilikan. Adapun bentuk-bentuk Sertifikat Cacat

Hukum

35

Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah

Page 41: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

26

1. Sertifikat Palsu

Sertifikat disebut Sertifikat palsu, apabilla :36

1. Data pembuatan sertifikat adalah palsu atau dipalsukan.

2. Tanda tangan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dipalsukan

3. Blangko yang dipergunakan untuk membuat sertifikat merupakan

blangko yang palsu/bukan blangko yang dikeluarkan oleh Badan

Pertanahan Nasional.

Sebuah sertifikat dinyatakan palsu atau tidak, dapat diketahui dari buku

tanah yang ada pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat, yang

menyatakan bahwa data yang ada pada sertifikat tidak sesuai dengan data yang

ada pada buku tanah. Meskipun jumlah sertifikat palsu pada kenyataanya relatif

tidak banyak, namun dengan adanya sertifikat palsu dapat menimbulkan

kerawanan-kerawanan tersendiri dalam bidang pertanahan.

Umumnya sertifikat palsu ini dibuat terhadap tanah-tanah yang masih

kosong dan mempunyai nilai tanah yang cukup tinggi, serta terhadap tanah-tanah

yang sertifikatnya masih menggunakan blangko sertifikat lama. Untuk memonitor

setiap lembar sertifikat yang telah beredar tidaklah mudah, sehingga masih adanya

sertifikat palsu meskipun telah ada usaha-usaha pencegahannya.

Upaya untuk mencegah timbulnya sertifikat palsu ini telah dilakukan

dengan: 37

1. Blangko sertifikat dicetak sedemikian rupa dengan Teknik pencetakan

mutakhir sehingga sulit dipalsukan dan ditunjang dengan pengelolaan

yang tertib.

2. Meningkatkan tertib administrasi pertanahan,

36

Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan I-Pemberian Hak

atas Tanah Negara dan Seri Hukum Pertanahan II- Sertipikat dan Permasalahannya, Jakarta

:Prestasi Pustaka, 2002, h.136 37

Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Sebelum dan Sesudah Berlaakunya UUPA UU No.

5 Tahun 1960, Bandung: Alumni, 1995, h.185

Page 42: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

27

3. Upaya-upaya lain untuk mencegah dan mendeteksi sertifikat palsu.

Apabila pada suatu ketika Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota mengetahui

adanya sertifikat palsu, sementara pihak Badan Pertanahan tidak mempunyai

wewenang untuk menyatakan bahwa sertifikat yang dimaksud adalah palsu, maka

sertifikat yang sebenarnya palsu tersebut, diteliti, kemudian distempel dengan

kata-kata : “sertifikat ini bukan produk Badan Pertanahan Nasional” dan perlu

dilaporkan kepada pihak kepolisian setempat untuk diadakan penelitian lebih

lanjut.

2. Sertifikat Asli Tapi Palsu

Sertifikat asli tapi palsu, yaitu sertifikat yang secara formal diterbitkan oleh

Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat, tetapi surat-surat bukti kepemilikan

ataupun surat-surat lain yang dipergunakan sebaagai dasar pembuatan dan

penerbitan sertifikat tersebut palsu.

Sertifikat semacam itu tentunya harus dibatalkan dan dinyatakan tidak

berlaku serta ditarik dari peredaran setelah dibuktikan melalui proses di

Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tata Usaha Negara, bahwa surat keterangan

yang merupakan dokumen yang mendasari penerbitan sertifikat tersebut adalah

palsu. Termasuk kategori sertifikat asli tetapi palsu, yaitu sertifikat yang

diterbitkan tenyata didasari atas bukti-bukti surat keterangan atau dokumen yang

kurang/tidak lengkap. Upaya untuk mencegah terjadinya sertifikat asli tetapi

palsu, yaitu dengan meningkatkan kecepatan dan ketelitian aparat yang

memproses pembuatan penerbitan sertifikat.

3. Sertifikat Ganda

Sertifikat ganda adalah sertifikat-sertifikat yang menguraikan satu bidang

tanah yang sama. Jadi dengan demikian satu bidang tanah diuraikan dengan 2

(dua) sertifikat atau lebih yang berlainan datanya. Hal semacam ini disebut pula

“Sertifikat tumpang tindih” (overlapping), baik tumpah tindih seluruh bidang

maupun tumpah tindih sebagian dari tanah tersebut.

Page 43: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

28

Tidak termasuk dalam kategori sertifikat ganda yaitu:

1. Sertifikat yang diterbitkan sebagai pengganti sertifikat yang hilang.

2. Sertifikat yang diterbitkan sebagai pengganti sertifikat yang rusak.

3. Sertifikat yang diterbitkan sebagai pengganti sertifikat yang dibatalkan.

4. Sertifikat Hak Guna Bangunan di atas Hak Milik maupun di atas Hak

Pengelolaan, karena menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku,

hal yang dimaksud memang dimungkinkan.

Hal ini disebabkan karenaa sertifikat-sertifikat dimaksud di atas telah

dinyatakam tidak berlaku sebagai tanda bukti. Sertifikat ganda banyak terjadi di

wilayah-wilayah yang masih kosong, belum dibangun dan di daerah perbatasan

kota dimana untuk lokasi tersebut belum ada peta-peta pendaftaran tanahnya.

Sertifikat ganda dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut :38

a. Pada waktu dilakukan pengukuran ataupun penelitian dilapangan, pemohon

dengan sengaja atau tidak sengaja menunjukan letak tanah dan batas-batas

tanah yang salah.

b. Adanya surat bukti atau pengakuan hak dikemudian hari ternyata

mengandung ketidakbenaran, keplasuan atau sudah tisak berlaku lagi.

c. Untuk wilayah yang dimaksud belum tersedia peta pendaftaran tanahnya.

Kasus penerbitan lebih dari satu sertifikat atas sebidang tanah dapat pula

terjadi atas tanah warisan. Latar belakang kasus tersebut adalah sengketa harta

warisan yaitu oleh pemilik sebelum meninggalnya telah dijual kepada pihak lain

(tidak diketahui oleh anak-anaknya) dan telah diterbitkan sertifikat atas nama

pembeli, dan kemudian para ahli warisnya menyertifikatkam tanah yang sama,

sehingga mengakibatkan terjadinya sertifikat ganda, karena sertifikat terdahulu

belum dipetakan.

38

Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan I-Pemberian Hak

atas Tanah Negara dan Seri Hukum Pertanahan II- Sertipikat dan Permasalahannya, Jakarta

:Prestasi Pustaka, 2002, h.140-141

Page 44: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

29

Upaya untuk mencegah timbulnya sertifikat ganda yaitu melalui program

Pengadaan Peta Pendaftaran Tanah yang dilakukan oleh Badan Pertanahan

Nasional. Namun demikian dalam melaksanakan pengadaan peta pendaftaran

tanah ini memerlukan dana serta waktu, sehingga pengadaannya dilakukan secara

bertahap melalui pendekatan pengukuran desa demi desa, sebagaimana tercantum

di dalam ketentuan Pengaturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tanggal 23 Maret

1961 yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun

1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Berdasarkan apa yang dilakukan diatas bahwa dalam proses penerbitan

sertifikat didahului dengan pendaftaran tanah dan mengenai pendaftaran tanah ini

secara yuridis formal telah diatur dalam PP No. 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah. Berdasarkan aturan-aturan pendaftaran tanah tersebut

sehingga dapat diketahui apa yang menjadi faktor-faktor terbitnya sertifikat diatas

tanah orang lain diantaranya adalah faktor intern:39

1. Tidak dilaksanakannya Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan

pelaksanaannya secara konsekuen dan bertanggungjawab disamping masih

adanya orang yang berbuat untuk memperoleh keuntungan pribadi.

2. Kurang berfungsinya aparat pengawas sehingga memberikan peluang

kepada aparat bawahannya untuk bertindak menyeleweng dalam arti tidak

melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai sumpah jabatannya.

3. Ketidaktelitian pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan sertifikat

tanah yaitu dokumen-dokumen yang menjadi dasar bagi penerbitan

sertifikat tidak diteliti dengan seksama yang mungkin saja dokumen-

dokumen tersebut belum memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan

oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

39

Utoyo Sutopo, Masalah Penyalagunaan Sertifikat Dalam Masyarakat Dan Upaya

Penanggulangannya, Jurnal, YSUHogyakarta: 1992, h.5

Page 45: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

30

Selain dari pada faktor intern hal ini juga dipengaruhi oleh faktor ekstern antara

lain:

1. Masyarakat masih kurang mengetahui undang-undang dan peraturan

tentang pertanahan khususnya tentang prosedur pembuatan sertifikat tanah.

2. Persediaan tanah tidak seimbang dengan jumlah peminat yang memerlukan

tanah.

3. Pembangunan mengakibatkan kebutuhan akan tanah semakin meningkat

sedangkan persediaan tanah sangat terbatas sehingga mendorong peralihan

fungsi tanah dari tanah pertanian ke non pertanian, mengakibatkan harga

tanah melonjak.

Sertifikat tanah merupakan produk yang dihasilkan atau yang dikeluarkan

oleh Pejabat Tata Usaha Negara. Dalam proses penerbitan sertifikat tanah

diharapkan sikap kehati-hatian dari pejabat tata usaha negara sehingga tidak

mengakibatkannya sertifikat yang cacat hukum atau cacat admministrasi dan

terjaminnya rasa aman akan kepastian hukum bagi pemilik sertifikat tanah

tersebut.

E. Kedudukan Tanah Dalam Islam

Q.S. Al-A'raf ayat 10 sebagai berikut :

قللهاجشكشوى ولقذهكاكنفالسضوجعلالكنفهاهعاش

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu dimuka bumi dan

kami adakan kamu dimuka bumi (sumber) penghidupan. Amat

sedikitlah kamu bersyukur”.

Page 46: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

31

Q.S. Al-A'raf ayat 58 sebagai berikut :

كذا والزيخبثلخشجإل والبلذالطبخشجباجبإرىسب

اتلقىمشكشوى فا لكصش كز

Artinya: “Dan tanah yang baik, tanaman - tanamannya tumbuh subur

dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-

tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami

mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang

yang bersyukur”.

Q.S. Al-A'raf 128 sebagai berikut :

ىسههاهي السضلل إى واصبشوا اسحعىابالل لقىه قالهىسى

والعاقبةللوحقي شاءهيعباد

Artinya: “Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya

kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.

Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang

bertakwa”.

Sabda Rasullah Saw yang berbunyi:

وحهاأخافإىلنوحها ثلأسضفلزسعهافإىلنزسعهافل هيكا

أخافلوسكها)سواهسلن(

Artinya: "Barangsiapa memiliki tanah, maka tanamilah atau berikan

kepada kawannya." (Riwayat Muslim).

Dalam pandangan Islam, segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi

ternasuk tanah hakikatnya adalah milik Allah SWT semata. Sebagai pemilik

hakiki dari segala sesuatu (termasuk tanah) kemudian Allah SWT memberikan

kuasa (istikhlaf) kepada manusia untuk mengelola milik Allah ini sesuai dengan

hukum-hukum-Nya. Asal usul kepemilikan (aslul milki) adalah milik Allah SWT,

Page 47: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

32

dan bahwa manusia tidak mempunyai hak kecuali memanfaatkan (tasarruf)

dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT. Konsekuensi yuridisnya, maka setiap

kebijakan dibidang pertanahan hendaklah dilaksanakan dengan mengaplikasikan

hukum-hukum Allah SWT kedalam kebijakan tersebut.40

Tanah merupakan salah satu objek harta dan milik. Oleh karenanya

pemahaman mengenai kedudukan tanah dalam sistem hukum Islam, dimulai

dengan mengemukakan pengertian harta, pembagian harta dan hak milik dalam

hukum Islam.

1. Pengertian Harta

Harta atau mal yang jamaknya amwal memiliki beberapa pengertian, tetapi

semuanya saling berkaitan satu sama lain. Secara umum, definisi tentang harta

akan langsung merujuk pada kta al-mal dalam bahasa arab, yang artinya condong,

suka, atau simpati. Dalam islam, harta adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan

secara legal menurut syari’at dan dapat dimiliki seseorang untuk memenuhi hajat

hidupnya. Jadi, segala sesuatu dapat dikategorikan sebagai al-mal jika hal itu bisa

memenuhi kebutuhan manusia, mendatangkan kepuasan dan ketegangan karena

mengomsumsinya, serta bisa dimiliki atau dikuasai oleh manusia tersebut.41

Menurut para ulama terdapat empat ciri harta, yaitu harus memiliki nilai

harus merupakan barang yang boleh dimanfaatkan, harus dimiliki dan harus

disimpan. Hal-hal yang bebas dipakai, seperti cahaya dan udara tidak dapat

dipandang sebagai harta. Menurut Al Majallah harta atau mal adalah sesuatu yang

diinginkan oleh watak manusia dan yang dapat disimpan sebagai persediaan. Jadi

jasa tidak termasuk kriteria ini. Akan tetapi, Imam Syafi’I dan Ibnu Hanbal

menganggapnya sebagai harta karena memiliki nilai uang.42

40

Nurhayati, Hak-hak Atas Tanah Menurut Hukum Islam Dan Undang-undang Pokok

Agraria, Jurnal Program Studi Perbandingan Mazhab, Universitas Dharmawangsa, 2017, h.31 41

Amir Machmud, Ekonomi Islam Untuk Dunia Yang Lebih Baik, Jakarta: Salemba

Empat, 2017, h.74 42

Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam Sejarah Teori dan Konsep, Jakarta: Sinar

Grafika, 2013, h.173

Page 48: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

33

Fuqoha kontemporer, mendefinisikan harta atau benda secara umum dan

luas yaitu, segala sesuatu yang dapat menjadi hak milik seseorang dan dapat

diambil manfaatnya. Misalnya Al Zarqa, mengartikan mal berarti segala sesuatu

yang bernilai dan bersifat harta atau segala sesuatu yang bernulai material

dikalangan masyarakat. Dengan kata “segala sesuatu” berarti semua benda baik

berupa yang nyata maupun yang abstrak termasuk hak-hak merupakan pengertian

benda.

Oleh karena itu, dalam draft Kompilasi Hukum Ekonomi Islam (KHEI)

tentang harta (amwal) diartikan sebagai sesuatu benda yang dapat dimiliki,

dikuasai, diusahakan, dan dilahirkan, baik benda berwujud maupun tidsk

berwujud, baik benda yang terdaftra maupun benda yang tidak terdaftar, baik

benda bergerak maupun benda yang tidak bergerak dan hak yang mempunyai nilai

ekonomis.

2. Pembagian Harta

Harta (mal) dalam hukum islam cukup beragam dan karenanya ulama

membagi mal dilihat dari berbagai segi, antara lain:

a. Dilihat dari segi jenisnya, dibagi menjadi dua yaitu harta manqul (bergerak)

dan harta ghairu manqul. Harta manqul yaitu harta yang dapat

dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain, seperti emas, perak,

perunggu, pakaian, kendaraan dan lain-lainnya. Adapun harta ghairu

manqul yaitu harta yang tidak dapat dipindahkan dan dibawa dari satu

tempat ketempat yang lain seperti tanah dan bangunan yang ada diatasnya.

b. Dilihat dari aspek kebolehan memanfaatkannya oleh syara’, yaitu harta

mutaqawwim dan ghairu mutaqawwim. Yang dimaksud mutaqawwim

yaitu sesuatu yang boleh dimanfaatkan oleh syara’.adapun ghairu

mutaqawwim yaitu sesuatu yang tidak boleh dimanfaatkan oleh syara’ baik

dari segi cara memperolehnya maupun cara menggunakannya, seperti babi

dan khamar.

c. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya ketersediaan barang, harta mitsli dan

qimi. Harta mitsli ialah harta yang ada jenisnya dipasaran yaitu harta yang

Page 49: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

34

ditimbang atau ditakar seperti gandum, beras, dan lainnya. Harta qimi ialah

harta yang tidak ada jenis yang sama dalam satuannya dipasaran atau ada

jenisnya tetapi pada setiap unitnya berbeda dalam kualitasnnya, seperti

pepohonan, logam mulia dan alat-alat rumah tangga.43

3. Fungsi Harta

Fungsi harta sesuai ketentuan syariat Islam adalah sebagai berikut:

a. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat

b. Kesempurnaan ibadah mahdhah, karena ibadah memerlukan saran,

seperti kain dan mukena untuk menutup aurat.

c. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu

d. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, sehingga orang

kaya dapat memberikan pekerjaan kepada orang miskin.44

Maka dengan menelaah hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah

tanah di dalam Islam akan ditemukan bahwa hukum-hukum tersebut ditetapkan

agar tanah yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan rakyat

atau masyarakat keseluruhan, serta dalam rangka menjamin tercapainya tujuan

politik ekonomi Islam yakni adanya jaminan kebutuhan pokok bagi setiap anggota

masyarakat sekaligus menjamin adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan

pelengkap (sekunder dan tersier) masyarakat. Hukum pertanahan dalam Islam

dapat didefinisikan sebagai “hukum-hukum Islam mengenai tanah dalam

kaitannya dengan hak kepemilikan (milkiyah), pengelolaan (tasarruf), dan

pendistribusian (tauzi') tanah”.45

43

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana 2013, h.62 44

Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, h.30 45

Jamaluddin Mahasari, Pertanahan dalam Hukum Islam, Yogyakarta: Gama Media,

2008, h.39

Page 50: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

35

BAB III

KETENTUAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAKARTA DAN

MASALAH PERTANAHAN

A. Profil Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta

1. Sejarah Singkat

Negara RI adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD

Negara RI 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang

sejahtera aman, tentram, dan tertib. Dalam usaha mencapai tersebut pemerintah

melalui aparaturnya dibidang TUN, diharuskan berperan positif aktif dalam

kehidupan mayasarakat. Menyadari sepenuhnya peran positif aktif pemerintah

dalam kehidupan masyarakat, maka pemerintah perlu mempersiapkan langkah

menghadapi kemungkinan timbulnya perbenturan kepentingan, perselisihan, atau

sengketa antara badan atau pejabat TUN dengan warga masyarakat.

Untuk menyelesaikan sengketa tersebut dari segi hukum perlu dibentuk

peradilan TUN, oleh karena pembentukan peradilan TUN sebagai bagian

pembangunan hukum nasional yang berwatak dan bersifat integral serta

dilaksanakan berkesinambungan sebagaimana diamanatkan oleh Ketetapan MPR

R.I No.II/MPR/1983 tentang GBHN. Dengan demikian peradilan TUN

merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman yang ditugasi untuk

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa dibidang TUN.

Memang Peradilan di bidang TUN merupakan lembaga baru dalam tatanan

hukum Indonesia dan pembentukannya memerlukan perencanaan serta persiapan

yang sebaik-baiknya sehingga pelaksanaannya perlu dilakukan secara bertahap.

Undangn-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara diundangkan pada

tanggal 29 Desember 1986 yaitu Undang-Undang No. 5 tahun 1986, yang

berdasarkan ketentuan Penutup pada Bab VII Pasal 145 beserta penjelasannya

pada dasarnya mengatur tentang penerapan Undang-Undang Nomor: 5 Tahun

1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara baru bisa diterapkan 5 (lima) tahun

kemudian, oleh karenanya baru pada tanggal 14 Januari 1991 dikeluarkan

Page 51: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

36

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1991 Tentang Penerapan Undang-Undang

No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan TUN.

Dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia terdapat tiga pilar

kekuasaan, yaitu Kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif (Kehakiman).

Berkaitan dengan Kekuasaan Kehakiman, dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar

1945 (Perubahan) Jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, ditegaskan bahwa

Kekuasaan Kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan-

badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan

tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan lingkungan peradilan yang

terakhir dibentuk, yang ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1986 pada tanggal 29 Desember 1986, adapun tujuan dibentuknya

Pengadilan Tata Usaha Negara adalah untuk mewujudkan tata kehidupan negara

dan bangsa yang sejahtera, aman, tentram serta tertib yang dapat menjamin

kedudukan warga masyarakat dalam hukum dan menjamin terpeliharanya

hubungan yang serasi, seimbang, serta selaras antara aparatur di bidang tata usaha

negara dengan para warga masyarakat. Dengan terbentuknya Pengadilan Tata

Usaha Negara menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara hukum yang

menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kepastian hukum dan Hak Asasi

Manusia (HAM).46

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1991 pada tanggal 14

Januari 1991, Pengadilan Tata Usaha Negara resmi beroperasi, salah satunya

adalah Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta yang berkedudukan di ibukota

Kabupaten/Kota, dengan daerah hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/Kota.

Maka yang menjadi Subjek di Pengadilan Tata Usaha Negara

adalah Seseorang atau Badan Hukum Perdata sebagai Penggugat, dan Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara sebagai Tergugat. Sedangkan yang menjadi Objek di

46

https://ptun-jakarta.go.id/ diakses pada tanggal 4 Desember 2019 pukul 16.00 WIB

Page 52: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

37

Pengadilan Tata Usaha Negara adalah Surat Keputusan Tata Usaha

Negara (beschikking).

Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) :

a. Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1991, Tentang Pembentukan

Peradilan Tata Usaha Negara;

b. Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986, Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara;

c. Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004, Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986, Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara;

d. Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009, Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986, Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara;

2. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas Pokok Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) :47

a. Menerima, Memeriksa, Memutus dan Menyelesaikan Sengketa Tata Usaha

Negara (TUN) Pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN

Jakarta),

b. Meneruskan Sengketa-Sengketa Tata Usaha Negara (TUN) Ke Pengadilan

Tata Usaha Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

(PT.TUN) yang Berwenang.

c. Peningkatan Kualitas dan Profesionalisme Hakim Pada Pengadilan Tata

Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta), Seiring Peningkatan Integritas

Moral dan Karakter Sesuai Kode Etik dan Tri Prasetya Hakim Indonesia,

Guna Tercipta dan Dilahirkannya Putusan-Putusan yang Dapat

47

https://ptun-jakarta.go.id/ diakses pada tanggal 4 Desember 2019 pukul 16.00 WIB

Page 53: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

38

Dipertanggung jawabkan Menurut Hukum dan Keadilan, Serta Memenuhi

Harapan Para Pencari Keadilan.

d. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Lembaga Peradilan

Guna Meningkatan dan Memantapkan Martabat dan Wibawa Aparatur dan

Lembaga Peradilan, Sebagai Benteng Terakhir Tegaknya Hukum dan

Keadilan, Sesuai Tuntutan Undang-Undang Dasar 1945.

e. Memantapkan Pemahaman dan Pelaksanaan Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Sesuai

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :

KMA/012/SK/III/1993, tanggal 5 Maret 1993 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN).

f. Membina Calon Hakim Dengan Memberikan Bekal Pengetahuan Di

Bidang Hukum dan Administrasi Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Agar Menjadi Hakim yang Profesional.

Fungsi Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) :

a. Melakukan Pembinaan Pejabat Struktural dan Fungsional Serta Pegawai

Lainnya, Baik Menyangkut Administrasi, Teknis, Yustisial Maupun

Administrasi Umum.

b. Melakukan Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas dan Tingkah Laku Hakim

dan Pegawai Lainnya.

c. Menyelenggarakan Sebagian Kekuasaan Negara Dibidang Kehakiman.

3. Visi dan Misi

Visi Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)48

“Mewujudkan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta yang

Agung”

48

https://ptun-jakarta.go.id/ diakses pada tanggal 4 Desember 2019 pukul 16.00 WIB

Page 54: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

39

Misi Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

a. Mewujudkan Peradilan yang Sederhana, Biaya Ringan, Transparan dan

Modern;

b. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur Peradilan Dalam Rangka

Peningkatan Pelayanan Pada Masyarakat;

c. Melaksanakan Pengawasan dan Pembinaan yang Efektif dan Efisien;

d. Melaksanakan Tertib Administrasi dan Manajemen Peradilan yang Efektif

dan Efisien;

e. Mengupayakan Tersedianya Sarana dan Prasarana Peradilan Sesuai

Dengan Ketentuan yang Berlaku.

4. Wilayah Hukum

Wilayah Hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta termasuk didalam

Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta (PT.TUN Jakarta)

yang membawahi 6 (enam) Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), yaitu :49

a. PTUN Jakarta

b. PTUN Bandung

c. PTUN Banjarmasin

d. PTUN Pontianak

e. PTUN Samarinda

f. PTUN Palangkaraya

g. PTUN Serang

Adapun Wilayah Hukum PTUN Jakarta meliputi wilayah administratif

pemerintah provinsi DKI Jakarta, yang terdiri dari :

a. Jakarta Selatan

b. Jakarta Utara

c. Jakarta Timur

d. Jakarta Barat

e. Kepulauan Seribu.

49

https://ptun-jakarta.go.id/ diakses pada tanggal 4 Desember 2019 pukul 16.00 WIB

Page 55: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

40

Adapun Batas-batas Meliputi :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jawa Barat

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Banten

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Jawa Barat

5. Struktur Organisasi Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta

NO Jabatan Nama

1 Ketua Dr. H. Hari Sugiharto, SH.MH.

2 Hakim 1. Baiq Yuliana, SH.

2. Adhi Budhi Sulistyo, SH.MH.

3. Oenoen Pratiwi, SH.MH.

4. Susilowati Siahaan, SH.MH.

5. Joko Setiono, SH.MH

6. Edi Septa Suharja, SH.MH.

7. Roni Erry Saputro, SH.MH.

8. Mochamad Arief Pratomo,

SH.MH.

9. Bagus Darmawan, SH.MH.

10. Nelvy Christin, SH.MH.

11. Taufik Perdana, SH.MH.

12. Dyah Widiastuti, SH.MH.

13. Sutiyono, SH.MH

14. Dr. Nasrifal, SH.MH.

15. Andi Muh. Ali

Rahman,SH.MH.

16. Umar Dani, SH.MH.

17. Muhamad Ilham, SH.MH.

Page 56: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

41

3 Panitera Didik Hari Wasito, SH.MH.

4 Panitera Muda Hukum Hj. Romlah, SH.MH.

5 Staff Kepaniteraan Hukum 1. Diana Lala, SH

2. Dewi Aqua Kusumasari, SH

3. Solihin

6 Panitera Muda Perkara Sri Hartanto, SH.M.Kn

7 Staff Kepaniteraan Perkara 1. Heri Susanto, SH

2. Murti Handayani Pribadi,

A.Md.

3. Dewi Puryanih, SH

4. Junita A Simanungkulit,

A.Md.

5. Afikri, SE.MH

6. Nuwita, A.Md.

7. Sukarnadi

8. Harry Marangkup Tua, S.Sos

9. Gendro Wisnubroto

8 Panitera Pengganti 1. Pardomuan Silalahi, SH

2. Mosmani, SH

3. Dra. Eni Nuraeni

4. Ninik Sulistyaningsih, SH

5. Hj. Yeni Yeuniwilda, SE, SH,

MH.

6. Agus Wildada, SH

7. Yusuf Amin, SH

8. Sri Ambarwati, SH

9. Almercy, SH

10. Indun Nawang Wulandari, SH

11. Sri Hartanto, SH, M.Kn

Page 57: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

42

12. Nur Sujud, SH

13. Hj. Sri Suhartiningsih,

SH.MH.

14. Diah Kumala Dewi, SH.MH.

15. Jumarta, SH.MH.

16. Titin Kuntinih, SH.MH.

17. Yulianti, SH.MH.

18. Aritha Syahrini, SH

19. Kirwono, SH.MH

20. Rudy Syamsumin, SH

21. Salamudin, SH.Mh

22. Maria Maghdalena H, SH.MH

23. Mulyati, SH.MH

24. M. Iqbal Araza, SH.MH

25. Tribakti Adi, SH.MH

26. Sriwidati, SH

27. Suprapti, SH.MH

9 Juru Sita Pengganti 1. Armensius Sipayun, SH

2. Sri Mukaromah, SH

3. Risma Mutajulu, SH

10 Sekertaris Ono Haryono, SE

11 Bendahara Nanik Setyorini, A.Md

12 Ka.su.bag Kepegawaian dan

Ortalak

Milatul Khanifah, SH

13 Staf Sub.bag Kepegawaian 1. Sumaja, SH

2. M. Agam Aljernih

3. Andrew J Tarigan, SH

14 Ka.su.bag Perencanaan, IT, dan

Pelaporan

Tias Descariaty, SH

Page 58: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

43

15 Staf Sub.bag Perencanaan, IT,

dan Pelaporan

1. Metti Susanti

2. Bagus Nurhadi Widjoyo

16 Ka.su.bag Umum dan

Keuangan

Ika Salahuddin, SE

17 Staf Ka.su.bag Umum dan

Keuangan

1. Slamet Sugiarto

2. Luddimin, SH

3. M. Salomo F. Simandjuntak,

ST.SH

4. Franziska Junita Harjiman

5. Lia utami Nawangsih, S.g,

M.H

6. Purwoyo, SH

7. Sugeng Siswoyo

8. Mustopa

9. Nanik Satyorini

B. Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara

Dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 sekarang (hasil amandemen)

disebutkan, bahwa :50

a. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan.

b. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Makamah Agung dan badan

peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan

peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Makamah Konstitusi

Berbeda dengan UUD 1945 sebelum amandemen, yang mengatur

kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan

kehakiman di lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer,

50

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24

Page 59: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

44

dan peradilan tata usaha negara. Kekuasaan kehakiman kita sekarang selain

diselenggarakan olah Mahkamah Agung (MA) dan badan-badan peradilan di

bawahnya dalam empat lingkungan peradilan juga oleh Mahkamah Konstitusi

(MK).51

Kedudukan Mahkamah Agung sama, baik sebelum dan sesudah amanden

UUD 1945 merupakan puncak dari badan-badan peradilan di empat lingkungan

peradilan. Empat lingkungan peradilan yang terdiri dari 1 (satu) lingkungan

peradilan umum dan 3 (tiga) lingkungan peradilan khusus yaitu : agama, militer

dan tata usaha negara. Keempat lingkungan peradilan tersebut masing-masing

memiliki badan peradilan (pengadilan) tingkat pertama dan banding. Badan-badan

peradilan tersebut berpuncak pada sebuah MA.

Untuk lingkungan peradilan tata usaha negara berdasarkan Undang-

Undang nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana

diubah dengan Undang-undang nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dalam

Pasal 47 mengatur tentang kompetensi PTUN dalam sistem peradilan di Indonesia

yaitu bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa

tata usaha negara.

Kompetensi (kewenangan) suatu badan pengadilan untuk mengadili suatu

perkara dapat dibedakan atas kompetensi relatif dan kompetensi absolut.

Kompetensi relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili

suatu perkara sesuai dengan wilayah hukumnya. Sedangkan kompetensi absolut

adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara menurut obyek,

materi atau pokok sengketa.52

51

Yodi Martono Wahyundi, Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Sistem

Peradilan Di Indonesia, Jurnal, h.1 52

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar Bakti,

Jakarta: 1988, h.153

Page 60: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

45

1. Kewenangan Relatif Pengadilan Tata Usaha Negara

Kompetensi relatif suatu badan pengadilan ditentukan oleh batas daerah

hukum yang menjadi kewenangannya. Suatu badan pengadilan dinyatakan

berwenang untuk memeriksa suatu sengketa apabila salah satu pihak sedang

bersengketa (Penggugat/Tergugat) berkediaman di salah satu daerah hukum yang

menjadi wilayah hukum pengadilan itu.53

Pengaturan kompetensi relatif peradilan tata usaha negara terdapat dalam

Pasal 6 dan Pasal 54:

Pasal 6 UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 menyatakan :

a. Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota,

dan daerah hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/Kota.

b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di ibukota Provinsi

dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi.

Untuk saat sekarang PTUN masih terbatas sebanyak 26 dan Pengadilan

Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN) ada 4 yaitu PT.TUN Medan, Jakarta,

Surabaya dan Makasar di seluruh wilayah Indonesia, sehingga PTUN wilayah

hukumnya meliputi beberapa kabupaten dan kota. Seperti PTUN Medan wilayah

hukumnya meliputi wilayah provinsi Sumatera Utara dan PT.TUN wilayah

hukumnya meliputi provinsi-provinsi yang ada di Sumatera. Adapun kompetensi

yang berkaitan dengan tempat kedudukan atau tempat kediaman para pihak, yakni

pihak Penggugat dan Tergugat.

Dalam Pasal 54 UU No. 5 Tahun 1986 dan UU No. 9 Tahun 2004 diatur

sebagai berikut : Gugatan sengketa tata usaha negara diajukan kepada Pengadilan

yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.

2. Kewenangan Absolut Pengadilan Tata Usaha Negara

Kompetensi absolut berkaitan dengan kewenangan Peradilan Tata Usaha

Negara untuk mengadili suatu perkara menurut obyek, materi atau pokok

53

Grace, Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Penyelesaian Sengketa

Pemilihan Umum Kepala Daerah, Jurnal Fakultas Hukum, 2014, h.4

Page 61: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

46

sengketa. Adapun yang menjadi obyek sengketa Tata Usaha Negara adalah

Keputusan tata usaha negara sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 5

Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004.54

Sehingga dapat dipahami bahwa Peradilan Tata Usaha Negara berwenang

menerima, memeriksa, mengadili dan memutuskan tiap-tiap sengketa Tata Usaha

Negara yang diajukan kepada Peradilan Tata Usaha Negara. Sengketa Tata Usaha

Negara merupakan sengketa yang timbul antara orang atau badan hukum perdata

dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, di pusat maupun di daerah, akibat

diterbitkannya keputusan Tata Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara yang oleh pencari keadilan dianggap bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan dan merugikan dirinya sebagai perorangan atau badan

hukum perdata. Meskipun demikian terdapat beberapa jenis keputusan Tata Usaha

Negara.

Salah satu sengketa yang sering diajukan kepada Peradilan Tata Usaha

Negara pada beberapa tahun terakhir ini yaitu sengketa tanah. Sengketa tanah

adalah perselisihan pertanahan berupa pengaduan keberatan-keberatan dan

tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh orang atau badan hukum perdata baik berupa

sengketa perdata, sengketa pidana dan sengketa administratif dengan harapan

dapat memperoleh penyelesaian berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Sehingga terdapat tiga jenis sengketa tanah apabila dilihat dari segi

kompetensi absolut badan peradilan di bawah Kekuasaan Kehakiman, yaitu

sengketa perdata, sengketa pidana dan sengketa administratif.

Jadi kompetensi absolut Peradilan Tata Usaha Negara dalam penyelesaian

sengketa tanah adalah kewenangan dalam pembatalan surat keputusan pemberian

hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah dan surat keputusan pengadaan tanah

untuk kepentingan umum yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara. Jenis-jenis sengketa tanah yang dapat diadili pada Peradilan Tata Usaha

54

Grace, Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Penyelesaian Sengketa

Pemilihan Umum Kepala Daerah, Jurnal Fakultas Hukum, 2014, h.4

Page 62: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

47

Negara berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yaitu

sengketa sertifikat atas tanah termasuk sengketa pengadaan tanah untuk

kepentingan umum.

C. Sengketa Tanah Dengan Kepemilikan Ganda

1. Pengertian Sengketa

Sengketa adalah “Pertentangan, perselisihan atau percekcokan yang terjadi

antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya dan atau antara piihak yang satu

dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan hak yakni sesuatu yang bernilai,

baik itu berupa uang maupun benda”.

Sengketa dapat terjadi pada siapa saja. Sengketa dapat terjadi antara

individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, anatar kelompok

dengan kelompok, antara perusahaan dengan perusahaan, antara perusahaan

dengan negara, antara negara satu dengan yang lainnya, dan sebagainya. Dengan

kata lain, sengketa dapat bersifat public maupun bersifat keperdataan dan dapat

terjadi baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Akan tetapi dalam

konteks hukum, yang dimaksud sengketa ialah perselisihan yang terjadi antara

para pihak karena adanya pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah

dituangkan dalam suatu kontrak, baik sebagian maupun keseluruhan. Dengan kata

lain telah terjadi wanprestasi oleh pihak-pihak atau salah satu pihak.55

Timbulnya sengketa hukum mengenai tanah berawal dari pengaduan suatu

pihak (orang atau badan hukum) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak

atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan

harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan

ketentuan peraturan yang berlaku.56

55

Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di

Pengadilan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011, h.12 56

Rusmadi Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung :Mandar Maju,

1991, h.22

Page 63: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

48

2. Jenis-jenis Sengketa

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah, mengatur kegiatan meliputi pengumpulan, pengolahan dan penyajian data

fisik dan yuridis, serta persengketaan yang terjadi. Dalam kegiatan tersebut, jenis

masalah/sengketa yang akan terjadi ada 2 (dua), yaitu:

a. Sengketa data fisik, yaitu sengketa yang menyakut keterangan mengenai

letak, batas dan luas bidang tanah yang sudah didaftar, termasuk

keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.

Jenis sengketa yang dimasuk dalam kategori ini adalah :

1) Sengketa batas, yaitu menyangkut terjadinya kesalahan pengukuran

batas-batas bidang tanah yang disebabkan oleh tidak adanya

kesepakatan antara pemilik tanah yang bersangkutan dengan pemilik

tanah yang berbatasan.

2) Sengketa Ganti Kerugian, yaitu menyangkut kesepakatan besarnya

nilai ganti rugi serta tata cara pembayarannya.

b. Sengketa data yuridis, yaitu sengketa yang menyakut keterangan mengenai

status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar.

Sengketa yang dimasuk dalam kategori ini adalah:

1) Sengketa Waris, yaitu sengketa menyangkut siapa yang berhak atas

tanah warisan yang ditinggalkan oleh pewaris berdasarkan peraturan

yang berlaku.

2) Sengketa Pengaturan Penguasaan Tanah, yaitu sengketa menyakut

pemilik tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan, misalnya pemilikan

tanah absente dan pemilikan tanah yang melebihi batas maksimum.

3) Sengketa Sertifikat Ganda, yaitu terjadi akibat adanya pemalsuan atas

hak untuk mendapatkan sertifikat atas tanah oleh orang yang tidak

bertanggung jawab.

Page 64: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

49

3. Kepemilikan Ganda

Kepemilikan Ganda adalah suatu hak milik dengan sertifikat yang

menguraikan satu bidang tanah yang sama dengan pihak lain. Jadi dengan

demikian satu bidang tanah di uraikan dengan 2 (dua) sertifikat atau lebih yang

berlainan datanya. Hal semacam itu disebut pula “sertifikat tumpang tindih” baik

tumpang tindih seluruh bidang maupun tumpang tindih sebagian dari pada tanah

tersebut.

Tidak termasuk dalam kategori sertifikat ganda yaitu :

a. Sertifikat yang diterbitkan sebagai pengganti sertifikat yang hilang.

b. Sertifikat yang diterbitkan, sebagai pengganti sertifikat yang rusak.

c. Sertifikat yang diterbitkan, sebagai pengganti sertifikat yang

dibatalkan.

Sertifikat ganda sering terjadi di wilayah-wilayah yang masih kosong,

belum dibangun dan didaerah perbatasan kota dimana untuk lokasi tersebut belum

ada peta-peta pendaftaran tanahnya. Ada beberapa hal faktor-faktor terjadinya

sertifikat ganda.

D. Konsep Kepemilikan Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Kepemilikan

Menurut bahasa, milkiyah berasal dari kata milk dan malakiyah berasal

dari malakah, yang salah satunya adalah milik. Secara sederhana ia juga diartikan

memiliki sesuatu yang sanggup bertindak secara bebas terhadapnya. Sedangkan

milik menurut istilah adalah suatu ikhtisas yang menghalangi yang lain, yang

membenarkan si pemilik ikhtisas itu bertindak terhadap miliknya sekehendaknya

sendiri kecuali ada penghalang yang melarangnya.57

Ketika membicarakan tentang kepemilikan maka pada saat yang sama juga

memperbincangkan tentang hak, mengingat kepemilikan berarti hak yang

diperoleh oleh seseorang atas sesuatu. secara bahasa dalam Al-Qur’an kata hak

57

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Cetakan Kedua,

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, h.11

Page 65: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

50

memiliki pengertian, yaitu milik, ketetapan, kepastian, dan kebenaran. Secara

terminologi hak adalah suatu kekhususan yang padanya ditetapkan syara suatu

kekuasaan.

Menurut An-Nabhaniy (1990). Kepemilikan merupakan izin As-Syari’

(ALLAH SWT) untuk memanfaatkan zat tertentu. Oleh karena itu, kepemilikan

tersebut hanya ditentukan berdasarkan ketetapan dari As-Syari’ terhadap zat

tersebt, serta sebab-sebab pemiliknya. Jika demikian, maka pemilikan atas suatu

zat tertentu, tentu bukan semata berasal dari zat itu sendiri, ataupun dan karakter

dasarnya yang memberikan manfaat atau tidak. Akan tetapi kepemilikan tersebut

berasal dari adanya izin yang diberikan Allah SWT untuk memiliki zat tersebut.

Sehingga melahirkan akibatnya, yaitu adanya pemilikan atas zat tersebut menjadi

sah menurut hukum islam.58

Islam telah menjelaskan bahwa filosofi kepemilikan tanah yang hakiki

adalah Allah Swt, dan manusia adalah sebagai pengelola tanah sesuai dengan

hukum-hukumNya.59

Dalam Islam kepemilikan atas tanah memang tidak disebutkan secara

langsung namun Islam mengatur tentang kepemilikan. Kepemilikan tanah dalam

Islam termasuk obyek hukum muamalat, yaitu menyangkut urusan-urusan perdata

dalam hubungan kebendaan meliputi tiga masalah pokok, yaitu:

a. Hak dan pendukungnya

b. Benda dan milik atas benda

Maka dengan demikian, maka pengertian kepemilikan adalah mewujudkan

kekuasaan pada seseorang terhadap kekayaan yang dimilikinya dengan

menggunakan mekanisme tertentu, sehingga menjadikan kepemilikan tersebut

sebagai hak menurut syara’ yang diberikan kepada seseorang.

58

Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam Sejarah Teori dan Konsep, Jakarta: Sinar

Grafika, 2013, h.195 59

Abdul Sami’ al-Misri, Pilar-Pilar Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006,

h.56

Page 66: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

51

2. Dasar Hukum Kepemilikan

Dalam Islam, hakikat kepemilikan atas alam beserta isinya secara mutlak

berada di tangan Allah, sedangkan kepemilikan manusia bersifat nisbi dan

temporal sebagai pemberian Allah agar manusia berkemampuan mengatasi

kebutuhannya serta dapat menunaikan fungsinya sebagai pemakmuran dunia

sekaligus hamba Allah yang senantiasa mengabdi kepada Nya secara vertikal

maupun horizontal.

Pemilik sesungguhnya dari sumber daya yang ada adalah Allah SWT,

manusia dalam hal ini hanya penerima titipan untuk sementara saja. Sehingga

sewaktu-waktu dapat di ambil kembali oleh Allah SWT. Oleh sebab itu

kepemilikan mutlak atas harta tidak di akui dalam islam. Sebagaimana terdapat

dalam firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah ayat 284:

هافالسواواتوهافالسض لل

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada

di bumi”.

Manusia adalah khalifah atas harta miliknya, hal ini dijelasakan dalam QS.

Al-Hadiid ayat 7:

فالزيآهىا اجعلكنهسحخلفيف فقىاهو وأ وسسىل آهىابالل

فقىالهنأجشكبش كنوأ ه

Artinya: “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah

sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu

menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan

menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”

Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama dan pertama dalam Islam

menyatakan bahwa Allah adalah pemilik sepenuhnya segala sesuatu. Dia adalah

pencipta alam semesta, namun bukan untuk kepentingan-Nya sendiri, melainkan

untuk manusia secara kolektif. Manusia diberi hak milik secara individu, setiap

pribadi berhak memiliki, menikmati dan memindahtangankan kekayaan, tetapi

Page 67: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

52

mereka mempunyai kewajiban moral menyedekahkan hartanya untuk yang

berhak.

Ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah mengenai peraturan kepemilikan

kekayaannya, antara lain:60

a. Pemanfaatan, Nabi SAW bersabda: “Orang yang menguasai tanah yang

tak bertuan, tidak lagi berhak atas tanah itu jika setelah tiga tahun

menguasainya, ia tidak menggarapnya dengan baik”.

b. Penunaian Hak, setiap muslim yang memiliki kekayaan mencukupi nisab,

harus menunaikan zakat seesuai aturan syara’. Kategori harta yang

dizakati menurut aturan masa awal Islam tidak harus menjadikan tolak

ukur dalam menetapkan harta yang dizakati pada masa kini. Di dalam

harta orang kaya terdapat hak mustahiq, zakat merupakan lambing

harmonisnya hubungan sesama manusia.

c. Tidak merugikan pihak lain, penggunaan milik yang berfaedah ditujukan

untuk mendatangkan manfaat bagi pemiliknya, namun tidak dibenarkan

jika dalam penggunaannya menhadirkan mudharat bagi pihak lain,

merugikan pihak lain berarti pula meremehkan Allah, sebab Allahlah

pemilik segala sesuatu. Bahkan sebaliknya, hak milik seharusnya memberi

manfaat bagi pihak lain. Dalam konteks ini, kaidah menyebutkan bahwa

“menghindari kemudharatan harus diutamakan daripada menarik

kemanfaatan”.

d. Kepemilikan yang sah, Al-Qur’an dan As-Sunnah melarang semua

tindakan untuk memperoleh harta/milik dengan cara melawan hukum,

karena hal ini menjadi sumber kerusakan. Demikian pula hak milik

melalui pengadilan dengan cara tercela, seperti penyuapan, kesaksian

palsu Dll

e. Penggunaan berimbang, pemilik harta benda dalam pandangan syariat

harus menggunakannya secara berimbang, yakni jangan boros dan jangan

60

Muhammad Sularno, Konsep Kepemilikan Dalam Islam (Kajian Dari Aspek Filosofis

dan Potensi Pengembangan Ekonomi Islam), Jurnal, h.81

Page 68: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

53

kikir. Al-Qur’an mengajarkan agar tidak terjerumus kedalam cela dan

penyesalan, janganlah tangan terbelenggu pada leher (kikir), namun juga

janganlah terlalu mengulurkan tangan (boros) (QS. Al-Isro’, 17:29).

Dengan ketentuan-ketentuan tersebut, menurut Al-Qur’an dan Sunnah ciri

khas kepemilikan dalam Islam terletak pada adanya etika dan moral dalam

pencarian maupun tasarufnya dan jika dipatuhi akan menjadi solusi atas

keburukan sistem kapitalisme dan sosialisme.

3. Cara Memperoleh Kepemilikan

Menurut ulama ada empat cara pemilikan harta yang disyariatkan Islam, yaitu:

1. Melalui penguasaan harta yang belm dimiliki seseorang atau Lembaga

hukum lainnya, yang dalam Islam disebut harta yang mubah, contohnya

bebatuan sungai yang belum dimiliki seseorang atau badan hukum, apabila

seseorang mengambil bebatuan itu lalu membawanya pulang, maka

bebatuan itu menjadi miliknya.

2. Melalui transaksi yang ia lakukan dengan seseorang atau suatu Lembaga

badan hukum, seperti jual beli, hibah dan wakaf.

3. Melalui peninggalan seseorang, seperti menerima harta warisan dari ahli

warisnya yang wafat.

4. Hasil/buah dari harta yang telah dimiliki seseorang, baik dari hasil itu

datang secara alami, misalnya buah pohon dikebun, anak sapi yang lahir,

maupun melalui usaha kepemilikan, misalnya keuntungan dagang yang

diperoleh oleh pedagang, gaji yang didapat oleh pekerja, dan lain-

lainnya.61

61

Asroen Harun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, h.32

Page 69: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

54

Sedangkan menurut Pasal 18 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, benda

dapat diperoleh dengan cara:62

1. Pertukaran

2. Pewarisan

3. Hibah

4. Pertambahan alamiah

5. Jual beli

6. Luqathah

7. Wakaf

8. Cara lain yang dibenarkan Syariah.

3. Macam-macam Kepemilikan

Ulama Fiqh membagi kepemilikan kepada dua bagian yaitu:

1. Al-Milku Al-Tam (milik yang sempurna), yaitu apabila materi atau manfaat

harta itu dimiliki sepenuhnya oleh seseorang, sehingga seluruh hak yang

terikat dengan harta itu dibawah penguasaannya. Milik seperti ini bersifat

mutlak tidak dibatas waktu dan tidak digugurkan orang lain. Misalnya,

seseorang mempunyai rumah, maka ia berkuasa penuh terhadap rumah itu

dan boleh ia manfaatkan secara bebas.

2. Al-Milku Al-Naqis (milik yang tidak sempurna), yaitu apabila seseorang

hanya menguasai materi harta itu, tetapi manfaatnya di kuasai orang lain,

seperti sawah seseorang yang pemanfaatannya diserahkan kepada orang

lain melalui wakaf, atau rumah yang pemanfaatannya dikuasai orang lain,

baik melalui sewa-menyewa atau pinjam-meminjam.63

Menurut Syaih Taqiyyuddin An-Nabhani, Konsep kepemilikan dapat

dibedakan menjadi tiga bagian yaitu kepemilikan individu (Milkiyah Fardhiah),

62

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 18 63

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana 2013, h.68

Page 70: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

55

kepemilikan umum (Milkiyah „Ammah), dan Kepemilikan Negara (Milkiyah

Daulah) sebagai berikut:64

1. Kepemilikan individu merupakan ketetapan hukum syara’ yang berlaku

bagi zat atau manfaat tertentu yang memungkinkan siapa saja yang

mendapatkannya untuk memanfaatkan barang tersebut serta memperoleh

untuk dihabiskan zatnya, seperti beli.

2. Kepemilikan umum merupakan izin syara’ kepada suatu komunitas

untuk sama-sama memanfaatkan suatu benda. Pada umumnya, benda-

benda tersebut ditujukan untuk satu komunitas dan mereka sama-sama

saling membutuhkan benda tersebut sehingga benda yang bersangkutan

tidak dapat dikuasai secara perorangan. Ada dua barang yang

dikategorikan kepemilikan sebagai kepemilikan umum:

a. Benda-benda yang ada di alam, seperti air, padang rumput, api,

dan bahan tambang. Benda-benda tersebut pada hakikatnya

dilarang di perjualbelikan

b. Fasilitas umum, seperti jalan raya, sungai dan masjid

3. Kepemilikan negara merupakan harta yang menjadi hak seluruh kaum

muslim yang pengelolaannya menjadi wewenang negara. Namun, negara

pun dapat memberikan harta tertentu kepada sebagian warga negara

sesuai dengan kebijakan yang dibuat. Contohnya harta Fa‟i (harta

kekayaan orang-orang kafir yang diambil secara paksa dan dikuasai oleh

Kaum Muslimin tanpa peperangan), Kharaj (pajak tanah), dan Jizyah

(pajak yang dikenakan pada kalangan non muslim sebagai imbalan

untuk jaminan oleh suatu Negara Islam.

64

Amir Machmud, Ekonomi Islam: Untuk Dunia Yang Lebih Baik, Jakarta: Salemba

Empat, 2017, h.76

Page 71: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

56

BAB IV

SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA

A. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kepemilikan Ganda

Setiap peristiwa atau kejadian pasti ada asal mulanya, dengan kata lain ada

penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa tersebut.

Pertanahan ialah salah satu peristiwa dengan banyaknya aneka ragam penyebab

baik penyebab dari eksternal maupun internal. Seharusnya satu bidang tanah

hanya memiliki satu tanda bukti atau satu kepemilikan, akan tetapi realitanya yang

terjadi di Indonesia masih banyak sekali tanah yang memiliki beberapa tanda

bukti (ganda bahkan lebih).

Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan akan

ketersediaan tanah menjadi semakin tinggi pula. Dalam perkembangannya,

kebutuhan terhadap tanah telah memunculkan berbagai konflik atau sengketa,

baik antar perorangan maupun suatu kelompok terkait. Sengketa waris,

kepemilikan, penguasaan tanpa hak atas tanah secara perorangan bahkan

organisasi dan perusahaan adalah konflik yang kian hari kian banyak terjadi.

Secara umum, kasus sengketa tanah muncul karena adanya “klaim” kepemilikan

hak milik, maupun penguasaan atas tanah.

Sertifikat sebagai alat bukti yang kuat atau surat tanda bukti hak atas tanah

seseorang yang didalamnya memuat data fisik dan data yuridis yang telah didaftar

dalam buku tanah, merupakan pegangan kepada pemiliknya akan bukti-bukti

haknya yang tertulis. Oleh karenanya dalam penerbitan sertifikat hak atas tanah,

setiap satu sertifikat hak atas tanah diterbitkan untuk satu bidang tanah. Namun

nyatanya sampai saat ini masih sering terjadi kasus tentang sertifikat ganda

dimana satu bidang tanah mempunyai lebih dari satu sertifikat.

Pendaftaran tanah perlu dilakukan untuk memberikan kepastian hukum

terhadap orang yang menguasai dan memiliki tanah agar nantinya mempunyai

kekuatan hak didepan hukum dan Negara. Jadi misalnya seseorang memiliki tanah

tapi belum ada sertifikatnya otomatis belum bisa diakui dan hanya bisa

mengatakan bahwa tanah tersebut adalah tanahnya dan mungkin saja orang lain

Page 72: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

57

ikut mengakuinya juga, karna itulah pentingnya pendaftaran tanah dan penerbitan

sertifikat di atas tanah yang dimiliki agar seseorang mempunyai dasar

kepemilikan hak atas tanah.

Dari hasil wawancara Bapak Sutiyono selaku Hakim Pengadilan Tata

Usaha Negara Jakarta, bahwa faktor yang menyebabkan munculnya Sertifikat

Ganda yaitu65

1. Struktur Hukum, Kekuatan pembuktiannya yang terletak pada aslinya yaitu

sertifikat. Apabila seseorang memiliki sebidang tanah maka ia harus

membuatkan tanah tersebut sertifikat dengan memakai sistem pendaftaran

(kadesteral). Dengan adanya pendaftaran sertifikat maka seseorang akan

dianggap sebagai pemilik tanah yang sah jikalau tanah tersebut sudah di

daftarkan kepada pihak yang berwenang dan telah mempunyai sertifikat yang

sah. Dan masih banyak tanah-tanah kosong yang sudah lama tidak digunakan

atau dimanfaatkan oleh pemiliknya sehingga memberikan peluang bagi orang

lain yang bukan miliknya untuk menggunakan atau memanfaatkan tanah

tersebut untuk keperluannya, sebab itulah yang menjadikan dalam sebidang

tanah memiliki beberapa sertifikat (sertifikat ganda).

2. Struktur sarana dan pra sarana, Sistem hukum pertanahan masih memakai

sistem administrasi manual, walaupun sekarang sudah mulai proses perbaikan

data-data seperti sertifikat-sertifikat yang sudah ada barkodenya. Dengan

demikian sarana pra sarana kita masih belum cukup memadai, tanah di

Indonesia ini luas tetapi masih banyak tanah yang belum bersertifikat atau

banyak tanah yang belum ada datanya di pihak yang berwenang entah hilang

atau datanya yang tidak ada.

3. SDM yang masih korup, dengan adanya pejabat atau aparat pemerintah yang

menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya. Tanah

tersebut sudah bersertifikat akan tetapi adanya oknum yang berkuasa dengan

sengaja melakukan pembuatan sertifikat lagi dengan objek tanah yang sama.

65

Sutiyono, Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Wawancara Langsung Pada

Tanggal 17 Desember 2019 Pukul 15.30 WIB

Page 73: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

58

4. Budaya Hukum, masyarakat itu sendiri yang tidak memiliki kesadaran atau,

dengan artian pemilik tanah itu sendiri yang tidak memperhatikan tanah

miliknya dan tidak memanfaatkanya dengan baik sehingga di ambil alih oleh

orang lain dan kemudian di manfaatkan karna merasa bahwa tanah tersebut

tidak bertuan atau tidak ada pemiliknya.66

Sedangkan menurut Bernhard Limbong dalam bukunya “Konflik

Pertanahan” mengemukakan dua hal penting dalam sengketa pertanahan yaitu

sengketa pertanahan secara umum dan sengketa pertanahan secara khusus,

sebagaimana terdapat dalam Keputusan BPN RI nomor 34 Tahun 2007 tentang

Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan.

a. Faktor hukum

1) Regulasi kurang memadai, Regulasi di bidang pertanahan belum

seutuhnya mengacu pada nilai-nilai dasar Pancasila dan filosofi Pasal 33

UUD 1945 tentang moral, keadilan, hak asasi, dan kesejahteraan. Disisi

lain penegakan hukum kerap kali berhenti pada mekanisme formal dari

aturan hukum dan mengabaikan nilainilai substansinya.

2) Tumpang tindih peradilan, Saat ini terdapat tiga lembaga peradilan yang

dapat menangani suatu sengketa pertanahan yaitu peradilan perdata,

peradilan pidana, serta Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Dalam suatu

sengketa tertentu, salah satu pihak yang menang secara perdata belum

tentu menang secara pidana. Selain itu, sumber daya aparatur agrarian juga

merupakan hal yang memicu timbulnya sengketa.

3) Penyelesaian dan birokrasi berbelit-belit, Penyelesaian perkara lewat

pengadilan di Indonesia melelahkan, biaya yang tinggi dan waktu

penyelesaian yang lama apalagi bila terjebak dengan mafia peradilan,

maka keadilan tidak berpihak pada yang benar. Hal ini tentunya tidak

sesuai lagi dengan prinsip peradilan kita yang sederhana, cepat, dan

berbiaya murah, karena kondisinya saat ini dalam berurusan dengan

66

Sutiyono, Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Wawancara Langsung Pada

Tanggal 17 Desember 2019 Pukul 15.30 WIB

Page 74: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

59

pengadilan tidaklah sederhana, birokrasi pengadilan yang berbelit-belit

dan lama serta biaya yang mahal.

4) Tumpang tindih peraturan, UUPA sebagai induk dari peraturan sumber

daya agrarian lainnya khususnya tanah, namun dalam berjalan waktu

dibuatlah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sumber

daya agraria tetapi tidak menenmpatkan UUPA sebagai undang-undang

induknya, bahkan justru menempatkan UUPA sejajar dengan undang-

undang agraria.

5) Struktur hukum agraria menjadi tumpang tindih. UUPA yang awalnya

merupakan payung hukum bagi kebijakan pertanahan di Indonesia,

menjadi tidak berfungsi dan bahkan secara substansial terdapat

pertentangan dengan diterbitkannya peraturan-peraturan perundangan

sektoral.67

b. Faktor Non Hukum

1) Tumpang tindih penggunaan tanah: Pertumbuhan penduduk yang cepat

mengakibatkan jumlah penduduk bertambah, sedangkan produksi pangan

berkurang akibat berubah fungsinya tanah pertanian. Juga pemerintah yang

terus menerus menyelenggarakan proyek pembangunan tidak dapat

dihindarkan jika sebidang tanah yang sama memiliki ataupun timbul

kepentingaan yang berbeda. Itulah sebabnya mengapa pertumbuhan

sengketa tanah yang terus menerus meningkat.

2) Nilai ekonomis tanah yang tinggi, Sejak masa orde baru, nilai ekonomis

tanah semakin tinggi. Hal ni terkait dengan politik peningkatan

pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan pemerintah dengan

menitikberatkan pada pembangunan. Pemerintah orde baru menetapkan

kebijakan berupa tanah sebagai bagian dari sumber daya agraria tidak lagi

menjadi sumber produksi atau tanah tidak lagi untuk kemakmuran rakyat,

melainkan tanah sebagai aset pembangunan demi mengejar pertumbuhan

67

Darwis Anatami, Tanggung Jawab Siapa, Bila Terjadi Sertifikat Ganda Atas Sebidang

Tanah, Jurnal, Volume 12, Nomor 1, Juni 2017, h.9

Page 75: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

60

ekonomi yang bahkan kebijakan itu sangat merugikan rakyat.

3) Kesadaran masyarakat meningkat; Perkembangan global serta peningkatan

perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi berpengaruh pada

peningkatan kesadaran masyarakat. Pola pikir masyarakat terhadap

penguasaan tanahpun ikut berubah. Terkait dengan tanah sebagai aset

pembangunan, maka muncul perubahan pola pikir masyarakat terhadap

penguasaan tanah, yaitu tidak lagi menempatkan tanah sebagai sumber

produksi akan tetapi menjadikan tanah sebagai sarana untuk investasi atau

komoditas ekonomi.

4) Jika sebelumnya pemberian ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk

pembangunan kepentingan hanya diberikan “seadanya” bahkan diserahkan

dengan sukarela dan cuma-cuma, pelan-pelan berubah mengacu pada

NJOP (nilai jual objek pajak). Belakangan masyarakat menuntut adanya

penberian ganti rugi berdasarkan harga pasar bahkan lebih dari pada itu

dengan menuntut pemberian kompensasi berupa pemukiman kembali yang

lengkap dengan fasilitas yang kurang lebih sama dengan tempat asal

mereka yang dijadikan areal pembangunan.

5) Tanah tetap, penduduk bertambah, Pertumbuhan penduduk yang sangat

cepat, baik lewat kelahiran maupun migrasi serta urbanisasi, sementara

luas lahan yang relatif tetap, menjadikan tanah sebagai komoditas ekonomi

yang nilainya sangat tinggi, sehingga setiap jengkal tanah dipertahankan

mati-matian.

6) Kemiskinan, Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang berkaitan. Dalam memenuhi kebutuhan

pertanahan, masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur

penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan

dan pemilikan lahan pertanian.

Makna dan nilai tanah yang demikian stategis dan istimewa mendorong

setiap orang untuk memiliki, menjaga dan meraw at tanahnya dengan baik, bila

perlu mempertahankannya sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan. Akar

Page 76: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

61

konflik dan sengketa pertanahan yang bersifat multidimensional tidak bisa dilihat

sebagai persoalan hukum belaka, namun juga terkait variabel-variabel lain yang

non-hukum yang antara lain yaitu lemahnya regulasi sertifikasi tanah yang belum

mencapai 50%.

B. Bentuk penyelesaian sengketa tanah dengan kepemilikan ganda di

Pengadilan Tata Usaha Negara

Dalam prakteknya, penyelesaian terhadap sengketa pertanahan bukan

hanya dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional tetapi juga bisa diselesaikan

oleh lembaga Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara. Jika di

Peradilan Umum lebih menitikberatkan kepada hal-hal mengenai perdata dan

pidana dalam sengketa pertanahan, lain halnya dengan Peradilan Tata Usaha

Negara yang menyelesaikan sengketa pertanahan berkaitan dengan surat

keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional atau pejabat daerah

lainnya yang berkaitan dengan tanah.68

Sesuai dalam Pasal 53 Angka 1 Undang-

undang No 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu:

“Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya

dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan

gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan

agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan

batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan gati rugi

dan/atau rehabilitasi”

Penyelesaian sengketa tanah dengan kepemilikan ganda dengan tiga

macam cara yaitu

a. Penyelesaian secara langsung oleh pihak dengan musyawarah

Musyawarah dilakukan diluar pengadilan dengan atau tanpa mediator.

Mediator biasanya dari pihak-pihak yang memiliki pengaruh misalnya Kepala

Desa/Lurah, ketua adat serta pastinya Badan Pertanahan Nasional. Dalam

penyelesaian sengketa pertanahan lewat musyawarah, satu syaratnya adalah

bahwa sengketa tersebut bukan berupa penentuan tentang kepemilikan atas

68

Darwis Anatami, Tanggung Jawab Siapa, Bila Terjadi Sertifikat Ganda Atas Sebidang

Tanah, Jurnal, Volume 12, Nomor 1, Juni 2017, h.14

Page 77: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

62

tanah yang dapat memberikan hak atau menghilangkan hak seseorang

terhadap tanah sengketa, dan diantara pihak bersengketa memiliki kekebaratan

yang cukup erat serta masih menganut hukum adat setempat.

b. Mengajukan keberatan melalui Badan Pertanahan Nasional

Suatu sengketa hak atas tanah itu timbul karena adanya pengaduan/keberatan

dari orang/ Badan Hukum yang berisi kebenaran dan tuntutan kepada suatu

keputusan Tata Usaha Negara di bidang pertanahan yang telah ditetapkan oleh

para pejabat TUN di lingkungan BPN, yang mana keputusan Pejabat tersebut

dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah tertentu.

Dengan adanya pengaduan tersebut, maka mereka ingin mendapat

penyelesaian secara administrasi dengan apa yang disebut dengan

koreksi serta merta dari Pejabat yang berwenang. Adapun sengketa

hak atas tanah meliputi beberapa macam antara lain: status tanah, siapa

saja yang berhak, bantahan terhadap bukti-bukti perolehan yang menjadi

dasar pemberian sebuah hak atau pendaftaran buku tanah dan sebagainya.

c. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

Apabila penyelesaian melalui musyawarah diantara para pihak yang

bersengketa tidak terselesaikan, demikian pula apabila penyelesaian

secara sepihak dari Kepala BPN karena mengadakan serta merta

(peninjuan kembali) atas Keputusan TUN yang telah dikeluarkannya,

tidak dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa, maka

penyelesaiannya harus melalui Pengadilan.

Penyelesaian melalui Pengadilan yaitu salah satunya dengan mengajukan

gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Dimana aspek yang mempengaruhi

hakim menentukan pilihan tindakan dalam penyelesaian suatu sengketa sertifikat

ganda yaitu dari segi Pembuktiannya, karena fakta dan peristiwa sebagai duduk

perkara akan dapat diketahui hakim dari alat-alat bukti yang diajukan oleh para

pihak yang bersengketa. Kalau pembuktian pihak Penggugat bagus gugatannya

akan dikabulkan, dimana suatu gugatan dikabulkan adakalanya pengabulan

seluruhnya atau menolak sebagian lainnya. Maka dalam putusan gugatan

Page 78: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

63

dikabulkan tersebut ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Tergugat

berupa pencabutan keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan serta

menerbitkan keputusan Tata Usaha Negara yang baru. Namun jika eksepsi

Tergugat di terima putusannya adalah gugatan tidak dapat di terima, gugatan

ditolak jika Majelis Hakim telah memeriksa pokok perkara dan menyatakan

gugatan Penggugat ditolak maka penggugat harus melakukan kewajibannya sesuai

dengan apa yang sudah menjadi keputusan Tata Usaha Negara .69

Prosedur penyelesaian sengketa dengan kepemilikan ganda sama dengan

proses penyelesaian yaitu dengan berawal dari pemeriksaan dalam tahapan

administrasi maka melakukan pendaftaran gugatan dahulu, lalu membayar biaya

panjar perkara, kemudian masuk ke panitera, panitera masukkan ke ketua,

kemudian adanya dismissal proses yaitu proses untuk meneliti apakah gugatan

yang diajukan penggugat layak untuk dilanjutkan atau tidak, setelah itu ketua

tentukan majelis hakim, maka setelah penentuan majelis hakim selesai lalu berkas

tersebut dibawah ke majelis hakim yang terpilih lalu ditentukan hari persidangnya.

Kalau sudah masuk ke majelis hakim, majelis hakim tentukan kap’an pemeriksaan

persiapan. Pemeriksaan persiapan itu dilakukan selama 30 hari, dan dalam waktu

itu pihak penggugat diberi kesempatan untuk memperbaiki gugatannya. Perbaikan

gugatan ini dilakukan supaya dalam gugatan itu jelas subjek dan objeknya.

Setelah pemeriksaan persiapan selanjutnya masuk ke sidang terbuka untuk umum,

gugatan, jawaban, replik, duplik, bukti-bukti termasuk saksi, kesimpulan

selanjutnya pada putusan hakim.

Mengenai pertimbangan hakim yang merupakan salah satu aspek

terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang

mengandung keadilan dan mengandung kepastian hukum. Hal yang harus

dipertimbangkan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara dalam memutuskan

perkara sengketa tanah dengan kepemilikan ganda yaitu kebenaran dan keaslian

69

Romlah, Panitera Muda Hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Wawancara

Langsung Pada Tanggal 17 Desember 2019 Pukul 09.30

Page 79: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

64

sertifikat dengan melihat bukti-bukti yang ada serta saksi yang menjadikan

penguat akan keaslian sertifikat tersebut.70

C. Analisis Sengketa Tanah Dengan Kepemilikan Ganda

Untuk menganalisis sengketa tanah dengan kepemilikan ganda, maka

penulis menggunakan teori Lawrence M. Friedman mengenai sistem hukum.

Sistem hukum yang terdiri dari tiga elemen, yaitu elemen struktur (structure),

substansi (substance), dan budaya hukum (legal culture). Tiga unsur dari sistem

hukum ini diteorikan Lawrence M. Friedman sebagai Three Elements of Legal

System (tiga elemen dari sistem hukum). Lawrence M. Friedman membagi sistem

hukum menjadi tiga jenis elemen yaitu:71

1. Struktur Sistem Hukum (legal structure), yaitu tingkatan atau susunan hukum,

pelaksana hukum, peradilan, lembaga-lembaga (pranata-pranata) hukum dan

pembuat hukum, antara lain kepolisian dengan para polisinya, kejaksaan

dengan jaksanya, pengadilan dengan hakimnya dan lain-lainnya.

Dengan begitu yang menjadi dalam sengketa tanah dengan kepemilikan

ganda ini masih banyak pejabat atau aparat-aparat penegak hukum yang

menyalahgunakan kewenangan demi kepentingannya. Dan juga masih

banyaknya sarana pra sarana kita masih belum cukup memadai, tanah di

Indonesia ini luas tetapi masih banyak tanah yang belum bersertifikat atau

banyak tanah yang belum ada datanya di pihak yang berwenang entah hilang

atau datanya yang tidak ada.

2. Substansi Sistem Hukum (legal substance), yaitu hakikat dari isi yang

dikandung dalam perunddang-undangan. Substansi mencangkup semua aturan

hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis, seperti hukum materil , hukum

formal dan hukum adat.

Jadi, substansi sistem hukum yang mencangkup segala apa saja yang

merupakan hasil dari struktur, yang didalamnya termasuk dalam norma-

70

Sutiyono, Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Wawancara Langsung Pada

Tanggal 17 Desember 2019 Pukul 15.30 WIB 71

Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, h.105

Page 80: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

65

norma, maupun keputusan-keputusan. Dalam permasalahan sengketa tanah

dengan kepemilikan ganda ini, ialah aturan-aturan atau undang-undang tertulis

yang telah mengatur masalah pertanahan. Jadi menurut Bapak Sutiyono selaku

Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Substansi hukum belum termasuk

dalam faktor-faktor yang menyebabkan adanya sengketa tanah dengan

kepemilikan ganda dikarena sudah diatur dan tertulis dalam hukum pertanahan

yang sudah valid.

3. Budaya Sistem Hukum (legal culture), yang merupakan bagian dari kultur-

kultur pada umumnya, kebiasaan-kebiasaan, opini warga masyarakat dan

pelaksana hukum, cara-cara bertindak dan berfikir atau bersikap, baik yang

berdimensi untuk membelokkan kekuatan-kekuatan sosial menuju hukum atau

menjauhi hukum.

Jadi budaya hukum sendiri merupakan gambaran dari sikap dan perilaku

terhadap hukum, serta keseluruhan faktor-faktor yang menentukan bagaimana

sistem hukum memperoleh tempat yang sesuai dan diterima oleh warga

masyarakat. Tanpa budaya hukum, sistem hukum tak berdaya bagai ikan mati

disuatu keranjang, bukan ikan yang hidup berenang dilautan. Budaya hukum

dalam permasalahan sengketa tanah dengan kepemilikan ganda ini bahwa

kurangnya kesadaran masyarakat dalam kepatuhan hukum. Masih banyak

orang-orang yang berfikir untuk membelokkan hukum menjadi yang tidak

seharusnya demi kepentingannya sendiri, seperti halnya permasalahan

sengketa tanah dengan kepemilikan yang dimana menjadi pemicu dalam

faktor-faktor yang menyebabkan adanya kepemilikan ganda yaitu adanya

oknum yang menyalahgunakan hukum.

Dan yang menjadi budaya hukum dalam sengeketa tanah dengan

kepemilikan ganda ini ialah kekuatan pembuktiannya yang terletak pada

aslinya yaitu sertifikat. Apabila seseorang memiliki sebidang tanah maka ia

harus membuatkan tanah tersebut sertifikat dengan memakai sistem

pendaftaran. Dengan adanya pendaftaran sertifikat maka seseorang akan

dianggap sebagai pemilik tanah yang sah jikalau tanah tersebut sudah di

Page 81: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

66

daftarkan kepada pihak yang berwenang dan telah mempunyai sertifikat yang

sah.

Dari uraian yang dikemukakan Friedman tersebut jika penulis kaitkan

dengan permasalahan sengketa tanah dengan kepemilikan ganda bahwa struktur

hukum sebagai institusi yang diciptakan oleh sistem hukum atau selaku aparat

penegakan hukum yang memiliki kewenangan besar dalam menyelesaikan

masalah-masalah yang terjadi masyarakat, salah satunya ialah permasalahan

sengketa tanah dengan kepemilikan ganda, Hakim sebagai struktur hukum dari

sistem hukum memang berperan penting dalam memutuskan perkara sengketa

tanah dengan kepemilikan ganda, dengan tujuan adanya kepastian dan

perlindungan hukum bagi seseorang yang dinyatakan bener sebagai pemilik tanah

tersebut. Dan budaya hukum yang sangat diperlukan untuk mencegah adanya

konflik atau sengketa tanah dengan kepemilikan ganda tersebut.

Maka dengan demikian, tidak akan ada terjadinya sengketa tanah dengan

kepemilikan ganda atau permasalahan-permasalahan lainnya, jika sistem hukum

di Indonesia sudah sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Friedman baik dari

aspek yang terkecil maupun aspek yang besar mulai dari struktur hukum dan

budaya hukum yang berjalan secara bersamaan dengan sebagaimana mestinya.

Page 82: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang menyebabkan sengketa tanah dengan kepemilikan ganda

yang ada di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta ialah sebagai berikut:

Pertama Struktur Hukum, Kekuatan pembuktiannya yang terletak pada

aslinya yaitu sertifikat. Yang dimana apabila seseorang memiliki sebidang

tanah maka ia harus membuatkan tanah tersebut sertifikat dengan memakai

sistem pendaftaran (kadesteral).

Kedua Struktur sarana dan pra sarana, Sistem hukum pertanahan masih

memakai sistem administrasi manual, walaupun sekarang sudah mulai proses

perbaikan data-data seperti sertifikat-sertifikat yang sudah ada barkodenya.

Ketiga SDM yang masih korup, dengan adanya pejabat atau aparat

pemerintah yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan

pribadinya. Tanah tersebut sudah bersertifikat akan tetapi adanya oknum yang

berkuasa dengan sengaja melakukan pembuatan sertifikat lagi dengan objek

tanah yang sama.

Keempat Budaya Hukum, masyarakat itu sendiri yang tidak memiliki

kesadaran atau, dengan artian pemilik tanah itu sendiri yang tidak

memperhatikan tanah miliknya dan tidak memanfaatkanya dengan baik

sehingga di ambil alih oleh orang lain dan kemudian di manfaatkan karna

merasa bahwa tanah tersebut tidak bertuan atau tidak ada pemiliknya.

2. Sengketa tanah dengan kepemilikan ganda dapat diselesaikan secara

langsung oleh pihak dengan musyawarah yang dilakukan diluar pengadilan

dengan atau tanpa mediator. Dan apabila penyelesaian musyawarah juga

tidak tercapai maka dipersilahkan mengajukan gugatan melalui Pengadilan

Tata Usaha Negara. Prosedur penyelesaian sengketa dengan kepemilikan

ganda sama dengan proses penyelesaian gugatan lainnya.

Page 83: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

68

B. Rekomendasi

1. Sebaiknya masyarakat lebih hati-hati dan teliti jika membeli tanah. Setelah

transaksi jual beli tanah, sebaiknya diusahakan melakukan balik nama dengan

mendaftarkanya ke kantor pertanahan setempat. Kelalaian mengurus balik

nama memang akan memperbesar peluang pengklaiman surat atau sertifikat

tanah di kemudian hari oleh orang lain. Upayakan menggunakan tanah yang

kita miliki. Jika tidak untuk ditinggali, maka pastikan digunakan untuk

kebutuhan lain atau sekurang-kurangnya dilindungi dalam bentuk pagar

keliling.

2. Tertib Hukum Pertanahan harusnya dapat dilaksanakan sebagaimana

mestinya. Karena sampai saat ini masih banyak terjadi penguasaan tanah tanpa

melalui prosedur yang sudah ditentukan, pembelian tanah dengan kuasa

mutlak, penguasaan tanah tanpa alas hak yang sah dan lain sebagainya.

Kesemuanya itu masih menunjukkan terjadinya penguasaan tanah dan

peralihan hak tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan

yang berlaku, sehingga membawa akibat-akibat negatif yang dapat

menimbulkan kerugian pihak lain dan menjadi sumber sengketa.

Page 84: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

69

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Achmad Chomzah, Ali, Hukum Pertanahan, Cet. I, Jakarta: Prestasi Pustaka,

2002

Achmad Chomzah, Ali, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan I-Pemberian

Hak atas Tanah Negara dan Seri Hukum Pertanahan II- Sertipikat dan

Permasalahannya, Jakarta :Prestasi Pustaka, 2002

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010

Al-Misri, Abdul Sami’, Pilar-Pilar Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2006

Amriani, Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di

Pengadilan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011

A.P, Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Bandung: Mandar Maju

1999

Arikunto ,Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. ke-2,

1993

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, Cetakan Kedua,

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001

Asyhadie, Zaeni dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 3, Jakarta:

Rajawali Pers, 2016

Bosu, Benny, Perkembangan Terbaru Sertipikat (Tanah, Tanggungan, dan

Condominium), Jakarta: Mediatama Saptakarya, 1997

Djamil, Fathurrahman, Hukum Ekonomi Islam Sejarah Teori dan Konsep, Jakarta:

Sinar Grafika, 2013

Effendie, Bahtiar, Pendaftaran Tanah Di Indonesia dan Peraturan peraturan

Pelaksanaannya. Bandung: Alumni 1993

Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia, Jilid I Hukum Tanah Nasional,

Jakarta: Djambatan, 1962

Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan UndangUndang

Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaanya, Jakarta: Djambatan, 2003

Page 85: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

70

Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan

Hukum Tanah, Jakarta: Penerbit Jambatan, 2008

Harun, Asroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007

Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Cet. I, Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Isnaini, Astri, Tinjauan Hukum Terhadap Sengketa Hak Atas Tanah Di Kota

Makassar, Skripsi (Makassar: Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar 2017)

Kusnardi, Moh, dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar

Bakti, Jakarta: 1988

Lubis, Muhammad Yamin dan Abd. Rahim Lubis, “Hukum Pendaftaran Tanah”,

Bandung: Mandar Maju, 2008

Mahasari, Jamaluddin, Pertanahan dalam Hukum Islam, Yogyakarta: Gama

Media, 2008

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana 2013

Machmud, Amir, Ekonomi Islam: Untuk Dunia Yang Lebih Baik, Jakarta:

Salemba Empat, 2017

Mas, Marwan, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004

Menggala, Hasan Basri Nata Dan Sarjita, Pembatalan Dan Kebatalan Hak Atas

Tanah, Yogyakarta: Tugu Jogja Pustaka, 2005

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty,

2002

Murad, Rusmadi, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung: Mandar

Maju, 1991

Perangin, Effendi, Hukum Agraria di Indonesia, Jakarta : Rajawali, 1986

Ruchiyat, Eddy, Politik Pertanahan Sebelum dan Sesudah Berlaakunya UUPA

UU No. 5 Tahun 1960, Bandung: Alumni, 1995

Saleh, Wantijk, Hak anda Atas Tanah, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982

Santoso, Urip, Hukum Agraria dan Hak-hak atas tanah, Jakarta: Kencana, 2005

Santoso, Urip, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana,

2010

Syafei, Rahmat, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001

Page 86: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

71

Sopyan, Yayan, Pengantar Metode Penelitian, Ciputat: Buku Ajar Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

Sumardjono, Maria S.W, Tanah Dalam Prespektif Hak Ekonomi, Sosial,dan

Budaya Jakarta: Kompas, 2009

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2005

Sutedi, Andrian, Sertifikat Hak Atas Tanah, Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Sutedi, Adrian, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar

Grafika, 2014

Sutopo, Utoyo, Masalah Penyalagunaan Sertifikat Dalam Masyarakat Dan

Upaya Penanggulangannya, Jurnal, Yogyakarta: 1992

Wulandari, Aprilia, Penyelesaian sengketa tanah terhadap sertifikat ganda di

badan pertahanan nasional sukoharjo, Skripsi (Surakarta: Fakultas

Hukum Universitas Surakarta 2018)

JURNAL

Anatami, Darwis, Tanggung Jawab Siapa, Bila Terjadi Sertifikat Ganda Atas

Sebidang Tanah, Jurnal, Volume 12, Nomor 1, Juni 2017

Grace, Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Penyelesaian

Sengketa Pemilihan Umum Kepala Daerah, Jurnal Fakultas Hukum,

2014

Harsono, Soni, Kegunaan Sertifikat dan Permasalahannya, Yogyakarta: Seminar

nasional 9 Juli 1992

Martono Wahyunadi, Yodi, Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam

Sistem Peradilan Di Indonesia, Jurnal

Nurhayati, Hak-hak Atas Tanah Menurut Hukum Islam Dan Undang-undang

Pokok Agraria, Jurnal, Program Studi Perbandingan Mazhab, Universitas

Dharmawangsa, 2017

Nurjannah, Tika, Penyelesaian Sengketa Sertifikat Ganda Hak Atas Tanah,

Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar, 2016

Page 87: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

72

Sularno, Muhammad, Konsep Kepemilikan Dalam Islam (Kajian Dari Aspek

Filosofis dan Potensi Pengembangan Ekonomi Islam), Jurnal

UNDANG-UNDANG

Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1365

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 18

Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal 1

Ayat (1)

Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah dan Peraturan Pemerintah No. 24

Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

PMNA/KBPN No. 9 tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan

Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan Pasal 1 ayat (14)

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (1)

Undang-undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan dasar Pokok-pokok Agraria

Pasal 20 ayat (1)

Undang-undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria Pasal 28 dan Pasal 33

Undang-undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria Pasal 35

Undang-undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria Pasal 41 Ayat (3)

Undang-undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria Pasal 44 Ayat (1)

Undangan-undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Pasal 55

Page 88: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

73

WAWANCARA

Indun Nawang Wulandari, Panitera Pengganti Pengadilan Tata Usaha Negara

Jakarta, Wawancara Langsung Pada Tanggal 12 Desember 2019 Pukul

11.30 WIB

Romlah, Panitera Muda Hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta,

Wawancara Langsung Pada Tanggal 17 Desember 2019 Pukul 09.30

Sutiyono, Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Wawancara Langsung

Pada Tanggal 17 Desember 2019 Pukul 15.30 WIB

WEBSITE

https://ptun-jakarta.go.id/ diakses pada tanggal 4 Desember 2019 pukul 16.00

WIB

Page 89: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 90: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

75

Page 91: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

76

Page 92: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

77

TRANSKIP WAWANCARA

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai sengketa tanah dengan kepemilikan

ganda ?

Kepemilikan ganda yang dimaksudkan disini kan sertifikat ganda yang

dimana dalam satu obyek tanah yang sedang bersengketa memiliki dua alat

bukti atau lebih, dalam artian satu sebidang tanah yang seharusnya hanya

memiliki satu alat bukti atau satu kepemilikan, tapi realitasnya yang terjadi ada

banyak tanah yang memiliki dua bahkan lebih alat bukti atau kepemilikan

ganda.

2. Apa yang membedakan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dengan

Pengadilan Umum?

Yang menjadi putusan Tata Usaha Negara ialah suratnya dalam hal ini ya

sertifikatnya. Jadi nanti yang di uji dalam pengadilan tata usaha negara itu

adalah bagaimana prosedur atau kewenangan prosedur substansi dari

penerbitan sertifikat tersebut. Sertifikat tersebut dinyatakan batal atau tidak sah

maka memerintah penggugat/tergugat yang kalah untuk mencabut

sertifikatnya.

Jika sengketa tanah dengan kepemilikan ganda masuk ke pengadilan

umum maka itu akan menjadi sengketa perdata. Oleh karena itu nanti yang

akan mejadi tuntutan pengadilan umum ialah sertifikat tidak berkekuatan

hukum tetap saja

3. Bagaimana tahapan prosedur gugatan perkara sengketa tanah dengan

kepemilikan ganda tersebut di pengadilan tata usaha negara jakarta?

Prosedur penyelesaian sengketa dengan kepemilikan ganda sama dengan

proses penyelesaian gugatan lainnya, kalau berbicara mengenai hukum acara,

hukum acara itu pertama-tama pemeriksaan kesiapan kemudian masuk ke

acara biasa, nah kalau misalnya pemeriksaan masih dalam tahap administrasi

ya pendaftaran gugatan dulu ,bayar biaya panjar perkara, kemudian masuk ke

panitera, panitera masukkan ke ketua, ketua tentukan majelis hakim, nah

setelah penentuan majelis hakim berkas itu dibawah ke majelis hakimnya

untuk kemudian ditentukan hari sidangnya. Kalau sudah masuk ke majelis

Page 93: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

78

hakim, majelis hakim tentukan kap’an pemeriksaan persiapan. Pemeriksaan

persiapan itu dilakukan selama 30 hari, dan dalam waktu itu pihak penggugat

diberi kesempatan untuk memperbaiki gugatannya. Perbaikan gugatan ini

dilakukan supaya dalam gugatan itu jelas subjek dan objeknya. Setelah

pemeriksaan persiapan selanjutnya masuk ke sidang terbuka untuk umum,

gugatan, jawaban, replik, duplik, bukti-bukti termasuk saksi, kesimpulan

selanjutnya pada putusan hakim.

4. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara sengketa

tanah dengan kepemilikan ganda tersebut?

Pertimbangan hakim yang merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

keadilan dan mengandung kepastian hukum. Hal yang harus dipertimbangkan

hakim Pengadilan Tata Usaha Negara dalam memutuskan perkara sengketa

tanah dengan kepemilikan ganda yaitu kebenaran dan keaslian sertifikat

dengan melihat bukti-bukti yang ada serta saksi yang menjadikan penguat

akan keaslian sertifikat tersebut.

5. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab adanya sengketa tanah dengan

kepemilikan ganda?

- Struktur Hukum, Kekuatan pembuktiannya yang terletak pada aslinya yaitu

sertifikat. Apabila seseorang memiliki sebidang tanah maka ia harus

membuatkan tanah tersebut sertifikat dengan memakai sistem pendaftaran

(kadesteral). Dengan adanya pendaftaran sertifikat maka seseorang akan

dianggap sebagai pemilik tanah yang sah jikalau tanah tersebut sudah di

daftarkan kepada pihak yang berwenang dan telah mempunyai sertifikat

yang sah. Dan masih banyak tanah-tanah kosong yang sudah lama tidak

digunakan atau dimanfaatkan oleh pemiliknya sehingga memberikan

peluang bagi orang lain yang bukan miliknya untuk menggunakan atau

memanfaatkan tanah tersebut untuk keperluannya, sebab itulah yang

menjadikan dalam sebidang tanah memiliki beberapa sertifikat (sertifikat

ganda).

Page 94: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

79

- Struktur sarana dan pra sarana, Sistem hukum pertanahan masih

memakai sistem administrasi manual, walaupun sekarang sudah mulai

proses perbaikan data-data seperti sertifikat-sertifikat yang sudah ada

barkodenya. Dengan demikian sarana pra sarana pra sarana kita masih

belum cukup memadai, tanah di Indonesia ini luas tetapi masih banyak

tanah yang belum bersertifikat atau banyak tanah yang belum ada datanya

di pihak yang berwenang entah hilang atau datanya yang tidak ada.

- SDM yang masih korup, dengan adanya pejabat atau aparat pemerintah

yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya.

Tanah tersebut sudah bersertifikat akan tetapi adanya oknum yang

berkuasa dengan sengaja melakukan pembuatan sertifikat lagi dengan

objek tanah yang sama.

- Budaya Hukum, masyarakat itu sendiri yang tidak memiliki kesadaran

atau, dengan artian pemilik tanah itu sendiri yang tidak memperhatikan

tanah miliknya dan tidak memanfaatkanya dengan baik sehingga di ambil

alih oleh orang lain dan kemudian di manfaatkan karna merasa bahwa

tanah tersebut tidak bertuan atau tidak ada pemiliknya.

6. Bagaimana akibat hukum yang terjadi pada perkara sengketa tanah perkara

dengan kepemilikan ganda?

Akibat hukum yang pertama, dengan adanya sertifikat ganda yaitu tidak

memberikan kepastian hukum, dengan artian semua orang sama di depan

hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa adanya

diskriminasi.

Kerugian ialah salah satu akibat hukum sengketa tanah dengan

kepemilikan ganda. Seseorang mengharapkan untuk mendapatkan status

hukum atas tanah miliknya tapi karena adanya sertifikat ganda dan kemudian

dinyatakan kalah dalam persidangan dengan konsekuensi berupa sertifikat

dinyatakan batal, otomatis orang tersebut mengalami kerugian karena biar

bagaimana dalam proses pendaftaran tanah mengeluarkan biaya-biaya apalagi

kalau tanah tersebut luas dan yang paling mungkin diatas tanah tersebut akan

Page 95: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

80

dibangun usaha atau tempat mencari nafkah. Belum lagi biaya perkara yang

harus dibayar sebagai pihak yang kalah dalam persidangan.

Akibat hukum selanjutnya yaitu Pencabutan Sertifikat, dengan adannya

Putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht van

gewijsde) tersebut maka Badan Pertanahan Nasional sebagai Badan yang

bertanggung jawab terhadap penerbitan sertifikat ganda akibat kesalahan atau

kelalaian yang dilakukannya harus mencabut atau membatalkan sertifikat yang

dinyatakan batal oleh Pengadilan Tata Usaha Negara. Putusan Majelis Hakim,

baik Majelis Hakim Pengadilan Negeri, maupun Majelis Hakim Pengadilan

Tata Usaha Negara yang berwenang membatalkan putusan pejabat negara

dalam hal ini membatalkan salah satu sertipikat hak milik, tidak mungkin

memenangkan kedua belah pihak, salah satu diataranya pihak yang kalah.

7. Bagaimana bentuk penyelesaian dalam sengketa tanah dengan kepemilikan

ganda?

Dalam sengketa tanah dengan kepemilikan ganda penyelesiannya hanya

dengan dua macam cara yaitu melalui pengadilan atau diluar pengadilan.

Apabila diluar pengadilan maka dengan musyawarah atau kesepakatan kedua

belah pihak. Tetapi apabila penyelesaian musyawarah juga tidak tercapai

maka bisa melalui pengadilan dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan baik

Pengadilan Negeri ataupun Pengadilan Tata Usaha Negara.

Page 96: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

81

Page 97: SENGKETA TANAH DENGAN KEPEMILIKAN GANDA (STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50400/1/ZAKIYA… · iv ABSTRAK Zakiyah Arwani 11150430000051, SENGKETA TANAH

82