sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta...

114
SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT DENGAN LEMBAGA ARBITRASE TERHADAP PENANGANAN KASUS NY. SITI HARDIYANTI RUKMANA DAN PT. BERKAH KARYA BERSAMA (Studi Putusan Pengadilan Negeri No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh F. SENTIANA AMARELLA NIM: 1112048000003 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437 H/ 2016 M

Upload: hoangmien

Post on 23-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT

DENGAN LEMBAGA ARBITRASE TERHADAP PENANGANAN KASUS

NY. SITI HARDIYANTI RUKMANA DAN PT. BERKAH KARYA BERSAMA

(Studi Putusan Pengadilan Negeri No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh

F. SENTIANA AMARELLA

NIM: 1112048000003

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1437 H/ 2016 M

Page 2: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT

DENGAN LEMBAGA ARBITRASE TERHADAP PENANGANAN KASU'.

I\TY. SITI HAR,DIYANTI RUKI\IANA DAN PT. BERKAH KARYA BERSAMA

(Studi Putusan Pengadilan Negeri No. I 0/Pdt.G/201 O/PN.Jkt.Pst)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Ur.rtuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh -

F. Sentiana Amarella1112048000003

Dibawah Bimbingan

Dosen Pembimbing

NIP. 19551015 197903 1002

KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMUIIUKUM

FAKULTAS SYARI,\H DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

1437 Ht 2AfiM

Page 3: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Skripsi yang berjudul SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN

NEGERI JAKARTA PUSAT DENGAN LEMBAGA ARBITRASE

TERHADAP PENANGANAN KASUS NY. SITI HARDIYANTI

RUKMANA DAN PT. BERKAH KARYA BERSAMA (Studi Putusan

Pengadilan Negeri No. 1OIPdt.Glz0l0tPN. Jkt. Pst) telah diujikan dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

hari Kamis tanggal 16 Juni 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Ilmu

Hukum.

Jakarta, 16 Juni 2016MengesahkanDekan Fakultas Svariah dan Hukum

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua

Sekretaris

Pembitrbing

Penguji i

Penguji II

. dTtrU ,

Drs. Asep Svarifuddin Hidavat. SH..MHNrP. 19691121 199403 1001

Drs. Abu Thamrin. SH.. M.HumNrP. r96s0908 199503 1 001

Dr. Djawahir Heiazziev. SH.. MA.. MHNIP. 19551015 197903 1002

Drs. H. A. Basiq D.ialil. SH.. MANIP. 19500306 197603 1 001

Elvtza Fauzia, SH., MH

aenudin\.Iahar. MA216 199603 r 00r

Page 4: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

l. Slcripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh strata I di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatull ah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesrai dengan ketenhrm yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini O*- 6a^sil kar5ra asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islarn Negeri (UIN) SyaifHidayahrllah Jakarta-

Jakarta" 15 April 2016

Itl

Page 5: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

iv

ABSTRAK

F. Sentiana Amarella. NIM 1112048000003. SENGKETA

KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT DENGAN

LEMBAGA ARBITRASE TERHADAP PENANGANAN KASUS NY. SITI

HARDIYANTI RUKMANA DAN PT. BERKAH KARYA BERSAMA (Studi

Putusan Pengadilan Negeri No. 10/Pdt.G/2010/PN. Jkt. Pst). Konsentrasi Hukum

Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/ 2016 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana

kewenangan pengadilan dan lembaga arbitrase terhadap penanganan kasus Ny.

Siti Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama. Serta untuk mengetahui

dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kewenangan Pengadilan dalam

menyelesaikan sengketa bisnis berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor

10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst. Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian

yuridis normatif, dengan menjadikan UUD 1945, Peraturan Perundang-Undangan

yang terkait Lembaga Hukum yang berwenang menyelesaikan sengketa bisnis dan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 10/Pdt.G/2010/PN. Jkt. Pst sebagai

bahan hukum primer, buku-buku (textbooks), jurnal-jurnal hukum, pendapat para

sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir

yang berkaitan dengan topik penelitian sebagai bahan hukum sekunder, serta

kamus hukum dan encyclopedia sebagai bahan hukum tersier. Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini melalui studi dokumen/ kepustakaan

(library research) dan pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta

Pusatlah yang berwenang menerima, memeriksa dan mengadili sengketa bisnis

antara Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama karena BANI

seharusnya tidak menerima permohonan penyelesaian sengketa oleh PT. Berkah

Karya Bersama. Hal ini disebabkan karena Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah

menyatakan bahwa RUPSLB tanggal 18 Maret 2005 tidak sah dan harus

dibatalkan, sehingga PT. Berkah Karya Bersama tidak mempunyai kapasitas

mewakili pengurus PT. CTPI dan meminta penyelesaian sengketa Investment

Agreement kepada BANI. Dengan ini sudah jelaslah kepastian hukum dari

sengketa kewenangan Pengadilan dengan lembaga Arbitrase terhadap penanganan

kasus Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama.

Kata Kunci : Sengketa,Wewenang Pengadilan Negeri, Wewenang

Arbitrase dan Putusan Pengadilan Negeri.

Nama Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, SH.,MA.,MH

Tahun Terbitan Buku : Tahun 1976 hingga Tahun 2013

Page 6: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan

rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW, semoga syafaatnya senantiasa tercurahkan kepada seluruh

umat.

Skripsi yang berjudul “Sengketa Kewenangan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat dengan Lembaga Arbitrase terhadap Penanganan Kasus

Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama (Studi

Putusan Pengadilan Negeri No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst) penulis susun

untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (S.H) pada

Konsentrasi Hukum Bisnis Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sadari bahwa tanpa bimbingan, dukungan, nasihat dan motivasi

dari berbagai pihak, maka bukanlah hal yang mudah bagi penulis untuk

menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada Bapak:

1. Dr. Asep Saefudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

vi

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, SH.,MH, dan Drs. Abu Thamrin, SH.,MH

selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dr. Djawahir Hejazziey,SH.,MA.,MH., selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan, saran-saran selama

penyusunan skripsi ini.

4. Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Ketua Badan Arbitrase

Nasional Indonesia (BANI) yang telah membantu penulis dalam

memberikan data-data dalam skripsi penulis.

5. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Pengelola Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengelola Perpustakaan Utama

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan fasilitas buku-buku, jurnal dan sumber kepustakaan lainnya

kepada penulis. Serta Kepala dan Staf Bagian Umum, Bagian Akademik

dan seluruh civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Terimakasih yang amat besar kepada Ayah Drs. A. Rahman,SH.,MA.,

sebagai “Penasehat I” penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan,

nasihat, doa dan kasih sayang yang luar biasa besar kepada penulis.

Terimakasih yang tak kalah besar kepada “Penasehat II” penulis, Ummi

Page 8: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

vii

Dra. Yudarmi Abbas, yang tak pernah lelah memberikan bimbingan,

nasihat, motivasi, semangat, doa dan cinta kasih yang tiada henti kepada

penulis demi keberkahan ilmu dan kesuksesan penulis dunia dan akhirat.

Semoga Allah SWT selalu memberikan nikmat kesehatan dan kebahagiaan

bagi dua insan yang amat penulis cintai ini.

8. Adik penulis F. Miftahul Fitri dengan keceriannya memberikan semangat

kepada penulis. Keluarga Besar Moot Court Community, HMPS Ilmu

Hukum, Angkatan Muda Peduli Hukum (AMPUH), Bisnis Law

Community (BLC), IKMM (Ikatan Keluarga Mahasiswa Minang) Cabang

Ciputat, Terpischore Saman Ilmu Hukum, serta KKN Fireworks yang

telah berbagi ilmu dan pengalaman dengan penulis. Rekan-rekan Ilmu

Hukum, Rekan kelas Konsentrasi Hukum Bisnis 2012, Rekan kelas

Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara angkatan 2012, kalian adalah

rekan yang luar biasa. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis, Feby,

Zidniy, Veny, Qoshy, Sella, dan Cindy yang telah menemani petualangan

ilmu penulis di kampus ini, dan memberikan bantuan selama penyusunan

skripsi penulis serta memberikan semangat pantang menyerah hingga

selesainya skripsi ini. Adik-adik di kamar 102 A ASPI, Mega, Resti dan

Abel yang selalu memberi dukungan dan menemani penulis dalam suka

dan duka.

Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan, motivasi dan doa yang

telah diberikan semua pihak. Semoga Allah membalas semua kebaikannya.

Page 9: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

viii

Akhirnya penulis dengan senang hati menerima segala teguran, kritik maupun

saran demi kesempurnaan karya ini.

Jakarta, 15 April 2016

Penulis

Page 10: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................ iii

ABSTRAK ................................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................v

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ..............................................................................5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................................6

D. Tinjauan Studi Terdahulu ........................................................................................7

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual ........................................................................10

F. Metode Penelitian ..................................................................................................14

G. Sistematika Penulisan ............................................................................................19

BAB II PENYELESAIAN SENGKETA SECARA LITIGASI DAN NON-LITIGASI ...21

A. Sengketa dan Bentuk-Bentuk Penyelesaian Sengketa ...........................................21

B. Kelembagaan Peradilan .........................................................................................24

C. Kewenangan Lembaga Peradilan ...........................................................................32

D. Arbitrase .................................................................................................................35

E. Kewenangan Arbitrase ..........................................................................................43

BAB III PROFIL LEMBAGA LITIGASI DAN NON-LITIGASI .....................................45

A. Profil Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ..................................................................45

Page 11: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

x

B. Profil Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) ..............................................50

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA PENGADILAN

NEGERI JAKARTA PUSAT DENGAN LEMBAGA ARBITRASE

BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN NOMOR

10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst. ........................................................................................55

A. Duduknya Perkara ..................................................................................................56

B. Sengketa Kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan Lembaga

Arbitrase terhadap Penanganan Sengketa bisnis pada Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst .........................................................65

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

dalam Menyelesaikan Sengketa Bisnis berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst .........................................................67

D. Analisis Penulis ......................................................................................................70

BAB V PENUTUP ..................................................................................................................73

A. Kesimpulan ............................................................................................................73

B. Saran ......................................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................76

LAMPIRAN – LAMPIRAN .......................................................................................................79

1. Tentang Putusan Pengadilan Negeri No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst .....................79

Page 12: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Era globalisasi yang melanda seluruh dunia telah mempengaruhi

semua bidang kehidupan, dan yang paling terasa adalah bidang ekonomi,

khususnya perdagangan.1 Era ini ditandai dengan lahirnya berbagai macam

perjanjian bilateral dan multilateral maupun pembentukan blok-blok ekonomi

yang menjurus kepada kondisi borderless dalam dunia perdagangan.

Majunya dunia bisnis dan perdagangan, telah memberikan dampak

positif kepada kehidupan perekonomian dunia, namun disisi lain juga

menimbulkan sisi negatif, diantaranya terjadi perbedaan paham, perselisihan

pendapat maupun pertentangan atau sengketa2 antara pelaku ekonomi seperti

terjadinya wanprestasi dan lain sebagainya. Sengketa tersebut dapat timbul

karena perbedaan penafsiran baik mengenai bagaimana cara melaksanakan

klausul-klausul perjanjian maupun tentang apa isi dari ketentuan-ketentuan di

dalam perjanjian, ataupun disebabkan hal-hal lainnya.3 Perbedaan paham,

perselisihan pendapat, pertentangan maupun sengketa bisnis tersebut tidak

1 M. Yahya Harahap, Arbitrase, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) , h. 1

2 Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase; Proses

Pelembagaan dan Aspek Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 12

3 Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2006), h. 1

Page 13: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

2

boleh dibiarkan berlarut-larut dan harus sesegeranya diselesaikan secara

memuaskan bagi semua pihak.4

Peraturan perundang-undangan di Indonesia pada dasarnya telah

menyediakan sarana untuk menyelesaikan sengketa bisnis tersebut, yakni

melalui proses Peradilan Umum (Litigasi) yang berwenang menerima,

memeriksa dan memutus perkara pidana maupun perdata. Namun

penyelesaian melalui Litigasi ini terdapat beberapa kekurangan, dikarenakan

perkara yang sangat banyak tentunya akan memakan waktu penyelesaian yang

lebih lama serta penyelesaian sengketa tersebut lambat, biaya yang

dibutuhkanpun mahal dan tidak bersifat rahasia. Oleh karena itu beberapa

kekurangan penyelesaian sengketa melalui Pengadilan itulah sebagian orang

lebih memilih penyelesaian sengketa di luar pengadilan.5

Dalam penyelesaian sengketa bisnis dikenal adanya lembaga Arbitrase

dan Alternatif Penyelesaian Sengketa sebagaimana diatur di dalam undang-

undang. Undang-undang Arbitrase Indonesia menyatakan bahwa upaya

penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan di luar pengadilan Negara

melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.6

Proses penyelesaian sengketa bisnis di lembaga arbitrase bukan di

dalam lembaga litigasi resmi atau pengadilan, akan tetapi diluar pengadilan

4 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis: Hukum Arbitrase,

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), h.1

5 Nazarkhan Yasin, Mengenal Klaim Konstruksi & Penyelesaian Sengketa

Konstruksi, (jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 84

6 Cicut Sutiarso, Pelaksanaan putusan Arbitrase dalam Sengketa Bisnis, (Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesi, 2011), h. 43

Page 14: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

3

yang tentunya tata caranya berbeda dengan proses litigasi di pengadilan.

Terjadinya proses arbitrase harus diperjanjikan lebih dahulu dalam bentuk

yang pasti yaitu harus dalam bentuk tertulis oleh para pihak. Oleh karena

bentuknya harus tertulis, maka mempunyai konsekuensi bahwa apabila tidak

ada suatu perjanjian tertulis yang menyatakan akan menyelesaikan

sengketanya melalui jalur di luar pengadilan, maka tidak dapat menyelesaikan

sengketanya melalui arbitrase.7

Salah satu badan arbitrase di Indonesia adalah Badan Arbitrase

Nasional Indonesia (BANI). BANI berkedudukan otonom dan bebas. BANI

dalam fungsinya sebagai lembaga peradilan mempunyai asas-asas yang sama

dengan lembaga peradilan yang dibentuk oleh Negara.

Pada Pasal 1 Anggaran Dasar BANI dirumuskan bahwa BANI diberi

wewenang oleh para pihak yang bersengketa untuk memeriksa dan mengadili

semua sengketa perdata yang timbul dalam bidang perdagangan, industri,

keuangan dan lain-lain yang bersifat nasional maupun internasional. Yang

tidak dapat diselesaikan melalui lembaga arbitase Indonesia adalah sengketa

tentang perumahan, perburuhan/tenaga kerja.

Wewenang atau kompetensi arbitrase/BANI secara hukum terpisah

dan sejajar dengan Pengadilan Negeri, artinya keputusan arbitrase/BANI

mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan keputusan Pengadilan Negeri.

Berdasarkan Undang-undang No. 30 Tahun 1999 dan Yurisprudensi

Mahkamah Agung Perkara atau sengketa yang menurut klausula arbitrase atau

7 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis.............h. 94

Page 15: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

4

perjanjian arbitrase yang oleh pihak bersengketa diserahkan penyelesaiannya

kepada arbitrase/BANI maka tidak bisa lagi diperiksa dan diputus oleh

Pengadilan Negeri,

Pada Putusan Pengadilan Negeri Nomor 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

sengketa bisnis telah diselesaikan menggunakan jalur arbitrase di BANI.

Namun perkara yang sama ternyata juga diproses dan diputus oleh Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat.

Berdasarkan Pasal 118 HIR atau Pasal 142 RBg. setiap tuntutan hak

yang mengajukan adalah pihak yang berkepentingan, sedang hakim bersikap

menunggu datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya, konsekuensinya,

semua perkara untuk memeriksa dan mengadilinya, sekalipun dengan dalih

bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas.

Pengadilan Negeri dan BANI sama-sama merasa berwenang

memproses dan memutus perkara ini. Akibatnya lahirlah dua (2) keputusan

yang berbeda terhadap satu perkara sengketa sehingga terjadilah kebingungan

ditengah masyarakat awam dan seolah-olah tidak adanya kepastian hukum

perkara tersebut.

Fenomena dan dinamika hukum di atas, menggugah penulis untuk

mengkaji lebih jauh mengenai Sengketa Kewenangan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat dengan Lembaga Arbitrase terhadap Penanganan Kasus Ny. Siti

Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama (Studi Putusan

Pengadilan Negeri No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst) a quo yang lebih lanjut

akan penulis formulasikan dalam sebuah skripsi.

Page 16: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

5

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini terarah dan tersusun secara

sistematis pada tema bahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu

penulis uraikan pokok-pokok bahasan dengan memberikan perumusan

dan pembatasan masalah.

Untuk mendapatkan pembahasan yang objektif, maka penulis

membatasinya dengan pembahasan mengenai bagaimana kewenangan

pengadilan dan lembaga arbitrase terhadap penanganan kasus Ny. Siti

Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama serta faktor-faktor

yang mempengaruhi kewenangan pengadilan dalam menyelesaikan

sengketa bisnis berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor

10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst.

2. Rumusan Masalah.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah menurut peraturan

(Undang-undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa), suatu

sengketa yang telah diserahkan ke lembaga arbitrase tidak boleh diadili

oleh Pengadilan, tapi kenyataannya sengketa bisnis ini diadili oleh dua

lembaga (PN Jakarta Pusat dan BANI).

Rumusan diatas penulis rinci dengan pertanyaan penelitian

(research question), yaitu:

Page 17: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

6

a. Bagaimana sengketa kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan

lembaga arbitrase terhadap penanganan kasus Ny. Siti Hardiyanti

Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama?

b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kewenangan Pengadilan

dalam menyelesaikan sengketa bisnis berdasarkan Putusan Pengadilan

Nomor 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

1. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sengketa kewenangan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan lembaga arbitrase terhadap

penanganan kasus Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya

Bersama.

b. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

kewenangan Pengadilan dalam menyelesaikan sengketa bisnis

berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst.

2. Kegunaan Penelitian.

Kegunaan penelitian ini diuraikan menjadi dua bagian, yaitu

kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

a. Secara teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan serta memberikan suatu pemahaman dan kontribusi dalam

Page 18: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

7

menanggapi masalah hukum, khususnya tentang lembaga hukum yang

berwenang terhadap penyelesaian sengketa bisnis.

b. Kegunaan Praktis.

Adapun manfaat praktis dari penilitian ini dapat diharapkan

menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat

kebijakan-kebijakan dan konsukuensi hukum yang berkaitan dengan

penegakan hukum serta kepastian hukum terhadap lembaga hukum

yang berwenang terhadap penyelesaian sengketa bisnis untuk

terciptanya hukum yang seadil-adilnya bagi kemakmuran hajat hidup

orang banyak, khususnya masyarakat pencari keadilan.

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu.

No Nama Penulis/

Judul

skripsi,Tesis,

Buku / Tahun

Substansi Perbedaan dengan

Penulis

1. Muhammad

Andriansyah/

Pembatalan

Putusan Arbitrase

Nasional yang

dilakukan oleh

Pengadilan Negeri

berdasarkan

Dalam skripsi ini

penulis membahas

mengenai putusan

arbitrase yang bersifat

final and binding

dapat dibatalkan oleh

Pengadilan Negeri

dalam perkara No.

Penulis membahas

mengenai sengketa

kewenangan Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat

dengan lembaga

Arbitrase terhadap

penanganan kasus Ny.

Siti Hardiyanti

Page 19: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

8

Undang-undang

No. 30 Tahun

1999 tentang

Arbitrase dan

Alternatif

Penyelesaian

Sengketa (Studi

Kasus Putusan

Pengadilan Negeri

No.

270/Pdt.P/2009/P

N.JKT.SEL)/

Skripsi Tahun

2014

270/Pdt.P/2009/PN.Jkt

.Sel. Dalam skripsi ini

hanya membahas

mengenai pembatalan

putusan arbitrase yang

dilakukan oleh

Pengadilan Negeri

dalam perkara No.

270/Pdt.P/2009/PN.Jkt

.Sel

Rukmana dan PT.

Berkah Karya Bersama

serta faktor faktor yang

mempengaruhi

kewenangan Pengadilan

dalam menyelesaikan

sengketa bisnis

berdasarkan Putusan

Pengadilan No.

10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.P

st.

2. Didin Rohidin/

Kewenangan

Pengadilan Niaga

Mengadili Perkara

Kepailitan

terhadap Adanya

Klausa Arbitrase

dalam Perjanjian

Penulis Tesis ini

membahas mengenai

wewenang Pengadilan

Niaga dalam

mengadili suatu

Perkara Kepailitan

sedangkan ada klausa

penyelesaian melalui

Penulis memfokuskan

penelitian skripsi ini

mengenai sengketa

kewenangan Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat

dengan lembaga

Arbitrase terhadap

penanganan kasus Ny.

Page 20: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

9

yang disepakati/

Tesis Tahun 2008

Arbitrase dalam

perjanjian yang

disepakati oleh para

pihak

Siti Hardiyanti

Rukmana dan PT.

Berkah Karya Bersama

serta faktor faktor yang

mempengaruhi

kewenangan Pengadilan

dalam menyelesaikan

sengketa bisnis

berdasarkan Putusan

Pengadilan No.

10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.P

st.

3. Cicut Sutiarso/

Pelaksanaan

Putusan Arbitrase

dalam Sengketa

Bisnis/ Buku ini

dibuat Tahun 2011

Buku ini memberikan

gambaran solusi

singkat bagaimana

melaksanakan putusan

arbitrase yang

mempunyai kekuatan

final dan binding,

yakni putusan yang

mengikat dan

merupakan putusan

akhir yang semestinya

Penulis dalam skripsi

ini memfokuskan

penelitian skripsi

mengenai sengketa

kewenangan Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat

dengan lembaga

Arbitrase terhadap

penanganan kasus Ny.

Siti Hardiyanti

Rukmana dan PT.

Page 21: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

10

dapat dilaksanakan

sesuai dengan asas

pemeriksaan

persidangan cepat,

sederhana dan biaya

ringan.

Berkah Karya Bersama

serta faktor faktor yang

mempengaruhi

kewenangan Pengadilan

dalam menyelesaikan

sengketa bisnis

berdasarkan Putusan

Pengadilan No.

10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.P

st.

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual.

Suatu kerangka konseptual, merupakan kerangka yang

menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang mencakup

definisi-definisi operasional.

Sistem peradilan di Indonesia merupakan peninggalan pemerintah

kolonial Hindia Belanda sebagai penganut sistem hukum Eropa Daratan yang

dalam perjalanan sejarahnya sampai saat ini belum pernah dilakukan suatu

perubahan total yang bisa menunjukkan suatu hasil karya agung atau produk

asli Bangsa Indonesia.8

Kata peradilan yang mempunyai padanan kata Belanda Judicieel atau

kata Inggris Judicature adalah identik dengan kata kehakiman yaitu kekuasaan

8 Cicut Sutiarso, Pelaksanaan putusan ………...…... h. 33

Page 22: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

11

negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan, guna menegakkan

hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya Negara

Hukum Republik Indonesia.9

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan Negara yang merdeka

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.

Badan Peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung sebagai

pelaksana kehakiman di dalam sistem peradilan Indonesia yang akan

bekerjasama secara terpadu dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman,

terdiri dari 4 (empat) lingkungan yaitu:10

1. Lingkungan Badan Peradilan Umum.

2. Lingkungan Badan Peradilan Agama.

3. Lingkungan Badan Peradilan Militer.

4. Lingkungan Badan Peradilan Tata Usaha Negara.

Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar

pengadilan yang didasarkan pada perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh

para pihak yang bersengketa. Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai

kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak, sehingga dapat dilaksanakan

9 Kamus Hukum, Edisi Lengkap Bahasa Belanda-Indonesia-Inggris, (Jakarta: Aneka

Ilmu, Medio, 1977) h. 492

10 Cicut Sutiarso, Pelaksanaan putusan …...…..……..h. 61

Page 23: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

12

setelah dilakukan pendaftaran di kepaniteraan pengadilan negeri sesuai

ketentuan yang berlaku.11

Menurut HMN. Poerwosutjipto yang menggunakan istilah perwasitan

untuk arbitrase ini, menyatakan bahwa perwasitan adalah suatu peradilan

perdamaian, dimana para pihak bersepakat agar perselisihan mereka tentang

hak pribadi yang dapat mereka kuasai sepenuhnya, diperiksa dan diadili oleh

hakim yang tidak memihak, yang ditunjuk oleh para pihak sendiri dan

putusannya mengikat bagi kedua belah pihak.12

Hakim atau arbiter tersebut

menerapkan hukum seperti apa yang dilakukan hakim di Pengadilan.13

Alternatif penyelesaian sengketa merupakan lembaga penyelesaian

sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak,

yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,

mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

Penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa

sebagaimana dimaksud hasilnya dituangkan dalam kesepakatan tertulis yang

bersifat final dan mengikat dari para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad

baik.14

Jenis arbitrase yang diakui keberadaan dan kewenangannya untuk

memeriksa dan memutus sengeketa yang terjadi antara para pihak yang telah

11

Cicut Sutiarso, Pelaksanaan putusan ………...…... h. 44

12 HMN. Poerwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang; Pengetahuan Dasar

Hukum Dagang, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 1

13 Subekti, Arbitrase Perdagangan, (Bandung: Binacipta, 1981), h. 1-3

14 Cicut Sutiarso, Pelaksanaan putusan ………..…......h. 45

Page 24: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

13

diatur dan disebut-sebut di beberapa peraturan dan di berbagai konvensi yang

ada. Di samping telah diatur di dalam Rv tentang arbitrase ad-hoc, diatur pula

dalam Convention of the Settlement of Investment Desputes Between States

and National Other State atau Convention on the Recognition and

Enforcement of Foreign Arbitral Awards (Konvensi New York 1958), serta

ketentuan dari UNCITRAL tentang Arbitration Rules.

Sesuai ketentuan di atas ada 2 (dua) macam jenis arbitrase yang diakui

eksistensi dan kewenangannya untuk memeriksa dan memutus perselisihan

atau sengketa yang terjadi antara para pihak yang mengadakan perjanjian,

yaitu:

a. Arbitrase ad-hoc.

Jenis arbitrase ad-hoc disebut juga “arbitrase volunter”, Pasal 615

Rv ayat (1) mengatur tentang lembaga arbitrase ad-hoc. Arbitrase ad-hoc

adalah arbitrase yang dibentuk khusus untuk menyelesaikan atau memutus

perselisihan tertentu. Kedudukan dan keberadaannya hanya untuk

melayani dan memutus kasus perselisihan tertentu. Selesai sengketa

diperiksa dan diputus, maka tugas para arbiter ad-hoc sesuai

pembentukannya dengan sendirinya berakhir.

b. Arbitrase Institusional.

Arbitrase institusional (institusional arbitration) merupakan

lembaga atau badan arbitrase yang bersifat “permanen”. Oleh karena

arbitrase institusional merupakan badan yang bersifat permanen, dia

disebut juga “permanent arbitral body”. Nama itulah yang diberikan Pasal

Page 25: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

14

1 ayat (2) Konvensi New York 1958 terhadap arbitrase institusional.

Arbitrase institusional adalah badan arbitrase yang sengaja didirikan dan

pembentukannya ditujukan untuk menangani sengketa yang timbul bagi

mereka yang menghendaki penyelesaian di luar pengadilan. Badan

tersebut merupakan wadah yang sengaja didirikan untuk menampung

perselisihan yang timbul dari perjanjian. Pihak-pihak yang menghendaki

penyelesaian sengketa mereka dilakukan oleh arbitrase, dapat

memperjanjikan bahwa sengketanya akan diputus oleh arbitrase

institusional yang bersangkutan.15

Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) mempunyai kedudukan

yang otonom, bebas dan merdeka serta tidak dipengaruhi oleh siapapun,

kekuatan dari luar manapun dan kekuasaan apapun bentuk dan sifatnya.16

Asas otonomi, kemerdekaan dan kebebasan adalah untuk menjamin bahwa

BANI sebagai lembaga peradilan arbitrase, sama seperti lembaga peradilan

umum, dapat berdiri di atas atau disamping segala pihak yang bersengketa

bersikap objektif, adil dan jujur, atas dasar hukum dan keyakinan yang bersih

dan murni.17

F. Metode Penelitian.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

15

Cicut Sutiarso, Pelaksanaan putusan …….……. h. 97

16 Cicut Sutiarso, Pelaksanaan putusan ……..…….h. 137

17 Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (Suatu

Pengantar), (Jakarta: Fikahati Aneska, 2002), h. 21

Page 26: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

15

Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum merupakan

suatu kegiatan know-how dalam ilmu hukum yang bersifat perspektif,

bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan know-how penelitian hukum

dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi. Disinilah

dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah hukum,

melakukan penalaran hukum, menganalisis masalah yang dihadapi dan

kemudian memberikan pemecehan atas masalah tersebut.18

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini dan untuk

memenuhi penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis metode

Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk

mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum

positif.19

Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu tipe

penelitian untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu

gejala atau fenomena, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori

yang sudah ada, atau mencoba merumuskan teori baru.

2. Pendekatan Penelitian.

Sehubungan dengan penelitian penulis menggunakan jenis

penilitian yaitu penelitian normatif, maka dalam hal teknik pengumpulan

data dalam penelitian normatif, penulis menggunakan beberapa

18

Peter Mahmud Marzuki, Penilitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2013), Cet. ke VIII, h. 60

19 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2008), h. 294.

Page 27: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

16

pendekatan, yaitu berupa pendekatan perundang-undangan (statute

approach), pendekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan

historis (historical approach).

Pendekatan perundang-undangan dimaksudkan untuk memperoleh

kejelasan mengenai ketentuan hukum mengenai lembaga hukum yang

berwenang ketika ada sengketa bisnis. Sedangkan pendekatan konseptual

dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana konsep dan teori mengenai

lembaga hukum yang lebih berwenang untuk menyelesaikan sengketa

bisnis. Sedangkan pendekatan historis dimaksudkan untuk mengetahui

bagaimana sebenarnya sejarah perkembangan lembaga hukum dalam

menyelesaikan sengketa bisnis.

3. Sumber Penelitian.

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber

penelitian yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta

bahan hukum tersier yang berkaitan secara langsung dengan objek yang

diteliti, dengan rincian sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer.

Merupakan data-data yang diperoleh dari sumber aslinya,

memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan

penelitian ini. Sumber-sumber tersebut berupa UUD 1945, Peraturan

Perundang-Undangan yang terkait sengketa kewenangan Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat dengan lembaga arbitrase terhadap penanganan

kasus Ny. Siti hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama

Page 28: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

17

serta faktor yang mempengaruhi kewenangan Pengadilan dalam

menyelesaikan sengketa bisnis berdasarkan Putusan Pengadilan No.

10/Pdt.G/2010/PN. Jkt. Pst. Bahan hukum primer merupakan data

yang diperoleh dari bahan kepustakaan.20

b. Bahan Hukum Sekunder.

Merupakan data-data yang memberikan penjelasan mengenai

bahan-bahan primer yang diambil dari sumber-sumber tambahan yang

memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan

penelitian ini, terdiri dari atas buku-buku (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer), jurnal-jurnal

hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan

hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

skripsi ini. Penulis juga menggunakan buku Panduan penulisan skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2012 sebagai pedoman penulisan skripsi.

c. Bahan Hukum Tersier.

Merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.21

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum.

20

Soejono Sokanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1992)

h. 51.

21 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian……………. h. 296

Page 29: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

18

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode

pengumpulan data melalui studi dokumen/ kepustakaan (library research)

yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan

seperti buku-buku yang berkaitan dengan pasar modal, pendapat sarjana,

surat kabar, artikel, kamus dan juga berita yang penulis peroleh dari

internet.

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier diinventarisasi dan diklasifikasi dengan menyesuaikan masalah

yang dibahas. Dalam upaya mengumpulkan data yang diperlukan,

digunakan metode dokumentasi, metode ini dimaksudkan dengan mencari

hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, media

online, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya.22

5. Metode Pengolahan dan Analisis Data.

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan

hukum sekunder, serta bahan hukum tersier diuraikan dan dihubungkan

sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih

sistematis untuk menjawab permasalah yang telah dirumuskan. Cara

pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik

kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi. Selanjutnya setelah bahan hukum

diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum dengan melakukan

analisis secara kritis dan mendalam mengenai sengketa kewenangan

22

Soejono Sokanto, Pengantar Penelitian ……………h. 201

Page 30: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

19

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan lembaga arbitrase terhadap

penanganan kasus Ny. Siti hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya

Bersama serta faktor yang mempengaruhi kewenangan Pengadilan dalam

menyelesaikan sengketa bisnis berdasarkan Putusan Pengadilan No.

10/Pdt.G/2010/PN. Jkt. Pst.

G. Sistematika Penulisan.

Dalam penulisan penelitian ini, sama halnya dengan sistematika

penulisan pada penelitian-penelitian lainnya, yaitu dimulai dari kata

pengantar, daftar isi, dan dibagi menjadi 5 (lima) bab dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB Pertama berisi Pendahuluan memuat Latar Belakang Masalah,

Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan

Studi Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB Kedua berisi Penyelesaian Sengketa Secara Litigasi dan Non-

Litigasi membahas secara umum tentang Sengketa dan Bentuk-bentuk

Penyelesaian Sengketa, Lembaga Peradilan yang meliputi Kelembagaan

Lembaga Peradilan, Kewenangan Lembaga Peradilan, Arbitrase, serta

Kewenangan Arbitrase.

BAB Ketiga berisi Profil Lembaga Litigasi dan Non-Litigasi

membahas mengenai tinjauan umum tentang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

dan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).

Page 31: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

20

BAB Keempat berisi Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga

Pengadilan dengan Lembaga Arbitrase Berdasarkan Putusan Pengadilan

Nomor 10/Pdt.G/2010/Pn.Jkt.Pst. membahas mengenai Duduknya Perkara,

Sengketa Kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan Lembaga

Arbitrase terhadap Penanganan Sengketa Bisnis pada Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst, Faktor-faktor yang

mempengaruhi kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam

Menyelesaikan Sengketa Bisnis berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst serta Analisis Penulis.

BAB Kelima berisi Penutup memuat kesimpulan serta saran yang

berkaitan dengan permasalahan tersebut yang penulis dapatkan dari hasil

menganalisis Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.10/Pdt.G/PN.Jkt.Pst

Page 32: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

21

BAB II

PENYELESAIAN SENGKETA SECARA

LITIGASI DAN NON-LITIGASI

A. Sengketa dan Bentuk-bentuk Penyelesaian Sengketa.

1. Pengertian Sengketa.

Perkembangan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari perkembangan

hukum, begitu pula sebaliknya. Masyarakat sekarang yang modern dengan

segala kompeksitas permasalahan, tidak jarang timbul sengketa. Sengketa

biasanya bermula dari suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan

oleh pihak lain. Hal ini diawali oleh perasaan tidak puas akan muncul ke

permukaan apabila terjadi conflict of interest. Pihak yang merasa dirugikan

akan menyampaikan ketidak puasannya pada pihak kedua. Jika kedua pihak

dapat menyelesaikannya berdua, maka sengketa tersebut berakhir. Sebaliknya,

jika reaksi dari pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau memiliki

nilai-nilai yang berbeda, terjadi apa yang dinamakan dengan sengketa.1

Menurut D.Y Witanto, sengketa adalah konflik yang terjadi antara

individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau

1 Suyud Margono, Alternative Dispute Resolution (Teknik dan Strategi dalam

Negosiasi, Mediasi dan Arbitrase), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), h. 34

Page 33: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

22

kepentingan yang sama atau suatu objek kepemilikan yang menimbulkan

akibat hukum antara satu dengan yang lain.2

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sengketa adalah pertentangan

antara dua pihak atau lebih atas objek tertentu yang menimbulkan akibat

hukum antara satu dengan yang lain.

2. Bentuk-bentuk Penyelesaian Sengketa.

Pola penyelesaian sengketa di Indonesia pada umumnya menerapkan

dua sistem penyelesaian sengketa yang tersedia yaitu menggunakan jalur

(sistem) adjudikasi yaitu pengadilan dan arbitrase, yang sering kali dalam ilmu

hukum dikenal dengan istilah “litigasi” dan menggunakan jalur diluar

pengadilan atau orang mengenalnya dengan istilah non adjudikasi.3

Penyelesaian sengketa secara adjudikatif dibedakan menjadi dua, yaitu

adjudikatif publik dan adjudikatif privat. Adjudikatif publik dilakukan melalui

institusi involuntary, karena hakimnya sudah disiapkan oleh pengadilan dan

para pihak tidak bisa memilih dan menentukan sendiri hakimnya. Sedangkan

adjudikatif privat biasanya dilakukan melalui arbitrase.4

Jalur litigasi merupakan the last resort atau ultimatum remedium, yaitu

sebagai upaya terakhir jika penyelesaian sengketa secara kekeluargaan atau

2 D.Y Witanto, Hukum Acara Mediasi (Dalam Perkara Perdata di Lingkungan

Peradilan Umum dan Peradilan Agama menurut PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur

Mediasi di Pengadilan), (Bandung: Alfabeta, 2011), h.2

3 Dwi Rezki Sri Astarini, Mediasi Pengadila; Salah Satu Bentuk Penyelesaian

Sengketa Berdasarkan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, Biaya Ringan, (Bandung: PT.

Alumni, 2013), h. 36

4 Dwi Rezki Sri Astarini, Mediasi Pengadilan……….. h. 36

Page 34: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

23

perdamaian diluar pengadilan ternyata tidak menemukan titik temu atau jalan

keluar. Sebaliknya, penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi adalah

mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang menggunakan

mekanisme yang hidup didalam musyawarah, perdamaian, kekeluargaan,

penyelesaian adat dan lain sebagainya. Sebagai salah satu cara yang sekarang

sedang berkembang dan diminati adalah melalui lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa (APS).5

Dalam Islam, jika terjadi suatu sengketa antara satu pihak dengan

pihak yang lain, maka al-quran telah memberikan jalan keluar yang dijelaskan

dalam surat Al-Hujurat ayat 9 dan surat An-Nisa ayat 35, yakni:

Artinya: Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang

hendaklah kamu damaikan antara keduanya. Tapi kalau yang satu melanggar

perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu

perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,

damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku

adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (Q.S Al-

Hujurat ayat 9).

5 Dwi Rezki Sri Astarini, Mediasi Pengadilan……….. h. 37

Page 35: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

24

Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,

maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari

keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan

perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S An-nisa

ayat 9).

B. Kelembagaan Peradilan.

1. Pengertian Kekuasaan Kehakiman.

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.6 Amanat

ini adalah sebagai pelaksanaan dari Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar

1945 setelah amandemen ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah

negara hukum”, karena salah satu prinsip negara hukum adalah adanya

jaminan penyelenggaraan kekuasaan lembaga peradilan yang merdeka, bebas

dari segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan ketertiban, keadilan,

kebenaran dan kepastian hukum yang mampu memberikan pengayoman

kepada masyarakat.7

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan

negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara

6 Harun Alrasid, Naskah UUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah oleh MPR,

(Jakarta: UI Pres, 2004) h. 100

7 Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,

2007), h. 1

Page 36: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

25

Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia.

Pengertian tersebut merupakan amanat Pasal 24 ayat (1) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen

ketiga tahun 2001, berbunyi “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan

yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum

dan keadilan”.

K. Wantjik Saleh mengartikan kekuasaan kehakiman yang

mendasarkan pemikirannya kepada Undang-undang Dasar 1945 sebelum

amandemen, yakni kekuasaan kehakiman dapat di artikan sebagai adanya

.kekuasaan kehakiman yang terpisah dari kekuasaan pemerintah dan

kekuasaan perundang-undangan serta merdeka dari pengaruh kedua kekuasaan

itu, ada suatu Mahkamah Agung sebagai badan peradilan peradilan tertinggi di

Indonesia. Badan-badan peradilan yang lain, akan ditentukan oleh undang-

undang, susunan dan kekuasaan Mahkamah Agung maupun badan-badan

Peradilan yang lainnya diatur oleh Undang-undang, kedudukan yang layak

bagi para hakim dijamin syarat untuk pengangkatan serta pemberhentiannya

diatur oleh undang-undang.8

Kekuasaan kehakiman yang merdeka merupakan suatu prasyarat dari

negara hukum yang demokratis, sebagaimana yang dituangkan dalam

Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi

pembangunan dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan

8 K. Wantjik Saleh, Kehakiman dan Peradilan, (Jakarta: Simbur Cahaya, 1976), h. 15

Page 37: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

26

nasional sebagai haluan negara, menegaskan perlunya reformasi dibidang

hukum untuk menanggulangi krisis bidang hukum. Salah satu agenda yang

harus dijalankan adalah pemisahan yang tegas antara fungsi-fungsi yudikatif

dan eksekutif. Pemisahan ini dilaksanakan dengan keharusan pengalihan

organisasi, administrasi dan finansial badan-badan peradilan yang semula

berada dibawah departemen-departemen sebagai bentuk perpanjangan tangan

kekuasaan eksekutif menjadi berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.9

Pemisahan kekuasaan menurut Jimly Asshiddiqie berarti “Merdeka

dan terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah,” terkandung pengertian

yang bersifat fungsional dan sekaligus institusional. Tetapi, ada yang hanya

membatasi pengertian perkataan itu secara fungsional saja, yaitu bahwa

kekuasaan pemerintah itu tidak boleh melakukan intervensi yang bersifat atau

yang patut diduga akan mempengaruhi jalannya proses pengambilan

keputusan dalam penyelesaian perkara yang dihadapi oleh hakim. Karena itu,

kemerdekaan kekuasaan tersebut bertujuan agar para hakim dapat bekerja

secara profesional dan tidak dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah,

kedudukannya haruslah dijamin dalam undang-undang.10

Menurut Prof. H. Oemar Seno Adji, SH, suatu peradilan yang bebas

dan tidak dipengaruhi merupakan syarat yang “indispensable” bagi negara

hukum. Bebas berarti tidak ada campur atau turun tangan dari kekuasaan

Executive dan Legislative dalam menjalankan fungsi Judiciari. Ia tidak berarti

9 Rimdan, Kekuasaan Kehakiman : Pasca-Amandemen Konstitusi, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup, 2012), Edisi 1, h. 3

10 Rimdan, Kekuasaan Kehakiman : Pasca-Amandemen.................... h. 34

Page 38: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

27

bahwa ia berhak untuk bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan

tugasnya, ia “sub-ordinated”, terikat pada Hukum.11

Dengan demikian, kekuasaan kehakiman memang sudah seharusnya

merdeka, bebas dari pengaruh pihak-pihak manapun dalam menegakkan

hukum, sesuai dengan amanat konstitusi negara ini yang merupakan dasar

peraturan perundang-undangan tertinggi dalam negara. Sehingga sudah

sepatutnyalah kekuasaan kehakiman menaati dan menjalankan apa yang

diamanatkan oleh konstitusi negara.

2. Asas-asas Kekuasaan Kehakiman.

Kekuasaan kehakiman yang merdeka haruslah digali dari apa yang

terkandung pada kaidah-kaidah yang terdapat didalam peraturan perundang-

undangan yang mengaturnya. Dari peraturan perudang-undangan yang

mengatur kekuasaan kehakiman tersebut, maka dapat ditemukan asas-asas

kekuasaan kehakiman yang merdeka, diantaranya12

:

a. Asas Kebebasan Hakim.

Asas kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka diatur dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada Pasal 24

ayat (1) dan juga pada Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

kekuasaan kehakiman yang berbunyi “Kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang

11

Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum, (Jakarta: Erlangga, 1985), Cet.

Ke-2, h. 46

12 Rimdan, Kekuasaan Kehakiman : Pasca-Amandemen.................... h. 50

Page 39: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

28

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya

Negara Hukum Republik Indonesia.”

Oleh karena itu menurut Wahyu Affandi, hakim dalam menjalankan

tugasnya sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang merdeka harus bebas

dari segala campur tangan pihak manapun juga, baik intern maupun ekstern.

Sehingga hakim dapat dengan tenang memberikan putusan yang seadil-

adilnya.13

Akan tetapi, Sudikno Mertokusumo memberikan batasan-batasan

dalam hal kemerdekaan kekuasaan kehakiman. Hakim dalam melaksanakan

wewenang judicial tidaklah mutlak sifatnya. Secara mikro, hakim dibatasi

oleh Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang, ketertiban

umum, kesusilaan, dan perilaku atau kepentingan para pihak, sedang secara

makro, hakim dibatasi oleh sistem pemerintahan, politik, ekonomi dan

sebagainya. Sehingga diperlukannya pengawasan atas kekuasaan kehakiman.

Bentuk pengawasan untuk membatasi kebebasannya, maka putusannya harus

dikoreksi. Oleh karena itu, asas peradilan yang baik (principle of good

judicature) ialah adanya pengawasan dalam bentuk upaya hukum.14

Kekuasaan kehakiman yang merdeka (independent judiciary) telah

menjadi ideologi yang universal masa kini dan masa datang.15

Oleh sebab itu,

13

Wahyu Affandi, Hakim dan Penegakan Hukum, (Bandung: Alumni, 1981), h. 13

14 Sudikno Mertokusumo, Perkembangan Reformasi Kekuasaan Kehakiman,

http://sudiknoartikel.blogspot.com., h. 2-3. Dikutip pada Kamis, 10 Maret 2016

15 M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan

Penyelesaian Sengketa, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1997), h. 31

Page 40: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

29

karena kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka berdasarkan

ideologi negara, maka dalam menegakkan keadilan tidak boleh dipengaruhi

oleh pihak manapun. Namun kekuasaan kehakiman juga tetap dibatasi oleh

aturan-aturan hukum yang ada, agar tercapainya tujuan hukum yaitu keadilan,

kepastian dan kemanfaatan.

b. Asas Peradilan Dilakukan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa”.

Dasar hukum asas ini adalah Pasal 29 ayat (1) Undang-undang Dasar

1945 setelah amandemen, yang berbunyi “Negara berdasar atas Ketuhanan

Yang Maha Esa.” Dan Pasal 29 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 setelah

amandemen, yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat

menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Asas ini juga berdasarkan Pasal

2 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 yang berbunyi “Peradilan

dilakukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

c. Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan.

Peradilan adalah tempat bagi rakyat untuk mencari keadilan dan

kepastian hukum, sehingga haruslah dilakukan dengan sesederhana mungkin

dan biaya yang terjangkau dan waktu proses persidangan tidak berlarut-larut.

Karena dengan cepatnya proses peradilan, akan meningkatkan kewibawaan

pengadilan dan menambah kepercayaan masyarakat kepada pengadilan.16

16

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty,

1993), h. 27

Page 41: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

30

Sehingga apabila asas sederhana, cepat dan biaya ini dapat diterapkan

dengan baik, maka semakin baik pula pelaksanaan kekuasaan kehakiman di

Indonesia, sehingga masyarakat ataupun para pencari keadilan merasa dapat

mempercayai pengadilan.

d. Asas Persidangan Terbuka untuk Umum.

Asas ini berdasar kepada Pasal 13 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang

Nomor 48 Tahun 2009. Asas ini bertujuan untuk menjamin pelaksanaan

peradilan yang tidak memihak, adil dan melindungi hak asasi manusia dalam

bidang peradilan, sesuai peraturan hukum yang berlaku. Asas ini membuka

social control dari masyarakat, yaitu dengan meletakkan peradilan dibawah

pengawasan umum.17

Sehingga agar masyarakat umum dapat mengetahui perkembangan

perkara tersebut, peradilan haruslah dilaksanakan berdasarkan asas terbuka

untuk umum ini.

e. Asas Susunan Persidangan Majelis.

Susunan persidangan untuk semua pengadilan pada asasnya

merupakan majelis, yang sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang hakim,

menurut Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009. Akan tetapi

untuk perkara-perkara tertentu hakim dapat dibentuk sebanyak lima orang atau

lebih atau bahkan hanya hakim tunggal. Asas ini dimaksudkan agar majelis

hakim dapat memutus perkara dengan objektif.

f. Asas Objektivitas.

17

Ridwan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum,

(Jakarta: Pustaka Kartini), h. 10

Page 42: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

31

Penyelesaian perkara secara objektif dan tidak memihak dilandasi oleh

Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 menegaskan

“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan

orang”. Artinya, hakim dalam memeriksa dan memutus perkara yang diajukan

kepadanya haruslah objektif dan tidak boleh memihak kepada pihak tertentu.

Dengan demikian, dalam proses penyelesaian sengketa di pengadilan

haruslah berdasarkan asas objektivitas, yakni dengan memperlakukan semua

pihak sama didepan hukum dan tidak memihak kepada salah satu pihak.

Menurut Jimly Asshiddiqi, Pengadilan adalah lembaga kehakiman

yang menjamin tegaknya keadilan melalui penerapan undang-undang dan

kitab undang-undang (wet en wetboeken) dimaksud. Strukturnya dapat

bertingkat-tingkat sesuai dengan sifat perkara dan bidang hukum yang terkait.

Ada perkara yang cukup diselesaikan melalui peradilan pertama dan sekaligus

terakhir, ada pula perkara yang diselesaikan dalam dua tingkat dan ada pula

perkara yang diselesaikan dalam tiga tahap, yaitu tingkat pertama, tingkat

banding, dan tingkat kasasi.18

Lembaga peradilan juga merupakan tumpuan harapan bagi para

pencari keadilan di seluruh lapisan masyarakat yang mendambakan keadilan.

Dalam memberikan pelayanan hukum, pengadilan mempunyai tugas antara

lain19

:

18

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers,

2009), h. 314

19 Sholih Mu’adi, Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Perkebunan dengan Cara

Litigasi dan Non Litigasi, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2010), h. 54

Page 43: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

32

a. Memberikan perlakuan yang adil dan manusiawi kepada pencari keadilan.

b. Memberikan pelayanan yang baik dan bantuan yang diperlukan bagi

pencari keadilan.

c. Memberikan penyelesaian perkara secara efektif, efisien, tuntas dan final

sehingga memuaskan para pihak dan masyarakat.

C. Kewenangan Lembaga Peradilan.

Kekuasaan kehakiman dan peradilan adalah kekuasaan untuk

memeriksa dan mengadili serta memberikan putusan atas perkara-perkara

yang diserahkan kepadanya untuk menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan perundang-undangan. Badan yang memegang kekuasaan

kehakiman dan peradilan ini harus dapat bekerja dengan baik dalam tugas-

tugasnya sehingga dihasilkan putusan-putusan yang objektif dan tidak

memihak dengan senantiasa menjunjung tinggi hukum dan keadilan.20

Suatu badan peradilan dalam memutus suatu perkara dapat dibedakan

atas kompetensi relatif dan kompetensi absolut. Kompetensi relatif

berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara

sesuai dengan wilayah hukumnya. Sedangkan kompetensi absolut adalah

kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara menurut objek, materi

dan pokok perkara.21

Mahkamah Agung adalah Lembaga Tinggi Negara sebagaimana

dimaksudkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

20

Mahfud MD, Badan dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Yogyakarta: UII

Pres, 1993), h. 132

21 Dwi Rezki Sri Astarini, Mediasi Pengadilan……….. h. 44

Page 44: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

33

Nomor III/MPR/1978 dan Pengadilan Negara Tertinggi dari semua

Lingkungan Peradilan sesuai Pasal 24 Undang-undang Dasar RI 1945. Badan

Peradilan dibawah Mahkamah Agung dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya haruslah sesuai dengan amanat undang-undang. Agar tidak

melenceng dari amanat konstitusi negara.

Badan peradilan dibawah Mahkamah Agung yaitu Peradilan Umum,

Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara

memiliki tugas dan wewenang yang berbeda-beda. agar bisa tercapai

kepastian hukum. Wewenang masing-masing peradilan tersebut yakni:

a. Peradilan Umum.

Peradilan Umum diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986

dan Perubahannya Undang-undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan

Umum. Peradilan Umum mempunyai tugas dan wewenang memeriksa,

memutus dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat

pertama.

b. Peradilan Agama.

Peradilan Agama awalnya diatur dalam Undang-undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan beberapa perubahannya dalam

Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009. Sedangkan mengenai Mahkamah

Syariah, keberadaannya didasarkan pada Undang-undang Nomor 18 Tahun

2001 tentang otonomi khusus dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006

tentang Pemerintahan Aceh dan diperkuat oleh Undang-undang Nomor 4

Tahun 2004. Pengadilan Agama bertugas untuk memeriksa, mengadili,

Page 45: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

34

memutus dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama, antara orang-orang

yang beragama Islam dibidang:

Perkawinan;

1) Kewarisan;

2) Waqaf dan Shadaqoh;

3) Infak dan Zakat;

4) Ekonomi Syariah.

c. Peradilan Militer.

Peradilan Militer melaksanakan tugasnya diatur dalam Undang-

undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Wewenang

Peradilan Militer yaitu:

1) Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu

melakukan tindak pidana adalah:

a) Prajurit;

b) Yang berdasarkan Undang-undang dipersamakan denga Prajurit;

c) Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang

dipersamakan atau dianggap sebagai Prajurit berdasarkan Undang-

undang.

d) Seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, huruf b, dan huruf

c tetapi atas keputusan Panglima dengan persetujuan Menteri

Kehakiman harus diadili oleh suatu Pengadilan dalam lingkungan

Peradilan Militer.

Page 46: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

35

2) Memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan

Bersenjata;

3) Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang

bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat

yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan dan

sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu putusan.

d. Peradilan Tata Usaha Negara.

Peradilan Tata Usaha Negara melaksanakan tugasnya dengan

berlandaskan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 dan perubahannya

Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Peradilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili,

memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara di tingkat pertama.

Sedangkan pada tingkat banding diselesaikan oleh Pengadilan Tinggi Tata

Usaha Negara.

D. Arbitrase.

1. Pengertian Arbitrase.

Kegiatan bisnis tentunya tidak luput dari perselisihan atau sengketa,

untuk menyelesaikan sengketa tersebut, selain melalui proses Pengadilan juga

bisa diselesaikan melalui Arbitrase. Sengketa yang terjadi tersebut didasarkan

pada perjanjian yang dilakukan secara tertulis dengan menunjuk arbiter untuk

menyelesaikan sengketanya.

Arbitrase di Indonesia bertitik tolak dari Pasal 377 HIR atau Pasal 705

RBg, seiring perkembangan zaman dan perkembangan dunia bisnis nasional

Page 47: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

36

dan internasional serta setelah adanya WTO (World Trade Organization)

maka ketentuan-ketentuan mengenai dunia perdagangan yang sebelumnya di

atur dalam HIR, RBg dan Rv sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

zaman, sehingga dibutuhkan aturan baru mengenai arbitrase yang akan

dijadikan sebagai pedoman arbitrase.

Tanggal 12 Agustus 1999 Pemerintah mengundangkan Undang-

undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa. Dengan berlakunya undang-undang ini, maka ketentuan-ketentuan

mengenai Arbitrase yang terdapat dalam HIR, RBg dan Rv dinyatakan tidak

berlaku lagi.

Kata arbitrase berasal dari Bahasa latin arbitrare yang artinya

kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut “kebijaksanaan”.

Dikaitkannya istilah arbitrase dengan kebijaksanaan seolah-olah memberi

petunjuk bahwa majelis arbitrase tidak perlu memerhatikan hukum dalam

menyelesaikan sengketa para pihak, tetapi cukup mendasarkan pada

kebijaksanaan. Pandangan tersebut keliru karena arbiter juga menerapkan

hukum seperti apa yang dilakukan oleh hakim di pengadilan.22

Berdasarkan Undang-undang No. 30 Tahun 1999, arbitrase adalah cara

penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan

pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang

bersengketa.

22

Subekti, Arbitrase Perdagangan, (Bandung: Binacipta, 1981), h. 1-3

Page 48: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

37

Menurut Mertukusumo, arbitrase adalah suatu prosedur penyelesaian

sengketa di luar pengadilan berdasarkan persetujuan para pihak yang

berkepentingan untuk menyerahkan sengketa mereka kepada seorag wasit atau

arbiter.23

Menurut Priyatna Abdurrasyid, arbitrase adalah suatu tindakan hukum

dimana ada pihak yang menyerahkan sengketa atau selisih pendapat antara

dua orang atau lebih maupun dua kelompok atau lebih kepada seseorang atau

beberapa ahli yang disepakati bersama dengan tujuan memperoleh suatu

keputusan final dan mengikat. Apabila para pihak telah terikat dalam

perjanjian arbitrase maka pengadilan negeri tidak berwenang untuk mengadili

sengketa para pihak tersebut. Dengan demikian pengadilan wajib mengakui

dan menghormati wewenang dan fungsi arbiter.24

Menurut R.M Gatot P. Soemartono, arbitrase secara umum adalah

suatu proses dimana ada dua pihak atau lebih menyerahkan sengketa mereka

kepada satu orang atau lebih yang imparsial atau disebut sebagai arbiter untuk

memperoleh suatu putusan yang final dan mengikat.25

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa arbitrase adalah cara

penyelesaian sengketa perdata yang diserahkan kepada pihak ketiga atau

arbiter yang didasarkan pada suatu perjanjian tertulis para pihak.

23

Sudikno Metokusumo, Mengenal Hukum; Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Penerbit

Liberty, 1999) h. 144

24 Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternative Penyelesaian Sengketa; Suatu

Pengantar, (Jakarta: Fikahati Aneka, 2002) h. 16

25 Gatot P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi………. h. 25

Page 49: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

38

2. Perjanjian Arbitrase.

Perjanjian arbitrase secara lisan tidak dapat ditegakkan karena

berdasarkan Undang-undang No. 30 Tahun 1999, perjanjian arbitrase yang

diakui adalah yang bersifat tertulis. Arbitrase terdiri dari 2 (dua) bentuk, yakni

pactum de compromittendo dan akta kompromis.26

a. Pactum de Compromittendo.

Pactum de Compromittendo berarti kesepakatan setuju dengan arbiter.

Menurut Yahya Harahap, adanya kebolehan untuk membuat persetujuan di

antara para pihak yang membuat persetujuan, untuk menyerahkan

penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul di kemudian hari kepada

arbitrase atau melalui alternatif penyelesaian sengketa.27

Bentuk perjanjian

arbitrase ini dibuat untuk mengantisipasi sengketa yang mungkin timbul

dimasa yang akan datang, oleh sebab itu dibuatlah klausul arbitrase.

b. Akta Kompromis.

Akta kompromis diatur dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-undang No. 30

Tahun 1999 yang berbunyi, “dalam hal para pihak memilih penyelesaian

sengketa melalui arbitrase setelah sengketa terjadi, persetujuan mengenai

hal tersebut harus dibuat dalam suatu perjanjian tertulis yang

ditandatangani oleh para pihak.”

Sebagai layaknya suatu perjanjian, arbitrase sebagai salah satu bentuk

perjanjian harus tunduk pada ketentuan umum tentang syarat-syarat sahnya

26

Priyatna Abdurrasyid dan Bintan R. Saragih. Hukum Penyelesaian Sengketa;

Arbitrase Nasional Indonesia dan Internasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 33

27 M. Yahya Harahap, Arbitrase, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),h. 65

Page 50: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

39

perjanjian yang diatur di dalam Pasal 1320 KUHPerdata yakni mengandung

syarat subjektif dan syarat objektif.

1) Syarat Subjektif.

Arbitrase adalah suatu cara alternatif penyelesaian sengketa, maka dapat

dikatakan bahwa sebagai perjanjian, arbitrase melibatkan dua pihak yang

saling bersengketa mencari penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

Pasal 1320 KUHPerdata menjelaskan bahwa untuk memenuhi

syarat subjektif, selain harus dibuat oleh mereka yang dianggap cakap

bertindak menurut hukum, perjanjian arbitrase juga harus dibuat oleh

mereka yang demi hukum dianggap memiliki kewenangan untuk

melakukan hal yang demikian. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999

menentukan bahwa para pihak dalam perjanjian arbitrase tidak dibatasi

hanya untuk subjek hukum menurut hukum perdata melainkan juga

termasuk didalamnya subjek hukum publik. Dari ketentuan dalam Pasal 5

ayat (1) Undang-Undang No 30 Tahun 1999, sengketa yang dapat

diselesaikan melalui arbitrase ini sifatnya terbatas, relevansi dari

kewenangan para pihak menjadi bagian yang sangat penting bagi para

pihak dalam perjanjian arbitrase.28

2) Syarat Objektif.

Syarat objektif dari perjanjian arbitrase ini diatur dalam Pasal 5 ayat (1)

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999. Menurut ketentuan undang-undang

arbitrase ini, objek perjanjian arbitrase hanyalah sengketa di bidang

28

Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2000), h. 15

Page 51: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

40

perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan

perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.

Tidak ada suatu penjelasan resmi mengenai apa yang dimaksud dalam

ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tersebut,

namun jika melihat pada penjelasan Pasal 66 huruf b Undang-undang No.

30 Tahun 1999 yang berhubungan dengan pelaksanaan putusan arbitrase

internasional, maka yang dimaksud dengan “ruang lingkup perdagangan”

adalah kegiatan-kegiatan antara lain bidang perniagaan, perbankan,

keuangan, penanaman modal, industri, dan hak kekayaan intelektual.

Selain sengketa tersebut, ketentuan mengenai perdamaian yang diatur

dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Bab

Kedelapanbelas Pasal 1851 dengan Pasal 1864.29

3. Kelebihan dan Kekurangan Arbitrase.

Lembaga Arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan

lembaga pengadilan. Munir Fuady, SH, MH.,LL.M, mengatakan bahwa

arbitrase mempunyai kelebihan atau keuntungan dibanding dengan pengadilan

konvesional, antara lain:30

a. Prosedur tidak berbelit dan keputusan dapat tercapai dalam waktu relatif

singkat.

b. Biaya lebih murah.

c. Dapat dihindari expose dari keputusan didepan umum.

29

Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase………………. h.46

30 Munir Fuady, Arbitrase Nasional, Alternative Penyelesaian Sengketa Bisnis,

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 94

Page 52: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

41

d. Hukum terhadap prosedur dan pembuktian lebih relaks.

e. Para pihak dapat memilih hukum mana yang akan diberlakukan oleh

arbitrase.

f. Para pihak dapat memilih sendiri para arbiter dari kalangan ahli dalam

bidangnya.

g. Keputusan dapat lebih terkait dengan situasi dan kondisi.

h. Keputusannya umumnya final dan binding (tanpa harus naik banding atau

kasasi).

i. Proses/prosedur arbitrase lebih mudah dimengerti oleh masyarakat luas.

Disamping kelebihan arbitrase tersebut diatas, arbitrase juga memiliki

kekurangan. Menurut Dr. H. Sudiarto, SH., M. Hum, dari praktek yang

berjalan di Indonesia, kelemahan arbitrase adalah masih sulitnya upaya

eksekusi dari suatu putusan arbitrase, padahal pengaturan untuk eksekusi

putusan arbitrase nasional maupun internasional sudah cukup jelas.31

Kekurangan arbitrase antara lain sebagai berikut:

a. Putusan arbitrase ditentukan oleh kemampuan teknis arbiter untuk

memberikan keputusan yang memuaskan dan sesuai dengan rasa keadilan

para pihak.

b. Apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan arbitrase,

maka diperlukan perintah dari pengadilan untuk melaksanakan eksekusi

atas putusan arbitrase tersebut.

31

Sudiarto, Negosiasi, Mediasi dan Arbitrase, Penyelesaian Sengketa Alternatif di

Indonesia, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 74

Page 53: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

42

c. Pada prakteknya pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing

masih menjadi hal yang sulit.

d. Pada umumnya pihak-pihak yang bersengketa di arbitrase adalah

perusahaan-perusahaan besar, oleh karena itu untuk mempertemukan

kehendak para pihak yang bersengketa dan membawanya ke badan

arbitrase tidaklah mudah.32

4. Tata Cara Pemeriksaan di Arbitrase.

Tata cara pemeriksaan di arbitrase melalui beberapa proses, yakni:

a. Pengajuan Claim.

Proses pertama yang melahirkan kewenangan arbitrase memeriksa dan

menyelesaikan sengketa secara materiil, dengan adanya pengajuan gugatan

oleh salah satu pihak yang disebut dengan claim. Bentuk surat claim

diajukan dalam bentuk tertulis yang memuat identitas dan pokok sengketa

serta dilampirkan Akta Perjanjian Pokok dan Arbitrase.

b. Pemberitahuan Claim kepada Respondent.

Surat claim harus disampaikan sehelai salinannya kepada pihak

respondent.

c. Isi Statement of Defence.

Secara terinci jawaban yang berupa statement of defence hampir sama

dengan tanggapan yang diberikan dalam proses pemeriksaan sidang

pengadilan.

32

Frans Hendra Winatra, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional dan

Internasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 63

Page 54: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

43

d. Pembentukan Mahkamah Arbitrase.

Pembentukan majelis arbitrase setelah tahap proses penyampaian

statement of defence oleh respondent.

e. Bahasa yang Digunakan.

Bahasa yang dipergunakan diserahkan sepenuhnya kepada kesepakatan

para pihak, sehingga dibolehkan mempergunakan bahasa manapun asal

berdasar kesepakatan para pihak.

f. Para Pihak dapat menunjuk Kuasa.

Karena proses pemeriksaan di depan Mahkamah Arbitrase tidak berbeda

dengan proses pemeriksaan pengadilan, bentuk dan cara pemberian kuasa

tunduk mengikuti ketentuan yang diterapkan dalam praktek pengadilan.

g. Pemeriksaan dengan Pintu Tertutup.

Asas pemeriksaan dilakukan secara “tertutup” dalam setiap tahap. Mulai

dari statement of claim, statement of defence, dokumen, saksi dan ahli

maupun oral hearing dengan para pihak. Begitu juga pemeriksaan

setempat dan pembacaan putusan dilakukan dengan pintu tertutup.33

E. Kewenangan Arbitrase.

Arbitrase bukan badan kekuasaan peradilan (Judicial Power) resmi

yang sengaja didirikan oleh kekuasaan negara berdasarkan konstitusi

ketatanegaraan dari negara yang bersangkutan. Atas dasar bahwa arbitrase

bukan badan peradilan resmi, menyebabkan sebutan populernya lazim

dikatakan ”juri pisah persengketaan”. Seolah-olah dalam menjalankan fungsi

33

M. Yahya Harahap, Arbitrase………. h. 132

Page 55: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

44

dan kewenangannya memutuskan sengketa, bukan mengadili, tetapi lebih

mirip menyelesaikan perselisihan.34

Pada dasarnya terdapat 2 (dua) aliran tentang kewenangan arbitrase.

Pertama, aliran yang menyatakan bahwa klausula arbitrase bukan public order

atau bukan ketertiban umum (niet van openbaar order), klausula arbitrase

tidak mutlak menyingkirkan kewenangan pengadilan untuk memeriksa dan

mengadili perkara yang timbul dari perjanjian. Aliran ini memang mengakui

beralihnya kewenangan penyelesaian sengketa dari Pengadilan Negeri ke

arbitrase. Namun peralihan kewenangan tersebut tidaklah mutlak. Oleh karena

itu, meskipun perjanjian dibarengi dengan klausula arbitrase baik yang

berbentuk pactum de compromittendo atau akta kompromis, Pengadilan

Negeri tetap berwenang memeriksa dan mengadili sengketa yang terjadi dari

perjanjian.35

Aliran kedua menyatakan bahwa klausula arbitrase merupakan

pacta sunt servanda. Makna dari asas ini adalah setiap perjanjian yang sah

(legal agreement) mengikat kepada para pihak atau agreement or promise

must be kept, oleh karena itu para pihak harus menaatinya.

34

M. Yahya Harahap, Arbitrase………. h. 83

35 M. Yahya Harahap, Arbitrase………. h. 87

Page 56: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

45

BAB III

PROFIL LEMBAGA LITIGASI DAN NON-LITIGASI

A. Profil Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

1. Sejarah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Keberadaan lembaga Peradilan Indonesia telah memakan usia yang

cukup tua. Sejak kompeni masuk di Indonesia hingga pemerintahan Hindia

Belanda, susunan pengadilan mengalami perubahan-perubahan. Hal ini

dilakukan untuk disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan pemerintah Hindia-

Belanda. Susunan pengadilan di Jawa dan Madura diatur oleh “Reglement op

de Rechterljike Organisatie 1848”, yang untuk mudahnya selanjutnya disebut

R.O., pada Pasal (1) disebutkan adanya 6 macam pengadilan, yaitu

Districtsgerecht, Regentschapsgerecht, Landraad, Rechtbank van Omgang,

Raad van Justitie, Hooggerechtshof. Selain keenam lembaga tersebut, masih

ada suatu bentuk lembaga peradilan lagi yang tidak disebutkan dalam Pasal 1

R.O., tetapi diatur juga dalam reglement itu, yaitu “Pengadilan Politierol”,

yang dilaksanakan oleh “residen” R.O., 1848 yang mengatur tentang lembaga

peradilan ini, sejak dikeluarkan telah mengalami beberapa perubahan.1

Perubahan-perubahan pun sering terjadi, namun sampai pada saat

pecahnya Perang Pasifik tahun 1941, pengadilan yang dibentuk berdasarkan

pada R.O. adalah:

1 Rusli Muhammad dalam Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap di Indonesia,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 66

Page 57: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

46

a. Pengadilan untuk Bangsa Indonesia.

b. Pengadilan untuk Bangsa Eropa.2

Lembaga peradilan kembali mengalami perubahan ketika Indonesia

diduduki oleh Jepang. Pengadilan-pengadilan Hindia-Belanda ditutup.

Perkara-perkara diselesaikan oleh “Pangrehraja”. Keadaan seperti ini

berlangsung hingga bulan Mei tahun 1942.3 Setelah adanya Undang-undang

No. 14 Tahun 1942 yang kemudian dicabut dan diganti dengan Undang-

undang No. 34 Tahun 1942, yang mengatur lebih lanjut mengenai susunan

peradilan sipil. Pada saat pemerintahan Jepang, susunan badan peradilan

menjadi: Landraad menjadi Tihoo Hooin (Peradilan Negeri), Landgerecht

menjadi Keizai Hooin (Peradilan Kepolisian), Regentschapsgerecht menjadi

Ken Hooin (Peradilan Kabupaten), Districtsgerecht menjadi Gun Hooin

(Peradilan Kawedanan), Kootoo Hooin (Pengadilan Tinggi), dan Saikoo Hooin

(Mahkamah Agung). 4

Setelah kemerdekaan, kedua pengadilan tersebut dilebur menjadi

Pengadilan Negeri. Berdasarkan Pasal 6 Undang-undang No. 19 Tahun 1948,

dalam negara Republik Indonesia dikenal adanya 3 (tiga) lingkungan

peradilan, yaitu Lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan Peradilan Tata

Usaha Pemerintahan, dan Lingkungan Peradilan Ketentaraan.

2 Rusli Muhammad dalam Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu …………. h. 67

3 Sudikno Mertokusumo, Sejarah Peradilan dan Perundang-undangannya di

Indonesia Sejak 1942 dan Apakah Kemanfaatannya Bagi Kita Bangsa Indonesia,

(Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1983), h. 14

4 Soetandyo Wignjosoebroto dalam Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap di

Indonesia, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 69

Page 58: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

47

Sebelum dilakukan beberapa kali amandemen, dan terakhir

amandemen keempat UUD 1945 menentukan: Susunan dan kekuasaan badan-

badan peradilan diatur dalam Pasal 25 ayat (2). Kemudian lahirlah berbagai

undang-undang yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman.5 Salah satu

undang-undang tersebut adalah Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, Undang-undang No. 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan lainnya. Berdasarkan undang-

undang tersebut, terdapat 4 (empat) lingkungan lembaga peradilan yang

berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai penyelenggara kekuasaan

kehakiman tertinggi untuk semua lingkungan peradilan, yaitu, Lingkungan

Badan Peradilan Umum, Lingkungan Badan Peradilan Agama, Lingkungan

Badan Peradilan Militer, dan Lingkungan Badan Peradilan Tata Usaha

Negara.

Dahulu Pengadilan di Jakarta hanya satu sebelum tahun 1969 yang

disebut “Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta” (yang sekarang kantornya

menjadi gedung Pengadilan Negeri Jakarta Barat). Dan tahun 1970 Pengadilan

Negeri Jakarta ada tiga yaitu:6 Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Pengadilan

Negerai Jakarta Barat dan Selatan, dan Pengadilan Negeri Jakarta Timur dan

Utara.

5 Bagir Manan dalam dalam Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap di Indonesia,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 81

6 http://pn-jakartapusat.go.id/ diakses pada Kamis, 10 Maret 2016

Page 59: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

48

Pada tahun 1973 dibangun gedung Pengadilan Negeri Jakarta Barat

dan Selatan. Kemudian pada tahun 1978 dipecah menjadi lima Pengadilan

yaitu: Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Jakarta Barat.,

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Pengadilan Negeri Jakarta Timur, dan

Pengadilan Negeri Jakarta Utara. 7

2. Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

7 http://pn-jakartapusat.go.id/ diakses pada Kamis, 10 Maret 2016

KETUA

Dr. Gusrizal, SH., M.Hum

WAKIL KETUA

Sumpeno, SH., MH

PARA HAKIM

WAKIL PANITERA

Wati Wiarti, SH., MH WAKIL

SEKRETARIS

PANITERA/SEKRETARIS

Edy Nasution, SH., MH

PANM

UD

PDT

Suyanto

,SH.,M

H

PANM

UD PID

Edy

Wiyono

PANM

UD

NIAGA

Revita

Lina

PANMU

D

TIPIKO

R

Roma

Sialagan

KABAG

UMUM

Dendry

Purnama

SH

KABAG

KEPEGA

WAIAN

KASUB

KEUA

NGAN

Rochae

ni

PANITERA

PENGGANTI

/ JURU SITA

KABA

G

HUKU

M

Page 60: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

49

3. Letak Yuridiksi Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan luas 48,17

Km2, dengan kondisi tipografi relatif datar dan secara administratif dibagi

menjadi 8 (delapan) kecamatan, 44 (empat puluh empat) kelurahan, 388 (tiga

ratus delapan puluh delapan) RW, dan 4784 (empat ribu tujuh ratus delapan

puluh empat) RT.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat masuk dalam wilayah hukum

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dan daerah hukumnya meliputi wilayah

Kotamadya Jakarta Pusat dengan luas wilayah kurang lebih 48.17 km2 yang

terdiri dari 8 kecamatan yakni Kecamatan Gambir, Kecamatan Sawah Besar,

Kecamatan Kemayoran, Kecamatan Senen, Kecamatan Cempaka Putih,

Kecamatan Menteng, Kecamatan Tanah Abang, dan Kecamatan Johar Baru.

4. Visi dan Misi Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

a. Visi.

Menegakkan Hukum secara Maksimal, Adil, dan Bijaksana dengan

Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia, Efisien dan Transparan.

b. Misi.

Page 61: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

50

1) Mengedepankan rasa keadilan kepada masyarakat dengan cepat

dan jujur.

2) Melaksanakan penerapan hukum yang mandiri, tidak memihak,

dan berkualitas.

3) Memperbaiki pelayanan peradilan pada masyarakat.

4) Mewujudkan institusi Pengadilan yang efisien, efektif, dan

bermartabat, serta berwibawa.

5) Mewujudkan Pengadilan yang bebas dari campur tangan dan

intervensi dari pihak lain.8

B. Profil Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).

1. Tinjauan Umum BANI.

Meningkatnya perkembangan perdagangan, keuangan dan industri

akhir-akhir ini, baik nasional maupun internasional tentunya akan

menimbulkan kebutuhan akan penyelesaian sengketa perdagangan dengan

cepat dan murah serta juga dapat menjaga nama baik pihak yang bersengketa.

Berdasarkan hal tersebut banyak usahawan yang memilih menyelesaikan

sengketa perdagangannya kepada peradilan arbitrase, salah satunya adalah

Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). BANI didirikan sebagai lembaga

penyelesaian sengketa komersial yang bersifat otonom dan independen.9

BANI didirikan di Indonesia atas prakarsa Prof. R. Subekti, mantan

Ketua Mahkamah Agung, Harjono Tjitrosubono, SH., Ketua Ikatan Advokat

8 Hasil riset penulis ke PN Jakarta Pusat pada hari jum’at 11 Maret 2016

9 Gatot P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi…………. h. 97

Page 62: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

51

Indonesia dan A.J. Abubakar, SH. Pendirian BANI ini sendiri didukung penuh

oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia, yaitu oleh Marsekal (Purn)

Suwoto Sukendar (Ketua) dan Julius Tahya (Anggota Pengurus).10

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Anggaran Dasar BANI, BANI adalah

sebuah badan yang didirikan atas prakarsa KADIN Indonesia, yang bertujuan

untuk memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa-sengketa

perdata yang timbul mengenai soal-soal perdagangan, industri dan keuangan,

baik yang bersifat nasional maupun internasional. BANI merupakan lembaga

peradilan yang mempunyai status yang bebas, otonom dan juga independen,

artinya BANI tidak dapat diintervensi oleh kekuasaan yang lain, selayaknya

lembaga peradilan yang independen.11

Salah satu hal yang dapat menunjukkan keindependenan BANI adalah

dengan metode pengangkatan kepengurusannya yang untuk pertama kali

diangkat oleh Ketua KADIN, dan selanjutnya berbentuk yayasan. Proses

pembentukan yayasan inilah yang dapat menunjukkan kemandirian dan

independensi BANI, sebagai lembaga yang bukan berada dibawah

kepentingan lembaga (KADIN).

Secara umum, BANI didirikan untuk tujuan berikut:

a. Dalam rangka turut serta dalam upaya penegakan hukum di Indonesia

menyelenggarakan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang terjadi

di berbagai sektor perdagangan, industri dan keuangan, melalui arbitrase

dan bentuk bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya antara lain di

10

Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternative……..… h. 223

11 Priyatna Abdurrasyid dan Bintan R. Saragih. Hukum Penyelesaian ……...h. 97

Page 63: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

52

bdang-bidang korporasi, asuransi, lembaga keuangan, fabrikasi, hak

kekayaan intelektual, lisesnsi, franchise, konstruksi, pelayaran/ maritim,

lingkungan hidup, penginderaan jarak jauh, dan lain-lain dalam lingkup

peraturan perundang-undangan dan kebiasaan internasional.

b. Menyelenggarakan jasa-jasa bagi penyelenggaraan penyelesaian sengketa

melalui arbitrase atau bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa

lainnya, seperti negosiasi, mediasi, konsiliasi dan pemberian pendapat

yang mengikat sesuai dengan Peraturan Prosedur BANI atau peraturan

prosedur lainnya yang disepakati oleh para pihak yang berkepentingan.

c. Bertindak secara otonom dan independen di dalam penegakan hukum dan

keadilan.

d. Menyelenggarakan pengkajian dan riset serta program-program pelatihan

atau pendidikan mengenai arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. 12

2. Kedudukan dan Fungsi BANI.

Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) berkedudukan otonom

dan bebas. Kedudukan yang otonom dan bebas tersebut merupakan

konsekuensi dari fungsi BANI sebagai Peradilan Arbiter. BANI dalam

fungsinya sebagai lembaga peradilan mempunyai asas-asas yang sama dengan

lembaga peradilan yang dibentuk oleh Negara. BANI mempunyai kedudukan

yang otonom, bebas dan merdeka tidak dipengaruhi oleh siapapun. Asas

otonomi, kemerdekaan dan kebebasan adalah untuk menjamin bahwa BANI

12 http://www.bani.arb.org/bani.main.ind.html diunduh pada Kamis, 10 Maret 2016.

Page 64: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

53

bersikap objektif, adil dan jujur, atas dasar hukum dan keyakinan yang bersih

dan murni.13

3. Kewenangan BANI.

Pasal 1 Anggaran Dasar BANI dirumuskan bahwa BANI diberi

wewenang oleh para pihak yang bersengketa untuk memeriksa dan mengadili

semua sengketa perdata yang timbul dalam bidang perdagangan, industri,

keuangan dan lain-lain yang bersifat nasional maupun internasional. Sengketa

yang tidak dapat diselesaikan melalui lembaga arbitrase adalah sengketa

tentang perumahan, perburuhan/tenaga kerja. Ketentuan mengenai wewenang

lembaga arbitrase dalam anggaran dasar BANI tersebut sesuai dengan

pengertian yang berkembang di luar negeri, yang tercakup dalam kata-kata

“Commercial Arbitration”. Wewenang atau kompetensi arbitrase/ BANI

secara hukum terpisah dan sejajar dengan Pengadilan Negeri, artinya

keputusan arbitrase/BANI mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan

keputusan Pengadilan Negeri.14

4. Dewan Penasehat dan Dewan Pengurus BANI.

a. Dewan Penasehat BANI.

Berdasarkan Peraturan dan Prosedur BANI, Dewan Penasehat

BANI antara lain:

a) Prof. Dr. Mochtar Kusuma Atmaja, SH., LL.M

b) Prof. Dr. I. H. PH. Diederiks-Verschoor

13

Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternative……. h. 21

14 Cicut Sutiarso, Pelaksanaan putusan ………...…... h. 138

Page 65: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

54

c) Prof. Dr. Karl-Heinz Bockstiegel

d) Prof. Dr. Colin Yee Cheng Ong

b. Dewan Pengurus BANI.

Dewan Pengurus BANI terdiri dari:15

Ketua : M. Husseyn Umar, S.H.,

Wakil Ketua : Prof. Huala Adolf, S.H., LL.M., Ph.D.,

Wakil Ketua : Harianto Sunidja

Sekretaris Jendral : N. Krisnawenda, M.Si., MH

5. Arbiter BANI.

Para Arbiter BANI telah dipilih dari antara mereka yang memiliki

keahlian dalam suatu atau beberapa bidang seperti bidang perbankan, asuransi,

konstruksi dan sebagainya, dan didukung oleh pengalaman yang cukup lama

serta mempunyai nama yang bersih dan integritas yang tinggi.16

Pada saat ini, BANI memiliki 68 (enam puluh delapan) arbiter

Indonesia (Indonesia arbitrators) dan 53 (lima puluh tiga) arbiter asing

(foreign arbitrators).17

15

http://www.baniarbitration.org diakses pada kamis, 10 maret 2016

16 Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternative……. h. 21

17 http://www.baniarbitration.org diakses pada kamis, 10 maret 2016

Page 66: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

55

BAB IV

PENYELESAIAN SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA

PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT DENGAN

LEMBAGA ARBITRASE BERDASARKAN PUTUSAN

PENGADILAN NOMOR 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst.

Kasus Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dengan PT. Berkah Karya

Bersama, pada Putusan Pengadilan Negeri Nomor 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

sengketa bisnis yang terjadi telah diputus oleh Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat. Namun perkara yang sama ternyata juga diproses dan diselesaikan

menggunakan jalur arbitrase di Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).

Berdasarkan Pasal 11 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, suatu perjanjian arbitrase

tertulis meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa

yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri. Bahkan Pengadilan

Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu

penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam

hal-hal tertentu yang telah ditetapkan dalam undang-undang arbitrase tersebut.

Sedangkan pada Pasal 118 HIR atau Pasal 142 RBg. telah dijelaskan

bahwa setiap tuntutan hak yang mengajukan adalah pihak yang

berkepentingan, sedang Hakim bersikap menunggu datangnya tuntutan hak

yang diajukan kepadanya, konsekuensinya Hakim harus menerima semua

Page 67: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

56

perkara, memeriksa dan mengadilinya, sekalipun dengan dalih bahwa hukum

tidak ada atau kurang jelas. Sehingga pada kasus ini Majelis Hakim telah

menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa

dan mengadili perkara ini.

A. Duduknya Perkara.

Perkara Pengadilan Negeri No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst diajukan atas

gugatan Ny. Siti Hardiyanti Rukmana, dkk yang menggugat PT. Berkah Karya

Bersama, dkk dengan gugatan melawan hukum.

Pada tanggal 17 Maret 2005, Para Penggugat (Ny. Siti Hardiyanti

Rukmana, dkk dalam TPI mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar

biasa(RUPSLB). RUPSLB ini dihadiri /diwakili oleh seluruh pemegang

saham TPI dengan hak suara yang sah, yaitu sebanyak 411.700.000 (empat

ratus sebelas juta tujuh ratus ribu) saham yang merupakan seluruh saham yang

telah dikeluarkan oleh dan disetor penuh kepada TPI.1

Selain itu hasil RUPSLB tersebut juga memutuskan untuk

menghentikan dengan hormat seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris

TPI terhitung sejak tanggal ditutupnya RUPSLB 17 Maret 2015, dan

mengangkat anggota Direksi dan Dewan Komisaris TPI yang baru dengan

susunan sebagai berikut:

Direksi

Direktur Utama: Dandy Nugroho Hendro Mariyanto Rukmana

Direktur: Mohamad Jarman, S.E.

1 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Page 68: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

57

Dewan Komisaris

Komisaris Utama: Danny Bimo Hendro Utomo

Hasil RUPSLB 17 Maret 2005 termasuk keputusan pemberhentian

anggota Direksi dan Dewan Komisaris TPI tertuang dalam Akta Pernyataan

Keputusan Rapat TPI No. 114 tanggal 17 Maret 2005 yang dibuat dihadapan

Buntario Tigris Darmawa Ng, SH., SE., MH. Notaris di Jakarta dan telah

dilaporkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia pada

tanggal 17 Maret 2005 guna pencatatan perubahan susunan pengurus TPI.

Pada tanggal 18 Maret 2005, telah diadakan Rapat Umum Pemegang

Saham Luar Biasa TPI yang dihadiri oleh PT. Berkah Karya Bersama saja,

yang mengaku sebagai kuasa yang sah dari seluruh pemegang saham TPI dan

melakukan perbuatan hukum pengambilan keputusan dalam RUPSLB 18

Maret 2005 yang mengatas namakan keputusan seluruh pemegang saham

TPI.2

RUPSLB 18 Maret 2005 memutuskan 2 (dua) hal, yang pada intinya

adalah sebagai berikut:

a. Persetujuan tentang cara penyelesaian transaksi antara Ny. Siti Hardiyanti

Rukmana secara pribadi (yang dalam RUPSLB tersebut diwakili oleh PT.

Berkah Karya Bersama) dengan PT. Berkah Karya Bersama itu sendiri.

Keputusan tersebut kemudian dituangkan dalam Akta Pernyataan

Keputusan Rapat No. 16 tanggal 18 Maret 2005 yang dibuat dihadapan

Notaris Bambang Wiweko, SH.,MH. Notaris di Jakarta.

2 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Page 69: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

58

b. Persetujuan perubahan pengurus TPI. Keputusan tersebut kemudian

dituangkan dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 17 tanggal 18

Maret 2005 yang dibuat oleh Bambang Wiweko, SH., MH. Notaris di

Jakarta.3

Menurut Ny. Siti Hardiyanti Rukmana, dkk. TPI dalam RUPSLB 18

Maret 2005, telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum terhadap Para

Penggugat yang merupakan pemegang saham TPI yang sah, hal mana ternyata

dari perbuatan hukum PT. Berkah Karya Bersama sebagai berikut:

a. Dalam RUPSLB 18 Maret 2005, PT. Berkah Karya Bersama hadir dan

mengaku sebagai kuasa yang sah dari seluruh pemegang saham TPI dan

mengambil keputusan mengenai tata cara dan pelaksanaan penyelesaian

tranksaksi antara Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya

Bersama sendiri. Padahal, PT. Berkah Karya Bersama tidak berwenang

untuk hadir dalam RUPSLB 18 Maret 2005 tersebut serta membuat

keputusan mengenai masalah penyelesaian transaksi Ny. Siti Hardiyanti

Rukmana pribadi dengan PT. Berkah Karya Bersama dalam RUPSLB 18

Maret 2005 TPI. Karenanya, keputusan yang diambil dalam RUPSLB 18

Maret 2005 adalah jelas tidak sah dan cacat hukum sehingga tidak

mengikat para pemegang saham TPI, termasuk Ny. Siti Hardiyanti

Rukmana, serta TPI karena didasari oleh perbuatan hukum PT. Berkah

Karya Bersama yang tidak patut.

3 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Page 70: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

59

b. PT. Berkah Karya Bersama telah mengambil tindakan yang

menguntungkan diri sendiri dan dengan sengaja melanggar hak dan

kepentingan orang lain, dalam hal ini hak dan kepentingan Ny. Siti

Hardiyanti Rukmana, melalui pengambilan keputusan secara melawan

hukum dalam RUPSLB 18 Maret 2005 di TPI mengenai penyelesaian

urusan/masalah tagihan PT. Berkah Karya Bersama kepada Ny. Siti

Hardiyanti Rukmana pribadi yang jelas-jelas merupakan permasalahan

yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan PT. TPI.4

Pemanggilan RUPSLB 18 Maret 2005 telah menyalahi ketentuan Pasal

20 ayat (2) Anggaran Dasar Pt. Cipta Televisi Republik Indonesia.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pemanggilan rapat harus dilakukan paling

lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal rapat, dan jangka waktu

pemanggilan rapat hanya dapat dipersingkat menjadi paling lambat 7 (tujuh)

hari sebelumnya dalam hal yang mendesak. Pada kenyataannya, pemanggilan

RUPSLB 18 Maret 2005 tidak dilakukan sesuai ketentuan Anggaran Dasar

TPI. Pemanggilan RUPSLB 18 Maret 2005 yang dilakukan dalam waktu 7

(tujuh) hari sebelum RUPSLB 18 Maret 2005, faktanya tidak menjelaskan

adanya suatu keadaan mendesak yang mengharuskan rapat segera diadakan.5

Undangan RUPS 18 Maret 2005 tidak ditujukan kepada Para

Penggugat selaku Para Pemegang Saham TPI secara langsung, melainkan

dialamatkan kepada PT. Berkah Karya Bersama yang dalam undangan

4 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

5 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Page 71: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

60

tersebut dicantumkan sebagai penerima kuasa Para Penggugat. Padahal Para

Penggugat tidak pernah memberikan kuasa khusus kepada PT. Berkah Karya

Bersama untuk mewakili Para Tergugat membicarakan dan membahas agenda

dalam undangan RUPSLB 18 Maret 2005 serta memutuskan hal-hal terkait

dengan agenda RUPSLB 18 Maret 2005.6

Tambahan pula, melalui surat tanggal 16 Maret 2005, Para Penggugat

telah mencabut Surat Kuasa (Power of Attorney) tertanggal 3 Juni 2003 yang

dipergunakan oleh PT. Berkah Karya Bersama untuk hadir dalam RUPSLB 18

Maret 2005 di TPI dengan mengatas-namakan dirinya sebagai wakil/kuasa

yang sah dari seluruh pemegang saham TPI, termasuk Para Penggugat, dan

melakukan pengambilan keputusan dalam RUPSLB 18 Maret 2005 di TPI

secara melawan hukum. RUPSLB 18 Maret 2005 diselenggarakan oleh

mantan Direksi TPI yang telah diberhentikan oleh RUPSLB 17 Maret 2005

terhitung sejak tanggal 17 Maret 2005. Perbuatan melawan hukum Tergugat-I

terus berlanjut, hal mana terungkap dari fakta hukum telah

diselenggarakannya RUPSLB TPI tanggal 19 Oktober 2005 dan tanggal 23

Desember 2005, karena pemanggilan kedua rapat tersebut dilakukan oleh

anggota Direksi TPI yaitu Turut Tergugat-III yang diangkat oleh RUPSLB 18

Maret 2005 yang jelas-jelas tidak sah dan cacat hukum.7

Seluruh hasil keputusan RUPSLB 17 Maret 2005 adalah Sah secara

hukum dan Patut Dicatat Pelaporannya, karena RUPSLB 17 Maret 2005 telah

6 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

7 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Page 72: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

61

memenuhi ketentuan Anggaran Dasar TPI. Namun demikian, pada

kenyataannya, pada saat Notaris Buntario Tigris darmawan Ng melaporkan

hasil keputusan RUPS Luar Biasa tersebut melalui online Sistem Administrasi

Badan Hukum (SISMINBAKUM) yang ada pada Kementerian Hukum dan

HAM RI, sistem tersebut tidak bekerja sebagaimana mestinya.8

Berdasarkan keterangan yang diberikan Notaris Buntario Tigris

Darmawan Ng, data perubahan anggaran dasar sebagaimana telah diputuskan

secara sah dalam RUPSLB 17 Maret 2005 yang akan dimasukkan ke dan

diproses pelaporannya melalui SISMINBAKUM Menteri Hukum dan HAM

RI tidak dapat dilakukan. Khusus untuk TPI, SISMINBAKUM menolak

adanya input seolah-olah ada perubahan Anggaran Dasar TPI yang sedang

diproses oleh Menteri Hukum dan HAM RI. Namun, faktanya setelah

dilakukan pengecekan sama sekali tidak ada perubahan Anggaran Dasar TPI

yang sedang di proses oleh Menteri Hukum dan HAM RI pada waktu itu.9

Mengatasi hal tersebut, pada hari itu juga, PT. Cipta Televisi

Pendidikan Indonesia mengajukan surat permohonan pencatatan perubahan

Anggaran Dasar TPI yang merupakan hasil keputusan RUPSLB 17 Maret

2005 secara manual kepada Menteri Hukum dan HAM RI, yaitu melalui surat

tanggal 17 Maret 2005 agar dicatatkan perubahan yang dilakukan. Namun atas

permohonan tersebut Para Penggugat tidak mendapatkan penjelasan secara

benar, tepat dan jelas menurut ketentuan hukum yang ada perihal pelaporan

8 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

9 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Page 73: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

62

PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia pada tanggal 17 Maret 2005 yang

gagal/tidak dapat diproses sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, Para

Penggugat merasa hak hukumnya untuk mendapatkan keadilan telah

terabaikan, sehingga patut diduga terjadi ‘permainan’ dalam SISMINBAKUM

pada saat itu.10

Sehubungan dengan adanya indikasi permainan dalam

SISMINBAKUM Menteri Hukum dan HAM RI, Ny. Siti Hardiyanti Rukmana

melalui surat tanggal 18 Maret 2005 kepada Menteri Hukum dan HAM RI

telah mengajukan Permohonan Pemberhentian Sementara Persetujuan Menteri

Hukum dan HAM RI atas akta-akta Anggaran Dasar TPI karena adanya

ketidak-sesuaian dan permasalahan antara para pemegang saham dan pengurus

TPI yang belum terselesaikan. Pada kenyataannya yang terjadi adalah

sebaliknya, RUPSLB 18 Maret 2005 TPI yang jelas-jelas tidak sah dan cacat

hukum dicatatkan perubahannya oleh Menteri Hukum dan HAM RI.11

Dari gugatan Para Penggugat dan jawaban Para Tergugat Majelis

Hakim menyimpulkan esensi dari permasalahan yaitu:

1. Apakah RUPSLB Turut Tergugat-I pada tanggal 17 Maret 2005 yang

dilaksanakan oleh Para Penggugat telah sesuai dengan aturan yang

berlaku;

10

Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

11 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Page 74: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

63

2. Apakah RUPSLB Turut Tergugat-I yang dilaksanakan Tergugat-I pada

tanggal 18 Maret 2005, berikut surat kuasa tanggal 3 Juni 2002 dan RUPS-

RUPS lanjutan telah sesuai dengan aturan yang berlaku;

3. Apakah pelaporan hasil RUPSLB tanggal 17 Maret 2005 melalui Sistem

Administrasi Badan Hukum pada Turut Tergugat-VI telah sesuai dengan

prosedur yang berlaku.12

Menurut majelis penyelenggaraan RUPSLB tanggal 17 Maret 2005

yang dilaksanakan oleh Para Penggugat telah memenuhi ketentuan Anggaran

Dasar Turut Tergugat-I dan ketentuan dalam Undang-undang No. 1 Tahun

1995 tentang Perseroan Terbatas dan dengan demikian, menurut hemat majelis

penyelenggaraan RUPSLB tanggal 17 Maret 2005 tersebut telah sah menurut

hukum. Karena RUPSLB tanggal 17 Maret 2005 sah, maka menurut anggaran

dasar Turut Tergugat-I, RUPSLB sah berwenang untuk mengambil keputusan-

keputusan yang sah dan mengikat tentang hal-hal yang dibicarakan dalam

rapat tersebut.13

Dari berbagai pertimbangan majelis berkesimpulan bahwa pelaksanaan

RUPSLB PT. CTPI tanggal 18 Maret 2005 yang dilaksanakan oleh Tergugat-I

tidak memenuhi prosedur sebagaimana diamanatkan Undang-undang No. 1

Tahun 1995 dan Anggaran Dasar PT. CTPI dengan pertimbangan sebagai

berikut:

12

Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

13 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Page 75: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

64

- Bahwa prosedur pemanggilan terhadap pemegang saham in casu para

penggugat tidak memenuhi ketentuan Pasal 69 Undang-undang No. 1

Tahun 1995 dan ketentuan Pasal 20 Anggaran Dasar PT. CTPI No. 94

Tahun 1997;

- Bahwa panggilan rapat yang hanya ditujukan kepada Tergugat-I sebagai

kuasa dari Para Penggugat adalah tidak sah, karena surat kuasa yang

dibuat pada tanggal 3 Juni 2003 telah dicabut dan pencabutan surat kuasa

mutlak tersebut adalah sah menurut hukum;14

Dengan demikian pelaksanaan RUPSLB Turut Tergugat-I yang

dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2005 menurut Majelis adalah tidak sah

secara hukum. Karena RUPSLB tanggal 18 Maret 2005 telah dinyatakan tidak

sah secara hukum, maka pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar

Biasa (RUPSLB) tanggal 19 Oktober 2005 dan RUPSLB pada tanggal 23

Desember 2005 sudah sepatutnya dinyatakan tidak sah dan tidak mempunyai

kekuatan hukum tetap. Perbuatan penutupan akses atau pemblokiran hasil

RUPSLB Turut Tergugat-I yang dilakukan para tergugat adalah merupakan

perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang dan kewajiban para

tergugat karena tidak berdasarkan perintah yang berwenang yaitu Dirjen

Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia. Dengan demikian menurut hemat majelis hakim

perbuatan tersebut adalah merupakan perbuatan melawan hukum. 15

14

Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

15 Putusan Pengadilan No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Page 76: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

65

B. Sengketa Kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan

Lembaga Arbitrase terhadap Penanganan Sengketa Bisnis pada Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst.

Putusan Pengadilan Negeri Nomor 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst antara

Ny. Siti Hardiyanti Rukmana, dkk dan PT. Berkah Karya Bersama mengenai

sengketa bisnis telah diproses dan diputus oleh Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat. Namun perkara yang sama ternyata juga diselesaikan menggunakan

jalur arbitrase di BANI.

Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 10/

Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst, dapat disimpulkan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat menolak eksepsi Para Tergugat untuk seluruhnya, dalam pokok perkara

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan para pihak sebagian,

dan Para Tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum.

Dalam eksepsi kompetensi absolut Tergugat-I, Turut Tergugat-I dan

Turut Tergugat-III, pada intinya menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta

pusat tidak memiliki kompetensi absolut karena perkara a quo merupakan

sengketa pelaksanaan Investment Agreement yang mengandung klausula

arbitrase yang tegas. Eksepsi kompetensi absolut ini telah ditolak oleh Majelis

Hakim dengan menjatuhkan Putusan Sela No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst

Berdasarkan keputusan ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk memeriksa dan mengadili

perkara ini sesuai dengan Putusan Sela yang telah diberikan oleh Majelis

Hakim. Berdasarkan pertimbangan hukum majelis hakim, Pengadilan Negeri

Page 77: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

66

Jakarta Pusat berwenang untuk mengadili perkara ini karena perkara yang

digugat merupakan perbuatan melawan hukum. Berdasarkan Undang-undang

kekuasaan kehakiman, sudah menjadi wewenang Pengadilan Umum untuk

mengadili perkara perbuatan melawan hukum tersebut.

Disisi lain, BANI yang merupakan lembaga arbitrase yang telah

memeriksa dan memutus perkara permohonan arbitrase yang diajukan oleh

PT. Berkah Karya Bersama telah menjatuhkan putusan No. 547/XI/Arb-

BANI/2013 pada tanggal 12 Desember 2014 yang memenangkan PT. Berkah

Karya Bersama.

Berdasarkan keterangan BANI terkait wewenang BANI dalam

menyelesaikan sengketa ini yang penulis kutip dari Putusan Permohonan

Pembatalan Putusan Arbitrase sebagai keberatan atas Putusan Arbitrase No.

547/XI/Arb-BANI/2013. Menurut BANI, secara hukum BANI adalah satu-

satunya lembaga/forum yang berwenang untuk memeriksa dan memutus

sengketa yang timbul antara para pihak, karena sesuai dengan Investment

Agreement yang telah disepakati oleh para pihak.

Investment Agreement sebagai bentuk perjanjian, secara ipso jure

melekat konsekuensi yuridis Pasal 1338 (1) KUHPerdata, dimana para pihak

yang mengikatkan diri harus meletakkannya sebagai, atau setara dengan

undang-undang (shall be apply as the law). Dengan kata lain, Investment

Agreement tersebut menjadi acuan sumber hukum yang harus dilaksanakan

pemenuhannya (nakoming der verbintenis; promise must be kept & comply)

dengan itikad baik (good faith) dan penuh tanggung jawab. Sehingga dalam

Page 78: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

67

perkara a quo, keseluruhan isi klausul yang telah disepakati dalam Investment

Agreement, merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang

berlaku sebagai landasan kepastian hukum (legal certainty) bagi para pihak.

Investment Agreement tersebut juga telah memenuhi unsur-unsur

kesepakatan arbitrase yang diatur dalam Pasal 1 Peraturan Prosedural BANI,

yang intinya ialah apabila para pihak dalam suatu perjanjian tertulis sepakat

untuk membawa sengketa mereka terkait perjanjian atau transaksi bisnis ke

hadapan BANI atau menggunakan Peraturan Proseduran BANI, maka

sengketa tersebut diselesaikan oleh BANI berdasarkan peraturan tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Investment Agreement penyelesaian

sengketa yang ada akan diselesaikan melalui jalur arbitrase pada Badan

Arbitrase Nasional Indonesia). Dengan ini BANI memiliki kompetensi untuk

memeriksa dan memutus sengketa bisnis antara Ny. Siti Hardiyanti Rukmana,

dkk dan PT. Berkah Karya Bersama.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kewenangan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat dalam Menyelesaikan Sengketa Bsinis berdasarkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang mengadili sengketa bisnis

antara Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dengan PT. Berkah Karya Bersama

didasarkan oleh beberapa faktor, yakni:

1. Faktor perkara yang digugat adalah Perkara Perbuatan Melawan Hukum.

Berdasarkan ketentuan Pasal 25 Undang-undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa Peradilan

Page 79: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

68

Umum berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana

dan perdata sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam kasus sengketa bisnis ini sudah jelas bahwa sengketa ini merupakan

perkara perdata yang merupakan wewenang Pengadilan Negeri untuk

memeriksa, mengadili dan memutus perkara perdata tersebut sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memiliki wewenang dalam hal

menerima, memeriksa dan mengadili perkara perdata seperti perbuatan

melawan hukum, wanprestasi dan lainnya. Pada kasus Ny. Siti Hardiyanti

Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama ini, hal yang menjadi pokok

sengketa adalah PT. Berkah Karya Bersama, dkk telah melakukan

perbuatan melawan hukum karena melaksanakan RUPSLB tanggal 18

Maret 2005 yang tidak memenuhi prosedur sebagaimana diamanatkan

Undang-undang No. 1 tahun 1995 dan Anggaran Dasar PT. CTPI dengan

pertimbangan majelis hakim sebagai berikut:

- Bahwa prosedur pemanggilan terhadap pemegang saham in casu para

penggugat tidak memenuhi ketentuan Pasal 69 Undang-undang No. 1

Tahun 1995 dan ketentuan Pasal 20 Anggaran Dasar PT. CTPI No. 94

Tahun 1997;

- Bahwa panggilan rapat yang hanya ditujukan kepada Tergugat-I

sebagai kuasa dari Para Penggugat adalah tidak sah, karena surat kuasa

yang dibuat pada tanggal 3 Juni 2003 telah dicabut dan pencabutan

surat kuasa mutlak tersebut adalah sah menurut hukum;

Page 80: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

69

Perbuatan tersebut di kategorikan sebagai perbuatan melawan

hukum adalah karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang

melanggar hak subjektif orang lain, perbuatan tersebut melanggar

kewajiban hukum si pelaku, dan perbuatan tersebut melanggar asas

kepatutan, ketelitian dan sikap hati-hati dalam masyarakat. Dalam Pasal

1365 KUHPerdata, yang merupakan syarat dipenuhi dalam hal perbuatan

melawan hukum yaitu:

a. Adanya tindakan yang melawan hukum;

b. Ada kesalahan pada pihak yang melakukan;

c. Adanya kerugian yang diderita.

Dengan demikian sudah jelaslah bahwa pada kasus ini Para

Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum dan merupakan

wewenang dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk memeriksa dan

mengadili perkara ini. Maka Faktor inilah yang mempengaruhi wewenang

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk menyelesaikan sengketa bisnis

berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst.

2. Faktor Pengadilan dilarang menolak perkara yang diajukan.

Berdasarkan Pasal 10 Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan bahwa Pengadilan dilarang

menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang

diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,

melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Dengan demikian,

Majelis Hakim tidak boleh menolak perkara yang diajukan oleh Para

Page 81: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

70

Penggugat meskipun dengan dalih bahwa hukum yang mengatur tidak

ada ataupun kurang jelas.

Amanat Pasal 10 Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman ini sejalan dengan adagium Ius Curia Novit yang

artinya bahwa para Hakim dianggap tahu hukum. Sehingga tidak ada

alasan lagi bagi majelis hakim untuk menolak perkara, karena hakim

dianggap memahami penyelesaian hukum atas perkara yang diajukan

kepadanya (de rechtbank kent het recht). Atas dasar inilah, Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat wajib menerima, memeriksa dan mengadili perkara

sengketa bisnis yang terjadi antara Ny. Siti Hardiyanti Rukman, dkk dan

PT. Berkah Karya Bersama.

Jadi, karena perkara yang digugat adalah Perkara Perbuatan Melawan

Hukum dan Pengadilan dilarang menolak perkara yang diajukan maka faktor

inilah yang mempengaruhi kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

dalam menyelesaikan sengketa bisnis antara Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan

PT. Berkah Karya Bersama.

D. Analisis Penulis.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang mengadili perkara ini,

demikian juga dengan BANI. Dua lembaga yang menyelesaikan perkara ini

sama-sama merasa berwenang untuk menyelesaikan perkara ini, namun

keputusan yang dikeluarkan berbeda. Hal ini tentunya menyebabkan

ketidakpastian hukum.

Page 82: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

71

Menurut penulis, Pengadilan Negeri Jakarta Pusatlah yang berwenang

menyelesaikan sengketa bisnis antara Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan PT.

Berkah Karya Bersama. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk

menerima, memeriksa dan memutus perkara yang termasuk dalam lingkup

perbuatan melawan hukum yang berada diluar isi kesepakatan Investment

Agreement, hal ini dikarenakan Ny. Siti Hardiyanti Rukmana menggugat PT.

Berkah Karya Bersama karena telah melakukan perbuatan melawan hukum.

Yakni mengenai hasil RUPSLB tanggal 17 Maret 2005 yang tidak bisa

didaftarkan pada Depkumham karena akses SISMINBAKUM telah diblokir

atas kemauan PT. Berkah Karya Bersama. Sedangkan pada tanggal 18 Maret

2005 PT. Berkah Karya Bersama melaksanakan RUPSLB yang tidak sah

secara hukum, namun akses SISMINBAKUM dibuka dan hasil RUPSLB

tersebut terdaftar kepada Kementerian Hukum dan HAM.

Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.

10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst dan juga Putusan Kasasi Mahkamah Agung No. 826

K/2013 yang dikuatkan oleh Putusan PK MA No. 238 PK/2013 menyatakan

sah dan sesuai dengan hukum keputusan RUPS PT.CTPI tanggal 17 Maret

2005 tertuang dalam Akta No. 114 tanggal 17 Maret 2005 serta membatalkan

dan menyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum atas berikut segala

perikatan yang timbul dan juga segala akibat hukum dari keputusan RUPSLB

tanggal 18 Maret 2005 dan akta No. 16 tanggal 18 Maret 2005 dan akta No.

17 tanggal 18 Maret 2005.

Page 83: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

72

Adanya putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dibacakan oleh

Majelis Hakim pada tanggal 14 April 2011 yang memutuskan RUPSLB

tanggal 18 Maret 2005 dinyatakan tidak sah dan harus dibatalkan sehingga

seharusnya BANI tidak menerima perkara yang dimohonkan oleh PT. Berkah

Karya Bersama pada tanggal 19 November 2013, bahkan BANI tidak

seharusnya mengadili perkara sengketa bisnis tersebut karena berdasarkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, PT. Berkah Karya Bersama tidak

mempunyai kapasitas mewakili pengurus PT. CTPI dan meminta penyelesaian

sengketa Investment Agreement kepada BANI.

Dengan demikian, menurut penulis mengenai kepastian hukum

sengketa kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Lembaga Arbitrase

terhadap penanganan kasus Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah

Karya Bersama ini sudah jelas bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang

berwenang mengadili sengketa bisnis tersebut.

Page 84: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan pembahasan mengenai sengketa kewenangan Pengadilan

dengan Lembaga Arbitrase terhadap penanganan kasus Ny. Siti Hardiyanti

Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama pada Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat No. 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst., maka penulis dapat

menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Sengketa kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan Lembaga

Arbitrase yakni karena Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang

menerima, memeriksa dan mengadili Perkara ini karena perkara yang

digugat oleh Ny. Siti Hardiyanti Rukmana adalah perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh PT. Berkah Karya Bersama beserta Tergugat-

II dan Para Turut Tergugat lainnya diluar perjanjian yang mengandung

klausula arbitrase. Yang dimana menurut ketentuan Pasal 25 Undang-

undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, perkara

perbuatan melawan hukum merupakan wewenang Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat untuk mengadilinya. Sedangkan BANI merupakan lembaga

arbitrase yang telah memeriksa dan memutus perkara permohonan

arbitrase yang diajukan oleh PT. Berkah Karya Bersama telah

menjatuhkan putusan No. 547/XI/Arb-BANI/2013 juga berwenang

memutus perkara ini karena BANI adalah lembaga/forum yang berwenang

Page 85: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

74

untuk memeriksa dan memutus sengketa yang timbul antara para pihak,

karena sesuai dengan Investment Agreement yang telah disepakati oleh

para pihak.

2. Pengadilan Negeri Jakarta Pusatlah yang berwenang menerima,

memeriksa dan mengadili sengketa bisnis antara Ny. Siti Hardiyanti

Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama karena berdasarkan 2 (dua)

faktor, yakni faktor perkara yang digugat adalah perkara perbuatan

melawan hukum diluar Investment Agreement, dan faktor pengadilan

dilarang menolak perkara yang diajukan. Majelis hakim pada putusan

No.10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst yang dibacakan Majelis Hakim tanggal 14

April 2011 memutuskan RUPSLB tanggal 18 Maret 2005 dinyatakan tidak

sah dan harus dibatalkan sehingga seharusnya BANI tidak menerima

perkara yang dimohonkan oleh PT. Berkah Karya Bersama pada tanggal

19 November 2013, bahkan BANI tidak seharusnya mengadili perkara

sengketa bisnis tersebut karena berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat, PT. Berkah Karya Bersama tidak mempunyai kapasitas

mewakili pengurus PT. CTPI dan meminta penyelesaian sengketa

Investment Agreement kepada BANI. Dengan ini sudah jelaslah kepastian

hukum dari sengketa kewenangan Pengadilan dengan lembaga Arbitrase

terhadap penanganan kasus Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah

Karya Bersama.

Page 86: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

75

B. Saran.

Atas beberapa hal yang penulis tulis dalam skripsi ini, maka

penulis menyampaikan saran yang berkaitan dengan masalah sengketa

kewenangan Pengadilan dengan lembaga Arbitrase terhadap penanganan

kasus Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama ini,

yakni penyelesaian sengketa kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

dan Lembaga Arbitrase terhadap penanganan kasus Ny. Siti Hardiyanti

Rukmana dan PT. Berkah Karya Bersama ini perlu dipublikasi melalui

koran ataupun media elektronik.

Page 87: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

76

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurrasyid, Priyatna. 2002. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(Suatu Pengantar). Fikahati Aneska: Jakarta.

___________ dan Bintan R. Saragih. 2013. Hukum Penyelesaian Sengketa;

Arbitrase Nasional Indonesia dan Internasional. Sinar Grafika: Jakarta.

Affandi, Wahyu. 1981. Hakim dan Penegakan Hukum. Alumni: Bandung.

Alrasid, Harun. 2004. Naskah UUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah oleh MPR.

UI Pres: Jakarta.

Asshiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Rajawali Pers:

Jakarta.

Fuady, Munir. 2003. Arbitrase Nasional, Alternative Penyelesaian Sengketa

Bisnis. Citra Aditya Bakti: Bandung.

Hendra Winatra, Frans. 2013. Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional

dan Internasional. Sinar Grafika: Jakarta.

Harahap, M. Yahya. 1997. Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan

Penyelesaian Sengketa. Citra Aditya Bhakti: Bandung.

___________. 2006. Arbitrase. Sinar Grafika : Jakarta.

Ibrahim, Johnny. 2008. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif.

Bayumedia Publishing : Malang.

Mahmud Marzuki, Peter. 2013. Penilitian Hukum, cet. VIII. Kencana Prenada

Media Group : Jakarta.

Margono, Suyud. 2004. ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase;

Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum. Ghalia Indonesia: Bogor.

____________. 2010. Alternative Dispute Resolution (Teknik dan Strategi dalam

Negosiasi, Mediasi dan Arbitrase). Ghalia Indonesia: Jakarta.

MD, Mahfud. 1993. Badan dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. UII Pres:

Yogyakarta.

Mertokusumo, Sudikno. 1983. Sejarah Peradilan dan Perundang-undangannya di

Indonesia Sejak 1942 dan Apakah Kemanfaatannya Bagi Kita Bangsa

Indonesia. Penerbit Liberty: Yogyakarta.

Page 88: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

77

___________. 1993. Hukum Acara Perdata Indonesia. Liberty: Yogyakarta.

___________ 1999. Mengenal Hukum; Suatu Pengantar. Penerbit Liberty:

Yogyakarta.

Mu’adi, Sholih. 2010. Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Perkebunan

dengan Cara Litigasi dan Non Litigasi. Prestasi Pustakaraya: Jakarta.

Mujahidin, Ahmad. 2007. Peradilan Satu Atap di Indonesia. Refika Aditama:

Bandung.

Poerwosutjipto, HMN. 1995. Pengertian Pokok Hukum Dagang; Pengetahuan

Dasar Hukum Dagang. Djambatan: Jakarta.

Rezki Sri Astarini, Dwi. 2013. Mediasi Pengadila; Salah Satu Bentuk Penyelesaian

Sengketa Berdasarkan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, Biaya Ringan. PT.

Alumni: Bandung.

Rimdan, 2012. Kekuasaan Kehakiman : Pasca-Amandemen Konstitusi. Kencana

Prenada Media Grup: Jakarta.

Seno Adji, Oemar. 1985. Peradilan Bebas Negara Hukum. Cet. Ke-2. Erlangga:

Jakarta.

Soemartono, Gatot. 2006. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. PT. Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta.

Sokanto, Soejono. 1992. Pengantar Penelitian Hukum. Pustaka Pelajar : Jakarta.

Subekti. 1981. Arbitrase Perdagangan. Binacipta: Bandung.

Sudiarto, 2013. Negosiasi, Mediasi dan Arbitrase, Penyelesaian Sengketa

Alternatif di Indonesia. Pustaka Reka Cipta: Bandung.

Sutiarso, Cicut. 2011. Pelaksanaan putusan Arbitrase dalam Sengketa Bisnis.

Yayasan Pustaka Obor Indonesia : Jakarta.

Syahrani, Ridwan. Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum.

Pustaka Kartini: Jakarta.

Wantjik Saleh, K. 1976. Kehakiman dan Peradilan. Simbur Cahaya: Jakarta.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. 2001. Seri Hukum Bisnis: Hukum Arbitrase.

PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Witanto, D.Y. 2011. Hukum Acara Mediasi (Dalam Perkara Perdata di

Lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Agama menurut PERMA No.

1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan). Alfabeta:

Bandung.

Page 89: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

78

Yasin, Nazarkhan. 2008. Mengenal Klaim Konstruksi & Penyelesaian Sengketa

Konstruksi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Perundang-undangan

Burgerlijk Wetboek

HIR dan Rbg

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Peraturan dan Prosedur Badan Arbitrase Nasional Indonesia.

Kamus

Kamus Hukum. 1977. Edisi Lengkap Bahasa Belanda-Indonesia-Inggris, Aneka

Ilmu, Medio: Jakarta.

Putusan Pengadilan Negeri

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 10/Pdt.G/2010/PN.JKT.Pst

Sumber Internet

http://pn-jakartapusat.go.id/ dilihat pada tanggal 10 Maret 2016

http://www.bani.arb.org/bani.main.ind.html dilihat pada tanggal 10 Maret 2016

http://sudiknoartikel.blogspot.com., dilihat pada tanggal 10 Maret 2016

Page 90: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

79

Page 91: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

80

Page 92: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

81

Page 93: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

82

Page 94: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

83

Page 95: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

84

Page 96: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

85

Page 97: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

86

Page 98: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

87

Page 99: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

88

Page 100: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

89

Page 101: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

90

Page 102: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

91

Page 103: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

92

Page 104: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

93

Page 105: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

94

Page 106: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

95

Page 107: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

96

Page 108: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

97

Page 109: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

98

Page 110: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

99

Page 111: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

100

Page 112: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

101

Page 113: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

102

Page 114: SENGKETA KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42298/1/F... · sengketa kewenangan pengadilan negeri jakarta pusat . dengan lembaga

103