semua laporan anatomi 1-2, kamal
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks
dan terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan
aktivitas hidup. Organ dalam sistem organ tersebut mempunyai fungsi berbeda.
Berbeda dengan vertebrata yang lain, ikan bernapas menggunakan insang.
Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias batrachus)
sama-sama hidup dilingkungan perairan tawar. Ikan tersebut termasuk Teleostei
yaitu ikan-ikan yang banyak dilihat dan dimakan. Ikan ini memiliki bagian tubuh
yang terdiri atas caput, truncus dan cauda, dimana tidak ada batas nyata sebagai
batas antara caput dan truncus dipandang tepi caudal opesculum dan sebagai batas
antara truncus dan ekor dipandang anus. Spesies ini bagian tubuhnya tersusun atas
kepala yang membentang dari ujung moncong sampai operculum (tutup insang)
dan bagian badan yang membentang mulai dari akhir operculum sampai anus dan
sisanya adalah ekor. Kulit Ikan Nilem bersisik, sementara kilit Ikan Lele tidak
bersisik (licin) dan terdapat sirip yang berada pada beberapa bagian yaitu bagian
dorsal (punggung), pectoral (dada), caudal (ekor), anal (dubur), dan abdominal
(perut). Sirip pada ikan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan dalam air
dan untuk berenang.
Bagian kulit cutis Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) dan Ikan Lele
(Clarias batrachus) terdiri atas carium dan dermis dan epidermis. Corium terdiri
atas jaringan pengikat. Epidermis yang melapisinya dari sebelah luar ialah
epithelium. Diantara sel-sel epithelium terdapat kelenjar uniseluller yang
mengeluarkan lendir. Lendir ini menyebabkan kulit ikan menjadi licin. Di dalam
corium terdapat chromatophor-chromatophor, chromatophor yaitu sel-sel yang
mengandung butir-butir pigment, yang menentukan warna kulit. Kulit Ikan Nilem
bersisik, berbeda dengan Ikan Lele memiliki kulit yang licin. Pada Ikan tersebut
terdapat sirip yang berada pada beberapa bagian yaitu bagian dorsal (punggung),
pectoral (dada), caudal (ekor), anal (dubur), dan abdominal (perut). Sirip pada
ikan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan dalam air dan untuk
berenang.
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias batrachus)
dipilih sebagai bahan praktikum karena Ikan Nilem dan Ikan Lele memilki
susunan morfologi dan anatomi yang sederhana dan dapat mewakili dari species
dari class Pisces dan juga memiliki kemiripan dengan yang lainnya,sehingga tidak
langsung mengamati kelas pisces yang lainnya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari Anatomi Ikan
Nilem (Osteochillus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias batrachus).
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) tergolong dalam keluarga
Cyprinidae seperti Ikan Mas dan Ikan Tawes. Mulut Ikan Nilem terdapat dua
pasang kumis (barbells). Warna badan Ikan Nilem adalah coklat atau hijau
kehitaman dan merah. Makanannya berupa lumut halus dan jasad renik yang
menempel. Ikan lebih menyukai perairan yang jernih terutama pada saat
berkembang biak seperti di rawa dan perairan tawar lainnya (Djuwanah, 1996).
. Ikan Nilem merupakan ikan peliharaan yang berasal dari sungai. Ikan
Nilem dapat dipelihara dengan baik pada daerah dengan ketinggian sekitar 500-
800 meter di atas permukaan laut, dan lebih menyukai daerah perairan yang jernih
(Bevelander dan Ramaley, 1988).
Ikan Lele (Clarias batrachus) tergolong dalam keluarga Claridae seperti
Ikan Patin dan Ikan Gabus. Mulut Ikan Lele berbentuk pipih dan memiliki dua
pasang kumis (barbells). Ikan Lele lebih banyak ditemukan pada sungai berarus
perlahan, rawa, waduk, dan persawahan yang tergenang air (Suyanto, 1991).
Ikan melakukan fertilisasi secara eksternal. Telur dan sperma dilepaskan
ke dalam air di sekitarnya dan fertilisasi terjadi diluar tubuh. Fertilisasi ini
merupakan fertilisasi yang primitif (Villee et al., 1988).
Ikan jantan terdapat sepasang testis yang panjang. Mereka terletak
ventral dari ren. Ujung caudal mulai dari vas deferens yang bermuara ke dalam
sinus urogenitalis. Ikan betina terdapat sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini
mempunyai rongga yang ke caudal melanjutkan diri ke dalam oviduk, yang
bermuara ke dalam sinus urogenitalis (Radiopoetro, 1977).
Menurut Jasin dan Maskoeri (1989), sistem pencernaan ikan terdiri dari:
rahang ikan mempunyai banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah
makanan dan lidah kecil dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan
respirasi. Faring terdapat insang di sisi dan samping lalu ke oesophagus pendek
mengikuti hingga timbul lambung atau gastrum.
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah,
jarum penusuk.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ikan Nilem
(Osteochillus haselti), Ikan Lele (Clarias batrachus), kloroform dan tissu.
C. Cara Kerja
1. Ikan dibius dengan menggunakan kloroform atau dimatikan dengan jarum
penusuk.
2. Ikan digunting dimulai dari lobang dubur ke arah anterior sepanjang media
ventral tubuh ke arah depan sampai dekat sirip dada (digunting hati-hati
jangan sampai merusak organ dalam).
3. Pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang
dilanjutkan ke arah anterior tubuh sampai ke tutup insang.
4. Organ-organ yang terlihat diamati dan nama-nama organ tersebut ditulis
sesuai dengan gambar yang diberikan oleh asisten.
5. Ekor pada ikan dipotong melintang untuk mengamati penampang melintang.
6. Bagian tulang-tulang ekor diamati dan gambar-gambar yang diberikan oleh
asisten diberi keterangan sesuai dengan bagian yang diamati pada preparat.
B. Pembahasan
A. Ikan Nilem (Osteochillus hasselti)
Klasifikasi Osteochillus hasselti menurut Saanin (1984) adalah sebagai
berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Osteochillus hasselti
Hasil pengamatan anatomi Ikan Nilem didapatkan hasil bahwa tubuh
Ikan Nilem dibagi menjadi tiga bagian kepala, badan dan ekor. Kepala atau caput
yaitu mulai dari moncong sampai dengan batas tutup insang. Badan atau truncus
mulai dari belakang tutup insang sampai dengan anus. Ekor atau cauda mulai dari
belakang anus sampai dengan ujung sirip ekor. Seluruh badannya bersisik, pada
kiri kanan badan terdapat linea lateris atau gurat sisi, yang memanjang dari
belakang tutup insang sampai ekor. Hal itu sesuai dengan pernyataan Radiopoetro
1977, bahwa tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan cauda, dimana tidak ada
batas nyata sebagai batas antara caput, truncus dipandang tepi caudal operculum
dan sebagai batas antara truncus dan ekor dipandang anus.
Pernafasan dilakukan dengan menggunakan insang yang memiliki
bagian–bagian seperti lengkung insang, tapis insang, filamen–filamen insang dan
septum branchialis. Organ pada Ikan Nilem yang berperan dalam sistem peredaran
darah adalah jantung (cor) yang terdiri atas sinus venosus, atrium, dan ventrikel
sedangkan organ yang menyusun sistem urinaria adalah ginjal yang terletak di
antara gelembung renang dan tulang vertebrae, juga terdapat ginjal kepala
(pronephros) yang terletak anterior dari ujung gelembung udara bagian depan.
Sistem genitalia pada ikan terdiri atas sel kelamin jantan dan sel kelamin betina
yang terletak terpisah pada individu yang berbeda. Pembuahannya terjadi di luar
tubuh. Otot–otot pada Ikan Nilem masih segmental dan dinamakan myomere yang
dilengkapi dengan selaput pembungkus yang disebut myocomata.
Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) mempunyai hati dan pankreas yang
sulit dibedakan sehingga disebut hepatopankreas.Jantung atau cor terdapat di
dalam cavum pericardii, terdiri atas sinus venosus, atrium, ventriculus dan bulbus
arteriosus. Menurut Villee, et al., (1988), sebagian besar ikan, semua darah
masuk ke dalam jantung melalui vena mempunyai kadar oksigen yang rendah dan
karbondioksida yang tinggi, yaitu yang disebut darah vena. Jantung terdiri atas
sebuah sinus venosus, sebuah atrium, sebuah ventrikel dan sebuah bulbus
arteriosus yang tersusun dalam urutan linear. Kontraksi otot jantung
meningkatkan tekanan darat yang di dalam vena sangat rendah dan mengeluarkan
darah melalui arteri, aorta ventral. Kelima atau enam pasang lung aorta yang
menjulur secara dorsal melalui kapiler di dalam insang aorta dorsal. Waktu darah
melalui insang karbondioksida dilepaskan dan oksigen diambil, sehingga darah
yang memasuki pembuluh arteri kaya akan oksigen. Arteri dorsal membagi darah
ini melalui cabang-cabangnya ke seluruh bagian tubuh.
Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) tergolong dalam keluarga Cyprinidae
seperti Ikan Mas dan Ikan Tawes, mulutnya terpasang dua pasang kumis
(barbells). Sistem pencernaannya terdiri atas lidah, hati, gastrum, intestine,
pancreas, kantung empedu. Menurut Storer dan Usinger (1961), sistem
pencernaan ikan terdiri dari: rahang ikan mempunyai banyak gigi kecil berbentuk
kerucut untuk mengunyah makanan dan lidah kecil dalam di dasar rongga mulut
membantu gerakan respirasi. Faring terdapat insang di sisi dan samping lalu ke
esophagus pendek mengikuti hingga timbul lambung atau gastrum. Pyloric value
terpisah belakang dari intestine. Tiga tubular pyloric caeca, fungsi mengabsorpsi,
mengambil ke intestine. Pankreasnya tidak jelas.
Menurut Villee, et al., (1988), pada sejumlah laut dan hewan air tawar,
telur dan sperma dilepaskan ke dalam air di sekitarnya dan fertilisasi terjadi diluar
tubuh dan fertilisasi ini disebut fertilisasi eksternal. Ikan jantan terdapat testis
yang panjang. Mereka terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai vas defferens
yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan betina terdapat sepasang ovaria
yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang caudal melanjutkan diri ke
dalam oviduk, yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Hal ini sesuai dengan
hasil pengamatan.
Ikan Nilem mendapat masukan air terus-menerus dari lingkungannya yang
heipertonis. Sisik Ikan Nilem tidak tertembus oleh air. Ikan Nilem harus
mengeluarkan air yang berlebihan agar terhindar dari pengenceran fluida.
Pengeluaran ini dilakukan dengan cara menggunakan energi untuk memasukkan
kembali ke lingkungannya (Kimball, 1991).
Setelah mengamati anatomi Ikan Nilem, dapat terlihat bagian dalam Ikan
Nilem, yaitu gelembung renang. Gelembung renang berfungsi untuk hidrostatis,
dan dapat juga dijadikan pembuat suara, menerima suara dan tekanan.
B. Ikan Lele (Clarias batrachus)
Klasifikasi Clarias batrachus menurut Suyanto (1991) adalah sebagai
berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus
Hasil pengamatan anatomi Ikan Lele didapatkan hasil bahwa tubuh Ikan
Lele dibagi menjadi tiga bagian kepala, badan dan ekor. Kepala atau caput yaitu
mulai dari moncong sampai dengan batas tutup insang. Badan atau truncus mulai
dari belakang tutup insang sampai dengan anus. Ekor atau cauda mulai dari
belakang anus sampai dengan ujung sirip ekor. Seluruh badannya licin, pada kiri
kanan badan terdapat linea lateris atau gurat sisi, yang memanjang dari belakang
tutup insang sampai ekor berwarna keputihan transparan (Anonimous, 2000).
Pernafasan dilakukan dengan menggunakan insang yang memiliki
bagian–bagian seperti lengkung insang, tapis insang, filamen–filamen insang dan
septum branchialis. Pada Ikan Lele terdapat organ pernafasan pada saat Ikan Lele
terdapat pada permukaan kering yaitu arborescent. Organ pada Ikan Lele yang
berperan dalam sistem peredaran darah adalah jantung (cor) yang terdiri atas sinus
venosus, atrium, dan ventrikel sedangkan organ yang menyusun sistem urinaria
adalah ginjal. Sistem genitalia pada ikan terdiri atas sel kelamin jantan dan sel
kelamin betina yang terletak terpisah pada individu yang berbeda. Pada Ikan Lele,
gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada
salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih
kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih
kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian
sisinya mulus tidak bergerigi. Pembuahannya terjadi di luar tubuh (Sutanmuda,
2007).
Ikan Lele (Clarias batrachus) mempunyai hati dan pankreas yang
berdekatan. Jantung atau cor terdiri atas sinus venosus, atrium, ventriculus dan
bulbus arteriosus. Menurut Villee, et al., (1988), sebagian besar ikan, semua
darah masuk ke dalam jantung melalui vena mempunyai kadar oksigen yang
rendah dan karbondioksida yang tinggi, yaitu yang disebut darah vena. Jantung
terdiri atas sebuah sinus venosus, sebuah atrium, sebuah ventrikel dan sebuah
bulbus arteriosus yang tersusun dalam urutan linear. Waktu darah melalui insang
karbondioksida dilepaskan dan oksigen diambil, sehingga darah yang memasuki
pembuluh arteri kaya akan oksigen. Arteri dorsal membagi darah ini melalui
cabang-cabangnya ke seluruh bagian tubuh.
Ikan Lele memiliki keunggulan dan peranan penting dibandingkan
dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin
(C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga
berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Sedangkan Lisin
merupakan salah satu dari 9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringnan. Lisin termasuk asam amino yang sangat
penting dan dibutuhkan sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Asam
amino ini sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang pada
anak, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam
tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lisin juga
dibutuhkan untuk menghasilkan antibody, hormone, enzim, dan pembentukan
kolagen, disamping perbaikan jaringan (Ayatullah, 2008).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tubuh Ikan Nilem dan Ikan Lele terdiri dari kepala (caput), badan (truncus)
dan ekor (cauda). Seluruh badan Ikan Nilem bersisik dan terdapat gurat sisi,
sedangkan Ikan Lele licin dan berlendir serta memiliki gurat sisi.
2. Sirip pada Ikan Nilem dan Ikan Lele antara lain Caudal fin, Dorsal fin, Anal
fin, Abdomen fin, dan Pectoral fin.
3. Sistem respirasi pada Ikan Nilem terdiri dari insang yang telah sempurna
dengan empat ruang antara lain atrium kiri, atrium kanan, ventrikel kiri dan
ventrikel kanan.
4. Sistem respirasi tambahan pada Ikan Lele disebut arborescent yang
digunakan ketika terdapat di permukaan kering.
5. Sistem pencernaan pada Ikan Nilem dan Ikan Lele terdiri dari lidah, hati,
gastrum, intestine, pancreas, kantung empedu.
6. Sistem genitalia jantan terdiri atas testis, vas defferens yang bermuara ke
dalam sinus urogenitalis.
7. Ikan nilem memiliki jantung yang terdiri dari arteri branchialis, sinus
venosus, bulbul arteriosus, ventrikel, atrium, ductus cuvieri dan vena
hepatica.
8. Sistem ekskresi Ikan Nilem dan Ikan Lele terdiri dari ren, ureter, vesica
urinaria, dan sinus urogenitalis.
DAFTAR REFERENSI
Ayatullah. 2008. Manfaat Ikan Lele. http://septa-ayatullah.blogspot.com. Diakses 4 Mei 2011.
Bevelander, G. dan J.A. Ramaley. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga, Jakarta.
Brotowidjoyo, M.D. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuwanah, E.A. 1996. Budidaya Ikan Secara Polikultur. Trubus Agriwidia, Ungaran.
Kimball.1991. Biologi jilid V. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifkasi Ikan. Bina Cipta, Jakarta.
Schmidt-Nielsen, K. 1990. Animal Physiologi-Adaptation and Environment Fourth Edition. Cambridge University, Cambridge.
Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.
Villee, et al., 1988. Zoologi Umum 1. Erlangga, Jakarta.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katak merupakan salah satu anggota dari classis Amphibia. Untuk
menggambarkan pola umum organisme ini sangatlah sulit karena adanya variasi
yang sangat luas dalam hal bentuknya. Amphibia berasal dari kata Amphi artinya
rangkap sedangkan bios artinya kehidupan, Amphibia ialah hewan yang hidup
dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula berada dalam air tawar, kemudian
dilanjutkan di darat.
Beberapa pertimbangan memungkinkan pemilihan katak atau Rana sp.
Untuk mewakili classis Amphibia, selain genus ini mudah diperoleh dan
ukurannya cukup besar, katak juga menunjukkan banyak persamaan dalam bentuk
dan fungsi dengan vertebrata tingkat tinggi termasuk manusia, selain itu susunan
tubuhnya mudah dipelajari, demikian juga dengan kondisi fisiknya yang mudah
diamati, begitu juga dengan hidupnya yang sangat sederhana.
Cara hidup katak sangat berbeda dengan ikan. Hewan ini tidak hidup di
dalam perairan dalam, tetapi menggunakan sebagian besar waktunya di darat.
Fungsi kulit pada katak yaitu untuk melindungi tubuh dari lingkungan luar dan
sebagai alat pernafasan. Untuk terjadinya pernapasan melalui kulit, kulit katak
harus selalu basah, ketika katak berada di darat, maka untuk mempertahankan
kulitnya selalu basah, maka dia dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan lendir. Bentuk kelenjar kulit katak seperti piala, terdapat tepat di
bawah epidermis dan salurannya melalui epidermis yang bermuara di permukaan
kulit.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari Anatomi Katak
Sawah (Rana cancrivora).
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Katak sawah (Rana cancrivora) termasuk ordo Salientia (Anura) seperti
katak bangkong (Bufo boreas). Amphibi dalam ordo ini pandai melompat. Katak
dewasa tidak mempunyai ekor. Katak dewasa bernafas dengan paru-paru. Kaki
dan skeleton sabuk katak tumbuh dengan baik. Kepala dan tubuhnya bersatu,
tidak mempunyai leher dan juga tidak mempunyai ekor. Kaki depan pendek, kaki
belakang besar yang berfungsi untuk melompat. Diantara jari-jari kaki ada
selaput (kulit) untuk berenang yang disebut web. Vertebrae ada 10, tidak ada
rusuk. Fertilisasinya eksternal. Larva (berudu) dengan ekor dan sirip-sirip
median. Metamorfosis nyata dan mencolok (Brotowidjoyo, 1993).
Hampir semua amphibia berkembang biak dalam air. Sebagian besar
bersifat ovipar, fertilisasi terjadi diluar dan telur berkembang menjadi larva yang
dapat berdiri sendiri. Fertilisasi katak termasuk fertilisasi eksternal (Villee, et al.,
1988).
Katak sawah (Rana cancrivora) termasuk class amphibi. Katak
mempunyai habitat di dua alam. Nama amphibi ini berasal dari Amphi: dua, Bios
: hidup. Katak hidup di air dan darat, tapi mereka lebih banyak berada di darat
(Storer dan Usinger, 1961).
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting
bedah, dan jarum penusuk.
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Katak sawah (Rana cancrivora), air kran,
kloroform dan formalin.
C. Cara Kerja
Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Katak dibius dengan menggunakan kloroform atau dimatikan dengan jarum
penusuk.
2. Katak digunting mulai dari lubang dubur ke arah anterior sepanjang
mediaventral tubuh mengikuti lekuk tubuh dan bagian yang akan diamati.
3. Anatomi katak yang telah dibedah diamati.
B. Pembahasan
Klasifikasi Katak Sawah (Rana cancrivora) menurut Brotowidjoyo
(1993) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora
Hasil pengamatan anatomi katak (Rana cancrivora) di dapatkan hasil
bahwa tubuh katak dibagi menjadi dua bagian yaitu caput (kepala) dan truncus
(badan). Caput yaitu mulut, mata, lubang hidung dan lubang telinga. Truncus
yaitu berbentuk cembung pada bagian dorsal dan merata pada bagian ventral,
dimana terdapat kaki depan 4 buah digiti dan kaki belakang 5 buah digiti. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Bevelander dan Ramaley (1988), bahwa caput berujung
tumpul, tanpa moncong yang menonjol dan rima oris ialah terminal. Daerah
dataran dorsal moncongnya terdapat sepasang nares atau lubang hidung kecil.
Sepasang mata terdapat hampir pada apex caput, ia berukuran besar dan menonjol.
Truncus, pendek dan kompak, memipih pada setengah bagian distal yaitu pada
daerah yang ditempati vertebrae sacrales. Lubang kloaka terletak terminal.
Serupa dengan Vertebrata terestrial lainnya, katak dilengkapi dengan dua pasang
extremitas. Sepasang extremitas anterior ialah pendek, tetapi bagian-bagiannya
dapat dikenal karena adanya persendian.
Sistem pencernaan pada katak terdiri atas rongga mulut (covum oris),
faring, oesophagus, gastrum, duodenum, intestine, colon, dan kloaka. Sedangkan
sistem respirasinya terdiri dari paru-paru, faring dan glottis. Menurut
Brotowidjoyo (1993), dalam sistem pencernaan tidak ada gigi. Lidah lebar, tetapi
tidak dapat ditonjolkan ke luar. Sistem pencernaan terdiri dari faring yang dapat
dibesarkan, oesophagus berdinding tebal, lambung, usus halus, usus besar dan
kloaka. Sedangkan sistem respirasinya dari faring melalui celah suara (glottis)
terus menuju trakea (bercincin kartilago), dilanjutkan ke bronki yang kemudian
bercabang-cabang dalam paru-paru. Paru-paru itu terbagi dalam kompartemen–
kompartemen (lobus-lobus). Laring dari kartilago terdapat diujung anterior
trakea. Respirasi katak menurut Radiopoetro (1977), mekanisme pernapasan
meliputi dua fase ialah: inspirasi atau menghisap udara ke dalam pulmo dan
expirasi atau mengeluarkan udara dari pulmo, keduanya dilaksanakan dalam
kedaan mulut tertutup. Pernapasan melalui kulit pada katak dapat berlangsung
baik di darat maupun di dalam air. Di samping itu penting pula artinya pembuluh
darah pada dinding covum oris. Selaput lendir di sini berfungsi pula untuk
pernapasan. Pada stadium larva pernapasan berlangsung melalui insang, yang
terbentuk dari perluasan epithelium pharynx.
Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui sistem genital katak
menggunakan katak betina dan katak jantan. Organ dalam sistem genital katak
betina adalah ovarium, oviduk dan corpus adiposum (badan lemak). Menurut
Villee, et al., (1988), saluran reproduksi betina, telur disalurkan dari rongga tubuh
oleh sepasang oviduk, tetapi oviduk tersebut mengalami perubahan sesuai dengan
cara reproduksinya. Hampir semua ampibia berkembang biak di dalam air.
Sebagian besar bersifat ovipar, fertilisasi terjadi diluar dan telur berkembang
menjadi larva yang dapat berdiri sendiri. Tiap oviduk pada katak merupakan
suatu saluran sederhana berkelompok yang menjulur dari bagian anterior rongga
tubuh ke kloaka. Oviduk mempunyai sel kelenjar yang mensekresi lapisan jeli di
sekitar telur, dan bagian bawah melebar untuk penampungan telur sementara,
tetapi selain oviduk tidak mengalami spesialisasi.
Organ dalam sistem genital katak jantan adalah testis dan corpus adiposum
(badan lemak). Katak jantan memiliki testis berjumlah sepasang, berwarna putih
kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus
adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksinya
yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari
testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada
beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan
sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin
saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis,
berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tubuh katak terdiri atas dua bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus)
dimana terdapat kaki depan dan kaki belakang pada bagian truncus.
2. Sistem Pencernaan pada Katak Sawah secara umum terdiri dari
Hepar,empedu, gastrum, pankreas, intestine, duodenum, rektum,dan kloaka.
3. Sistem Genitalia Katak Sawah betina adalah Ovarium, Corpus adiposa, dan
Oviduct.
4. Sistem Genitalia Katak Sawah Jantan adalah Testis dan Corpus adiposa.
5. Fertilisasi pada katak termasuk fertilasi secara eksternal
6. Katak dewasa mempunyai alat respirasi berupa insang dan kulit tipis yang
berlendir.
DAFTAR REFERENSI
Bevelander, G. dan J.A. Ramaley. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga, Jakarta.
Brotowidjoyo, M.D. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta
Storer and Usinger. 1961. Element of Zoology. McGraw-Hill Book Company, INC, London.
Villee, et al., 1988. Zoologi Umum 1. Erlangga, Jakarta.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reptilia adalah vertebrata dengan kulit kering, tertutup oleh sisik-sisik atau
papan-papan epidermal. Tengkorak biasanya sedikit tertekan lateral, dengan
sebuah kondil oksipital. Sabuk-sabuk badan (girdle) tumbuh baik. Kadal
(Mabouya multifasciata) adalah salah satu jenis reptil yang hidup di darat. Kadal
ini merupakan jenis kelompok kadal yang paling banyak di Afrika, kepulauan
Indonesia, dan Australia. Jumlah spesies kadal ini melampaui jumlah familia
reptil yang lainnya. Separuh atau lebih spesies terdapat di Asia Tenggara dan
hanya kira-kira 50 spesies saja yang berada di belahan bumi barat.
Kadal yang memiliki Ordo Squamata memiliki tubuh yang berkulit kering
dengan sisik-sisik zat tanduk yang keras tanpa adanya kelenjar-kelenjar lendir. .
Sisik pada daerah perut warnanya putih kekuning-kuningan, sisik pada daerah
punggung berwarna antara kuning sampai coklat tua, warna ini tergantung pada
umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan dan keadaan fisiologis tubuhnya. Tubuh
kadal terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus) dan ekor
(cauda). Pada hewan ini terdapat sisitem pencernaan, pernafasan, reproduksi,
ekskresi, peredaran darah, dan persyarafan. Kadal mempunyai bentuk tubuh
memanjang dan berekor. Tubuh terdiri atas caput dengan bentuk agak pyramidal,
cervix yang panjang, truncus yang panjang dan juga konvek serta cauda (ekor)
yang panjangnya hampir 2 kali panjang tubuh dan kepala.
Kadal bernafas dengan paru-paru yang strukturnya lebih kompleks dari
amphibia. Ginjal kadal (Mabouya multifasciata) bertipe metanefros.
Fertilisasinya internal bersifat ovovipar dengan menghasilkan telur dengan banyak
kuning telur, dan telur itu tumbuh dan berkembang dalam oviduk (saluran telur)
hewan betina. Saluran telur itu disebut uterus.
Praktikum kali ini menggunakan kadal karena mudah ditemukan di
lingkungan sekitar kita, termasuk Reptil yang jinak, dan organ-organ dalamnya
mudah diamati. Mabouya multifasciata merupakan hewan reptil yang tidak
berbisa sehingga tidak berbahaya bagi praktikan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari Anatomi Kadal
betina (Mabouya multifasciata).
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Kadal merupakan hewan berkaki empat, kebanyakan hidup di atas tanah
berumput, diantara bebatuan, pepohonan, ada juga yang hidup di gurun pasir.
Umumnya kulit mengkilap dan berwarna kehijauan sampai coklat. Kulit hewan
ini bersisik sehingga mudah adaptasi di udara kering (Anonim, 1982).
Kadal (Mabouya multifasciata) termasuk ordo Squamata dan subordo
Lacertilia. Kadal biasanya mempunyai dua pasang anggota badan yang bersifat
pentadactil. Membran tympani tidak cembung dan celah nares eksterna jelas
dapat dilihat. Palpebra superior dan inferior dapat digerakkan begitu juga dengan
membran nictitans. Kedua rahang bawahnya bersatu, sehingga hewan kurang
dapat membuka mulutnya. Kadal memiliki kulit kering dan beraquama. Jarinya
mengandung kuku (Radiopoetro, 1977).
Kadal termasuk hewan yang hidup di darat. Fertilisasinya disebut
fertilisasi internal berifat ovovivipar menghasilkan telur dengan banyak kuning
telur, dan telur itu tumbuh dan berkembang dalam oviduk hewan betina. Embrio
dikelilingi oleh amnion, horion dan alantois (Brotowidjoyo, 1993).
Tubuh kadal memanjang, tertekan lateral, berkaki empat, kuat dan dapat
digunakan untuk memanjat. Mandibula bersatu di bagian anterior dan tulang
pterigoid, berkontak dengan tulang kuadrat. Kelopak mata dapat digerakkan.
Sabuk pectoral dapat berkembang baik dan mulut lengkap. Ekornya digunakan
untuk keseimbangan gerak ketika berlari (Ville et al., 1998).
Paru-paru kadal sudah berkembang dengan baik dan ukurannya cukup
besar. Sistem pencernaan terdiri dari tenggorokkan yang panjang dan lambung
yang masih sederhana. Jantung kadal memanjang dan berwarna merah tua yang
di depannya terlihat batang trachea. Jantung terdiri dari tiga lobi yakni dua atrium
dan satu ventrikel (Djuhanda, 1994).
Kelebihan utama reptilia adalah perkembangan telurnya. Telur tersebut
bercangkang dan berisi kuning telur dan dapat diletakkan di atas tanah tanpa
kemungkinan kering (Kimball, 1991).
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting
bedah, dan jarum penusuk.
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Kadal betina (Mabouya multifasciata ♀),
air kran, kloroform dan formalin).
C. Cara Kerja
Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Kadal dibius dengan menggunakan kloroform atau dimatikan
dengan jarum penusuk.
1. Kadal digunting mulai dari lubang dubur ke arah anterior sepanjang
mediaventral tubuh mengikuti lekuk tubuh dan bagian yang akan diamati.
2. Anatomi kadal yang telah dibedah diamati.
A. Pembahasan
Klasifikasi Mabouya multifasciata menurut Brotowidjoyo (1993) adalah
sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Lacertilia
Familia : Scincidae
Genus : Mabouya
Spesies : Mabouya multifasciata
Hasil pengamatan anatomi kadal (Mabouya multifasciata) didapatkan
hasil bahwa tubuh kadal dibagi menjadi tiga bagian yaitu caput (kepala), truncus
(badan) dan cauda (cauda). Daerah kepala terdiri dari mata, lubang hidung, dan
telinga. Badan bentuknya bulat memanjang. Sisik pada daerah perut warnanya
putih kekuning-kuningan, sisik pada daerah punggung berwarna antara kuning
cokelat sampai cokelat tua. Di bagian perut sebelah belakang antara kaki
belakang dan pangkal ekor terdapat lubang kloaka. Ekor (cauda) cukup kukuh,
bersisik, bentuknya bulat pajang meruncing ke ujungnya dan mudah putus.
Menurut Brotowidjoyo (1993), tubuh memanjang tertekan lateral. Kaki empat,
kuat dapat digunakan untuk memanjat. Mandibula bersatu di bagian anterior.
Kelopak mata dapat digerakkan. Sabuk pectoral berkembang baik. Mulut
lengkap, mempunyai kandung kemih. Ekornya digunakan untuk keseimbangan
gerak kertika berlari. Kulit tertutup sisik yang tersusun seperti susunan genting,
sisik-sisik ini lunak. (Schmidt-Nelsen,1990)
Mabouya multifasciata mempunyai kulit yang bersisik dan kering yang
kurang menembus air, sehingga cairan yang hilang dari badan melalui kulit
sedikit. Cairan dari dalam tubuh kadal sulit untuk keluar, sehingga sulit terjadi
penguapan. Tulang rusuk pada kadal dapat bergantian merenggang kemudian
merapat karena terdapat perangkat otot-otot tulang rusuk yang yang berlawanan
(Kimball, 1991).
Sementara sistem pencernaannya terdiri atas hepar, gastrum, lien,
pancreas, duodenum, ductus choleodecus, rektum dan kloaka. Menurut
Brotowidjoyo (1993), sistem pencernaan pada kadal terdiri dari lidah yang dapat
dijulurkan ke luar dengan mudah. Gigi-gigi yang melekat pada rahang, dari mulut
dilanjutkan ke faring, oesophagus dan lambung. Dari lambung kemudian ke
testinum, rektum dan kloaka. Hati dan pankreasnya berpembuluh ke intestinum.
Kloaka berfungsi mengeluarkan sisa-sisa dari Sistem Pencernaan (Feces),
Ekskresi (Urine) dan Reproduksi (sel gamet). Sedangkan untuk sistem
respirasinya adalah udara masuk melalui lubang hidung ke hidung dalam
kemudian ke glottis, trachea, bronki (ada 2), di lanjutkan ke paru-paru (dengan
kapiler-kepilernya) (Villee, et al., 1988).
Respirasi dimulai dengan masuknya udara ke nares externa kemudian
masuk ke nares interna. Kemudian melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke
larink. Larink tersusun atas tiga buah tulang rawan dan berisi beberapa pasang pita
suara. Selanjutnya menuju trakea yang bercabang menjadi dua bronchi yang
kemudian masing-masing menuju ke paru-paru (Jasin, 1989). Sistem respiratoria
kadal terdiri atas rima glottis, laring, trachea yang merupakan lanjutan dari laring
yang disusun atas cincin tulang rawan (annulus) trakhealis. Trakhea di daerah
thorax bercabang dua menjadi bronchus. Bronchiolis adalah cabang-cabang dari
bronchus yang masuk ke dalam pulmo. Percabangan trachea tersebut diatas
disebut bifurcation tracheae. Pulmo berjumlah sepasang sinisters dexter dan
berbentuk fusiformis (Radiopoetra, 1991).
Kadal merupakan binatang yang beradaptasi dengan lingkungannya
mempunyai alat-alat yang sesuai untuk hidup didarat dengan kulit tebal bersisik
dan berlendir, dua pasang kaki dengan jari dan cakar yang kokoh untuk bergerak
cepat. Lapisan kulit terluar menanduk dan secara periodik akan mengelupas
sedikit demi sedikit. Tubuh kadal dapat dibedakan antara lain: kepala (caput),
badan (truncus) dan ekor (cauda) (Tjitroseupomo, 1984).
Sistem urogenital kadal terdiri dari sepasang ginjal. Cairan dari ginjal
keluar melalui ureter kemudian bermuara pada kloaka. Pangkal ureter terdapat
vesica urinaria, organ urogenital betina terdiri dari sepasang indung telur
(ovarium)yang berwarna kuning,seperti halnya testis pada hewan jantan,ovarium
kanan pada hewan betina letaknya lebih tinggi dari yang kiri. Ovarium berjumlah
sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya
tepat di bagian ventral kolumna vertebralis. (Iqbal, 2007). Sistem urogenital
terdiri dari ginjal sepasang berbentuk tidak teratur, berwarna merah tua, terdiri
dari dua lobi anterior dan posterior (Parker and Haswell, 1978). Kadal mempunyai
kantong kemih atau kantong urine yang berfungsi membawa air untuk
melembabkan tanah yang akan digunakan sebagiai sarang. Ureter bermuara
dalam kloaka dan akan diserap kembali ke dalam kantong urine (Djuhanda, 1982).
Sistem urogenital kadal terdiri dari sepasang ginjal, dari ginjal keluar
ureter yang bermuara di kloaka. Pada pangkal ureter terdapat vesica urinaria.
Organ urogenital jantan terdiri atas sepasang testis, epidermis, vas deferens, dan
sepasang hemipenis. Hemipenis merupakan alat kopulasi yaitu untuk
memasukkan sperma dalam tubuh kadal betina, sehingga kadal jantan
mengadakan fertilisasi internal (Jasin,1989).
Praktikum yang dilakukan untuk mengamati sistem genital kadal
menggunakan kadal betina yang organnya adalah osteum tuba, ovarium, oviduk,
ren, ureter, uterus, vesica urinaria dan kloaka. Menurut Radiopoetro (1977), pada
semua reptilia fertilisasi secara internal dan terjadi dibagian atas oviduk.
Fertilisasi kadal bersifat ovovivipar yaitu telur tetap dipertahankan di dalam
oviduk hingga hewan muda keluar. Ovarium memanjang dan tidak simetris.
Vesica urinaria ini berisi air yang digunakan untuk membasahi pasir apabila akan
membuat sarang untuk meletakkan telurnya.
Kadal mempunyai panjang tubuh kurang dari 30 cm. Kulitnya lembab
karena mengandung banyak kelenjar mukus dan hanya sedikit sisik yang
menyokongnya ( liss = licin ). Lapisan luar yang menanduk dari kulit mengelupas
secara berkala. Pada bagian tangan hanya terdapat 4 jari ( Romer, 1966)
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kadal termasuk ke dalam phylum chordata, subphylum vertebrata, class
reptilia, ordo squamata, subordo latertilia, familia scincidae, genus mabouya,
dengan nama spesies Mabouya multifasciata.
2. Tubuh kadal terdiri atas tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus) dan
ekor (cauda). Kadal mempunyai sistem pernapasan, reproduksi, ekskresi,
peredaran darah, dan persyarafan.
3. Fertilisasi kadal termasuk fertilisasi internal bersifat ovovivipar.
4. Jantung Kadal terdiri dari tiga ruangan yaitu dua Atrium dan satu Ventrikel.
5. Sistem Urogenital Kadal Betina yang Organnya adalah Osteum Tuba,
Ovarium, Oviduk, Ren, Ureter, Uterus, Vesica urinaria dan Kloaka
6. Sistem Pencernaan pada Kadal terdiri dari Hepar, Empedu, Gastrum,
Pankreas, Intestine, Rektum,dan Kloaka.
7. Sistem respirasi pada Kadal dimulai ke nares externa, nares interna, glottis,
larink, trakea, paru-paru.
DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo, M.D. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuhanda, 1994. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Armico,Bandung.
Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 1. Armico, Bandung.
Iqbal, Muhammad. 2007. Sistem Reproduksi. http://www.mohammad iqbal’s.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4 Mei 2011.
Jassin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invetebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.
Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Parker, T. J. & Haswell, W. A. 1978. Text Book of Zoology II Vertebrates. TheMac Millan Press, New York.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta
Schmidt-Nelsen, K. 1990. Animal Physiologi-Adaptation and Environment Fourth Edition. Cambridge University, Cambridge.
Villee, et al., 1988. Zoologi Umum 1. Erlangga, Jakarta.