semnas sipendikum fh unikama · criminal court tahun 1998, konvensi wina tentang hubungan...

15
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017 312 KEWENANGAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURTTERHADAP KEPALA NEGARA (STUDI KASUS PRESIDEN SUDAN-OMAR AL-BASHIR) Ikaningtyas 1 Email:[email protected] Abstrak ICC sebagai lembaga peradilan internasional memiliki yursidiksi untuk mengadili individu yang melakukan kejahatan internasional. Kasus Omar Al-Bashir padassatitu Presiden Sudan merupakan orang yang harus bertanggungjawab atas perang Darfur Sudan dengan segalaakibatnya. ICC telah melakukan upaya dengan mengirimkan surat pemanggilan kepada Presiden Omar Al-bashir untuk diadilil, tetapi sebelum diadili di ICC, akan diberikan kesempatan kepada negara Sudan sendiri untuk mengadili presidennya karena terkait pada kedaulatan. Pada kenyatannya yang terjadi di Sudan adalah penolakan terhadap yuridiksi ICC untuk mengadili Omar Al-bashir. Berkenaan dengan ini ICC sebagai Mahkamah Pidana Internasional terbentur beberapa kendala salah satunya yaitu terhadap status Al-bashir sebagai kepala Negara yang memiliki hak imunitas Kata kunci:Kewenangan, ICC, Kepala Negara Pendahuluan Statuta Roma merupakan dasar hukum dari pembentukan ICC yang dibentuk pada tanggal 17 Juli 1998 di Roma, Italia melalui suatu konferensi PBB. Sebanyak 120 negara menyatakan pendiriannya untuk mengadopsi Statuta Roma, hanyak 7 negara yang menolak untuk mengadopsi Statuta Roma yaitu, Cina, Israel, Iraq, Yaman, Qatar, Libya, dan Amerika Serikat, serta sebanyak 21 negara menyatakan abstain dalam pemungutan suara. Pada tanggal 31 Desember tahun 2000 sebanyak 139 negara berikutnya menandatangani Statuta Roma yang selanjutnya pada tanggal 11 April 2002 sebanyak 66 negara meratifikasi Statuta Roma dan pada tanggal 1 Juli 2002 ICC sebagai lembaga peradilan pidana mulai melakukan tugasnya 2 . Kejahatan-kejahatan yang berada di dalam yuridiksi dari Mahkamah Pidana Internasional ini meliputi kejahatan-kejahatan sebagai berikut : (a) Tindak pidana Genocide (pembunuhan 1 PenulisadalahDosenFakultasHukumUniversitasBrawijaya Malang 2 http://aula.blog.friendster.com/2007/02/international-criminal-court-icc-sebagai-pranata-baru-peradilan- internasional/ diakses pada tanggal 25 Februari 2017

Upload: ngotu

Post on 22-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

312

KEWENANGAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURTTERHADAP

KEPALA NEGARA (STUDI KASUS PRESIDEN SUDAN-OMAR AL-BASHIR)

Ikaningtyas1

Emailninktyasyahoocom

Abstrak

ICC sebagai lembaga peradilan internasional memiliki yursidiksi untuk

mengadili individu yang melakukan kejahatan internasional Kasus Omar

Al-Bashir padassatitu Presiden Sudan merupakan orang yang harus

bertanggungjawab atas perang Darfur Sudan dengan segalaakibatnya ICC

telah melakukan upaya dengan mengirimkan surat pemanggilan kepada

Presiden Omar Al-bashir untuk diadilil tetapi sebelum diadili di ICC akan

diberikan kesempatan kepada negara Sudan sendiri untuk mengadili

presidennya karena terkait pada kedaulatan Pada kenyatannya yang

terjadi di Sudan adalah penolakan terhadap yuridiksi ICC untuk mengadili

Omar Al-bashir Berkenaan dengan ini ICC sebagai Mahkamah Pidana

Internasional terbentur beberapa kendala salah satunya yaitu terhadap

status Al-bashir sebagai kepala Negara yang memiliki hak imunitas

Kata kunciKewenangan ICC Kepala Negara

Pendahuluan

Statuta Roma merupakan dasar hukum dari pembentukan ICC yang dibentuk

pada tanggal 17 Juli 1998 di Roma Italia melalui suatu konferensi PBB Sebanyak 120

negara menyatakan pendiriannya untuk mengadopsi Statuta Roma hanyak 7 negara

yang menolak untuk mengadopsi Statuta Roma yaitu Cina Israel Iraq Yaman Qatar

Libya dan Amerika Serikat serta sebanyak 21 negara menyatakan abstain dalam

pemungutan suara Pada tanggal 31 Desember tahun 2000 sebanyak 139 negara

berikutnya menandatangani Statuta Roma yang selanjutnya pada tanggal 11 April 2002

sebanyak 66 negara meratifikasi Statuta Roma dan pada tanggal 1 Juli 2002 ICC

sebagai lembaga peradilan pidana mulai melakukan tugasnya2 Kejahatan-kejahatan

yang berada di dalam yuridiksi dari Mahkamah Pidana Internasional ini meliputi

kejahatan-kejahatan sebagai berikut (a) Tindak pidana Genocide (pembunuhan

1PenulisadalahDosenFakultasHukumUniversitasBrawijaya Malang

2httpaulablogfriendstercom200702international-criminal-court-icc-sebagai-pranata-baru-peradilan-

internasional diakses pada tanggal 25 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

313

massal) (b) Kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against Humanity) (c) Kejahatan

Perang (War Crime) (d) Kejahatan Agresi (Aggression)

Pada tahun 2003 yang berpusat di Darfur yang merupakan bagian dari wilayah

Sudan Terjadi konflik berdarah antara Sudan Liberation Movement (SLM) dan Justice

Equality Movement (JEM) menuduh pihak pemerintah telah melakukan penindasan

terhadap bangsa Afrika kulit hitam dan mendukung bangsa Arab Di pihak lain terdiri

dari polisi dan pihak militer Sudan dengan dibantu oleh pasukan Janjaweed sebuah

milisi Sudan yang direkrut dari kaum Arab3Pihak SLM dan JEM melakukan tuduhan

kepada pihak pemerintah dikarenakan oleh ketidakadilan perlakuan terhadap bangsa

Afrika kulit hitam yang berdiam di Sudan Selatan yang menyebabkan tuntutan untuk

perluasan daerah otonom dan pemerataan pembagian hasil minyak bumi yang terdapat

di wilayah Sudan Selatan karena tuntutan ini maka pihak pemerintah mengira bahwa

terjadi pemberontakan yang dilakukan bangsa Afrika kulit hitam dan melakukan

penindasan terhadap bangsa ras tersebut Di bawah pimpinan dari presiden Sudan yaitu

Omar Al-bashir pihak polisi militer dan juga pasukan Janjaweed melakukan

pembunuhan penyiksaan penculikan dan juga pemerkosaan terhadap masyarakat kaum

Afrika kulit hitam sehingga mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 jiwa

meninggal dan sebanyak 22 juta orang mengungsi dan memporak porandakan Sudan

Selatan hal ini yang membuat pihak SLM dan JEM merasa tertindas dan melakukan

perlawanan kepada pihak pemerintah Setelah terjadi perang selama beberapa tahun

maka pada tahun 2005 terjadi kesepakatan perdamaian antara kedua belah pihak yang

ditandatangani pada tahun 2006 antara pemerintah Sudan dengan salah satu kelompok

bersenjata yaitu SLM4Jika dilihat dari jumlah korban jiwa yang meninggal dan

banyaknya rakyat yang harus mengungsi serta akibat-akibat lain hasil dari peperangan

ini maka dapat dikatakan bahwa presiden Omar Al-bashir telah melakukan perbuatan

genosida yang diatur di dalam pasal 6 Statuta Roma

3httpnewsbbccouk2hiafrica3496731stmdikutip dari halaman BBC NEWS pada hari Selasa 23

Februari 2010 diakses pada tanggal 25 Februari 2017 4httptranslategoogleusercontentcomtranslate_chl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwamnestyusaorg

darfurdarfur-

historypagedo3Fid3D1351103amprurl=translategooglecoidamptwu=1ampusg=ALkJrhitA4564RUDks9

BaBHM7wysLlSQHw dikutip dari halaman Amnesti Internasional USA (Action For Human Rights

Hope For Humanity) diakses pada tanggal 25 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

314

Dalam konteks kasus Sudan ICC memiliki tugas untuk memiliki wewenang

untuk membantu menyelesaikan permasalah di negara tersebut maka dari itu ICC

mengirimkan surat pemanggilan kepada Presiden Omar Al-bashir untuk diadili di

hadapan pengadilan internasional tetapi sebelum diadili di hadapan pengadilan

internasional ICC akan memberikan kesempatan kepada negara Sudan sendiri untuk

mengadili presidennya karena terkait pada kedaulatan yang dimiliki Sudan atas

wilayahnya tetapi Sudan sendiri menolak untuk mengadili karena mereka tidak ingin

dan tidak mampu untuk mengadili presidennya dan cenderung mendukung Omar Al-

bashir maka ICC secara tegas memanggil Omar Al-bashir melalui surat panggilan

tetapi surat panggilan ICC yang sudah dikirim sebanyak 3 (tiga) kali tidak dihiraukan

oleh Omar Al-bashir dan masyarakat yang pro serta negara-negara yang pro kepada

presiden ini balik mengecamICC atas surat panggilan tersebut

Pada kenyatannya yang terjadi di Sudan adalah penolakan terhadap yuridiksi

ICC untuk mengadili Omar Al-bashir karena perlindungan dari warga negaranya sendiri

dan dari hukum nasionalnya dan hal ini telah bertentangan dengan hukum internasional

karena presiden Omar Al-bashir telah melakukan kejahatan genoside dalam

menyelesaikan sengketa Darfur ini ICC sebagai Mahkamah Pidana Internasional

terbentur beberapa kendala salah satunya yaitu terhadap status Al-bashir sebagai kepala

Negara yang memiliki hak imunitas hak imunitas inilah yang menyebabkan ICC

menjadi serba salah disatu pihak presiden Omar Al-bashir memiliki hak imunitas serta

dilindungi oleh warga negaranya dan disisi lain ICC sebagai Mahkamah Pidana

Internasional memiliki kewajiban untuk mengadili presiden Omar Al-bashir atas

perbuatan genosida yang telah dilakukannya

Metode Penelitian

Rancanganinimenggunakanpenelitianyuridisnormatif yang

menggunakanpendekatanRelevansi Studi Kasus (Case Study)pendekatanperundang-

undangan (statuta approach)danpendekatankonseptual (conceptual approach) yaitu

mengetahui dan mengkaji produk hukum yang berupa perundang-undangan konvensi

internasional dan deklarasi internasional serta buku-buku yang terkait tentang

kewenangan Mahkamah Pidana Internasional

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

315

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian berupa bahan-bahan

hukum yang meliputi Bahan Hukum Primer yaitu Statuta Roma tentang International

Criminal Court tahun 1998 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961

Resolusi PBB

Hasil dan Pembahasan

Sudan adalah sebuah negara yang berada di benua Afrika dengan letak

astronomis 4-23o LU dan 22-38

o LS dan dengan letak geografis di timur laut Afrika

Negara Sudan merupakan negara terluas di Afrika dan di daerah Arab Sudan

merupakan negara terluas kesepuluh di dunia dengan Khortum sebagai ibu kotanya

Negara ini berbatasan dengan Mesir di sebelah utara Laut Merah disebelah timur laut

Negara Kongo dan Negara Afrika tengah di sebelah barat daya Negara Chad di sebelah

barat serta Libya di sebelah timur lautdan negara ini dipisahkan menjadi bagian utara

dan selatan oleh Sungai Nil yang merupakan sungai terpanjang di dunia5Penduduk

Sudan terdiri dari berbagai kelompok etnis yaitu etnis Afrika Kulit Hitam (52 persen)

Arab (39 persen) Beja (6 persen) Asing (2 persen) dan etnis lainnya sebanyak 1

persen Mayoritas penduduk terutama di Sudan utara menganut agama Islam aliran

Sunni selain itu 10 persen menganut Animisme dan 5 persen memeluk Kristen

terutama di wilayah Sudan Selatan6 yang mengalami perang saudara selama 17 tahun

dari zaman sebelum Sudan merdeka sampai pada saat ini7

Perang saudara ini bermula antara pemerintah pusat Sudan yang berpusat di

Sudan Utara yang berpenduduk mayoritas muslim dengan Sudan Selatan yang

berpenduduk mayoritas Kristen dan Animisme Hal ini terjadi karena Inggris

memisahkan hubungan kedua wilayah tersebut untuk melancarkan aktivitas kristenisasi

di selatan Setelah Inggris meninggalkan Sudan pemerintah pusat mulai menerapkan

aturan-aturan di daerah selatan dan penduduk daerah utara merasa takut didominasi

sehingga mereka membentuk kekuatan untuk melakukan perlawanan kepada pemerintah

5httpidwikipediaorgwikiSudanditulis oleh Wikipedia Indonesia diakses pada tanggal 3 Oktober 2016

6httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73 dikutip dari

halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009 diakses pada tanggal 3 Oktober 2016 7httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-penutup-konflik-

sudan diakses pada tanggal 8 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

316

pusat dengan diberi dukungan oleh Inggris8 Konflik yang terjadi antara gerakan

pembebasan Sudan yaitu SLM dan JEM dengan milisi pemerintahan dan pasukan

Janjaweed SLM dan JEM telah menuduh pemerintahan Sudan telah melakukan

penindasan terhadap bangsa Afrika kulit hitam di Sudan bagian utara karena pasukan

Janjaweed yang didukung oleh milisi pemerintahan telah memborbardir daerah Sudan

dengan menggunakan bahan peledak serta paku barel memperkosa anak perempuan

dan perempuan dewasa membunuh pria dan anak laki-laki serta menghentikan pasokan

makanan dan air untuk para penduduk sejak tahun 2003 setidaknya 400000 orang

telah tewas dan lebih dari 2000000 orang terpaksa meningalkan rumah mereka untuk

mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian dan lebih dari 3500000 juta orang

benar-benar bergantung pada bantuan internasional untuk bertahan hidup9

Perbuatan yang dilakukan oleh milisi pemerintahan dibawah pimpinan presiden

Sudan sendiri yaitu Omar Al-bashir Perbuatan yang dilakukan oleh Omar Al-bashir

merupakan kejahatan kemanusiaan yang masuk ke dalam ruang lingkup serta yuridiksi

dari International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya ICC telah melayangkan

surat pemanggilan kepada Presiden Sudan Omar Al-bashir sebanyak 3 kali tetapi surat

pemanggilan tersebut tidak diindahkan oleh Omar Al-bashir serta negara Sudan karena

negara Sudan cenderung melindungi dan tidak mau menyerahkan presidennya untuk

diadili dihadapan International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya seharusnya

yang dilakukan oleh negara Sudan adalah memenuhi surat pemanggilan tersebut untuk

menyerahkan Omar Al-bashir dan memperbolehkan yuridiksi dari International

Criminal Court (ICC) untuk masuk ke wilayah Sudan dan menyelesaikan kasus

kejahatan Kemanusiaan yang dilakukan oleh Presiden Omar Al-bashir tersebut

AKejahatan Internasional Di Dalam Hukum Internasional

Tindak pidana pada dasarnya memiliki pengertian yaitu perbuatan yang

dilakukan dengan melanggar hukum yang berlaku Pada hakekatnya tidak ada

perbedaan pengertian antara tindak pidana nasional dan tindak pidana internasional

8httpherminsyahriwordpresscom20090307darfur-sudan-korban-kepentingan-barat diakses pada

tanggal 18 februari 2017 9httptranslategoogleusercontentcomtranslate_chl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwoprahcomworl

dGet-the-Facts-History-of-

Darfuramprurl=translategooglecoidamptwu=1ampusg=ALkJrhinLQbPMV8CQcL_lXlBoS8WLpe59g

diakses pada tanggal 18 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

317

yang membedakan adalah tempat kejadian dan jenis perbuatan yang dilakukan Tindak

pidana nasional adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan di dalam yurisdiksi

suatu negara sedangkan tindak pidana internasional adalah perbuatan melanggar hukum

yang dilakukan di dalam yurisdiksi suatu negara dan perbuatan tersebut juga termasuk

ke dalam yurisdiksi pengadilan internasional

Rancangan ketiga Undang-Undang Pidana Internasional atau The International

Criminal Code tahun 1954 telah ditetapkan sebanyak 13 tipe kejahatan yang dapat

dijatuhi pidana berdasarkan hukum internasional yaitu10

a) Tindakan persiapan untuk agresi dan tindakan agresi

b) Persiapan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap negara lain

c) Mengorganisasi atau member dukungan persenjataan yang ditujukan untuk

memenuhi wilayah suatu negara

d) Memberikan dukungan di negara asing

e) Setiap terorisme di negara asing

f) Setiap pelanggaran atas perjanjian pembatasan senjata yang telah disetujui

g) Aneksasi wilayah asing

h) Genocide

i) Pelanggaran atas kebiasaan dan hukum perang

j) Setiang permufakatan pembujuan dan percobaan untuk melakukan tindakan

pidana tersebut pada butir 8 di atas

k) Piracy

l) Slavery

m) Apartheid

n) Threat and use of force against internationally protected persons

Pengaturan lebih lanjut mengenai jenis-jenis tindak pidana internasional juga

tertuang secara eksplisit di dalam Statuta Roma yang meliputi Genosida Kejahatan

Kemanusiaan Kejahatan Perang dan Agresi Di dalam pasal 13 Statuta Roma

10

R Abdussalam (2001) Hukum Pidana Internasional Restu Agung Jakarta hlm 65

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

318

menjelaskan bahwa yurisdiksi Mahkamah dapat berlaku jika berkaitan dengan kejahatan

yang tertera di pasal 5 Statuta Roma11

yaitu

1 Genosida (Genocide)

adalah kejahatan yang dilakukan dengan niat untuk merusak sebagian atau

keseluruhan etnis ras suku bangsa agama ataupun negara dengan cara

membunuh kelompok tersebut agar tidak ada yang melanjutkan kelompok

tersebut menyebabkan luka badan atau bahaya bagi mental kelompok tersebut

serta mencegah agar terjadinya kelahiran di kelompok tersebut Di dalam Pasal

6 Statuta Roma menyebutkan contoh kejahatan genosida yaitu

ldquomembunuh peserta kelompok menyebabkan luka badan maupun

mental peserta kelompok dengan sengaja melukai kondisi kehidupan

suatu kelompok yang diperhitungkan untuk merusak secara fisik baik

keseluruhan maupaun sebagian melakukan upaya-upaya pemaksaan

yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak dalam kelompok serta

memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke

kelompok lainnyardquo12

2 Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)

Kejahatan kemanusiaan adalah beberapa pebuatan yang dilakukan sebagai

bagian dari penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil

secara sistematis dengan pengetahuan penyerangan Kejahatan kemanusiaan

ini meliputi deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa pengurungan

atau penghalangan kemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar aturan-

aturan dasar hukum internasional pembudakan penyiksaan pemerkosaan

pembudakan seksual kehamilan secara paksa penindasan terhadap suatu

kelompok yang dikenal penghilangan orang secara paksa kejahata rasial

11

1 The Jurisdiction of the Court shall be limited to the most serious crimes of concern to the

international community as a whole The Court has jurisdiction in accordance with this Statute with

respect to the following crimes

a The crime of genocide

b Crimes against humanity

c War crimes

d The crime of aggression

2 The Court shall exercise jurisdiction over the crime of aggression once a provision is adopted in

accordance with articles 121 and 123defining the crime and setting out the conditions under which the

Court shall exercise jurisdiction with respect to this crime Such a provision shall be consistent with the

relevant provisions of the Charter of the United Nations 12

Pasal 6 Statuta Roma tahun 1998

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

319

(apartheid) serta perbuatan manusiawi lainnya yang mengakibatkan

penderitaan terhadap fisik seseorang13

3 Kejahatan Perang (War Crime)

Kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan tertua diantara keempat tipe

kejahatan yang termasuk ke dalam yuridiksi ICC dan kejahatan akan menjadi

kejahatan yang paling pertama dalam proses penghukumannya menurut hukum

internasional14

Kejahatan perang yang dimaksud disini hampir sama dengan

kejahatan kemanusiaan yang pada dasarnya perbuatan membunuh dan

menghilangkan nyawa orang lain dan melanggar konvensi hukum perang yaitu

konvensi Jenewa 1949

4 Kejahatan Agresi (Crime against aggression)

Kejahatan agresi yang termasuk ke dalam yuridiksi Mahkamah Pidana

Internasional yang dapat dikaitkan dengan ketentuan yang tertuang di dalam

piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya dalam ketentuan pasal 121

dan pasal 122 yang menyangkut mengenai intervensi dari negara lain dan

penyerangan terhadap negara lain Sedangkan yuridiksi personal meliputi

warga negara pihak maupun warga negara bukan pihak yang mengakui

yuridiksi Mahkamah serta warga negara bukan pihak namun kasusnya diajukan

ke Mahkamah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Hal ini berlaku

bagi setiap individu baik pejabat diplomatik maupun pejabat pemerintahan15

dan berlaku untuk para komandan atau para pejabat sipil16

kecuali bagi anak

yang berumur dibawah 18 tahun17

Sebagaimana tertuang secara spesifik di

dalam pasal 27 Statuta Roma yang berbunyi

(1)ldquoThis Statute shall apply equally to all persons without any

distinction based on official capacity In particular official capacity

as a Head od State or Government a member of a Government of

parliament an elected representative or a government official shall in

no case exempt a person from criminal responsibility under this

13

Pasal 7 Statuta Roma tahun 1998 14

William A Schabas (2004) An Introduction to the International Criminal Court Cambridge

University Press hlm 51 15

Statute roma pasal 27 16

Statute roma pasal 28 17

Statute roma pasal 26

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

320

Statute nor shall it in and of itself constitute a ground for reduction

of sentencerdquo

(2)rdquoimmunities or special procedural rules wgich may attach to the

official capacity of a person whether undr national of international

law shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such

a personrdquo

Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok

Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida Menurut penulis kekerasan yang

terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang

melanggar hukum internasional seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta

Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan

tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC maka dari itu sebagai orang yang

bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau

bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di

hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut

B Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir

PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional

(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar

negara tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat internasional juga

memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat Berkaca

dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat

sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah

terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak

korban Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak wanita serta laki-laki

telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan18

serta dapat

mengancam perdamaian keamanan dan kesejahteraan dunia19

dan juga untuk

mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20

18

Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998 19

Ibid alinea ke-3 20

Ibid alinea ke-5

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 2: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

313

massal) (b) Kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against Humanity) (c) Kejahatan

Perang (War Crime) (d) Kejahatan Agresi (Aggression)

Pada tahun 2003 yang berpusat di Darfur yang merupakan bagian dari wilayah

Sudan Terjadi konflik berdarah antara Sudan Liberation Movement (SLM) dan Justice

Equality Movement (JEM) menuduh pihak pemerintah telah melakukan penindasan

terhadap bangsa Afrika kulit hitam dan mendukung bangsa Arab Di pihak lain terdiri

dari polisi dan pihak militer Sudan dengan dibantu oleh pasukan Janjaweed sebuah

milisi Sudan yang direkrut dari kaum Arab3Pihak SLM dan JEM melakukan tuduhan

kepada pihak pemerintah dikarenakan oleh ketidakadilan perlakuan terhadap bangsa

Afrika kulit hitam yang berdiam di Sudan Selatan yang menyebabkan tuntutan untuk

perluasan daerah otonom dan pemerataan pembagian hasil minyak bumi yang terdapat

di wilayah Sudan Selatan karena tuntutan ini maka pihak pemerintah mengira bahwa

terjadi pemberontakan yang dilakukan bangsa Afrika kulit hitam dan melakukan

penindasan terhadap bangsa ras tersebut Di bawah pimpinan dari presiden Sudan yaitu

Omar Al-bashir pihak polisi militer dan juga pasukan Janjaweed melakukan

pembunuhan penyiksaan penculikan dan juga pemerkosaan terhadap masyarakat kaum

Afrika kulit hitam sehingga mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 jiwa

meninggal dan sebanyak 22 juta orang mengungsi dan memporak porandakan Sudan

Selatan hal ini yang membuat pihak SLM dan JEM merasa tertindas dan melakukan

perlawanan kepada pihak pemerintah Setelah terjadi perang selama beberapa tahun

maka pada tahun 2005 terjadi kesepakatan perdamaian antara kedua belah pihak yang

ditandatangani pada tahun 2006 antara pemerintah Sudan dengan salah satu kelompok

bersenjata yaitu SLM4Jika dilihat dari jumlah korban jiwa yang meninggal dan

banyaknya rakyat yang harus mengungsi serta akibat-akibat lain hasil dari peperangan

ini maka dapat dikatakan bahwa presiden Omar Al-bashir telah melakukan perbuatan

genosida yang diatur di dalam pasal 6 Statuta Roma

3httpnewsbbccouk2hiafrica3496731stmdikutip dari halaman BBC NEWS pada hari Selasa 23

Februari 2010 diakses pada tanggal 25 Februari 2017 4httptranslategoogleusercontentcomtranslate_chl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwamnestyusaorg

darfurdarfur-

historypagedo3Fid3D1351103amprurl=translategooglecoidamptwu=1ampusg=ALkJrhitA4564RUDks9

BaBHM7wysLlSQHw dikutip dari halaman Amnesti Internasional USA (Action For Human Rights

Hope For Humanity) diakses pada tanggal 25 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

314

Dalam konteks kasus Sudan ICC memiliki tugas untuk memiliki wewenang

untuk membantu menyelesaikan permasalah di negara tersebut maka dari itu ICC

mengirimkan surat pemanggilan kepada Presiden Omar Al-bashir untuk diadili di

hadapan pengadilan internasional tetapi sebelum diadili di hadapan pengadilan

internasional ICC akan memberikan kesempatan kepada negara Sudan sendiri untuk

mengadili presidennya karena terkait pada kedaulatan yang dimiliki Sudan atas

wilayahnya tetapi Sudan sendiri menolak untuk mengadili karena mereka tidak ingin

dan tidak mampu untuk mengadili presidennya dan cenderung mendukung Omar Al-

bashir maka ICC secara tegas memanggil Omar Al-bashir melalui surat panggilan

tetapi surat panggilan ICC yang sudah dikirim sebanyak 3 (tiga) kali tidak dihiraukan

oleh Omar Al-bashir dan masyarakat yang pro serta negara-negara yang pro kepada

presiden ini balik mengecamICC atas surat panggilan tersebut

Pada kenyatannya yang terjadi di Sudan adalah penolakan terhadap yuridiksi

ICC untuk mengadili Omar Al-bashir karena perlindungan dari warga negaranya sendiri

dan dari hukum nasionalnya dan hal ini telah bertentangan dengan hukum internasional

karena presiden Omar Al-bashir telah melakukan kejahatan genoside dalam

menyelesaikan sengketa Darfur ini ICC sebagai Mahkamah Pidana Internasional

terbentur beberapa kendala salah satunya yaitu terhadap status Al-bashir sebagai kepala

Negara yang memiliki hak imunitas hak imunitas inilah yang menyebabkan ICC

menjadi serba salah disatu pihak presiden Omar Al-bashir memiliki hak imunitas serta

dilindungi oleh warga negaranya dan disisi lain ICC sebagai Mahkamah Pidana

Internasional memiliki kewajiban untuk mengadili presiden Omar Al-bashir atas

perbuatan genosida yang telah dilakukannya

Metode Penelitian

Rancanganinimenggunakanpenelitianyuridisnormatif yang

menggunakanpendekatanRelevansi Studi Kasus (Case Study)pendekatanperundang-

undangan (statuta approach)danpendekatankonseptual (conceptual approach) yaitu

mengetahui dan mengkaji produk hukum yang berupa perundang-undangan konvensi

internasional dan deklarasi internasional serta buku-buku yang terkait tentang

kewenangan Mahkamah Pidana Internasional

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

315

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian berupa bahan-bahan

hukum yang meliputi Bahan Hukum Primer yaitu Statuta Roma tentang International

Criminal Court tahun 1998 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961

Resolusi PBB

Hasil dan Pembahasan

Sudan adalah sebuah negara yang berada di benua Afrika dengan letak

astronomis 4-23o LU dan 22-38

o LS dan dengan letak geografis di timur laut Afrika

Negara Sudan merupakan negara terluas di Afrika dan di daerah Arab Sudan

merupakan negara terluas kesepuluh di dunia dengan Khortum sebagai ibu kotanya

Negara ini berbatasan dengan Mesir di sebelah utara Laut Merah disebelah timur laut

Negara Kongo dan Negara Afrika tengah di sebelah barat daya Negara Chad di sebelah

barat serta Libya di sebelah timur lautdan negara ini dipisahkan menjadi bagian utara

dan selatan oleh Sungai Nil yang merupakan sungai terpanjang di dunia5Penduduk

Sudan terdiri dari berbagai kelompok etnis yaitu etnis Afrika Kulit Hitam (52 persen)

Arab (39 persen) Beja (6 persen) Asing (2 persen) dan etnis lainnya sebanyak 1

persen Mayoritas penduduk terutama di Sudan utara menganut agama Islam aliran

Sunni selain itu 10 persen menganut Animisme dan 5 persen memeluk Kristen

terutama di wilayah Sudan Selatan6 yang mengalami perang saudara selama 17 tahun

dari zaman sebelum Sudan merdeka sampai pada saat ini7

Perang saudara ini bermula antara pemerintah pusat Sudan yang berpusat di

Sudan Utara yang berpenduduk mayoritas muslim dengan Sudan Selatan yang

berpenduduk mayoritas Kristen dan Animisme Hal ini terjadi karena Inggris

memisahkan hubungan kedua wilayah tersebut untuk melancarkan aktivitas kristenisasi

di selatan Setelah Inggris meninggalkan Sudan pemerintah pusat mulai menerapkan

aturan-aturan di daerah selatan dan penduduk daerah utara merasa takut didominasi

sehingga mereka membentuk kekuatan untuk melakukan perlawanan kepada pemerintah

5httpidwikipediaorgwikiSudanditulis oleh Wikipedia Indonesia diakses pada tanggal 3 Oktober 2016

6httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73 dikutip dari

halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009 diakses pada tanggal 3 Oktober 2016 7httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-penutup-konflik-

sudan diakses pada tanggal 8 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

316

pusat dengan diberi dukungan oleh Inggris8 Konflik yang terjadi antara gerakan

pembebasan Sudan yaitu SLM dan JEM dengan milisi pemerintahan dan pasukan

Janjaweed SLM dan JEM telah menuduh pemerintahan Sudan telah melakukan

penindasan terhadap bangsa Afrika kulit hitam di Sudan bagian utara karena pasukan

Janjaweed yang didukung oleh milisi pemerintahan telah memborbardir daerah Sudan

dengan menggunakan bahan peledak serta paku barel memperkosa anak perempuan

dan perempuan dewasa membunuh pria dan anak laki-laki serta menghentikan pasokan

makanan dan air untuk para penduduk sejak tahun 2003 setidaknya 400000 orang

telah tewas dan lebih dari 2000000 orang terpaksa meningalkan rumah mereka untuk

mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian dan lebih dari 3500000 juta orang

benar-benar bergantung pada bantuan internasional untuk bertahan hidup9

Perbuatan yang dilakukan oleh milisi pemerintahan dibawah pimpinan presiden

Sudan sendiri yaitu Omar Al-bashir Perbuatan yang dilakukan oleh Omar Al-bashir

merupakan kejahatan kemanusiaan yang masuk ke dalam ruang lingkup serta yuridiksi

dari International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya ICC telah melayangkan

surat pemanggilan kepada Presiden Sudan Omar Al-bashir sebanyak 3 kali tetapi surat

pemanggilan tersebut tidak diindahkan oleh Omar Al-bashir serta negara Sudan karena

negara Sudan cenderung melindungi dan tidak mau menyerahkan presidennya untuk

diadili dihadapan International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya seharusnya

yang dilakukan oleh negara Sudan adalah memenuhi surat pemanggilan tersebut untuk

menyerahkan Omar Al-bashir dan memperbolehkan yuridiksi dari International

Criminal Court (ICC) untuk masuk ke wilayah Sudan dan menyelesaikan kasus

kejahatan Kemanusiaan yang dilakukan oleh Presiden Omar Al-bashir tersebut

AKejahatan Internasional Di Dalam Hukum Internasional

Tindak pidana pada dasarnya memiliki pengertian yaitu perbuatan yang

dilakukan dengan melanggar hukum yang berlaku Pada hakekatnya tidak ada

perbedaan pengertian antara tindak pidana nasional dan tindak pidana internasional

8httpherminsyahriwordpresscom20090307darfur-sudan-korban-kepentingan-barat diakses pada

tanggal 18 februari 2017 9httptranslategoogleusercontentcomtranslate_chl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwoprahcomworl

dGet-the-Facts-History-of-

Darfuramprurl=translategooglecoidamptwu=1ampusg=ALkJrhinLQbPMV8CQcL_lXlBoS8WLpe59g

diakses pada tanggal 18 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

317

yang membedakan adalah tempat kejadian dan jenis perbuatan yang dilakukan Tindak

pidana nasional adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan di dalam yurisdiksi

suatu negara sedangkan tindak pidana internasional adalah perbuatan melanggar hukum

yang dilakukan di dalam yurisdiksi suatu negara dan perbuatan tersebut juga termasuk

ke dalam yurisdiksi pengadilan internasional

Rancangan ketiga Undang-Undang Pidana Internasional atau The International

Criminal Code tahun 1954 telah ditetapkan sebanyak 13 tipe kejahatan yang dapat

dijatuhi pidana berdasarkan hukum internasional yaitu10

a) Tindakan persiapan untuk agresi dan tindakan agresi

b) Persiapan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap negara lain

c) Mengorganisasi atau member dukungan persenjataan yang ditujukan untuk

memenuhi wilayah suatu negara

d) Memberikan dukungan di negara asing

e) Setiap terorisme di negara asing

f) Setiap pelanggaran atas perjanjian pembatasan senjata yang telah disetujui

g) Aneksasi wilayah asing

h) Genocide

i) Pelanggaran atas kebiasaan dan hukum perang

j) Setiang permufakatan pembujuan dan percobaan untuk melakukan tindakan

pidana tersebut pada butir 8 di atas

k) Piracy

l) Slavery

m) Apartheid

n) Threat and use of force against internationally protected persons

Pengaturan lebih lanjut mengenai jenis-jenis tindak pidana internasional juga

tertuang secara eksplisit di dalam Statuta Roma yang meliputi Genosida Kejahatan

Kemanusiaan Kejahatan Perang dan Agresi Di dalam pasal 13 Statuta Roma

10

R Abdussalam (2001) Hukum Pidana Internasional Restu Agung Jakarta hlm 65

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

318

menjelaskan bahwa yurisdiksi Mahkamah dapat berlaku jika berkaitan dengan kejahatan

yang tertera di pasal 5 Statuta Roma11

yaitu

1 Genosida (Genocide)

adalah kejahatan yang dilakukan dengan niat untuk merusak sebagian atau

keseluruhan etnis ras suku bangsa agama ataupun negara dengan cara

membunuh kelompok tersebut agar tidak ada yang melanjutkan kelompok

tersebut menyebabkan luka badan atau bahaya bagi mental kelompok tersebut

serta mencegah agar terjadinya kelahiran di kelompok tersebut Di dalam Pasal

6 Statuta Roma menyebutkan contoh kejahatan genosida yaitu

ldquomembunuh peserta kelompok menyebabkan luka badan maupun

mental peserta kelompok dengan sengaja melukai kondisi kehidupan

suatu kelompok yang diperhitungkan untuk merusak secara fisik baik

keseluruhan maupaun sebagian melakukan upaya-upaya pemaksaan

yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak dalam kelompok serta

memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke

kelompok lainnyardquo12

2 Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)

Kejahatan kemanusiaan adalah beberapa pebuatan yang dilakukan sebagai

bagian dari penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil

secara sistematis dengan pengetahuan penyerangan Kejahatan kemanusiaan

ini meliputi deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa pengurungan

atau penghalangan kemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar aturan-

aturan dasar hukum internasional pembudakan penyiksaan pemerkosaan

pembudakan seksual kehamilan secara paksa penindasan terhadap suatu

kelompok yang dikenal penghilangan orang secara paksa kejahata rasial

11

1 The Jurisdiction of the Court shall be limited to the most serious crimes of concern to the

international community as a whole The Court has jurisdiction in accordance with this Statute with

respect to the following crimes

a The crime of genocide

b Crimes against humanity

c War crimes

d The crime of aggression

2 The Court shall exercise jurisdiction over the crime of aggression once a provision is adopted in

accordance with articles 121 and 123defining the crime and setting out the conditions under which the

Court shall exercise jurisdiction with respect to this crime Such a provision shall be consistent with the

relevant provisions of the Charter of the United Nations 12

Pasal 6 Statuta Roma tahun 1998

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

319

(apartheid) serta perbuatan manusiawi lainnya yang mengakibatkan

penderitaan terhadap fisik seseorang13

3 Kejahatan Perang (War Crime)

Kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan tertua diantara keempat tipe

kejahatan yang termasuk ke dalam yuridiksi ICC dan kejahatan akan menjadi

kejahatan yang paling pertama dalam proses penghukumannya menurut hukum

internasional14

Kejahatan perang yang dimaksud disini hampir sama dengan

kejahatan kemanusiaan yang pada dasarnya perbuatan membunuh dan

menghilangkan nyawa orang lain dan melanggar konvensi hukum perang yaitu

konvensi Jenewa 1949

4 Kejahatan Agresi (Crime against aggression)

Kejahatan agresi yang termasuk ke dalam yuridiksi Mahkamah Pidana

Internasional yang dapat dikaitkan dengan ketentuan yang tertuang di dalam

piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya dalam ketentuan pasal 121

dan pasal 122 yang menyangkut mengenai intervensi dari negara lain dan

penyerangan terhadap negara lain Sedangkan yuridiksi personal meliputi

warga negara pihak maupun warga negara bukan pihak yang mengakui

yuridiksi Mahkamah serta warga negara bukan pihak namun kasusnya diajukan

ke Mahkamah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Hal ini berlaku

bagi setiap individu baik pejabat diplomatik maupun pejabat pemerintahan15

dan berlaku untuk para komandan atau para pejabat sipil16

kecuali bagi anak

yang berumur dibawah 18 tahun17

Sebagaimana tertuang secara spesifik di

dalam pasal 27 Statuta Roma yang berbunyi

(1)ldquoThis Statute shall apply equally to all persons without any

distinction based on official capacity In particular official capacity

as a Head od State or Government a member of a Government of

parliament an elected representative or a government official shall in

no case exempt a person from criminal responsibility under this

13

Pasal 7 Statuta Roma tahun 1998 14

William A Schabas (2004) An Introduction to the International Criminal Court Cambridge

University Press hlm 51 15

Statute roma pasal 27 16

Statute roma pasal 28 17

Statute roma pasal 26

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

320

Statute nor shall it in and of itself constitute a ground for reduction

of sentencerdquo

(2)rdquoimmunities or special procedural rules wgich may attach to the

official capacity of a person whether undr national of international

law shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such

a personrdquo

Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok

Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida Menurut penulis kekerasan yang

terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang

melanggar hukum internasional seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta

Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan

tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC maka dari itu sebagai orang yang

bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau

bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di

hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut

B Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir

PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional

(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar

negara tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat internasional juga

memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat Berkaca

dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat

sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah

terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak

korban Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak wanita serta laki-laki

telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan18

serta dapat

mengancam perdamaian keamanan dan kesejahteraan dunia19

dan juga untuk

mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20

18

Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998 19

Ibid alinea ke-3 20

Ibid alinea ke-5

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 3: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

314

Dalam konteks kasus Sudan ICC memiliki tugas untuk memiliki wewenang

untuk membantu menyelesaikan permasalah di negara tersebut maka dari itu ICC

mengirimkan surat pemanggilan kepada Presiden Omar Al-bashir untuk diadili di

hadapan pengadilan internasional tetapi sebelum diadili di hadapan pengadilan

internasional ICC akan memberikan kesempatan kepada negara Sudan sendiri untuk

mengadili presidennya karena terkait pada kedaulatan yang dimiliki Sudan atas

wilayahnya tetapi Sudan sendiri menolak untuk mengadili karena mereka tidak ingin

dan tidak mampu untuk mengadili presidennya dan cenderung mendukung Omar Al-

bashir maka ICC secara tegas memanggil Omar Al-bashir melalui surat panggilan

tetapi surat panggilan ICC yang sudah dikirim sebanyak 3 (tiga) kali tidak dihiraukan

oleh Omar Al-bashir dan masyarakat yang pro serta negara-negara yang pro kepada

presiden ini balik mengecamICC atas surat panggilan tersebut

Pada kenyatannya yang terjadi di Sudan adalah penolakan terhadap yuridiksi

ICC untuk mengadili Omar Al-bashir karena perlindungan dari warga negaranya sendiri

dan dari hukum nasionalnya dan hal ini telah bertentangan dengan hukum internasional

karena presiden Omar Al-bashir telah melakukan kejahatan genoside dalam

menyelesaikan sengketa Darfur ini ICC sebagai Mahkamah Pidana Internasional

terbentur beberapa kendala salah satunya yaitu terhadap status Al-bashir sebagai kepala

Negara yang memiliki hak imunitas hak imunitas inilah yang menyebabkan ICC

menjadi serba salah disatu pihak presiden Omar Al-bashir memiliki hak imunitas serta

dilindungi oleh warga negaranya dan disisi lain ICC sebagai Mahkamah Pidana

Internasional memiliki kewajiban untuk mengadili presiden Omar Al-bashir atas

perbuatan genosida yang telah dilakukannya

Metode Penelitian

Rancanganinimenggunakanpenelitianyuridisnormatif yang

menggunakanpendekatanRelevansi Studi Kasus (Case Study)pendekatanperundang-

undangan (statuta approach)danpendekatankonseptual (conceptual approach) yaitu

mengetahui dan mengkaji produk hukum yang berupa perundang-undangan konvensi

internasional dan deklarasi internasional serta buku-buku yang terkait tentang

kewenangan Mahkamah Pidana Internasional

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

315

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian berupa bahan-bahan

hukum yang meliputi Bahan Hukum Primer yaitu Statuta Roma tentang International

Criminal Court tahun 1998 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961

Resolusi PBB

Hasil dan Pembahasan

Sudan adalah sebuah negara yang berada di benua Afrika dengan letak

astronomis 4-23o LU dan 22-38

o LS dan dengan letak geografis di timur laut Afrika

Negara Sudan merupakan negara terluas di Afrika dan di daerah Arab Sudan

merupakan negara terluas kesepuluh di dunia dengan Khortum sebagai ibu kotanya

Negara ini berbatasan dengan Mesir di sebelah utara Laut Merah disebelah timur laut

Negara Kongo dan Negara Afrika tengah di sebelah barat daya Negara Chad di sebelah

barat serta Libya di sebelah timur lautdan negara ini dipisahkan menjadi bagian utara

dan selatan oleh Sungai Nil yang merupakan sungai terpanjang di dunia5Penduduk

Sudan terdiri dari berbagai kelompok etnis yaitu etnis Afrika Kulit Hitam (52 persen)

Arab (39 persen) Beja (6 persen) Asing (2 persen) dan etnis lainnya sebanyak 1

persen Mayoritas penduduk terutama di Sudan utara menganut agama Islam aliran

Sunni selain itu 10 persen menganut Animisme dan 5 persen memeluk Kristen

terutama di wilayah Sudan Selatan6 yang mengalami perang saudara selama 17 tahun

dari zaman sebelum Sudan merdeka sampai pada saat ini7

Perang saudara ini bermula antara pemerintah pusat Sudan yang berpusat di

Sudan Utara yang berpenduduk mayoritas muslim dengan Sudan Selatan yang

berpenduduk mayoritas Kristen dan Animisme Hal ini terjadi karena Inggris

memisahkan hubungan kedua wilayah tersebut untuk melancarkan aktivitas kristenisasi

di selatan Setelah Inggris meninggalkan Sudan pemerintah pusat mulai menerapkan

aturan-aturan di daerah selatan dan penduduk daerah utara merasa takut didominasi

sehingga mereka membentuk kekuatan untuk melakukan perlawanan kepada pemerintah

5httpidwikipediaorgwikiSudanditulis oleh Wikipedia Indonesia diakses pada tanggal 3 Oktober 2016

6httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73 dikutip dari

halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009 diakses pada tanggal 3 Oktober 2016 7httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-penutup-konflik-

sudan diakses pada tanggal 8 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

316

pusat dengan diberi dukungan oleh Inggris8 Konflik yang terjadi antara gerakan

pembebasan Sudan yaitu SLM dan JEM dengan milisi pemerintahan dan pasukan

Janjaweed SLM dan JEM telah menuduh pemerintahan Sudan telah melakukan

penindasan terhadap bangsa Afrika kulit hitam di Sudan bagian utara karena pasukan

Janjaweed yang didukung oleh milisi pemerintahan telah memborbardir daerah Sudan

dengan menggunakan bahan peledak serta paku barel memperkosa anak perempuan

dan perempuan dewasa membunuh pria dan anak laki-laki serta menghentikan pasokan

makanan dan air untuk para penduduk sejak tahun 2003 setidaknya 400000 orang

telah tewas dan lebih dari 2000000 orang terpaksa meningalkan rumah mereka untuk

mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian dan lebih dari 3500000 juta orang

benar-benar bergantung pada bantuan internasional untuk bertahan hidup9

Perbuatan yang dilakukan oleh milisi pemerintahan dibawah pimpinan presiden

Sudan sendiri yaitu Omar Al-bashir Perbuatan yang dilakukan oleh Omar Al-bashir

merupakan kejahatan kemanusiaan yang masuk ke dalam ruang lingkup serta yuridiksi

dari International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya ICC telah melayangkan

surat pemanggilan kepada Presiden Sudan Omar Al-bashir sebanyak 3 kali tetapi surat

pemanggilan tersebut tidak diindahkan oleh Omar Al-bashir serta negara Sudan karena

negara Sudan cenderung melindungi dan tidak mau menyerahkan presidennya untuk

diadili dihadapan International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya seharusnya

yang dilakukan oleh negara Sudan adalah memenuhi surat pemanggilan tersebut untuk

menyerahkan Omar Al-bashir dan memperbolehkan yuridiksi dari International

Criminal Court (ICC) untuk masuk ke wilayah Sudan dan menyelesaikan kasus

kejahatan Kemanusiaan yang dilakukan oleh Presiden Omar Al-bashir tersebut

AKejahatan Internasional Di Dalam Hukum Internasional

Tindak pidana pada dasarnya memiliki pengertian yaitu perbuatan yang

dilakukan dengan melanggar hukum yang berlaku Pada hakekatnya tidak ada

perbedaan pengertian antara tindak pidana nasional dan tindak pidana internasional

8httpherminsyahriwordpresscom20090307darfur-sudan-korban-kepentingan-barat diakses pada

tanggal 18 februari 2017 9httptranslategoogleusercontentcomtranslate_chl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwoprahcomworl

dGet-the-Facts-History-of-

Darfuramprurl=translategooglecoidamptwu=1ampusg=ALkJrhinLQbPMV8CQcL_lXlBoS8WLpe59g

diakses pada tanggal 18 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

317

yang membedakan adalah tempat kejadian dan jenis perbuatan yang dilakukan Tindak

pidana nasional adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan di dalam yurisdiksi

suatu negara sedangkan tindak pidana internasional adalah perbuatan melanggar hukum

yang dilakukan di dalam yurisdiksi suatu negara dan perbuatan tersebut juga termasuk

ke dalam yurisdiksi pengadilan internasional

Rancangan ketiga Undang-Undang Pidana Internasional atau The International

Criminal Code tahun 1954 telah ditetapkan sebanyak 13 tipe kejahatan yang dapat

dijatuhi pidana berdasarkan hukum internasional yaitu10

a) Tindakan persiapan untuk agresi dan tindakan agresi

b) Persiapan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap negara lain

c) Mengorganisasi atau member dukungan persenjataan yang ditujukan untuk

memenuhi wilayah suatu negara

d) Memberikan dukungan di negara asing

e) Setiap terorisme di negara asing

f) Setiap pelanggaran atas perjanjian pembatasan senjata yang telah disetujui

g) Aneksasi wilayah asing

h) Genocide

i) Pelanggaran atas kebiasaan dan hukum perang

j) Setiang permufakatan pembujuan dan percobaan untuk melakukan tindakan

pidana tersebut pada butir 8 di atas

k) Piracy

l) Slavery

m) Apartheid

n) Threat and use of force against internationally protected persons

Pengaturan lebih lanjut mengenai jenis-jenis tindak pidana internasional juga

tertuang secara eksplisit di dalam Statuta Roma yang meliputi Genosida Kejahatan

Kemanusiaan Kejahatan Perang dan Agresi Di dalam pasal 13 Statuta Roma

10

R Abdussalam (2001) Hukum Pidana Internasional Restu Agung Jakarta hlm 65

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

318

menjelaskan bahwa yurisdiksi Mahkamah dapat berlaku jika berkaitan dengan kejahatan

yang tertera di pasal 5 Statuta Roma11

yaitu

1 Genosida (Genocide)

adalah kejahatan yang dilakukan dengan niat untuk merusak sebagian atau

keseluruhan etnis ras suku bangsa agama ataupun negara dengan cara

membunuh kelompok tersebut agar tidak ada yang melanjutkan kelompok

tersebut menyebabkan luka badan atau bahaya bagi mental kelompok tersebut

serta mencegah agar terjadinya kelahiran di kelompok tersebut Di dalam Pasal

6 Statuta Roma menyebutkan contoh kejahatan genosida yaitu

ldquomembunuh peserta kelompok menyebabkan luka badan maupun

mental peserta kelompok dengan sengaja melukai kondisi kehidupan

suatu kelompok yang diperhitungkan untuk merusak secara fisik baik

keseluruhan maupaun sebagian melakukan upaya-upaya pemaksaan

yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak dalam kelompok serta

memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke

kelompok lainnyardquo12

2 Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)

Kejahatan kemanusiaan adalah beberapa pebuatan yang dilakukan sebagai

bagian dari penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil

secara sistematis dengan pengetahuan penyerangan Kejahatan kemanusiaan

ini meliputi deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa pengurungan

atau penghalangan kemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar aturan-

aturan dasar hukum internasional pembudakan penyiksaan pemerkosaan

pembudakan seksual kehamilan secara paksa penindasan terhadap suatu

kelompok yang dikenal penghilangan orang secara paksa kejahata rasial

11

1 The Jurisdiction of the Court shall be limited to the most serious crimes of concern to the

international community as a whole The Court has jurisdiction in accordance with this Statute with

respect to the following crimes

a The crime of genocide

b Crimes against humanity

c War crimes

d The crime of aggression

2 The Court shall exercise jurisdiction over the crime of aggression once a provision is adopted in

accordance with articles 121 and 123defining the crime and setting out the conditions under which the

Court shall exercise jurisdiction with respect to this crime Such a provision shall be consistent with the

relevant provisions of the Charter of the United Nations 12

Pasal 6 Statuta Roma tahun 1998

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

319

(apartheid) serta perbuatan manusiawi lainnya yang mengakibatkan

penderitaan terhadap fisik seseorang13

3 Kejahatan Perang (War Crime)

Kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan tertua diantara keempat tipe

kejahatan yang termasuk ke dalam yuridiksi ICC dan kejahatan akan menjadi

kejahatan yang paling pertama dalam proses penghukumannya menurut hukum

internasional14

Kejahatan perang yang dimaksud disini hampir sama dengan

kejahatan kemanusiaan yang pada dasarnya perbuatan membunuh dan

menghilangkan nyawa orang lain dan melanggar konvensi hukum perang yaitu

konvensi Jenewa 1949

4 Kejahatan Agresi (Crime against aggression)

Kejahatan agresi yang termasuk ke dalam yuridiksi Mahkamah Pidana

Internasional yang dapat dikaitkan dengan ketentuan yang tertuang di dalam

piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya dalam ketentuan pasal 121

dan pasal 122 yang menyangkut mengenai intervensi dari negara lain dan

penyerangan terhadap negara lain Sedangkan yuridiksi personal meliputi

warga negara pihak maupun warga negara bukan pihak yang mengakui

yuridiksi Mahkamah serta warga negara bukan pihak namun kasusnya diajukan

ke Mahkamah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Hal ini berlaku

bagi setiap individu baik pejabat diplomatik maupun pejabat pemerintahan15

dan berlaku untuk para komandan atau para pejabat sipil16

kecuali bagi anak

yang berumur dibawah 18 tahun17

Sebagaimana tertuang secara spesifik di

dalam pasal 27 Statuta Roma yang berbunyi

(1)ldquoThis Statute shall apply equally to all persons without any

distinction based on official capacity In particular official capacity

as a Head od State or Government a member of a Government of

parliament an elected representative or a government official shall in

no case exempt a person from criminal responsibility under this

13

Pasal 7 Statuta Roma tahun 1998 14

William A Schabas (2004) An Introduction to the International Criminal Court Cambridge

University Press hlm 51 15

Statute roma pasal 27 16

Statute roma pasal 28 17

Statute roma pasal 26

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

320

Statute nor shall it in and of itself constitute a ground for reduction

of sentencerdquo

(2)rdquoimmunities or special procedural rules wgich may attach to the

official capacity of a person whether undr national of international

law shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such

a personrdquo

Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok

Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida Menurut penulis kekerasan yang

terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang

melanggar hukum internasional seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta

Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan

tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC maka dari itu sebagai orang yang

bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau

bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di

hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut

B Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir

PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional

(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar

negara tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat internasional juga

memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat Berkaca

dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat

sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah

terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak

korban Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak wanita serta laki-laki

telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan18

serta dapat

mengancam perdamaian keamanan dan kesejahteraan dunia19

dan juga untuk

mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20

18

Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998 19

Ibid alinea ke-3 20

Ibid alinea ke-5

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 4: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

315

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian berupa bahan-bahan

hukum yang meliputi Bahan Hukum Primer yaitu Statuta Roma tentang International

Criminal Court tahun 1998 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961

Resolusi PBB

Hasil dan Pembahasan

Sudan adalah sebuah negara yang berada di benua Afrika dengan letak

astronomis 4-23o LU dan 22-38

o LS dan dengan letak geografis di timur laut Afrika

Negara Sudan merupakan negara terluas di Afrika dan di daerah Arab Sudan

merupakan negara terluas kesepuluh di dunia dengan Khortum sebagai ibu kotanya

Negara ini berbatasan dengan Mesir di sebelah utara Laut Merah disebelah timur laut

Negara Kongo dan Negara Afrika tengah di sebelah barat daya Negara Chad di sebelah

barat serta Libya di sebelah timur lautdan negara ini dipisahkan menjadi bagian utara

dan selatan oleh Sungai Nil yang merupakan sungai terpanjang di dunia5Penduduk

Sudan terdiri dari berbagai kelompok etnis yaitu etnis Afrika Kulit Hitam (52 persen)

Arab (39 persen) Beja (6 persen) Asing (2 persen) dan etnis lainnya sebanyak 1

persen Mayoritas penduduk terutama di Sudan utara menganut agama Islam aliran

Sunni selain itu 10 persen menganut Animisme dan 5 persen memeluk Kristen

terutama di wilayah Sudan Selatan6 yang mengalami perang saudara selama 17 tahun

dari zaman sebelum Sudan merdeka sampai pada saat ini7

Perang saudara ini bermula antara pemerintah pusat Sudan yang berpusat di

Sudan Utara yang berpenduduk mayoritas muslim dengan Sudan Selatan yang

berpenduduk mayoritas Kristen dan Animisme Hal ini terjadi karena Inggris

memisahkan hubungan kedua wilayah tersebut untuk melancarkan aktivitas kristenisasi

di selatan Setelah Inggris meninggalkan Sudan pemerintah pusat mulai menerapkan

aturan-aturan di daerah selatan dan penduduk daerah utara merasa takut didominasi

sehingga mereka membentuk kekuatan untuk melakukan perlawanan kepada pemerintah

5httpidwikipediaorgwikiSudanditulis oleh Wikipedia Indonesia diakses pada tanggal 3 Oktober 2016

6httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73 dikutip dari

halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009 diakses pada tanggal 3 Oktober 2016 7httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-penutup-konflik-

sudan diakses pada tanggal 8 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

316

pusat dengan diberi dukungan oleh Inggris8 Konflik yang terjadi antara gerakan

pembebasan Sudan yaitu SLM dan JEM dengan milisi pemerintahan dan pasukan

Janjaweed SLM dan JEM telah menuduh pemerintahan Sudan telah melakukan

penindasan terhadap bangsa Afrika kulit hitam di Sudan bagian utara karena pasukan

Janjaweed yang didukung oleh milisi pemerintahan telah memborbardir daerah Sudan

dengan menggunakan bahan peledak serta paku barel memperkosa anak perempuan

dan perempuan dewasa membunuh pria dan anak laki-laki serta menghentikan pasokan

makanan dan air untuk para penduduk sejak tahun 2003 setidaknya 400000 orang

telah tewas dan lebih dari 2000000 orang terpaksa meningalkan rumah mereka untuk

mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian dan lebih dari 3500000 juta orang

benar-benar bergantung pada bantuan internasional untuk bertahan hidup9

Perbuatan yang dilakukan oleh milisi pemerintahan dibawah pimpinan presiden

Sudan sendiri yaitu Omar Al-bashir Perbuatan yang dilakukan oleh Omar Al-bashir

merupakan kejahatan kemanusiaan yang masuk ke dalam ruang lingkup serta yuridiksi

dari International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya ICC telah melayangkan

surat pemanggilan kepada Presiden Sudan Omar Al-bashir sebanyak 3 kali tetapi surat

pemanggilan tersebut tidak diindahkan oleh Omar Al-bashir serta negara Sudan karena

negara Sudan cenderung melindungi dan tidak mau menyerahkan presidennya untuk

diadili dihadapan International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya seharusnya

yang dilakukan oleh negara Sudan adalah memenuhi surat pemanggilan tersebut untuk

menyerahkan Omar Al-bashir dan memperbolehkan yuridiksi dari International

Criminal Court (ICC) untuk masuk ke wilayah Sudan dan menyelesaikan kasus

kejahatan Kemanusiaan yang dilakukan oleh Presiden Omar Al-bashir tersebut

AKejahatan Internasional Di Dalam Hukum Internasional

Tindak pidana pada dasarnya memiliki pengertian yaitu perbuatan yang

dilakukan dengan melanggar hukum yang berlaku Pada hakekatnya tidak ada

perbedaan pengertian antara tindak pidana nasional dan tindak pidana internasional

8httpherminsyahriwordpresscom20090307darfur-sudan-korban-kepentingan-barat diakses pada

tanggal 18 februari 2017 9httptranslategoogleusercontentcomtranslate_chl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwoprahcomworl

dGet-the-Facts-History-of-

Darfuramprurl=translategooglecoidamptwu=1ampusg=ALkJrhinLQbPMV8CQcL_lXlBoS8WLpe59g

diakses pada tanggal 18 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

317

yang membedakan adalah tempat kejadian dan jenis perbuatan yang dilakukan Tindak

pidana nasional adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan di dalam yurisdiksi

suatu negara sedangkan tindak pidana internasional adalah perbuatan melanggar hukum

yang dilakukan di dalam yurisdiksi suatu negara dan perbuatan tersebut juga termasuk

ke dalam yurisdiksi pengadilan internasional

Rancangan ketiga Undang-Undang Pidana Internasional atau The International

Criminal Code tahun 1954 telah ditetapkan sebanyak 13 tipe kejahatan yang dapat

dijatuhi pidana berdasarkan hukum internasional yaitu10

a) Tindakan persiapan untuk agresi dan tindakan agresi

b) Persiapan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap negara lain

c) Mengorganisasi atau member dukungan persenjataan yang ditujukan untuk

memenuhi wilayah suatu negara

d) Memberikan dukungan di negara asing

e) Setiap terorisme di negara asing

f) Setiap pelanggaran atas perjanjian pembatasan senjata yang telah disetujui

g) Aneksasi wilayah asing

h) Genocide

i) Pelanggaran atas kebiasaan dan hukum perang

j) Setiang permufakatan pembujuan dan percobaan untuk melakukan tindakan

pidana tersebut pada butir 8 di atas

k) Piracy

l) Slavery

m) Apartheid

n) Threat and use of force against internationally protected persons

Pengaturan lebih lanjut mengenai jenis-jenis tindak pidana internasional juga

tertuang secara eksplisit di dalam Statuta Roma yang meliputi Genosida Kejahatan

Kemanusiaan Kejahatan Perang dan Agresi Di dalam pasal 13 Statuta Roma

10

R Abdussalam (2001) Hukum Pidana Internasional Restu Agung Jakarta hlm 65

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

318

menjelaskan bahwa yurisdiksi Mahkamah dapat berlaku jika berkaitan dengan kejahatan

yang tertera di pasal 5 Statuta Roma11

yaitu

1 Genosida (Genocide)

adalah kejahatan yang dilakukan dengan niat untuk merusak sebagian atau

keseluruhan etnis ras suku bangsa agama ataupun negara dengan cara

membunuh kelompok tersebut agar tidak ada yang melanjutkan kelompok

tersebut menyebabkan luka badan atau bahaya bagi mental kelompok tersebut

serta mencegah agar terjadinya kelahiran di kelompok tersebut Di dalam Pasal

6 Statuta Roma menyebutkan contoh kejahatan genosida yaitu

ldquomembunuh peserta kelompok menyebabkan luka badan maupun

mental peserta kelompok dengan sengaja melukai kondisi kehidupan

suatu kelompok yang diperhitungkan untuk merusak secara fisik baik

keseluruhan maupaun sebagian melakukan upaya-upaya pemaksaan

yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak dalam kelompok serta

memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke

kelompok lainnyardquo12

2 Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)

Kejahatan kemanusiaan adalah beberapa pebuatan yang dilakukan sebagai

bagian dari penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil

secara sistematis dengan pengetahuan penyerangan Kejahatan kemanusiaan

ini meliputi deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa pengurungan

atau penghalangan kemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar aturan-

aturan dasar hukum internasional pembudakan penyiksaan pemerkosaan

pembudakan seksual kehamilan secara paksa penindasan terhadap suatu

kelompok yang dikenal penghilangan orang secara paksa kejahata rasial

11

1 The Jurisdiction of the Court shall be limited to the most serious crimes of concern to the

international community as a whole The Court has jurisdiction in accordance with this Statute with

respect to the following crimes

a The crime of genocide

b Crimes against humanity

c War crimes

d The crime of aggression

2 The Court shall exercise jurisdiction over the crime of aggression once a provision is adopted in

accordance with articles 121 and 123defining the crime and setting out the conditions under which the

Court shall exercise jurisdiction with respect to this crime Such a provision shall be consistent with the

relevant provisions of the Charter of the United Nations 12

Pasal 6 Statuta Roma tahun 1998

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

319

(apartheid) serta perbuatan manusiawi lainnya yang mengakibatkan

penderitaan terhadap fisik seseorang13

3 Kejahatan Perang (War Crime)

Kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan tertua diantara keempat tipe

kejahatan yang termasuk ke dalam yuridiksi ICC dan kejahatan akan menjadi

kejahatan yang paling pertama dalam proses penghukumannya menurut hukum

internasional14

Kejahatan perang yang dimaksud disini hampir sama dengan

kejahatan kemanusiaan yang pada dasarnya perbuatan membunuh dan

menghilangkan nyawa orang lain dan melanggar konvensi hukum perang yaitu

konvensi Jenewa 1949

4 Kejahatan Agresi (Crime against aggression)

Kejahatan agresi yang termasuk ke dalam yuridiksi Mahkamah Pidana

Internasional yang dapat dikaitkan dengan ketentuan yang tertuang di dalam

piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya dalam ketentuan pasal 121

dan pasal 122 yang menyangkut mengenai intervensi dari negara lain dan

penyerangan terhadap negara lain Sedangkan yuridiksi personal meliputi

warga negara pihak maupun warga negara bukan pihak yang mengakui

yuridiksi Mahkamah serta warga negara bukan pihak namun kasusnya diajukan

ke Mahkamah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Hal ini berlaku

bagi setiap individu baik pejabat diplomatik maupun pejabat pemerintahan15

dan berlaku untuk para komandan atau para pejabat sipil16

kecuali bagi anak

yang berumur dibawah 18 tahun17

Sebagaimana tertuang secara spesifik di

dalam pasal 27 Statuta Roma yang berbunyi

(1)ldquoThis Statute shall apply equally to all persons without any

distinction based on official capacity In particular official capacity

as a Head od State or Government a member of a Government of

parliament an elected representative or a government official shall in

no case exempt a person from criminal responsibility under this

13

Pasal 7 Statuta Roma tahun 1998 14

William A Schabas (2004) An Introduction to the International Criminal Court Cambridge

University Press hlm 51 15

Statute roma pasal 27 16

Statute roma pasal 28 17

Statute roma pasal 26

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

320

Statute nor shall it in and of itself constitute a ground for reduction

of sentencerdquo

(2)rdquoimmunities or special procedural rules wgich may attach to the

official capacity of a person whether undr national of international

law shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such

a personrdquo

Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok

Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida Menurut penulis kekerasan yang

terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang

melanggar hukum internasional seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta

Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan

tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC maka dari itu sebagai orang yang

bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau

bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di

hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut

B Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir

PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional

(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar

negara tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat internasional juga

memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat Berkaca

dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat

sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah

terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak

korban Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak wanita serta laki-laki

telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan18

serta dapat

mengancam perdamaian keamanan dan kesejahteraan dunia19

dan juga untuk

mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20

18

Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998 19

Ibid alinea ke-3 20

Ibid alinea ke-5

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 5: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

316

pusat dengan diberi dukungan oleh Inggris8 Konflik yang terjadi antara gerakan

pembebasan Sudan yaitu SLM dan JEM dengan milisi pemerintahan dan pasukan

Janjaweed SLM dan JEM telah menuduh pemerintahan Sudan telah melakukan

penindasan terhadap bangsa Afrika kulit hitam di Sudan bagian utara karena pasukan

Janjaweed yang didukung oleh milisi pemerintahan telah memborbardir daerah Sudan

dengan menggunakan bahan peledak serta paku barel memperkosa anak perempuan

dan perempuan dewasa membunuh pria dan anak laki-laki serta menghentikan pasokan

makanan dan air untuk para penduduk sejak tahun 2003 setidaknya 400000 orang

telah tewas dan lebih dari 2000000 orang terpaksa meningalkan rumah mereka untuk

mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian dan lebih dari 3500000 juta orang

benar-benar bergantung pada bantuan internasional untuk bertahan hidup9

Perbuatan yang dilakukan oleh milisi pemerintahan dibawah pimpinan presiden

Sudan sendiri yaitu Omar Al-bashir Perbuatan yang dilakukan oleh Omar Al-bashir

merupakan kejahatan kemanusiaan yang masuk ke dalam ruang lingkup serta yuridiksi

dari International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya ICC telah melayangkan

surat pemanggilan kepada Presiden Sudan Omar Al-bashir sebanyak 3 kali tetapi surat

pemanggilan tersebut tidak diindahkan oleh Omar Al-bashir serta negara Sudan karena

negara Sudan cenderung melindungi dan tidak mau menyerahkan presidennya untuk

diadili dihadapan International Criminal Court (ICC) Pada kenyataannya seharusnya

yang dilakukan oleh negara Sudan adalah memenuhi surat pemanggilan tersebut untuk

menyerahkan Omar Al-bashir dan memperbolehkan yuridiksi dari International

Criminal Court (ICC) untuk masuk ke wilayah Sudan dan menyelesaikan kasus

kejahatan Kemanusiaan yang dilakukan oleh Presiden Omar Al-bashir tersebut

AKejahatan Internasional Di Dalam Hukum Internasional

Tindak pidana pada dasarnya memiliki pengertian yaitu perbuatan yang

dilakukan dengan melanggar hukum yang berlaku Pada hakekatnya tidak ada

perbedaan pengertian antara tindak pidana nasional dan tindak pidana internasional

8httpherminsyahriwordpresscom20090307darfur-sudan-korban-kepentingan-barat diakses pada

tanggal 18 februari 2017 9httptranslategoogleusercontentcomtranslate_chl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwoprahcomworl

dGet-the-Facts-History-of-

Darfuramprurl=translategooglecoidamptwu=1ampusg=ALkJrhinLQbPMV8CQcL_lXlBoS8WLpe59g

diakses pada tanggal 18 Februari 2017

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

317

yang membedakan adalah tempat kejadian dan jenis perbuatan yang dilakukan Tindak

pidana nasional adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan di dalam yurisdiksi

suatu negara sedangkan tindak pidana internasional adalah perbuatan melanggar hukum

yang dilakukan di dalam yurisdiksi suatu negara dan perbuatan tersebut juga termasuk

ke dalam yurisdiksi pengadilan internasional

Rancangan ketiga Undang-Undang Pidana Internasional atau The International

Criminal Code tahun 1954 telah ditetapkan sebanyak 13 tipe kejahatan yang dapat

dijatuhi pidana berdasarkan hukum internasional yaitu10

a) Tindakan persiapan untuk agresi dan tindakan agresi

b) Persiapan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap negara lain

c) Mengorganisasi atau member dukungan persenjataan yang ditujukan untuk

memenuhi wilayah suatu negara

d) Memberikan dukungan di negara asing

e) Setiap terorisme di negara asing

f) Setiap pelanggaran atas perjanjian pembatasan senjata yang telah disetujui

g) Aneksasi wilayah asing

h) Genocide

i) Pelanggaran atas kebiasaan dan hukum perang

j) Setiang permufakatan pembujuan dan percobaan untuk melakukan tindakan

pidana tersebut pada butir 8 di atas

k) Piracy

l) Slavery

m) Apartheid

n) Threat and use of force against internationally protected persons

Pengaturan lebih lanjut mengenai jenis-jenis tindak pidana internasional juga

tertuang secara eksplisit di dalam Statuta Roma yang meliputi Genosida Kejahatan

Kemanusiaan Kejahatan Perang dan Agresi Di dalam pasal 13 Statuta Roma

10

R Abdussalam (2001) Hukum Pidana Internasional Restu Agung Jakarta hlm 65

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

318

menjelaskan bahwa yurisdiksi Mahkamah dapat berlaku jika berkaitan dengan kejahatan

yang tertera di pasal 5 Statuta Roma11

yaitu

1 Genosida (Genocide)

adalah kejahatan yang dilakukan dengan niat untuk merusak sebagian atau

keseluruhan etnis ras suku bangsa agama ataupun negara dengan cara

membunuh kelompok tersebut agar tidak ada yang melanjutkan kelompok

tersebut menyebabkan luka badan atau bahaya bagi mental kelompok tersebut

serta mencegah agar terjadinya kelahiran di kelompok tersebut Di dalam Pasal

6 Statuta Roma menyebutkan contoh kejahatan genosida yaitu

ldquomembunuh peserta kelompok menyebabkan luka badan maupun

mental peserta kelompok dengan sengaja melukai kondisi kehidupan

suatu kelompok yang diperhitungkan untuk merusak secara fisik baik

keseluruhan maupaun sebagian melakukan upaya-upaya pemaksaan

yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak dalam kelompok serta

memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke

kelompok lainnyardquo12

2 Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)

Kejahatan kemanusiaan adalah beberapa pebuatan yang dilakukan sebagai

bagian dari penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil

secara sistematis dengan pengetahuan penyerangan Kejahatan kemanusiaan

ini meliputi deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa pengurungan

atau penghalangan kemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar aturan-

aturan dasar hukum internasional pembudakan penyiksaan pemerkosaan

pembudakan seksual kehamilan secara paksa penindasan terhadap suatu

kelompok yang dikenal penghilangan orang secara paksa kejahata rasial

11

1 The Jurisdiction of the Court shall be limited to the most serious crimes of concern to the

international community as a whole The Court has jurisdiction in accordance with this Statute with

respect to the following crimes

a The crime of genocide

b Crimes against humanity

c War crimes

d The crime of aggression

2 The Court shall exercise jurisdiction over the crime of aggression once a provision is adopted in

accordance with articles 121 and 123defining the crime and setting out the conditions under which the

Court shall exercise jurisdiction with respect to this crime Such a provision shall be consistent with the

relevant provisions of the Charter of the United Nations 12

Pasal 6 Statuta Roma tahun 1998

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

319

(apartheid) serta perbuatan manusiawi lainnya yang mengakibatkan

penderitaan terhadap fisik seseorang13

3 Kejahatan Perang (War Crime)

Kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan tertua diantara keempat tipe

kejahatan yang termasuk ke dalam yuridiksi ICC dan kejahatan akan menjadi

kejahatan yang paling pertama dalam proses penghukumannya menurut hukum

internasional14

Kejahatan perang yang dimaksud disini hampir sama dengan

kejahatan kemanusiaan yang pada dasarnya perbuatan membunuh dan

menghilangkan nyawa orang lain dan melanggar konvensi hukum perang yaitu

konvensi Jenewa 1949

4 Kejahatan Agresi (Crime against aggression)

Kejahatan agresi yang termasuk ke dalam yuridiksi Mahkamah Pidana

Internasional yang dapat dikaitkan dengan ketentuan yang tertuang di dalam

piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya dalam ketentuan pasal 121

dan pasal 122 yang menyangkut mengenai intervensi dari negara lain dan

penyerangan terhadap negara lain Sedangkan yuridiksi personal meliputi

warga negara pihak maupun warga negara bukan pihak yang mengakui

yuridiksi Mahkamah serta warga negara bukan pihak namun kasusnya diajukan

ke Mahkamah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Hal ini berlaku

bagi setiap individu baik pejabat diplomatik maupun pejabat pemerintahan15

dan berlaku untuk para komandan atau para pejabat sipil16

kecuali bagi anak

yang berumur dibawah 18 tahun17

Sebagaimana tertuang secara spesifik di

dalam pasal 27 Statuta Roma yang berbunyi

(1)ldquoThis Statute shall apply equally to all persons without any

distinction based on official capacity In particular official capacity

as a Head od State or Government a member of a Government of

parliament an elected representative or a government official shall in

no case exempt a person from criminal responsibility under this

13

Pasal 7 Statuta Roma tahun 1998 14

William A Schabas (2004) An Introduction to the International Criminal Court Cambridge

University Press hlm 51 15

Statute roma pasal 27 16

Statute roma pasal 28 17

Statute roma pasal 26

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

320

Statute nor shall it in and of itself constitute a ground for reduction

of sentencerdquo

(2)rdquoimmunities or special procedural rules wgich may attach to the

official capacity of a person whether undr national of international

law shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such

a personrdquo

Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok

Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida Menurut penulis kekerasan yang

terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang

melanggar hukum internasional seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta

Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan

tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC maka dari itu sebagai orang yang

bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau

bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di

hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut

B Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir

PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional

(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar

negara tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat internasional juga

memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat Berkaca

dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat

sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah

terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak

korban Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak wanita serta laki-laki

telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan18

serta dapat

mengancam perdamaian keamanan dan kesejahteraan dunia19

dan juga untuk

mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20

18

Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998 19

Ibid alinea ke-3 20

Ibid alinea ke-5

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 6: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

317

yang membedakan adalah tempat kejadian dan jenis perbuatan yang dilakukan Tindak

pidana nasional adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan di dalam yurisdiksi

suatu negara sedangkan tindak pidana internasional adalah perbuatan melanggar hukum

yang dilakukan di dalam yurisdiksi suatu negara dan perbuatan tersebut juga termasuk

ke dalam yurisdiksi pengadilan internasional

Rancangan ketiga Undang-Undang Pidana Internasional atau The International

Criminal Code tahun 1954 telah ditetapkan sebanyak 13 tipe kejahatan yang dapat

dijatuhi pidana berdasarkan hukum internasional yaitu10

a) Tindakan persiapan untuk agresi dan tindakan agresi

b) Persiapan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap negara lain

c) Mengorganisasi atau member dukungan persenjataan yang ditujukan untuk

memenuhi wilayah suatu negara

d) Memberikan dukungan di negara asing

e) Setiap terorisme di negara asing

f) Setiap pelanggaran atas perjanjian pembatasan senjata yang telah disetujui

g) Aneksasi wilayah asing

h) Genocide

i) Pelanggaran atas kebiasaan dan hukum perang

j) Setiang permufakatan pembujuan dan percobaan untuk melakukan tindakan

pidana tersebut pada butir 8 di atas

k) Piracy

l) Slavery

m) Apartheid

n) Threat and use of force against internationally protected persons

Pengaturan lebih lanjut mengenai jenis-jenis tindak pidana internasional juga

tertuang secara eksplisit di dalam Statuta Roma yang meliputi Genosida Kejahatan

Kemanusiaan Kejahatan Perang dan Agresi Di dalam pasal 13 Statuta Roma

10

R Abdussalam (2001) Hukum Pidana Internasional Restu Agung Jakarta hlm 65

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

318

menjelaskan bahwa yurisdiksi Mahkamah dapat berlaku jika berkaitan dengan kejahatan

yang tertera di pasal 5 Statuta Roma11

yaitu

1 Genosida (Genocide)

adalah kejahatan yang dilakukan dengan niat untuk merusak sebagian atau

keseluruhan etnis ras suku bangsa agama ataupun negara dengan cara

membunuh kelompok tersebut agar tidak ada yang melanjutkan kelompok

tersebut menyebabkan luka badan atau bahaya bagi mental kelompok tersebut

serta mencegah agar terjadinya kelahiran di kelompok tersebut Di dalam Pasal

6 Statuta Roma menyebutkan contoh kejahatan genosida yaitu

ldquomembunuh peserta kelompok menyebabkan luka badan maupun

mental peserta kelompok dengan sengaja melukai kondisi kehidupan

suatu kelompok yang diperhitungkan untuk merusak secara fisik baik

keseluruhan maupaun sebagian melakukan upaya-upaya pemaksaan

yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak dalam kelompok serta

memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke

kelompok lainnyardquo12

2 Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)

Kejahatan kemanusiaan adalah beberapa pebuatan yang dilakukan sebagai

bagian dari penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil

secara sistematis dengan pengetahuan penyerangan Kejahatan kemanusiaan

ini meliputi deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa pengurungan

atau penghalangan kemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar aturan-

aturan dasar hukum internasional pembudakan penyiksaan pemerkosaan

pembudakan seksual kehamilan secara paksa penindasan terhadap suatu

kelompok yang dikenal penghilangan orang secara paksa kejahata rasial

11

1 The Jurisdiction of the Court shall be limited to the most serious crimes of concern to the

international community as a whole The Court has jurisdiction in accordance with this Statute with

respect to the following crimes

a The crime of genocide

b Crimes against humanity

c War crimes

d The crime of aggression

2 The Court shall exercise jurisdiction over the crime of aggression once a provision is adopted in

accordance with articles 121 and 123defining the crime and setting out the conditions under which the

Court shall exercise jurisdiction with respect to this crime Such a provision shall be consistent with the

relevant provisions of the Charter of the United Nations 12

Pasal 6 Statuta Roma tahun 1998

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

319

(apartheid) serta perbuatan manusiawi lainnya yang mengakibatkan

penderitaan terhadap fisik seseorang13

3 Kejahatan Perang (War Crime)

Kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan tertua diantara keempat tipe

kejahatan yang termasuk ke dalam yuridiksi ICC dan kejahatan akan menjadi

kejahatan yang paling pertama dalam proses penghukumannya menurut hukum

internasional14

Kejahatan perang yang dimaksud disini hampir sama dengan

kejahatan kemanusiaan yang pada dasarnya perbuatan membunuh dan

menghilangkan nyawa orang lain dan melanggar konvensi hukum perang yaitu

konvensi Jenewa 1949

4 Kejahatan Agresi (Crime against aggression)

Kejahatan agresi yang termasuk ke dalam yuridiksi Mahkamah Pidana

Internasional yang dapat dikaitkan dengan ketentuan yang tertuang di dalam

piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya dalam ketentuan pasal 121

dan pasal 122 yang menyangkut mengenai intervensi dari negara lain dan

penyerangan terhadap negara lain Sedangkan yuridiksi personal meliputi

warga negara pihak maupun warga negara bukan pihak yang mengakui

yuridiksi Mahkamah serta warga negara bukan pihak namun kasusnya diajukan

ke Mahkamah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Hal ini berlaku

bagi setiap individu baik pejabat diplomatik maupun pejabat pemerintahan15

dan berlaku untuk para komandan atau para pejabat sipil16

kecuali bagi anak

yang berumur dibawah 18 tahun17

Sebagaimana tertuang secara spesifik di

dalam pasal 27 Statuta Roma yang berbunyi

(1)ldquoThis Statute shall apply equally to all persons without any

distinction based on official capacity In particular official capacity

as a Head od State or Government a member of a Government of

parliament an elected representative or a government official shall in

no case exempt a person from criminal responsibility under this

13

Pasal 7 Statuta Roma tahun 1998 14

William A Schabas (2004) An Introduction to the International Criminal Court Cambridge

University Press hlm 51 15

Statute roma pasal 27 16

Statute roma pasal 28 17

Statute roma pasal 26

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

320

Statute nor shall it in and of itself constitute a ground for reduction

of sentencerdquo

(2)rdquoimmunities or special procedural rules wgich may attach to the

official capacity of a person whether undr national of international

law shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such

a personrdquo

Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok

Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida Menurut penulis kekerasan yang

terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang

melanggar hukum internasional seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta

Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan

tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC maka dari itu sebagai orang yang

bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau

bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di

hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut

B Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir

PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional

(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar

negara tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat internasional juga

memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat Berkaca

dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat

sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah

terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak

korban Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak wanita serta laki-laki

telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan18

serta dapat

mengancam perdamaian keamanan dan kesejahteraan dunia19

dan juga untuk

mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20

18

Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998 19

Ibid alinea ke-3 20

Ibid alinea ke-5

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 7: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

318

menjelaskan bahwa yurisdiksi Mahkamah dapat berlaku jika berkaitan dengan kejahatan

yang tertera di pasal 5 Statuta Roma11

yaitu

1 Genosida (Genocide)

adalah kejahatan yang dilakukan dengan niat untuk merusak sebagian atau

keseluruhan etnis ras suku bangsa agama ataupun negara dengan cara

membunuh kelompok tersebut agar tidak ada yang melanjutkan kelompok

tersebut menyebabkan luka badan atau bahaya bagi mental kelompok tersebut

serta mencegah agar terjadinya kelahiran di kelompok tersebut Di dalam Pasal

6 Statuta Roma menyebutkan contoh kejahatan genosida yaitu

ldquomembunuh peserta kelompok menyebabkan luka badan maupun

mental peserta kelompok dengan sengaja melukai kondisi kehidupan

suatu kelompok yang diperhitungkan untuk merusak secara fisik baik

keseluruhan maupaun sebagian melakukan upaya-upaya pemaksaan

yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak dalam kelompok serta

memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke

kelompok lainnyardquo12

2 Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)

Kejahatan kemanusiaan adalah beberapa pebuatan yang dilakukan sebagai

bagian dari penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil

secara sistematis dengan pengetahuan penyerangan Kejahatan kemanusiaan

ini meliputi deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa pengurungan

atau penghalangan kemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar aturan-

aturan dasar hukum internasional pembudakan penyiksaan pemerkosaan

pembudakan seksual kehamilan secara paksa penindasan terhadap suatu

kelompok yang dikenal penghilangan orang secara paksa kejahata rasial

11

1 The Jurisdiction of the Court shall be limited to the most serious crimes of concern to the

international community as a whole The Court has jurisdiction in accordance with this Statute with

respect to the following crimes

a The crime of genocide

b Crimes against humanity

c War crimes

d The crime of aggression

2 The Court shall exercise jurisdiction over the crime of aggression once a provision is adopted in

accordance with articles 121 and 123defining the crime and setting out the conditions under which the

Court shall exercise jurisdiction with respect to this crime Such a provision shall be consistent with the

relevant provisions of the Charter of the United Nations 12

Pasal 6 Statuta Roma tahun 1998

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

319

(apartheid) serta perbuatan manusiawi lainnya yang mengakibatkan

penderitaan terhadap fisik seseorang13

3 Kejahatan Perang (War Crime)

Kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan tertua diantara keempat tipe

kejahatan yang termasuk ke dalam yuridiksi ICC dan kejahatan akan menjadi

kejahatan yang paling pertama dalam proses penghukumannya menurut hukum

internasional14

Kejahatan perang yang dimaksud disini hampir sama dengan

kejahatan kemanusiaan yang pada dasarnya perbuatan membunuh dan

menghilangkan nyawa orang lain dan melanggar konvensi hukum perang yaitu

konvensi Jenewa 1949

4 Kejahatan Agresi (Crime against aggression)

Kejahatan agresi yang termasuk ke dalam yuridiksi Mahkamah Pidana

Internasional yang dapat dikaitkan dengan ketentuan yang tertuang di dalam

piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya dalam ketentuan pasal 121

dan pasal 122 yang menyangkut mengenai intervensi dari negara lain dan

penyerangan terhadap negara lain Sedangkan yuridiksi personal meliputi

warga negara pihak maupun warga negara bukan pihak yang mengakui

yuridiksi Mahkamah serta warga negara bukan pihak namun kasusnya diajukan

ke Mahkamah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Hal ini berlaku

bagi setiap individu baik pejabat diplomatik maupun pejabat pemerintahan15

dan berlaku untuk para komandan atau para pejabat sipil16

kecuali bagi anak

yang berumur dibawah 18 tahun17

Sebagaimana tertuang secara spesifik di

dalam pasal 27 Statuta Roma yang berbunyi

(1)ldquoThis Statute shall apply equally to all persons without any

distinction based on official capacity In particular official capacity

as a Head od State or Government a member of a Government of

parliament an elected representative or a government official shall in

no case exempt a person from criminal responsibility under this

13

Pasal 7 Statuta Roma tahun 1998 14

William A Schabas (2004) An Introduction to the International Criminal Court Cambridge

University Press hlm 51 15

Statute roma pasal 27 16

Statute roma pasal 28 17

Statute roma pasal 26

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

320

Statute nor shall it in and of itself constitute a ground for reduction

of sentencerdquo

(2)rdquoimmunities or special procedural rules wgich may attach to the

official capacity of a person whether undr national of international

law shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such

a personrdquo

Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok

Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida Menurut penulis kekerasan yang

terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang

melanggar hukum internasional seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta

Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan

tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC maka dari itu sebagai orang yang

bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau

bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di

hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut

B Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir

PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional

(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar

negara tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat internasional juga

memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat Berkaca

dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat

sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah

terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak

korban Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak wanita serta laki-laki

telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan18

serta dapat

mengancam perdamaian keamanan dan kesejahteraan dunia19

dan juga untuk

mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20

18

Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998 19

Ibid alinea ke-3 20

Ibid alinea ke-5

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 8: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

319

(apartheid) serta perbuatan manusiawi lainnya yang mengakibatkan

penderitaan terhadap fisik seseorang13

3 Kejahatan Perang (War Crime)

Kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan tertua diantara keempat tipe

kejahatan yang termasuk ke dalam yuridiksi ICC dan kejahatan akan menjadi

kejahatan yang paling pertama dalam proses penghukumannya menurut hukum

internasional14

Kejahatan perang yang dimaksud disini hampir sama dengan

kejahatan kemanusiaan yang pada dasarnya perbuatan membunuh dan

menghilangkan nyawa orang lain dan melanggar konvensi hukum perang yaitu

konvensi Jenewa 1949

4 Kejahatan Agresi (Crime against aggression)

Kejahatan agresi yang termasuk ke dalam yuridiksi Mahkamah Pidana

Internasional yang dapat dikaitkan dengan ketentuan yang tertuang di dalam

piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya dalam ketentuan pasal 121

dan pasal 122 yang menyangkut mengenai intervensi dari negara lain dan

penyerangan terhadap negara lain Sedangkan yuridiksi personal meliputi

warga negara pihak maupun warga negara bukan pihak yang mengakui

yuridiksi Mahkamah serta warga negara bukan pihak namun kasusnya diajukan

ke Mahkamah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Hal ini berlaku

bagi setiap individu baik pejabat diplomatik maupun pejabat pemerintahan15

dan berlaku untuk para komandan atau para pejabat sipil16

kecuali bagi anak

yang berumur dibawah 18 tahun17

Sebagaimana tertuang secara spesifik di

dalam pasal 27 Statuta Roma yang berbunyi

(1)ldquoThis Statute shall apply equally to all persons without any

distinction based on official capacity In particular official capacity

as a Head od State or Government a member of a Government of

parliament an elected representative or a government official shall in

no case exempt a person from criminal responsibility under this

13

Pasal 7 Statuta Roma tahun 1998 14

William A Schabas (2004) An Introduction to the International Criminal Court Cambridge

University Press hlm 51 15

Statute roma pasal 27 16

Statute roma pasal 28 17

Statute roma pasal 26

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

320

Statute nor shall it in and of itself constitute a ground for reduction

of sentencerdquo

(2)rdquoimmunities or special procedural rules wgich may attach to the

official capacity of a person whether undr national of international

law shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such

a personrdquo

Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok

Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida Menurut penulis kekerasan yang

terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang

melanggar hukum internasional seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta

Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan

tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC maka dari itu sebagai orang yang

bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau

bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di

hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut

B Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir

PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional

(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar

negara tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat internasional juga

memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat Berkaca

dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat

sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah

terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak

korban Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak wanita serta laki-laki

telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan18

serta dapat

mengancam perdamaian keamanan dan kesejahteraan dunia19

dan juga untuk

mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20

18

Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998 19

Ibid alinea ke-3 20

Ibid alinea ke-5

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 9: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

320

Statute nor shall it in and of itself constitute a ground for reduction

of sentencerdquo

(2)rdquoimmunities or special procedural rules wgich may attach to the

official capacity of a person whether undr national of international

law shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such

a personrdquo

Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok

Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida Menurut penulis kekerasan yang

terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang

melanggar hukum internasional seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta

Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan

tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC maka dari itu sebagai orang yang

bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau

bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di

hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut

B Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir

PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional

(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar

negara tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat internasional juga

memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat Berkaca

dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat

sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah

terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak

korban Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak wanita serta laki-laki

telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan18

serta dapat

mengancam perdamaian keamanan dan kesejahteraan dunia19

dan juga untuk

mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20

18

Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998 19

Ibid alinea ke-3 20

Ibid alinea ke-5

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 10: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

321

Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional

Kontemporer yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang

atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional21

Sementara menurut

Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu

dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut

hukum internasional contohnya adalah negara sedangkan dalam arti yang lebih luas

dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang

dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas salah satu contohnya yaitu

individu22

Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah

Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court (ICC)Mahamah Pidana

Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague

(Den Haag) Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan

paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari

pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat

tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya

Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan

kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma

Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan

tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23

penuntut disini dapat

diwakili oleh negara peserta Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan

proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi

mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima24

Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu

negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik

pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah

Pidana Internasional Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan

menerapkan unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur serta

pembuktiannya kemudian jika pantas perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan

prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional termasuk prinsip yang ada dari

21

Jawahir Tantowi (2006) Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika Aditama hlm 104 22

Mochtar Kusumaatmadja (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin hlm 70 23

William A Schabas (2004) Opcit hlm 119 24

Pasal 15 Statuta Roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 11: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

322

hukum internasional tentang konflik bersenjata mahkamah dapat menerapkan prinsip-

prinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya

(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus

konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal

menentang yang menunjuk pada jenis kelamin umur ras warna kulit bahasa agama

atau kepercayaan pendapat politis atau opini lainnya etnik atau asal usul harta

kekayaan kelahiran atau status lainnya25

Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana

internasional Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional

tertuang di dalam Statuta Roma Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah

satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma di dalam pasal 22 Statuta Roma

yang berbuyi

(1)rdquoA person shall not be criminally responsible under this Statute unless

the conduct in question constitutes at the time it takes place a crime within

the jurisdiction of the Court

(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be

extended by analogy In case of ambiguity the definition shall be

interpreted in favour of the person being investifated prosecuted or

convictedrdquo

Selain asas Nullum Crimen Sine Legecedil di dalam Statuta Roma juga dijelaskan

mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26

yaituldquo A person convicted by the Court may be

punished only in accordance with this Statuterdquo

Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy

Ratione Personae27

yaitu

(1)rdquoNo person chall be criminally responsible under this Statute for conduct

prior to the entry into force of the Statute

(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a

final judgement the law more favourable to the person being investigated

prosecuted or convicted shall applyrdquo

Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di

dalam Statuta Roma Konflik yang telah berlangsung di Darfur Sudan telah

25

Pasal 21 Statuta Roma 26

Pasal 23 Statuta Roma 27

Pasal 24 statuta roma

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 12: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

323

berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional

tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik

yang terjadi pada tahun 2003 Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya

bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma

tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002 artinya kasus Sudan tidak melanggar

asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah

Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya

Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Konflik yang

terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini

mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya

termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Konflik yang terjadi di Sudan secara

jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan

yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan

kemanusiaan Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab

oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional

sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya tetapi

pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed

untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur Masalit dan Zaghawa

Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara

meratifikasi statute tersebut Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap

dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal

13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa

ldquoA situation in which one or more of such crimes appears to have ben

committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with

article 14rdquo

Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut

ldquo(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or

more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been

committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the

purpose of determining whether one or more specific persongs should be

charged with the commission of sich crimes

(2) As far as possible a referral shall specify the relevant circumstances

and be accompanied by such supporting documentation as is available to

the State referring the situation

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 13: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

324

Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah

Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh

negara peserta dari Statuta Roma Melalui United Nations General Assembly resolution

3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara

bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas

kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa

Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan

tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk

memperkuat dakwaan tersebut maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat

masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

genosida ketiga etnis Fur Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300000 orang meninggal dunia dan sebanyak 25

juta orang terpaksa menjadi pengungsi disamping itu Majelis Umum PBB telah

mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang

situasi di Darfur Sudan Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun

menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana

Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi

Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar

Al-bashir sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin

negaranya tersebut sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah

tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir dapat disimpulkan bahwa

para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan

serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung

jawab atas konflik di Darfur Sudan

Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan

dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC

dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28

Hal ini berarti jika dilihat dari

asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan maka sudah

28

UNGA res 1593 tentang situasi di sudan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 14: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

325

seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden

Sudan Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini disimpulkan Bahwa di

dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus yang manasetiap orang yang

memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum

baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas Namun di

pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta

Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside kejahatankemanusiaan

agresi kejahatanperang)

KonteksPrahara yang terjadi di Darfur-

SudansudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden

Sudan Omar Al-bashir (seperti yang

kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum)

perbuatanpidanayang telahdilakukanoleh Omar Al-bashiradalahperbuatan di

bawahyurisdiksi ICC yaitukejahatankemanusiaandangenoside

terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen Kejahatankemanusiaan

genosida sertakejahatanperang yang di tuduhkankepada Omar Al-

bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta

Roma

secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan

yurisdiksinya halinijugaberlakukepada Omar Al-bashir yang

telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara makadariitu ICC

sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah territorial

darinegara Sudan untukmenangkapdanmembawaPresiden Sudan Omar Al-

bashirkehadapanMahkamah

Daftar Pustaka

IbrahimJohnny (2007) TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif Malang

Bayumedia Publishing

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf

Page 15: Semnas Sipendikum FH UNIKAMA · Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961, Resolusi PBB. Hasil dan Pembahasan Sudan adalah sebuah negara yang

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

326

TantowiJawahir (2006)Hukum Internasional Kontemporer Bandung PT Refika

Aditama

KusumaatmadjaMochtar (1976) Pengantar Hukum Internasional Putra Abardin

AbdussalamR (2001) Hukum Pidana Internasional Jakarta Restu Agung

SchabasWilliam A (2004) An Introduction to The International Criminal Court

Cambridge University Press

PeraturanPerundang-undangan

Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998

United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations

Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities

United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of

International Cooperation In The Detection Arrest Extradition And

Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity

United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In

Darfur Sudan To Prosecutor of International Criminal Court

Website

httppks-sudancomindexphpoption=com_contentampview=articleampid=49ampItemid=73

dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin 15 Juni 2009

httpwwwpolitiklipigoidindexphpinkolompolitik-internasional403-referendum-

penutup-konflik-sudan

httpinternasionalkompascomread2010071403595775ICCMintaPresidenSudan

Ditangkap

httpwwwelsamoriddownloads1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu

ll_INDOpdf