seminar nasional - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/azwar ananda.pdfmakalah berjumlah...

26
PENERBIT UNP PRESS PADANG Prosiding Seminar Nasional 70 Tahun Indonesia Merdeka (Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menanggapi Persoalan Bangsa) ISBN 978-602-1178-15-7 Padang, 17 Oktober 2015

Upload: nguyennhi

Post on 08-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

PENERBIT UNP PRESS PADANG

ProsidingSeminar Nasional

70 Tahun Indonesia Merdeka (Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Menanggapi Persoalan Bangsa)

ISBN 978-602-1178-15-7

Padang, 17 Oktober 2015

Asus
Typewritten text
Editor: Isnarmi Moeis
Asus
Typewritten text
Page 2: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

PROSIDINGSEMINAR NASIONAL

Tema: 70 TAHUN INDONESIA MERDEKA(Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Menanggapi Persoalan Bangsa)Padang, 17 Oktober 2015

Page 3: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANO 19 TAHUN 2002

TENTANG HAK CIPTAPASAL 72

KETENTUAN PIDANA SANGSI PELANGGARAN

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan ataumemperbanyak suatu Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipi-dana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dandenda paling sedikit Rp 1.000.000, 00 (satu juta rupiah), ataupidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda palingbanyak Rp 5.000.000.000, 00 (lima milyar rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan,memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatuCiptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau HakTerkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

PROSIDINGSEMINAR NASIONAL

Tema: 70 TAHUN INDONESIA MERDEKA(Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Menanggapi Persoalan Bangsa)Padang, 17 Oktober 2015

UNP PRESS2015

Page 5: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

PROSIDINGSEMINAR NASIONALTema:70 TAHUN INDONESIA MERDEKA(Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraandalam Menanggapi Persoalan Bangsa)

ISBN:978-602-1178-15-7

PENERBITUNP Press

PENANGGUNG JAWABDr. Maria Montessori, M.Ed., M.SiDr. Fatmariza, M.Hum

EDITOR KEPALADr. Isnarmi Moeis, M.Pd, M.A

EDITOR PEMBANTUDr. Junaidi Indrawadi, S.Pd., M.PdAlia Azmi, S.IP., M.Si

EDITOR BAHASADr. Abdurahman, M.Pd.

Page 6: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita persembahkan ke hadirat Allah swt,karena atas karunia-Nya Prosiding Seminar Nasional PendidikanKewarganegaraan telah dapat diterbitkan. Seminar dengan tema“70 Tahun Indonesia Merdeka: Prospek dan TantanganPendidikan Kewarganegaraan dalam Menanggapi PersoalanBangsa,” telah dilaksanakan pada tanggal 17/18 Oktober 2015 diAula Fakultas Ilmu Pendidikan Lt. 4 Universitas Negeri Padang,yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Kewarganegara-an Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, yang dihadirioleh 148 peserta.

Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai bentukperhatian terhadap persoalan kebangsaan yang dihadapipemerintahan Presiden Joko Widodo berkaitan dengan nilai dankarakter bangsa seperti; sikap boros dan konsumtif, kekerasanterhadap anak dan perempuan, melemahnya nilai-nilai kesan-tunan terhadap pemimpin dan orang tua, kasus-kasus korupsi,dan semakin maraknya ideologi sekuler yang merongrongideologi Pancasila. Seminar ini merupakan media saling menukarinformasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, sumbang sarandalam mengatasi persoalan kebangsaan.

Prosiding ini memuat makalah seminar dari berbagai hasilpenelitian mengenai persoalan kebangsaan yang dibagi menjadiempat sub tema; pendidikan pembelajaran, sosial budaya dankemasyarakatan, politik hukum dan pemerintahan, filsafat danideologi negara. Makalah berjumlah 13 buah berasal dari dosenPPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baikyang berprofesi sebagai praktisi, politisi dan wiraswasta sertamahasiswa S1 dan S2.

Semoga penerbitan prosiding ini dapat digunakan sebagaibahan rujukan pembelajaran dalam membahas nilai-nilai dankarakter bangsa dalam pengembangan pendidikan kewarga-

Page 7: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

ii

negaraan di masa yang akan datang. Akhir kata kepada semuapihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.

Padang, November 2015Ketua Panitia Seminar danMubes Alumni Pkn

Dr. Junaidi Indrawadi, M.Pd

Page 8: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................iDAFTAR ISI ....................................................................................... iii1. PROSPEK DAN TANTANGAN PENDIDIKAN

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)DALAM MENGHADAPI PERSOALAN BANGSAUdin S. Winataputra.....................................................................1

2. PENILAIAN AFEKTIF PADA PEMBELAJARAN PPKnDI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERIKOTA PADANGMaria Montessori, Ambiyar.....................................................52

3. INTEGRASI PANCASILA SEBAGAI CHARACTERBUILDING DI LINGKUNGAN PENDIDIKANFORMALAkmal Sutja, Irzal Anderson ....................................................67

4. URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARANDALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAANPESERTA DIDIKSudirman ......................................................................................79

5. REDEFINISI KONSEP “KEWARGANEGARAAN”(CITIZENSHIP) DALAM PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN DALAM UPAYAMENGHADAPI TANTANGAN BANGSAIsnarmi Moeis ............................................................................100

6. TANTANGAN PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN DI MASA DEPAN (Ditinjaudari Prespektif Pembelajaran di Sekolah Tinggi IlmuKesehatan)Inge Angelia...............................................................................112

7. GENDER DAN PERTIMBANGAN MORAL (StrategiPengembangan Pembelajaran PPKn yang Bernilai)Fatmariza.....................................................................................119

Page 9: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

iv

8. PENDANAAN PARTAI POLITIK UNTUKPENDIDIKAN POLITIK (Studi Terhadap Partai X danPartai Y di Kota Padang)Al Rafni, Suryanef, dan Aina..................................................140

9. ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN KOTAPADANG DAN KAMPANYE PEMILU LEGISLATIF2014Nurman S., Al Rafni, dan Suryanef.......................................165

10. POLA RELASI KONSTITUEN DENGANPEREMPUAN ANGGOTA LEGISLATIF HASILPEMILU 2014 DI KOTA PADANGSuryanef, Al Rafni ....................................................................185

11. MENGENAL NAGARI SUMPUR SEBAGAI NAGARIPUSAKA DI SUMATERA BARATSusi Fitria Dewi.........................................................................202

12. MODEL INSERT PEMBELAJARAN NILAI-NILAIKEBANGSAAN DALAM MATA PELAJARANPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAHDASARAzwar Ananda, Junaidi Indrawadi........................................215

13. MODEL PERLINDUNGAN DESA/NAGARI ADAT DIINDONESIA (Kajian Dari Aspek Hukum dan HakAsasi Manusia)Akmal ..........................................................................................232

Page 10: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

215

MODEL INSERT PEMBELAJARAN NILAI-NILAIKEBANGSAAN DALAM

MATA PELAJARAN PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR

Azwar Ananda, Junaidi IndrawadiFakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

[email protected], [email protected]

ABSTRACTThis article elaborates the implementation of

nationalist character values in elementary school and themodel of character values development using insert model,based on research in several elementary schools in Padangcity. This research is inspired by the decrease of nationalistvalues and the emergence of negative attitudes incommunity live which can be seen from the lack ofpoliteness, brutal manners, anarchism, obtrusion, andsolving problems without legal procedure. This indicationhappens to all level of professional and educationalbackground. Beside explaining the process of teachingnationalist character values in several elementary schools inPadang City, the article also suggests insert model as apractical and effective model to teach nationalist charactervalues. This model’s practicality and effectivity have beentested in experiment in several elementary schools in thecity. The result shows that this model is practical andeffective to be conducted in elementary schools.Key words: nationalist values, Insert model, CivicEducation

PENDAHULUANSalah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan

di Indonesia pada dekade terakhir adalah masalah bagaimanamenanamkan nilai-nilai kebangsaan terhadap segenap elemenbangsa pada umumnya dan terhadap peserta didik pada

Page 11: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

216

khususnya. Nilai-nilai kebangsaan adalah nilai-nilai yangmenjadi perekat kemajemukan dari berbagai suku bangsa yangada di Indonesia menjadi bangsa yang tergabung dalam NegaraKesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini sangat dirasakansetelah berjalanya orde reformasi sejak tahun 1998, makadirasakan semakin suramnya kesadaran berbangsa yang dimilikioleh anak bangsa Indonesia yang ditandai dengan tidak ada lagisopan santun, brutal, anarkhis, memaksakan kehendak,menyelesaikan masalah tanpa melalui prosedur hukum. Salahsatu obat yang ditawarkan adalah memikirkan kembali bagai-mana mendidik anak-anak bangsa dengan nilai-nilai kebangsaansehingga kita bangsa Indonesia kembali bisa hidup damai, salingmenghargai, sopan, tidak main hakim sendiri sehingga kita bisamerasakan kembali bagaimana hidup ditengah masyarakatdengan aman, damai dan sejahtera di tengah-tengah masyarakatyang serba majemuk.

Beberapa upaya dilakukan oleh pemerintah dan lembaganegara lainnya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Pemerintahmemprogramkan pendidikan karakter pada semua jenjangpendidika. Sebagai lembaga negara, Majelis PermusyawaratanRakyat Republik Indonesia (MPR RI) juga menetapkan empatpilar kehidupan berbangsa Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 45,Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. NKRI yang diproklamirkanoleh founding father pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai wadahuntuk hidup bagi bangsa Indonesia. Dasar wadah tersebutadalah Filosofi Negara Pancasila. Kehidupan yang harus terjamindi dalam wadah itu adalah Bhineka Tunggal Ika. Agar tidakterjadi kekacauan di dalam wadah itu maka disepakatilah aturanyang berlaku, yaitu UUD 45.

Namun demikian yang kita lihat dan kita amati sehari-hariadalah kejadian dan persitiwa yang tidak sesuai dengan pesandari empat pilar kehidupan tersebut. Banyak terjadi anarkhisme,brutalisme, korupsi, berbicara tidak lagi menurut tatakrama, danlain-lain. Kerisauan ini agaknya bisa kita obati melalui pendidi-kan yang baik, khususnya dengan memperbaiki prosespembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Page 12: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

217

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikanyang bertujuan mendidik warganegara yang baik. Warga negarayang baik adalah warga yang memiliki nilai-nilai kebangsaanseperti cinta tanah air, toleransi, saling menghoranti perbedaan,patriotism, demokratis, memeyelesaikan masalah dengan damaidan bersedia bekorban untuk bangsa dan negaranya. Nilai-nilaiini sudah hampir tidak lagi mendapat perhatian di tengah-tengahgemerlapnya eforia reformasi. Pada hal ini nilai-nilai adalahsangat penting dalam pelaksanaan pendidikan Indonesia.Praktek pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selama iniditandai oleh terlalu menekankan terhadap aspek intelektual(kognitif) ketimbang membina nilai-nilai dalam diri siswa (aspekafektif dan psychomotor). Pembinaan nilai-nilai dalam diripeserta didik harus dimulai sedini mungkin dan berlangsungterus menerus. Di sisi lain guru harus punya wawasan danketerampilan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraanyang bernuansa pendidikan karakter kebangsaan.

METODOLOGILahirnya model insert ini dilakukan dengan mempedomani

langkah-langkah metode Penelitian dan Pengembangan (Researchand Development). Penelitian diawali dengan merumuskanmasalah dengan melihat kondisi pendidikan nilai kebangsaanmelalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yangberlangsung saat ini di Sekolah Dasar. Dilanjutkan dengan needassessment, mengumpulkan dan menganalisis data empiris, disainmodel, FGD, revisi model dan validasi model. Kemudiandilakukan uji efektifitas dan praktikalitas model insert yang telahdikembangkan. Ujicoba dilakukan pada tiga Sekolah Dasar diKota Padang, yaitu Sekolah Dasar Negeri 15 Lolong KecamatanPadang Utara, Sekolah Dasar Negeri 11 Lubuk Buaya KecamatanKoto Tangah dan Sekolah Dasar Negeri 29 Dadok TunggulKecamatan Koto Tangah.

Page 13: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

218

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai Karakter Kebangsaan diSekolah Dasar Kota Padang

Pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai karakter kebangsaanmelalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yangberlangsung di Sekolah Dasar Kota Padang secara sederhanadapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Guru dalam prosespembelajaran belum ada atau belum melaksanakan pendidikan/pembinaan nilai-nilai karkter kebangsaan secara eksplisit. 2) Polapembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan oleh guru masihmenekankan pada aspek kognitif dan belum memberi perhatianterhadap aspek afektif dan psychomotor secara seimbang. 3) Polapembelajaran yang masih menakankan pada aspek kognitiftersebut umumnya berorientasi pada aspek kognitif tingkatrendah, yaitu bersifat ingatan atau recalling.

Dari gambaran pelaksanaan pembelajaran nilai-nilaikarakter di atas tentunya belum bisa mencapai hakikat daripendidikan kewargangeraan sebagai leading sector pembentu-kan wargangera yang baik dengan sikap cinta tanah air,demokratis, bertanggungjawab dan nilai-nilai kebangsaanlainnya.

1. Rancangan Model Insert dalam Pembelajaran Nilai-nilaiKebangsaan di Sekolah Dasar

Setelah melakukan evaluasi menyeluruh (need of assessment)terhadap pola pembelajaran PKn di Sekolah Dasar Kota Padang,maka Peneliti mengembangkan model pembelajaran nilai-nilaikebangsaan pada mata pelajaran PKn di Kota Padang yangdinamakan Model Insert. Berikut adalah Model Insert dalampembinaan nilai-nilai kebangsaan yang kiranya dapat dilaksana-kan oleh guru secara mudah dan praktis.

a. Landasan Teori Model Insert dalam Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan

Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau polapemebelajaran yang terdiri dari langkah-langkah tertentu dimanapeserta didik dapat belajar dengan menggunakan sumber-

Page 14: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

219

sumber belajar secara optimal. Joyce & Weil (1992) dalambukunya” Model of Teaching” mendefinisikan model pembelajaranadalah:

A model of teaching is a plan or pattern that we canuse to design face-to-face taching in classroom or tutorialsettings and to shape instructional materials-includingbooks, films, tapes, computer mediated programs, andcurricula (long courses of study). Each model guides us aswe design instructional to help students achieve variousobjectives.

Jadi model pembelajaran adalah perencanaan pembelajarandengan langkah-langkah yang spesifik sehingga memungkinkanpeserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang meliputipengetahuan, nilai-nilai dan sikap dan keterampilan. ModelInsert dalam pembelajaran nilai-nilai kebangsaan didasari olehTeori Belajar Kognitif Psychologi. Kognitif Psychologi melihatbelajar adalah suatu proses dimana individu harus aktifmendapatkan pengetahuan baru, sikap dan keterampilan(Cranton, 1994). Brodzinsky at.al (181:5) dengan mengutip TeoriBelajar Piaget menyimpulkan “that knowledge is acquired throughconstructive process which are defined in terms of an individual’sorganizing, structuring and restructuring experiences as ongoing, lifelong process in accordance with existing of thought”. Jadi belajar daripandangan teori kognitif psychilogi adalah proses aktif,konstruktif, cumulative and prosesnya beroroientasi pada tujuanmelalui aktifitas belajar itu peserta didik mendapatkanpengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap yang baru(Driscoll, 1994).

Selanjutnya teori belajar kognitif psychology mengakuibahwa pembelajaran mengkonstruk atau menemukan pengeta-huan baru melalui proses mental yang aktif atau melibatkan dirisecara penuh dalam proses pembelajaran baik secara phisik danmental (rasio dan emosi). Piaget seperti dibahas oleh Driscoll(1994) mengakui ada empat komponen dalam perkembangandan proses belajar yaitu: schemata, assimilation, accommodationand equilibration. Belajar dilihat senagai proses aktif secara

Page 15: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

220

phisik dan mental (brain) dimana peserta didik terlibat dalamsuatu proses pembelajaran dan dalam melalui proses pembela-jaran tersebut, peserta didik dapat mengubah atau memodifikasischemata yang dimilikinya sesuai dengan pengetahuan, sikapdan keterampilan yang baru. Jadi belajar terjadi hanya dan hanyajika terjadi perobahan schemata yang telah dimiliki oleh pesertadidik. Jadi schemata adalah pengetahuan siap yang dimiliki olehsi pembelajar. Assimilation adalah proses menempatkanpengetahuan, sikap atau keterampilan yang baru ke dalampengetahuan yang telah tersedia. Accommodation adalah prosespembuatan schemata baru sebagai hasil kegiatan belajar damequilibration adalah proses perobahan dari schemata yang lamamenjadi schemata yang baru seabagai hasil proses belajar secaraaktif dengan melibatkan mental (brain) dan fisik.

Tokoh lain yang mendukung teori belajar kognitif psikologiadalah Vygotsky. Vygotsky seperti yang dibahas oleh McInerney& McInerney (1994) memandang belajar sebagai proses aktor.Vigotsky seperti yang dibahas oleh Ananda (1998) menjelaskan“learning as active process where the learner experiences the discoveryprocess guided by teachers or peer using tools such as languages.Vygotky refers to the Zone proximal development (ZPD) to indicate thepotential locus of development through interaction with others” (p.22).Jadi belajar adalah membantu pembelajar agar sampai padaperforma ke Zone Proximal Development.

Berkaitan dengan teori belajar cognitive psychology, Malton& Saljo (1976) mengemukan dua level dari proses pembelajaran,yaitu proses pembelajaran dangkal (surface learning) dan prosespembelajaran mendalam (deep Learning). Surface level of learningmengacu kepada menghafal, mengingat atau opeasi tingkatrendah dari otak manusia. Sebaliknya deep level process oflearning mengacu kepada analisis, sintesis dan evaluasi atauoprasi mendalam dari otak manusia. Kalau hal ini diaplikasikankepada aspek afektif maka pendekatan pembelajran ini akanmampu membawa peserta didik untuk sampai kepadaoprasional tingkat tinggi pada aspek afektif yaitu berupapenerimaan dan internalisasi dari nilai-nilai termasuk nilai-nilaikebangsaan Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

Page 16: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

221

Berdasarkan tiga tokoh pelopor terori belajar kognitifpsychology dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembela-jaran peserta didik harus terlibat secara mental dan fisik danmelalui keterlibatan itu peserta didik dapat menguasai pengeta-huan, sikap dan nilai-nilai serta keterampilan yang baru.Demikian juga dalam pembelajaran nilai-nilai kebangsaan yangterasa mulai menurun pada dekade terakhir dapat dibinakembali secara bertahap dan berkelanjutan dalam menciptakanwarganegara yang cerdas, terampil dan berkarakter.

b. Langkah-Langkah (Syntax) Model Insert dalamPembelajaran Nilai-nilai Kebangsaan

Model Insert dalam pembelajaran nilai-nilai kebangsaandimulai dengan menyajikan stimuli berupa problem/kasusmelalui penyajian cerita, kliping koran, photo, atau daftar isianyang akan diisi dalam diskusi kelas. Tema stimuli harus sesuaidan sejalan dengan pokok bahasan atau topik materi yangsedang dibahas.

Kemudian guru memimpin diskusi/dialog tentangmasalah/problem yang ada dalam stimuli tadi. Sepanjang dialogtersebut guru melakukan pembinaan, penanaman nilai-nilaikebangsaan ke dalam diri siswa. Kemudian guru mengambilkesimpulan bersama-sama dengan murid dengan mengacukepada sumber norma dan nilai-nilai yang ada baik sifatnyatertulis maupun tidak tertulis.

Jadi langkah pembelajaran dengan Model Insert adalah:1) Penyampaian stimuli berupa kasus, masalah atau suatu cerita

yang berisi dilemma moral2) Guru dan murid berdiskusis secara mendalam dengan

melibatkan aspek phisik dan psychis.3) Melakukan pembinaan nilai-nilai kebangsaaan melalui dialog

dan diskusi dengan mengacu kepada sumber nilai dan normayang berlaku baik itu tertulis maupun tak tertulis

4) Mengambil kesimpulan bersama-sama dengan peserta didik.c. Interaksi Pembelajaran

Interaksi pembelajaran yang terjadi adalah interaksi yangdemokratis. Guru bereperan sebagai pemimpin diskusi,

Page 17: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

222

penunjuk jalan, fasilitator dan pencerah serta konselor bagipeserta didik. Dialog dapat terjadi antara siswa dengan siswa,siswa dengan guru dan guru dengan siswa. Suasana diskusi yangmelibatkan emosi (aspek afektif) siswa member ruang pada guruuntuk melakukan pembinaan dan penegembangan nilai-nilaikebangsaan dalam diri peserta didik.

d. Faktor PendukungModel Insert dalam pembelajaran nilai-nilai kebangsaan

sangat memerlukan guru yang bersedia bekerja keras dandidukung oleh kepala sekolah untuk mempersiapkan Stiumuliberupa kasus berupa cerita/photo/gambar/daftar isian. Stimuliini bisa ditulis sendiri oleh guru, dikutip dari media masa ataumeminjam dari orang lain untuk keperluan pembelajaran.

e. Pelaksanaan dalam KelasModel Insert tidak perlu mengubah pola/gaya guru

mengajar sehari hari karena hal ini sangat sukar dan rumit untukdilakukan. Guru dipersilahkan mengajar seperti biasanya. Akantetapi sediakan waktu sebelum proses pembelajaran ditutupuntuk meng-insert-kan pembinaan nila-nilai kebangsaan dalamproses pembelajaran dimana nilai-nilai yang akan di-insert-kanharus sejalan dengan materi yang dibahas waktu itu. Jadi kalaukita gambarkan proses pembelajaran secara keseluruhan denganmenggabung antara strategi pembelajaran yang digunakan gurudengan Model Insert akan didapat langkah-langkah pembela-jaran sebagai berikut:1) Pendahuluan: penyiapan suasana/kondisi untuk belajar.2) Kegiatan inti3) Model Insert Pembinaan Nilai-nilai Kebangsaan (15 Menit

terakhir)a) Pengantar: Guru memberi pengantar singkat tentang

kegiatan Pembinaan Nilai.b) Penyampaian stimuli berupa kasus, masalah atau suatu

cerita yang berisi dilemma moral.c) Guru dan murid berdiskusi secara mendalam dengan

melibatkan aspek phisik dan psychis.

Page 18: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

223

d) Melakukan pembinaan nilai-nilai kebangsaaan melaluidialog dan diskusi dengan mengacu kepada sumber nilaidan norma yang berlaku baik itu tertulis maupun taktertulis.

e) Mengambil kesimpulan bersama-sama antara guru danpeserta didik.

4) Penutup: membuat resume, kesimpulan atau melakukan posttes.

f. Focus Group Discusion (FGD)Rancangan model insert yang sudah disusun seperti di atas

telah disajikan dalam kelompok diskusi terfokus (FGD) danmendapat berbagai tanggapan dari peserta diskusi. Focus GroupDiscusion (FGD) dihadiri oleh kepala sekolah, guru kelas V yangmenjadi sumber data penelitian dan para pakar yang dinilaimempunyai wawasan dan memiliki kepedulian terhadappengembangan pendidikan karakter.

Setelah Pra Model Insert dipresentasikan di hadapanpeserta FGD, model ini mendapat berbagai tanggapan daripeserta diskusi. Peserta mengatakan ”model ini sangat praktisdan sangat bisa untuk dilaksanakan”. Peserta juga menilai modelini sangat praktis dan praktikal untuk dilaksanakan. Selanjutnyaguru lain mengatakan” model ini sangat bisa dilaksanakan”.Bahkan untuk membangun stimuli awal peserta didik bisadiminta menulis cerita tentang hal-hal yang mengandung nilai-nilai kebangsaan.

Tapi hal ini dikritik oleh salah seorang validator, (Pakarpendidikan Kewarganegaraan) yang mengatakan ”anak didikkelas V SD mungkin tidak bisa menulis cerita yang mengandungnilai dilemma moral/nilai, sedangkan untuk bisa berdiskusistimuli cerita harus mengandung dilemma moral”. Hal ini jadiperhatian peneliti, karena stimuli yang berupa cerita yangmengandung dilemma moral dan sesuai dengan perkembanganpsychologis peserta didik dan mengacu pada nilai-nilai Pancasiladan UUD45.

Page 19: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

224

g. Validasi Desain Model oleh Pakar/AhliValidasi desain merupakan proses kegiatan menilai

rancangan model pengembangan pendidikan karakter dalampembelajaran PKn pada Sekolah Dasar yang sudah disusun.Validasi rancangan model pengembangan ini dilakukan oleh duaorang pakar, yakni pakar dalam bidang strategi pembelajarannilai dan pakar dalam metodologi penelitian kualitatif. Keduapakar ini mengemukan pendapat bahwa Model ini sudah baikdan saran beliau berdua adalah memperjelas langkah-langkahmodel ini agar guru lebih mudah mengerti dan bisamelaksanakan.

h. Perbaikan Desain Model Insert oleh PenelitiSetelah mendengar pendapat-pendapat (usul, kritik dan

saran) dalam FGD dan validasi oleh dua orang pakar makaModel Insert dilakukan perbaikan terutama memperjelaslangkah-langkah dari Model Insert itu sendiri. Untuk lebihjelasnya langkah-langkah Model Insert dalam pembelajaran nilai-nilai kebangsaan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan (PKn) adalah sebagai berikut:1) Pengantar: guru memberi petunjuk, arah dan sejenisnya2) Penyampaian stimuli melalui cerita, photo, kliping, rank

order, analisa nilai baik-buruk, Yang memuat dilemma nilai/moral/etika (untuk memancing /merangsang diskusi/dialog).

3) Guru dan murid berdiskusi secara mendalam yang melibat-kan phisik dan mental (mengaktifkan peserta didik secararasio dan emosi).

4) Melakukan pembinaan nilai karakter kebangsaan melaluidiskusi/dialog yang mendalam

5) Mengambil kesimpulan secara bersama-sama berdasarkandiskusi/dialog yang terbuka dan masuk akal.

Demikianlah langkah-langkah Model Insert dalampembela-jaran nilai-nilai kebangsaan dalam mata pelajaran Pkndi Sekolah Dasar di Kota Padang.

Page 20: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

225

2. Praktikalitas dan Efektifitas Model InsertDalam uji praktikalitas dan efektifitas Model Insert

dilakukan melalui uji coba pada 3 (tiga) Sekolah Dasar di KotaPadang yaitu Sekolah Dasar Negeri 15 Lolong KecamatanPadang Utara, Sekolah Dasar Negeri 11 Lubuk Buaya KecamatanKoto Tangah dan Sekolah Dasar Negeri 29 Tunggul HitamKecamatan Koto Tangah. Dalam uji praktikalitas dan efektifitasModel Insert pada 3 (tiga) Sekolah Dasar dimaksud dilakukan 2(dua) kali pertemuan pada masing-masing sekolah kelas V.Pertemuan pertama dengan stimulus naskah cerita yang berjudulbermain di halaman sekolah dan pertemuan kedua denganstimulus gambar/photo tokoh yang melakukan korupsi dengantotal pertemuan delapan jam pelajaran. Berikut adalah hasil UjiCoba Model Insert dalam pembelajaran nilai-nilai di SekolahDasar.

Hasil Uji Praktikalitas Model InsertBerdasarkan data yang didapat dari uji coba Model Insert

dari 3 (tiga) Sekolah Dasar di Kota Padang dapat disimpulkanbahwa Model Insert adalah sangat praktis untuk dilaksanakan,hal ini dibuktikan dengan beberapa data yang triangulasi daribeberapa sumber. Pertama, penilaian yang diberikan olehobserver (peneliti) sangat positif hal ini dibuktikan dengan daftarisian yang diisi oleh observer selama proses pembelajarandengan Model Insert sedang berlangsung. Kedua, data persepsiguru. Persepsi guru terhadap Model Insert sangat baik. Datamenunjukan di SD 15 (TCR: 92.10; 94.73), di SD 11 (TCR:88.15;94.73) dan di SD 29 (TCR: 86.84; 92.10). Ketiga, guru yangtelah melaksanakan Model Insert menyatakan Model ini sangatpraktis dan mudah dilaksanakan di dalam kelas. Persepsi siswaterhadap Model Insert juga sangat baik. Data menunjukkanpersepsi siswa SD 15 (TCR: 89.64; 88.12), siswa SD 11 (TCR:92.49;90.75) dan siswa SD 29 (TCR: 86.69; 90.58). Persepsi siswa dariketiga kelas yang telah melaksanakan Model Insert adalah sangatbaik. Artinya Model Insert sangat praktis digunakan dalampembelalajaran nilai sikap di kelas V Sekolah Dasar.

Page 21: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

226

3. Hasil Uji Efektivitas Model Insert Dalam PembelajaranNilai/ Sikap

Data tentang efektivitas Model Insert dalam pembelajarannilai dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar sikap yangdidapat melalui pengisian daftar isian skala sikap yangdilakukan setiap seleasai pembelajaran melalui Model Insert.Data hasil pencapaian nilai sikap siswa dapat dilihat sebagaiberikut. Nilai sikap yang didapat oleh siswa SD 11(TCR: 73.40;76.68), nilai sikap yang diperoleh oleh siswa SD 11(TCR:76.38;77.16), nilai sikap yang diperoleh oleh siswa SD 29(TCR: 86.74; 87.28). Berdasarkan nilai dari ketiga sekolah yangtelah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ModelInsert efektif dalam pembelajaran nilai/sikap di kelas V SekolahDasar.

Berdasarkan data yang didapat dalam uji coba Model Insertpada tiga Sekolah Dasar kelas V yaitu Sekolah Dasar No.15Lolong-Padang, Sekolah Dasar No.11 Lubuk Buaya-Padang danSekolah Dasar No.29 Dadok Tunggul Hitam-Padang, didapatdata yang menginformasikan bahwa Model Insert sangat tepatdan efektif dipakai oleh guru dalam pelaksanaan pendidikannilai/sikap dan karakter.

Menurut data observasi yang dilakukan oleh peneliti secaralangsung di kelas dan kemudian diobservasi kembali melaluirekaman video yang dibuat dalam uji coba model insert diadapatdata bahwa guru dalam mempraktekkan model insert sangatmudah dan bisa dilakukan oleh guru dengan baik. Stimulus yangdisampaikan (cerita dan photo) dapat menyentuh emosi siswa.Menyentuh emosi dalam pembelajaran nilai adalah sangatpenting karena tanpa menyentuh emosi/mental/domain afeksisiswa guru tidak bisa melakukan pembinaan/ pembelajarannilai/sikap dan karakter. Kemudian, stimulus (cerita dan photo)yang digunakan dalam Model Insert mendorong siswa untukberpikir mendalam dan memotovasi siswa untuk memecahkanmasalah yang ada dalam stimulus. Hal ini terjadi karena stimulusyang disampaikan (cerita dan photo) memuat konflik nilai/dilemma nilai/moral adan karakter. Selanjutnya stimulus modelinsert (cerita dan photo) mendorong siswa dan guru untuk

Page 22: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

227

berdiskusi dan berdialog secara mendalam. Diskusi dan dialogsecara mendalam adalah fase yang paling penting dalampembelajaran nilai/sikap/moral dan karekter, karena pada faseini lah guru bisa menanamkan nilai/membina nilai yang adadalam diri siswa. Kemudian menurut data, Model Insertmemberi ruang kepada guru dan siswa secara bersama-samadalam mengambil kesim pulan dan terakhir guru melakukankonfirmasi. Dalam fase konformasi inilah guru kembalimenegaskan mana yang baik-buruk, benar-salah, boleh-tidakboleh, indah-tidak indah berdasarkan nilai-nilai Filsafat NegaraPancasila, moral, susila, adat dan kepatutan sebagai bangsa yangberadap dalam lingkup lokal, nasional dan global.

Data observasi kelas oleh peneliti mengindikasikan bahwaModel Insert sangat praktis dan sangat tepat dipraktekan olehguru dalam pembinaan nilai/sikap/karakter karena model inidapat merangsang/mengstimuli aspek afeksi siswa dengan baiksehingga aspek afeksi itu “terbangun/aktif” dan pada masaitulah guru dapat melakukan pembinaan/pendidikan nilai/sikapyang paling paling baik sebab kalau aspek afeksi tidakakatif/terbangun dan guru melakukan pendidikan nilai/sikap/karakter hanya akan menghasilkan siswa yang hanya memilikipengetahuan nilai/sikap/karakter tanpa internalisasi nilai/sikap/moral terebut.

Kemudian Model Insert ini juga sangat praktis untukdilkasanakan dilihat dari data persepsi siswa dan guru. Siswaberpendapat bahwa Model Insert sangat praktis untukdilaksanakan dalam pembelajaran nilai/sikap dan karakter bagisiswa, karena Model Insert dengan stimulus (cerita dan photo)sangat menarik minat dan keinginan mereka dalam belajar.Mereka diajak oleh guru berdiskusi, mendalami dan kemudianbersikap dan berprialaku sesuai dengan pesan yang ada dalamcerita dan photo yang disampaikan dalam stimulus. Dalam duastimulus ini siswa sangat senang dan berdiskusi dengan gurutentang masalah nilai/sikap dan karakter secara mendalam. Halini sama dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,dimana Mode Insert sangat bisa dan praktis untuk dilakukan,dan mendorong siswa untuk berpikir, menganalisis dan

Page 23: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

228

berdiskusi tentang nilai/sikap/karakter yang terkandung dalamstimulus cerita dan photo yang disampaikan guru. Hal ini berartiberdasarkan data persepsi siswa Model Insert sangat praktisuntuk dilaksanakan.

Demikian juga persepsi guru. Tiga orang guru dari tigasekolah dasar yang dilatih oleh peneliti untuk melaksanakanModel Insert juga berpersepsi sangat baik terhadap Model Insertini. Hal ini didukung oleh data bahwa guru mengatakan bahwaModel Insert sangat mudah dilaksanakan, tepat untuk pembina-an moral/nilai sikap dan lain-lain. Hal ini disebabkan stimulusyang disampaikan guru, mendorong siswa untuk terlibat secaramental dan fisik, berdiskusi dan kemudian tentu saja mengin-ternalisasi nilai/sikap dan karakter yang dipesankan oleh topikpembelajaran pada hari tersebut. Dengan demikian, menurutpersepsi guru Model Insert sangat mudah dan mungkinkandilaksanakan. Sebagai tambahan, guru juga berpendapat, ModelInsert tidak menambah beban ekstra bagi guru dan mendukungpembelajaran PKn dengan baik.

Dalam hal efektivitas, Model Insert dalam pembelajarannilai/sikap dan karakter juga tidak diragukan. Data penelitiandalam penilaian yang dilakukan melalui angket penilaian denganskala sikap memakai skala likert juga menunjukan hasil yangsangat baik. Angket penilaian sikap yang diberikan kepada siswadalam 6 (enam) kali pertemuan dari tiga sekolah sasaran hasilnyasangat baik. Hal ini ditunjukan oleh tingkat capaian responden(TCR) skala sikap bergerak dari angka 73.40 s/d 87.28. Hal iniberarti pembelajaran sikap melalui Model insert sangat tepatuntuk mencapai kompetensi nilai/sikapkarakter yang diingin-kan. Hal bisa dicapai karena Model Insert ini mendorong siswauntuk belajar mendalam “Deep Learning” melalui diskusi/dialogdengan guru setelah distimuli secara baik oleh guru melaluicerita dan photo, sehingga aspek afeksi dari siswa tersebut aktifdan akhirnya siswa menghayati dan kemudian menginternalisasinilai/sikap/karakter yang diajarkan oleh guru. Maka terjadilahpembelajaran nilai/sikap/karakter yang mendalam sampailahpada fase internalisasi. Diharapkan nilai/sikap/karakter yangdibinakan/diinternalisasikan oleh guru dapat tertanam dalam

Page 24: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

229

diri siswa secara permanen dan menejadi milik siswa dalamhidup dan kehidupannya sepanjang hayat.

Temuan penelitian ini dikonfirmasi dengan teori pembela-jaran konstruktivisme oleh Piaget dan Vigotsky adalah sangatsejalan. Dalam hal pembelajaran sikap, guru atau orang lain tidakbisa memaksa seseorang untuk belajar dalam hal ini adalahdalam menginternalisasi nilai-nilai/sikap/moral dan karakter.Oleh sebab itu Model Insert denga stimulus berupa cerita danphoto yang memuat dilemma nilai/sikap dan karakter, akanmendorong siswa untuk terlibat secara aktif secara mental danfisik dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Hasilnya adalahterjadinya pembelajaran mendalam “deep learning” dalampembelajaran nilai/sikap dan karakter.

Hal ini berarti pembelajaran nilai/sikap dan karakterdengan Model Insert dapat mencapai level “Characterization by avalue or value complex” dalam diri siswa. Hal ini bisa dicapaikarena prinsip pembelajaran nilai/sikap karakter dengan ModelInsert dapat menyentuh dan mengaktifkan domain afeksi siswadengan baik. Dengan demikian pembelajaran nilai, sikap dankarakter dapat bergerak dari receiving, responding, valuing,organization dan sampai ke characterizatipon by a value complex.Dengan demikian pembelajaran nilai sikap dan karakter melaluiModel Insert sangat baik dan tepat untuk dilakukan.

Maka berdasarkan data yang ditriangulasi dari data hasilobserverasi oleh peneliti, persepsi guru, persepsi murid dan hasilpenilaian sikap yang semuanya berada pada kategori baik dansangat baik, maka dapat disimpulkan bahwa Model Insert adalahmodel pembelajaran nilai/sikap dan karakter yang praktikal danefektif digunakan dalam pembelajaran nilai/sikap dan karakterdi Sekolah Dasar kelas V.

PENUTUPBerdasarkan data yang ada dan dianalisis dalam penelitian

ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:1) Pola pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) oleh

guru masih menekankan pada aspek kognitif dan belum

Page 25: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

230

memberikan perhatian terhadap aspek afektif danpsychomotor secara seimbang.

2) Pola pembelajaran yang masih menakankan pada aspekkognitif tersebut umumnya berorientasi pada aspek kognitiftingkat rendah yaitu bersifat ingatan atau recalling.

3) Model insert adalah salah satu model pembelajaran nilai-nilai/sikap/karakter kebangsaan yang sederhana dan praktisdan bisa dilaksanakan oleh guru karena model ini tidakmengubah pola pembelajaran guru tetapi model ini hanyamenginsertkan pembinaan nilai-nilai kebangsaan pada 15menit terakhir pada setiap pembelajaran PKn.

4) Model ini tidak mengubah gaya/metode yang biasa diguna-kan oleh guru sehari-hari karena model insert hanyamenginsertkan atau menyisipkan stimulus domain afeksiberupa cerita atau photo untuk menyentuh aspek afeksisiswa. Dalam prakteknya siswa dapat belajar dan menginter-nalisasi nilai/sikap/karakter dengan baik.

5) Berdasarkan hasil uji coba, model insert sangat praktis danefektif untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Hal initerbukti dari data hasil observasi oleh peneliti selamapelaksanaan uji coba, persepsi guru, persepsi siswa danpenilaian sikap yang dilaksanakan setelah proses pembela-jaran model insert selesai dilaksanakan.

REFERENSIAnanda, Azwar (1998) Theacher Questioning and Learning

Outcomes in Several Indonesian Social Studies Clasrooms,Launceston: Disertasi di University of Tasmania(unpublished).

Bertens K (1997) Etika, Jakarta: Gramedia.

Bogdan, RC. & Biklen, SK. (1998) Qualitative Research in Education:An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn andBacon.

Page 26: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/442/1/AZWAR ANANDA.pdfMakalah berjumlah 13 buah berasal dari dosen PPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

231

Center for Indonesian Civic Education (CICED). (2000c). Panduan"Proyek Kewarganegaraan…Kami Bangsa Indonesia" (PKKBI),Bandung.

Cresswell (2009) Research Design, SAGE Publications, University ofNebraska-Lincoln.

Dimyati & Mudjiono (1994) Belajar dan Pembelajaran, DiknasP2LPTK.

Hadiwardoyo, P (1990) Moral dan Masalahnya, Yogyakarta:Kanisius.

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan danSosial.(Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta : Gaung Persada.

Kama Abdul Hakam. (2002) Pendidikan Nilai. Bandung. ValuePress.

Makmurtomo, A & Soekarno (1989) Etika (Filsafat Moral), Jakarta:Wira Sari.

Muhammad, Numan Somantri, (2001) Menggagas PembaharuanPendidikan IPS, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Noor Syam, M (1988) Filsafat Pendidikan dan Dasar FilsafatPendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional.

Richey & Klein (2007) Design and Development Research, LEAPublishers, Mahwah New Jersey.

Sumantri, Endang (1994) Harmoni Budaya Hidup BerPancasiladalam Masyarakat yang Religius: Suatu Analisis Feno-menologis” IKIP Bandung.

Winataputra, U.S. (2003) Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi,Dirjen Dikti, Jakarta.

Yudi Latif (2011) Negara Paripurna, Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional.

Unesco (1996) Learning: The Treasure Within, Unesco: France.