seminar makalah model pembelajaran nht dan pendekatan siencetifik

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, BAB IV Standar Proses, Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa; Proses pendidikan pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, motivasi, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya adalah dengan melakukan inovasi dalam pendidikan. Diantaranya dengan menerapkan model dan pendekatan pembelajaran tertentu yang diujicobakan penerapannya, agar dapat ditentukan bentuk pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi SMA dengan karakteristik daerah setempat. Dalam proses pembelajaran, pendidik harus bisa menentukan model dan pendekatan pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model dan pendekatan pembelajaran yang digunakan di dalam kelas masih memiliki kekurangan sehingga apa yang diharapkan tidak bisa tercapai. Hal ini dapat dilihat dari hasil UN (Ujian Nasional) kita yang masih sangat rendah dibandingkan dengan semua propinsi di Indonesia. Hasil belajar kita yang kurang dan disebabkan oleh pengunaan model dan pendekatan yang tidak menyenagkan ini membuat para peserta didik kurang tertarik pada beberapa mata pelajaran yang ada, contohnya seperti materi hukum II Newton tentang gerak. Materi ini membuat peserta didik merasa kurang menyenangkan dengan kata lain membosankan. Indikasi ini menunjukkan bahwa peserta didik belum mampu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam mata pelajaran ini. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini yaitu KTSP, namun paradigma lama di mana pendidik merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan tidak menyitah banyak waktu, padahal terkadang peserta didik menjadi tidak aktif. Olehnya itu peneliti menawarkan alternatif untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan model dan pendekatan pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model dan pendekatan yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif. MATERI SEMINAR MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATANPage 1

Upload: kais-anagh-desztroyer

Post on 12-Nov-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fisika

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahDi dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, BAB IV Standar Proses, Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa; Proses pendidikan pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, motivasi, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya adalah dengan melakukan inovasi dalam pendidikan. Diantaranya dengan menerapkan model dan pendekatan pembelajaran tertentu yang diujicobakan penerapannya, agar dapat ditentukan bentuk pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi SMA dengan karakteristik daerah setempat.Dalam proses pembelajaran, pendidik harus bisa menentukan model dan pendekatan pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model dan pendekatan pembelajaran yang digunakan di dalam kelas masih memiliki kekurangan sehingga apa yang diharapkan tidak bisa tercapai. Hal ini dapat dilihat dari hasil UN (Ujian Nasional) kita yang masih sangat rendah dibandingkan dengan semua propinsi di Indonesia. Hasil belajar kita yang kurang dan disebabkan oleh pengunaan model dan pendekatan yang tidak menyenagkan ini membuat para peserta didik kurang tertarik pada beberapa mata pelajaran yang ada, contohnya seperti materi hukum II Newton tentang gerak. Materi ini membuat peserta didik merasa kurang menyenangkan dengan kata lain membosankan. Indikasi ini menunjukkan bahwa peserta didik belum mampu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam mata pelajaran ini. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini yaitu KTSP, namun paradigma lama di mana pendidik merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan tidak menyitah banyak waktu, padahal terkadang peserta didik menjadi tidak aktif. Olehnya itu peneliti menawarkan alternatif untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan model dan pendekatan pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model dan pendekatan yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran pendidik dari peran terpusat pada pendidik ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran pendidik yang selama ini monoton akan berkurang dan peserta didik akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa peneliti yang terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut dengan beberapa tipe telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama siswa dalam meningkatkan prestasi. Olehnya itu lebih lanjut peneliti ingin melihat penerapan pembelajaran kooperatif melalui pendekatan siencetifik dengan tipe Numbered Heads Together (NHT). Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan siencetifik juga dinilai lebih memudahkan peserta didik berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan model pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan oleh pendidik. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan siencetifik siswa perlu berkomunikasi satu sama lain (banyak arah), sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru dan terus memperhatikan gurunya (teacher center).Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan Pendekatan Siencetifik Terhadap Materi Hukum II Newton tentang gerak

1.2 Rumusan Masalah1. Apa itu model pembelajaran kooperatif tipe nht?2. Apa itu pendekatan siencetifik?3. Teori-teori apa saja yang melandasi Model pembelajaran koopertif tipe nht dan pendekatan sciencetifik?4. Apa tujuan dari Model Pembelajaran koopertif tipe nht dengan pendekatan sciencetifik?5. Langkah-langkah apa saja yang digunakan dalam Pembelajaran koopertif tipe nht dengan pendekatan sciencetifik?6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Model Pembelajaran koopertif tipe nht dengan pendekatan sciencetifik?7. Bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif tipe nht dengan pendekatan siencetifik untuk Materi Pokok Hukum II Newton, Hubungan antara Gaya, Massa, dan Percepatan?

1.3 Tujuan 1. Mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe nht.2. Mendeskripsikan itu pendekatan siencetifik.3. Mendeskripsikan teori-teori apa saja yang melandasi Model pembelajaran koopertif tipe nht dan pendekatan sciencetifik.4. Mendeskripsikan tujuan dari Model Pembelajaran koopertif tipe nht dengan pendekatan sciencetifik.5. Mendeskripsikan Langkah-langkah apa saja yang digunakan dalam Pembelajaran koopertif tipe nht dengan pendekatan sciencetifik.6. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari Model Pembelajaran koopertif tipe nht dan pendekatan sciencetifik.7. Mendeskripsikan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe nht dengan pendekatan siencetifik untuk Materi Pokok Hukum II Newton, Hubungan antara Gaya, Massa, dan Percepatan.

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

A. Pengertian Model PembelajaranModel pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala, 2009:176). Model pembelajaran dapat dikatakan sebagai terangkainya pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran menjadi satu kesatuan. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk/POLA pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Model pebelajaranmodel pembelajaran model pembelajara

Pendekatan pembelajarnMetode pembelajaranStrategi pembelajara Teknik dan tatik pmbljran

bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.B. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada peserta didik, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.Berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran KooperatifFase-faseTingkah Laku Guru

Fase 1Menyampaikan tujuan dan motivasi siswaGuru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2Menyampaikan informasiGuru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajarGuru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.

Fase 4Membantu kerja kelompok dalam belajarGuru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajaran atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6Memberikan penghargaanGuru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

( Ibrahim dkk., 2009:13)

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran KooperatifRoger dan David Johnson (Rusman, 2012: 212) menyebutkan terdapat lima unsur dasar yang mendukung proses pembelajaran kooperatif sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Kelima elemen tersebut antara lain:a Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)b Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)c Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)d Partisipasi dan komunikasi (participation communication)e Evaluasi proses kelompok

D. Karakteristik Pembelajaran KooperatifMenurut Wina Sanjaya (2012: 244), karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran secara timPembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim, dimana tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan.b. Didasarkan pada manajemen kooperatifDalam pembelajaran kooperatif terdapat manajemen yang memiliki fungsi, yaitu:1) Fungsi perencanaan, harus dilakukan secara matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif2) Fungsi pelaksanaan, harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan dan disepakati bersama3) Fungsi kontrol, dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tesc. Kemauan untuk bekerja samaKeberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Prinsip kerja sama penting ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. d. Keterampilan bekerja samaKemauan untuk bekerja sama perlu dipraktekkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan kerja sama.

E. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para peserta didik dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.Model adalah contoh atau figur yang berkaitan dengan strategi mengajar. Model Number Head Together (NHT) merupakan cara belajar Cooperative atau beberapa kelompok dimana peserta didik dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor, guru memberi tugas kepada setiap peserta didik berdasarkan nomor, jadi setiap siswa memiliki tugas berbeda.

2.2. Pengertian Pendekatan Siencetifik

A. Pengertian PendekatanPendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).B. Pendekatan SiencetifikPendekatan ilmiah (siencetifik) berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatar belakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi peserta didik dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.

2.3.Kriteria Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHTMenurut Ibrahim dkk (2009:16-17), pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran-berpikir-bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Guru menggunakan struktur empat tahapan seperti berikut: Tahap-1: Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5. Tahap-2: Mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau dalam bentuk arahan. Tahap-3: Berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban itu.Tahap-4: Menjawab. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. 2.4. Kriteria Pendekatan SiencetifikBerikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu:1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.2.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHTLangkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :1. PersiapanDalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.2.Pembentukan kelompokDalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.3.Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduanDalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.4.Diskusi masalahDalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.5.Memanggil nomor anggota atau pemberian jawabanDalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas6.Memberi kesimpulanGuru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

2.6 Langkah-Langkah pendekatan SiencetifikPembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu Observing (mengamati), Questioning (menanya), Associating (menalar), Experimenting (mencoba), Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan).1. Mengamati (meaningfull learning)Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini. Menentukan objek apa yang akan diobservasi Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

2. MenanyaGuru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.3. Menalar Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

4. MencobaAgar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.5. JejaringJejaring Pembelajaran disebut juga Pembelajaran Kolaboratif. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. 2.7. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Menurut Sanjaya (2008: 249) keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif Number Head Together adalahKelebihana) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.b) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan.c) Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.d) Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.e) Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.f) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.h) Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Kekurangana) Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.b) Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.c) Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.

2.8. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Scientific Berdasarkan telaah kajian teori di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pendekatan scientific memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan yaitu sebagai berikut.1. Kelebihan Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran. Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk aktif dengan berbagai sumber belajar Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu juga dapat mengembangkan karakter siswa. 2. Kekurangan Dibutuhkan kreativitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan belajar dengan menggunakan pendekatan scientific sehingga apabila guru tidak mau kreatif, maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Teori-Teori yang Melandasi Pemblajaran KooperatifPengembangan model pembelajaran kooperatif dilandasi oleh latar belakang teoritis dan empiris yang juga melandasi pembelajaran sains yakni sebagai berikut:a) Teori belajar konstruktivisme constructivist theories of learning Menurut teori ini, pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Salah satu konsep kunci dari teori belajar konstruktivis adalah pembelajaran dengan pengaturan diri self regulsated learning yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan secara aktif peserta didik untuk mengeksplorasi atau mencari, menemukan dan mengorganisasikan pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam dirinya (Trianto, 2007: 13).Implikasi teori ini dalam pembelajaran yakni peserta didik belajar sebagai hasil dari pembentukan makna dari pengalaman. Peran utama guru adalah membentuk hubungan antara apa yang dipelajari danapayangsudahdiketahuipesertadidik.Lebih lanjut dapat diringkas sebagai berikut: 1) pembelajaran berpusat pada peserta didik, bukan pada guru, 2) pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah hasil aktivitasnya sendiri, 3)guru merancang proses pembelajaran berdasarkan pengetahuan peserta didik, 4) hasil belajar peserta didik berupa pemahaman mendalam tentang sesuatu yang dipelajari, 5) peran guru hanya sebagai fasilitator, pendamping, dan pembimbing. b) Teori pembelajaran kognitif PiagetTeori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makana dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasi kongkret (7-11 tahun), dan operasi formal (11 tahun sampai dewasa). Tahapan ini hendaknya tidak dipandang sebagai hal yang statis. Setiap harinya perkembangan mental anak mengalami kemajuan sesuai dengan kemampuannya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kematangan dan pengalaman yang cukup memungkinkan anak dapat mengembangkan struktur mental untuk menghadapi situasi dengan cara yang lebih baik.Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut (Trianto, 2007: 16): 1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya 2) Mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. 3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. c) Teori perkembangan fungsi mental Vygostsky Sumbangan paling penting dari teori Vygostsky adalah penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran (Trianto, 2010: 73). Sumbangan penting yang diberikan Vygotsky dalam pembelajaran adalah konsep zone of proximal development (ZPD) dan scaffolding. Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zone of proximal development. (ZPD) adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky lebih yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap ke dalam individu tersebut. Sedangkan konsep Scaffolding berarti memberikan kepada peserta didik sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.Implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran sains yakni peserta didik perlu belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga peserta didik dapat saling berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

d) Teori John DeweyMenurut John Dewey, metode reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang defenitif melalui lima langkah sebagai berikut (Trianto, 2007: 18):1) Peserta didik mengenali masalah yang datang dari luar diri peserta didik itu sendiri.2) Selanjutnya peserta didik akan menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya.3) Peserta didik menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya satu sama lain dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut.4) Peserta didik menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.

Selanjutnya, peserta didik mencoba mempraktikkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik. Hasilnya akan membuktikan betul tidaknya pemecahan masalah tersebut. Bilamana pemecahan itu salah atau kurang tepat, maka akan dicoba kemungkinan lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah yang tepat, yaitu yang berguna untuk hidup.

3.2 Naskah Skenario PembelajaranA.Tujuan Pembelajaran1. kognitifPeserta didik dapat:a. Mendeskripsikan penyebab benda bergerak.b. Menganalisis hubungan antara gaya, massa, dan percepatan.2. afektifPeserta didik dapat:a. Mengemukakan pendapat/ide pada guru atau teman.b. Memiliki sikap ingin tahu.c. Bekerja sama dalam kelompok.d. Terlibat aktif dalam diskusi kelompok.e. Menghargai idea tau pendapat teman.f. Disiplin dalam bekerja.3. psikomotorikPeserta didik dapat:a. Trampil dalam melakukan percobaan.b. melaksanakan percobaan untuk menyelidiki hubungan gaya, massa, dan percepatan dalam gerak lurus.c. Menggunakan alat yang sesuai dengan pearcobaan.d. Mampu bekerja sesuai dengan LKPD yang ada.

B. Skenario Pembelajaran a. Pendahuluan (15 menit)1. Pendidik mengucapakan salam. selamat pagi anak-anak2. Pendidik menunjuk seorang peserta didik untuk memimpin doa.Persiapan3. Selesai berdoa pendidik mulai mengabsen para peserta didik4. pendidik memulai pembelajaran Anak-anak, senang sekali ya hari ini kita dapat berjumpa kembali di Mata Pelajaran fisika?.motivasi5. Pendidik memintah Jibrael maju ke depan kelas dan pendidik menyuruh jibrael untuk menendang bola yang pendidik bawah. Anak-anak Tolong Lihat Apa yang Temanmu Lakukan.Mengamati6. dari kegiatan yang diperagakan oleh Jibrael di depan membuat para peserta didik yang mengamatiMenanya7. Pendidik meminta para peserta didik untuk menyampaikan pendapat mereka tentang apa saj yang mereka amati. Anak-Anak Apa Saja Yang Anak-Anak Amati di Depan tentang perlakukuan singkat tadi8. Peserta didik menjawab: bola bergerak saat jibrael menendangnya. 9. Setelah peserta didik menjawab maka Pendidik memberikan penjelasan mengenai apa yang meraka lakukan. anak- anak siapa yang tahu tadi kita melakukan materi apa? peserta didik menjawab hukum II newton. (pemberian tujuan belajar)Pembagian Kelompok10. Setelah itu pendidik menjelaskan materi pembelajaran hari ini. (jadi anak-anak !!. hari ini kita belajar materi hukum II newton 11. untuk lebih dalam memahami materi mengenai hukum II newton, bapak akan membagi kalian dalm beberapa kelompok sesuai dengan jumlah keseluruhan kalian! Pemberian Nomor Dan Buku Paket12. pendidik menjelaskan model pembelajaran nht dengan pendekatan siencetifik pada semua kelompok. anak-anak sekarang kalian berada dalam kelompok kalian masing-masing maka bapak akan memberikan nomor atau penomoran kepala untuk setiap orang yang ada dalam kelompok. Jadi dalam kerja kelompok kalian nanti, kalian harus sungguh-sungguh dalam apa yang kalian amati, sehingga memunculkan pertanyan, dan kalian dapat menalar, mencoba dan mengomunikasikannya nanti, dan ingat yang berhak untuk mengomunikasikan hasil kerja kelompoknya itu tergantung dari nomor yang disebutkan. Tetapi sebelum jam pelajaran hari ini pendidik sudah menghimbau kepada semua peserta didik untuk membawa buku paket b. Inti (105 menit)Mencoba 13. Setelah itu pendidik membagikan LKPD yang disiapkan Diskusi Bersama14. Setelah pendidk membagi LKPD kepada kelompok Pendidik berjalan untuk melihat setiap kelompok dalam kegiatan kelompok mereka.(Controlling)Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam belajarMenalar, mengasosiasikan15. Dari percobaan yang dilakukkan peserta didik dalam kelompok menalar apa yang dilakukanMenyebutkan Nomor dan Siap Untuk Presentasi (mengomunikasikan)16. Pendidik menyebutkan nomor untuk presentasi.17. Pendidik menyimpulkan semua hasil kelompokKuis individu18. Pendidik memberikan kuis Untuk melihat kelompok mana yang bekerja sama secara baik hari ini, Evaluasi19. Setelah nilai dari setiap individu dipereroleh maka dibuatnya rata-rata untuk kelompok itu. Jibrael 75, Yokam 60, Evilia 70, Olin 70, dan Piter 65. Maka dari semua nilai itu dibuat rata-ratanya Nilai kelompok = jumlah nilai(Jibrael + Yokam + Olin + Piter + Evilia)/5PenghargaanPendidik memberikan pengharaan kepada kelompok yang mendapatkan skornya baik. Selam untuk kelompoknya jibraelc. Penutup (15 menit)20. Pendidik memberikan arahan tentang sikap yang dipetik dari pembelajaran hari ini. Dan ucapan syukur pada Tuhan.21. Pendidik membuat gambaran umum mengenai materi yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Dan meminta untuk membawa buku paket.22. Pendidik menyuruh salah seorang peserta didik mengakhiri pertemuan dengan doa.23. Guru mengucapkan salam.

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanA. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHTModel Number Head Together (NHT) merupakan cara belajar Cooperative atau beberapa kelompok dimana peserta didik dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat honor, guru memberi tugas kepada setiap peserta didik berdasarkan nomor, jadi setiap siswa memiliki tugas berbeda.B. Pengertian Pendekatan siencetifik Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi peserta didik dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.C. Kelebibihan Dan Kekukurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dan Pendekatan Siencetifika. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT1) Kelebihan a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.b) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan.c) Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.d) Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.e) Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.f) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.h) Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.2) Kekurangan a) Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.b) Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.c) Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.b. Pendekatan siencetifik1) Kelebihana) Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran.b) Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.c) Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk aktif dengan berbagai sumber belajard) Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. e) Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. f) Selain itu juga dapat mengembangkan karakter siswa. 2) Kekurangan Dibutuhkan kreativitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan belajar dengan menggunakan pendekatan scientific sehingga apabila guru tidak mau kreatif, maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

MATERI SEMINAR MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATANPage 11