seminar kuliner dan pariwisata - prasetya.ub.ac.id filepelanggan anda, ketahui apa yang dibutuhkan...

2
Seminar Kuliner dan Pariwisata Dikirim oleh humas3 pada 27 September 2013 | Komentar : 0 | Dilihat : 7433 Prof. Chanif Mahdi melakukan uji formalin pada mie basah Peluang usaha kuliner tidak pernah mati karena makanan merupakan kebutuhan primer setiap orang. Meski banyak wirausahawan menekuni bisnis ini, peluang sukses tetap terbuka lebar karena segmen pasarnya sangat luas. Demikian dikatakan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu Dra. Mistin, M.Pd dalam Seminar Kuliner dan Pariwisata "Prospek Bisnis Kuliner dalam Pengambangan Pariwisata Malang Raya", Kamis (27/9). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Program Studi Pariwisata dan Perhotelan Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya (UB). Mistin menyampaikan prospek dan potensi destinasi kuliner di Malang Raya sangat menjanjikan. "Dengan berkembangnya Kota Wisata Batu, tempat wisata yang terus bertambah, akan berimbas kepada kebutuhan akan kuliner di Malang Raya," ungkapnya. Narasumber yang juga hadir dalam seminar ini yaitu Praktisi Kuliner dan Owner Rumah Makan Ringin Asri Drs. Hariadi L.Ac yang menyampaikan materi "Kiat menjadi Pengusaha Kuliner dalam Industri Pariwisata", dan Pakar Biomedik dan Penemu Reagen Kit Formalin Prof. Dr. Ir. Chanif Mahdi, MS dengan materi "Bahaya Makanan dan Minuman Berformalin serta Pengaruhnya bagi Wisatawan". Menurut Hariadi, kiat membuka usaha di bidang kuliner dimulai dari menetapkan tujuan. "Setelah itu kenali bisnis restoran lebih dekat, lakukan survei sederhana, persiapkan modal, tentukan konsep restoran, buat standar kerja yang baik, serta merekrut SDM yang berkualitas," jelasnya. Pelayanan secara prima merupakan kunci utama memenangkan hati pelanggan. "Untuk itu kenali lebih dekat siapa pelanggan Anda, ketahui apa yang dibutuhkan pelanggan dan bersikaplah sopan," paparnya. Sementara itu Prof. Chanif memaparkan pentingnya makanan yang sehat dalam bisnis kuliner. "Saat ini formalin dijual di pasar bebas dengan harga relatif murah yang semestinya dimanfaatkan untuk industri dan dunia pendidikan, namun sekarang disalahgunakan sebagai pengawet makanan, misalnya untuk mie basah, ikan kering (teri, cumi), ikan segar, bakso, dan tahu," ungkapnya. "Formalin yang terakumulasi dalam sel, bereaksi dengan protein seluler (enzim) dan DNA, sangat membahayakan kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang," kata Chanif. Dijelaskan Chanif, beberapa efek negatif

Upload: doanlien

Post on 28-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Seminar Kuliner dan Pariwisata

Dikirim oleh humas3 pada 27 September 2013 | Komentar : 0 | Dilihat : 7433

Prof. Chanif Mahdi melakukan uji formalin pada

mie basah

Peluang usaha kuliner tidak pernah mati karena makanan merupakan kebutuhan primer setiap orang. Meski banyak wirausahawan menekuni bisnis ini, peluang sukses tetap terbuka lebar karena segmen pasarnya sangat luas. Demikian dikatakan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu Dra. Mistin, M.Pd dalam Seminar Kuliner dan Pariwisata "Prospek Bisnis Kuliner dalam Pengambangan Pariwisata Malang Raya", Kamis (27/9). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Program Studi Pariwisata dan Perhotelan Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya (UB).

Mistin menyampaikan prospek dan potensi destinasi kuliner di Malang Raya sangat menjanjikan. "Dengan berkembangnya Kota Wisata Batu, tempat wisata yang terus bertambah, akan berimbas kepada kebutuhan akan kuliner di Malang Raya," ungkapnya.

Narasumber yang juga hadir dalam seminar ini yaitu Praktisi Kuliner dan Owner Rumah Makan Ringin Asri Drs. Hariadi L.Ac yang menyampaikan materi "Kiat menjadi Pengusaha Kuliner dalam Industri Pariwisata", dan Pakar Biomedik dan Penemu Reagen Kit Formalin Prof. Dr. Ir. Chanif Mahdi, MS dengan materi "Bahaya Makanan dan Minuman Berformalin serta Pengaruhnya bagi Wisatawan".

Menurut Hariadi, kiat membuka usaha di bidang kuliner dimulai dari menetapkan tujuan. "Setelah itu kenali bisnis restoran lebih dekat, lakukan survei sederhana, persiapkan modal, tentukan konsep restoran, buat standar kerja yang baik, serta merekrut SDM yang berkualitas," jelasnya.

Pelayanan secara prima merupakan kunci utama memenangkan hati pelanggan. "Untuk itu kenali lebih dekat siapa pelanggan Anda, ketahui apa yang dibutuhkan pelanggan dan bersikaplah sopan," paparnya.

Sementara itu Prof. Chanif memaparkan pentingnya makanan yang sehat dalam bisnis kuliner. "Saat ini formalin dijual di pasar bebas dengan harga relatif murah yang semestinya dimanfaatkan untuk industri dan dunia pendidikan, namun sekarang disalahgunakan sebagai pengawet makanan, misalnya untuk mie basah, ikan kering (teri, cumi), ikan segar, bakso, dan tahu," ungkapnya.

"Formalin yang terakumulasi dalam sel, bereaksi dengan protein seluler (enzim) dan DNA, sangat membahayakan kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang," kata Chanif. Dijelaskan Chanif, beberapa efek negatif

jangka pendek akibat paparan formalin adalah terjadinya iritasi pada saluran pernafasan dan pencernaan, muntah, pusing, sedangkan pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada hati, ginjal, jantung, limfa dan pankreas, serta terjadinya proses penuaan.

Kegiatan seminar ini merupakan rangkaian acara besar Semarak World Tourism Day (WTD) 2013 yang jatuh pada tanggal 27 September 2013. Ketua Panitia A. Faidlal Rahman, SE.Par.,M.Sc mengatakan, seminar ini mempunyai keterkaitan dengan tema besar WTD 2013 "Tourism and Water: Protecting Our Common Future".

"Air merupaka senyawa yang mempunyai makna dan nilai penting dalam bisnis kuliner. Makanan sehat membutuhkan air yang bersih," tutur Faid.

Seminar ini dirangkai dengan Gelar Aksi Hari Pariwisata Dunia 2013, Jumat (27/9) yang diikuti oleh mahasiswa Pariwisata Program Vokasi. "Dalam aksi ini, mereka membagikan pin "I'm a responsible tourist", serta melakukan orasi yang berisi ajakan untuk lebih jauh mengenal pariwisata," pungkasnya. [Irene]

 Artikel terkait

UB Jalin Kerjasama dengan Hotel Aria GajayanaTindak Lanjut Kerjasama UB dan BCARapat Vokasi Persiapan Tahun Ajaran Baru 2012-2013