seleksi benih tiram mutiara ( pinctada maxima ) dari … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan...

13
SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima) DARI HASIL PEMIJAHAN INDUK ALAM DENGAN KARAKTER NACRE PUTIH Ida Komang Wardana, Sudewi, Apri I. Supii, dan Sari Budi Moria Sembiring Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Jl. Br. Gondol Kec. Gerokgak Kab. Buleleng, Kotak Pos 140, Singaraja, Bali 81101 E-mail: [email protected] (Naskah diterima: 26 Juni 2013; Disetujui publikasi: 4 September 2013) ABSTRAK Kualitas induk secara fenotip dan genotif berpengaruh terhadap kualitas benih tiram mutiara yang akan dihasilkan. Penggunaan induk yang berasal dari habitat yang berbeda dalam kegiatan pembenihan diharapkan dapat menghasilkan benih tiram mutiara dengan kualitas fenotip dan genotif yang baik. Salah satu sifat yang menarik untuk dijadikan target dalam program pemuliaan tiram mutiara adalah warna mutiara yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas benih tiram mutiara (Pinctada maxima) hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih dari tiga habitat yang berbeda dan mengetahui keragaan genetik induk (F0) dan turunannya (F1). Induk yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiram dengan karakter nacre putih dari tiga lokasi perairan (Bali, Karawang, dan Dobo) serta dilakukan pemijahan dari masing-masing populasi tersebut. Keragaan genetik dari semua populasi dianalisa dengan menggunakan PCR RFLP. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masa inkubasi telur hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih terlihat lebih lama dibandingkan dengan tiram mutiara pada umumnya. Benih yang dihasilkan pertumbuhannya bervariasi, didominasi dengan benih berukuran sedang dengan sintasan berkisar 0,4-9%. Keragaan genetik F0 dan F1 berdasarkan nilai heterozigositas, tiram dari perairan Bali menunjukkan nilai keragaman yang paling baik (0,2726). Sementara karakter nacre dari benih yang diperoleh menunjukkan bahwa 48% memiliki nacre putih, 24% kuning dan warna lain sebanyak 28%. KATA KUNCI: seleksi benih, nacre putih, Pinctada maxima ABSTRACT: Pearl oyster spat selection with white nacre character from artificial spawning of wild broodstock. By: Ida Komang Wardana, Sudewi, Apri I. Supii, and Sari Budi Moria Sembiring Quality of broodstock, phenotypically, and genetically affects to the quality of pearl oyster seed to be produced. Broodstock that derives from the different habitat in the seeding activities is expected to produce pearl oyster seed with a good genetic quality. One of the interesting strait to be targeted in a pearl oyster breeding program is the color of pearls produced. Based on this, the purposes of this research were to know the pearl oyster (Pinctada maxima) seed quality from natural broodstock spawning with the character of white nacre from 3 different habitat and to know the genetic performance of parent (F0) and the first generation (F1). Pearl oyster broodstock used in this research have white nacre derive from three locations i.e. Bali, Karawang, and Dobo. Genetic character analysis was done by RFLP and PCR. The results showed that incubation period of egg spawned from natural broodstock that has white nacre was longer than that of common pearl oyster. The growth of seed produced varied, dominated by medium-sized seeds with survival rate ranged from 0.4-9%. Genetic performance of F0 and F1 based on the value of heterozigosity showed that the pearl Seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) ..... (Ida Komang Wardana) 1

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DARI HASILPEMIJAHAN INDUK ALAM DENGAN KARAKTER NACRE PUTIH

Ida Komang Wardana, Sudewi, Apri I. Supii, dan Sari Budi Moria Sembiring

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya LautJl. Br. Gondol Kec. Gerokgak Kab. Buleleng, Kotak Pos 140, Singaraja, Bali 81101

E-mail: [email protected]

(Naskah diterima: 26 Juni 2013; Disetujui publikasi: 4 September 2013)

ABSTRAK

Kualitas induk secara fenotip dan genotif berpengaruh terhadap kualitas benih tirammutiara yang akan dihasilkan. Penggunaan induk yang berasal dari habitat yang berbedadalam kegiatan pembenihan diharapkan dapat menghasilkan benih tiram mutiaradengan kualitas fenotip dan genotif yang baik. Salah satu sifat yang menarik untukdijadikan target dalam program pemuliaan tiram mutiara adalah warna mutiara yangdihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas benih tiram mutiara(Pinctada maxima) hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih dari tigahabitat yang berbeda dan mengetahui keragaan genetik induk (F0) dan turunannya(F1). Induk yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiram dengan karakter nacreputih dari tiga lokasi perairan (Bali, Karawang, dan Dobo) serta dilakukan pemijahandari masing-masing populasi tersebut. Keragaan genetik dari semua populasi dianalisadengan menggunakan PCR RFLP. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masainkubasi telur hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih terlihat lebihlama dibandingkan dengan tiram mutiara pada umumnya. Benih yang dihasilkanpertumbuhannya bervariasi, didominasi dengan benih berukuran sedang dengansintasan berkisar 0,4-9%. Keragaan genetik F0 dan F1 berdasarkan nilai heterozigositas,tiram dari perairan Bali menunjukkan nilai keragaman yang paling baik (0,2726).Sementara karakter nacre dari benih yang diperoleh menunjukkan bahwa 48% memilikinacre putih, 24% kuning dan warna lain sebanyak 28%.

KATA KUNCI: seleksi benih, nacre putih, Pinctada maxima

ABSTRACT: Pearl oyster spat selection with white nacre character fromartificial spawning of wild broodstock. By: Ida Komang Wardana,Sudewi, Apri I. Supii, and Sari Budi Moria Sembiring

Quality of broodstock, phenotypically, and genetically affects to the quality of pearloyster seed to be produced. Broodstock that derives from the different habitat in theseeding activities is expected to produce pearl oyster seed with a good genetic quality.One of the interesting strait to be targeted in a pearl oyster breeding program is thecolor of pearls produced. Based on this, the purposes of this research were to know thepearl oyster (Pinctada maxima) seed quality from natural broodstock spawningwith the character of white nacre from 3 different habitat and to know the geneticperformance of parent (F0) and the first generation (F1). Pearl oyster broodstockused in this research have white nacre derive from three locations i.e. Bali, Karawang,and Dobo. Genetic character analysis was done by RFLP and PCR. The results showedthat incubation period of egg spawned from natural broodstock that has white nacrewas longer than that of common pearl oyster. The growth of seed produced varied,dominated by medium-sized seeds with survival rate ranged from 0.4-9%. Geneticperformance of F0 and F1 based on the value of heterozigosity showed that the pearl

Seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) ..... (Ida Komang Wardana)

1

Page 2: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

PENDAHULUAN

Berdasarkan morfologi cangkang, tirammutiara Pinctada maxima yang dikenal se-bagai penghasil south sea pearl diketahuiada empat tipe warna nacre yaitu putih (sil-ver), emas (gold), abu-abu (grey) dan kuning(yellow) (Lind et al., 2009). Indonesia termasuknegara penghasil mutiara putih terbesar didunia, menempati posisi ketiga setelah Aus-tralia dan Myanmar (Poernomo, 2008). Saat ini,dikembangkan program pemuliaan pada ke-giatan budidaya yang diutamakan pada targetkhusus yaitu satu atau dua sifat yang memung-kinkan untuk meningkatkan produktivitas danmemiliki nilai jual tinggi (Elliot, 2000). Salah satusifat yang menarik untuk dijadikan target dalamprogram pemuliaan tiram mutiara adalah warnamutiara yang dihasilkan. Warna mutiara yangakan dihasilkan ditentukan oleh keragamanwarna nacre tiram mutiara. Nacre adalah cang-kang bagian dalam yang merupakan lapisaninduk mutiara yang berkilau dengan warnaputih keperakan. Wada (2000) menyatakanbahwa keragaman nacre pada tiram sangatpenting dalam industri tiram mutiara, karenadengan keberagaman nacre tiram akan meng-hasilkan warna mutiara yang beragam yangdiminati oleh pasar.

Tiram mutiara dengan nacre warna putihdan kuning paling banyak dibudidayakan,karena menghasilkan kualitas mutiara yangbaik dengan ukuran yang relatif besar (Roseet al., 1990; Supii et al., 2009). Tiram dengannacre putih menghasilkan mutiara warna putih,sementara tiram dengan nacre kuning meng-hasilkan mutiara warna kuning keemasan,akan tetapi mutiara warna putih memiliki hargajual yang lebih tinggi dibandingkan warnakeemasan. Dalam proses insersi nukleus untukmemperoleh mutiara dengan warna putihdiperlukan mantel sebagai saibo dari individutiram dengan nacre putih, dan apapun tipewarna nacre tiram mutiara, apabila diimplantdengan saibo dari individu yang memiliki na-cre putih akan tetap menghasilkan mutiarawarna putih. Sementara individu tiram dengannacre putih sangat jarang diperoleh dari alam,sehingga pemijahan induk tiram tersebut perlu

dilakukan untuk membantu melestarikan danmembudidayakannya.

Namun dalam perkembangan budidaya ti-ram mutiara, masih ditemukan beberapa ken-dala antara lain penurunan kualitas produkmutiara, terjadinya kematian massal benih padamusim-musim tertentu dan lambatnya per-tumbuhan benih. Kualitas induk secara fenotipdan genotif berpengaruh terhadap kualitasbenih yang akan dihasilkan.

Dalam pembenihan, manajemen indukyang digunakan merupakan salah satu faktorpenting yang harus diperhatikan. Penggunaaninduk yang berasal dari habitat yang berbedadalam kegiatan pembenihan diharapkan dapatmenghasilkan benih tiram mutiara dengankualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui kualitasdan menyeleksi benih tiram mutiara (Pinctadamaxima) hasil pemijahan induk alam dengankarakter nacre putih dari tiga habitat yang ber-beda serta mengetahui keragaan genetik induk(F0) dan turunannya (F1). Dengan demikianpembenihan secara terkontrol dan terprogramperlu diinisiasi untuk mendukung manajemenprogram pelestarian populasi yang lebih ter-arah, sehingga bermanfaat untuk pemuliaantiram mutiara di masa yang akan datang.

BAHAN DAN METODE

Koleksi Induk dan Pembenihan

Langkah awal yang dilakukan dalam pene-litian ini adalah koleksi induk alam (F0) yangmemiliki karakter nacre putih dari wilayahperairan Bali, Karawang, dan Dobo. Aklimati-sasi induk alam dilakukan secara terkontrol.Pemijahan dilakukan dengan menggunakanpasangan induk yang matang gonad darimasing-masing perairan. Hasil pemijahan ter-sebut, diharapkan memperoleh benih darimasing-masing pasangan induk sebesar 50%.Telur dari hasil pemijahan tersebut dipeliharadalam hatcheri selama 45-50 hari dari stadiaveliger (fase D) sampai spat. Selama masa pe-meliharaan benih diberi pakan alami berupaPavlova sp. (60%), Isochrysis galbana (20%),Chaetocheros amami (10%), dan Nannoclorop-

oyster from Bali has the highest diversity value (0.2726). Character of nacre fromseeds produced showed that white colors achieved 48%, 24 % yellow and others colors(28%).

KEYWORDS: seed selection, white nacre, pearl oyster

2

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 1-13

Page 3: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

sis (10%). Pergantian air media pemeliharaandilakukan setiap lima hari sekali atau dise-suaikan dengan kondisi larva. Parameter ling-kungan yang dipantau selama masa peme-liharaan benih meliputi suhu, pH, dan salinitas.Spat yang diperoleh setelah mencapai ukuran2-3 mm ditebar di laut untuk pembesaran. Spatyang masih menempel pada kolektor ditebardalam wadah kerangka besi dengan ukuran 50cm x 35 cm x 75 cm. Setiap 2-3 minggu sekaliwaring yang membungkus wadah dibersihkandari kotoran dan biofouling yang menempeluntuk membantu mempermudah spat dalammenyaring makanan. Benih dengan ukuran 1-2 cm dipotong bisusnya dan dipindah dalampocket benih untuk mempercepat pertum-buhan. Setelah benih mencapai ukuran 6 cmatau warna nacre sudah dapat dibedakan,dilakukan sampling untuk mengetahui per-sentase benih dengan nacre putih atau warnalain. Benih yang sudah terseleksi dipeliharalebih lanjut untuk pemantauan kualitas hinggamemenuhi syarat sebagai calon induk.

Analisis Keragaan Genetik

Jaringan dari induk dan benih diambilsebagai bahan analisis untuk mengetahuikeragaan genetik masing-masing 15 ekor.Jaringan mantel yang diambil kemudiandiekstraksi DNA-nya menggunakan metodeOvenden (2000) yang sudah dimodifikasi.Sampel daging dihancurkan dengan chelex100 in TE buffer, ditambahkan protein kinase(Merk) dan diinkubasi pada suhu 55oC selama2,5 jam. Selanjutnya sampel yang sudah han-cur, diinkubasi kembali selama delapan menitpada suhu 89oC. Langkah akhir dilakukan sen-trifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama5-6 menit, sehingga terbentuk dua lapisan danbagian supernatant-nya merupakan genomDNA dari sampel tiram mutiara. Hasil ekstraksidipurifikasi menggunakan High Pure Purifica-tion kit (Roche) dan selanjutnya diukur tingkatkemurnian DNAnya dengan Gene Quant Ma-chine. Tahap berikutnya adalah amplifikasi DNAdengan menggunakan primer universal Cyto-chrome Oxidase I (COI) forward: 5"- ATA ATGATA GGA GGR TTT GG-3" dan reverse 5"-GCTCGT GTR CTA CRT CCA T-3" (Williams & Benzie,1997). Amplifikasi dilakukan dengan meng-gunakan metode Polymerase Chain Reaction(PCR) dengan komposit premiks yaitu ddH

2O

21,25 µL, primer forward, reverse masing-masing 0,625 µL dan 2,5 µL genom DNA yangdicampur pada tube Ready to go (GE health-care). Program yang digunakan berdasarkan

Benzie et al, 2003 yaitu tahap denaturasi padasuhu 94oC selama satu menit, annealing padasuhu 45oC selama satu menit dan extensionselama satu menit sebanyak 30 siklus padasuhu 72oC. Setelah proses amplifikasi semuasampel sempurna, dilakukan digesti denganbeberapa enzim restriksi Dde I, Taq I, dan Msp I(Biolabs) untuk mengetahui variasi genetik dantingkat heterozigositas induk dan benih hasilpemijahan. Hasil restriksi dipisahkan secaraelektroforesis dengan menggunakan agarosegel 2% dalam Tris Boric-EDTA (TBE) buffer dandidokumentasikan pada gel doc polaroiddengan UV transilluminator. Hasil fragmentasiselanjutnya dianalisis menggunakan UPGMA(Unweighted Pair Group Methode by Average)dalam software TFPGA (Bermingham, 1990).Parameter yang diamati meliputi: karakterfenotip benih yang dihasilkan, sintasan benih(SR), keragaan genetik induk (F0) dan benih(F1) yang diukur berdasarkan tingkat hetero-zigositas.

HASIL DAN BAHASAN

Pengamatan Induk

Berdasarkan pengamatan morfologi indukdari tiga lokasi perairan, ditemukan beberapaperbedaan secara visual antara lain: warnacangkang luar, ketebalan cangkang dan bentuktubuh. Induk dari Bali terlihat berwarna creamterang dengan bentuk tubuh agak bulat dancangkang tebal. Sedangkan induk dari perairanKarawang memiliki warna cangkang coklathijau dengan garis-garis cangkang nampakjelas, cangkang tipis dan bentuk tubuh mem-bulat. Sementara induk dari perairan Dobo(Maluku) bentuk tubuhnya bulat lonjongdengan warna cangkang cokelat gelap dancangkang halus tebal (Gambar 1). Ditinjau darisegi panjang, lebar dan bobot tubuh indukalam tiram mutiara dari masing-masing lokasitidak menunjukkan perbedaan yang signifikan(Tabel 1). Berdasarkan dari spesifikasi tersebut,tiram-tiram yang ada sudah memenuhi syaratsebagai induk dan dapat dipijahkan. Akantetapi ada beberapa hal yang perlu diper-hatikan sebelum induk mulai dipijahkan antaralain induk dalam kondisi sehat, cangkangberwarna terang, tidak rusak atau cacat dantingkat kematangan gonadnya pada stadiamatang penuh (fase IV). Slamet et al. (1997),Anonim (2008). Dari pemantauan terhadapkondisi kesehatan induk, terlihat bahwa indukdari perairan Karawang menunjukkan kondisikurang sehat, karena mantel nampak lemah dan

Seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) ..... (Ida Komang Wardana)

3

Page 4: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

banyak mengalami kematian selama prosesadaptasi pada perairan Gondol. Dari 103 ekorinduk asal Karawang yang dikoleksi, 57 ekormati (Tabel 2) dan induk-induk tersebut cukupsulit untuk matang gonad. Sementara indukdari Bali dan Dobo, selama masa pemijahan danpemeliharaan di laut, relatif mudah matanggonad walaupun hasil yang diperoleh belummaksimal. Dengan demikian untuk mengopti-malkan hasil yang diharapkan, penambahanjumlah induk dengan karakter nacre putih perludilakukan untuk meningkatkan jumlah benihyang dihasilkan, sehingga proses seleksi mu-dah dilakukan dan data yang diperoleh lebihakurat.

Pemantauan Pemijahan

Seleksi benih tiram mutiara dengan nacreputih, berdasarkan dari hasil pemantauanpemijahan dan pemeliharaan larva diperolehdata bahwa pemijahan induk tiram mutiara tidak

dapat berlangsung sepanjang tahun, sangattergantung musim, umur, dan kondisi kese-hatan induk, serta suhu lingkungan perairan.Pemijahan induk dari perairan Bali berlang-sung sebanyak lima kali yaitu pada bulanFebruari, April, Juni, Agustus, dan September.Sementara dari perairan Karawang hanyamemijah satu kali pada bulan Maret dan dariperairan Dobo sebanyak tiga kali dari bulanJuli, September, dan Oktober. Dari semua pemi-jahan tersebut, banyaknya induk yang matanggonad juga sangat bervariasi, tidak semuainduk menunjukkan tingkat kematangan go-nad yang baik. Dari jumlah total induk yangada, hanya 10% yang menunjukkan tingkatkematangan gonad sempurna, akan tetapisetelah dipijahkan secara alami tidak semuainduk dapat memijah dengan maksimal. Bahkanada beberapa induk yang mengabsorbsi go-nadnya, sehingga tidak dapat dipijahkan dandikembalikan ke laut. Faktor yang dianggappaling berpengaruh terhadap kematangan

Gambar 1. Morfologi induk alam tiram mutiara (Pinctada maxima) dari tiga perairan, berturut-turut Bali (A), Karawang (B), dan Dobo (C)

Figure 1. Morphology of natural broodstock of pearl oyster (Pinctada maxima) from threewaters areas, Bali (A), Karawang (B), and Dobo (C) respectively

Tabel 1. Panjang, lebar, dan bobot tubuh induk tiram mutiara (Pinctadamaxima) dari tiga lokasi perairan

Table 1. Length, width, and body weight of pearl oyster (Pinctadamaxima) from three locations

Bali Karawang Dobo

Panjang (Length ) (cm) 15.9 ± 1.7 15.9 ± 1.6 14.7 ± 1.2

Lebar (Width ) (cm) 10.9 ± 0.9 11.9 ± 1.5 12.1 ± 0.9

Bobot (Weight ) (g) 487 ± 107.2 464 ± 131.2 421 ± 37.5

ParameterParameters

Lokasi (Locat ions )

A B C

4

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 1-13

Page 5: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

gonad induk tiram alam berdasarkan penga-matan antara lain: umur, pakan alami yangtersedia, dan kondisi suhu air pada perairantersebut. Menurut Dhoe et al. (2001); Anonim(2008), menyatakan bahwa umur tiram yangsiap memijah adalah 2-2,5 tahun dengan ukuranpanjang cangkang berkisar antara 15-16 cmdan disarankan menggunakan induk dari hasilbudidaya. Sementara untuk pakan alami,sangat tergantung pada tingkat kesuburanperairan tersebut. Pada umumnya tiram sebagaiorganisme filter feeder relatif mudah dalammenyaring makanan yang ada di lingkungan-

nya kecuali jika dalam kondisi stres. Pengaruhdari suhu perairan terlihat pada lambatnyapertumbuhan benih dan jarangnya induk betinayang matang gonad (Hamzah, 2007)

Ditinjau dari performa pemijahan, induk Balidan induk Dobo menunjukkan respon yangpaling baik. Dari lima kali pemijahan induk Balihanya pada pemijahan yang ketiga benih yangdihasilkan mengalami kematian pada umur 23hari (D23), sedangkan benih dari pemijahanyang lainnya dapat bertahan hidup sampaipembesaran di laut, walaupun dengan sinta-san yang cukup rendah (Gambar 2). Demikian

Tabel 2. Pemijahan induk alam tiram mutiara (Pinctada maxima) dengan nacre putih dari tigalokasi perairan

Table 2. Spawning of pearl oyster (Pinctada maxima) with the white nacre from three loca-tions

Bali Karawang Dobo

Jumlah induk (ekor)Number of broodstock (ind.)

68 103 31

Frekuensi pemijahan (kali) Spawning frequence (time)

5 1 3

Bali Karawang Dobo

Pemijahan (Spawning ) I 8,335,000 22 725.6

Pemijahan(Spawning ) II 325 - 479.5

Pemijahan (Spawning ) III28,000,000 (Mati umur D23)

(Dead at D23)-

28,000 (Mati umur D7)(Dead at D7)

Pemijahan (Spawning ) IV 36 - -

Pemijahan (Spawning ) V 8,317,000 - -

Benih (Fry ) (1-2 cm) 11.3 - 1,700

Benih (Fry ) (3-4 cm) 789 43 -

Benih (Fry ) > 4 cm 143 - -

Jumlah total benihTotal of fry

12,232 43 1,700

Jumlah induk yang matiMortality of broodstock

26 57 3

Keterangan (Remark )

ParameterAsal induk (Broodstock origin )

Jumlah larva (Ekor) (Number of larvae) (Ind.)

Karena pemijahan masing-masing populasi tidak berlangsung pada waktu yang sama, maka benih dari populasi Karawang dan Dobo pada akhir penelitian hanya berada pada satu ukuranThe fry from Dobo and Karawang were uniform in size, because the spawning periods from each population were not simultaneously

Seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) ..... (Ida Komang Wardana)

5

Page 6: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

halnya pada induk dari perairan Dobo padapemijahan ketiga, benih yang dihasilkan padaumur tujuh hari (D7) mengalami kematian. Haltersebut disebabkan oleh induk dari Dobomasih dalam proses adaptasi karena mulaimasuk Balai Besar Penelitian dan Pengem-bangan Budidaya Laut pada bulan Juli danpemijahan dilakukan selang tiga minggu se-kali. Selain itu juga karena pengaruh suhu per-airan yang relatif rendah pada bulan tersebut.Benih yang diperoleh dari hasil pemijahantersebut setelah menjadi spat relatif sedikit.Pada pemijahan pertama diperoleh spatsebanyak 1200 ekor dan pada pemijahankedua sebanyak 500 ekor. Sedangkan indukdari perairan Karawang pada saat memijah, seltelur dan sperma yang keluar relatif sedikityang berasal dari satu induk jantan dan satuinduk betina. Setelah dilakukan sampling danpengamatan, diketahui telur yang berhasildibuahi sebanyak 40.000 butir dan yangberhasil menjadi veliger (tahap D) sebanyak22.000 ekor (daya tetas 55%). Jumlah akhirbenih yang diperoleh dari induk Karawangpada stadia spat sebanyak 273 ekor (Gambar3). Rendahnya jumlah spat yang diperoleh daripemijahan induk Karawang, kemungkinandipengaruhi oleh kondisi kesehatan induk,karena pada saat pemijahan berlangsung,induk masih dalam tahap adaptasi pada ling-kungan baru dan stres karena proses peng-angkutan yang relatif lama (± 12 jam). Setelahumur 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan adaptasipada lingkungan perairan di Gondol, observasi

dilakukan kembali terhadap tingkat kema-tangan gonadnya. Dari 100 ekor induk yangada hanya 2-3 ekor induk yang menunjukkanmatang gonad. Akan tetapi setelah dilakukanpemijahan, induk-induk tersebut tidak mem-berikan respon yang positif, sehingga pemi-jahan tidak dapat berlangsung dan indukdikembalikan ke laut. Berdasarkan hal tersebut,dapat dikatakan bahwa induk dari perairanKarawang belum siap memijah karena mungkinumur masih muda, kemampuan adaptasi padadaerah baru kurang baik dan kurangnya responterhadap rangsangan pemijahan.

Pengamatan Benih

Benih yang dihasilkan dari hasil pemijahansecara keseluruhan sangat bervariasi. Ber-dasarkan pengamatan pada setiap periodepemeliharaan benih, ditemukan perbedaanwaktu perkembangan embrio pada pemijahaninduk Bali. Pada bulan Maret, perkembanganstadia embrio masih normal dengan masapembelahan telur menjadi morula dibutuhkanwaktu 1-1,5 jam. Sementara pemijahan padaMei, Juni, dan Juli, masa inkubasinya cukup lama(lebih dari 2 jam) dan telur yang dihasilkansebagian besar tidak dibuahi, sehingga tidakbisa membelah sempurna menjadi trokofor. Disamping hal tersebut, pada bulan yang samafase veliger menjadi fase mata hitam (eye spot)dibutuhkan waktu yang relatif lama yaitusekitar 20-24 hari, sementara menurut Tin Tun& Winanto (1988), Haws & Ellis, (2000), menya-

Gambar 2. Sintasan benih tiram mutiara masing-masing pemijahan dariketiga lokasi induk alam

Figure 2. Survival rate of pearl oyster seed at each spawning fromthree locations of natural broodstock

Sin

tasa

nSu

rviv

al ra

te (

%)

Pemijahan (Spawning)

I

10

0

9

8

7

6

5

4

3

1

2

II III IV V

Bali

Karawang

Dobo

6

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 1-13

Page 7: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

takan bahwa fase eye spot dapat terbentukpada hari ke-16 dan 17. Akan tetapi padapemijahan bulan Agustus, September, danOktober, fase tersebut berlangsung normalbahkan ada beberapa larva yang sudah me-masuki fase pediveliger. Lambatnya stadiaperkembangan larva pada kegiatan penelitianini dipengaruhi oleh faktor lingkungan salahsatunya suhu. Suhu air pada media peme-liharaan benih pada bulan Mei, Juni, dan Julirelatif rendah yaitu berkisar antara 25oC-26oC(Gambar 4). Rendahnya suhu air akan mem-pengaruhi proses metabolisme dalam tubuhyang berdampak pada lambatnya perubahanstadia (metamorfosis) dan pertumbuhan benih(Anonim, 2008). Menurut Ito (1996); Dhoe atal. (2001), menyatakan bahwa suhu yang me-menuhi syarat untuk pemeliharaan benih tirammutiara adalah berkisar antara 28oC-30,5oC.

Benih tiram mutiara (F1) yang sudah dite-bar di laut, secara morfologi pada stadia spatantara populasi 1 dengan populasi yang laintidak dapat dibedakan. Spat nampak berwarnaabu-abu dengan ukuran yang bervariasi (1-3 mm). Setelah berumur satu bulan di laut,dengan penambahan panjang nacre antara1-1,5 cm/ bulan, spat nampaknya mengalamiperubahan warna yang didominasi denganwarna abu-abu, coklat, coklat muda dan ke-hijauan atau hijau gelap. Hal tersebut dapatdikatakan sebagai indikator bahwa benih da-lam kondisi sehat dan pakan yang tersediadi perairan mencukupi untuk mendukung

pertumbuhan benih. Akan tetapi pada tahapini, benih relatif riskan dan mudah mengalamikematian akibat pengaruh dari goncanganlingkungan dan proses adaptasi dari hatcherike lingkungan air laut. Dengan demikian pe-mantauan rutin pada tahap tersebut sangatpenting dilakukan untuk menghindari ting-kat kematian yang tinggi. Dari jumlah benihyang dihasilkan pada penelitian ini, benih(spat) yang jumlahnya cukup banyak adalahbenih dari populasi Bali 12.232 ekor, turu-nan populasi Dobo 1700 ekor dan turunanKarawang yang tersisa 43 ekor dengan rata-rata ukuran panjang berkisar antara 1-3 cm(Tabel 2). Akan tetapi dilihat dari tingkatsintasan (SR) benih sampai tahap spat secarakeseluruhan sangat rendah berkisar antara0,1%-9% (Gambar 2). Menurut para praktisi hat-cheri tiram mutiara yang ada di Bali dan NTBrata-rata sintasan yang diperoleh berkisarantara 1%-11% dan hal tersebut dihitung ber-dasarkan perbandingan antara jumlah spatyang diperoleh dengan hasil sampling jumlahlarva pada stadia pediveliger (komunikasi pri-badi). Sementara pada kegiatan ini, peman-tauan terhadap penurunan jumlah larva se-lama masa pemeliharaan di hatcheri, diamatidari stadia veliger (tahap D) sampai menjadispat (± 45-50 hari). Berdasarkan dari penga-matan tersebut, dapat dikatakan bahwa sela-ma masa pergantian stadia terjadi penurunanjumlah benih yang hidup berkisar antara 20%-40%. Misalnya benih turunan induk Bali padapemijahan yang terakhir diperoleh telur yang

Gambar 3. Jumlah spat yang sudah ditebar di laut dari masing-masing hasilpemijahan induk alam tiram mutiara

Figure 3. Number of spat stocked at sea from each of spawning from thenatural broodstock of pearl oyster

Jum

lah s

pat

(Ek

or)

Num

ber

of

spat

(Ind.)

Pemijahan (Spawning)

I

9,000

0II III IV V

8,000

7,000

6,000

5,000

4,000

3,000

2,000

1,000

Bali

Karawang

Dobo

Seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) ..... (Ida Komang Wardana)

7

Page 8: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

berhasil dibuahi sebanyak 18.975.000 dengandaya tetas 44%, jumlah benih pada umur D1,8.317.000 ekor, setelah enam hari menjadi8.184.000 ekor, kemudian umur sepuluh harimenjadi 7.219.500 ekor, hari ke-16 berkurangmenjadi 3.897.000 ekor dan pada hari ke-20sebelum dipasang kolektor menjadi 1.798.000ekor. Sementara jumlah setelah memasuki sta-dia spat (±45 hari) hanya diperoleh 8.500 ekordengan sintasan 0,1%.

Data hasil seleksi nacre dari benih yangdiperoleh berdasarkan dari sampling menun-jukkan bahwa 48% benih memiliki nacre putih,24% warna kuning dan warna lain sebanyak28%. Sementara menurut informasi bahwapersentase warna nacre benih dari hasil pe-mijahan induk dengan karakter nacre putihdapat terlihat setelah benih berukuran di atas6 cm dengan perbandingan 70% memiliki war-na nacre putih dan 30% menunjukkan warnayang lain (komunikasi pribadi). Berdasarkan haltersebut, dapat dikatakan bahwa di alam po-pulasi tiram mutiara sudah membawa genwarna nacre baik kuning maupun putih, akantetapi populasi nacre putih di alam termasukjarang dibandingkan dengan populasi nacrekuning (Gambar 5). Dengan demikian pemija-han yang terkontrol sangat perlu diterapkanuntuk mempermudah melakukan perbaikanterutama dalam menghasilkan benih denganpersentase karakter nacre putih lebih tinggi.

Keragaan Genetik

Pemantauan keragaan genetik terhadaptiram mutiara dari ketiga lokasi daerah pe-

nangkapan diharapkan memberikan pedo-man dalam menentukan sumber induk yangmemiliki karakter genetik yang baik. Berda-sarkan dari hasil amplifikasi dengan meng-gunakan primer COI (Cytochrome Oxydase I),didapatkan bahwa mtDNA pada tiram mutiara(Pinctada maxima) menghasilkan fragmentDNA tunggal berukuran 700 bp pada semuapopulasi, baik pada induk alam maupun padaturunannya (F1) (Gambar 6). Hal tersebut meng-indikasikan bahwa hewan uji tersebut meru-pakan spesies yang sama. Untuk mengetahuiadanya variasi masing-masing populasi, di-lakukan pemotongan sequen mtDNA yangteramplifikasi menggunakan tiga jenis enzymerestriksi. Dari hasil pemotongan tersebut, ter-lihat ada dua tipe pemotongan yaitu tipemonomorfik (Dde I dan Taq I) dan penggunaanenzyme Msp I memberikan pemotongan tipepolymorfik (Gambar 7). Penggunaan enzymeDde I menunjukkan tiga sisi pemotongan pa-da bobot molekul 160, 200, dan 400 bp, demi-kian juga halnya pada penggunaan enzymerestriksi Taq I (Tabel 3, Gambar 7). Berdasarkandari hasil pemotongan tersebut, enzyme MspI yang memberikan tipe pemotongan yangbervariasi dan sementara dapat digunakansebagai marker untuk identifikasi variasipopulasi tiram mutiara jenis Pinctada maxima.Di samping itu, perlu penggunaan enzymerestriksi yang lain untuk mendapatkan hasilyang lebih akurat. Seperti pada pemantauankarakteristik genetik tiram mutiara jenis P.margaritifera yang ada di perairan Indonesiarestriksi mtDNA menggunakan lima jenis en-zyme pemotongan yaitu Fok I, Hae III, Nla IV,

Gambar 4. Rata-rata suhu air pada bak pemeliharaan larva tiram mutiara

Figure 4. Average of water temperature in larva rearing tank

Suhu a

irW

ate

r te

mper

atu

re (

oC

)

Bulan (Month)

Mar.

35

0

30

25

20

15

10

5

Apr. Mei Juni Juli Agust. Sep. Okt. Nov. Des.

Pagi (Morning)

Sore (Afternoon)

8

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 1-13

Page 9: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

Gambar 5. Tipe warna nacre benih tiram mutiara dari hasil pemijahan induk alam

Figure 5. Color type of nacre of pearl oyster seed from spawning of natural broodstock

Nacre kuning

Nacre putih

Nacre warna lain

Gambar 6. Hasil amplifikasi genom DNA tiram mutiara (Pinctada maxima)dengan menggunakan primer COI3 (F) dan COI (R)

Figure 6. Results of genomic DNA amplification of pearl oyster (Pinctadamaxima) by using primer COI3 (F) and COI (R)

M

Keterangan (Note):M = Marker 100 bp; 1-10 = Sampel (Sample)

700 bp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) ..... (Ida Komang Wardana)

9

Page 10: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

Dpn II, dan Eco 090I. Dari kelima jenis enzymetersebut, tiga di antaranya (Fox I, Hae III, danNla IV) memberikan tipe pemotongan yangpolimorfik dan ditemukan 18 jenis haplotipeyang teridentifikasi (Susilowati et al., 2009).Berdasarkan hasil analisis TFPGA, populasiBali yang menunjukkan nilai heterozigositaspaling tinggi (0,2726), disusul populasiKarawang (0,1067) dan Dobo paling rendah(0,0770) (Tabel 4). Sementara pada populasiturunan pertama (F1) mengalami penurunantingkat heterozigositas pada semua populasi.

Penurunan variasi genetik dari turunanpertama (F1) yang dihasilkan dapat terjadi,disebabkan oleh beberapa faktor antara lainhilangnya beberapa alel karena induk yangdigunakan saat pemijahan relatif sedikit,kemudian terbatasnya frekuensi alel yangdibawa oleh masing-masing individu baikjantan maupun betina, proses adaptasi ling-kungan dan tidak adanya gen-gen unggulyang mampu meningkatkan variasi genetik(Priyono, 2000). Sementara Prasetio (2008)dalam pemantauan variasi abalon jenis Haliotis

Gambar 7. Hasil pemotongan PCR produk induk tiram mutiara (F0) dengan menggunakan tigajenis enzim restriksi Dde I (A), Msp I (B) dan Taq I (C)

Figure 7. Results of cutting of the PCR product of pearl oyster (F0) by using three kinds ofrestriction enzymes Dde I (A), Msp I (B) and Taq I (C)

Keterangan (Note):M = Marker 100 bp; 1-10 = Sampel (Sample); 11 = Uncut (PCR produk yang tidak dipotong dengan RE)

10

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 1-13

A

B

C

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

400 bp200 bp160 bp

200 bp340 bp

200 bp

360 bp

680 bp500 bp480 bp

Page 11: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

asinina menyatakan bahwa kecenderunganmonomorfik pada turunan pertama (F1) meng-indikasikan hilangnya alel-alel penting sepertialel yang dibutuhkan dalam toleransi suhu,fungsi biomineralisasi termasuk pembentukancangkang, fungsi pertumbuhan dan alel yangdiperlukan untuk adaptasi terhadap perubahanlingkungan perairan yang diakibatkan olehadanya variasi musim. Pada turunan F1 induk

dari perairan Dobo nampak variasi genetiknyasangat rendah (0,000), hal tersebut selain di-sebabkan oleh penggunaan induk yang sedikit,kemungkinan juga disebabkan karena indukyang dipijahkan bukan merupakan induk alam,melainkan induk hasil budidaya yang terlepaspada perairan bebas, mengingat pada perairanDobo banyak aktivitas budidaya tiram mutia-ra, sehingga nampak tingkat homozigositas-

Tabel 3. Distribusi genotip (tipe restriksi) dari ketiga populasi tiram mutiara dengan nacre putih

Table 3. Distribution of genotype from three populations of pearl oyster

F0 F1 F0 F1 F0 F1

Dde I A 400 - - - - - 15

B 160, 400 2 - - 2 15 -

C 160, 200, 400 13 15 15 13 - -

Msp I A 200, 480 - - - - - -

B 165, 200, 500 - - - - - -

C 200, 480, 500 9 11 12 12 13 15

D 200, 480, 500, 680 6 4 3 3 2 -

Taq I A 340, 360 - - - - - -

B 200, 340, 360 15 15 15 15 15 15

Bali Karawang DoboTipe enzim

Enzyme type

Tipe restriksi

Restrict ion type

Ukuran fragmen (pb)

Fragment size (bp)

Tabel 4. Nilai heterozigositas induk alam (F0) dan turunan pertama (F1) tiram mutiaradengan pemotongan tiga restriction enzyme

Table 4. Heterozygosity value of natural broodstock (F0) and first generation (F1)of pearl oyster by using three restriction enzymes

Karawang Bali Dobo

Dde I 0.0000 0.3378 0.0000

Msp I 0.3200 0.4800 0.2311

Taq I 0.0000 0.0000 0.0000

Heterozigositas (Heterozygosity ) 0.1067 0.2726 0.0770

Karawang Bali Dobo

Dde I 0.1244 0.0000 0.0000

Msp I 0.3200 0.3911 0.0000

Taq I 0.0000 0.0000 0.0000

Heterozigositas (Heterozygosity ) 0.0304 0.1481 0.0000

Lokus ( Locus )Populasi F0 (Broodstock populat ion )

Lokus (Locus )Populasi F1 (First generat ion populat ion )

Seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) ..... (Ida Komang Wardana)

11

Page 12: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

nya tinggi pada generasi berikutnya. Dengandemikian penambahan jumlah induk yangmatang gonad dalam setiap pemijahan, sangatperlu dilakukan untuk meningkatkan nilaivariasi genetik turunan yang akan dihasilkan.Subaidah (1999) menyatakan bahwa denganjumlah induk yang memijah lebih banyak dalamsatu populasi, maka populasi turunan pertama(F1) akan merupakan kumpulan dari banyakvariasi genetik dari induknya. Dan sebaliknyaapabila induk yang memijah sedikit, makavariasi yang muncul hanya sebagian dari indukyang memijah saja. Hal tersebut didukung jugaoleh pernyataan Suryani (2001), yang men-jelaskan bahwa variasi genetik dalam populasikecil yang terisolasi, seperti pada pembenihanakan terus terjadi pengurangan alel dan pe-nurunan heterozigositas akibat aliran gen daninbreeding depression.

Nilai keragaman populasi tiram mutiaradari tiga lokasi koleksi induk alam dari perairandi Indonesia diketahui lebih rendah diban-dingkan dengan hasil penelitian Benzie et al.(2003), yang menunjukkan bahwa keragamanhaplotip Pinctada maxima populasi Australiadan Indonesia berada pada kisaran 0,129-0,582. Tinggi rendahnya nilai variasi genetikpada suatu populasi sangat dipengaruhi olehletak geografis, perbedaan salinitas dan suhu(Koehn et al., 1984) didukung oleh migrasi,seleksi, genetik drift dan karakteristik kondisilingkungan serta mekanisme evolusi untukbertahan hidup dan bereproduksi (Frankhamet al., 2002). Sementara Blanc et al. (1996)dalam Susilowati et al. (2009). menyatakanbahwa keragaman intraspesifik, adanya per-bedaan interpopulasi tiram sangat dipengaruhioleh faktor distribusi spasialnya, karena tirampada masa hidupnya mengalami dua prosestingkat kehidupan yaitu fase planktonik danfase bentik, di samping itu juga dipengaruhioleh migrasi dan seleksi alam yang menyertaipola adaptasinya. Berdasarkan dari data ter-sebut, dapat dikatakan bahwa induk tirammutiara dengan karakter nacre putih dariperairan Bali dapat digunakan sebagai sumbertangkapan induk untuk dibudidayakan dankedepan untuk meningkatkan kualitas benihperlu diterapkan manipulasi pemijahan denganmelakukan pemijahan silang. Dengan pemi-jahan silang, diharapkan gen-gen yang baikakan terekspresi pada generasi berikutnya dandapat dieksplorasi untuk kepentingan budi-daya yang berkelanjutan. Berdasarkan dariuraian di atas, benih yang bisa diseleksi darihasil yang diperoleh adalah benih (F1) perairan

Bali dan benih (F1) dari perairan Dobo (Maluku).Benih-benih tersebut dipelihara lebih lanjutsampai menjadi tiram dewasa (±1,5-2 tahun)yang siap untuk diinsersi atau dipersiapkansebagai calon induk.

KESIMPULAN

1. Pemijahan dengan menggunakan induktiram dengan nacre putih, tingkat kema-tangan gonadnya tidak berlangsung secaraseragam, dari jumlah total Induk yang ada,hanya 16% yang matang gonad dan masainkubasi telur lebih lama dibandingkandengan tiram pada umumnya.

2. Seleksi nacre dari benih yang diperolehmenunjukkan bahwa 48% benih memilikinacre putih, 24 % warna kuning dan warnalain sebanyak 28%.

3. Keragaan genetik F0 dan F1 berdasarkannilai heterozigositas, populasi tiram dariperairan Bali yang menunjukkan nilai ke-ragaman yang paling baik (0,2726).

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2008. Technical guidance on pearlhatchery development in the kingdom ofTonga. Part III. Hatchery training manualfor the Black Lip pearl oyster, P. margari-tifera and Mabe Pearl oyster Pteria penguin,in the Kingdom of Tonga. http://www.fao.org/docrep/005/ac889e/ac889e4.

Benzie, J.A.H., Smith, C., & Sugama, K. 2003.Mitochondria DNA reveals genetics differ-entiation between Australia and IndonesiaPearl oyster Pinctada maxima (James 1901)populations. Jurnal of shellfish research,22(3): 781-787.

Bermingham, E. 1990. Mithochondrial DNA andthe analysis of fish population structure.In: D.H. Withmore (Ed.), Electrophoretic andisoelectric fucosing techniques in Fisher-ies management. CRC Press. Inc. BucaRaton. Florida, p. 107-129.

Dhoe, S.B., Supriya, & Juliaty, E. 2001. BiologiTiram mutiara. Pembenihan tiram mutiara(Pinctada maxima). Balai Budidaya LautLampung. Juknis seri no. 6, hlm. 6-12.

Elliot, N.G. 2000. Genetic improvement pro-grams in Abalone: what is the future?. Aqua-culture Research, 31: 51-59.

Frankham, R., Ballou, J.D., & Briscoe, D.A. 2002.Introduction to conservation genetics.Cambrige University press, 473 pp.

Hamzah, M.S. 2007. Variasi Musiman Beberapa

12

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 1-13

Page 13: SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA ( Pinctada maxima ) DARI … · 2020. 1. 12. · kualitas fenotip dan genotif yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan menyeleksi

Parameter Oseanografi, Kaitannya denganKisaran Batas Ambang Toleransi KehidupanKerang Mutiara (Pinctada maxima) DariBeberapa Lokasi di Kawasan Tengah Indo-nesia. PROSIDING SEMINAR NASIONAL.Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan RisetKelautan dan Perikanan DepartemenKelautan dan Perikanan bekerja samadengan Jurusan Ilmu Kelautan FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan UniversitasDiponegoro. Semarang.

Haws, M. & Ellis, S. 2000. Aquafarmer informa-tion sheet: collecting blac lipped pearl oys-ter spat. CTSA Publication no. 144.

Ito, M. 1996. Hatchery spat production ofPinctada margaritifera in Tarawa theReplublic of Kiribati. Department of Zool-ogy. James Cook University of NorthQueensland, Townsville, QLD 4811. Aus-tralia. Pearl Oyster Information Buletin. P.8-11.

Koehn, R.K., Hall, J.G., Innes, D.J., & Zora, A.J.1984. Genetic differenciation of Mytilusedulis in Eastern North America. Marine Bi-ology, 79: 117-126.

Lind, C.E., Evans, B.S., Knauer, J., Taylor, J.J.U., &Jerry, D.R. 2009. Decreased genetic diver-sity and a reduced effective populationsize in cultured silver-lipped paerl oysters(Pinctada maxima). Aquaculture, 286: 12-19.

Ovenden, J. 2000. Development of RestrictionEnzymes Markers for Red Snapper(Lutjanus erythropterus and Lutjanusmalabaricus) Stock Descrimination UsingGenetics Variation in Mithocondrial DNA.Molecular Fisheries Laboratory. SouthernFisheries Centre. Produced For CSIRO Ma-rine laboratories as Part of The ACIAR Indo-nesia Snapper Project.

Poernomo, S.H. 2008. Mengangkat mutiarayang terbenam. Majalah Samudra, Edisi 10.http://majalahsamudra.at.ua/news/2008-12-10-4 diakses tanggal 19 Maret 2012.

Priyono, A. 2000. Analisis isozim variasi genetikikan bandeng (Chanos chanos Forskal)turunan 1 dan turunan 2 di kawasanperbenihan pantai Utara Bali. Tesis. Pro-gram Pascasarjana. Universitas Brawijaya.Malang, 53 hlm.

Prasetio, A.B. 2008. Variasi genetik induk aba-lone Haliotis asinina dari alam dan

turunan pertama (F1) dengan analisisallozyme elektroforesis. Tesis. ProgramPascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Rose, R.A., Dybdahl, R.E., & Harders, S. 1990.Reproduktive cycle of the western Aus-tralian Silver Lip pearl oyster Pinctadamaxima (Jameson) (Mollusca; Pteriidae). J.Shellfish Res., 9: 261-272.

Slamet, B., Tridjoko, & Hersapto. 1997. Penga-matan aspek-aspek biologi beberapa jeniskerang mutiara (Pinctada sp.) di perairanUtara Bali. Prosiding simposium perikananIndonesia II, hlm. 118-112.

Subaidah, S. 1999. Analisis variasi genetik ikanKakap Putih (Lates calcarifer Bloch) diperbenihan dengan teknik elektroforesis.Tesis.Program Pascasarjana. UniversitasBrawijaya. Malang, 53 hlm.

Suryani, S.A.M.P. 2001. Hubungan kekerabatantiga species ikan kerapu sunu (Plectro-pomus spp.) atas dasar variasi genetik.Tesis. Program Pascasarjana. UniversitasBrawijaya. Malang, 39 hlm.

Susilowati, R., Sumantadinata, K., Soelistyowati,D., & Sudradjat, A. 2009. Karakteristik ge-netik populasi tiram mutiara (Pinctadamargaritifera) terkait dengan distribusigeografisnya di perairan Indonesia. JurnalRiset Akuakultur, 4(1): 47-52.

Supii, A.I., Sudewi, & Rusdi, I. 2009. Penelitianpembenihan Tiram Mutiara (Pinctadamaxima) dengan managemen pergantianair dan perbedaan ukuran tebar awal benihTiram Mutiara di laut. Laporan teknis.BBRPBL Gondol Bali.

Tin Tun, M. & Winanto. 1988. Manual of PearlFarming on Indonesia. Balai Budidaya LautLampung, Lampung.

Wada, K.T. 2000. Genetic improvement ofstocks of the pearl oyster. In: Fingerman,M. & Nagabhusanam (eds). Recent Advancein Marine Biotechnology. Volume IV, Aqua-culture Part A, Seaweeds and Invertebrates.Science Publisher Inc., New Hampshire,USA, p. 75-85.

Williams, S.T. & Benzie, J.A.H. 1997. Indo-WestPacific pattern of genetic Differenciationin High-Dispersal Starfish Linckia laevigata.Mol. Ecol., 6: 559-573.

Winanto, T. 2004. Memproduksi Benih KerangMutiara. Penebar Swadaya. Jakarta, 95 hlm.

Seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) ..... (Ida Komang Wardana)

13