selayang pandang hisab rukyat

199

Upload: timur-abimanyu-shmh

Post on 27-Oct-2015

739 views

Category:

Documents


59 download

TRANSCRIPT

  • -II

    ,t

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat AllahSWT, bahwa Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Ditjen BimasIslam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama pada tahunanggaran 2004 ini dapat menghimpun dan menerbitkan "BukuHisab Rukyat".

    Malaud dan tujuan penyusunan buku ini adalah untuk dijadikansebagai bahan bacaan dalam rangka mengembangkan pemikirandan wawasan bagi para ahli hisab rukyat, pecinta hisab rukyatdan pegawai di lingkungan Peradilan Agama.

    Buku ini memuat artikel-artikel yang pernah dipublikasikandan diterbitkan di berbagai media, baik pada diklat maupunmajalah, yang kami susun sesuai dengan temanya yaifu tentangHisab Rukyat dan Permasalahannya, Teknologi Hisab Rukyat,Mekanisme penentuan awal bulan, Penetapan Awal bulanRamadhan, Syawal dan Dzulhijjah.

    Penerbitan Buku Hisab Rukyat ini, dibebankan kepada DIKDitjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agamatahun 2004. Kami mengharapkan saran dan masukkan dari parapembaca dan ahli hisab, guna penyempurnaan penerbitan BukuHisab Rukyat dimasa yang akan datang

    Direktur P effiaan Peradilan Agama

    Drs. H.NIP. I50

    /ahyu Widiana, M183 424

  • SUSUNAN TIM PNNYUSUNBUKU HISAB RUKYAT

    DITJEN BIMAS ISLAM DAN PENYELENGGARAANHAJI

    (Surat Keputusan No. 64 Tahun 2003 Dirjen BIPH)

    Pengarah H. Fauzie Amnur, LcDrs. H. Wahyu Widiana, MA

    L2.

    KetuaWakilKetuaSekretaris

    Anggota

    Sekretariat

    Drs. H. Farid Ismail, SH, MHDrs. Sriyatin Shadiq, SH, M.AgDrs. H. Endra Jumhana, SH

    1. Drs. Abdul Hamid Mayeli, SH2. H. Banadji Aqil3. Hj. Khadidjah AR, SH4.H. ZainuddinZA5. H.A. Rahman, S.Sos6. Dwiana Sri Handayani7. Nur Kazin, S,Ag8. Sulaiman

    l. H. Suwardi2. Rahman Kurniati

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTARDaftar IsiBAB I HISAB RUKYAT DAN PERMASALAHANNYA

    a. Hisab dan Rukyat permasalahannya di Indonesia(Ditbinbapera Islam) ............ 1

    b. Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia(Drs. H. Taufiq, SH.MH) .....................17

    c. Pelaksanaan Rukyatul Hilal di Indonesia(Drs.H. Wahyu Widiana, MA)................................ 25

    d. Penetapan Awal bulan Qomariyah menurutIslam dan permasalahannya(K.H. Ibrahim Hosen) ........31

    e. Saadoedin Djambek : Profil PembaharuanPemikiran Hisab di Indonesia(Drs. Susiknan Azhari, MA) ................ 40

    f. Seperempat Abad Badan Hisab Rukyat DepartemenAgama RI (Drs. Susiknan Azhar| MA) ..................49

    g. Perlu paradigma baru menuju Kalender IslamInternasional (Drs. Susiknan Azhari, MA) ............ 59

    BAB II TEKONOLOGI HISAB RUKYAT

    Teknologi untuk pelaksanaan Rukyat(S. Farid Ruskanda) ........ 77Teknologi Rukyat awal Bulan Ramadhan dan Syawalsecara obyektif (Zalbawi Soejoeti) ...... 84Rukyat untuk penentuan Awal dan Akhir Ramadhanmenurut pandangan syaria'at dan sorotan IPTEK(K.H. Ma'rufAmin) ............94Peran Astronomi dalam penentuan awal Bulan Hijriah(Purwanto dan D.N. Dawansa) ............. 102Memburu gerhana Matahari Cincin(Laporan) Drs. H.A. Baidhowi, Kasi Hisap dan Rukyat(Ditbinbaperais)........... ...... ll7

    a.

    b.

    c.

    d.

  • BAB III MEKANISME PENENTUAN AWAL BULANa. Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan

    Syawal(Drs. H. Taufiq, SH, MH) ............... l2lb. Mekanisme Penetapan Awal Bulan Ramadhan, Syawaldan Djulhijjah di Indonesia(H. Hasbullah Mursyid

    .............. t}gc. Tinjauan Hukum Islam Terhadap penetapan awal

    Bulan Ramadhan, Syawal dan Djiulhijjah(K.H. Ibrahim Hosen)

    ............... 136d. Catatan perhitungan posisi dan pengamatan Hilal

    dalam penentuan kriteria penampakan Hilal(Moedji Raharto)

    ....147e. Keputusan session kedelapan komite penyatuan

    kalender Hijriyah penentuan awal bulan eomariyahdan hari-hari Besar Islam di Jeddah KerajaanSaudi Arabia pada tenggang waktu lg_20 Rajab l4lg hl7_gNovember 1998 ...........

    ............. 170f. Beberapa faktor yang menyebabkan ditolaknyalaporan Rukyat(Drs. H. Wahyu Widiana, MA) ......... .......... l7g

    BAB ry PENETAPAN AWAL BULAN RAMADHAN SYAWALDAN DJULHIJJAH

    a. Penetapan tanggal I Syawal l4l4 Hbeberapa kemungkinan

    b.(Drs. H. Wahyu Widiana, MA)..........

    .......... 190Tinjauan data I Syawal 1414 H.dengan acuan hasilHisap(Darsa Sukartadiredja) ...............

    .................. 205Kemungkinan penampakan Hilal untuk penentuanawal Ramadhan dan Syawal l4l4 H(Djoni N. Dawanas ) . .. ... .....................213Aspek Fisik dalam pelaksanaan Rukyat di DaerahJakarta dan sekitarnya pada awal Bulan Syawall4l4 Hijriyah(Hendar Gunawan, Tajan, Edy Sukanto) ............... ..........222

    c,

    d.

  • BAB

    HISAB RUKYAT DANPERMASALAHANNYA

  • 7HISAB DAI{ RUICIAT :

    PERMASALAHAITNYA DI INDONESIADitbinbapera Islam

    Pendahuluan

    Kita sering mengalami adanya perbedaan dalam memulaidan mengakhiri puasa Ramadhan serta perbedaan berhari RayaQur'ban. Perbedaan ini baik di kalangan umat Islam Indonesiamaupun antar umat Islam Indonesia dengan umat Islam di luarnegeri, seperti Malaysia atau Saudi Arabia. Perbedaan ini tidakjarang menimbulkan keresahan , bahkan lebih dari itu kadang-kadang menimbulkan adanya pertentangan fisik di kalanganumat Islam. Sudah barang tentu perbedaan seperti inimerugikan persatuan dan ukhuwah umat Islam.

    Mengapa perbedaan-perbedaan itu sering berulang?. Danapakah ia ditimbulkan oleh perbedaan antara hisab dan rukyat.Sejauhmanakah usaha ulama dan umara Indonesia mengatasimasalah ini?. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kitaperlu melihat permasalahan hisab dan rukyat di Indonesia,langkahJangkah Departemen Agama dalam menetapkan awal-awal bulan Qomariah, kerjasama antar instansi terkait dankerj asama Internasional.

    Permasalahan Hisab dan Rukyat di Indonesia

    Dapat diduga bahwa pelaksanaan hisab dan rulcyat sudahdimulai sejak masuknya Islam ke tanah air. Hal ini terlihat dariadanya kewajiban berpuasa Ramadhan dan berhari raya IdulFitri yang didasarkan pada usaha melihat hilal diakhir bulansya'ban dan akhir bulan Ramadhan. Usaha melihat hilal, yangkemudian dikenal dengan rukyat, dilakukan pada saat matahariterbenam tanggal 29 bulan sya'ban dan 29 bulan Ramadhan.Jika hilal berhasil dilihat, maka malam itu dan keesokan harinyamerupakan tanggal satu bulan berikubrya, namun jika hilal tidakberhasil dirukyat maka umur bulan sedang berlangsungdigenapkan menjadi 30 hari.

    Semula, pelaksanaan rukyat sangatlah sederhana. Padatanggal 29 syaban atau Ramadhan saat matahari terbenam, umat

  • lslam mendatangi pantai pantai dan gunung-gunung 1t1u-telnPa!il;;i ;it*" iniut -"tihut hilal diatas ufuk sebelah barattanDa mengetahui posisi hilal itu sendiri' Bahkan' arah#rid"#;il tia* Lrt"iu pada posisi tertenru, namun tertuju;il;;illung betueda-ueda' Ada vang melihat ke titik Barat'ily.tg [e aiat agak selatan atau ke utara' Hilal awal bulanV"rg

    "t?"ft tipis, 'tidak begitu kontras dengan langit yang

    i""iitut belakanginya dan cepat terbenam setelah terbenamnyamatahari, sehingga sangat sulit untuk bias dilihat dengan mata

    ;i;il, ditanib-ah tagiarah pandangan yang tidak tertuju padaposisi hilal dimana ia berada'' ietelah umat Islam mengenal llmu falak' serta bisamemperhitungkan posisi hilal, maka pelaksanaan rukyat secara

    ;;;ilp ;igalami perkembangan' Kini p"l"k'1i11 TY:iiOut tugi didasarkan pada perkiraan semata' namun suoanJraururf.it pada p,,ttituttgutt-perhitungan para ahli hisab';;;;*;g*-perhitungan iune' menyatakan berapa derajati"ii"ggl"" hijal diata! ufuh be-rapa jauhyl dari posisi matahari'il"i"p-J i.*"t"t ia berada di'atas ufuk setelah matahari;;;;;* berapa besarkah bagian hilal vang dapat.dilihat'*."gn"a"p kearah manakah hilal tersebut dan data lainnya'r"tg".i

    -"i"Uantu keberhasilan pelaksanaSn rukyat'Sejalan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan

    ,.t"oiogl, maki kemaiuun Iltnu Hisa! dan Rukyat pun sangat;;;"i, P"eikembangan ini dibarengi pula dengan perkembangani"*itit"" ,"ntani keabsahan dasar yang dijadikan pedomandalam menentukan awal-awal bulan Qomariyah' Semula halya;d"h yang dijadikan dasar penetapan awal dan -afhirRamadhan. Akan tetapi kemudia' dikalangan uryl l-:lami"t[.*U""g pula pendapat bahrva hisabpun dapat-dij.adikandasar dalam penetapar ibadah pua-sa tersebut' Perbedaan

    ;il"d; ini jelas menimbulkan perbedaan dalam penetapani;h"y; awal ian utti' uutun Ramadhan' yaitu dalam posisiirii"i-rra"n berada diatas ufuk namun tidak berhasil dirukyat.'g"gi t"l"t pok yang berpegang pada rukyat' bulan lelkutnv.a;;; ;il"t;pun aJ"g"o iitili"t'. sedangkan. bagi kelompokyang berpeg"r,g puJuiisab, bulan berikutnya harus ditetapkanberdasarkan p"rt it,,,gat', walaupun hilal tersebut tidak berhasil

    dilihat. Lebihjauh dari itu, ada pihak yang beranggapan denganhasil perhitungan hisab, sebab berhasil ztau tidaknyapelaksanaan rukyat, awal bulan baru dapat ditetapkan denganhasil perhitungan hisab.

    Perbedaan jatuhnya awal dan akhir Ramadhan tidak hanyadisebabkan oleh adanya perbedaan antara kelompok hisab dankelompok rukyatsaja, melainkan sering pula terjadi disebabkanadanya perbedaan intern kalangan yang berpegang pada rukyatdan perbedaan intern kalangan yang berpegang pada hisab.Perbedaan intern kalangan yang berpegang pada rukyat antaralain disebabkan dua hal. Pertanxat karena adanya perbedaantentang mathla'. Ada vans berpendaoat bahwa hasil rukyatdisuatu tempat berlaku untuk seluruh dunia,_ sebab hadist Nabi:"Berpuasalah kamu jika melihat hi1a1..." adalah ditujukanuntuk seluruh umat Islam didunia, tidak dibedakan olehperbedaan geografis dan batas-batas daerah kekuasaan.Konsekuensinya, jika rukyat berhasil disuatu tempat, maka hasilrukyat tersebut berlaku untuk seluruh dunia. Pendapat inidipegang Komisi Penyatuan Kalender Internasional. Disampingitu ada pula yang berpendapat bahwa hasil rukyat suatu tempathanya berlaku bagi suatu daerah kekuasaan hakim yangmengitsbatkan hasil rukyat tersebut. Pendapat ini berlaku diIndonesia. Pendapat lainnya mengatakan bahwa hasil rukyatdisuatu tempat hanya berlaku untuk daerah-daerah dimanaposisi hilal memungkinkan dirukyat.

    Kedua, karena berbedanya penilaian terhadap keabsahanhasil rukyat. Ini dapat disebabka karena diragukannya"adalah"(keadilan) orang yang berhasil melihat hilal atau karenadiragukannya kemungkinan hilal bisa dirukyat. Diantara contohkongkret dari adanya perbedaan ini terlihat pada kasuspenetapan awal Syawal 1410 H. Menteri Agama dengan SuratKeputusan nomor 6211990 tanggal25 April 1990 menetapkanbahwa 1 Syawal 1410 H. jatuh pada hari Kamis, tanggal 26April 1990, berdasarkan hisab dan rukyat. Hasil rukyat yangdijadikan dasar penetapan tersebut adalah hasil rukyat yangdiselenggarakan di Gresik Jawa Timur dan Cakung JakartaTimur. Dari Gresik, Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabayamelaporkan bahwa 3 orang dari Tim Rukyat Nahdathul Ulama

  • 7Jawa Timur melihat hilal dengan ketinggian sekitar 2 detajal,sama halnya dengan apayangdilaporkan oleh Ketua PengadilanAgama Jakarta Timur yang menyatakan bahwa 2 orang guruAgama dan seorang pegawai swasta telah melihat hilal dengankelinggian 2 derajat. Penetapan Menteri Agama ini,sebagaimanayang dilaporkan oleh seorang dosen IAIN SunanA.mpel yang juga anggota Badan Hisab Rukyat Jawa Timur dandiperkuat oleh laporan Pengadilan Agama kudus Jawa Tengah,diiolak oleh sekelompok umat Islam yang menyelenggarakanshalat Idul Fitri pada hari Jum'at,27 Aprll1990 dibanyak mesjiddi Kudus Jawa Tengah' rAlasan penolakan tersebut adalahbahwa hasil rulryat yangdijadikan dasar penetapan SK MenteriAgama tidak sah karena tidak sesuai dengan perhitungan'Menurut perhitungan mereka, posisi hilal awal Syawal tersebutmasih tidak mungkin dirukyat, baik di Cakung apalagi diSurabaya. Keadaan seperti ini sering pula terjadi dalam skalainternasional, dimana hasil rukyat yang dinyatakan oleh SaudiArabia ditolak oleh negara-negara anggota Komisi PenyatuanKalender Hijriah Internasional.

    Sebagaimana halnya di kalangan ahli rukyat, dikalangan ahlihisabpun sering pula terdapat ketidaksepakatan karena adanyaperbedaan Sistem yang dijadikan pedoman oleh tiaptiapkelompok. Sistem hisab yang berkembang di Indonesia padagaris Lesamya ada dua macam, yaitu Hisab 'Urfi dan HisabHakiki. Hisab'Urfi adalah Sistem perhitungan penetapan bulan-bulan Qomariyah yang didasarkan pada waktu rala'rataperedaran bulan. Sistem ini dalam prakteknya tidak lagimemperhatikan posisi bulan, melainkan hanya mempergunakancata-cara tertentu yang sudah beraturan secara permanen, tidakubahnya seperti system kalender Masehi. Sistem inimenetapkan bahwa umur satu tahun Qomariyah adalah35411130 hari, sehingga satu siklus qomariyah ditentukan 30tahun. Sebelas kali dalam satu siklus ditetapkan sebagai tahunKabisah yang berumur 355 hari, sedangkan sisanya adalahtahun biasa yang berumur 354 hari' Tahun Kabisah terjadi padatahun-tahun 2,5,7,10,13,15,18,21,24,26 dan 29. Setiap bulanganjil ditetapkan berumur 30 hari, sedangkan bulan genap 29hari, kecuali bulan yang ke 12 (Dzulhrljah) berumur 30 hari

    pada tahun-tahun kabisah. Sistem perhitungan kalenderAsopon,Aboge atau system lainnya yang ditentukan beraturandan tidak memperhitungkan posisi bulan dapat dikategorikankedalam system hisab 'Urfi.

    Tidak seperti hisab 'Urfi, hisab hakiki menentukan awal-awal bulan Qomariyah dengan mendasarkan pada posisi bulan,baik yang dikaitkan dengan bidang ekliptika pada bola langitatau dengan bidang horizon pada permukaan bumi. Sistem initerbagi dua, yaitu sistem ijtima, pada hakikatnya bulanQomariyah dimulai sejak terjadinya ijtima, yaitu saat dimanamatahari dan bulan menempati posisi yang sama pada ekliptika.Dikalangan ahli hisab dikenal istilah "ijtima'un nayyirainitsbatuh bainasy syahrain" yang sesuai dengan ketentuan dalamAstronomi bahwa konjungsi merupakan batas antara dua lunarmonth. Oleh karena ijtima itu hanya terjadi satu kali dalamsebulan dan tidak ada hubungannya dengan tempat-tempatdimuka bumi,maka saat ijtima akan dialami secara berlainanmenurut perhitungan waktu setempat-. Ijtima bisa terjadi padapagi hari disuatu tempat, yang dalam waktu bersamaan saat itusedang siang hari atau malam hari ditempat lain. Oleh karenaitu, dalam pralfeknya, awal bulan Qomariyah ditetapkanberdasarkan rjtima yang terjadi sebelum matahari terbenam,atausebelum tengah malam, atau sebelum terbit fajar, sesuai denganperbedaan pandangan tentang kapan dimulainya hari.

    Menurut sistem hisab posisi hilal, awal bulan tidak cukuphanya didasarkanpada ijtima, melainkan harus pula diperhatikanposisi hilal diatas ufuk saat matahari terbenam, setelahterjadinya ijtima. Kelompok yang berpegang pada Sistem initerbagi kedalam tiga bagian. Pertama, kelompok yangberpedoman pada ufuk hakiki,yaitu ufuk yang berjarak 90derajat dari titik Zenith. Kedua, kelompok yang berpedomanpada ufuk Mar'i, yaitu ufuk yang terlihat oleh mata telanjang.Perbedaan ufuk hakiki dengan ufuk mar'i adalah bahwa ufukhakiki sama sekali tidak memperhitungkan refraksi dan tinggi

    tempat observer. Ketiga, adalah kelompok yang berpedomanpada imkanumrkyat. Kelompok ini berpendapat, bahwasekalipun posisi hilal sudah wujud diatas ufuk hakiki ataumar'i,awal bulan Qomariyah masih tetap belum dapat

  • dteepbn bourll rprbllr hlhl rudnh mencapai posisi yangmffisut PrnPlrmrn drPrt dillhrt'

    Untuh rmrenpkrn kondili yang mcmungkinkan hilal dapatdlllfut, Frn rhlt nongcmukakan kriteria yang berbeda, antaralrln t

    l, Dengan menghitung umur bulan, yaitu menghitungtenggang waktu antara ijtima dengan waktu terbenammatahari sesudahnya. Apabila umur bulan tersebut 22 J2 jam, maka hilal mungkin dilihat.

    2. Dengan menghitung selisih waktu antara terbenammatahari dengan terbenam bulan. Apabila selisihtersebut sebagaimana tercantum pada table dibawah ini,maka hilal kemungkinan besar dapat dilihat.Pada lintang Selisih waktu0o 41 * lmenit30o 46* 2menit40o 49* 4menit50o 55 * 10 menit

    3. Dengan menghitung selisih azimuth bulan dan matahariserta tinggi hilal. Apabila dipenuhi kondisi sepertitercantum dalam table dibawal ini, maka hilalkemungkinan besar daPat dilihat.

    Selisih Ketinoqian Hilal menurutAzimuth Forherinqham Maunder lndia Eph

    0 0 0 00 12 11 105 11 10.5 1010 11,4 9,5 9,315 11 I I20 10 o 6,223 7,7

    Dengan menghitung jarak bulan dengan matahari sertatinggi hilal. Apabila jarak tersebut 8 derajat dan tinggihilal Sderajat maka hilal kemungkinan besar dapat

    dilihat. Metoda ini dipegang oleh Konfrensi penyatuanKalender Hijriyah Intemasional.

    5. Dengan menghitung ketinggian hilal sesudah ghurubmatahari tanpa melihat kondisi lainnya. para ahlimensyaratkan ketinggian yang erbeda-beda, ada yangmenetapkan harus 5,6,7 derapat dan sebagainya.Menurut pengalaman yang dilaporkan pada DepartemenAgama, ketinggian hilal yang hanya 2 derajatpun sudahpernah terlihat, seperti pada awal Syawal 1410 H,walaupun para ahli astronomi masih meragukannya

    Dilihat dari banyaknya sistem dalam ilmu hisab danpermasalahan dalam pelaksanaan rukyat, maka pantaslah jikasering timbul perbedaan dalam penetapan awal dan akhir puasaRamadhan. Hal ini akan menjadi lebih parah lagi jika setiapkelompok yang berpegang pada sistem dan pendapatnya sendiiimengumumkan sendiri-sendiri hasil penetapannya tanpakoordinasi, baik dengan kelompok lainnya atau denganDepartemen Agama.

    Data Hisab Awal Ramadhan l4ll IVf 99l MAda hal yang menarik untuk diperhatikan dari data hisab

    awal Ramadhan 141I H. Semua sumber data seperti AlmanakNautika, sistem New Comb, sistem Sullamun Nayyirain,Fathur Raufil Manan, Qowaidul Falakiyah dan Hisab Hakiki,dan juga almanak-almanak yang biasa memuat data hisabrukyat seperti Almanak Nahdhatul Ulama, AlmanakMuhammadiyah dan Mansuriyah, menyebutkan bahwa ijtimamenjelang awal bulan Ramadhan l4l lH. terjadi pada hariSabtu tanggal 16 Maret 1991. Sumber-sumber dati tersebutbervariasi dalam mengemukakan 'Jam', saat terjadinya ijtima,yaitu antara jam 12.47, yang tercantum dalam kalendermansuriyah, dan jam I5.ZZ WIF., seperti dikemukakan olehKalender Muhammaiyah. Almanak Nautika sendiri, yangmerupakan sumber yang dianggap paling mu'tamad olehkalangan ahli hisab di Indonesia, menyebutkan ijtima tersebutterjadi pada jam 15.10 WIB.

    76

    4.

  • BleaenVe flLB attinla terludi sebelum matahari terbenam,po:lai hilnl pndE rant rnntuhari terbenam tersebut sudah beradadtetsr ufuk. S.istem.sistem perhitungan seperti SullamunNeyytrairr clan F'athur Roufil Manan bahkan selalunrenghlsilkan tinggi hilal yang positif diatas ufuk, dalam situasidimana ijtima terjadi sebelum matahari terbenam. Sistem-sistem ini menentukan tinggi hilal dengan mencari selisih antarasaat terbenam matahari dengan saat ijtima dalam satuan jamkemudian dibagi dua. Hasil yang diperoleh dalam satuan derajatmerupakan tinggi hilal saat matahari terbenam. Akibatnyamenurut sistem-sistem ini, ijtima qoblal ghurub akan selalumenghasilkan tinggi hilal yang positif diatas ufuk. Sistemperhitungan Sallamun Nayyirain ini dijadikan pedoman dalampenyusunan Kalender Mansuriyah.

    Sebetulnya irtifaul hilal yang dikemukakan oleh SistemSullamun Nayyirain dan Fathur Roufil Manan hanyalahmerupakan perkiraan semata. Jika kita hitung denganmempergunakan sistem Spherical Trigonometry, kesimpulanyang diperoleh akan menyatakan bahwa posisi hilal pada saatmatahari terbenam setelah terjadi ijtima tidak selalumenunjukkan positif diatas ufuk.

    Pada gambar 1 terlihat bahwa ketinggian hilal di Indonesiaadalah antara

    - % derajat sampai sekitar

    - 2 % derajat, padahal

    ijtima terjadi pada jam 8.10 GMT bertepatan dengan jam 15.10WIB, 16.10 WITA atau 17.10 WIT. Kasus ini membuktikanbahwa ijtima qoblal ghurub tidak harus menghasilkan posisihilal positif di atas ufuk.Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tanggal IRamadhan di Indonesia jatuh pada hari Senin, tanggal l8 Maret1991, dengan menggenapkan umur bulan Sya'ban 30 harikarena pada hari Sabtu tanggal 16 Maret, hilal masih dibawahufuk antara

    - % derajat sampai

    -2 % derajat. Kesimpulan inibisa,berbeda dengan kesimpulan kelompok yang mendasarkanjatuhnya tanggal satu bulan Qomariyah pada ijtima qablalghurub. Kelompok ini akan menetapkan bahwa tanggal IRamadhan 1411 h jatuh pada hari Ahad tanggal l7 Maret 1991,seperti yang dianut oleh Kalender Chairiyah Mansuriyah.

    Gambar 1 : Garis batas Tanggal Satu Bulan Ramadhan l41lHijriyah.

    Daerah-daerah yang terlalui Garis Batas adalah daerah yangmengalamiterbenam bulam dan matahari dalam waktu yang bersamaan. Untukdaerah-daerah sebelah barat garis, pada saat matahari terbenam, hilal sudah diatas ufuk; sedangkan daerah-daerah sebelah timumya, hilal masih dibawahufuk. Nama hari dan tanggal pada peta menunjukkan jatuhnya tanggal satubulan Ramadhan 141 I H untuk daerah bersangkutan.

    Sikap dan Langkah Departemen Agama

    Sesuai dengan pasal 29 ayat (2) UUD 1945, pemerintahIndonesia berusaha memberikan bimbingan dan petunjuk agartiap penduduk bebas memeluk agama masing-masing danberibadat menurut agama dan kepercayaan itu. Demikian pulakaitannya dengan penentuan masa Ramadhan dan 2 hari raya.Pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama, menghormatisemua pendapat yang berkembang dikalangan umat Islamberkenaan dengan masalah hisab dan rukyat. DepartemenAgama memandang hisab dan rulcyat adalah alat untukmenetapkan awal-awal bulan Qomariyah. Kedua alat tersebutdalam pelaksanaannya sama-sama mempunyai keunggulan dankelemahan. Oleh karena itu hisab dan rukyat jika dipergunakansecara berdampingan,teliti dan benar akan mendapatkan hasilyang positif. Keduanya akan saling menguatkan dan menutupikelemahan satu sama lain. Oleh karena itu Departemen Agama

  • 3.

    bertugas memberi saran kepada Menteri Agama dalampenentuan awal-awal bulan Qomariyah, terutama bulan-bulan yang ada kaitannya dengan ibadah. Badan inibersidang setiap menjelang tibanya awal Ramadhan danSyawal atau menurut kebutuhan.Menyelenggarakan musyawarah-musyawarah insidentalyang dihadiri oleh peserta yang lebih luas dari anggotaBadan Hisab Rulqyat untuk membahas masalah yangmungkin timbul, seperti tahun l97l tentang Idul Fitridan trdul Adha, tahun 1983 tentang gerhana dankaitannya dengan awal Ramadhan, tahun 1987 tentangIdul Adha dan kaitannya dengan sidang KonfrensiPenyatuan Kalender Hijriyah Internasional'Melakukan Koordinasi dengan MUI, terutama dalamsituasi lrisis.Dalam hal penyusunan kalender hrjriah, DepartemenAgama menentukan sepenuhnya berdasarkan hisabposisi hilal di atas ufuk. Kalender ini tidak berlakuuntuk bulan Ramadhan dan Syawal.Khusus untuk menetapkan Ramadhan dan Syawal,Departemen Agama juga melaksanakan rukyat,disamping mempergunakan data hisab. Jika hilal tidakberhasil dilihat, sedang para ahli hisab sepakat bahwahilal sudah imkan rukyat maka awal bulan ditetapkanberdasarkan imkan rukyat tersebut, sesuai dengan fatwaMUI o.kep./z7 6I}/rUI|VIV 1 98 L sebaliknya, apabila ahlihisab menyatakan bawah hilal masih dibawah ufuk, laluada orang melapor melihat hilal maka pengakuannyatidak diterima.Untuk menentukan awal Ramadhan dan Syawaldilakukan sidang itsbat yang dipimpin oleh MenteriAgama dan dihadiri oleh anggota Badan Hisab danRulryat serta sejumlah tamu yang diantaranya adalahutusan dari Kedutaan Besar negara lain. Sidang inidiselenggarakan setelah matahari terbenam padatanggal 29, setelah menerima laporan hasil rukyat dariPengadilan Agama seluruh lndonesia.

    4.

    5.

    6.

    1

  • 7Dalam penetapan awal Dzulhijjah, Departemen Agamamenetapkan berdasarkan hisab menurut keadaan diIndonesia. Hal ini sesuai dengan keputusan MunasHisab Rukyat tahun 1977 dan 1987. dalam prakteknya,Departemen Agama selalu memperhatikan dan sesuaidengan hasil sidang Komisi Penyatuan KalenderHijriyah Intemasional seperti terlihat pada tabeldibawah ini :

    TABEL PENETAPAN IDUL ADHA 1974-1990

    Catatan : Tahun-tahun yang dicetak tebal memperlihatkan perbedaanpenetapan Saudi Arabiadan Indonesia.

    8. Kerja Sama InternasionalDalam rangka koor.dinasi dengan luar negeri, pemerintah

    lndonesia telah melakukan kegiatan-kegiatan yang antara lainadalah:

    1. Tukar menukar data hisab rulryat.2. Menyelenggarakan musyawarah antara negara-negara

    Malaysia, Singapura dan Indonesia pada tahun 1974, diJakarta, dan dilanjutkan tahun 199011991.

    3. aktif mengikuti sidang Komisi Penyatuan KalenderHijriyah Internasional yang sudah dilakukan sebanyak 7kali. Komisi ini beranggotakan 10 negara, yaituIndonesia, Saudi Arabia, Turki, Mesir, Aljazair, Tunis,Qatar, Bangladesh, kak dan Kuwait. Komisi inidibentuk oleh konfrensi Penyatuan Kalender di Turkipada tahun 1978, yang dihadiri 19 negara dan 3organisasi Islam Internasional, termasuk Rabithah AlamIslami. Komisi ini bertugas menyusun kalender hryriyahsecara Internasional.

    Diantara yang menarik dari sidang komisi ini adalah bahwahasil penetapannya hampir selalu sama dengan hasil penetapandi Indonesia walaupun laiterianya sedikit berbeda. Ha1 inibukanlah merupakan kebetulan, sebab ketinggian hilal 5 derajatsebagai kriteria yang ditetapkan oleh Konfrensi akanmendapatkan hasil yang sama dengan ketinggian hilal sekitar 1atau 2 drajat yang terjadi di Indonesia. Keadaan seperti inidrmungkinkan karena Indonesia merupakan negara paling timurdiantara negara-negara yangpenduduknya mayoritas Islam.

    Lain halnya dengan Indonesia, Saudi Arabra sering kalimenetapkan awal bulan Dzulhijjah berlainan dengan SidangKomisi, walaupun Saudi selalu hadir dan menandatangani hasilkeputusan sidang tersebut. Perbedaan ini terjadi antara lain padatahun-tahun 1982,7984, 1986, 1987 dan 1990. Saudi selalumenyatakan bahwa penetapan tersebut adalah berdasarkanrukyat, namun pemyataan ini ditolak oleh anggota SidangKomisi sebab menurut perhitungan, hilal tersebut masih belumimkan rukyat, bahkan masih dibawah ufuk. Sebagai contoh, kitalihat data astronomi untuk awal bulan Dzulhijjah l4l0 H:

    l3

    Tahun Di SaudiArabia Di lndonesiaBerdasarkan KomisiPenyatuan Kalender

    Hijriyahlnternasional

    19741 97519761977'1978

    1 9791 9801 98119821 9831 9841 9851 98619871 988'1989

    1 990

    Selasa, 24 DesemberJum'at, 12 DesemberRabu,1 Desember\had,20 NopemberJum'at 10 NopemberRabu, 31 Oktoberrhad, 19 Oktober(amis,8 OktoberSenin, 27 SeptemberSabtu, 17 septemberRabu, 5 SeptemberSenin, 26 AgustusJum'at, 15 AgustusSelasa,4 Agustus\had, 24 Juli(amis, 13 JuliSenin, 2 Juli

    24 Desember13 Desember2 Desember21 Nopember10 Nopember31 Oktober19 OktoberB Oktober27 September17 September6 September26 Agustus16 Agustus5 Agustus24 Juli13 Juli3 Juli

    31 Oktober19 Oktober8 Oktober27 September17 September6 September26 Agustus16 Agustus5 Agustus24 Juli13 Juli3 Juli

    t2

  • l. Ijtima terjadi padahari Jumat, 22 Juri 1990, jarn 18.55GMT atau j am2l.55 waktu Saudi Arabia.

    2. Ghurub matahari di Mekah'anggalZ2lunu 1990 adalahjam 19.05 waktu standar Saudi Arabia.

    3. Saat Mulai Hilal dapat dirukyat menurut kriteriaKonferensi Penyatuan Kalender Hijriyah adalah hariSabtu,23 Juni, jam 8.05 GMT atau jam 11.05 waktuSaudi Arabia.

    Dari data diatas terlihat bahwa pada saat matahariterbenam hari jum'at,22 Juni 1990 di Mekah Hilal masihdibawah ufuk, sebab ijtima akhir Dzulqa'dah terjadi hampir3 jam setelah terbenam matahari. Pada gambar 2, jelas terlihatbahwa SaudiArabia masih berada pada wilayah sebelah timurGaris Batas Tanggal bersama lndonesia. Pada tanggalLL Jrni,Hilal masih dibawah ufirk. Konsekwensinya, penetapan awalDzulhijjah mesti jatuh pada tanggal 24 Juni, dan hari wukufjahrh pada tanggal 2 JuLi. Namun kenyataannya Saudi Arabiamenetapkan awal Dzulhijjah jatuh pada tanggal23 Juni danwukuf jatuh pada tanggal 1 Juli 1990. Keadaan seperti inisering terjadi, dan Anggota-anggota Sidang Komisi seringmelakukan protes keras terhadap keputusan Saudi Arabia.

    Gambar 2 Garis batas tanggal satu bulan Dzulhijjah 1410 H.

    Untuk daerah-daerah sebelah barat garis, hilal sudah di atas ufuk pada saatmatahari terbenam; sebelah timumya masih dibawah ufirk. Nama hari dantanggal pada peta menunjukkan jatuhnya tanggal satu bulan Dzulhijjah bagidaerah bersangkutan.

    Penutup

    Melihat permasalahan hisab rulcyat seperti diatas, makadapat dikemukakan sebagai berikut:

    l. Perbedaan-perbedaan yang timbul karena berbedanyapemahaman terhadap dalil syar;i sulit dihilangkan.Namun demikian kaidah fiqhiyyah telah memberikanj alan keluar untuk menghilangkan perbedaan-perbedaanitu. Kaidah tersebut berbunyi "Hukrnul hakim yarfa'ullJrilaf'(keputusan pemerintah menghilangkanperbedaan). Peran MUI dalam mengatasi masalah inisangat diharapkan.

    2. perbedaan-perbedaan yang timbul karena perbedaansystem perhitungan dan pengambilan data hisab rukyatdapat dihilangkan secara bertahap dengan pendekatanilmiyah astronomis. Koordinasi yang baik antara BadanHisab Rukyat Departemen Agama dengan lembaga-lembaga falakiyah dari berbagai organisasi keagamaandan lembaga astronomi yang ada sangatlah berartiuntuk menghilangkan perbedaan tersebut.

    3. untuk mengatasi keresahan di kalangan masyarakatyang timbul karena perbedaan penetapan awalRamadhan, Syawal dan Dzulhijjah, perlu dilakukankoordinasi yang baik dalam memberi informasi kepadamasyarakat. Dengan demikian masyarakat memahamiadanya perbedaan tersebut dan hal-hal yangmenyebabkannya. Kesatuan dalam memulai danmengakhiri puasa dan kesatuan dalam berhari rayamerupakan dambaan umat Islam, namun jika kesatuanitu masih belum dapat dicapai, hendaknya semua pihakdapat menciptakan suasana rukun dalam perbedaan.

    t4 l5

  • Bahan Bacaan

    Abdul Jalil, Abu Hamdan Ibn Abdul Hamid, Fathur Roufil Manan, MenaraKudus, Kudus, (t,th)

    Badan Meteorologi & Geofisika, Almanak 1990, Badan Meteorologi &Geofisika Jakarta 1989

    -----------,Almanak 1991, Badan Meteorologi & Geofisika, Jakarta, 1990Baker, Robeth H, Astronomy, D.Van Nostrand Company, Toronto, 1953Dinas Oseanografi, TNI Angkatan Laut, Almanak Nautika 1990, Dinas

    Oseanografi TNI Angkatan Laut, Jakarta, 1990Ditbinbanpera lslarn, Himpunan hasil sidang Komisi Penyatuan Kalender

    Hij riyah Internasional, Jakarta, I 987Dokumen Hisab Rukyat, Jakarta

    Djambek, Saadoeddin, Hisab Awal Bulan,Tintamas, Jakarta, 1976.Ilyas, Muhammad, Islamic Calender, Time & Qibla, Berita Publishing

    SDN,BHD, Kuala Lumpur, 1984Manshur, Muhammad, Sullamun Nayyirain, Borobudur, Batavi4 1925.As Sayuthil/ Asybah wan Nadhoir, Amin Abd. Majid Muhammad Didi,

    Kairo, 1960.Schroeder,W, Practical Astronomy W emer Laurie Lmt,London, I 956.Wardan, Muhammad, Hisab Urfi & Hakiki, Toko Siaran, Yogyakarta, 1957Widiana, WahW, Ijtima sebagai pedoman dalam menentukan awal bulan

    qomariyah, Fakultas Syari'ah, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1977

    PERKEMBANGAN ILMU ITISAB DI INDONESIADrs. H. Taufiq, SH. MH

    Pendahuluan

    Pada masa Islam berkembang di Jazirah Arab, ilmu hisabbelum berkembang dikalangan masyarakat Islam. Oleh karenaitu untuk menentukan awal bulan Qomariyyah dilakukandengan rukyat hilal pada ak*rir bulan, atau menggenapkan umurbulan yang lalu menjadi tigapuluh hari. Hal ini sesuai dengankebiasaan masyarakat Arab pra Islam dan sabda Rasullah SAWmengenai penentuan awal Ramadhan dan Syawal. Setelah Islammeluas dari Andalusia hingga Indus, maka berkembanglah ilmuhisab (astronomi). Ilmu nujum (astrologi), dan matematikadisamping ilmu eksakta lainnya. Ilmu-ilmu tersebut dicangkokdari Yunani, Mesir dan India dan dikembangkan denganmelakukan percobaan dan observasi. Pada masa itu lahirastronomer-astronomer serta ahli-ahli matematika muslimseperti : Yaqub bin Thariq (767-778), Habash (740-780),Alkhawarizmi (930), Moses bin Maimon (731-861), Al-Battan(850-929), Al-Afghani, Thabet bin Qurra (826-901),Abdurrahman Al Shufi (986), Al-Biruni (973-1048), Nasi A1-din Al-Thusi (1258-1274) dan Ghiarh Al-di Al Kashani (abadke 15).

    Ilmu hisab yang berkembang pada masa-masa tersebut (abadpertengahan) didasarkan atas teori ptolomy atau teori geosentrisatau homosentris. Menurut teori tersebut bumi ini tidakbergerak dan menjadi pusat alam. Sedang bintang-bintang,matahari, bulan dan benda-benda angkasa lainnya bergerakmengelilingi bumri. Sumber utama ilmu astronomi pada masaitu adalah buku Almagest (ditulis di Mesir).

    Di Indonesia berkembang ilmu hisab yang berasal dari abadpertengahan, kemudian disusul dengan ilmu hisab yangbersumber dari ilmu astronomi moderen dan akhirnyaberkembang ilmu hisab yang bersumber dari ilmu astronomiserta ilmu matematika kontemporer. Maka ilmu hisab yangberkembang di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tigagenerasi :

    l6 t7

  • L Ilmu hisab hakiki taqribi. Termasuk dalam generasi iniantara lull kitab Sullamu al_Nayyirlint _ J"r,Muhammad Manshur bin Abdut Hu.id;; M;r,u_muaDamiri al_Betawi dan kitab Fathu Al_Ruufil Mananoleh KH Dahlan SemaranE-Z. Ilmu hisab h:Iifi tahqiqi."iermasuk dalam generasi iniantara lain -kitab Khulasshah af Wanyyaf;-"i"fr"zufZubaft, kitab Badi,atul Mitsal oleh KH.Ma,shum dankitab Hisab Hakiki oleh KH. Wu.dun.3. Ilmu Hisab Kontemporer.-'Termasuk dalam generasiketiga ini antara lain buku_buku yang bersumber daritabelibuku. .

    New Comb, A_stronomical Almanac,Nautical Almanac, Islamic Calender, AstronomicalFormuly for Computer.Untuk mengetahui mlmahami dan dapat membandingkanmasing-masing'mu-'mu hisab t";r;;; dratas daram tulisan iniakan dibahas secara singkat rnurindigunakan L"rr-u* ","i.J",."T','f;ffi;:t :ff.i"J#?kelengkapan juga akan dibuh; ;";;*;;;l;"i;i*""r, Jdi,

    Hisab Hakiki TaqribiHisab hakiki taqribi berdasarkan metoda dan tabel posisimatahari dan bulan yang disusun ol"l, Sutthan Ulugh Beuk AlSamarqandi yang wafat puau tunun

    -SOi ff. Sirr.m ini disusunberdasarkan teori ptolomy, yuitu [o.i "geocentris. Sebagaimanadijelaskan dimuka bahwa"mln";;1;;;i;ri, bumi ini tetap serramerupakan pusat iagat raya. Bintang_bi.rrung, matahari danbulan bergerak mengeliiingi il;. (matahari bergerakmengelilingi bumi).

    , . Hi.lb.ili berpangkal pada waktu ijtima,(konjungsi) ratatata.rnterval ijtima' rata'rata menurut sistemlni serama 2g hari 12menit 44 detik. Waktu ini sesua, ;"*"; asfronomi moderen.Karena gerak matahari dan u"i"r ,ia"i"*tu,

    -uku waktu ijtimarata-rata sebenarnva bulan dan rnurutu.i'U"lum ijtima,, tetaoidiantara keduanya T.ih. t.rd"p;l;;;; sebesar koreksi gerakanomali bulan (ta'dil khashahant" Jif.r*ngi dengan koreksigerak anomali matahari (ta,dil' ;;;; Koreksi markaz

    kemudian dikoreksi lagi dengan menambahn ya ta,dil markazkali lima menit. Kemirdian;;;-;"rat (togitud) mataharidengan cara menjumtahmarkaziatahii d"rrgun gerak auj (titikequinox) dan dengan koreksi ;^i; yang telah dikoreksitersebut (muqawwam). Lalu ;;;muq aw wam, di i ari r"'1r.. i :

    "# u" r ""-ffi"h#t&Til,,,l9ll i liayyam). Seterusnya dicari wakfu yung AiUuruhkan bulan untukmenempuh busur,satu derajat (hishsilatusaat). Terakhir dicariwaktu ijtima, sebenarnya "y"i;; -;;;;an mengurangi wakruillili;#.l;ff tersebui a."eun .;u'.ur.- _utuhu.l buin atiugt

    Meskipun meto_qj1, ser:a algoritma (urutan logika berpikir)perhitungan wakru ijtima, tersibut rrd;h ;;;;.;"r?r*, i"i#,koreksinya terralu- disederhanatun,-t"u hasilnya kurangakurat. Hal ini terbukri bahwa ;;;il; pengarangnya sendirisekarang harus ditambah satu ,*;;; pada wakru gerhanamatahari pada tanggal 11 Juni iggt, h^if perhitungan gerhanamenurut metoda tersebut rneleset sekitar "*u- -r..J_.Penyederhanaan sistem koreksi r"r."Ur, terbukti, dan bahwauntuk menghitune gerhana _utut,uri aun bulan koreksikhashshah harus di-koreksi lagi dengan dilebihi 45 menit.Irtifa' h'al dihitung derigan ti"-t"gi dua selisih waktuterbenam matahari dengan ;"kd;;,*" dengan dasar bulanmeninggalkan matahari kearah fi;r;-;;r, sebenar 12 derajatsetiap hari semalam..(duapuluh ernput":u^1. Dari sini jelasnampak tidak diperhitungkannya g..it'tu.iun bulan matahari.Hal ini dapat dimengertr T@ r)";^ ini berdasarkan teoriptonomy (teori geosentris). Sebenr-yu-uur* sebesar l2 derajattersebut adarah serisih rata-rata aitliu" tongrrud buran danmatahari, sebab kecepatan-bulan pad longitud rata_rata 13Aelajal dan kecepatan matah.ll padi l,ongitud sebesar rata_tatasatu derajat' Seharusnya irtifa"t"6"uui-rrurus dikoreksi ragi,dengan menghitune mathla,lul gh;rrb matahari dan bulanberdasarkan wasat Latahari dan ilurutiurun (wasat matahariditambah "irtifa" dengan pengertian tersebut.

    uan uralan tersebut diatas dapat dimengerti mengapa hisabsystem"Ulugh Beyk disebut hisab hakiki tuqriUl, sebab hasilnvaperlu dikoreksi rebih lanjut. oi"t-i;#lir^'rrir"u"rrl";#;

    l8l9

  • rlapnt di.jndikan pedoman untuk menentukan imkanurrukyahbcrtlasnrkitn ketinggian hilal (altitude). Memane hasil hisabtersehut dapat dipergunakan untuk menentukan imkanurrukyahrlerrgan syarat bahwa "irtifa" hilal minimal enam derajatsr:bagaimana ditentukan oleh sistem itu sendiri. Dengandemikian pengertian "irtifa" tersebut (setelah dikalikan lagi duakali) sama dengan pengertian umur bulan sebagaimanaditentukan oleh ahli astronomi moderen.

    Hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan dari kata-katapenulisnya sendiri antara lai sebagai berikut:"Ini sedikit kira-kira. Hal ini diketahui dari gerak bulan padaorbitnya sehari semalam dengan ukuran jam danderajat"(halaman 8)."Adapun batas minimal rulcyat hilal, maka para ulama berbedapendapat dari segi "irtifa'nya", lamanya diatas ufuk, dan darisegi cuaca. Maka sebagian mereka berpendapat bahwaminimalnya sepertiga manzilah (13 derajat) atau 8 Zl3 derajat.Sebagian mereka menyatakan bahwa minimalnya tujuh derajat.Yang lain menyatakan bahwa minimalnya enam derajat. Makadapat diketahui bahwa untuk rukyat tidak dapat ditentukan daribatas minimal "irtifa". Oleh karena itu apabila hakim hendakmengitsbatkan awal ramadhan dan Syawal, maka ia harusberhati-hati sebab hilal itu banyak tumbuh denganlingkungannya serta sering terjadi ilusi. Hal ini disebabkanjarak bulan itu sangat jauh serta ukurannya sangat kecil. Makahakim wajib meneliti keadilannya, kecerdasan serta kekuataningatannya, dan tidak mencurigakan. Disamping itu hakimwajib meneliti kesaksiannya dari segi ilmu hisab, dari segiimkanur dgrat."

    Hisab Hakiki Tahkiki

    Sistem hisab ini dicangkok dari kitab al-Mathla'us Sa'id biRishdil Jadid yang dicangkok dari sistem astronomi sertamatematika moderen. sistem astronomi moderen sebenarnyaberasal dari sistem hisab astronomer Muslim yang telahdikembangkan oleh astronomer moderen berdasarkan penelitian

    baru, teori-teori astronomi serta fisika moderen dan rumus-rumus matematika yang telah dikembangkan.

    Inti sistem hisab ini adalah menghitung atau menentukanposisi matahari, bulan dan titik simpul orbit bulan dengan orbitmatahari dalam Sistem koordinat ekliptika. Kemudianmenentukan kecepatan gerak matahari dan bulan pada orbitnyamasing-masing. Akhimya mentranformasikan koordinattersebut kedalam sistem koordinat horizon (ufuk mar-i).

    Untuk menghitung posisi bulan dan matahari pada systemkoordinat ekliptika, ditentukan lebih dahulu posisinya rata-ratapada akhir bulan ketika matahari terbenam. Kemudian posisirata-rata tersebut dikoreksi hingga lima kali sebagai akibatadanya gaya-gaya dalam Sistem matahari yang besarnyatergantung pada posisi bulan dan matahari serta satelit-satelitnya.

    Wallu ijtima' dihitung berdasarkan waktu terbenammatahari dikurangi dengan selisih dibagi kecepatan gerak bulanterhadap matahari.Untuk menghitung tinggi hilal diatas ufuk mar'i pertama-tamakoordinat matahari dan bulan ditransformasikan ke dalamkoordinat horison dengan menggunakan rumus-mmus segitigabola, tetapi belum disederhanakan.

    Kelemahan sistem ini ialah terletak pada penggunaan sudutorbit bulan matahari yang tidak berubah yang menurutpenelitian selalu berubah secara berkala. Demikian halnya sudutekliptika-equator langit. Disamping itu paralak (ikhtilafulmandhar) dan refraksi dihitung tetap, sedang menurut penelitianselalu berubah.

    Untuk melakukan perhitungan tersebut kitab Badi'atulMitsal menggunakan rubu' mujayyab. Sedangkan KhulashahWafiyyah dan kitab hisab Hakiki menggunakan daftar logaritmadan daftar goneometri.

    Hisab Hakiki kontemporer

    Sistem hisab ini menggunakan hasil penelitian terakhir danmenggunakan matematika yang telah dikembangkan.Metodanya sama dengan metoda hisab hakiki tahkiki hanya

    2021

  • :ntetl lroreksuryu lcbih teliti dan kompleks sesuai denganItenu;uan sain dan teknologi. Rumus-rumusnya lebihrliaedel'luurukan sehingga untuk menghitungnya dapatrlrgurrukan calculator atau personal Computer. Koreksi bulandilakukan hingga seratus kali. Namun untuk menghitungnyatidak terlalu sulit sebab dapat dilakukan dengan calculator dancomputer.

    Rumus-rumus yang dipergunakan untuk menghitung posisihilal dan matahari dalam sistem koordinat ekliptika, ekuatorialcukup sederhana. Hal ini dapat dilihat dari rumus-rumus berikut:

    Mataharia: A TAN (COS E*TAN L)d: A SIN (SIN E*SIN L)t: A COS (+TANp*TAN d-SIN h/COS d/COS p)buland: A SIN (SIN B*COS E+ 6953*SIN E*SIN L)a: A COS (COS B*COS E/CODd)h: A SIN (SIN p*SIN d + COS p*COS d*COS 0Hisab kontemporer dalam perhitungan menggunakan

    komputer dan kalkulator. Rumus-rumus untuk mencari posisimatahari dan bulan dapat diprogram, sehingga hasil perhitungandapat diperoleh dengan cepat dan lebih teliti.

    Imkanur Rukyat

    Merukyat hilal bukan merupakan pekerjaan yang mudahsebab hilal itu sangat lembut untuk keberhasilan merukyattergantung kepada ketajaman penglihatan, kontras hilal denganalam sekelilingnya dan cuaca. Untuk ini diperlukankeprofessionalan dan pengalaman Karena itu untuk menentukanbatas imkanur rukyat diperlukan penelitian yang lama secarateratur dan sitematis. Dalam menarik kesimpulan dari hasilpenelitian perlu diingat posisi pengamat, sebab posisi dibolabumi ini sangat menentukan disampine faktor lingkungan.Tampaknya ahli hisab Indonesia tidak banyak melakukan

    penelitian tersebut. Mereka lebih banyak melakukanperhitungan diatas kertas. Sementara itu hasil rukyat yangselama ini berhasil belum banyak dilakukan. Penelitian dankajian perlu dilakukan, sebab hasil rukyat yang selama iniberhasil, tidak semuanya dilakukan oleh seorang profesional.Berikut akan disajikan tabel imkanur rukyat menurutpengalaman para pakar :l. Menurut kesepakatan ahli hisab Indonesia kriteria batas

    imkanur rukyat di Indonesia adalah tinggi hilal hakikisebesar 3 derajat diatas ufuk.

    2. Menurut kesepakatan ahli hisab Konperensi Kalender IslamInternasional batas imkanur rukyat adalah tinggi hilal 5derajat diatas ufuk dan jarak matahari-bulan sebesar 8derajat. Rukyat berlaku untuk seluruh wilayah negara-negara Islam.

    3. Menurut Islamic Calender berlaku lriteria berikut :

    -intang:empat

    perbedaan minimum waktuterbenam matahari denganterbenam hilal

  • Penutup

    Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpuran sebagai berikut:l. Ilmu- Hisab yang berkembang di Indonesia merupakan saturangkaian perkembangan

    2. Ilmu hisab yang.kemudian merupakan hasil pengembanganpara ahli hisab berdasarkan penelitian dan perLmb;;;;;ilmu matematika.

    3. Kitab Sullamun. Nayyirain perlu dikembangkan denganmemanfaatkan hasil penelitian dan berda-sarkan t"""riastronomi serta ilmu matematika moderen.4. Kitab Sullamun \aW.irain dapat dijadikan pedoman rukyatdengan syarat waktu ijtimanyi ditambah dengan ,"firif,"Vuwaklu gerhana matahari pada tanggal ll Jini l9g3 d;;kriteria 'irtifa, 6 atau 7 derajatteia! digunakan.

    Akhimya disarankan agar dilakukanpeneritian secara cermatl:rtdip ha_sil-hasil yang- ada di Departimen Agama.Diru_pingitu Badan Hisab Rukyat disarankan melakukan fenelitian ,;";;teratur dan sistematis.

    PELAKSANAAN RUKYATUL HILAL DI INDONESIADrs. H. Wahyu Widiana, MA

    PendahuluanPelaksanaan Rulqyatul hilal di lndonesia diyakini sudah

    dimulai sejak Islam masuk Kepulauan Nusantara pada abadpertama Hrjriyah. Hal ini terlihat dari adanya perintah agamauntuk melihat hilal sebelum umat Islam melakukan ibadahpuasa Ramadhan dan Idul Fitri.

    Setiap tanggal 29 Sya'ban dan 29 Ramadhan, umat Islamberamai-ramai pergi ke bukit bukit atau pantai-pantai untukberusaha melihat hilal di ufuk barat setelah matahari terbenam.Jika hilal berhasil dilihat maka malam itu dan malam keesokkanharinya merupakan tanggal satu bulan berikutnya. Namun jikahilal tidak terlihat, malam itu dan keesokftan harinya merupakantanggal 30 bulan yang sedang berlangsung.

    Koordinasi dan metoda pelaksanaan rukyat, dari masa kemasa, mengalami perubahan sesuai dengan perkembanganpolitik, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam makalah yangringkas ini dikemukakan pelaksanaan rukyat dan metoda yangdipergunakannya serta masalah-masalah yang timbul, terutamamengenai hasil-hasil rukyat yang dilaporkan ke DepartemenAgama.

    Koordinasi Rukyatul Hital

    Semula, pelaksanaan rulqyatul hilal dilakukan secara spontanoleh umat Islam pada tiap tanggal2g Sya'ban dan29 Ramadhanyang dipimpin oleh para ulama atau para pemimpin Islamlainnya. Setelah berdiri kesultanan-kesultanan Islam, makapelaksanaan rukyat,disampingdilakukan secara spontan olehumat Islam, juga banyak yang dikoordinir oleh pejabat-pejabatagama di kesultanan yang bersangkutan. Setelah Indonesiamerdeka, pelaksanaan rulqyat dikoordinir oleh pemerintah yangdalam hal ini dilakukan oleh Departemen Agama.

    24')

  • Kini Departemen Agama, dalam hal ini DirektoratPembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Direktorat JendralPembinaan Kelembagaan Agama Islam mengkoordinir 303Pengadilan Agama 18 Pengadilan Tinggi Agama seluruhlndonesia untuk melaksanakan rulryatul hilal. Dalampraktcknya, Pengadilan Agama-Pengadilan Agama tersebutmcngkoordinir instansi yang terkait dan masyarakat Islamdidaerahnya.

    Pengadilan Agama setiap tahun diinstruksikan untukmelakukan 6 kali rukyat, yaitu menjelang awal-awal bulanMuharram, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.Sedangkan Departemen Agama (pusat) melakukan 8 kali, yaitupada awal-awal bulan tersebut diatas ditambah awal bulanRabiul Awal danDzulqa'idah yang diselenggarakan oleh PosObservasi Pelabuhan Ratu.

    Tujuan pelaksanaan rukyat tersebut, disamping untukpenentuan awal dan akhir ibadah puasa Ramadhan, juga untukmengumpulkan data sejauhmana hilal-hilal awal bulanKomariyah dapat dilihat, yang kemudian akan diolah sebagaibahan kebijakkan dalam menetapkan hari-hari libur nasionaldan hari-hari besar Islam, yang merupakan salah satu tugasDepartemen Agama.

    Dalam menginstruksikan pelaksanaan rukyat, DepartemenAgama (pusat) mengirimkan pula data astronomis bulan danmatahari berikut peta ketinggian hilal setiap awal bulanKomariyah untuk drjadikan pegangan oleh Pengadilan Agama,terutama bagi Pengadilan Agama-Pengadilan Agama yangbelum memiliki ahli ilmu Falak.

    Hasil dari pelaksanaan rukyat dilaporkan kepadaDepartemen Agama (pusat) secara tertulis kecuali untuk awalRamadhan dan Syawal. Laporan rukyat untuk kedua bulantersebut dilaporkan secara lisan sesaat setelah pelaksanaanrukyat ke forum Sidang Penetapan Awal Bulan Ramadhan ataubulan Syawal yang diselenggarakan sekitar pukul 18.30 WIBdipimpin oleh Menteri Agama.

    Metode Pelaksanaan RukYat

    Semula rukyatul hilal dilaksanakan dengan cara yangsederhana. Orang-orang dari tempat yang tinggi atau pantaiberusaha melihat hilal kearah barat atau sekitar matahariterbenam tanpa mempergunakan alat dan data astronomi apapun'

    Setelah berkembangnya Ilmu Astronomi, yang di kalanganumat Islam dikenal dengan ilmu Falak, mereka memanfaatkanilmu tersebut dalam pelaksanaan rukyatul hilal. Data pentingyang mereka pergunakan adalah saat ijtima, saat matahariterbenam, ketinggian hilal, deklinasi matahari dan hilal, azimuthmatahari dan hilal.

    Penggunaan alatpun mengalami perkembangan dalampelaksanaan rukyat. Dari pelaksanaan tanpa alat kemudianberkembang menjadi pelaksanaan yang dilengkapi alat-alatobservasi Alat yang digunakan di suatu daerah dapat berbedadengan alat di daerah lainnya. Hal ini tergantung padakreatifitas dan dana yang tersedia. Namun pada umumnya alat'alat tersebut terdiri dari kompas, rubu'mujayyab, gawanglokasi, tongkat istiwa (bencet) dan teropong.

    Penggunaan alat yang mempergunakan lensa sepertiteropong dan binokular selama ini dirasa kurang efektif jikadibandingkan dengan penggunaan alat-alat yang tanpa lensaseperti gawang lokasi. Oleh karena itu, untuk kegiatan rukyatsecara nasional, ada pemikiran untuk penggunaan teropongtanpa lensa yang dilengkapi dengan pembacaan skala derajatyang teliti.

    Selama ini yang sedang dikembangkan adalah metodapemakaian gawang lokasi dengan mempergunakan data darialmanak-almanak astronomi internasional seperti AlmanakNautika dan American Ephemeris. Dengan mempergunakangawang lokasi dan data astronomi yang akurat, orang akandengan mudah dapat mengarahkan pandangannya keposisi hilal.Walaupun untuk melihat hilal tersebut orang hanyamenggunakan mata telanjang, namun cara seperti ini dirasakansebagai yang paling efektif. Di Pos Observasi Bulan PelabuhanRatu misalnya, disamping teropong lensa, gawang lokasimerupakan alat utama untuk pelaksanaan rukyatul hilal. Yang

    26

    27

  • Fflngal nlcrlurik adalah bahwa rukyat yang berhasil darilrelchulrun ltatu semuanya adalah rukyat yang dilaksanakantlcngurr mempergunakan gawang lokasi.(iuwang lokasi adalah alat yang dibuat khusus untukrncngarahkan pandangan ke posisi hilal. Alat ini terdiri dari duabuah tiang, yaitu tiang pendek yang dilengkapi lubang pengintaidan tiang panjang yang berbentuk gawang yang diletakkansesuai dengan posisi hilal. Alat yang tidak memerlukan lensa inidiletakkan berdasarkan garis arah mata angin yang sudahditentukan sebelumnya dengan teliti dan berdasarkan data hasilperhitungan tentang posisi hilal.Berikut ini adalah gambar dan contoh meletakkan gawanglokasi di Pos Observasi Bulan Pelabulan Ratu untuk awal bulanSya'ban 1412H:

    -----*Ufuq

    Kegiatan Hisab rukyat yang diikuti oleh peserta-peserta dariinstansi-instansi terkait, seperti Badan Meteorologi danGeofisika, Planetarium,ITB serta lembaga-lembaga falakiyahdari organisasi-organisasi Islam. Musyawarah Kerja inilah yangmerupakan dapur pengolah dan penyedia data astronomi untukkepentingan penetapan hari-hari libur nasional, hari-hari besarIslam dan pedoman pelaksanaan rukyatul hilal.

    Hasil Rutiyatul llilalPelaksanaan rukyat dilaporkan ke Departemen Agama(pusat). Khusus untuk pellaksanaan rukyat yang berhasil

    melihat hilal, laporannya harus dilengkapi dengan data sebagaiberikut:l. Identitas pelapor2. Identitas yang melihat hilal (nama, umur, pekerjaan dan

    alamat)3. Keterangan tentang tempat melihat hilal, saat hilal mulai

    dan akhir dapat dilihat, perkiraan ketinggian hilal dan ar21hi1al.

    4. Khusus untuk Ramadhan dan Syawal, laporan harusmenyebutkan bahwa orang-orang yang melihat hilal sudahdiperiksa dan disumpah oleh majlis hakim pengadilanAgama.

    Suatu hal yang menarik adalah bahwa sejak tahun 1964,yang tercatat di Departemen Agama, sudah puiuhan kali hilaldapat dilihat. Bahkan terjadi beberapa kali bahwa hilal dibawah50 dapat dilihat di berbagai tempat.sebagai contoh, hilal awalSyawal 1404 H yang ketinggiannya sekitar 2o dengan saatrytima jam 10. 18 WIB, 29 Juni 1984, dapat dilihat oleh :1. Muhammad Arief, 33 tahun Panitera pengadilan Agama

    Pare-Pare2. Muhadir, 30 tahun,Bendahara Pengadilan Agama pare-pare3. H. Abdullah Hamid, 56 tahun Guru AgamaJakarta4. H.Abdullah, 61 tahun , Guru Agama Jakarta5. K.Ma'mur, 55 tahun, guru Agama Sukabumi6. Endang Effensi,45 tahun, hakim Agama Sukabumi

    HU 35,5 cm

    Penempatan gawang tersebut didasarkan pada hasilperhitungan yang menyatakan bahwa ketinggian hilal dari ufukadalah 4o0'5" dan azimuth hilal adalah 259o40'33 (atau10"79'27" dari titik barat ke arah selatan).

    Untuk mengolah data astronomi termasuk untuk kepentinganrukyatul hilal, Departemen Agama setiap tahunmenyelenggarakan Musyawarah Kerja Evaluasi Pelaksanaan

    29

    -s*/

    28

  • Keadaan seperti ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaandari kalangan ahli-ahli astronomi dari negara-negara tetangga.Departemen Agama selama ini berprinsif jika hilal terlihatl-anmenurut pengalaman ketinggian hilal tersebut biasanya dapatdilihat, maka laporan rukyatul hilar dapat diterima. DefartemenAgama akan menolak laporan hasil rukyatul hilal yang menurutperhitungan mustahil untuk dapat dilihat, misalnya masihdibawah ufuk

    Penutup

    Departemen Agama telah banyak melakukan kegiatan_kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan rukyai, baikpeningkatan ketrampilan para pelaksananya maupunpeningkatan sarananya. Dari segi tujuan formal, pelaksanaanrukyat telah dapat dianggap berhasil sebab telah banyaklaporan-laporan yang menyatakan telah melihat hilal. Namunyang menjadi permasalahan dervasa ini adalah masihdipertanyakan hasil-hasil rukyat yang ketinggian hilal atauparameter lainnya masikdibawah kemungkinan hilal dapatdilihat sebagaimanayang pernah dilakukan oleh para astronomumum.

    30

    PENBTAPAN AWAL BULAN QAMARIYAHMENURUT ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

    K.H.Ibrahim Hosen' Penetapan Bulan Qamariyah

    Awal bulan Qamariyah memang harus ditetapkan, karena halini erat kaitannya dengan pelaksanaan ibadah yang harus krtalakukan. Dasar penetapan awal bulan Qamariyah ini antara lainfirman Allah :

    .C$lr cJ"ulJ c*t.r si ,! ,i.btl 0e dUJu.+

    Artinya : "Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.Katakanlah :"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waklu bagrmanusia dan (bagi ibadah) haji" (Al-Baqarah,189)

    Kernudian berdasarkan apa awaT bulan Qamariyah tersebutharus ditetapkan?. Dalam menanggapi masalah ini di kalanganFuqaha terdapat tiga aliran sebagai berikut :

    1. Jumhur ulama (Hanafi,Maliki dan Hambali)berpendirian bahwa penetapan awal bulan qamariyah,terutama awal bulan Ramadhan harus berdasarkanru'yah. Menurut Hanafi dan maliki apabila terjadiru'yah disuatu negeri maka ru'yah tersebut berlakuuntuk semu a daeraU wilayah kekuasaannya. Sedangkanmenurut Hambali, ru'yah tersebut berlaku untuk seluruhdunia Islam dengan pengertian selama masih bertemusebagian malamnya. Misalnya antara Indonesia danAljazair yang selisih waktunya antara 5-6 jam. DiIndonesiajam 6 sore, di Aljazair sekitarjam l2-l siang;jam 6 sore di Aljazair di Indonesia sekitar jam Il-12malam. Golongan Jumhur ini tidak mengenal mathla'(yang fashih dibaca mathli') sejalan dengan hadits Nabi:

    31

  • *i.; uru" L +b ty t*I)alam hadits ini disebutkan muthlaqnya ru'yah, tidakdikaitkan dengan mathla' (lihat antara lain HasyiahIbnu 'Abidin juz ll,halaman 393)Suatu aliran dari golongan Syaf i berpendirian samadengan Jumhur, yakni awal Ramadhan tersebutditetapkan berdasarkan ru'yah. perbedaannya denganJumhur ialah bahwa menurut golongan ini upubiluterjadi ru'yah didalam suatu negeri maka ru,yahtersebut hanya berlaku untuk daerah/wilayah yangberdekatan dengannya, tidak berlaku untukdaerah,/wilayah yang jauh. Kriteria dekat disini ialahyang satu mathla'/sama mathla'nya menurut qaulmu'tamad. Golongan ini berpegang kepada UaatsKuraib. Dan menurut golongan ini penetapan ru'yahtersebut harus dilakukan oleh qadli/pemerintah.Sebagian ahli fiqh mazhab Syaf i berpendirian bahwapenetapan awal bulan Ramadhan tersebut dilakukanberdasarkan hisab. Golongan ini bisa bekerjasamadengan golongan kedua, karena golongan keduamempergunakan mathla', disamping itu mereka masihdalam satu lingkungan mazhab, dimana kelompokketiga ini terdiri dari pemuka-pemuka mazhab Syan'isendiri.

    Tegasnya dalam mazhab Syaf i ada yangberpegang kepadaru'yah semata, tidak membenarkan campur tangan hisabsebagaimana pendapat Jumhur dan ada yang berpegang kepadahisab imkan al-ru'yah (lihat antara lain Tuhfah, Nifrayatr^ OanBidayatul-Mujtahid sekitar masalah penetapan awalRamadhan).

    Sementara itu dalam buku-buku fiqh disebutkan bahwaapabila terjadi ru'yah tersebut bertentangan dengan hisab qath,imaka ru'yah tersebut harus ditolak/tidak diterima, sebab ru'yahitu berdasarkan hissi (pandangan mata), sedangkan hlssi

    2.

    3.

    32

    statusnya dhanni. Yang dimaksud dengan hisab qath'i ialahapabila tercapai kesepakatan diantara ahli hisab berdasarkankaidah-kaidah hisab mereka bahwa keadaan hilal mustahil dapatdiru'yah pada tempat tersebut. Sebaliknya apabila ahli hisabberselisih maka ru'yah dimenangkan. Sebab disini berartiterjadi perlawanan antara dua dhan (ru'yuah) dan satu dhan(hisab). Maka yang dimenangkan tentu yang memiliki dua dhan(ru'yah). Dengan adanya pertentangan dikalangan ahli hisabberarti ada dua dhan dalam ru'yah, yaitu satu dhan dari pihakyang menyatakan ru'yah dan satu dhan lagi dari pihak ahli hisabyang menyatakan tidak mustahil ru'yah. Demikianlahpandangan jumhur ulama Syaf iyah.

    Oleh karena itu apakah hilal itu harus ditetapkan berdasarkanru'yah ataukah hisab tidak perlu kita perdebatkan, karenaternyata antara dua pandangan tersebut ada titik temunya ataudapat dipertemukan. Kedua-duanya saling mengisi danmelengkapi serta dapat disatukan. Apalagi kalau dalam hal inipenetapan itu telah dilakukan oleh qadli/pemerintahsebagaimana hal itu dikehendaki oleh mazhab Syaf i makasemuanya wajib mematuhi dan tidak boleh lagi terjadi adanyasilang pendapat demi tegaknya ukhuwah Islamiyah (lihat antaralain Al-Fiqh'Ala al-Mazahid al-Arba'ah juz I hal 552 danTuhfah, juz III hal 383). Hal ini akan diuraikan lebih lanjut padabagian lain.

    Pelaksanaan Idul Adha

    Sebagaimana telah disinggung diatas, penetapan awalRamadhan dan awal Syawal/Idul Fitri dikalangan fuqahaterdapat dua teori, yaitu teori yang mengenal sistem mathla'(mazhab Syaf i) dan teori yang tidak mengenal sistem mathla'(JumhurAlanafi, Maliki dan Hambali). Kita patut bersyukurkarena di Indonesia umat Islam telah cukup maju, dimanadalam penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal/Idul Fitritidak terikat dengan mazhab Syaf i yang berpedoman padasistem mathla', akan tetapi sudah mengikuti mazhab lain(Jumhur) yang tidak berpedoman pada sistem mathla. DiIndonesia kita telah biasa menetapkan bahwa ru'yah yang

    33

  • terjadi di Jakarta berlaku untuk seluruh kepulauan/wilayahIndonesia.

    Yang menjadi pertanyaan sekarang apakah dalampelaksanaan Idhul Adha adanya dua teori tersebut (yangmenggunakan mathla dan yang tidak) juga berlaku, sehinggapelaksanaan Idul adha dapat dilakukan secara intemasionald1lry waktu yang bersamaan?. Dalam hal ini masalahnyaadalah lain, tidak sama. Ulama semua telah konsensus bahwadalam pelaksanaan ldul Adha hanya dikenal adanya sistemmathla', dimana masing-masing negeri Islam berlaku sesuaidengan mathla'nya masing-masing. Atas dasar ini makapelaksanaan shalat Idul Adha di Indonesia misalnya tidakdibenarkan mengikuti negara lain yang berlainan mathla'nya.Dalam hal ini Ibnu Abidin menjelaskan didalam kitab RaddulMukhtar juz II halaman 393 sebagai berikut

    crCUrJl t:-"*,.ot ull = f , _*rf ,, fr ( +r; )f *.,flf

    ,5al r+.ri i,.i *i Ec+* ri;rrl.-rr:l I cL+rJt rr.J h;h ,b ,r cur -ir;4 .1r,.ilt r -l^t' fr:,t .rl .,* l L;tJ tL rl Li t.rt .i .r^,oulYrrlrr LIIJ u . i=J )t,-i),;., ri.r

    _ iilrp*tt ; irr.')t jn--t f $, l.' J,.*il f ,Ff* s ry'jlr

    . *.! tilr. ?t *\i, *oVob rb,;6tDari uraian lbnu'Abidin diatas dapat dipahami bahwa

    masalah pelaksanaan shalat 'Idul Adha tidak sama denganmasalah penetapan awal Ramadhan dan Syawal/Idul Fitri (yangmenurut Jumhur tidak dikenal adanya sistem mathla'). Sebabdalam penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal/idul Fitrimasalahnya adalah puasa, sedangkan disini (bulan zulhi.f ahlldulAdha) masalahnya adalah soal shalat danqurban. Jadi dalam halini kembali kepada mathlanya masing-masing, sebagaimanawaktu shalat maktubah dimana masing-masing negeri berlakuwaktu setempat.

    sebagai ilustrasi perbedaan waktu antara Indonesia dansaudi Arabia adalah 4 jam. Jam 7.00 pagi di Saudi Arabia diIndonesia jam I 1.00. Jadi kalau kita -harrus mengikuti SaudiArabia dalam melakukan Shalat Idul Adha dari memotongqurban maka disini kita akan merakukan sharat tdul adha jam11.00 dan memotong qurban sekitar jam 12.00 siang. Kalair diIndonesia umat Islam merakukan shalat Idur Adha jin z.oo ounmemotong qurban jam 8.00 misalnya dan ingin Litu kutukunmengikuti saudi Arabia maka mereka masih tidur. Dalam halini tentu shalat 'Id dan qurban kita tidak sah. oleh karena ituJumfur fuqaha yang dalam menetapkan awal Ramadhan danawal syawal/Idul Fitri tidak mengenar sistim mathla,, makadalam hal Idul Adha ini berpedoman dan kembari l"puaumathla' masing-masing negeri.

    Siapakah yang berhak menetapkan

    Mazhab Syaf i seperti telah disinggung mensyaratkanbahwa penetapan bulan qamariyah khususnya awal Ramadhandan awal Syawal haruslah dilakukan oleh pemerilt;;I.Apabila pemerintah telah menetapkan awal Ramadhan makaseluruh umat Islam wajib berpuasa dan apabila pemerintah teiahmenetapkan awal Syawal maka seluruh umat Islam wajilmengalJriri puasanya. Dalam hal ini Abdunahm an lt-laiirimenyebutkan:

    r tfiL f 1itl wa, J \Jt .;krr; j L.- .! ty'E i.-j t3tv,ttt * p:)t,...+r q f .;;ft-1, .r & rrr.Ett .rt:r,r)l \+l e .rb iiJl

    - Jar r>te tr V ,y l6- e, *

    roe f t I j+Menurut mazhab Hanafi,Maliki dan Hambali penetapan awal

    Ramadhan dan awal syawal tidak disyaratkan harus drtetapkanoleh qadli/pemerintah. Akan tetapi menurut mereka upuurtuqadli/pemerintah telah menetapkan awal ramadhan dan awalSyawal dengan cara apapun (dengan ru'yah atau hisab) maka

    3435

  • ulr.rt lelarrr wu1th mengikuti dan mentaatinya. Al-aztirrrerryelrrrtknrr :

    Fns*},-l*'JJil5 Pf,f,*. +).3i t irr .i -J;Jli r aSl-lr F ;1 Fl

    tcol-ool t6r1:Jlg7/l)Bahkan dalam mazhab Syaf i disebutkan apabila pemerintah

    yang menetapkan hilal itu mazhabnya berbeda dengan mazhabSyaf i misalnya dalam soal mathla', maka umat Islam yangbermazhab Syaf i itupun wajib mengamalkannya. Ibnu Hajardalam kitab Tuhfah juz III halaman 383 menyebutkan:

    Jb-JlLLrJClJe.Jl,-i FilEr JY1JI .iJU. o.ci t q*ptI .r;i

    "J ,; ,rJr.r- ol'Lr tr tb i\ o lt'l A. gH.Jt ,)F,y

    Hal yang sama dapat kita telaah pada kitab I'anatuththalibinjuz II halaman220.

    Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa antara mazhabsyafii dan Jumhur (Hanafi,malik dan Hambali) dalam hal iniada titik temunya. Titik temu itu ialah bahwa umat Islam wajibmentaati dan mengikuti apa yang telah ditetapkan olehqadli/pemerintah mengenai penentuan awal Ramadhan arvalSyawal.

    Lalu bagaimana dengan penentuan pelaksanaan shalat IdulAdha?. Dalam hal ini kita dapat melakukan TAKHRIJ(menganalogikan) terhadap masalah penetapan awal Ramadhanawal Syawal. Atas dasar TAKHRij inl iiiaka penetapan awaizulhijjah atau pelaksanaan shalat Idul Adha perlu dilakukanoleh pemerintah. Dengan cara ini maka umat Islam Indonesiaakan seragam dalam mengawali ibadah puasa Ramadhan,malakukan shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Keseragaman dankesatuan amaliah umat Islam ini amat diperlukan dalammenggalang persatuan umat (ukhuwah Islamiyah).memang

    dalam kaitannya dengan masalah fiqh khususnya yangberhubungan dengan masalah kemasyarakatan, adanya campurtangan pemerintah itu mutlak diperlukan sejalan dengan kaidah:

    t.r )tin {nr t J {-, F"Keputusan pemerintah itu mengikat (wajib dipatuhi) dan akanmenyelesaikan perselisihan/silang pendapat".

    Kaidah ini bersumber dari Al-Qur'an surat An-Nisa' ayat 59

    .l ,i, ,)y)t rF$L .iir ro.r"i , i o iir tr;'f&

    '\tDan hadits Nabi riwayat Bukhari :

    |ft +*n\oh&Ltrbe;l\&Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan

    shalat Idul Adha hanya bisa diperlakukan secara nasional, sebabdalam hal ini yang dijadikan pedoman adalah mathla' masing-masing negara. Sedangkan untuk pelaksanaan puasa Ramadhandan Idul Fitri bukan saja dapat diperlakukan secara nasional,akan tetapi juga dapat diupayakan untuk diperlakukan secarainternasional dengan berpegang kepada mazhab Jumhur,khususnya Hambali selama malamnya masih bertemusebagiannya. Untuk diperlakukan secara nasional perlu campurtangan pemerintah. Dan untuk dapat diperlakukan secarainternasional perlu ada lembaga qadli internasional yangkeputusannya dipatuhi oleh negara-negara Islam.

    Kenapa lembaga internasional ini diperlukan?. Sebabbagaimanapun ini adalah merupakan masalah fiqh/ijtihadiyahyang tidak mengikat dan tidak dapat dipaksakan kecuali telahditetapkan oleh suatu lembaga yang diakui otoritasnya. Sisi lain

    36 37

  • -r-lrFrtr rel*li rlrselrrrlkurr diatas ialah karena apabila ru'yah ituk'''rrs rlerrgnrr hrsab.qathi maka ru'yah itu harus aitoral 1iilrai|'err;e l.s'' tlratas). Hal ini tentu tidak bisa diatasi kecuali'olehsrurlu lcrnbaga seperti dimaksud,

    Kesimpulan

    Dari beberapa uraian diatas dapat kita simpurkan beberapa halsebagai berikut:

    L Pembicaraan Fuqaha tentang penetapan awal bulanqamariyah difokuskan pada bulan_bulan yang ^i;kaitannya langsung_dengan pelaksanaan ibaiah,-yaitubulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijj"h. p";;6;;

    awal bulan Ramadhan, Syawal dan Zuhr;jah daiamkalangan Fuqaha,secaru guri, besar dikend ;;unt J;;aliran. pertama berpegang pada ru,yah (Jumhur dansebagian ulama dari golongan Syafi,i). Dan keduaberpegang pada. hisab (sebagian ulama yang fu,n Jarigolongan Syafi,i).

    2. Antara dua pandangan tersebut tidak perludipertentangkan, karena keduanya dapat dipert"dk;;.]VIal{ saling mengisi dan mempekuat. Apabila dalamkondisi dimana ilmu pengetahuan telah begitu ;"il;i-itu jauh-jauh hari, tanggal/bulan sudah biia diketltuiletak dan posisinya. Lebih dari itu k.."rnuunyu i1u

    ^ adalah hasil rjtihad yang statusnyahanyadhanni.3. Dalam penentuan awal Ramadnan Oan awal Syawaldikenal adanya

    .

    dua teori, yaitu teori yangmempergunakan sistem mathla, (Syafi,i) dan teori yanitidak mempergunakan sistemmathla'(Jumhur/Hanafi,Malik dan Hambali). Akantetapi dalam penentuan awal Zulhijjahdalam ["ir"rnyudengan wuquf, shalat Idul Adha dan ibadah eurUun,ulama telah konsensus bahwa dalam hal ini ierlakusesuai mathla' ..-,maka perak.un#'ffiT:Tf ili"li"*ii"ffiil'liIndonesia tidak dibenarkan mengikuti negara fuin yurrg

    4.

    berlainan mathla'nya. Bila hal ini dilakukan tentuibadah itu tidak sah.Oleh karena penetapan awal Ramadhan, Syawal danZulhijjah tersebut merupakan masalah fiqh yangberhubungan dengan hal-hal kemasyarakatan makadalam hal ini perlu campur tangan pernerintah.Demikian itu dimaksudkan untuk menjaga keseragamanamaliah ibadah umat Islam. Dalam hal ini ulama telahkonsensus dan mereka juga telah sepakat bahwa semuaumat Islam wajib mematuhi apa yang telah ditetapkanoleh pemerintah tersebut.Apa yang berlaku di Indonesia baik dalam kaitannyadengan penetapan awal Ramadhan, awal Syawal/IdulFitri maupun Idul Adha telah tepat dan sesuai dengankaidah-kaidah hukum Islam/fiqh. Untuk itu bagi umatIslam Indonesia bukan saja wajib taat danmengikutinya, akan tetapi juga berkewajibanmendukung dan mengamankannya. Hal ini diperlukanbaik dalam kaitannya dengan keabsahan/sahnya ibadahmaupun dalam hubungannya dengan kepentinganukhuwah Islamiyah.

    5.

    3938

  • SAADOEDDIN DJAMBEK : profil pembaharupemikiran llisab di Indonesia

    Drs.Susiknan Azhari,MA.(staf Pengajar Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga

    Yogyakarta)SAADOE'DDIN Djambek, tokoh muslim Indonesia yang

    oleh banyak kalangan disebut-sebut sebagai mujaddid al-hisab(pembaharu pemikiran hisab)(t), lahir li n*ittinggi puautanggal 29 Rabiul Awal 1329 H, berrepatan pada taiggit Z+Maret

    _l9ll M pada saat ranah Minang'sedang"i"fuOipergolakan kebangkitan yang disebut Kaum Muda(Z).-G"rukunini -berbeda dengan gerakan kebangkitan virg

    -i"r:"Jisebelumnya, seperri pergolakan paderi 1f-SO:_f S:b;1:j, aimanagerakan Paderi tersebut lebih menekankan' ,"_ungutmiliterisasi. Gerakan kaum muda lebih bersifat pembaharu?pemikiran, yang ditandai dengan munculnya beibagai .nediupublikasi, sekolah serta organisasi yang dikeroL secaramodem(4). Gerakan kaum muda ini iula yang mengilhamiberdirinya lembaga pendidikan Thawalib Schoor, I""t, iJ-u"g"pendidikan yang dikelola secara modern, baik dari ."i,manajemen maupun dari segi kurikulumnya(5).

    Saadoe'ddin memperoleh pendidikan io#uf pertama di HIS(Hollands Inlandsche schoor) hingga tamat pada tahun 1924.kemudian ia melanjutkan studinyaG sekolatrpendidikan g;,HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) di Bukitd;;;.Setelah tamat dari HIK pada tahun 1927, ia meneruskunnyu Li,ke Hogere Kweekschool (HKS), sekolah pendidikan guru atai,di Bandung, Jawa Barat, dan memperoleh ijazah piau tutun1930(6). disamping memperoreh pendidikan formalSaadoe'ddin juga menerima pelajaran keagamaan khususnyaberkaitan dengan falak dari - uyihnyu, yang termasuk salahseorang ahli ilmu falak dimasanya. Karena itu tidakmengherankan jika Saadoe'ddin seiak masa mudanya (lgtahun) sudah sangat tertarik dengan ilmu ini. fuf"nr*ipengakuannya buku pati Kiraan karya Syeikh Thahir

    Djalaluddin adalah yang menarik hatinya dalam mempelajariilmu falak(7). Disamping itu ia juga mempelajari buku-bukuyang lain, seperti Almanak Jamillah karya Syeikh Jdmbek,Hisab Hakiki karangan K.H.Ahmad Badawi dan lainsebagainya.

    Meskipun Saadoe'ddin banyak mengkaji dan menelaahbuku-buku ilmu falak, namun Saadoe'ddin belum merasa puasdengan sistem perhitungan lama yang keakuratannya perlu diujilagi. Oleh karena itu pada tahun 1954-1955 Saadoe'ddinmencoba memperdalam pengetahuannya di fakultas Ilmu PastiAlam dan Astronomi ITB.

    Dengan ilmu yang diperolehnya itu Saadoe'ddin berusahamengembangkan sistem baru dala?r perhitungan hisab denganmengenalkan teori Spherical Trigonometry (segitiga bola).Menurutnya teori itu dibangun untuk menjawab tantanganzaman. Artinya dengan meningkatnya kecerdasan umat dibidang ilmu pengetahuan maka teori-teori yang berkaitandengan ilmu hisab perlu didialogkan dengan ilmu astronomimodern sehingga dapat dicapai hasil yang lebih akurat(8).

    Dengan menggunakan teori-teori yang terdapat dalamshherical trigonometry Saadoe'ddi mencoba menlrusun teori-teori untuk menghisab arah kiblat, menghisab. terjadinyabayang-bayang kiblat, menghisab awal waktu Shalat danmenghisab awal bulan Qoma6iyah. Karena sistem inidikembangkan oleh Saadoe'ddin maka sistem ini juga dikenalsistem hisab Saadoe'ddin Djambek.(9) o

    Dalam rangka membumikan teori-teorinya itu, Saadoe'ddinmencoba mengenalkannya di pergbruan-perguruan Islam,terutama IAIN Sunan Kalijaga)'bgyakarta dan dari sini muncultokoh-tokoh hisab, misalnya H.Abdul Rachim dan H.WahyuWidiana.

    Sistem yang dikembangkan Saadoe'ddin relatif lebih mudahdan modern. Apalagi setelah prosedur perhitungannya dapatmenggunakan kalkulator. Dengan kalkulator tersebutmahasiswa yang tidak mempunyai basic ilmu pasti denganmudah dapat mencari fungsi-fungsi geometris sudut tumpul,sudut negatif dan sebagainya. Mereka tidak mengalami

    404l

  • kesulitan dalam proses menghitung perkalian atau pembagianbilangan-bilangan pecahan sampai 4 desimal atau lebih.

    Perlu dicatat, karena sistem spherical trigonometry dianggapsesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan sainsrnodern maka sillabus ilmu falak di Fakultas Syari'ah IAINseluruh lndonesia rnenggunakan sistem ini. Juga di perguruan

    -

    perguruan tinggi Agama Islam swasta yang memiliki FakultasSyari'ah, ilmu falak diberikan dengan sistem sphericaltrigonometry.

    Selain sebagai ahli Falak, diantara aktivitasnya yang palingdominan adalah dalam pendidikan, melaluiMuhammadiyah.aktivitasnya tersebut pada gilirannyamemperoleh pengakuan dari warga Muhannadiyah. Sehinggapada tahun 1969 diberi kepercayaan oleh Pimpinan PusatMuhammadiyah menjadi ketua Pimpinan Pusat MuhammadiyahMajelis Pendidikan dan Pengajaran di Jakarta periode 1969-1973.

    Sebagai seorang tokoh Saadoe'ddin tidak jarangmendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak, baik darikalangan pemerintah maupun non pemerintah. Saadoe'ddinpemah diberi kepercayaan untuk menjadi staf ahli Menteri P &K. disamping itu, pada tahun 1972 pada saat diadakanmusyawarah ahli Hisab dan Rukyat seluruh Indonesia, dimanadisepakati dibentuknya Badan Hisab dan Rukyat, Saadoe'ddindipilih dan dilantik sebagai ketua,(10)

    Kunjungan ke luar negeri yang pernah dilakukanSaadoe'ddin, antara lain menghadiri konferensi MathematicalEducation di India (1958), mempelajari sistem comprehensiveschool di negara-negara : lndia, Thailand, Swedia,Belgia,Inggris, Amerika serikat danJepang (1971),penelitian/survey mengembangkan ilmu Hisab dan Rukyat dankehidupan sosial di Tanah Suci Makkah dan menghadiri FirstWoorld Conference on Muslim Education di Makkah (1977).

    Saadoe'ddin meninggal dunia pada hari Selasa tanggal I IZulhijjah 1397 H bertepatan dengan tanggal22 Nopember 1977M di Jakarta. Makamnya dekat dengan makam Prof.Dr.T HasbiAsh-Shiddieqy(l l).

    Salah satu unsur yang sangat penting yang biasa dijadikan dasarpertimbangan dalam menilai kualitas intelektual seseorang,terutama pada masa terakhir ini adalah berapa banyak dansejauhmana kualitas karya ilmiah yang dihasilkan. Dilihat darisisi ini, Saadoe'ddin termasuk salah satu tokoh hisab yangbanyak meninggalkan karya ilmiah.

    Menurut pembacaan penulis, Saadoe'ddi baru mulai menulisdalam usia 40-an, sebuah usia yang tidak muda lagi untukpekerjaan penulisan. Sekalipun terlambat mulai menulisSaadoe'ddin pada akhirnya tampil sebagai penulis prolifik yanghandal. Diantara karyanya adalah (l) Waktu dan djadwalPenjelasan Populer Mengenai Perjalanan Bumi,Bulan danMatahari (diterbitkan oleh penerbit Tintamas tahun 1952), (2)almanak Djamiliyah (diterbitkan oleh penerbit Tintamas padatahun 1953),(3) Perbandingan Tarich (diterbitkan oleh penerbitTintamas pada tahun 1968), (4) pedoman Waktu ShalatSepanjang masa (diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang padatahun 1974),(5) Shalat dan Puasa di daerah Kutub (diterbitkanoleh penerbit Bulan Bintang pada tahun 1974) dan (6) HisabAwal Bulan Qomariyah, (diterbitkan oleh penerbit Tintamaspada tahun 1976). Karya yang terakhir ini merupakanpergumulan pemikirannya yang akhirnya merupakan ciri lfiaspemikirannya dalam hisab awal bulan qomariyah.

    Dari judul-judul karya diatas terlihat bahwa titik perhatianSaadoe'ddin terpusat pada masalah pemikirannya hisab. Karya-karya Saadoe'ddin yang representatif itu merupakan kontribusiyang berharga dan selalu dikaji baik kangan tradisional maupunmoderat sebagai bahan kajian untuk pengembangan pemikiranhisab di lndonesia.

    Dalam uraian sebelumnya dinyatakan bahwa pergumulanpemikiran Saadoe' ddin merupakan perpaduan antara kalanganahli hisab dan kalangan astronom. Kalangan ahli hisab yangsangat mempengaruhi pola pikirannya adalah Syeikh M Thaherl)jalalu'ddin. Hal ini sebagaimana pengakuannya sendiriscbagai berikut :

    Jalan yang ditempuh dalam menghisab waktu didalamBuku ini ialah menurut yang ditunjukkan oleh YangMulia Sjech M Thaher Djalalu'ddin didalam buku

    4342

  • tt, tr,t{ttil heliau pati Kiraan pada menentukon lvaktuxnng Ltny dlf

    ^ h!t" eihtat dengon Logaritma(rctakan tahun I 993)9 I 2)

    Knlungan astronom yang banyak mempengaruhi pola pikirnyaadalah dosen-dosennya ketika kufiah diitg*, diantaranyi

    "a"iir,Prof'Dr'G'B.van albada (Direktur observatoriujm Bosschatahun 1949-1958).Menurut A.Mustadjib teori hisab awal bulan eomariyahyang dikembangkan Saadoe'ddin merupakan teori hisab

    modern. Karena hasil yang diperoreh lebih akurat dibandingkansistem tradisional dan data-data yang digunakan

    ",rtup .rliia,misalnya: Almanak autika dan A-".i.un npnr*"ris1ii;.Karena itu aliran ini banyak digunakan di Indonesia.

    Pemikiran Saadoe,ddin memiliki beberapa kelebihan yangdapat menyebabkanhingga saat ini masih iip".gunutun JLt,Badan Hisab dan Rulcyat De-pag RI sebagai bahanlertimtanganbersama-sama dengan metodi-metode ying lain._ ,Kelebihan pertama, dalam menampilkan data lintang danbujur Ka'bah sangat akurat. Har ini tedh diuji sar,in aengi aiatkontemporer (global,_positioning system) hasilnya" sama,kelebihan kedua, pemikiran saadoe'ddin dalam urau"g rrirautelah menggabungkan ilmu astronomi dan hisab sepertiir*rr_rumus, trigonometry dan segitiga bola menjadikan metode inip_aling akurat pada saat itu dan Ai3aAihn pegangan oleh BadanHisab dan Rukyat. Karena langkah sistesa inilih Saadoe,ddin.di"lg.g"q sebagai Mujaddid ai-Hisab (pembaharu pemikiranhisab) di Indonesia. Kelebihan ketiga, adanya 'kesadaranhistoris. Hal ini tercermin pada bukri arar riiulat. Daramuraianya Saadoe'ddin menyatakan :

    "Dimasa yang lampau orang sudah merasa puas denganpenetapan yang agak kasar. Dengan meningkatnya kecerdaianumat Islam dilapangan ilmu pengetahuan umum timbul;;i;dengan sendirinya keinginan minentukan arah qiblat itu denjancara-cara yang menjamin tercapainya hasil yanglebih teliti.(i4)Kutipan tersebut diatas menunjukkan uatrwi' puau p"*itiiunhisab terdapoat anomari-anomafi (meminjam ^istilah *r*t:Realitas ini sangat disadari oleh Saado",ddi' Vu"g ufrfri_i,melakukan research terhadap problem_problem teisebut(f;1.

    Hasil research ini menjadikan data-datayang digunakan sangatdinamis dan mengikuti perkembangan zaman. Kelebihankeempat, pemikiran Saadoe'ddin bernuansa effective history,misalnya pemikiran tentang shalat didaerah dekat kutub.Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh teori HisabSaadoe'ddin, tentu saja tak lepas dari kelemahan-kelemahanyang mengitarinya, di antaranya : pertama, dikalangan pengikutteori Saadoe'ddin (khususnya hisab awal bulan) seringmengalami kesulitan apabila hilal sudah berada diatas ufuknamun tidak dapat dirukyat karena ketinggian hilal sangatrendah. Apakah sudah dianggap tanggal baru atau belum?.Kedua, berkenan dengan tinggi hilal.pada teori hisab awalbulan, Saadoe'ddin tidak menentukan irtifa' hilal sehinggamenl'ulitkan untuk menjadikan teori tersebut sebagai acuan-acuan imkanur rukyat dalam pen)rusunan Kalender Hijriyahnasional.menurut penelusuran penulis seperti telah diuraikansebelumnya menunjukan bahwa Saadoe'ddin merupakan tokohmodemis dan reformis dalam bidang hisab. Ia mencobamemadukan antara hisab tradisional dan astronomi modernsehingga data-data yang ditampilkan selalu up to date karenamen gikuti perkemban g an zaman.

    Pada mulanya pemikiran Saadoe'ddin hanya dapat diterimadikalangan modernis Akan tetapi melalui perjalanan panjangakhirnya bisa diterima baik kalangan modernis maupuntradisional. Di Ligkungan Muhammadiyah dapat ditemukantokoh hisab seperti

    . H.Abdul Rachim, ia merupakan salah

    seorang murid dari Saadoe'ddin yang kini menjadi KetuaBagian Hisab dan pengembangan Tafsir Majelis Tarjih danPengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah (periode1995-2000X16). Begitu pula halnya dikalangan NahdatullJlama. Menurut penuturan Muhyiddin, sejak penerjemahanistilah astronomi kedalam bahasa Arab Nahdatul Ulama agaklentur dalam persoalan hisab. Pada tahun 1994 Nahdatul Ulamamulai menggunakan data kontemporer(l7) dalam penyusunanKalender Pengurus Besar Nahdatul Ulama(I8). Bahkan lebihjauh dapat dikatakan bahwa tubuh Nahdatul Ulama terjadichanging paradigm. Semula Nahdatul Ulama tidak menjadikanimkanur rukyat sebagai panduan rulcyat. Akan tetapi setelah

    4544

  • rFrrrrrli lelramn kcrnbar berturut-turut (lgg2,lgg3 anl994) d,anrrrrrrrt,ullryn gagasan imkanur rukyat sebagai acuan p"rryurununh'lc'dcr Islam Nasional Nahdatul ulama menjadikan i-kurr.r,

    rukyat sebagai acuan rukyat.(19)Setuju atau tidak, paradigma pemikiran Saadoe,ddin sangat

    mewarnai onnas-orrnas tersebut. Hanya saja perlu dicatat antiraMuhammadiyah dan Nahdatul Ulama miskipun keduanyamempunyai perbedaan konsep yang sangat mendasar dalammenentukan awal bulan eomariyah (Ramadhan dan syawal).Bagi Nahdatul ulama meskipun sudah memanfaatkan jasa irmuhisab, tapi dalam soal awal Ramadhan dan Syarial tetapberpegang pada makna hadits secara harfiah. nud

    _"r"t u,upaya untuk melihat bulan (rukyat) harus tetap dilakukankarena didalamnya ada-unsur ibadah (ta'abbudi).'Ou" *tyutmempunyai kekuatan sebagai satu_satunya penentu yang dapatmembatalkan hasil perhitungan (hisab). Kur".ru itu, meski sudahmelakukan predeksi, mereka tidak berani mernastikan awalbulan Ramadhan atau syawal dengan hisab, ,"tufi ltupmenunggu hasil rukyat dilapangan. sedangkan Muhammadiyairmengedepankan teori wujudul hilal daiam p"rr"rrtuu' u*uibulan Qomariyah (R1ma{han dan Syawal). Artinya jikamenurut perhitungan (hisab) hilar sudah berada autas ufukmaka keesokkan harinya dianggap tanggal baru dan tidakdiperlukan rukyat._ _

    Menurut penulis di era reformasi ini yang perludikembangkan adalah semangat reformis Saadoe,ddin-d;;;melakukan interpretasi produktif (meminjam irtfruf,Gadaer)(20) dan positive heuristic ala Imre Lakios(2l) tanpaharus

    .

    merongrong kewib.awaan teori yang telah' aia agarpemikiran hisab tidak berjaran ditempat. n.ngin demikian da'frJdirumuskan Kalender Hijriyah Nasionar dan dapat diterrma:emtla pihak dengan sikap Gentelman ugr""-"ni (meminjamistilah Alwi Shihab), yakni bahwa antira pihak_pihak yangterlibat dalam perumusan siap menerima apa yang disepataii. "

    Catatan kaki :

    l. A.Mustadjid, Aliran-aliran Hisab Falakiah dalam penentuan Awalbulan Qomariyah, (Jakarta: Tesis IAIN SyarifHidayatullah, 1 988/tidak diterbitkan)p.46

    2. Term "muda" sebagaimana dikemukakan oleh Taufiq Abdullah,disamping memiliki arti ketidakteraturan juga diartikarr sebagaisimbol kemajuan dan modemisasi.Lihat Yunan Yusuf.PemikiranKalam Tafsir Al-Azhar,cet I f akarta: PustakaPanjimas,l990),p23.Mengenai tokok "kaum muda" baca L Stoddad.Dunia Baru lslam, (Jakarta: Panitia Penerbit,1966)p.303

    3. Lihat M.C Ricklefs.sejarah Modern Indonesia,cet v(Jakarta,Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1955),p.214-215.Lihat juga Depag RI Ensiklopedi Islam.(Jakarta: AndaUtama,l993) jilid 3,p.895.Bandingkan pula MuhammadRadjab.Perang Paderi di Sumatera Barat 1803-1838 (Jakarta: BalaiPustaka, I 964)

    4. Ibid p.245. Lihat Mahmud Yunus.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia'

    (Jakarta ; Hidakarya Agung, I 985),p.736. Abdul Azis Dahlan.Ensiklopedi Hukum Islam, cet I (Jakarta: PT'

    Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997) jllid 1,p.2157. A.Mustadjid, Aliran-aliran Hisab Falakiah p.44.Lihat juga Harun

    Nasution dkk.Ensiklopedi Islam Indonesia,cet I (Jakarta: Dj ambatan, I 992),p.324

    8. Saadoe'ddin Jambek.Arah Qiblat dan cara Menghitungnya denganJalan Ilmu Ukur Segitiga, cet ll(Jakarta :Tintamas,1956),p.3

    9. A.Mustadjid, Aliran-aliran Hisab Falakiah p.4510. Hamdany Ali.Himpunan Keputusan Menteri Agama 1972,cet I

    (Jakarta : Lembaga Lektur Keagamaan, 1973),p.241

    t'|.

    Nourouzzaman Shiddieqie.Fiqh Indonesia Penggagas danGagasannya, cet I (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997),p 61Saadoe'ddin Jambek.Almanak Djamiliyah, cet l(Jakarta:Tintamas, I 956),p.3A. M ustadl id, Al iran-al iran Hisab Falakiah p.45Saadoe'ddin Jambek.Arah Qiblat dan cara Menghitungnya denganJalan llmu Ukur Segitiga, cet Il(Jakarta :Tintamas,t956),p.3Misalnya melakukan research terhadap lintang dan bujur ka'bahLihat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor:28lSK-PP/1-Al2.a'11995 tentang Pengsahan Susunan dan PengangkatanAnggota Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran lslamPimpinan Pusat Muhammadiyah Masa Jabatan 1995-2000Sebelum data-data kontemporer seperti Almanak Nautika menurutsebagian ulama NU tidak dapat digunakan karena hasil orang-orangkafir (non Islam-Barat)

    ll.12.

    13.t4.

    15.16.

    46 47

  • 18.

    19.20.

    21.

    Wawancara dengan Drs.Muhyidin di Fakultas Syariah IAIN SunanKalijaga Yogyakarta pada tanggal l9 Desember l99gPerhatikan Kasus lebaran kembar pada tahum l99gHans Gademer.Truth and Methode,(lllew york : SeaburyPress, I 975),p.264Imre Lakatos and Allan musgrave.Criticism and The Growth ofKnowledge,(London :Cambridge University press, I 970),p. I 32

    SEPEREMPAT ABADBADAN HISAB DAN RUKYATDEPARTEMEN AGAMA.RI.

    Drs. Susiknan Azhari, MAPendahuluan

    Penentuan awal bulan baru (new moon) kalender Hijriyahmerupakan suatu persoalan yang sangat penting dalam agamaIslam karena menyangkut pelaksanaan ibadah, diantaranyaibadah saum Ramadhan, yaitu dalan menentukan kapan mulaidan kapan berakhirnya ibadah saum tersebut (baca : Idul Fitri).Begitu pula 10 htlhijjah (Idul Qurban). Meskipun penentuanawal bulan ini merupakan persoalan yang sangat penting,namun pada wilayah etis-praktis sampai saat ini masih belumada keseragaman. Bahkan perbedaan itu menjadi penyebabperseteruan (tidak saling menyapa) dan mengusik ukhuwahdiantara sesama muslim.Oleh karenanya dalam rangka mempersatukan umat untukmelaksanakan peribadatan tersebut dipandang perlu mernbentukBadan I{isab Rukyat Departemen Agama RI. Maka pada tahun1972 dibentuk Badan Hisab Rukyat Departemen Agamaberdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 76 Tahun7972.adapun tugas utamanya adalah memberikan saran-saran kepadaMenteri Agama dalam penentuan permulaan tanggal bulan-bulan Qomariyah (Hamdany Ali, 1 97 3:241).

    BADAN HISAB DAN RUKYAT : Latar belakangberdirinya

    Sebelum melangkah lebih jauh dalam pembicaraan tentangpokok persoalan ini, dirasa ada manfaatnya menelaah sejenakkeadaan Islam di Indonesia pra reformisme. Telaah yang benar-benar komprehensif tentu tidak mungkin, sehingga yang bisadilakukan disini ialah sekedar mengemukakan beberapamasalah menonjol atau highlights yang dianggap relevan.

    Sejak zaman berkuasanya kerajaan-kerajaan Islam diIndonesia, umat Islam sudah terlibat dalam pemikiran hisabyang ditandai dengan penggunaan Kalender Hijriyah sebagai

    4948

  • pl-end9r resmi (Ichfijanto,lggt :2 2). pada zaman penjajahanBelanda di Indonesia terjadi p".g"r"ru' penggunaan kalenderresmi pemerintah. Semula Kaiender uritryatiiiruu"t, *""j"oiKalender Masehi. Meskipun demikian, umat Islam titapmenggunakan Kalender Hijriyah, terutama didaerah_daerahkerajaan Islam. Tindakan ini tiaat dilarang oreh pemerintahkolonial

    -bahkan penetapannya diserahkan t"p"a"' p""g""r"kerajaan-kerajaan Islam yang masih ua", t"*il*u ;;;?;""hari-hari yang ada trrlbyrgannV_a dengan persoalan peribadatan,seperti I Ramadhan, I Syawal Oan tO Zutfrijah (Ibid).

    Patut dicatat suatu peristiwa penting dun b"rr"luruh, yaitupenggabungan penanggalan riinau Jawa fcirui' v""g!_eldasarkan peredaran -atahari dengan penanggalan Hijriyah.Hal ini merupakan suatu ciptaan bari yang perlu dicatat dalamsejarah, ialah baru dalarn arti merubah suatu masyarakat lamakepada masyarakat baru, masyankat kehindu-hinil; ;"*j,masyarakat ke Islaman (Muhammad Wardan, l9sZlij.Harus diakui bahwa pada abad ke 17 sampai abad 19 Mpemikiran hisab di Indonesia tidak bisa repas dari p"-itir"r,hisab negara-negara Isram lain. Barrkan traaisi ini masih kentarapada awal abad ke 20. Hat ini tercermin dalam kitab sullamunN,ayy"irain karya Muhammad Mansur Ibn Hamid binMufralyad Damiry al-Batawi (Ig25) yang terpengaruh olehsistim Ulugh Bek (Depag RI,t98i:10).

    Sebagaimana dinyatakan diatas bahwa pada masa penjajahanpersoalan penentuan awal_awal bulan ying berkaitan;;;;,persoalan ibadah diserahkan pada keraj aan_feraj aan iri;;;;masih ada. Lalu setelah Indonesia *"-rd"ku, ,"-"u.u t;;il;;:angsur mulai diadakan perubahan. Dan setelah terbe"tutfaDepartemen Agama pada tanggal 3 Januari 1946 (HainNasution, I 992:21 l),persoalan_peisoalan yang berkairun O"rrgunhari libur (termasuk penetapan 1 Ramadiran, I Syawal dan l0zulhijah) diserahkan kepada Departemen Agama berdasarkanpemetapan pemerintah tahun 19a6 No.2/um,7/um, l/"m ;oKeputusan Presiden No 25 tahtn 1967, No.l4g tahun 196g danNo l0 tahun 1971.Meskipun penetapan hari libur telah diserahkan kepadaDepartemen Agama, tetapi pada wilayah etis praktis ,nu.it,

    Kegiatan Hisab rukyat yang diikuti oleh peserta-peserta dariinstansi-instansi terkait, seperti Badan Meteorologi danGeofisika, Planetarium,ITB serta lembaga-lembaga falakiyahdari organisasi-organisasi Islam. Musyawarah Kerja inilah yangmerupakan dapur pengolah dan penyedia data astronomi untukkepentingan penetapan hari-hari libur nasional, hari-hari besarIslam dan pedoman pelaksanaan rukyatul hilal.

    Hasil Rukyatul Hilal

    Pelaksanaan rukyat dilaporkan ke Departemen Agama(pusat). Khusus untuk pellaksanaan rukyat yang berhasilmelihat hilal, laporannya harus dilengkapi dengan data sebagaiberikut:l. Identitas pelapor2. Identitas yang melihat hilal (nama, umur, pekerjaan dan

    alamat)3. Keterangan tentang tempat melihat hilal, saat hilal mulai

    dan akhir dapat dilihat, perkiraan ketinggian hilal dan arahhi1al.

    4. Khusus untuk Ramadhan dan Syawal, laporan harusmenyebutkan bahwa orang-orang yang melihat hilal sudahdiperiksa dan disumpah oleh majlis hakim pengadilanAgama.

    Suatu hal yang menarik adalah bahwa sejak tahun 1964,yang tercatat di Departemen Agama, sudah puluhan kali hilaldapat dilihat. Bahkan terjadi beberapa kali bahwa hilal dibawah5o dapat dilihat di berbagai tempat.sebagai contoh, hilal awalSyawal 1404 H yang ketinggiannya sekitar 2o dengan saatrjtima jam 10. 1 8 WIB, 29 Juni 1984, dapat dilihat oleh :1. Muhammad Arief, 33 tahun panitera pengadilan Agama

    Pare-Pare2. Muhadir, 30 tahun,Bendahara pengadilan Agama pare-pare3. H. Abdullah Hamid, 56 tahun Guru AgamaJakarta4. H.Abdullah, 61 tahun , Guru Agama lakarta5. K.Ma'mur, 55 tahun, guru Agama Sukabumi6. Endang Effensi, 45 tahun, hakim Agama Sukabumi

    5029

  • Keadaan seDeftid.'id;;;"""iii-'ini'"'",il;lH?iff nljllnr""n-pertanyaanDepartemenoru,u.,:11:Tffi;il.1,

    j-,?f ff :ii:.ffi Tir"lt*,"Ti"*f #11:r#ipqitritflli#t::1iiltr####efHilTfl;ffiHf,x,"fi1Til Hirufi ili:,';i Jltn #

    penutup