selasa, 1 november 2011 saksi #21: laksamana … wahyuningsih, saksi roes aryawijaya dan saksi...

34
MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011 Selasa, 1 November 2011 Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya Hakim Ketua : Sidang perkaran Nomor: 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN Jakpus atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc. dibuka dan terbuka untuk umum. (Palu di ketuk) Hakim Ketua : Penuntut umum untuk menghadirkan terdakwa! PU : Terimakasih Yang Mulia. Petugas untuk menghadirkan Terdakwa ke ruang persidangan! (Terdakwa hadir ke ruang sidang) Hakim Ketua : Saudara sehat? Terdakwa : Alhamdulillah sehat Yang Mulia. Hakim Ketua : Ya, sesuai berita acara sidang hari ini, kita masih mendengarkan saksi dari Penuntut Umum ya. Terdakwa : Ya. Hakim Ketua : Silahkan saudara duduk di sebelah Penasehat Hukum saudara. Terdakwa : Terima kasih. (Terdakwa duduk disebelah penasehat hukum) Hakim Ketua : Silahkan, saksi-saksinya ada berapa? PU : Terimakasih Yang Mulia, pada hari ini kami mencoba memanggil ada 10 orang saksi dan semua sudah siap. Hakim Ketua : Silahkan. PU : Baik, Saksi Abdul Hakim Said, saksi Teddy Triheryadi, saksi Kahar Mulyani, saksi Tumpak Johny Purba, saksi Gani Abdul Gani, saksi Ricky Singh Bedi, saksi Eva Indrawati, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Roes Aryawijaya dan saksi Laksama Sukardi.

Upload: hamien

Post on 01-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Selasa, 1 November 2011 Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya

Hakim Ketua : Sidang perkaran Nomor: 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN Jakpus atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc. dibuka dan terbuka untuk umum.

(Palu di ketuk)

Hakim Ketua : Penuntut umum untuk menghadirkan terdakwa!

PU : Terimakasih Yang Mulia. Petugas untuk menghadirkan Terdakwa ke ruang persidangan!

(Terdakwa hadir ke ruang sidang)

Hakim Ketua : Saudara sehat?

Terdakwa : Alhamdulillah sehat Yang Mulia.

Hakim Ketua : Ya, sesuai berita acara sidang hari ini, kita masih mendengarkan saksi dari Penuntut Umum ya.

Terdakwa : Ya.

Hakim Ketua : Silahkan saudara duduk di sebelah Penasehat Hukum saudara.

Terdakwa : Terima kasih.

(Terdakwa duduk disebelah penasehat hukum)

Hakim Ketua : Silahkan, saksi-saksinya ada berapa?

PU : Terimakasih Yang Mulia, pada hari ini kami mencoba memanggil ada 10 orang saksi dan semua sudah siap.

Hakim Ketua : Silahkan.

PU : Baik, Saksi Abdul Hakim Said, saksi Teddy Triheryadi, saksi Kahar Mulyani, saksi Tumpak Johny Purba, saksi Gani Abdul Gani, saksi Ricky Singh Bedi, saksi Eva Indrawati, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Roes Aryawijaya dan saksi Laksama Sukardi.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Hakim Ketua : Satu lagi? Cuma segini ini? Masih ada? Baik, bapak-bapak dan ibu sekalian sebelum diperiksa sebagai saksi, terlebih dahulu Majelis akan menanyakan identitas daripada saudara-saudara semuanya ya. Nama lengkapnya siapa pak?

Saksi (GAG) : Saya Gani Abdul Gani pak

Hakim ketua : Tempat tanggal lahirnya?

Saksi (GAG) : Bandung, 12 Juli 1962.

Hakim Ketua : Agamanya?

Saksi (GAG) : Islam.

Hakim Ketua : Laki-laki. Bangsa Indonesia. Alamat tempat tinggalnya?

Saksi (GAG) : Jalan Alam Elok VII No.12

Hakim Ketua : Pekerjaannya apa?

Saksi (GAG) : Saya swasta pak.

Hakim Ketua : Dengan Terdakwa kenal?

Saksi (GAG) : Kenal pak.

Hakim Ketua : Ada hubungan keluarga?

Saksi (GAG) : Tidak pak

Hakim Ketua : Hubungan pekerjaan dalam arti saudara digaji oleh Terdakwa?

Saksi (GAG) : Tidak ada pak.

Hakim Ketua : Ya, berikutnya,

Saksi (AHS) : Saya Abdul Hakim Said

Hakim ketua : Tempat tanggal lahirnya?

Saksi (AHS) : Jakarta, 30 Agustus 1963.

Hakim Ketua : Agamanya?

Saksi (AHS) : Islam pak

Hakim Ketua : Pekerjaannya?

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Saksi (AHS) : Swasta pak.

Hakim Ketua : Alamat tempat tinggalnya?

Saksi (AHS) : Pejaten Mas A No.2

Hakim Ketua : Dengan Terdakwa kenal?

Saksi (AHS) : Kenal pak.

Hakim Ketua : Ada hubungan keluarga?

Saksi (AHS) : Tidak pak.

Hakim Ketua : Hubungan pekerjaan?

Saksi (AHS) : Tidak pak.

Hakim Ketua : Ya. Berikutnya, nama saksi siapa?

Saksi (RSB) : Saya Ricky Singh Bedi

Hakim ketua : Tempat tanggal lahirnya pak?

Saksi (RSB) : Jakarta, 20 Mei 1974.

Hakim Ketua : Agamanya?

Saksi (RSB) : Syikh, Hindu.

Hakim Ketua : Pekerjaannya?

Saksi (RSB) : Swasta.

Hakim Ketua : Alamat tempat tinggalnya?

Saksi (RSB) : Puri Casablanca Tower C No.1502

Hakim Ketua : Dengan Terdakwa kenal?

Saksi (RSB) : Iya sebagai mantan Dirut, mantan Dirut. Iya kenal sebagai mantan Dirut.

Hakim Ketua : Ada hubungan keluarga?

Saksi (RSB) : Tidak.

Hakim Ketua : Hubungan pekerjaan dalam arti saudara digaji oleh Terdakwa?

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Saksi (RSB) : Tidak.

Hakim Ketua : Berikutnya.

Saksi (KM) : Nama Kahar Mulyani.

Hakim ketua : Tempat tanggal lahirnya?

Saksi (KM) : Kayu Mudo, Maret 1965, alamat rumah Bumi Panyileukan Blok R4 No.6, agama Islam.

Hakim Ketua : Pekerjaannya?

Saksi (KM) : Pekerjaan dosen.

Hakim Ketua : Di?

Saksi (KM) : Bandung pak.

Hakim Ketua : ITB?

Saksi (KM) : Bukan.

Hakim Ketua : Dengan Terdakwa kenal saudara?

Saksi (KM) : Kenal.

Hakim Ketua : Ada hubungan keluarga?

Saksi (KM) : Tidak pak

Hakim Ketua : Hubungan pekerjaan dalam hal saudara di gaji oleh Terdakwa?

Saksi (KM) : Tidak

Hakim Ketua : Berikutnya, nama lengkapnya bu?

Saksi (SW) : Sri Wahyuningsih

Hakim Ketua : Tempat tanggal lahirnya?

Saksi (SW) : Tulung Agung, 2 Mei 1964.

Hakim Ketua : Pekerjaanya?

Saksi (SW) : Swasta

Hakim Ketua : Agamanya?

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Saksi (SW) : Islam

Hakim Ketua : Alamat tempat tinggalnya?

Saksi (SW) : Jalan Anggrek Neli Murni C I/107 Slipi

Hakim Ketua : Dengan Terdakwa kenal bu?

Saksi (SW) : Kenal.

Hakim Ketua : Ada hubungan keluarga?

Saksi (SW) : Ada

Hakim Ketua : Apa?

Saksi (SW) : Pak Eddie sepupunya ibu.

Hakim Ketua : Oh, nggak, nggak ada. Ya berikutnya?

Saksi (TJP) : Nama saya Tumpak Johny Purba, saya lahir di Tapanuli 8 Juni 1962, agama Kristen Protestan, pekerjaan swasta.

Hakim Ketua : Alamat tempat tinggal?

Saksi (TJP) : Jalan Kapitan No.6 Depok.

Hakim Ketua : Dengan Terdakwa kenal?

Saksi (TJP) : Tidak.

Hakim Ketua : Tidak ada hubungan keluarga dan juga tidak ada hubungan pekerjaan ya?

Saksi (TJP) : Tidak.

Hakim Ketua : Berikutnya.

Saksi (TTh) : Teddy Triheryadi, Bandung 10 September 1958. Alamat Griya Bukit Mas II D2 No. 1 Bandung, saya karyawan swasta.

Hakim Ketua : Islam ya pak?

Saksi (TTh) : Islam.

Hakim Ketua : Alamat tempat tinggal di Griya Bukit Mas itu ya?

Saksi (TTh) : Iya.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Hakim Ketua : Dengan Terdakwa kenal?

Saksi (TTh) : Kenal, ya tahu.

Hakim Ketua : Ada hubungan keluarga nggak?

Saksi (TTh) : Tidak

Hakim Ketua : Hubungan pekerjaan? Saudara digaji nggak?

Saksi (TTh) : Nggak.

Hakim Ketua : Berikutnya

Saksi (EI) : Say Eva Indrawati, Lahir Jakarta 12 April tahun 1973, Alamat Jalan Damai No. 30 Ciganjur Jakarta Selatan, Agama Islam, pekerjaan swasta.

Hakim Ketua : Dengan Terdakwa kenal bu?

Saksi (EI) : Kenal sebagai mantan Dirut PLN.

Hakim Ketua : Tidak ada hubungan keluarga?

Saksi (EI) : Tidak ada.

Hakim ketua : Pekerjaan? Saudara digaji enggak?

Saksi (EI) : Oh, nggak

Hakim Ketua : Berikutnya pak Laksamana Sukardi ya.

Saksi (LS) : Nama Saya Laksamana Sukardi lahir di Jakarta, 1 Oktober 1956, agama Islam, pekerjaan swasta sekarang.

Hakim Ketua : Alamat tempat tinggalnya pak?

Saksi (LS) : Jalan Birah III Kebayoran baru

Hakim Ketua : Ada kenal dengan Terdakwa?

Saksi (LS) : Kenal pak.

Hakim Ketua : Ada hubungan keluarga?

Saksi (LS) : Tidak pak

Hakim Ketua : Hubungan pekerjaan?

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Saski (LS) : Tidak ada.

Hakim Ketua : Tidak ada. Berikutnya

Saksi (RA) : Saya Roes Aryawijaya, lahir tanggal 8 Desemeber 1951, agama Islam, alamat Kompleks River Park Blok G 2 No. 5 Bintaro Sektor 8

Hakim Ketua : Pekerjaanya pak?

Saksi (RA) : Pekerjaan saya sekarang pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan tidak ada hubungan kerja dengan Terdakwa tapi dulu waktu saya sebagai Deputi, saya hubungan kerjanya adalah sebagai kuasa pemegang saham dan dengan Direksi.

Hakim Ketua : Hubungan keluarga nggak ada ya pak?

Saksi (RA) : Hubungan keluarga tidak ada pak.

Hakim Ketua : Baik, saudara-saudara sebelum memberikan keterangan sebagai saksi, kita sumpah menurut agama yang saudara anut. Itu artinya saudara harus memberikan keterangan yang benar, sesuai dengan apa yang saudara ketahui, saudara alami, saudara lihat langsung, saudara dengar langsung, ya? Silahkan yang beragama Islam berdiri dulu.

Hakim Anggota : Ya. Saudara yang bersumpah kami yang menuntun. Ikuti, “Bismillahirrahmaanirrahim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai saksi dalam perkara ini, akan memberikan keterangan yang benar. Tidak lain daripada yang sebenarnya.”

(Diikuti oleh saksi-saksi yang beragama Islam)

Hakim Anggota : Silahkan.

Hakim Ketua : Lanjutkan dengan yang beragama Kristen, silahkan.

Hakim Anggota : Taruh saja itu, taruh aja, satu tangan di atas Al-kitab. Mungkin bisa ditaruh saja. Ya. “Demi Tuhan saya berjanji, sebagai saksi dalam perkara ini, akan memberikan keterangan yang benar, tidak lain daripada yang sebenarnya. Semoga Tuhan menolong saya.”

(Diikuti oleh saksi-saksi yang beragama Kristen)

Hakim Ketua : Ambil posisi sumpah. “Om attah Prama Wisesa, saya bersumpah sebagai saksi, akan memberikan keterangan yang benar, tidak lain dari yang sebenarnya”

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

(Diikuti oleh saksi yang beragama Hindu)

Hakim Ketua : Saudara Penuntut Umum ada yang perlu saudara kemukakan?

PU : Yang Mulia, dari 10 saksi ini kami menawarkan ada sebagian yang diperiksa secara bersama-sama dan ada yang diperiksa satu-satu. Yang secara bersama-sama, yang pertama adalah pak Roes Aryawijaya daengan bapak Laksamana Sukardi karena beliaulah yang menerangkan mengenai kepengurusan perijinan RUPS. Itu yang pertama. Kemudian yang kedua ini adalah saksi bersama Ricky, Wahyuningsih dan Abdul Hakim Said, ini kami mohon kami minta untuk diperiksa bersama-sama karena ini mengenai ini masalah pengeluaran dan penerimaan dana-dana. Dan selanjutnya saksi Tumpak, saksi Eva, saksi Kahar Mulyani, saksi Teddy dan terakhir saksi Gani Abdul Gani. Demikian kalau disepakati, terima kasih.

Hakim ketua : Saudara Penasehat Hukum?

PH (MI) : Bagi kami tidak ada masalah, cuma kami ingin supaya misalnya pak Gani dan pak Said itu justru dipisah, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Memang dipisah.

PH (MI) : Memang dipisah? Dalam arti bahwa kalau yang menyangkut orang keuangan memang bisa dijadikan satu. Tetapi pemegang saham, saya kira ini yang mesti dijadikan satu, meskipun saya kira antara keterangan pak Said dan pak Gani ada berapa hal yang sedikit berbeda Yang Mulia, terutama mengenai pencairan sejumlah uang. Terima kasih yang Mulia.

Hakim Ketua : Ya. Silahkan yang ini dulu. Pak Laksamana dengan pak siapa?

PU : Roes Aryawijaja

Hakim Ketua : Roes Aryawijaja di ruang sidang. Yang lain di luar.

(Saksi-saksi yang lain meninggalkan ruang sidang)

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Hakim Ketua : Agak ke tengah pak. Micnya dipegang. Saudara berdua ya, saudara pernah diperiksa sebagai saksi oleh penyidik KPK? Pernah?

Saksi-saksi : Pernah.

Hakim Ketua : Sebelum saudara menandatangani Berita Acara tersebut, saudara membacanya terlebih dahulu?

Saksi-saksi : Ya.

Hakim Ketua : Benar keterangan saudara di sana?

Saksi-saksi : Ya.

Hakim Ketua : Baik. Dalam kaitan dengan masalah CIS RISI, ya, yang tahun 2001. Ketika itu saudara menjabat sebagai apa?

Saksi (LS) : Saya menjabat sebagai Menteri BUMN.

Hakim Ketua : Menteri BUMN. Saudara?

Saksi (RA) : Dan saya menjabat sebagai Deputi Menteri BUMN di bidang usaha PISET atau Pertambangan, Industri Strategis Telekomunikasi dan Energi.

Hakim Ketua : Sebagai Menteri dan juga sebagai Deputi, apakah terhadap, saudara termasuk pemegang saham di PLN?

Saksi (LS) : Sebagai Menteri BUMN, kami menjabat sebagai wakil pemegang saham pemerintah.

Hakim Ketua : Iya. Dalam kaitan dengan CIS RISI ini, ya, dimana saudara Terdakwa ketika itu selaku Dirut, apa yang saudara ketahui?

Saksi (LS) : Mengenai CIS RISI ini, karena bersifat operasional, kami sebagai Menteri lebih banyak menangani kebijakan policy yang besar-besar. Sehingga secara detail, kami tidak banyak memahami dan mengetahuinya.

Hakim Ketua : Apakah pernah ya, masalah CIS RISI ini dibahas atau dibicarakan di dalam RUPS?

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Saksi (LS) : Karena forum RUPS itu adalah bisa dalam bentuk rapat RKAP dengan saudara Deputi, mungkin kami sebagai Menteri tidak (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Tidak tahu ya?

Saksi (LS) : Tidak tahu.

Hakim Ketua : Coba saudara.

Saksi (RA) : Saya waktu RUPS mewakili Menteri Negara BUMN, tidak pernah mendengarkan masalah yang disebut CIS RISI, dan tidak pernah mendapat permintaan untuk menyetujui.

Hakim Anggota : Saudara ini dulu ya. Pada waktu itu yang Menteri kan banyak tidak tahu. Kalau RUPS, misalkan PLN mengadakan RUPS, itu bagaimana prosedur-prosedurnya yang harus ditempuh?

Saksi (RA) : Baik pak. Jadi yang pertama, RUPS itu selalu diminta oleh Direksi dengan mendapatkan saran dari Dewan Komisaris kepada Menteri BUMN. Kemudian, Menteri BUMN berdasarkan Undang-Undang BUMN, salah satu pasalnya bisa saja, kalau tidak bisa menghadiri, mewakilkan kepada Deputinya, dan harus ada surat kuasa. Jadi saya waktu memimpin RUPS, dalam hal ini RKAP untuk PT. PLN (Persero) yang non-Tbk, itu selalu mendapat kuasa dari Menteri BUMN, dan detail atau agenda itu selalu ada, dimintakan. Dari situ kita bisa menentukan apa yang bisa kita putuskan.

Hakim Anggota : Begitu ya.

Saksi (RA) : Ya.

Hakim Anggota : Sehubungan dengan RUPS ya, RKAP yang saudara katakan tadi ya. Apakah semua persoalan di dalam PLN, misalnya yang katakan signifikan, itu harus dibicarakan di dalam RUPS? Atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dibicarakan di RUPS?

Saksi (RA) : Berdasarkan Anggaran Dasar perusahaan, jadi kalau ada suatu hal yang bersifat material, misalnya dalam hal ada pengajuan proyek untuk multi years, dan berdampak signifikan terhadap perusahaan, itu harus mendapat persetujuan RUPS, dalam hal ini karena non-Tbk, itu adalah surat dari, surat keputusan dari Menteri BUMN.

Hakim Anggota : Kalau, tadi multi years ya. Jadi kalau sifatnya multi years harus mendapat persetujuan RUPS.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Saksi (RA) : Betul pak.

Hakim Anggota : Kalau misalnya untuk kerja sama dengan pihak swasta bagaimana?

Saksi (RA) : Kalau kerja sama dan tidak material, itu adalah kewenangan Direksi yang mendapatkan rekomendasi ataupun pengawasan dari Dewan Komisarisnya.

Hakim Anggota : Begitu ya. Cukup.

Hakim Anggota : Saya ke saksi Deputi ya. Tadi saudara bilang di dalam RUPS, tidak pernah dibicarakan tentang CIS RISI, ya. Apakah izin juga tidak diberikan kepada pelaksanaan CIS RISI itu? Ada tidak saudara mengetahui ada pemberian izin untuk pelaksanaan CIS RISI itu?

Saksi (RA) : Sepengetahuan saya pak, selama saya menjadi Deputi sejak tahun 2001 sampai 2008, tidak ada pak.

Hakim Anggota : Saudara, kapan saudara mengetahui kalau ada CIS RISI di PLN proyek Disjaya ini?

Saksi (RA) : Saya mendengar pada akhir, dan pada saat pemeriksaan di KPK.

Hakim Anggota : Oh baru di KPK saudara tahu?

Saksi (RA) : Iya.

Hakim Anggota : Jadi sama sekali tidak ada dibicarakan dalam RUPS itu?

Saksi (RA) : Tidak pak.

Hakim Anggota : Sepengetahuan saksi ya, apakah sejenis proyek CIS RISI ini juga merupakan, harus mendapatkan izin dari RUPS?

Saksi (RA) : Saya melihatnya Direksi, maupun Dewan Komisaris, begitu mereka melaksanakan tugas-tugasnya, tugas pokok dan fungsinya, mereka harus melihat kepada Anggaran Dasar perusahaan, dan peraturan perundangan yang terkait. Dalam hal ini, mereka harus melaksanakan Good Corporate Governance. Sedangkan kami dari pihak Kementerian, ini menjalankan tugas dengan melakukan Good Governance pak. Jadi tidak ada sampai operasional.

Hakim Anggota : Jadi sampai Dewan Komisaris ya?

Saksi (RA) : Iya.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Hakim Ketua : Silahkan Penuntut Umum.

PU : Terima kasih Yang Mulia.

Hakim Ketua : Jangan di ulang-ulang ya.

PU : Iya. Kami ingin mempertegas, keterangan saksi pada no.18, BAP tanggal 23 ya. Bahwa Direksi PT. PLN tidak pernah mengajukan permintaan persetujuan RUPS ya. Ini, apakah ini juga harus, apabila Direksi meminta persetujuan RUPS, apakah ini juga harus disetujui dengan persetujuan Dekom, atau pengantar Dekom, atau bagaimana biasanya?

Saksi (RA) : Jadi setiap Direksi akan mengajukan suatu kegiatan yang mungkin berdampak signifikan, ataupun multi-years, terhadap perusahaan, mereka harus melaporkan kepada Dewan Komisaris terlebih dahulu, untuk meminta rekomendasi dari Dewan Komisaris, karena Dewan Komisaris mempunyai peralatan, artinya dalam hal ini mereka mempunyai organisasi melalui komite-komite yang mereka punya, antara lain komite audit, lalu komite manajemen resiko, lalu komite mengenai remunerasi. Jadi berdasarkan, melalui komite-komite ini, karena komite itu anggotanya adalah para pakar yang bisa dibentuk pada saat itu, jadi berdasarkan evaluasi itulah, Dewan Komisaris memberikan rekomendasinya yang kemudian di attached, di lampirkan oleh Direksi, untuk meminta persetujuan kepada RUPS. Demikian pak.

PU : Dan sesuai dengan keterangan saudara juga ya, bahwa RUPS tidak pernah memberikan persetujuan atas penunjukan kepada PT. Netway Utama sebagai pelaksana pekerjaan- (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Saya rasa tadi sudah ditanyakan oleh Majelis ya.

PU : Demikian ya, untuk saksi pak Laksamana ya. Demikian ya. Demikian?

Saksi (LS) : Majelis, yang di maksud dengan “demikian” itu apa? Tolong dijelaskan yang di maksud dengan “demikian” itu apa.

PU : Iya maksud kami (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Tidak pernah ada persetujuan dalam RUPS yang untuk CIS RISI, itu yang dimaksud?

PU : Iya, siap Yang Mulia.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Hakim Ketua : Jadi sebenarnya, pak Laksamana sebenarnya tidak tahu sama sekali ya, begitu ya? Tidak ada permintaan juga kan. Ya saudara coba di jawab.

Saksi (LS) : Ya memang tidak ada permintaan, apalagi masalah pelaksanaan itu memang jauh dari wewenang kami pak.

PU : Cukup, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Silahkan Penasehat Hukum.

PH (MI) : Terima kasih Yang Mulia. Saya mulai dari pak Roes dulu ya. Atau saya coba mulai dari pak Laks dulu. Pak Laks ya, saya ingin, pertama-tama saya ingin tahu terlebih dahulu, menurut pemahaman pak Laks, sebagai pemegang saham, atau sebagai apa yang disebut tadi wakil pemegang saham ya. Apakah kebijakan yang diambil oleh pemegang saham ketika Direksi tidak memenuhi perintah RUPS, itu akan mendapatkan hukuman?

Hakim Ketua : Penilaian ini ya? Penilaian yang diminta ini?

PH (MI) : Bukan, ini kebijakan yang mereka ambil pak, yang Mulia. Jadi kebijakan dari Kementerian itu, kalau misalnya dianggap ada pelanggaran terhadap keputusan RUPS atau terhadap keputusan Anggaran Dasar, apa sikap yang diambil oleh wakil pemegang saham?

Hakim Ketua : Apa ada aturan hukumnya tidak, yang mengatur mengenai hal itu?

Saksi (LS) : Sebetulnya aturannya ada Pak, karena kami sebagai wakil pemegang saham ditugaskan untuk membuat sebuah sistem. Dan kita ikut i Undang-Undang Perseroan dan Undang-Undang BUMN sehingga dalam Perseroan itu ada perangkat direksi, komisaris, dan pemegang saham. Dan juga ada tugas-tugas dewan komisaris, yang memiliki perangkat untuk melakukan audit juga secara independen, nah itu yang kita harapkan juga untuk memberikan masukan. Karena kami sebagai menteri BUMN, tidak mungkin mengetahui pelanggaran-pelanggaran semuanya kecuali ada audit yang melaporkan. Nah itu memang sudah ada sistemnya pak dan juga ditangani khusus oleh Deputi yang membawahi perusahaan-perusahaan tersebut.

PH (MI) : Saya teruskan, sepanjang Pak Laks menjadi menteri dan wakil pemegang saham tadi, apakah pernah ada satu audit khusus yang dilakukan terhadap PT. PLN dan kemudian dilaporkan kepada

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Menteri BUMN misalnya termasuk ada pelanggaran atau tidak adanya pelanggaran?

Saksi (LS) : Audit report itu memang ada berkala pak, apakah internal audit secara berkala dari Dewan Komisaris, dan juga ada audit dari BPKP, dan bahkan laporan dari BPK juga kepada kami pemegang saham. Jadi masalah ini biasanya ditangani langsung oleh Deputi yang bersangkutan dan kalau memang ada masalah yang besar, baru dilaporkan kepada kami sebagai Menteri BUMN.

PH (MI) : Baik, saya teruskan pertanyaan saya. Sepanjang Pak Laks sebagai Menteri dan sebagai kuasa pemegang saham tadi, apakah pihak pemegang saham setiap tahun memberikan acquit et de charge kepada direksi PLN? Mulai dari tahun Pak Laks menjadi Menteri kalau saya tidak keliru dari tahun 2001-2004 ya?

Saksi (LS) : Memang acquit et de charge itu diberikan setiap RUPS pak, dan itu juga didasarkan pada masukan-masukan perangkat-perangkat pengawasan seperti Dewan Komisaris, itu memberikan sebuah informasi yang mengarah kepada keputusan acquit et de charge.

PH (MI) : Nah pertanyaan saya lebih lanjut, apakah terhadap Direksi PLN, dari 2001-2004 sebelum Pak Laks berhenti sebagai Menteri, apakah setiap tahun RUPS itu memberikan acquit et de charge kepada direksi ini atau tidak?

Saksi (LS) : Sepengetahuan saya kalau tidak ada acquit et de charge yang pelaksanaanya dilakukan oleh Deputi pak, itu Direksi sudah diganti Pak. Kalau tidak diberikan acquit et de charge.

PH (MI) : Jadi sanksinya diganti ya sepengetahuan saudara saksi ya? Nah kemudian, sepanjang pengetahuan saudara saksi ya, mengenai RKAP 2001, 2002 dan 2003, apakah ada juga pernah dilaporkan adanya laporan manajemen mengenai pelaksanaan-pelaksanan kegiatan oleh PLN kepada pemegang saham?

Saksi (LS) : Secara normatif ya, saya kira itu lebih banyak ditangani oleh saudara Deputi, yang menangani dan menerima langsung dan menelaah laporan-laporan tersebut.

PH (MI) : Oke, saya sedikit agak menyimpang sedikit dari Pak Laks ya, di dalam kebijakan kementerian ini ya, yang dianggap sebagai

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

berdampak signifikan, itu ukurannya terhadap asset, ya, atau terhadap cash flow? Yang ditentukan oleh pemegang saham?

Saksi (LS) : Tentu saja dalam hal ini yang disebut sebagai efek yang sangat material adalah secara umum yang bisa 1. Merugikan perseroan secara signifikan, kedua menimbulkan liabilities terhadap pemegang saham dalam hal ini pemerintah, misalnya kalau mendapatkan pinjaman internasional dan lain sebagainya, atau garansi pemerintah dan lain sebagainya, nah itu lebih banyak khususnya dari kacamata pemegang saham, yang dapat menimbulkan kerugian yang signifikan kepada perseroan sehingga berakibat pada potential liabilities pada pemegang saham dalam hal ini pemerintah.

PH (MI) : Kalau dari aspek operasional seperti apa? Dari kebijakannya yang diputuskan oleh kementrian?

Saksi (LS) : Kementrian itu terbatas dalam kebijakan dan program utama, yang menunjang program azas manfaat daripada perseroan, khusunya BUMN, kalau segi dalam hal operasional, kita sudah, Undang-Undang sudah menetapkan adanya masing-masing tugas dan tanggung jawab seperti dewan komisasris, dewan direksi, dan kami tugasnya adalah mengangkat dewan komisaris dan dewan direksi untuk menjalankan kegiatan operasional menurut azas-azas yang telah ditentukan yaitu Good Corporate Governance.

PH (MI) : Sepanjang Pak Laks menjadi Menteri itu ya, pernah atau tidak dari laporan hasil audit bahwa ada project-project tertentu yang merugikan PLN? Yang dilaporkan kepada pemegang saham ketika itu?

Saksi (LS) : Kalau laporan audit itu terbuka pak. Jadi memang untuk domain public. Tidak ada spesifik kerugian, dan kalau memang ada sudah ada lampu merah dari deputi kami, dan ada laporan khusus dari auditor.

PH (MI) : Jadi tidak ada ya? Ok. Tidak ada laporan mengenai kerugian ya. Saya teruskan ke Pak Roes dulu Pak ya? Pak Roes, tadi bapak menyebut bahwa tidak pernah mendengar masalah dan pernah mendapatkan permintaan mengenai CIS RISI ya? Betul pak ya?

Saksi (RA) : Betul

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

PH (MI) : Kalau saya lihat dalam RKAP tahun 2002 ya, yang pak Roes ikut tanda tangani, disini disebut pada hal.5 ini, dikatakan bahwa pelaksanaan Roll Out CIS RISI Disjaya dan Tangerang, dapat dilakukan bilamana telah dapat dibuktikan kemanfaatannya atau proven, dan mengikuti prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta peraturan-peraturan yang berlaku sehingga dapat dicapai efisiensi biaya secara menyeluruh. Ini yang tanda tangan adalah Deputi Menteri Negara BUMN bidang usaha pertambangan industri strategis energi dan telekomunikasi, selaku kuasa pemegang saham PT.PLN Persero, Roes Aryawijaya.

Saksi (RA) : Betul

PH (MI) : Pertanyaan saya, kalau melihat ini, artinya menyangkut Roll Out CIS RISI ini, sudah disampaikan kepada pemegang saham?

Saksi (RA) : Jadi begini Pak, yang namanya RKAP itu Rencana Kerja Anggaran Perusahaan tahunan. Dalam satu tahun. Jadi, RKAP-RKAP, dari 2001, 2002, 2003 harus diikuti. Tidak ada, yang selama saya menjadi Deputi dan menjadi Kuasa Pemegang Saham disana, saya tidak pernah diminta pada saat RUPS, menyetujui proyek yang namanya CIS RISI.

PH (MI) : RKAP itu ditetapkan dimana sih Pak?

Saksi (RA) : Dalam RUPS.

PH (MI) : Di dalam RUPS. Nah ketika ini ditulis seperti ini di dalam RKAP, ini maknanya apa?

Saksi (RA) : Jadi begini bapak, di dalam persetujuan-persetujuan di dalam agenda RUPS RKAP, itu sudah terdapat butir-butir yang jelas. Nah, untuk RKAP disetujui itu berdasarkan laporan Direksi yang mendapatkan rekomendasi dari Dewan Komisaris, bahwa apa yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan bisnis PT PLN Persero itu sudah dilakukan dengan benar dan taat pada azas dan peraturan. Jadi kami sebagai kuasa pemegang saham itu berdasarkan rekomendasi komisaris dan laporan manajemen maupun laporan keuangan dari Direksi itu kita menyetujui RKAP tersebut. Kalau Dewan Komisaris tidak menyampaikan rekomendasinya, tidak menanda tangani, itu sudah salah satu yang kami tidak bisa berikan persetujuan.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

PH (MI) : Saya kembali sebelum saya teruskan, saya ingin tahu lebih dahulu, sebelum RUPS itu dilakukan ya, apakah ada tim pra RUPS yang membicarakan apa saja yang hendak dilakukan, apa saja yang hendak diputuskan dalam RUPS?

Saksi (RA) : Berdasarkan sistem yang kami lakukan, memang ada pertemuan yang diwakili oleh asisten Deputi saya bersama stafnya, mendengarkan bersama-bersama penjelasan dari Direksi maupun Dewan Komisaris, yang bapak sebut tadi pra RUPS. Sebetulnya tidak ada pra RUPS, yang ada itu adalah inisiatif dari Direksi dan Dewan Komisaris untuk memberikan terlebih dahulu kepada kementrian Negara BUMN. Nah itu melalui organ asisten deputi saya yang memimpin.

PH (MI) : Pertanyaan saya lebih lanjut, apakah pemberitahuan-pemberitahuan in, atau katakanlah hasil dari pertemuan-pertemuan ini juga disampaikan kepada Pak Roes sebagai kuasa pemegang saham?

Saksi (RA) : Betul. Dan yang disampaikan bukan detail, yang disampaikan adalah hal-hal yang diperlukan untuk mendapatkan persetujuan RUPS, atau hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian sesuai dengan laporan dari Direksi dan rekomendasi Dewan Komisaris.

PH (MI) : Oke, kalau seandainya ada satu kegiatan yang di dalam RKAP, di dalam RUPS RKAP diputuskan dicadangkan dananya, itu apakah bagian dari keputusan pemegang saham? Dalam prakteknya Pak?

Saksi (RA) : Dalam prakteknya kan kalau kita menyetujui RUPS RKAP perusahaan, artinya pada tahun itu disetujui anggaran itu. Tapi, tidak ada permintaan dari Dewan Direksi, bahwa proyek ini sudah mendapat izin RUPS atau tidak, ya tapi kami selaku kuasa pemegang saham dalam Good Governance, kami memberikan sesuatu yang bapak tadi juga bilang bahwa keleluasaan tugas pokok dan fungsi 3 organ utama di dalam BUMN: pemagang saham, dewan komisaris dan direksi, itu harus taat azas terhadap peraturan perundangan. Jadi tidak ada kami selalu bercuriga terhadap Direksi atau Dewan Komisaris. Tidak ada. Karena semua tercantum dalam sistem yang tadi bapak menteri menjelaskan, adalah melalui sistem audit yang dilakukan oleh KAP Kantor Akuntan Publik, atau BPK.

PH (MI) : Saya terusakan ya Pak, ini secara khusus saya masih ke RKAP 2002 ini tadi ya. Ini mengenai masalah teknologi informasi. Ini disebutkan salah satu diantaranya pada poin 4.5.3 ini. Persiapan

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

implementasi sistem informasi pelayanan pelanggan terpadu ya, ini sudah disebut-sebut akan dilakukan dimulai dari unit distribusi Jawa Barat, Jawa Timur dst. Kemudian, dalam hubungan ini, ini dikatakan ada implementasi dari CIBS, Customer Information Billing System. Ini dicadangkan untuk tahun 2002, pendanaannya dianggarkan sebesar Rp. 150 Milyar, masuk dalam biaya administrasi, dan pelaksanannya menunggu persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS. Nah pertanyaan saya adalah, apakah ketika anggaran itu sudah dicadangkan seperti ini, memang sudah apa, sudah diputuskan bahwa memang seperti itulah yang disetujui oleh RUPS? Hanya pelaksanaannya yang menunggu dari Dewan Komisaris?

Saksi (RA) : Ya. Karena begini, yang namanya sistem tadi yang disebut, itu tujuannya baik pak, untuk efisiensi dan efektifitas. Jadi kami sebagai kuasa pemegang saham melihatnya hal ini baik, tetapi jangan dikaitkan apakah ini sudah mendapatkan izin RUPS atau belum. Proyek ini. Initialnya ya, pertama kali. Karena kami tidak ada disitu. Dan selama saya menjabat sebagai Deputi pada tahun 2001-2008, tidak ada permintaan khusus untuk persetujuan RUPS proyek RISI ini. Yang ada adalah anggarannya. Setiap tahun, ya. Jadi pelaksanaan proyek ini ya silahkan, karena ini sesuatu yang efisien dan efektif. Selaku kami sebagai kuasa pemegang saham selalu melihat azas manfaat tadi yang disebut Pak Laks, bahwa ini adalah kepentingan BUMN dan berdampak untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

PH (MI) : Ada tidak ketentuannya yang mengatur bahwa kalau anggaran sudah disetujui ya, bahwa penggunaan anggaran itu harus diputus secara tersendiri oleh RUPS?

Saksi (RA) : Tidak dong. Kan itu kan tiap tahun dilakukannya, jadi sebetulnya begini, kita set back. Awal dari proyek ini kapan? Kami tidak tahu. Tapi pelaksanaan proyek ini, anggarannya, karena ini menurut kami sesuai dengan saran Dewan Komisraris, dan kita waktu itu diskusi di dalam RUPS, bahwa ini suatu sistem yang baik. Gitu. Jadi silahkan laksanakan. Tapi, harus taat azas dan peraturan. Nah pelaksanaannya bagaimana, itu resikonya Direksi dan Dewan Komisaris sebagai 2 organ yang penting dalam pelaksanaan bisnis BUMN.

PH (MI) : Kalau misalnya disebut kemudian dalam RKAP berikutnya, ya ini untuk tahun 2003, ini dikatakan bahwa Roll Out CIS RISI di seluruh pelayanan UBD Jakarta Raya dan Tangerang sebagai luncuran

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

program 2002, apakah ini juga, sepengetahuan saudara saksi, ini juga persetujuan terhadap program dan dana yang sudah disiapkan sesuai dengan keputusan RUPS sebelumnya?

Saksi (RA) : Jadi begini, selalu RUPS RKAP itu kan tahunan. Jadi selalu kita harus melihat tahun sebelumnya. Yang akan diputuskan dan sebelumnya, selalu harus dibandingkan. Jadi kalau memang pada tahun sebelumnya sudah ada persetujuan anggarannya, persetujuan anggarannya ya, nah tapi dengan pertimbangan harus mendapat dari Dewan Komisaris itu harus dilakukan, kalau tidak ya itu tanggung jawab Direksi. Boleh-boleh saja Direksi melakukannya.

PH (MI) : Ini kalau saya lihat dalam RKAP 2004 pak ya, ini ada satu surat pendapat Dekom tahun, yang ditandatangani pada bulan Desember 2003, ini dikatakan bahwa untuk pelaksanaan program Roll Out CIS RISI ke seluruh UP PT.PLN Persero UBD Jakarta Raya dan Tangerang, dan pengadaan Hardware secara sewa agar tetap dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta berdasar least cost principle untuk memperoleh nilai kontrak yang wajar dan dapat dipertanggung jawabkan.

Saksi (RA) : Surat darimana tuh Pak?

PH (MI) : Ini pendapat Dewan Komisaris terhadap RKAP tahun 2004, apakah saksi ingat mengenai pendapat dari Dewan Komisaris ini?

Saksi (RA) : Terus terang saya tidak ingat sekarang. Tetapi, Dewan Komisaris itu mempunyai tugas pokok dan fungsi. Tugas pokoknya dia mengawasi Direksi dalam melaksanakan kegiatan bisnis, dan fungsinya dia sebagai penasehat bagi Direksi. Itu pun kalau diminta oleh Direksi. Kalau tidak diminta ya Dewan Komisaris tidak akan memberikan nasehat. Hanya dia mengawasi, dengan organ-organ yang ada di tubuhnya Dewan Komisaris tadi, melalui komite-komite.

PH (MI) : Oke. Ketika di dalam keputusan RUPS ini dinyatakan begini, ini setelah menilai RKAP dan RKAPK BLPT Perusahaan Listrik Negara Persero tahun 2004 serta SCI periode 2004-2006 yang diajukan oleh Direksi dan Komisaris serta memperhatikan pembahasan yang dilakukan, maka RUPS memutuskan 1. Mengesahkan RKAP tahun 2004 dan seterusnya tahun 2004, pada butir C disini disebutkan, “Direksi harus melakukan Outsourcing untuk meningkatkan nilai perusahaan”, karena ini tadi masih berhubungan dengan pendapat dari Dekom mengenai Outsourcing

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Roll Out CIS RISI ya, apakah saksi ingat bahwa persetujuan atau pendapat Dekom terhadap Roll Out CIS RISI ini sudah disetujui pada RUPS 2002,2003 dan 2004? Saksi ingat?

Saksi (RA) : Begini, saya tidak ingat itu. Tapi begini, yang namanya surat dari Dekom, itu adalah pasti kepada Direksi atau kepada Menteri Negara BUMN. Karena dia sebagai salah satu organ yang dipercayai, ya. Nah Dewan Komisaris, dalam memberikan masukannya, kalau dia sampaikan kepada Menteri Negara BUMN, jadi bukan kepada Direksi, itu ya kami konsekuensinya kementerian atau dalam hal ini kita harus melihat hal ini. Itu konsekuensinya. Tapi kalau ini hanya ditujukan kepada Direksi, itu adalah pelaksanaan operasional.

PH (MI) : Kalau saya lihat pada surat tanggal 15 Desember 2003 ini, mengenai pendapat Dewan Komisaris terhadap RKAP PT.PLN Persero 2004, ditujukan kepada Menteri BUMN, dengan tembusan Deputi UPISET, Kementrian BUMN. Nah salah satu isi dari pendapat Dewan Komisaris ini tadi, adalah mengenai pengadaan program Roll Out CIS RISI ini. Dan kemudian ini adalah merupakan bagian dari keptusan, lampiran keputusan RUPS pada tanggal 31 Desember tahun 2003.

Saksi (RA) : Jadi, pertanyaannya?

PH (MI) : Pertanyaan saya, apakah betul sebagai Deputi Menteri, saudara saksi ingat pernah menerima rekomendasi ini? Dan kemudian di dalam RUPS diputuskan bahwa atau diperintahkan bahwa Roll Out CIS RISI ini harus segera dilaksanakan?

Saksi (RA) : Saya melihatnnya begini pak, jadi mengenai hal ini kembali lagi kita harus lihat, RKAP itu adalah Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan, ya? Jadi kalau yang diajukan oleh Direksi mengenai anggaran satu tahunan, ya kami akan melihat itu, terus kami juga percaya kepada Direksi bahwa mereka melakukan itu dengan benar sesuai dengan peraturan perundangan. Jadi tidak ada kami mau menyelidiki apakah sudah ada izin RUPS atau tidak. Tapi sepengetahuan saya dari tahun 2001-2008 saya sebagai Deputi, tidak ada permintaan dari Direksi yang dilampirkan rekomendasi oleh Dewan Komisaris untuk meminta izin melaksanakan proyek ini! Itu yang penting poinnya di situ.

PH (MI) : Saya teruskan Pak, seingat saksi ya apakah project Roll Out CIS RISI ini pernah ditolak oleh Pemegang Saham dalam RUPS?

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Saksi (RA) : Selama saya menjabat sebagai Deputi atau selama saya diberi kekuasaan oleh Menteri, tidak ada kami menolak. Karena kami tahu persis apa yang dilakukan oleh Direksi dan diawasi oleh Dewan Komisaris itu adalah untuk mengejar keuntungan perusahaan yang dampaknya itu adalah untuk kesejahteraan bagi si pegawai, maupun manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Selalu kami berkiblatnya seperti itu. Jadi kami selalu positive thinking bahwa Direksi maupun Dewan Komisaris melakukan suatu kegiatan bisnis di BUMN itu harus sesuai dan taat terhadap azas peraturan dan melaksakannya sesuai azas Good Corporate Governance, Tata Kelola Perusahaan yang baik. Bahkan pada tahun 2007, itu ada paket integritas yang ditanda tangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris yang kuncinya isinya adalah melaksanakan semua kegiatan adalah untuk kepentingan perusahaan, bukan kepentingan golongan, demi kesejahteraan rakyat. Jadi kami selalu berpikiran positif, ya masa ada Direksi mau melakukan menentang itu kalau sudah manandatangani itu semua Paket Integritas?

PH (MI) : Oke. Saya teruskan sedikit lagi ya Pak, saya mau tahu pengetahuan Pak Roes mengenai penunjukkan langsung. Apakah menyangkut penunjukan langsung di PT. PLN ini, untuk kegiatan-kegiatan tertentu, harus mendapat persetujuan RUPS?

Saksi (RA) : Tidak. Tidak ada.

PH (MI) : Tidak ada ya? Oke. Saya, kemudian begini Pak, mengenai yang saya pernah tanya tadi kepada Pak Laks mengenai soal, bahkan tadi Pak Roes juga menyebutkan ada dampak signifikan terhdap perusahaan ya. Sampai Pak Roes terakhir, atau katakanlah sampai tahun 2004 itu menurut ingatan Pak Roes, nilai asset dari PT. PLN berapa triliun?

Saksi (RA) : Saya sudah gak ingat lagi Pak. Daripada saya jawab nanti salah.

PH (MI) : Tidak ingat ya?

Saksi (RA) : Ya

PH (MI) : Kira-kira diatas 60 triliun? 100 triliun?

Saksi (RA) : Saya tidak ingat pak Maqdir, saya nggak tahu apakah mau diatas mana tadi, saya nggak tahu. Sudah tua Pak.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

PH (MI) : Belum Pak, belum tua, masih muda sedikit. Pertanyaan saya lebih lanjut, mengukur ukuran dampak signifikan ini tadi, ada nggak ditentukan oleh kementrian BUMN atau Pemegang Saham?

Saksi (RA) : Yang namanya dampak signifikan itu sudah muncul di Anggaran Dasar di seluruh BUMN, baik yang non-Tbk maupun Tbk. Nah ukurannya, tidak pernah Menteri BUMN maupun Kementrian BUMN tidak pernah mengeluarkan berapa sih yang disebut signifikan. Itu tidak pernah. Tetapi, di dalam perubahan Anggaran Dasar, maksudnya dalam hal ini Anggaran Dasar perusahaan Tbk, itu ada. Waktu non-Tbk tidak ada. Nah PT.PLN berubah Anggaran Dasarnya, mengikuti Undang-Undang Perseroan pada tahun 2007, Undang-Undang Perseroan No.40, itu harus berubah Anggaran Dasar perusahaan PT. PLN mengikuti Undang-Undang Perseroan 2007 tersebut. Di situ ada kriteria yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh Tbk, itu dimasukkan kepada non-Tbk. Sebelumnya nggak ada. Jadi jelas, pada tahun 2007, Anggaran Dasar perusahaan PT. PLN itu berubah. Ya. Tepatnya saya nggak tahu, apa 2007 apa 2008 awalnya, tetapi dengan kriteria-kriteria yang dimana awalnya meminta persetujuan itu berjenjang. Jadi Direksi itu bisa memberikan kewenangan, memberikan persetujuannya, jadi mempunyai kewenangan itu sampai sekian berdasarkan nilai asset dan dengan nilai apa tadi, saya lupa. Dewan Komisaris, mempunyai kewenangan sekian. Kemudian diatas itu adalah kewenangan RUPS dalam hal ini Menteri BUMN.

PH (MI) : Oke. Saya baca begini Pak Roes, betul apa yang bapak sebut mengenai Anggaran Dasar tahun 2007 PLN. Pasal 11 ayat 7 ini dikatakan, “Direksi dapat memutuskan kegiatan dalam hal nilainya tidak material bagi perseroan yaitu per transaksi nilainya memenuhi mana hal yang lebih kecil dari kedua hal berikut ini: nilai maksimal 1% dari pendapatan (revenue) Perseroan, di luar pendapatan subsidi, atau Nilai Maksimal 0,5% dari ekuitas Perseoran untuk tindakan-tindakan sebagai berikut, yang pelaksanaannya wajib didelegasikan kepada Pimpinan Unit Bisnis lingkungan Perseroan”. Nah yang menjadi pertanyaan saya, sebelum tahun 2007 ini ya, sekali lagi, apakah ada ketentuan spesifik khusus menyangkut PLN?

Saksi (RA) : Tidak ada.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

PH (MI) : Pak Roes, kalau saya lihat neraca PLN 2004, itu adalah ekuitas dan kewajibannya adalah 212,309 triliun ya. 212 sekian, 309 triliun pak. Bapak tahu berapa nilai kontrak CIS RISI PLN dan Netway?

Saksi (RA) : Tidak tahu.

PH (MI) : Tidak pernah dengar?

Saksi (RA) : Tidak pernah dengar saya.

PH (MI) : Tidak pernah dengar ya. Sementara kalau saya lihat disini, pendapatan operasinya PLN adalah 61 triliun tahun 2004. Kalau perjanjian itu nilainya 137 miliar, nilai dari perjanjian yang ditanda tangani tahun 2004, dan itu dari Anggaran Operasional. Sekali lagi kalau saya lihat dari perhitungan laba rugi konsolidasi- (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Pertanyaanya apa?

PH (MI) : Pertanyaan saya, apakah perbandingan seperti ini diketahui oleh pemegang saham atau tidak? Mengenai revenue ini tadi 61 triliun sekian dan kemudian perjanjian CIS RISI ini adalah 137 milyar? Diketahui nggak?

Saksi (RA) : Tidak tahu.

PH (MI) : Sementara dari saya cukup Yang Mulia.

PH (MR) : Ada tambahan Yang Mulia, terima kasih waktunya. Kepada Pak Laks ya mohon bisa dijelaskan, tadi kan Pak Laks menjelaskan dalam awal persidangan ini bahwa karena CIS RISI itu bersifat operasional jadi bapak selaku pemegang saham tidak mengetahui tentang operasional tersebut karena yang diurus atau- (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Saya selaku Menteri ya

PH (MR) : Ya, kuasa pemegang saham ya. Untuk CIS RISI ini beliau tidak tahu karena itu bersifat operasional. Yang beliau ketahui adalah menyangkut yang besar-besar saja, mungkin tadi Pak Laks menyatakan seperti itu. Yang dimaksud yang besar-besar saja itu seperti apa ya?

Saksi (LS) : Jadi begini Pak, selaku Menteri BUMN dan wakil Pemegang Saham pemerintah, kami memberikan arahan ya, bahwa semua BUMN

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

harus bekerja lebih efisien meningkatakan keuntungan dan mengikuti azas Good Governance dan juga menghindari kerugian-kerugian seperti zaman dulu adanya, IPP, sehingga pemerintah harus menanggung garansi dari kegiatan pengadaan tenaga listrik. Jadi secara garis besar, kami berikan sebuah kebijakan. Jadi sebetulnya ada 2 tipe persetujuan, persetujuan terhadap program atau rencana, tetapi ada juga satu hal lagi persetujuan formil, karena kami selaku menteri memegang cap untuk menyetujui, misalnya rencana pelepasan aset disetujui dalam RKAP. Tetapi secara formil, karena ada aturan menteri selaku pemegang saham, harus secara resmi membubuhkan tanda tangan atau capnya terhadap pelepasan asset tadi. Jadi ada beberapa yang diatur dimana secara formil tidak bisa didilegasikan kepada deputi, sedangkan rencana program anggaran dan lain-lain itu bisa didelegasikan. Nah juga masalah operasional tidak mungkin Kementrian BUMN ikut-ikut operasional. Apalagi ikut mengethaui atau mendengar, menguping saja siapa kontraktornya tidak boleh secara Good Governance. Dan memang tidak ada waktu untuk itu. Jadi kami sebagai menteri memang secara detail program CIS RISI dan siapa kontraktornya kami tidak pernah tahu. Dan juga kalau masalah itu adalah menyangkut efisiensi kami tahu. Jadi seperti itu.

PH (MR) : Maksudnya efisiensi seperti apa Pak Laks?

Saksi (LS) : Efisiensi Perseroan. Karena memang PLN memerlukan sebuah efisiensi dalam arti administrasi, sebuah sistem, bahwa apa, billing system dan lain sebagainya itu secara umum saja.

PH (MR) : Ya, dalam pemahaman bapak bahwa CIS RISI ini menimbulkan efisiensi bagi PLN? Baik, masih ke Pak Laks ya, Pak Laks apakah dalam, ada laporan manajemen tahun 2004 ya, ini di dalam laporan manajemen PLN tahun 2004 itu dilaporkan adanya CIS RISI, antara lain disini telah terbentuk perjanjian antara PT. PLN Persero Disjaya dengan PT. Netway Utama, perjanjiannya disebutkan No. 122 tanggal 29 April 2004 tentang pelaksanaan pekerjaan Outcourcing CIS RISI. Pak Laks pernah mendengar nggak adanya laporan manajemen yang menyantumkan adanya program CIS RISI ini?

Saksi (LS) : Kalau laporan dalam bentuk seperti itu dalam Kementrian banyak Pak. Mungkin tiap hari itu ada banyak laporan sehingga kami tidak menaruh perhatian satu persatu secara khusus terhadap satu proyek

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

atau program, dan pelaksanaanya lalu kami serahkan kepada Deputi Teknis untuk melakukan evaluasi.

PH (MR) : Baik. Masih ke Pak Laks ya, Kami mohon dijelaskan ya Pak ya, mengenai dampak kerugian yang materiil itu seperti apa ya? Tadi Pak Laks menerangkan mengenai dampak kerugian yang materiil itu, menimbulkan dampak keuangan dan liability kepada pemerintah. Yang dimaksud dengan kerugian materiil ini seperti apa?

Saksi (LS) : Saya kira tadi sudah dijelaskan oleh saudara Deputi. Mengenai kerugian materiil secara rinci, saya hanya mengatakan secara signifikan, itu memang relatif.

PH (MR) : Kemudian kepada Pak Roes ya, Pak Roes tadi saya sampaikan adanya laporan manajemen PT.PLN 2004 ya, tadi sudah saya bacakan. Pernah nggak menerima informasi atau laporan manajemen yang tadi saya bacakan?

Saksi (RA) : Laporan Manajemen itu dikirimkan berdasarkan Undang-Undang BUMN. Mengenai RUPS, itu harus disampaikan oleh Direksi dengan mendapat rekomendasi dari Dewan Komisaris beberapa hari sebelum RUPS dilakukan, berarti kami terima.

PH (MR) : Terima ya. Kemudian berkaitan dengan laporan manajement PLN 2004 tadi ya ada pernyataan keputusan rapat ya, ini berkaitan dengan RUPS. Di dalam RUPS tersebut menyebutkan bahwa rapat dalam hal ini RUPS, menyetujui laporan tahunan untuk tahun buku 2004 termasuk Laporan Management PLN tahun 2004. Pak Roes masih ingat?

Saksi (RA) : Begini kalau laporan tahun buku berarti itu laporan yang harus disetujui oleh RUPS dengan berdasarakan laporan keuangan auditing. Jadi dari laporan audit itu nanti ada nilainya apa, kemudian setelah itu RUPS keuangan tersebut, laporan keuangan itu, itu melakukan acquit et de charge.

PH (MR) : Itu untuk tahun 2004 ya?

Saksi (RA) : Oh nggak. Selalu ada setiap tahun.

PH (MR) : Oh sebentar. Kemudian juga untuk tahun 2006 RUPS tahun 2005, ini juga disebutkan disini laporan tahunan yang disampaikan mengenai keadaan jalannya perseroan 2005 jadi menyetujui dan mengesahkan Ini dokumen yang kami miliki seperti ini.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Saksi (RA) : Supaya jelas, RUPS itu ada dua, dua kali di dalam setahun. Pertama adalah RUPS RKAP, pertengahan tahun Juni, itu adalah RUPS laporan Keungan. Untuk menyetujui kegiatan BUMN tahun sebelumnya.

PH (MR) : Nah yang saya tanyakan itu, soal adanya persetujuan dan pengesahan dari pemegang saham terhadap laporan tahunan yang disampaikan oleh direksi. Dan ini ada dokumennya, gitu.

Saksi (RA) : Iya.

PH (MR) : Kemudian pertanyaan saya selanjutnya ya, kepada Pak Roes ya, tadi dikatakan bahwa RUPS itu sealu diminta oleh Direksi, setelah mendapat saran dari Dewan Komisaris?

Saksi (RA) : Betul

PH (MR) : Saran dari Dewan Komisaris itu dilakukan secara tertulis?

Saksi (RA) : Untuk RUPS RKAP, mereka menandatangani RKAP, lalu untuk RUPS tahunan, itu ada sebelum tahun 2007, itu dilakukan berdasarkan tertulis, ya. Setelah tahun 2007, itu dilakukan langsung di dalam RUPS tersebut dimana Dewan Komisarisnya melaporkan laporan pengawasan dari Dewan Komisaris yang ditandatangani oleh dewan komisaris.

PH (MR) : Diluar yang ke dua RUPS itu masih ada nggak RUPS selain yang dua tadi? Tidak ada?

Saksi (RA) : Tidak ada. Kecuali, jadi karena ini adalah non Tbk, tadi Pak Menteri, Pak Laksamana menyatakan kewenangan persetujuan itu ada dua, persetujuan formil dan persetujuan umum. Mengenai laporan keuangan dan segala macam. Kalau yang formil itu yang berdampak signifikan tadi, itu harus ada surat dari Menteri BUMN. Harus ada surat. Bukan hanya persetujuan di RUPS RKAP saja.

PH (MR) : RUPS yang selalu diminta oleh Direksi, setelah mendapat saran dari Dekom, itu apakah secara tegas dikemukakan oleh Dekom dalam sarannya itu untuk perlu dilakukannya atau dimintanya RUPS oleh Direksi kepada Pemegang Saham?

Saksi (RA) : Tidak ada Dewan Komisaris itu melakukannya secara spesifik. Di dalam pengawasan mereka selalu meliputi semua kegiatan bisnis oleh Direksi dan mereka melakukan pengawasan. Jadi pasti mereka

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

melakukan pengawasan itu. Pertama adalah atas laporan dari Direksi, kedua atas kegiatan yang mereka awasi sendiri. Kalau mereka merasa ini ada sesuatu yang ganjil, ya Dewan Komisaris harus melakukan itu.

PH (MR) : Oke, kalau ada sesuatu yang dianggap ganjil, Dewan Komisaris menyampaikan kepada Direksi untuk melakukan RUPS gitu? Misalnya seperti itu?

Saksi (RA) : Bukan, RUPS hanya oleh pemegang saham.

PH (MR) : Iya, maksud saya itu saran dari Dewan Komisaris kepada Direksi, karena menganggap ada sesuatu yang ganjil untuk dilakukan RUPS maksud saya seperti itu.

Saksi (RA) : Jadi begini, setiap RUPS itu kan ada agendanya. Agendanya kan dibuat oleh Direksi, terus dimintakan persetujuannya kepada Dewan Komisaris. Baru seteleh itu dikirim ke Kementrian dalam hal ini ke Kementrian Negara BUMN.

PH (MR) : Ya baik. Masih kepada Pak Roes ya. Pak Roes apakah pernah melihat ada laporan, laporan keuangan konsolidasian PLN yang dibuat oleh laporan auditor independen ya, BPK dalam hal ini, untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005? Pernah gak dilaporin tentang adanya laporan- (dipotong oleh Saksi RA)

Saksi (RA) : Dari BPK?

PH (MR) : Ya. Ini isinya adalah tentang pelaksanaan pekerjaan Roll Out Costumer Information System, Rencana Induk Sistem Informasi pada PLN Disjaya dan Tangerang belum optimal dan ada lebih bayar sebesar Rp. 530,96 juta rupiah. Ada laporan dari BPK seperti itu. Pernah terima gak?

Saksi (RA) : Jadi begini, BPK….. (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Pertanyaannya begini Pak, pernah terima gak laporan itu?

Saksi (RA) : Laporan….

Hakim Ketua : Seperti yang dibaca penasihat hukum tadi. Pernah terima tidak?

Saksi (RA) : Begini Pak, jadi laporan itu oleh BPK, itu pasti diserahkan kepada DPR dulu Pak.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Hakim Ketua : Tidak, saudara begini aja, jangan kemana-mana, jangan normatif Pak.

Saksi (RA) : Ok. Saya tidak pernah lihat itu.

Hakim Ketua : Bapak ini sebagai saksi fakta lho, menerangkan apa yang bapak alami disitu ya, jangan normatif.

Saksi (RA) : Tidak , tidak, saya tidak mendapatkan itu.

Hakim Ketua : Pernah tidak?

Saksi (RA) : Tidak

Hakim Ketua : Pertanyaan yang lain?

PH (MR) : Kalau mendengar Pak?

Saksi (RA) : Tidak

PH (MR) : Baik, masih kepada Pak Roes ya. Pak Roes tadi di dalam BAP No. 10, secara tegas bapak menyampaikan bahwa mengutip tentang Anggaran Dasar Perseroan Pasal 11, tentang tugas dan wewenang Direksi ayat 9, di dalam BAP Bapak No.10 ini yang berbunyi “Perbuatan-perbuatan di bawah ini dan seterusnya…” Bapak mengetahui adanya Anggaran Dasar PT.PLN yang No.70 tanggal 27 Januari 1998 kapan Pak?

Saksi (RA) : Pada saya menjadi Deputi tahun 2001, saya melakukan RUPS pertama itu di tahun 2002, RKAP. Di situ saya harus melihat yang namanya Anggaran Dasar.

PH (MR) : Sejak tahun 2001 sudah tahu ya?

Saksi (RA) : 2001

PH (MR) : Kemudian, berkaitan dengan Anggaran Dasar yang tadi saya sampaikan, di sini kan disebutkan “mengadakan kerja sama dengan badan usaha atau pihak lain berupa kerja sama operasi, kontrak management, bangun guna serah, bangun guna milik dan perjanjian-perjanjian lain yang mempunyai dampak keuangan bagi perseroan yang berlaku untuk jangka waktu lebih dari satu tahun”. Nah ini harus ada persetujuan dari RUPS, tadi berulang kali sudah bapak sampaikan kepada majelis dalam persidangan ini. Nah pertanyaan saya, ini kan ada 2 komponen ini Pak ya, dalam menurut

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

apa, menurut Anggaran Dasar ini, dampak keungan bagi perseroan yang berlaku dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus usaha. Nah pertanyaan saya, apakah dampak keuangan ini selalu menjadi faktor untuk selalu dimintakan persetujuan kepada RUPS? Apakah harus selalu?

Saksi (RA) : Jadi begini Pak, di dalam Anggaran Dasar, itu jelas, setiap kegiatan atau proyek yang berkelanjutan dalam hal ini multi years, itu harus mendapat keputusan RUPS, dalam hal ini Surat Keputusan Menteri Negara BUMN selaku kuasa pemegang saham.

PH (MR) : Persoalannya kan di dampak keuangan itu Pak.

Saksi (RA) : Tidak melihat itu, disitu ditekankan di Anggaran Dasar, segala kegiatan ataupun proyek.. (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Pertanyaan saudara itu penilaian Anggaran Dasar ya. Itu adalah penilaian di dalam Angaran Dasar ya. Saksi ini adalah saksi fakta, pertanyaan itu adalah menyangkut penilaian terhadap Anggaran Dasar, biar Majelis yang akan menilainya.

PH (MR) : Jadi kami mohon Pak, di dalam jawaban-jawaban beliau ini banyak sekali pendapat yang-

Hakim Ketua : Iya, sudah berulang-ulang majelis katakan, hal-hal yang menyangkut pendapat, penafsiran, tidak akan menjadi acuan daripada majelis! Saya ingatkan ya, sidang ini kan, saksi ini kan saksi fakta, menyangkut masalah fakta apa yang diketahui, itu saja! Jangan menurut penilaian-penilaian! Berulang-ulang kali majelis katakan, majelis tidak akan terpengaruh! Jangankan begini, Ahli saja majelis Tidak akan terpengaruh! Ajukan pertanyaan yang diketahui saksi fakta!

PH (MR) : Dari kami cukup mungkin. Ada tambahan dari-

Hakim Ketua : Saya ingatkan pertanyaan fakta lho ya!

PH (DA) : Iya Yang Mulia. Makasih Yang Mulia. Saksi Pak Roes, sehubungan dengan BAP yang Bapak lakukan dan jawab pemeriksaan di KPK, dan dijawab di BAP 14 khususnya 17 dan 18, disitu jawaban bapak mengatakan, bahwa intensi penunjukkan langsung harus mendapat persetujuan RUPS. Pertanyaan saya, di mana ketentuan itu Bapak ketahui?

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Saksi (RA) : Saya tidak pernah tahu itu hal penunjukkan langsung harus ada persetujuan RUPS. Darimana itu?

PH (DA) : Dari jawaban Bapak yang disampaikan di BAP- (dipotong oleh HakimKetua)

Hakim Ketua : Kalau jawaban yang saudara bacakan tadi kan pendapat dia.

PH (DA) : Di dalam jawaban yang ada di BAP ini Yang Mulia, beliau meng-quote bunyi Anggaran Dasar.

Hakim Ketua : Ya nanti itu majelis yang akan menilai! itu kan menurut pendapat dia.

PH (DA) : Apakah saudara saksi mengetahui tentang proses, tata cara penunjukkan langsung di PLN?

Saksi (RA) : Tidak tahu.

PH (DA) : Tidak tahu. Terima kasih Yang Mulia. Jadi jawabannya tidak tahu.

Hakim Ketua : Saudara terdakwa ada pertanyaan?

PH (MI) : Kami masih ada satu pertanyaan lagi kepada Pak Roes. Satu pertanyaan dengan berikutnya Yang Mulia. Khusus mengenai kontrak multi years, ini kan masih belum jelas kepada kita dari Pak Roes ini. Sepengetahuan saudara saksi ini, kontrak multi years yang harus mendapat persetujuan dari pemegang saham itu kriterianya seperti apa?

Hakim Ketua : Tahu Pak?

Saksi (RA) : Saya tidak tahu mengenai kriteria, yang jelas adalah multi years.

PH (MI) : Sepanjang Pak Roes menjadi wakil kuasa pemegang saham, apakah pernah pihak PT. PLN yang melakukan perjanjian dengan pihak lain misalnya sewa rumah, sewa tempat untuk kantor yang lebih dari satu tahun atau lebih dari 2 tahun. Pernah secara khusus dimintakan persetujuan kepada RUPS?

Saksi (RA) : Tidak pernah. Dan saya tidak pernah tahu itu.

PH (MI) : Misalnya untuk perkantoran tidak pernah tahu ya? Baik.

PH (MR) : Pak ada satu tambahan, satu aja. Terima kasih Yang Mulia. Di dalam jawaban pertanyaan No 15 ada beberapa proyek yang mendapatkan

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

persetujuan dari Menteri Negara BUMN, ini antara lain adalah pinjaman dari JBIC dan seterusnya. Surat persetujuan dari Menteri Negara BUMN dari oleh Pak Sugiharto. Yang pertama tadi dari Pak Laks, kemudian ada Pak Sugiharto, kemudian ada persetujuan dari Pak Sofyan Djalil. Bapak masih ingat ya pak dalam BAP saudara?

Saksi (RA) : Betul.

PH (MR) : Ini nilai kontraknya berapa seingat bapak?

Saksi (RA) : Wah saya sih nggak inget. Saya harus baca lagi.

Hakim Ketua : Cukup? Terdakwa? Saya ingatkan saudara terdakwa untuk tidak normatif pertanyaannya. Ini saksi fakta lho ya.

Terdakwa : Terima Kasih Yang Mulia. Pak Roes, saya hanya ingin menyoroti satu aspek saja.Yaitu mengenai Outcourcing, apakah Pak Roes ingat bahwa pada RUPS RKAP 2003, ada pengarahan Pemegang Saham, dimana dikatakan bahwa Direksi harus berupaya membatasi jumlah pegawai tetap PLN, sehingga di proyek induk dalam tempo 2 tahun harus menjadi maksimal 500 orang, sedangkan kebutuhan SDM lainnya dilakukan dengan Outsourcing. Bapak ingat itu?

Saksi (RA) : Ingat. Itu dasarnya adalah keterangan dari Direktur SDM.

Terdakwa : Apakah ini persetujuan atau perintah?

Saksi (RA) : Itu bisa dimengerti sendiri. Tidak ada, itu hanya Outsourcing secara total untuk efisiensi perusahaan.

Terdakwa : Jadi, bisa tidak karena ini masuk dalam keputusan tertulis RUPS tahun 2003, RUPS RKAP 2003 Pak, bukan 2004, setahun sebelum Bapak sudah menyebutkan dilakukan Outsourcing. Kemudian di tahun 2004 tadi sudah dibacakan, RUPS RKAP 2004 bapak kembali manyatakan hal yang sama. Tetapi kali ini menyatakan “Direksi harus melakukan Outsourcing”.

Saksi (RA) : Betul, karena Direksi kami amati tidak melakukan perintah RUPS pada tahun 2003.

Terdakwa : Jadi ini perintah Pak ya? Baik.

Saksi (RA) : Ya

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Terdakwa : Baik. Apakah bapak tahu yang kita bicarakan hal ini adalah pekerjaan Outsourcing Roll Out CIS RISI.

Saksi (RA) : Tidak. Kita berdiskusi masalah yang umum.

Terdakwa : Apakah Bapak tahu, Bapak diperiksa di KPK menanda tangani BAP dalam perkara Outsourcing?

Saksi (RA) : Oh jelas, kalau KPK iya. Karena saya diberitahun oleh KPK.

Terdakwa : Baik, terima kasih. Saya kira cukup Yang Mulia.

Hakim Ketua : Silahkan bukti, ada yang mau ditunjukkan?

PU : Tidak ada yang Mulia.

Hakim Ketua : Tidak ada? Tanggapan saudara terdakwa atas keterangan saksi ini bagaimana?

Terdakwa : Akan kami sampaikan dalam pembelaan yang Mulia.

Hakim Ketua : Dalam pembelaan. Masih ada yang mau disampaikan pak?

Saksi-Saksi : Tidak ada pak.

Hakim Ketua : Silahkan meninggalkan ruang sidang.

PH (MI) : Yang Mulia, sebentar Yang Mulia. Kami ingin menunjukkan bukti-bukti mengenai RKAP ini tadi kepada pak Roes.

Hakim Ketua : Silahkan. Sini.

PH (MI) : Terima kasih.

Hakim Ketua : Sini pak.

(Saksi RA, Terdakwa, PH, dan PU mendatangi meja majelis)

Hakim Ketua : Betul itu RKAP-nya itu pak? Tahu?

Saksi (RA) : Tahu pak.

Hakim Ketua : Ya sudah.

Terdakwa : Ada ... (kata yang di ucapkan Terdakwa kurang jelas karena tidak menggunakan mic) Pendapat Dekom.

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011

Hakim Ketua : Jangan.. jangan lagi. Bukti ini benar tidak?

Saksi (RA) : Ya.

Hakim Ketua : Ya sudah. Bukan menilai isinya lagi. Nanti isinya kita yang ini kan. kan.

Terdakwa : 2003? Yang tadi saya sebut. Menyangkut outsourcing?

Saksi (RA) : Ya.

Terdakwa : 2002?

Saksi (RA) : Ya.

Terdakwa : 2004? Laporan management?

Saksi (RA) : Ya.

PH (RJ) : Pernyataan keputusan rapat pernah melihat pak? Ini dari notaris kan?

Saksi (RA) : Iya. Saya juga ikut menandatangani.

Hakim Ketua : Tidak ada tanda tangan bapak di sana. Itu notaris. Tidak akan ada tanda tanda tangan bapak di situ.

Terdakwa : RUPS RKAP 2002? Ada tanda tangan bapak.

Saksi (RA) : Betul.

Terdakwa : (Suara terdakwa kurang terdengar jelas)

PH (DA) : Beliau tahunya bukan 2008, CIS RISI pak ya.

Hakim Ketua : Sudah selesai ini? Silahkan duduk.

(Saksi RA, Terdakwa, PH, dan PU kembali ke tempat semula)

Hakim Ketua : Ya silahkan pak, meninggalkan ruang sidang.

(Saksi-Saksi meninggalkan ruang persidangan)

MAQDIR ISMAIL & PARTNERS Selasa, 1 November 2011