selamat datang di website pelayan terpadu satu pintu.docx

12
Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Administrasi Jakarta Pusat Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Administrasi Jakarta Pusat merupakan pusat pelayanan pengurusan semua jenis perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah di tingkat Kota Administrasi Jakarta Pusat. Dengan metoda baru dalam pelayanan dan ditunjang falisitas berbasis teknologi informasi, kami siap melayani anda dalam pengurusan berbagai jenis perijinan di lingkungan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat. Segalanya telah di permudah dan semuanya telah dibuat jelas untuk anda, maka uruslah ijin anda sekarang juga. Bagaimana Cara Mengurus Ijin? Pertama-tama bacalah prosedur pengurusan ijin. Anda dapat mempersiapkan segala persyaratan yang diminta dan melengkapi formulir yang disediakan, kemudian dokumen permohonan yang sudah lengkap diserahkan langsung ke Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kantor Walikota Jakarta Pusat Prosedur Perijinan Tata Cara Pengajuan dan Proses Perijinan : 1. Pemohon mengajukan permohonan izin kepada Walikota Jakarta Pusat menggunakan formulir permohonan izin yang telah

Upload: marselinuslangi

Post on 02-Jan-2016

566 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu.docx

Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Administrasi Jakarta Pusat

Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Administrasi Jakarta Pusat merupakan pusat pelayanan pengurusan semua jenis perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah di tingkat Kota Administrasi Jakarta Pusat. Dengan metoda baru dalam pelayanan dan ditunjang falisitas berbasis teknologi informasi, kami siap melayani anda dalam pengurusan berbagai jenis perijinan di lingkungan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat. Segalanya telah di permudah dan semuanya telah dibuat jelas

untuk anda, maka uruslah ijin anda sekarang juga.

Bagaimana Cara Mengurus Ijin?

Pertama-tama bacalah prosedur pengurusan ijin. Anda dapat mempersiapkan segala persyaratan yang diminta dan melengkapi formulir yang disediakan, kemudian dokumen permohonan yang sudah lengkap diserahkan langsung ke Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kantor Walikota Jakarta Pusat

Prosedur PerijinanTata Cara Pengajuan dan Proses Perijinan :

1. Pemohon mengajukan permohonan izin kepada Walikota Jakarta Pusat menggunakan  formulir permohonan izin yang telah disediakan. Pemohon mengisi formulir isian dan melengkapi syarat-syarat sesuai izin yang diinginkan.

2. Apabila syarat-syarat telah lengkap, dilakukan peninjauan lapangan untuk melakukan cross check dengan data yang diisikan dalam formulir pengajuan ijin.

3. Apabila hasil peninjauan lapangan belum sesuai dengan data isian dalam formulir, maka yang dipakai sebagai dasar penetapan retribusi adalah hasil peninjauan lapangan.

4. Setelah memenuhi persyaratan, maka akan dikeluarkan penetapan retribusi.5. Waktu pengambilan ijin dan besarnya retribusi akan disampaikan kepada pemohon

melalui Surat Pemberitahuan.6. Pembayaran Retribusi dan pengambilan ijin.

 

Page 2: Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu.docx

Bagan Alur Perijinan

Lihat Bagan Alur Perijinan : Bagan Alur

 

Syarat dan Informasi Perijinan

1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Detail 2. Izin Undang-Undang Gangguan Detail 3. Izin Undang-Undang Gangguan - Daftar Ulang Detail 4. Izin Usaha Industri Tanpa Persetujuan Prinsip Detail 5. Izin Usaha Jasa Konstruksi Detail 6. Kelayakan Menggunakan Bangunan Detail 7. Ketetapan Rencana Kota; Rencana Tata Letak Bangunan Detail 8. Surat Izin Usaha Perdagangan - Kecil_Menengah Detail 9. Tanda Daftar Industri Detail 10. Tanda Daftar Perusahaan - BUL Detail 11. Tanda Daftar Perusahaan - CV Detail 12. Tanda Daftar Perusahaan - KOP Detail 13. Tanda Daftar Perusahaan - PO Detail 14. Tanda Daftar Perusahaan - PT Detail 15. Upaya Pemantauan; Pengelolaan Lingkungan Detail

Kamis, 12 Februari 2009

PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP)

A. Pengertian PPTSP Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) adalah kegiatan penyelenggaraan jasa perizinan dan non-perizinan, yang proses pengelolaannya di mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap penerbitan ijin dokumen, dilakukan secara terpadu dalam satu tempat. Dengan konsep ini, pemohon cukup datang ke satu tempat dan bertemu dengan petugas front office saja. Hal ini dapat meminimalisasikan interaksi antara pemohon dengan petugas perizinan dan menghindari pungutan-pungutan tidak resmi jika ada masyarakat yang ingin memiliki ijin tinggal.

B.     Tujuan Penyelenggaraan PTSP Pembentukan penyelenggaraan PTSP pada dasarnya ditujukan untuk menyederhanakan birokrasi pelayanan perizinan dan non-perizinan dalam bentuk :

1. Mempercepat waktu pelayanan dengan mengurangi tahapan-tahapan dalam pelayanan yang kurang penting. Koordinasi yang lebih baik juga akan sangat berpengaruh terhadap percepatan layanan perizinan.

2. Menekan biaya pelayanan izin usaha, selain pengurangan tahapan, pengurangan biaya juga dapat dilakukan dengan membuat prosedur pelayanan serta biaya resmi menjadi lebih transparan.

Page 3: Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu.docx

3. Menyederhanakan persyaratan izin usaha industri, dengan mengembangkan sistem pelayanan paralel dan akan ditemukan persyaratan-persyaratan yang tumpang tindih, sehingga dapat dilakukan penyederhanaan persyaratan. Hal ini juga berdampak langsung terhadap pengurangan biaya dan waktu.

C.      Asas Penyelenggaraan PTSP 

1. Transparan, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti oleh usaha jasa.

2. Akuntabel, yaitu dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.Salah satu contoh dengan menggunakan jasa urus perijinan yang resmi

4. Kesamaan hak, yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.Dan juga warga yang ingin memiliki surat ijin membangun bangunan

5. Efisien, yaitu proses pelayanan perizinan pariwisata hanya melibatkan tahap-tahap yang penting dan melibatkan personil yang telah di tetapkan.

6. Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban, yaitu pemberi dan penerima pelayanan perizinan harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

7. Profesional, pemprosesan perizinan melibatkan keahlian yang diperlukan, baik untuk validasi administratif, verifikasi lapangan, pengukuran dan penilaian kelayakan, yang masing-masing prosesnya dilaksanakan berdasarkan tata urutan dan prosedur yang telah ditetapkan.

8. PPTSP versus PDPPM/PDKPM 9. Senin, 16 Juli 2012 10. PTSP menjadi “HOT Topic” dan “HOT Program” di dalam penyelenggaraan

pemerintahan saat ini dalam rangka mendukung peningkatan Iklim Investasi di Indonesia dan di Daerah pada khususnya. PTSP menjadi fungsi dari suatu kelembagaan/organisasi yang harus dilaksanakan diseluruh daerah baik Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Tetapi PTSP juga menjadi “PR” bagi daerah yang belum melaksanakan bahkan bagi daerah yang sudah melaksanakan menjadi “PR” untuk mengoptimalkan fungsi PTSP itu sendiri. 

11. Sudahkah PTSP dilaksanakan dengan baik di Pemerintah dan Pemerintah daerah ????? sementara pemahaman akan fungsi PTSP itu sendiri belum dipahami oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah secara utuh dan bersinergi ????

12. Implementasi PTSP menjadi “Rancu” ketika aturan mengenai PTSP menurut Kementerian dalam Negeri (Permendagri) dan Menurut BKPM-RI (UU 25/2007 dan Inpres 27/2009, Perka BKPM no. 11/2009 sebagaimana terakhir diubah dengan Perka BKPM no. 6/2011) diartikan berbeda oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah. Undang-Undang 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, penyelenggaraan pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi pelaksanaan pelayanan, pengelolaan pengaduan masyarakat, pengelolaan informasi, pengawasan internal, penyuluhan kepada masyarakat dan pelayanan konsultasi. Ruang lingkup pelayanan publik menurut undang-undang ini meliputi pelayanan publik dan jasa publik serta pelayanan administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan pelayanan publik hendaknya berdasarkan asas :

13. 1.     Kepentingan umum;14. 2.     Kepastian hukum;

Page 4: Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu.docx

15. 3.     Kesamaan hak;16. 4.     Keseimbangan hak dan kewajiban;17. 5.     Keprofesionalan;18. 6.     Partisipatif;19. 7.     Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;20. 8.     Keterbukaan;21. 9.     Akuntabilitas;22. 10.   Fasilitas dan perlsakuan khusus bagi kelompok rentan;23. 11.   Ketepatan waktu;24. 12.   Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan;25.  26. Pasal 9 UU no.25/2009 menyatakan dalam rangka mempermudah

penyelenggaraan berbagai bentuk pelayanan publik, dapat dilakukan penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu.

27. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR  24 TAHUN 2006TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU pasal 1 angka 11 menyatakan :

28. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sarnpai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat.

29. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL pasal 1 angka 4 menyatakan :

30. Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan suatu Perizinan dan Nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

31. Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara PAN-RB dan Kepala BKPM Nomor : 570/3727A/SJ, SE/08/M.PAN-RB/9/2010, 12 Tahun 2010 tentang Sinkronisasi Pelaksanaan Pelayanan Penanaman Modal di Daerah menjadi dasar untuk memperkuat pemahaman dan pelaksanaan PTSP di Pemerintah dan/atau Pemerintah daerah.

32. Kelembagaan33. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR  57 TAHUN  2007 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH34. Perangkat daerah yang melaksanakan perijinan.35. 1.  Dalam meningkatkan dan keterpaduan pelayanan masyarakat dibidang

perijinan yang bersifat lintas sektor dibentuk unit pelayanan terpadu, yang merupakan gabungan dari unsur-unsur sektor terkait tersebut.

36. 2.  Unit pelayanan terpadu tersebut didukung oleh Sekretariat sebagai bagian dari perangkat daerah.

37. 3. Pedoman organisasi dan tata kerja unit pelayanan terpadu tersebut, yang mengatur tugas, fungsi, susunan organisasi dan eselon lebih lanjut ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Menteri yang membidangi Pendayagunaan Aparatur Negara.

38. Pasal 1 angka 13  Permendagri Nomor 20 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata kerja unit pelayanan perijinan terpadu di daerah.  Unit

Page 5: Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu.docx

pelayanan perijinan terpadu adalah bagian perangkat daerah berbentuk Badan dan/atau Kantor pelayanan perijinan terpadu, merupakan gabungan dari unsur-unsur perangkat daerah yang mempunyai kewenangan di bidang pelayanan perijinan.

39. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR  24 TAHUN 2006TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTUPasal 1 angka 6 menyatakan :

40. Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu, selanjutnya disingkat PPTSP adalah perangkat pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola sernua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di daerah dengan sistem satu pintu.

41. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL pasal 1 angka 7 dan 8 menyatakan :

42. Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal, yang selanjutnya disingkat PDPPM adalah unsur pembantu kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, dengan bentuk sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintah provinsi, yang menyelenggarakan fungsi utama koordinasi di bidang Penanaman Modal di pemerintah provinsi.

43. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal, yang selanjutnya disingkat PDKPM adalah unsur pembantu kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota, dengan bentuk sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintah kabupaten/kota, yang menyelenggarakan fungsi utama koordinasi di bidang Penanaman Modal di pemerintah kabupaten/kota.

44. Pelimpahan kewenangan45. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR  24 TAHUN 2006

TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU46.

Pasal 6 menyatakan :47. Bupati/Walikota mendelegasikan kewenangan penandatanganan

perizinan dan non perizinan kepada Kepala PPTSP untuk mempercepat proses pelayanan.

48. Pasal 7 menyatakan :49. (1) Lingkup tugas PPTSP meliputi pemberian pelayanan atas semua hentuk

pelayanan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan Kabupaten / Kota.50. (2) PPTSP mengeiola administrasi perizinan dan non perizinan dengan

mengacu pada prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan kearnanan berkas.51. Pasal 8 menyatakan :52. Perangkat Daerah yang secara teknis terkait dengan PPTSP berkewajiban dan

bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan atas pengelolaan perizinan dan non perizinan sesuai dengan bidang tugasnya.

53. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL pasal 6 sampai dengan pasal 13 menyatakan :

54. Pendelegasian Wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban, dan pertanggungjawaban Perizinan dan Nonperizinan, termasuk penandatanganannya atas nama pemberi wewenang, oleh:

55. a. Menteri Teknis/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) kepada Kepala BKPM;

56. b. Gubernur kepada kepala PDPPM; atau

Page 6: Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu.docx

57. c. Bupati/Walikota kepada kepala PDKPM, yang ditetapkan dengan uraian yang jelas.

58. Pelimpahan Wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban, dan pertanggungjawaban Perizinan dan Nonperizinan, termasuk penandatanganannya atas nama penerima wewenang, oleh:

59. a. Menteri Teknis/Kepala LPND kepada Kepala BKPM sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; atau

60. b. Kepala BKPM kepada Gubernur sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat (8) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang ditetapkan dengan uraian yang jelas.

61. Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal oleh Pemerintah dilaksanakan oleh BKPM.

62. Dalam menyelenggarakan PTSP di bidang Penanaman Modal: 63. a. Kepala BKPM mendapat Pendelegasian atau Pelimpahan Wewenang dari

Menteri Teknis/Kepala LPND yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang merupakan urusan Pemerintah di bidang Penanaman Modal; dan

64. b. Menteri Teknis/Kepala LPND, Gubernur atau Bupati/ Walikota yang berwenang mengeluarkan Perizinan dan Nonperizinan di bidang Penanaman Modal dapat menunjuk Penghubung dengan BKPM.

65. Pendelegasian atau Pelimpahan Wewenang sebagaimana dimaksud ditetapkan melalui Peraturan Menteri Teknis/Kepala LPND.

66. Pelimpahan Wewenang sebagaimana dimaksud diatas dapat memuat pemberian hak substitusi kepada Kepala BKPM. Kepala BKPM memberikan rekomendasi kepada Menteri/Kepala LPND, untuk mendapatkan Perizinan dan Nonperizinan yang berdasarkan undang-undang tidak dilimpahkan

67. Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal oleh pemerintah provinsi dilaksanakan oleh PDPPM.

68. Dalam menyelenggarakan PTSP di bidang Penanaman Modal, Gubernur memberikan Pendelegasian Wewenang, pemberian Perizinan dan Nonperizinan di bidang Penanaman Modal yang menjadi urusan pemerintah provinsi kepada kepala PDPPM.

69. Urusan pemerintah provinsi sebagaimana dimaksud meliputi: 70. a. Urusan pemerintah provinsi di bidang Penanaman Modal yang ruang

lingkupnya lintas kabupaten/kota berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi; dan

71. b. Urusan Pemerintah di bidang Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) yang diberikan Pelimpahan Wewenang kepada Gubernur.

72. Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal oleh pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh PDKPM.

73. Dalam menyelenggarakan PTSP di bidang Penanaman Modal sebagaimana dimaksud, Bupati/Walikota memberikan Pendelegasian Wewenang pemberian Perizinan dan Nonperizinan di bidang Penanaman Modal yang menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota kepada kepala PDKPM.

74. Sistem Pelayanan75. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR  24 TAHUN 2006 TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU pasal tentang KETERBUKAAN INFORMASI Pasal 15 menyatakan :

76. (1) PPTSP memiliki basis data dengan menggunakan sistem manajemen informasi.

Page 7: Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu.docx

77. (2) Data dari setiap perizinan dan non perizinan yang diselesaikan oleh PPTSP disampaikan kepada perangkat daerah teknis terkait setiap bulan.

78. Pasal 16 menyatakan :79. (1) PPTSP wajib menyediakan dan menyebarkan informasi berkaitan dengan

jenis pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisrne, penelusuran posisi dokumen pada setiap proses, biaya dan waktu perizinan dan non perizinan, serta tata Cara pengaduan, yang dilakukan secara jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat.

80. (2) Penyebarluasan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh PPTSP dengan melibatkan aparat pemerintah kecamatan, desa, dan kelurahan.

81. Pasal 17 menyatakan :82. Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan informasi jcnis pelayanan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dapat diakses oleh masyarakat dan dunia usaha.

83. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL , SISTEM PELAYANAN INFORMAS1 DAN PERIZINAN INVESTASI SECARA ELEKTRONIK Pasal 19 sampai dengan pasal 27 menyatakan :

84. Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal didukung oleh SPIPISE. Penanam Modal yang mengajukan permohonan Perizinan dan Nonperizinan secara elektronik sebagaimana dimaksud, menerima Perizinan dan Nonperizinan secara elektronik melalui SPIFISE. Perizinan dan Nonperizinan berupa dokumen elektronik, merupakan alat bukti hukum yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan pemndang-undangan di bidang informasi dan transaksi elektronik.

85. BKPM membangun dan mengelola SPIPISE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, yang terdiri atas:

86. a. Sistem otomasi elektronik penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal; dan

87. b. Informasi Penanaman Modal. (2)Sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf a mencakup aplikasi otomasi proses kerja (business process) pelayanan Perizinan dan Nonperizinan. 

88. Dalam mengelola SPIPISE, BKPM mempunyai kewajiban: 89. a. Menjamin SPIPISE beroperasi secara terms menerus sesuai standar tingkat

layanan, keamanan data, dan informasi; 90. b. Menjaga SPIPISE agar sebagui aset Pemerintah tidak berpindah tangan

kepada pihak lain; 91. c. Melakukan manajemen sistem aplikasi otomasi proses kerja (business

process) pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, serta data dan informasi; 92. d. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi pertukaran data dan informasi

secara langsung (online) di antara Kementerian/ LPND, PDPPM dan PDKPM yang menggunakan SPIPISE;

93. e.  Melakukan tindakan untuk mengatasi gangguan terhadap SPIPISE; 94. f. Menyediakan jejak audit (audit trail); dan g.menjamin keamanan dan

kerahasiaan data dan informasi yang disampaikan Kementeriad LPND, PDPPM, dan PDKPM melalui SPIPISE.

95. Implementasi saat ini96. Pemahaman atas pelaksanaan PTSP apakah harus digabungkan fungsi PTSP

yang melaksanakan perizinan dan non perizinan menurut versi PPTSP dengan PDPPM/PDKPM masih berbeda dan belum satu persepsi, sehingga terlihat dari :

Page 8: Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu.docx

97. 1. Kelembagaan yang masih terpisah antara fungsi PTSP yang menyelenggarakan perizinan dan nonperizinan Penanaman Modal menurut Perpres no. 27 tahun 2009 dengan perizinan dan nonperizinan menurut Permendagri no. 24 tahun 2006. Penyebutan nomenklatur kelembagaan akhirnya bermacam-macam.  Kelembagaan yang tidak menyebutkan kata Pelayanan Terpadu atau Pelayanan Terpadu Satu Pintu di anggap belum melaksanakan fungsi PTSP, padahal lembaga nya telah melaksanakan pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal. Pelaksanaan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal diselenggarakan oleh lembaga Penanaman Modal, penyelenggaran perizinan dan nonperizinan sektoral/teknis dilaksanakan oleh lembaga Badan/Kantor/Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Ada kelembagaan yang sudah menyatukan pelayanan perizinan dan nonperizinan menurut PPTSP dan PDPPM/PDKPM.

98. 2. Pelimpahan kewenangan atau pendelegasian kewenangan ada yang sudah secara utuh di serahkan dan ada juga yang belum secara utuh di serahkan, seperti penandatangan nya masih belum diserahkan ke PPTSP dan/atau PDPPM/PDKPM.

99. 3. Sistem pelayanan masih terpisah antara SPIPISE dengan sistem perizinan dan nonperizinan sektoral/teknis. Contoh izin-izin dasar kegiatan usaha seperti SIUP, TDP, IMB dan UUG/HO , daerah menggunakan sistem informasi pelayanan terpadu (SIMYANDU)  dan terpisah dengan pelayanan perizinan penanaman modal seperti Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal dan Izin Usaha Penanaman Modal yang sudah online dengan BKPM-RI dengan nama Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.  Bahkan masih banyak daerah yang masih melaksanakan pelayanan administrasi perizinan dan nonperizinan secara manual.

100. Kesimpulan101. PPTSP dan/atau PDPPM/PDKPM dilihat dari kelembagaan nya harus disatukan

mengingat fungsi PTSP nya sama yaitu dalam penyelenggaraan perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang secara utuh termasuk penandatangan nya dari Kepala Daerah atau lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

102. Guna efesiensi dan efektivitas penggunaan sistem serta dapat dilakukan pelayanan secara paralel dan sinergi maka dapat dilakukan penyatuan sistem informasi pelayanan perizinan dan nonperizinan sehingga asas percepatan, ketepatan , kemudahan, transparansi/keterbukaan dan akuntabel dapat terwujud.

103. “PELAYANAN PUBLIK YANG BAIK...... BUKTI REFORMASI BIROKRASI”104. Penulis: Maria Agustina (BPMPT-KKR), Juli 2012

105. 105 Peserta Diklat PTSP Kemendagri Kunjungi PPTSP

106. D. HARDJAKUSUMAH (GM) - Sebanyak 105 peserta Diklat Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSP) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI, mengunjungi Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kota Cimahi. Kunjungan mereka untuk mengetahui lebih jauh tentang PPTSP Kota Cimahi yang telah dijadikan percontohan nasional.

Rombongan peserta diklat yang mengendarai dua bus besar, tiba di kompleks perkantoran Pemkot Cimahi, Jln. Demang Hardjakusumah, Cimahi, Rabu (20/3) pukul 09.00 WIB. Mereka diterima Asisten Bidang Pemerintahan Pemkot Cimahi, Tata Wikanta di Aula

Page 9: Selamat Datang di Website Pelayan Terpadu Satu Pintu.docx

Gedung A Pemkot Cimahi. Rombongan kemudian menuju kantor PPTSP Pemkot Cimahi di Gedung C.

Para peserta menerima penjelasan seputar PPTSP Kota Cimahi dari Endang Hidayat selaku Kepala PPTSP Kota Cimahi. Endang menjelaskan bagaimana PPTSP mulai dirintis, sistem manajemen, dan penerapan disiplin pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat hingga meraih penghargaan nasional.

Namun ketika wartawan ingin menanyakan lebih jauh mengenai PPTSP yang menjadi unggulan Pemkot Cimahi tersebut, Endang enggan menanggapi dengan alasan sibuk. "Silakan saja menanyakan kepada rombongan (peserta diklat) dari Kemendagri," ujarnya.

Sementara menurut salah seorang peserta diklat dari PTSP Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan, Rahmaniyah, PPTSP Kota Cimahi sudah dikenal sehingga sering menjadi sasaran studi banding. Karena itu dia jauh-jauh datang dari Sinjai bersama peserta diklat lainnya.

"Kami sudah mendengar informasi tentang PPTSP Kota Cimahi yang katanya sering menjadi objek studi banding. Karena itu kami ingin mengetahui lebih jauh, bagaimana sistem manajemen yang diterapkan di PPTSP Cimahi," ungkapnya.

SKPD mandiri

Dikatakan Rahmaniyah, di Kab. Sinjai PTSP belum menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersendiri, melainkan masih di bawah Badan Penanaman Modal (BPM). Rencananya, lanjutnya, Pemerintah Kabupaten Sinjau ingin menjadikan PTSP sebagai SKPD mandiri setingkat kantor atau dinas.

Ditambahkan Rahmaniyah, sesuai materi diklat, pihaknya ingin mengetahui lebih jauh tentang PPTSP, terutama dari aspek manajemen dan mekanisme pendirian menuju PTSP mandiri/SKPD tersendiri seperti yang telah dirintis PPTSP Kota Cimahi.

Pihaknya juga ingin mendalami masalah perizinan terpadu, termasuk strategi pengembangan perizinan biasa menjadi perizinan terpadu.

107. (B.35)**