sejarah perkembangan pt. pusri palembang

27
BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Ditinjau dari perlunya pupuk bagi pertanian Indonesia maka pemerintah merasa perlu untuk mendirikan pabrik-pabrik pupuk antara lain pabrik yang telah didirikan adalah PT Pupuk Sriwidjaja atau yang dikenal dengan sebutan PT Pusri. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang fokus di bidang produksi dan pemasaran produk utama pupuk. PT. Pupuk Sriwidjaja resmi dilegalisasi berdasarkan akta notaris Eliza Pondang bernomor 177 tertanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 46 tanggal 7 Juni 1960. Sedangkan Presiden Direktur pertama pada waktu itu dipegang oleh Ir. Ibrahim Zahier, dan beliau menggandeng Ir. Salmon Mustafa menjadi Direktur Utama. (Silabus PT. Pupuk Sriwidjaja, 2013). PT. Pusri yang dalam pembangunannya menggunakan modal pertama sebesar Rp. 10.000.000.000.000,- ini merupakan pabrik pupuk pertama yang dibangun di Indonesia dan sekaligus pionir (aspek teknologi dan sumber daya manusia) dalam industri pupuk di Indonesia. Pemancangan 5 Universitas Sriwijaya

Upload: permadi-waskito

Post on 13-Jul-2016

98 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

Sejarah dan Perkembangan

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

BAB 2

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

Ditinjau dari perlunya pupuk bagi pertanian Indonesia maka pemerintah

merasa perlu untuk mendirikan pabrik-pabrik pupuk antara lain pabrik yang telah

didirikan adalah PT Pupuk Sriwidjaja atau yang dikenal dengan sebutan PT Pusri.

Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang fokus di bidang

produksi dan pemasaran produk utama pupuk. PT. Pupuk Sriwidjaja resmi

dilegalisasi berdasarkan akta notaris Eliza Pondang bernomor 177 tertanggal 24

Desember 1959 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia

No. 46 tanggal 7 Juni 1960. Sedangkan Presiden Direktur pertama pada waktu itu

dipegang oleh Ir. Ibrahim Zahier, dan beliau menggandeng Ir. Salmon Mustafa

menjadi Direktur Utama. (Silabus PT. Pupuk Sriwidjaja, 2013).

PT. Pusri yang dalam pembangunannya menggunakan modal pertama sebesar

Rp. 10.000.000.000.000,- ini merupakan pabrik pupuk pertama yang dibangun di

Indonesia dan sekaligus pionir (aspek teknologi dan sumber daya manusia) dalam

industri pupuk di Indonesia. Pemancangan tiang pertama PT. Pusri dilakukan oleh

Presiden RI pertama Ir. Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1961 yang kemudian

diresmikan oleh Wakil Perdana Menteri I Chaerul Saleh atas nama Presiden RI pada

tanggal 4 Juli 1964. (Silabus PT. Pupuk Sriwidjaja, 2013).

Perusahaan pupuk pertama di Indonesia yang menempatkan pabriknya di

pinggiran Sungai Musi ini telah mengalami dua kali revisi bentuk badan usaha.

Revisi pertama yaitu berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 1964

yang mengubah status dari Perseroan Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Negara

(PN). Kemudian menurut Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1969, statusnya

dikembalikan ke bentuk PT setelah aktenya ditandatangani oleh Soeleman

Ardjasasmita pada Januari 1970.

5 Universitas Sriwijaya

Page 2: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

6

Pusri-I adalah plant pabrik urea-amonia pertama yang dibangun PT. Pupuk

Sriwidjaja. Sejak diresmikan pada 4 November 1960 dan melakukan produksi

pertamanya pada 16 Oktober 1963. Kapasitas terpasang pabrik Pusri-I adalah

100.000 ton/tahun Urea, walaupun pada akhir tahun 1963 Pusri-I hanya dapat

memproduksi 0,7 ton/hari urea dan 180 ton/hari amonia. Namun pada tahun 1964

Pusri-I dapat mencapai produksi sampai dengan 100,4% dari target produksi yang

ditetapkan.

Gambar 2.1 Areal Pabrik PT. Pupuk Sriwijaya Palembang (Silabus Pusri, 2013)

PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dalam hal mengimbangi kebutuhan pupuk

urea yang terus meningkat, melakukan perluasan pabrik. Perluasan pabrik dilakukan

dengan membangun Pusri-II pada tahun 1974 dengan kapasitas 380.000 ton/tahun

urea, Pusri-III pada tahun 1976 dan Pusri-IV pada tahun 1977 dengan kapasitas

masing-masing 570.000 ton/tahun urea. Kemudian Pusri-II dioptimalisasi dan

ditingkatkan kapasitasnya menjadi 552.000 ton/tahun Urea pada tahun 1992.

Keseluruhan konstruksi untuk Pusri-II, Pusri-III, dan Pusri-IV dilakukan oleh M.W.

Kellog Overseas (ammonia plant) dan Toyo Engineering Corporation (urea plant).

Pada tahun 1985, operasi pabrik Pusri-I dihentikan karena faktor usia dan

dinilai tidak efisien lagi. Pada tahun 1990 pabrik Pusri-I dirombak menjadi pabrik

Universitas Sriwijaya

Page 3: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

7

Pusri-IB oleh PT Rekayasa Industri dengan menggunakan teknologi Advanced Cost

and Energy Savings (ACES). Pusri-IB diresmikan pada tanggal 22 Desember 1994

oleh Presiden Soeharto. Pusri-IB menggunakan sistem kendali komputer Disributed

Control System. Pabrik Pusri-IB ini dibangun dengan kapasitas terpasang 570,000

ton/tahun Urea. Dalam rangka meningkatkan efisiensi pabrik pada tahun 1992

dilakukan program Ammonia Optimization Project (AOP) dan Urea Optimization

Program (UOP) dalam upaya optimasi produksi pada Pusri-II, Pusri-III, dan Pusri-

IV. Program yang dilakukan Pusri telah dapat membuahkan hasil dengan

meningkatkan jumlah produksi Amoniak dan Urea dengan mengurangi konsumsi

energi yang dibutuhkan. Dengan keberadaan empat pabrik yang dimiliki saat ini, PT

Pusri telah menjadi produsen pupuk Urea terbesar di Indonesia.

Untuk mengimbangi kebutuhan pupuk urea yang terus meningkat, PT Pupuk

Sriwidjaja Palembang melakukan perluasan pabrik. Perluasan pabrik dilakukan

dengan membangun Pusri-II pada tahun 1974 dengan kapasitas 380.000 ton/tahun

urea, Pusri-III pada tahun 1976 dan Pusri-IV pada tahun 1977 dengan kapasitas

masing-masing 570.000 ton/tahun urea. Kemudian Pusri-II dioptimalisasi dan

ditingkatkan kapasitasnya menjadi 552.000 ton/tahun Urea pada tahun 1992.

Keseluruhan konstruksi untuk Pusri-II, Pusri-III, dan Pusri-IV dilakukan oleh M.W.

Kellog Overseas (ammonia plant) dan Toyo Engineering Corporation (urea plant).

Setelah hampir 4 dekade berdiri, perusahaan ini lantas ditunjuk menjadi

perusahaan induk (holding company) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.28

tanggal 7 Agustus 1997. Perubahan status ini menyebabkan PT. Pupuk Sriwidjaja

(Persero) juga mengalami perubahan dalam hal permodalan. Seluruh saham

pemerintah pada industri pupuk nasional, yakni PT Pupuk Kujang, PT Pupuk

Iskandar Muda, PT Pupuk Kalimantan Timur (Tbk), dan PT Petrokimia Gresik

sebesar Rp 1,83 triliun dialihkan kepemilikannya kepada PT Pupuk Sriwidjaja

(Persero). Lebih jauh lagi, modal perusahaan kemudian diperkuat lagi dengan adanya

pengalihan saham sebesar Rp. 6 miliar dari PT Mega Eltra dan tambahan modal

Universitas Sriwijaya

Page 4: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

8

disetor sebesar Rp 729 miliar dari hasil rekapitalisasi laba ditahan PT Pupuk Kaltim

Tbk. (Hasbiama, 2000)

Dengan adanya peralihan tersebut yang dilakukan secara bertahap, maka

keseluruhan modal yang disetor dan ditempatkan ke PT Pupuk Sriwidjaja (Persero)

per 31 Desember 2002 mencapai Rp 3,6 triliun. Maka PT. Pupuk Sriwidjaja

Palembang, Sumatera Selatan, pernah menjadi Induk Perusahaan (Operating

Holding) dengan membawahi 6 (enam) anak perusahaan termasuk 2 (dua) anak

perusahaan penyertaan langsung yaitu PT Rekayasa Industri dan PT Mega Eltra,

masing-masing perusahaan bergerak dalam bidang usaha, sebagai berikut :

1. PT. Petrokimia Gresik (berdiri 31 Mei 1975), yang berkedudukan di Gresik,

Jawa Timur. Memproduksi dan memasarkan pupuk Urea, ZA, SP-36/SP-18,

Phonska, DAP, NPK, ZK, dan industri kimia lainnya serta pupuk organik.

2. PT. Pupuk Kujang (berdiri 9 Juni 1975), yang berkedudukan di Cikampek,

Jawa Barat.

3. PT. Pupuk Kalimantan Timur (berdiri 7 Desember 1977), yang berkedudukan

di Bontang, Kalimantan Timur. Memproduksi dan memasarkan pupuk Urea

dan industri kimia lainnya.

4. PT. Pupuk Iskandar Muda (berdiri 24 Februari 1982), yang berkedudukan di

Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam. Memproduksi dan memasarkan

pupuk.

5. PT. Rekayasa Industri (berdiri 11 Maret 1985), yang berkedudukan di Jakarta.

Bergerak dalam penyediaan jasa Engineering, Procurement & Construction

(EPC) guna membangun industri gas & minyak bumi, pupuk, kimia dan

petrokimia, pertambangan, pembangkit listrik (panas bumi, batubara,

microhydro, diesel).

6. PT. Mega Eltra (berdiri 1970), yang berkedudukan di Jakarta dengan bidang

usaha utamanya adalah perdagangan umum dan bergerak dalam bidang

layanan ekspor-impor, pemasok bahan kimia, distributor pupuk, serta

konstruksi.

Universitas Sriwijaya

Page 5: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

9

Untuk menunjang kinerja operasional jangka panjang, PT Pupuk Sriwidjaja

Palembang melakukan melakukan pembangunan pabrik Pusri-IIB. Acara peresmian

tiang pancang (ground breaking) tersebut dilaksanakan oleh Dahlan Iskan sebagai

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Kabinet Indonesia Bersatu II pada

tanggal 8 April 2013. Pabrik Pusri-IIB merupakan pabrik yang pertama kali dibangun

atas nama PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dan sengaja didesain ramah lingkungan

serta hemat energi. Diharapkan pabrik Pusri-IIB akan selesai dan mulai beroperasi

pada tahun 2016.

2.2 Logo dan Makna

Gambar 2.2. Logo PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (Hasbiama, 2011)

Tabel 2.1 Makna Logo PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (Silabus Pusri, 2013)

Lambang Pusri yang berbentuk huruf “U” melambangkan

singkatan “Urea”, lambang ini telah terdaftar di Ditjen HAKI

Departemen Kehakiman & HAM No. 021391

Setangkai padi dengan jumlah butiran 24 melambangkan

tanggal akte pendirian PT Pusri.

Universitas Sriwijaya

Page 6: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

10

Butiran-butiran Urea berwarna putih sejumlah 12,

melambangkan bulan Desember pendirian PT Pusri.

Setangkai kapas yang mekar dari kelopaknya, butir kapas yang

mekar berjumlah 5 buah kelopak yang pecah berbentuk 9

retakan ini melambangkan angka 59 sebagai tahun pendirian PT

Pusri.

Perahu Kajang merupakan ciri khas kota Palembang yang

terletak di tepian Sungai Musi.

Kuncup teratai yang akan mekar, merupakan imajinasi pencipta

akan prospek perusahaan di masa mendatang.

Komposisi warna lambang kuning dan biru benhur dengan

dibatasi garis-garis hitam tipis (untuk lebih menjelaskan

gambar) yang melambangkan keagungan, kebebasan cita-cita,

serta kesuburan, ketenangan, dan ketabahan dalam mengejar

dan mewujudkan cita-cita itu.

2.3 Visi, Misi, dan Makna Perusahaan

Visi dan Misi PT. Pupuk Sriwidjaja adalah sebagai berikut :

Visi : "Menjadi Perusahaan Pupuk Terkemuka Tingkat Regional"

Misi : "Memproduksi serta memasarkan pupuk dan produk agribisnis secara

efisien, berkualitas prima dan memuaskan pelanggan."

Makna : “Pusri untuk Kemandirian Pangan dan Kehidupan yang Lebih Baik”

(SK Direktur PT Pupuk Sriwidjaja Palembang No.SK/DIR/207/2012).

Universitas Sriwijaya

Page 7: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

11

2.4 Lokasi dan Tata Letak Pabrik

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang terletak di tepi Sungai Musi kira-kira 7 km

dari pusat kota Palembang, di Jl. May Zen, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang.

Gambar 2.3 Denah Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja (Andrian, 2011)

Keterangan :

A. Pos satpam

B. Kantor utama

C. Lapangan

D. Perumahan

E. Gedung serba guna

F. Diklat

G. Sekolah

H. Kolam

I. Masjid

J. Rumah makan

K. Parkir

L. Tenik Produksi

Universitas Sriwijaya

Page 8: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

12

M. Dinas K3

N. Main Lab

O. Amoniak storage

P. Kantor

Q. Wisma

R. Lapangan olahraga

S. Perluasan pabrik

T. Gudang

U. Dermaga

V. PPU

W. Rumah sakit

X. Wisma

1. Primary reformer

2. Secondary reformer

3. Stripper

4. Absorber

5. Metanator

6. HTSC dan LTSC

7. ARU

8. HRU, PGRU

9. Molecular sieve

10. Kompresor

11. Refrigeration

12. Reaktor amoniak

13. Seksi recovery

14. Seksi purifikasi

15. Seksi kristalisasi dan pembutiran

16. Seksi sintesis urea

17. Sistem pembangkit listrik

18. Package boiler

Universitas Sriwijaya

Page 9: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

13

19. Waste heat boiler

20. Kantor pusat kontrol

21. Cooling tower

22. GMS

23. Unit penukar anion, kation dan penukar anion-kation

24. Filter water

25. Sandfilter

26. Tangki klarifikasi

27. Kantor Instrumental

2.5 Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan

2.5.1 Struktur Utama

Organisasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dipimpin oleh direktur utama

dan dibantu oleh lima orang direksi. Dalam kegiatan operasionalnya, direksi dibantu

oleh staf dan kepala departemen. Direksi bertanggung jawab kepada Dewan

Komisaris, dimana Dewan Komisaris terdiri dari wakil-wakil pemegang saham yang

bertugas menentukan kebijaksanaan umum yang harus dilaksanakan oleh direksi,

juga bertindak sebagai pengawas atas semua kegiatan dan pekerjaan yang telah

dilakukan oleh Dewan Direksi. Dewan Komisaris terdiri dari wakil-wakil

pemerintah, yaitu :

1. Kementerian Pertanian

2. Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri

3. Kementerian Perindustrian Direktorat Jenderal Industri Kimia Dasar

4. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Universitas Sriwijaya

Page 10: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

14

Gambar 2.4 Bagan Struktur Organisasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang per Tahun

2013 (SK/DIR/240/2011 tanggal 5 September 2011).

2.6 Proses Produksi dan Utilitas

Saat ini pupuk urea merupakan kebutuhan pokok bagi para petani di

Indonesia karena dalam senyawa urea terdapat zat nitrogen yang merupakan

makanan bagi tanaman seperti padi, palawija dan sejenisnya.

Universitas Sriwijaya

Page 11: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

15

2.6.1 Proses Produksi Amonia

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang menggunakan gas alam, uap air, dan udara

bahan baku pembuatan amonia. Berikut ini adalah tahapan produksi ammonia:

1. Feed Treating Unit

Gas alam dari PT. Pertamina disalurkan ke PT. Pupuk Sriwidjaja melalui pipa

gas. Gas tersebut diterima melalui suatu unit yang disebut Gas Metering Station

(GMS). Dari GMS, gas alam dibagi ke masing-masing pabrik. Aliran tersebut akan

terbagi dua, yaitu gas alam untuk proses dan gas alam untuk bahan bakar (fuel gas).

2. Reforming Unit

Tujuan dari tahap reforming ini adalah untuk menghasilkan gas sintesa (N2 dan

H2) sebagai bahan baku pembuatan ammonia dan CO2 sebagai produk samping.

3. Purifikasi dan Metanasi

Tahapan pemurnian tersebut adalah sebagai berikut :

1) Konversi CO menjadi CO2 pada temperatur tinggi dan rendah

2) Pemisahan CO2 (Benfield System)

3) Metanasi

4. Sintesis

Sebelum masuk ke ammonia converter, gas umpan terlebih dahulu dipanaskan

dan dikompresikan sehingga memiliki kondisi proses sebagaimana didalam reaktor.

Gas-gas tersebut kemudian masuk ke dalam loop gas umpan. Tujuan dari loop gas ini

untuk meningkatkan proses ammonia murni. Pada loop gas umpan terjadi peristiwa

kompresi, flashing, dan pendinginan untuk mendapatkan kembali amonia di unit

pemisah sekunder.

5. Unit Pemurnian Produk

Amonia harus terus-menerus dipisahkan dari recycle gas yang menuju konverter

amonia karena keberadaannya yang cepat menumpuk dalam reaktor sintesis akan

mempengaruhi kesetimbangan reaksi. Hal ini dilakukan dengan jalan mendinginkan

Universitas Sriwijaya

Page 12: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

16

aliran recycle gas sintesis melalui beberapa pendingin, chiller-chiller dan separator

untuk mengembunkan produk amonia yang dihasilkan.

Pemurnian produk ammonia yang dilakukan dengan memanfaatkan sistem

refrigerasi ini, mempunyai dua macam kegunaan, yakni :

1) Menguapkan cairan amonia secara terus menerus pada batas tekanan rendah

untuk melepaskan gas–gas terlarut dan kemudian langsung mengirimnya ke

sistem bahan bakar gas.

2) Dalam sistem refrigerasi, proses pendinginan akan mengambil panas dari loop

gas synthesis untuk mendinginkan sebagian gas guna mendapatkan

pemisahan dan pengambilan hasil ammonia yang memuaskan dari loop

synthesis.

Di dalam refrigeran ini, gas–gas inert yang terpisah akan dibuang ke sistem bahan

bakar (fuel gas system) sedangkan ammonia panas dipompa sebagai produk ammonia

untuk dikirim ke pabrik urea.

6. Purge Gas Recovery Unit (PGRU)

Purge Gas Recovery Unit (PGRU) merupakan unit yang berfungsi untuk

menarik kembali amonia dan hidrogen yang ada dalam purge gas. Dengan adanya

PGRU, maka Pusri dapat mengantisipasi kehilangan efisiensi produksi amonia. Saat

ini, Pusri memiliki unit terbaru PGRU pada pabrik Pusri-IV yang menggunakan

teknologi membran.

Ada 4 bagian penting pada PGRU, yaitu HP (high pressure) scrubber, LP

(low pressure) scrubber, ammonia stripper dan prism separator.

1. HP Scrubber dan LP Scrubber

Proses dalam PGRU dimulai dari HP Scrubber dan LP Scrubber, yaitu

berupa proses pemisahan kandungan amonia pada purge gas dengan menggunakan

prinsip absorbsi. Melalui bagian atas scrubber, proses pemisahan menggunakan air

demin yang berkontak secara counter current dengan purge gas dan menyerap

Universitas Sriwijaya

Page 13: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

17

kandungan amonia. Purge gas yang telah dipisahkan kandungan amonianya

kemudian dialirkan menuju Prism Separator.

2. Ammonia Stripper

Pada ammonia stripper, kandungan amoniak pada air demin dihilangkan

melalui prinsip stripping, yaitu melalui pemanasan air demin yang memiliki

kandungan amonia pada reboiler bertekanan sedang (Medium Steam). Akibat

pemanasan, amonia pada air demin berubah menjadi uap dan terpisah dengan air

demin. Uap amonia menuju bagian atas Ammonia Stripper dan dialirkan keluar untuk

didinginkan pada condenser sehingga diperoleh produk liquid ammonia. Air demin

yang sudah diolah kembali selanjutnya dikembalikan sebagai air penyerap di

Scrubber.

3. Prism Separator

Prism Separator merupakan peralatan berbasis membran yang memisahkan

fast gas H2 dari slow gas seperti CH4, Ar dan N2. Proses tersebut menggunakan

perbedaan tekanan parsial komponen molekul gas antara feed dan permeate, sehingga

fast gas akan lebih dahulu masuk dan melewati membran menuju permeate akibat

tekanan permeate yang lebih rendah dari tekanan feed. Gas H2 selanjutnya berdifusi

melewati lapisan tipis membran Prism Separator sehingga konsentrasi H2 di

permeate menjadi lebih tinggi.

4. Ammonia Recovery Unit (ARU)

Unit ini berfungsi untuk mengambil kembali NH3 gas yang terkandung di

dalam purge gas yang terdiri dari LP purge gas dan HP purge gas. LP purge gas

adalah gas yang berasal dari refrigerant receiver dan refrigerant flash drum yang

berfungsi sebagai pengatur panas pada refrigerant system. HP purge gas adalah

sebagian gas sintesa yang belum terkonversi menjadi ammonia, yang berasal dari

ammonia separator yang kembali ke tingkat akhir kompresor.

Universitas Sriwijaya

Page 14: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

18

5. Hydrogen Recovery Unit (HRU)

Unit ini berfungsi untuk mengambil atau memisahkan CH4 dari campuran gas

H2, N2 dan Ar yang keluar dari bagian top HP ammonia scrubber. Gas sintesa dari

ammonia scrubber melewati water KO drum untuk dipisahkan cairannya lalu masuk

ke absorber. Disini gas melewati resin yang akan menyerap dan membebaskan syn-

gas dari larutan ammonia, karena di unit cold box, air dan ammonia akan membeku

pada temperatur yang sangat rendah sehingga akan menyebabkan kebuntuan pada

sistem.

2.6.2 Proses Pembuatan Urea

Proses pembuatan urea terbagi menjadi empat seksi, yaitu:

1) Seksi Sintesis

Pereaksian urea dari bahan bakunya dilakukan dengan fase cair, umpan berupa

ammonia cair, gas CO2 dan larutan karbamat hasil recycle proses terdahulu

dimasukkan kedalam reaktor sedangkan kondisi operasi dijaga pada tempeatur 190oC

– 200 oC serta tekanan 200 kg/cm2. Produk hasil rektor merupakan campuran yang

terdiri atas urea, ammonium karbamat, biuret, air dan kelebihan amonia.

2) Unit Dekomposisi / Purifikasi

Unit dekomposisi merupakan bagian yang bertujuan untuk memisahkan urea dari

senyawa-senyawa lain sehingga diperoleh larutan urea dengan konsentrasi yang

lebih tinggi. Proses pemisahan ini dilakukan dengan cara pemanasan dan penurunan

tekanan.

3) Unit Kristalisasi dan Pembutiran

Larutan urea yang berasal dari gas separator dipompakan ke bagian bawah

vacuum crystallizer. Bagian bawah crystallizer ini beroperasi pada temperatur 70oC

dan tekanan atmosferik. Selain itu, unit ini juga dilengkapi dengan pengaduk untuk

mencegah kebuntuan dan menjaga kehomogenan kristal urea. Bagian atas crystallizer

beroperasi pada temperatur 68 – 70oC. Pada bagian ini terjadi penguapan air karena

Universitas Sriwijaya

Page 15: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

19

kondisinya vakum, tujuan dibuat vakum agar proses evaporasi dapat berlangsung

pada temperatur rendah sehingga mencegah pembentukan biuret.

Gambar 2.5 Diagram Blok Pembuatan Urea (Andrian, 2011)

2.6.3 Sistem Utilitas

Di dalam pabrik Pusri, unit penunjang/offsite/utilitas merupakan unit

pendukung yang bertugas mempersiapkan kebutuhan operasional pabrik amonia dan

urea, khususnya yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku dan bahan pembantu.

Selain itu juga menerima buangan dari pabrik amonia dan urea untuk diolah sehingga

dapat dimanfaatkan lagi atau dibuang agar tidak mengganggu lingkungan. Unit

utilitas di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang terdiri dari :

1) Gas Metering Station (GMS)

2) Water Treatment

3) Cooling Water System

4) Plant Air dan Instrument Air

5) Steam System

6) Electric Power Generation System (EPGS)

7) Condensate Stripper

2.7 Produk yang Dihasilkan

2.7.1 Produk Utama

Produk utama yang dihasilkan Pusri adalah pupuk urea dan amonia. Urea

merupakan senyawa organik yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen dan

nitrogen.

Universitas Sriwijaya

Page 16: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

20

Tabel 2.2 Spesifikasi Produk Amonia dan Urea yang Dihasilkan (Rizal, 2011)

2.7.2 Produk Samping

Produk samping PT. Pusri adalah sebagai berikut :

1) CO2 Cair dan CO2 Padat

Pusri mulai memproduksi CO2 pertama kali dalam bentuk botol pada tahun

1980. Kemudian sejak tahun 1983, Pusri memproduksi CO2 cair dan CO2 padat atau

es kering. Pusri mampu memproduksi CO2 cair sampai dengan kapasitas 55 ton CO2

per hari berkat dukungan teknis dari perusahaan Gases Industriales Buenos Aires,

Argentina. Untuk produksi es kering, kapasitas saat ini telah mencapai 4,8 ton per

hari. Proses produksi CO2 cair bermula dari gas CO2 dari pabrik amonia yang

berlebih. Gas yang berlebih tersebut kemudian dikirim ke pabrik CO2 cair.

Selanjutnya, gas CO2 dimurnikan dan didinginkan pada suhu -30°C sehingga berubah

bentuk menjadi cair pada tekanan 15 kg/cm2.

Pembuatan es kering atau dry ice dimulai dari CO2 cair yang diubah menjadi

CO2 padat pada temperatur -78,8 °C. CO2 padat kemudian ditekan dengan alat press

sehingga membentuk silinder berukuran panjang 34 cm dengan penampang garis

tengah 15 cm.

Universitas Sriwijaya

Page 17: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

21

2) Oksigen (O2) dan Nitrogen (N2)

PT. Pusri memproduksi oksigen dan nitrogen dengan memisahkan oksigen

dan nitrogen dari udara melalui fraksinasi. Proses tersebut dilakukan dalam Air

Separation Unit di pabrik dengan teknologi dari Process System Incorporated, New

York, Amerika Serikat. Proses produksi berawal dari udara bebas yang dikompresi

terlebih dahulu dan kemudian kandungan H2O di udara dihilangkan.

3) Pupuk Organik

Pada tahun 2005, PT. Pusri melakukan proyek percontohan yang

memanfaatkan sampah rumah tangga yang diolah menjadi pupuk organik. Hasil

proyek percontohan saat itu cukup baik dan Pusri menindak lanjuti dengan

membangun pabrik pupuk organik.

2.8 Pemasaran dan Distribusi

Pada tahun 1979 PT. Pupuk Sriwidjaja ditunjuk sebagai penanggung jawab

pengadaan dan penyaluran seluruh jenis pupuk bersubsidi, baik yang berasal dari

produksi dalam negeri maupun impor untuk memenuhi kebutuhan program

intensifikasi. (Surat keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.

Universitas Sriwijaya

Page 18: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

22

56/KP/II/1979) Pada tanggal 1 Desember 1998, pemerintah menghapuskan tata niaga

pupuk, baik produksi dalam negeri maupun impor. Keputusan pemerintah tersebut

membuat setiap pabrik pupuk untuk memasarkan sendiri produknya di Indonesia,

meskipun begitu untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pemerintah

menentukan daerah - daerah penyaluran untuk setiap pabrik pupuk yang ada. Namun

kebijakan ini lalu direvisi pada tanggal 14 Maret 2001 melalui Kepmenperindag RI

No. 93/MPP/Kep/3/2001 yang mengatur kembali tata niaga pupuk. Kebijakan ini

menetapkan bahwa unit niaga produksi dan atau produsen melaksanakan penjualan

pupuk di lini III (tingkat kabupaten), sedangkan dari kabupaten sampai ke tangan

konsumen/petani dilaksanakan oleh distributor (BUMN, swasta, koperasi). Revisi

kebijakan distribusi pupuk dilakukan kembali pada tanggal 11 Februari 2003 melalui

Kepmenperindag No. 70/MPP/2003 tentang tata niaga pupuk yang bersifat

rayonisasi. Hal ini berarti PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang tidak lagi bertanggung

jawab untuk pengadaan dan penyediaan pupuk secara nasional tetapi dibagi dalam

beberapa rayon.

2.8.1 Pola Pemasaran

Pengadaan dan distribusi pupuk oleh PT. Pupuk Sriwijaya Palembang

berdasarkan "Pipe Line Distribution System" dengan pengertian bahwa :

1) PT Pupuk Sriwidjaja mendistribusikan pupuk dari pabrik dalam negeri

maupun impor sampai ke gudang lini III tingkat kabupaten secara terus

menerus dan berkesinambungan.

2) PT Pupuk Sriwidjaja menjual pupuk langsung kepada end user (petani,

perkebunan besar & swasta dan industri) atau melalui distributor resmi dan

pengecer resmi.

2.8.2 Sistem Distribusi

PT. Pupuk Sriwidjaja dalam hal menjamin ketersediaan pupuk sampai ke

petani dapat dilakukan beberapa langkah pendistribusian, yaitu :

1. Produsen bertanggung jawab untuk mengangkut pupuk dari pabrik sampai ke

gudang lini III tingkat kabupaten, untuk siap dijual kepada distributor.

Universitas Sriwijaya

Page 19: Sejarah Perkembangan PT. PUSRI Palembang

23

2. Distributor membeli pupuk kepada produsen di lini III untuk disampaikan

kepada kios pengecer di lini IV tingkat kecamatan.

3. Distributor pangan dipisahkan dengan distributor non-pangan.

4. Masing-masing distributor tidak diperbolehkan membeli dalam jumlah yang

besar dan hanya diperkenankan membeli pupuk sejumlah kebutuhan di

kecamatan yang telah ditentukan.

5. Pengecer hanya mengambil pupuk dari satu distributor untuk selanjutnya

dijual langsung kepada petani.

6. Untuk daerah yang sulit dijangkau, pupuk diantar langsung oleh produsen

sampai ke kios pengecer.

7. Produsen akan melaksanakan operasi pasar jika terjadi kekurangan pasokan di

suatu daerah.

Tabel 2.3 Tanggung Jawab Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi (Andrian,2011)

Universitas Sriwijaya