sejarah perkembangan kaligrafi arab pada...

111

Click here to load reader

Upload: domien

Post on 03-Feb-2018

271 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB

PADA MASA PRA-ISLAM SAMPAI KODIFIKASI AL-QUR’AN

(250-940 M)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

Alan Zuhri

1111022000058

KONSENTRASI TIMUR TENGAH

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang
Page 3: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang
Page 4: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripisi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu, di

Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Adab dan

Humaniora.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Februari 2017

Alan Zuhri

Page 5: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

ii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Sejarah Perkembangan Kaligrafi Arab pada masa pra-

Islam sampai Kodifikasi Al-Qur’an 250-940 M, berusaha dan mencoba untuk

mendalami dan mengkaji tentang seni Islam yaitu kaligrafi Arab yang sudah

berkembang sejak awal datangnya Islam atau lebih spesifiknya lagi semenjak adanya

kitab suci al-Qur’an dan memiliki relasi dengan perkembangan kaligrafi Arab.

Temuan berupa beberapa inskripsi kuno semakin menguatkan bahwa kaligrafi Arab

juga sudah dikenal sebelum adanya Islam. Kaligrafi Arab yang berkembang dari

tulisan Mesir Kuno (Hierogliph) jauh sebelum datangnya Islam. Pada masa pra-Islam

tradisi tulis-menulis merupakan hal yang langka yang dilakukan oleh bangsa Arab

kuno, dominannya tradisi hafalan membuat tradisi tulisan tidak berkembang di

kawasan Arabia.

Pada awal Islam-pun tradisi hafalan masih sangat dominan dikalangan kaum

Muslim, hingga terjadi beberapa tragedi yang merugi umat Islam akibat peperangan

melawan kaum Quraish dan musuh Islam. Kemudian disepakatilah penulisan dan

penyalinan yang dihafalkan oleh para sahabat ke dalam tulisan pada masa Abu Bakar

as-Siddiq, kemudian hal ini dilanjutkan oleh Utsman bin Affan guna menyeragamkan

bacaan al-Qur’an kaum Muslim dan dikenal dengan Mushaf Utsmani. Selanjutnya

perkembangan kaligrafi Arab pada masa kekuasaan Umayyah dan Abbasiyah

menggeser dominasi kaligrafi jenis kufi yang kaku, dan mempopulerkan jenis cursif

yaitu jenis tulisan dengan gaya miring, yang dipelopori oleh tokoh kenamaan

kaligrafi Arab ialah Ibnu Muqlah yang telah merumuskan kaidah-kaidah penulisan

kaligrafi Arab.

Keyword : Perkembangan, kaligrafi Arab, awal Islam, dan Kodifikasi al-Qur’an

Page 6: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala

kebesaran dan karunia-Nya yang telah menciptakan bumi dan alam semesta beserta

seluruh isinya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita para umatnya sampai akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Sejarah Perkembangan Kaligrafi Arab pada masa

pra-Islam sampai Kodifikasi al-Qur’an tahun 250 sampai 940 M.” ditulis dalam

konteks untuk menyelesaikan studi Strata (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora,

Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya penulis banyak mendapatkan

hambatan dan tantangan. Namun, berkat usaha dan bantuan serta kerja sama yang

penulis dapatkan dari berbagai pihak, baik itu dukungan materil maupun nonmaterial,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis

berterima kasih kepada mereka yang telah membantu, membimbing, memotivasi dan

menemani penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Berkaitan dengan penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaiora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. H. Nurhasan, M.A, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Sholikatus Sa’diyah, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

iv

5. Dr. H. M. Muslih Idris, Lc, M.A, selaku dosen pembimbing yang dengan

tekun membaca dan memberi kritikan dan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

6. Dr. H. Didin Sirojuddin AR, M.Ag, selaku penguji I, dan para guru-guru

(ustadz), yang sudah banyak memberikan dan membagikan ilmunya, baik

dalam diskusi-diskusi kecil dan kajian-kajian kitab. Dan segenap keluarga

besar dan teman-teman LEMKA Ciputat dan LEMKA Sukabumi yang tidak

dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu yang sudah berjuang bersama-

sama dalam mempelajari dan mencari pembahasan yang berkaitan dengan

skripsi ini.

7. Dr. Hj. Tati Hartimah, M.A, selaku penguji II yang sudah banyak memberikan

dan mengajarkan bagaimana penulisan karya yang baik, yaitu berupa masukan

dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.

8. Drs. Azhar Sholeh, M.A, selaku dosen Pembimbing Akademik, yang selalu

memberikan arahan serta motivasi dalam belajar.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya dosen-dosen

Jurusan SKI yang selalu memberikan bimbingan dan pelajaran selama penulis

mengikuti perkuliahan di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.

10. Orang tua tercinta: ayahku Saifuddin Suhri, dan ibuku Sabariah dan

keluarga-keluargaku yang ada di Sumbawa, yang telah mengasuh, mendidik,

membimbing dengan sabar dan penuh kasih sayang, dan banyak berkorban

demi kemajuan penulis, serta senantiasa memberikan semangat dan

mendoakan dan banyak sekali. Dan untuk adikku Ihzan Yusril Zuhri yang

sedang menempuh pendidikannya di pesantren.

11. Adinda Inultya bagaikan alarm terindah yang selalu tepat waktu

mengingatkan dan memberikan motivasi kepada penulis di setiap saat, dan

dikala penulis merasakan jenuh dan bimbang dalam penulisan skripsi ini.

12. Kawan kosan Borju di Semanggi I, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu, terima kasih atas kontribusinya.

Page 8: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

v

13. Sahabat-sahabat SKI angkatan 2011. Khususnya Sahabat SEKOTTENG 2011

(Sejarah Konsentrasi Timur Tengah), yang selama ini telah bersama-sama

memberikan dan menciptakan kenangan terindah yang tidak akan terlupakan

oleh penulis. Dan satu persatu dari kalian mulai mendapatkan gelar S. Hum,

dan melepas status mahasiswa kalian di kampus ini.

14. Dan teruntuk sahabat-sahabat seperjuangan ku yang tidak pernah lelah dalam

menyelesaikan tugas akhir; Husen, Sufyan Syafi’i, Ulfa az-Zahra dan Wilda

Eka Safitri. Yang selalu memotivasi satu sama lainnya agar kelak dapat

menggunakan togah secara bersamaan.

15. Para karyawan dan karyawati Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Adab dan Humaniora yang telah menyediakan fasilitas dalam rangka

penulisan skripsi ini.

16. Seluruh civitas Akademika dan Staf Akademik Fakultas Adab dan

Humaniora.

Demikian ucapan terima kasih dan rasa syukur penulis yang tak seberapa jika

dibandingkan dengan bantuan dan motivasi yang telah mereka berikan. Semoga

segala jerih payah dan kerelaan mereka mendapat pahala dan ganjaran yang lebih

baik dari Allah swt.

Ciputat, Maret 2017

Penulis

Page 9: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan.............................................................................................. i

Abstrak ............................................................................................................... ii

Kata Pengantar .................................................................................................. iii

Daftar Isi............................................................................................................ vi

BAB I: PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................. 8

D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9

F. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 9

G. Kerangka Teori..................................................................................... 10

H. Metode Penelitian................................................................................. 12

I. Sistematika Penulisan ........................................................................... 14

BAB II: TRADISI BANGSA ARAB DAN KALIGRAFI ............................... 15

A. Tradisi Bangsa Arab ............................................................................. 15

B. Huruf dan Abjad Arab .......................................................................... 20

C. Pengertian Kaligrafi Arab .................................................................... 22

D. Asal-Usul Kaligrafi Arab ...................................................................... 25

BAB III: PENULISAN DAN KODIFIKASI AL-QUR’AN ............................ 30

A. Penulisan al-Qur’an pada masa Rasulullah .......................................... 31

B. Pengumpulan dan penulisan al-Qur’an pada masa Abu Bakar

as-Siddiq ............................................................................................... 34

C. Penulisan dan penghimpunan al-Qur’an pada masa Utsman bin

Affan .................................................................................................... 37

D. Penulisan dan penyempurnaan mushaf al-Qur’an pada masa dinasti

Umayyah .............................................................................................. 41

E. Penulisan dan penyempurnaan mushaf al-Qur’an pada masa dinasti

Abbasiyah ............................................................................................. 44

Page 10: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

vii

BAB IV: PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA MASA

PRA-ISLAM SAMPAI KODIFIKASI AL-QUR’AN (250-940 M) ....... 46

A. Sejarah kemunculan kaligrafi Arab dan perkembangannya................ 46

1. Tulisan Musnad dan Nabathi ............................................................ 49

2. Corak Kaligrafi Awal ........................................................................ 51

a. Jenis Mabsuth wa Mustaqim ......................................................... 51

b. Jenis Muqawwar wa Mudawwar ................................................... 52

3. Peranan Kaligrafi Arab pada masa pra-Islam .................................. 53

a. Dokumentasi dan Inskripsi Arab kuno ......................................... 53

b. Tradisi Mu’allaqat ....................................................................... 57

B. Penulisan dan Kodifikasi al-Qur’an ...................................................... 60

1. Motivasi Normatif tradisi penulisan................................................ 61

2. Mushaf Utsmani .............................................................................. 63

3. Khat Kufi dalam penulisan al-Qur’an ............................................. 66

4. Tanda Baca ...................................................................................... 68

C. Perkembangan kaligrafi Arab setelah datangnya Islam ....................... 70

1. Ibnu Muqlah dan rumusan kaligrafi Arab dan lahirnya al-Khath

al-Mansub dan perkembangan kaligrafi Arab pada masa dinasti

Abbasiyah ........................................................................................ 74

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kaligrafi berkembang pesat ....... 78

3. Kaligrafi Arab pada beberapa media ............................................... 81

a. Kiswah Ka’bah .......................................................................... 81

b. Dekorasi Masjid ........................................................................ 82

c. Koin Islam ................................................................................. 83

BAB V: PENUTUP .......................................................................................... 84

A. Kesimpulan ........................................................................................... 84

B. Saran ...................................................................................................... 86

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 99

Page 11: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara etimologi, kaligrafi berasal dari bahasa Inggris, calligraphy yang

berasal dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu kallos: beauty (indah) dan

graphein: to write (menulis) yang berarti: tulisan yang indah atau seni tulisan

indah. Dalam bahasa Arab, biasa disebut khat yang berarti garis atau coretan pena

yang membentuk tulisan tangan.1 Dan disebut fann al-khath dalam arti seni

memperhalus tulisan atau memperbaiki coretan.2

Tulisan Arab atau yang disebut juga Khat, kaligrafi Arab merupakan

proses lanjutan dari tulisan hieroglyph3 melalui tulisan Phunisia. Ada berbagai

pendapat mengenai awal kelahiran tulisan Arab. Sebagian para ahli menganggap,

tulisan Arab merupakan pecahan dari akar tulisan Suryani, bersandarkan pada

adanya kemiripan bentuk huruf-huruf Suryani. Sementara itu, dari kalangan

Orientalis ada yang berpegang pada teori ilmuan Jerman Lidzbarsky, bahwa

alfabet Arab sebelum masa tumbuh Islam tumbuh dari Funisia.4

Diperkirakan seabad sebelum kedatangan Islam, orang Hejaz sudah

mengenal tulisan dan aksara. Hal ini dikarenakan hubungan dagang dan

perniagaan mereka dengan orang Arabia Utara dan Selatan yang sudah melek

huruf seperti suku Hunain di Yaman (tulisan Musnad) dan orang-orang di selatan

Palestina (tulisan Nabath). Mereka mengadakan perjalanan dan belajar baca-tulis

di Suriah, sedangkan yang lain di Anbar (Irak). Meskipun demikian di Hejaz,

1Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, (Jakarta: Multi Kreasi Singgasana, 1987), h. 1.

2Al-Mu‘jam al-Wajiz, (Majma„al-Lughah al-„Arabiyah, 1995), h. 203

3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang dalam bentuk

manusia, hewan, atau benda; lambang tulisan (menyerupai gambar paku) yang bersifat rahasia atau

teka-teki yang sukar dibaca atau dipahami maknanya. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008), edisi ke-4, h. 497. 4Kamil al-Baba, Ruh al-Khat al-‘Arabi: The Spirit of Arabic Calligraphy (Beirut: Dar

Lubnan Publishers, 1983). Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Kamil al-Baba,

Dinamika Kaligrafi Islam, terj. Didin Sirojuddin AR. (Jakarta: Darul Ulum Press, 1992), h. 9.

Page 12: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

2

menurut para ahli sejarah, hanya ada beberapa orang yang pandai baca-tulis,

terdiri aats orang Quraisy, orang Madinah, khususnya orang Yahudi.5

Bangsa Arab kuno juga telah disifatkan sebagai bangsa penyair. Watak

seni mereka dituangkan dalam bentuk ungkapan bernuansa puitis dan sastra. Jika

bangsa Yunani mengekpresikan seni mereka dalam bentuk patung dan arsitektur,

bangsa Ibrani dalam bentuk lagu keagamaan (psalm), maka bangsa Arab

menuangkannya dalam bentuk syair (qasidah) sebagai bentuk ungkapan estetis.6

Menurut Didin Sirojuddin AR, sebuah keluarga atau kabilah (suku) merasa

lebih bangga mempunyai seorang penyair sebagai anggota keluarganya daripada

seorang panglima perang. Penyair-penyair ini sebagaimana kebanyakan penyair

lain, sangat ingin dikenang hingga ke anak cucunya, dan untuk mencapai kesitu

penyair harus memiliki dua orang murid yang diharapkan menghafal sajak-sajak

syairnya, dan kemudian diturunkan ke generasi selanjutnya. Mereka tidak suka

menulis sajak-sajak syair mereka, mereka lebih mengutamakan hafalan.7

Kemampuan menghafal, pada gilirannya menjadi tolak ukur dan

kemampuan ilmiah seseorang. Lebih parah lagi, seseorang yang bisa baca-tulis

dianggap lemah daya ingat (hafalan)-nya (dha if al-dzakirah) karena itu

kemampuan baca-tulis dianggap sebagai aib.8

Alkisah, penyair Arab yang bernama Zurrummah meminta kepada

seseorang yang mendapatinya sedang menulis, untuk tidak memberitahukan

kepada orang lain tentang kemampuan menulisnya. Zurrummah berkata: “Innahu

‘inda ‘aib” (sesungguhnya kemampuan baca-tulis di kalangan kami adalah aib).9

Orang-orang Arab terdahulu (sebelum datangnya Islam) merupakan

bangsa yang memiliki tabiat-tabiat yang kurang kondusif bagi perkembangan

tulisan. Tabiat-tabiat tersebut di antaranya; kehidupan mereka selalu berpindah-

pindah dari satu tempat ke tempat yang baru (nomaden), hidup bersuku-suku dan

5Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1985), h. 9.

6Philip K. Hitti, History of the Arab, Terj. Cecep Lukman Yasin, dkk, (Jakarta: Serambi,

2002), h. 112. 7Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 19.

8Ali Romdhoni, Al-Qur’an dan Literasi (Jakarta: Linus, 2013), h.5.

9M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998), 72.

Page 13: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

3

rasa fanatisme kesukuan (‘ashobiyah), tidak memiliki budaya tulis-menulis, dan

mereka jauh dari pengetahuan secara umum.10

Faktor inilah yang membuat tulisan atau kaligrafi Arab tidak bertumbuh

dan berkembang. Pada masa pra-Islam hingga masa awal Islam, metode hafalan

yang masih cukup dominan di kalangan masyarakat Arab. Hanya ada beberapa

orang yang mempunyai keahlian menulis11

, yang bertugas mencatat wahyu.

Menurut literatur Arab ada satu tradisi yang menguatkan bahwa bangsa

Arab sudah mengenal tulisan. Terbukti dengan ditemukannya suatu tradisi

tahunan pada masa pra-Islam yang disebut dengan Al-Mu’allaqat (gantungan)

tercatat kemunculannya sekitar abad ke-6 M, sebagai karya seni sastra yang indah

dan sempurna yang punya nama terhormat karena dituliskan dengan tinta emas

dan digantungkan pada dinding Ka‟bah. Tercatat hanya ada tujuh nama penyair

dan syair terbaik yang pernah digantungkan pada dinding Ka‟bah. Dikenal juga

dengan sebutan Muzahhabat (the seven odes). Adanya tradisi mu’allaqat besar

sekali pengaruhnya terhadap perkembangan kaligrafi Arab pada masa selanjutnya.

Karena mu’allaqat tersebut dituliskan dengan tulisan indah, yaitu dengan kaligrafi

Arab jenis Nabati yang kemudian berkembang menjadi jenis kaligrafi atau khat

Kufi.12

Juga ditemukan beberapa inskripsi kuno yang tertulis pada masa pra-Islam

dan setelah Islam. Di antaranya; inskripsi Umm Jimal (250-an M) di Suriah,

tertulis dengan kaligrafi Nabati Arabi, inskripsi Nammarah (328 M) di Suriah,

dituliskan dengan jenis kaligrafi atau tulisan Nabati Mutakhir, inskripsi Zabad

(511-512 M) di Aleppo Suriah, yang ditulis ke dalam tiga bahasa dan tiga jenis

tulisan (Yunani, Suryani, dan Nabati Mutakhir), inskripsi Harran (568-569 M) di

Harran Suriah, dan tertulis dengan kaligrafi hampir menyerupai jenis kaligrafi

Kufi, dan yang terakhir adalah inskripsi Umm Jimal II (pada abad ke-6 M) di

Suriah, inskripsi ini dituliskan dengan kaligrafi yang sudah mendekati kemiripan

10

Ilham Khoiri R,. Al-Qur’an dan Kaligrafi Arab (Jakarta: Logos, 1999), h. 57-62. 11

Di antara mereka adalah Sa‟id bin Zuharah, al-Mundzir bin Amr, Ubay bin Wahhab, Zayd

bin Tsabit, Rafi‟ bin Malik dan Anas bin Khawli. Lihat Ilham Khoiri R, Al-Qur’an dan Kaligrafi,

h. 111. 12

C. Israr, Dari Teks Klasik Sampai Ke Kaligrafi Arab (Jakarta: Yayasan Masagung, 1985),

h. 42.

Page 14: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

4

dengan jenis kaligrafi atau khat kufi yang selanjutnya berkembang pada masa

awal Islam dan digunakan untuk menulis al-Qur‟an.13

Tulisan dan kaligrafi Arab mulai berkembang dan tumbuh sejak

kemunculan agama Islam di dataran Arab pada abad ke-6 M. Penggunaan tulisan

pertama pada masa Islam adalah digunakan sebagai pencatatan ayat atau wahyu

yang diterima Nabi.14

Ayat dan wahyu tersebut dituliskan di beberapa media,

seperti pada kulit binatang (ar-Riqa’), lempengan batu (al-Likhaf), tulang binatang

(al-Aktaf), dan pelepah kurma (al-‘Usbu).15

Barulah pada masa Khulafa al-Rasyidin (632-661 M), tepatnya pada masa

pemerintahan Utsman bin Affan, tulisan-tulisan itu dikumpulkan ke dalam satu

mushaf16

utuh yang disepakati, dan menjadi mushaf yang digunakan oleh umat

Islam hingga sekarang ini, pengumpulan dan penulisan al-Qur‟an yang dilakuakan

pada masa Utsman juga dikenal sebagai kodifikasi al-Qur‟an. Pada masa al-

Qur‟an masih dalam proses pewahyuan, para sahabat masih menuliskannya pada

kepingan-kepingan tulang, pelepah kurma, kulit binatang atau pada batu. Dalam

sebuah riwayat disebutkan bahwa Utsman bin Affan pernah mengirimkan kepada

Ubay bin Ka‟ab sepotong tulang kambing yang ditulis di atasnya beberapa ayat al-

Qur‟an.17

Pada masa Abu Bakar, akibat perang Riddah, perang melawan orang-

orang murtad dan nabi-nabi palsu, umat Islam kehilangan banyak penghafal al-

Qur‟an. Merasa khawatir akan semakin berkurangnya para penghafal al-Qur‟an,

Umar kemudian meminta Abu Bakar untuk menuliskan kembali al-Qur‟an.

Puncaknya pada masa Ali bin Abi Thalib (w.661 M) dimana diciptakan syakl

13

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 31-36. 14

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam, Pertumbuhan dan Perkembangannya (Bandung:

Angkasa, 1993), h. 65-66. 15

Emsoe Abdurrahman dkk, The Amazing Story of Al-Qur’an (Bandung: Salamadani, 2009),

h. 38; Hal serupa juga diungkapkan oleh M. Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ulum

al-Qur’an/Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 83; C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke

Kaligrafi Arab, h. 47; Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin (Jakarta: Bulan

Bintang, 1979), h. 388. 16

Menurut beberapa pendapat, mushaf yang pertama adalah Mushaf Utsmani yang dibukukan

menjadi satu mushaf pada masa pemerintahan Utsman bin Affan. Lihat, C. Israr, Dari Teks Klasik

Sampai Ke Kaligrafi Arab, h. 49. Dan juga hal serupa dikemukakan oleh Didin Sirojuddin AR,

Seni Kaligrafi Islam, h. 61-62. 17

Hasbi ash-Shidiqi, Sejarah Pengantar Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h.83.

Page 15: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

5

tanda baca pada tulisan al-Qur‟an. Menurut Kamil al-Baba, orang yang pertama

kali meletakkan konstruksi ilmu Nahwu dalam al-Qur‟an adalah Abu Al-Aswad

Al-Du‟ali atas perintah dari Ali Bin Abi Thalib.18

Perlu digarisbawahi disini, bahwa bentuk tulisan atau kaligrafi yang

digunakan pada masa awal Islam atau turunnya wahyu pertama pada masa nabi

Muhammad saw, yaitu dituliskan menggunakan hampir menyerupai khat atau

kaligrafi jenis Kufi, yang tidak memiliki tanda baca dan titik yang membedakan

setiap huruf-hurufnya. Begitu pula selanjutnya penggunaan khat Kufi masih

dominan pada masa pemerintahan Khulafa al-Rasyidin, Dinasti Umayyah, sampai

Dinasti Abbasiyah tepatnya pada masa pemerintahan khalifah al-Radi (934-940

M), mulai menggunakan jenis kaligrafi Arab cursif, yaitu khat atau kaligrafi

Naskhi yang diciptakan oleh Ibnu Muqlah (w. 940 M). Dan menjadi tulisan

standar al-Qur‟an hingga sekarang.

Menurut Ilham Khoiri,19

kajian-kajian tersebut dapat dikategorikan ke

dalam empat bagian. Pertama, kajian yang lebih melihat kaligrafi Arab sebagai

ekspresi kesenian atau kemahiran tulis-menulis. Yang menjadi sasaran utama

kelompok ini adalah memperkenalkan kaidah-kaidah penulisan sekaligus

memberikan pelatihan tentang bagaimana cara mempelajari dan

mempraktikkannya. Buku-buku yang dihasilkan tak lebih dari tuntunan tata-cara

menulis kaligrafi Arab.20

Kedua, kajian yang mengupas kaligrafi Arab dari sudut

normatif. Meski telah beranjak dari sekedar tuntunan menulis dan mulai masuk

dalam wacana keilmuan, tetapi ulasan-ulasannya masih bersifat normatif21

atau,

dalam beberapa kasus, bahkan mistis. Yang ditekankan adalah keutamaan

berkaligrafi dari nabi Adam a.s. dan Nabi-nabi terdahulu,22

yang semuanya sulit

dibuktikan secara ilmiah. Kecenderungan seperti ini dapat ditemukan dalam

18

Kamil al-Baba, Dinamika Kaligrafi Islam, h. 33. 19

Ilham Khoiri R., Al-Qur’an dan Kaligrafi, h. 5. 20

Sebagian besar buku-buku tersebut merujukan diri kepada buku utama yang memuat

kaidah-kaidah tulisan Arab, seperti karya Hasyim Muhammad al-Khathtat, Qowa’id al-Khat al-

‘Arabi, Baghdad: Wazarah al-Ma‟rif al-Iraqiyah, 1961. 21

Pengertian normatif di sini lebih mengacu pada apa yang dikedepankan oleh Jacques

Waardenburg yang membatasinya sebagai studi Islam yang menelaah aspek preskripsi-preskripsi,

norma-norma, dan nilai-nilai yang dianggap termuat dalam petunjuk Al-Qur‟an. Lihat; Ilham

Khoiri R, Al-Qur’an dan Kaligrafi, h. 5-6. 22

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h.5-6.

Page 16: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

6

beberapa buku yang ditulis oleh sebagian seniman kaligrafi atau pengamat

Muslim. Ketiga, kajian yang berusaha mengupas kaligrafi Arab sebagai wacana

kebudayaan Islam yang aktual dan empiris. Tujuan disuguhkan secara ilmiah

melalui pendekatan social-historis,23

dengan mengedepankan data-data

kesejarahan beserta analisis sosial. Yang tercangkup dalam kategori ini adalah

para sarjana Barat dan sejumlah sejarawan Muslim modern. Keempat, kajian yang

mendalami kaligrafi Arab dari sudut estetika yang lebih menekankan pemahaman

tentang keindahan huruf-hurufnya yang sangat elastis sekaligus eksplosif.24

Namun ada suatu hal yang sama-sama selalu dikedepankan, yaitu; pengakuan

akan adanya keterkaitan antara kaligrafi Arab dengan al-Qur‟an. Lebih spesifik

lagi, hampir seluruh pengamat menyepakati bahwa al-Qur‟an memberi pengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan kaligrafi Arab.

Dari paparan di atas skripsi ini berupaya menelusuri sejarah perkembangan

tulisan Arab dalam kaitannnya dengan kaligrafi Arab. Penulis mencoba

menggunakan kajian ketiga seperti yang sudah diulas sebelumnya, yaitu dengan

berusaha mengupas kaligrafi Arab sebagai wacana kebudayaan Islam yang aktual

dan empiris. Tujuannya disuguhkan secara ilmiah melalui pendekatan social-

historis, dengan mengedepankan data-data kesejarahan beserta analisis sosial.

Yang termasuk dalam kategori ini adalah para sarjana Barat dan sejumlah

sejarawan Muslim modern.

Sebagai pembabakan, kajian ini berfokus pada kajian sejarah

pekembangan kaligrafi Arab pada masa sebelum datangnya Islam sampai masa

kodifikasi al-Qur‟an, dengan alasan bahwa pada masa itu bangsa Arab mulai

mengenal bentuk tulisan hingga berkembang menjadi kaligrafi Arab setelah

datangnya Islam (al-Qur‟an), hingga menemukan bentuknya yang standar atau

23

Pendekatan Social-Historis di sini merujuk kepada batasan yang disuguhkan Bernard S.

Philips. Bahwa dikatakan sosiologis lantaran pendekatan tersebut mengacu dan lebih concern pada

analisis-analisis kemasyarakatan yang digunakan untuk mengembangkan dan mengetes proposisi

yang dapat menjelaskan sekaligus memperkirakan tingkah laku manusia secara umum. Sementara

pendekatan Historis lebih tertarik untuk memperoleh serangkaian data-data yang kredibel tentang

sisi kejadian dalam sejarah. Bernard S. Philips, Social Research: Strategy and Tactics, (London:

The Macilland Company, 1968), cet. ke-5, h. 126. 24

Ilham Khoiri R, Al-Qur’an dan Kaligrafi..., h. 7.

Page 17: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

7

dikenal dengan al-Khat al-Mansub (kaligrafi standar) dengan tokohnya yaitu Ibnu

Muqlah (w. 940 M).25

Atas dasar itu penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan observasi

penelitian tentang Sejarah Perkembangan Kaligrafi Arab Pada Masa Pra-

Islam sampai Kodifikasi Al-Qur’an (250-940 M).

B. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini penulis menemukan banyak masalah yang menarik

untuk dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

a. Kapan budaya penulisan ada dan muncul di dataran Arab ?

b. Bagaimana para penyair-penyair Arab menyikapi budaya tulisan Arab ?

c. Apa dampak budaya tulisan Arab bagi orang Arab pada masa itu ?

d. Seperti apa tulisan Arab dalam penulisan ayat dan wahyu yang turun

pada masa itu ?

e. Bagaimana al-Qur‟an dituliskan pada masa itu ?

f. Apa sebab adanya instruksi atau perintah untuk mengkodifikasi al-

Qur‟an pada masa Usman bin Affan ?

g. Apakah instruksi penting dan pokok dalam mengkodifikasi al-Qur‟an

pada saat itu ?

h. Siapakah tokoh yang berperan dalam peletakan tanda baca tulisan Arab

(harakat dan tanda titik pada huruf Arab) ?

i. Siapa tokoh yang berperan dalam mengkodifikasikan al-Qur‟an ke

dalam sebuah mushaf ?

j. Bagaimana kemunculan dan perkembangan kaligrafi pada masa awal

Islam sampai kodifikasi al-Qur‟an ?

Dari beberapa masalah yang penulis uraikan, maka penulis melakukan

spesifikasi dan batasan masalah pada penelitian yang penulis paparkan dalam

bahasan selanjutnya.

25

Nurul Makin, Kafita Selekta Kaligrafi Islam (Jakarta: Panji Mas, 1996), h. 44-45.

Page 18: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

8

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah sebelumnya yang penulis temukan,

penulis hanya ingin memfokuskan pembahasan dan lebih membatasi masalah

dalam penelitian ini pada SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB

PADA MASA PRA-ISLAM SAMPAI KODIFIKASI AL-QUR‟AN (250-940 M).

Untuk menghindari melebar dan meluasnya pembahasan dalam penelitian ini,

maka peneliti memberikan batasan waktu atau tahun, yaitu pada rentang tahun

250 sampai 940 M. Dan dengan adanya pembatasan masalah yang ingin dikaji

oleh penulis, tulisan ini diharapkan berfokus kepada batasan masalah yang sudah

ditentukan oleh penulis.

Setelah penulis membatasi masalah pembahasan dalam penelitian ini,

penulis juga menggarisbawahi beberapa rumusan masalah pada kajian ini, yang

dianggap menarik dan patut untuk dikaji dalam peneliti ini, di antaranya:

1. Bagaimana perkembangan tulisan Arab serta peranannya dalam peradaban

Arab pra-Islam ?

2. Bagaimanakah sejarah penulisan dan pengkodifikasian al-Qur‟an pada

masa itu ?

3. Bagaimanakah sejarah perkembangan kaligrafi Arab setelah

berkembangnya Islam ?

D. Tujuan Penelitian

Sebagaimana mestinya, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui

lebih jauh tentang sejarah perkembangan kaligrafi Arab pada masa pra-Islam

sampai kodifikasi al-Qur‟an (250-940 H).

Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk

memaparkan apa yang menjadi judul dari kajian ini, dengan tujuan;

1. Untuk mengetahui perkembangan tulisan Arab dan peranannya dalam

peradaban Arab kuno.

2. Untuk mengetahui sejarah penulisan dan pengkodifikasian al-Qur‟an.

3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kaligrafi Arab setelah datangnya

Islam.

Page 19: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

9

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, penulis membaginya ke dalam tiga

poin, yaitu:

1. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan tentang peran kaligrafi (tulisan Arab) pada

peradaban kuno.

b. menambah wawasan tentang bagaimana perkembangan tulisan Arab

pasca datangnya Islam (al-Qur‟an).

c. Sebagai sarana pengembangan pola pikir peneliti dan penambahan

wawasan dalam bidang peradaban seni Islam sebagai khazanah Islam

yang pernah ada.

2. Bagi Lembaga

a. Sebagai sarana kajian dalam ilmu pengetahuan dan seni budaya Islam.

b. Memberi masukan dan wawasan kepada sanggar-sanggar atau lembaga-

lembaga seni Islam yang bergelut dibidang kaligrafi, baik wawasan dan

kreatifitas dalam mempelajari seni kaligrafi Islam.

c. Sebagai sarana kajian bagi lembaga formal dan non-formal yang

berkaitan dengan seni budaya Islam.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

a. Dapat memberi kontribusi khazanah keilmuan dan pengetahuan tentang

seni budaya Islam yang pernah berkembang pesat dari dulu hingga

sekarang.

b. Sebagai bahan tambahan kajian bagi yang ingin mendalami dan

melakukan observasi tentang seni kaligrafi Arab.

F. Tinjauan Pustaka

Tema dan judul penelitian yang penulis pilih ini adalah Sejarah

Perkembangan Kaligrafi Arab Pada Masa Pra-Islam sampai Kodifikasi Al-

Qur’an (250-940 M). Dalam pencarian repository universitas-universitas lain

masih minimnya dan kurangnya yang mendalami dan meneliti sejarah

perkembangan seni budaya Islam, khususnya seni kaligrafi Arab. Namun, ada

Page 20: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

10

beberapa peneliti yang membahas hal yang berkaitan dengan seni budaya Islam

yaitu kaligrafi Arab, diantaranya:

Dalam penelusuran penulis di repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penulis menemukan skripsi yang dituliskan oleh Ilham Khoiri jurusan Tafsir-

Hadits fakultas Ushuluddin, yang berjudul; Al-Qur’an dan Kaligrafi Arab: Studi

tentang Pengaruh al-Qur’an terhadap Perkembangan kaligrafi Arab, skripsi ini

kemudian dipublikasikan menjadi sebuah buku yang berjudul; Al-Qur’an dan

Kaligrafi Arab: Peran Kitab Suci dalam Transformasi Budaya (Jakarta: Logos),

dan diterbitkan pada 1999. Buku ini secara fisik memiliki 230 halaman, termasuk

biografi penulis. Dalam skripsi dan buku ini Ilham Khoiri kemudian membuat

beberapa teori temuannya dalam penelitiannya. Tulisan dan penelitian ini lebih

menekankan pembahasannya bagaimana al-Qur‟an memberikan pengaruh

terhadap perkembangan kaligrafi Arab.

Selanjutnya penulis juga menemukan judul skripsi yang membahas

tentang kaligrafi Arab pada masa Abbasiyah yang ditulis oleh Agus Priatna yang

berjudul: Penulisan Mushaf al-Qur’an dan Pengaruhnya Terhadap

Perkembangan Kaligrafi Arab pada masa Abbasiyah, ditulis pada tahun 2005.

Dalam skripsi ini, hanya memfokuskan pembahas tentang perkembangan kaligrafi

Arab dari masa penulisan mushaf al-Qur‟an sampai pada masa Dinasti Abbasiyah.

Kedua tulisan tersebut memiliki kesamaan, yaitu membahas tentang seni

kaligrafi Arab. Dari dua penelitian sebelumnya maka penulis tertarik untuk

membahas tentang apa yang belum dibahas dan dikaji oleh penulis-penulis

sebelumnya. Pembahasan tentang kaligrafi pada masa pra-Islam sampai pada

masa kodifikasi al-Qur‟an, belum dibahas dan dikaji oleh peneliti sebelumnya,

oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji tentang judul dan tema tersebut.

G. Kerangka Teori

Dalam membahas permasalahan di atas, sudah tentu akan menggunakan

pendekatan konsep pemikiran tertentu sebagai penguat ataupun penunjang

masalah yang diajukan. Di antaranya penulis mengutip pendapat Didin Sirojuddin

AR, yang berteori bahwa budaya penulisan Arab atau yang disebut dengan khat

Page 21: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

11

atau kaligrafi sudah ada sebelum datangnya Kitab suci al-Qur‟an yang dibawa

oleh nabi Muhammad. Jauh sebelum Islam dan al-Qur‟an datang, bangsa Arab

kuno sebenarnya sudah mengenal tulisan, namun hanya segelintir orang. Ini

dikuatkan dengan temuan beberapa inskripsi-inskripsi kuno yang tertua tertanggal

250 M. Bangsa Arab kuno adalah bangsa yang memiliki budaya retorika, yaitu

tradisi memberikan informasi dari mulut ke mulut. Namun semenjak kedatangan

Islam dan al-Qur‟an bangsa Arab mulai mengenal dan menggeluti budaya

penulisan Arab (kaligrafi). Hal yang serupa juga dinyatakan juga oleh C.Israr,

yang menyatakan pada zaman Jahiliyah budaya penulisan Arab tidak begitu

berkembang. Dikarenakan sebahagian penduduk Hejaz dan Badawi yang masih

memiliki tradisi hidup berpindah-pindah tempat atau nomaden dan masih dominan

dengan kebiasan bersyair dan berorator. Syair-syair yang bagus dapat mengangkat

derajat keluarga dan kabilah si penyair. Suatu hal yang mendorong budaya

penulisan kaligrafi Arab sebelum Islam, adalah adanya suatu tradisi tahunan

berupa perlombaan pidato dan syair yang diadakan setiap bulan Zulqaidah.

Perlombaan tersebut diikuti oleh para penyair terkenal disetiap kabilah, syair-syair

yang terbaik dijadikan pemenang dan kemudian dituliskan dengan tinta emas

diatas sehelai sutera dan digantungkan didinding Ka‟bah, yang disebut dengan

Mu’allaqat. Disamping adanya tradisi mu’allaqat sebagai hal yang mendorong

budaya penulisan, juga kebiasaan orang Arab yang gemar berniaga tidak lepas

dari pengaruh budaya penulisan. Barulah kedatangan al-Qur‟an dapat merubah

budaya bangsa Arab kuno menjadikan bangsa Arab yang gemar menulis. Teori ini

juga dikuatkan oleh Ilham Khoiri, yang menurutnya sebenarnya tradisi penulisan

pra-Islam sudah ada, namun tidak begitu dominan. Dikarenakan pada masa itu

tradisi retorikalah dan folklore yang sangat berkembang dikalangan bangsa Arab

kuno. Namun setelah datangnya peradaban baru yaitu datangnya Islam, bangsa

Arab mulai mengenal tradisi penulisan. Dengan kerangka teori pemikiran inilah

permasalahan dalam penelitian ini dapat dianalisis.

Page 22: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

12

H. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif-Analisis

dengan pendekatan historis. Metode ini merupakan proses menguji dan

menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang berupa

teks tertulis. Poin-poin yang telah dianalisa, kemudian ditulis atau dipaparkan

sesuai dengan bentuk, kejadian, suasana dan masa berlangsungnya topik

penelitian sejarah yang berkaitan.26

Maka dalam penelitian ini penulis akan

menguraikan bagaimanakah sejarah perkembangan kaligrafi Arab pada pra-Islam

sampai pada masa di mana ada instruksi untuk melakukan kodifikasi al-Qur‟an

(250-940 M).

Dalam Metode Penelitian Sejarah terdapat beberapa syarat-syarat sebagai

sebuah prosedur yang harus diikuti oleh para peneliti sejarah. Adapun prosedur

yang penulis gunakan untuk penelitian skripsi ini adalah Heurestik, Verifikasi,

Interpretasi, dan Historiografi. Pengumpulan data yang penulis lakukan

menggunakan metode kepustakaan (Libary Research) dengan mengakses sumber-

sumber baik primer maupun sekunder yang tertulis berupa buku-buku serta jurnal,

katalog dan internet. Kemudian teknik pengumpulan data melalui tela‟ah terhadap

berbagai bahan kepustakaan.

Adapun tahap-tahap yang penulis gunakan untuk penulisan kajian ini

adalah sebagai berikut.

1. Sumber Data

Data ataupun sumber peneliti dapat dikategorikan menjadi dua: data

primer dan data sekunder. Data primer, adalah beberapa data yang

merupakan data rujukan utama yang menjadi rujukan penulisan karya

ilmiah. Bentuknya berupa dokumen-dokumen penting pada masa dan

zaman itu.

Sedangkan data Sekunder bentuknya seperti buku-buku bacaan,

artikel-artikel, jurnal, dan hasil wawancara pada tokoh yang mempunyai

kapasitas yang mumpuni di bidang tersebut.

26

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI-Press, 1983),

h. 3.

Page 23: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

13

2. Pengumpulan Data

Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan metode penelitian, yaitu; metode Library Research

(Penelitian Kepustakaan) yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca,

mempelajari serta menelaah buku-buku dan dokumen yang berkaitan

dengan pembahasan yang penulis teliti.

Sedangkan sumber-sumber lainnya, penulis melakukan kunjungan ke

beberapa perpustakaan antara lain: Perpustakaan Umum UIN Jakarta dan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan

beberapa kali penulis melakukan kunjungan ke Perpustakaan LEMKA

Sukabumi, sumber-sumber yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi

ini. Barulah setelah itu, data-data dihimpun dan diseleksi guna dijadikan

sebagai rujukan utama dalam upaya penulis mendeskripsikan tentang tema

yang telah penulis angkat.

3. Pengolahan Data

Setelah data-data diperoleh, maka tahap selanjutnya adalah

mengklarifikasikan data-data yang sudah didapatkan berdasarkan

permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini. Data-data tekstual

seperti buku, artikel atau jurnal kemudian diperoleh serta dimasukkan

sebagai data penunjang untuk tema yang sedang di bahas dalam penelitian

ini.

4. Analisis Data

Setelah dilakukan klarifikasi data, tahap selanjutnya yang penulis

lakukan adalah melakukan analisis yang bersifat kualitatif, dalam artian

penulis akan menguraikan data-data historis tersebut dengan menggunakan

pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan konteks. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sejarah sosial dan seni budaya.

Adapun buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis

dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, terbitan (CeQDA 2007),

menjadi buku acuan yang penulis gunakan untuk membantu dalam hal

teknik penulisan kajian dan penelitian ini.

Page 24: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

14

I. Sistematika Penulisan

Untuk menyajikan laporan dan penulisan penelitian, sekaligus memberi

gambararan yang jelas dan sistematis tentang materi yang terkandung dalam

penelitian ini. Penulis menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima (5) bab

dengan urutan sebagai berikut:

Bab I adalah berisi tentang signifikansi tema yang di angkat terdiri dari:

latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi

penelitian, dan terakhir sistematika penulisan.

Bab II merupakan bab yang membahas tentang Kaligrafi dan Tradisi

bangsa Arab: pengertian kaligrafi, asal-usul kaligrafi, huruf dan abjad Arab, dan

tradisi bangsa Arab.

Bab III berisi tentang sejarah kodifikasi dan penulisan al-Qur‟an:

penulisan al-Qur‟an pada masa Rasulullah, pengumpulan dan penulisan al-Qur‟an

pada masa khalifah Abu Bakar, penulisan dan penghimpunan al-Qur‟an pada

masa khalifah Utsman bin Affan, penulisan dan penyempurnaan mushaf al-Qur‟an

pada masa dinasti Umayyah, penulisan dan penyempurnaan mushaf al-Qur‟an

pada masa Abbasiyah.

Bab IV berisi tentang Perkembangan kaligrafi Arab pada masa pra-Islam

sampai kodifikasi al-Qur‟an (250-940 M): sejarah kemunculan kaligrafi Arab dan

perkembangannya, penulisan dan kodifikasi al-Qur‟an, dan perkembangan

kaligrafi Arab setelah datangnya Islam.

Bab V berisi kesimpulan penelitian yang merupakan pandangan penulis

tentang hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan merupakan hasil akhir

yang dapat penulis berikan sebagai puncak dari kegiatan penelitian yang

dilaksanakan. Sedangkan saran-saran merupakan anjuran penulis kepada para

akademisi yang memiliki perhatian terhadap penelitian sejarah dan kebudayaan

Islam, terutama yang berkaitan dengan seni dan kebudayaan Islam khususnya di

bidang kaligrafi Arab.

Page 25: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

15

BAB II

TRADISI BANGSA ARAB DAN KALIGRAFI

A. Tradisi Bangsa Arab

Kata „Arab‟ dewasa ini menunjukkan kepada penduduk sejumlah negeri

yang luas, yang menggunakan bahasa Arab dengan berbagai ragam dialeknya

sebagai bahasa keseharian dan etnisitas utama mereka. Makna kata ini mencakup

mereka yang hidup di perkotaan (ahl al-hadhar) maupun di gurun pasir (ahl al-

wabar atau ahl al-badiyah). Kata dengan makna ini digunakan juga oleh para

ilmuwan untuk mengenali kelompok etnis pengguna bahasa Arab pada zaman

Sebelum Masehi dan abad-abad menjelang kelahiran agama Islam, sebagaimana

tertuang dalam berbagai sumber kesejarahan.1

Berdasarkan dua karakteristik daratannya, penduduk Semenanjung Arab

terbagi ke dalam dua kelompok utama: orang-orang desa (Badui) yang nomaden2

dan masyarakat perkotaan yang menetap. Sisi negatif dari orang-orang Badui

adalah mereka orang Badui nomad untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya yang

tidak mereka miliki dari tetangganya yang lebih nyaman tempat tinggalnya, dan

hal itu dilakukan melalui jalur kekerasan. Sebagian orang Badui nomad dikenal

sebagai perampok darat atau makelar. Namun adapula sebagian kelompok orang-

orang Badui memilih untuk hidup nomad dengan tujuan untuk melarikan diri dan

melindungi diri dari dari gempuran dan serangan musuh atau suku lain. Bangsa

Arab kuno merupakan bangsa yang memiliki rasa fanatisme yang tinggi terhadap

kabilahnya (suku atau klan). Salah satu fenomena yang dimunculkan oleh pola

relasi antar suku atau kabilah di kawasan Semenanjung Arab adalah maraknya

peristiwa pembegalan, dan perampokan terhadap kabilah atau perkemahan suku

1Abdul Aziz, Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam (Jakarta: Pustaka Alvabet,

2011), h. 157. 2Kelompok orang yang tidak memiliki dan mempunyai tempat tinggal tetap, berkelana dari

satu tempat ke tempat lain, biasanya pindah pada musim tertentu ke tempat tertentu sesuai dengan

keperluan kelompok itu. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Pusat Bahasa, (Jakarta:

Gramedia Pustaka, 2008), edisi ke-4, h. 325.

Page 26: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

16

lain.3 Ini disebabkan kondisi sosial-ekonomi kehidupan gurun hingga menjadi

semacam penyimpangan dan penyakit sosial. Oleh sebab itu tidaklah berlebihan

bila pada masa itu dikenal dengan masa Jahiliyah atau masa kegelapan. Bangsa

Arab pra-Islam biasanya disebut dengan Arab Jahiliyah, bangsa yang belum

berperadaban, tidak mengenal aksara.4

Namun, ada sisi positif yang tidak kalah menarik untuk disimak dari bangsa

Arab pra-Islam. Menurut Didin Sirojuddin AR, orang-orang Arab kuno telah

disifatkan sebagai bangsa penyair. Sebuah keluarga atau kabilah (suku)

merasa lebih bangga mempunyai seorang penyair sebagai anggota

keluarganya daripada seorang panglima perang. Penyair-penyair ini

sebagaimana kebanyakan penyair lain, sangat ingin dikenang hingga ke anak

cucunya, dan untuk mencapai kesitu penyair harus memiliki dua orang murid

yang diharapkan menghafal sajak-sajak syairnya, dan kemudian diturunkan

kegenerasi selanjutnya. Mereka tidak suka menulis sajak-sajak syair mereka,

dan mereka lebih mengutamakan hafalan mereka.5

Dalam sejarah bangsa Arab, di antara karya seni yang dikembangkan

mereka pada masa pra-Islam tidak ada satu pun yang melebihi dan menyamai seni

puisi (shi’r) sebagai sumber estetika. Puisi merupakan bentuk ekspresi estetis dan

bakat terbaik mereka dalam bidang seni verbal (fann qawli). Dengan bahasanya

yang singkat, padat dan tepat, puisi digubah sebagai bentuk karya sastra lisan

yang dituangkan dalam beberapa perangkat matra (wazn) yang berima tunggal

(qafiyah), dan dimaksudkan terutama untuk mempengaruhi para pendengarnya.

Oleh karena itu, umumnya para penyair senantiasa memusatkan perhatian pada

kesempurnaan bentuk dan keindahan sebagai norma fundamental yang banyak

menentukan nilai sebuah karya puisi.6

Kecintaan bangsa Arab terhadap puisi merupakan salah satu aset kultural

yang mereka miliki. Diakui oleh Philip K. Hitti, tidak ada satu pun bangsa di

dunia ini yang menunjukkan apresiasi yang sedemikian besar terhadap ungkapan

3Philip K. Hitti, History of the Arab, Terj. Cecep Lukman Yasin, dkk, (Jakarta: Serambi,

2002), h. 28-32. Lihat juga Ahmad Amin, Fadjar Islam, terj. Zaini Dahlan (Jakarta: Bulan

Bintang, 1968), Cet. ke-1h. 25-26. 4Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 27.

5Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, (Jakarta: Multi Kreasi Singgasana, 1987), h. 19.

Lihat juga Philip K. Hitti, The Arabs a Short History, diterjemakan oleh Usuludin Hutagalung dan

O.D.P Sihombing, Dunia Arab Sedjarah Ringkas (Bandung: Sumur Bandung, 1970), h. 152. ;

Ahmad Amin, Fadjar Islam, h. 83-88. 6Andri Ilham, Puisi Arab dan Protes Sosial; Kajian atas Puisi Pinggiran Sa‘alik pra-Islam,

(Jakarta: Transpustaka, 2016), h. 34.

Page 27: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

17

bernuansa puitis dan sangat tersentuh oleh kata-kata, selain bangsa Arab. Watak

seni mereka dituangkan ke dalam bentuk ungkapan. Jika orang-orang Yunani

mengekspresikan kreativitas seninya dalam bentuk seni patung dan arsitektur,

orang-orang Ibrani dalam bentuk lagu keagamaan (psalm), maka orang-orang

Arab menuangkannya dalam bentuk syair (qasidah) sebagai bentuk ungkapan

estetis.7

Sebagai media pengungkapan yang paling dikenal bangsa Arab pra-Islam

di mana budaya oral menguasai mereka, sejak awal muncul dan berkembangnya

puisi melalui pendengaran, bukan bacaan, lewat lagu, dan tulisan.8 Bangsa Arab,

jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain seperti Mesir, Babilonia dan Cina

yang telah sukses mengembangkan sistem tulis dan memiliki bentuk kaligrafi atau

tulisan yang sangat kompleks, boleh dikatakan sebagai pendatang yang agak

terlambat. Padahal, tulisan mereka memiliki tempat kedua sesudah aksara

Romawi, yang banyak dipakai dalam berbagai penulisan, sampai sekarang.

Tabiat dan tradisi orang Arab kuno yaitu bangsa yang suka berpindah-

pindah atau nomaden yang belum memiliki catatan sejarah atau historiografi yang

dapat dijadikan acuan.9 Bangsa Arab bukanlah suatu bangsa yang memiliki

keagungan tersendiri terhadap tulisan seperti halnya bangsa Romawi, Cina dan

Mesir kuno. Orang Arab kuno tidak terbiasa mencatat peristiwa-peristiwa penting

dan bersejarah untuk didokumentasikan. Karena itu sangatlah susah mencari data

tertulis atau prasasti yang membuktikan peta sejarah perjalanan sebuah kerajaan di

Jazirah Arabia. Dapat dikatakan bahwa orang Arab kuno di zaman jahiliyah

bukanlah semata-mata sebagian besarnya buta huruf, bahkan juga dari satu segi

anti huruf.10

Akan tetapi mereka memiliki suatu kekuatan unik, yaitu “tradisi mulut ke

mulut” (tradisi folklor atau oral) dalam menyimpan informasi atau untuk

7Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 112.

8Adonis, Ats-tsabit wa al-Mutahawwil: Bahts fî al-Ibda’ wa al-Itba ‘inda al-Arab.

Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Khairon Nahdiyyin, Arkeologi Sejarah-Pemikiran

Arab-Islam (Yogyakarta: LKiS, 2009), jilid ke-4, h. 20. 9Y. M. Safadi, Islamic Calligraphy (London: Thumes and Hudson, 1978), h. 7.

10Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 18. Lihat juga Philip K. Hitti, The Arabs a

Short History, h. 13-24.

Page 28: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

18

menyampaikan komunikasi. Tradisi oral dominan penggunaannya lebih

disebabkan karena ia sudah mengakar dalam masyarakat Arab pra-Islam.

Kekaguman mereka terhadap seni bahasa yang indah, dan bahkan bagi setiap

orang apabila ia dapat menghafal atau mentransmisikan puisi-puisi para penyair

kabilahnya dari generasi ke generasi.11

Menghafalkan puisi pada masa itu telah

menjadi ilmu tersendiri, sehingga hafalan merupakan sesuatu yang dianggap

membanggakan, dan menjadi ukuran dalam menilai kapasitas keilmuan seseorang.

Tradisi menulis bangsa Arab pada waktu itu hampir tidak ada, kecuali pada

beberapa kalangan tertentu. Faktor inilah yang menyebabkan tulisan Arab tidak

mengalami pertumbuhan dan bahkan amat lambat.

Oleh para ahli, kelambanan ini diakibatkan dari kecenderungan kehidupan

bangsa Arab sendiri. Pada masa sebelum Islam, mayoritas bangsa Arab dikenal

memiliki tabiat-tabiat yang kurang kondusif bagi perkembangan tulisan. Menurut

Ilham Khoiri R., terdapat empat jenis kebisaan yang dimiliki bangsa Arab, antara

tabiat dan kebiasaan tersebut adalah: pertama, mereka hidup secara nomad

(berpindah-pindah) dari satu daerah ke daerah lain dengan berbagai macam

motivasi seperti untuk mencari daerah yang subur atau menghindari penyergapan

musuh dari suku lain.12

Meskipun ada yang menetap, yaitu etnis Quraish yang

membentuk aliansi perdagangan di Makkah. Kebiasaan nomad ini membuat

mereka sibuk dengan perpindahan dan mempersempit kemungkinan membangun

suatu kebudayaan. Kedua, mereka hidup bersuku-suku dengan rasa fanatisme

kesukuan (‘ashobiyah) yang sangat kental dan rasa toleransi antar suku yang

kecil. Saling membanggakan suku dan keturunan masing-masing sambil

merendahkan suku dan keturunan lain, sehingga seringkali terlibat peperangan

antar suku. Oleh sebab itu, sulit untuk mendirikan suatu komunitas bersama yang

bersatu. Ketiga, mereka tidak memiliki budaya tulis-menulis, tak pernah

mementingkan catatan sejarah kehidupan mereka tidaklah tertuliskan. Sebagian

besar mereka adalah buta huruf. Sedikit sekali orang yang mampu menulis, hanya

beberapa pemuka masyarakat yang jumlahnya sangat minim yang memiliki

11

Andri Ilham, Puisi Arab dan Protes Sosial, h. 35. 12

Philip K. Hitti, History of the Arab, h. 28.

Page 29: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

19

kemampuan menulis. Meskipun demikian, beberapa di antara bangsa Arab masih

memerlukan tulisan, terutama untuk kebutuhan perniagaan dan guna menulis

syair-syair terbaik yang digantungkan pada dinding Ka‟bah (mu’allaqat)13

.

Ketidak mampuan tulis-menulis mengantarkan mereka untuk mengandalkan

metode hafalan, yang pada gilirannya menjadi tolak ukur kecerdasan dan

kemampuan ilmiah seseorang. Keempat, mereka jauh dari ilmu pengetahuan

secara umum. Pengetahuan mereka tentang ilmu politik, ekonomi, sosial,

kedokteran dan lain-lain sangat tertinggal dari bangsa-bangsa lain seperti Romawi

dan Persia.14

Hanya saja, bangsa Arab mengerti mengenai astronomi dan

meteorologi (ilmu falak), tentang sejarah, pengobatan berdasarkan pengalaman,

perdukunan dan serta tata bahasa dan sastra. Untuk bidang tata bahasa dan sastra

harus diakui bahwa kemampuan bangsa Arab memang cemerlang.15

Namun, menurut literatur Arab ada satu tradisi yang menguatkan bahwa

bangsa Arab sudah mengenal tulisan. Terbukti dengan ditemukannya suatu tradisi

tahunan pada masa pra-Islam yang disebut dengan Al-Mu’allaqat (gantungan)

sebagai karya seni sastera yang indah dan sempurna yang punya nama terhormat

karena dituliskan dengan tinta emas dan digantungkan pada dinding Ka‟bah. Pada

masa Arab pra-Islam, tulisan Arab tidak begitu berkembang. Tidak begitu banyak

yang bisa menulis dan membaca, sebagian besar penduduk Hejaz masih diselimuti

kegelapan buta huruf, apalagi bagi penduduk badui yang hidupnya nomaden.

Keahlian baca-tulis hanya dimiliki oleh golongan yang sangat kecil, yaitu rahib-

rahib yang beragama Yahudi dan Nasrani.

13

Syair-syair yang terbaik yang menjadi pemenang dalam perlombaan itu, kemudian ditulis

dengan tinta emas di atas sehelai sutera halus dan digantungkan di dinding Ka‟bah. Syair-syair

yang di gantung di Ka‟bah ini dinamakan al-Mu’allaqat. Lihat C. Israr, Dari Teks Klasik sampai

ke Kaligrafi Arab (Jakarta: Yayasan Masagung, 1985), h. 42 ; Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi

Islam, h.19 ; Philip K. Hitti, History of The Arabs, h. 116. 14

Ahmad Amin, Fadjar Islam, h. 18-19. 15

Ilham Khoiri R., Al-Qur’an dan Kaligrafi Arab (Jakarta: Logos, 1999), h. 57-62.

Page 30: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

20

B. Huruf dan Abjad Arab

Kata huruf berasal dari bahasa Arab: Harfun, al-Harfu (حرف، الحرف) .

Huruf Arab juga disebut dengan Huruf Hijaiyah (هجائية), kata Hijaiyyah berasal

dari kata Hajaa (هجي) yang berarti: mengeja, menghitung huruf, membaca huruf

demi huruf dengan harakat. Huruf hijaiyah juga disebut dengan alfabet Arab. Kata

alfabet itu sendiri berasal dari bahasa Arab: Alif, Baa, Taa (الف، باء، تاء). Abjad,

alfabet atau huruf hijaiyyah yang kita kenal sekarang berjumlah duapuluh delapan

(28) huruf tunggal, tanpa menyertakan huruf lam alif dan hamzah.16

ي ه ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و

Penamaan huruf-huruf dengan Abjad diambil dari nama-nama huruf yang

empat pada urutan pertama, yaitu: alif, baa, jim, dan dal (ا، ب، ج، د). Abjad Arab

yang mula-mula mencakup dua puluh dua (22) huruf, karena telah dikurangi enam

huruf, yaitu: ث، خ، ذ، ض، ظ، غ. Orang-orang Arab terdahulu tidak pernah

menyebutnya, karena huruf-huruf tersebut belum diberi tanda bunyi atau tanda

baca17

(harakat dan nuktah). Ketika huruf-huruf diberi tanda titik, untuk

menjaganya dari kekeliruan baca, yakni pada masa al-Hallaj di bawah koordinasi

Nashir ibnu Ashim al-Laitsi dan Yahya ibnu Ya‟mur al-„Udwani: mereka

menyatukan ذ، ض، ظ، غ، ث، خ (tsa, kha, dzal, dha, zha, ghain) dengan abjad dan

menamakannya rawadif.18

Dengan demikian huruf hijaiyah berjumlah 28 huruf

seperti yang kita kenal sekarang.

Tulisan merupakan suatu media komunikasi yang sejak lama sudah

dikenal dalam sejarah kebudayaan dan peradaban manusia. Tulisan sebagai

simbol bahasa yang disebut juga dengan istilah aksara, khath, dan sebagainya,

pada garis besarnya terdiri dari dua jenis, yaitu piktogram19

dan idiogram20

.

16

Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi, h. 5. 17

Tanda baca dalam tulisan Arab terdiri dari titik yang disebut naqt dan i’jam; dan barisan

yang disebut harakat atau syakal. Namun, jika disebut huruf al-mu’jam, maka artinya adalah huruf

hijaiyah juga, atau huruf yang bertanda baca alias huruf hidup. Ada yang mengartikan i’jam

sebagai penerang, karena dengan tanda-tanda tersebut huruf-huruf menjadi terang dan jelas

bacaannya. Bahkan istilah syakal sering juga digunakan, baik untuk titik ataupun harakat. Sebab,

syakal yang mempunyai arti „bentuk‟ telah membentuk tulisan menjadi kata-kata yang dapat

dipahami. Lihat Didin Sijoddin AR., Seni Kaligrafi Islam, h. 22. 18

Kamil al-Baba, Dinamika Kaligrafi Islam, h. 77. 19

Piktogram adalah tulisan gambar, yakni tulisan yang makna atau pengertiannya berawal

dari gambar-gambar benda. Bentuk tulisannya benar-benar dibuat berupa gambar-gambar dari apa

Page 31: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

21

Tulisan merupakan suatu batas pemisah dari zaman sejarah. Pada zaman di

mana suatu bangsa di dunia belum mengenal baca-tulis, belum

mempergunakan tulisan, maka zamannya disebut zaman pra-sejarah.

Peradaban dan kebudayaan dari zaman hanya dapat diketahui dan bersumber

dari fosil dan artefak. Oleh sebab itu dalam bahasa Sangsekerta, zaman pra-

sejarah disebut zaman Nirleka, artinya zaman belum adanya tulisan.21

Dari perspektif bahasa, tradisi alfabet atau tulisan Arab merupakan satu

dari dua jenis tulisan besar di dunia di samping jenis tulisan Punisia yang kelak

menghasilkan jenis tulisan Yunani (Latin). Tulisan Arab terbagi menjadi dua

cabang, selatan dan utara. Jenis tulisan Arab selatan terdiri dari 29 huruf, tertulis

dalam bentuk huruf capital. Jenis tulisan Arab selatan ini masih terus digunakan

hingga periode awal,22

tetapi kemudian ditinggalkan setelah muncul tulisan Arab

Tua (Old Arabic Script). Sementara itu, tulisan Arab utara terdiri dari 28 huruf,

dengan beberapa variasi tulisan lokal yang ditemukan bukan hanya di wilayah

utara dan tengah Arabia, tetapi juga di kalangan masyarakat diaspora23

Arab di

Babilonia dan kerajaan lainnya.24

C. Pengertian Kaligrafi Arab

Secara etimologi, kaligrafi berasal dari bahasa Inggris, calligraphy yang

berasal dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu kallos: beauty (indah) dan

yang dimaksudkan; misalnya kata gunung dinyatakan dengan sebuah garis zigzak seperti bentuk

sebuah gunung. Kata matahari dinyatakan dengan sebuah garis lingkaran; kata ikan dinyatakan

dengan gambar seekor ikan, dan sebagainya. Dalam jenis piktogram ini termasuk tulisan Mesir

Purba dan tulisan China. Namun, menurut KBBI: Piktogram ialah idiogram yang berupa gambar

untuk mengungkap amanat tertentu, misal tanda lalu lintas. Lihat KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia), h. 1073. 20

Idiogram adalah tulisan bunyi, yang berasal juga dari piktogram, tetapi sudah disesuaikan

sehingga kesan gambar menurut bentuk yang kongkrit sudah tidak terlihat lagi. Huruf-huruf hanya

merupakan perlambangan dari bunyi dan jumlahnya tidak lagi sebanyak huruf-huruf piktogram,

tetapi sudah disederhanakan. Tulisan-tulisan yang termasuk jenis idiogram ini adalah tulisan

Phunisia, tulisan Arab, tulisan Romawi dan sebagainya. Sedangkan menurut KBBI: ideogram

adalah tanda grafis yang dipakai untuk menggambarkan bagian ujaran, ada logogram dan

piktogram. Lihat KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), h. 517. 21

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 3-4. 22

Kala itu jenis tulisan ini sesekali digunakan untuk mengekspresikan bahasa Arab; bahkan

jenis tulisan yang digunakan pada pemenang syair yang disebut dengan Mu’allaqat dituliskan

dengan jenis tulisan Nabathi, yang saat jenis tulisan ini berkembang di wilayah Arab bagian

selatan. 23

Masa tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia dan bangsa

tersebut tidak memiliki negara, misalnya; bangsa Yahudi sebelum Israel berdiri pada tahun 1948.

Lihat KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), h. 325. 24

Abdul Aziz, Chiefdom Madinah, h. 161.

Page 32: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

22

graphein: to write (menulis) yang berarti: tulisan yang indah atau seni tulisan

indah. Dalam bahasa Arab, biasa disebut khat25

yang berarti garis atau coretan

pena yang membentuk tulisan tangan.26

Dan disebut fann al-khath dalam arti seni

memperhalus tulisan atau memperbaiki coretan.27

Menurut Didin Sirojuddin AR, Kaligrafi adalah kegiatan menulis dan

menyempurnakan huruf alif sampai ya dengan menggunakan pena. Huruf

atau akasara menjadi objek artistik dan asketik didalam mngekspersikan

gagasan, inspirasi serta kepekaan seninya. Kaligrafi Islam juga disebut

sebagai “ The Art of Islamic Art”. Dahulu, setiap kali nabi Muhammad

mengajarkan ayat-ayat al-Qur‟an yang baru diwahyukan kepadanya, saat itu

pula Nabi selalu meminta kepada para sekretarisnya untuk menuliskannya.

Maka tidaklah salah jika dikatakan usia kaligrafi Islam seumur dengan

sejarah Islam itu sendiri.28

Syeikh Syam al-Din al-Afkani menyatakan, secara terminologis bahwa

kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal,

letak-letaknya, dan tata cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun.

Atau apa-apa yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan

menentukan mana yang tidak perlu ditulis; mengubah ejaan yang perlu digubah

dan menentukan cara bagaimana untuk menggubahnya.29

Yakni terdapat didalam

delapan jenis kaligrafi yang berkembang dewasa ini:

1. Naskhi 5. Diwani Jali

2. Tsulus 6. Farisi

3. Rayhani 7. Riq‟a

4. Diwani 8. Kufi

25

Khat berasal dari bahasa Arab, Khath (خط). Secara etimologis, khat berarti garis; baris;

tulisan atau sejenisnya yang dirangkai menggunakan tangan. Adapun secara terminologi, Majdi

Wahbah dan Kamil al-Muhandis, mendefinisikan khat sebagai simbol atau rumus yang digunakan

oleh sekelompok manusia sebagai media untuk membaca dan memahami dialektika (kalam) dari

bahasa tertentu. Dikutip dari Ali Romdhoni, Al-Qur’an dan Literasi, (Jakarta: Linus, 2013), h.

160. 26

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 1. 27

Al-Mu‘jam al Wajiz, (Majma„al-Lughah al-„Arabiyah, 1995), h. 203 28

“Dari Tulis ke Lukis” Festival Muharram Bayt al-Qur‟an dan Museum Istiqlal. Katalog

Pameran Kaligrafi Islam 7 Desember-31 Maret 2011, h. 11 29

Dikutip dari Irsyad al-Qasid bab Hasr al-‘Ulum oleh Abu al-Abbas Ahmad ibn ‘Ali al-

Qalqasyandi dalam Subh al-A’syafi Shina’ah al-insya, (Kairo: Kustatasumas wa Syarikahu, tth), h.

3-4. Dikutip juga oleh Didin Sirojuddin AR. dalam: Seni Kaligrafi Islam, h. 65.

Page 33: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

23

Ada pula yang mengatakan bahwa kaligrafi merupakan apa-apa yang

ditulis para ahli dengan sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan suatu ilmu

tersendiri tentang tata cara menulis, yang meneliti tentang tanda-tanda bahasa

yang bisa dikomunikasikan, yang ditorehkan secara proporsional dan harmonis,

yang dapat dilihat secara kasat mata dan diakui sebagai susunan yang dihasilkan

lewat kerja kesenian.30

Sedangkan menurut Muhammad Thahir ibn „Abd al-Qadir al-Qurdi dalam

karyanya Tarikh al-Khath al-‘Arabi wa Adabihi pernah menyimpulkan sekitar

tujuh macam pengertian kaligrafi atau khat dan kemudian menyimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan kaligrafi adalah suatu kepandaian untuk mengatur gerakan

ujung-ujung jari dengan memanfaatkan pena dalam tata cara tertentu. Yang

dimaksud dengan “pena” di sini adalah pusat gerakan ujung-ujung jari; sementara

“tata cara tertentu” merujuk pada semua jenis kaidah-kaidah penulisan.31

Dibandingkan dengan seni Islam yang lain, kaligrafi memperoleh

kedudukan paling tinggi, dan merupakan ekspresi spirit Islam yang sangat khas.

Oleh karena itu kaligrafi sering disebut sebagai "seninya seni Islam". Kualifikasi

ini memang pantas karena kaligrafi mencerminkan kedalaman makna seni, yang

esensinya berasal dari nilai dan konsep keimanan. Oleh sebab itu kaligrafi

berpengaruh besar terhadap bentuk ekspresi seni yang lain atau dengan kata lain,

terhadap ekspresi kultural secara umum. Hal ini diakui oleh para sarjana Barat

yang banyak mengkaji seni Islam, seperti Martin Lings, Titus Burckhardt,

Annemarie Schimmel, dan Thomas W. Arnold.

Keistimewaan kaligrafi dalam seni Islam terlihat terutama karena

merupakan suatu bentuk "pengejawantahan" firman Allah SWT yang suci.

Disamping itu, kaligrafi merupakan satu-satunya seni Islam yang dihasilkan murni

oleh orang Islam sendiri, tidak seperti jenis seni Islam lain (seperti arsitektur, seni

lukis dan ragam hias) yang banyak mendapat pengaruh dari seni dan seniman non-

30

The Encyclopedia Britanica, (USA: Encyclopaedia Britanica, inc., 1970), Vol.4, h. 656. 31

Muhammad Thahir ibn „Abd al-Qadir al-Qurdi al-Makki al-Khaththath, Tarikh al-Khath al-

‘Arabi wa Adabihi, (Hijaz, 1982), Cet. ke-3, h.17.

Page 34: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

24

muslim. Tidak mengherankan jika sepanjang sejarah, penghargaan kaum muslim

terhadap kaligrafi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis seni yang lain.32

Sedangkan menurut Nurcholish Madjid, Kaligrafi sesungguhnya

merupakan suatu fase kesinambungan yang harmonis. Kaligrafi Arab

mengekspresikan paham Ketuhanan yang abstrak (dalam arti, Tuhan yang tidak

bisa dilukiskan) dengan menekankan pernyataan diri Tuhan melalui wahyu. Maka

kaligarfi kebanyakan, dicurahkan untuk mengekpresikan kekuatan wahyu itu.

Kaligrafi dalam Islam semata-mata hanya menggunakan media huruf dan tulisan

Arab. Ini tidak saja karena huruf Arab dipakai untuk menuliskan bahasa-bahasa

kaum Muslimin (meski bukan bahasa Arab, sepeti bahasa Persi, Kurdi, dan Urdu)

tetapi lebih-lebih lagi karena dukungan watak huruf Arab itu sendiri bagi seni

kaligrafi fleksibel dan elastis, sehingga mudah dibentuk bagi tujuan-tujuan

ornamental dan dekoratif tertentu. Dengan alternatif Khath yang kaya seperti

Naskhi, Tsuluts, Riq’a, Rayhani, Diwani, Farisi, Kufi dan seterusnya, seorang

seniman kaligrafi dapat memilih tema yang dianggapnya paling sesuai bagi

tujuannya.33

Kaligrafi adalah salah satu karya kesenian Islam yang paling penting.

Kaligrafi Islam yang muncul di dunia Arab merupakan perkembangan seni

menulis indah dalam huruf Arab yang disebut khat. Definisi tersebut

sebenarnya persis sama dengan pengertian etimologis kata kaligrafi dari kata

Yunani kaligraphia (menulis indah). Dalam perkembangannya, huruf Arab

yang menjadi objek seni khat berkembang sesuai dengan perkembangan

tempat dimana tempat asal seni khat berada. Demikian pada abad ke-10,

misalnya, gaya kufi merupakan awal perkembangan khat yang tadinya agak

kaku menjadi semakin lentur dan ornamental meskipun tetap angular.

Kemudian berkembang pula bentuk khat yang bersifat kursif (miring) yang

diwujudkan dalam seni yang disebut sulus, naskhi, raihany, riq’a dan tauqi.

Pada fase berikutnya gaya riq’a dan tauqi tidak tampak lagi

penggunaannya.34

Sementara kata Arab merujuk kepada salah satu komunitas yang berasal dari

rumpun bangsa Semit35

. Istilah Semit ini dinisbahkan kepada Sam bin Nuh.

32

Didin Sirojuddin AR, "Lukisan Tembok, Kaligrafi, dan Arabes" dalam Ensiklopedi

Tematis Dunia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), h. 290-292. 33

Nurcholish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 2009) h. 41-44. 34

Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam

Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), h. 181-184. 35

Istilah Semit berasal dari kata Syem yang tertera pada Perjanjian Lama (Kitab Kejadian,

10:1) melalui bahasa Latin dalam Vulgate (Injil Berbahasa Latin yang ditulis oleh St. Jerome pada

Page 35: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

25

Wilayah asalnya disebut Semenanjung Arabia. Dinamakan Semenanjung

karena wilayah ini dikelilingi oleh sungai dan laut. Secara geografis,

Semenanjung Arab terletak dibagian Barat benua Asia. Semenanjung ini

berbatasan masing-masing: di sebelah utara dengan Irak dan Suriah; di

sebelah selatan dengan Samudra Hindia; di sebelah timur dengan Teluk

Persia dan Laut Oman; dan di sebelah barat dengan Laut Merah. Kawasan

Semenanjung ini sebagian besar terdiri dari gurun yang terhampar luas di

tengah-tengah semenanjung dengan iklim yang sangat panas dan bersuhu

tinggi.36

Dengan demikian, kaligrafi Arab adalah tulisan indah yang berasal dan

berkembang diwilayah Arab. Dalam dalam bahasa Inggris disebut sebagai Arabic

Calligraphy dan dalam bahasa Arab dinamakan al-Khath al-‘Arabi, terdapat pula

sejumlah istilah lain seperti Islamic Calligraphy, Fann al-Khath al-‘Arabi atau

Qur’anic Calligraphy yang merujuk pada hal yang sama, yaitu kaligrafi Arab.

D. Asal Usul Kaligrafi Arab

Menurut Ali Romdhoni, pendapat para sejarawan mengenai asal-usul

kaligrafi Arab secara garis besar dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama,

pendapat yang mengatakan bahwa kaligrafi Arab diciptakan dan diajarkan

langsung oleh Allah melalui nabi Adam a.s. yang kemudian diturunkan kepada

beberapa Nabi lainnya. Pendapat seperti itu, biasanya lebih didasarkan pada

keyakinan teologis dan keagamaan yang menjadikan (QS. Al-Baqarah: 31) dan

(QS. Hud: 25-49) sebagai landasan. Dan tanpa dibangun di atas bukti atau

argumentasi yang rasional. Dalam metode penelitian sejarah, pendekatan model

ini termasuk jenis interpretasi, yaitu interpretasi monistik.37

Kedua, teori yang

didasarkan pada riwayat hadist, yang secara garis besar mengatakan bahwa

kaligrafi Arab diciptakan dan dipelajari oleh beberapa orang ditempat tertentu.

Satu riwayat yang diturunkan Hisyam al-Kalabi, misalnya, menceritakan bahwa

abad ke-4). Penjelasan tradisional yang menyebutkan bahwa rumpun bangsa Semit adalah

keturunan anak Nuh yang tertua dan secara rasial mereka homogen tidak bisa lagi diterima. Lihat

Philip K. Hitti, History of The Arabs, h. 10-11. 36

Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. 1994, Cet. ke-3, h.153-154. Lihat juga:

Ahmad Amin, Fadjar Islam, h.15. 37

Pendekatan ini memiliki kelemahan, yaitu lebih menonjolkan aspek teologi yang

menekankan pada takdir Tuhan sehingga dinamika sejarah terkesan pasif. Lihat Dudung

Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos, 1999), h. 75.

Page 36: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

26

peletakan kaligrafi Arab (al-Khath al-‘Arabi) adalah kaum Adnan bin Ad, salah

satu suku Arab al-„Aribah. Ketiga, teori dan pendapat yang dibangun pada sejarah

dan penemuan arkeologis. Nasiruddin al-Asad, misalnya, mendasarkan

pendapatnya pada benda-benda purbakala dan inskripsi-inskripsi Arab pra-Islam

yang dia teliti. Menurut Nasir, bangsa Arab telah memiliki budaya menulis kurang

lebih tiga abad sebelum kedatangan Islam. Pendapat serupa dinyatakan J.

Cantineau, bahwa tradisi literasi di Jazirah Arab dimulai sejak abad ke tiga

Masehi. Namun menurut Nasir, di sini bukan berarti Arab adalah wilayah yang

berdiri sendiri, yang tidak melibatkan bangsa lain dalam menciptakan tradisi

literasi. Artinya, adalah mustahil kaligrafi Arab dibuat dan muncul secara asli dari

Arab. Lahirnya tradisi penulisan di kawasan Arab merupakan pertemuan beberapa

tradisi dari berbagai wilayah yang diakibatkan oleh kontak budaya, misalnya

karena jaringan perdagangan dan lain sebagainya.38

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ada banyak pendapat berkaitan

dengan asal usul kaligrafi Arab. Sebagian mendasarkan diri pada data-data historis

yang bisa dilacak dan diuji kebenarannya; sebagian lagi menyandarkannya kepada

keyakinan-keyakinan mistis yang sulit dibuktikan secara ilmiah. Walaupun

demikian beragam pendapat dikemukakan, tentang siapa yang mula-mula

menciptakan kaligrafi Arab. Barangkali cerita-cerita keagamaan adalah yang

paling dapat dijadikan pegangan.39

Teori asal-usul dan sejarah kaligrafi Arab juga dikemukakan oleh sejarawan

sekaligus sosiolog muslim, Ibnu Khaldun. Menurutnya, orang-orang Hijaz

mengenal (belajar) tulis-menulis dari Hirah, dan orang Hirah mengenal

tulisan kerajaan Tubba‟ dan Himyar. Oleh karena itu, kaligrafi Arab (al-

Khath al-„Arabi) terkenal dengan nama al-Khath al-Himyari. Tulisan ini

mencapai puncak keindahannya pada masa kejayaannya kerajaan Tubba‟

(para penguasa Yaman pra-Islam). Menurut Ibnu Khaldun, faktor yang

mendukung majunya tradisi literasi di Tubba‟ adalah kesejahteraan ekonomi

dan tingginya peradaban di wilayah ini. Karena itu, bagi Ibnu Khaldun,

kemajuan tradisi literasi di sebuah wilayah sangat ditentukan oleh

keberagaman budaya dan tingkat ketersedian lapangan kerja.40

Meskipun demikian dapatlah disepakati bahwa, seperti dinyatakan Habibullah

Fadhaili, tulisan (termasuk kaligrafi Arab) tidak tercipta secara mendadak

38

Ali Romdhoni, Al-Qur’an dan Literasi, h. 160-167. 39

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h.5. 40

Ibnu Khaldun, Muqaddimah, (Mesir: Musthafa Muhammad, tth), Juz 1, h. 417-418.

Page 37: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

27

dalam satu kesempatan dalam keadaaan yang sempurna, melainkan tumbuh

melewati proses panjang secara berangsur-angsur. Tidaklah diragukan bahwa

setiap jenis tulisan berproses melalui eksperimentasi dan intensifikasi selama

bertahun-tahun dan berkurun-kurun sampai kemudian membentuk tulisan

yang sempurna.41

Kamil al-Baba memaparkan bahwa sebagian ahli menganggap, tulisan Arab

merupakan pecahan dari akar tulisan Suryani, berdasarkan pada adanya

kemiripan bentuk huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Suryani. Sementara

itu, dari kalangan Orientalis ada yang berpegangan pada teori ilmuan Jerman

yaitu Lidzbarsky, bahwa alphabet Arab sebelum Islam tumbuh dari tulisan

Funisia. Namun, ada sebuah pendapat yang telah disepakati oleh para peneliti

di bidang ini, yang dilakukan oleh Orientalis Belanda, Von de Bronden. Hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa tulisan Arab dan Kan‟an tumbuh

bersamaan di pinggiran Jazirah Sinai. Pada tahun 1904-1905, di Sinai,

berhasil dibongkar beberapa ukiran yang ditulis dengan tulisan yang

mendekati bentuk tulisan Mesir Hierogliph.42

Berdasarkan dari itu semua, kemudian sebagian besar sejarawan

berpendapat bahwa kaligrafi Arab berasal dari tulisan Mesir Kuno, yaitu

Hieroglyph yang berkembang pada 3200 SM. yang hurufnya berupa gambar-

gambar (pictograph) dan berjumlah ratusan.43

Ditemukan pada relief di kuburan

Pharao (Fir‟aun) atau raja-raja kerajaan Mesir Purba yang banyak dijumpai di kota

Abidos, tidak begitu jauh dari Thunis yang menjadi pusat kerajaan. Adapula yang

ditulis pada Papyrus44

sejenis tumbuh-tumbuhan yang banyak tumbuh

disepanjang sungai Nil, dipahatkan di batu, dinding-dinding piramida, kuil

pemujaan dan lain sebagainya.45

Tulisan ini berkembang menjadi Herotik dan Demotik yang ditemukan di

lembah sungai Nil. Bentuknya tidak berupa kata-kata terputus seperti tulisan

paku, tetapi menyederhanakan diri dalam bentuk-bentuk gambar sebagai

simbol-simbol pokok tulisan yang mengandung isyarat pengertian

dimaksudnya.46

Bangsa Mesir lalu berdagang dan berhubungan dengan

41

Habibullah Fadhaili, Athlas al-Khath wa al-Khuthuth, terj. D. Muhamad al-Tunji, (Syiria:

Dar Thalas li al-Dirasat wa al-Tarjamah wa al-Nasyr, 1993), Cet. ke-1. h. 10. 42

Kamil al-Baba, Ruh al-Khath al-‘Arabi, terj. Didin Sirojuddin AR., Dinamika Kaligrafi

Islam, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1992), Cet. ke-1, h. 9-10. 43

Abdul Karim Husein, Seni Kaligrafi Khat Naskhi; Tuntunan Menulis Huruf Halus Arab

dengan Metode Komparatif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, tth), Cet. ke-4, h.15. 44

Dari istilah papyrus inilah lahir kata Papier dalam bahasa Prancis, Belanda dan Jerman,

Serta Paper dalam bahasa Inggris yang berarti kertas. Lihat Ilham Khoiri R., Al-Qur’an dan

Kaligrafi Arab, h. 53. 45

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 20-21. 46

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 8-9.

Page 38: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

28

komunitas keturunan Kan‟an Smith yang disebut bangsa Phunisia. Hidup

sekitar tahun 2000-1500 SM, di Libanon dan Lautan Tengah. Dari sini lahir

tulisan Phunisia yang lebih sederhana dan menjadi tulisan bunyi atau

ideogram. Jumlah hurufnya hanya 22 saja, yang mereka beri nama alpha (a),

yang kedua beta (b) dan seterusnya yang kemudian terkenal dengan huruf

alfabet atau abjad.47

Dari tulisan Phunisia timbul lagi tulisan ‘Arami yang digunakan bang

Arami yang mendiami daerah-daerah Palestina, Suriah dan Iraq. Di daerah-daerah

tersebutlah tulisan ‘Armani dahulunya berkembang. Lahir juga, dalam waktu

bersamaan, tulisan Musnad yang tiap huruf-hurufnya terpisah satu dengan yang

lain, tidak seperti tulisan Arab yang lahir kemudian.48

Sampai di sini, para ilmuan

terutama para ahli dari Barat dan Arab berbeda pandangan tentang jenis-jenis

tulisan yang dilahirkan oleh kedua tulisan tersebut. Bahkan, ada yang meyakini

salah satu tulisan tersebut kemudian tidak berkembang atau mati.49

Namun, berdasarkan atas bukti-bukti nyata arkeologis yang pernah

mengadakan penelitian intensif tentang pertumbuhan tulisan Arab yang

berhubungan erat pada ilmu perbandingan bahasa, disimpulkan bahwa kedua

tulisan kedua tulisan-tulisan tersebut melahirkan cabang-cabangnya. Tulisan

‘Armani melahirkan tulisan Nabathi di Hirah dan Satranjili-Suryani di Iraq.

Sementara tulisan Musnad melahirkan Safawi di bukit Landai Safa, Samudi di

kota Samud dan Lihyani di utara Makkah pada pemukiman Bani Lihyan, dan

Humeiri di Hemyar, sebelah selatannya.50

Dari beberapa jenis tulisan tersebut, Didin Sirojuddin AR, menyimpulkan

hanya Musnad dan Nabathi yang benar-benar dianggap sebagai tulisan Arab kuno.

Para ahli tentang Arab Selatan antara lain Klaser, Necker, dan Hommel mampu

mengusut pemakaian Musnad semenjak 1000 tahun SM. Menurut data al-Muqrizi,

tulisan Musnad merupakan tulisan yang banyak dipakai oleh masyarakat Himyar

dan raja-raja Aad.51

Ibnu Khaldun mencatat bahwa orang-orang Hijaz mengambil

47

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 27-28. 48

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 33. 49

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 35. 50

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 20. 51

Didin Sirojuddin AR., “Al-Qur‟an dan Reformasi Kaligrafi Arab”, Ulumul Qur’an, Vol. 1,

1989/1410 H. hal. 54 ; Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 26-27. Lihat juga Ibnu

Khaldun, Muqaddimah, h. 418.

Page 39: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

29

tulisannya dari Hirah, orang-orang Hirah dari Hameir, sedangkan Hameir sendiri

dari Yaman, yang diduga sebagai tempat kelahiran pertama tulisan Musnad.

Hanya saja, peninggalannya dan bukti-buktinya tidak ditemukan secara jelas. Pada

masa selanjutnya, tulisan Musnad tidak digunakan lagi, terdesak oleh tulisan

Kindi dan Nabathi yang menggantikannya.52

Tulisan Nabathi inilah yang dipercaya dan disepekati oleh banyak peneliti

sebagai tulisan yang diadopsi oleh kaligrafi Arab.53

Para peneliti54

setuju bahwa

kaligrafi Arab senantiasa langsung dikaitkan dengan tulisan Nabathi sebagai

bentuk tulisan Arab paling mulia. Tulisan tersebut dipakai oleh suku Nabathi, ras

Arab yang menempati wilayah utara jazirah Arabia di negeri Yordan dengan

ibukota Puerto pada abad 1 SM. Kerajaan Nabathi, dengan wilayah geografisnya

yang strategis, pernah mekar dan mengalami saat-saat kejayaannya. Tanah

kekuasaannya membentang dari Semenanjung Jazirah Arab hingga tetangga-

tetangganya di utara.55

Kepercayaan itu bukan tanpa alasan, lantaran ia didukung oleh bukti-bukti

berupa inskripsi pahatan purbakala yang berhasil ditemukan, yaitu : Inskripsi

Umm al-Jimal (250 M), Inskripsi Nammarah (328 M), Inskripsi Zabad (511-512

M), Inskripsi Huron (568-569 M), dan yang terakhir adalah Inskripsi Umm al-

Jimal II.56

Kelima inskripsi (naqs) di atas yang dikenal dengan Al-Hajar Al-

Khomsah (prasasti lima batu) yang dianggap sebagai asal-usul dan pembuka

sejarah kaligrafi Arab.

52

Abdul Karim Husein, Seni Kaligrafi Khat Naskhi, h.7. 53

Kamil al-Baba, Ruh al-Khath al-‘Arabi, h. 10. 54

Di antara peneliti yang berpendapat demikian adalah: Francis Robinson, Atlas of Islamic

World Since 1500, (London: Phaidon Press, Ltd., 1982), h. 200 ; Yasin Hamid Safadi, Islamic

Calligraphy, (London: Themes and Hudson, 1978), h. 7 ; Abdulkebir Khatibi dan Muhammed

Sijelmassi, The Splendours of Islamic Calligraphy, (London: Themes and Hudson, 1976), h. 60. 55

Kamil al-Baba, Ruh al-Khath al-‘Arabi, h. 20-21. 56

Kamil al-Baba, Ruh al-Khath al-‘Arabi, h. 21-23. Lihat juga W. Montgomery Wall,

Pengantar Studi al-Qur’an; Penyempurnaan atas Karya Richard Bell, terj. Taufik Adnan Amal,

(Jakarta: PT Rajawali Pers, 1991), h. 46-47; Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h.32-37 ;

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h.37-38 ; Y. Hamid Safadi, Islamic

Calligraphy, h. 6 ; Abdulkebir Khatibi dan Muhammed as-Syjelmassi, The Spledours, h. 22 ;

Habibullah Fadha„ili, Athlas al-Khath wa al-Khuthuth, h. 97-100 ; M. Quraish Shihab, Mukjizat

al-Qur’an : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung:

Mizan, 1997), Cet. ke-1, h. 92-93.

Page 40: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

30

BAB III

KODIFIKASI DAN PENULISAN AL-QUR’AN

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam dan pedoman hidup para

penganutnya, agar selalu mengikuti norma-norma hukum untuk mewujudkan dan

membina suatu masyarakat. Al-Qur‟an yang diturunkan kepada nabi Muhammad

dimulai pada malam bukan puasa tanggal 17 Ramadhan, pada saat Nabi telah

berusia 40 tahun bertepatan dengan dengan tanggal 6 Agustus 610 M.1 Wahyu

pertama yang diturunkan kepada Nabi adalah surat al-„Alaq.2 Dan ayat yang

terakhir diturunkan kepada Nabi adalah surat al-Maidah ayat 3 pada saat Nabi

sedang melaksanakan wukuf di Arafah melakukan haji Wada pada tahun

kesepuluh Hijriyah atau 7 Maret 622 M.3 Al-Qur‟an kemudian menjadi kitab suci

kaum Muslimin yang prosesnya disampaikan secara berangsur-angsur kepada

nabi Muhammad saw selama kurang lebih 23 tahun.4

Menurut Harun Nasution, bahwa dalam faham dan keyakinan kita sebagai

umat Islam, al-Qur‟an sebagai kitab suci, mengandung sabda Tuhan (Kalam

Allah), yang melalui wahyu disampaikan kepada nabi Muhammad, seperti

dijelaskan dalam al-Qur‟an, proses pewahyuan ada tiga macam: Pertama, yang

kelihatan adalah pengertian atau pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan seorang

timbul dalam dirinya, timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang

menerangi jiwanya. Kedua, wahyu berupa pengalaman dan penglihatan dalam

keadaan france, ru‟yat atau kasyf (vision). Ketiga, wahyu dalam bentuk yang

disampaikan melalui utusan atau malaikat yaitu Jibril, dan wahyu serupa ini

disampaikan dalam bentuk kata-kata. Dan wahyu yang disampaikan kepada nabi

Muhammad adalah wahyu dalam bentuk ketiga.5

1Ibrahim al-Abyadi, Sejarah Al-Qur‟an (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 35-36.

2Karen Armstrong, Muhammad: Prophet for Our Time, terjemahan Yuliani Lipito, (Bandung:

Mizan, 2006), h. 19-20. 3Teungku Muhammad Hasbi ash-Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur‟an dan

Tafsir (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 32-34. 4Abdul Aziz, Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam (Jakarta: Pustaka Alvabet,

2011), h. 88. 5Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan. 1995), h.17.

Page 41: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

31

Wahyu dalam bentuk kata-kata disampaikan kepada nabi Muhammad

tidak secara langsung sekaligus, tetapi bertahap dan berangsur-angsur dalam masa

kurang lebih dari dua puluh tiga tahun, dengan salah satu tujuannya yaitu

memudahkan Nabi untuk menghafalkannya, sebab pada masa awal Islam, metode

hafalan masih cukup dominan di kalangan masyarakat Arab. Hanya ada beberapa

orang yang memiliki kemampuan baca-tulis. Di antara mereka adalah Sa„id bin

Zuharah, al-Mundzir bin Amr, Ubay bin Wahhab, Zayd bin Tsabit, Rafi‟ bin

Malik dan Anas bin Khawli.6 Nabi Muhammad sendiri pun diyakini sebagai

seorang yang ummi,7 (tidak bisa baca-tulis) sesuai dengan apa yang dinyatakan

dalam al-Qur‟an (QS. 7:157-158). Ke-ummi-an Nabi ini dikuatkan dengan adanya

tiga peristiwa, yaitu; Nabi mengangkat sekretaris dan beberapa penulis wahyu;

ketika menerimah surat dari al-Abbas sebelum perang Uhud, beliau meminta

dibacakan oleh Ubay bin Ka„ab; dan Nabi meminta dituliskan perjanjian dengan

utusan Tsaqif.8

A. Penulisan al-Qur’an pada masa Rasulullah

Proses pengumpulan al-Qur‟an meliputi proses penyampaian, pencatatan,

pengumpulan catatan, dan kodifikasi, sehingga menjadi sebuah mushaf al-Qur‟an

yang disebut dengan Jam‟ al-Qur‟an. Semua proses ini merupakan bagian dari

upaya untuk mengamankan dan melestarikan kitab suci al-Qur‟an.9

Cara paling lazim dalam menjaga al-Qur‟an pada masa Nabi dan sahabat

adalah dengan metode hafalan. Hal ini selain karena masih banyaknya sahabat

yang buta huruf, juga karena hafalan orang Arab ketika itu terkenal sangat kuat

dan dominan. Bisa dimaklumi juga pencatatan dan penulisan al-Qur‟an belum

merupakan alat pemelihara yang handal, karena dari segi teknis, alat-alat tulis

ketika itu masih sangat sederhana dan rawan terhadap kerusakan. Bahkan tempat

6C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab (Jakarta: Yayasan Masagung, 1985), h.

47-48. Ibrahim al-Abyadi, Sejarah Al-Qur‟an, h. 31. 7Annemarie Schimmel, Calligraphy and Islamic Culture (London: I.B. Tauris & Co Ltd

Publishers, 1990), h. 77. Lihat juga pendapat Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur‟an (Bandung:

Mizan, 1998), h. 71. 8Ibrahim al-Ibyariy, Pengenalan Sejarah al-Qur‟an, terj. Saad Abdul Wahid, (Jakarta:

Rajawali Press, 1995), Cet. ke-3, h. 37-38. 9Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Quran (Jakarta: PT. Pustaka Alvabet, 2013),

h.142.

Page 42: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

32

dan media menulis berasal dari pelepah kurma dan tulang-tulang yang gampang

lapuk dan patah, tinta yang mudah luntur, dan qalam (alat tulis) yang sangat

sederhana.10

Upaya pelestarian al-Qur‟an pada masa Nabi yaitu setiap kali menerima

wahyu beliau langsung mengingat dan menghafalkannya. Selanjutnya Nabi

menyampaikan kepada para sahabatnya. Kemudian sahabat menyampaikannya

secara berantai kepada sahabat-sahabat lain. Sebagian sahabat, di samping

langsung menghafalnya, juga mencatatnya sesuai dengan urutan-urutannya

berdasarkan petunjuk Nabi yang kemudian disimpan di rumah Nabi dan mereka

menyalinnya untuk dibawa pulang. Catatan-catatan itu tidak dimaksudkan untuk

orang lain, tetapi sebagai koleksi pribadi.11

Kalau ada ayat-ayat al-Qur‟an yang turun, para sahabat berlomba-lomba

menghafalnya, lalu disampaikan kepada keluarga dan sahabat-sahabat lain. Jika

ada masalah, mereka langsung mengkonfirmasikannya kepada Nabi, kemudian

beliau segera memberikan penjelasan, Karena hafalan Nabi sangat kuat, dan

bahkan Nabi digelari dengan Sayyed al-Huffadzh (penghulu para penghafal al-

Qur‟an).12

Penulisan al-Qur‟an pada masa Nabi sudah dikenal secara umum. Meski

demikian, tetapi sesungguhnya Nabi sendiri memerintahkan penulisan al-Qur‟an.

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi memiliki juru tulis yang biasa diperintahkan

untuk menuliskan wahyu Beberapa sahabat dikenal sebagai penulis wahyu, antara

lain: Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi

Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan, Khalid bin Walid, Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin

Tsabit, Tsabit bin Qais, Amir bin Fuhairah, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asyari,

Aban bin Sa„id dan Abu Darda.13

10

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur‟an dan

Tafsir, h. 61-63. 11

M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Qur‟an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), h. 27. 12

Ibrahim al-Abyadi, Sejarah Al-Qur‟an, h. 34. 13

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 47. Lihat juga Quraish Shihab,

Sejarah dan Ulumul Qur‟an, h. 28. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shidieqy, Sejarah dan

Pengantar Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, h. 59-60.

Page 43: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

33

Sementara itu, beberapa sahabat lain juga menulis al-Qur‟an dalam

dokumen pribadi masing-masing atas inisiatif sendiri. Semangat penulisan

semakin marak, apalagi sesudah mendapatkan kemenangan pada perang Badar

dan menahan beberapa orang Quraisy yang pandai membaca dan menulis,

Rasulullah menetapkan tebusan tawanan yang tidak bersedia masuk Islam dan

tidak mampu membayar tebusan untuk masing-masing mengajarkan baca-tulis

kepada sepuluh anak muda Madinah.14

Saat itu, penulisan al-Qur‟an tidak dilakukan secara kolektif, sehingga al-

Qur‟an tidak terkumpul dalam satu buku, akan tetapi ayat-ayatnya ditemukan

terserak dan tersebar di tangan para sahabat. Tulisan dan ayat-ayat al-Qur‟an

tersebut masih berserakan dalam berbagai versi dan bahan. Media penulisan pun

bermacam-macam, seperti pada ar-Riqa‟ (kulit binatang), al-Likhaf (lempengan

batu), al-Aktaf (tulang binatang), al-„Usbu (pepelah kurma). Tersebarnya ayat-

ayat al-Qur‟an disebabkan oleh proses turunnya al-Qur‟an secara berangsur-

angsur.15

Menurut Taufik Adnan Amal, bahwa pengumpulan ayat-ayat al-Qur‟an

pada masa nabi Muhammad ditempuh dengan dua cara:

1. Al-Jam‟u fis Sudur. Para sahabat langsung menghafalnya setiap kali

Rasulullah menerima wahyu. Hal ini bisa mereka lakukan dengan mudah

karena budaya orang Arab dalam menjaga turast (peninggalan nenek

moyang melalui syair atau cerita) dengan media hafalan. Mereka sangat

masyhur dengan kekuatan daya ingatnya.

2. Al-Jam‟u fis Suthur. Setiap kali turun wahyu, nabi Muhammad saw selalu

membacakan secara langsung kepada sahabat, kemudian memerintahkan

mereka untuk menulikannya dengan hati-hati sambil melarang para

14

Ibrahim al-Ibyari, Pengenalan Sejarah al-Qur‟an, h. 41. Hal yang sama juga dinyatakan

oleh Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 60-61. 15

Emsoe Abdurrahman dkk, The Amazing Story of Al-Qur‟an (Bandung: Salamadani, 2009),

h. 38; Hal serupa juga diungkapkan oleh M. Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ulum

al-Qur‟an/Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 83; C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke

Kaligrafi Arab, h. 47; Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin (Jakarta: Bulan

Bintang, 1979), h. 388.

Page 44: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

34

sahabat untuk menulis perkataan-perkataan Nabi karena dikhawatirkan

akan bercampur dengan ayat-ayat al-Qur‟an.16

Barulah pada masa Khulafa al-Rasyidin, tulisan itu dikumpulkan dalam

satu mushaf yang disepakati, dan dikenal sebagai kodifikasi al-Qur‟an. Usaha

bermula dari banyaknya yang gugur para penghafal al-Qur‟an akibat peperangan

dengan para pemberontak dan yang menginspirasikan gagasan ialah „Umar bin

Khathtab untuk mengumpulkan ceceran tulisan al-Qur‟an yang ada dalam satu

mushaf. Kalau dihafal saja, „Umar khawatir al-Qur‟an akan berangsur-angsur

hilang seiring dengan berkurangnya penghafal al-Qur‟an. Diusulkanlah gagasan

itu kepada Abu Bakar sebagai khalifah saat itu.17

B. Pengumpulan dan Penulisan al-Qur’an pada masa Abu Bakar as-Shidiq

Setelah nabi Muhammad saw wafat dan Abu Bakar dipilih dan diangkat

menjadi sebagai khalifah, terjadilah pembangkangan dalam hal pembayaran zakat,

dan gerakan keluar dari agama Islam (murtad) di bawah pimpinan Musailamah al-

Kadzab. Gerakan ini segera ditindak oleh Abu Bakar dengan mengirimkan

pasukan khusus di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Terjadilah pertempuran di

Yamamah pada tahun 12 H, yang tidak sedikit memakan korban dikalangan

pasukan Islam termasuk 70 sahabat yang menghafal al-Qur‟an.18

Peristiwa yang tragis itu mendorong Umar bin Khaththab untuk

menyarankan kepada khalifah agar segera dihimpun dan dikumpulkan ayat-ayat

al-Qur‟an dalam Mushaf atau Shuhuf (kodifikasi), karena kekhawatirkan

kehilangan sebagian ayat-ayat al-Qur‟an dengan wafatnya sebagian para

penghafalnya. Gagasan dan ide yang disarankan oleh Umar diterima oleh Abu

Bakar dengan ragu-ragu, karena Abu Bakar takut umat Islam beranggapan bahwa

kalau ayat-ayat al-Qur‟an sudah ada dalam mushaf akan mengahapus tradisi lama

16

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Quran, h.142-144. Lihat juga Emsoe

Abdurrahman dkk, The Amazing Story of Al-Qur‟an, h. 38-39. 17

Emsoe Abdurrahman dkk, The Amazing Story of Al-Qur‟an, h. 39-44. 18

Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur‟an (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), h. 16.

Page 45: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

35

yaitu hafalan, karena mereka akan berprinsip bahwa semua itu telah dituliskan ke

dalam mushaf.19

Ditinjuau dari segi lain, Abu Bakar adalah seorang yang benar-benar berhati-

hati dalam masalah syari‟at, ia selamanya mengikuti jejak Nabi saw. Maka

apabila Abu Bakar menerima ide dan gagasannya Umar tersebut, ia takut

dirinya dinyatakan sebagai ahli bid‟ah, searu perbuatan yang sangat tidak

disenangi Rasulullah. Oleh karen itu Abu Bakar tegaskan kepada Umar,

“Bagaimana mungkin aku akan berbuat sesuatu yang belum dilakukan

Rasululllah ? lagipula aku takut akan perpecahan, pertengkaran dan

bid‟ah”.20

Namun setelah diadakan diskusi dan pertimbangan-pertimbangan maka

gagasan dan ide yang diusulkan oleh Umar dapat diterima oleh Abu Bakar.

Kemudian khalifah memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit agar segera

menghimpun dan mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an ke dalam satu mushaf.

Zaid bin Tsabit sangat hati-hati dalam menjalankan tugas ini, sekalipun ia

adalah seorang penulis wahyu yang utama dan hafal seluruh ayat-ayat al-Qur‟an.

Zaid dalam menjalankan tugasnya berpegang kepada dua hal, yaitu: pertama,

ayat-ayat al-Qur‟an yang ditulis di hadapan Nabi dan disimpan di rumah Nabi;

kedua, ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang menghafal al-Qur‟an. Zaid

bin Tsabit akan menerima tulisan ayat-ayat al-Qur‟an kalau disaksikan oleh dua

saksi yang adil, bahwa ayat itu benar-benar ditulis di hadapan Nabi atas perintah

dan petunjuk dari Nabi.21

Tugas mengumpulkan dan menghimpun al-Qur‟an dapat dilaksanakan

oleh Zaid bin Tsabit dalam waktu kurang lebih satu tahun, yakni antara sesudah

terjadinya perang Yamamah (632 M) dan sebelum wafatnya Abu Bakar (w. 634

M). dengan demikian tercatat dalam sejarah bahwa Abu Bakar sebagai orang yang

pertama memerintahkan penghimpunan dan pengumpulan ayat-ayat al-Qur‟an

19

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam (Jakarta: Zaman,

2014), h. 109. Lihat juga pendapat Richard Bell, Pengantar Qur‟an, diterjemahkan oleh Lillian D.

Tedjasudhana, (Jakarta: INIS, 1998), h. 35. 20

Moh. Ali ash-Shabunie, Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur‟an (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.

107. Lihat juga Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam, h. 109-

110. 21

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 48.

Page 46: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

36

dalam mushaf atau shuhuf. Dan Umar bin Khaththab sebagai yang pertama

memiliki gagasan dan ide untuk mengumpulkan dan menghimpun al-Qur‟an, dan

Zaid bin Tsabit adalah orang yang pertama-pertama melaksanakan penulisan dan

pengumpulan al-Qur‟an dalam satu mushaf.22

Mushaf atau shuhuf al-Qur‟an itu kemudian disimpan oleh Abu Bakar

seterusnya oleh Umar bin Khaththab setelah Abu Bakar wafat. Kemudian

disimpan Hafsah bin Umar setelah Umar wafat, atas pesan Umar dengan

pertimbangan bahwa Hafsah adalah seorang istri dari Nabi yang menghafal al-

Qur‟an dan bisa baca-tulis. Di samping itu, masalah khalifah pengganti Abu Bakar

harus dimusyawarahkan dahulu, jadi Utsman bin Affan belum ditentukan sebagai

khalifah pada waktu itu.23

Mushaf yang dikumpulkan atau yang dikodifikasi pada masa Abu Bakar

terdapat beberapa keistimewaan:

1. Penyelidikan yang mendetail dan konfirmasi yang sempurna.

2. Tidak ditulis kecuali telah nyata bebas dari nasakh bacaannya secara

konfirmatif.

3. Semua ayat-ayat tersebut telah nyata mutawattir dan berdasarkan pada

kata kesepakatan umat.

4. Mushafnya meliputi semua qira‟at yang tujuh (qira‟at sab‟ah), yang

dinukil secara konfirmatif dan tegas.

Dengan keistimewaan-keistimewaan tersebut, Abu Bakar mendapat

banyak sanjungan dari para sahabat, yang berarti ia telah memelihara al-Qur‟an

agar tidak hilang bersama kalam Allah dan siapa yang memegangnya.24

Terkumpullah seluruh catatan al-Qur‟an yang pada kala itu secara lengkap

dalam sebuah mushaf yang kemudian disimpan Abu Bakar (w. 634 M) lalu

22

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur‟an dan

Tafsir, h. 72-74. 23

Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, h. 389. 24

Moh. Ali ash-Shabunie, Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur‟an, h. 110-111.

Page 47: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

37

disimpan di „Umar bin Khathtâb (w. 643 M). Selain itu, ada pula mushaf-mushaf

lain yang ditulis dan dimiliki secara pribadi oleh para sahabat lainnya.

C. Penulisan dan Penghimpunan al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan

Pada masa khalifah „Utsman bin „Affan (644-656 M), penyebaran Islam ke

daerah-daerah mengakibatkan perbedaan bacaan antar daerah tersebut. Puncak

perbedaan terjadi di kalangan tentara muslim dari Irak ketika berekspedisi ke

Armenia dan Azerbaijan. Oleh Hudzaifah bin al-Yamani, sang panglima perang,

peristiwa ini dilaporkan ke khalifah.25

Hudzaifah bin al-Yamani menyarankan kepada khalifah agar segera

mengusahakan keseragaman bacaan al-Qur‟an dengan jalan menyeragamkan

tulisan al-Qur‟an. Dan kalau masih terjadi perbedaan-perbedaan dalam bacaannya,

diusahakan masih dalam batas-batas yang ma‟tsur (diajarkan oleh Nabi),

mengingat bahwa al-Qur‟an diturunkan dengan memakai tujuh dialek bahasa Arab

yang hidup pada waktu itu.26

Tujuh macam dialek itu sering disebut dengan “tujuh macam pembacaan

(qira‟at) atau dikenal dengan Qiraatus Sab‟ah. Tokoh-tokoh yang memang di

antara mereka yang bacaannya berlainan adalah:

1. Di Madinah, Imam Nafi‟ bin Abi Na‟im, ia belajar kepada 70 ahli

qira‟at, bekas murid dari Abdullah bin Abbas. Imam Nafi‟ meninggal

pada tahun 169 H.

2. Di Mekkah, Imam Abdullah bin Katsir, ia belajar kepada Zaid bin

Tsabit, dan lain-lainnya. Ia meninggal pada tahun 120 H.

3. Di Bashrah, Imam Abu Amr bin al-Alla, ia belajar kepada Sa‟id bin

Jubair dan lain-lainnya. Ia meninggal pada tahun 155 H.

4. Di Dimasyq (Syam), Imam Abdullah bin Amir, ia belajar kepada

Mughirah bin Syu‟bah yang pernah belajar kepda Utsman bin Affan. Ia

kemudian wafat pada tahun 118 H.

25

Ilham Khoiri R., Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab (Jakarta: Logos, 1999), h. 114. 26

Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur‟an, h. 17.

Page 48: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

38

5. Di Kufah, Imam Abu Bakar Aashim bin Najwad, ia pernah belajar

kepada Abdullah as-Sulami dan Zur bin Hubaisy, yang mereka itu

pernah berguru kepada Utsman bin Affan.

6. Di Kufah juga, Imam Hamzah bin Hubaib, ia belajar kepada Said

Ja‟far as-Shidiq, yang sanad qira‟atnya sampai kepada Ali bin Abi

Thalib.

7. Dan terakhir di Kufah, Imam Ali bin Hamzah al-Kusai, ia berguru

kepada Imam Hamzah bin Hubaib.27

Khalifah Utsman dapat menerima ide Hudzaifah, kemudian membentuk

panitia terdiri dari empat orng, yakni: Zaid bin Tsabit, Sa‟id bin al-„Ash, Abdullah

bin al-Zubair an Abdurrahman bin al-Haris bin Hisyam. Panitia ini diketuai oleh

Zaid bin Tsabit yang bertugas menyalin shuhuf al-Qur‟an ang disimpan oleh

Hafsah, sebab shuhuf yang disimpan di Hafsah dipandang sebagai naskah al-

Qur‟an standar.28

Menurut Qasim A. Ibrahim, bahwa faktor utama yang mendorong

penulisan dan penghimpunan al-Qur‟an jilid 2 dapat disimpulkan dan

dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor: Pertama, luasnya daerah-daerah taklukan

dan kekuasaan Islam, dan banyaknya kaum non-Arab yang memeluk Islam.

Sebelumnya, Umar pernah melarang sejumlah sahabat terkemuka untuk pergi

keluar dari Makkah dan Madinah. Hal ini menimbulkan perbedaan bacaan al-

Qur‟an di kalangan masyarakat. Kedua, Utsman ingin menyeragamkan penulisan

al-Qur‟an dengan salah satu dari tujuh huruf (dialek) yang ada. Ditetapkanlah

penulisan al-Qur‟an dengan dialek Quraisy. Bacaan al-Qur‟an dengan dialek-

dialek lain masih diperkenankan sampai lisan orang-orang sudah terbiasa dengan

dialek Quraisy. Keempat panitia penulis al-Qur‟an pernah berbeda pendapat

tentang penulisan kata “tabut” dalam ayat, Dan nabi mereka berkata pada

mereka, “Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya tabut kepadamu,

27

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur‟an dan

Tafsir, h. 67-68; Ibrahim al-Abyadi, Sejarah Al-Qur‟an, h. 85; Richard Bell, Pengantar Qur‟an, h.

43. 28

Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, h. 390.

Page 49: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

39

yang didalamnya terdapat kemenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan

keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dibawa oleh malaikat.” Sungguh, pada

yang demikian itu terdapat tanda kebesaran Allah bagimu, jika kamu orang

beriman (al-Baqarah [2]: 248). Zaid menulisnya tabuh, semetara tiga penulis

sisanya menulisnya tabut. Mereka lalu mengadu persoalan ini kepada Utsman,

dan Utsman pun berkata, “Tulislah tabut karena al-Qur‟an diturunkan dengan

dialek Quraisy.” Tak bisa dipungkiri, ini merupakan pencapaian terbesar khalifah

Utsman bin Affan dan disetujui oleh semua sahabat yang masih ada.29

Panitia yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit diperintahkan menyalin dan

menggandakan shuhuf al-Qur‟an yang berada di Hafsah ke dalam beberapa

mushaf untuk dikirimkan ke beberapa daerah kekuasaan Islam disertai instruksi

bahwa semua shuhuf dan mushaf al-Qur‟an yang berbeda dengan mushaf al-

Utsman yang terkirim itu harus dimusnahkan atau dibakar. Umat Islam dan para

sahabat menyambut dengan baik mushaf Utsman dan mematuhi instruksi khalifah.

Maka dimusyawarahkanlah dan sebagai hasilnya, dibentuk panitia penyeragaman

mushaf yang diketuai Za„id bin Tsabit. Mereka mengumpulkan dan kemudian

melenyapkan seluruh mushaf yang ada, mencari sambil mengevaluasi sandaran-

sandaran yang benar, dan kemudian menyeragamkannya dalam satu model dan

pola saja. Hasilnya adalah suatu kumpulan yang disetujui bersama dan dikenal

dengan nama Mushaf Utsmani. Sejumlah salinan dibuat dan dikirimkan ke daerah-

daerah penting.30

Setelah panitia yang dipimpin Zaid bin Tsabit berhasil melaksanakan

tugasnya, shuhuf Hafsah yang dipinjamnya dikembalikan kepada Hafsah binti

Umar. Marwan bin Hakam seorang khalifah dari dinasti Umayyah (w. 65 H)

pernah memintah Hafsah agar shuhufnya dibakar, tetapi ditolak oleh Hafsah.

Setelah wafatnya Hafsah, shuhuf tersebut kemudian dimusnahkan dengan dibakar.

Tindakan yang dilakukan oleh Marwan ini sebenarnya bertujuan untuk menjaga

29

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam, h. 213-214. Hal

seruapa juga dikemukakan oleh Ibrahim al-Abyadi, Sejarah Al-Qur‟an, h. 59. Taufik Adnan Amal,

Rekonstruksi Sejarah al-Quran, h. 222. 30

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 49-50.

Page 50: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

40

dan mengamankan keseragaman mushaf al-Qur‟an yang telah diusahakan oleh

khalifah Utsman bin Affan dengan menyalin seluruh isi shuhuf Hafsah ke dalam

mushaf Utsmani, dan pula untuk menghindari keraguan umat Islam di masa yang

akan datang terhadap mushaf al-Qur‟an, jika masih terdapat dua macam naskhah

al-Qur‟an (shuhuf Hafsah dan mushaf Utsmani).31

Terdapat perbedaan di antara para ulama tentang jumlah mushaf yang

ditulis dan disalin pada masa Utsman. Kebanyakan ulama mengatakan dan

berpendapat sebanyak empat buah, masing-masing dikirim ke Kufah, Bashrah,

Syiria, dan sementara satu buah lagi disimpan oleh khalifah Utsman. Pendapat

lain mengatakan berjumlah tujuh buah mushaf, yaitu tiga buah dikirimkan

kedaerah Kufah, Bashrah, Syiria, dan tiga buah lagi dikirimkan ke Mekkah,

Yaman dan Bahrain, semetara satu buah mushaf disimpan oleh Utsman. Adapula

yang berpendapat bahwa mushaf yang disalin sebanyak enam buah, masing-

masing dikirim ke Mekkah, Bashrah, Hufah dan Syiria, satu buah beraa di

Madinah, dan satu lagi berada dan disimpan oleh Utsman bin Affan.32

Berapa pun jumlah mushaf yang disalin dan ditulis pada masa Utsman

tidak menjadi masalah dan persoalan. Yang jelas, penggandaan dan penyalinan

mushaf al-Qur‟an yang baku dan standar telah dilaksanakan pada masa khalifah

Utsman bin Affan. Namun demikian, dengan penggandaan dan penyalinan

mushaf, tidak berarti persoalan dan permasalahan yang berkenaan dengan al-

Qur‟an dapat dituntaskan. Perlu diketahui, mushaf Utsmani belum menggunakan

tanda-tanda baca seperti titik dan simbol-simbol bacaan lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, kita bisa membedakan upaya antara

Abu Bakar as-Shidiq dengan apa yang dilakukan Utsman bin Affan dalam

menghimpun, menyalin dan mengkodifikasi al-Qur‟an.

31

Richard Bell, Pengantar Qur‟an, h. 37. 32

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Quran, h. 225. C. Israr, Dari Teks Klasik

sampai ke Kaligrafi Arab, h. 49.

Page 51: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

41

Penghimpunan dan kodifikasi al-Qur‟an yang dilakukan pada masa Abu

Bakar as-Shidiq hanyalah berupa penukilan dan penulisan ke dalam bentuk satu

mushaf menurut aturan ayat-ayat trsebut yang dihimpun dan dikumpulkan dari ar-

Riqa‟ (kulit binatang), al-Likhaf (lempengan batu), al-Aktaf (tulang binatang), al-

„Usbu (pepelah kurma). Dan faktor besar yang mendorong Abu Bakar untuk

melakukan penghimpunan dan pengumpulan ayat-ayat al-Qur‟an adalah

banyaknya pada penghafal al-Qur‟an (huffadzh) yang gugur dalam beberapa

peperangan.

Sedangkan penulisan, penyalinan dan kodifikasi al-Qur‟an yang dilakukan

pada masa Utsman bin Affan hanyalah berupa transkrip mushaf peninggalan Abu

Bakar yang berada pada Hafsah untuk dikirimkan dan disebarluaskan ke daerah-

daerah kekuasaan Islam. Dan faktor penulisan dan penghimpunannya adalah

terjadinya perselisihan dan perbedaan para pembaca al-Qur‟an (Qurra) dalam

membaca ayat-ayat al-Qur‟an.

Adapun arti penting dibalik kodifikasi al-Qur‟an yang dilakukan pada

masa Utsman bin Affan adalah:

1. Menyatukan kaum muslim pada satu macam dan jenis mushaf yang seragam

ejaan dan tulisannya.

2. Menyatukan bacaan, meskipun pada kenyataannya masih ada perbedaan

pada cara membaca. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlawanan dengan

ejaan-ejaan Mushaf Utsmani. Bacaan-bacaan yang tidak sesuai dengan ejaan

Mushaf Utsmani tidak diperbolehkan lagi.

3. Menyatukan tata tertib susunan surat-surat, menurut tata tertib sebagaimana

yang terlihat pada mushaf-mushaf sekarang.

D. Penulisan dan Penyempurnaan mushaf al-Qur’an pada masa Dinasti

Umayyah

Dinasti Umayyah yang berkuasa antara tahun 660-750 M, ketika „Ali bin

Abi Thalib (w. 661 M) menjadi khalifah, lalu hadir bani Umayyah mengambil alih

Page 52: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

42

kekuasaan khalifah sampai kira-kira selama 40 tahun lebih, tidak begitu banyak

mengalami perkembangan penulisan al-Qur‟an dan kaligrafi. Pertumbuhan tulisan

pada dekade ini mengalami kelambatan, terlihat dengan bentuk tulisan atau

rangkaian huruf yang agak terpenggal-penggal. Mushaf Utsmani selanjutnya

ditulis dan disalin terus-menerus sebagaimana adanya dengan tulisan Kufi, tanpa

syakl dan titik.33

Walaupun pada masa dinasti Umayyah perkembangan tulisan mengalami

kelambatan, bukan berarti penulisan al-Qur‟an tidak dilakukan sama sekali.

Penulisan al-Qur‟an pada masa Umayyah terus berlangsung, namun tidak sepesat

masa sesudahnya yaitu dinasti Abbasiyah.

Pada masa dinasti Umayyah timbul inisiatif untuk menyempurnakan

penulisan al-Qur‟an pertama kali. Dikarenakan oleh timbulnya bermacam

kekeliruan bacaan terutama di kalangan bangsa non-Arab atau „ajam, maka Abu

Aswad al-Du‟ali (w. 688 M) mengantisipasinya dengan menciptakan syakl tanda

baca atas perintah Ziad bin Sumayyah, Gubernur Muawiyah di Basrah.

Penyempurnaan selanjutnya dilakukan oleh Khalil bin Ahmad (w. 786 M) dengan

memberikan i‟jam dan kemudian diteruskan dengan sejumlah penyempurnaan lain

hingga mapan dan sempurna seperti yang ada sekarang ini.34

Namun, apa yang dilakukan Abu Aswad belumlah dikatakan sempurna,

Abu Aswad hanya menambahkan dan menempatkan “titik-titik” berwarna merah

pada huruf-huruf yang berfungsi sebagai syakal-syakal yang menunjukkan pada

unsur-unsur kata Arab.35

Selanjutnya upaya peletakan tanda baca dilanjut oleh Al-Khalil ibn Ahmad

al-Farahidi (786 M) mengadakan perubahan atas tanda baca yang diciptakan oleh

33

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 79. 34

Dawud al-Atthar, Persepektif Baru Ilmu al-Qur‟an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), h.

195. 35

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 64-65.

Page 53: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

43

Abu Aswad. al-Khalil justru menggunakan titik-titik sebagai pembeda huruf yang

bentuknya sama tetapi penyebutannya berbeda.36

Pada masa kekuasaan dinasti Umayyah ada seorang kaligrafer pertama

yang paling lama bertahan, ia adalah Quthbah al-Muharrir, ia banyak menciptakan

dan memperbaharui tulisan-tulisan lama, pada akhirnya berlaku setelah

kelahirannya. Quthbah berhasil mewarisikan empat jenis tulisan atau kaligrafi,

yaitu; Tumar, Jalil, Nisf, dan Tsulus, dan dia pulalah yang menciptakan

Tsulusayn. Quthbah juga terkenal dengan jasanya yang menghiasi mihrab masjid

Nabawi di Madinah dengan berragam ayat al-Qur‟an yang ditulis dengan tulisan

indah.37

Abad ketiga Hijriyah diadakan lagi penyempurnaan al-Qur‟an khususnya

dalam bentuk tulisannya. Para penulis al-Qur‟an berlomba-lomba memilih bentuk

tulisan yang baik dan menemukan tanda-tanda yang khas. Mereka memberikan

untuk huruf yang di syaddah sebuah tanda seperti busur. Sedangkan untuk alif

washal diberi lekuk di atasnya, di bawahnya atau di tengahnya sesuai harakat

sebelumnya: fathah, kasrah, atau dhammah. Secara bertahap pula penulis al-

Qur‟an mulai meletakkan nama-nama surah dan bilangan ayat, dan rumus-rumus

yang menunjukkan kepala ayat dan tanda-tanda pemberhentian (wakaf).38

Selanjutnya pada masa pemerintahan khalifah al-Walid bin Abdul Malik

(705-715 M), tidak sedikit menulis dan menyalinkan al-Qur‟an berukuran besar

dengan tulisan dan kaligrafi yang indah. Penulisan al-Qur‟an pada masa dinasti

Umayyah masih menggunakan kaligrafi gaya Kufi. Huruf Kufi ini dijadikan huruf

atau tulisan standar yang banyak dipakai dalam penulisan al-Qur‟an pada masa

itu.39

36

Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi, h. 76. Lihat juga Didin Sirojuddin AR,

Seni Kaligrafi Islam, h. 68-71. 37

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 79. 38

Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Qur‟an, h. 35. 39

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 81-82.

Page 54: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

44

E. Penulisan dan Penyempurnaan mushaf al-Qur’an pada masa Dinasti

Abbasiyah

Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah (750-1258 M), perkembangan

penulisan tercatat dan rupa-rupa inovasi dapat dikenali. Pada awal kekuasaannya,

ada dua kaligrafer yang sering disebut dalam sumber Arab, yaitu al-Dhahak bin

Ajlan yang hidup pada masa khalifah Abu al-Abbas al-Shaffah (750-754 M), dan

Ishaq bin Hammad terkenal dan masyhur pada masa al-Mansur (754-775 M).

Kaligrafer lain, Yusuf al-Sijzi (w. 825 M) berhasil menemukan model-model

tulisan yang lebih bagus dari sebelumnya, yaitu Khafif al-Tsulus, Khafif

Tsulutsain dan al-Riyasi, kemudian al-Ahwal al-Muharrir mengubah dan

menemukan perumusan enam jenis tulisan pokok (al-Aqlam al-Sittah, The Six

Pens), yaitu: Tsulus, Naskh (Naskah), Muhaqqaq (teratur dan pasti), Rahyani

(harum), Riq‟i (potongan-potongan kecil), dan Tauqi‟ (tanda tangan). Dari sini,

lalu muncul gaya tulisan lain seperti, Ghubar (debu), Riyasi, Musalsal

(bersambung), Majmu, Lu‟li Asyar, dan lain-lain.40

Penulisan al-Qur‟an pada masa dinasti Abbasiyah mulai menggunakan

tulisan-tulisan gaya cursif terutama jenis khat Naskhi yang diciptakan oleh Abu

Ali al-Sadr Muhammad ibn al-Hasan ibn Muqlah atau yang dikenal dengan nama

Ibnu Muqlah sebagai tokoh al-Khat al-Mansub (kaligrafi standar), Ibnu Muqlah

sangat berjasa dalam membangun tulisan Naskhi dan Tsulust.41

Pada masa kekuasaan dinasti Abbasiyah mushaf al-Qur‟an sudah

menggunakan kertas sebagai media penulisan ayat-ayat al-Qur‟an. Terutama pada

masa pemerintahan Harun al-Rasyid, untuk penulisan al-Qur‟an khalifah Harun

mendatangkan media berupa kertas dari Cina. Harun al-Rasyid menganjurkan

agar orang-orang tidak menulis kecuali di atas kagad atau kertas. Media berupa

kulit, pelepah kurma atau sejenisnya akan mudah melunturkan tulisan. Pada

beberapa tulisan yang luntur akan menimbulkan kerancuan dan kekacauan dalam

membacanya. Lebih-lebih jika tulisan itu adalah ayat-ayat al-Qur‟an. Lain halnya

40

Ilham Khoiri R., Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 65. 41

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 83-84.

Page 55: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

45

dengan kertas, apabila tulisannya terhapus akan langsung rusak, dan jika

terkelupas, kupasannya akan jelas terlihat. Demikian pendapat Harun al-Rasyid,

sejak itulah seni tulis menulis diatas kertas menyebar luas kemana-mana.

Pada masa berikutnya, Mushaf Utsmani yang telah bertanda baca itu

disalin ulang berkali-kali dengan semangat mengebu-gebu. Hampir dapat

dipastikan tiap-tiap dinasti dan kerajaan Islam memiliki mushaf-mushaf salinan

yang semakin ditingkatkan kualitasnya, baik dari sudut gaya tulisan, hiasan

ataupun lembar halaman yang digunakan. Para khalifah Islam mengadakan

pembuatan mushaf secara besar-besaran, bahkan para Shah Persia, dinasti

Moghul, dan kekhalifahan Turki Utsmani, tak segan-segan menghaburkan dana

untuk membayar dan membiayai sebuah mushaf dari tulisan Kaligrafer. Para

kaligrafer pun baru merasa puas dan dianggap mencapai puncak prestasi jika telah

menulis mushaf al-Qur‟an.42

Sepanjang sejarah perkembangan kaligrafi Arab dari mula hingga terkini,

aktivitas berkaligrafi sebenarnya sangat identik dengan hiruk-pikuk penulisan

mushaf-mushaf al-Qur‟an. Nama-nama kaligrafer adalah juga nama-nama penulis

mushaf al-Qur‟an yang handal. Memang kaligrafi Arab pada realitasnya tidak bisa

dipisahkan dari al-Qur‟an. Kaligrafi Arab merupakan perwujudan visual dari

wahyu; merupakan penjelmaan teks al-Qur‟an. 43

42

Didin Sirojuddin AR.,“Al-Qur‟an dan Reformasi Kaligrafi Arab”, Ulumul Qur‟an (Jakarta:

LSAF, vol. 1, th. 1989), h. 56. 43

Sayyed Hossein Nasr, Spritualitas dan Seni Islam, terj. Sutejo, (Bandung: Mizan, 1993), h.

29 dan 38.

Page 56: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

46

BAB IV

PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA MASA PRA-ISLAM

SAMPAI KODIFIKASI AL-QUR’AN (250-940 M)

A. Sejarah Kemunculan Kaligrafi Arab dan Perkembangannya

Penelitian para ahli menyatakan bahwa tulisan Arab merupakan proses

lanjutan dari tulisan Hierogliph melalui tulisan Phunisia. Selanjutnya dari tulisan

Phunisia ini timbul lagi tulisan Arami dan tulisan Musnad dengan segala jenisnya.

Bangsa Aramy mendiami daerah-daerah Palestina, Syria, dan Irak. Di daerah

tersebut tulisan Arami itu pertama kali berkembang. Tulisan Musnad tiap

hurufnya terpisah yang satu dengan lainnya, tidak seperti tulisan Arab yang lahir

kemudian. Dari tulisan tersebut lahir pula tulisan Shafawi, tulisan Tsamudi,

tulisan Lihyany, dan tulisan Himyari.1

Bangsa Himyari dari selatan jazirah Arab, dalam sejarahnya pernah

mencapai zaman kejayaannya, pada masa pemerintahan al-Tababi‟ah (raja-raja

Tubba‟). Bangsa Himyari ini telah mempunyai tulisan yang berasal dari tulisan

atau khat Musnad. Pada zaman al-Tababi‟ah tersebut, tulisan Musnad semakin

berkembang dan bertambah sempurna, sehingga kemudian lebih terkenal dengan

nama tulisan Himyari atau khath al-Himyari.2

Pemakaian tulisan Himyari semakin bertambah luas dan berkembang

sampai ke Hirah di Irak, yaitu ketika Hirah diperintah oleh kerajaan Manazirah di

bawah dinasti Al-Munzir, sekitar tahun 268-628 M. Di daerah Irak, pernah juga

berdiri kerajaan Anbath, ibu kotanya bernama Petra. Di sana pernah pula

berkembang sejenis tulisan yang disebut tulisan atau khat Nabathi. Orang-orang

Quraisy dari Hijaz sering pergi berniaga atau berdagang ke Syria dan Hyrah. Di

antara mereka ada yang mempelajari tulisan-tulisan yang berkembang di daerah

tersebut, seperti tulisan Siryani dan tulisan Nabthi. Bangsa Siryany mempunyai

1Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1985), h. 6-

7. 2C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab,(Jakarta: Yayasan Masagung, 1985), h.

33.

Page 57: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

47

lagi, tulisan yang disebut tulisan Strangeli (Satranjili-Siryani). Tulisan ini khusus

dipergunakan untuk menulis kitab-kitab suci (The Holy Scriptures).3

Tulisan Himyari, tulisan Strangeli, dan tulisan Nabthi, kemudian

mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan tulisan Arab sesudah

kedatangan agama Islam. Tulisan Strangeli berkembang menjadi tulisan Kufi,

sedangkan tulisan Nabthi berkembang berkembang menjadi tulisan Naskhi. Di

bawah ini dicantumkan silsilah menurut beberapa ahli, ahli Barat (orientalis) dan

ahli Arab (muslim), tentang perkembangan tulisan Hierogliph dari Mesir Kuno

sampai kepada tulisan Arab pada permulaan Islam.4

Pendapat Ahli Barat:

Pendapat Ahli Arab:

3C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 34.

4C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 35.

Page 58: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

48

Suatu bukti yang menguatkan pendapat bahwa tulisan Arab itu berasal dari

tulisan Nabthi, ialah dengan ditemukannya tulisan pada batu (inskripsi) yang

dikenal dengan Naqsh al-Namarah yang berasal dari tahun 328 M yakni hampir

tiga abad sebelum datangnya agama Islam. Menurut penelitian para ahli sejarah

Naqsh al-Namarah ini dianggap sebagai suatu jenis tulisan yang pernah

berkembang di wilayah sebelah utara jazirah Arab dahulunya dan yang sangat

berpengaruh terhadap tulisan Arab yang muncul kemudiannya.5

Seperti disebutkan diatas, tulisan Arab berasal dari tulisan Mesir Kuno

(Kan‟an , Semith atau Tursina). Kemudian berkembang menjadi tulisan Phunisia

(Fieniceqy), dan kemudian berkembang menjadi Arami dan Musnad dengan

cabang-cabang (Arami): Nabathi di Hiran/Huron dan Satranjili-Siryani di Irak;

dan (Musnad): Safawi, Samudi, Lihyani (utara jazirah Arabia) dan Humeiri di

selatan Arab.

Menurut Albert Hourani, bahwa dominannya tradisi puisi dan hafalan pada

masa itu membuat tulisan Arab tidak berkembang pada saat itu, namun tidak

menutup kemungkinan bahwa bangsa Arab sama sekali belum mengenal tulisan,

karena tradisi menulis telah dikenal dijazirah Arab; huruf-huruf dalam bahasa

Arab selatan telah ada berabad-abad lamanya. Huruf-huruf Arab pertama, dalam

tulisan Arami, bermula semenjak abad ke-4 M, sedangkan tulisan Arab baru

muncul kemudian. Di luar huruf-huruf, penulisan mungkin juga telah digunakan

dalam perdagangan jarak jauh.6

Hal tersebut berdasarkan atas temuan-temuan arkeologi yang pernah

melakukan penelitian tentang pertumbuhan tulisan Arab yang memiliki hubungan

erat dengan Ilmu Perbandingan Bahasa. Perkembangan tersebut dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Tulisan Mesir Kuno (Hierogliph) adalah sumber kelahiran tulisan

Phunisia (Fieneceqy).

2. Tulisan Phunisia berkembang menjadi dua cabang: Arami dan Musnad.

5Kamil al-Baba, Ruh al-Khath al-„Arabi, terj. Didin Sirojuddin AR., Dinamika Kaligrafi

Islam, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1992), Cet. ke-1, h. 10-12. 6Albert Haourani, Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim, ter. Irfan Abubakar (Bandung: Mizan,

2004), h. 57.

Page 59: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

49

3. Tulisan Arami melahirkan tulisan-tulisan: Nabathi di Hirah dan

Satranjili-Siryani di Irak.

4. Tulisan Musnad berkembang dan melahirkan jenis tulisan-tulisan:

Safawi, Samudi, dan Lihyani di Jazirah Arabia utara, dan Humeiri di

bagian selatan.

5. Tulisan Nabathi dinyatakan sebagai induk dari jenis tulisan atau khat

Naskhi.

6. Sedangkan tulisan Satranjili-Suryani kemudian berkembang menjadi

jenis tulisan atau khat Kufi yang sebelum datangnya Islam bernama Hieri

(diambil dari kata Hirah, kota kelahiran tulisan tersebut) dan sering juga

dinamakan dengan Jazm.7

1. Tulisan Musnad dan Nabathi

Para ahli tentang “Arab Selatan” mengatakan bahwa Quthbania,

Hadramaut, Saba, Himyar, Ausan, Dzu Reidan, dan Yaman merupakan

pemerintahan-pemerintahan Arab yang berkuasa di selatan jazirah Arab,

masyarakat tulen dan kaligrafi yang mereka pakai adalah Musnad. Juga telah

ditemukan beberapa tulisan di jazirah Delius Yunani dan Gazza Mesir, yang

semuanya menggunakan tulisan Musnad tersebut. Atas dasar tersebut dapat

disimpulkan bahwa seni (fan) Musnad adalah kaligrafi tertua yang pernah

diketahui di semenanjung Arab.

Tulisan dibaca dari kanan ke kiri seperti tulisan Arab. Tapi sewaktu-waktu

dibaca dari kiri ke kanan seperti model tulisan latin. Sering juga dicampuradukkan

antara dua sistem, yaitu dengan mula-mula ditulis dari kanan ke kiri. Apabila

selesai satu baris, maka baris di bawahnya ditulis dari kiri ke kanan.

Ibnu Khaldun mencatat, bahwa orang-orang Hijaz mengambil khat-

khatnya dari Hirah, orang-orang Hirah dari Hameir, sedangkan Hameir sendiri

dari Yaman, yang diduga sebagai tempat kelahiran pertama kaligrafi Musnad.8

Al Muqrizy menulis pula, bahwa fan Musnad adalah kaligrafi yang mula-

mula dari sekian banyak kaligrafi yang dipakai oleh masyarakat Humeiri dan raja-

7Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 20. Hal serupa juga dikemukan oleh Taufik

Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Quran (Jakarta: PT. Pustaka Alvabet, 2013), h.140-141. 8Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 28.

Page 60: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

50

raja „Ad.9 Khat Musnad yang sudah sedemikian lama bertahan, dan berpengaruh

besar di hampir seluruh jazirah Arab akhirnya tergeser oleh pengaruh tulisan

Kindi, yakni suku yang bermukim di selatan jazirah Arab, sebelum masa Islam,

dan tulisan Nabthi. Nabathie adalah kerajaan yang berdiri kokoh pada abad I SM

dengan kekuasaan yang memanjang dari Sinai dan bagian selatan Arab

melampaui daerah-daerah Damaskus Syria dengan wilayah-wilayah Madyan,

Selat Aqaba, Hijaz, Palestina dan Hirah. Kerajaan tersebut berpusat di kota-kota

penting Hijr, Petra, dan Bushra yang bertahan di bawah penindasan sejak 150 SM

oleh bangsa Romawi sampai sekitar tahun 105 M.

Tidak berarti, bahwa tulisan Musnad musnah sama sekali. Sebab interaksi

antara tulisan lama dengan pendatang baru tersebut telah melahirkan cikal-bakal

tulisan Nabthi Mutakhir, yang pada hakekatnya masih merupakan rantai

penyambung dari tulisan Musnad yang lebih lengkap dan sempurna.10

Ciri-ciri tulisan pada masa itu antara lain huruf-huruf ditulis bergandengan

seperti sekarang. Huruf hidup tidak ditulis dan belum memakai titik. Orang-orang

Nabathie tidak saja berkerabat dekat dengan kabilah Arab, bahkan juga banyak

bergantung kepada usaha dagang bersama dan mempunyai hubungan kultural

dengan mereka. Orang-orang Nabathie juga merupakan masyarakat yang gemar

berpindah-pindah seperti masyarakat Arab umumnya. Ini telah menjadi tradisi

turun-temurun pada masyarakat kuno yang berlokasi di kawasan tandus.

Berbeda dengan tulisan Musnad, tulisan Nabthi bisa diketahui lebih jelas

karena adanya bukti-bukti inskripsi yang ditemukan. Data tersebut

mengambil nama-nama sesuai dengan lokasi di mana inskripsi-inskripsi

tersebut didapat, menurut Didin Sirojuddin AR., selanjutnya perkembangan

tulisan-tulisan Arab dapat dilihat dari beberapa bukti-bukti dan temuan

inskripsi-inskripsi pada masa pra-Islam dan setelah Islam. Seperti inskripsi

Umm al-Jimal (tertanggal dari kira-kira 250 M), di tulisan dengan tulisan

Nabathi-Arami, di daerah Umm al-Jimal Syiria. Inskripsi kedua adalah

inskripsi Nammarah, yang dikenal sebagai karya syair Imru al-Qays. Di

temukan di daerah Nammarah di sekitar Huran Syiria. Ditulisan dengan jenis

tulisan Nabathi Mutakhir (bertahun 328 M), dari isi inskripsi tersebut kuat

dugaan bahwa Imru al-Qays salah seorang raja atau kepala kabilah di Arab

utara. Dan tulisan pada inskripsi tersebut diduga sebagai tulisan Arab utara

9Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 28-29.

10Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 32.

Page 61: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

51

tertua yang pernah ada. Dan inskripsi yang ketiga adalah inskripsi Zabad

(511-512 M), ditulis dengan tiga bahasa dan jenis tulisan: Yunani, Suryani

dan Nabathi Mutakhir, pada puing reruntuhan Zabad sebelah tenggara

Aleppo, antara Qisrin dan sungan Eufrat. Dan yang keempat adalah inskripsi

Harran (Huran), yang berasal dari tahun 568-569 M, ditemukan di wilayah

timur pegunungan Druzze, dengan bahasa dan tulisan Greek dan Arab

(hampir menyerupai jenis tulisan Kufi). Dan inskripsi temuan terakhir adalah

inskripsi Umm al-Jimal II, pada abad ke-6 di kawasan Umm al-Jimal diantara

Syiria dan Yordania sekarang. Inskripsi ini merupakan naskah Arab kuno

yang paling muda yang diketemukan. Tulisan pada Inskripsi ini lebih

mendekati tulisan Arab al-Qur‟an (jenis tulisan Kufi), dan jauh dari jenis

tulisan Nabathi.11

Pemakaian tulisan Nabathi pada masa selanjutnya memunculkan jenis

Nabathi Mutakhir yang kemudian melahirkan beberapa cabang lain, seperti

yang dihimpun Ibnu al-Nadhim, yaitu Hieri (dari kota Hirah di Irak), Anbari

(kota Anbar), Makki (Makkah), dan tulisan Madani (Madinah). Dua yang

terakhir kerap disebut Hijazi, karena berada wilayah Hijaz. Nama-nama

tersebut sama sekali tidak menunjuk pada bentuk atau corak sendiri-sendiri

yang bebas, tetapi semuanya mirip dan berpangkal pada Nabathi Mutakhir.

Sebenarnya, tulisan-tulisan tersebut hanya terdiri dari dua bentuk pokok, yaitu

mabsuth yang bersudut-sudut (dry writing/ tulisan kering) dan mudawwar

yang bundar dan lentur (soft writing/ tulisan lembut). Tulisan mabsuth pada

waktu belakangan lazim dikenal dengan tulisan Kufi.12

2. Corak Kaligrafi Awal

Kaligrafi Arab pada masa permulaannya di Hejaz, dapat dikatakan terbagi

menjadi dua kategori besar. Pertama, Mabsut wa Mustakim (memanjang dan

lurus); kedua, Muqawwar wa Mudawwar (melengkung dan bundar). Ma‟il dan

Mashq dan semua jenis kaligrafi Kufi termasuk ke dalam kategori pertama.

Sedangkan kategori kedua tercakup tulisan jenis kursif.13

a. Jenis Mabsuth wa Mustaqim

Tulisan (khat) jenis Mabsuth wa Mustaqim yang identik dan belakang lazim

dikait dengan khat Kufi. Khat Kufi juga disebut dengan khat Muzawwa

(kubisme), yakni suatu jenis tulisan atau kaligrafi Arab yang berbentuk siku-

siku, dimana tulisan ini semula berasal dari khat Hieri (Hirrah), yakni suatu

tempat bernama Hirah dekat Kufah. Dengan kelahiran nama Kufah pada

tahun 640 M sebagai pusat agama dan pemerintahan Islam, maka dengan

sendiri khat Hieri berubah nama menjadi khat Kufi. Khat Kufi sering juga

11

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 31-36. 12

Didin Sirojuddin AR., “Al-Qur‟an dan Reformasi Kaligrafi Arab”, Ulumul Qur‟an, Vol. 1,

1989/1410 H. hal. 37-38. 13

Aswab Mahasin (Ed.) Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Konsep Estetika, ( Jakarta:

Yayasan Festival Istiqlal, 1996), h. 161.

Page 62: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

52

disebut Jazm dan merupakan evolusi dari khat Satranjili-Suryani. Ada dua

jenis tulisan yang berkembang di Makkah dan Madinah, di saat

perkembangan jenis khat Mabsuth, yakni khat Ma‟il dan khat Mashq. Kedua

jenis kaligrafi ini memiliki persamaan bentuk dengan huruf-huruf Kufi

dimana akhri keduanya melebur dan menyatu menjadi bentuk tulisan atau

kaligrafi Kufi.14

Ciri-ciri kaligrafi Kufi sangat jelas, yakni berukuran seimbang yang spesifik

dengan sifat bersudut-sudut atau persegi yang mencolok, memiliki tarikan

garis vertikal pendek dan garis-garis horizontal yang memanjang dalam

ukuran sama lebar. Begitu jelas bahwa tulisan berbentuk empat persegi

panjang. Dalam gaya hiasam dam iluminasi, ukuran tersebut tidak menjadi

landasan yang mengikat. Misalnya, pada tarikan garis vertikal yang dibikin

panjang-panjang melebihi garis horizontalnya. Namun tetap harus ditekankan,

bahwa tulisan kufi adalah tulisan bersiku-siku.15

Hingga pada masa awal Islam tulisan jenis ini, yaitu kaligrafi Kufi begitu

dominan penggunaannya, dan digunakan untuk penulisan al-Qur‟an bahkan

menjadi tulisan yang diemaskan oleh umat Islam pada masa awal Islam. Dapat

dilihat penggunaannya di beberapa media, seperti di koin atau mata uang dan lain

sebagainya.

b. Jenis Muqawwar wa Mudawwar

Jenis kaligrafi Muqawwar wa Mudawwar atau kaligrafi yang

berbentuk melengkung dan bulat, jenis ini juga biasa dikategorikan kedalam jenis

kaligrafi Cursif. Jenis cursif ini tidak berasal dari jenis kaligrafi Kufi, namun ada

bekas-bekas pengaruh daripadanya. Ini dikarenakan adanya garis klasifikasi yang

jelas diantara tulisan-tulisan yang sedang tumbuh dan berkembang pada masa

tersebut. Nama-nama kaligrafi yang beraneka ragam pada waktu itu lebih sering

kaitkan kepada nama-nama daerah di mana tulisan atau kaligrafi tersebut dipakai.

Dapat dikatakan kaligrafi model atau jenis cursif yang paling mula sekali,

bentuknya kurang indah dan tidak beraturan. Kaligrafi jenis cursif pada awalnya

digunakan terutama untuk maksud-maksud atau yang bersifat keduniaan atau

pergaulan sehari-hari, seperti surat-surat atau adminstrasi pemerintahan dan untuk

tauqi (tanda tangan).16

14

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 46-49. 15

Yasin Hamid Safadi, Islamic Calligraphy, (London: Thames adn Hudson Limited, 1978), h.

10. 16

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 76-78.

Page 63: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

53

Selanjutnya jenis tulisan cursif mendapat tempat dan berhasil

menggeserkan jenis tulisan yang dominan masa itu yaitu kaligrafi Kufi pada masa

pemerintahan dinasti Umayyah yang berkuasa, tepatnya pada masa Muawiyah bin

Abu Sufyan (661-680 M), kemudian melahirkan beberapa tokoh kaligrafi

terkemuka. Seperti Ibnu Muqlah, Ibnu al-Bawab, Ya‟qut al-Mu‟tasimi, dan

akhirnya menjadi tulisan yang dibanggakan oleh khalifah-khalifah selanjutnya.17

3. Peranan Kaligrafi Arab masa pra-Islam

Jauh sebelum kedatangan Islam ke jazirah Arab dengan membawa

peradaban baru, bangsa Arab sudah lebih dulu mengenal kaligrafi atau tradisi

tulis-menulis. Namun tidak begitu dominan penggunaan dan peranannya dalam

kehidupan bangsa Arab sehari-hari. Disamping ketergantungan dan kebiasaan

bangsa Arab dalam menyimpan informasi dengan menggunakan hafalannya.

Namun ada beberapa kalangan yang menggunakan tradisi penulisan dalam

kesehariannya, seperti untuk kepentingan perniagaan dan perdagangan. Adapula

beberapa peristiwa dan catatan yang didokumentasikan ke dalam tulisan, pada

masa Arab pra-Islam. Seperti ditemukannya beberapa inskripsi Arab kuno yang

tertua tertanggal tahun 250 M, dan selanjutnya berkembang tradisi Mu‟allaqat

yang menjadi panggung dan wadah bagi para penyair.

a. Dokumentasi dan Inskripsi Arab Kuno

Peranan kaligrafi Arab pada masa pra-Islam dapat dilacak dan ditemukan

di beberapa temuan arkeologi seperti inskripsi-inskripsi Arab kuno, dari yang

tertua tertulis perkiraan tahun 250-270 M, dan yang termuda sekitar abad ke-6 M.

Berikut adalah inskripsi-inskripsi tersebut:

Inskripsi Umm Al-Jimal (tertanggal dari kira-kira 250 M, ditulis dengan

bahasa Nabthi Arami, di daerah Umm Al Jimal, Syria). Kunt Devogue

menentukan bahwa 250 M hanya sebagai waktu perkiraan. Ini adalah masa

permulaan digunakannya khat Nabthi oleh raja-raja Arab, sebagai pengganti

tulisan Arab lainnnya, seperti Lihyani, Tsamudi, dan Shafawi yang terpecah dari

khat Musnad Humeiri.

17

Ilham Khoiri R., Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 63-64.

Page 64: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

54

Gambar 1: Inskripsi Umm al-Jimal

Inskripsi yang kedua adalah Nammarah, terkenal sebagai pantun syair

Imru Al Qays. Ditemukan oleh ilmuwan Dussoud di Nammarah, sekitar Huran,

Syria. Ditulis dengan khath Nabthi Mutakhir, yakni tulisan yang akan menjadi

cikal-bakal bentuk kaligrafi Arab sejak keruntuhan kota Sala‟, atau Petra yang

bertepatan pada tahun 328 M.

Penemuan tersebut sangat penting artinya bagi studi penelitian tulisan

Arab dan perkembangannya, sekaligus untuk mempelajari kemungkinan bentuk-

bentuk dialek Arab pra-Islam, karena merupakan teks (nash) permulaan yang

ditulis dengan dialek lidah Arab tulen yang mendekati dialek Qureisy. Ini

merupakan lukisan inskripsi tersebut:

Gambar 2: Inskripsi Nammarah

Page 65: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

55

Inskripsi ketiga adalah Zabad, dengan pengusutan tarikh dari tahun 511-

512 M. Ditulis dengan tiga bahasa: Yunani, Suryani, dan Nabthi Mutakhir (Arab

kuno), pada puing reruntuhan “Zabad” yang terletak di sebelah tenggaran Aleppo

(Halaba), antara Qishrin dan sungai Eufrat. Tulisannya dipahatkan di atas batu

mati pada sebuah bangunan gereja. Di dalamnya dicantumkan nama-nama orang

yang turut membangun bangunan tersebut.18

Gambar 3: Inskripsi Zabad

Batu nisan Raqush di Mada‟in Saleh bertanggalkan 267 M. menurut

beberapa ahli mencantumkan sebagai “teks Nabathi”, karena di tuliskan dengan

huruf-huruf Nabati-Hejazi. Para ahli menyebutnya sebagai bentuk dokumetasi

Arab tertua.19

18

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 36. 19

M. Mustafa al-A‟zami, Sejarah Teks al-Qur‟an dari Wahyu sampai Kompilasi, (Jakarta:

Gema Insani, 2014), h. 119.

Page 66: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

56

Gambar 4: Batu Nisan Raqush

Terakhir inskripsi Harran (Huran). Pahatan ini berasal dari tahun 568-569

M. Ditulis pada sebuah batu di atas pintu gereja di Luja, Harran, wilayah timur

pegunungan Druzze. Ditulis dengan bahasa Yunani dan Arab. Para ahli tentang

ketimuran mengatakan, bahwa pahatan ini berhubungan dengan seorang Raja dari

Kindah (Kindi), yang diletakkan dalam rangka membangun sebuah gereja yang

dipersembahkan untuk yang kudus Yohanna al-Ma‟madan. Ditulis dengan khat

yang jelas tidak menyalahi rumus Naskhi kuno.

Gambar 5: Inskripsi Harran

Page 67: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

57

Menurut orientalis Noldkeh, inskripsi ini ditulis yakni sesudah kehancuran

total Khaibar, bertepatan dengan 568-569 M, yakni 45 tahun saja sebelum

penanggalan Hijriyah. Sedangkan angka-angka tahun ditulis dengan huruf-huruf

Aramia. Naskah tersebut dipandang sebagai akhir periode peralihan dari khat

Nabthi kepada khat Arab Hejazy.20

Selain naskah-naskah di atas, telah ditemukan pula inskripsi kedua dari

Umm al-Jimal II, tertanggal dari abad ke-6 M, menguatkan asal-usul tulisan Arab

dari tulisan Nabthi, sekaligus menunjuk pada suatu evolusi bentuk-bentuk

kaligrafi Arab yang beranekaragam.21

b. Tradisi Mu’allaqat

Disamping ditemukan didalam beberapa inskripsi Arab kuno, ternyata

menurut beberapa riwayat tulisan juga digunakan pada acara dan agenda tertentu,

seperti Mu‟allaqat. Yang tercatat dan mencapai masa keemasannya pada abad ke-

6 M. Dan menjadi ajang bari penyair-penyair Arab untuk menunjukan

kehebatannya dalam bersair.

Suatu hal yang mendorong berkembangnya tulisan Arab sebelum Islam,

adalah adanya suatu tradisi tahunan berupa pekan perlombaan Pidato dan

Syair yang dilaksanakan setiap bulan Zulqaidah, yang bertempat di Ukaz

yaitu daerah yang berada di Taif dan Nakhla. Kemudian pemenang dalam

perlombaan ini akan dituliskan dengan tinta emas di atas sutera dan

digantungkan di dinding Ka‟bah yang dinamakan dengan Mu‟allaqat. Syair-

syair yang dituliskan dengan tinta emas itu dinamakan juga dengan

Muzahhabat (the seven odes), besar sekali pengaruhnya terhadap

perkembangan tulisan Arab pada waktu itu. Karena Mu‟allaqat tersebut

tertulis dengan tulisan indah, yaitu dengan tulisan Arab jenis Nabathi yang

berbentuk persegi atau almurabba, jenis tulisan ini sesudah Islam

berkembang menjadi jenis tulisan atau khat Kufi.22

Tercatat hanya ada tujuh nama penyair dan syair terbaik Mu‟allaqat yang

pernah digantungkan pada dinding Ka‟bah, ialah:

1. Imru al-Qays (w. 540 M).

2. Haris bin Hilzah (w. 540 M).

20

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 37-38. 21

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 38. 22

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 42. Lihat juga Didin Sirojuddin AR,

Seni Kaligrafi Islam, h. 19-20.

Page 68: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

58

3. Turfah bin al-„Ady (w. 564 M).

4. Antarah bin Syaddat (w. 615 M).

5. Amru ibnu Kalthum (w. 622 M).

6. Zuher bin Abi Salma (w. 627 M).

7. Lubeid bin Rab‟ah (w. 651 M).23

Dengan demikian dari segi lain tradisi Mu‟allaqat itu merupakan suatu

perkembangan dari tulisan Arab yang berlanjut dengan datangnya peradaban dan

budaya baru yaitu datangnya Islam. Sehingga jenis tulisan Kufi inilah nantinya

yang kemudian dipakai untuk penulisan ayat-ayat al-Qur‟an. Kedatangan agama

Islam telah membawa perubahan besar terhadap tulisan Arab. Perubahan ini

terutama disebabkan ayat-ayat al-Qur‟an ditulis dengan tulisan Arab. Dengan

demikian kedudukan dan peran tulisan Arab bertambah penting.

Namun, berdasarkan peninggalan-peninggalan historis berupa perkamen,

uang logam dan inskripsi-inskripsi, bisa dipastikan bahwa titik-titik tanda

bacaan untuk konsonan-konsonan telah digunakan pada abad pertama Islam,

sekalipun tidak menjangkau secara luas penggunaannya pada masa

belakangan. Dari temuan sejumlah manuskrip al-Qur‟an beraksara Kufi yang

awal, dapat dipastikan bahwa tanda-tanda konsonan belum digunakan dalam

penyalinan mushaf al-Qur‟an. Selanjutnya, dapat juga dikemukakan bahwa

dari contoh tulisan Arab dalam inskripsi abad ke-6 M yaitu inskripsi Umm al-

Jimal II, bisa disimpulkan bahwa bentuk tulisan yang berkembang ketika itu

mengarah kepada bentuk yang lebih kursif dan menyerupai bahkan dalam

perkembangan selanjutnya secara praktis identik dengan tulisan Kufi yang

belakangan.24

Kemudian, lahirlah nabi Muhammad dan serta-merta di wahyukanlah al-

Qur‟an kepada Nabi saat berumur 40 tahun. Sampai ayat pertama turun pada

tahun 610 M, berarti selama kurang lebih 1600 tahun sejak tulisan Musnad

digunakan pada tahun 1000 SM. Menurut Didin Sirojuddin AR, hanya ada dua

genre tulisan yang benar-benar digunakan masyarakat Arab, yaitu Musnad dan

kemudian Nabathi. Hanya untuk dua jenis dan aliran tulisan, masa itu terlalu

panjang.25

23

Andri Ilham, Puisi Arab dan Protes Sosial, (Jakarta: Transpustaka, 2016), h. 69. Lihat juga

Ahmad Muzakki, Kesusastraan Arab: Pengantar Teori dan Terapan (Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2006), h. 15. Lihat juga Albert Hourani, Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim, h. 59. 24

Abdul Aziz, Chiefdom Madinah, h. 141-142. 25

Didin Sirojuddin AR., “Al-Qur‟an dan Reformasi Kaligrafi Arab”, h. 55.

Page 69: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

59

Jika varian-variannya, yaitu tulisan Satranjili-Siryani, Safawi, Samudi,

Lihyani, Humeiri, Hieri, Anbari, Makki, dan Madani yang hanya mengalami

sedikit perunbahan yang tidak begitu mendasar, maka terdapat sebelas jenis

tulisan yang pernah muncul sepanjang 1600 tahun. Bagi sebelas jenis tulisan,

rentang waktu sepanjang itu pun terasa begitu lama. Selain bentuk-bentuk antar

varian tidak jauh berbeda, bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain seperti

Mesir, Babilonia atau Cina. Bangsa Arab memang kelihatan agak terlambat dalam

hal tulis-menulis.26

Apalagi kalau disandingkan dengan kemajuan kaligrafi Arab

setelah al-Qur‟an turun, perkembangan itu pasti sangat lamban.

Oleh para ahli, kelambanan ini diakibatkan dari kecenderungan kehidupan

bangsa Arab sendiri. Pada masa sebelum Islam, mayoritas bangsa Arab dikenal

memiliki tabiat-tabiat yang kurang kondusif bagi perkembangan tulisan. Menurut

Ilham Khoiri R., terdapat empat jenis kebisaan yang dimiliki bangsa Arab, antara

tabiat dan kebiasaan tersebut adalah: pertama, mereka hidup secara nomad

(berpindah-pindah) dari satu daerah ke daerah lain dengan berbagai macam

motivasi seperti untuk mencari daerah yang subur atau menghindari penyergapan

musuh dari suku lain.27

Meskipun ada yang menetap, yaitu etnis Quraish yang

membentuk aliansi perdagangan di Makkah. Kebiasaan nomad ini membuat

mereka sibuk dengan perpindahan dan mempersempit kemungkinan membangun

suatu kebudayaan. Kedua, mereka hidup bersuku-suku dengan rasa fanatisme

kesukuan („ashobiyah) yang sangat kental dan rasa toleransi antar suku yang

kecil. Saling membanggakan suku dan keturunan masing-masing sambil

merendahkan suku dan keturunan lain, sehingga seringkali terlibat peperangan

antar suku. Oleh sebab itu, sulit untuk mendirikan suatu komunitas bersama yang

bersatu. Ketiga, mereka tidak memiliki budaya tulis-menulis, tak pernah

mementingkan catatan sejarah kehidupan mereka tidaklah tertuliskan. Sebagian

besar mereka adalah buta huruf. Sedikit sekali orang yang mampu menulis, hanya

beberapa pemuka masyarakat yang jumlahnya sangat minim yang memiliki

kemampuan menulis. Meskipun demikian, beberapa di antara bangsa Arab masih

26

Ilham Khoiri R., Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 59. 27

Philip K. Hitti, History of the Arab, h. 28.

Page 70: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

60

memerlukan tulisan, terutama untuk kebutuhan perniagaan dan guna menulis

syair-syair terbaik yang digantungkan pada dinding Ka‟bah (mu‟allaqat)28

.

Ketidak mampuan tulis-menulis mengantarkan mereka untuk menghandalkan

metode hafalan, yang pada gilirannya menjadi tolak ukur kecerdasan dan

kemampuan ilmiah seseorang. Keempat, mereka jauh dari ilmu pengetahuan

secara umum. Pengetahuan mereka tentang ilmu politik, ekonomi, sosial,

kedokteran dan lain-lain sangat tertinggal dari bangsa-bangsa lain seperti Romawi

dan Persia.29

Hanya saja, bangsa Arab mengerti mengenai astronomi dan

metereologi (ilmu falak), tentang sejarah, pengobatan berdasarkan pengalaman,

perdukunan dan serta tata bahasa dan sastra. Untuk bidang tata bahasa dan sastra

harus diakui bahwa kemampuan bangsa Arab memang cemerlang.30

B. Penulisan dan Kodifikasi al-Qur’an

Al-Qur‟an yang dituliskan pada masa nabi Muhammad saw, tertulis dalam

beberapa media, yang tulisannya masih sangat rentan salah terbaca bagi umat

Islam yang non-Arab. Disamping dominannya tradisi hafalan, tradisi penulisan

mulai dikembangkan setelah turunnya al-Qur‟an, dan tulisan yang berkembang

adalah kaligrafi Kufi. Selanjutnya pada masa Khulafa al-Rasyidin yang

menimbulkan beberapa konflik tentang atau kaitannya dengan al-Qur‟an. Mulai

dari masa Abu Bakar dengan banyak para penghafal al-Qur‟an yang gugur di

medan perang, Utsman bin Affan dengan adanya perbedaan cara baca (qiraat).

Namun pada masa Utsman bin Affan inilah al-Qur‟an dikodifikasi menjadi satu

mushaf yang di kenal dengan Mushaf Utsmani. Selanjutnya peletakan tanda baca

yang diperkasai oleh Abu al-Aswad ad-Du‟ali, kemudian disempurnakan oleh al-

Khalil. Dari sinilah kodifikasi kaligrafi Arab bermula dan dimulai, dan melahirkan

jenis-jenis kaligrafi Arab yang indah dan ideal.

28

Syair-syair yang terbaik yang menjadi pemenang dalam perlombaan itu, kemudian ditulis

dengan tinta emas di atas sehelai sutera halus dan digantungkan di dinding Ka‟bah. Syair-syair

yang di gantung di Ka‟bah ini dinamakan al-Mu‟allaqat. Lihat C. Israr, Dari Teks Klasik sampai

ke Kaligrafi Arab (Jakarta: Yayasan Masagung, 1985), h. 42 ; Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi

Islam, h.19 ; Philip K. Hitti, History of The Arabs, h. 116. 29

Ahmad Amin, Fadjar Islam, h. 18-19. 30

Ilham Khoiri R., Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab (Jakarta: Logos, 1999), h. 57-62.

Page 71: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

61

1. Motivasi Normatif Tradisi Penulisan

Motivasi normatif tradisi tulisan Arab atau kaligrafi pada al-Qur‟an adalah

salah satu bentuk pengaruh penulisan al-Qur‟an terhadap kaligrafi Arab.

Pengertian dari motivasi normatif disini adalah, semangat yang dimunculkan dan

ditimbulkan dari ayat-ayat al-Qur‟an yang ditulis berupa norma-norma yang

memilki daya pengaruh terhadap kesadaran dan tingkah laku umat Islam dalam

hubungannya dengan tulis-menulis yang pada gilirannya akan mendorong

kemajuan kaligrafi Arab. Salah satu motivasi normatif itu adalah perintah untuk

belajar baca-tulis.31

Ada beberapa ayat al-Qur‟an yang secara gamblang dan terang-terangan

memerintahkan umat Islam untuk belajar menulis, salah satunya adalah lima ayat

permulaan surat al-„Alaq yang secara tegas menunjukan hal ini, lewat kata-kata:

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia

dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajar

menulis dengan pena. Mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya”(QS: 96 1-

5).

Ayat ini merupakan wahyu yang pertama kali diturunkan, dan dengan

begitu, bisa ditegaskan betapa pentingnya keharusan membaca dan menulis,

sehingga diucapkan pertama kali.

Ayat-ayat ini membawa masyarakat Arab kala itu yang hanya

mementingkan tradisi hafalan, dan syi‟irnya, dengan menyodorkan hal lain tidak

kalah penting, yaitu tradisi tulisan. Bahkan tidak semata-mata menyodorkan,

melainkan mewajiban membaca dan menulis. Tentu saja, hal ini merupakan suatu

kewajiban yang sangta revousioner, mengingat bangsa Arab waktu itu sangat jauh

dari tradisi tulis-menulis, dan secara tiba-tiba diharuskan belajar membaca dan

menulis. Mereka seakan tiba-tiba menjalankan revolusi dari tradisi lisan ke tradisi

31

Ilham Khoiri R. Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 85-86..

Page 72: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

62

tulis, dari sifat tulisan yang semula bersifat pribadi menjadi konsumsi publik, dari

masa kegelapan menuju masa kepada keaadan yang terang benderang.32

Bahkan

oleh Didin Sirojuddin AR, mengibaratkan bagaikan bom yang menggebrak

umatnya agar tidak menjadi orang bodoh.33

Menurut Quraish Shihab, perintah diatas merupakan perintah yang paling

berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia. Karena membaca dan

menulis merupakan jalan yang mengantarkan manusia mencapai derajat

kemanusian yang sempurna. Sehigga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa

membaca dan menulis adalah syarat utama dalam membangun sebuah peradaban.

Dan bila diakui bahwa semakin luas bacaan dan tulisan, semakin tinggi peradaban

dan pengetahuan.34

Ayat lain yang memberikan motivasi dalam menulis berbunyi:

“Nun. Demi pena dan apa yang mereka tulis.” (QS: 68:1)

Pengertian Nun memiliki banyak pemahaman yang dikemukakan oleh para

ahli tafsir, namun pengertian nun sebagai tinta lebih memudahkan penafsiran kata-

kata selanjutnya. Ayat ini mengisyaratkan sumpah Allah dengan tiga hal: tinta,

pena dan tulisan. Allah tidak pernah bersumpah, kecuali dengan hal-hal yang

agung. Jika ada sumpah dengan bukan, matahari dan malam, tentu sumpah itu pun

memiliki keangungan yang serupa dengan tinta, pena dan tulisan. Maka dengan

sendirinya ayat ini berposisi sebagai perintah yang mengharuskan dan

mewajibkan umat Islam untuk mempelajari dan mendalami ilmu tulis-menulis.

Penyebutan kalam dalam ayat ini diartikan sebagai pena dan sangat berhubungan

dengan penyebutan kata serupa dalam surat al-„Alaq sebelumnya. Dengan penalah

ilmu pengetahuan dicatat.35

32

M.Mustafa al-A‟zami, Hadits Nabi dan Sejarah Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus,

1994), h. 75. 33

Didin Sirojuddin AR, Al-Qur‟an dan Reformasi Kaligrafi Arab, Ulumul Qur‟an, (Jakarta:

LSAF, Vol 1, Th. 1989), h. 47 34

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), Cet. ke-4, h. 44-45. 35

Ilham Khoiri R. Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 89-90.

Page 73: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

63

Secara fungsional, perintah tulis-menulis kemudian disebutkan lagi untuk

diterapkan, salah satunya dalam dunia perdagangan dan perniagaan, sebagaimana

firman Allah:

....

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS: 2:282)

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat ayat-ayat al-

Qur‟an yang berisi norma-norma yang secara langsung memotivasi umatnya

untuk belajar, mentradisikan dan menerapakan kemampuan tulis-menulis dalam

kehidupan. Hal demikian memiliki pengaruh yang luar biasa bagi masyarakat

Arab kala itu. Dari mereka yang awalnya buta huruf dan bahkan anti huruf

menjadi mengenal tulisan, kemudian mempelajari dan lalu mengembangkannya

sehingga mencapai bentuk-bentuk seperti sekarang.

Sayyed Hossein Nasr mengatakan bahwa apa-apa yang disebut dalam al-

Qur‟an menyangkut pena, tinta dan menyertainya menunjukkan nilai signifikansi

tersendiri.36

Simbol-simbol al-Qur‟an tentang pena (qalam) dan tinta (nun),

memberikan kunci untuk memahami prinsif metafisika dan signifikansi spritual

dari kaligrafi Arab serta peranan yang dimainkan kaligrafi dalam kehidupan

agama dan artistik Islam tradisional. Pada kenyataannya, sejak alat-alat dan

bahan-bahan tulis-menulis disebut di dalam al-Qur;an para seniman kaligrafi

(kaligrafer) mengacunya dan mulai mengembangkan pemakaian dari masa ke

masa.

2. Mushaf Utsmani

Ketika al-Qur‟an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, bentuknya

bukanlah berupa teks yang tertulis, melainkan hafalan-hafalan yang kemudian

dituliskan oleh beberapa sekretaris atau juru tulis Nabi pada masa itu. Dan

penulisan dibeberapa media seperti, pelepah kurma, kulit binatang, tulang-

36

Seyyed Hossein Nasr, Spritualitas dan Seni Islam, terj. Sutejo, (Bandung: Mizan, 1993),

Cet. ke-2, h. 35-36.

Page 74: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

64

benulang, lempengan batu, kayu dan lain sebagainya. Alat-alat tulis pada masa itu

sangatlah langkah, oleh sebab itu wahyu yang turun sebagian dihafalkan dan

sebagian lagi dituliskan oleh sahabat. Para sahabat itu adalah Abudullah bi

Mas‟ud, Ubaiya bin Kaad, Zaid bin Tsabit, Muiz bin Jabal, Abu Darda, Abu

Bakar, dan lainnya.37

Pada zaman Abu Bakar terjadi beberapa kali peperangan yang meminta

korban. Banyak para sahabat yang menghafal al-Qur‟an gugur sebagai syuhada

dalam perang Yamamah 12 H/ 622 M. Menurut sejarah lebih dari tujuh puluh

orang yang hafal al-Qur‟an gugur dalam peperangan tersebut. Keadaan yang

sangat memperihatinkan itu serta kekhawatiran terhadap berkurangnya orang yang

hafal al-Qur‟an meyebabkan Umar bin Khathab menyampaikan saran kepada

khalifah Abu Bakar, agar lembar-lembaran ayat al-Qur‟an yang terpisah-pisah

dikumpulkan dan ditadwinkan menjadi sebuah mushaf. Gagasan tersebut

diterimah oleh khalifah Abu Bakar dan menugaskan kepada Zaid bin Tsabit untuk

mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an itu. Kumpulan lembaran dan kepingan ayat-

ayat al-Qur‟an tersebut kemudian disimpan dirumah Hafsah bin Umar, istri nabi

Muhammad.38

Setelah Abu Bakar wafat, usaha penyusunan dan kodifikasi mushaf

tersebut diteruskan oleh khalifah Umar bin Khathab. Pekerjaan besar ini

membutuhkan ketekunan, ketelitian dan ketabahan dari mereka yang ditugaskan

menyusun mushaf sesuai dengan urutan ayat demi ayat, serta urutan surat demi

surat menurut susunan yang diatur dan ditentukan oleh Rasulullah. Tugas ini

dipegang oleh Zaid bin Tsabit yang dianggap sebagai seseorang yang teliti dalam

mengumpulkan dan menuliskan al-Qur‟an, ia juga seorang penghafal al-Qur‟an

(hafiz), maka hafalannya dapat meringankan sedikit bebannya.39

Pada masa pemerintahan khalifah Utsaman bin Affan, agama Islam

semakin berkembang sampai ke Irak, Persia, Syiria, Mesir, dan lainnya, sehingga

banyak pula orang-orang yang bukan bangsa Arab telah memeluk agama Islam.

37

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 47. 38

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 48. 39

Ibrahim al-Ibyariy, Pengenalan Sejarah al-Qur‟an, terj. Saad Abdul Wahid, (Jakarta:

Rajawali Press, 1995), Cet. ke-3, h. 71.

Page 75: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

65

Pergaulan dan hubungan bangsa Arab dengan mereka yang bukan bangsa Arab

semakin luas dan akrab. Mereka ini sering mengalami kesalahan dalam membaca

al-Qur‟an karena belum begitu paham terhadap bahasa dan tulisan Arab.

Kesalahan membaca itu dapat mengelirukan dan mengubah maksud dari ayat-ayat

al-Qur‟an. Pada suatu waktu Huzaifah bin al-Yamani seorang panglima perang

Islam baru kembali dari Syira dan Irak, serta kemabli dari penaklukan Armenia

dan Azerbaijan, datang mengadap khalifah Utsman bin Affan, menjelaskan bahwa

ia merasa sangat kaget dan perihatin melihat orang-orang didaerah itu berselisih

dan bertengakar dalam membaca berbagai ayat-ayat al-Qur‟an. Ia sangat khawatir

kalau pertengkaran itu akan membawa akibat yang lebih besar. Kekhawatiran itu

cukup beralasan dan sangat dirasakan oleh khalifah Utsman, sehingga setelah

menerimah laporan tersebut Utsman lalu memanggil beberapa orang sahabat

untuk bermusyawarah, merumuskan langkah-langkah yang harus diambil untuk

mengatasi masalah yang terjadi. Para sahabat sepakat agar khalifah

memerintahkan untuk menuliskan al-Qur‟an dalam bentuk sebuah mushaf yang

disalin dengan rapi dari mushaf yang telah mulai disusun semenjak masa khalifah

Abu Bakar dan yang disimpan oleh Hafsah. Khalifah Utsman kemudian

memerintahkan dan memberi pengarahan kepada Zaid bin Tsabit untuk

mengumpulkan al-Qur‟an. Zaid dibentuk oeh tiga orang sahabat lainnya, yaitu

Abdullah bin Zubair, Sa‟id bin al-Ash dan Abdurrahman bin Haris, dengan asas

yang khalifah Utsman tentukan, yakni berpegang kepada dialek Quraish, dengan

begitu merdam apabila terjadi suatu perselisihan atau perbedaan pendapat.40

Utsman bin Affan kemudian mengadakan penelitian terhadap suhuf yang

ttelah sempurna pengumpulannya pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khathab

suhuf yang disimpan dirumah Hafsah yang dijadikan pegangan sebagai rintisan

mushaf awal. Para ahli sejarah menjelaskan bahwa antara Zaid bin Tasabit dan

Sa‟in bin al-Yamani, tidak terjadi perbedaan pendapat kecuali hanya mengenai

satu huruf yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 248. Zaid membaca at-

Tabutu (التابوت), sedangkan menurut Sa‟id di baca at-Tabuhu ( هالتابو ), kemudian

40

Richard Bell, Pengantar Qur‟an, diterjemahkan oleh Lillian D. Tedjasudhana, (Jakarta:

INIS, 1998), h. 37.

Page 76: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

66

dipilihlah bacaan Zaid bin Tsabit sebab dia adalah koordinator penulisan al-

Qur‟an.41

Setelah selesai penulisan empat buah mushaf yang sama maka khalifah

memerintahkan agar selain dari mushaf yang ada pada Utsman agar dimusnahkan,

dengan demikian tidak ada lagi mushaf al-Qur‟an selain yang telah ditulis dan

disusun susuai dengan aslinya, yang diambil dari tulisan yang ditulis pada masa

turunnya al-Qur‟an pada masa nabi Muhammad saw, dan yang telah terkumpul

pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khatahab.42

Oleh sebab itu tadwinul Qur‟an memerlukan waktu ang cukup panjang

tidak terbatas pada masa khalifah Utsman saja, tetapi juga meliputi dua setengah

tahun masa jabatan khalifah Abu Bakar, di sepuluh tahun masa jabatan Umar bin

Khathab, baru kemudian dua belas tahun masa jabatan khalifah Utsman, yang

kemudian dikenal dengan Mushaf Utsmani dan semua kitab suci al-Qur‟an yang

ada sekarang ini tetap ditulis dan berpegang teguh kepada mushaf Utsmani

tersebut.43

Usaha yang sungguh-sungguh jelas tampak berhasil dan terlihat dari dua

cara: pertama, tidak ada mushaf di daerah kekuasaan Islam kecuali mushaf

Utsmani; dan kedua, mushaf atau kerangka teks mushafnya dalam jangka waktu

empat belas abad dan tidak dirusak. Kekhalifan berikutnya, mungkin meneruskan

usaha pendahulunya, mengutus dan terus mengirim naskah mushaf yang resmi,

tetapi tidak ada naskah yang dikirim yang bertentangan dengan standar universal

mushaf Utsmani. Sampai hari ini terdapat banyak mushaf yang dinisbatkan dan

dikaitkan langsung kepada Mushaf Utsmani, artinya bahwa mushaf-mushaf

tersebut asli atau salinan resmi dari yang asli. Indi Office Library (London), dan

Tashkent (dikenal dengan mushaf Samarkhand).44

3. Khat Kufi dalam Penulisan al-Qur’an

Kaligrafi Muzawwa (kubisme) yang banyak disebut sebagai khat Kufi

adalah asal tulisan Arab yang pernah berjaya di Hirah, Raha, dan Nashibain

41

Ibrahim al-Ibyariy, Pengenalan Sejarah al-Qur‟an, h. 73. 42

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 49. 43

C. Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, h. 49-50. 44

M. Mustafa al-A‟zami, Sejarah Teks al-Qur‟an dari Wahyu sampai Kompilasi, h. 108.

Page 77: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

67

sebelum kota Kufah lahir. Ciri-ciri pokok khat atau kaligrafi Kufi adalah

berukuran seimbang yang spesifik dengan sifat bersudut-sudut atau persegi

menyolok, memiliki sapuan-sapuan garis vertikal pendek dan garis-garis

horizontal yang memanjang dalam ukuran sama lebar. Namun, dalam gaya hias,

ukuran tersebut terkadang tidak mengikat. Misalnya, pada sapuan garis vertikal

yang dibuat panjang-panjang melebihi garis horizontalnya. Tapi yang harus

ditekanan, bahwa tulisan Kufi adalah tulisan bersiku-siku.45

(khat Kufi yang digunakan dalam penulisan al-Qur‟an pada masa awal Islam)

Dalam masa pertumbuhannya, tulisan Kufi tidak hanya mendesak seluruh

model tua yang mencoba secara untung-untungan untuk tegak dan terpakai. Lebih

daripada itu, Kufi memberikan pengaruh terbesar terhadap segenap pertumbuhan

kaligrafi Arab selanjutnya.46

Tulisan Kufi mencapai puncak kesempurnaannya pada pertengahan kedua

abad ke-8 M. Waktu tersebut bertepatan dengan abad ke-2 menurut perhitungan

tahun Hijriyah. Itu adalah masa yang istimewa bagi tulisan Kufi yang bertahan

untuk kira-kira lebih daripada tiga ratus tahun lamanya, dan menjadi tulisan “raja”

satu-satunya yang digunakan untuk menyalin al-Qur‟an. Umumnya, mushaf-

mushaf al-Qur‟an terdahulu yang ditulis dengan khat Kufi tersebut mengambil

45

http://www.lemka.net/2011/02/khat-kufi_01.html?m=1 Diakses pada tanggal 14 November

2016. 46

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 47.

Page 78: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

68

format empat persegi panjang. Sementara pemakaiannya yang tidak terbatas untuk

menyalin al-Qur‟an, Kufi juga dipergunakan sebagai lambang-lambang dalam

inskripsi-inskripsi Arab atau sebagai tulisan hias. Hal tersebut ditulis tidak

berubah-ubah dalam bentuk persegi empat atau panel-panel empat persegi

panjang.47

4. Tanda Baca

Pada masa dinasti Umayyah, timbul inisiatif untuk menyempurnakan

penulisan al-Qur‟an pertama kali. Dikarenakan oleh timbulnya bermacam

kekeliruan bacaan terutama di kalangan bangsa non-Arab atau „ajam, maka Abu

Aswad al-Du‟ali (w. 688 M) mengantisipasinya dengan menciptakan syakl /tanda

baca atas perintah Ziad bin Sumayyah, Gubernur Muawiyah di Basrah.

Penyempurnaan selanjutnya dilakukan oleh Khalil bin Ahmad (w. 786 M) dengan

memberikan i‟jam dan kemudian diteruskan dengan sejumlah penyempurnaan lain

hingga mapan dan sempurna seperti yang ada sekarang ini.48

Namun, apa yang dilakukan Abu Aswad belumlah dikatakan sempurna,

Abu Aswad hanya menambahkan dan menempatkan “titik-titik” berwarna merah

pada huruf-huruf yang berfungsi sebagai syakal-syakal yang menunjukkan pada

unsur-unsur kata Arab. Penempatan titik-titik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tanda fathah dengan satu titik di atas huruf (a),

2. Tanda kasrah dengan satu titik di bawah huruf (i),

3. Tanda dammah dengan satu titik di sebelah kiri huruf (u),

4. Tanda tanwin dengan dua titik (an-in-un).49

Selanjutnya upaya peletakan tanda baca dilanjut oleh Al-Khalil ibn Ahmad

al-Farahidi (w. 786 M) mengadakan perubahan atas tanda baca yang diciptakan

oleh Abu Aswad. al-Khalil justru menggunakan titik-titik sebagai pembeda huruf

yang bentuknya sama tetapi penyebutannya berbeda.

47

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 49-50. 48

Dawud al-Atthar, Persepektif Baru Ilmu al-Qur‟an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), h.

195. 49

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 64-65.

Page 79: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

69

Misalnya:

.ب، ت، ث، ح، ج، خ، ع، غ، د، ذ، ر، ز، ط، ظ

Huruf tersebut bukan hanya pada modifikasi dan pembaruan pada huruf,

al-Khalil juga menegaskan tanda baca dengan lebih mudah dimengerti. Berikut

adalah tanda baca ciptaan al-Khalil.

1. Huruf alif kecil terletak miring di atas huruf, sebagai tanda fathah (َـ ).

2. Huruf alif kecil terletak miring di bawah huruf, sebagai tanda kasrah (ِـ ).

3. Huruf waw terletak di atas huruf, sebagai tanda dummah (ُـ ).

4. Kepala huruf kha terletak di atas huruf, sebagai tanda sukun ( ).

5. Kepala huruf ain ditulis di atas atau di bawah huruf, sebagai tanda hamzah

.(ء)

6. Huruf alif, ya, dan waw ditulis di belakang dan di akhir huruf sebagai tanda

maad ( و، ي، ) ا .

7. Titik-titik digambarkan (ditulis) benar-benar seperti titik-titik yang ada

sekarang ini.

Demikianlah usaha penyempurnaan tanda baca dan tanda bunyi yang

diciptakan oleh Al-Khalil ibn Ahmad al-Farahidi, yang tetap berlaku dan

dijadikan pedoman sampai sekarang.50

Pada masa kekuasaan dinasti Umayyah ada seorang kaligrafer pertama

yang paling lama bertahan, ia adalah Quthbah al-Muharrir, ia banyak menciptakan

dan memperbaharui tulisan-tulisan lama, pada akhirnya berlaku setelah

kelahirannya. Quthbah berhasil mewarisi empat jenis tulisan atau kaligrafi, yaitu;

Tumar, Jalil, Nisf, dan Tsulus, dan dia pulalah yang menciptakan Tsulusayn.

Quthbah juga terkenal dengan jasanya yang menghiasi mihrab masjid Nabawi di

Madinah dengan berragam ayat al-Qur‟an yang ditulis dengan tulisan indah.51

Abad ketiga Hijriyah diadakan lagi penyempurnaan al-Qur‟an khususnya

dalam bentuk tulisannya. Para penulis al-Qur‟an berlomba-lomba memilih bentuk

tulisan yang baik dan menemukan tanda-tanda yang khas. Mereka memberikan

50

Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi, h. 76. Lihat juga Didin Sirojuddin AR,

Seni Kaligrafi Islam, h. 68-71. 51

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 79.

Page 80: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

70

untuk huruf yang di syaddah sebuah tanda seperti busur. Sedangkan untuk alif

washal diberi lekuk di atasnya, di bawahnya atau di tengahnya sesuai harakat

sebelumnya: fathah, kasrah, atau dhammah. Secara bertahap pula penulis al-

Qur‟an mulai meletakkan nama-nama surah dan bilangan ayat, dan rumus-rumus

yang menunjukkan kepala ayat dan tanda-tanda pemberhentian (wakaf).52

Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah al-Walid bin Abdul Malik

(705-715 M), tidak sedikit menulis dan menyalinkan al-Qur‟an berukuran besar

dengan tulisan dan kaligrafi yang indah. Penulisan al-Qur‟an pada masa dinasti

Umayyah masih menggunakan kaligrafi gaya Kufi. Huruf Kufi ini dijadikan huruf

atau tulisan standar yang banyak dipakai dalam penulisan al-Qur‟an pada masa

itu.53

C. Perkembangan Kaligrafi Arab setelah datangnya Islam

Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab kurang terbiasa membaca dan

menulis. Mereka lebih menyukai tradisi menghafal. Syair, nama silsilah, transaksi,

atau perjanjian disampaikan dari mulut ke mulut tanpa dicatat. Hanya sedikit

kalangan tertentu, seperti kalangan bangsawan Arab, yang menguasai

keterampilan membaca dan menulis. Sampai pada masa awal Islam, yakni zaman

Rasulullah SAW dan Khulafa ar-Rasyidun (Khalifah Abu Bakar as-Siddiq, Umar

bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib; 632-661), corak kaligrafi

masih kuno dan mengambil nama yang dinisbahkan kepada tempat tulisan

dipakai, seperti Makki (tulisan Mekkah), Madani (tulisan Madinah), Hejazi

(Hijaz), Anbari (Anbar), Hiri (Hirah), dan Kufi (Kufah). Kufi merupakan yang

paling dominan dan satu-satunya kaligrafi yang "dirajakan" untuk menulis mushaf

(kodifikasi) al Quran sampai akhir kekuasaan Khulafa ar Rasyidun.

Islam menghendaki orang Islam belajar menulis pada masa ini, sebagian

sumber-sumber sejarah menyebutkan bahwa ada tujuh belas laki-laki dan tujuh

wanita yang bisa menulis di Mekkah saat itu, dan sebagian sumber lain

menyebutkan terdapat empat puluh dua orang penulis. Rasulullah SAW telah

memerintahkan kepada para tawanan perang Badar untuk mengajari kaum

52

Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Qur‟an, h. 35. 53

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 81-82.

Page 81: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

71

muslimin menulis. Sehingga muncul-lah para sahabat yang ahli dalam menulis

atau melakukan pencatatan ayat-ayat al Quran, seperti Ali bin Abi Thalib. Pada

masa-masa awal Islam, yakni masa Rasulullah dan Khulafau ar-Rasyidin

berkembang jenis khat al-Hairi, al-Anbari, al-Kufi. Selanjutnya jenis khat ini pun

berkembang pada masa Umawiyah.54

Tatkala al-Qur‟an diwahyukan, jenis tulis yang dominan adalah Kufi

(merujuk ke kota Kufah yang didirikan pada 640 M). Kemudian dikenallah jenis-

jenis seperti Kufi Murabba‟ (lurus-lurus), Muwarraq (berdekorasi daun),

Mudhaffar (dianyam), Mutarabith Mu‟aqqad (berlilit-berikatan) dan lain-lain.55

Peranannya cukup sentral dalam berbagai aktivitas masyarakat Arab di awal

Islam, terutama untuk penulisan al-Qur‟an, catatan perdagangan, surat-menyurat,

dan bentuk dokumentasi lain. Hal demikian terus berlanjut sampai pada saat pola-

pola mabsuth yang kaku telah menjenuhkan, sebaliknya bentuk mudawwar yang

lebih elastis dan fleksibel diminati.56

Semenjak itu, dominasi khat Kufi tergeser57

dan bermunculanlah gaya dan corak baru yang dikreasikan para kaligrafer

pembaharu.

Khat kufi memiliki sekitar 20 literasi yang berbeda, dan menyebar dari

Atlantik hingga ke Asia Tengah. Gaya sudut ini kemudian memberikan jalan

untuk penulisan Arab kursif, yang tetap dominan sampai saat ini. Bahkan,

kepopuleran kaligrafi meluas lebih jauh sampai ke China, Spanyol, India, Asia

Tenggara dan Afrika Barat. Penulisan gaya daerah masing-masing pun muncul,

sehingga mengurangi gaya klasik dan kodifikasi geometris formal.58

Selanjutnya pada masa awal dinasti Umayyah (661-750 M) jenis tulisan ini

masih dominan penggunaannya. Pada masa ini muncullah beberapa jenis tulisan

54

Muhammad Husain Jaudi, Al-Fan al-„Araby al-Islami, (Oman: Dar al-Masirah, 1998), h.33-

34. 55

Kamil al-Baba, Ruh al-Khath al-„Arabi, h. 59-74. 56

Mabsuth adalah bentuk atau corak tulisan yang bersudut-sudut (dry writing/tulisan kering)

dan mudawwar adalah bentuk atau corak yang bundar dan lentur (soft writing/ tulisan lembut).

Ilham Khoiri R. Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 58. 57

Tetapi sebagai tulisan yang digunakan untuk menalin al-Qur‟an, khat Kufi masih digunakan

pada sebagian besar wilayah Islam sampai abad ke-10 M. Bahkan hingga kini khat Kufi masih

digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Lihat Ilham Khoiri R. Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h.

63. 58

http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/08/16obzoca394-bagaimana-seni-

kaligrafi-muncul-dalam-dunia-islam diakses pada tanggal 07 Desember 2016.

Page 82: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

72

baru yaitu: Thumar (dinisbahkan kepada nama daun kayu Tumar), Jalil (anggun,

karena lekuk-lekukannya yang menawan), Nishf (setengah; yaitu setengah Jalil

dan setengah Thumar), dan Tsuluts (sepertiga; kekakuan pada lengkungan

garisnya yang berukuran segitiga. Dan yang menciptakannya adalah seorang

kaligrafer ternama yaitu Qutbah al-Muharrir, ia juga mengembang gaya-gaya

tulisan tersebut dengan sangat piawai, saling melengkapi sehingga menjadi lebih

sempurna.59

Pada masa Dinasti Umayyah juga kaligrafi Arab disempurnakan tanda

bacanya, selain itu ada juga kaligrafer lain seperti Khalid bin al-Hayyaj. Ia adalah

salah seorang sahabat amirul mukminin Ali bin Abi Thalib yang meninggal dunia

sekitar tahun keseratus Hijriyah. Dia dikenal dengan tulisannya yang bagus dan

indah. Diriwayatkan bahwa Sa‟ad, Maula, dan Hajib Walid, meminta bantuan

kepadanya untuk menuliskan mushaf, puisi, dan berita-berita di istana Walid bin

Abd al-Malik. Dia adalah orang yang menulis surat as-Syams dengan emas diatas

mihrab masjid Nabawi yang kemudian direnovasi dan diperluas oleh Umar bin

Abdul Aziz. Renovasi ini selesai pada tahun 90 Hijriyah. Umar bin Abdul Aziz

pernah memintah kepada Khalid bin al-Hayyaj agar menuliskan sebuah mushaf

untuknya dengan khat yang sama. Khalid bin al-Hayyaj memenuhi permintaan itu

dengan menulis khat yang sangat indah. Umar bin Abdul Aziz menerimanya dan

mengucapkan terimakasih kepadanya.60

Di antara beberapa kaligrafer lainnya seperti Khasyam dan Malik bin

Nashir yang terkemuka pada saat itu, Khalid bin al-Hayyaj-lah yang terpilih

menjadi penulis resmi Khalifah al-Walid bin Abd al-Malik (705-715 M),.

Sayangnya, data-data secara lengkap seputar kaligrafi Arab pada masa itu tidak

terungkap total, sebab pengguasa penggantinya, Dinasti Abbasiyah

menghancurkan peninggalan-peninggalan tersebut atas pertimbangan politik.61

59

Ilham Khoiri R. Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 63-64. 60

Muhammad Hadi Ma‟rifat, Sejarah al-Qur‟an, terj. Thoha Musawwa (Jakarta: Penerbit al-

Huda, 2007), h. 206-207. 61

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 79-82. Lihat juga Y.H. Safadi, Islamic

Calligraphy, (London: Themes and Hudson, 1978), h. 15-16. Lihat juga Ali Akbar, “Kaligrafi

Murni: Catatan Ringkas tentang Perkembangan Gaya-Gaya” Katalog Pemenang Sayembara

Kaligrafi Festival Istiqlal II 1995, (Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1995), h. 7.

Page 83: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

73

Bertolak belakang dengan kondisi Dinasti Umayyah kala itu, pada masa

Dinasti Abbasiyah (750-1258 M), perkembangan tulis-menulis terlacak dengan

rupa-rupa inovasi yang dapat dikenali. Pada awal dinasti ini, ada dua kaligrafer

yang sering disebut dalam sumber Arab, yaitu al-Dhahak bin „Ajlan yang hidup

pada masa Abu al-Abbas al-Shaffah (750-754 M) dan Ishaq bin Hammad terkenal

pada masa al-Manshur (754-775 M). Kaligrafer lain, Yusuf al-Sijzi (w. 825 M)

berhasil menemukan model-model tulisan yang lebih bagus dari sebelumnya,

yaitu Khafif al-Tsuluts, Khafif al-Tsulutsain, dan al-Riyasi. Kemudian al-Ahwal

al-Muharrir menggubah dan menemukan perumusan enam tulisan pokok (al-

Aqlam as-Sittah, Six Pens), yaitu: Tsuluts, Naskh, Muhaqqaq, Rohyani, Riq‟a, dan

Tauqi.62

Pada abad ke-10 M, kaligrafer terkenal yang juga menjabat sebagai Wazir

(menteri) Ibnu Muqlah (w. 29 H/ 940 M), mengadakan pembaharuan dan

kodifikasi tulisan kaligrafi Arab gaya cursif yang sangat banyak dipakai saat itu.

Ibnu Muqlah menetapkan aturan-aturan perbandingan untuk huruf yang

didasarkan pada titik rhombic (♦). Dia mengeluarkan aturan atau merumuskan

bahwa huruf alif, panjang dan tinggi goresan vertikalnya harus tujuh titik rhombic.

Huruf-huruf lain juga diberikan ukuran-ukuran panjang untuk gores vertikal dan

horizontal, serta goresan lengkungnya. Dengan cara inilah Ibnu Muqlah

membakukan setiap gaya cursif utama yang dipakai pada waktu itu.63

Laju perkembangan kaligrafi secara dinamis berjalan hingga pertengahan

abad ke-3 Hijriyah, bertepatan dengan abad ke-9 Masehi. Walaupun demikian,

kaligrafi Arab barulah berjaya dan diperkirakan memasuki fase keemasan yang

paling agung berkat kemunculan seorang tokoh Ibnu Muqlah, seperti yang diulas

pada pembahasan berikutnya.

62

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 82-84. Lihat juga Habibullah Fadha‟ili,

Athlas al-Khat wa al-Khututh, terj. Muhamad al-Tunji, (Syiria: Dar Thalas li al-Dirasat wa al-

Tarjamah wa al-Nasyr, 1993), h. 197-312. Lihat juga . Lihat juga Ali Akbar, “Kaligrafi Murni:

Catatan Ringkas tentang Perkembangan Gaya-Gaya” h. 8. 63

Ismail Raji al-Faruqi dan al-Faruqi Lois Lamya, Atlas Budya Islam, (Bandung: Mizan,

1998), h. 99. Lihat juga Muhammad Hadi Ma‟rifat, Sejarah al-Qur‟an, h. 207.

Page 84: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

74

1. Ibnu Muqlah dan Rumusan Kaligrafi Arab dan Lahirnya al-Khath al-

Mansub dan Perkembangan kaligrafi Arab pada masa Abbasiyah

Adanya motivasi yang dianjurkan al-Qur‟an kepada umatnya untuk

menulis, dan penulisan al-Qur‟an yang memerlukakan huruf dan tanda baca yang

bisa dipahami serta bisa dilihat dan dibaca dengan jelas oleh umat Islam non-Arab

diseluruh daerah, maka bentuk dan cara penulisan pun makin lama makin

diperbarui, dan muncullah metode-metode penulisan baru yang berstandar,

metode penulisan baru ini disebut dengan al-Khath al-Mansub (kaligrafi standar).

Metode-metode ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh kaligrafi ternama dan

termasyhur, di antaranya Ibnu Muqlah, Ibnu al-Bawab, Ya‟qut al-Mustasimi dan

masih banyak lagi.64

Abu Ali al-Sadr Muhammad bin al-Hasan ibn Muqlah atau yang lebih

dikenal dengan nama Ibnu Muqlah lahir pada tahun 272 H/ 884 M, di Baghdad,

Iraq. Ibnu Muqlah juga dikenal sebagai “Imam Khattatin” kejeniusan dan

kepandaian Ibnu Muqlah dalam bidang geometri (ilmu ukur) yang berhasil

mengantarkannya menemukan rumus-rumus atau kaidah-kaidah penulisan

kaligrafi Arab. Berkat kepandaian yang dimilikinya, Ibnu Muqlah pernah

menjabat mejadi perdana menteri (wazir) pada tiga periode kekhalifahan

Abbasiyah, yakni al-Muqtadir (908-932 M), al-Qadir (932-934 M), dan al-Radi

(934-940 M). Malangnya Ibnu Muqlah terlibat suatu peristiwa yang menyangkut

khalifah ketika terjadi kekacauan yang paling hebat akibat penekanan,

penyelewengan dan berkecamuknya intrik-intrik politik. Akibatnya Ibnu Muqlah

dihukum dengan di potong organ tubuhnya, dan akhirnya meninggal pada masa

kekhalifahan al-Radi pada tahun 940 M. Walaupun demikian, Ibnu Muqlah telah

berhasil meletakkan dan menyempurnakan kaligrafi Arab, yang tak seorang pun

ahli kaligrafi sebelum yang bisa menyamai kemampuannya, dan inilah yang

membuat kedudukannya sangat tinggi dalan sejarah literatur Islam.65

64

http://www.robians.com/2013/12/ibnu-muqlah-abad-ke-9-10-masehi.html?m=1 diakses

pada tanggal 07 Desember 2016. 65

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 86-90.

Page 85: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

75

Kemajuan yang dicapai sampai akhir abad ke-19 M, melebihi kemajuan

gaya Kursif pada abad ke-20 M, dalam hal pemakaian oleh halayak umum, yang

banyak diantaranya kurang memiliki keindahan dan keelokan yang sempurna

seperti yang dimiliki tulisan atau kaligrafi Kufi. Peranannya cukup sentral dalam

berbagai aktivitas masyarakat Arab di awal Islam, terutama untuk penulisan al-

Qur‟an, catatan perdagangan, surat-menyurat, dan bentuk dokumentasi lain. Hal

demikian terus berlanjut sampai pada saat pola-pola mabsuth yang kaku telah

menjenuhkan, sebaliknya bentuk mudawwar yang lebih elastis dan fleksibel

diminati.66

Semenjak itu, dominasi khat Kufi tergeser67

dan bermunculanlah gaya

dan corak baru yang dikreasikan para kaligrafer pembaharu.

Atas dasar itu Ibnu Muqlah menempatkan diri sebagai perancang tulisan

Kursif, yang pada saat yang sama menjadikan tulisan itu mampu bersaing dan

bahkan berhasil menggeser kedudukan kaligrafi Kufi. Ibnu Muqlah meletakkan

sistem aturan dasar kaligrafi yang lengkap yang didasarkan atas titik belah ketupat

atau titik rhombic (♦) sebagai kesatuan ukurannya.68

Ibnu Muqlah sangat berjasa dalam membangun tulisan atau khat Naskh dan

Tsulust, serta mempopulerkan pemakaiannya. Menurut teori yang ditemukan oleh

Ibnu Muqlah, bentuk tulisan batulah dianggap benar jika memiliki lima kriteria

berikut:

1. Tawfiyah (tepat), yaitu setiap huruf harus mendapatkan usapan sesuai

dengan bagiannya, dari lengkungan, kejuran dan bengkokan.

2. Itmam (tuntas), yaitu setiap huruf harus diberi ukuran yang utuh, dari

panjang-pendek dan tipis-tebal.

3. Ikmal (sempura), yaitu setiap usapan garis harus sesuai dengan

kecantiakan bentuk yang wajar dalam gaya tegak, terlentang, memutar

dan melengkung.

66

Mabsuth adalah bentuk atau corak tulisan yang bersudut-sudut (dry writing/tulisan kering)

dan mudawwar adalah bentuk atau corak yang bundar dan lentur (soft writing/ tulisan lembut).

Ilham Khoiri R. Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 58. 67

Tetapi sebagai tulisan yang digunakan untuk menalin al-Qur‟an, khat Kufi masih digunakan

pada sebagian besar wilayah Islam sampai abad ke-10 M. Bahkan hingga kini khat Kufi masih

digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Lihat Ilham Khoiri R. Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h.

63. 68

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 90-91.

Page 86: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

76

4. Isyba‟ (padat), yaitu setiap usapan garis harus mendapat sentuhan pas

dari mata pena, sehingga terbentuk suatu keserasian. Dengan demikan

tidak akan terjadi ketimpangan, di mana satu bagian tampak terlalu tipis

atau kelebihan tebal dari bagian lainnya, kecuali pada wilayah-wilayah

sentuhan yang menghendaki demikian.

5. Irsal (lancar), yaitu menggoreskan pena secara cepat dan tepat, tidak

tersandung atau tertahan-tahan sehingga menyusahkan atau mogok

ditengah-tengah membuat getaran tangan yang merusak tulisan yang

sedang digoreskan.69

Rumus Ibnu Muqlah: Alif berskala tujuh titik belah ketupat, yang

diletakkan vertikal. Dan rumusan lingkaran sebagai standar dari tinggi huruf Alis

dan „Ain.70

Sementara tata letak yang baik (husn al-wadh„i), mestilah mengandung

tarshif (rapat teratur), yakni tepatnta sambungan satu huruf dengan huruf lain;

ta‟lif (tersusun), yakni menghimpun setiap huruf yang terpisah(tunggal) dengan

lainnya dalam bentuk wajar dan indah; tasthir (selaras), yakni menghubungkan

satu kata dengan yang lainnya sehingga membentuk satu garis yang selaras

letaknya bagaikan mistar (penggaris); dan tanshil (menyerupai pedang), yakni

69

Al-Qalqasyandi, Subh al-A„syafi Shina„ah al-Insya (Kairo: Kustantasumas wa Syarikahu,

tth). Dikutip dan terjemahkan oleh Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 90. Lihat juga

Ilham Khoiri R. Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 66. 70

Dikutip dari Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 92.

Page 87: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

77

meletakkan sapuan-sapuan garis memanjang yang indah pada huruf-huruf

sambung.71

Pemakaian kaligrafi pada masa Daulah Abbasiyah menunjukkan

keberagaman yang sangat nyata, jauh bila dibandingkan dengan masa Umayyah.

Para kaligrafer Daulah Abbasiyah sangat ambisius menggali penemuan-penemuan

baru atau mendeformasi corak-corak yang tengah berkembang. Karya-karya

kaligrafi lebih dominan dipakai sebagai ornamen dan arsitektur oleh Bani

Abbasiyah daripada Bani Umayyah yang hanya mendominasi unsur ornamen

floral dan geometrik yang mendapat pengaruh kebudayaan Hellenisme dan

Sasania.72

Gerakan perkembangan seni khat telah mencapai masa keemasan pada

masa ini disebabkan motivasi para khalifah dan perdana menteri Abbasiyah,

sehingga bermunculan kelompok para kaligrafer yang jenius. Gaya dan teknik

menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini semakin banyak

kaligrafer yang lahir, diantaranya ad-Dahhak Ibnu Ajlan yang hidup pada masa

Khalifah Abu Abbas As Shaffah (750-754 M), dan Ishaq Ibnu Muhammad pada

masa Khalifah al Manshur (754-775 M) dan al Mahdi (775-786 M). Ishaq

memberi kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Suluts dan Sulutsain

dan mempopulerkan pemakaiannya. Kemudian kaligrafer lain yaitu Abu Yusuf as

Sijzi yang belajar Jalil kepada Ishaq. Yusuf berhasil menciptakan huruf yang

lebih halus dari sebelumnya.73

Usaha Ibnu Muqlah pun dilanjutkan oleh murid-muridnya yang terkenal

diantaranya Muhammad Ibnu As Simsimani dan Muhammad Ibnu Asad. Dari dua

muridnya ini kemudian lahir kaligrafer bernama Ibnu Bawwab. Ibnu Bawwab

mengembangkan lagi rumus yang sudah dirintis oleh Ibnu Muqlah yang dikenal

dengan al-Mansub al-Faiq (huruf berstandar yang indah). Ia mempunyai

perhatian besar terhadap perbaikan khat Naskhi dan Muhaqqaq secara radikal.

71

Ilham Khoiri R. Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab, h. 66-67. 72

http://hilyatulqalam.wordpress.com/2009/01/11/sejarah-perkembangan-kaligrafi/ diakses

pada tanggal 08 Desember 2016. 73

Muhammad Husain Jaudi, Al-Fan al-„Araby al-Islami, h.169.

Page 88: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

78

Namun karya-karyanya hanya sedikit yang tersisa hingga sekarang yaitu sebuah

al-Qur‟an dan fragmen duniawi saja.74

Sementara itu di wilayah Islam bagian barat (Maghribi), yang mencakup

negeri Arab dekat Mesir, termasuk Andalusia (Spanyol), pada abad pertengahan

berkembang bentuk tulisan yang disebut khat Maghribi atau Kufi Barat, terdiri

atas cabang khat Qairawani, Andalusi, Fasi dan Sudani. Disini, telah

dikembangkan pula Sulus Andalusi dan Naskhi Andalusi.

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kaligrafi Berkembang Pesat

Selain eratnya kaitannya antara al-Qur‟an dan perkembangan gaya

kaligrafi, ada beberapa faktor lain seperti tersedianya media penulisan, yang

menyebabkan kaligrafi dapat berkembang pesat dan menyebar demikian merata di

dunia Islam. Ditambah lagi dengan semangat yang menggebuh-gebuh yang

ditunjukkan oleh umat Islam untuk belajar menulis dan kaligrafi. Selain dari hal-

hal tersebut, adapun faktor-faktor yang mendukung perkembangan kaligrafi Arab

sangat pesat setelah datangnya Islam. Faktor tersebut mencakup tiga hal pokok:

Pertama, pengaruh ekspansi kekuasaan Islam. Setidaknya ada tiga hal

berkaitan dengan ekspansi kekuasaan Islam, yang setelah wafatnya Nabi

Muhammad SAW segera meluas jauh ke luar jazirah Arabia. Tiga hal tersebut

adalah urbanisasi besar-besaran ke wilayah baru, pertemuan budaya antara Islam

dan budaya wilayah taklukan, dan proses arabisasi pada wilayah tersebut. Pada

masa Daulah Umayyah, wilayah taklukan Islam ke timur telah mencapai

perbatasan Cina dan India, sementara ke barat mencapai wilayah tepian Atlantik.

Penaklukan wilayah ini segera diikuti oleh pengaturan administrasinya. Pada

tahun 50 H/670 M misalnya, Umayyah mendirikan kota Qairawan (di Tunisia

sekarang), sebuah perkemahan permanen sebagai pertahanan. Pendirian kota

seperti ini segera terjadi di berbagai wilayah taklukan lain pada abad berikutnya.

Pada masa Umayyah misalnya, sebagai akibat perluasan wilayah taklukan,

terjadilah mobilitas sosial dalam masyarakat Islam. Karenanya masyarakat Islam

selama 50 tahun pertama dikenal sebagai masyarakat yang sangat dinamis, secara

74

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 94-95.

Page 89: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

79

sosial maupun geografis. Orang Arab yang berasal dari Jazirah Arabia menjadi

komunitas yang paling banyak berpindah. Mereka berurbanisasi ke wilayah yang

jauh, seperti Suriah, Mesir, Afrika utara, Mesopotamia atau ke Khurasan (Iran).

Migrasi dan urbanisasi itu mau tak mau juga melibatkan kaum seniman dan

budayawan muslim, memungkinkan terjadinya pertemuan budaya antara Arab

(Islam) dan wilayah pusat kebudayaan seperti Mesopotamia, Bizantium, dan

Persia. Hal ini berpengaruh besar bagi kekayaan dan kemajuan seni Islam. Satu

hal yang tidak mungkin dikesampingkan dalam proses ini adalah arabisasi

wilayah taklukan. Pada awal sejarah Islam, Daulah Umayyah merupakan

pemerintahan yang menerapkan kebijakan administratifnya berdasarkan ide-ide

kearaban. Ini mengakibatkan meluasnya pemakaian bahasa Arab dalam wilayah

taklukan.

Proses yang didukung oleh pemerintahan selanjutnya ini membawa bahasa

Arab bukan saja sebagai bahasa liturgis, namun juga sekaligus kultural. Bahasa

Arab akhirnya menjadi bahasa akademik dan kesusastraan. Di pihak lain, huruf

Arab pun kemudian menjadi huruf untuk bahasa non-Arab, seperti bahasa Parsi,

Urdu, Turki dan Melayu (Jawi). Kedua fenomena terakhir, berkenaan dengan

pemakaian bahasa dan huruf Arab yang membawa pengaruh kuat dalam

perkembangan kaligrafi, memunculkan beragam gaya dan teknik penulisan.

Bahkan tidak jarang wilayah yang berbeda memunculkan model huruf yang

berbeda pula, karena pengaruh corak budaya lokal.

Kedua, peranan raja dan elit sosial. Pesatnya perkembangan kaligrafi Islam

sangat erat kaitannya dengan dukungan dan fasilitas yang diberikan oleh raja dan

kaun elite sosial, yang memungkinkan seniman muslim mengembangkan

kreativitasnya. Dari catatan sejarah didapatkan banyak bukti tentang hal ini.

Diceritakan bahwa gaya tulisan Tumar (lembaran halus daun pohon Tumar)

diciptakan atas perintah langsung Khalifah Mu'awiyah (40 H/661 M-60 H/680

M). gaya ini kemudian menjadi tulisan resmi pemerintahan Daulah Umayyah.

Pada masa Daulah Abbasiyah dan pemerintahan berikutnya, perhatian istimewa

terhadap kaligrafi semakin kuat. Kitab al Fihrist karangan an Nadim (abad ke-10),

sebuah karya monumental ensiklopedis yang pantas dijuluki rekaman peradaban

Page 90: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

80

dalam arti sesungguhnya, menunjukkan hal ini. An-Nadim menyebutkan bahwa

masa pemerintahan Khalifah Ma'mun (197 H/813 M-218 H/833 M) merupakan

kulminasi perkembangan kaligrafi. Para penulis di masa itu aktif dalam

memperindah huruf Arab. Dukungan pihak istana terhadap pertumbuhan kaligrafi

terus berlanjut pada kurun berikutnya di berbagai wilayah dunia Islam. Beberapa

sultan Daulah Usmani di Turki dikenal sebagai ahli kaligrafi. Mereka bahkan tak

segan belajar kaligrafi kepada penulis istananya. Kemudian pembukaan kota besar

sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan Islam membawa pengaruh bagi

tumbuhnya kaum elite tertentu di masyarakat. Ditunjang oleh berbagai pengaruh,

baik pengaruh ekonomi (perdagangan) maupun kontak budaya, kaum elite sosial

ini mempunyai perhatian yang cukup besar terhadap karya seni. Benda seni

seperti keramik bertuliskan kaligrafi, misalnya, sangat disukai oleh kaum ini. Pada

masa itu muncul pengrajin non-muslim berkebangsaan Yunani dan Koptik, serta

terdapat pula pengaruh produksi benda seni dari Cina.

Ketiga, pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan. Minat terhadap ilmu

pengetahuan yang telah tumbuh sejak masa Daulah Umayyah mengalami

perkembangan luar biasa pada masa berikutnya. Pada masa ini kertas telah ada

yang dikenalkan oleh orang Arab dari Cina di Samarkand pada tahun 133 H/751

M. Seiring dengan munculnya kertas, maka berkembang pula kreasi manusia yang

lebih leluasa. Pemakaian kertas segera meluas ke berbagai kota Islam dan

merupakan salah satu sebab utama perkembangan tulisan kursif ornamental. Gaya

kaligrafi yang telah ada sebelumnya seperti Tumar, Jalil, Nisf, dan Sulus yang

betapa pun masih sangat sederhana, segera berkembang menjadi lebih halus,

seperti Khafif as Sulus, Khafif as Sulusain, dan Ri'asi. Tak lama kemudian muncul

gaya lain yang dikenal sebagai enam gaya pokok kaligrafi awal (al-Aqlam as-

Sittah) yaitu Sulus, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa', dan Tauqi'.75

Seiring dengan berkembangnya zaman, aneka gaya kaligrafi juga

mengalami perkembangan dengan munculnya berbagai pola dan bentuk serta

media. Hal ini ditandai dengan munculnya trend-trend dalam kaligrafi

75

Didin Sirojuddin AR,"Lukisan Tembok, Kaligrafi, dan Arabes" dalam Ensiklopedi Tematis

Dunia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), h. 293-295.

Page 91: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

81

kontemporer di dunia muslim, seperti tradisional, figural, ekspresionis, simbolis

dan abstraksionis murni.76

3. Kaligrafi Arab pada beberapa media

Al-Qur‟an merupakan mata rantai penghubung antara tulisan Arab dengan

Islam. Maka, menjaganya walau setitik kesalahan adalah wajib. Demi untuk

keagungan kitab suci ini, ayat-ayat dituangkan dalam bahasa keindahan yang

tersimbol dalam kaligrafi pada ribuan bahkan jutaan lembar kertas, kanvas, kayu,

marmer, kaca dan lain-lain. Keindahan kaligrafi sudah seharusnya menghiasi

seuruh karya seni bahkan segala perabotan yang serba Islami. Begitu juga dengan

banyaknya karya-karya kaligrafer yang tertuang di atas kanvas, interior masjid

yang oleh kaligrafi Arab.

Kegunaan kaligrafi tidak hanya digunakan untuk menulis ayat-ayat al-

Qur‟an, tetapi sejarah perkembangan kaligafi Arab digunakan dibeberapa media

yang perannya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Semarak penggunaan

kaligrafi di beberapa media sudah mulai diusung dari masa Khulafa al-Rasyidin,

kekhalifah Umayyah dengan adanya koin, dan dekorasi masjid pertama kali, dan

selanjutnya pada masa kejayaan dinasti Abbasiyah yang menjadi masa

keemasannya Islam. Penggunaan kaligrafi banyak dijumpai dibeberapa media

seperti kiswah Ka‟bah, koin, mihrab masjid, kubah masjid, menara masjid, bejana

atau guci, dan lain sebagainya.

A. Kiswah Ka’bah

Satu kiswah (baju penutup) Ka‟bah ditaksir berharga sekitar 5 juta real

Saudi (di rupiahkan mencapai 1 milyar). Dibuat sekali setahun, tercatat sejak

tahun 1966 sampai 1980, Ka‟bah sudah mengalami 20 kali ganti kiswah.

Menghiasi Ka‟bah dengan kain sutera pertama kali adalah bangsa Himyar

(Hameir), dua abad sebelum Hijriyah. Selanjutnya usaha itu dilanjutkan dan

diteruskan ole suku Qureisy yaitu Ummu Abbas bin Abdil Mutalliblah. Pada masa

nabi Muhammad sampai Khulafa al-Rasyidin tercatat tidak pernah melakukan

perobakan dan penggantian kiswa Ka‟bah. Kemudian pada masa dinasti Umayyah

76

Ismail Raji al-Faruqi dan al-Faruqi Lois Lamya, Atlas Budya Islam,h. 402.

Page 92: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

82

pernah melakukan pergantian kiswah Ka‟bah dua kali dalam setahun. Barulah

pada masa dinasti Abbasiyah hal ini dipandang serius, pada masa pemerintahan

al-Makmun adalah yang mula-mula membuat kiswah dari sutera putih dan hiasan

kaligrafi, dan kiswah Ka‟bah beberapa kali mengalami pergantian warna, mulai

dari warna putih, kuning, hijau, dan hitam-lah yang belaku hingga sekarang ini

dan dihiasi kaligrafi berwarna emas.77

B. Dekorasi Masjid

Dalam dunia arsitektur, kaligrafi menghiasi situs-situs Islam yang tersuci

sekalipun. The Dome of the Rock Yerussalem, merupakan sala satu prasasti tertua

yang pernah ada, di tulis dalam mosaik pada tahun 692 M.78

Bentuk mihrab

tampaknya diperkenalkan pada awal abad ke-8 M. tujuannya untuk menunjukkan

arah Kiblat. Ketika masa pemerintahan khalifah al-Walid (705-715 M) kemudian

melakukan renovasi pada bagian mihrab masjid menghiasnya dengan kaligrafi

Arab dan ornamen Islami. Pengguanan kaligrafi mulai semarak dituliskan di

dinding, kubah dan menara masjid.79

Sesungguhnya dunia semenjak zaman dinasti Umayyah sampai

sekarang ini dan terbentang dari timur sampai ke barat, seakan-akan ditaburi oleh

masjid-masjid yang indah dan menakjubkan dengan hiasan-hiasan ornamen dan

kaligrafi Arab dengan pesan-pesan ayat-ayat al-Qur‟an. Keindahan yang di miliki

oleh masjid Mekkah, masjid Madinah, masjid Damsyik, masjid Yerussalem,

masjid Cordova, dan sebagainya, merupakan bukti nyata bagaimana tingginya

seni bangunan dan artistik Islam.80

Pada masa pemerintahan khalifah al-Walid bin Abdil Malik, masjid-masjid

dihias dengan ukiran kaligrafi dari emas dan perak, sebagaiman yang ada

sekarang ini di masjid Yerussalem (The Dome of the Rock) Kubah Batu. Sekitar

100.000 koin emas dilelehkan dan gunakan untuk melapisi eksterior kubah masjid

tersebut. Sedangkan ektrerior luar diahiasi dengan ubin atau marmer yang benuasa

77

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 178-182. 78

http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/08/16obzoca394-bagaimana-seni-

kaligrafi-muncul-dalam-dunia-islam diakses pada tanggal 07 Desember 2016. 79

Moya Carey, Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam, terj. Budi Sulistiono (Jakarta:

Penerbit Erlangga, tth), h. 22-23. 80

http://www.lemka.net/ diakses pada tanggal 07 Desember 2016

Page 93: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

83

kaligrafi jenis Tsulus. Di sekeliling dinding dalam, terdapat mozaik emas,

sepanjang 240 m, dengan tulisan Kufi yang menyatakan pesan-pesan Islami.81

C. Koin Islam

Sekitar tahun 696-698 M, mata uang atau koin Islam direformasi oleh

Khalifah Umayyah, Abdul Malik, yang juga membangun The Dome of the Rock di

Yerussalem. Standar baru ditetapkan untuk koin, dan semua citra figuratif

digantikan oleh pesan-pesan Islam yang ditulis dengan kaligrafi Arab jenis Kufi.

Tujuan epigraf-epigraf ini adalah mengingatkan semua rakyat wilayah taklukan

akan keberhasilan Islam. Koin-koin itu dihiasi pernyataan-pernyataan doktrinal,

misalnya Laa Ilaaha Illallah, wa Muhammad Rasulullah. Dan itu berlangsung

selama ratusan tahun selama masa pemerintahan dinasti Umayyah, dan juga oleh

dinasti Abbasiyah yang menggantikan Umayyah. Nama khalifah yang memerintah

biasanya tidak dicetak pada koin. Namun, sejak era pemerintahan Abbasiyah

dimulai dari koin-koin yang diterbitkan oleh khalifah al-Mahdi (775-785 M),

mulai mencetakkan nama khalifah yang memerintah pada koin Abbasiyah.82

Cetakan mata uang Dirham, baik yang dikerjakan pada Khuafa ar-

Rasyidin, khalifah Umayyah dan khalifah Abbasiyah maupun masa kekuasaan

Islam di Andalusia (Spanyol), umumnya menggunakan kaligrafi Kufi di berbagai

media. Di Afrika Utara, mata uang yang dibuat pada penghujung abad pertama

Hijriyah dicetak dalam gaya tulisan Kufi dengan menggunakan tiga bahas

sekaligus: Arab, Spanyol, dan Sisilia. Seluruh mata uang Dirham yang dibuat oleh

Muslim, sejak abad pertama Hijriyah hinggan penaklukan Islam terhadap beberpa

wilayah, baik Persia dan Romawi, maupun Afrika dan Andalusia, adalah

merupakan mata-mata uang atau koin yang bercapkan Islam dan mengandung

simbol-simbol sejarah, catatan peribahasa, nama khalifah, kalimat Tauhid, dan

tarikh-tarikh agama. Banyak mata uang yang ditulis dengan huruf Arab dan latin

sekaligus.83

81

Moya Carey, Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam, h. 50-51. 82

Moya Carey, Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam, h. 49. 83

Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 51-52.

Page 94: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, bahwa

penelitian dengan judul, Sejarah Perkembangan Kaligrafi Arab Pada Masa pra-

Islam sampai Kodifikasi al-Qur’an (250-940 M). Maka penulis menemukan dan

mendapatkan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini, diantara:

Sejarah perkembangan tulisan Arab dapat dilacak dan dilihat dari beberapa

temuan yang ditemukan oleh beberapa ahli arkeologi berupa inskripsi-inskripsi

yang ditemukan dikawasan atau jazirah Arabia. Perkembangan tulisan Arab

sebelum datangnya Islam sangatlah lamban. Tulisan yang berkembang pada masa

itu hanya ada dua jenis, yaitu: Nabathi dan Musnad. Dan kedua jenis tulisan

tersebut berakar dari tulisan Mesir Kuno (Hierogliph). Adapun peranan tulisan

dalam peradaban Arab pra-Islam sangatlah sentral dan penting dalam kehidupan

dan peradaban Arab meskipun bangsa Arab pra-Islam terkenal dengan

kejahiliyaannya dalam ilmu pengetahuan, namun mereka sudah mengenal tradisi

tulisan sejak tahun 250 M, ini dikuatkan dengan adanya temuan inskripsi Umm al-

Jimal. Disamping itu juga adanya tradisi Mu’allaqat yang digelar setiap tahun

pada bulan Zulqaidah, tercatat tradisi ini sudah ada sejak tahun 540 M. Dan dalam

keseharian-pun bangsa Arab pra-Islam sudah menggunakan dan mengenal tulisan

karena kegemaran bangsa Arab yang melakukan perniagaan dan hubungan dagang

ke berbagai wilayah, adapun guna tulisan sebagai bukti transaksi.

Sejak awal mula diwahyukan al-Qur’an kepada nabi Muhammad saw,

tradisi hafalan-lah yang digunakan untuk menyimpan ayat-ayat al-Qur’an.

Selanjutnya pada masa Khulafa ar-Rasyidin tradisi menuliskan ayat-ayat al-

Qur’an mulai digunakan, guna melestarikan dan menjaga ayat-ayat al-Qur’an dari

kekeliruan dan kepunahan. Ini disebabkan oleh beberapa kejadian dan peristiwa

yang merugikan umat Islam. Selanjutnya hal ini dipandang serius oleh khalifa

Utsman bin Affan kemudian melakukan kodifikasi al-Qur’an dan menyusunnya

Page 95: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

85

kedalam satu mushaf dan menunjuk Zaid bin Tsabit dan lain-lainnya sebagai

pelaksana, yang dikenal dengan Mushaf Utsmani. Kemudian mushaf tersebut

disempurnakan oleh beberapa khalifa yang memerintah pada masa dinasti

Umayyah dan dinasti Abbasiyah. Adapun jenis tulisan yang berkembang dan yang

gunakan pada masa itu adalah bentuk tulisan yang dominan adalah jenis khat

Hieri kemudian menjadi khat Kufi (merujuk kepada kota Kufah yang didirikan

pada tahun 640 M). Barulah pada masa Abbasiyah al-Qur’an dituliskan dan

kodifikasikan secara rapi diatas kertas sekitar tahun 133 H/751 M, yang

dikenalkan oleh orang Arab dari Cina di Samarkand.

Pada masa awal Islam penggunaan khat Kufi masih dominan sampai masa

pemerintahan awal dinasti Abbasiyah. Dalam perkembangannya, khat Kufi

mengalami berbagai variasi dan bentuk. Kemudian dikenal-lah jenis-jenis seperti

Kufi Murabba’ (lurus-lurus), Muwarraq (berdekorasi daun), Mudhaffar

(dianyam), Mutarabith Mu’aqqad (berlilit-berikatan) dan lain-lain. Sementara itu

di wilayah Islam bagian barat (Maghribi), yang mencakup negeri Arab dekat

Mesir, termasuk Andalusia (Spanyol), pada abad pertengahan berkembang bentuk

tulisan yang disebut khat Maghribi atau Kufi Barat, terdiri atas cabang khat

Qairawani, Andalusi, Fasi dan Sudani. Disini, telah dikembangkan pula Sulus

Andalusi dan Naskhi Andalusi. Peranannya cukup sentral dalam berbagai aktivitas

masyarakat Arab di awal Islam, terutama untuk penulisan al-Qur’an, catatan

perdagangan, surat-menyurat, dan bentuk dokumentasi lainnya. Hal demikian

terus berlanjut sampai pada saat pola-pola mabsuth yang kaku telah menjenuhkan,

sebaliknya bentuk mudawwar (kursif) yang lebih elastis dan fleksibel diminati.

Semenjak itu, dominasi khat Kufi tergeser dan bermunculan-lah gaya dan corak

baru yang dikreasikan para kaligrafer pembaharu. Setelah temuan rumus dari Ibnu

Muqlah (al-Khath al-Mansub), ditambah dengan perkembangan keberagaman

media tulis seperti kertas dan pena, perkembangan kaligrafi Arab pada masa

dinasti Abbasiyah berkembang pesat. Meluas dan menyebarnya pemakaian kertas

ke berbagai kota Islam dan merupakan salah satu sebab utama perkembangan

tulisan kursif atau kaligrafi Arab. Selanjunya usaha yang dirintis oleh Ibnu

Muqlah diteruskan oleh murid-muridnya hingga kita bisa mengenal delapan jenis

Page 96: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

86

kaligrafi standar dewasa ini; Naskhi, Tsuluts, Riq’a, Farisi, Diwani, Diwani Jali,

Rayhani, dan yang tertua adalah Kufi.

B. Saran-saran

Dalam penelitian yang penulis lakukan banyak sekali penulis mendapatkan

kendala dan halangan, baik dalam mencari sumber dan data yang sesuai dengan

judul yang penulis angkat. Namun, tidak membuat patah semangat penulis dalam

menyelesaikan dan melakukan penelitian ini. Adapun kesempurnaan tulisan dan

penelitian tidak bisa lepas dari kritikan dan saran pembaca. Dan penulispun

memahahi dan menyadari betul akan kekurangan tulisan dan penelitian ini. Oleh

sebab itu, kedepannya dan selanjutnya penulis berharap akan ada muncul

sejarawan atau ide-ide untuk terus menggali dan melakukan penelitian dan

memahami sejarah Islam khususnya kajian dan konsentrasi sejarah di kawasan

Timur Tengah.

Saran dari penulis, ada penulis yang meneruskan penelitian tentang kajian

sejarah Islam tentang kesenian dan kebudayaan Islam, terutama tentang Kaligrafi

Arab dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kesenian dan kebudayaan Islam

yang dulunya berjaya dan mencapai masa keemasan. Kebanyakan penelitian dan

kajian tentang sejarah Islam sangat minim dan sedikit yang membahas tentang hal

ini. Karena menurut penulis sangat menarik dan penting untuk dibahas dan dikaji

tentang kesenian dan kebudayaan Islam yang dulunya pernah menjadi bukti

peradaban dan masih berkembang hingga saat ini.

Page 97: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

99

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku:

Abdurrahman, Emsoe dan Apriyanto Ranoedarsono, The Amazing Story of Al-

Qur’an, Bandung: Salamadani, 2009.

Adonis, Ats-tsabit wa al-Mutahawwil: Bahts fî al-Ibda’ wa al-Itba ‘inda al-Arab,

diterjemahkan oleh Khairon Nahdiyyin, Arkeologi Sejarah-Pemikiran

Arab-Islam, Yogyakarta: LKiS, 2009, jilid ke-4.

Al-A’zami, M. Mustafa, Hadist Nabi dan Sejarah Kodifikasinya, Jakarta:Pustaka

Firdaus, 1994.

___________________, Sejarah Teks al-Qur’an dan Wahyu sampai Kompilasi,

Jakarta: Gema Insani, 2014.

al-Baba, Kamil, Ruh Al Khath Al ‘Arabi (The Spirit of Arabic Calligraphy).

Bairut: Dar Lubnan Publishers, 1983. diterjemahkan oleh Didin Sirojuddin

AR. Dinamika Kaligrafi Islam. Jakarta: Darul Ulum Press, 1992.

Atthar, Dawud al-, Persepektif Baru Ilmu al-Qur’an, Bandung: Pustaka Hidayah,

1994.

Faruqi, Ismail Raji al-, dan al-Faruqi Lois Lamnya, Atlas Budaya Islam, Bandung:

Mizan, 1998.

Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah al-Quran. Jakarta: PT. Pustaka

Alvabet, 2013.

Amin, Ahmad, Fadjar Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1968.

Aziz, Abdul, Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam. Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2011.

Bell, Richard, Pengantar Qur’an, diterjemahkan oleh Lillian D. Tedjashudana,

Jakarta: INIS, 1998.

Carey, Moya, Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam, diterjemahkan oleh Budi

Sulistiono, Jakarta: Penerbit Erlangga, tth.

Fadha’ili, Habibullah, Athlas al-Khat wa al-Khututh, diterjemahkan oleh

Muhammad al-Tunji, Syiria: Dar Thalas li al-Diasat wa al-Tarjamah wa al-

Nasyr, 1993.

Haourani, Albert, Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim, diterjemahkan oleh Irfan

Abubakar, Bandung: Mizan, 2004.

Page 98: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

100

Hitti, Philip K., History of the Arab, Terj. Cecep Lukman Yasin, dkk, Jakarta:

Serambi, 2002.

____________, The Arabs a Short History, diterjemahkan oleh Usuludin

Hutagalung dan O.D.P Sihombing, Dunia Arab Sedjarah Ringkas,

Bandung: Sumur Bandung, 1970.

Husain, Abdul Karim, Seni Kaligrafi Khat Naskhi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1985.

Ibyariy, Ibrahim al-, Pengenalan Sejarah al-Qur’an, terjemahan Saad Abdul

Wahid, Jakarta: Rajawali Press, 1995, Cetakan ke-3.

Ilham, Andri, Puisi Arab dan Protes Sosial; Kajian atas Puisi Pinggiran Sa‘alik

pra-Islam. Jakarta: Transpustaka, 2016.

Israr, C., Dari Teks Klasik Sampai ke Kaligrafi Arab. Jakarta: Yayasan Masagung,

1985.

Jaudi, Muhammad Husain, al-Fan al-‘Araby al-Islami, Oman: Dar al-

Masirah,1998.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka,

2008, edisi ke-4.

Khoiri R, Ilham, Al-Qur’an dan Kaligrafi Arab. Jakarta: Logos, 1999.

Ma’rifat, Muhammad Hadi, Sejarah al-Qur’an, diterjemahkan oleh Thoha

Musawwa, Jakarta: Penerbit al-Huda, 2007.

Mahasin, Aswab, (Ed.) Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Konsep Estetika,

Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996.

Muzakki, Ahmad, Kesusastraan Arab: Pengantar Teori dan Terapan,

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006.

Nasr, Seyyed Hossein, Spiritualitas dan Seni Islam. terj. Sutejo, Bandung: Mizan,

1993.

Nasution, Harun, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan.

1995.

Pedersen, J., Fajar Intelektualisme Islam: Buku dan Sejarah Penyebaran

Informasi di Dunia Arab, diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman,

Bandung: Mizan, 1996.

Safadi, Y. M., Islamic Calligraphy, London: Thumes and Hudson, 1978.

Shabunie, Moh. Ali ash-, Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Surabaya: Al-Ikhlas,

1983.

Page 99: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

101

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1994. Cetakan ke-4.

________________, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.

Sirojuddin, AR., Didin, Seni Kaligrafi Islam. Jakarta: Multi Kreasi Singgasana,

1987.

__________________,“Lukisan Tembok, Kaligrafi, dan Arabes” dalam

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2002.

Situmorang, Oloan, Seni Rupa Islam, Pertumbuhan dan Perkembangannya

Bandung: Angkasa, 1993.

Yatim, Badri, Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Zuhdi, Masjfuk, Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu, 1987.

Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Jurnal, Katalog dan Majalah:

Sirojuddin AR., Didin, “Al-Qur’an dan Reformasi Kaligrafi Arab”, Ulumul

Qur’an, Vol. 1, 1989/1410 H.

Akbar, Ali, “Kaligrafi Murni: Catatan Ringkas tentang Perkembangan Gaya-

Gaya” Katalog Pemenang Sayembara Kaligrafi Festival Istiqlal II,

Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1995.

Internet:

http://www.lemka.net/2011/02/khat-kufi_01.html?m=1 Diakses pada tanggal 14

November 2016.

http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/08/16obzoca394-

bagaimana-seni-kaligrafi-muncul-dalam-dunia-islam Diakses pada tanggal

07 Desember 2016.

http://www.robians.com/2013/12/ibnu-muqlah-abad-ke-9-10-masehi.html?m=1

Diakses pada tanggal 07 Desember 2016.

http://hilyatulqalam.wordpress.com/2009/01/11/sejarah-perkembangan-kaligrafi/

Diakses pada tanggal 08 Desember 2016.

Page 100: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

87

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Peta perkembangan dan perjalanan kaligrafi Arab

menurut buku Didin Sirojuddin AR. Seni Kaligrafi Islam.

Page 101: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

88

Peta perkembangan dan perjalanan kaligrafi Arab

menurut buku M. Mustafa al-A’zami. Sejarah Teks al-Qur’an dan Wahyu

sampai Kompilasi.

Page 102: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

89

Perkembangan tulisan Arab menurut Didin Sirojudin AR, dalam bukunya

Seni Kaligrafi Islam..

Page 103: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

90

Khat Kufi pada tulisan al-Qur’an diperkirakan masa awal Islam, yang belum memiliki

tanda baca dan tanda titik untuk membedakan antar huruf.

Page 104: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

91

Khat Kufi dalam Mushaf yag dituliskan pada masa pemerintahan

dinasti Umayyah di awal abad pertama Hijriyah hingga abad ketiga Hijriyah, yang

sudah bertanda baca berupa titik-titik berwarna.

Page 105: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

92

Jenis tulisan Kursif yaitu khat Tsulus mulai berkembang pada masa

Dinasti Abbasiyah, sekitar abad ke-9 dan ke-10 Masehi, tulisan ini

menggeser dominasi khat Kufi. Yang sudah dilengkapi tanda baca berupa harokat

dan tanda titik pemisah antar huruf satu dengan yang lainnya. Tulisan ini dipopulerkan

oleh Ibnu Muqlah.

Page 106: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

93

Kiswah Ka’bah yang dirajut dengan benang emas dan mengalami pergantian

setiap tahunnya. Dan tradisi ini mulai dikembangkan pada masa dinasti Umayyah.

Tampak jelas kaligrafi jenis Tsulus yang mendominasi hiasan seluruh

Kiswah Ka’bah.

Page 107: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

94

Tampak Luar dekorasi Masjid Kubah Batu Yerussalem

(The Dome of The Rock). Berhias kaligrafi dari keramik yang

mengelilingi seluruh masjid.

Page 108: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

95

Masjid Umayyah yang ada di

Damaskus, atau yang lebih

dikenal dengan nama masjid

Damsyiq. Dihias indah dengan

nuansa kaligrafi, mulai dari

Mihrab hingga ke seluruh tembok

masjid.

Page 109: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

96

Mata uang atau koin emas Islam pada masa pemerintahan dinasti Umayyah,

yaitu pada masa kekuasaan Abd al-Malik 697 M.

Mata uang atau koin emas Islam atau yang dikenal dengan Dinar pada masa

pemerintahan dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa kekuasaan al-Mansur 752-753 M.

Bentuk mata uang atau koin emas yang berkembang di kawasan Magribi, mencangkup

daerah Afrika Utara seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Libya hingga ke Spanyol.

diperkirakan sekitar abad ke-10 Masehi.

Page 110: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

97

Khat Naskhi

Khat Tsulus

Khat Riq’a

Khat Diwani

Page 111: SEJARAH PERKEMBANGAN KALIGRAFI ARAB PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34475/2/ALAN... · 3Tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang

98

Khat Diwani Jali

Khat Farisi

Khat Kufi