sejarah peradaban islam di indonesia siap print

Upload: yakub-mubarok

Post on 13-Jul-2015

2.855 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PERADABAN ISLAM DI INDONESIAMakalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah SEJARAH PERADABAN ISLAM Dosen Pengampu : Anthin Latifah, M.Ag.

Disusun oleh : M. Yakub Mubarok (092111101)

KONSENTRASI ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

2

PERADABAN ISLAM DI INDONESIA A. Pendahuluan Indonesia sampai saat ini dikenal sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Penyebaran agama Islam di Indonesia tentunya merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Mengingat wilayah Indonesia yang berupa kepulauan yang letaknya jauh dari sumber lahirnya Islam (Jazirah Arab), selain itu satu hal lain yang perlu diingat bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Indonesia telah berabad-abad mengenal ajaran Hindu dan Budha. Jika melihat keadaan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa bukanlah dengan cara sembarang Islam berhasil disebarkan di Indonesia hingga bisa berkembang pesat dan tetap bertahan hingga saat ini. Pembahasan mengenai penyebaran Islam di Indonesia tentunya tidak cukup hanya dengan mempelajari metode dakwah dan penyebaran Islam yang dilakukan oleh para ulama Islam ketika awal penyebaran saja. Namun juga berkenaan dengan sifat, tingkah laku dan keadaan masyarakat Indonesia pada saat itu. Mengenai hal-hal yang menjadi penyebab mereka memilih berpindah ke agama Islam alih-alih tetap mempertahankan ajaran agama sebelumnya. Salah satu cara yang paling mudah untuk mengetahui proses penyebaran Islam di Indonesia serta hal-hal yang menjadi penyebab sebagian masyarakat Indonesia beralih ke agama Islam adalah dengan mengetahui sejarah-sejarah awal peradaban Islam dimulai. Untuk itu, dalam makalah ini penulis berusaha mengungkapkan sederet bukti sejarah peradaban Islam pada masa awal penyebaran Islam di Nusantara khususnya pada masa kerajaankerajaan Islam di Nusantara. B. Pembahasan 1. Awal mula masuknya Islam di Indonesia Sejarah awal mulanya terbentuknya peradaban Islam di Indonesia cukup rumit. Banyak sarjana yang saling berbeda pendapat kapan Islam

3

mulai muncul di Indonesia. Apabila digolongkan, setidaknya terdapat tiga (3) pendapat yang mewakili pendapat-pendapat para sarjana sejarah mengenai awal masuknya Islam di Indonesia:1a. Pendapat pertama, yaitu pendapat para orientalis Barat, diantaranya

Snouck Hurgonje yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dari negeri Gujarat dan bukan dari Arab langsung. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya Makam Sultan Malik alSaleh penguasa pertama Samudra Pasai, kerajaan Islam pertama (menurut Snouck Hurgonje). Selanjutnya menurutnya Malik al-Saleh adalah merupakan keturunan Gujarat. b. Pendapat kedua dikemukan oleh para Sarjana Muslim, diantaranya yaitu Prof. Hamka. Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa Islam sudah mulai masuk Indonesia pada abad ke-1 H atau sekitar abad ke-7 M. Buktinya yaitu bahwa jalur pelayaran dari Arab, India, melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Umayah dengan Kekaisaran Dinasti Tang di China dan Sriwijaya di Asia Tenggara, telah ramai dan bersifat internasional, sejak abad ke-7 M, jauh sebelum Samudra Pasai berdiri. c. Pendapat ketiga berasal dari para Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufik Abdullah, yang berusaha mengkompromikan keduanya. Menurutnya memang benar apabila dikatakan Islam telah masuk ke wilayah Indonesia sejak abad ke-7 M, tetapi masih dianut oleh sebagian orang yang berdomisili disekitar pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan memiliki kekuatan politik pada sekitar abad ke-13 yaitu pada masa kerajaan Samudra Pasai. Kenyataannya dalam perkembangan sejarah Indonesia dari ketiga pendapat para sarjana sejarah tersebut, pendapat kedualah yang paling mendekati kebenaran. Hal ini dibuktikan dengan diketemukan buktiMusyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers: Jakarta, 2005, hlm. 8-91

4

sejarah mengenai kerajaan Perlak yang sudah berdiri sejak permulaan abad ke-9 M, jauh sebelum Samudra Pasai lahir. Bahkan bisa dibilang hampir bersamaan dengan Imperium penguasa Asia Tenggara pada masa itu, kerajaan Sriwijaya. Berkenaan dengan proses penyebaran Islam di Indonesia, hampir seluruh sarjana sejarah sepakat bahwa awal mula penyebaran Islam adalah melalui jalan damai bukan dengan jalan ekspansi sebagaimana yang terjadi di Timur Tengah kala itu. Setidaknya terdapat enam (6) saluran yang dijadikan oleh para dai muslim dalam menyebarkan agamanya:2 a. Perdagangan, hal ini yang biasanya dilakukan oleh pedagang muslim baik dari Arab, Maroko, Mesir maupun Gujarat. Mereka mengenalkan agama (Islam) mereka kepada para penduduk lokal tempat mereka berlabuh. Sikap yang menjadi ciri pedagang muslim pada waktu itu adalah jujur dan amanah, sehingga berhasil menarik simpati banyak penduduk lokal.b. Dakwah/tabligh, yaitu yang sering kali dilakukan oleh para

pengembara muslim. Mereka biasanya ikut serta dengan rombongan pedagang untuk kemudian selanjutnya mengembara ke tempat lain kemudian disana mereka akan memperkenalkan agama Islam kepada penduduk setempat.c. Perkawinan, sebagian pedagang muslim biasanya akan ada yang

menetap di suatu tempat dan mulai mempunyai pengaruh dalam perdagangan di wilayah tersebut. Kemudian karena kedudukkan mereka tersebut, banyak pedagang muslim yang dapat menikahi keturunan para bangsawan bahkan keluarga kerajaan, tentunya setelah sebelumnya masuk Islam terlebih dahulu. Dengan demikian lambat laun pengaruh kekuasaan dapat didominasi oleh keturunan muslim.2

Ibid, hlm. 10-11

5

d. Pendidikan, setelah kedudukan umat Islam mantap, dan menguasai

kekuatan ekonomi. Selanjutnya pusat pendidikan Islamlah yang selanjutnya mengambil peran penting dalam penyebaran dakwah Islam. Sebut saja Samudra Pasai yang pada masa jayanya dijadikan pusat pendidikan agama Islam sekaligus pusat dakwah pertama yang didatangi oleh santri-santri kader-kader lokal. Selain itu pesantren/pusat sebagai tempat pendidikan Islam pada kala itu juga digunakan sebagai wadah penggemblengan politik selain pembelajaran bagi masyarakat muslim. Sebut saja pesantren-pesantren di Jawa seperti; Pesantren Gunung Jati, yang menelorkan Sunan Gunungjati, pendiri Kerajaan Cirebon; Pesantren Ampel Denta yang mendidik Raden Patah, sehingga berhasil mendirikan Kerajaan Islam Pertama di tanah Jawa; dan pesantren Giri, yang berhasil mendidik Sultan Zainal Abidin, penguasa Gowa-Tallo (Makassar).e. Tasawuf dan Tarekat, ajaran tasawuf/tarekat sangat identik dengan

ajaran teosofi yang bercampur dengan hal-hal magis serta amalanamalan tertentu.3 Hal ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran masyarakat Indonesia pada kala itu yaitu ajaran Hindu dan Budha. Sehingga ajaran agama baru tersebut (Islam versi sufi) lebih mudah diterima oleh mereka, disamping kelebihan agama Islam yang mana tidak mengenal kasta, tidak seperti agama mereka sebelum mereka yang mengenal kasta. Pada perkembangan selanjutnya, beberapa sufi akhirnya mendapat kedudukan sebagai penasehat kerajaan.f. Kesenian, sarana dakwah yang satu ini merupakan yang paling

sering dipakai terutama di pulau Jawa. Walisongo sebagai penyebar agama Islam di Jawa paling sering memakai sarana kesenian sebagai alat dakwah mereka. Sebut saja Sunan Kalijaga dengan wayang kulit dan syair Ilir-ilirnya dan Sunang Bonang dengan Gamelannya.Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers: Jakarta, 2010, hlm. 2033

6

Keenam saluran tersebut merupakan saluran-saluran yang paling banyak dipakai oleh dai dan ulama muslim dalam menyebarkan agama Islam pada masa permulaan Islam di Indonesia. Namun tidak dipungkiri bahwa dalam perkembangan selanjutnya banyak kerajaan Islam yang melakukan perluasan Islam dengan cara kekerasan (perang). 2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ternyata telah mulai berdiri sejak abad ke-9. Jauh ketika kerajaan raksasa Sriwijaya masih menguasai wilayah Asia Tenggara. Berikut beberapa kerajaan besar Islam yang berdiri selama kurun waktu antara abad ke 9 hingga abad ke 19, kerajaan-kerajaan tersebut antara lain: a. Kerajaan Perlak Kesultanan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kesultanan Perlak berdiri dari selama kurang lebih 4,5 (empat setengah) abad yaitu dari tahun 840 - 1292 M, sebelum akhirnya bergabung dengan kerajaan Samudra Pasai.4 Sebenarnya jauh sebelum Kesultanan Perlak berdiri, di wilayah tersebut telah berdiri kerajaan/negeri Perlak yang mana raja dan rakyatnya merupakan keturunan dari Maharaja Pho He La dan para pengikutnya.5 Pada awal abad ke-9 M, rombongan berjumlah 100 orang dari Timur Tengah menuju pantai Sumatera yang dipimpin oleh Nakhoda Khilafah. Rombongan ini bertujuan untuk berdagang sekaligus membawa sejumlah da'i yang bertugas untuk membawa dan menyebarkan Islam ke Perlak. Dalam waktu kurang dari setengah abad, raja dan rakyat Perlak meninggalkan agama lama mereka (Hindu dan Buddha), yang kemudian secara sukarela berbondong-bondong memeluk Islam.64

20.345

http://melayuonline.com/ind/history/dig/371 25 Desember 2011 pukul Ibid

7

Perkembangan selanjutnya sebagian besar rombongan dakwah tersebut menetap dan menikah dengan penduduk setempat. Salah satunya yaitu Sayyid Ali bin Muhammad bin Ja'far Shadiq, prajurit keturunan Quraisy yang dinikahkan dengan seorang Putri Makhdum Tansyuri, salah satu adik dari Meurah Perlak yang bernama Syahir Nuwi. Dari Perkawinan tersebut lahirlah Sayid Abdul Aziz, yang kemudian hari menjadi sultan pertama dari Kesultanan Perlak pada tahun 840 M dengan gelar Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Shah (840-864 M).7 Kesultanan Perlak pada awal berdirinya adalah menganut aliran Syiah. Selama berpuluh-puluh tahun kesultanan Perlak mendapat dukungan penuh dari Dinasti Fatimiah di Mesir. Barulah pada awal abad ke-12 ketika dinasti Fatimiah telah hancur dan dinasti Mamaluk berkuasa, pengaruh Syiah di Perlak semakin tergeser dengan Aliran Sunni.8 Mengenai aliran Sunni, aliran ini baru masuk ke Perlak pada masa pemerintahan sultan ke-3 Perlak yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913 M). Setelah sultan tersebut meninggal terjadilah pergolakkan antara Syiah dan Sunni dalam perebutan kekuasaan di Perlak. Sehingga sejak tahun 913 M hingga tahun 983 M kekuasaan Kesultanan Perlak silih berganti antara Sunni dan Syiah. Baru pada tahun 983 M setelah sultan ke- 7 Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat meninggal, kerajaan Perlak dibagi menjadi dua bagian, yaitu Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Sayid Maulana Shah (986 988) M dan Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 1023 M).9 Kesultanan Perlak kembali bersatu ketika terjadi penyerangan oleh kerajaan Sriwijaya pada tahun 988 M yang menewaskan di Sultan6

http://acehpedia.org/Kerajaan_Perlak , 25 Desember 2011 pukul

20:34

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Amzah: Jakarta, 2009, hlm. 331 8 Op. Cit, http://acehpedia.org/ 9 Ibid

7

8

Alaiddin Sayid Maulana Shah (Perak Pesisir/Syiah). Rakyat Perlak bersatu melawan Kerajaan Sriwijaya dibawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (Sunni) dan berhasil mengalahkan dan mengusir pasukan Sriwijaya pada tahun 1006 M. Selanjutnya kekuasaan kesultanan Perlak hingga sultan terakhir (1292 M) secara turun temurun dipegang oleh keturunan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang beraliran Sunni.10 Selama Kurang lebih 4,5 abad berdiri, kesultanan Perlak telah dipimpin oleh 18 sultan, urutan sultan-sultan Perlak tersebut yaitu:11 1) Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah (840-864) 2) Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864-888) 3) Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913) 4) Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915-918) 5) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928-932) 6) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (932-956) 7) Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956983) 8) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (9861023) 9) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023-1059) 10) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (10591078) 11) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (1078-1109) 12) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (11091135) 13) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1135-1160)

10 11

Ibid http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Perlak, 25 Desember 20:40

9

14) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (11601173) 15) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (1173-1200) 16) Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (12001230) 17) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230-1267) 18) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (12671292) Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah kekuasaan Sultan Muhammad Malik Al Zahir putera dari al-Malik al-Saleh juga merupakan cucu dari Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat. Setelah sebelumnya sultan Perlak yang ke-17 Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230-1267), menikahkan salah satu putrinya dengan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Sultan al-Malik al-Saleh.12 b. Kerajaan Samudra Pasai Kerajaan Samudra Pasai, adalah kerajaan kedua yang berdiri di Indonesia. Sebelumnya dalam beberapa sumber sejarah dikatakan bahwa Samudra Pasai merupakan Kerajaan Islam Pertama. Pernyataan tersebut merunut kepada pendapat para ahli sejarah dan para orientalis pada akhir abad 19 hingga awal abad 20, sebelum bukti-bukti mengenai kerajaan Perlak ditemukan. Hal tersebut dapat di maklum, dikarenakan pada masa itu bukti-bukti sejarah masih relatif terbatas sedangkan peninggalan kerajaan Perlak sebanyak kerajaan Samudra Pasai yang lebih maju dan lebih banyak meninggalkan bukti-bukti sejarah.

12

Op.cit, http://acehpedia.org/

10

Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Meurah Selu yang sebelumnya beragama Hindu, kemudian memeluk Islam setelah menerima dakwah dari para ulama Syiah dari wilayah Perlak. Meurah Selu adalah putra dari Meurah Gajah, penguasa wilayah Pasai pada sebelumnya.13 Meurah Selu kemudian menganut ke aliran Sunni Syafiiyah setelah bertemu dengan Syaikh Ismail, utusan penguasa Dinasti Mamaluk pada masa itu, yang di utus untuk meluruskan ajaran Syiah sisa peninggalan Dinasti Fatimiah ke ajaran Sunni. Setelah pertemuan tersebut, kemudian ia mengganti namanya dengan gelar pemberian Syaikh Ismail yaitu Malik Al-Saleh.14 Malik Al-Saleh memerintah kerajaan Samudra Pasai kurang lebih 29 tahun. Setelah menganut Islam Sunni beliau merupakan raja yang paling gencar memerangi Syiah pada masa itu. Selanjutnya Malik Al-Saleh menikahi Putri Ganggang Sari, Putri dari Sultan Perlak ke-17 Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat. Dari pernikahan tersebut kemudian lahirlah raja Pasai berikutnya yaitu Mahmud Malik Al-Dzahir. Pada masa Mahmud Malik Al-Dzahir, Samudra Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat. Selain perdagangan yang semakin maju,pada masa Mahmud Malik Al-Dzahir juga berhasil menguasai wilayah-wilayah lain disekitar Pasai. Salah satu perluasan wilayah yang cukup berpengaruh yaitu ketika kesultanan Perlak, kesultanan milik kakeknya sendiri, menyerahkan diri kepada Samudra Pasai setelah Sultan terakhir mereka Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal dunia.15 Dengan demikian Wilayah Samudra Pasai pada masa itu telah meliputi Pasai, Perlak dan negeri-negeri kecil disekitar keduanya.

13 14 15

Op.cit, Badri Yatim, hlm. 206 Op.cit, http://acehpedia.org/ Ibid

11

Sekitar tahun 1345 M , pada masa pemerintahan Manshur Malik Al-Dzahir (raja pasai ke-3), Samudra Pasai mendapat Serangan dari Majapahit. Serangan tersebut menyebabkan Manshur Malik Al-Dzahir tewas dan keluarga kerajaan terpaksa melarikan diri dari ibukota. Baru pada tahun 1350 M invansi militer Majapahit dapat dipadamkan oleh Ahmad Malik Al-Dzahir. 16 Kerajaan Samudra Pasai kembali bangkit ketika masa

pemerintahan Zainal Abidin Malik Al-Dzahir. Namun pada tahun 1405 M, Zainal Abidin Malik Al-Dzahir tewas terbunuh oleh Raja dari kerajaan Nakur ketika terjadi penyerangan. Selanjutnya pemerintahan diambil alih oleh istrinya Ratu Nahrasiyah.17 Selama hampir 2,5 abad Kerajaan Samudra Pasai Berdiri, kerajaan ini telah dipimpin oleh 11 Raja dan seorang Ratu, Raja-raja Pasai tersebut secara urut yaitu:181) Malik al-Saleh (1297 - 1326 M) 2) Mahmud Malik Al-Dzahir (1326 - 1345 M)

3) Manshur Malik Al-Dzahir (1345 1346 M) 4) Ahmad Malik Al-Dzahir (1346-1383 M) 5) Zainal Abidin Malik Al-Dzahir (1383 1405 M)6) Nahrasiyah (1405 1409 M) Janda dari Zainal Abidin Malik Al-Dzahir 7) Sultan Salah ad-Din (1409-1412 M) Menikah dengan Nahrasiyah19

8) Abu Zaid Malik Al-Dzahir (1412-1455 M)

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Samudera_Pasai, 26 Desember 2011 06:55 17 Ibid 18 Op.cit, http://id.wikipedia.org/ 19 Ibid

16

12

9) Mahmud Malik Al-Dzahir II (1455-1477 M)10)

Sultan Zainal Abidin (1455-1500 M)

11) Abdullah Malik Al-Dzahir (1500-1513 M) 12) Sultan Zainal Abidin II (1513-1524) Kerajaan Samudra Pasai berdiri hingga tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M, kerajaan ini berhasil dikuasai Portugis selama kurang lebih 3 tahun. Selanjutnya pada tahun 1524 M Wilayah Samudra Pasai dapat direbut kembali oleh Kerajaan Aceh Darussalam dari tangan Portugis. Samudra Pasai setelah itu menjadi wilayah Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pemerintahan Sultan Ali Mughayatsyah.20c.

Kerajaan Aceh Darussalam Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan

Kabupaten Aceh Besar. Kerajaan Aceh berdiri pada saat Kerajaan Samudra Pasai telah diambang kehancuran. Kerajaan Aceh mulai dirintis oleh Sultan Ali Mughayatsyah sejak tahun 1497 H diatas bekas kerajaan Lamuri dan Kerajaan Dar al-Kamal.21 Pada tahun 1509 Ali Mughayatsyah menobatkan diri sebagai Raja kerajaan Aceh Darussalam.22 Selama masa pemerintahannya Ali Mughayatsyah terus menerus mengadakan perluasan wilayahnya. Terbesar yaitu ketika Kerajaan Aceh Darussallam berhasil mengambil alih kekuasaan atas Samudra Pasai dari tangan Portugis yaitu pada tahun 1524 M. Kerajaan Aceh semakin kuat ketika dipimpin oleh Sultan Alauddin Riayat Syah, anak Ali Mugahyatsyah yang menggantikan Sultan Salahuddin yang telah mengundurkan diri sebelumnya. Ia menjalin20 21 22

Op. Cit, Badri Yatim, Hlm. 208 Ibid, hlm. 208-209 http://melayuonline.com/ind/history/dig/337, 25 Desember 2011

22:05

13

hubungan dengan kerajaan Turki Usmani dalam bidang militer, sehingga kekuatan militer kerajaan Aceh pada masa itu amat disegani.23 Puncak kejayaan Aceh terjadi pada masa Sultan Iskandar Muda (1608-1637 M), pada masa itu Kerajaan Aceh wilayah kekuasaannya meliputi wilayah pesisir Timur dan Barat Sumatra, dari Aceh, Tanah Gayo dan Minangkabau.24 Setelah Iskandar Muda meninggal dunia kepemimpinan diganti oleh Iskandar Tsani. Berbeda dengan Iskandar muda, Iskandar Tsani dinilai kurang cakap dalam memimpin wilayah kerajaan yang cukup besar pada masa itu. Selanjutnya sepeninggalan Iskandar Tsani lambat laun kerajaan Aceh mengalami kemunduran, bahkan menjelang abad ke-18 M kerajaan Aceh merupakan bayangan belaka dari masa silamnya.25 d. Kerajaan Demak Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Kerajaan Demak berdiri ketika kekuasaan kerajaan Majapahit semakin melemah. Hal ini memberi peluang bagi penguasa-penguasa di luar pusat kekuasaan Majapahit, terutama di wilayah pesisir, untuk mendirikan pusatpusat kekuasaan yang independen.26 Salah satu contohnya yaitu Kerajaan Demak. Dengan dukungan penuh Sunan Ampel dan Walisongo penguasai wilayah pesisir utara pulau Jawa, Raden Patah, murid Sunan Ampel, diangkat sebagai Raja Pertama kerajaan Demak. Terdapat banyak versi cerita mengenai asal-usul Raden Patah. Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah adalah merupakan anak dari Prabu Brawijaya, Raja Majapahit terakhir versi Babad Tanah Jawi, dengan Selir Keturunan Cina. Karena Permaisuri merasa cemburu dengan SelirOp.Cit, Badri Yatim Ibid, hlm. 210 25 Ibid 26 Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Rizki Putra: Semarang, 2010, hlm. 20524 23

14

tersebut, maka Selir Cina tersebut diasingkan ke Palembang ketika sedang hamil. Di negeri Palembang itulah Raden Patah dilahirkan.27

Selanjutnya

setelah besar Raden Patah berguru kepada Sunan Ampel. Kemudian diangkat oleh Brawijaya sebagai menjadi penguasa di daerah Bintoro (Demak) setelah berhasil membuka hutan Glagahwangi menjadi sebuah pesantren. Sejak saat itu pula Raden Patah diakui sebagai putra oleh Prabu Brawijaya.28 Atas dukungan dan bimbingan Walisongo khususnya gurunya, Sunan Ampel, Raden Patah akhirnya memimpin Demak menjadi kerajaan Islam yang berdiri sendiri. Dan diberi gelar oleh Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden Patah memerintah Demak hingga tahun 1507. Kemudian digantikan oleh anaknya, Pangeran Sabrang Lor yang bergelar Pati Unus. Selanjutnya pada tahun 1524 Pati Unus digantikan oleh Sultan Trenggono yang diangkat oleh Sunan Gunung Jati. Sultan Trenggono memerintah hingga tahun 1546 M. Pada masa ini, penyebaran dakwah Islam mengalami perkembangan pesat. Islam dikembangkan keseluruh wilayah Jawa bahkan hingga Kalimantan Selatan. Pada tahun 1527 diadakan penaklukan Sunda Kelapa yang dipimpin oleh Fatahilah, dan pada tahun itu pula kerajaan Majapahit berhasil ditaklukan. 29 Sultan Trenggono tewas dalam penyerangan ke wilayah

Blambangan kemudian digantikan oleh anak sulungnya yaitu Sunan Prawoto. Pemerintahan Sunan Prawoto tidak berlangsung lama karena Sunan Prawoto dibunuh oleh Aria Panangsang, adipati Jipang (Bojonegoro), pada saat terjadi pemberontakan tahun 1549. Tak lama kemudian Aria Panangsang berhasil dibunuh oleh Raden Mas Karebetid.wikipedia.org/wiki/Raden_Patah, 24 Desember 2011, 11:07 http://tokohsufi.wordpress.com/2009/11/20/raden-patah/, 25 Desember 2011, 20:00 29 Op.cit, Badri yatim, hlm. 21128 27

15

(Jaka Tingkir). Selanjutnya oleh Jaka Tingkir Pemerintahan dipindah ke Pajang.30 e. Kerajaan Pajang

Demak

Kerajaan Pajang adalah dianggap sebagai penerus kekuasaan Kerajaan Demak. Raja Pertamanya yaitu Raden Mas Karebet atau lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir merupakan menantu dari Sultan Trenggono, yang dipercayai memimpin wilayah Pajang. Menurut beberapa sumber ia merupakan keturunan dari Raja Majapahit Lembu Peteng, yang kemudian nantinya akan menurunkan keturunan yang merupakan salah satu ulama besar pada zaman kemerdekaan Indonesia KH. Abdul Wahab Hasbullah.31 Setelah kematian Sultan Trenggono, ibu kota kerajaan Demak mengalami kekacauan. Terjadi beberapa pemberontakan yang dilakukan oleh para adipati. Puncak dari pemberontakan tersebut yaitu dengan terbunuhnya Sunan Prawoto, Raja Demak setelah Sultan Trenggono, di tangan Aria Panangsang. Mendengar kabar tersebut Jaka Tingkir yang merupakan adik ipar dari Sunan Prawoto, segera turun tangan. Akhir Aria Panangsang dapat dibunuh oleh Jaka Tingkir. Setelah itu, Jaka Tingkir sebagai pewaris tahta kerajaan Demak sepeninggalannya Sunan Prawoto akhirnya memerintahkan agar seluruh harta pusaka kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang. Dengan demikian berakhirlah pemerintahan kerajaan Demak dan secara resmi berdirilah kerajaan Demak. Setelah menjadi raja yang berpengaruh di wilayah Jawa, Jaka Tingkir kemudian bergelar Sultan Adiwijaya.

Ibid, hlm. 212 Muhammad Rifai, KH. Wahab Hasbullah Biografi Singkat 1888-1971, Garasi: Yogyakarta hlm. 2231

30

16

Sultan Adiwijaya meninggal pada tahun 1587 dan digantikan oleh menantunya, Aria Pangiri, putra dari Sunan Prawoto. Selama 38 tahun masa pemerintahannya banyak perkembangan yang dilakukannya, seperti; perluasan wilayah hingga daerah Madiun, Blora dan Kediri. Juga berkembangnya kesenian dan kesustraan daerah pesisir di wilayah pedalaman Jawa.32 Aria Pangiri tidak berkuasa lama, karena harus rela diusir oleh Pangeran Benawa, putra Sultan Adiwijaya yang tidak puas hanya dijadikan Adipati Jipang. Pangeran Benawa mengambil alih kekuasaan Pajang pada tahun 1588 M dengan bantuan Senopati Mataram Islam. Sebagai ganti atas bantuannya, Senopati Mataram meminta Pusaka Kerajaan Pajang. Dengan demikian secara tidak langsung kerajaan Pajang telah menyerahkan kekuasaannya kepada kerajaan Mataram, Pangeran Benawa masih diangkat menjadi raja pada saat itu. Selanjutnya kerajaan Pajang tetap berdiri hingga tahun 1618 ketika kerajaan ini melakukan pemberontakan terhadap Mataram dan berhasil dipadamkan oleh Sultan Agung.33 f. Kerajaan Mataram Awal berdirinya kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya meminta bantuan kepada Ki Ageng Pamanahan untuk menumpas pemberontak yang didalangi Aria Panangsang. Sebagai hadiah atas perjuangannya tersebut, sultan menghadiahkan wilayah Mataram kepada Ki Ageng Pamanahan. Beliau itulah yang nantinya akan menurunkan rajaraja Mataram.34 Setelah wafatnya Ki Ageng Pamanahan pada tahun 1584, beliau digantikan oleh Senopati, putranya. Senopatilah yang dipandang sebagai Sultan pertama kerajaan Mataram. Kedudukkannya diperkuat ketika32 33 34

Op.cit, Badri Yatim, hlm. 213 Ibid, hlm. 214 Ibid

17

Kerajaan Pajang pada masa pemerintahan Pangeran Benawa, mengakui berada dibawah kekuasaan Mataram.35 Senopati kemudian berkeingin mengusai seluruh kerajaan yang dahulu berada kekuasaan Demak dan Pajang. Namun keinginannya tersebut tidak dapat terpenuhi karena para raja-raja dari kerajaan tersebut enggan mengakuinya sebagai penguasa pengganti Demak dan Pajang. Oleh karena itu, melalui peperangan panjang akhirnya beliau dapat menguasai sebagian dari kerajaan-kerajaan tersebut.36 Senopati meninggal pada tahun 1601 dan digantikan oleh putranya Pangeran Seda Ing Krapyak. Kerajaan Mataram mengalami kejayaan pada masa Sultan Agung, putra Pangeran Seda Ing Krapyak. Pada tahun 1619 seluruh Wilayah Jawa Timur telah tunduk dibawah kekuasaannya. Pada masa ini pula kontak senjata dengan VOC mulai terjadi. Sultan Agung wafat pada tahun 1646 dan digantikan oleh Amangkurat I. Berbeda dengan ayahnya, karena dinilai tidak cukup cakap, pada masa pemerintahnya Sultan Amangkurat I tidak pernah sepi dari konflik, terutama dengan para ulama dan golongan pesantren. Puncak konflik tersebut yaitu ketika Amangkurat I membunuh kurang lebih 6000 ulama beserta para pengikutnya pada tahun 1647.37 Pemberontakan dari pihak kemudian terus menerus bermunculan hingga akhir hayatnya. Konflik yang berkepanjangan tersebut dan juga keikutsertaan VOC dalam pemerintahan yang menyebabkan kerajaan Mataram semakin terpuruk, yang berakhir dengan terpecahnya Mataram menjadi dua yaitu Kraton Yogyakarta Hadiningrat dan dan Kraton Surakarta. g.35 36 37

Kerajaan CirebonIbid Ibid. Hlm. 215 Ibid

18

Kerajaan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di wilayah Jawa Barat. Didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Pada awalnya Cirebon sendiri merupakan wilayah dari kerajaan Padjajaran yang pada saat itu rajanya belum memeluk Islam. Wilayah Cirebon pada awalnya dibesarkan oleh Pangeran Walangsungsang/Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari istri keduanya Putri Subanglarang, anak Ki gendeng Tapa perintis wilayah Cirebon. Pada mulanya Pangeran Walangsungsang adalah merupakan putera mahkota Kerajaan Pajajaran, namun karena beliau memeluk Islam maka beliau hanya diberi hak untuk mengelola wilayah Cirebon saja.38 Selanjutnya setelah Pangeran Walangsungsang meninggal dunia, digantikan oleh keponakannya, Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati. Pada masa kekuasaan Sunan Gunung Jati inilah Cirebon berhasil membebaskan diri dari wilayah Pajajaran. Sunan Gunung Jati adalah anak dari Larasantang (adik dari Pangeran Walangsungsang dan juga putri dari Prabu Siliwangi) yang menikah dengan Syarif Abdullah, keturunan Bani Hasyim, pada saat naik haji.39 Pada masa pemerintahannya Sunan Gunung Jati mengembangkan wilayah kekuasaannya ke beberapa daerah lain di wilayah Jawa Barat seperti; Majalengka, Kuningan, Kawali, Banten dan Sunda Kelapa. Pada 1524 Sunan Gunung Jati menguasai Banten dan

menjadikannya sebagai pusat perdagangan muslim di Jawa. Setelah kembali ke Cirebon, Banten kemudian diserahkan kepada anaknya Sultan Hasanuddin.

38

10:2339

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon, 26 Desember 2011, Op.cit, Badri Yatim, hlm. 216

19

Selanjutnya pada tahun 1527 M atas prakasa Sunan Gunung Jati, Kerajaan Cirebon beserta Kerajaan Demak Bintoro dan Kerajaan Banten dibawah pimpinan Fatahillah berhasil menaklukan Sunda Kelapa. Sunan Gunung Jati wafat tahun 1658 pada usia 120 tahun dan digantikan oleh Panembahan Ratu I (cucu Sunan Gunung Jati), setelah sebelumnya selama dua tahun diwakili oleh Fatahillah, dan kemudian Panembahan Ratu II (cicit Sunan Gunung Jati). Selanjutnya setelah Panembahan Ratu II, Cirebon dipimpin oleh putranya Panembahan Girilaya. 40 Sepeninggalan Girilaya Cirebon dipimpin oleh dua Raja yaitu Martawijaya/panembahan Sepuh dan Kartawijaya Panembahan Anom, masing-masing memimpin Kasepuhan dengan gelar Samsudin dan Kanoman dengan gelar Badrudin.41 h. Kerajaan Banten Kerajaan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1527. Pada awal pendiriannya Banten difungsikan sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan Islam di wilayah Jawa Barat pada masa itu. Raja pertamanya yaitu Sultan Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati. Ia meneruskan perjuangan ayahnya, dan berhasil memperluas wilayah Islam hingga daerah lampung dan wilayah Sumatera Selatan. Setelah Sultan Hasanuddin wafat (1570), pemerintahan Banten beralih kepada Sultan Yusuf. Pada masa pemerintahan Sultan Yusuf, tepatnya tahun 1579, Banten berhasil menaklukkan Kerajaan Pajajaran. Sejak saat itu secara otomatis sebagian besar wilayah pedalaman Jawa Barat masuk kedalam wilayah Banten.

40

15.3041

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon, 26 Desember 2011, Op.cit, Badri Yatim, hlm. 217

20

Pada tahun 1580 Sultan Yusuf meninggal dunia dan digantikan oleh Sultan Muhammad yang saat itu masih kecil. Oleh karena itu, Sebelum Sultan Muhammad dewasa roda pemerintahan Banten diwakili oleh seorang Kali/Qadhi.42 Sultan Muhammad gugur pada usia 25 tahun pada saat penyerangan ke Palembang. Beliau meninggalkan seorang putra yang masih berusia 5 bulan, Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Sebagaimana keadaan ayahnya sewaktu masih kecil, sang sultan pun diwakili oleh Kali hingga menginjak dewasa. Baru pada tahun 1626 sultan Abdul Mafakhir mulai aktif memegang kekuasaan.43 Pada masa pemerintahan Abulfath Abdulfath, pengganti Sultan Abdul Mafakhir, kerajaan Banten mengalami beberapa kali peperangan melawan VOC yang berakhir ketika diadakan perjanjian damai pada tahun 1659.44 i. Kerajaan Banjar Kerajaan Banjar terletak di daerah Kalimantan Selatan. Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang beragama Hindu. Awal mula kerajaan ini yaitu ketika terjadi konflik dalam keluarga kerajaan. Raja Daha pada waktu itu Raja Sukarama ketika menjelang ajalnya berwasiat agar yang menggantikannya adalah cucunya Pangeran Samudra, yang pada saat itu masih berusia 7 tahun.Wasiat Raja Sukarama tersebut membuat kaget dan tidak dapat diterima oleh keempat putranya. Setelah Raja Sukarama mangkat, tahta kerajaan dipegang oleh putra tertuanya Mangkubumi. Namun Mangkubumi tidak berkuasa, karena dia berhasil dibunuh oleh orang suruhan Tumanggung. Akhirnya Tumanggunglah yang menjadi penguasa Daha setelah itu.

42 43 44

Ibid, hlm. 219 Ibid Ibid

21

Sementara itu, Pangeran Samudra mengasingkan diri wilayah muara, kemudian dia diasuh oleh seorang Patih bernama Masih. Bersama dengan sang Patih, Pangeran Samudra menghimpun kekuatan untuk melakukan perlawanan. Dalam serangan pertamanya pasukannya berhasil menguasai Muara Bahan, pelabuhan strategis yang sering dikunjungi oleh pedagang luar. Merasa perlawananannya semakin berat, atas usul sang patih, Pangeran Samudra akhirnya meminta bantuan dari Kerajaan Demak. Kerajaan Demak yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan Trenggono bersedia membantunya dengan syarat bahwa setelah kemenangan diraih Pangeran Samudra masuk Islam. Persyaratan tersebut kemudian disetujui Pangeran Samudra, kemudian dikirimlah seribu tentara kerajaan Demak dan seorang penghulu bernama Khatib Dayan sebagai juru dakwah ke wilayah Kalimantan Selatan tersebut.45 Pangeran Samudra akhirnya memperoleh kemenangan dan sesuai janjinya dirinya beserta kerabat kerajaan dan para penduduknya dengan sukarela memeluk agama Islam. Setelah masuk Islam beliau diberi gelar Sultan Suryanullah/Suriansyah, sejak saat itu pula beliau menjadi penguasa pertama kerajaan Banjar.46 Sultan Suryanullah kemudian digantikan oleh putranya, Sultan Rahmatullah, kemudian Sultan Hidayatullah dan Sultan Mustainullah/ Marhum Panembahan.j.

Kerajaan Sukadana47 Kerajaan Sukadana terletak di Kalimantan Barat. Sejak tahun 1590

telah berada dibawah kekuasaan kerajaan Demak Bintoro. Raja Sukadana yang pertama kali memeluk Islam adalah raja Giri Kusuma, beliau sangat berjasa dalam penyebaran Islam di Kalimantan Barat. Selain Giri Kusuma,45 46 47

Ibid, hlm. 221 Ibid Op.cit, Samsul Munir, hlm, 339-340

22

Sultan Muhammad Safruddin (wafat 1677) juga dikenal banyak melakukan aktifitas dakwah Islam. Kerajaan Sukadana memisahkan diri dari Demak pada tahun 1725 M, dan runtuh pada tahun 1787 M setelah dikalahkan oleh Belanda (VOC). k. Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan kerajaan yang didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti pada tahun 1300 M. Terletak di daerah Kalimantan Timur. Pada Abad ke-13, kerajaan Kutai Kertanegara, dibawah pimpinan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura, kerajaan tertua di Indonesia yang berdiri sejak abad ke-6. Sejak saat itu nama nama kerajaan tersebut diganti dengan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.48 Pada abad 16 Islam masuk wilayah Kutai dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan dan Dato Ri Bandang. Pada saat itu juga raja Aji Raja Mahkota Mulia alam, raja Kutai pada saat itu, menyatakan diri masuk Islam. Setelah sang raja masuk Islam, tidak lama kemudian para kerabat raja, petugas kerajaan dan rakyat biasa masuk Islam. Sejak saat itu pula raja-raja Kutai berusaha keras menyebarkan Islam ke wilayah sekitar Kutai hingga Muara Kaman.49l.

Kerajaan Ternate50 Kerajaan Ternate berdiri sejak abad 13, sejak saat itu pula Kota

Ternate ramai dikunjungi para pedagang dari luar daerah, terutama dari Melayu, Gujarat dan Arab. Tidak diketahui kapan tepatnya Islam mulai muncul di wilayah ini. Namun rajanya yang bergelar Gapi Buguna (1465http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Kutai_Kartanegara, 25 Desember 2011, 12:21 49 Op.cit, Badri Yatim, hlm. 222 50 Op.cit, Samsul Munir, hlm, 341-34248

23

1486) merupakan raja pertamanya yang memeluk Islam setelah menerima ajakan dari Maulana Husain. Setelah wafat beliau lebih dikenal dengan Kolona Marhum. Kolona Marhum digantikan oleh putranya Zainal Abidin (14861500). Pada tahun 1495 Zainal Abidin pergi ke tanah Jawa dan berguru kepada Sunan Giri sementara urusan pemerintahan diserahkan kepada wakilnya. Sepulang dari Giri, Zainal Abidin dengan mengajak sahabatnya Tuhubahahul gencar mendakwahkan Islam. Beliau mendakwahkan Islam ke kerajaan-kerajaan lain di wilayah Maluku seperti Tidore, Bacan, Jailolo, Obi dan Loloda. Beliau juga melakukan dakwah ke wilayah Gowa-Tallo di Makassar yang pada saat itu telah bersahabat baik dengan kerajaannya. Sejak pemerintahan Sultan Khairun, kerajaan Ternate terus menerus melakukan peperangan melawan Portugis. Dimulai ketika Sultan Khairun menandatangani kesepakatan aliansi kepada Portugis pada tahun 1564. Namun perjanjian tersebut dilanggar sendiri oleh gubernur Portugis untuk Ternate de Mesquita dengan bertindak semena-mena terhadap rakyat Ternate. Pada tahun 1565 Sultan Khairun memaklumkan perang Sabil melawan Portugis. Sultan Khairun terbunuh ketika Portugis menjebaknya dengan mengundangnya untuk melakukan perundingan. Pengganti Sultan Khairun, Sultan Babullah (1570-1583) secara total memerangi Portugis dan berhasil mendapatkan kemenangan pada tahun 1575 M.m.

Kerajaan Gowa-Tallo Kerajaan Gowa telah berdiri sejak abad ke 14 M, yang didirikan

oleh seorang raja yang bernama To Manurung. Kemudian bergabung menjadi satu dengan wilayah Tallo pada masa Tumapa'risi' Kallonna (awal

24

abad 16).51 Sejak abad 15 M kerajaan ini telah berkembang pesat sebagai pusat perdagangan laut di wilayah Nusantara bagian tengah, sejak saat itu pula kerajaan ini telah sering mendapat ajakan dari Raja-raja Ternate yang memang telah lama menjalin hubungan baik dengan mereka. Namun dakwah dari raja-raja Ternate belum berhasil. Baru pada waktu Dato Ri Bandang datang ke wilayah Gowa Tallo, Islam mulai diterima oleh para penduduk dan para kerabat kerajaan. Akhirnya pada tahun 1605 Tuminang ri Gaukanna, raja Gowa-Tallo yang ke-1452 memeluk Islam dan bergelar Sultan Alaudin. Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Islam disebarkan dengan cepat, sebagaimana tradisi keturunan To Manurung untuk menyampaikan kabar baik kepada yang lain. Kerajaan ini segera memberitakan tentang Islam kepada kerajaan-kerajaan lain yaitu; Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Luwu menerima dakwah Islam dengan baik. Sedangkan kerajaan Wajo, Soppeng dan Bone baru memeluk Islam setelah ditaklukkan terlebih dahulu.53 Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1669 M) kerajaan Gowa berkembang meliputi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau sekitarnya termasuk Sumbawa. Pada masa pemerintahannya ini pula kerajaan Gowa-Tallo tidak pernah sepi dari peperangan dengan Belanda, hingga akhirnya pada tahun 1669 M Sultan Hasanuddin turun Tahta setelah menandatangani perjanjian dengan pihak Belanda54 dan digantikan oleh anaknya Mapasomba/Sultan Amir Hamzah.55 Selanjutnya kerajaan Gowa-Tallo hanyalah berupa kerajaan bayangan dibawah kekuasaan Belanda hingga kemerdekaan Republik51

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa, 24 Desember 2011 Ibid Op.cit, Badri Yatim, hlm. 224 Op.cit, Samsul Munir Amin, hlm. 341 Op,cit, http://id.wikipedia.org/

23:20

52 53 54 55

25

Indonesia. Selama kurun waktu 3 abad setelah itu, hanya sedikit perlawanan kecil yang dilakukan oleh beberapa raja Gowa-Tallo. Raja terakhir Gowa-Tallo yaitu Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin, wafat tahun 1960.56 C. Kesimpulan Para sarjana sejarah berbeda pendapat dalam menentukan kapan agama Islam mulai menyebar di Indonesia. Setidaknya terdapat tiga pendapat mengenai hal tersebut:1. Pertama, pendapat orientalis barat yang mengatakan bahwa Islam masuk

ke Indonesia pada abad ke-13, di bawa oleh para pedagang dari Gujarat dan raja Pasai pertama Malik al-Saleh merupakan keturunan Gujarat. 2. Kedua, dari para sarjana muslim yang yakin bahwa Islam masuk Indonesia pada abad ke-7 M/ 1 H, dibawa oleh para pedagang Bani Umayah. 3. Ketiga, pendapat sarjana muslim kontemporer yang mengatakan bahwa mungkin saja Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Namun, perkembangan kebudayaan Islam baru menemukan momentumnya pada abad ke-13 M. Berdasarkan perkembangan penelitian sejarah saat ini, belakangan ini diketahui bahwa pendapat kedualah yang paling kuat. Dibuktikan dengan ditemukan bekas kerajaan Perlak yang berdiri sejak abad ke-9, jauh sebelum Samudra Pasai berdiri. Bahkan ketika kerajaan Sriwijaya masih berdiri kokoh dan menguasai hampir seluruh wilayah Asia Tenggara. Mengenai penyebaran Islam di Indonesia pada awal kedatangannya, diketahui bahwa para dai dan ulama pada masa itu menggunakan enam (6) saluran sebagai alat penyebaran Islam dengan cara damai. Keenam saluran tersebut yaitu:

56

Ibid

26

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Perdagangan. Dakwah/tabligh. Perkawinan. Pendidikan. Tasawuf dan Tarekat. Kesenian. Selanjutnya dalam perkembangannya setelah banyak kerajaan-

kerajaan Islam menjadi kerajaan yang kuat, penyebaran Islam juga dilakukan dengan jalan Ekspansi dan Invansi ke daerah-daerah sekitar wilayah kerajaan. Kerajaan Islam yang berdiri pada sekitar abad 9 M hingga abad ke-19 antara lain yaitu: 1. Kerajaan Perlak 2. Kerajaan Samudra Pasai 3. Kerajaan Aceh Darussalam 4. Kerajaan Demak 5. Kerajaan Pajang 6. Kerajaan Mataram 7. Kerajaan Cirebon 8. Kerajaan Banten 9. Kerajaan Banjar 10. Kerajaan Sukadana 11. Kerajaan Kutai

27

12. Kerajaan Ternate. 13. Kerajaan Gowa-Tallo Kerajaan-kerajaan kecil lainnya yang tidak tercantum dalam daftar kerajaan diatas dikarenakan kerajaan tersebut telah tunduk dibawah kekuasaan negeri/kerajaan lain seperti kerajaan Tidore, Bacan, Jailolo, Obi dan Loloda yang berada dibawah kekuasaan Ternate, dan Kerajaan Bugis (Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone) termasuk wilayah kerajaan Gowa-Tallo., dan masih banyak lagi kerajaan dibawah kekuasaan Demak Bintoro. Berdasarkan proses berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang tersebut diatas, secara garis besar kerajaan-kerajaan Islam tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:57 1. Pola Sentralisasi, yaitu kerajaan Islam yang berdiri dari hasil

persatuan beberapa komunitas muslim yang bersepakat untuk mendirikan kerajaan Islam, sebagai contoh Kerajaan Perlak, Samudra Pasai dan Aceh Darussalam.2.

Pola Konversi agama, yaitu kerajaan yang telah mapan dan telah

ada jauh sebelum Islam datang, kemudian sang raja memeluk agama Islam dan oleh sang raja kerajaan dirubah menjadi Kesultanan. Contohnya yaitu: Kerajaan Banjar, Kerajaan Kutai, Kerajaan Gowa-Tallo, Kerajaan Tidore.3.

Pola Separatis, yaitu kerajaan yang berada di bawah struktur

kekuasaan yang mapan. Kemudian membebaskan diri ketika kekuasaan diatasnya mengalami pelemahan. Contohnya yaitu kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa, seperti: Demak, Cirebon, Banten dan Mataram.

57

Op.cit, Badri Yatim, hlm. 226-227

28

D. Daftar Bacaan Amin, Samsul Munir, 2009, Sejarah Peradaban Islam, Amzah: Jakarta. Hasymy, Ahmad, 1989, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, PT al-Maarif. http://acehpedia.org/Kerajaan_Perlak , 25 Desember 2011 pukul 20:34 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon, 26 Desember 2011, 10:23 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon, 26 Desember 2011, 15.30 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa, 24 Desember 2011 23:20 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Kutai_Kartanegara, 25 Desember 2011, 12:21 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Perlak, 25 Desember 20:40 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Samudera_Pasai, 26 Desember 2011 06:55 http://melayuonline.com/ind/history/dig/337, 25 Desember 2011 22:05 http://melayuonline.com/ind/history/dig/371 25 Desember 2011 pukul 20.34 http://tokohsufi.wordpress.com/2009/11/20/raden-patah/, 25 Desember 2011, 20:00 Karim, Abdul, 2009, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher: Yogyakarta. Rifai, Muhammad 2010, KH. Wahab Hasbullah Biografi Singkat 1888-1971, Garasi: Yogyakarta. Sunanto, Musyrifah, 2005, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers: Jakarta. Syukur, Fatah, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Rizki Putra: Semarang. id.wikipedia.org/wiki/Raden_Patah, 24 Desember 2011, 11:07 Yatim, Badri , 2010. Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers: Jakarta.