sejarah penemuan artefak di indonesia

10
Sejarah Penemuan Artefak di Indonesia Pada umumnya peninggalan artefak di Indonesia berasala dari zaman pra-aksara. Pra-aksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa pra-aksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa pra-aksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa pra-sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Adapun masa sesudah manusia mengenal tulisan disebut juga dengan masa aksara atau masa sejarah. Kehidupan manusia pada masa pra-aksara dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak wujudnya berupa benda-benda purbakala. Benda-benda tersebut dapat membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia. Sementara itu, fosil yang berupa sisa-sisa tulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu, dapat membantu pada kita mengenai pertumbuhan fisik manusia pada masa pra-aksara. Bekas-bekas atau sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan binatang yang telah membatu itu terdapat dalam lapisan- lapisan bumi. Secara umum peninggalan-peninggalan pada zaman praaksara dapat dibagi menjadi dua yaitu peninggalan zaman batu dan peninggalan zaman logam(besi dan perunggu). Peninggalan- peninggalan kebudayaan pada masa pra aksara pada dasarnya dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat awal 2. Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut 3. Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa bercocok tanam 4. Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa Perundagian (pertukangan)

Upload: astri-nurhayati

Post on 09-Apr-2016

90 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

artefak

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Penemuan Artefak Di Indonesia

Sejarah Penemuan Artefak di Indonesia

Pada umumnya peninggalan artefak di Indonesia berasala dari zaman pra-aksara. Pra-aksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa pra-aksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa pra-aksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa pra-sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Adapun masa sesudah manusia mengenal tulisan disebut juga dengan masa aksara atau masa sejarah.

Kehidupan manusia pada masa pra-aksara dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak wujudnya berupa benda-benda purbakala. Benda-benda tersebut dapat membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia. Sementara itu, fosil yang berupa sisa-sisa tulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu, dapat membantu pada kita mengenai pertumbuhan fisik manusia pada masa pra-aksara. Bekas-bekas atau sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan binatang yang telah membatu itu terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.

Secara umum peninggalan-peninggalan pada zaman praaksara dapat dibagi menjadi dua yaitu peninggalan zaman batu dan peninggalan zaman logam(besi dan perunggu). Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa pra aksara pada dasarnya dibagi menjadi empat, yaitu:

1.      Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat awal2.      Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut3.      Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa bercocok tanam4.      Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa Perundagian (pertukangan)

Pada saat makanan (tumbuhan dan binatang) yang disediakan alam itu berlimpah maka tingkat kehidupan manusia pada waktu itu cukup berburu dan mengumpulkan makanan. Tetapi ketika bahan makanan mulai menipis dan tidak ada lagi, timbulah kemampuan manusia untuk mengolahnya. Perubahan yang terjadi pada alam ini, akan berpengaruh kepada kehidupan manusia. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi mulai pada kehidupan yang menetap.

Berikut ini tahapan kehidupan manusia pada masa pra-aksara di Indonesia.

1.      Masa Berburu dan Mengumpulkan MakananManusia pada masa ini sangat tergantung pada sumber daya alam. Kebutuhan hidup

mereka ada pada alam. Agar dapat bertahan hidup, manusia pada masa ini berburu dan mengumpulkan makanan. Untuk itu tidak mengherankan jika mereka hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang ada sumber makanan.

Page 2: Sejarah Penemuan Artefak Di Indonesia

 Binatang apa yang dapat diburu? Binatang yang dapat mereka buru, antara lain babi, rusa, burung atau menangkap ikan di sungai, danau dan pantai. Perburuan yang mereka lakukan di hutan-hutan, disekitar daerah di mana mereka tinggal. Binatang yang berhasil ditangkap biasanya mereka bakar sebelum dimakan. Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia pada masa ini sudah mengenal api. Selain berburu, mereka juga mengumpulkan umbi-umbian atau tumbuhtumbuhan yang bisa dimakan.

2.      Masa Bercocok TanamPada masa bercocok tanam, manusia pra-aksara memiliki kemampuan menyediakan

makanan dalam jangka waktu tertentu. Manusia pra-aksara dapat menyediakan makanannya sendiri karena pada tahap ini, manusia mampu memproduksi tumbuhtumbuhan dan mengembangbiakan binatang ternak. Manusia mampu menanam berbagai jenis tumbuhan yang semula tumbuh liar, seperti menanam padi dan umbi-umbian. Mereka dapat mengolah tumbuhan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan.

Pada tahap bercocok tanam, tempat tinggal manusia tidak berpindah-pindah seperti halnya pada masa berburu dang mengumpulkan makanan. Pada masa bercocok tanam, manusia secara berkelompok sudah mulai hidup menetap. Mereka tidak perlu berpindah-pindah lagi karena persediaan makanan melalui bercocok tanam sudah tercukupi.

3.      Masa MegalithikumPada masa becocok tanam kepercayaan masyarakat ini dibuktikan dengan ditemukannya

bangunan-bangunan batu besar atau disebut megalithikum. Bangunan megalithikum ini diperkirakan berlangsung sejak zaman bercocok tanam dan masa perundagian.

Adapun bangunan-bangunan batu pada masa megalithikum antara lain sebagai berikut.a.       Menhirb.      Dolmenc.       Sarkopagus atau kerandad.      Kubur batue.       Punden berundak-undakf.       Warugag.      Arca.4.      Masa Perundagian

Ciri utama zaman ini adalah adanya kemampuan pada masyarakat Indonesia dalam pengelolaan logam. Barang-barang yang digunakan menggunakan bahan dari logam. Walaupun sudah mengenal logam, tidakberarti penggunaan barang-barang dari batu tidak digunakan. Masih banyak masyarakat pada zaman ini menggunakan alat-alat dari batu.

Barang-barang yang dihasilkan pada masa perundagian ini dengan cara dicetak. Proses pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a.       teknik bivolveb.      teknik a cire perdue

Benda-benda yang dihasilkan dari perunggu adalah sebagai berikut:§  nekara§  kapak corong

Page 3: Sejarah Penemuan Artefak Di Indonesia

§  bejana perunggu§  arca-arca perunggu§  perhiasan.

Karen Zaman prasejarah tidak meninggalkan tulisan,tetapi meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil kebudayaan manusia. Peninggalan tersebut dinamakan artefak. Berdasarkan benda-benda peninggalan yang ditemukan, masa pra-aksara/pra-sejarah dibagi menjadi:

1. ZAMAN PALAEOLITHIKUM

Pada jaman palaeolithikum, manusia telah berusaha memperlengkapi tubuhnya untuk bertahan hidup. Dari situlah mereka mulai menggunakan alat-alat yang mereka temukan dari alam, Hasil-hasil kebudayaan yang tertua di Indonesia ditemukan di sekitar daerah Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan di tahun 1935, ditemukan alat-alat semacam kapak yang dinamakan kapak genggam oleh von Koenigswald di dekat Pacitan.

Alat itu serupa kapak tetapi tidak  bertangkai dan digunakan dengan cara digenggam dalam tangan. Kapak-kapak yangditemukan dikerjakan dengan kasar. Alat-alat pacitan ini disebut chopper (alat penetak). Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam ilmu prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.

Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta menangkap ikan.

Selain alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon.

2.  ZAMAN MESOLITHIKUM

Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche.

Kjokkenmoddinger Suatu corak istimewa dari jaman ini adalah peninggalan yang disebut sebagai Kjokkenmoddinger yang diambil dari bahasa Denmark kjokken yang berarti dapur danmodding yang berarti sampah yang kemudian arti harafiahnya berarti sampah

Page 4: Sejarah Penemuan Artefak Di Indonesia

dapur.Peninggalan ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra Timur Laut. Bekas-bekas ini menunjukkan telah adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah-rumah bertonggak. Hidupnya terutama dari siput dan kerang. Kulit-kulit dari siput dan kerangitu dibuang selama bertahun-tahun sehingga membentuk bukit kerang yang tinggi. Bukit inilah yang disebut sebagai kjokkenmoddinger. Dari dalam bukit-bukit kerang itu ditemukan banyak kapak genggam yang berbeda dari chopper. Kapak tersebutselanjutnya disebut pebble atau kapak Sumatra. Terbuat dari batu kaliyang dipecah atau dibelah. Sebuah kapak lagi ditemukan yang terdapat hanya di jaman mesolithikum, yangdisebut sebagai hache courte. Kapak ini kira-kira berbentuk setengah lingkaran danseperti kapak genggam juga dibuatnya dengan memukuli dan memecahkan batu, dantidak diasah. Sisi tajamnya berada pada sisi lengkung.

Selain kapak-kapak yangditemukan di bukit kerang tersebut, ditemukan pula berbagai pipisan (batu penggiling serta landasannya). Pipisan ini tidak hanya digunakan untuk menggiling makanan tetapi juga untuk menghaluskan cat merah yang ada dari bekas-bekasnya.

Abris Sous Roche gua yang dipakai sebagai tempat tinggal. Gua-gua itu sebenarnya lebih menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang yang cukup untuk memberi perlindungan terhadap hujan dan panas. Di dalam dasar gua itu didapatkan banyak peninggalan kebudayaan dari jenis palaeolithikum hingga permulaan mesolithikum walaupun sebagian besar dari jaman mesolithikum. Alat-alat yang ditemukan banyak sekali seperti alat-alat batu, seperti ujung panah dan flakes, batu-batu penggilingan, kapak-kapak yang sudah diasah, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa dan juga alat-alat dari perunggu atau besi. Begian terbesar dari alat-alat yang ditemukan itu terdiri dari alat-alat tulang,sehingga timbul istilah Sampung Bone-Culture.

Di daerah Bandung ditemukan hasil-hasil kebudayaan berupa flakes yang dibuatdari batu indah yang hitam warnanya, yaitu obsidian. Flakes obsidian tersebut biasa disebut microlith yang artinya batu kecil. Karena flakes juga banyak yang berukurankecil, maka dibuat perbedaan antra microlith dengan flakes kecil. Maka yang dinamakan microlith adalah alat-alat betu kecil yang bentuknya geometris (segitiga, trapezium, atau setengah lingkaran) sedangkan yang sisinya tidak tajam diberi gerigi. Selain flakes dari obsidian, ditemukan pula pecahan tembikar dan benda-benda perunggu.

Hasil-hasil Kesenian

Di antara alat-alat batu yang ditemukan di kjokkenmoddinger ada dua buah kapak yang diberi hiasan, yang satu digambar dengan garis-garis sejajar dan yang lain digambar dengan semacam gambar mata. Di gua Leang-leang di Sulawesi Selatan ditemukangambar berwarna seekor babi hutan sedang lari dan di beberapa gua lainnya terdapat cap tangan yang berwarna merah.

Page 5: Sejarah Penemuan Artefak Di Indonesia

3. ZAMAN NEOLITHIKUM

Neolithikum adalah kebudayaan yang pertama boleh dikatakan tersebar di seluruh kepulauan kita. Kebudayaan inilah yang menjadi dasar sesungguhnya dari kebudayaan Indonesia sekarang,meskipun tentu saja anasir-anasir palaeolithikum dan Mesolithikum yang ikut serta membentuk dasar itu tak dapat diabaikan.

Dikatakan bahwa Neolithikum adalah suatu Revolusi yang sangat besar dalam peradaban Manusia.Perubahan dari food gathering menjadi food producing yang dimaksud dengan Revolusi. Penghidupan mengembara telah lampau, orang telah mengenal bercocok tanam dan beternak. Orang sudah bertempat tinggal tetap dengan kepandaian membuat rumah. Hidup berkumpul berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerja sama.Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerja sama itu.Kerajinan tangan ,seperti menenun dan membuat periuk belanga,sangat mendapat kemajuan. Menurut alat-alatnya yang ditemukan dan yang menjadi corak khusus ,Neolithikum Indonesia dapat dibagi dalam dua golongan besar ,yaitu kebudayaan kapak persegi dan kebudayaan kapak lonjong.

KAPAK PERSEGI

Nama kapak Persegi itu berasal dari von Heine Geldern,berdasarkan kepada penampang-alang dari alat-alatnya,yang berupa persegi panjang atau juga berbentuk Trapesium.Yang dimaksudkan dengan Kapak Persegi itu bukan hanya kapak saja,tetapi banyak lagi alat-alat lain nya dari berbagai ukuran dan berbagai keperluan:yang besar yaitu beliung atau pacul, dan yang kecil yaitu Tarah, yang tentunya digunakan untuk mengerjakan kayu.Alat-alat itu semuanya sama bentuknya ,agak melengkung sedikit, dan diberi bertangkai yang diikatkaan kepada tempat lengkung itu. Untuk kapak biasa dibuat dari batu api. Untuk kapak perhiasan dibuat dari chalcedon,mempunyai fungsi sebagai alat upacara,tanda kebesaran kepada keluarga,juga sebagai alat tolak bala.

Kapak Chalcedon

Kapak-kapak persegi ini di Indonesia terutama sekali didapatkan di Sumatra,Jawa,dan Bali.Di bagian Timur Negeri kita,ialah Nusa Tenggara,Maluku,Sulawesi ,dan juga di Kalimantan,di Malaysia barat dan Hindia Belakang,sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa arus kebudayaan kapak persegi itu datangnya di Negeri kita dari daratan Asia melalui jalan barat.

Kapak Lonjong

            Nama Kapak Lonjong itu didasarkan atas penampang-alangnya yang berbentuk lonjong. Bentuk kapaknya sendiri bundar telor.Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di tangkai dan ujung lainnya yang bulat diasah sehingga tajam. Diantara kapak-kapak Lonjong itu ada pula yang rupanya hanya dipergunakan untuk Upacara Saja.Dibuatnya dari batu yang lebih bagus dari yang untuk perkakas biasa,dan dikerjakannya lebih halus pula. Daerah pusat kapak Lonjong di Kepulauan kita ialah Irian.Tetapi kapak itu juga ditemukan di Seram,Gorong,Tanimbar,Leti,Minahasa,dan Serawak(Kalimantan Utara).

Page 6: Sejarah Penemuan Artefak Di Indonesia

PERHIASAN,GERABAH,DAN PAKAIAN

Pada jaman Neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu, baik batu biasa maupun batu berwarna/batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang.Selain perhiasan, gerabah juga baru dikenal pada zaman Neolithikum, dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang.

Sedangkan pakaian yang dikenal oleh masyarakat pada zaman Neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada zaman Neolithikum berasal dari kulit kayu. Dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku Toraja, yang terbuat dari kulit kayu.

4. JAMAN LOGAM

Jaman Logam yaitu dimana orang sudah dapat membuat alat-alat dari Logam,yang ternyata lebih kuat dan lebih mudah dikerjakan daripada batu. Jaman Logam terbagi atas:

a.Jaman Tembaga

Orang menggunakan tembaga sebagai bahan pembuatan alat-alat nya.Tidak semua daerah di Dunia mendapat jaman ini.Asia Tenggaratermasuk Indonesia, langsung mengalami jaman perunggu.

 b.Jaman Perunggu

Orang telah mendapatkan logam campuran yang lebih keras dari tembaga untuk pembuatan alat-alatnya, yaitu perunggu, hasil pencampur dari tembaga dan timah. Hasil-hasil yang terpenting dari kebudayaan Perunggu negeri kita adalah Kapak Corong dan Nekara.

c.Jaman Besi

Orang telah dapat merebus besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Peleburan besi minta panas yang jauh lebih tinggidaripada tembaga atau perunggu, maka alat-alat dari jaman besi lebihsempurna. Jaman besi merupakan jaman terakhir dari jaman prasejarah.Dengan berakhirnya jaman ini, maka jaman sejarah telah dimulai.

5.MEGALITHIKUM (JAMAN BATU BESAR)

Yang dimaksudkan dengan kebudayaan Megalithikum ialah Kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar.Batu-batu ini biasanya tidak dikerjakan halus,hanya diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan.

Adapun hasil-hasil yang terpenting dari kebudayaan Megalithikum adalah:

Page 7: Sejarah Penemuan Artefak Di Indonesia

a.Menhir

Menhir rupanya seperti tiang atau tugu,yang didirikan sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah nenek moyang,sehingga menjadi benda pujaan.

b.Dolmen

Dolmen rupanya seperti meja batu berkakikan menhir.Ada Dolmen yang menjadi tempat saji dan pemujaan kepada nenek moyang,ada pula yang dibawahnya terdapat kuburan.

c.Sarcophagus atau Keranda

Sarcophagus atau Keranda rupanya seperti Palung atau Lesung, Tetapi mempunyai Tutup.

d.Kubur Batu

Kubur Batu sebenarnya tak berbeda dengan peti mayat dari batu.Keempat sisinya berdindingkan papan-papan batu,begitu pula alas dan bidang atas nya dari papan batu.Bedanya dari Keranda ialah bahwa Keranda itu adalah satu buah batu besar yang dicekungkan bagian atasnya seperti lesung dan dibuatkan tutup batu tersendiri,sedangkan kubur batu merupakan peti yang papan-papan nya lepas satu dari lainnya.

e.Punden Berundak-Undak

Punden Berundak-Undak yaitu bangunan pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat.

f.Arca-Arca

Di antaranya ada yang mungkin melambangkan Nenek Moyang dan Menjadi Pujaan.