sejarah organisasi pers full

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi memaksa kita untuk menerima kenyataan bahwa informasi mampu merubah semua tatanan kehidupan umat manusia. Perkembangan teknologi dalam era globalisasi tadi tidak ubahnya seperti angin yang terus menerus hadir dengan kesegarannya. Salah satu hasil dari perkembangan teknologi ini adalah satelit komunikasi. Kenyataan yang ada dilapangan, terutama setelah reformasi pada tahun 1998, perubahan fungsi teknologi komunikasi dan peranan pers mulai jelas terlihat. Pers perjuangan berubah menjadi pers industri, yang lebih mengutamakan keuntungan finansial dan menomor-duakan kepentingan ideal. Ini terjadi karena begitu besarnya kebebasan yang dinikmati pers. Jika pada era Orde Baru, hanya PWI yang diakui sebagai satu-satunya organisasi profesi kewartawanan, maka sejak era reformasi telah muncul puluhan organisasi wartawan seperti halnya dengan pembentukan partai-partai politik yang tumbuh bagaikan “cendawan di musim hujan”. Kuantitas memang tidak selamanya identik dengan kualitas. Jumlah organisasi wartawan yang cukup banyak

Upload: apsariw

Post on 05-Jul-2015

343 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi memaksa kita untuk menerima kenyataan bahwa informasi

mampu merubah semua tatanan kehidupan umat manusia. Perkembangan

teknologi dalam era globalisasi tadi tidak ubahnya seperti angin yang terus

menerus hadir dengan kesegarannya. Salah satu hasil dari perkembangan

teknologi ini adalah satelit komunikasi.

Kenyataan yang ada dilapangan, terutama setelah reformasi pada tahun

1998, perubahan fungsi teknologi komunikasi dan peranan pers mulai jelas

terlihat. Pers perjuangan berubah menjadi pers industri, yang lebih mengutamakan

keuntungan finansial dan menomor-duakan kepentingan ideal. Ini terjadi karena

begitu besarnya kebebasan yang dinikmati pers. Jika pada era Orde Baru, hanya

PWI yang diakui sebagai satu-satunya organisasi profesi kewartawanan, maka

sejak era reformasi telah muncul puluhan organisasi wartawan seperti halnya

dengan pembentukan partai-partai politik yang tumbuh bagaikan “cendawan di

musim hujan”.

Kuantitas memang tidak selamanya identik dengan kualitas. Jumlah organisasi

wartawan yang cukup banyak yang terbentuk selama era reformasi ternyata tidak

semuanya menunjukkan kualitas yang baik. Oleh karena itu Dewan Pers, dalam

rangka pelaksanaan tugasnya untuk menumbuhkan profesionalitas pengelolaan

organisasi wartawan, perlu menetapkan standar organisasi wartawan yang berlaku

secara nasional. Dari penelitian yang dilakukan Dewan Pers, dari puluhan

organisasi wartawan yang ada ternyata hanya 4-5 organisasi wartawan yang

memenuhi syarat, di antaranya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan Aliansi

Jurnalis Independen (AJI).

Bergulirnya era reformasi, sebagai babak baru pascaruntuhnya rezim Orde

Baru, telah melahirkan kebebasan dan keterbukaan informasi di Indonesia.

Menurut catatan Dewan Pers, sampai dengan pertengahan tahun 2007 setidaknya

tercatat ada 820 buah penerbitan media cetak, 2000 lembaga penyiaran radio dan

80 lembaga penyiaran televisi di Indonesia. Angka ini meningkat pesat apabila

dibandingkan dengan pada zaman Orde Baru, yang mana tercatat hanya ada 289

surat kabar, 740 lembaga penyiaran radio dan 6 siaran televisi. Dari begitu banyak

bermunculannya media massa, tidak sedikit yang gulung tikar. Hanya sedikit yang

masih bertahan.

Satelit komunikasi mampu mempercepat penyampaian informasi. Peristiwa

yang berlangsung di satu benua dapat diketahui di benua lainnya dalam hitungan

detik saja. Pada akhirnya kemajuan teknologi inilah yang mendorong dan

memungkinkan timbulnya bisnis dalam bidang informasi.

Sebagaimana lembaga-lembaga lain yang dapat menghasilkan banyak

keuntungan, maka para pemilik modal pun akhirnya ramai-ramai melakukan

bisnis informasi melalui pers, entah dengan menerbitkan surat kabar, membuat

televisi ataupun radio. Pers sebagai lembaga, dapat dikelola secara tata laksanan

dan tata administrasi yang baik melalui manajemen profesional untuk dijadikan

ajang bisnis.

Dalam organisasi pers terdapat beberapa struktur mulai dari pemimpin

sampai pegawai serta staff yang mendukung berjalannya organisasi tersebut.

Perbedaan wewenang dan tugas dari masing-masing jabatan yang akan dibahas

dalam makalah ini. Termasuk di dalamnya seorang pemimpin melaksanakan

tugasnya dengan pendekatan perilaku terhadap pegawai bawahannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sebuah organisasi mengelola manajemennya?

2. Bagaimana seorang pemimpin melakukan pendekatan perilaku terhadap

karyawannya?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Organisasi Pers

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, megolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,

suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk

lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis

saluran yang tersedia. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang

menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik,

dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus

menyelenggarakan, menyiarkan atau menyalurkan informasi. Organisasi pers

adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. Pers merupakan alat

kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah atau masyarakat. Dalam

melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak

asasi setiap orang. Karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk

dikontrol oleh masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk

memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan

moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan

publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan

Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Pers bertanggung jawab

untuk menyampaikan kebenaran kepada masyarakat, sehingga dalam prakteknya

tidak ada alasan untu tidak menyajikan kebenaran pada pembca atau pemirsanya.

Oleh karena itu, pelaku pers dituntut untuk profesional dalam melaksanakan dan

menjalankan tugasnya. Sistem kerja yang selalu dikejar deadline, membutuhkan

mental dan fisik yang kuat. Namun, jangan sampai deadline dijadikan alasan

untuk menyajikan berita yang tidak bermutu. Agar pengelolaan pers berjalan

dengan baik maka harus ada pengaturan manajemen yang baik pula.

B. Struktur Organisasi Pers

Sama seperti organisasi lainnya, di dalam organisasi pers terdapat susunan

jabatan yang masing-masing memiliki fungsi dan tugas tertentu, antara lain:

1. Dewan Redaksi

Biasanya terdiri dari Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan

Wakilnya, Redaktur Pelaksana, dan penasihat bagian redaksi. Dewan redaksi

bertugas memberi masukan kepada jajaran redaksi dalam melaksanakan

pekerjaan redaksional. Dewan Redaksi pula yang mengatasi permasalahan

penting redaksional, misalnya menyangkut berita yang sangat sensitif atau

sesuai-tidaknya berita yang dibuat tersebut dengan visi dan misi penerbitan

yang sudah disepakati.

a. Pemimpin Umum

Bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan jalannya penerbitan

pers, baik ke dalam maupun ke luar. Dapat melimpahkan

pertanggungjawabannya terhadap hukum kepada Pemimpin Redaksi

sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional) dan kepada Pemimpin

Usaha sepanjang menyangkut pengusahaan penerbitan.

b. Pemimpin Redaksi

Pemimpin Redaksi (Pemred, Editor in Chief) bertanggung jawab

terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Pemimpin

Redaksi menetapkan kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan redaksional.

Pemimpin Redaksi juga bertanggung jawab atas penulisan dan isi Tajuk

Rencana (Editorial) yang merupakan opini redaksi (Desk Opinion).

Berikut ini tugas Pemimpin Redaksi secara lebih terinci:

Bertanggung jawab terhadap isi redaksi penerbitan.

Bertanggung jawab terhadap kualitas penerbitan.

Memimpin rapat redaksi

Memberikan arahan kepada semua tim redaksi tentang berita yang akan

dimuat pada setiap edisi.

Menentukan layak atau tidaknya suatu berita, foto, dan desain untuk

sebuah penerbitan.

Mengadakan koordinasi dengan bagian lain seperti, Pemimpin Perusahaan

untuk mensinergikan jalannya roda perusahaan.

Menjalin lobi-lobi dengan nara sumber penting di pemerintahan, dunia

usaha, dan berbagai instansi.

Bertanggung jawab terhadap pihak lain, yang merasa dirugukan atas

pemberitaan yang telah dimuat, sehingga pihak lain melakukan somasi,

tuntutan hukum, atau menggugat ke pengadilan. Sesuai aturan, tanggung

jawab oleh Pemimpin Redaksi bila dilimpahkan kepada pihak lain yang

dianggap melakukan kesalahan.

c. Sekretaris Redaksi

Seorang Sekretaris Redaksi memiliki tugas sebagai berikut:

Menata dan mengatur undangan dari instansi, perusahaan, atau lembaga

yang berkaitan dengan pemberitaan.

Menghubungi sumber berita atau instansi untuk pendaftaran, konfirmasi,

atau pembatalan undangan, wawancara, dan kunjungan kerja.

Menyimpan salinan kartu pers dan foto untuk mensuport kebutuhan kerja

para wartawan dalam  meliput satu acara yang mengharuskan membuat

tanda pengenal seperti menyiapkan.

Menyediakan peralatan kerja redaksi seperti tape, batu baterei, kaset, alat

tulis, dan note book.

Menata keperluan keuangan redaksi: uang perjalanan, uang saku, uang

rapat.

Mengatur jadwal rapat redaksi: rapat perencanaan, rapat cheking, rapat

final.

d. Redaktur Pelaksana

Di bawah Pemred biasanya ada Redaktur Pelaksana (Redaktur

Eksekutif, Managing Editor). Tanggung jawabnya hampir sama dengan

Pemred, namun lebih bersifat teknis. Dialah yang memimpin langsung

aktivitas peliputan dan pembuatan berita oleh para reporter dan editor.

Tugas Redaktur Pelaksana:

Bertanggung jawab terhadap mekanisme kerja redaksi sehari-hari

Memimpin rapat perencanaan, rapat cecking, dan rapat terakhir

sidang redaksi

Membuat perencanaan isi untuk setiap penerbitan

Bertanggung jawab terhadap isi redaksi penerbitan dan foto

Mengkoordinasi kerja para redaktur atau penanggungjawab

rubrik/desk

Mengkoordinasikan alur perjalanan naskah dari para redaktur ke

bagian setting atau lay out.

Mengkoordinator alur perjalanan naskah dari bagian setting atau

lay out ke percetakan

Mewakili Pemred dalam berbagai acara baik ditugaskan atau acara

mendadak

Mengembangkan, membina, menjalin lobi dengan sumber-sumber

berita

Mengedit naskah, data, judul, foto para redaktur

Mengarahkan dan mensuvervisi kerja para redaktur dan reporter

Memberikan penilaian secara kualitatif dan kuantitatif kepada

redaktur secara periodik.

e. Redaktur (Editor)

Tugas utamanya adalah melakukan editing atau penyuntingan,

yakni aktivitas penyeleksian dan perbaikan naskah yang akan dimuat atau

disiarkan. Redaktur (editor) sebuah penerbitan pers biasanya lebih dari

satu. Di internal redaksi, mereka disebut Redaktur Desk (Desk Editor),

Redaktur Bidang, atau Redaktur Halaman karena bertanggung jawab

penuh atas isi rubrik tertentu dan editingnya. Seorang redaktur biasanya

menangani satu rubrik, misalnya rubrik ekonomi, luar negeri, olahraga,

dsb. Karena itu ia dikenal pula dengan sebutan “Jabrik” atau Penanggung

Jawab Rubrik.

Berikut ini adalah tugas Redaktur

Mengusulkan dan menulis suatu berita dan foto yang akan dimuat

untuk edisi mendatang

Berkoordinasi dengan fotografer dan riset foto dalam pengadaan

foto untuk  setiap penerbitan

Membuat lembar penugasan atau Term Of Reference (TOR)

kepada para reporter dan fotografer

Mengarahkan dan membina reporter dalam mencari berita dan

mengejar sumber berita

Memberikan penilaian kepada reporter baik penilaian kualitatif

maupun kuantitatif.

Memberikan laporan perkembangan kepada atasannya yaitu

Redaktur Pelaksana

f. Koordinator Liputan

Tugas koordinator liputan adalah:

Memantau dan mengagendakan jadwal berbagai acara: seminar,

press conference, acara DPR dll

Membuat mekanisme kerja komunikasi antara redaktur dan

reporter.

Memberikan lembar penugasan kepada reporter/wartawan dan

fotografer.

Mengadministrasikan tugas-tugas yang diberikan kepada setiap

reporter.

Memantau tugas-tugas harian para wartawan/reporter.

Melakukan komunikasi setiap saat  kepada para redaktur,

reporter/wartawan, dan fotografer.

Memberikan penilaian kepada reporter/wartawan secara kuantitas

maupun kualitas.

g. Reporter

Di bawah para editor adalah para reporter. Mereka merupakan

“prajurit” di bagian redaksi. Mencari berita lalu membuat atau

menyusunnya, merupakan tugas pokoknya. Ini adalah jabatan terendah

pada bagian redaksi. Tugasnya adalah melakukan reportase (wawancara

dan sebagainya ke lapangan). Karena itu, merekalah yang biasanya terjun

langsung ke lapangan, menemui nara sumber, dan sebagainya.

Tugas Reporter adalah:

Mencari dan mewawancarai  sumber berita yang ditugaskan

redaktur atau atasan.

Menulis hasil wawancara, investasi, laporan kepada redaktur atau

atasannya.

Memberikan usulan berita kepada redaktur atau atasannya terhadap

suatu informasi yang dianggap penting untuk diterbitkan.

Membina dan menjalin lobi dengan sumber-sumber penting di

berbagai instansi.

Menghadiri acara press conferensi yang ditunjuk redaktur,

atasannya, atau atas inisiatif sendiri.

h. Radaktur Bahasa/ Korektor Naskah

Seorang redaktur bahasa memiliki tugas:

Memeriksa,mengedit, dan menyempurnakan naskah sesuai dengan

penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Menyesuaikan naskah yang sudah diedit dalam bahasa Indonesia

ke dalam Bahasa Jurnalistik.

Mengubah pengulangan kata-kata  yang sama dalam satu tulisan,

sehingga kalimat dalam naskah menjadi bervariasi.

Mengedit penggunaan logika bahasa, alur naskah.

Menyeragamkan style penulisan masing-masing redaktur, sehingga

gaya penulisan seluruh naskah menjadi  sama.

Memeriksa naskah kata per  kata, penggunaan titik, koma, tanda

seru,  titik dua.

Mengedit penggunaan kata yang berasal dari bahasa asing,  bahasa

daerah, bahasa slank sehingga mudah dimengerti pembaca.

i. Fotografer

Fotografer (wartawan foto atau juru potret) tugasnya mengambil

gambar peristiwa atau objek tertentu yang bernilai berita atau untuk

melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis. Ia merupakan mitra

kerja yang setaraf dengan wartawan tulis (reporter). Fotografer (wartawan

foto atau juru potret) tugasnya mengambil gambar peristiwa atau objek

tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang

dibuat wartawan tulis. Ia merupakan mitra kerja yang setaraf dengan

wartawan tulisa (reporter).

Tugas Gotografer adalah:

Menjalankan tugas pemotretan yang diberikan redaktur atau

atasannya.

Melakukan pemotretan sumber berita, suasana acara, aktivitas

suatu objek, lokasi kejadian, gedung, dan benda-benda lain.

Mengusulkan konsep desain untuk cover majalah.

Menyediakan foto-foto untuk mendukung naskah, artikel, dan

berita.

Mengarsip foto-foto, filem negatif, atau compact disk bagi kamera

digital

Melaporkan setiap kegiatan pemotretan kepada atasan.

Mempertanggungjawabkan setiap penggunaan filem negatif,

baterai, atau compact disk  yang telah digunakan kepada

perusahaan.

j. Koresponden

Selain reporter, media massa biasanya juga memiliki Koresponden

(correspondent) atau wartawan daerah, yaitu wartawan yang ditempatkan

di negara lain atau di kota lain (daerah), di luar wilayah di mana media

massanya berpusat.

k. Kontributor

Kontributur atau penyumbang naskah/tulisan secara struktural

tidak tercantum dalam struktur organisasi redaksi. Ia terlibat di bagian

redaksi secara fungsional. Termasuk kontributor adalah para penulis

artikel, kolomnis, dan karikaturis. Para sastrawan juga menjadi kontributor

ketika mereka mengirimkan karya sastranya (puisi, cerpen, esai) ke sebuah

media massa.

Wartawan Lepas (Freelance Journalist) juga termasuk kontributor.

Wartawan Lepas adalah wartawan yang tidak terikat pada media massa

tertentu, sehingga bebas mengirimkan berita untuk dimuat di media mana

saja, dan menerima honorarium atas tulisannya yang dimuat.

Termasuk kontributor adalah Wartawan Pembantu (Stringer). Ia

bekerja untuk sebuah perusahaan pers, namun tidak menjadi karyawan

tetap perusahaan tersebut. Ia menerima honorarium atas tulisan yang

dikirim atau dimuat.

l. Riset, Pustaka dan Dokumentasi

Bagian Riset, Pustaka, dan Dokumentasi memiliki tugas sebagai berikut:

Mencari data-data, artikel, tulisan yang dibutuhkan untuk sebuah

penulisan oleh reporter, redaktur, redaktur pelaksana, dan

Pemimpin Perusahaan.

Mencari dan menata buku-buku yang berkaitan dengan tugas dan

kerja para wartawan.

Menata majalah, surat kabar, dan tabloid setiap hari dan

menyimpannya dengan baik sesuai aturan.

Melakukan kerja sama dengan bagian riset dan dokumentasi

perusahaan lainnya seperti barter majalah, koran, tabloid, dan

buku.

Mengusulkan suatu berita kepada redaksi bila dalam melaksanaan

tugas menemukan data-data atau informasi penting.

m. Artistik

Bagian Artistik memiliki tugas sebagai berikut:

Merancang cover atau kulit muka.

Membuat dummy atau nomor contoh sebelum produk di cetak dan

dijual ke pasar.

Mendesain dan melayout setiap halaman dengan naskah, foto, dan

angka-angka.

Mengatur peruntukan halaman untuk naskah.

Menulis judul berita,anak judul,  caption foto, nama penulis pada

setiap naskah.

Menulis nomor halaman, nama rubrik/desk, nomor volume terbit,

hari terbit, dan tanggal terbit pada setiap edisi.

n. Pracetak

Pracetak memiliki tugas sebagai berikut:

Membawa naskah yang sudah disetujui pemimpin redaksi ke

percetakan untuk dicetak.

Mengawasi proses pencetakan di percetakan.

Menerima kondisi produk dalam keadaan baik dari percetakan.

Bersama dengan bagian distribusi, segera mengedarkan produk

tersebut ke pasar.

o. Pemimpin Usaha

Pemimpin Usaha berada dibawah Pemimpin Umum, sejajar dengan

Pemimpiin Redaksi. Kalau Pemimpin Redaksi hanya berurusan dengan

masalah keredaksian, maka Pemimpin Usaha khusus berurusan dengan

masalah komersial.

Pemimpin  Usaha bertugas menyebarluaskan media massa, yakni

melakukan pemasaran (marketing) atau penjualan (selling) media massa.

Pemimpin Usaha ini membawahi Manajer Keuangan, Manajer Pemasaran,

Manajer Sirkulasi atau Distribusi, dan Manajer HRD (Human Resource

Development).

Organisasi Pers

C. Pengelolaan/ Manajemen Organisasi Pers

Pemimpin Umum

Pemimpin Redaksi Pemimpin

Sekretaris

Redaktur Pelaksana

Riset, Pus, Dok

Artistik Pracetak

Redaktur

R.

foto

Korektor

Tata ria

Desain grafis

Fotografer

reporter

SDM

SirkulasiPemasaran

Keuangan

Auditor

Akunting

Kasir

Pajak

Distribusi

Retur

Pelanggan

Pelayanan

Penagihan

Prinsip dasar dari manajemen menurut G.R. Terry adalah suatu upaya

memobilisasi berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan. Manajemen tidak

hanya terpaku pada satu jalur kepentingan saja (material indicator), tapi menjalar

ke berbagai arah yang selama ini tabu untuk disentuh (inmaterial indicator). Di

dalam organisasi pers pemimpin perusahaan memiliki tanggung jawab dalam

pengelolaan material perusahaan (produksi, marketing, keuangan, dsb) sedangkan

Pemimpin Redaksi memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan redaksional saja.

Keduanya memiliki otoritas masing-masing. Keduanya tidak boleh dalam posisi

saling intervensi. Keduanya harus saling mengisi demi kemajuan bersama. Yang

satu mengejar proyek keuntungan, sedangkan yang satu lagi mengerjakan proyek

idealis yang dikemas sebagus mungkin melalui seni grafis yang memikat.

Dalam sebuah manajemen, peran pemimpin menjadi sangat penting.

Dimana pemimpin merupakan penggerak dan bertanggung jawab penuh terhadap

organisasi atau perusahaan. Menurut Kerlinger dan Padhazur (1987),

kepemimpinan adalah kemampuan tiap pimpinan di dalam mempengaruhi dan

menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya bekerja

dengan gairah, bersedia bekerjasama dan mempunyai disiplin tinggi, dimana para

bawahan diikat dalam kelompok secara bersama-sama dan mendorong mereka ke

suatu tujuan tertentu. Susilo (1998) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan

keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau

bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama.

Perkataan pemimpin atau leader memiliki berbagai pengertian.

Pemimpin merupakan dampak interaktif dari faktor individu atau

pribadi dengan faktor situasi. Wahjosumidjo (1984),

kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi

antara pemimpin, bawahan dan situasi. Sedangkan Karjadi (1983)

mendefinisikan pemimpin adalah orang yang mampu menggerakkan orang-

orang lain agar orang-orang dalam suatu organisasi yang telah direncanakan dan

disusun terlebih dahulu dalam suasana moralitas yang tinggi, dengan penuh

semangat dan kegairahan dapat menyelesaikan pekerjaannya masing-masing

dengan hasil yang diharapkan.

Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihan-

kelebihan dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di

organisasi yang bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya

untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak

cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar para pegawainya mempunyai

minat yang besar terhadap pekerjaannya. Atas dasar inilah selama perhatian

pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya akan tinggi.

Maka dalam hal ini dibutuhkan pendekatan-pendekatan dalam menjalani

kepemimpinan diantaranya adalah pendekatan perilaku. Dalam behavior

approach, (pendekatan perilaku) dijelaskan bahwa keberhasilan atau kegagalan

pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh

pemimpin yang bersangkutan. Pendekatan perilaku inilah yang selanjutnya

melahirkan berbagai teori tentang tipe atau gaya kepemimpinan.

Dalam pendekatan perilaku diperhatikan tentang kebutuhan manusia, kerja

kelompok serta peranan faktor-faktor sosial di tempat kerja. dalam pengelolaan

organisasi pers idealnya dapat mengetahui kebutuhan, kepiribadian, dan masalah-

masalahyang dihadapi oleh karyawannya. Dengan kata lain pemimpin tidak bisa

memukul rata karyawannya. Menurut Mc. Gregor Pendekatan Behavioral adalah

teori pandangan terhadap manusia (teori X dan teori y). Menurut Maslow

pendekatan perilaku adalah hierarki kebutuhan (Physical need, Safety need, Estem

need & Self actualization need). Sedangkan menurut Hezerberg dalam pendekatan

perilaku terdapat teori dua faktor ( Hygiene factor & Motivator). Jadi dalam hal

ini seorang pemimpin organisasi pers harus bisa memahami setiap bawahannya,

mulai dari perilaku, sifat, psikologis, kesukaan dan minat terhadap pekerjaan serta

kebutuhan.

Hal tersebut dilakukan agar kinerja pegawai atau bawahan menjadi

meningkat. Sebagai contoh, perlakuan terhadap seorang wartawan yang phobia

terhadap darah tidak ditempatkan pada penugasan kriminalitas atau meliput suatu

kecelakaan lalu lintas. Karena apabila ia dipaksa untuk meliput kecelakaan lalu

lintas di lapangan, hasil yang akan ia dapatkan tidak memuaskan karena gangguan

psikologis yang ada pada dirinya yaitu phobia terhadap darah.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai sebuah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa, pers

melaksanakan kegiatan jurnalistik, meliputi mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, megolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,

suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk

lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis

saluran yang tersedia. Didalamnya diatur sebuah manajemen organisasi yang

terdiri dari organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.

Organisasi pers mempunyai struktur-struktur organisasi mulai dari

pemimpin sampai pada staff dan peagawai yang mendukung beroperasinya

organisasi pers tersebut. Jabatan-jabatan tersebut mempunyai fungsi dan peran

masing-masing, seperti pemimpin umum yang tugasnya adalah sebagai

penanggungjawab atas jalannya operasional organisasi pers tersebut, sampai

kepada kontributor yang terdiri dari wartanan tetap, wartawan lepas maupun

wartawan pembantu yang juga mempunyai tugas dan perannya masing-masing.

Dalam organisasi pers, seorang pemimpin mempunyai peran yang sangat

penting. Pemimpin merupakan penggerak dan bertanggung jawab penuh terhadap

organisasi atau perusahaan tersebut. Seorang pemimpin juga harus mempunyai

kemampuan untuk mempengaruhi dan mengerakkan bawahannya sehingga

bawahannya bisa bekerja sama, dan mempunyai gairah dalam bekerja serta

mempunyai disiplin tinggi untuk bisa mencapai tujuan organisasi tersebut.

Untuk bisa mengatur dan menggerakkan bawahannya tersebut, dibutuhkan

pendekatan-pendekatan dalam menjalani kepemimpinan, diantaranya adalah

pendekatan perilaku. Dengan pendekatan perilaku, bisa diketahui bagaimana

kebutuhan manusia, kerja kelompok serta peranan faktor-faktor sosial ditempat

kerja, sehingga pemimpin mengetahui kebutuhan, kepiribadian, dan masalah-

masalah yang dihadapi oleh karyawannya. Jadi dalam hal ini seorang pemimpin

organisasi pers harus bisa memahami setiap bawahannya, mulai dari perilaku,

sifat, psikologis, kesukaan dan minat terhadap pekerjaan serta kebutuhan. Bisa

disimpulkan bahwa pemimpin tidak bisa memukul rata karyawannya. Pendekatan

tersebut dilakukan agar pada akhirnya bisa didapatkan kinerja karyawan yang

semakin meningkat dan maksimal.