sejarah masuknya orang arab di sulawesi (dr. nuhung)

Upload: elsyamz-zuhry

Post on 16-Jul-2015

114 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Sejarah Masuknya Orang Arab di SulawesiNuhung Email: [email protected] Pusat Pengajian Pendidikan Jarak Jauh (Student Ph.D) Universiti Sains Malaysia

Pendahuluan Islam masuk ke Nusantara setelah terjadinya perpecahan besar diantara umat Islam yang menyebabkan terbunuhnya khalifah keempat Ali bin Abi Thalib, mulailah terjadi perpindahan (hijrah) besar-besaran dari kaum keturunannya ke pelbagai penjuru dunia. Ketika Imam Ahmad Al- muhajir hijrah dari Irak ke daerah Hadramaut di Yaman seribu tahun yang lalu, keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa 70 orang keluarga dan pengikutnya. Sejak itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari bandar Hadramaut inilah asal-mula utama dari pelbagai koloni Arab yang menetap dan bercampur menjadi warganegara di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Perkampungan Arab banyak tersebar di pelbagai bandar di Indonesia, khususnya perkampungan Arab di Sulawesi. Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia seperti asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar iaitu kelompok Alawi atau Sayyid yang umumnya pengikut organisasi Jamiat al-Kheir, dengan kelompok Syekh atau Masyaikh yang biasa disebut Irsyadi atau pengikut organisasi al-Irsyad. Tokoh dan Peranan Di Sulawesi, sejak zaman dahulu telah banyak keturunan Arab yang menjadi pejuang, alim ulama dan dai . Diantara para penyebar agama yang menonjol iaitu Mansyur al-Yamani seorang tokoh penyebar Islam, pembaharu di Makassar. Mansyur Al-Yamani mula-mula berdagang batik, kawan-kawan para pedagang Sulawesi Selatan penyebarkan Muhammadiyah bermula tahun 1922 dan secara resmi 1926, di resmikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tujuan Muhammadiyah adalah membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat Islam bermaksud masyarakat yang berdasarkan ajaran Islam, bersumber kepada alQuran dan al-Sunnah Rasulullah SAW. Mengikut al-Sunnah SAW bermaksud segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW baik perbuatan, perkataan, mahupun pelaksanaan. Semua yang dilakukan oleh Nabi terus menerus disebut Sunnah. Muhammadiyah berpendapat hidup manusia harus bertauhid, beribadah dan taat kepada Allah. Tauhid yang dimaksudkan adalah attauhid alkhalis ertinya tauhid yang betul-betul murni bebas dari segala bentuk khurafat. Tauhid seperti ini Harus ditanamkan di kalangan Muhammadiyah. Adapun ciri-ciri masyarakat Islam antara lain: pertama, mematuhi ajaran Islam dengan keyakinan bahawa ajaran Islam satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Konsep dakwah Muhammadiyah

1

berdasarkan surat ali Imran ayat 85, bermaksud: Barangsiapa yang memeluk agama selain Islam, tidak diterimah amalan yang dilakukannya selamanya, dan diakhirat termasuk orang merugi Itulah keyakinan kita. Oleh kerana itu kalau ada paham pluralisme dan kemajemukan agama tersebut kita jangan terjebat, kerana ini kerja Yahudi dan Nasrani lanatullah, kita satu prinsip, Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Maka dengan tegas kita katakan, tidak ada kebenaran di luar agama Islam. Siapapun yang menganut agama selain agama Islam tidak beriman kepada Allah SWT. Kedua, menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat merupakan kewajiban keagamaan kepada allah SWT. Pedoman perjuangan Muhammadiyah adalah berpegang teguh atas ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempu jalan yang diridhai Allah SWT. Muhammadiyah tidak mengenal istilah al-gayatu tubarrir al-washilah(menghalalkan segala macam cara). bMuhammadiyah berupaya mewujudkan masyarakat Islam. Pertama, Muhammadiyah mengkaji ayat-ayat al-Quran dan al-Sunnah mengenai masyarakat, gerak langkah dakwah Muhammadiyah ikut pada al-Quran surah Ali Imran bermaksud: Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyuruh (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam) dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji), dan mereka yang bersifat yang demikian ialah orang-orang yang berjaya.

Pengasas Muhammadiyah mengamalkan ayat tersebut diatas, yang berisi perintah untuk menegakkan keadilan. Selain itu hadis nabi yang sudah masyhur, Barang siapa yang melihat kemungkaran, rubahlah kemungkaran itu dengan kekuasaanmu, kalau kamu tidak punya kekuasaan maka rubahlah kemungkaran dengan lidahmu, kalau dengan lidah sahaja kamu tidak mampu, maka dengan hatimu, itulah yang paling rendah kualitasnya.

Kedua mempelajari contoh pelaksanaan ajaran Islam di masyarakat umum, bermula ada masa Rasulullah SAW, sahabat dan tabii dan tabiiin mahupun sesudahnya. Ketika Nabi menjelang hijrah, beliau mengembalikan barang-barang dagangan kafir Quraisy ke pemiliknya. Padahal mungkin sahaja dia membawanya. Nabi sebagai seorang yang punya sifat amanah, lebih memilih mengembalikannya. Pada masa sahabat, ketika Abu Bakar di angkat sebagai khalifah, beliau dalam pidato pembaiatannya sebagai khalifah mengatakan Saya bukan orang yang terbaik. Padahal semua orang tahu siapa Abu Bakar dan bagaimana perjuangannya bersama Nabi. Sebagai pemimpin terkadang elergi menerima kritik. Padahal kritik itu untuk kebaikan kita. Jadi pemimpin sebenarnya adalah seperti Abu Bakar. 2

Ketiga, penyusunan strategi dapat dilakukan dalam bentuk seminar, diskusi dan sebagainya. Muhammadiyah punya rumusan dakwah kultural. Dakwah kultural dikatakan sebagai upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi Muhammadiyah mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dakwah kultural ingin mewujudkan masyarakat Islam sebenar-benarnya, selanjutnya di tegaskan dakwah kultural bukan bererti melestarikan atau membenarkan hal-hal yang bersifat syirik , didaah, takhyul dan khurafat. Pedoman dakwah kultural mubaligh Muhammadiyah tetap harus anti syirik, anti bidaah dan seterusnya. Seterusnya kriteria Masyarakat Islam, masyarakat yang bertauhid dengan segala konsekwesinya. Tugas kita mengikut cara-cara Nabi berdakwah iaitu Ibudullah bererti: mengajak manusia memiliki kemurnian tauhid (at-Tauhid al-Khalish) dan ijtanibu at-thaguth berani mengatakan kepada penguasa yang zalim, thaghut yang menggunakan jabatannya secara berlebihan, sekalipun dengan riziko yang tidak ringan. Masyarakat yang taat beribadah kepada Allah SWT, mengikut dengan perintah Allah SWT dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56 dan surat al-Bayyinah ayat 5 bermaksud: Dan(ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadah kepada-Ku. Dan Surat al-Bayyainahbermaksud: Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah dengan mengikhlaskan ibadat kepada-Nya, lagi tetap teguh di atas tauhid supaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat.Dan demikian itulah agama yang benar. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, dalam mengikuti perkembangan dan perubahan itu, sentiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya ialah masyarakat; sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya: Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT Dalam melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan di atas prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud dalam keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah. Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah sentiasa menjadi landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta dalam kerjasama dengan golongan Islam lainnya. Dalam bidang politik, Muhammadiyah berusaha sesuai dengan kittahnya ; dakwah amar makruf nahi munkar dalam erti propersi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil, secara operasionil dan secara konkrik riil, bahawa ajaran Islam mampu mengarut masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang berPancasila dan Undang-undang Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, material dan spiritual yang diridhai Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh kepada kepribadiannya. Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian gerakannya dalam masyarakat, dilaksanakan berdasarkan landasan peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah. 3

Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan bahawa gerak dakwah Muhammadiyah ada dua bahagian: Satu, Muhammadiyah adalah Gerakan dakwah Islam yang beramal dengan segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan tidak ada hubungan Partai Politik atau organisasi apapun. Kedua, Setiap Anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat memasuki organisasi politik lain. Sepanjang tidak menyimpang dari anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perserikatan Muhammadiyah. Sesuai dengan kepribadiannya, Muhammadiyah akan bekerjasama dengan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan Agama Islam serta membela kepentingannya. Dalam melakukan kerjasama tersebut, Muhammadiyah tidak bermaksud menggabungkan dan mensubordinasikan organisasinya dengan organisasi atau institusi lainnya. Sejak awal Muhammadiyah diasaskan merumuskan strategi pemurnian aqidah yang dinilai sudah sangat tercemar oleh pelbagai sebab, baik internal mahupun eksternal. Dari segi internal umat Islam pada umumnya tidak lagi memahami agamanya dari sumber yang otentik. Pembersihan aqidah sudah sangat lemah untuk menapis unsur-unsur kepercayaan luar merebat kedalam umat Islam. Unsur luar ini kita kategorikan sebagai faktor eksternal, memang tidak semua negatif akan tetapi yang positif pada umumnya tidak banyak berkaitan dengan aqidah, seperti ilmu pengetahuan dari India dan Yunani. Yang negatif misalnya, doktrin penguasa sebagai bayangan Tuhan di muka bumi yang besar kemunginan yang berasal dari India dan Persia. Muhammadiyah pada masa awal ingin menggembirakan oang dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Mengamalkan ajaran agama Islam haruslah membuahkan kesujukan dan kegembiraan, bukan kegelisahan. Untuk merealisasikan tujuan ini, di rumuskan empat langkah tujuan strategis, iaitu: satu mendirikan sekolah untuk mencerdaskan umat. Umat yang buta huruf dan bodoh lebih merupakan beban bagi Islam. Dua membentuk muballigh dan muballighat selanjutnya terjun kemasyarakat untuk menyiarkan agama Islam yang memberi kegembiraan. Tiga, menyiarkan agama Islam melalui media cetak, pada waktu itu bentuknya sangat sederhana di bagikan dengan free.Empat, melancarkan usaha untuk menolong kesenjangan umum yang menjadi Pembinaan Kesejahteraan Umum. Sebagai suatu gerakan Islam awal gerakan gerakannya melalui al-Quran dan al-Sunnah, meskipun tidak anti mazhab. Dengan sikap ini Muhammadiyah dikatakan sebagai gerakan Islam nonmazhab. Dalam memahami dan melaksanakan ajaran Islam. Muhammadiyah mengembangkan semangat tajdid dan ijtihat serta menjauhi sikap taklid, pada asalnya bererti pembaharuan, inovasi restorasi, modernisasi Hal ini mengandungi pengertian bahawa kebangkitan Muhammadiyah dalam usaha memperbaharui pengertian kaum muslimin tentang agamanya, mencerahkan hati dan pikirannya dengan jalan mengenalkan kembali ajaran Islam sejati sesuai dengan jalan al-Quran dan alSunnah.

4

Bibliografi Abd Rahman Getteng. (2005). Pendidikan Islam di sulawesi Selatan Tinjauan Historis dari Tradisional hingga Modrn, Yokyakarta : Grha Guru. A. Munir, Sudarsono. (Editor), (1994). Aliran Modrn di Indonesia. Jakarta : PT Rineka Cipa. A. Wahab Radjab. (1999). Lintasan Perkembangan dan Sumbangan Muhammadiyah di Sulawesi Selatan, Jakarta: Institu Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia-Warna Indonesia Jakarta. Abd Rohim Ghazali, Saleh Partaonan Daulay. (Editor), (2005). Muhammadiyah & Politik Islam Inklusif, Jakarta: MAARIF Institute for culture and Humanity. Ainur Rofiq Sophiaan, Nadjib Hamid, faishol Taselan (Editor). (2002). Muhammadiyah Korban Kekerasan Politik, Surabaya, Hikmah Press. Al-Qur'an (30 Juz). (1995).Tafsir Pimpinan Ar-rahman Kepada Pengertian, Bahagian Hal Ehwal Islam Jabatan Perdana Menteri, Kuala Lumpur: Percetakan Nasional, Malaysia Berhad. A. Rosyad Sholeh. (2005). Manajemen Dakwah Muhammadiyah. Yokyakarta : Suara Muhammadiyah. A. Syafii. (2004). Mencari Autentitas. Jakarta:Pusat Studi Agama dan Peradaban Muhammadiyah A. Syafii. (2003). Reformasi Pendidikan Muhammadiyah Suatu Keniscayaan. Yokyakarta : Pustaka Suara Muhammadiyah. Arbiyah Lubis. (1996). Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abdu. Jakarta : Bulan Bintang. Azyumardi Azra. (1995). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII & XVIII : Melacak Akar-Akar Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia. Bandung: Mizan Barbara Sillars Harvey. (1989). Pemborontakan Kahar Muzakkar Dari radisi Ke DI/TII.Jakarta : PT Pustaka Utama Grafidi. Fatichudin, Ainur Rofiq Shopiaan, Nadjib hamid. (Tim Penulis), (2005). Menembus Benteng Tradisi Sejarah Muhammadiyah Jawa Timur 1921-2004, Surabaya: Hikmah Press. Firdaus Syam. (2003). Amien Rais Politisi yang Merakyat & Intelektual yang Shaleh, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Haris Firdaus. (2004). NU, PERSIS, Atau MUHAMMADIYAH yang ahli bid'ah, Bandung: Mujahid Haedar Nasir. (2001). Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Yokyakarta : Suara Muhammadiyah. Haedar Nasir. (2000). Profil Muhammadiyah 2005.Mataram : Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hajriyanto Y. Thohari. (2005). Muhammadiyah Dan Pergulatan Politik Islam Modernis, Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban Muhammadiyah. Jabrohim. (2005). Membumikan Dakwah Kultural Muhammadiyah. Yokyakarta: Suara Muhammadiyah

5

M. Amin Rais, Ramli Thoha, Rusdi Hamka, Sutrisno Muhkhdam (alm), Ahmad Syafii Ma'arif, A. Malik Fajar, M. Din Syamsuddin (Tim Penyusun), (2005). Ensiklopedi Muhammadiyah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. M. Muchlas Rowi, M. Izzul Muslimin, Paryanto Rahma. (editor), (1999). Muhammadiyah Menuju Millinium 111. Yokyakarta: Pustaka SM. M. Yusran. (2005). Kyai Haji Ahmad Dahlan Pemikiran & kepemimpinan. Yokyakarta : MPKSDI Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Muarif. (2005). Meruwat Muhammadiyah Kritik Seabad Pembaharuan Islam di Indonesia. Yokyakarta: Pilar Religia. Muhammad Azhar. (2005). Pormodernisme Muhammadiyah. Yokyakarta: Suara Muhammadiyah. Mukhaer Pakanna & Nur Achmad. (Editor), (2005). Muhammadiyah Menjemput Perubahan Tafsir Baru Gerakan Sosial-Ekonomi-Politik. Jakarta: P Kompas Media Nusantara. Musthafa Kamal Pasha, Ahmad adaby. (Editor), (2000). Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dalam Prospektif Historis dan Ideologis. Yokyakarta : Lembaga Pengkajian sdan Pengamalan Islam. Musthapa Kamal Pasha, A. Rosyad Sholeh, Chusnan Yusuf. (Editor), (2003). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid. Yokyakarta : Citra Karsa Mandiri. Noresah Baharom. (K.Editor). Kamus Dewan Edisi Ketiga. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Pramono U. Tanthowi. (2005). Begawan Muhammadiyah Bunga Rampai Pidao Pengukuhan Guru Besar Tokoh Muhammadiyah Jakarta: Pusat Studi Agama dan Perubahan Muhammadiyah. S. Nasution. (1995). Sejarah Pendidikann Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.

6