sejarah csr

21
SEJARAH CSR Sejarah merupakan torehan kejadian masa lampau yang mengungkapkan fenomena realitas sosial yang bisa menjadi kajian menarik dan bermanfaat di masa kini dan mendatang. Dengan memahami sejarah tentang obyek kajian akan bermakna bagi pengungkapan realitas sosial yang lebih obyektif. Corporate Social Responsibility  (CSR) telah ada sejak Abad 17 dan mengalami perkembangan kajian yang mencerminkan dinamika implementatif yang terus mengalami perubahan. Berikut disajikan sejarah singkat CSR dari masa ke masa. Sejarah CSR Di Tingkat Internasional Tahun 1700-an SM Tanggung Jawab Sosial Korporasi (Corporate Social Responsibility) telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Bahkan dalam Kode Hammurabi (1700- an SM) yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang- orang yang menyalahgunakan ijin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain. Perhatian para pembuat kebijakan tentang CSR menunjukkan telah adanya kesadaran bahwa terdapat potensi timbulnya dampak buruk dari kegiatan usaha. Dampak buruk tersebut tentunya harus direduksi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kemaslahatan masyarakat sekaligus tetap ramah terhadap iklim usaha. Tahun 1940-an: Pengembangan Masyarakat (Community Development) Secara resmi istilah Comdev dipergunakan di Inggris 1948, untuk mengganti istilah mass education (pendidikan massa). Menurut Hodge, akar munculnya model pengembangan masyarakat (Community Development) terkait dengan disiplin ilmu pendidikan (education). Di Amerika Serikat pengembangan masyarakat juga berakar dari disiplin pendidikan di tingkat pedesaan (rural extension program), sedangkan di perkotaan mereka mengembangkan organisasi komunitas ( community organization) yang bersumber dari ilmu kesejahteraan Sosial yang diawali pada tahun 1873 (http://www.create.or.id/?module=articles&action ). Pengembangan masyarakat merupakan pembangunan alternatif yang komprehensif dan berbasis komunitas yang dapat melibatkan baik oleh Pemerintah, Swasta, ataupun oleh lembagalembaga non pemerintah. Dari segi tujuan bisa bersifat spesifik, tidak selalu multi-tujuan. Beberapa alternatif pendekatan yang pernah terjadi di Amerika Serikat terkait dengan pengembangan masyarakat ini, antara lain: (1) pendekatan komunitas, (2) pendekatan pemecahan masalah, (3) pendekatan eksperimental, (4)

Upload: maya-larasati-ardini-6422

Post on 20-Jul-2015

198 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 1/21

 

SEJARAH CSR 

Sejarah merupakan torehan kejadian masa lampau yang mengungkapkan fenomenarealitas sosial yang bisa menjadi kajian menarik dan bermanfaat di masa kini dan

mendatang. Dengan memahami sejarah tentang obyek kajian akan bermakna bagipengungkapan realitas sosial yang lebih obyektif.

Corporate Social Responsibility (CSR) telah ada sejak Abad 17 dan mengalamiperkembangan kajian yang mencerminkan dinamika implementatif yang terusmengalami perubahan. Berikut disajikan sejarah singkat CSR dari masa ke masa.

Sejarah CSR Di Tingkat Internasional

Tahun 1700-an SM

Tanggung Jawab Sosial Korporasi (Corporate Social Responsibility) telah menjadipemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Bahkan dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalaidalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya.Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan ijin penjualan minuman, pelayanan yang buruk danmelakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematianorang lain.

Perhatian para pembuat kebijakan tentang CSR menunjukkan telah adanya kesadaran

bahwa terdapat potensi timbulnya dampak buruk dari kegiatan usaha. Dampak buruktersebut tentunya harus direduksi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakankemaslahatan masyarakat sekaligus tetap ramah terhadap iklim usaha.

Tahun 1940-an: Pengembangan Masyarakat (Community Development) 

Secara resmi istilah Comdev dipergunakan di Inggris 1948, untuk mengganti istilahmass education (pendidikan massa). Menurut Hodge, akar munculnya modelpengembangan masyarakat (Community Development) terkait dengan disiplin ilmupendidikan (education). Di Amerika Serikat pengembangan masyarakat juga berakardari disiplin pendidikan di tingkat pedesaan (rural extension program), sedangkan diperkotaan mereka mengembangkan organisasi komunitas (community organization)

yang bersumber dari ilmu kesejahteraan Sosial yang diawali pada tahun 1873(http://www.create.or.id/?module=articles&action). 

Pengembangan masyarakat merupakan pembangunan alternatif yang komprehensif dan berbasis komunitas yang dapat melibatkan baik oleh Pemerintah, Swasta, ataupunoleh lembagalembaga non pemerintah. Dari segi tujuan bisa bersifat spesifik, tidakselalu multi-tujuan. Beberapa alternatif pendekatan yang pernah terjadi di AmerikaSerikat terkait dengan pengembangan masyarakat ini, antara lain: (1) pendekatankomunitas, (2) pendekatan pemecahan masalah, (3) pendekatan eksperimental, (4)

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 2/21

 

pendekatan konflik kekuatan, (5) pengelolaan sumberdaya alam, dan (6) perbaikanlingkungan komunitas masyarakat perkotaan.

Pendekatan komunitas merupakan pendekatan yang paling sering dipergunakan dalampengembangan masyarakat. Pendekatan ini mempunyai tiga ciri utama (1) basispartisipasi masyarakat yang luas, (2) fokus pada kebutuhan sebagian besar warga

komunitas, dan (3) bersifat holistik. Pendekatan ini menaruh perhatian padakepentingan hampir semua warga. Keunggulan pendekatan ini adalah adanyapartisipasi yang tinggi dari warga dan pihak terkait dalam pengambilan keputusan(perencanaan) dan pelaksanaan, serta dalam evaluasi dan menikmati hasil kegiatanbersama warga komunitas.

Comdev semakin menjadi kebutuhan tidak saja bagi masyarakat, tetapi jugaperusahaan. Perusahaan bukan lagi merupakan kesatuan yang independen danterisolasi, sehingga manajer tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik tetapijuga kepada kepentingan yang lebih luas yang membentuk dan mendukungnya darilingkungan sekitarnya. Dalam mengejar tujuan ekonomisnya, perusahaanmenimbulkan berbagai konsekuensi sosial lainnya, baik kemanfaatan (keamanan,kenyamanan, dan kemakmuran bagi masyarakat) maupun biaya sosial (degradasipotensi sumberdaya lingkungan, limbah dan pencemaran). Perkembangan lebih lanjut,konsep Comdev ini mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap CSR.

Tahun 1950-an: CSR MODERN 

Literatur-literatur awal yang membahas CSR pada tahun 1950-an menyebut CSRsebagai Social Responsibility (SR bukan CSR). Tidak disebutkannya kata corporatedalam istilah tersebut kemungkinan besar disebabkan pengaruh dan dominasikorporasi modern belum terjadi atau belum disadari. Menurut Howard R. Bowendalam bukunya: “Social Responsibility of The Businessman” dapat dianggap sebagaitonggak bagi CSR modern. Dalam buku itu Bowen (1953:6) memberikan definisi awaldari CSR sebagai: “… obligation of businessman to pursue those policies, to makethose decision or to follow those line of action wich are desirable in term of theobjectives and values of our society.” Walaupun judul dan isi buku Bowen bias gender (hanya menyebutkan businessmantanpa mencantumkan businesswoman), sejak penerbitan buku tersebut definisi CSRyang diberikan Bowen memberikan pengaruh besar kepada literatur-literatur CSR yangterbit setelahnya. Sumbangsih besar pada peletakan fondasi CSR tersebut membuatBowen pantas disebut sebagai Bapak CSR.

Tahun 1960-an 

Pada tahun 1960-an banyak usaha dilakukan untuk memberikan formalisasi definisiCSR. Salah satu akademisi CSR yang terkenal pada masa itu adalah Keith Davis. Davisdikenal karena berhasil memberikan pandangan yang mendalam atas hubungan antaraCSR dengan kekuatan bisnis. Davis mengutarakan “Iron Law of Responsibility ” yangmenyatakan bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama dengan kedudukan sosialyang mereka miliki (social responsibilities of businessmen need to be commensurate

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 3/21

 

with their social power ). Sehingga, dalam jangka panjang, pengusaha yang tidakmenggunakan kekuasaan dengan bertanggungjawab sesuai dengan anggapanmasyarakat akan kehilangan kekuasaan yang mereka miliki sekarang.Kata corporate mulai dicantumkan pada masa ini. Hal ini bisa jadi dikarenakansumbangsih Davis yang telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara

tanggung jawab sosial dengan korporasi.

Tahun 1962, Rachel Carlson menulis buku yang berjudul “Silent Spring”. Bukutersebut dianggap memberikan pengaruh besar pada aktivitas pelestarian alam. Bukutersebut berisi efek buruk penggunaan DDT sebagai pestisida terhadap kelestarianalam, khususnya burung. DDT menyebabkan cangkang telur menjadi tipis danmenyebabkan gangguan reproduksi dan kematian pada burung. Silent Spring jugamenjadi pendorong dari pelarangan penggunaan DDT pada tahun 1972. Selainpenghargaan Silent Spring juga menuai banyak kritik dan dinobatkan sebagai salahsatu ”buku paling berbahaya abad ke-19 dan ke-20” versi majalah Human Events.

Tahun 1963, Joseph W. McGuire (1963:144) memperkenalkan istilah CorporateCitizenship. McGuire menyatakan bahwa: “The idea of social responsibilities supposesthat the corporation has not only economic and legal obligations but also certainresponsibilities to society which extend beyond these obligations”. McGuire kemudianmenjelaskan lebih lanjut kata “beyond” dengan menyatakan bahwa korporasi harusmemperhatikan masalah politik, kesejahteraan masyarakat, pendidikan,“kebahagiaan” karyawan dan seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya.Oleh karena itu korporasi harus bertindak “baik,” sebagai mana warga negara(citizen) yang baik.

Tahun 1970-an 

Tahun 1971, Committee for Economic Development (CED) menerbitkan SocialResponsibilities of Business Corporations. Penerbitan yang dapat dianggap sebagaicode of conduct bisnis tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usahamemiliki tujuan dasar untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk memenuhikebutuhan dan kepuasan masyarakat.CED merumuskan CSR dengan menggambarkannya dalam lingkaran konsentris.Lingkaran dalam merupakan tanggungjawab dasar dari korporasi untuk penerapankebijakan yang efektif atas pertimbangan ekonomi (profit dan pertumbuhan);Lingkaran tengah menggambarkan tanggung jawab korporasi untuk lebih sensitif terhadap nilai-nilai dan prioritas sosial yang berlaku dalam menentukan kebijakan

mana yang akan diambil; Lingkaran luar menggambarkan tanggung jawab yangmungkin akan muncul seiring dengan meningkatnya peran serta korporasi dalammenjaga lingkungan dan masyarakat.

Tahun 1970-an juga ditandai dengan pengembangan definisi CSR. Dalam artikel yangberjudul “Dimensions of Corporate Social Performance”, S. Prakash Sethi memberikanpenjelasan atas perilaku korporasi yang dikenal dengan social obligation, socialresponsibility , dan social responsiveness. Menurut Sethi, social obligation adalah

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 4/21

 

perilaku korporasi yang didorong oleh kepentingan pasar dan pertimbangan-pertimbangan hukum. Dalam hal ini social obligatioan hanya menekankan pada aspekekonomi dan hukum saja. Social responsibility merupakan perilaku korporasi yangtidak hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja tetapi menyelaraskansocial obligation dengan norma, nilai dan harapan kinerja yang dimiliki oleh

lingkungan sosial. Social responsivenes merupakan perilaku korporasi yang secararesponsif dapat mengadaptasi kepentingan sosial masyarakat. Social responsiveness merupakan tindakan antisipasi dan preventif.Dari pemaparan Sethi dapat disimpulkan bahwa social obligation bersifat wajib, socialresponsibility bersifat anjuran dan social responsivenes bersifat preventif. Dimensi-dimensi kinerja sosial (social performance) yang dipaparkan Sethi juga mirip dengankonsep lingkaran konsentris yang dipaparkan oleh CED.

Tahun 1980-an 

Era ini ditandai dengan usaha-usaha yang lebih terarah untuk lebih mengartikulasikan

secara tepat apa sebenarnya corporate responsibility . Walaupun telah menyinggungmasalah CSR pada 1954 , Empu teori manajemen Peter F. Drucker baru mulaimembahas secara serius bidang CSR pada tahun 1984 , Drucker (1984:62)berpendapat: ”But the proper ‘social responsibility’ of business is to tame thedragon, that is to turn a social problem into economic opportunity and economicbenefit, into productive capacity, into human competence, into well-paid jobs, and into wealth”. 

Dalam hal ini, Drucker telah melangkah lebih lanjut dengan memberikan ide baru agarkorporasi dapat mengelola aktivitas CSR yang dilakukannya dengan sedemikian rupasehingga tetap akan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

Tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa melalui World Commission on Environment and Development (WECD) menerbitkan laporan yang berjudul “Our Common Future” –juga dikenal sebagai Brundtland Report untuk menghormati Gro Harlem Brundtlandyang menjadi ketua WECD waktu itu. Laporan tersebut menjadikan isu-isu lingkungansebagai agenda politik yang pada akhirnya bertujuan mendorong pengambilankebijakan pembangunan yang lebih sensitif pada isu-isu lingkungan. Laporan inimenjadi dasar kerjasama multilateral dalam rangka melakukan pembangunanberkelanjutan (sustainable development).

Tahun 1990-an 

Earth Summit dilaksanakan di Rio de Janeiro pada 1992. Dihadiri oleh 172 negaradengan tema utama Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan. MenghasilkanAgenda 21, Deklarasi Rio dan beberapa kesepakatan lainnya. Hasil akhir daripertemuan tersebut secara garis besar menekankan pentingnya eco-efficiency  dijadikan sebagai prinsip utama berbisnis dan menjalankan pemerintahan.

CSR di Indonesia 

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 5/21

 

Di antara negara-negara di Asia, penetrasi aktivitas CSR di Indonesia masihtergolong rendah. Pada tahun 2005 baru ada 27 perusahaan yang memberikan laporanmengenai aktivitas CSR yang dilaksanakannya.

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA

bertujuan untuk mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan diIndonesia dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuatlaporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Kategori penghargaan yang diberikan adalahBest Social and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award, BestEnvironmental Reporting Award , dan Best Website.

Pada Tahun 2006 kategori penghargaan ditambah menjadi Best Sustainability Reports Award, Best Social and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award,Best Website, Impressive Sustainability Report Award, Progressive SocialResponsibility Award , dan Impressive Website Award . Pada Tahun 2007 kategoridiubah dengan menghilangkan kategori impressive dan progressive dan menambahpenghargaan khusus berupa Commendation for Sustainability Reporting: First TimeSutainability Report. Sampai dengan ISRA 2007 perusahaan tambang, otomotif danBUMN mendominasi keikutsertaan dalam ISRA. 

Perkembangan program CSR di Indonesia dimulai dari sejarah perkembangan PKBL. Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan PemerintahNomor 3 Tahun 1983 tentang tata cara pembinaan dan pengawasan PerusahaanJawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).Pada saat itu, biaya pembinaan usaha kecil dibebankan sebagai biaya perusahaan.Dengan terbitnya keputusan Menteri Keuangan No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11Nopember 1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasimelalui Badan Usaha Milik Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan

sebagian laba sebesar 1%-5% dari laba setelah pajak. Nama program saat itu lebihdikenal dengan Program Pegelkop.

Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi(Program PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.:316/KMK.016/1994tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Keciln dan Koperasi melaluiPemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara. Memperhatikanperkembangann ekonomi dan kebutuhan masyarakat, pedoman pembinaan usaha keciltersebut beberapa kali mengalami penyesuaian, yaitu melalui Keputusan MenteriNegara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN No.: Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program Kemitraan dan BinaLingkungan BUMN, Keputusan Menteri BUMN No.: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni

2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program BinaLingkungan, dan terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan UsahaKecil dan Program Bina Lingkungan.

Pembinaan usaha kecil yang dilakukan BUMN ini tidak terlepas dari beberapaperaturan perundang-undangan lainnya, yaitu sebagai berikut.

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 6/21

 

a.  Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan danPengembangan Usaha Kecil.

Penjelasan Pasal 16; Lembaga pembiayaan menyediakan dukungan modal untukpembinaan dan pengembangan usaha kecil antara lain meliputi skim modal awal,modal bergulir, kredit usaha kecil, kredit program dan kredit modal kerja usaha

kecil, kredit kemitraan, modal ventura, dana dari bagian laba Badan Usaha MilikNegara, anjak piutang dan kredit lainnya

b.  Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.

Pasal 2: Salah satu tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikanbimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, danmasyarakat.

Pasal 88 ayat (1): BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untukkeperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitarBUMN.

c.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(lihat uraian di bawah).

Pengaturan dan Pelaksanaan CSR di Indonesia

1.  UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 

Ketentuan UU ini yang berkaitan dengan CSR adalah sebagai berikut:

o  Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup sertamencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan (Pasal 6:1).

o  Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikaninformasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup (Pasal 6:2).

o  Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbahhasil usaha dan/atau kegiatan (Pasal 16:1).

o  Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan bahanberbahaya dan beracun (Pasal 17:1).

2. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-undang ini banyak mengatur tentang kewajiban dan tanggung jawabperusahaan terhadap konsumennya. Perlindungan konsumen ini bertujuan untukmenumbuhkan kesadaran corporate tentang pentingnya kejujuran dan tanggung jawab

dalam perilaku berusaha. Hal-hal lain yang diatur di sini adalah larangan-laranganpelaku usaha, pencantuman klausula baku dan tanggung jawab pelaku usaha.

3. UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Beberapa ketentuan UU ini yang berkaitan dengan CSR adalah sebagai berikut.

o  Setiap penanam modal berkewajiban (Pasal 15):

  melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 7/21

 

  menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usahapenanaman modal;

  Yang dimaksud dengan "tanggung jawab sosial perusahaan" adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetapmenciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,

nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat (penjelasan pasal 15 Huruf b).o  Setiap penanam modal bertanggung jawab (Pasal 16)

  menjaga kelestarian lingkungan hidup;

  menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraanpekerja; … Pasal 34:

(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidakmemenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksiadministratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi ataulembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai

sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan pengaturan-pengaturan di atas, kewajiban dan tanggung jawabperusahaan bukan hanya kepada pemilik modal saja, melainkan juga kepada karyawandan keluarganya, konsumen dan masyarakat sekitar, serta lingkungan hidup.

4. UU NO. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas

Undang-undang ini diundangkan secara resmi pada tanggal 16 Agustus 2007.Ketentuan dalam Pasal 74 ayat (1): Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan TanggungJawab Sosial dan Lingkungan.

o  Bagi BUMN yang sudah melakukan alokasi biaya untuk bina wilayah atau yangsejenis sebelum diterbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (UUPT), makadalam pelaksanaannya agar dilakukan sesuai dengan mekanisme korporasi denganmemperhatikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

o  Bagi BUMN yang sumber dana program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL)-nyaberasal dari penyisishan laba, maka tetap melaksanakan PKBL sesuai denganalakosi dana yang disetujui RUPS.

o  Bagi BUMN yang sumber dana program kemitraan dan/atau bina lingkungan (PKBL)-nya dibebankan/menjadi biaya perusahaan sebagai pelaksanaan Pasal 74 UUPT,maka dalam pelaksanaannya agar tetap berpedoman pada peraturan menteriNegara BUMN No: Per-05/MBU/2007, sampai adanya penetapan lebih lanjut darimenteri Negara BUMN.

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 8/21

 

Selengkapnya tentang Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007 tersebut adalah sebagai berikut:

Bab V – Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Pasal 74:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber dayaalam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajibanPerseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannyadilakukan dengan memperhitungkan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksisesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan PeraturanPemerintah

5.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil danMenengah

Bunyi Pasal 21 UU No. 20 Tahun 2008:…..Badan Usaha Milik Negara dapatmenyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikankepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah,dan pembiayaan lainnya. PKBL merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil danpemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagianlaba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2%(dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen)dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan (CSR). Ketentuan UU inilah yangdijadikan dasar bagi penataan tentang pemanfaatan CSR di Indonesia. 

6. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) 15 April 2009

Mahkamah Konstitusi (MK) dalam putusannya 15 April 2009 menolak gugatan ujimaterial oleh Kadin terhadap pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (UU PT) mengenai kewajiban Tanggung Jawab Sosial danLingkungan (TJSL) bagi perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam. Karenaputusan MK bersifat final dan mengikat, maka lebih baik kita melihat dari sisipositifnya, yaitu sinergi antara pasal PJSL dengan UU Pajak Penghasilan 36/2008 (UUPPh) pasal 6 ayat 1 huruf a yang sekarang memberlakukan beberapa jenis sumbangansosil sebagai biaya, yaitu.

•  Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

•  Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannyadiatur dengan Peraturan Pemerintah;

•  Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di

Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

•  Biaya pembangunan infrasrtuktur sosial yang ketentuannya diatur denganPeraturan Pemerintah;

•  Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan PeraturanPemerintah:dan

•  Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diaturdengan Peraturan Pemerintah.

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 9/21

 

 

Corporate Social Responsibility  (CSR), merupakan komitmen perusahaan untukmembangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yangterkait, utamanya masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial dimanaperusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara

berkelanjutan.Sayangnya, masih ada perusahaan yang mempersepsi CSR sebagai bagian dari biayaatau tindakan reaktif untuk mengantisipasi penolakan masyarakat dan lingkungan.Beberapa perusahaan memang mampu mengangkat status CSR ke tingkat yang lebihtinggi dengan menjadikannya sebagai bagian dari upaya brand building danpeningkatan corporate image. Namun upaya-upaya CSR tersebut masih jarang yangdijadikan sebagai bagian dari perencanaan strategis perusahaan.

Masyarakat kini telah semakin well informed , dan kritis serta mampu melakukanfilterisasi terhadap dunia usaha yangg tengah berkembang. Hal ini menuntut parapengusaha untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggung-jawab.

Pengusaha tidak hanya dituntut untuk memperoleh capital gain atau profit darikegiatan usahanya, melainkan mereka juga diminta utk memberikan kontribusi baikmateriil maupun spirituil kepada masyarakat dan pemerintah sejalan dengan aturanyang berlaku. 

CSR di Jawa Timur 

Pelaksanaan CSR di Propinsi Jawa Timur telah berkembang dengan baik, dan telahmemberikan kontribusi nyata bagi pelaksanaan pembangunan di wilayah Jawa Timur.Sejauh ini penyelenggaraan CSR di Jawa Timur belum teridentifikasi dengan baik,baru tahun 2009 Bappeprov Jatim mulai melakukan penelitian tentang program

kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL) atau PKBL. Bina lingkung (BL) dimaknai olehBUMN sebagai Corporate Social Responsibility  (CSR). Hasil penelitian menunjukkanbahwa bentuk atau motif penyelenggaraan kegiatan CSR atau bina lingkungan yangdilakukan perusahaan sangat beragam, antara lain sebagai berikut.

o  Kepedulian terhadap pelanggan

o  Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan formal dan informal

o  Mengembangkan Green Environment 

o  Peningkatan kesadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

o  Memberikan dukungan dalam pengembangan komunitas dan lingkungan sosial

ekonomio  Bentuk-bentuk kegiatan strategis lainnya yang sesuai dengan pengembangan

perusahaan.

Namun demikian, dengan tidak mengurangi sisi positif dari kegiatan CSR yang telahberjalan, seringkali pelaksanaan di lapangan masih tumpang tindih (overlapping),kurang tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan. Bahkan banyak kita lihat belumadanya konvergensi perencanaan dan pelaksanaan antara program pemerintah denganagenda kegiatan CSR perusahaan. Oleh karenanya, perlu dirumuskan suatu kebijakan

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 10/21

 

efektivitas pemanfaatan CSR yang akan dijadikan acuan penyelenggaraan CSR di JawaTimur. Hal ini mempertimbangkan prioritas program pembangunan di Jawa Timurdalam pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, pendidikan, kesehatan,dan pengembangan UMK yang memerlukan adanya kebijakan pendukung dalam upayaefektivitas pemanfaatan CSR di Jawa Timur.

Beberapa perkembangan penting tentang pelaksanaan CSR di Jawa Timur adalahsebagai berikut.

1.  Pembentukan Bidang Pembiayaan Pembangunan Di Bappeda Provinsi JawaTimur per Januari 2009

Pembentukan Bidang Pembiayaan Pembangunan ini dimaksudkan untukmengidentifikasikan berbagai peluang pendanaan di luar APBD Provinsi. Bidangpembiayaan pembangunan ini mempunyai Tupoksi untuk mencari terobosansumber dana di luar APBD untuk pembiayaan pembangunan di Jawa Timur. Sumberpembiayaan di maksud dapat berupa kerjasama dengan luar negeri, berasal daricorporate, NGO, perorangan, dompet amal, dan sejenisnya.

2.  Penyelenggaraan Riset tentang PKBL/CSR melalui Kerjasama Pemprov Jatimdengan Perguruan Tinggi dan NGO yang dilakukan sejak Tahun 2009

Riset yang telah dilakukan Bappeda Provinsi Jawa Timur tahun 2009 tersebut diantaranya telah melibatkan Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang denganjudul-judul sebagai berikut.

o  Penelitian Pertama: “Survey Partisipasi Dunia Usaha Dalam Rangka MenunjangPembiayaan Pembangunan Daerah”.

o  Penelitian Kedua: “Penyusunan Strategi Kebijakan Efektivitas PemanfaatanCorporate Social Responsibiliti (CSR) Untuk Kinerja Pembangunan Daerah.

3.  Pembentukan Sekretariat Tetap (Sektap) PKBL/CSR Jawa Timur per April 2009

Sekretariat Tetap yang telah dilaksanakan per April 2009, terdiri dari unsur-unsursebagai berikut: (1) Dinas (SKPD) yang terkait, (2) Perguruan Tinggi, (3) NGO, dan(4) Corporate. Sekretariat Tetap ini sebagai Tim Teknis yang berfungsi untukmengelola sistem informasi PKBL/CSR di Provinsi Jawa Timur.

Sektap ini bertugas menggali, menampung, memproses data dalam sisteminformasi yang akan memperlancar proses penyelenggaraan PKBL/CSR di JawaTimur. Pemberian informasi ini ditujukan pada semua pihak utamanya pelakupenyelenggara PBKL/CSR dan masyarakat sasaran pemanfaat PKBL/CSR.

4.  Pembentukan Forum PKBL/CSR per 18 Januari 2010

Forum PKBL/CSR ini dibentuk oleh Bappeda untuk melakukan koordinasi, sharinginformasi dan sinkronisasi dalam upaya pengintegrasian program agar lebihkonvergen antara program pemerintah dengan corporate penyelenggara PKBL/CSR.Forum yang telah terbentuk ini telah menjembatani terselenggaranyapenandatanganan atau MoU antara Gubernur dengan corporate tentangpenyelenggaraan PKBL/CSR di Jawa Timur. Penandatanganan ini kesepakatan initelah dilaksanakan di Ngawi yang disaksikan oleh Presiden RI Bapak D. Soesilo

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 11/21

 

Bambang Yudoyono. Adapun penyelenggara PKBL/CSR yang terlibat dalampenandatangan MoU dengan Gubernur Jatim ini sebanyak 14 Corporate.

HASIL RISET (KERJASAMA BAPPEDA PROVINSI JATIM DENGAN LEMBAGA

PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG)

PENELITIAN PERTAMA: “Survey Partisipasi Dunia Usaha Dalam Rangka MenunjangPembiayaan Pembangunan Daerah”, menemukan bukti-bukti yang dapatdisimpulkan sebagai berikut.

a.  Bidang dan Jenis Usaha Korporasi dan UMK

Bidang usaha korporasi dan UMK yang melakukan kerjasama kemitraan umumnya sesuaidengan arah kebijakan pengembangan program jangka panjang Jawa Timur sebagai pusatagribisnisnis terkemuka, berdaya saing dan berkelanjutan. Bentuk badan usaha korporasi umumnyaberpentuk PT dan Perorangan/UD, sedangkan UMK sebagian besar berbentuk Perorangan, sebagianlain tidak berbadan hukum.

b.  Mekanisme Pelaksanaan Kerjasama Kemitraan dengan UMK

Mekanisme kerjasama kemitraan berawal dari identifikasi mitra, seleksi UMK mitra,pembuatan MoU, pembinaan UMK, technical assistance, pendampingan dan Monev. Namun pihakUMK umumnya memandang MoU sebagai hal yang tidak terlalu penting.

Pembinaan UMK, technical assistance, pendampingan dan Monev dilakukan oleh pihakkorporasi sebagai upaya untuk menjamin bahwa proses produksi yang dilakukan oleh UMK akanmenghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan oleh korporasi. Hal inimemberikan manfaat: Pertama, merupakan pembinaan terhadap peningkatan kemampuan UMKdalam kegiatan usahanya; Kedua, memberikan jaminan bagi pihak korporasi terhadapkeberlangsungan usahanya (safety play ).

c.  Bidang dan Pola-pola Kerjasama Kemitraan dengan UMK

Sebagian besar korporasi dan UMK melakukan kerjasama kemitraan dengan UMK dalam bidangproduksi, dengan pola kemitraan intiplasma yang dilakukan melalui kemitraan antara dankemitraan awal. Kondisi ini menggambarkan bahwa UMK belum didukung sumberdaya yangmemadai.

d.  Kapasitas Kegiatan: Cakupan dan Besaran Nilai Kontrak Kerjasama Kemitraan dengan UMK  

Jumlah korporasi sampel yang telah melakukan kerjasama kemitraan dengan UMK di JawaTimur sebanyak 148 korporasi. Secara kumulatif jumlah mitranya sebesar 67.050 UMK, yangmeliputiyang meliputi bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan,  food and baverage, perdagangan, manufaktur, pertambangan, industri kimia, tekstil, produk tekstil dankerajinan. Nilai kerjasama kemitraan (kontrak dan non kontrak) sebesar Rp 3.430.187.479.650,.UMK yang melakukan kontrak, mengalami peningkatan nilai kontrak dari tahun ke tahun.

e.  Kapabilitas: Aspek Output Produksi, Pemasaran, Keuangan/laba, dan Manajemen SDM

Dari aspek output produksi, sebagian besar korporasi yang melakukan kerjasama kemitraanbermanfaat terhadap peningkatan output dan efisiensi biaya produksi; Dari aspek pemasara, relatif dapat meningkatkan luasan segmen pasar dan pangsa pasar; Dari aspek keuangan dapatmeningkatkan efisiensi biaya produksi, daya saing dan peningkatan laba korporasi; Dari aspek SDMdapat meningkatkan efisiensi manajemen SDM, dan mengurangi konflik SDM

Bagi UMK, dari aspek output kerjasama kemitraan dengan korporasi dapat meningkatkanoutput produksi; Dari aspek pemasaran dapat meningkatkan omset dan asset; Dari aspek keuangan

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 12/21

 

dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi dan laba; Dari aspek SDM dapat meningkatkan kualitasSDM dan ketrampilan manajerial.

f.  Strategi Pelaksanaan Kerjasama Kemitraan dengan UMK

Strategi korporasi dalam melaksanakan kerjasama dengan UMK umumnya dilakukan secaratersentralisasi, sebagian kecil secara desentralisasi, dan sebagian lagi kombinasi keduanya. Hal ini

menunjukkan korporasi lebih menekankan pada kemudahan pengendalian dan efisiensi manajemen.Strategi UMK dalam menjalin kemitraan dilakukan melalui pengajuan proposal dan atau

menjaga mutu dan kuantitas produk. Hanya sebagian kecil yang melakukannya melalui pameranproduk. Hal ini menunjukkan bahwa UMK dituntut untuk proaktif mencari peluang dan mampumenjaga pencitraan melalui kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya.

g.  Keberlanjutan Kerjasama Kemitraan

Keberlanjutan kerjasama korporasi dengan UMK sebagian besar didasarkan pertimbanganfrekuensi kerjasama, dan sebagian kecil lainnya karena pengaruh jangka waktu kontrak yangdisepakati.

Sebagian besar kerjasama bersifat kooperatif (tidak saling menggantungkan), sebagian kecillainnya lebih bersifat obligat (adanya saling ketergantungan). Kondisi ini menggambarkan bahwakerjasama kemitraan yang terjalin selama ini sebagian besar belum memberikan jaminankeberlanjutan di masa mendatang.

h.  Permasalahan yang Dihadapi Korporasi atas Kemitraan dengan UMK

Sebagian besar korporasi maupun UMK menyatakan hambatan yang dihadapi dalam kemitraanrelatif sangat kecil dan bisa diatasi. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pihak mampumelaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.

i.  Kebutuhan dan Harapan Keberlanjutan Kerjasama Kemitraan

Hampir keseluruhan korporasi dan UMK sepakat untuk melanjutkan kerjasama kemitraandengan syarat kondisi daya serap pasar, kontinyuitas pasokan produk, serta kualitas produk yangdihasilkan UMK. Adapun syarat yang diajukan UMK adalah kelancaran pembayaran, dan transfertehnologi secara berkelanjutan dari korporasi.

Rekomendasi Hasil penelitian

Berdasarkan temuan potensi, permasalahan dan harapan pelaku kerjasama Pemprov Jawa Timurperlu menciptakan iklim kondusif melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak pada penumbuh-kembangan kerjasama kemitraan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1.  Membentuk Forum Kemitraan Usaha (FKU) Jatim yang berperan sebagai mediator, fasilitator,motivator, akselerator, dan sumber informasi bagi pelaku kerjasama kemitraan. FKU inimerupakan forum independen yang difasilitasi oleh Pemprov yang terdiri dari unsur-unsurbirokrat, pelaku usaha (praktisi), akademisi, dan NGO. Forum ini juga perlu dibentuk di tingkatdaerah oleh Pemerintah Kota/Kabupaten yang fungsinya sebagai ’kepanjangan tangan’ FKUPropinsi Jatim.

2.  FKU Jatim bekerjasama dengan FKU Kota/Kabupaten melakukan mapping potensi dan

permasalahan usaha mikro-kecil dan usaha menengah-besar yang melaksanakan kerjasamakemitraan secara menyeluruh di Jawa Timur. Mensosialisasikan hasil mapping kepada korporasimenengah-besar (termasuk BUMN) dalam upaya penggalian sumber dana lunak dari berbagaisumber

3.  FKU melibatkan multi stake holders di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, yang terdiri atasunsur birokrat, pelaku usaha (praktisi), akademisi, dan NGO, menyusun  platform sistemagribisnis. Sistem yang dibangun ini akan menjadi acuan stake holders untuk mengambil peranpada subsistem sesuai dengan Tupoksinya.

4.  Pemprov Jatim menciptakan suasana kondusif yang memungkinkan usaha mikro-kecil (UMK)dapat mengoptimalkan potensinya, sehingga kerjasama kemitraan yang terjalin dengan usaha

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 13/21

 

menengah-besar (korporasi) terlaksana secara berkesinam-bungan dengan mengedepankannuansa kesetaraan dan saling membesarkan. Untuk itu diharapkan agar penciptaan suasanakondusif tersebut lebih difokuskan pada 4 hal pokok, yaitu:a) Aspek permodalan, yang bisa dilakukan dalam bentuk pembenahan sistem jaminan kredit

diluar ketentuan bank teknis, meningkatkan penyelenggaraan kredit dana bergulir dengansyarat lunak (6%) dan peningkatan baik jumlah maupun layanannya. Hal ini dapat

dilaksanakan melalui koordinasi yang padu dengan BUMN yang mempunyai dana bergulir(PKBL);

b) Aspek pemasaran, yang bisa dilakukan dalam bentuk penggalakan pameran produk UMK,baik dalam maupun luar negeri. Pameran luar negeri diperuntukkan bagi UMK yangmempunyai prospek yang baik di bidang ekspor. Selain itu Pemprov diharapkanmemfasilitasi pembentukan dan pengembangan jaringan usaha pada skala komoditas yangsama atau terkait;

c) Aspek SDM, yang dapat dilakukan dengan meningkatkan upaya pendampingan berupapemberian bimbingan teknis (Bintek) kewirausahaan.

d) Aspek Informasi dan komunikasi, yang dapat dilakukan dengan membangun sistem informasiagribisnis yang berbasis ICT.

5.  Pemberian penghargaan terhadap pelaku kerjasama kemitraan yang mempunyai kinerja baik,spesifik, dan mempunyai nilai kemanfaatan yang tinggi bagi pelaku kerjasama kemitraan.Penghargaan ini menjadi bagian penting dalam upaya menumbuh-kembangkan kemitraan dikalangan usaha menengah-besar dengan mikro-kecil di Jawa Timur.

PENELITIAN KEDUA: “Penyusunan Strategi Kebijakan Efektivitas PemanfaatanCorporate Social Responsibiliti (CSR) Untuk Kinerja Pembangunan Daerah”.Temuan penelitian kedua ini adalah sebagai berikut.

1.  Bidang, Jenis, dan Lingkup Korporasi Penyelenggara CSR di Jawa Timur

a.  Bidang Usaha

Jenis bidang usaha korporasi penyelenggara CSR cukup bervariasi yaitu terdiri atas 13 bidangusaha. Urutan berdasarkan besarnya persentase, ke-13 bidang usaha tersebut antara lainmanufaktur (22.22%), perkebunan (16.67%), tekstil dan produk tekstil (13.89%), perikanan (9.72%),food and beverage (8,33%), pertambangan (8.33%), perdagangan (6.94%), industri kimia (4,17%),peternakan, pertanian, dan kunstruksi/real estate masing-masing 2.78%, dan otomotif (1.39%).

Dilihat dari besarnya nilai CSR yang telah dilaksanakan oleh korporasi terhadap kelompoksasaran, bidang usaha agribisnis sebesar Rp. 369,171,264,500,-Jika dikaitkan dengan bidangperdagangan nilainya sebesar Rp. 372,638,961,373,- atau sebesar 89.09%. Berdasarkan temuan inidapat dikemukakan bahwa strategi menempatkan agribisnis sebagai fokus pengembangan ekonomidi Jawa Timur merupakan satu pilihan yang sangat tepat dan perlu didukung oleh semua pihak.

b.  Jenis Badan Usaha 

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa sebagian besar bentuk badan usaha daripelaku kerjasama kemitraan adalah PT (korporasi 47.1%), dan dalam bentuk CV 24.3%. Selebihnyaperseorangan (21.4%) dan koperasi (7.1%). Badan usaha PT yang menyelenggarakan CSR merupakanbadan usaha dari korporasi sampel penyelenggara CSR yang terbanyak jumlahnya. PT biasanyadipilih karena pertimbangan kemudahan memperoleh dana, dan resiko usaha yang sebatas modal

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 14/21

 

yang disertakan. Bentuk badan usaha Firma tidak ditemui pada jenis badan usaha yangmenyelenggarakan CSR. Berdasarkan ketentuan UU No 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat (1) : Perseroanyang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajibmelaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Realisasi Undang-Undang ini belumsepenuhnya dilaksanakan secara proposional oleh korporasi yang usahanya mengeksploitasi sumberdaya alam. Untuk itu, perlu penjabaran lebih lanjut tentang kebijakan dan peraturan yang lebih

operasional berkaitan dengan masalah penyelenggaraan CSR.

c.  Lingkup Operasional 

Berdasarkan lingkup operasional korporasi penyelenggara CSR sampel, diperoleh data bahwasebagian besar (46,67%) korporasi yang bergerak pada lingkup domestik. Sebanyak 25,33%merupakan korporasi multinasional, dan 22,67% adalah korporasi internasional. Sedang sisanyasebanyak 5.33% merupakan korporasi global/transnasional. Berdasarkan data tersebut, korporasipenyelenggara CSR sebagian besar (53,37%) pada dasarnya adalah korporasi yang bergerak dibidang ekspor. Melalui CSR dapat dilakukan penciptaan kondisi yang kondusif guna menjaga corecompetences-nya. Jika sustainable of supply dapat dilakukan dengan baik, maka perusahaan yangbergerak dalam kegiatan ekspor akan survive dalam pasar, dan hal ini akan menjadi kunci pentingdalam memenangkan persaingan.

2.  Strategi dan Latar Belakang Penyelenggaraan CSR  

a.  Strategi Penyelenggaraan CSR  

Strategi penyelenggaraan CSR umumnya (85.90%) adalah dilaksanakan sendiri oleh korporasi.Sedangkan sebanyak 11.54% diserahkan pada agen swasta, dan sisanya 2.56% diserahkan pada agenpemerintah. Korporasi umumnya menyelenggarakan sendiri kegiatan CSR dengan pertimbangankepentingan dan pengkondisian lingkungan sasaran yang lebih baik, terencana, terkoordinasi, danmemudahkan pelaksanaan Monev dan tindak lanjut program CSR. Dengan melaksanakan sendiri,diharapkan terjalinnya hubungan yang semakin baik antara korporasi dengan masyarakat lingkunganyang menjadi sasasaran CSR.

b.  Latar Belakang Penyelenggaraan CSR  Penyelenggaraan CSR dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di antaranya:

1)  Tanggung jawab sosial perusahaan, mayoritas (98.6%) korporasi yang menyelenggarakan CSRmenyatakan dilatarbelakangi oleh rasa tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya;2)  Peraturan perundang-undangan, diperoleh bukti bahwa 38.6% korporasi yang menyelengarakan

CSR dilatarbelakangi atau dimotivasi oleh adanya ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku. Sedangkan 18.5% penyelenggaraan CSR dilatarbelakangi di luar ketentuanUndang-Undang. Sisanya sebesar 48.6% menyatakan tidak menentukan sikap.

3)  Tanggung jawab moral korporasi, secara umum ( 87.1%) korporasi yang menyelenggarakan CSRdimotivasi oleh rasa tanggung jawab moral, sebagai wujud implementasi bisnis yang beretika.Penerapan CSR mencakup tata kelola perusahaan beretika, seyogyanya bisa dimulai sejak bisnispada skala UMK, sehingga saat berkembang besar tinggal meneruskan atmosfir praktek bisnisberorientasi CSR.

4)  Kegiatan promosi & image building, secara umum (82.9%) korporasi menyatakan bahwapenyelenggaraan CSR oleh korporasi sekaligus dimaksudkan sebagai kegiatan promosi ataumembangun pencitraan publik.

5)  Pengamanan asset, sebagian besar (57.2%) menyatakan bahwa penyelenggaraan CSRdimaksudkan untuk mengamankan asset atau kekayaan korporasi dari gangguan atau berbagaihal yang muncul dari lingkungan tempat korporasi berada.

3.  Mekanisme Penyelenggaraan CSR  Mekanisme penyelenggaraan CSR sebagian besar dilakukan melalui tahapan identifikasi

seleksi sasaran CSR (dilakukan oleh 84.29% korporasi sampling). Perencanaan kegiatan CSR jugadilakukan oleh sebagian (41.43%) korporasi sampling. Selain itu, korporasi yangmengimplementasikan kegiatan CSR sebanyak 62.86% korporasi sampling. Kegiatan technical

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 15/21

 

assistance dilakukan oleh sebanyak 24.29% korporasi sampling. Kegiatan monitoring dan evaluasidalam pelaksanaan CSR masing-masing dilaksanakan oleh 42.86% dan 32.86% korporasi sampling.Sebesar 21.43% korporasi mempunyai rencana tindak lanjut dari mekanisme penyelenggaraan CSR.

4.  Bidang dan Pola Penyelenggaraan CSR  

a. 

Bidang Pembinaan yang Dilaksanaan Korporasi Bidang pembinaan yang dilaksanaan korporasi mencakup dua hal pokok yaitu pembinaan UEP

dan pembinaan sosial kemasyarakatan.

Bidang pembinaan UEP sebagian besar dalam bidang keuangan yaitu sebesar 32.56%. Urutankedua adalah bidang produksi sebesar 26.74% kemudian bidang tenaga kerja sebesar 10.47%, bidangpemasaran sebesar 16.28% dan disusul bidang manajemen sebesar 6.98%.

Pembinaan bidang sosial kemasyarakatan meliputi bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan,seni budaya, kepemudaan dan oleh raga. Bidang pembinaan sosial kemasyarakatan yangmempunyai porsi paling banyak (37,40%) yaitu bidang keagamaan, dan sebesar 22,70% dalam bidangpendidikan. Bidang kepemudaan dan olah raga sebesar 16.76%, bidang kesehatan sebesar 14.59%dan bidang seni budaya sebesar 8.65%. Sisanya sebanyak 16.76% korporasi sampling melakukan

pembinaan sosial kemasyarakatan dalam bidang lainnya. Keberadaan bidang keagamaan ini semakinmenguatkan bahwa nuansa charity selama ini lebih dominan dibandingkan pemberdayaan. Hal iniakan membawa akibat bahwa CSR tidak akan berdampak signifikan terhadap kegiatan UEP.

b.  Pola Penyelenggaraan CSR  

Pola penyelenggaraan CSR umumnya (70%) berbentuk charity , selebihnya polapenyelenggaraan CSR yang bernuansa pemberdayaan sebesar 30%. Pola penyelenggaraan berbentukcharity  ini akan berdampak pada perilaku dan pemanfaatan dana CSR oleh kelompok sasaranpenerima CSR.

5.  Kapasitas Penyelenggaraan CSR  

Jumlah korporasi sampel yang menyelenggarakan CSR di Jawa Timur sebanyak 70 korporasi.

Nilai CSR yang telah dilaksanakan oleh korporasi terhadap kelompok sasaran sebesar418,291,214,191. Nilai penyelenggaraan CSR yang terbesar diselenggarakan oleh korporasi yangbergerak di bidang usaha perkebunan sebesar Rp 368.077.664.500,- (88%). Terbesar kedua adalahbidang usaha manufaktur sebesar Rp 36.048.978.000,- (8.62%), dan industri kimia sebesar Rp8.544.086.500,00 (2,04%), dan Sisanya bidang kerajinan (lainnya) sebanyak 11.608.925.318,00(2,78%).

Perkebunan mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap kegiatan CSR. Korporasi dibidang perkebunan ini umumnya membutuhkan lingkungan yang aman, melibatkan tenaga kerjayang cukup besar, sehingga mempunyai kontribusi yang terbesar dalam hal nilai CSR yangdikucurkannya.

6.  Kapabilitas Pelaksana CSR  

Kapabilitas Pelaksana CSR meliputi empat aspek, yaitu.a.  Sebagian besar (70%) korporasi penyelenggara CSR mampu mencapai tujuan program CSR secaraakurat sesuai dengan keinginan korporasi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesungguhan darikorporasi untuk melaksanakan CSR.

b.  Pelaksanaan program CSR yang telah dilaksanakan korporasi sebagian besar (71.4%) dapatdipertanggung-jawabkan atau akuntabel.

c.  Pelaksanaan program CSR umumnya (77.1%) terselenggara secara transparan, hanya sebagiankecil (5.7%) pelaksanaan program CSR oleh korporasi dinilai kurang transparan.

d.  Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan CSR umumnya (82.9%) tergolong tinggi. Apresiasimasyarakat biasanya diwujudkan dalam bentuk dukungan terhadap program CSR yang dirasakan

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 16/21

 

mempunyai benefiditas yang tinggi. Jika masyarakat sasaran CSR telah merasakan manfaattersebut, biasanya diikuti oleh peningkatan partisipasi masyarakat.

7.  Keberlanjutan Program CSR  

a.  Tingkat Kesesuaian Program CSR 

Tingkat kesesuaian program CSR meliputi:1)  Kesesuaian program CSR dengan program pemerintah, secara umum (70%) tergolong memilikitingkat kesesuaian yang sangat tinggi. Dalam praktiknya CSR lebih diorientasikan pada aspeksosial. Di masa mendatang program pemerintah tentang CSR sebaiknya lebih diorientasikanpada recovery sumber daya alam yang telah dieksplorasi oleh korporasi.

2)  Secara umum (92.8%) korporasi menyatakan bahwa terdapat kesesuaian yang sangat tinggiantara program CSR dengan nilai/norma di masyarakat. Kesesuaian program CSR dengannilai/norma masyarakat sangatlah tinggi dan dipersepsi sama oleh sebagian besar korporasi.

3)  Sebagian besar (92.9%) korporasi menyatakan bahwa penyelenggaraan program CSRdilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. CSR sangat dibutuhkan oleh masyarakat danjuga dibutuhkan oleh korporasi. Kedua belah pihak saling membutuhkan untuk kepentinganyang berbeda.

b.  Tingkat Kemanfaatan Program CSR  Tingkat kemanfaatan program CSR bisa dilihat dari tiga sisi berikut.

1)  Bagi korporasi, umumnya (85.7%) menyatakan bahwa penyelenggaraan program CSR memilikitingkat manfaat yang sangat tinggi bagi korporasi,  hanya 1.4% korporasi yang menyatakanprogram CSR tidak bermanfaat bagi korporasi. Hal ini mengisaratkan bahwa korporasi akanselalu berupaya meningkatkan penyelenggaraan CSR di masa mendatang.

2)  Bagi pemerintah, umumnya (81.4%) korporasi menyatakan bahwa penyelenggaraan program CSRsangat bermanfaat bagi pemerintah dan hanya sebagian kecil (4.3%) korporasi yang menyatakanpenyelenggaraan program CSR tidak bermanfaat bagi pemerintah.

3)  Bagi masyarakat, umumnya (98.6%) korporasi menyatakan bahwa penyelenggaraan program CSRsangat bermanfaat bagi masyarakat. Meskipun dalam praktiknya masih ditemui beberapapermasalahan dan kendala.

c.  Tingkat Kerumitan Program CSR  

Berdasarkan data di Bab IV, mayoritas korporasi (47.1%) menyatakan bahwa tingkatkerumitan program CSR rendah dengan kata lain bahwa penyelenggaraan program CSR mudah,namun sebesar 20% korporasi menyatakan tingkat kerumitan program CSR tinggi. Korporasi yangmempersepsi kemuritan CSR tinggi, bisa jadi karena belum matangnya perencanaan yang dibuatoleh korporasi yang bersangkutan.

Masalah yang sering muncul yang dihadapi korporasi antara lain.

1)  Terdapat kesenjangan antara kemampuan pengelolaan administrasi masyarakat dengantuntutan korporasi penyelenggara CSR. Masih rendahnya kemampuan masyarakat dalammengelola bantuan CSR khususnya manajemen adminstratif yang menjadi persyaratanperusahaan sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban masyarakat penerima bantuan CSR

2)  Belum adanya data-based sebagai buah dari tehnologi informatika tepat guna yang mendukungkegiatan sasaran CSR, sehingga sering terjadi overlap dalam pelaksanaan penyelenggaraan CSR.

d.  Tingkat Keberhasilan Program CSR 

Jika dilihat dari tingkat keberhasilan pelaksanaan program CSR, mayoritas korporasi (78.6%)menyatakan tingkat keberhasilan program CSR sangat tinggi, bahkan hanya 1.4% saja korporasiyang menyatakan tingkat keberhasilan program CSR adalah tergolong rendah. Hal ini menunjukkanbahwa program CSR juga dibutuhkan oleh korporasi maupun masyarakat. Akan tetapi dalam

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 17/21

 

pelaksanaan masih dijumpai beberapa permasalahan yang menghambat pelaksanaan program CSR,di antaranya.

o  Mental masyarakat yang suka menganggap CSR sebagai charity yang dikeluarkan oleh korporasi.o  Kurangnya pemahaman aparat, masyarakat, dan korporasi tentang peraturan perundang-

undangan sekitar CSR dan filosofi konsep CSR.o  Pimpinan korporasi yang menganggap CSR adalah kewenangan sepenuhnya korporasi, dan tidak

menghendaki campur tangan pemerintah dalam mengatur penyelenggaraan CSR.o  Kemauan masyarakat sasaran penerima CSR dalam mengembangkan potensi diri sendiri

dipersepsi rendah oleh korporasi.

Rekomendasi Hasil Penelitian 

1.  Dasar Pertimbangan

a.  Potensi CSR sebagai sumber pembiayaan pembangunan

1)  Kebijakan CSR masih relatif baru, disosialisasikan th. 2007. Berdasarkan ketentuan UU No 40Tahun 2007 Pasal 74 ayat (1) : Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidangdan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial danLingkungan. Realisasi Undang-Undang ini belum sepenuhnya dilaksanakan secara proposionaloleh korporasi yang dalam kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam. Berdasarkansurvey, terdapat 8 korporasi (11,43%) yang bergerak di bidang eksplorasi sumberdaya alamdengan nilai CSR Rp 4.909.571.873,00 (atau 1,17% dari total CSR Rp 418.291.214.191,00).Berdasar data ini diketahui bahwa pada umumnya yang melakukan kegiatan CSR justru darikorporasi yang mempunyai bidang usaha di luar eksplorasi sumberdaya alam.

2)  Beberapa perusahaan masih belum mampu melaksanakan CSR tahun 2008, karena masihmelakukan pembenahan manajemen sebagai akibat dari adanya krisis ekonomi. Dari hasilsurvey banyak perusahaan yang merencanakan melaksanakan CSR tahun 2009.

3)  Pelaksana CSR dari hasil survey tidak hanya oleh perusahaan dalam bentuk PT, tetapi juga CV,koperasi dan perorangan. Hal ini menunjukkan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan bukansemata-mata karena kewajiban sebagai akibat perundangan UU PT, namun juga merupakanbagian dari strategi bisnis (pengamanan core competences, promosi dan building image)

4)  Pelaksanaan CSR ada yang dilakukan sendiri oleh perusahaan, diserahkan kepihak ke dua (agenpelaksana), yang menarik ada yang diserahkan ke pihak pemerintah untuk melaksanakannya.

5)  Kegiatan CSR banyak dilakukan di bidang pendidikan, keagamaan, kesehatan, kepemudaan,seni budaya, dan kegiatan fisik, serta peringatan hari-hari besar.

6)  Sebagian besar pelaksanaan CSR dalam bentuk Charity , dan sebagian kecil dalam bentukpemberdayaan.

7)  Operasional CSR dilakukan dengan transparan, akuntabel, serta melibatkan partisipasimasyarakat untuk akurasi pencapaian tujuan CSR.

8)  Kegiatan CSR yang dilakukan korporasi telah sesuai dengan program pemerintah, sejalandengan norma/nilai-nilai yang berkembang di masyarakat serta sesuai dengan kebutuhanmasyarakat.

9)  Korporasi dan masyarakat sasaran merasakan bahwa program CSR sangat bermanfaat.10) Untuk pelaksanaan kegiatan CSR tahun 2008 secara umum hasilnya sesuai dengan harapan

korporasi pelaksana CSR, meskipun masih perlu dioptimalkan.11) Hasil survey di delapan kabupaten/kota terhadap 70 korporasi menunjukkan bahwa total dana

CSR tahun pada tahun 2008 mencapai Rp 418.291.214.191,-. dengan jumlah sasaran mencapai22.617 yang terdiri dari perorangan, kelompok masyarakat, organisasi, Desa/Kelurahan danatau Kecamatan.

12) Dilihat dari besarnya nilai CSR yang telah dilaksanakan, bidang usaha agribisnis sebesar Rp.369,171,264,500,-Jika dikaitkan dengan bidang perdagangan nilainya sebesar Rp.372,638,961,373,- atau sebesar 89.09%.

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 18/21

 

b.  Permasalahan dan Kendala Pelaksanaan CSR 

1)  Perijinan pelaksanaan kegiatan CSR di instansi terkait relatif lambat. Hal ini seringkali menjadipenghambat pelaksanaan kegiatan CSR di lapangan;

2)  Sebagian masyarakat beranggapan bahwa CSR identik dengan "upeti" atau bantuan ”uangtunai” perusahaan kepada masyarakat, sehingga peruntukannya tidak perlu dikembangkan dandipertanggungjawabkan karena sifatnya hadiah.

3)  Persepsi korporasi bahwa tugas memberdayakan masyarakat adalah kewajiban pemerintah danposisi perusahaan sebagai pendukung. Oleh karena itu korporasi menyikapi bahwa kegiatan-kegiatan yang melibatkan instansi pemerintah tidak boleh dialokasikan biaya.

4)  Kemauan masyarakat sasaran penerima CSR dalam mengembangkan potensi diri sendiridipersepsi rendah oleh korporasi. Kondisi ini mencerminkan rendahnya motivasi masyarakatsasaran CSR untuk berkembang.

5)  Dirasakannya terdapat kesenjangan antara kemampuan pengelolaan administrasi masyarakatdengan tuntutan korporasi penyelenggara CSR. Masih rendahnya kemampuan masyarakat dalammengelola bantuan CSR khususnya manajemen adminstratif yang menjadi persyaratanperusahaan sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban masyarakat penerima bantuan CSR.

6)  Belum terjalinnya komunikasi yang harmonis antara stakeholders dengan masyarakat sasaranCSR, sehingga seringkali terjadi konflik yang kontra produktif, dan tidak seharusnya terjadi.

7)  Belum adanya data-based kegiatan sasaran CSR, sehingga sering terjadi overlap dalam

pelaksanaan penyelenggaraan CSR. Kondisi ini merupakan pemborosan pembiayaanpembangunan.

8)  Belum banyaknya korporasi yang sadar akan pentingnya melakukan CSR, dan di sisi lainmasyarakat belum memahami benar fungsi CSR. Hal ini menimbulkan beberapa permasalahanyang justru merugikan kedua belah pihak.

9)  Adanya pihak yang tidak bertanggungjawab untuk mencari uang dan keuntungan sendiri denganberdalih kepentingan sosial madyarakat, dengan membuat proposal fiktif, meminta dengansedikit memaksa.

10) Masyarakat membutuhkan bantuan dari pihak perusahaan untuk kegiatan sosial, baikpendidikan maupun kegiatan sosial keagamaan lainnya. Sebagian besar masyarakatberpendapat bahwa CSR merupakan sumbangan biasa yang memang selayaknya dilakukanperusahaan sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Mereka umumnyamemahami bahwa CSR hanya diperuntukkan kegiatan sosial di lingkungan perusahaan. Persepsi

yang sama seringkali juga dilakukan oleh korporasi dengan dalih pengamanan core competences dari perusahaan yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa hakikat penyelenggaraan CSRbelum sepenuhnya dipahami secara substansial oleh kedua belah pihak.

11) Program CSR dibaurkan dengan kegiatan kemitraan, sehingga tidak jelas besaran dan wujudnya.Hal ini dilakukan oleh perusahaan dengan dalih keterpaduan dan pengoptimalan kemanfaatanCSR bagi pengembangan usaha mikro-kecil yang ada di bawah binaan korporasi. CSR dikaburkanoleh korporasi agar dipersepsi ”kemudahan” atau ”pelatihan gratis” oleh masyarakat sasaranyang juga binaan korporasi. Pada praktik semacam ini menjadikan masyarakat sasaran yangmenjadi obyek CSR mempersepsi korporasi sebagai perusahaan yang mempunyai brand imageyang baik.

12) Birokrasi pemerintah dikesani mempersulit dan menambah cost tanpa menambah manfaat daripenyelenggaraan CSR, sehingga kegiatan CSR dilaksanakan sendiri oleh perusahaan tanpa perlumemberitahu dan berkoordinasi dengan instansi pemerintah yang terkait.

13) Pelaksanaan CSR sering tidak terprogram dan tidak berkesinambungan, sehingga selain overlapjuga daya manfaat yang diterima masyarakat kurang optimal. Beberapa korporasi lebihmemperlakukan CSR dalam bentuk charity.

14) CSR disamakan dengan istilah Community Development yang memiliki kemiripan maknadengan CSR, dimana perusahaan mengeluarkan pembiayaan untuk community developmentdalam bentuk fisik maupun nonfisik.

15) Dinas yang terkait dengan CSR (misal, Pertanian) tidak memiliki data konkret tentangkemitraan dan CSR yang telah dilaksanakan oleh korporasi, dan tidak mempunyai kemauanuntuk melaksanakan pendataan. Hal ini menyulitkan Dinas terkait dalam melakukan koordinasi

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 19/21

 

tentang pelaksanaan CSR. Ini terjadi karena belum dipahaminya peraturan perundangan yangberlaku bagi koporasi sehingga wajib menyelenggarakan CSR.

16) Mental masyarakat yang suka menganggap CSR sebagai charity yang dikeluarkan oleh korporasi.Masyarakat kurang akuntabel dalam menyikapi CSR.

17) Kurangnya pemahaman aparat, masyarakat, dan korporasi tentang peraturan perundang-undangan sekitar CSR dan filosofi konsep CSR.

18) Pimpinan korporasi yang menganggap CSR adalah kewenangan sepenuhnya korporasi, dan tidakmenghendaki campur tangan pemerintah dalam mengatur penyelenggaraan CSR.19) Kondisi perekonomian yang labil dan kecenderungan menurunnya kinerja korporasi yang

menyebabkan turunnya kontribusi korporasi dalam kegiatan CSR.

c.  Kebutuhan dan Harapan Masyarakat terhadap CSR 

Harapan yang diinginkan berbagai pihak, khususnya masyarakat terhadap program CSR iniadalah seabagai berikut.

1)  Membantu memperlancar kegiatan usaha masyarakat melalui pemberian bimbingan danpelatihan keahlian tertentu untuk membuka atau mengembangkan usaha baru yang mengarahkepada kemandirian ekonomi masyarakat.

2)  Membantu meringankan beban masyarakat baik bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan,

meskipun Pemerintah telah memulai dengan program pendidikan dan layanan kesehatan gratis,tetapi faktanya masih banyak berbagai hal yang menjadi pengeluaran masyarakat.

3)  Masyakat dan perusahaan terjalin komunikasi dan sinergi positif yang saling menguntungkankedua belah pihak. Adanya pengakuan bahwa masyarakat di lingkungan korporasi sebagai mitraperusahaan. Hubungan timbal balik ini memerlukan fasilitasi pemerintah guna terbangunnyasituasi yang kondusif dan masing-masing mampu berkembang sesuai dengan perannya.

4)  Masyarakat menginginkan agar korporasi dapat menciptakan lingkungan sehat, dan bebaspencemaran polusi. Untuk menjaga kondisi ini, pemerintah hendaknya berbuat lebih proaktif,memberikan jalan keluar masalah yang terbaik dan menguntungkan semuanya. Penerapanaturan hendaknya dibarengi dengan pembudayaan aturan itu melalui berbagai kegiatansosialisasi baik bagi masyarakat maupun dunia usaha.

5)  Perusahaan membutuhkan ketenangan, lingkungan yang nyaman dan korporasi bersediamengutamakan penerimaan tenaga kerja dari lingkungan perusahaan. Guna memenuhi

kebutuhan dan harapan tersebut, pemerintah diharapkan bisa memberikan fasilitas pelatihansesuai dengan kebutuhan tenaga oleh perusahaan.6)  Perlu adanya recovary sumberdaya yang menopang keberlanjutan kegiatan korporasi (misal,

terganggunya siklus hidrologi), atau adanya masukan energi sebagai akibat dari proses produksiyang mengakibatkan penurunan fungsi lingkungan (misal, rusaknya kawasan sungai dan pantaikarena limbah industri, pencemaran tanah karena penggunaan pupuk yang berlebihan).

2.  Rekomendasi Pengembangan CSR ke depan

a.  Pemerintah perlu memberikan penjabaran terhadap dasar hukum CSR ke dalam aturan-aturanyang lebih operasional, untuk penyamaan persepsi tentang urgensi dan permasalahan dalamopersionalisasi kegiatan CSR.

b.  Aturan yang disusun hendaknya mengacu pada filosofi CSR, yaitu tanggung jawab terhadappelestarian sumberdaya alam sebagai penompang keberlanjutan kehidupan, namun demikian

aturan tersebut tetap memberikan peluang pada korporasi untuk menuangkan aspirasinya terkaitdengan kepentingan perlindungan terhadap core competences, promosi, serta pencitraan publik.

c.  Pentingnya pemerintah memfasilitasi pelaksanaan CSR oleh korporasi, dengan tanpa membatasikepentingan perusahaan terkait dengan CSR (misal, aspek promosi, perlindungan aset, dll). Bentukfasilitasi pemerintah dapat berupa fasilitasi perijinan pelaksanaan CSR, penyediaan data,sosialisasi tentang CSR kepada masyarakat, dan sharing program.

d.  Pemerintah perlu melaksanakan koordinasi dengan korporasi dalam rangka memparalelkan(sebagai tahap awal untuk mengarah pada keterpaduan program) program CSR korporasi denganprogram pemerintah sehingga tidak terjadi overlaping program.

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 20/21

 

e.  Perlu adanya pengurangan CSR yang bentuknya cherity , sebagai langkah awal untuk mengarahkanCSR dalam bentuk pemberdayaan. Cherity dapat menumbuhkan ketergantungan masyarakat danrendahnya rasa tanggungjawab terhadap penggunaan dana CSR.

f.  Pemerintah perlu memberikan penghargaan terhadap perusahaan yang dengan suka relamelaksanakan CSR karena tanggungjawab sosial dan moral. Bentuk penghargaan bisa berupadukungan kebijakan kepada korporasi, dan fasilitasi pemerintah terhadap korporasi yang

melaksanakan CSR.g.  Perlunya dibangun komunikasi yang lebih intensif antara pemerintah dan dunia usaha terhadappelaksanaan CSR. Akan lebih efektif jika komunikasi tersebut diwadahi dalam suatu forum ( forumCSR) di tingkat propinsi dan kabupaten/kota, dalam rangka koordinasi dan pemaduan program.

h.  Perlu dikembangkan ide kreatif untuk memadukan program CSR dengan program kemitraan yangsaat ini tengah dilaksanakan oleh dunia usaha, dengan mempertimbangkan prioritas program-program pembangunan di Jawa Timur. Secara umum program pengembangan CSR di Jawa Timurdigambarkan dalam skema berikut.

5/17/2018 Sejarah Csr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-csr-55b07d8757465 21/21

 

 

Gambar 1. Skema pengembangan program CSR, yang dipadukan dengan program pembangunanbidang ekonomi dan Program Kerjasama Kemitraan korporasi di Jawa Timur.

Pemetaan SDAterkait kegiatan

korporasi

Recovary SDAkritis

Pemberdayaa

n masyarakat

Kegiatan CSR 

Pemetaan profilmasyarakat

sasaran CSR 

Peta potensi SDA

Provinsi Jawa Timur

Program CSR Jatim

Visi Jawa Timur

Tahun 2025

Pemberdayaanmasyarakat

dibidang agribisnis

Peta Agribisnis

Provinsi Jatim

Program pembangunan

agribisnis Provinsi Jatim 

Pelaksanaan pembangunan

agribisnis

Rekaveri SDA

kritis

ProgramKerjasamaKemitraan