sejarah, agama dan tradisi suku tengger gunung...

18
Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Oleh: Alpha Savitri

Upload: vudung

Post on 01-Feb-2018

270 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama dan Tradisi Suku TenggerGunung Bromo

Oleh: Alpha Savitri

Page 2: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

2

Kata PengantarSyukurlah, akhirnya ebook berjudul Sejarah, Agama, dan Tradisi SukuTengger Gunung Bromo ini selesai.

Sesungguhnya ini merupakan catatan sederhana, yang berisi panduan awal bilasobat ingin memperdalam sejarah, agama, dan tradisi Suku Tengger. Sayamenulisnya sambil “menjahit sana-sini” dari beberapa sumber, baik buku, blog,website, maupun brosur biro perjalanan.

Kenapa saya ingin menulis catatan sederhana ini? Karena menurut saya, Bromodan Suku Tengger sangat terkenal. Siswa-siswi baik tingkat dasar maupunmenengah juga sering mencari bahan bacaan tentang Suku Tengger. Biroperjalanan wisata pun rajin mempromosikan daerah ini.

Ketika kita berselancar di internet, banyak sekali tulisan dan foto tentang SukuTengger, adat dan agama. Namun catatan-catatan tentang sejarah, agama, dantradisi Suku Tengger lebih banyak berserakan dan untuk menjadikannya sebagaigambar besar di pikiran, kita masih harus menjahitnya satu per satu.

Alangkah baiknya bila saya bisa menambah referensi tentang Tengger diinternet, Saya ingin menyatukan mosaik-mosaik tentang suku Tengger tersebutsehingga sobat yang memerlukan “gambar besar” tentang suku Tengger bisadifasilitasi.

Saya tahu jahitan-jahitan saya ini belum rapi benar dan masih banyakkekurangannya. Saya ingin terus merevisi dan mengupdate catatan sederhanasaya ini bila ada info-info terbaru yang menurut saya penting untuk diketahui.

Bila sobat memiliki pandangan tentang bagaimana catatan sederhana ini perludiperbaiki, atau sobat memiliki bahan-bahan yang bisa memperkayanya, mohondi-sharing-kan. Terima kasih atas kesediaannya mendownload, membaca danmungkin sharing tentang materi ini.

Awal Februari 2010

Alpha Savitri

Page 3: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

3

Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger 4

I. Nenek Moyang: Rara Anteng dan Jaka Seger 5

II. Sejarah Gunung Batok, Lautan Pasir, Kawah Bromo 7

III. Kisah Baju Antrakusuma 8

IV. Dukun: Pimpinan Agama dan Adat Suku Tengger 8

V. Macam-macam Upacara Adat Suku Tengger 9V.1. Upacara Kasada 9V.2. Upacara Karo 10V.3. Upacara Unan-Unan 11V.4. Upacara Kapat 12V.5. Upacara Kawulu 12V. 6. Upacara kasanga 13V.7. Upacara Mayu Desa 13

VI. Konsep tentang Manusia 14VI.1. Hamil, Lahir, Pernikahan 14VI.2. Kematian 15

VII. Lain-lain 16

VIII Penutup 17

Daftar Pustaka 18

Page 4: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

4

Sejarah, Agama dan Tradisi Suku TenggerSuku Tengger yang beragama Hindu hidup di wilayah Gunung Bromo, KabupatenProbolinggo, Jawa Timur. Pada tahun 1985 jumlah mereka sekitar 40 ribu.

Ada banyak makna yang dikandung dari kata Tengger. Secara etimologis,Tengger berarti berdiri tegak, diam tanpa bergerak (Jawa). Bila dikaitkan denganadat dan kepercayaan, arti tengger adalah tengering budi luhur. Artinya tandabahwa warganya memiliki budi luhur.

Makna lainnya adalah: daerah pegunungan. Tengger memang berada padalereng pegunungan Tengger dan Semeru. Ada pula pengaitan tengger denganmitos masyarakat tentang suami istri cikal bakal penghuni wilayah Tengger,yakni Rara Anteng dan Joko Seger. Selain itu, di wilayah ini terdapat pulacerita tentang Sejarah Gunung Batok, Lautan Pasir, Kawah Bromo. Kisahlainnya menyangkut Ajisaka aksara Jawa, juga kisah Klambi Antrakusuma.

Sejarah Tengger dari sisi ilmiah erat kaitannya dengan Prasasti Tenggerbertahun 851 Saka (929 Masehi), diperkuat Prasasti Penanjakan bertahun 1324Saka (1402 Masehi). Disebutkan sebuah desa bernama Wandalit yang terletak dipegunungan Tengger dihuni oleh Hulun Hyang (hamba Tuhan = orang-orangyang taat beragama) yang daerah sekitarnya disebut hila-hila (Suci). Karenaitulah kawasan Tengger merupakan tanah perdikan istimewa yang dibebaskandari pembayaran pajak oleh pusat pemerintahan di Majapahit.

Masyarakat Tengger dikenal luas beragama Hindu, berpadu dengan kepercayaantradisional. Hindu masyarakat Tengger berbeda dengan Hindu di Bali.Perbedaannya antara lain, Hindu Tengger tidak mengenal ngaben sebagaiupacara kematian sebagaimana di Bali.

Nancy J. Smith, seorang peneliti menyatakan, mantra-mantra yang dipakai dalamupacara mirip juga dengan mantra Budha sehingga masyarakat luas jugamenyatakan bahwa suku Tengger beragama Budha. Namun menurut Nancy,Budha di sini bukan dalam pengertian agama, melainkan istilah yang lazimdipakai masyarakat Jawa untuk menyebut agama sebelum Islam. Memang, padazaman Majapahit diakui ada dua agama, yakni Hindu dan Budha. Pada abad ke-14 setelah masuknya Islam, kata “Budha” dipakai untuk orang yang belummenganut Islam.

Page 5: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

Kaum Tengger dikenal taat beribadah dan menjalankan adat istiadat denganbaik. Tak heran banyak cerita lama, mitos, dan legenda dari daerah ini. IlmuwanAsing pun juga menelusuri sejarah Masyarakat Tengger.

Masyarakat Tengger menghayati sesanti “Titi Luri” ((“Titi Luri”, berarti mengikutijejak para leluhur atau meneruskan Agama, Kepercayaan dan Adat-istiadatnenek moyang secara turun temurun).

Jadi Setiap upacara dilakukan tanpa perubahan, persis seperti yang dilaksanakanoleh para leluhurnya berabad-abad yang lalu

Masyarakat Tengger dikenal jujur, patuh, dan rajin bekerja. Mereka hidupsederhana, tenteram, dan damai. Tidak terbatas laki-laki, namun wanitapunjuga, yang dewasa maupun anak-anak, semua berkain sarung.

I. Nenek Moyang Kaum Tengger: Rara Anteng dan JakaSeger

Sebagaimana disebut di atas, Tengger biasa dikaitkan juga dengan mitosmasyarakat tentang suami istri yang merupakan cikal bakal penghuni wilayahTengger, yakni Rara Anteng dan Joko Seger. Sehingga bila nama keduanyadiringkas menjadi: Tengger.

Alkisah, pada zaman dahulu,ada seorang putri RajaBrawijaya dengan PermaisuriKerajaan Majapahit. NamanyaRara Anteng. Karena situasikerajaan memburuk, RaraAnteng mencari tempat hidupyang lebih aman. Ia dan parapunggawanya pergi kePegunungan Tengger. DiDesa Krajan, ia singgah satuwindu, kemudian melanjutkan perjalanan ke PananjPananjakan dan mulai bercocok tanam. Rara Antengoleh Resi Dadap, seorang pendeta yang bermukim d

Sementara itu, Kediri juga kacau sebagai akibat situSeger, putra seorang brahmana, mengasingkan dirimencari pamannya yang tinggal di dekat Gunung Brmendapatkan informasi adanya orang-orang MajapaPananjakan. Joko Seger pun melanjutkan perjalana

5

akan. Ia menetap dikemudian diangkat anak

i Pegunungan Bromo.

asi politik di Majapahit. Jokoke Desa Kedawung sambilomo. Di desa ini, Joko Segerhit yang menetap di

nnya sampai Pananjakan.

Sendratari Rara Anteng – Joko Seger

Page 6: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

6

Joko Seger tersesat dan bertemu Rara Anteng yang segera mengajaknya kekediamannya. Sesampai di kediamannya, Rara Anteng dituduh telah berbuatserong dengan Joko Seger oleh para pinisepuhnya. Joko Seger membela RaraAnteng dan menyatakan hal itu tidak benar, kemudian melamar gadis itu.Lamaran diterima. Resi Dadap Putih mengesahkan perkawinan mereka.

Sewindu sudah perkawinan itu namun tak juga mereka dikaruniai anak. Merekabertapa 6 tahun dan setiap tahun bergantiarah. Sang Hyang Widi Wasa menanggapisemedi mereka. Dari puncak Gunung Bromokeluar semburan cahaya yang kemudianmenyusup ke dalam jiwa Rara Anteng danJoko Seger. Ada pawisik mereka akandikaruniai anak, namun anak terakhir harusdikorbankan di kawah Gunung Bromo.

Pasangan ini dikarunia 25 anak sesuai permohonan mereka, karena wilayahTengger penduduknya sangat sedikit. Putra terakhir bernama R Kusuma.

Bertahun-tahun kemudian Gunung Bromo mengeluarkan semburan api sebagaitanda janji harus ditepati. Suami istri itu tak rela mengorbankan anak bungsumereka. R Kusuma kemudian disembunyikan di sekitar Desa Ngadas. Namunsemburan api itu sampai juga di Ngadas. R Kusuma lantas pergi ke kawahGunung Bromo. Dari kawah terdengar suara R Kusuma supaya saudara-saudaranya hidup rukun. Ia rela berkorban sebagai wakil saudara-saudaranyadan masyarakat setempat. Ia berpesan, setiap tanggal 14 Kesada, minta upetihasil bumi. Cerita lain menunjukkan saudara-saudara R Kusuma menjadi penjagatempat-tempat lain.

Maka setiap tanggal 14 bulan purnama di bulan Kasada, dikirimilah RadenKusuma beragam hasil ladang ke kawah Gunung Bromo. Upacara persembahantersebut menjadi tradisi yang diselenggarakan secara turun temurun hinggasekarang yang diberi nama Yadnya Kasada.

Dukun selalu meriwayatkan kisah Joko Seger – Rara Anteng.

Berikut ini nama-nama 25 anak Joko Seger – Rara Anteng. Mereka dihubungkandengan tempat-tempat yang dianggap keramat di Bromo dan sekitarnya.

1. Tumenggung Klewung (Gunung Ringgit)2. Sinta Wiji (Gunung Kidangan)3. Ki Baru Klinting (Lemah Kuning)4. Ki Rawit (Gunung Sumber Semani)

Sendratari Rara Anteng – Joko Seger

Page 7: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

7

5. Jinting Jinah (Gunung Jinahan)6. Ical (Gunung Pranten)7. Prabu Siwah (Gunung Lingga)8. Cokro Pranoto Aminoto (Gunung Gendera)9. Tunggul Wulung (Cemoro Lawang)10. Tumenggung Klinter (Gunung Penanjakan)11. Raden Bagus Waris (Watu Balang)12. Ki Dukun (Watu Wungkuk)13. Ki Pranoto (Poten)14. Ni Perniti (Gunung Bajangan)15. Petung Supit (Tunggukan)16. Raden Mas Sigit (Gunung Batok)17. Puspa Ki Gentong (Widodaren)18. Kaki Teku Niti Teku (Guyangan)19. Ki Dadung Awuk (Banyu Pakis)20. Ki Demeling (Pusung Lingker)21. Ki Sindu Jaya (Wonongkoro)22. Raden Sapujagad (Pundak Lemdu)23. Ki Jenggot (Rujag)24. Demang Diningrat (Gunung Semeru)25. Raden Kusuma (Gunung Bromo)

II. Sejarah Gunung Batok, Lautan Pasir, Kawah Bromo

Di wilayah pegunungan di Tengger, kita mengenal adanya Gunung Batok,Lautan Pasir, dan Kawah Gunung Bromo yang terkenal. Ternyata merekapunya asal-usul dan sejarah dalam bentuk legenda. Dan legenda tersebut nggakjauh-jauh dari tokoh Rara Anteng.

Sebelum Rara Anteng dinikahi Joko Seger, terdapat Kyai Bima, penjahat saktiyang naksir. Rara Anteng tidak bisa menolak begitu saja lamaran itu. Iamenerimanya dengan syarat, Kyai Bima membuatkan lautan di atas gunung danselesai dalam waktu semalam.

Kyai Bima menyanggupi persyaratan tersebut dan bekerja keras menggali tanahuntuk membuat lautan dengan menggunakan tempurung (batok) yang bekasnyasampai sekarang menjadi Gunung Bathok, dan lautan pasir (segara wedhi)terhampar luas di sekitar puncak Gunung Bromo. Untuk mengairi lautan pasirtersebut, dibuatnya sumur raksasa, yang bekasnya sekarang menjadi kawahGunung Bromo.

Rara Anteng cemas melihat kesaktian dan kenekatan Kyai Bima. Ia segeramencari akal untuk menggagalkan minat Kyai Bima atas dirinya. Ia pun

Page 8: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

8

menumbuk jagung keras-keras seolah fajar telah menyingsing, padahal masihmalam. Mendengar suara orang menumbuk jagung, ayam-ayam bangun danberkokok. Begitu pula burung. Kyai Bima terkejut. Dikira fajar telah menyingsing.Pekerjaannya belum selesai. Kyai Bima lantas meninggalkan Bukit Penanjakan. Iameninggalkan tanda-tanda:

1.Segara Wedhi, yakni hamparan pasir di bawah Gunung Bromo2.Gunung Batok, yakni sebuah bukit yang terletak di selatan Gunung Bromo,berbentuk seperti tempurung yang ditengkurapkan.3.Gundukan tanah yang tersebar di daerah Tengger, yaitu: Gunung Pundak-lembu, Gunung Ringgit, Gunung Lingga. Gunung Gendera, dan lain-lain.

III. Kisah Baju Antrakusuma

Tersebutlah dua orang bernama Mbah Tunggak dan Mbah Tampa. Merekabertapa di Gua Purwana, sebelah timur pedukuhan Baledono. Saat tengahmalam mereka melihat benda di angkasa. Benda itu mereka ikuti. Akhirnyabenda itu turun di Tunggul Wulung, kurang lebih 1 km dari Tosari ke arahNgadiwono. Benda itu berhasil dipegang, namun lepas dan terbang kembali. Saatitu benda yang ternyata Baju Antrakusuma tersebut berkata: aku gelemdienggo, ning rumaten sing apik (aku mau dipakai, tapi pelihara dengan baik).

Kini benda itu tak ada lagi. Konon dijual Dukun Tosari bernama Pak Kamar. Saatmeninggal jasad Pak Kamar hancur membusuk dalam waktu singkat.

Istilah Antrakusuma dipakai di Kabupaten Pasuruan: Tosari, Wonokitri, Sedaeng,Ngadiwono. Sedangkan istilah Antakusuma dipakai di Kabupaten Probolinggo,seperti Ngadas, Ngadisari, dan Sukapura.

IV. Dukun: Pimpinan Agama dan Adat

Kepala kelompok-kelompok masyarakat disebut Dukun. Dukun sebagai pimpinanAgama sekaligus sebagai KepalaAdat, bertugas dan bertanggungjawab memimpin upacara-upacara adat. Dalam menunaikantugasnya, Dukun dibantu olehbeberapa orang petugas yaitu:

Wong Sepuh, bertugassebagai pembantu dalammenyiapkan sesaji upacara-upacara kematian.

Legen, bertugas membantuPenobatan Tamu Kehormatan

Page 9: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

9

mempersiapkan peralatan dan sesaji pada upacara perkawinan. Dukun Sunat, bertugas melaksanakan khitanan anak laki-laki menjelang umur

remaja. Khitan bagi anak laki-laki Tengger berbeda dengan khitan dalamAgama Islam. Khitan anak laki-laki Tengger hanya sekedar memotong sedikitkulit ujung penis.

Dukun Bayi, bertugas menolong ibu yang akan melahirkan.

Memperhatikan betapa pentingnya peran dukun bagi Masyarakat Tengger, makaditetapkan setiap desa dikepalai seorang Dukun. Dukun dipilih oleh wargadengan persyaratan tertentu, yaitu :(1). Laki-laki sudah menikah,(2). Keturunan Dukun / titisan darah,(3). Dapat menguasai semua mantera / adat istiadat.Ujian calon Dukun dilakukan di Poten tempat upacara adat dan dilaksanakanbertepatan dengan Yadnya Kasada.

V. Macam-macam Upacara Adat Suku Tengger

V.1. Upacara Kasada

Upacara ini sangat terkenal di kalangan wisatawan. Bromo seolah identik denganKasada. Padahal masih banyak upacara penting lain untuk Suku Tengger.Kesada merupakan hari penting untuk memperingati kemenangan Dharmamelawan Adharma. Upacara ini dilakukan pada tanggal 14 dan 15 bulan Purnamapada bulan keduabelas. Inilah yang disebut Kasada. Pelaksanaannya di LautanPasir, sisi Utara kaki Gunung Batok, dan upacara pengorbanannya di tepi kawahPuncak Bromo.Upacara ini sering disebut sebagai upacara Kurban. Biasanya lima hari sebelumupacara Yadnya Kasada, diadakan berbagai tontonan seperti; tari-tarian, balapankuda di lautan pasir,jalan santai, pameran.Menurut Prof. Dr,SimanhadiWidyaprakosa,akademisi yangmeneliti tengger,dalam bukunyaMasyarakat Tengger,Latar Belakang DaerahTaman NasionalBromo, sesajenpersembahan disebutOngkek terdiri dari 30macam buah-buahan dan kue. Ongkek inilah yang akan dibuang di kawah

Pulang Mengambil "Air Suci" dari Gowa

gunung Widodaren

Page 10: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

10

Gunung Bromo. Bahan pembuatan ongkek diambil dari desa yang selamasetahun tidak memiliki warga yang meninggal.Upacara Kasada juga dipakai untuk mewisuda calon dukun baru. Disebut DiksaWidhi. Di samping itu ada pula upacara penyucian umat yang disebut palukatan.

V.2. Upacara Karo

Upacara ini bertujuan untuk kembali ke Satyayoga, yakni kesucian. Upacara Karojuga merupakan upacara besar. Paling besar setelah Kasada.Masyarakat Tengger mempercayai, pada Hari Raya Karo inilah Sang Hyang WidhiWasa (Tuhan YME) menciptakan “Karo”, yakni dua manusia berjenis lelaki danperempuan sebagai leluhurnya, yakni Rara Anteng dan Jaka Seger.Upacara Karo dilaksanakan 12 hari. Masyarakat Tengger mengenakan pakaianbaru, perabot baru. Makanan dan minuman melimpah pada hari raya mereka.Antarkeluarga saling mengunjungi.

Tujuan penyelenggaraan upacara karo adalah: Mengadakan pemujaan terhadapSang Hyang Widi Wasa dan menghormati leluhurnya. Memperingati asal usulmanusia. Untuk kembali pada kesucian. Untuk memusnahkan angkara murka.Upacara Karo di Bromo selalu dihubungkan dengan Legenda Ajisaka sebagairefleksi sifat dan sikap kejujuran sebagaimana manusia di Zaman Satya Yoga.

Alkisah, pada zaman dahulu (diperkirakan abad pertama masehi), ada seorangpengembara sakti bernama Saka yang baru saja menyelesaikan pelajaransusastra di padepokan yang dipimpin resi. Dua murid yang menyertainya adalah:Dora dan Sembada.

Mereka mengembara menembus hutan belantara, singgah di tempat-tempatsuci. Akhirnya, sampailah mereka pada sebuah pulau yakni Majesti. Pulau inisangat indah dan menenteramkan. Karena perjalanan masih panjang sedangkanbawaan berharga sangat banyak, Saka mengadakan undian untuk menentukansiapa yang harus menjaga barang-barang tersebut. Ternyata yang harusmenjaga barang adalah Dora. Sebelum berangkat Ajisaka menitipkan KerisSarutama. Ia berpesan, janganlah keris itu diberikan pada siapa pun kecuali ia.

Saka dan Sembada meneruskan perjalanan dan sampai ke Pulau Jawa. Di pulauini mereka bertemu suami istri yang tua dan tidak memiliki anak. Saka danSembada tinggal bersama mereka dan diangkat sebagai anak. Di Medang tempatmereka tinggal, terdapat raja raksasa bernama Dewata Cengkar, yang memilikikebiasaan buruk, yaitu makan daging manusia setiap hari. Rakyat harus setorbergiliran padanya.

Tiba giliran orangtua Saka untuk mengirim seorang korban. Sang ibu akandikorbankan karena keluarga tersebut tidak memiliki anak. Saka mendengar

Page 11: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

11

berita itu dan bersedia menjadi pengganti. Berangkatlah ia ke Medang untukmenjadi korban.

Sampai di Medang, Saka diterima patih dan diantar ke Dewata Cengkar. Melihatpemuda tampan dan sehat, bukan main senangnya Dewata Cengkar. Sebelumdijadikan korban, Saka meminta agar kedua orangtua angkatnya diberi tanahseluas ikat kepalanya dan pemberian itu disaksikan rakyat. Permintaan itudikabulkan. Maka, digelarlah ikat kepala itu di atas tanah, disaksikan banyakorang. Saka membuka lipatan ikat kepala. Ternyata lipatan itu tidak adahabisnya, sampai di tepi laut Selatan. Dewata Cengkar tergiring terus padapenggelaran lipatan tersebut sampai akhirnya sampai ke sebuah mulut tebing.Jatuhlah ia.

Sepeninggal Dewata Cengkar, negara Medang dipimpin Saka dengan gelar AjiSaka. Rakyat hidup bahagia.

Suatu hari Saka ingat meninggalkan Dora dan barang-barangnya. DiutuslahSembada untuk mengambil keris dan barang-barang lainnya. Sesampai di PulauMajesti, Sembada dan Dora saling melepas rindu. Sembada menyatakan niatkedatangannya untuk mengambil keris dan barang-barang. Dora menolakmemberikan karena ia ingat pesan Saka untuk tidak memberikan keris itu kepadasiapa pun selain Aji Saka sendiri. Terjadilah adu mulut yang disusul perkelahian.Mereka saling tusuk tanpa mempedulikan rasa sakit. Keduanya sama kuat, samajaya dan pada satu titik keduanya kelelahan dan mati bersama. Setelah mati,Dora roboh ke barat dan Sembada roboh ke timur. Tidak ada yang menang dantidak ada yang kalah.

Setelah lama ditunggu muridnya tak kunjung muncul, Ajisaka sendiri menujuPulau Majesti. Ia melihat kenyataan dua utusannya meninggal dengan bekastusukan Pusaka Sarutama. Ajisaka tergerak menciptakan aksara jawa untukmemperingati pengabdian dua muridnya. Bunyinya:Hanacaraka: Ada utusanDatasawala: Saling bertengkarPadhajayanya: Sama-sama berjaya (kuat dan sakti)Magabathanga: Mereka menjadi bangkai.

V.3. Upacara Unan-Unan

Upacara ini setiap lima tahun sekali. Dalam upacara ini selalu diadakanpenyembelihan binatang ternak yaitu Kerbau. Kepala Kerbau dan kulitnyadiletakkan diatas ancak besar yang terbuat dari bambu, diarak ke sanggarpamujan.

Page 12: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

12

Unan-unan berasal dari istilah tuna alias rugi. Unan-unan berarti melengkapikerugian dengan upacara. Apa sih yang dianggap rugi? Ini berhubungan denganperhitungan hari orang-orang Tengger. Ada hari-hari yang harus digabungkansehingga dianggap rugi.

Indosiar.com melansir, Unan-unan juga dipakai sebagai sarana mengusirmakhluk halus sekaligus untuk menyelamatkan desa dari malapetaka.

Unan - Unan menyempurnakan kekurangan atau perbuatan yang telahmerugikan kehidupan. Ritual Unan - Unan diawali dengan mengarak sesajiberupa kepala kerbau dari Balai Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura,Probolinggo menuju sanggar pemujaan ditempat pendiri desa (punden). Seluruhtokoh agama, tokoh desa dan warga suku Tengger berpakaian adat ikut sertadalam arak - arakan dengan diiringi gamelan Jawa dan tarian Reog.

Doa - doa dan mantra dibacakan sepanjang perjalanan menuju sanggarpemujaan. Cara ini dilakukan agar seluruh makhluk halus tidak mengganggusepanjang ritual berlangsung. Setibanya disanggar pemujaan dukun dan paratokoh adat mengambil tempat untuk melakukan sembahyangan dan memantraiair suci.

Air suci itulah yang kemudian ditabur kepada seluruh peserta upacara adat,sebagai simbol pengusiran kesilauan hidup.

Ritual Unan - Unan ternyata juga bertujuan menyempurnakan para arwah yangbelum sempurna untuk kembali ke alam asalnya.

Ritual Unan - Unan biasanya dilaksanakan serentak di lima desa disekitar lerengBromo, yaitu Desa Ngadisari, Jetak, Wonokriti, Wonokerso dan Sukapura.

V.4. Upacara Kapat

Upacara Kapat jatuh pada bulan keempat (papat) menurut tahun saka disebutpujan kapat, bertujuan untuk memohon berkah keselamatan serta selamatkiblat, yaitu pemujaan terhadap arah mata angin.

V.5. Upacara Kawulu

Upacara ini jatuh pada bulan kedelapan (wolu) tahun saka. Pujan Kawolusebagai penutupan megeng. Masyarakat mengirimkan sesaji ke kepala desa,dengan tujuan untuk keselamatan bumi, air, api, angin, matahari, bulan danbintang.

Page 13: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

13

V. 6. Upacara Kasanga

Upacara ini jatuh pada bulan sembilan (sanga) tahun saka. Masyarakatberkeliling desa dengan membunyikan kentongan dan membawa obor. Upacaradiawali oleh para wanita yang mengantarkan sesaji ke rumah kepala desa, untukdimantrai oleh pendeta. Selanjutnya pendeta dan para sesepuh desa membentukbarisan, berjalan mengelilingi desa. Tujuan upacara ini adalah memohon kepadaSang Hyang Widi Wasa untuk keselamatan Masyarakat Tengger.

V.7. Upacara Mayu DesaUpacara Mayu Desa yang dilakukan suku Tengger di Desa Wonokitri, Tosari,Pasuruan, Jawa Timur, intinya ada dua, yakni Mayu Banyu dan Mayu Desa.

Sebagaimana dilansir beritabaru.com, Upacara tradisi Mayu Banyu dilakukanuntuk melestarikan sumber air sebagai sumber kehidupan warga suku Tenggerdi Gunung Bromo. Sedangkan upacara tradisi Mayu Desa dilakukan agar wargamasyarakat serta desa yang ditinggalinya aman dari sengkala (bencana).

Upacara tradisi Mayu Banyu dan Mayu Desa dilakukan setiap lima tahun sekali.Pelaksanaannya selalu dilakukan bertepatan dengan penutupan Hari Raya Karo,yakni Hari Raya bagi suku Tengger di Gunung Bromo.

Upacara tradisi Mayu Desa masih tetap lestari di Desa Wonokitri, karena wargatetap setia melaksanakannya, meski biayanya cukup besar bagi sebagian besarpetani di sana. Untuk menyelenggarakan upacara tradisi Mayu Desa di Wonokitri,setiap kepala keluarga dikenai biaya Rp211.000, sedangkan jumlah KK di DesaWonokitri sebanyak 674 keluarga.

Prosesi upacara tradisi Mayu Desa dimulai dari Balai Desa Wonokitri. Seluruhwarga yang dipimpin para Dukun Pandita melakukan kirab keliling desa denganmembawa berbagai sesaji di dalam banten, serta ancak.

Sejaji itu kemudian dibawa ke pura setempat untuk dibacakan mantera-mantera.Kurban biasanya seekor kerbau dan dua ekor kambing. Kepala kerbaunyaditanam di tengah simpang empat jalan desa. Sedangkan dua kepala kambingdibuang ke jurang di perbatasan desa.

Berbagai sesaji yang telah dibacakan mantera di pura, juga dimakan para umatyang mengikuti upacara traisi tersebut dan sebagian dibuang ke dasar jurang dibatas desa yang dianggap keramat. Yang menarik selain sesaji, dalam setiapprosesi upacara juga disajikan tarian tradisional tandak, serta minuman bir.

Upacara tradisi Mayu Desa selain diawali dengan sembahyang di pura, jugadilakukan upacara di tempat-tempat yang dianggap keramat bagi warga suku

Page 14: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

14

Tengger di Desa Wonokitri, yakni di penampungan air yang dianggap sebagaiinstalasi vital bagi warga suku Tengger, serta di jurang yang dianggap keramat.

VI. Konsep tentang Manusia

Bagi kaum Tengger, konsep tentang manusia erat kaitannya dengan sikluskehidupan: kehamilan dan kelahiran, perkawinan serta kematian. Momen-momen itu selalu dirayakan dengan upacara adat.

VI.1. Hamil, Lahir, Pernikahan

Pada saat ibu hamil 7 bulan dirayakan dengan Upacara Sesayut. Kelahirandisambut dengan upacara untuk memberitahukan tanah tempat kelahiran.Cuplak Puser (lepas pusar), dirayakan dengan upacara Kekerik dan pada usia4 tahun ditandai dengan upacara Tugel Kuncung (pemotongan rambut) bagianak perempuan dan Tugel Gombok bagi anak laki-laki.

Perkawinan kembali dirayakan dengan upacara Walagara. Perkawinanmerupakan sebuah peristiwa penting dalam kehidupan manusia, sebabperkawinan bukan hanya menyangkut dua orang yang memadu cinta saja tetapiperkawinan juga melibatkan dua keluarga dan masyarakat secara umum.Menurut kepercayaan Masyarakat Tengger, peristiwa perkawinan juga diikutioleh arwah-arwah para leluhur kedua belah pihak. Sebelum upacara perkawinandimulai, didahului dengan acara nelasih atau ziarah kubur dan memberikantetamping atau sesaji.

Perkawinan Masyarakat Tengger umumnya masih berlaku antara kalanganmereka sendiri (endogami). Bila calon mempelai wanita Tengger akan menikahdengan pria non Tengger, maka pelaksanaanya harus mengikuti adat Tenggerdan menikah dengan acara agama Hindu. Kalau laki-laki Tengger menikahdengan gadis di luar masyarakat Tengger (non Tengger), misalnya menikahdengan gadis Islam, maka perkawinan boleh menurut agama Islam atausebaliknya. Meskipun ia telah menikah secara non Tengger, tetapi masih diakuisebagai “sedulur” (keluarga) dan tetap dianggap sebagai warga Tengger.

Umumnya pemuda Tengger mencari jodoh atau istri sendiri. Hari perkawinantidak lepas dari perhitungan weton (hari kelahiran) calon mempelai seperti dalamadapt perkawinan Jawa. Jumlah neptu kelahiran mempelai bila dibagi tiga tidakboleh habis dan yang terbaik bila sisa dua. Tahap selanjutnya apabila keduaorang tua telah setuju, maka calon mempelai laki-laki sendiri yang datangmelamar, diantar orang tuanya. Dalam lamaran tidak ada barang “peningset”seperti pada masyarakat Jawa, sebab menurut anggapan mereka, peningset itumerupakan barang pinjaman atau hutang. Biasanya sebelum hari perkawinan,pihak keluarga mempelai laki-laki datang lagi ke rumah calon besan dengan

Page 15: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

15

membawa beras dan bahan-bahan mentah lainnya. Pelaksanaan perkawinanbertempat di rumah keluarga mempelai wanita, umumnya pada pagi hari.Mempelai laki-laki duduk di sebelah kanan dukun, sedangkan wali mempelaiperempuan duduk di sebelah kirinya. Di depan mereka tersedia seperangkatsesaji terdiri dari 5 piring jenang merah-putih, 1 piring arang-arang kambang, 7piring nasi dan telur, satu sisir pisang ayu (pisang raja), 7 buah nasi golong dantelur, uang secukupnya.

Sambil membaca mantra, tangan kiri dukun memegang tangan kanan wali,tangan kanannya memegang tangan kanan mempelai laki-laki. Baik mempelailaki-laki maupun wali disuruh menirukan ucapan dukun. Ada kalanya perkawinanterpaksa dibatalkan karena sesuatu sebab, misalnya:

Karena hubungan keturunan yang masih dekat, misalnya satu canggah(neneknya nenek).

Dadung kepuntir. Contoh, A, B dan C masing-masing mempunyai anak laki-laki dan juga anak perempuan. Mereka bukan keturunan satu canggah.Tetapi kalau anak laki-laki A kawin mendapat anak perempuan B, anak laki-laki B kawin dengan anak perempuan C dan anak laki-laki C kawin dengananak perempuan A, maka perkawinan semacam ini tidak diperbolehkan.

Papakan Wali. Contohnya, A dan B masing-masing mempunyai anak laki-lakidan perempuan. Anak laki-laki A kawin mendapat anak perempuan B dananak laki-laki B kawin mendapat anak perempuan A. Maka perkawinandemikian disebut papagan wali dan tidak diijinkan.

Kesandung watang atau kerubuhan gunung, bila akan dilakukan perkawinanada keluarga dekat yang meninggal dunia, maka perkawinan harusdibatalkan.

VI.2. Kematian: Upacara Entas-entas

Masyarakat Hindu di Tenggertidak mengenal pembakaranmayat seperti di Bali, tetapimelakukan pembakaranboneka berpakaian yangdilambangkan manusia yangmeninggal ditempatpembakaran setelah mayatdimakamkan.

Sesudah dimandikan denganair yang dimantrai oleh dukun,

mayat orang meninggal lalu dikafani kain putih tiga lapis, kemudian diusungdengan ancak terbuat dari bambu, dikubur membujur ke timur dan terlentang.

Upacara Entas-entas

Page 16: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

16

Selanjutnya diadakan upacara “misahi”, yaitu perpisahan antara orang yangmeninggal dengan keluarganya, dipimpin seorang dukun. Selanjutnya setelah 44hari atau lebih diadakan Upacara “Entas-Entas”.

Upacara ini dimaksudkan untuk memohon ampun kepada Sang Maha Agung agararwah almarhum yang masih “Nglambrang” (melayang-layang tak menentu)segera dapat masuk surga.

Pada upacara entas-entas ini dibuat boneka yang terbuat dari dedaunan, bungakenikir dan janur kuning yang menggambarkan jasad almarhum. Bonekatersebut disebut petra. Petra diberi pakaian dari pakaian asli almarhum yangdientas. Banyaknya petra yang dientas juga menurut jumlah orang yangmeninggal.

Dukun membacakan mantra pendahuluan selama lebih dari satu jam sambilmembunyikan genta kecil. Di depan dukun ada beberapa anak kecil tidakmemakai baju, dikerudungi kain putih. Jenis kelamin dan jumlah anak-anakmenurut jenis kelamin dan jumlah yang dientas. Selama dukun membacamantra, kira-kira baru separuhnya, ibu dukun dibantu beberapa lainnya menanaknasi dengan api dari buah jarak.

Selanjutnya dukun membakar sedikit ujung rambut anak-anak tadi, lalumenjarumi kain putih yang dijadikan kerudung. Dukun hanya menirukan gerakanorang menjarum, tetapi tanpa benang. Setelah selesai, dukun menaruh berasdikepala anak-anak tadi, kemudian mengambil itik dan ayam putih mulus,dipatuk-patukan pada beras dikepala anak-anak tadi. Legen memecah buahkelapa dengan parang didepan pintu rumah. Acara terakhir dibacakan mantrapenutup oleh dukun, kemudian petra-petra tersebut dibawa ke tempat danyang(tempat peleburan) untuk dibakar. Rupanya pembakaran petra dimaksudkansebagai pengganti upacara ngaben.

VII. Lain-lain:

Orang Tengger Mereka berbahasa Jawa Tengger, agak berbeda denganbahasa Jawa umumnya di Jawa Timur. Mereka mengenal semedi, puasangebleng (tidak makan tidak minum sama sekali), puasa mutih (hanya makannasi putih dan air putih saja), yang biasa dilakukan oleh orang Jawa padamasa lalu.

Dasar perhitungan yang digunakan untuk tanggal, bulan dan nama hari,nama bulan bersifat khas dan berlaku khusus bagi masyarakat Hindu diTengger. Meskipun sebulan berjumlah 30 hari seperti pada umumnya,Masyarakat Tengger hanya mengenal tanggal 1 sampai tanggal 15.Selanjutnya untuk tanggal 16 sampai tanggal 30 disebut panglong 1 sampai

Page 17: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

17

panglong 15. Jadi perhitungan tanggal didasarkan pada munculnya bulanSabit hingga Bulan Penuh (Purnama). Tatkala bulan berjalan susut(berkurang) yaitu sejak tanggal 16 sampai dengan 30 disebut panglong.Urutan nama hari ia-lah : 1. Soma (Senin), 2. Anggara (Selasa), 3. Budha(Rabu), 4. Wrespati (Kamis), 5. Sukra (Jum’at), 6. Tumpek (Sabtu), 7. Radite(Minggu).

Perhitungan tahun yang dipergunakan adalah Tahun Caka (Saka), 1 Tahun354 hari terbagi atas 12 Bulan dengan nama-nama bulan sebagai berikut : 1.Bulan Kasa, 2. Bulan Karo, 3. Bulan Katiga, 4. Bulan Kapat, 5. Bulan Kalima,6. Bulan Kanem, 7. Bulan Kapitu, 8. Bulan Kawolu, 9. Bulan Kasanga, 10.Bulan Kasepuluh, 11. Bulan Desta, 12. Bulan Kasada.

VIII. Penutup

Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada semua pihak yangikut berkontribusi, baik tulisan maupun foto pada e-book ini.

Page 18: Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromowartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/... · Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo Alpha Savitri greensavitri@gmail.com

Sejarah, Agama, dan Tradisi Suku Tengger Gunung BromoAlpha Savitri

[email protected]

18

Daftar PustakaSumber Foto-foto:

Cover Sampul:- Foto Warga Tengger: www.probolinggokab.go.id- Foto Upacara Agama dan adapt: www bpkp.go.id

Foto halaman dalam:www.problolinggokab.go.id

Sumber Penulisan:

Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakosa, Masyarakat Tengger, Latar Belakang DaerahTaman Nasional Bromo, Kanisius, 1994

www.probolinggokab.go.id

www.blog-sejarah.blogspot.com

www.beritabaru.com

www.indosiar.com

Bila ingin lebih detail mempelajari tentang masyarakat Tengger danGunung Bromo, buku hasil penelitian di bawah ini bisa jadipertimbangan memperkaya pemahaman:

1. Nancy J. Smith dan Robert W. Hefner, Masyarakat Tengger dalam SejarahNasional Indonesia, National Science Foundation, USA

2. Robert W. Hefner, Hindu Javanese, Tengger Tradition and Islam, PrincetonUniversity Press, 1985