sejara
DESCRIPTION
presentasiTRANSCRIPT
Perjuangan Bangsa Indonesia melawan Jepang
VS
Kelompok 5
Albert Surya K Imam Agus Al F R.Ng Bintang P A Rael P Silverino Effendy
Perjuangan Bangsa Indonesia melawan Jepang Perlawanan Kooperasi Perlawanan Bawah Tanah Perlawanan Bersenjata
Perlawanan Kooperasi
Perlawanan dengan strategi kooperasi (kerja sama) muncul karena jepang melarang berdirinya semua organisasi pergerakan nasional. Jepang hanya mengakui organisasi-organisasi yang dibentuknya untuk tujuan memenangkan perang Asia-Pasifik. Seperti :
PUTERA
Syuisyintai
Chuo Sangi In
Putera
Memanfaatkan Gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) Tujuan Jepang membentuk PUTERA adalah agar kaum nasionalis dan intelektual menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kepentingan Jepang. Namun oleh para pemimpin Indonesia, PUTERA justru dimanfaatkan untuk membela rakyat dari kekejaman Jepang serta untuk menggembleng mental dan semangat nasionalisme, cinta tanah air , anti kolonialisme dan imperialisme. Dengan demikian PUTERA ini ibarat tombak bermata dua.
Syusyintai
Organisasi ini dimanfaatkan oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme dan memperkuat pertahanan pemuda melalui pidato-pidatonya.
Chuo Sangi In
Tugas badan ini adalah memberi nasihat atau pertimbangan kepada Seiko Shikikan (penguasa tertinggi militer Jepang di Indonesia). Oleh para pemimpin Indonesia, Chuo Sangi In dimanfaatkan untuk menggembleng kedisiplinan. Salah satu saran Chuo Sangi In kepada Seiko Shikikan adalah agar dibentuknya Barisan Pelopor untuk mempersatukan seluruh penduduk agar secara bersama menggiatkan usaha mencapai kemenangan.
Perlawanan Non Kooperasi Selain melalui taktik kerjasama dengan Jepang, para pejuang juga
melakukan gerakan Ilegal (gerakan di bawah tanah). Gerakan ini muncul akibat terlalu kuatnya pemerintah Jepang menekan dan melarang golongan oposisi. Contohnya :
Gerakan Kelompok Sutan Syahrir
Golongan Persatuan Mahasiswa
Kelompok Pemuda Menteng 31
Golongan Kaigun
Gerakan Kelompok Sutan Syahrir
Kelompok ini merupakan pendukung demokrasi parlementer model Eropa barat dan menentang Jepang karena merupakan negara fasis. Mereka berjuang dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan strategi gerakan ”bawah tanah”.
Gerakan Persatuan Mahasiswa
golongan ini sebagian besar berasal dari mahasiswa Ika Daigaku (Sekolah Kedokteran) di Jalan Prapatan 10 dan yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan Pelajar-Pelajar Indonesia (BAPERPI) di Cikini Raya 71.
Kelompok Persatuan Mahasiswa ini anti Jepang dan sangat dekat dengan jalan pikiran Sutan Syahrir.
Kelompok Pemuda Menteng 31
Kelompok ini dibentuk oleh sejumlah pemuda yang bekerja pada bagian propaganda Jepang (Sendenbu).
Kelompok ini bermarkas di gedung Menteng 31 Jakarta. Secara resmi pendirian asrama ini dibiayai Jepang dengan maksud
menggembleng para pemuda untuk menjadi alat mereka. Akan tetapi tempat ini oleh pemuda dimanfaatkan secara diam-diam untuk menggerakkan semangat nasionalisme.
Golongan Kaigun
Kelompok ini anggotanya bekerja pada Angkatan Laut Jepang. Mereka selalu menggalang dan membina kemerdekaan dengan berhubungan kepada tokoh-tokoh Angkatan Laut Jepang yang simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
Perlawanan BersenjataPerlawanan Rakyat di Cot Pleing
Perlawanan Rakyat di Pontianak
Perlawanan Rakyat di Sukamanah
Perlawanan Rakyat di Cidempet
Pemberontakan Peta
Perlawanan Rakyat di Cot Pleing
Perlawanan Rakyat di Cot Pleing (10 November 1942) Perlawanan ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, seorang guru mengaji. Perlawanan di Cot Pleing, Lhoseumawe, Aceh ini diawali dari serbuan Jepang terhadap masjid di Cot Pleing. Masjid terbakar dan pasukan Tengku Abdul Jalil banyak yang gugur. Akhirnya Tengku Abdul Jalil tewas ditembak oleh Jepang.
Perlawanan Rakyat di Pontianak
Perlawanan Rakyat di Pontianak (16 Oktober 1943) Perlawanan ini dilakukan oleh suku Dayak di pedalaman serta kaum feodal di hutan-hutan. Latar belakang perlawanan ini karena mereka menderita akibat tindakan Jepang yang kejam. Tokoh perlawanan dari kaum ningrat yakni Utin Patimah.
Perlawanan Rakyat di Sukamanah
Perlawanan Rakyat di Sukamanah, Singaparna, Jawa Barat (25 Februari 1944) Perlawanan ini dipimpin oleh KH. Zainal Mustafa, seorang pendiri pesantren Sukamanah, perlawanan ini lebih bersifat keagamaan. KH. Zainal Mustafa tidak tahan lagi membiarkan penindasan dan pemerasan terhadap rakyat, serta pemaksaan terhadap agama yakni adanya upacara “Seikeirei” (menyembah terhadap Tenno Heika Kaisar Jepang). KH. Zainal Mustafa beserta 27 orang pengikutnya dihukum mati oleh Jepang tanggal 25 Oktober 1944.
Perlawanan Rakyat di Cidempet
Perlawanan Rakyat di Cidempet, Kecamatan Lohbener, Indramayu (30 Juli 1944). Perlawanan ini dipimpin oleh H. Madriyas, Darini, Surat, Tasiah dan H. Kartiwa. Perlawanan ini disebabkan oleh cara pengambilan padi milik rakyat yang dilakukan Jepang dengan kejam. Sehabis panen, padi langsung diangkut ke balai desa. Perlawanan rakyat dapat dipadamkan secara kejam dan para pemimpin perlawanan ditangkap oleh Jepang.
Pemberontakan Peta
Salah satu pemberontakan yang terbesar pada masa pendudukan Jepang adalah pemberontakan Peta di Blitar. Pemberontakan itu dipimpin oleh Supriyadi. Pemberontakan Peta terjadi pada tanggal 14 Februari 1945.
SEKIAN TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA