sebagai penanggulangan dampak global warming ditinjau dari...

37
Penat Sebagai Penanggulangan PRO U taan Kawasan Pantai Kuta n Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek So Ni Made Mitha Mahastuti NIP.1985070620140922001 OGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2017 osial Ekonomi

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

Penataan Kawasan Pantai KutaSebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek Sosial Ekonomi

Ni Made Mitha Mahastuti

NIP.1985070620140922001

PROGRAM STUDI ARSITEKTURFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANATAHUN 2017

Penataan Kawasan Pantai KutaSebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek Sosial Ekonomi

Ni Made Mitha Mahastuti

NIP.1985070620140922001

PROGRAM STUDI ARSITEKTURFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANATAHUN 2017

Penataan Kawasan Pantai KutaSebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek Sosial Ekonomi

Ni Made Mitha Mahastuti

NIP.1985070620140922001

PROGRAM STUDI ARSITEKTURFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANATAHUN 2017

Page 2: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan

Yang Maha Esa) karena berkatnyalah, tulisan ini dapat diselesaikan. Tulisan ini

disusun sebagai bagian dari tugas-tugas selaku dosen, yang harus mencari sesuatu

agar dapat menunjang kegiatan, dan untuk menambah wawasan materi perkuliahan

khususnya, dan bermanfaat sebagai pengetahuan yang menyangkut arsitektur pada

umumnya.

Untuk mengerjakan tulisan ini, banyak foto, kliping dan sebagainya, maupun

diskusi, wawancara dan lainnya. Tak kalah juga pentingnya adalah dorongan

semangat, bimbingan, masukan-masukan pemikiran dan sebagainya, yang semuanya

memberi kontribusi positif bagi penulis.

Ucapan terima kasih disampaikan untuk semua pihak yang telah berperan

seperti tersebut diatas, terutama Ibu Prof. Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT

(Ketua Program Studi Arsitektur FT UNUD ) yang menugaskan membuat tulisan ini.

Selain dari pada itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak

lainya yang telah membantu memperkaya materi, baik melalui literatur, maupun

wawancara.

Harapan penulis, semoga materi sederhana ini dapat mencapai tujuannya yaitu

memperkaya materi perkuliahan khususnya, dan pengetahuan arsitektur pada

umumnya.

Denpasar, Juli 2017

Penulis

Ni Made Mitha Mahastuti

NIP.1985070620140922001

Page 3: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

ABSTRAK

Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya pemanasan global.Salah satu dampaknya adalah perubahan muka air laut. Pemanasan Global berdampak langsung padaterus mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan. Mencairnya es di kutub utara dan kutub selatanberdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut. Para ahli memperkirakan apabila seluruhGreenland mencair, level permukaan laut akan naik sampai dengan 7 meter. Cukup untukmenenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di seluruh dunia. Kegiatanpembangunan, industri dan aktivitas manusia serta pengaruh faktor alam pada umumnya telahmemberikan pengaruh negatif pada kestabilan kawasan pantai. Faktor alam yang berpengaruh tehadapkondisi pantai antara lain timbulnya gelombang dan arus, terjadinya pasang surut, terjadinyasedimentasi dan abrasi yang berpengaruh pada berubahnya garis pantai serta kondisi sungai yangbermuara di perairan tersebut. Aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap kondisi pantai antara lainadalah pembangunan, reklamasi dan pengerukan dasar perairan untuk tujuan komersial yangberlebihan.

Fakta fisik Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Negara Kepulauanterbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km danluas laut sekitar 3,1 juta km2 (pengelolaan wilayah pesisir, 2001). Di dalamnya termasukwilayah pesisir pantai di Pulau Bali yang kebanyakan pula dimanfaatkan keanekaragamanhayatinya sebagai potensi lestari sumber perikanan laut serta sebagai komoditi pariwisataberkembang. Bali memiliki pantai sepanjang 436,9 km hingga kini baru 43,9 km yangberhasil dilakukan pengamanan. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya danberagam sumber daya alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk beranekamacam peruntukan. Pantai Kuta sebagai bagian dari wilayah Pulau Bali juga salah satu obyekwisata yang telah mempunyai nama di dunia internasional tak luput dari permasalahan yangterjadi akibat pemanasan global.

Untuk itulah diperlukan komitmen dari berbagai pihak yang terkait untuk mengetahuipenyebab mengapa kawasan Pantai Kuta perlu ditata, mengetahui penyebab abrasi yang terjadi PantaiKuta, dan mengetahui cara penataan kawasan Pantai Kuta. Berdasarkan pengamatan dan penelitianyang telah dilakukan, maka diketahui bahwa Kawasan Pantai Kuta perlu ditata karena adanya abrasiparah, sampah kiriman serta limbah, penyebab abrasi yang terjadi di Pantai Kuta adalah karenapembangunan fasilitas pariwisata yang tidak terencana baik, serta penataan kembali terhadap kawasanPantai Kuta dilakukan dengan cara pengurukan kembali, pembuatan pemecah gelombang,pembersihan sampah, dan membuat lampu taman serta jalur pedestrian di pesisir Pantai Kuta. Upaya-upaya ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari segala pihak yang berwenang. Besar harapanpenulis agar masalah-masalah ini segera mendapat tanggapan dan pengelolaan yang benar.

Kata kunci: pemanasan global, pengelolaan, pesisir, Pantai Kuta

Page 4: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................................

BAB I Pendahuluan .......................................................................................................1

I. 1 Latar Belakang ................................................................................................1

I. 2 Rumusan Masalah............................................................................................3

I. 3 Tujuan Penulisan .............................................................................................4

I. 4 Manfaat Penulisan ...........................................................................................4

I. 5 Metodelogi Penulisan ......................................................................................4

BAB II Landasan Teori dan Konsep............................................................................5

II. 1 Pengertian Pemanasan Global .......................................................................5

II. 2 Penyebab Pemanasan Global ........................................................................5

II. 3 Dampak Pemanasan Global ..........................................................................6

II. 4 Penanggulangan Pemanasan Global ..............................................................7

II. 5 Konsep Kawasan Pantai ................................................................................8

II. 6 Jenis-jenis Pantai ...........................................................................................10

II. 7 Hakekat Konservasi .......................................................................................12

II. 8 Konsep Sumber Daya Hayati Kelautan .........................................................14

BAB III Tinjauan Umum Obyek ................................................................................18

III. 1 Peta Pesisir Pantai Kuta .............................................................................18

III. 2 Sekilas Kuta Tempo Dulu ..........................................................................18

III. 3 Pantai Kuta, Pusat Ekonomi sebagai Kawasan Wisata...............................21

BAB IV Pembahasan ...................................................................................................23

IV. 1 Penyebab Kawasan Pantai Kuta Perlu Ditata ............................................23

IV. 2 Penyebab Abrasi di Pantai Kuta ................................................................25

Page 5: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

IV. 3 Penataan Kawasan Pantai Kuta ..................................................................27

IV. 4 Hal-hal Lain yang Terjadi di Kawasan Pantai Kuta ...................................28

BAB V Penutup ............................................................................................................30

V. 1 Simpulan .....................................................................................................30

V. 2 Saran ............................................................................................................30

Daftar Pustaka .............................................................................................................

Page 6: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2002. Strategi Manajemen Perkotaan Kuta(Strategic Structural Plan for Kuta). Kabupaten Badung.

Dahuri, Rokhmin dkk. 2001. Pengelolaan SDA Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu.Pradnya Paramita. Jakarta.

Dalem, Agung. 2002. Persepsi Stakeholders Terhadap Perkembangan Kawasan PariwisataPantai Kuta-Bali. Program Pascasarjana UGM. Tesis S2 Magister Perencanaan Kotadan Desa.

Frick, Heinz. 2006. Arsitektur Ekologis.Kanisius. Yogyakarta.

Hardjasoemantri, Koesnadi. 1994. Hukum Tata Lingkungan.Gadjah Mada Univercity Press.Yogyakarta.

Kurdi, Siti Zubaidah. 2006. Identifikasi Kerugian Kawasan Pantai Akibat Kenaikan MukaAir Laut. Bandung. Tidak Diterbitkan.

Sampurno. 2007. Pengembangan Kawasan Pantai Kaitannya dengan Geomorfologi,(Proceeding-Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahandi Indonesia dan Lingkungan Global). Bandung. Tidak Diterbitkan.

Salain, Putu Rumawan. 2001. Peran Arsitektur Vernakular Pada Pembangunan Pariwisata,dalam Semangat Otonomi Daerah; Studi Kasus Kuta – Bali. Denpasar. TidakDiterbitkan.

Sujaya, Made. 2004. Sepotong Nurani Kuta. Catatan Seputar Sikap Warga Kuta DalamTragedi 12 Oktober 2002. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kuta. KelurahanKuta.

Page 7: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

1

I.1 Latar Belakang

Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

pemanasan global (global warming). Salah satu dampaknya adalah perubahan muka air

laut (Sea Level Change). Diperkirakan terjadi kenaikan muka air laut 50 cm pada tahun

2100 (IPCC, 1992). Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, meskipun perubahan

muka air laut juga dipengaruhi oleh kondisi geologi lokal (tektonic), peningkatan muka

air laut (Sea Level Rise) akan membawa dampak negatif yang cukup signifikan.

Peningkatan muka air laut akan menggenangi banyak areal ekonomis penting, seperti:

permukiman dan prasarana wilayah, lahan pertanian, tambak, resort wisata, dan

pelabuhan. Tergenangnya jaringan jalan penting seperti di pesisir utara Jawa, jelas

berpengaruh terhadap kelancaran transportasi orang dan barang. Diproyeksikan

3.306.215 penduduk akan menghadapi masalah pada tahun 2070. Lima kota pantai

(Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makasar) akan menghadapi masalah serius

karena kenaikan muka air laut setinggi 60 cm (ADB, 1994). Demikian pula dengan

perkiraan hilangnya 4 ribu pulau (Menteri Kimpraswil, Kompas 8 Agustus 2002).

Pemanasan Global berdampak langsung pada terus mencairnya es di kutub utara

dan kutub selatan. Es di Greenland yang telah mencair hampir mencapai 19 juta ton dan

volume es di Arktik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4

tahun sebelumnya. Mencairnya es saat ini berjalan jauh lebih cepat dari model-model

prediksi yang pernah diciptakan oleh para ilmuwan. Beberapa prediksi awal yang

pernah dibuat sebelumnya memperkirakan bahwa seluruh es di kutub akan lenyap pada

tahun 2040 sampai 2100. Tetapi data es tahunan yang tercatat hingga tahun 2007

membuat mereka berpikir ulang mengenai model prediksi yang telah dibuat

sebelumnya.

Para ilmuwan mengakui bahwa ada faktor-faktor kunci yang tidak mereka

ikutkan dalam model prediksi yang ada. Dengan menggunakan data es terbaru, serta

BAB I

PENDAHULUAN

Page 8: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

2

model prediksi yang lebih akurat, Dr. H. J. Zwally, seorang ahli iklim NASA membuat

prediksi baru yang mencengangkan: hampir semua es di kutub utara akan lenyap pada

akhir musim panas 2012. Baru-baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan

betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas

414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh. Menurut

peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu mengambang

permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan, barat daya Semenanjung

Antartika. Padahal, diyakini bongkahan es itu berada di sana sejak 1.500 tahun lalu.

"Ini akibat pemanasan global", ujar ketua peneliti NSIDC Ted Scambos. Menurutnya

lempengan es yang disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh. Sekarang, setelah

adanya perpecahan itu, bongkahan es yang tersisa tinggal 12.950 kilometer persegi,

ditambah 5,6 kilometer potongan es yang berdekatan dan menghubungkan dua pulau.

"Sedikit lagi, bongkahan es terakhir ini bisa turut amblas dan setengah total area es akan

hilang dalam beberapa tahun mendatang", ujar Scambos. "Beberapa kejadian akhir-

akhir ini merupakan titik yang memicu perubahan sistem", ujar Sarah Das, peneliti dari

Institut Kelautan Wood Hole.

Perubahan di Antartika sangat kompleks dan lebih terisolasi dari seluruh bagian

dunia. Antartika di Kutub Selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan

dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini jauh lebih dingin daripada

Arktik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang meleleh, bahkan ada lapisan yang tidak

pernah mencair dalam sejarah. Temperatur rata-ratanya minus 49 derajat Celcius, tapi

pernah mencapai hampir minus 90 derajat Celcius pada Juli 1983. Tidak heran jika

fenomena mencairnya es di benua yang mengandung hampir 90 persen es di seluruh

dunia itu mendapat perhatian serius peneliti. Mencairnya es di kutub utara dan kutub

selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut. Para ahli

memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair, level permukaan laut akan naik

sampai dengan 7 meter. Cukup untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan

dataran rendah di seluruh dunia.

Kegiatan pembangunan, industri dan aktivitas manusia serta pengaruh faktor

alam pada umumnya telah memberikan pengaruh negatif pada kestabilan kawasan

pantai. Faktor alam yang berpengaruh tehadap kondisi pantai antara lain timbulnya

gelombang dan arus, terjadinya pasang surut, terjadinya sedimentasi dan abrasi yang

berpengaruh pada berubahnya garis pantai serta kondisi sungai yang bermuara di

perairan tersebut. Aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap kondisi pantai antara

Page 9: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

3

lain adalah pembangunan, reklamasi dan pengerukan dasar perairan untuk tujuan

komersial yang berlebihan. Berkembangnya wisata bahari dibeberapa daerah pantai juga

mendorong terjadinya perubahan kondisi alam menjadi lingkungan buatan dengan

dibangunnya beberapa fasilitas penunjang yang diperlukan.

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya dan beragam sumber daya

alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan

makanan utama, khususnya protein hewani, sejak berabad-abad lamanya. Sementara itu,

kekayaan hidrokarbon serta mineral lainnya yang terdapat di wilayah ini juga telah

dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional sejak awal Pelita I.

Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir Indonesia memiliki

fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan

agroindustri, rekreasi dan kawasan wisata terutama kawasan pantai, serta kawasan

pemukiman dan pembuangan limbah (Rokhmin Dahuri, 2001).

Fakta fisik Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Negara

Kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai

sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 atau 62% dari luas teritorialnya

(pengelolaan wilayah pesisir, 2001). Di dalamnya termasuk wilayah pesisir pantai di

Pulau Bali yang kebanyakan pula dimanfaatkan keanekaragaman hayatinya sebagai

potensi lestari sumber perikanan laut serta sebagai komoditi pariwisata berkembang.

Bali memiliki pantai sepanjang 436,9 km hingga kini baru 43,9 km yang berhasil

dilakukan pengamanan (Sumber: media-indonesia.com).

Pantai Kuta sendiri sebagai salah satu obyek wisata yang telah mempunyai nama

di mata dunia internasional pun tak luput dari permasalahan yang terjadi akibat

pemanasan global. Disadari atau tidak, peran serta manusia dalam mempercepat

terjadinya pemanasan global sangat mempengaruhi kerasnya abrasi yang kini terjadi

disana. Diperlukan suatu komitmen bersama dari semua pihak untuk menjaga dan mulai

memikirkan bagaimana upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan yang muncul.

I.2 Rumusan Masalah

Melihat latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang ditemukan

adalah:

a. Mengapa kawasan Pantai Kuta Perlu ditata?

b. Apa penyebab abrasi yang terjadi di kawasan Pantai Kuta?

c. Bagaimana cara menata/penanggulangan terhadap Pantai Kuta?

Page 10: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

4

I.3 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui penyebab mengapa kawasan Pantai Kuta perlu ditata.

b. Mengetahui penyebab abrasi yang terjadi Pantai Kuta.

c. Mengetahui cara penataan kawasan Pantai Kuta.

I.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini dapat dibagi menjadi dua jenis, manfaat akademis serta

manfaat praktis, yaitu:

a. Manfaat akademis dari penulisan makalah ini adalah untuk memberi

sumbangan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta membantu

penulis-penulis lain yang akan membuat makalah dengan topik sejenis

b. Manfaat praktis dari penulisan makalah ini adalah bagi pemerintah,

diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pertimbangan dalam upaya

penataan kawasan Pantai Kuta di masa depan

I.5 Metodelogi Penulisan

Metodelogi penulisan yang dipakai adalah analisis deskriptif, pencarian data

dilakukan dengan pengumpulan literatur dari berbagai macam sumber ditambahkan

dengan foto atau gambar untuk mendukung penulisan makalah ini.

Page 11: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

5

II.1 Pengertian Pemanasan Global

Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena

peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca

(greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti

karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi

matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan

temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5–40 Celcius pada

akhir abad 21.

II.2 Penyebab Pemanasan Global

Kegiatan manusia, seperti

pembakaran bahan bakar fosil dan

pertanian, adalah sumber utama emisi

gas rumah kaca, yang diakui banyak

ilmuwan sebagai pemicu terjadinya

perubahan iklim dan pemanasan global.

Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas

rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana

molekul-molekul yang ada di atmosfer

kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri, seharusnya

merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi berada pada

temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka tentu saja tidak akan ada

kehidupan di muka Bumi ini. Setelah uap air, empat gas utama rumah kaca di atmosfer

adalah karbon dioksida, gas metan, nitrogen oksida dan chlorofluorocarbon (CFC).

BAB II

LANDASAN TEORI DAN

KONSEP

Page 12: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

6

Karbon-dioksida adalah

penyumbang utama gas kaca.

Dari masa pra-industri yang

sebesar 280 ppm menjadi 379

ppm pada tahun 2005. Angka ini

melebihi angka alamiah dari

studi perubahan iklim dari masa

lalu (paleoklimatologi), dimana

selama 650 ribu tahun hanya

terjadi peningkatan dari 180-300

ppm. Terutama dalam

dasawarsa terakhir (1995-2005),

tercatat peningkatan konsentrasi karbon-dioksida terbesar pertahun (1,9 ppm per tahun),

jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada tahun 1960, (1.4 ppm per tahun),

kendati masih terdapat variasi tahun per tahun.

Sumber terutama peningkatan konsentrasi karbon-dioksida adalah penggunaan

bahan bakar fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan,

penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Peningkatan konsentrasi metana

(CH4), dari 715 ppb (part per billion= satu per milyar) di jaman pra-industri menjadi

1732 ppb di awal 1990-an, dan 1774 pada tahun 2005. Ini melebihi angka yang berubah

secara alamiah selama 650 ribu tahun (320 - 790 ppb). Sumber utama peningkatan

metana pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi nitro-oksida (N2O)

dari 270 ppb - 319 ppb pada 2005. Seperti juga penyumbang emisi yang lain, sumber

utamanya adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga komponen utama tersebut

menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.

II.3 Dampak Pemanasan Global

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan

bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun

pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu,

migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-

ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota

pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan,

6

Karbon-dioksida adalah

penyumbang utama gas kaca.

Dari masa pra-industri yang

sebesar 280 ppm menjadi 379

ppm pada tahun 2005. Angka ini

melebihi angka alamiah dari

studi perubahan iklim dari masa

lalu (paleoklimatologi), dimana

selama 650 ribu tahun hanya

terjadi peningkatan dari 180-300

ppm. Terutama dalam

dasawarsa terakhir (1995-2005),

tercatat peningkatan konsentrasi karbon-dioksida terbesar pertahun (1,9 ppm per tahun),

jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada tahun 1960, (1.4 ppm per tahun),

kendati masih terdapat variasi tahun per tahun.

Sumber terutama peningkatan konsentrasi karbon-dioksida adalah penggunaan

bahan bakar fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan,

penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Peningkatan konsentrasi metana

(CH4), dari 715 ppb (part per billion= satu per milyar) di jaman pra-industri menjadi

1732 ppb di awal 1990-an, dan 1774 pada tahun 2005. Ini melebihi angka yang berubah

secara alamiah selama 650 ribu tahun (320 - 790 ppb). Sumber utama peningkatan

metana pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi nitro-oksida (N2O)

dari 270 ppb - 319 ppb pada 2005. Seperti juga penyumbang emisi yang lain, sumber

utamanya adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga komponen utama tersebut

menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.

II.3 Dampak Pemanasan Global

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan

bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun

pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu,

migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-

ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota

pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan,

6

Karbon-dioksida adalah

penyumbang utama gas kaca.

Dari masa pra-industri yang

sebesar 280 ppm menjadi 379

ppm pada tahun 2005. Angka ini

melebihi angka alamiah dari

studi perubahan iklim dari masa

lalu (paleoklimatologi), dimana

selama 650 ribu tahun hanya

terjadi peningkatan dari 180-300

ppm. Terutama dalam

dasawarsa terakhir (1995-2005),

tercatat peningkatan konsentrasi karbon-dioksida terbesar pertahun (1,9 ppm per tahun),

jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada tahun 1960, (1.4 ppm per tahun),

kendati masih terdapat variasi tahun per tahun.

Sumber terutama peningkatan konsentrasi karbon-dioksida adalah penggunaan

bahan bakar fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan,

penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Peningkatan konsentrasi metana

(CH4), dari 715 ppb (part per billion= satu per milyar) di jaman pra-industri menjadi

1732 ppb di awal 1990-an, dan 1774 pada tahun 2005. Ini melebihi angka yang berubah

secara alamiah selama 650 ribu tahun (320 - 790 ppb). Sumber utama peningkatan

metana pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi nitro-oksida (N2O)

dari 270 ppb - 319 ppb pada 2005. Seperti juga penyumbang emisi yang lain, sumber

utamanya adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga komponen utama tersebut

menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.

II.3 Dampak Pemanasan Global

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan

bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun

pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu,

migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-

ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota

pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan,

Page 13: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

7

pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan

produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb).

Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut : (a)

meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, (b) perubahan arus laut dan meluasnya

kerusakan mangrove, (c) meluasnya intrusi air laut, (d) ancaman terhadap kegiatan

sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan (e) berkurangnya luas daratan atau hilangnya

pulau-pulau kecil.

Sumber lain menyebutkan beberapa dampak yang ditimbulkan oleh Global

Warming, adalah :

1. Pemanasan bumi dan periode iklim yang tidak menentu

2. Kenaikan muka air laut dan banjir

3. Pencairan Glaser

4. Pemanasan kutub dan antartika

5. Penyebaran penyakit

6. Datangnya musim semi lebih awal

7. Turunnya jumlah populasi dan fauna serta perpindahan fauna yang cepat

8. Matinya terumbu karang

9. Banjir dan Badai Salju

10. Kebakaran

Pada intinya dampak pemanasan global kurang lebih sama antara satu dengan yang lain

namun disebutkan dengan istilah yang berbeda.

II.4 Penanggulangan Pemanasan Global

Banyak hal sederhana yang bisa dilakukan dan dimulai dari diri sendiri untuk

menanggulangi pemanasan global, antara lain:

1. Pengurangan penggunaan AC untuk ruang kamar pada siang hari.

2. Hemat energi yang dapat menyebabkan pemborosan dan pengrusakan terhadap

lingkungan, misalnya tidak menggunakan mobil disaat jam padat dan macet.

3. Menghindari penggunaan alat-alat atau obat-obat kecantikan yang dapat

mempengaruhi lingkungan, seperti hairspray, dll.

Page 14: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

8

II.5 Konsep Kawasan Pantai

a. Pengertian Kawasan

Kawasan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan wilayah

dalam batas yang ditetapkan berdasarkan fungsi tertentu, misalnya kawasan

perdagangan, pemukiman, pusat kota, dan lain sebagainya (Hajisaroso dalam Agung,

2002). Sedangkan Suwarjoko Warpani (1991) memberi pengertian sebagai berikut :

“Daerah adalah sebutan untuk lingkungan permukaan bumi dalam batas

kewenangan pemerintah daerah. Jadi daerah adalah sebutan tempat bila tempat

tempat itu berkaitan dengan batas administrasi seperti daerah tingkat I Propinsi

Bali. Wilayah adalah sebutan untuk permukaan bumi bila tempat itu berkaitan

dengan pengertian kesatuan geografis, seperti wilayah hutan atau wilayah aliran

sungai. Sedangkan kawasan adalah sebutan untuk wilayah dalam batas yang

ditetapkan berdasarkan fungsi tertentu seperti kawasan perumahan atau kawasan

pariwisata.”

Dalam undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang mengartikan

bahwa kawasan lahir dengan rumusan; wilayah dengan fungsi utama lindung dan

budidaya, dengan arti kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional

dan memiliki nilai strategis, yang penataan ruangnya diprioritaskan guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka penataan ruang, selain mempertimbangkan

pengertian planning region yang sudah baku diperlukan pertimbangan pengertian

region sebagai homogenous region.

Dalam menetapkan suatu kawasan, lahan adalah hal yang sangat penting. Lahan

adalah suatu daerah di permukaan bumi, dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi

biosfer, atmosfer, tanah lapisan geologi, hidrologi, populasi, tanaman dan binatang serta

hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa sekarang sampai tingkat tertentu. Sifat-sifat

tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap penggunaan lahan oleh manusia

masa sekarang dan masa mendatang (FAO, 1976 dalam Agung 2002).

Di suatu kawasan, campur tangan manusia untuk mengolah lahan merupakan hal

yang mengarah pada pencapaian kesejahteraan. Menurut Maligreau (1978) dalam

Agung (2002) yang dimaksud dengan penggunaan lahan adalah segala campur tangan

manusia, baik secara permanen atau siklus terhadap suatu kumpulan sumber daya alam

dan sumber daya buatan secara keseluruhan disebut lahan dengan tujuan mencukupi

kebutuhan baik kebendaan maupun spiritual atau kedua-duanya.

Page 15: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

9

b. Pengertian Pantai

Daerah pantai lebih sering dimasukkan wilayah pesisir, dimana menurut

Bakosurtanal (2001) wilayah pantai dapat dikatakan bagian dari wilayah pesisir yang

dipandang sebagai suatu bentang lahan yang pada umumnya bercirikan suasana bahari,

seperti air asin, hembusan angin, matahari terik, pemukiman nelayan, pelabuhan, hutan

bakau, dan tambak yang mengesankan kehidupan serba keras. Tersusun oleh material

lepas seperti lempung pasir serta kerikil. Pantai merupakan mintakat antara daratan dan

laut yang dibatasi oleh rata-rata garis surut terendah, yang disebut dengan garis pantai

(shoreline) dengan rata-rata garis pasang tertinggi air laut yang disebut dengan garis

pesisir/coastline (Bakosortanal, 2001). Memiliki fungsi tertentu sesuai budaya

masyarakat yang mendiami kawasannya.

Kawasan pantai merupakan suatu kawasan atau wilayah yang terdiri atas daratan

dan lautan, dimana batas ke arah darat masih dipengaruhi oleh lautan dan batas ke arah

lautan masih dipengaruhi oleh daratan. Sebagai bagian dari sistem bumi secara

keseluruhan, diperkirakan luas kawasan pantai ini mencapai 8 % dari permukaan bumi

namun menyumbangkan kira-kira 26 % dari produksi biologis global. Perubahan luas

kawasan ini bisa menjadi sangat dinamis mengingat adanya interaksi yang besar antara

daratan dan lautan. Pembentukan sedimen di bagian muara sungai, perubahan iklim,

pergerakan dinamik dari lempeng bumi, serta pengaruh global akibat naiknya

permukaan laut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kawasan pantai.

c. Penataan Kawasan Pantai

Penataan kawasan dimaksudkan sebagai suatu pengelolaan terpadu untuk

mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sector

dalam perencanaan pembangunan yang erat kaitannya dengan penataan wilayah pantai.

Penataan kawasan biasanya dimaksudkan sebagai suatu usaha secara terprogram untuk

mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan dan mengoptimalkan antara kepentingan

untuk memelihara lingkungan khususnya kawasan pantai, keterlibatan masyarakat dan

pembangunan ekonomi.

d. Kebijakan Pembangunan Kawasan Pantai

Beberapa kebijakan yang ditempuh untuk mempertahankan daya dukung dan

kelestarian lingkungan panyai dan laut antara lain :

Menanamkan budaya kelautan dan cinta bahari sedini mungkin, pola anak-anak di

lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat melalui kegiatan mendukung

Page 16: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

10

penyebarluasan informasi produk kelautan, wisata bahari serta tentang fungsi

ekosistem laut dan keanekaragaman hayati;

Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan laut dan pantai melalui

pemahaman fungsi ekosistem pantai dan keragaman hayati seperti terumbu karang,

hutan mangrove dan nipah sehingga fungsunya sebagai penahan gelombang, habitat

dan pembiakan ikan sekaligus potensi wisata dapat terjamin.

Mengembangkan daerah yang memiliki potensi wisata bahari melalui

pengembangan sarana dan prasarana, promosi, pelayanan dengan tetap memelihara

kelestarian fungsi lingkungan hidup;

Meningkatkan upaya pembinaan, pengawasan dan penegakan peraturan sebagai

produk perangkap hukum di lapangan;

Melakukan pengkajian untuk mengembangkan alternative cara pemanfaatan potensi

laut yang ramah lingkungan;

Menyusun dan menetapkan tata ruang pantai dan laut yang berwawasan lingkungan

yang dijadikan pedoman bagi perencanaan pembangunan agar penataan lingkungan

hidup dan pemanfaatan sumber daya laut dapat dilakukan secara aman, tertib,

efisien dan efektif.

Menetapkan kawasan laut atau pantai menjadi kawasan kritis, kawasan perlindungan

atau konservasi, kawasan produksi atau budidaya dan kawasan khusus. Dengan

pengelompokan seperti itu, pengelolaan dan penataan akan lebih mudah dan focus

dapat dilakukan.

II.6 Jenis-jenis Pantai

Bentuk-bentuk pantai ada berbagai macam sebagai akibat dari berbagai proses

geologi yang membentuknya dan batuan serta struktur geologi yang mengendalikannya.

Ada pantai yang berbentuk dataran yang landai baik yang sempit maupun yang lebar,

atau pantai yang bertebing terjal dan berbatu-batu, dan berteluk-teluk. Berikut ini

beberapa ulasan mengenai hal tersebut.

1.1. Bentuk Dan Genesa Pantai

Berbagai bentuk pantai antara lain :

1) Pantai bertebing terjal dan berteluk-teluk (fyord) :

Pantai berbatasan langsung dengan kaki bukit/gunung atau dengan dataran yang

sempit. Teluk-teluk berselingan dengan punggungan bukit dengan berbagai struktur

geologi seperti struktur lipatan, patahan, komplex, atau gunung api. Dasar laut

Page 17: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

11

umumnya terjal, langsung ke laut dalam. Gejala demikian terlihat di Dalmasia,

Spanyol, Pasifik Selatan, dan mungkin juga di Indonesia bagian Timur. Hal tersebut

disebabkan oleh tenggelamnya wilayah tersebut oleh genangan air laut

(submergence).

2) Pantai berdataran yang luas dan panjang :

Pantai ini mempunyai ciri adanya dataran yang luas. Banyak yang lurus, dasar laut

yang relatif dangkal dan merupakan hasil endapan sedimen dari daratan, dengan

kemiringan kearah laut dalam secara gradual.

Kerja gelombang di pantai menghasilkan berbagai morfologi seperti pematang

pantai (barrier bars) laguna (lagoon) dengan “tidal inlet”, dan delta. Banyak dari gejala

tersebut di atas dibentuk karena munculnya dasar laut, ke permukaan. Dalam

perkembangannya, kedua jenis pantai tersebut dapat berelevasi ke berbagai bentuk

pantai. Selain kedua jenis pantai tersebut, yang bentuk-bentuknya dipengaruhi oleh

kondisi muka laut, maka terdapat pula bentuk-bentuk pantai yang lain :

3) Delta, dataran aluvial, dan “Outwosh Plain”.

Delta merupakan dataran di muara sungai yang terbentuk sebagai akibat dari

endapan sedimen di laut yang berasal dari sungai. Berbagai bentuk delta dikenal

tergantung kepada kondisi morfologi sungai, morfologi dataran, arah gelombang laut,

kedalaman laut, dsb.

Dataran Aluvial merupakan wilayah yang datar atau hampir datar yang terbentuk

oleh endapan yang dibawa air. Beberapa jenis bentuk “dataran aluvial” antara lain :

a. Kipas aluvial, berbentuk “kipas” dengan apex berada pada bagian hulu dan kakinya

berada di bagian hilir. Umumnya berada pada perbatasan antara wilayah

pegunungan/perbukitan dengan wilayah dataran. Kemiringan lereng bervariasi

antara 0o – 30 o, makin ke hilir makin mendatar.

b. Dataran sungai; merupakan dataran di dalam tubuh sungai yang terbentuk oleh

sedimentasi (point bars). Endapan dapat berupa bongkah, kerakal, kerikil, pasir,

lanau, danlempung.

c. Dataran banjir; berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang

terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa

pasir, lanau, dan lumpur.

d. Dataran pantai; suatu dataran di tepi pantai yang terbentuk oleh endapan akibat

gelombang laut di saat kondisi pasang dan surut. Umumnya berupa bongkah,

kerakal, dan pasir.

Page 18: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

12

e. Dataran rawa; merupakan dataran bekas rawa-rawa dekat pantai, terbentuk sebagai

akibat dari kondisi surut muka laut atau naiknya permukaan daratan (emmergence).

Terdiri dari tanah pasir halus, lumpur, dan lumpur/tanah organik, gambut.

Segala jenis endapan di wilayah dataran tersebut di atas umumnya bersifat lepas, lunak,

lembek, belum tersemen kuat sehingga bersifat lolos air, mudah terkikis, mudah amblas

khususnya yang bersifat lempung dan organik.

II.7 Hakekat Konservasi

a. Pengertian Konservasi

Istilah konservasi pada dasarnya ialah hal yang berkaitan dengan usaha–usaha

pelestarian dengan awal pelestarian yang mencakup pengelolaan lingkungan alam untuk

memelihara dan menjamin tersedianya sumber daya alam untuk masa mendatang.

Istilah ini kemudian berkembang pada lingkungan binaan lama, akumulasi energi

hingga konservasi arsitektur (Bahan ajar arsitektur perkotaan, 2004). Pelestarian dalam

lingkup bangunan dan lingkungan adalah semua proses untuk memelihara lingkungan

atau bangunan sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya yang berupa nilai

keindahan, sejarah, keilmuan atau nilai sosial untuk generasi lampau, masa kini dan

masa datang yang akan dapat terpelihara (Bahan ajar arsitektur perkotaan, 2004).

Pelestarian juga dipahami sebagai upaya untuk melindungi/menjaga bangunan,

monumen dan lingkungan dari kerusakan dan mencegah terjainya kerusakan.

Konservasi menurut piagam Burra dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan

sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, dapat pula mencakup preservasi, restorasi,

rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi. Konservasi secara luas merupakan upaya

melestarikan agar penggunaan lebih efisien dan mengatur arah pengembangan di masa

datang termasuk kegiatan pemeliharaan.

Konservasi juga merupakan upaya untuk memelihara suatu tempat yang

dilakukan sedemikian rupa sehinggga makna dari tempat tersebut dapat dipertahankan.

Yang dimaksud dengan tempat disini adalah lahan, kawasan, gedung atau kelompok

gedung termasuk lingkungan yang terkait. Sedangkan makna adalah arti dari tempat

tersebut yang meliputi sejarah, budaya, tradisi, nilai keindahan, sosial, ekonomi, iklim

dan fisik.

Strategi konservasi adalah upaya untuk melestarikan bangunan, mengefisienkan

penggunaannya dan mengatur arah perkembangannya di masa mendatang. Strategi ini

dilakukan agar tempat-tempat yang menarik tidak diubah secara tidak sesuai.

Page 19: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

13

Sedangkan akibat dari strategi tersebut dapat berupa perubahan dengan tingkat

teretentu. Mungkin saja konservasi dilakukan dengan metode tertentu hingga tidak ada

perubahan dari originalitas ketika ditemukan. Boleh saja ketika konservasi dilakukan

dengan sedikit, banyak atau perubahan terhadap semuanya dengan metode dan teori

yang berbeda. Ruang lingkup kegiatan konservasi dapat dilakukan pada berbagai aspek

seperti alam, kesenian, arkeologi dan lingkungan binaan (Eko Budiharjo, 1987).

b. Manfaat Konservasi

Manfaat usaha konservasi pada dasarnya dilakukan untuk memberikan manfaat

praktis seperti penghematan biaya pembangunan dan energi (Ainsle, 1982). Selain itu

manfaat yang diperoleh juga menyangkut aspek-aspek budaya, ekonomi, sosial dan

perencanaan.

Manfaat budaya menyangkut :

Makna bangunan dan lingkungan lama dan bersejarah dalam bidang

pendidikan.

Memperkaya kualitas estetika lingkungan kota

Memberikan kesan keterikatan bangunan atau tempat dengan sejarahnya

Manfaat ekonomis meliputi :

Meningkatkan nilai kepemilikan

Memberikan dampak bagi kapasitas penjualan dan penyewaan komersial

Memberikan dampak pada penghematan biaya pembangunan

Meningkatkan pemasukan pajak pendapatan

Manfaat sosiologis dan perencanaan merupakan aspek yang sulit diukur namun

tetap terkait dengan aspek budaya dan ekonomi.

Menurut eko budiharjo (1990) ada tujuh manfaat dari preservasi dan konservasi

yaitu :

Memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat kesinambungan,

memberi tautan bermakna dengan masa lampau dan memberikan pilihan

untuk tetap tinggal dan bekerja di dalam bangunan atau lingkungan lama

tersebut.

Memberikan suasana permanen yang menyegarkan.

Membantu hadirnya sense of place, identitas diri dan suasana kontras

Melestarikan lingkungan kota lama sebagai asetterbesar dalam industri

wisata internasional.

Page 20: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

14

Melindungi dan menyampaikan warisan berharga kepada generasi

mendatang

Memberikan kemungkinan bagi setiap orang untuk memperoleh

kenyamanan psikologis yang diperlukannya

Membantu terpeliharanya warisan arsitektur

II.8 Konsep Sumber Daya Hayati Kelautan

Realita hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas dari alam dan

lingkungannya, karena hal tersebut merupakan hubungan mutualisme dalam tatanan

keseimbangan alam dan kehidupannya (Balancing Ecosytem). Adapun kemampuan

manusia hidup dan mempertahankan kehidupannya (survive) dalam rangka

pengembaraannya dimuka bumi adalah sebagai proses pembentukan pribadi individu

yang peka terhadap alam dan lingkungannya. Sumber daya alam terbagi dua, yaitu :

a. SDA yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable)

b. SDAyang dapat diperbaharui (renewable).

Keanekaragaman hayati termasuk didalam sumber daya alam yang dapat

diperbaharui. Potensi sumber daya alam hayati tersebut bervariasi, tergantung dari letak

suatu kawasan dan kondisinya yang memiliki dasar hukum berupa Undang-undang

Konservasi Hayati oleh negara. Pengertian istilah sumber daya alam hayati cukup luas,

yakni mencakup sumber daya alam hayati, tumbuhan, hewan, bentang alam (landscape)

dan sosial budaya.

II.8.1 Nilai-Nilai Keanekaragaman Hayati

1. Nilai Ekologis

Setiap sumberdaya alam merupakan unsur ekosistem alam. Misal, suatu tumbuhan dapat

berfungsi sebagai pelindung tata air dan kesuburan tanah. Suatu jenis satwa dapat

menjadi key species yang menjadi kunci keseimbangan alam.

2. Nilai Komersial

Secara umum telah dipahami bahwa kehidupan manusia tergantung mutlak kepada

sumber daya alam hayati. Keanekaragaman hayati mempunyai nilai komersial.

3. Nilai Sosial dan Budaya

Keanekaragaman hayati mempunyai nilai sosial dan budaya yang sangat besar. Suku-

suku pedalaman tidak dapat tinggal diperkotaan karena bagi mereka tempat tinggal

adalah hutan dan isinya. Sama halnya dengan suku-suku yang tinggal dan

Page 21: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

15

menggantungkan hidup dari laut. Selain itu keanekaragaman hayati suatu negara lain

didunia. Konstribusi-konstribusi ini tentunya memberikan makna sosial dan budaya

yang tidak kecil.

4. Nilai Rekreasi

Keindahan sumber daya alam hayati dapat memberikan nilai untuk menjernihkan

pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan bagi yang menikmatinya. Kita sering sekali

pergi berlibur ke alam, apakah itu gunung, gua atau laut dan lain sebagainya, hanya

untuk merasakan keindahan alam dan ketika kembali ke perkotaan kita merasa

berenergi untuk terus melanjutkan rutinitas dan kehidupan.

5. Nilai Penelitian dan Pendidikan

Alam sering kali menimbulkan gagasan-gagasan dan ide cemerlang bagi manusia. Nilai

ini akan memberikan dorongan untuk mengamati fenomena alam dalam bentuk

penelitian. Selain itu alam juga dapat menjadi media pendidikan ilmu pengetahuan

alam, maka sangat diperlukan bahan untuk penelitian maupun penghayatan berbagai

pengertian dan konsep suatu ilmu pengetahuan.

II.8.2 Pengertian Keanekaragaman Hayati

Definisi keanekaragaman hayati adalah:

Keanekaragaman makhluk hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan ekologinya,

dimana makhluk hidup tersebut terdapat. Keanekaragaman hayati mencakup tiga

tingkatan yaitu:

1. Keanekaragaman Genetik

Merupakan keanekaragaman yang paling hakiki, karena keanekaragaman ini dapat

berlanjut dan bersifat diturunkan. Keanekaragaman genetik ini berhubungan dengan

keistimewaan ekologi dan proses evolusi.

2. Keanekaragaman Jenis

Meliputi flora dan fauna. Beraneka ragam jenis memiliki perilaku, strategi hidup,

bentuk, rantai makanan, ruang dan juga ketergantungan antara jenis satu dengan yang

lainnya. Adanya keanekaragaman yang tinggi akan menghasilkan kestabilan lingkungan

yang mantap.

3.Keanekaragaman Ekosistem

Tercakup didalamnya genetik, jenis beserta lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem

merupakan keanekaragaman hayati yang paling kompleks. Berbagai keanekaragaman

ekosistem yang ada di Indonesia misalnya ekosistem hutan dan pantai, hutan payau

Page 22: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

16

(mangrove), hutan tropika basah, terumbu karang, dan beberapa ekosistem pegunungan,

perairan darat maupun lautan. Pada setiap ekosistem terdapat berbagai jenis organisme,

baik flora maupun fauna, dan mereka memiliki tempat hidup yang unik.

II.8.3 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Istilah konservasi mempunyai definisi pemanfaatan dan pengelolaan alam dan

sumber daya alam yang bijaksana bagi kepentingan manusia. Konsep konservasi pada

intinya adalah:

1. Melindungi

2. Memanfaatkan

3. Mempelajari

Kegiatan konservasi mencakup beberapa sektor, yaitu sektor ilmiah, sektor sosial

budaya dan sektor pengolahannya. Ketiga sektor ini harus saling melengkapi mengikat

satu sama lainnya. Sektor ilmiah melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian-penelitian

dan pengamatan yang bersifat ilmiah, artinya kegiatan ini bersifat terbuka, terukur,

sistematik nalar dan berkaitan dengan sistematik yang ada misalnya:

1. Penelitian tentang satu jenis flora dan fauna tertentu, baik dari populasi atau

habitatnya.

2. Sektor sosial budaya dan ekonomi perlu dipahami, sebab latar belakang

masyarakat berpengaruh terhadap perlindungan pelestarian dan pemanfaatan

sumberdaya alam hayati.

3. Sektor pengolahan adalah bagaimana manusia mengelola sumber daya alam

yang ada secara bijaksana.

Dukungan yang mengglobal terhadap konservasi didasarkan karena penghargaan

estetika, pengetahuan bahwa produk-produk yang berguna dapat saja berasal dari jenis

yang belum dikenali, dan pengertian bahwa lingkungan harus menjadi fungsi biosphere

yang tepat, khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia akan udara, air

dan tanah, yang mana saat ini mengalami degradasi yang sangat cepat.

II.8.4 Pembangunan Kelautan

Permasalahan yang kerap terjadi dalam upaya konservasi sumber daya hayati kelautan

dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan sudah banyak terjadi. Upaya

kebijakan yang dapat diambil antara lain :

Page 23: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

17

• Berkurangnya perusakan sumber daya pesisir dan laut;

• Pengelolaan ekosistem pesisir, laut dilakukan secara lestari.

• Serasinya peraturan perundangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya

pesisir dan laut;

• Mendorong pengelolaan sumber daya pesisir dan berkelanjutan;

• Meningkatnya luas kawasan konservasi laut.

• Terintegrasinya pembangunan laut, pesisir, dan daratan.

• Terselenggaranya pemanfaatan ruang laut, pesisir dengan daya dukung

lingkungannya;

• Terwujudnya ekosistem pesisir dan laut yang terjaga kebersihan, kesehatan, dan

produktivitasnya;

• Upaya mitigasi bencana alam laut, dan keselamatan masyarakat.

Page 24: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

18

III.1 Peta Pesisir Pantai Kuta

Kabupaten Badung memiliki panjang pantai 81,35 km. Beberapa dari kawasan

pantai tersebut digunakan untuk kegiatan pariwisata, dan berkembang pesat menjadi

kawasan padat dengan berbagai aktivitas seperti hotel, pondok wisata, restoran, rumah

makan, bar dan sarana penunjang kegiatan pariwisata lainnya. Salah satu kawasan

pantai itu adalah Pantai Kuta.

III.2 Sekilas Kuta Tempo Dulu

Sekitar tahun 1334, Majapahit dengan Maha Patih Gajah Mada mengadakan

invasi penaklukan Bali. Untuk melabuhkan perahu dan pasukannya, Gajah Mada

memilih sebuah tempat di Selatan pantai Kuta sekarang. Karena banyaknya perahu

yang berlabuh, masyarakat menyebutnya pasih perahu. Pasih dalam Bahasa Bali

berarti ‘laut’ sehingga pasih perahu dapat diartikan sebagai ‘lautan perahu’. Lokasi

inilah pada abad ke 14 menjadi penghubung Bali-Jawa dengan sebutan Kuta yang

artinya benteng. Adapun lintasan serta lapisan perkembangan fungsi Kuta dari

kesejarahannya adalah sebagai berikut:

BAB III

TINJAUAN UMUM OBYEK

Jenis Penggunaan Lahan

Akomodasi WisataIndustri dan GudangLahan KosongPemukimanPerdagangan dan JasaRawa dan Hutan BakauSentral Parkir

Peta Kawasan KutaSumber: SMPK

Page 25: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

19

Kuta sebagai Pelabuhan dan Pusat Perdagangan Bali Selatan

Kuta memiliki letak strategis sebagai pelabuhan laut, karena diapit dua tepi

pantai yaitu sisi pantai Timur dan Barat. Kedua sisi pantai tersebut sama-sama memiliki

teluk, sehingga kapal maupun perahu-perahu mudah berlabuh dengan aman. Ketika itu

kedua sisi pantai tersebut dimanfaatkan sebagai pelabuhan alam, dimana pada saat

angin bertiup dari Barat yang dibarengi musim hujan pada sekitar Oktober hingga April

kapal-kapal akan berlabuh di pantai Timur yang disebut Tuban. Sedangkan pada April

hingga Oktober ketika musim kemarau berlangsung dan meniupkan angin dari

Tenggara, kapal-kapal akan berlabuh di pantai Barat yaitu di Kuta. Laporan terakhir

yang disampaikan Pierre Dubois, wakil Pemerintah Hindia Belanda, tinggal di Kuta

dari bulan April 1927 sampai berakhirnya Perang Jawa kepada atasannya tentang

perkembangan politik di Bali dan peristiwa yang terjadi di Kuta ditulis tanggal 27

Februari 1831. Laporannya antara lain menyebutkan bahwa Kuta (disebut Coutaen)

merupakan pelabuhan terpenting di Bali Selatan sebagai tempat penyaluran pemasokan

barang impor dan ekspor hasil bumi.

Perdagangan di Kuta mengalami kemajuan pesat setelah perusahaan dagang

Belanda yaitu De Nederlandsche Handelmaatschappij (NHM) didirikan tanggal 1

Agustus 1839 atas persetujuan Raja Kesiman, Gusti Ngurah Gede Kesiman, yang saat

itu memiliki pengaruh kuat di Kerajaan Badung. Pada masa itu, Raja Kesiman

memberikan kepercayaan kepada Mads Johansen Lange, seorang pedagang Denmark

dengan mengangkatnya sebagai syahbandar. Bahkan, karena hubungan baik dengan

Raja Kesiman, Lange juga dianugerahi jabatan sebagai perbekel (kepala desa) di Kuta.

Dari sinilah akhirnya Mads Lange memainkan peran besar dalam perkembangan Kuta.

Dia memegang monopoli perdagangan seperti budak hingga uang kepeng Cina yang

ketika itu menjadi mata uang yang paling banyak beredar. Disamping menggunakan

uang kepeng sebagai alat pembayaran, juga dipakai uang Spanyol yang disebut dengan

Piaster, dan uang Belanda yang terbuat dari emas dan perak. Kejayaan NHM hanya

berlangsung dalam kurun waktu sekitar empat tahun saja sejak berdirinya. Pada tahun

1843 NHM mengalami kemerosotan akibat bersaing dengan Lange, pedagang

Tionghoa, dan pedagang lokal Bali, dan atau karena dukungan para elite lokal yang

kian menyurut. Disamping itu juga diperkirakan bahwa terbukanya pelabuhan lainnya

di Bali Timur (Padang Bai-Karangasem) dan pelabuhan Buleleng di Bali Utara

merupakan faktor lainnya yang menyurutkan mahligai Kuta sebagai pelabuhan dan

pusat perdagangan di Bali Selatan.

Page 26: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

20

Kuta Sebagai Pusat Pariwisata

Perkembangan pariwisata Kuta dimulai tahun 1932, saat Kuta didatangi seorang

tamu Skotlandia. Miss Manx. Namun dia lebih bangga menyebut dirinya dengan nama

Bali, Ktut Tantri. Bahkan, Tantri juga sangat akrab dengan penduduk Kuta. Ktut Tantri

melihat pantai Kuta memiliki keindahan tersendiri terutama ombaknya. Karenanya, dia

bercita-cita untuk membangun sebuah hotel dengan arsitektur Bali dan mengikuti pola-

pola bangunan rumah Bali. Akhirnya, Ktut Tantri mendirikan hotel “Suara Samudera”.

Inilah hotel pertama di Kuta yang kemudian menjadi Hotel Pantai Kuta (Kuta Beach

Hotel) yang secara resmi beroperasi pada tahun 1959 dengan model seperti bungalow.

Pecahnya Perang Dunia II mengakibatkan kepariwisataan Kuta belum bisa

berkembang baik. Baru pada tahun 1963, ketika Presiden Soekarno membangun Hotel

Bali Beach di Sanur dan mulai tahun 1967 mengadakan rehabilitasi Bandara Ngurah Rai

Tuban menjadi bandara internasional, dunia kepariwisataan di Kuta mulai menggeliat.

Kondisi ini juga dipicu oleh terbitnya buku Ktut Tantri berjudul Revolt in Paradise yang

menceritakan tentang eksotisme pulau dan masyarakat Bali. Buku Tantri mendorong

orang-orang asing datang ke Bali. Mulailah banyak pelancong yang datang ke Bali

khususnya Kuta.

Fasilitas publik di Kuta ketika itu belumlah memadai sebagai tempat kunjungan

wisata. Jalan-jalan masih seperti kubangan. Pantai masih kotor. Listrik juga belum ada.

Turis yang menginap di rumah-rumah warga pun hanya ditemani lampu minyak tanah.

Setelah listrik masuk pada tahun 1970-an, Kuta mulai berbenah. Rumah-rumah warga

Suasana Kuta Tempo Dulu SaatMenjadi Pelabuhan dan Pusat

PerdaganganSumber: Salain, 2001

Page 27: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

21

yang disewakan untuk turis pun semakin banyak jumlahnya. Bahkan, sudah dilengkapi

dengan kamar mandi dan toilet. Sampailah akhirnya pelaksanaan Konferensi PATA di

Sanur. Turis-turis hippies kian membludak mengunjungi Kuta. Padahal, pemerintah

sendiri berharap pelaksanaan konferensi itu bisa menyedot tamu-tamu kelas atas untuk

mengisi kamar-kamar hotel mewah. Warga Kuta tentu menangkap peluang ini. Mulailah

menjamur usaha pemondokan wisata atau home stay, beach inn, guest house, lodging

house, accomodation, serta yang paling terkenal yakni pension. Pemerintah Daerah

Badung saat itu memang mengizinkan warga Kuta membuka pension, tanpa persyaratan

apapun.

Seiring dengan jenuhnya pembangunan hotel di Kawasan Wisata Nusa Dua,

para pemodal pun menyerbu Kuta. Sekitar tahun 1973, tanah-tanah kosong di pesisir

Pantai Kuta diborong oleh pemodal-pemodal besar untuk membangun hotel besar,

restoran, dan fasilitas wisata lainnya. Hamparan kebun kelapa dan semak-semak,

berubah menjadi hotel-hotel mewah dan menengah. Seiring dengan itu, restoran,

supermarket, bank, pertokoan, dan fasilitas kepariwisataan lainnya terus bermunculan.

Kuta sesuai perjalanan waktunya dapat dikatakan sebagai kota internasional dengan

multi etnik sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setidak-tidaknya dapat dilihat

dari budaya fisik yang ada seperti Pura, Mesjid, Klenteng/Vihara, Gereja dan lainnya.

Terpeliharanya objek fisik tersebut dan hubungan yang sangat kental diantara etnik

yang ada, disertai dengan latar belakang bentang alam yang indah dan ramah

menyebabkan Kuta bagaikan kota tujuan dan impian bagi wisatawan.

III.3 Pantai Kuta, Pusat Ekonomi dalam Kaitannya sebagai Kawasan Pariwisata

Banyak manfaat dan dampak dari pembangunan dan pengembangan pariwisata

bila hal tersebut direncanakan dan diarahkan dengan baik, antara lain:

1. Manfaat ekonomi (kesejahteraan)

Meningkatnya arus wisatawan yang datang ke suatu daerah menuntut aneka

ragam pelayanan dan fasilitas yang menunjang. Hal ini memberi manfaat

ekonomi bagi penduduk, pengusaha, maupun pemerintah setempat, antara

lain:

a. Penerimaan devisa

b. Kesempatan berusaha

c. Terbukanya lapangan kerja

d. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah

Page 28: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

22

e. Mendorong pembangunan daerah

2. Manfaat sosial budaya

a. Pelestarian budaya dan adat istiadat

b. Meningkatnya kecerdasan masyarakat

c. Mengurangi konflik sosial

3. Manfaat dalam berbangsa dan bernegara

a. Mempererat persatuan dan kesatuan

b. Menumbuhkan rasa memiliki dan kecintaan terhadap tanah air

c. Memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan

pariwisata

4. Manfaat bagi lingkungan

Pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan agar dapat

memenuhi keinginan wisatawan, seperti: hidup tenang, bersih, jauh dari

polusi, santai serta dapat memulihkan kesehatan fisik dan mental. Oleh sebab

itu pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara untuk melestarikan

lingkungan, disamping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari

lingkungan yang ada.

Dari semua manfaat ekonomi yang

disebutkan, semuanya ada di Kuta. Tidak

dapat dipungkiri Kuta dengan pantainya

kini merupakan salah satu primadona

yang menjadi tempat tujuan wisatawan

dari seluruh dunia. Di tahun 2007,

kunjungan wisatawan mancanegara

mencapai 1,7 juta dan diperkirakan pada tahun 2008 ini mencapai 1,9 juta yang

mengunjungi Bali dan tiga perempatnya diperkirakan mengunjungi Pantai Kuta. Di

Kuta perputaran ekonomi berlangsung cepat dan melibatkan semua kaum, baik dari

kaum terbawah hingga investor elite kelas atas sekalipun. Siapapun setuju bahwa Kuta

dengan pasir putih, sunset, lokasi strategis, fasilitas, dan pantainya masih merupakan

potensi yang sangat penting dalam perkembangan pariwisata. Namun harus disadari

pula bahwa potensi alam dan pemandangannya merupakan pendukung yang masih

mungkin ditemukan di tempat lain di dunia. Hal lain yang mendongkrak daya tarik

Kuta sebagai kawasan pariwisata adalah budaya, adat, agama, dan taksu yang

dimilikinya karena masyarakat Kuta masih teguh memegang ajaran leluhur.

Page 29: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

23

IV.1 Penyebab Kawasan Pantai Kuta Perlu Ditata

Apabila pembangunan hanya memperhatikan manusianya saja, maka alam

akan rusak, namun sebaliknya apabila hanya memperhatikan alam, maka manusia akan

mati karena manusia bergantung sepenuhnya pada alam. Disinilah diperlukan sebuah

sinergi yang baik antara manusia dan alam. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk

mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana caranya memperbaiki

kehancuran suatu lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi

dan keadilan sosial.

Penelitian yang berkaitan dengan penyebab kenaikan muka air laut telah

banyak dilakukan dengan hasil yang bervariasi. Pemahaman bahwa efek rumah kaca

berkaitan erat dengan meningkatnya muka air laut masih dalam perdebatan, tetapi telah

menjadi issue dunia bahwa perubahan iklim dunia (global warming) adalah penyebab

kerusakan kawasan pantai. Tingkat kerusakan pantai tidak merata antara satu tempat

dengan tempat lainnya antara lain bergantung pada kelandaian dan jenis tanahnya.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia mempunyai areal daratan

seluas kurang lebih 190.453.837 hektar yang tersebar di sekitar 17.508 buah pulau

dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu sekitar 81.000 km. Dengan asumsi

kemunduran garis pantai sekitar 50 m maka Indonesia akan kehilangan lahan seluas

400.000 Ha. Diperkirakan bahwa sekitar 50-60 % penduduk Indonesia tinggal di

kawasan pantai. Fenomena ini menunjukan besarnya kawasan yang hilang akibat

mundurnya garis pantai yang cukup besar dan besarnya jumlah masyarakat yang

dirugikan terutama mereka yang menggantungkan hidup dari aktivitas pantai.

Pengamatan pada tahun 2001 di kawasan pantai Bali menunjukan bahwa 20 % dari 430

km panjang pantai yang ada di Bali mengalami kerusakan.

Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.34/HM.001/MKP/2008 tanggal 8 September 2008, Kawasan Pantai Kuta tergolong

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 30: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

24

dalam obyek vital nasional di bidang kebudayaan dan pariwisata selain 28 obyek vital

nasional di bidang kebudayaan dan pariwisata lainnya. Mengacu kepada hal tersebut,

seharusnya seluruh komponen yang terlibat baik masyarakat setempat, pengusaha,

maupun pemerintah saling bekerjasama demi menata kawasan Pantai Kuta menjadi

lebih baik lagi.

Saat ini telah dilakukan penataan kawasan pantai Kuta karena selama ini abrasi

mulai menghantui pantai ini. Pemerintah pusat, melalui Departemen Pekerjaan Umum,

memberikan bantuan sebesar Rp 290 miliar untuk program penyelamatan Pantai Kuta

sebagai aset utama pariwisata. Dana yang berasal dari pinjaman pemerintah Jepang itu

digunakan untuk membangun penangkap pasir sepanjang lima hingga tujuh kilometer.

Kawasan Pantai Kuta mempunyai panjang 11 km. Pasir putih yang ada pada pantai ini

dihasilkan dari gugusan terumbu karang. Secara alamiah, abrasi pantai di kawasan

pantai ini diperkirakan akan terus berlangsung sebagai akibat perubahan iklim global

terutama meningkatnya suhu yang mengakibatkan permukaan air laut relatif terhadap

tanah terus naik. Selain karena faktor alam, abrasi pantai di kawasan yang merupakan

wilayah padat pembangunan dan aktivitas manusia cenderung diperkuat oleh dampak

dari aktivitas manusia di sepanjang pantai yang mengganggu keseimbangan dan

kestabilan pantai. Seperti pembangunan yang mendesak sempadan pantai serta

bangunan proteksi pantai yang menjorok ke laut.

Pantai KutaSumber: Salain, 2001 dan dokumentasi pribadi

Proyek Penataan Pantai KutaSumber: Bali Beach Conservation Project, 2007

Page 31: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

25

Selain abrasi, permasalahan umum terhadap lingkungan yang terjadi adalah

rendahnya kesadaran pengunjung/wisatawan nusantara untuk menjaga kebersihan

lingkungan pantai. Misalnya dengan membuang sampah sembarangan. Selain itu juga

disinyalir ada beberapa hotel yang membuang limbah ke laut dengan cara membuat

saluran limbah tertutup sehingga tidak nampak di permukaan, secara langsung ini akan

mengganggu ekosistem laut. Limbah dari hotel ini akan menimbulkan masalah terutama

bila musim hujan tiba, karena limbah disalurkan melalui got dan dapat membanjiri

jalan, halaman, serta menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu

kenyamanan wisatawan dan lingkungan sekitarnya.

IV.2 Penyebab Abrasi di Pantai Kuta

Menurut Bali Beach Conservation Project (2001), bentang pantai yang

mengalami abrasi sepanjang 7 km dari landasan pacu Bandara Ngurah Rai sampai

Legian, tingkat abrasi paling parah dengan laju 6 m/tahun sepanjang 3 km dari landasan

pacu sampai pasar seni Kuta. Selain itu, peningkatan aktivitas masyarakat diyakini

dapat menimbulkan pencemaran, menganggu keseimbangan dan kelestarian pesisir dan

laut. Proses transportasi sedimen dan hidrooseanografi pantai terganggu akibat

pembangunan yang mendesak sempadan pantai. Terdapat 35 bangunan yang

memanfaatkan sempadan pantai di Kelurahan Kuta dengan jarak sempadan 6,5-30 m

(Bappeda dan Sucofindo, 2002). Pantai Kuta mengalami abrasi cukup besar

diperkirakan lebih dari 50 m dalam 10 tahun terakhir dan lebih dari 100 m sejak tahun

Limbah di pantai KutaSumber: http://dsdp-bali.com/

Sampah dan Bangkai Ikandi Pantai Kuta

Sumber:http://www.detiknews.com/

Page 32: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

26

1960, sejak dibangunnya landasan pacu (run way) Bandara Ngurah Rai yang menjorok

ke laut sepanjang 800 meter. Abrasi di Pantai Kuta diperparah karena adanya

pembangunan fasilitas pariwisata yang mendesak sempadan pantai, pengikisan terhadap

vegetasi alamiah, dan pembangunan krib (groin) yang tak terencana dengan baik

terutama untuk kepentingan privat.

Laut sama dengan ekosistem lainnya memiliki daya homeostatis yaitu

kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dan merupakan ekosisitem perairan

yang memiliki daya dukung (carrying capacity) untuk memurnikan diri (self

purification) dari segala gangguan yang masuk ke dalam badan-badan perairan tersebut.

Pada kenyataanya, perairan pesisir merupakan penampungan (storage system) akhir

segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia (Dahuri, 2001). Laut

menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian, limbah rumah

tangga, sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak lepas pantai dan masih

banyak lagi bahan yang terbuang ke laut (Darmono, 2001). Jika beban yang diterima

oleh perairan telah melampaui daya dukungnya maka kualitas air akan turun.

Lingkungan perairan tidak sesuai lagi dengan batas baku mutu yang ditetapkan, perairan

tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologi. Hal ini di

samping sangat berpengaruh terhadap komunitas yang ada di dalamnya, juga sangat

berpengaruh terhadap masyarakat yang memanfaatkan perairan pantai. Berdasarkan

hasil penelitian Bapedal Kabupaten Badung bekerjasama dengan PPLH Unud (2004),

kondisi perairan Pantai Kuta bila dilihat dari segi peruntukannya kondisinya sudah

kurang baik. Sebagai air untuk pariwisata dan rekreasi, ada beberapa parameter fisik,

kimia dan mikrobiologi telah melampaui ambang batas yang ditetapkan baik di musim

hujan, maupun musim kemarau. Perairan Pantai Kuta juga sering mendapat kiriman

sampah dan bangkai ikan setiap musim barat. Perlu diupayakan pencegahannya

seminimal mungkin sehingga perairan pantai menjadi aman untuk mandi, renang, dan

menyelam.

Page 33: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

27

IV.3 Penataan Kawasan Pantai Kuta

Salah satu cara yang

dipakai adalah melakukan

pengurukan terhadap Pantai.

Pasir yang diambil untuk

menguruk pantai ini diambil dari

Pantai Geger di Sawangan. Hal

ini menimbulkan pro dan kontra

di berbagai kalangan. Di satu sisi,

Pantai Kuta memerlukan pasir laut sejumlah 650.000 meter kubik sedangkan di sisi lain

Pantai Geger juga mempunyai potensi dengan budidaya rumput lautnya. Masyarakat

yang umumnya petani rumput laut sangat terpengaruh dengan aktivitas pengerukan

pasir pantai itu misalnya ketika ombak besar datang. Kedalaman perairan yang

bertambah akan mengganggu aktivitas nelayan dan produksi rumput laut yang di daerah

tersebut boleh dikatakan memiliki kualitas baik. Hal ini mejadi suatu dilema, namun

seringkali untuk mencapai suatu hal yang baik, ada hal baik lainnya yang harus

dikorbankan. Disini diperlukan kearifan dan kebijakan dari berbagai pihak untuk

menyikapinya.

Selain itu juga perlu dilakukan pembenahan terhadap infrastruktur yang ada

untuk lebih mempercantik kawasan pantai ini, kini di Pantai Kuta sedang dilakukan

penambahan lampu taman untuk memperindah tampilan Pantai Kuta kemudian akan

dilakukan pavingisasi terhadap bagian pedestrian yang rusak dari Kuta hingga

Seminyak, menerapkan pengembangan pariwisata yang lebih berkualitas dan

berkelanjutan serta berbasis pada nilai-nilai spiritual Hindu Bali. Untuk mengatasi

permasalahan lingkungan yang terjadi, dalam beberapa hal masyarakat setempat sudah

mulai sadar terhadap lingkungan sekitar. Ini dibuktikan dengan adanya beberapa LSM

yang melakukan kegiatan pembersihan di Pantai Kuta, selain itu untuk menjaga

ekosistem penyu yang ada di Pantai Kuta, kini secara berkala telah dilakukan program

pelepasan tukik yang bertujuan untuk melestarikan ekosistem penyu yang ada agar tetap

berlanjut perkembang-biakannya. Namun selain program-program yang telah

dilaksanakan tersebut juga diperlukan kesadaran dari semua komponen yang terlibat di

pantai Kuta dan penegakan serta penerapan dan sanksi yang tegas terhadap peraturan

dan pelanggaran perundang-undangan yang ada.

Page 34: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

28

IV.4 Hal-hal lain yang terjadi Kawasan Pantai Kuta

Keluhan yang sering disampaikan oleh para wisatawan adalah banyaknya

pedagang acung yang menjajakan barang dagangannya di pesisir Pantai Kuta. Ini akan

mengganggu kenyamanan para wisatawan dalam menikmati keindahan Pantai Kuta. Ke

depannya diperlukan perhatian dari pemerintah bekerjasama dengan masyarakat lokal

agar para pedagang yang ada dialokasikan pada satu tempat yang mudah dituju oleh

para wisatawan (tidak berkeliaran dan tidak memaksa wisatawan). Selain itu

penyumbang polusi terbesar dan pencemaran udara di kawasan Pantai Kuta muncul dari

padatnya jumlah kendaraan bermotor yang menuju kawasan Pantai Kuta terutama pada

musim liburan. Dapat dipastikan kemacetan panjang terjadi disini. Adanya sentral parkir

Kuta selama ini belum sepenuhnya efektif karena jumlah kendaraan pribadi yang datang

tetap saja banyak. Permasalahan infrastruktur di kawasan Pantai Kuta juga perlu

Kegiatan pembersihan di Pantai KutaSumber: http://www.tzuchi.or.id/

Kegiatan pelepasan tukik di Pantai KutaSumber: dokumentasi pribadi

Page 35: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

29

dibenahi, misalnya permasalahan kurangnya toilet umum dan kondisi jalan yang kurang

baik.

Gambar di atas menunjukkan perbandingan antara Jalan Pantai Kuta pada tahun

1986 dengan Jalan Pantai Kuta pada tahun 2008. sebuah perubahan drastis terjadi disini.

Pada tahun 1986 kawasan Pantai Kuta masih merupakan kawasan yang tenang dan jauh

dari keramaian, sedangkan pada beberapa tahun terakhir ini kawasan Pantai Kuta

merupakan suatu kawasan yang boleh dikatakan terjaga selama 24 jam. Bahkan hingga

kini Kuta tidak pernah berhenti bergeliat dan membangun. Hal ini memicu terjadinya

peningkatan emisi di udara dan tentu saja mengakibatkan terjadinya polusi udara.

Kegiatan Pedagang Acung di Pantai KutaSumber: dokumentasi pribadi

Jalan Pantai Kuta Tahun 1986 dan Tahun 2008Sumber: dokumentasi pribadi

Page 36: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

30

V.1 Simpulan

Melihat beberapa permasalahan yang muncul di kawasan Pantai Kuta dalam

kaitannya dengan pemanasan global dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar, maka

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Kawasan Pantai Kuta perlu ditata karena adanya abrasi parah, sampah

kiriman serta limbah yang sedikit tidaknya disebabkan oleh faktor perbuatan

manusia yang mempercepat terjadinya proses pemanasan global, dalam

kaitannya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

b. Penyebab abrasi yang terjadi di Pantai Kuta adalah karena pembangunan

fasilitas pariwisata yang tidak terencana baik dan mendesak sempadan

pantai, pembangunan krib (groin) yang tidak terencana dengan baik, serta

pengikisan terhadap vegetasi alamiah yang ada di sepanjang pesisir pantai

Kuta. Selain itu kenaikan muka air laut akibat pemanasan global juga

disinyalir menjadi penyebab abrasi.

c. Penataan kembali terhadap kawasan Pantai Kuta dilakukan dengan cara

pengurukan kembali, pembuatan pemecah gelombang, pembersihan sampah,

dan membuat lampu taman serta jalur pedestrian di pesisir Pantai Kuta.

V.2 Saran

1. Pemerintah daerah dan masyarakat di Kelurahan Kuta sebaiknya melakukan

upaya penanggulangan terhadap abrasi, pengelolaan limbah secara terpadu,

melakukan koordinasi antar daerah, peningkatan pengawasan dan

pemantauan secara rutin, penataan pembangunan sesuai RDTR, tindakan

tegas berupa sanksi dan denda bagi pelanggar yang merusak lingkungan

sehingga parairan laut dapat digunakan sesuai peruntukannya dan

berkelanjutan.

BAB V

PENUTUP

Page 37: Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/14438/1/b2ecc043a7cbae... · Sebagai Penanggulangan Dampak Global Warming Ditinjau Dari Aspek

31

2. Perlu diupayakan peningkatan terhadap kesadaran masyarakat melalui

sosialisasi/ penyuluhan, pendidikan dasar, kursus seminar dan pelatihan

keterampilan.

3. Perlu ditingkatkan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat lokal

setempat, para pengusaha, para pedagang untuk menjaga kawasan Pantai

Kuta agar tetap mampu memikat wisatawan tanpa mengeksploitasi alam

secara berlebihan.

4. Vegetasi sepanjang pesisir Pantai Kuta perlu ditata kembali, bila perlu

diadakan penambahan dan vegetasi yang ditanam hendaknya disesuaikan

dengan karakter Pantai Kuta.

5. Kepada pemerintah desa setempat agar diperhatikan juga zona-zona yang

diperuntukkan sebagai kawasan upacara agama, sehingga tidak berbaur

dengan wisatawan.