sebagai orang nomor satu dalam organisasi yang anda pimpin
TRANSCRIPT
Sebagai orang nomor satu dalam organisasi yang Anda pimpin—atau posisi apapun yang Anda duduki di dalamnya—komunikasi selalu memainkan peran yang paling menentukan terhadap kehidupan organisasi secara keseluruhan. Seringkali organisasi mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan disebabkan oleh faktor komunikasi yang tidak efektif. Perintah dari seorang pemimpin yang pada hakikatnya adalah komunikasi seringkali menjadi tidak jelas dan sulit diimplementasikan karena komunikasi yang dijalankan tidak efektif.
Komunikasi yang sulit dipahami—untuk kemudian diimplementasikan dalam program organisasi—tentu bukan masalah baru. Sejak lama, orang merumuskan bagaimana agar komunikasi sebagai sebuah hubungan timbal-balik, tidak hanya memainkan peran sebagai pengiriman pesan kepada pihak lain, tetapi juga menjadi perekat yang bersifat sosio-psikologis, terlebih dalam sebuah organisasi yang menghendaki kerjasama yang sinergis.
Diantara semua masalah yang muncul, disiplin komunikasi menerjemahkan gejala tersebut sebagai miscommunication (kekeliruan dalam komunikasi) sehingga proses komunikasi tidak dapat berjalan sebagaimana yang diinginkan. Dengan kata lain, tidak efektif atau terhambat.
Conor Hanaway dan Gabriel Hunt yang keduanya adalah pakar dan konsultan manajemen pada beberapa organisasi profit besar di dunia mencatat hambatan-hambatan komunikasi[1] yang biasa terjadi dalam organisasi sebagai berikut:
Bahasa
Jika Anda menginginkan komunikasi yang sukses, pengirim pesan harus mempersiapkan pesan dalam bahasa penerima pesan. Laporan ilmiah yang sangat teknis tidak akan mempengaruhi kaum profesional dari bidang lain untuk melakukan tindakan.
Kebisingan
Istilah “kebisingan” (noise) mengacu pada semua hal yang mengganggu atau memperburuk komunikasi dalam organisasi. Misalnya, pesan Anda mengalami “bentrok” dengan pesan lain yang sama-sama harus diperhatikan. Jika si penerima mendapatkan banyak sekali memo setiap harinya, Anda harus memikirkan cara lain untuk mengirimkan pesan Anda.
c. Terlalu bertele-tele
Hindari gaya militer yang berlapis-lapis. Gunakan sesedikit mungkin tahap dalam komunikasi Anda. Pembuka adalah penting, namun hendaknya jangan sampai membuat Anda menjadi lupa terhadap inti pesan yang ingin Anda sampaikan sehingga penerima mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi pesan.
d. Kesulitan mendengar
Ada banyak sekali kesulitan mendengar di pihak penerima. Tekanan kerja, masalah pribadi, prioritas lain atau kelebihan komunikasi merupakan penyebab munculnya kesulitan mendengarkan.
e. Ketidakpercayaan
Ada banyak alasan mengapa pihak penerima tidak percaya dan bersikap sinis terhadap suatu komunikasi. Sebagian rasa tidak percaya tersebut bisa jadi disebabkan oleh pihak pengirim—misalnya, jika Anda menandai semua surat Anda, “penting”, atau jika Anda tidak begitu terbuka dalam komunikasi sebelumnya.
f. Emosi
Emosi mempengaruhi komunikasi dalam, setidaknya, dua cara. Pertama, situasi yang sarat emosi dapat menyebabkan terjadinya banyak ebisingan yang menyebabkan penyimpangan komunikasi. Kedua, cara paling efektif untuk membuat seseorang melakukan tindakan adalah melalui emosi mereka.
g. Lingkaran umpan-balik
Tidak adanya lingkaran umpan-balik membuat pihak pengirim tidak yakin bahwa pesan telah sepenuhnya dimengerti
Berbagai hambatan komunikasi di atas tentu saja menyadarkan kita agar komunikasi yang dibangun—terlebih dalam konteks organisasi—hendaknya dilangsungkan secara efektif. Secara praktis, komunikasi efektif dapat dipahami sebagai fenomena terbalik dari gejala-gejala di atas tadi, yakni terciptanya sebuah interaksi yang saling memahami maksud pesan dari masing-masing arah yang pada tujuan akhirnya mampu mentransmisi dan mentransfer gagasan melalui peramuan pesan sebaik mungkin.
Untuk kepentingan itu, Conor Hanaway dan Gabriel Hunt kembali mengidentifikasi beberapa tahapan praktis komunikasi efektif[2] berikut ini:
a) Sampaikan pesan dengan jelas
Pastikan apa yang ingin Anda komunikasikan tercermin dengan tepat dalam komunikasi. Apakah Anda mengatakan dengan jelas tenang apa yang ingin Anda katakan, informasi yang ingin Anda sampaikan, dan hasil seperti apa yang Anda harapkan?
b) Siapkan komunikasi
Tentukan metode komnikasi apa yang akan Anda gunakan. Apakah Anda perlu menggunakan lebih dari satu metode? Misalnya, komunikasi langsung adalah yang terbaik untuk mempengaruhi orang lain, tetapi komunikasi tertulis merupakan metode terbaik menyangkut informasi yang terperinci.
c) Menyampaikan informasi
Kapan dan di mana Anda harus bertemu dengan orang tersebut untuk berdiskusi secara langsung? Apakah komunikasi tertulis harus menggunakan surat, faksimili, e-mail. Ada rutinitas dalam kebanyakan organisasi untuk mentransmisikan informasi. Anda harus memikirkan metode yang paling tepat.
d) Penerimaan
Pikirkan bagaimana pesan akan diterima. Apakah saat itu setiap orang hadir dalam rapat? Apakah pesan Anda akan sampai tepat waktu? Apakah mereka akan membaca memo yang Anda tulis? Jika tidak, pesan yang Anda kirim tidak akan sampai.
e) Reaksi terhadap pesan
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting. Anda menginginkan agar penerima pesan mengambil tindakan sebab jika tidak, komunikasi tidak ada gunanya. Hal ini bergantung pada dua faktor, yakni kemampuan dan disposisi pihak penerima.
Banyak komunikasi organisasi dipersiapkan secara teknis—misalnya, ramalan pemasaran, analisis finansial, atau laporan-laporan teknis lainnya—yang mungkin tidak dimengerti oleh penerima. Disposisi penerima (seperti penolakan atau ketidakpedulian) dapat membuat pihak penerima tidak
mau mengambil tindakan positif sebagai akibat dari komunikasi tersebut. Banyak memo yang dikirim dalam organisasi menjadi terabaikan.
f) Umpan-balik
Periksalah pihak penerima untuk memastikan bahwa komunikasi telah dimengerti dan dilaksanakan. Setiap proses komunikasi yang tidak memiliki lingkaran umpan-balik tidak begitu berarti karena pihak pengirim tidak tahu apakah pesan tersebut telah dimengerti dan dilaksanakan dengan benar.
[1] Conor Hanaway dan Gabriel Hunt, The Management Quick Reference Book, terj. Yosep Bambang Margono, (Bandung: Kaifa, 2004), hlm. 260-261
[2] Ibid., h. 255-256
http://mangozie.net/?p=226
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk sosial yang berkomunikasi dan berintekrasi
dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan tempat tinggal
maupun lingkungan kerja. Manusia sebagai mahluk sosial di dalam memenuhi
kebutuhan yang merupakan bagian dari tujuan hidupnya adalah dengan cara
bekerja. Menurut Panji Anggoro dan Wiwik Widiyanti (1990:31) kerja adalah
aktivitas dasar dan dijadikan bagian essential dari kehidupan manusia dan
memberikan status mengikat seorang individu lain serta masyarakat kerja
merupakan aktivitas sosial yang memberikan isi dan makna pada kehidupan.
Orang-orang memasuki organisasi tentunya sesuai dengan keinginannya
untuk mencapai cita-cita yang tidak dapat dicapainya secara sendiri. Untuk itu,
diperlukan peranan komunikasi organisasi dalam mempermudah individu
berkomunikasi dan berintekrasi dengan individu lain untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan. Melalui komunikasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan
pengalaman.
Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit
tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya mencapai
tujuan–tujuan tersebut maka dibutuhkan kerjasama yang baik di antara sumber
daya yang terdapat dalam organisasi. Salah satu sumber daya yang terdapat dalam
organisasi adalah karyawan. Karyawan merupakan salah satu anggota organisasi
1
Universitas Sumatera Utara
yang dapat menentukan keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan-
tujuannya. Tanpa adanya dukungan yang baik dari para karyawan maka organisasi
akan sulit dalam mencapai tujuan-tujuannya. Karyawan dapat berkerja dengan
baik apabila didalam organisasinya terdapat bentuk hubungan dan komunikasi
yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh pihak manajemen dan para
karyawan sebagai bawahannya.
Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, baik secara individu, kelompok, maupun dalam organisasi. Komunikasi
dalam organisasi memiliki kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana
menyampaikan informasi dan menerima informasi merupakan hal yang tidak
mudah, dan menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Dalam komunikasi
organisasi, aliran informasi merupakan proses yang rumit, karena melibatkan
seluruh bagian yang ada dalam organisasi. Informasi tidak hanya mengalir dari
atas ke bawah, tetapi juga sebaliknya dari bawah ke atas dan juga mengalir
diantara sesama karyawan.
Untuk membentuk kerjasama yang baik antara organisasi dan para
anggota, maka dibutuhkan bentuk hubungan serta komunikasi yang baik antara
para anggota organisasi. Hubungan komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu
disebut dengan pola komunikasi dalam struktur organisasi. Pola komunikasi
dalam struktur organisasi merupakan bentuk interaksi pertukaran pesan antar
anggota organisasi, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal.
Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi.
2
Universitas Sumatera Utara
Menurut McNamara, keterampilan mengelola rapat merupakan perjalanan
menuju komunikasi yang efektif yang merupakan salah satu prinsip-prinsip pokok
komunikasi informal organisasi. Pertemuan-pertemuan dianas yang melibatkan
pada staff dan pegawai, baik itu yang diselenggarakan di markas besar maupun di
kantor-kantor cabang, dan juga konfrensi tingkat nasional, merupakan acara
berkumpul yang bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban,
sekaligus untuk menciptakan hubungan yang baik antara pihak manajemen
dengan para pegawai. Dalam acara-acara tersebut, berlangsung suatu bentuk pola
komunikasi organisasi yang paling efisien, yakni komunikasi tatap muka.
Salah satu bentuk aktivitas komunikasi yang dapat mempertemukan antara
karyawan dengan atasannya adalah kegiatan regular meeting yang dilakukan oleh
perusahaan. Kegiatan regular meeting adalah salah satu bentuk dari aktivitas pola
komunikasi organisasi yang dilakukan perusahaan untuk membentuk iklim
komunikasi yang positif dengan memelihara hubungan yang harmonis antara
perusahaan atau pihak manajemen dengan para karyawannya.
Pelaksanaan regular meeting dalam suatu organisasi merupakan sarana
teknis atau suatu kegiatan metode komunikasi yang memiliki kekuatan mengelola
sumber daya manusia dan lain sebagainya demi pencapaian tujuan organisasi.
Kemudian, pada akhirnya hal tersebut bermuara pada peningkatan produktivitas
perusahaan baik dilihat secara kuantitas maupun kualitas, bentuk produk-produk
barang atau pemberian jasa yang ditawarkan kepada publik sasarannya (konsumen
dan customer).
3
Universitas Sumatera Utara
Pencapain produktivitas itu bukan hanya merupakan hasil kerja keras dari
pihak pekerjanya, tetapi juga berkaitan dengan hasil motivasi dan prestasi para
pekerja yang bersedia untuk bekerja dengan penuh semangat, memiliki
kebanggaan, berdisiplin tinggi, serta mampu mencapai standar kerja yang efisien
dan efektif dalam hal pengeluaran tenaga, biaya, waktu dalam berproduksi.
Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri banyak
dipengaruhi oleh kegiatan dan fungsi public relation. Dalam fungsi public
relations terdapat berbagai macam bentuk hubungan yang dapat dilakukan.
Diantaranya yang umum dilakukan adalah, community relations, government
relations, consumer relations, investor relations, media relations dan employee
relations. Semua bentuk hubungan-hubungan tersebut diatur oleh public relations,
dengan tujuan untuk mencapai pengertian publik (public understanding),
kepercayaan publik (public confidence), dukungan public (public support), dan
kerjasama publik (public cooperation). (S.K. Bonar, 1993:55)
Di dalam sebuah organisasi salah satu bentuk hubungan dalam public
relations yang mengatur hubungan antara perusahaan dan para karyawannya
adalah employee relations. Dengan kata lain employee relations adalah bentuk
hubungan yang dilakukan untuk menciptakan komunikasi dua arah yang baik
antara pihak manajemen dengan para karyawannya dalam upaya membina
kerjasama dan hubungan yang harmonis di antara keduanya. Employee relations
juga bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding),
kerjasama (relationship) serta motivasi diantara pihak manajemen dengan para
karyawannya.
4
Universitas Sumatera Utara
Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations, hubungan publik
internal tersebut sama pentingnya dengan masyarakat eksternal, karena kedua
bentuk hubungan masyarakat tersebut diumpamakan sebagai dua sisi mata uang
yang mempunyai arti sama dan saling terkait erat satu sama lainnya (Ruslan,
2003:222).
Komunikasi ke dalam melalui employee relations diharapkan akan
menimbulkan hasil yang positif, yaitu dimana karyawan merasa mendapatkan
perlakuan yang adil, ketengan bekerja, perasaan diakui, mendapatkan
penghargaan atas hasil kerja dan sebagai penyalur perasaan. Sehingga dapat
menciptakan rasa memiliki (sense of belonging).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, bahwa pola komunikasi dalam
organisasi pada aktivitas regular meeting bertujuan untuk mencipatakan iklim
komunikasi yang dapat membantu mencapai tujuan perusahaan, yaitu iklim
komunikasi yang dapat berkembang dengan baik, iklim komunikasi yang dapat
meningkatkan saling keterbukaan dan hubungan baik antara pihak manajemen
dengan setiap karyawan, iklim komunikasi yang berorientasi pada kepentingan
karyawan, dan dapat membangkitkan minat, semangat kerja, produktivitas kerja,
motivasi yang mengarahkan pada hubungan karyawan (employee relations) yang
positif.
Dalam penelitian ini penulis memilih SPEKTRA (Sumber Pembiayaan
Elektronik Astra) Medan sebagai objek penelitian. Alasan-alasan penulis dalam
memilih SPEKTRA Medan sebagai objek penelitian adalah, karena SPEKTRA
Medan adalah grup perusahaan PT. Astra International Tbk yang secara gencar
5
Universitas Sumatera Utara
melakukan aktivitas regular meeting dalam lingkungan organisasinya yang
tujuannya untuk meningkatkan employee relations yang akan mengahasilkan
pelayanan jasa dan produktivitas kerja karyawannya. Aktivitas regular meeting
tersebut berlangsung secara rutin, setidaknya satu kali dalam setiap minggu. Oleh
karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian ini.
Menurut pendapat dari beberapa karyawan melalui hasil wawancara
dengan beberapa karyawan PT. FIF SPEKTRA Medan, menyatakan mengenai
aktivitas regualar meeting yang selama ini dilakukan, mereka mengatakan bahwa
regualar meeting yang rutin dilakukan memiliki pengaruh positif terhadap
hubungan karyawan (employee relations) dalam lingkungan komunikasi
organisasi mereka. Karyawan menilai bahwa regular meeting merupakan media
yang baik untuk menjalin hubungan baik antara sesama karyawan, atau atasan
dengan bawahannya. Melalui regular meeting karyawan juga mendapatkan
informasi-informasi penting mengenai pekerjaan ataupun mengenai kebijakan-
kebijakan baru dari perusahaan. Disamping itu ada juga karyawan yang
menyatakan, bahwa regular meeting yang dilakukan tidak terlalu memiliki
dampak positif terhadap hubungan karyawan (employee relations) lingkungan
komunikasi organisasi mereka. Kerena mereka menilai bahwa semua pesan-pesan
yang disampaikan dalam regular meeting dapat disampaikan melalui media
penyampaian lainnya seperti papan pengumuman, dan untuk berinteraksi antar
sesama karyawan atau antara atasan dengan bawahan, dapat dilakukan setiap saat
tanpa melalui kegiatan regualar meeting.
6
Universitas Sumatera Utara
Bermula dari melayani pembiayaan leasing sepeda motor khusus sepeda
motor HONDA di Indonesia, pada tahun 2007 memulai pembiayaan kredit
elektronik untuk karyawan PT. Federal International Finance (PT. FIF) dan
karyawan Affiliation Company Astra Group, seperti Astra Daihatsu, Astra Credit
Company dan United Tractor. Melihat begitu besar permintaan dari target
customer, PT. FIF yang selama ini dikenal sebagai salah satu perusahaan leasing
yang hanya mempasilitasi pembiayaan perkreditan sepeda motor dalam Group
Astra mulai merambah pembiayaan perkreditan produk-produk elektronik.
Seiring dengan bergesernya waktu, terhitung Agustus 2007, banyak toko
elektronik di kota Medan resmi menjadi rekanan PT. FIF dalam memfasilitasi
pembiayaan kredit elektronik. Kali ini tidak saja untuk lingkungan karyawan,
namun PT. FIF menyatakan resmi untuk pembiayaan produk-produk elektronik
dan furniture. Peresmiannya sendiri dilaksanakan 1 November 2007 dengan
mengusung nama SPEKTRA.
Tidak terlepas dari reputasi baik yang dimiliki oleh PT. Federal
International Finance sebagai suatu organisasi profit atas kualitas produk serta
pelayanan jasanya, dan juga berdasarkan fenomena yang telah disebutkan di atas,
sehingga penulis merasa perlu melakukan penelitian ini, dan memberikan jawaban
atas fenomena tersebut. Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu, dengan
mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel dalam penelitian ini, yaitu
Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dalam Employee Relations pada PT. FIF
Cabang SPEKTRA Medan.
7
Universitas Sumatera Utara
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, untuk mengetahui adakah Hubungan antara Pola
Komunikasi Organisasi pada aktivitas Regualar Meeting terhadap Employee
Relations pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan.
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan
diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dibatasi pada Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dalam
aktivitas Regualar Meeting dengan Employee Relations pada PT. FIF cabang
SPEKTRA Medan.
2. Objek penelitian ini adalah karyawan PT. FIF cabang SPEKTRA Medan.
3. Waktu penelitian dari September-Desember 2009
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui sejauh mana Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dalam
aktivitas Regular Meetiing terhadap Employee Relations pada PT. FIF cabang
SPEKTRA Medan
8
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui bentuk pola komunikasi organisasi yang terjadi dalam
aktivitas regular meeting pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan
I.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian, yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
penulis mengenai kajian komunikasi organisasi sebagai salah satu kajian
dalam ilmu komunikasi
2. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
akademis dalam ilmu komunikasi bidang studi komunikasi organisasi,
khususnya mengenai Pola Komunikasi Organisasi dan Employee Relations.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif
bagi jajaran staf pimpinan dan karyawan PT. FIF cabang SPEKTRA Medan.
I.5 Kerangka Teori
Menurut (Singarimbun, 2006:37) teori adalah serangkaian asumsi, konsep,
konstrak, defenisi, dan posisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara
sistematis dengan merumuskan hubungan antara konsep. Dengan adanya
kerangka konsep teori akan mempermudah peneliti dalam menganalisa masalah
penelitian.
Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah :
Komunikasi, Komunikasi Organisasi, Pola Kominikasi Organisasi, Hubungan
karyawan (Employee Relations).
9
Universitas Sumatera Utara
I.5.1 Komunikasi
Carl I. Hovland mendefenisikan ilmu komunikasi adalah proses dimana
seorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa)
untuk mengubah prilaku orang lain (komunikan), (Efendy, 2002:48). Bernard
Berelson dan Garry A dalam karyanya “Human Behavior” mendefenisikan
komunikasi adalah penyampaina informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang, kata-kata, gambar-gambar
bilangan, grafika dan sebagainya. Kegiatan atau proses penyampaian inilah yang
biasa disebut komunikasi (Effendy, 2002:48).
Disini dapat diartikan bahwa komunikasi untuk mengubah prilaku itulah
yang menjadi objek studi komunikasi, yakni bagaimana caranya agar seseorang
atau sejumlah orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan tertentu atau
melakukan tindakan tertentu sesuai dengan yang diinginkan pelaku komunikasi.
Harold Lasswell mengemukakan “bahwa cara yang paling tepat untuk
menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan, siapa yang
menyampaikan pesan, apa yang disampaikan, melalui salauran apa, kepada siapa
dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2000:18).
Everett M. Rogers mendefenisikan komunikasi adalah proses dimana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud
utnuk merubah tingkah laku mereka (Cangara, 2000:19). Dari defenisi-defenisi
tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi
manusia saling pengaruh-mempengaruhi, satu sama lainnya, karena itu jika kita
10
Universitas Sumatera Utara
berada dalam situasi berkomunikasi maka kita memiliki beberapa persamaan
dengan orang lain seperti kesamaan bahasa yang digunakan.
I.5.2 Komunikasi Organisasi
Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada
komunikasi, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan
sekerjanya, pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi, dan para penyelia
tidak dapat memberikan instruksi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, dan
organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W.
Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki
peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan sebagai proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau
yang saling berubah-ubah (Muhammad, 1995:67). Komunikasi akan selalu terjadi
dalam setiap kegiatan organisasi dengan tujuan untuk menciptakan saling
pengertian dan kerjasama pada setiap anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran
pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi
tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-
hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam
suatu lingkungan (Pace dan Faules, 2005: 32). Salah satu tantangan besar dalam
11
Universitas Sumatera Utara
komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan
komunikasi.
Jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral
organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada aliran informasi.
Tantangan dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan
informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari
seluruh bagian organisasi. Untuk menjalankan dan mencapai tujuan tersebut
maka dalam organisasi terdapat empat arah formal jaringan komunikasi dan satu
arah informal dalam organisasi.
1. Pola komunikasi organisasi
Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai
pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi
berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk
perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi
kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit.
Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu
organisasi merupakan suatu keharusan. Terdapat dua macam jaringan komunikasi
organisasi (Muhammad, 1995:102), yaitu :
A. Jaringan Komunikasi Formal
Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai
macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai batas dan tanggung
jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi
12
Universitas Sumatera Utara
dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari para manajer kepada karyawannya,
pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward
communication, horizontal communication dan diagonal communication.
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari atasan
ke bawahan, dimana umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang
seseorang dalam suatu organisasi. ada lima tujuan pokok yaitu :
1. Memberi pengarahan atau instruksi kerja
2. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
3. Memberi informasi tentang prosedur dan praktik organisasional
4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan
5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi yang dapat membantu
organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Salah satu kelemahan jaringan komunikasi ini adalah kemungkinan
terjadinya penyaringan informasi atau sensor informasi penting sebelum
disampaikan kepada para bawahan. Untuk komunikasi dari bawah ke atas
menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan
sangat mebantu pencapaian tujuan organisasi. Sementara untuk mencapai
keberhasilan komunikasi ke atas ini, para manajer harus memiliki rasa percaya
kepada para bawahannya.
Untuk komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara
bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi.
Adapun tujuan jaringan komunikasi ini adalah untuk melakukan persuasi,
mempengaruhi dan memberi informasi kepada bagian atau departemen yang
13
Universitas Sumatera Utara
memiliki kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer suka melakukan tukar menukar
informasi dengan paratemanya yang berbeda departemen terutama apabila muncul
masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan.
B. Jaringan Komunikasi Informal
Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada dalam suatu
organisasi baik secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/ jabatan dapat
berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang
umum, informasi yang diperoleh seringkali kurang akurat dan tidak dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena biasanya lebih bersifat pribadi
atau bahkan sekadar desas-desus.
Di dalam jaringan komunikasi informal ini, tentunya ada berbagai macam
informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi yang paling utama atau
paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi informal dalam
suatu organisasi, yakni: gosip dan rumor.
Pola jaringan komunikasi informal sangat penting bagi organisasi namun
bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari
sisi individual sering membuat frustasi atau menjengkelkan pihak tertentu
khususnya tentang keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan
keputusan. Dimana banyak jalur yang harus dimasuki/ dilewati sebelum langsung
ke pengambilan keputusan. Dari sisi perusahaan kemungkinan munculnya distorsi
atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap
keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi dapat mengambarkan suatu
kemungkinan munculnya kesalah pahaman.
14
Universitas Sumatera Utara
I.5.3 Hubungan karyawan (Empolyee Relation)
Kegiatan sebuah perusahaan untuk memelihara hubungan, khususnya
antara pihak atasan dengan para karyawannya merupakan fungsi dari public
relations. Hubungan ini dalam rangka kepengawaian secara formal. Employee
relations/ public pegawai adalah salah satu internal public yang dijadikan salah
satu sasaran dari kegiatan PR, di dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi.
Mereka merupakan suatu potensi yang sangat berarti dalam organisasi, potensi
yang mana dapat dikembangkan lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Cultip dan Center (1982:290), pengertian publik internal atau
dikenal dengan Employee relations, yaitu sekelompok orang bekerja (karyawan
atau pegawai) di dalam suatu organisasi, instansi lembaga atau perusahaan.
Karyawan atau pekerja merupakan asset yang cukup penting dalam
perusahaan. Nyatanya karyawan itu sendiri terkait erat dengan status atau
kedudukan yang saling berbeda antara satu orang dengan yang lainnya,
mempunyai perbedaan yang cukup mencolok. Misalnya dapat dilihat pada
tingkatan kemampuan, pengalaman, pendidikan, pangkat, gaji, usia dan lain
sebagainya. Akan tetapi pada prinsipnya karyawan tersebut memiliki keinginan
yang sama terhadap pihak pimpinan atau perusahaan yaitu:
1. Ingin mendapatkan perlakuan yang adil dan sama dalam hal kesempatan
berkarir dari perusahaan dan meraih prestasi kerja yang maksimal sesuai
dengan kemampuan.
2. Iklim tempat bekerja yang kondusif dan penuh ketenangan
15
Universitas Sumatera Utara
3. Keinginan-keinginan atau perasaan diakui atau dihargai oleh perusahaan atau
pimpinan.
4. Mendapatkan penghargaan atas hasil kerja dari perusahaan
5. Keinginan penyaluran perasaan, contohnya seperti penerbitan majalah atau
lembaran stensilan yang berfungsi menjembatani hubungan batin antara
pimpinan dengan bawahan.(Onong Uchjana Effendy, 1989:145).
Karena perbedaan status dan kedudukan masing-masing tiap individu
dalam suatu perusahaan itu dapat menimbulkan permasalahan komunikasi internal
antara pihak manajemen dengan para karyawannya. Sementara dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi dalam komunikasi internal pihak meanajemen harus
membina hubungan yang baik dengan karyawan untuk membentuk iklim
komunikasi organisasi yang positif.
I.6 Kerangka Konsep
Untuk mempermudah menyusun hipotesis dan sekaligus memberikan
uraian yang terinci tentang materi yang dirumuskan dalam hipotesis, perlu disusun
uraian-uraian yang disebut kerangka konsep. Kerangka konsep sebagai hasil
pemikiran rasional merupakan uaraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan
kemungkinan hasil penelitian yang dicapai, dapat mengantar peneliti pada
perumusan hipotesis. (Nawawi, 1995:33).
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu:
1. Variabel Bebas (Independen Variabel) yang diwakili oleh X adalah Pola
Komunikasi Organisasi.
16
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) yang diwakili oleh Y adalah Employee
Relations
3. Variabel Antara (Intervening Variabel) Variabel yang diwakili oleh Z adalah
variabel yang menghubungkan variabel bebas dan terikat. Variabel antara
dalam penelitian ini adalah karakteristik responsen.
Berdasarkan variabel-variabel yang telah ditetapkan diatas maka
terbentuklah model teoritis atau desain penelitian sebagai berikut :
Model Teoritis
± Variabel Bebas (X) Pola Komunikasi Organisasi
Variabel Terikat (Y) Employee Relations
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
17
Universitas Sumatera Utara
I.7 Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dijelaskan di atas, untuk lebih
memudahkan operasionalisasi pemecahan maslah maka perlu dibuat
operasionalisasi variabel, sebagai berikut :
Variabel Teoritis Variabel Operasional Varabel Bebas (X) Pola Komunikasi Organisasi A. Jaringan Komunikasi Formal 1. Komunikasi ke Bawah a. Instruksi Kerja b. Rasional c. Informasi d. Balikan e. Ideologi 2. Komunikasi ke Atas a. Informasi tentang pekerjaan yang sudah ada b. Menawarkan saran dan ide c. Menyampaikan keluhan d. Keterbukaan hubungan 3. Komunikasi Horizontal a. Mengkoordinasikan tugas-tugas b. Saling berbagi informasi c. Memecahkan masalah d. Menyelesaikan konflik e. Menjamin pemahaman yang sama f. Membina hubungan interpersonal B. Jaringan Komunikasi informal a. Gossip b. Rumor
Variabel Terikat (Y) Employee Relations
1. Saling pengertian (mutual understanding) 2. Kerjasama (releationsip) 3. Motivasi
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Lama bekerja Tabel Operasional Variabel
18
Universitas Sumatera Utara
I.8 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu
variabel diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian,
dapat diketahui pengukuran suatu variabel. Dalam penelitian ini, defenisi
operasionalnya adalah :
1. Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
di dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun informal organisasi.
2. Jaringan komunikasi formal adalah pesan yang mengalir melalui jalan resmi
yang ditentukan leh hierarki resmi organisasi atau fungsi pekerjaan. Ada tiga
bentuk utama, yaitu : komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan
komunikasi horizontal.
3. Komunikasi ke bawah (downward communication) adalah arus pesan yang
mengalir dari para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya.
4. Lima tipe komunikasi ke bawah, yaitu :
a. Instruksi Kerja adalah pesan yang disampaikan kepada bawahan
mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana
melakukannya.
b. Rasional adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan
bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi.
c. Informasi adalah pesan yang dimaksudkan untuk memperkenalkan
bawhan dengan praktek-praktek organisasi, peraturan organisasi,
keuntungan, kebiasaan dan data lain.
19
Universitas Sumatera Utara
d. Balikan yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu
dalam melakukan pekerjaannya
e. Ideologi adalah pesan yang bertujuan mencari sokongan dan antusias dari
anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
5. Komunikasi ke atas (Upward Communication) adalah pesan yang mengalir
dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat
yang lebih tinggi.
6. Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang
sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi.
7. Jaringan komunikasi informal yaitu bila karyawan berkomunikasi dengan
yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka
pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Jaringan komunikasi ini lebih
dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin (Muhammad, 1995 :
124).
8. Employee Relations adalah adalah bentuk hubungan yang dilakukan untuk
menciPT.akan komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen
dengan para karyawannya dalam upaya membina kerjasama dan hubungan
yang harmonis di antara keduanya. Employee relations juga bertujuan untuk
mencapai saling pengertian (mutual understanding), kerjasama (relationship)
serta motivasi diantara pihak manajemen dengan para karyawannya.
9. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang
dapat membedakannya dengan orang lain.
20
Universitas Sumatera Utara
a. Usia adalah lama hidup responden
b. Jenis kelamin adalah penggolongan responden menjadi dua golongan yaitu
pria dan wanita.
c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir dari seorang karyawan.
d. Lama bekerja adalah lamanya seseorang sudah bekerja di sebuah
perusahaan.
I.9 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu yang
keandalannya biasanya tidak diketahui, atau hal-hal yang oleh peneliti ingin
didukung atau ditolak (Black & Dean, 2001:109)
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ha : Terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi dalam aktivitas
regular meeting terhadap employee relations
H0 : Tidak terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi dalam aktivitas
regular meeting terhadap Employee Relations
21
U
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CFMQFjAH&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F17837%2F5%2FChapter
%2520I.pdf&ei=sdAnUvbmKMTirAe8-4DYBg&usg=AFQjCNHPIqdwMDfAUyuzt6UB3iVLObl06Q&sig2=ulPfe1XWBFZBzV8BNTRipQ
Jelaskan Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
1. Dari segi sifatnya :
Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka. Lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling berbicara/ berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato.
Komunikasi lisan yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara alat seperti telepon, handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak dengan si pembicara dengan lawan bicara.
Komunukasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya.
Komunikasi tertulis juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah, buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara lisan namun tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain sebagainya.
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa
merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa yaitu fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata.
2. Dari segi arahnya :
Komunikasi keatas
Porsi ini sebenarnya dituntut untuk seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan komunikasi ke bawah, komunikasike atas mengalir dari orang pada hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi. Misalnya, dalam bentuk kotak sara,pertemuan kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
Komunikasi kebawah
Mengalir dari orang pada hierarki yang lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya dalam bentuk instruksi, memoresmi, prosedur, pedoman kerja, pengumuman, dan sebagainya.
Komunikasi diagonal
Merupakan jalur komunikasi yang paling jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam situasi ketika para anggiotatidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui jalur ini.
Komunikasi horizontal
Merupakan pertimbangan utama dalam desain organisasi,namun organisasi yang efektif memerlukan juga komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi dariberaneka ragam fungsi keorganisasian. Misalnya, komunikasiantar produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis, dsb.
Komunikasi satu arah
Pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik).
Komunikasi Dua Arah
Berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi.
3. Dari segi lawannya :
Komunikasi Satu Lawan Satu
Berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya
Cth:berbicara melalui telepon
Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
Berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok.
Cth: kelompok warga menginterogasi maling.
Kelompok Lawan Kelompok
Berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Cth: debat partai politik.
4. Dari segi keresmian :
Komunikasi formal
Komunikasi yang memperhitungkan tingkat ketepatan, keringkasan, dan kecepatan komunikasi.
Komunikasi informal
Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gosip , atau rumor .
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_komunikasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_verbal
http://www.kamusbesar.com/53288/komunikasi-formal
http://beruangkaki5.blogspot.com/2012/06/komunikasi-dalam-organisasi.html#!/2012/06/komunikasi-dalam-organisasi.html
Diposkan oleh ayu dwi hastuti di 02.47
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
1 ko
http://ayurebel.blogspot.com/2012/12/jelaskan-klasifikasi-komunikasi-dalam_2.html
TRANSPARANSI KOMUNIKASI ORGANISASI
Nama Mata Kuliah
Kode Mata Kuliah
Pengampu
Tujuan Instruksional
Umum
: Komunikasi Organisasi
: SPK 225
: S. Bekti Istiyanto, S.Sos
Dra. Dwi Pangastuti
M. ,M.Si
: Mahasiswa akan dapat
menjelaskan proses
komunikasi yang ada
dalam organisasi
PENGANTAR MANAJEMEN DAN ORGANISASI
Manajemen
Definisi : Suatu proses merancang dan memelihara
suatu lingkungan dimana orang-orang yang
bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
seefisien mungkin (H. Weihrich & H. Koontz)
Fungsi-fungsi manajemen :
I. Fungsi Perencanaan (Planning)
Yaitu suatu keputusan yang diambil untuk waktu
yang akan datang meliputi apa yang dilakukan, kapan
dan siapa yang melakukan “suatu keputusan yang
diambil” mengandung maksud akan adanya upaya
pemilihan alternatif dari berbagai alternatif yang ada.
Pentingnya perencanaan :
- Untuk menghilangkan atau mengurangi ketidak
pastian di masa datang
- Memusatkan perhatian setiap unit yang terlibat
- Membuat kegiatan lebih ekonomis
- Memungkinkan dilakukan pengawasan
Langkah perencanaan :
1. Menetapkan tujuan
2. Menentukan planning premisses
3. Mencari dan menguji berbagai alternatif kegiatan
4. Penilaian atau evaluasi seluruh alternatif
5. Seleksi dari seluruh alternatif
6. Merumuskan rencana yang menjadi penunjang
rencana dasar
7. Merumuskan rencana-rencana yang telah dibuat
dalam bentuk angka yang berupa anggaran/budget
Syarat perencanaaan yang bagus :
1. Faktual dan realistis
2. Logis dan rasional
3. Fleksibel
Alat perencanaan :
1. Time schedule
2. Budget
3. Analisis SWOT
II. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu suatu fungsi yang dijalankan berupa cara
pengaturan dari sekian banyak pekerjaan yang perlu
dilakukan disesuaikan dengan sumber daya yang ada
guna tercipta efisiensi di dalam bekerja dalam upaya
pencapaian tujuan, yaitu :
1. Identifikasi aktifitas yang akan diadakan
2. Pengelompokan aktifitas sesuai dengan sumber
daya dan kondisi yang ada
3. Pendelegasian wewenang
4. Koordianasi wewenang
III. Fungsi Penugasan (Staffing)
Yaitu fungsi yang dijalanklan berupa pengisisan
posisi dalam struktur organisasi atau bidang-bidang
yang telah ada melalui identifikasi kebutuhan kerja.
Langkahnya :
1. Job analysis
2. Job description
3. Job specification
IV. Fungsi Kepemimpinan (Leading)
Yaitu fungsi pengelolaan dan pengkoordinasian
anggota organisasi untuk mendukung pencapaian
tujuan organisasi. Di sini keterikatan anngota
dengan pemimpinnya sangat terkait untuk
melakukan kegiatan yang telah direncanakan
bersama.
V. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Yaitu merupakan pengukuran dan koreksi-koreksi
penyimpangan dari pelaksanaan kegiatan dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan
membandingkan pada standar yang telah disusun,
seperti standar biaya, program, sasaran dll.
Langkah-langkah pengawasan :
1. Menentukan standar dan metode pengukuran
kegiatan
2. Mengukur kegiatan secara berulang
3. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan
standar tersebut
4. Melakukan tindakan koreksi
Ciri pengawasan yang efektif :
1. Dihubungkan dengan rencana dan kedudukan
seseorang
2. Dihubungkan dengan individu pimpinan dan
pribadinya
3. Harus menunjukkan penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi
4. Objektif
5. Fleksibel
6. Hemat
7. Membawa ke arah tindakan perbaikan
Organisasi
- Kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan
- Proses manajemen untuk mencapai tujuan dengan
kombinasi berbagai usaha-usaha orang-orang di
bawah pengawasannya
Unsur sebuah organisasi :
1. Kumpulan dua orang atau lebih
2. Memiliki tujuan yang sama (visi dan misi)
3. Ada proses manajemen (POAC/POSLC)
Kelengkapan sebuah organisasi :
1. Adanya kepengurusan
2. Adanya aturan main atau AD/ART
3. Adanya anggota organisasi
4. Adanya kesekertariatan
5. Adanya struktur organisasi yang jelas
Elemen Organisasi :
1. Ukuran organisasi (size)
2. Keterkaitan tindakan (interdependent actions)
3. Konteks tempat dan waktu (bounding in space and
duration)
4. Kondisi sumber daya (input of resources)
5. Komunikasi (communication)
6. Target hasil (output of organization)
Dari keenam elemen organisasi di atas, komunikasi
dipandang sebagai sentral elemen-elemen lainnya
dalam kegiatan manajemen organisasi. Kenapa ?
Alasan pertama, komunikasi memeliki fungsi untuk
mempertemukan antara tujuan organisasi dengan
terget hasil yang dicapai.
Kedua, berfungsi untuk mengadaptasikan perubahan
lingkungan organisasi.
Ketiga, untuk membina hubungan antar anggota
organisasi dalam melaksanakan berbagai tugas
(beban kerja) organisasi.
KOMUNIKASI ORGANISASI
Berbicara tentang komunikasi organisasi berarti
membahas komunikasi dan organisasi. Artinya, ada
hubungan yang harus kita pahami dari dua unsur ini,
dan keberhasilan organisasi juga dipengaruhi oleh
komunikasi yang terjadi di dalamnya. Lebih lanjut,
perbaikan komunikasi berarti perbaikan organisasi.
Memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai
‘memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan
manajemen’. Dengan kata lain, orang mempelajari
komunikasi organisasi diharapkan juga berkembang
untuk bisa menjadi seorang pemimpin atau manajer
yang lebih baik.
Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi
yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan
bermanfaat. Bahkan studi komunikasi organisasi
sebagai landasan kuat bagi karir dalam manajemen,
pengembangan sumber daya manusia, dan komunikasi
perusahaan, dan tugas-tugas lain yang berorientasikan
manusia dalam organisasi.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesa diantara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-
unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis
antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu
lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun
juga, setidak-tidaknya ada satu orang yang menduduki
suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan
suatu pertunjukan pesan.
Secara tradisional (fungsionalis dan objektif)
komunikasi organisasi cenderung menekankan
kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam
suatu ”batas organisasional (organizational boundary).
Fokus utamanya adalah menerima, menafsirkan dan
bertindak berdasarkan informasi dalam suatu konteks.
Dimana tekanannya adalah pada komunikasi sebagai
suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi
dengan lingkungan mereka.
Sementara sifat terpenting komunikasi organisasi
adalah penciptaan pesan, penfasiran dan penanganan
kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi
berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya
bergantung pada konsepsi seseorang mengenai
organisasi. Bila organisasi dianggap sebagai suatu
struktur atau wadah yang telah ada sebelumnya, maka
komunikasi dapat dianggap sebagai “suatu substansi
nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan ke
samping dalam suatu wadah” (Putnam, 1983). Dalam
pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan
dari sistem organisasi.
Fungsi-fungsi komunikasi lebih khusus meliputi
pesa-pesan mengenai pekerjaan, pemeliharaan,
motivasi, integrasi, dan inovasi (Farace dkk, 1977).
Komunikasi mendudukkan struktur organisasi dan
adaptasinya dengan lingkungan. Bila organisasi
merupakan suatu pemroses informasi besar, maka
maksud proses komunikasi adalah untuk memperoleh
informasi yang tepat bagi orang yang tepat pada saat
yang tepat.
Berdasarkan perspektif ini, komunikasi organisasi
dapat dilihat sebagai “proses mengumpulkan,
memroses, menyimpan, dan menyebarkan komunikasi
yang memungkinkan organisasi berfungsi (idem).
Macam Organisasi
Ada dua pandangan utama tentang pembagian
organisasi yaitu organisasi sosial dan organisasi formal.
Istilah organisasi sosial merujuk kepada pola-pola
interkasi sosial (frekuensi dan lamanya kontak antara
orang-orang; kecenderungan mengawali kontak; arah
pengaruh antara orang-orang; derajat kerja sama;
perasaan tertarik, hormat dan permusuhan; dan
perbedaan status) dan regularitas yang teramati dan
perilaku sosial orang-orang yang disebakan oleh situasi
sosial mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologis atau
psikologis mereka sebagai individu.
Adanya pola atau regularitas dalam interaksi sosial
mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan antara
antara orang-orang yang mentransformasikan mereka
dari suatu kumpulan individu menjadi sekelompok
orang atau dari sejumlah kelompok menjadi suatu
sistem sosial yang lebih besar. Hubungan juga
berkembang antara kelompok-kelompok dan
menghasilkan aspek status sosial yang berbeda.
Bahkan status kelompok dalam sistem sosial yang lebih
besar menjadi bagian status anggota-anggotanya.
Jaringan hubungan dan kepercayaanbersama suatu
kelompok biasanya disebut struktur-nya dan budaya-
nya.
Hubungan-hubungan berfungsi mengorganisasikan
perilaku manusia dalam suatu organisasi.
Berlo (1960) menyarankan bahwa komunikasi
berhubungan dengan organisasi sosial melalui tiga cara
:
1. Sistem sosial dihasilkan lewat komunikasi,
keseragaman perilaku dan tekanan untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma dihasilkan
lewat komunikasi diantara anggota-anggota
kelompok.
2. Bila suatu sistem sosial telah berkembang, ia
menentukan komunikasi anggota-anggotanya.
3. Pengetahuan mengenai suatu sistem sosial dapat
membantu kita membuat prediksi yang akurat
mengenai orang-orang tanpa mengetahui lebih
banyak daripada peranan-peranan yang mereka
duduki dalam sistem. Suatu peranan merujuk
kepada seperangkat perilaku dan suatu jabatan
tertentu dalam suatu sistem sosial.
Sedang di luar organisasi sosial ada organisasi-
organisasi yang muncul dengan tujuan-tujuan tertentu.
Bila pencapaian suatu tujuan tertentu memerlukan
tujuan bersama, suatu organisasi dirancang untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan banyak individu
dan untuk memberikan rangsangan kepada orang-
orang lainnya untuk membantu mereka. Hal seperti
inilah muncul istilah organisasi formal.
Ada ciri- ciri sebuah organisasi formal, salah
satunya Birokrasi Weberian yaitu :
1. Penetapan jabatan-jabatan
2. Pembagaian tugas-tugas secara jelas
3. Kewenangan sesuai jabatan yang diberikan
4. Ada tatanan hirarkis tentang garis kewenangan dan
jabatan
5. Ada sistem aturan dan regulasi umum tapi tegas
6. Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan
impersonal
7. Sistem yang terbangun dengan disiplin
8. Pemisahan kehidupan pribadi dan kehidupan
organisasi
9. Pemilihan pegawai dengan kualifikasi teknis
10. Kenaikan jabatan berdasar senioritas dan prestasi
kerja.
POLA SALURAN KOMUNIKASI
Meskipun semua organisasi harus melakukan
komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai
tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu
organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau
berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin
pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk
perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka
penyampaian informasi kepada mereka merupakan
pekerjaan yang cukup rumit.
Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang
tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu
keharusan. Secara umum pola komunikasi
dikelompokkan menjadi saluran komunikasi formal dan
nonformal.
1. Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks,
nampak berbagai macam posisi atau kedudukan yang
masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan
wewnangnya. Dalam kaitannya dengan proses
penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan
ataupun dari para manajer kepada karyawannya, pola
transformasinya dapat berbentuk downward
communication, upward communication, horizontal
communication dan diagonal communication.
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran
komunikasi dari atasan ke bawahan, dimana umumnya
terkait dengan tanggung jawab dan wewenang
seseorang dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan
Kahn, ada lima tujuan pokok yaitu :
1. Memberi pengarahan atau instruksi kerja
2. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus
dilaksanakan
3. Memberi informasi tentang prosedur dan praktik
organisasional
4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada
karyawan
5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi yang
dapat membantu organisasi menanamkan
pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Salah satu kelemahan saluran komunikasi ini adalah
kemungkinan terjadinyua penyaringaninformasi atau
sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada
para bawahan.
Untuk komunikasi dari bawah ke atas
menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses
pengambilan keputusan akans angat mebantu
pencapaian tujuan organisasi. Sementara untuk
mencapai keberhasilan komunikasi ke atas ini para
manajer harus memiliki rasa percaya kepada para
bawahannya.
Untuk komunikasi horizontal adalah komunikasi
yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi
sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Adapun
tujuan saluran komunikasi ini adalah untuk melakukan
persuasi, mempengaruhi dan memberi informasi
kepada bagian atau departemen yang memiliki
kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer suka
melakukan tukar menukar informasi dengan
paratemanya yang berbeda departemen terutama
apabila muncul masalah-masalah khusus dalam
organisasi perusahaan.
Sementara untuk komunikasi diagonal melibatkan
komunikasi antara dua level (tingkat) organisasi yang
berbeda. Jenis ini mempunyai keuntungan yaitu :
1. Penyebaran informasi bisa lebih cepat ketimbang
bentuk komunikasi tradisional/konservatif
2. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau
departemen ikut membantu menyelesaikan masalah
dalam organisasi.
Tapi jenis saluran ini mempunyai kelemahan yaitu
dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan
telah berjalan normal dalam suatu organisasi. Di
samping itu komunikasi diagonal dalam organisasi yang
berskala besar sulit dikendalikan secara efektif.
Pola saluran komunikasi formal ini sangat penting
bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya
tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari sisi
individual sering menbuat frustasi atau menjengkelkan
pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk
masuk ke dalam proses pengambilan keputusan.
Dimana banyak jalur yang harus dimasuki/dilewati
sebelum langsung ke pengambil keputusan. Dari sisi
perusahaan kemungkinan munculnya distorsi atau
gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih
tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur
komunikasi dapat mengambarkan suatu kemungkinan
munculnya kesalah pahaman.
2. Saluran Komunikasi Informal
Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang
yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang
hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatan dapat
berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi
ini karena sifatnya yang umum, informasi yang
diperoleh seringkali kurang akurat dan tidak dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena
biasanya lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar
desas-desus.
KEPEMIMPINAN
Dalam suatu organisasi aspek kepemimpinan
menduduki peranan yang sangat penting. Karena tanpa
kepemimpinan akan menjadi suatu kemustahilan
sebuah organisasi berjalan dengan baik, bahkan
tidaklah mungkin pengelolan dan pengaturan
pekerjaan, kewenangan dan pencapaian tujuan dapat
terwujudkan.
Secara sederhana kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
(kelompok/organisasi) agar mereka mau berusaha
untuk mecapai sasaran atau tujuan
kelompok/organisasi. Dari pengertian tersebuat ada
beberapa variabel yang kita ketahui sebagai penopang
sebuah organisasi yaitu pemimpin (leader), anak buah
atau karyawan (follower), sasaran atau tujuan
(purpose/target/goal) dan situasi yang sedang berjalan
(situation).
Glenn Griswold mengemukakan beberapa kriteria
seorang pemimpin sebagai berikut :
1. mempunyai management ability
2. dapat mendidik dan memimpin
3. cerdas dalam berpikir, dapat bertindak segera dan
bijaksana dalam menghadapi soal-soal urgen
4. selalu mempunyai semangat untuk belajar dan
mengikuti perkembangan jaman
5. mempunyai rasa simpati terhadap orang-orang lain
dan dapat mengerti akan persoalan-persoalan baik
yang menyangkut individu maupun organisasi
6. ramah dan toleran, dapat membangkitkan
kepercayaan orang lain terhadap dirinya, untuk itu
harus jujur
7. mempunyai sifat-sifat baik dan bermoral tinggi
8. adil, berani dan bijaksana dalam mempertahankan
pendapatnya terhadap orang yang mencelanya
tanpa alasan- alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan
9. tegas dan bukan seorang ‘yes man’
Selain itu faktor intelegensia,
kematangan/kedewasaan sosial dan pengetahuan,
sikap penuh pengertian dan juga motivasi perlu
dipunyai.
Di luar bakat dan kemampuan yang harus dipunyai
seringkali muncul suatu kepemimpinan secara tiba-tiba
dan tidak ditentukan atau didefinisikan semudah
kepemimpinan yang ditunjuk atau diterima.
Munculnya seorang pemimpin dalam suatu
organisasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
:
1. kesediaan bekerja
2. persiapan
3. kontribusi gagasan
4. pembuatan kesan positif
5. besarnya partisipasi
6. interaksi nonverbal
7. pengaturan tempat dimana seseorang menjadi lebih
menonjol dibanding yang lain
Tipe Gaya Kepemimpinan
Secara umum tipe gaya kepemimpinan terbagi
mejadi empat jenis. Keempat jenis gaya kepemimpinan
ini tidaklah sesederhana pemilahan positif dan negatif.
Bahwa satu gaya pasti baik untuk diikuti dan gaya yang
lain mesti ditinggalkan. Karenanya tidaklah suatu gaya
pasti menjadi suatu kebaikan bila diterapkan di banyak
tempat, karena setiap kondisi dan situasi serta
kemungkinan bisa saja terjadi.
Keempat jenis gaya kepemimpinan tersebut adalah
:
1. Perilaku kepemimpinan otoriter ; dimana sering
dihubungkan dengan pengendalian, struktur dan
pengarahan dalam derajat yang tinggi. Seorang
pemimpin otoriter biasanya menetapkan tujuan
dan sasaran organisasi, memberikan kewajiban
dan tugas, memantau semua tahap kegiatan
organisasi dan membuat atau mengaskan
keputusan akhir.
2. Kepemimpinan demokratis ; dimana harapan kerja
sama dan partisipasi para anggota organisasi
diandalkan oleh seorang pemimpin bahkan akan
mencoba menuntun –bukan memerintah- aktifitas
organisasi.
3. Kepemimpinan Nondirektif (tidak memerintah) ;
dimana seorang pemimpin bertindak sebagai
koordinator, fasilitator, dan dewan yang harus
mengetahui pikiran anggota. Ia berusaha
mempertahankan saluran komunikasi terbuka
antara para anggota organisasi dan tidak pernah
memaksakan gagasan atau keyakinannya kepada
organisasi.
4. Jenis kepemimpinan Laissez-faire yaitu merupakan
kebalikan dari kepemimpinan otoriter. Jenis ini
menjalankan pengendalian, struktur atau
pengarahan anggota organisasi sangat sedikit.
Tampaknya ketidak pedulian kepada para anggota
sangat menonjol. Meski begitu kebebasan para
anggota organisasi dari pengawasan yang ketat
bisa berakibat munculnya kreatifitas dan
improvisasi para anggota organisasi merupakan
sebuah kelebihan gaya kepemimpinan ini. Pada
intinya kepemimpinan lissez-faire adalah
melepaskan kekuasaan,dan memperlihatkan
ketidak tertarikan dalam memimpin orang-orang
atau menyelesaikan tugas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan :
a. faktor lingkungan
b. faktor komposisi organisasi
c. faktor sifat tugas
Fungsi-fungsi kepemimpinan secara luas dapat
dibagi menjadi :
a. kewajiban mengorganisasi
b. kewajiban memimpin
c. kewajiban mengevaluasi
MOTIVASI
Motivasi dimengerti sebagai kondisi dasar yang
mendorong seseorang melakukan sebuah tindakan.
Hubungan antara motivasi dan tindakan dapat
diidentifikasikan pada kondisi-kondisi pokok yang
mendasari keputusan untuk berperilaku dengan suatu
cara tertentu.
Salah satu teori yang membahas motivasi adalah
teori dari Abraham Maslow (1943) dengan model
hirarkinya dan terdiri dari lima tingkatan yaitu fisiologis
pada urutan paling bawah, keselamatan dan keamanan
berikutnya, kebutuhan akan merasa memilki
(belonging) berada di tengah, penghargaan (esteem)
lebih tinggi dan terakhir kebutuhan akan aktualisasi diri
pada urutan paling atas. Teori ini menggambarkan
begitu kebutuhan tubuh dipenuhi, orang mencari
kepuasan akankeselamatan dan keamanan, lalu ketika
orang merasa aman, ia termotivasi oleh kebutuhan
berikutnya – penghargaan.
Ketika pekerja mampu memuaskan semua
kebutuhannya yang lebih rendah, apa yang ia anggap
terpenting atau memuaskan adalah keinginan untuk
melakukan sesuatu yang berharga dan terkabulnya
keinginan tersebut.
Selain Maslow, ada Alderfer (1972) mengemukakan
tiga kategori kebutuhan yang disebut teori ERG. Ketiga
kebutuhan tersebut adalah existence (E) atau
eksistensi meliputi kebutuhan fisiologis seperti rasa
lapar, haus, dan seks, juga kebutuhan materi seperti
gaji dan lingkungan kerja yang menyenangkan. Kedua,
relatedness (R) atau keterkaitan menyangkut
hubungan dengan orang-orang yang penting bagi kita,
seperti anggota keluarga, sahabat dan penyelia di
tempat kerja. Serta ketiga adalah growth (G) atau
pertumbuhan yaitu meliputi keinginan kita untuk
produktif dan kreatif dengan mengerahkan segenap
kesanggupan kita.
Selain itu ada teori motivasi dari McLeland dengan
tiga need-motivasinya yaitu power, affiliation dan
achievment. Dimana ketiganya pasti ada dalam diri
seseorang. Need of power merupakan gambaran
motivasi seseorang untuk berkuasa, menggunakan
kekuatannya untuk menggerakan dan mempengaruhi
orang lain. Walau sekecil motivasi seseorang motivasi
untuk berkuasa atau menggunakan powernya tetap
merupakan sebuah kebutuhan yang tidak bisa
dielakkan. Bagaimanapun motivasi untuk menunjukkan
kekuatan atau kekuasaan juga merupakan hal yang
bagus karena disana diharapkan muncul pemimpin-
pemimpin bijaksana yang bisa mengarahkan bawahan
ke arah tujuan yang diinginkan. Tapi bila motivasi ini
sangat kecil maka akan ada kecenderungan rendahnya
derajat dan status sosial karena selalu menjadi
bawahan atau sekadar pekerja. Sebaliknya bila
motivasi berkuasa sangat besar dikhawatirkan justru
akan menjadi pribadi yang selfish mau menang sendiri
dan seenaknya dalam memerintah dan memimpin
orang lain. Pribadi seperti ini akan sulit mendudukkan
posisi dimana akan berada.
Need of affiliation adalah motivasi untuk bergaul,
mengembangkan kemampuan berinteraksi dan
bersosialisasi antar manusia. Dengan kemampuan
bersosial inilah manusia menunjukkan siapa dirinya
sebagai manusia yang bisa beradaptasi dan melakukan
hubungan dengan sesama. Bila ini dikembangkan
dengan baik maka diharapkan manusia bisa lebih
mengembangkan potensi yang dimiliki karena ada
evaluasi yang positif atas konsep dirinya. Sebaliknya
bila manusia tertutup atau motivasi bersosial ini rendah
maka dimungkinkan mereka akan menjadi pribadi yang
introvert dan sulit untuk mengembangkan kemampuan
dan konsep diri positifnya.
Berikutnya adalah need of achiement yaitu
motivasi untuk melakukan, mencari dan memberikan
prestasi yang terbaik. Motivasi ini akan memberikan
dorongan positif bahwa seseorang pasti bisa
melakukan yang terbaik sesuai kemampuan masing-
masing. Bila seseorang tidak bermotivasi untuk
berprestasi secara baik dimungkinkan seseorang akan
berbuat apa saja, sekadarnya dan tidak mampu
menunjukkan prestasi yang berbeda dari orang lain.
Sehingga lingkungan sekitar hanya akan menganggap
tidak ada terhadap orang tersebut. Pada akhirnya
ketika orang tersebut berada di sebuah organisasi sulit
untuk mendapatkan posisi atau keuntungan lain karena
rendahnya motivasi berprestasi.
Dari teori McLeland ini setiap orang hendaknya
mempunyai motivasi yang seimbang dari ketiganya,
atau bedanya tidak berkisar terlalu jauh. Bila salah satu
unsur sangat kurang atau sangat tinggi maka orang
tersebut akan sulit untuk beradaptasi dengan orang
dan lingkungan. Sehingga kemampuan untuk
mengembangkan diri juga akan menjadi rendah.
Pentingnya memahami motivasi dalam komunikasi
organisasi adalah keterkaitannya dengan tindakan
anggota organisasi yang akan dimunculkannya.
Dimana dengan motivasi yang dipunyai para anggota
organisasi mempunyai harapan terpenuhinya
kebutuhan mereka sehingga dengan harapan yang
akan merasa terpenuhi mereka akan memberikan
produktifitas kegiatan terbaik yang mereka punya.
Sebaliknya dengan harapan yang tidak yakin akan
terpenuhi akan menimbulkan konsekuensi negatif
bahkan akan menjadi keyakinan akan harapan yang
gagal terwujud. Iini bisa mempengaruhi kelangsungan
organisasi itu sendiri.
Dengan motivasi, pemenuhan harapan mereka
para pekerja organisasi akan mampu menunjukkan
bahwa mereka bisa mendefinisikan diri mereka sendiri
sebagai pribadi, unik dan kreatif yang sesuai dengan
keinginan mereka dan akan diterima hasilnya.
PERMASALAHAN KOMUNIKASI ORGANISASI
Stres
Salah satu masalah yang paling sering muncul dan
serius dalam dunia kerja atau sebuah organisasi adalah
stres. Menurut Ray (1991) kepustakaan mengenai stres
yang berkaitan dengan pekerjaan secara ajeg
menunjukkan bahwa stres menimbulkan pengaruh
yang merusak dan berbahaya bagi kesehatan jasmani
dan rohani pekerja.
Menurut Wayne Pace danDon faules stres dapat
didefinisikan sebagai penderitaan jasmani, mental, atau
emosional yang diakibatkan intepretasi atas suatu
peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda pribadi
seorang individu. Definisi ini dapat diterjemahkan ke
dalam suatu model perkembangan dan pelepasan stres
yang berdasarkan premis bahwa intepretasi atas suatu
peristiwa/event adalah apa yang menimbulkan baik
konsukensi positif ataupun konsekuensi negatif. Suatu
peristiwa/event adalah kejadian nyata atau
dibayangkan dalam kehidupan seseorang dan ini
merujuk kepada hampir semua atau segala sesuatu
yang terjadi pada seseorang.
Menurut Csikszentmihalyi (1990) menjelaskan
bahwa ‘setiap orang mempunyai suatu gambaran,
betapapun samarnya, mengenai apa yang ingin kita
capai sebelum mati’. Pencapaian keinginan ini bila
merasa terganggu akan menjadi masalah atau stres
tersebut.
Untuk strategi menghindari stres dapat dibagi
dalam dua cara yaitu :
Kelegaan sementara dengan :
a. pelarian
b. penenangan instan
c. gerak badan untuk kesenangan
Kesehatan badan jangka panjang dengan :
a. pemeriksaan kesehatan
b. nutrisi yang baik
c. gerak badan untuk kekuatan
Konflik
Dalam organisasi keterkaitan antara stres dan
konflik adalah sangat erat. Pada tingkat stres yang
tinggi dapat berperan sebagai basis konflik yang
potensial. Sebaliknya dari hubungan yang
memburukpun sangat potensial memunculkan stres.
Konflik dapat dimaknai sebagai perjuangan yang
diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak
yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-
tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan
gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan
mereka (Frost dan Wilmot, 1978). Dalam pandangan ini
perjuangan tersebut menggambarkan perbedaan
diantara pihak-pihak tersebut yang dinyatakan,
dikenali, dan dialami. Konflik baru terjadi ketika atau
setelah perbedaan tersebut dikomunikasikan.
Ada lima tipe gaya penangan konflik secara pribadi
yaitu :
1. Pesaing atau pejuang gigih; untuk mengejar
kepentingannya sendiri menggunakan cara yang
agak zalimdan cenderung mengorbankan anggota
organisasi lainnya. Kemenangan merupakan tujuan
utama.
2. Kolaborator atau pemecah masalah; berusaha untuk
menciptakan situasi yang memungkinkan tujuan
semua kelompok tercapai. Selali berusaha mencari
solusi yang terbaik. Kemenangan atau kekalahan
bukanlah cara untuk memandang sebuah konflik.
3. Kompromiser atau pendamai penyiasat; yaitu
mempunyai asumsi bahwa mereka yang terlibat
konflik mampu menerima kekalahan dan ia berusaha
membantu menemukan suatu posisi yang dapat
dijalankan. Suatu pola ‘sering mengalah’ sering
dilakukan.
4. Akomodator atau penolong ramah; gaya yang
kurang tegas dan cukup kooperatif, mengabaikan
kepentingan sendiri demi kepentingan orang lain.
Bisa jadi saat keputusan ditetapkan dia menerima
tapi suatu saat kelak dia akan menyesalinya.
5. Penghindar atau penurit impersonal; dimana selalu
menganggap konflik adalah sebagai tidak produktif
dan sedikit menghukum. Kecenderungannya adalah
selalu menghindari suasana yang tidak nyaman.
Seringkali konflik muncul karena tidak samanya
sebuah pemahaman di kalangan anggota organisasi.
Untuk itu, perbedaan dalam pemahaman dapat dikelola
dengan cara :
1. dengan menemukan apa yang orang atau pihak lain
maksudkan
2. dengan mengecek keabsahan bukti dan penalaran
3. dengan mengidentifikasikan suatu niali atau tujuan
yang lebih mendasar, yang kadang-kadang disebut
tujuan yang utama/unggul
Sementara perbedaan yang didasarkan pada
perasaan dapat dikelola dengan lima cara yaitu :
1. Dengan meningkatkan penhargaan diri orang-orang
yang bertentangan dengan kita
2. Dengan menciptakan suatu atmosfer penelitian
untuk menelaah masalah
3. Dengan melibatkan setiap anggota dalam diskusi
4. Dengan menggunakan ringkasan untuk menunjukan
kepada kelompok apa yang telah dicapai dan apa
yang belum dicapai
5. Dengan menyediakan peluang untuk menyatakan
perasaan.