sdm pengelola keuangan daerha
TRANSCRIPT
KELOMPOK 2Danutirto Anggrawan
Merry TrianiRiskadea BeliantoRiska Khairunnisa
Risky Trian ChaniagoSartini Kumala Dewi
Yessy Verdiyanti
PENGELOLA KEUANGAN NEGARA
keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan
kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban
keuangan negara yang dipisahkan
pengelolaanya
keuangan negara yang tidak dipisahkan pengelolaannya
TUJUAN ADANYA SDM PENGELOLA KEUANGAN NEGARA
agar daya tahan dan daya saing perekonomian nasional semakin dapat di tingkatkan dengan baik
dalam kegiatan ekonomi yang semakin bersifat global, sehingga kualitas hidup masyarakat dapat
meningkatkan sesuai dengan yang di harapkan
keuangan negara harus dikelola dengan baik karena keuangan negara dapat
digunakan untuk
Merealokasikan sumber daya ekonomi
Meredistribusi pendapatan
Menjaga stabilitas ekonomi
Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Tanggung jawab utama seorang pengelola keuangan negara adalah tidok boleh
merugikan negara
Terwujudnya Good Governance dalam Penyelenggaraan
Negara
Pengelolaan Keuangan Negara diselenggarakan secara :
• Profesional• Terbuka • Bertanggung jawab
Asas-Asas Umum Pengelolaan Keuangan
Negara
Asas-asas yang telah lama dikenal : Tahunan Universalitas Kesatuan Spesialitas
Asas-asas Baru (best practises) : Akuntabilitas
berorientasi hasil Profesionalitas Proporsionalitas Keterbukaan Pemeriksaan
keuangan oleh BP yg bebas & mandiri
ASAS-ASAS PENGELOLA KEUANGAN NEGARA
Sesu
ai
Pasa
l 23C
UU
D 1
945
Akuntabilitas berorientasi pada hasil
Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara
negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku .
Asas Profesionalitas
asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Asas Proposionalitas
asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara
Asas Keterbukaan
asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara
Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa
yang bebas dan mandiri
Pemeriksaan atas tanggung jawab dan pengelolaan
keuangan negara/daerah dilakukan oleh badan
pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam
3 tahap pemeriksaan
perencanaan
pelaksanaan
pelaporan hasil pemeriksaan
TUJUAN PENETAPAN ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah sesuai bab IV UUD 1945
Mendukung terwujudnya penyelenggaraan good governance dalam penyelenggaraan negara
Memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah
Menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara
ETIKA PENGELOLA KEUANGAN NEGARA
Pelayan publik yang berkualitas dan relevan
Dimensi normatif dan dimensi reflektif (bagaimana bertindak) menciptakan suatu
institusi yang adil.
Modalitas etika, menjembatani agar norma moral bisa menjadi tindakan nyata (sistem,
prosedur, sarana yang memudahkan tindakan etika).
BPK melakukan penelitian pada enam kementerian negara/lembaga,20 pemerintah
daerah serta 12 perguruan tinggi. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk memperoleh gambaran umum kekuatan dan kelemahan
SDM pemerintah dalam mengimplementasikan keuangan negara
pada tahun 2004-2008 (5tahun)
KONDISI SDM PENGELOLA KEUANGAN NEGARA
Hasil penelitian menunjukkan adanya kondisi berikut
(1) kekurangan SDM yang mengelola keuangan negara, khususnya yang berlatar belakang akuntansi
(2) penempatan SDM yang Keliru(3) tingkat pemahaman dasar staf mengenai
administrasi keuangan negara masih lemah(4) reward system yang belum tepat(5) sarana dan prasarana serta proses pendidikan di
perguruan tinggi untuk mendukung pengembangan akuntansi sektor publik masih membutuhkan perbaikan mutu.
.alokasi pegawai pada unit pengelola
keuangan
akuntansi (23.23%) non akuntansi (76.77%)
01020304050607080
Latar Belakang Pendidikan Personil
Data hasil kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas, yaitu sebesar 76,77% unit pengelola keuangan negara diisi oleh pegawai yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Akuntansi
Instansi yang disurvei mengemukakan alasan-alasan terkait dengan permasalahan di atas yaitu (1) tidak memiliki atau kekurangan SDM berlatar belakang pendidikan akuntansI(2) belum ada kebijakan rekrutmen pegawai berlatar belakang akuntansi (3) walaupun SDM tersebut bukan berlatar belakang pendidikan Akuntansi, akan tetapi mereka dianggap mampu menjalankan/melaksanakan tugas dengan modal diklat dan bimbingan
(4) adanya kebijakan pimpinan(5) pihak manajemen telah mengajukan usulan tentang formasi personil yang dibutuhkan kepadaKementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, tetapi usulan formasi tersebut dirubah/direvisi untuk disesuaikan dengan rencana strategi pemerintah pusat.
rata-rata tingkat pemahaman dasar staf mengenai administrasi keuangan negara masih sangat rendah. Responden tingkat pemahamannya hanya 49,94%.Angka ini jelas mengkhawatirkan, terlebih lagi jika diketahui bahwa yang ditanyakan dalam survei hanya pengetahuan dasar, bukan tata-cara pembukuan detail yang membutuhkan kompetensi lebih tinggi di bidang akuntansi sektor publik. Jika dibandingkan, tingkat pemahaman staf yang berlatar belakang pendidikan akuntansi (67,22%) lebih tinggi dari mereka yang bukan berlatar belakang akuntansi (44,71% ).
tingkat pemahaman dasar staf mengenai administrasi
keuangan negara
KESIMPULAN
SDM pemerintah membutuhkan perhatian yang lebih serius dan perlu revolusi jumlah dan mutu SDM pengelola keuangan
negara, jika pemerintah menghendaki tata-kelola keuangan yang lebih akuntabel dan transparan. Beberapa hal negatif yang terpotret dari survei ini misalnya: penempatan yang
keliru (mayoritas SDM pengelola dan penyusun laporan keuangan bukan berlatar belakang akuntansi), tingkat
pemahaman dasar staf mengenai administrasi keuangan negara yang lemah, penugasan dan reward system yang
belum tepat, serta pendidikan dan pelatihan SDM yang tidak efektif