scirpophaga njvella f., - digilib-batandigilib.batan.go.id/e-prosiding/file...

14
KEMUNGKINAN PENGGUNAAN TENAGA ATOM UNTUK PEMBERANTASAN HAMA PENGGEREK PUCUK PUTIH (SCIRPOPHAGA NIVELLA F.) PADA TANAMAN TEBU Oleh: Ir. SARDJONO HATMOSUWARNO Akademi Gula Negara Yogyakarta PENGANTAR Diantara homo_homo yang menyerang tanaman tebu yang memang merupakan homo asli tanaman tersebut, maka penggerek pucuk putih merupakan salah satu yang mem_ punyai arti ekonomi terpenting. Sampai sekarang homo ini dapat dikatakan belum dapat diatasi dengan sempurna, bahkan dibeberapa perkebunan tebu ado sebagian kebun yang terpaksa tak dapat dipungut hasilnya karena hebatnya serangan homo ini. Penggerek pucuk putih merupakan ulat (larva) dari kupu-kupu Scirpophaga njvella F., merupakan kupu-kupu yang aktip poda waktu malam hari. Nama homo dalam arti praktis lebih terkenal sebagai "penggerek" yang menyatakan tingkatan (stadia) larva dari serangga tersebut. Nama penggerek memang tepat sekal i karena bagian tanaman tebu baik daun maupun pucuk batang yang terserang homo ini menunjukkan gejala se_ rangan adanya luka-Iuka bekas gerekan. Bahkan serangan pada pucuk tebu disamping 1uka gerekannya sendiri sel 01u terdapat sis~_sisa gerekan yang berupa tepung. Sesuai dengan namanya penggerek pucuk putih, serangannya pada tanaman tebu hanya terbatas pada bagian pucuk batang meliputi bagian daun don dengan melalui titik tum_ buh, penggerek merusak bagian ini serta bagian batang dibawah titik tumbuh ini. Di_ sebut penggerek pucuk putih karena disamping larvanya sebagai penggerek, kupu_kupu- nya sendiri mempunyai warna putih. Bahwa penggerek pucuk putih ini mempunyai arti ekonomis yang besar diantara hama_hama yang lain, oleh karena dapat menimbulkan angka kerugian yang terbesar. Penggerek pucuk sendiri dapat menimbulkan kerugian sampai ± 9%, sedangkan bila berada bersama _ soma dengan penggerek batang kerugian yang diakibatkannya dapat sampai ± 12%. Homo-homo yang lain (disamping kedua hama ini) paling banyak secara keseluruhan dapat menimbulkan kerugian sampai ± 5% soja. Oleh karena arti ekonomis yang besar inilah terhadap homo ini sudah sejak lama dilakukan usaha_usaha pemberantasan. Namun demikian walaupun semua cara pemberan_ tasan homo yang telah lama dipakai untuk homo_homo yang lain dicoba untuk penggerek pucuk ini, tetapi sampai sekarang belum ado satu cora pemberantasanpun yang dapat dianggap memuaskan. Cora_cora yang dimaksud misal nya dengan teknik bercocok tanam, dengan sel eksi, secara biologi, secara kimia dan secara mekanik. Apakah yang sebetul- nya menjadi sebab gagal nya usaha_usaha pemberantasan ini? Banyak faktor yang dapat 126

Upload: ngocong

Post on 18-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEMUNGKINAN PENGGUNAAN TENAGA ATOM UNTUKPEMBERANTASAN HAMA PENGGEREK PUCUK PUTIH

(SCIRPOPHAGA NIVELLA F.) PADA TANAMAN TEBU

Oleh:

Ir. SARDJONO HATMOSUWARNO

Akademi Gula Negara Yogyakarta

PENGANTAR

Diantara homo_homo yang menyerang tanaman tebu yang memang merupakan homoasli tanaman tersebut, maka penggerek pucuk putih merupakan salah satu yang mem_punyai arti ekonomi terpenting. Sampai sekarang homo ini dapat dikatakan belum dapatdiatasi dengan sempurna, bahkan dibeberapa perkebunan tebu ado sebagian kebun yangterpaksa tak dapat dipungut hasilnya karena hebatnya serangan homo ini.

Penggerek pucuk putih merupakan ulat (larva) dari kupu-kupu Scirpophaga njvella

F., merupakan kupu-kupu yang aktip poda waktu malam hari. Nama homo dalam artipraktis lebih terkenal sebagai "penggerek" yang menyatakan tingkatan (stadia) larvadari serangga tersebut. Nama penggerek memang tepat sekal i karena bagian tanamantebu baik daun maupun pucuk batang yang terserang homo ini menunjukkan gejala se_rangan adanya luka-Iuka bekas gerekan. Bahkan serangan pada pucuk tebu disamping1uka gerekannya sendiri sel 01u terdapat sis~_sisa gerekan yang berupa tepung.Sesuai dengan namanya penggerek pucuk putih, serangannya pada tanaman tebu hanyaterbatas pada bagian pucuk batang meliputi bagian daun don dengan melalui titik tum_buh, penggerek merusak bagian ini serta bagian batang dibawah titik tumbuh ini. Di_sebut penggerek pucuk putih karena disamping larvanya sebagai penggerek, kupu_kupu­nya sendiri mempunyai warna putih.

Bahwa penggerek pucuk putih ini mempunyai arti ekonomis yang besar diantarahama_hama yang lain, oleh karena dapat menimbulkan angka kerugian yang terbesar.Penggerek pucuk sendiri dapat menimbulkan kerugian sampai ± 9%, sedangkan bilaberada bersama _ soma dengan penggerek batang kerugian yang diakibatkannya dapatsampai ± 12%. Homo-homo yang lain (disamping kedua hama ini) paling banyak secarakeseluruhan dapat menimbulkan kerugian sampai ± 5% soja.

Oleh karena arti ekonomis yang besar inilah terhadap homo ini sudah sejak lamadilakukan usaha_usaha pemberantasan. Namun demikian walaupun semua cara pemberan_tasan homo yang telah lama dipakai untuk homo_homo yang lain dicoba untuk penggerekpucuk ini, tetapi sampai sekarang belum ado satu cora pemberantasanpun yang dapatdianggap memuaskan. Cora_cora yang dimaksud misal nya dengan teknik bercocok tanam,dengan sel eksi, secara biologi, secara kimia dan secara mekanik. Apakah yang sebetul­nya menjadi sebab gagal nya usaha_usaha pemberantasan ini? Banyak faktor yang dapat

126

disebut, diantaranya:' masi ng_masi ng cora mempunyai kel emahan_kel emahannya sendiri;pemberantasan secara keseluruhan hampir tak mungkin dapat dilaksanakan; don jugakurangnya pengetahuan dari fihak pelaksana pemberantas sendiri. Pemberantasan secaramekanik misalnya, hanya dapat efektip apabila serangannya belum begitu meluas sertahanya dapat dilakukan dikebun_kebun dimana tenaga kerja bukan merupakan persoalanpokok. Dari edaran hidupnya maka tingkatan hidup yang berada diluar tanaman tebulebih pendek dari pada yang berada didalam tanaman tebu, sehingga pemberantasansecara kimia hanya dapat dilakukan pada waktu yang relatip pendek sekali; lebih_lebihbila diingat bahwa tingkatan serangga yang merusak justru berada didalam tubuh tanam_an yang sukar dapat dikenai obat.

Akhir_akhir ini penggunaan isotop radioaktip, baik dalam arti sebagai zat perunutmaupun sebagai zat aktip mempengaruhi sel atau jaringan mulai dipraktekkan dilapanganpertanian yang meliputi bidang_bidang: cocok tanam, seleksi, pemupukan don lain_lain. Didalam homo tanamanpun walaupun di Indonesia belum sebegitu jauh diselidikidibanding dengan bidang yang lain, namun diluar negeri telah banyak dilakukan penye-

·'Iidikan kearah ini terutama dibidang pemberantasan homo. Bahkan berdasarkan hasil_hasil yang dicapai diluar negeri sangat mengagumkan, karena kadang_kadang denganpenggunaan tenaga atom ini suatu jenis serangga yang merupakan homo dapat musnahsoma sekali. Penyelidikan diluar negeri terutama dilakukan terhadap lalat_lalat buah.

Sebetul nya usaha dengan penggunaan tenaga atom ini dapat dibagi dalam duogolongan usaha, yaitu : usaha_usaha pemandulan don usaha_usaha pembunuhan seranggasecara langsung. Oleh karena itu penggunaan atom selanjutnya ditujukan untuk mencaridosis mandul don dosis_dosis kematian (lethal dosis).

Sinor_sinor yang dapat dihasilkan oleh zat_zat radioaktip atau isatop_isotop memangtelah terbukti dapat mempengaruhi kesuburan serangga, baik serangga jantan maupunbetinanya. Teristimewa sinor gamma yang mempunyai daya tembus relatip sangat besar,seri ng pengaruh ini nampak sekal i •

Kehidupan serangga dapat dipisahkan menjadi beberapa tingkatan, atau selama masahidupnya serangga mengalami pergantian bentuk (metamorphosa). Untuk serangga yangmenunjukkan pergantian bentuk dengan sempurna, urut _ urutan pergantian bentuk iniadalah: telur _ larva _ pupa _ imago; sedangkan yang metamorphosenya tidak sem_purna : telur - nymphe - imago. Didalam usaha pemandu1af] atau pembunuhan seranggamasing -masing tingkatan hidup ini sebetulnya dapat kita perlakukan dengan isotopradioaktip sehingga mengalami keadaan tertentu sesuai dengan kemauan kita. Didalamkeadaan alam murni masing_masing tingkatan hidup serangga ini tidak banyak mengalamigangguan dibanding apabila serangga ini dengan suatu cora tertentu diternakkan di_laboratarium misalnya. Walaupun demikian mudah dimengerti bahwa terjadinya kehidupandari tingkatan hidup yang mendahuluinya kemungkinannya akan diperkecil dengan makinjauhnya jarak tingkatan itu masing_masing, karena gagalnya satu tingkatan untuk me_masuki stadia berikutnya. Jelasnya demikian: kemungkinan pupa untuk menjadi imagotentu lebih besar dari pada kemungkinan larva untuk menjadi imago. Oleh karena itudidalam memilih tingkatan hidup serangga yang akan kita beri tindakan, kita tak dapatterlepas dari segi biologi dari serangga don tujuan dari tindakan ini, tujuan manauntuk nanti dapat digunakan secara praktis.

Usaha_usaha pemandulan serangga (terutama terhadap serangga jantan) telah lamadisel idiki. Memang didalam pelaksanaan pemberantasan homo usaha_usaha pemandulani ni akan Iebih ekonomis dibandi ng dengan usaha_usaha pembasmian serangga (homo)dengan pembunuhan secara Iangsung.Hal ini disebabkan karena dosis mandul bagi serangga selalu lebih kedl dari padadosis kematian (lethal dosis). Tentu soja pada keadaan_keadaan yang memaksa kitapunharus menggunakan dosis lethal ini, yaitu apabila tingkatan hidup serangga yang akankita musnahkan berada didalam bag ion tanaman yang sukar dicapai oleh manusia denganalat apapun.

127

Serangga_serangga yang mandul akibat penyinaran ini disebabkan karena kerusakandidalam alat reproduksinya (testes untuk yang jantan don ovar ium untuk yang betina).

Selanjutnya penyinaran serangga dengan isotop_isotop radioaktip ini dapat dilakukanterhadap seluruh tingaktan hidupnya serangga dengan tujuan akhir yang sama. Dalampertimbangan tertentu kita harus memilih tingkatan hidup dimana kemungkinan untukdiberi penyinaran dan efek penyinaran selanjutnya dapat sebaik-baiknya.

BAHAN DAN CARA PENYELIDIKAN

Untuk keperluan penyelidikan ini diperlukan bahan_bahan yang berupa:

a. bahan yang disinari (salah satu tingkatan serangga)b. isotop radioaktip yang digunakan untuk menyinari

Sebelum bahan_bahan ini dibicarakan satu persatu, perlu kiranya dikemukakan se_cara singkat mengenai prinsip dari tujuan penyelidikan: bahwa dengan penyinaran ter_hadap satu tingkatan hidup serangga penggerek pucuk putih dengan dosis tertentu di_harapkan agar tingkatan dewasa (dalam hal ini kupu_kupu) menjadi mandul sehinggatelur_telur yang dihasilkan oleh serangga tersebut tak dapat menetas. Tujuan ini didasar_kan pada analogi dari penemuan diluar negeri yang telah disebutkan didalam pendahuluandari tulisan ini secara singkat pula. Oleh karena itu sebetulnya penulis telah melakukanpenyelidikan pula yang merupakan tahap yang mendahului dari pada tahap penyinaranserangga ini yaitu penyelidikan mengenai biologi dari serangga penggerek ini dan ke­mungkinan untuk memeliharanya diluar keadaannya yang ideal dikebun tebu. Antaralain telah diketemukan bahwa kupu_kupu betina umumnya hanya kawin satu kali sajaselama hidupnya, sedangkan seekor kupu jantan dapat mengawini lebih dari seekor kupubetina. Oleh karena itu apabila seekor kupu betina telah dikawini oleh seekor jantanyang mandul akan menghasilkan telur_telur yang semuanya tak dapat menetas walaupuntel ur _ tel ur ini terjadinya tidak usah pada satu periode. Sebal iknya serangga jantanyang sudah mandul karena dapat mengawini lebih dari seek or betine, maka apabilapada suatu peri ode tertentu dapat disediakan serangga jantan yang mandul dalam jumlahyang cukup banyak dan dapat disebarkan dikebun maka kemungkinan besar seranggajantan yang mandul ini dapat menyebabkan sejumlah betina tertentu menghasilkan telur_telur yang tak dapat menetas. Demikianlah secara berangsur_angsur populasi seranggadikebun dapat dikurangi sampai pada suatu saat habis sama sekal i.

a. Bahan yang disinariOleh penulis dipilih tingkatan pupa (kepompong) berdasarkan pendapat bahwa penyinar_an pada tingkatan ini adalah yang paling tepat dengan alasan bahwa penyinaran padati ngkatan sebel umnya (ul at) memerl ukan waktu yang lebih lama untuk menjadi kupu_kupu. Penyinaran pada tingkatan kupu_kupu kurang efektip pula mengingat umur kupusangat pendek dan kupu_kupu sudah akan kawin sesaat setelah terjadi kepompong, se_hingga kemungkinan besar penyinaran pada tingkatan kupu_kupu ini mendapat kesukarandidalam menentukan waktunya.

b. Isotop radioaktip

Sebagai isotop rodioaktip untuk penyinaran digunakan Co60 gamma, dari CO BAL T

UNIT kepunyaan Fakultas IImu Pasti dan Alam U.G.M., yang pada tanggal 3 Nopem_ber 1960 mempunyai kekuatan 1,2 x 105 Rads/jam.

Bahan yang disinari adalah kepompong yang harus kita peroleh pada suatu waktutertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Oleh karena itu dalam tahap pertama daripenyelidikan penulis terlebih dahulu telah dicoba untuk mendapatkan cara yang sebaik_baiknya dalam menternakkan serangga ini diluar keadaan aslinya dikebun.Untuk keperluan ini oleh penulis telah dicoba beberapa macam cara untuk memeliharaulat diluar pucuk tebu, sebab pemeliharaan pada pucuk tebu sangat memerlukan banyak

128

bahan dan tenaga pelaksana, lagi pula sukar untuk mendapatkan/menghasilkan sejumlahkepompong tertentu dalam waktu yang singkat. Dari beberapa macam cora yang telahdicoba oleh penulis maka pemeliharaan ulat dengan media (makanan ulat) berupaampas tebu yang diberi larutan gula D sebesar 10%, merupakan cora yang paling ba_nyak dapat menghasilkan kepompong. Oleh karena waktu untuk menjadi kepompongdari ulat_ulat ini agak lama maka sering ampas ini menjadi asam sebelum ulat menjadikepompong, ha I mana sangat mengganggu pembentukan kepompong _ kepompong ini •Oleh karena itu ampas harus selalu diganti dengan jarak 2 hari sekali, jarak manadapat diperpanjang apabila pada ampas tersebut diberikan pula larutan: formalin 0,8 ­1%. Dengan cora ini dapat dipelihara banyak sekali ulat dalam satu petri_schaal (cowanpetri) atau gelas museum besar don dari sejumlah ulat ini kira_kira 80% dapat berhasilmencapai ti ngkatan kepompong.Kepompong yang telah diperoleh dengan cara ini kemudian ditempatkan pada kantong_kantong plastik dengan ukuran panjang 15 cm dan lebar 10 cm. Masing_masing kantongdiisi 10 kepompong jantan atau betina (sedapat mungkin dipilih yang umurnya kira_kira soma). Untuk mencegah menjadi keringnya kepompong_kepompong ini, didalamplastik diberikan pula potongan _ potongan daun pisang. Selanjutnya kantong_kantongplastik yang berisi kepompong ini telah siap untuk disinari.Penyinaran dilakukan dengan Co60 gamma memakai Cobalt unit di FIPA UGM dengansuatu seri dosis tertentu. Untuk mempercepat waktu dan memudahkan pekerjaan bukandosisnya yang dipakai sebaga; pedoman, melainkan waktu penyinaran yaitu masing_masing: 10"; 25" dan 50".Bahan _bahan yang telah disinari kemudian dipelihara didalam kurungan homo (coi)dengan ukuran tinggi 35 cm; panjang = lebar = 45 cm. Jumlah coi 10 buah, masing_masing coi diberi nomor 1 sid 10 untuk mempermudah pengamatan don pencacahan.Kepompong_kepompong yang sudah disi nari kemudian dikel uarkan dari kantong_kantongplastik dan dipelihara pada cawan_cawan petri sampai menjadi kupu-kupu.Ternyata prosentase menjadinya kupu _ kupu dari kepompong akan diperbesar apabilacowan petri ini diberi alas daun pisang don diatas kepompong_kepompong ini diletakkanpul a potongan_potongan daun pisang. Cowan petri yang digunakan mempunyai ukurangaris tengah wadah 14 cm. don tutup 15 cm. masing_masing petri dalam 1 coi diberi20 kepompong (10 kepompong jantan don 10 kepompong betina). Kepompong_kepompongdipelihara sampai menjadi kupu_kupu. Untuk pemel iharaan kupu-kupu yang terjadi padacoi ini diletakkan rayungan tebu yang ditanam pada pot_pot kedl dari tanah, sehinggakupu-kupu yang terjadi setelah melakukan perkawinan dapat meletakkan telur_telurnyapada daun_daun tebu ini. Terhadap telur_telur yang terjadi dilakukan pengamatan apa_kah nantinya dapat menetas atau tidak, bagaimana morphologi telur don sebagainya.

Kepompong_kepompong yang diletakkan pada masing_masing cawan petri ditiap_tiap coiini telah mendapat perlakuan sbb :

- kepompong jantan disinari_ kepompong betina disinari

kepompong jantan- kepompong betina

kepompong jantan_ kepompong beti na

_ kepompong jantan tak disinari_ kepompong betina tak disinari

disinaritak di sinari

tak di sinaridisinari

kontrol.

Masing_masing perlakuan 3 dosis sehingga untuk satu kali percobaan diperlukan 9 coidon 1 coi untuk kontrol.

Percobaan ini oleh penulis telah diulangi 5 kali dengan hasil pengamatan yang dapatdibaca pada daftar.

129

HASIL PENYELIDIKAN

Hasil penyelidikan dapat diketahui dari daftar_daftar dibawah ini.

DAFTAR PENGAMATAN

Dosis_dosis penyinoran, banyaknya jenis kupu yang terjadi,banyaknya koloni telur yang terjadi dan banyaknya koloni telur yang menetas

Percobaan I :

NoTanggalBanyak danDosisBanyak danBanyaknyaKoloniKete _

jenis pupapenyinaran*)jeniskupu_kolonitelurrangan

kupu yangteluryang

terj adimenetas

1.

25_2_6610 jantan10"3 jantan1110 betina

-6 betina6-

2.s.d.a. 10 jantan25"5 jantan--

10 betina-4 betina3-

3.s.d.a. 10 jantan50"1 jantan--

10 betina-6 betina--

4.s.d.a. 10 jantan-1 jantan--

10 betina10"2 betina--

5.s.d.a. 10 jantan----

10 betina25"---

6.s.d.a. 10 jantan-1 jantan--

10 betina50"1 betina--

7.

s.d.a. 10 jantan10"1 jantan.- -

10 betina10"2 betina--

8.

s.d.a. 10 jantan25"---10 betina

25"1 betina--9.

s.d.a. 10 jantan50"2 jantan--10 betina

50"---10.

s.d.a.10 jantan-5 jantan--10 jantan

-4 beti na22

130

Percobaan II :

NoTonggolBanyak danDosisBanyak danBanyaknyaKoloniKete -

jenis pupapenyinaran*)jenis kupu_kolonitelurrangan

kupu yangteluryang

terjadimenetas

l.17_3_6610 jantan10"5 jantan--

10 betina-4 betina3-

2.s.d.a. 10 jantan25"7 jantan--

10 betina-3 betina

9-3.

s.d.a. 10 jantan50"---10 betina

-3 betina--4.

s.d.a. 10 jantan-4 jantan--10 betina

10"2 beti na.4-5.

s.d.a. 10 jantan-6 jantan--10 betina

25"a betina3-6.

s.d.a. 10 jantan-1 jantan--10 betina 50"---

7.s.d.a. 10 jantan10"2 jantan--

10 betina10"5 beti na21

a.

s.d.a. 10 jantan25"4 jantan--10 betina

25"6 betina6-9.

s.d.a. 10 jantan50"---10 beti na

50"---10.

i.d.a.10 jantan-7 jantan--10 betina

-5 jantan33

Percobaan III :

NoTanggalBanyak danDosisBanyak danBanyaknyaKoloniKete _

jenis pupapenyinaran*)jenis kupu_kolonitelurrangan, kupuyang teluryang

terj adimenetas

l.

7_4_6610 jantan10"3 jantan--10 betina

-7 betina21

2.

s.d.a. 10 jantan25"4 jantan--10 beti na

-2 betina--3.

s.d.a. 10 jantan50"---10 betina

-2 betina--

131

4. I s.d.a. I 10 jantan-8 jantan

10 betina10"5 betina

I4I

2

5.

I s.d.a. I 10 jantan-3 jantan

10 betina25"6 betinaI12

6.

I s.d.a. I 10 jantan10 betina

50"

7.

I s.d.a. I 10 jantan10"5 jantan10 betina

10"6 betinaI3

8.

I s.d.a. I 10 jantan25"7 jantan10 betina

25"3 betinaI6

9.

I s.d.a. I 10 jantan50"10 betina

50"

10.

I s.d.a.I 10 jantan10"I8 jantan10 betina

-5 betinaI2I2

~I

Percobaan IV :

NoTanggalBanyak danDosisBanyak danBanyaknyaKoloniKete _

jenis pupapenyinaran*)jenis kupu-kolonitelurrangan

kupu yangteluryang

terj adimenetas

1.

28_4_6610 jantan10"6 jantan--10 beti na

-3 betina2-2.

s.d.a. 10 jantan25"5 jantan--10 betina

-5 betina8-3.

s.d .a.10 jantan50"---10 betina

-1 betina--4.

s.d.a. 10 jantan-2 jantan--10 betina

10"8 betina61

5.

s.d.a. 10 jantan-3 jantan--10 betina

25"3 betina--6.

s.d.a. 10 jantan-2 jantan--10 betina

50"---7.

s.d.a. 10 jantan10"6 jantan--10 betina

10"7 betina42

8.

s.d.a. 10 jantan25"4 jantan--10 betina

25"5 betina7-9.

s.d.a. 10 jantan50"---10 betina

50"---10.

s.d.a.10 jantan-8 jantan--10 betina

-7 betina--

132

Percobaan V :

NoTanggalBanyak donDosisBanyak donBanyaknyaKoloniKete _

jenis pupapenyinaran*)jenis kupu_kolonitelurrangan

kupu yangteluryang

terj adimenetas

1.

20_5_6610 jantan10"6 jantan--10 betina -4 betina3-

2.s.d.a. J 0 jantan25"3 jantan--

10 betina-4 betina5-

3.s.d.a. 10 jantan50"---

10 betina-2 betina--

4.s.d.a. 10 jantan-7 jantan--

10 betina10"4 betina21

5.

s.d.a. 10 jantan-5 jantan--10 betina 25"5 betina6-

6.s.d.a. 10 jantan-1 jantan--

10 betina50"---

7.s.d.a. 10 jantan10"3 jantan--

10 betina 10"6 beti no31

8.

s.d.a. 10 jantan25"2 jantan--10 betina

25"4 betina12-9.

s.d.a. 10 jantan50"---10 betina

50"---10.

s.d.a.10 jantan-5 jantan--10 beti no

-3 beti no33

PERHITUNGAN

a. Dosis penyinaran

Dosis penyinaran pada tahun penyelidikan (perhitungan untuk bulan April 1966 = bulanpertengahan percobaan).

Kekuatan Co60 gamma pada tanggal 3 Nopember 1960,= 1,2 X 105 Rads./jam.

3 Nopember 1960 sid 8 April 1966 = 5,432 tahun.Half life Co60 = 5,3 tahun

= 5,432 : 5,3 = 1,025= 0,4895= 0,93 rods.= (1,2 x 105)= 63053,7634= 63053,7634= 17,5 Ro.

n

RontgenD.R.

D.R. 1 detik

1,03.

: 0,93 x 0,4895 Rontgen/JamRontgen/Jam.: 3600 Rontgen

133

D.R.l0 detik = 175 Ro.

25 detik = 437,5 Ro.

50 detik = 875 Ro.

b. Perhitungan statistik berdasar hasil pengamatanPerhitungan secara statistik dari hasil pengamatan tidak diberikan seluruhnya dalam

tulisan ini, sebagai ringkasan kesimpulan dari perhitungan ini dapat dilihat pada daftar

II dan daftar III, yang masing_masing menunjukkan:

1. Daftar II : Daftar mengenai besarnya nilai rata_rata pengamatan dari hasil per_

lakuan = x ; dan besarnya standar deviasi pangkat dua = T2

2. Daftar III : Daftar yang menyatakan besarnya harga t berdasarkan perhitungan.

Daftar II

BESARNYA NILAI RATA_RATA PENGAMATAN DARI HASIL PERLAKUAN = x, DANBESARNYA STANDAR (DEVIASI) PANGKAT DUA = r2•

No.Perl akuanJantanBetinaTelurTel ur menetas

Coi

I.

Jantan 10"x= 4,6 x= 4,8 x= 3,4 x= 0,4Beti na

r2 = 0,46r2 = 0,54r2 = 0,86T2 = 0,06

II.

Jantan 25"x= 4,8 x= 3,6 x= 5 x=

Beti nar2= 0,44T2 = 0,26T2 = 2,7T2 =

III.

Jantan 50"x= 0,2 x= 2,8 x= x=

Beti nar2 = 0,04T2= 0,74T2 =r2 =

IV.

Jantanx= 4,4 x= 4,2 x = 3 2x= 0,8Betina 10"

T2 = 1,91T2 = 1,24T2 = 1:04T2 = 0,14V.

J antanx= 3,4 x= 4,4 x= 4,2 x=

Beti na 25"T2 = 1,60T2 = 1,85r2 = 5,04T2 =

VI.

Jantanx= 1 x= 0,2 x= x=

Betina 50"f2 = 0,1T2 = 0,04T2 =T2 =

VII.

Jantan 10"x= 3,4 x= 5,2 x= 2,4 x= 1

Betina 10"r2 = 0,86r2 = 0,74r2 = 0,46T2= 0,1

VIII.

Jantan 25"x= 3,4 x= 3,8 x= 6,2 x=

Betina 25"T2 = 1,86r2.= 0,74T2 = 3,64T2 =

IX.

Jantan 50"x 0,4x= x= x=

Betina 50"T2 = 0,16T2 =T2 =T2 =

X.

Jantanx= 6,6 x= 4,8 x= 2,2 x= 2,2Beti na

T2 = 0,46T2= 0,44T2 = 0,14T2= 0,14

134

Daftar III

BESARNYA HARGA "t" BERDASARKAN PERHlnJNGAN

PerlakuanJantanBeti noTelurTel ur menetas

ttt t

I.

+X. 2,0901,24,02II.

+X. 1,891,431,665,79III.

+X. 9,051,845,795,79IV.

+X. 1,430,470,922,64V.

+X. 2,290,270,875,79VI.

+X. 7,476,675,795,79VII.

+X. 2,690,370,242,45VIII.

+X. 2,110,922,115,79IX.

+X. 7,297,275,795,79

I.

+VII. 1,050,360,891,50II.

+VIII. 0,920,200,47-III. +IX. 0,443,25--

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan don perhi tungan _ perhitungan yang tel ah dilakukan secarastatistik maka mengenai hasil percobaan ini dapatlah disimpulkan sebagai berikut:

Kepompong_kepompong yang telah disinari dengan Co 60 gamma masih sanggup untukmenjadi kupu_kupu don kupu_kupu yang terjadi sanggup pula untuk bertelur asalkanpenyinaran dibatasi pada dosis tertentu.- Telur_telur yang terjadi pada serangga yang kepompongnya disinari ini masih adopula yang dapat menetas dengan batas dosis yang lebih kedl dari pada dosis untukterjadinya telur_telur.

a. Terjadinya kupu-kupu dari kepompong tiap perlakuan bila dibandingkan dengan kontrol adalahsbb. :

- Tidak ado perbedaan yang nyata antara kupu_kupu yang terjadi dari kepompongjantan dari kontrol dengan kepompong_kepompong jantan yang disinari dengan dosis175 r.

- Perbedaan ini juga tidak nyata pada kepompong yang disinari dengan dosis 437,5 r.Kepompong yang disinari dengan dosis 875 r. menunjukkan perbedaan yang sangat

jelos dengan kontrol dalam kesonggupannya untuk menjadi kupu_kupu, dalam arti ke_pompong yang disinari menunjukkan kesanggupan yang lebih kecil.

Hal_hal yang sudah disebutkan diatas berlaku pula untuk jenis kepompong betina.- Apabila baik kepompong jantan maupun kepompong betina kita sinari masing_masingdengan dosis 175 r, 437,5 r don 875 r, kemudian kita pel ihara bersama_sama (dibogidalam golongan berdasar dosis penyinaran yang soma), keadaannya hampir soma denganhal_hal yang sudah disebut di atas hanya terdapat satu perkecual ion yaitu terj adi nya

135

kupu-kupu dari kepompong jantan yang disinari dengan dosis 175 r menunjukkan per_

bedaan yang nyata dengan kontrol, dalam arti kontrol tetap lebih tinggi.

b. Terjadinya koloni telur

Terjadinya koloni telur serangga_serangga yang kepompongnya disinari dengan dosis175 r, don 437,5 r, tak ado perbedaan yang nyata dengan·kontrol don berlaku apakahpenyinaran ini hanya pada satu jenis kepompong soja atau kedua_duanya.

Terj adi nya koloni tel ur dari serangga_serangga yang kepompongnya disi nari dengandosis 875 r, menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap kontrol.

c. Menetasnya koloni telur

Ada perbedaan yang sampai sangat nyata dari dapatnya menetas tel ur-tel ur yangkupu _ kupunya terjadi dari kepompong _ kepompong yang kita sinari dari semua dosis(175 r, 437,5 r) dengan kontrol baik penyinaran dilakukan terhadap satu jenis kepom_pong atau kedua_duanya.

Didalam kesanggupan untuk menjadi kupu _ kupu, kesanggupan kupu _ kupu untukmenghasilkan telur don dapat tidaknya telur_telur ini menetas pada penyinaran dengandosis yang soma (175 r, don 437,5 r.) tak ado perbedaan yang nyata bila dibandingkanapakah penyinaran ini hanya dilakukan pada satu jenis kepompong atau kedua_duajenisnya?

Pada penyinaran kepompong dengan dosis 50", apabila kita bandingkan antara penyi_naran pada jantannya soja dengan yang disinari pada kedua jenisnya, kesanggupanmenjadi kupu-kupu bagi kepompong jantan tak ado perbedaan yang nyata tetapi untukkepompong beti no ado perbedaan yang nyata.

Kepompong-kepompong yang disinari dengan dosis 175 r, kupu-kupu yang terjadidari padanya masih sanggup untuk menghasilkan telur don sebagian dari telur_telur iniado pula yang dapat men etas; berarti pada dosis ini kupu-kupu yang terjadi baik iantanmaupun betina belum steril.

Kepompong yang disi nari dengan dosis 437,5 r, walaupun kupu-kupu yang terjadidapat menghasilkan telur_telur namun telur_telur ini tak ado yang dapat menetas satu_pun.

Kepompong yang disinari dengan dosis 875 r, kupu-kupu yang terjadi tak sangguplagi untuk menghasilkan telur_telur, bahkan kupu_kupu yang terjadipun hanya sedikitsekali.

DISKUSI

Didalam usaha untuk mengetahui dosis mandul bagi serangga penggerek pucuk putih(Schu-pophaga nivella F.) oleh penulis telah dilakukan penyinaran dengan Co60 gammaterhadap kepompong dengan dosis masing_masing: 175 r,'437,5 r, don 875 r; dosis­dosis ini diperoleh dengan penyinaran masing_masing selama 10"; 25" don 50".

Secara kasar sebetul nya telah diketemukan bahwa kepompong_kepompong yang di_sinari dengan dosis 437,5 r keatas, walaupun kupu_kupunya dapat menghasilkan telur,nomun telur_telur ini dapat menetas. Akan tetapi secara terperinci belum diketahuijarak dosis yang menyebabkan serangga_serangga ini mandul. Sehingga dengan demi_kian sebetul nya belum diketahui dengan pasai apakah dosis mandul ini hanya dicapaipoda penyinaran selama 25" (437,5 r) atau pada jarak dosis tertentu. Pad a penyinarandengan dosis 175 r masih terjadi telur_telur yang dapat menetas dari kupu-kupu yangterjadi; sedangkan pada penyinaran dengan dosis 875 r tak ado telur_telur yang dapatterjadi soma sekali. Dengan demikian dapat dibayangkan bahwa dosis mandul ini beradadiantara: 875 r > dosis mandul > 175 r.

Kalau ditinjau kupu-kupu yang terjadi pada kepompong yang disinari maupun yangtidak disinari keadaannya hampir soma, dol am arti tidak sempurna kupu-kupu yang ter_

136

jadi secara hidupnya diatam murni. Namun sebetulnya kupu_kupu yang terjadi darikepompong yang disinari dengan dosis 875 r keadaannya sangat tidak normal. Terjadi_nya kupu_kupu dari kepompong yang disinari dengan dosis 875 r sangat sedikit, hal inidisebabkan karena kebanyakan kepompong ini beberapa saat setelah disinari mengeluar_kan cairan dan membusuk/mati. Jadi sedikitnya kupu_kupu yang terjadi ini disebabkankarena kematian kepompong akibat besarnya dosis penyinaran. Kepompong yang berhasilmenjadi kupu_kupu pada dosis penyinaran ini adalah kepompong yang telah tua yangmemang beberapa saat kemudian akan menjadi kupu-kupu. Oleh karena itu dapat di_duga bahwa dosis kematian (lethal dosis) dari kepompong serangga ini terletak disekitar875 r.

Dilihat dari telur_telur yang terjadi pada serangga_serangga yang kepompongnya di_sinari memang koloninya menunjukkan susunan yang lain dari pada serangga yang tidakdisi nari •

Koloni telur yang tidak menetas ini warnanya hitam, berbeda dengan telur yang normalberwarna putih kekuningan.

Kepompong yang disinari dengan dosis 437,5 r, kupu_kupunya dapat pula menghasil_kan telur_telur, tetapi dari sejumlah telur_telur yang relatip banyak ini tidak ada 1buah koloni telurpun yang bentuknya normal dan pula telur_telur yang dihasilkan iniberwarna hitam dengan warn a selubung koloni yang normal. Selain bentuk koloni tidaknormal ukuran koloni lebih kecil dan jumlahnya relatip lebih banyak dari pada kolonitelur yang dihasilkan oleh serangga yang tidak disinari (kontrol), maupun serangga yangdisinari dengan dosis 175 r. Telur_telur ini selanjutnya tak ada yang dapat menetaswalaupun oleh penulis pengamatan diteruskan sampai 20 hari kemudian.

Walaupun tidak ada perbedaan yang nyata diantara terjadinya telur_telur dari serang_ga yang disinari baik jantan dan betinanya dengan dosis 175 r dan 437,5 r maupunyang disinari hanya satu jenis kepompongnya saja, namun kalau ditinjau kemampuanuntuk menjadi kupu-kupu dari kepompong yang disinari kedua jenisnya dengan yanghanya satu jenis saja dengan dosis yang sama pada jenis yang jantan terdapat perbedaanyang nyata. Oleh karena itu untuk memperoleh serangga_serangga mandul ini lebih baikpenyinaran dilakukan terhadap satu jenis kepompong saja; sebab disamping menghematwaktu, tenaga, bahan juga memperbesar kegunaan dalam usaha pemandulan serangga.

Kepompong yang disinari dengan dosis 875 r kupu_kupunya tak dapat menghasilkantelur_telur, disebabkan karena kupu_kupu yang terjadipun sedikit sekali, bahkan dapatdikatakan bahwa kupu~kupu yang dapat terjadi ini adalah terjadi dari kepompong yangmemang sudah siap untuk menjadi kupu_kupu dan mungkin dari satu perlakuan hanyaterjadi satu jenis kupu saja.Oleh karena itu adanya perbedaan yang menyolok dengan perlakuan_perlakuan yanglain adalah karena pada dosis ini merupakan dosis yang mendekati lethal dosis.

Didalam judul dari tulisan ini dinyatakan "Kemungkinan Penggunaan Tenaga Atomuntuk pemberantasan hama Penggerek Pucuk Putih (Scirpophaganivella F.) pada tanam_an tebu. Ditegaskan sebagai kemungkinan karena dapat tidaknya penyel idikan ini untukdipergunakan dalam praktek masih harus diikuti penyelidikan selanjutnya. Untuk keperluani ni penul is tel ah merencanakan untuk mengadakan percobaan pendahul uan dikebun P. G.Madukismo yang pelaksanaannya diharapkan dapat dimulai pada awal bulan Agustus1966 ini. Disamping itu oleh penulis sebetulnya akan dicoba pula penyinaran_penyinar_an terhadap tingkatan serangga yang lain dan juga kemungkinan penyesuaian dosis yangdiperoleh pada penyelidikan dibidang hama ini dengan dosis yang diperoleh pada pe_nyelidikan dibidang yang lain misalnya bidang cocok tanam, bidang seleksi dan bidanglain lagi.Selanjutnya nyata bahwa dari koloni telur yang bentuknya tidak normal pada seranggayang kepompongnya disinari nannya tidak dapat menetas. Semula oleh penulis dikirabahwa koloni telur yang tidak menetas ini adalah koloni telur yang kosong, sebabkadang_kadang betina_betina yang tidak kawin dapat pula menghasilkan koloni telur

137

walaupun sebetulnya didalam koloni ini keadaannya kosong, jadi hanya merupakan pe­

nutup (selaput) yang menyelubung; kolon; tsb. Bahkan kadang-kadang koloni ini bentukdan ukurannya mirip benar dengan koloni telur yang normal (yang dihasilkan olehbetina yang kawin). Tetapi ternyata koloni telur yang bentuknya tidak normal yangdihasilkan oleh serangga yang disinari ini didalamnya memang terdapat telur_telur yangtak sanggup untuk menetas, walaupun oleh penulis telah ditunggu lebih dari 20 hari( tel ur yang normal sudah akan menetas setel ah berumur 8 a 9 hari).

RINGKASAN

Oleh karena penggerek pucuk putih merupakan hama yang terpenting pada tanamantebu, sedangkan sampai sekarang cara_cara pemberantasan yang telah dijalankan hasil_nya belum begitu memuaskan, oleh penulis dicoba untuk mencari kemungkinan pembe_rantasan hama ini dengan penggunaan tenaga atom. Jalan fikiran penulis sampai padapercobaan ini berdasarkan analogi penemuan_penemuan di luar negeri, bahwa serangga_serangga dapat dibasmi dengan usaha_usaha pensuci _ hamaan, usaha mana dapat di_lakukan dengan penggunaan isotop-isotop radioaktip. Untuk usaha pensuci - hamaan inipenulis mencoba melakukan penyinaran terhadap tingkatan kepompong dari seranggapenggerek pucuk putih, yang bahannya diperoleh dengan pengumpulan dari kebun dalambentuk ulat (hasil pemberantasan secara rogesan dari P. G. Madukismo) yang dipeliharadi laboratorium agar dapat menjadi kepompong. Penyinaran selanjutnya dilakukan denganCoso gamma dengan dosis penyinaran: 175 r, 473,5 r. dan 875 r. Percobaan diulangi5 kali tiap ulangan terdiri dari 10 perlakuan. Dari tiap_tiap perlakuan selalu diadakanpengamatan tentang kemampuan menjadi kupu_kupu dari kepompong kemampuan bertelurdari kupu_kupu yang terjadi dan dapat tidaknya telur_telur ini menetas. Pada dosispenyinaran 175 r, ternyata masih ada tel ur_tel ur yang dapat menetas, sedangkan padadosis penyinaran 875 r, kupu_kupu yang terjadi tak dapat menghasilkan telur lagi.Dasis suci_hama bagi serangga terletak disekitar 437,5 r, walaupun jarak dosisnyabel um diketahui dengan pasti. Berdasarkan hasil dari percobaan Iaboratorium ini segeraakan dicoba penggunaannya dikebun, setelah lebih dahulu dilakukan percobaan pen­dahul uan.

DAFTAR PUSTAKA

1. ACHMAD AMIRUDDIN, Dr. 1965. Kimia inti, radiokimia dan penggunaan radio.isotop. Yayasan karyawan kimia. Institut Teknolagi Bandung: 354 _ 355.

2. ANNONIMUS. 1960. Radioisotopes in science and industry. A special report of theUnited States Atomic Energy Commission. 12 _ 14.

3. Tenaga Atom di Indonesia. Badan Tenaga Atom Nasional.4. CHADWICK, S.J. 1953. Radioactivity and Radioactive substances. Sir Isaac Pitman

& Sons, Ltd. London. 50 _ 59.5. CLAUS, W. D. 1958. Radiation Biology and Medicine. Addison_Wesley Publishing

Company, Inc. 107 _ 108; 688 _ 700.6. DEVENTER, W. VAN, 1912. De dierlijke vijanden van het suikerriet en hunne

parasieten. Handboek ten dienste van de suikerrietcultuur en de riet_suikerfabricage op Java. J.H. DE BUSSY. Amsterdam. II : 114 _ 126.

7. GOULDEN, C.H. 1952. Methods of Statistical Analysis. John Wiley & Sons, Inc.New York. Second Edition.

8. MEZENTSEV, V. 1959. In The World of· Isotopes. Foreign Lqnguages PublishingHouse 33 _ 45.

138

DISKUSI

Drs. NAZIR ABDULLAH

1. Saya ingin mengajukan satu pertanyaan atau mungkin lebih tepat dapat dikatakansebagai koreksi, yaitu dalam naskah yang dikemukakan oleh pemrasaran padahal.7, percobaan I punt 1, dimana diantara 10 pupa yang diradiasi dengan 10"dan terjadi 3 kupu-kupu dan banyak koloni telur yang terbentuk adalah 1. Apa_kah dalam hel ini suatu kesalahan tik atau memang kupu jantan yang keluar daripupa jantan yang disinari itu yang mengeluarkan telur, sebagai salan satu akibatpengaruh dari radiasi?

Ir. SARDJONO HATMOSUWARNO

Semua kupu-kupu yang bertelur adalah kupu_kupu betina, disitu ditulis pada kolomke 6 dari Daftar pengamatan percobaan 1, bahwa koloni telur yang terjadi dinyata_kan 1 dan 6, sebetul nya hanya untuk menunjukkan bahwa pada percobaan tersebutterjadi 7 buah koloni telur, akan tetapi ada 1 koloni telur yang bentuknya normalseperti telur_telur yang dihasilkan oleh serangga betina yang dikawin oleh jantanyang tidak disinari dan ternyata 1 kolani telur yang bentuknya normal ini dapatmenetas (bukan salah ketik tetapi sengaja untuk dipisahkan).

ABDUL MADJID

Menurut hemat kami, untuk menghemat waktu, sterilitas sudah dapat ditel iti denganjalan penelitian abnormalitas pembelahan merosis pada spermatogenesis maupunoogenesis.

Ir. SARDJONO PATMOSUWARNO

Saran ini sangat baik, tetapi belum pernah kami caba dan perl u Saudara ketahuipula bahwa maksud penyelidik mengadakan pengamatan sterilitas sampai kepada peng_amatan telur_telur yang terjadi adalah betul_betul untuk mengetahui atau untukmembandingkan telur_telur yang terjadi dari serangga_serangga yang jal'ltannya di.sinari dengan telur_telur yang dihasilkan oleh serangga_serangga yang jantannya t,.~disinari, kalau ada kel ainan_kelainan, kelainan_kelainan apa yang terjadi.

139