scenario 1

16
Scenario 1 Antenatal care LO.1 Pelayanan antenatal di Puskesmas Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan stndar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Berdasarkan hasil Susenas 2004 secara nasional 90% ibu hamil telah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Bila ditinjau menurut daerah perkotaan dan pedesaan maka cakupan pemeriksaan ibu hamil oleh tenaga kesehatan di perkotaan sebesar 95% dan di pedesaan 86%. (Badan Litbang Depkes,2005) April 7, 2010 at 7:49 am (Kesehatan) I. Konsep Dasar Antenatal Care 1. Pengertian Antenatal Care Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang sudah ditentukan (Depkes RI, 2001:3). Pemeriksaan Antenatal Care adalah pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998:129). 2. Tujuan Antenatal Care Dalam pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain :

Upload: rizweta-destin

Post on 21-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Scenario 1

Scenario 1

Antenatal care

LO.1 Pelayanan antenatal di Puskesmas

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4.

Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan stndar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Berdasarkan hasil Susenas 2004 secara nasional 90% ibu hamil telah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Bila ditinjau menurut daerah perkotaan dan pedesaan maka cakupan pemeriksaan ibu hamil oleh tenaga kesehatan di perkotaan sebesar 95% dan di pedesaan 86%.

(Badan Litbang Depkes,2005)

April 7, 2010 at 7:49 am (Kesehatan)

I. Konsep Dasar Antenatal Care

1. Pengertian Antenatal Care

Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang sudah ditentukan (Depkes RI, 2001:3).

Pemeriksaan Antenatal Care adalah pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998:129).

2. Tujuan Antenatal Care

Dalam pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain :

1) Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.

3) Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

Page 2: Scenario 1

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.

7) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas dan aspek keluarga berencana.

8) Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal (Sarwono, 2002:90, Manuaba, 1998:129).

3. Tenaga dan Lokasi Pelaksanaan Antenatal Care

Untuk melakukan Antenatal Care ibu hamil dapat dibantu oleh tenaga kesehatan seperti: dokter spesialis ginekologi, dokter, perawat, bidan. Pelayanan Antenatal Care dapat diakses di Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Rumah sakit maupun di klinik dokter praktek swasta (Depkes RI, 2001:3).

4. Jadwal Pemeriksaan Antenatal care

Memperhatikan batasan dan tujuan pelayanan antenatal care, maka jadwal pemeriksaan sebagai berikut

1) Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid atau tidak menstruasi.

2) Pemeriksaan ulang

Pemeriksaan ulang dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan, setiap 2 minggu sekali sampai usia kehamilan 9 bulan dan setiap 1 minggu sekali sejak usia kehamilan 9 bulan sampai melahirkan.

3) Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus dilakukan bila ada keluhan tertentu yang dirasakan oleh ibu hamil (Manuaba,1998:129-130)

Sesuai dengan kebijakan program saat ini kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali trimester tiga (Sarwono, 2002:90).

5. Pelayanan Antenatal care

Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T”, meliputi :

1) Timbang berat badan (T1)

Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.

2) Ukur tekanan darah (T2)

Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.

Page 3: Scenario 1

3) Ukur tinggi fundus uteri (T3)

4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

5) Pemberian imunisasi TT (T5)

6) Pemeriksaan Hb (T6)

7) Pemeriksaan VDRL (T7)

8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8)

9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9)

10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)

11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)

12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)

13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)

14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)

Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T (Prawiroharjo, 2002: 88).

Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak diberikan oleh dukun bayi (Prawiroharjo, 2002:90-91).

LO. 2 Program kesehatan dasar di Puskesmas

PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN

Untuk tercapainya visi pembangunan Kesehatan tersebut, Puskesmas Banjarangkan II bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, dimana keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional, merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya pelayanan tersebut dikelompokan dalam 2 kelompok besar yaitu :

Upaya Kesehatan Wajib.

1. Upaya Promosi Kesehatan.

2. Upaya Kesehatan Lingkungan.

3. Upaya KIA/KB

4. Upaya Perbaikan Gizi.

5. Upaya P2M.

6. Upaya Pengobatan Dasar.

Upaya Kesehatan Pengembangan.

Page 4: Scenario 1

1. Upaya Kesehatan Sekolah / Upaya Kes. Gigi Sekolah.

2. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

3. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut

4. Upaya Kesehatan Jiwa

5. Upaya Kesehatan Mata

6. Upaya Kesehatan Lansia.

7. UGD.

8. Rawat Inap / K. Bersalin

9. Upaya Kesehatan Kerja.

10. PTKBM ( Pembinaan Tumbuh Kembang Balita Mandiri ).

C. PROGRAM PUSKESMAS

Pelaksanaan program kesehatan di Puskesmas Karang Mulya dapat dikelompokkan kedalam dua program utama puskesmas yaitu program kesehatan dasar dan program kesehatan pengembangan.

1. Program Kesehatan Dasar

Program kesehatan dasar merupakan program wajib (minimal) yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas. Program kesehatan dasar terdiri dari enam program.

a. Program Promosi Kesehatan.

Program promosi kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif (kemauan) dan perilaku (kesadaran) individu, keluarga dan masyarakat secara mandiri untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan sendiri dan lingkungannya.

Page 5: Scenario 1

b. Program Kesehatan Lingkungan.

Tujuan program kesehatan lingkungan adalah untuk mewujudkan lingkungan hidup yang sehat agar masyarakat dapat terlindungi dari ancaman dan bahaya penyakit yang berasal dari lingkungan.

c. Program Pemberantasan Penyakit Menular.

Penyelenggaraan program pemberantasan penyakit menular dimaksudkan untuk mencegah terjadinya dan tersebarnya penyakit menular serta menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

d. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).

Program kesehatan ibu dan anak bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan anak sejak dalam kandungan. Sasaran program : ibu hamil, ibu melahirkan dan bayinya serta ibu menyusui dan wanita usia subur.

e. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Program perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui penemuan dan perbaikan / penanggulangan gizi buruk terutama pada balita dan ibu hamil.

f. Program Pengobatan

Pengobatan dilaksanakan dengan memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga melalui upaya rawat jalan dan rujukan.

2. Program Kesehatan Pengembangan

Page 6: Scenario 1

a. Program Pelayanan Keluarga Miskin (GAKIN)

Program pelayanan kesehatan gakin diselenggarakan secara nasional. Program ini mendapatkan pembiayaan sepenuhnya dari Pemerintah Pusat.

b. Program Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (USILA)

Program ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan para usia lanjut usia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

c. Program Pelayanan Kesehatan Jiwa

Program ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan jiwa masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

LO. 3 Imunisasi dasar bayi dan imunisasi TT pada bayi

Pada masa awal kehidupannya bayi sangat rentan terkena penyakit berbahaya, seperti penyakit saluran pernapasan akut, polio, kerusakan hati, tetanus, campak. Bayi yang terkena penyakit tersebut memiliki risiko kematian yang lebih tinggi. Atau menyebabkan derita fisik dan mental berkepanjangan, bahkan bisa menimbulkan cacat permanen.

BAYI yang kelihatannya sehat belum tentu kebal terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian 5 vaksin imunisasi sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk bayi dibawah 1 tahun. Jadwal pemberian imunisasi tersebut, meliputi :

1. HEPATITIS-B : umur pemberian kurang dari 7 hari, sebanyak 1 kali, untuk mencegah penularan Hepatitis B dan kerusakan hati

2. BCG : umur pemberian 1 bulan, sebanyak 1 kali, untuk mencegah penularan TBC (tuberkulosis) yang berat

3. DPT-Hepatitis B : umur pemberian 2 bulan , 3 bulan, 4 bulan , sebanyak 3 kali, untuk mencehah penularan Difteri yang menyebabkan penyumbatan jalan nafas, batuk rejan (batuk 100 hari), Tetanus, Hepatitis B.

Page 7: Scenario 1

Imunisasi Wajib Untuk Bayi

1. BCG : Bacille Calmette Guerin

Vaksin ini ditemukan pertama kali pada tahun 1921 oleh Albert Calmette seorang mokrobiologi dan Camille Guerin seorang dokter hewan, yang keduanya berasal dari Perancis.

Vaksin ini dibuat dari bakteri penyebab tuberkulosis (mycobacterium bovis) yang sudah dilemahkan.

Manfaat :

Perlindungan terhadap Tuberkulosis (TB).

Diberikan pada :

Bayi baru lahir sebelum usia 2 bulan.

Bila sudah berusia lebih dari 2 bulan, maka harus dilakukan test Mantoux (tuberkulin) lebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi positif atau negatif terinfeksi "Mycobacterium tuberculosis". Bila negatif, baru boleh diberikan vaksinasi.

Lama perlindungan :

Sampai 15 tahun dengan tingkat efektifitas optimal sebesar 40%.

Tidak perlu diulang karena vaksinnya terbuat dari bakteri hidup yang dilemahkan, sehingga antibodi yang dihasilkan akan selalu diproduksi tubuh.

2. Hepatitis B :

Diwajibkan di lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia.

Manfaat :

Mencegah infeksi virus hepatitis B yang dapat menyebabkan penyakit sirosis (pengerutan hati) dan akhirnya bisa menjadi kanker hati.

Page 8: Scenario 1

Diberikan pada :

Bayi berumur minimal 12 jam, kondisinya stabil, tidak ada gangguan paru paru dan jantung.

Lama perlindungan :

Bila kadarnya sesuai, anak sudah terproteksi.

Tidak perlu diulang, dengan syarat pemberiannya sesuai jadwal yaitu : umur 0, umur 1 bulan, dan umur 6 bulan.

3. Polio :

Dibuat dari virus polio yang sudah dimatikan. Vaksin ini sudah dikembangkan dan diberikan secara oral sejak tahun 1962.

Vaksin yang diberikan dengan suntikan dikenal sebagai IPV (Inactivated Polio Vaccine), sedangkan yang diberikan secara oral disebut OPV (Oral Polio Vaccine).

Manfaat :

Mencegah infeksi virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

Diberikan pada :

Bayi yang baru lahir. Selanjutnya diberikan lagi pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, atau umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan.

Lama perlindungan :

Seumur hidup, asal pemberiannya hingga umur 6 tahun sesuai jadwal.

Pemberian vaksin, diulang setelah umur 18 - 24 bulan (ulangan pertama), dan 5-6 tahun (ulangan ke-2) saat anak masuk sekolah. Total seluruh imunisasi polio adalah 6 kali. Vaksinasi perlu diulang pada saat Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI.

4. DPT :

Terbuat dari komponen bakteri (toksoid) Difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan, serta bakteri Pertusis yang telah dilemahkan.

Page 9: Scenario 1

Manfaat :

Mencegah infeksi penyakit difteri, tetanus, dan batuk partusis.

Diberikan pada :

Bayi umur 6-8 minggu, dilanjutkan pada umur 3-4 bulan atau 4-6 bulan.

Boleh diberikan bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), hepatitis B, HiB, dan vaksin "yellow fever".

Lama perlindungan :

Seumur hidup, asal pemberian vaksin hingga umur 12 tahun sesuai jadwal.

Diulang pada umur 18 bulan (pertama), dan 1 kali pada usia 5 tahun. Selanjutnya pada usia 12 tahun diberikan imunisasi TT (Tetanus Toxoid).

5. Campak :

Dibuat dari virus hidup yang dilemahkan.

Di negara - negara yang memiliki angka kejadian dan kematian tinggi, vaksinasi diberikan mulai umur 9 bulan. Sedangkan di negara-negara dengan kasus kejadian rendah, vaksinasi campak diberikan dalam bentuk MMR (Mumps Measles Rubella) yang diberikan pada bayi setelah usia 12 bulan.

Manfaat :

Memberikan perlindungan dari infeksi virus Paramyxovirus penyebab campak atau morbil.

Diberikan pada :

Bayi berumur 9 bulan (vaksin campak) atau dalam bentuk MMR diberikan pada rentang umur 12 - 15 bulan.

Lama perlindungan :

5 tahun

Page 10: Scenario 1

Diulang :

Setelah anak usia 6 tahun saat masuk sekolah dasar, baik untuk campak maupun MMR.

Klik dan simak pernanan penting Lemak Essensial bagi pertumbuhan anak anak kita, dan bagaimana kita dapat memeberikan kebutuhan Lemak Essensial tersebut bagi anak anak kita....

Anda seorang ibu rumahtangga yang terbuka untuk peluang mendapatkan income tambahan ? Usaha percetakan rumahan, bisa menjadi alternatif yang layak dipertimbangkan. Simak artikel menarik tentang Usaha Percetakan Rumahan Modal Dengkul, dengan klik link dibawah ini...

Sumber: http://id.shvoong.com/lifestyle/family-and-relations/2052196-imunisasi-wajib-untuk-bayi/#ixzz1MUBrdTJO

4. POLIO : umur pemberian 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, sebanyak 4 kali, untuk mencegah penularan polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan.

5. CAMPAK : umur pemberian 9 bulan, sebanyak 1 kali, untuk mencegah penularan campak yang dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otan dan kebutaan.

Dengan memberikan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, maka tubuh bayi dirangsang untuk memiliki kekebalan sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya. Membawa bayi ke posyandu, puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan terdekat merupakan wujud tanggung jawab terhadap buah hati tercinta.

(dirangkum dari brosur promosi kesehatan, Departemen Kesehatan RI, 2009)

Vaksinasi IDAI

Page 11: Scenario 1

TT ibu hamil

Pengertian

Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005).

Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006).

Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III (Dinkes Jateng, 2005)

Manfaat imunisasi TT ibu hamil

a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).

Page 12: Scenario 1

b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000)

Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Depkes, 2004)

Jumlah dan dosis pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil

Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000).

Umur kehamilan mendapat imunisasi TT

Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000)

Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2

Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000).

Efek samping imunisasi TT

Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan (Depkes RI, 2000). TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT (Saifuddin dkk, 2001).

Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000).

Page 13: Scenario 1

Tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT

a. Puskesmas

b. Puskesmas pembantu

c. Rumah sakit

d. Rumah bersalin

e. Polindes

f. Posyandu

g. Rumah sakit swasta

h. Dokter praktik, dan

i. Bidan praktik (Depkes RI, 2004).

Lo. 6 Etika komunikasi islam

ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).

Di dalam hadis Nabi juga, ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaiman Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Misalnya, pertama, qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit rasanya) (hadis). Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa diamlah). Ketiga, laa

Page 14: Scenario 1

takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu). Keempat, Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”. Kelima, selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang menjungkirkan-balikkan fakta (fakta) dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”. Pesan Nabi saw tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami.

Prinsip-prinsip etika tersebut, sesungguhnya dapat dijadikan landasan bagi setiap muslim – ketika melakukan proses komunikasi, baik dalam pergaulan sehari-hari, berdakwah, maupun aktivitas-aktivitas lainnya.