web viewhasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor...

15
Laporan Mingguan PENGARUH CUACA DAN IKLIM TERHADAP TANAMAN DI S U S U N Oleh: NAMA : SAYED MAULANA NIM : 0806103010051 KELOMPOK : REGULER A DOSEN : Dr. DJUFRI, M.Si

Upload: phamxuyen

Post on 30-Jan-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

Laporan Mingguan

PENGARUH CUACA DAN IKLIM TERHADAP

TANAMAN

DI

S

U

S

U

N

Oleh:

NAMA : SAYED MAULANA

NIM : 0806103010051

KELOMPOK : REGULER A

DOSEN : Dr. DJUFRI, M.Si

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM, BANDA ACEH

2010

Page 2: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

PENGARUH CUACA DAN IKLIM TERHADAP TANAMAN

A. Pengaruh iklim dalam produksi tanaman.

Hasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan

faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi.

Dari faktor lingkungan, maka faktor tanah merupakan modal utama. Keadaan tanah

sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban. Pengaruh

itu kadang menguntungkan tapi tidak jarang pula merugikan.

Tanah dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu :

1. Climate Soil tipe, adalah tanah yang pembentukannya dipengaruhi oleh hujan

dan temperatur. Adapun istilah yang disebut dengan faktor hujan dengan rumus :

R = r / t

Dimana :

R: faktor hujan

r: curah hujan tahunan

t : temperatur

Untuk faktor hujan batasan R=40, untuk daerah kering dimana nilai R kurang

dari 40 tanaman akan tumbuh kurang baik karena pembentukan zat organik kurang.

Apabila R lebih dari 40 kemungkinan produksi zat organik akan lebih besar. Saat R=120

berarti tanah tersebut bertipe optimal bagi pertumbuhan. Namun apabila R lebih dari 120

maka akan terjadi humus yang berlebihan, akibatnya akan terbentuk gambut.

2. Aclimate Soil type, adalaah tanah yang pembentukannya bukan disebabkan oleh

faktor iklim, melainkan keadaan batuan.

Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap tanah adalah hujan. Air hujan

akan mengikis bagian top soil tanah yang merupakan bagian tanah yang subur. Apabila

Page 3: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

bagian top soil dibiarkan terkikis terus menerus, maka lapisan ini akan hilang dan yang

tampak adalah lapisan bagian bawahnya, yang dikenal denga sub soil. Sub soil ini

merupakan lapisan di bawahnya yang kurang subur, masih mentah, di mana

mikroorganismenya sudah hilang sehingga diperlukan perbaikan-perbaikan yang

memakan waktu cukup lama untuk menjadi produktif kembali (antara 2-5 tahun).

Pada tanah yang memiliki land slope 5%-10% gejala-gejala erosi pada top soil

bisa terjadi. Sehingga perlu dilakukan tindakan-tindakan praktis untuk mempertahankan

produktivitasnya. Misalnya dengan melakukan penanaman menurut kontur dan cross

slope seeding of legumes. Pada tanah yang yang memiliki land slope yang lebih curam

yaitu antara 15%-25% yang menurut penelitian lapisan top soilnya hampir seluruhnya

terhanyutkan makam perlu dibuatkan sengkedan dan drinage yang baik agar saat hujan

deras pengikisan lapisan top soilnya dapat dikurangi.\

Selanjutnya tanah yang memiliki land slope antar 25%-35%, yang berdasarkan

penelitian bagian top soil-nya telah tererosi hebat, kandungan kelembabannya sangat

dipengaruhi angin kencang, akan tetapi dalam batas-batas tertentu masih dapat ditanami

misalnya : Tanaman yang tumbuhnya rapat, rumput-rumputan atau jenis makanan

ternak. Dengan membiarkan jenis rerumputan tumbuh didaerah ini, kemungkinan

lapisan permukaan akan sedikit demi sedikit terbentuk kembali. Tanah yang memiliki

land slope melebihi 40% sebaiknya dipelihara sebagai tanah-tanah hutan, ditanami

dengan tanaman keras sedang ground cover crops-nya seperti rerumputan dan semak

belukar, dengan cara ini erosi dapat dihambat.

Berbeda dengan faktor tanah yang telah banyak dipelajari dan difahami, cuaca

dan iklim merupakan salah satu peubah dalam produksi pangan yang paling sukar

dikendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, umumnya disesuaikan dengan

kondisi iklim setempat. Daerah iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan

kehidupan tumbuh-tumbuhan

Page 4: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

Adapun pembagian daerah iklim tersebut adalah:

1. Daerah panas/tropis

Tinggi tempat : 0 – 600 m dari permukaan laut.

Suhu : 26,3o C – 22o C.

Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat.

2. Daerah sedang

Tinggi tempat : 600 m – 1500 m dari permukaan laut.

Suhu : 22o C – 17,1o C.

Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, sayur-sayuran.

3. Daerah sejuk

Tinggi tempat : 1500 – 2500 m dari permukaan laut.

Suhu : 17,1o C – 11,1o C.

Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.

4. Daerah dingin

Tinggi tempat : lebih dari 2500 m dari permukaan laut.

Suhu : 11,1o C – 6,2o C.

Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.

Di Indonesia, perhatian dan kerjasama antara para ahli klimatologi dengan ahli

pertanian semakin meningkat terutama dalam rangka menunjang produksi tanaman

pangan. Daya hasil beberapa tanaman pangan di Indonesia masih rendah jika

dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat.

Perbedaan ini disebabkan oleh pemakaian teknologi tinggi dan pengelolan yang baik.

Penigkatan produksi tanaman pangan selain dengan panca usaha tani juga dilakukan

dengan pemanfaatan iklim.

Namun sekarang penyimpangan-penyimpangan terhadap iklim sering terjadi.

Pengalaman menunjukkan bahwa secara temporer berbagai bentuk penyimpangan iklim

telah sering mengancam sistem produksi pertanian.  Ancaman tersebut tidak saja

menyebabkan gangguan produksi, tetapi juga menggagalkan panen dalam luasan ratusan

Page 5: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

ribu hektar. Luas areal pertanian di Indonesia yang mengalami kekeringan mencapai

161.144 sampai 147.126 ha yang mengakibatkan  penurunan produksi beras nasional

secara signifikan dan pemerintah kembali harus mengimpor beras sekitar 5 juta ton. 

Kerawanan sosial sebagai dampak lanjutan dari kekeringan ini akan semakin

memberatkan manakala periode ulang El Nino meningkat menjadi 2-3 tahun satu kali.

Di dalam 18 dari 28 tahun panenan (1955-1982), banjir atau kemarau panjang

merupakan penyebab utama dari kegagalan panen di Indonesia (Baradas, 1984).

Langkah-langkah yang lazim diambil untuk mengatasi masalah ini adalah dengan

merangsang hujan, meramal hujan atau memperbaiki jenis-jenis tanaman. Tetapi pada

musim kemarau pembentukan awan sangat sedikit dan massa udara kering, sehingga

sulit untuk dilakukan hujan buatan. Sedangkan ramalan hujan hanya memberikan

informasi mengenai waktu terjadinya hujan, padahal tumbuhan memerlukan air dengan

jumlah dan saat yang tepat. Jenis padi yang tahan banjir dan kemaraupun hanya tidak

dapat memberikan hasil yang besar dan itupun kalau banjir tidak menghanyutkan atau

kemaru tidak membuatnya kering.

1. Suhu

Suhu udara dan tanah mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Setiap jenis

tanaman mempunyai batas suhu minimum, optimum dan maksimum yang berbeda-beda

untuk setiap tingkat pertumbuhannya. Gandum dalam musim dingin tahan berada dalam

kondisi suhu nisbi rendah dan dan dapat bertahan dalam suhu beku selama periode

musim dingin. Tanaman tropis misalnya coklat memerlukan suhu tinggi sepanjang

tahun. Batas atas suhu yang mematikan aktivitas sel-sel tanaman berkisar antara 1200

sampai 1400 F tetapi nilai ini beragam sesuai dengan jenis tanaman dan tingkat

pertumbuhannya. Suhu tinggi tidak mengkhawatirkan dibandingkan suhu rendah dalam

menahan pertumbuahan tanaman asal persediaan air memadai dan tanaman dapat

menyesuaikan terhadap daerah iklim. Dalam kondisi suhubyang sangat tinggi,

Page 6: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

pertumbuhan terhambat bahkan terhenti tanpa menghiraukan persediaan air, dan

kemungkinan keguguran daun atau buah sebelum waktunya. Bencana terhadap tanaman

pangan biasanya berasal dari keadaan kering yang sangat panas dan angin yang

mempercepat penguapan dan mengakibatkan dehidrasi jaringan tanaman.

Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang penting karena berpengaruh pada

pertumbuhan tanaman dan berperan hampir pada semua proses pertumbuhan. Suhu

udara merupakan faktor pentinga dalam menentukan tempat dan waktu penanaman yang

cocok, bahkan suhu udara dapat juga sebagai faktor penentu dari pusat-pusat produksi

tanaman, misalnya kentang di daerah bersuhu rendah sebaliknya padi di daereah bersuhu

tinggi.

Ditinjau dari klimatologi pertanian, suhu udara di Indonesia dapat berperan sebagai

kendali pada usaha pengembangan tanaman padi di daerah-daerah yang mempunyai

dataran tinggi. Sebagian besar padi unggul dapat berproduksi dengan baik sampai pada

ketinggian 700 dpl, demikian juga tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau.

Suhu udara rata-rata yang tinggi baik untuk tanaman seperti kacang tanah dan

kapas. Sedangkan gandum, kentang dan tomat dapat ditanam di dataran tinggi dengan

suhu yang lebih rendah. Jenis tanaman yang tahan kekeringan diantaranya ubi kayu,

wijen, kacang tanah, kacang hijau dan semangka.

2. Air

Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman pangan

dibandingakan dengan faktor lingkungan lainnya. Tanaman pangan memperoleh

persediaan air dari akar, itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor

yang penting dalam pertanian. Jumlah air yang berlebih dalam tanah akan mengubah

berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan meningkatkan

Page 7: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

pembentukan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman. Curah hujan yang lebat dapat

menggangu pembungaan dan penyerbukan.

Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan.

Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan

ke bagian-bagian lainnya. Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam

daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai

60% (Griffiths, 1976)

Pola umum curah hujan di Kepulauan Indonesia dapat dikatakan sebagai berikut:

1. Pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak dari

pantai timur.

2. Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT merupakan barisan pulau-pulau yang panjang

dan berderet dari barat ke timur. Pulau-pulau ini hanya diselingi oleh selat-selat

yang sempit, sehingga untuk kepulauan ini secara keseluruhan tampak seakan

akan satu pulau, sehingga berlaku juga dalil, bahwa di sebelah timur curah hujan

lebih kecil, kalau dibandingkan dengan sebelah barat. Sebelah barat dari jejeran

pulau ini adalah pantai Barat Jawa Barat.

3. Selain bertambah jumlahnya dari timur ke barat, hujan juga bertambah

jumlahnya dari dataran rendah ke pegunungan, dengan jumlah terbesar pada

ketinggian 600 – 900 m.

4. Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan jatuh pada musim Pancaroba,

demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar-besar.

5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak D.K.A.T.

6. Saat mulai turunnya hujan juga bergeser dari Barat ke Timur. Pantai Barat Pulau

Sumatera sampai Bengkulu, mendapat hujan terbanyak bulan November.

Lampung, Bangka, yang letaknya sedikit ke timur, pada bulan Desember.

Page 8: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

Sedangkan Jawa (utara), Bali, NTB, NTT pada bulan Januari-Februari, yang

letaknya lebih ke timur lagi.

7. Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah

mempunyaimusim hujan yang berbeda, yaitu Mei-Juni. Justru pada waktu bagian

lain Kepulauan Indonesia ada pada musim kering. Batas wilayah hujan Indonesia

Timur kira-kira terdapat pada 120o bujur timur.

Dalam kondisi alamih, kelebihan air kurang bermasalah jika dibandingkan

dengan kekeringan. Menurut Thornthwaite (1974), kekeringan didefinisikan sebagai

sebuah keadaan yang membutuhkan air untuk transpirasi dan penguapan langsunga

melalui jumlah air yang tersedia di tanah. Kekeringan dapat dibedakana menjadi tiga

kelas yaitu :

1. Kekeringan permanen yang disebabkan oleh iklim kering.

2. Kekeringan musiman yang terjadi pada iklim dengan periode cuaca kering

tahunan berbeda.

3. Kekeringan akibat keadaan curah hujan yang berubah-ubah.

Sumber pokok dari kekeringan adalah curah hujan, meskipun faktor peningkatan

kebutuhan air cenderung meningkat. Kelembaban nisbi rendah, angin kencang dan suhu

yang tinggi merupaka faktor pendukung kekeringan karena faktor ini mempercepat

evapotranspirasi. Tanah yang kehilangan air secara cepat oleh penguapan atau

pembuangan air juga meningkatkan kekeringan. Irigasi adalah cara yang paling cocok

untuk mengatasi kekeringan. Jika ada irigasi maka suhu menjadi faktor iklim yang

penting dalam mengendalikan produksi tanaman pangan.

4. Radiasi matahari

Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang menpunyai hijau

daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan

Page 9: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju

fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat proses pembungaan

dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang

masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi

hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan radiasi matahari.

Tanaman yang dipanen buah atau bijinya akan tumbuh dengan baik pada

intensitas radiasi matahari yang tinggi. Pada tanaman kedelai penurunan intensitsa

radiasi matahari akan menurunkan hasil polong dan biji kering. Intensitas radiasi yang

rendah sejak penanaman dapat menurunkan hasil yang sangat besar jika dibandingakan

jika hanya pada fase pengisian polong.

Radiasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang

berklorofil, karena itu produksi tanaman pangan dipengaruhi oleh tersedianya cahaya

matahari. Tapi umumnya fluktuasi hasil dari tahun ke tahun tidak mempunyai korelasi

dengan ketersediaan radiasi matahari, karena produksi pangan ditentukan juga oleh

faktor lain.

5. Angin

Angin secara tidak langsung mempunyai efek penting pada produksi tanaman

pangan. Energi angin merupakan perantara dalam penyebaran tepung sari pada

penyerbukan alamiah, tetapi angin juda dapat menyebarkan benih rumput liar dan

melakukan penyerbuka silang yang tidak diinginkan. Angin yang terlalu kencang juga

akan menggangu penyerbukan oleh serangga.

Angin dapat membantu dalam menyediakan karbon dioksida yang membantu

pertumbuhan tanaman, selain itu juga mempengaruhi suhu dan kelembaban tanah.

Namun pada saat musim kemarau di beberapa daerah di Indonesia bertiup angan fohn

yang dapat merusak karena bersifat kering dan panas. Pada siang hari didaerah sekitar

Page 10: Web viewHasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi

pantai, angin laut dapat menyebabkan masalah karena angin ini membawa butiran garam

yang dapat merusak daun.

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, Ance Gunarsih, Ir., 1993. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah

dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.

Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB.